tugas teori farmakologi toksikologi

10
TUGAS TEORI FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI TREATMENT DAN PENANGGULANGAN EFEK RACUN (Diuresis Paksa, Dialisis Peritoneal, Hemodialisis, dan Hemoperfusi) Oleh Trisna Nurmalasari 31112050 3A

Upload: trisnanurmalasari

Post on 28-Sep-2015

55 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Dialisis, Hemoperfusi, Peritonial dialisis, Hemodialisis

TRANSCRIPT

TUGAS TEORI FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

TREATMENT DAN PENANGGULANGAN EFEK RACUN

(Diuresis Paksa, Dialisis Peritoneal, Hemodialisis, dan Hemoperfusi)

Oleh

Trisna Nurmalasari

31112050

3A

PRODI S1-FARMASI

STEKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

2015

1. Diuresis paksa dan perubahan pH urin

Diuresis paksa adalah tindakan memberi cairan parenteral dalam jumlah besar (0,5-1,5 liter sejam) untuk mempercepat ekskresi obat melalui ginjal.

Mekanisme umum diuresis paksa adalah dengan menghambat reabsorpsi melalui penurunan gradient konsentrasi obat dari lumen ke sel tubulus dan peningkatan aliran melalui tubulus.

Diuresis dan iontrapping melalui perubahan pH urin dapat mencegah reabsorpsi renal dari racun yangmengalami ekskresi oleh filtrasi glomerulus dan sekresi aktif tubuler. Karena membran lebih permeable terhadap molekul yang tidak terion dibandingkan yang dapat terion, racun-racun yang asam (pKa rendah) akan diionisasi dan terkumpul dalam urin yang basa. Sebaliknya racun-racun yang sifatnya basa akan diionisasi dan dikumpulkan dalam urin yang asam.

Diuresis salin dapat mempercepat ekskresi renal dari alkohol, bromida, kalsium, fluorida, lithium, meprobamat, kalium, dan INH. Diuresis basa (pH urin >= 7,5 dan output urin 3-6 cc/kgBB/jam) mempercepat eliminasi dari herbisida chlorphenoxyacetic acid, klorpropamid, diflunisal, fluorida, metotreksat, fenobarbital, sulfonamid, dan salisilat. Diuresis asam mempercepat eliminasi renal dari amfetamin, klorokuin, kokain, anestetik local, phencyclidine, kinidin, kinin, strychnine, simpatomimetik, antidepresan trisiklik, dan tokainid. Namun penggunaannya banyak dilarang karena potensial terjadi komplikasi dan efektifitas kliniknya tidak banyak.

Diuresis paksa terutama berguna pada keracunan yang dapat dikeluarkan melalui ginjal. Tidak boleh dikerjakan pada keadaan syok, dekompensasi jantung, gagal ginjal, udema paru, dan keracunan akibat bahan yang tidak dapat disekresi oleh ginjal.

Jenis diuresis paksa adalah DP netral, DP alkali, dan DP asam. DP netral dengan diberikan Ca glukosa I.V, 3 liter cairan glukosa 10% dalam waktu 12 jam dan furosemid. Cara pemberian sama dengan DP netral hanya perlu ditambahkan ampul Na Bikarbonat pada setiap cairan infus dextrose 5%. Diuresis paksa asam diapaki pada keracunan karena ampetamin, striknin dan fenisiklidin. Diberikan 1,5 amonium korida dan 500 cc dextrose 5%. Pemberian 500cc dextrose 5% dan 500cc normal saling secra bergantian dengan kecepatan 1 liter pada jam pertama, dan dilanjutkan 500cc perjam. Pantau elektrolit serum dan darah setiap jam. Apabila Ph urine lebih dari 7,0 ditambahkan amonium klorida pada 500 cc dextrose 5%.

Syarat diuresis paksa adalah sebagai berikut:

1) Keracunan harus berat

2) Obat harus larut dalam air

3) Berat molekul obat kecil

4) Obat tidak diikat oleh protein maupun lemak

5) Obat tidak dikumulasi dalam suatu rongga atau organ tubuh

6) Obat tidak diekskresi lebih cepat melalui jalan lain, misal paru atau usus.

2. Dialisis peritoneal, hemodialisis dan hemoperfusi

a. Dialisis Peritonial

Dialisis adalah metode untuk menyaring limbah dari darah yang menggantikan fungsi ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Dialisis peritoneal adalah suatu proses dimana cairan yang mengandung gula dan garam khusus dimasukan kedalam rongga perut dan akan menyerap zat-zat racun dari jaringan. Dialisis peritoneal digunakan untuk mengeluarkan produk sampah dari darah ketika ginjal tidak bisa lagi melakukan pekerjaan secara memadai (kondisi yang disebut gagal ginjal atau insufisiensi ginjal). Selama dialisis peritoneal, pembuluh darah pada lapisan perut (peritoneum) menggantikan ginjal, dengan bantuan cairan (dialisat) yang mengalir masuk dan keluar dari rongga peritoneal.

