isi makalah.docx

22
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu implementasi Surat Edaran Menkes RI No 129 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah program Strategic for Use ARV (SUFA). Walaupun dokumen kebijakan tidak secara langsung menyebutkannya. Namun, terdapat dua hal yang disebutkan terkait prinsip-prinsip SUFA yaitu perluasan konseling dan tes HIV dan inisiasi dini ARV. Tujuan program ini adalah mengurangi kesakitan dan kematian terkait HIV serta memaksimalkan manfaat perluasan akses ARV untuk mencegah HIV. SUFA menerapkan prinsip pemakaian ARV tanpa memandang nilai CD4 yang dikenal dengan Test and Treat. Prinsip lainnya adalah untuk mencegah penularan (dengan menurunkan viral load) yang dikenal dengan Treatment as Prevention (TasP). Perluasan layanan konseling dan tes HIV dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu: (1) Tes dan Konseling Inisiatif Petugas (TKIP/PITC), (2) menganjurkan tes HIV kepada ibu hamil di daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pasien Infeksi Menular Seksual, pasangan ODHA, pasien TB, pasien Hepatitis dan warga binaan lapas/rutan, (3) Tes HIV rutin minimal 6 bulan sekali bagi populasi kunci dan orang yang masih berperilaku risiko, dan (4) mengaktifkan konseling keluarga dan konseling pasangan dari orang yang 1

Upload: amiyani-kristina-dusau-ngana

Post on 24-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSalah satu implementasi Surat Edaran Menkes RI No 129 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)adalah program Strategic for Use ARV (SUFA). Walaupun dokumen kebijakan tidak secara langsung menyebutkannya. Namun, terdapat dua hal yang disebutkan terkait prinsip-prinsip SUFA yaitu perluasan konseling dan tes HIV dan inisiasi dini ARV. Tujuan program ini adalah mengurangi kesakitan dan kematian terkait HIV serta memaksimalkan manfaat perluasan akses ARV untuk mencegah HIV. SUFA menerapkan prinsip pemakaian ARV tanpa memandang nilai CD4 yang dikenal dengan Test and Treat. Prinsip lainnya adalah untuk mencegah penularan (dengan menurunkan viral load) yang dikenal dengan Treatment as Prevention (TasP).Perluasan layanan konseling dan tes HIV dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu: (1) Tes dan Konseling Inisiatif Petugas (TKIP/PITC), (2) menganjurkan tes HIV kepada ibu hamil di daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pasien Infeksi Menular Seksual, pasangan ODHA, pasien TB, pasien Hepatitis dan warga binaan lapas/rutan, (3) Tes HIV rutin minimal 6 bulan sekali bagi populasi kunci dan orang yang masih berperilaku risiko, dan (4) mengaktifkan konseling keluarga dan konseling pasangan dari orang yang terinfeksi HIV. Penemuan dini kasus baru HIV dapat mendorong lebih cepat untuk mengakses layanan perawatan, dukungan dan pengobatan.Upaya inisiasi dini ARV dilakukan kepada orang yang telah dinyatakan positif setelah melakukan konseling dan tes HIV tanpa melihat nilai CD4. ARV diberikan ODHA dengan kondisi seperti, ibu hamil, pasien koinfeksi TB, Lelaki Seks dengan Lelaki, pasien koinfeksi Hepatitis B dan C, Wanita Pekerja Seks, Pengguna Narkoba Suntik, ODHA yang pasangan tetapnya memiliki status HIV (-) dan tidak menggunakan kondom secara konsisten. Pemberian ARV tersebut ditujukan untuk mengurangi risiko penularan HIV kepada pasangannya.Namun, kedua upaya tersebut harus dilaksanakan dalam kerangka layanan komprehensif dan berkesinambungan pada program peanggulangan AIDS. Aspek lain seperti promosi, pencegahan, dukungan dan perawatan harus tetap dijalankan seiring dengan implementasi SUFA di suatu wilayah. Tanpa promosi layanan konseling dan tes HIV maka tidak ada orang yang akan mengakses layanan ARV yang pada akhirnya SUFA juga tidak berjalan. Selain itu, dukungan kepada ODHA yang menjalankan pengobatan ARV untuk tetap patuh dan rajin meminum ARV harus tetap dijalankan. Efek samping ketika pengobatan ARV sering menyebabkan ODHA tidak patuh dalam menjalani proses pengobatan. Dukungan layanan komprehensif dan berkesinambungan akan memastikan SUFA dapat berjalan efektif dan efisien. Namun, kekhawatiran terhadap pelaksanaan SUFA mulai muncul dari berbagai kalangan penggiat AIDS. Bahkan komunitas populasi kunci ikut serta dalam mengawal pelaksanaan SUFA ini. Diskusi konstruktif dibangun di beberapa mailing list dan lembaga untuk dapat memberikan masukkan dalam memperbaiki implementasi SUFA. Hal ini karena ada rencana Kemenkes untuk memperluas implementasi SUFA secara nasional.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut :1. Apa definisi dari konseling ?2. Apa tujuan dari konseling ?3. Bagaimana ciri-ciri dari konseling ?4. Apakah yang di maksud dengan konseling HIV ?5. Apa tujuan dari konseling HIV ?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumDalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang manfaat konseling dan test pada HIV.1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui definisi dari definisi dari konseling.2. Untuk mengetahui tujuan dari konseling.3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari konseling.4. Untuk mengetahui yang di maksud dengan konseling HIV.5. Untuk mengetahui tujuan dari konseling HIV.