Mekanisme hemodialysis adalah darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukanjalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara pembuluharteri danvena atau disebut fistula arteriovenosamelalui pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin dialisis.

Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan olehtabung di luar mesin yang bernamadialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai pencatat dan pengontrol aliran darah,suhu,dantekanan. Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki komposisikimia menyerupai cairan tubuh normal. Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, danair yang ada dalam darah dapat berpindah melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi peristiwadifusi danultrafiltrasi.Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah, lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat

Untuk dialisis peritoneal kurang efektivitasnya, tetapi metode ini dapat digunakan bila tidak dapat dikerjakan prosedur ekstrakorporeal lainnya, baik karena terdapat kontraindikasi, maupun secara tehnis sulit (misalnya pada bayi).

Indikasi dialisis untuk kasus keracunan berat dengan: barbiturat, bromida, chloral hydrate, ethanol, etilen glikol, isopropyl alcohol, lithium, methanol, procainamide, teofilin, salisilat, dan mungkin logam berat.

b. Hemodialisis

Hemodialisis atau cuci darah adalah sebuah prosedur medis yang menggunakan mesin khusus (mesin dialisis) untuk menyaring produk limbah dari darah dan mengembalikan kandungan normal darah.

Mekanisme kerja hemodialysis adalah darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan dipompa kedalam mesin dengan saringan khusus (dialiser) yang akan menyaring zat-zat racun keluar dari darah, kemudian darah yang sudah bersih dikembalikan lagi kedalam tubuh penderita. Proses pencucian unsur-unsur darah dilakukan berdasarkan perbedaan dalam tingkat difusi melalui membran semipermeabel (membran dialysis).

Walaupun dapat dilakukan untuk gagal ginjal akut, hemodialisislebih sering digunakan untuk penyakit ginjal kronis. Hemodialisis sering dilakukan untuk mengobati stadium akhir penyakit ginjal. Dalam keadaan tersebut, dialisis ginjal biasanya dikelola dengan menggunakan jadwal yang tetap tiga kali per minggu.

Tindakan ini dilakukan pada keracunan dengan koma yang dalam, hipotensi berat, kelainan asam basa dan elektrolit, penyakit ginjal berat, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati, dan keracunan pada kehamilan.

c. Hemoperfusi

Hemoperfusi adalah metode pembuangan obat dan toksin dari darah, dengan memompakan darah melewati bahan adsorben dan kemudian disirkulasikan kembali ke dalam tubuh pasien. Darah dialirkan melalui suatu kolom (coated charcoal column) membersihkan darah dari zat toksik dengan cara mengikatnya dalam kolom.

Pada hemoperfusi yang dilakukan diluar tubuh, mekanisme kerjanya yaitu darah dilewatkan melalui adsorbensia yang dirancang khusus (harsa polistiren, arang, dll). Sebagai pengganti arang saat ini banyak digunakan amberlite XAD-4 atau XR-010.

Baik metode dialisis maupun metode hemoperfusi, sama-sama memerlukan akses vena sentral dan antikoagulan sistemik, serta dapat menyebabkan hipotensi sementara. Hemoperfusi juga dapat mengakibatkan hemolisis, hipokalsemia, dan trombositopenia.

Indikasi hemoperfusi pada keracunan berat yang disebabkan: karbamazepin, kloramfenikol, disopiramid, dan sedatif-hipnotik (barbiturat, ethchlorvynol, glutethimide, meprobamat, methaqualone), paraquat, fenitoin, prokainamid, teofilin, dan valproat.

Dialisis peritoneal, hemodialisis, dan hemoperfusi dapat dilakukan untuk mengeluarkan toksin dari aliran darah. Kandidat untuk terapi-terapi ini adalah:

a. Penderita dengan keracunan berat yang mengalami deteriorasi klinis walaupun sudah diberi terapi suportif yang agresif.

b. Penderita yang potensial mengalami toksisitas yang berkepanjangan, ireversibel, atau fatal.

c. Penderita dengan kadar racun darahnya dalam tingkat yang berbahaya.

d. Penderita yang dalam tubuhnya tidak mampu dilakukan detoksifikasi alami seperti pada penderita gagal hati atau gagal ginjal.

e. Penderita keracunan dengan penyakit dasar/komplikasinya yang berat

Walaupun hemoperfusi mungkin lebih efektif dalam mengeluarkan beberapa racun, namun metode ini tidak sekaligus mengoreksi abnormalitas asam-basa dan elektrolit.