1.4 Manfaat PenulisanManfaat penulisan dalam makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan para mahasiswa/mahasiswi keperawatan, khususnya keluarga besar STIKES EKA HARAP agar dapat lebih mengetahui dan mengerti mengenai manfaat konseling dan test pada HIV.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Konseling2.1.1 Definisi KonselingKata konseling (counseling) berasal dari kata counsel dari bahasa latin counselium artinya bersama atau bicara bersama. Berbicara bersama-sama adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselor). Counselium berarti people coming together to gain an understanding of problem that beset them were evident.Dalam Mempelajari Bimbingan dan Konseling, mahasiswa sudah tentu harus mengetahui pengertian-pengertian yang telah dikemukakan para tokoh. Karena hal tersebut merupakan dasar agar dalam mempelajarinya mahasiswa menjadi fokus pada sasaran perkuliahan. Oleh karena itu berikut ini penulis uraikan Teori berkenaan dengan pengertian bimbingan dan konseling tersebut :1. Menurut Schertzer dan Stone (1980)Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.2. Menurut Jones (1951)Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.3. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien (Prayitno, 2004:105). Menurut Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati kehati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.4. Sedangkan menurut Sulianti Saroso, Konseling adalah proses pertolongan dimana seseorang dengan tulus dan tujuan jelas, memberi waktu, perhatian dan keahliannya, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.5. Prayitno dan Erman Amti (2004:105)Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.6. Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974)Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.7. Menurut APGA (American Personel Guidance Association) dalam Prayitno (1987 : 25).Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalahpengambilan keputusan.8. Menurut Talbert (1959)Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

9. Menurut Cavanagh,Konseling merupakan a relationship between a trained helper and a person seeking help in which both the skills of the helper and the atmosphere that he or she creates help people learn to relate with themselves and others in more growth-producing ways. Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh (growth-producing ways).10. Menurut Tohari Musnawar (1992)Konseling dalam Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Kesemuanya berlandaskan kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber pedoman kehidupan umat Islam.11. Menurut ASCA (American School Conselor Association) Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah-masalahnya.12. Menurut Pepinsky & Pepinsky, dalam Schertzer dan Stone (1974)Konseling merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ; (b) terjadi dalam suasana yang profesional (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.13. Menurut Smith dalam Sertzer & Stone (1974)Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.14. Menurut Division of Conseling Psychology Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.15. Menurut Blocher dalam Shertzer & Stone (1969)Konseling adalah membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengrauh lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, membantu yang bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku dimasa yang akan datang.16. Menurut Berdnard & Fullmer (1969)Konseling merupakan pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.17. Menurut Lewis, dalam Shertzer & Stone (1974)Konseling adalah proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan seseorang yang bermasalah yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang memungkinkan kliennye berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.18. Menurut PietrofesaKonseling merupakan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli.19. Menurut Winkell (2005 : 34)Konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli / klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.Berdasarkan pengertian konseling menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan secara intensif dan sistematis dari seorang konselor kepada kliennya dalam rangka pemecahan suatu masalah agar klien mendapat pilihan yang baik. Disamping itu juga diharapakan agar klien dapat memahami dirinya (self understanding) dan mampu menerima kemampuan dirinya sendiri.Dari penjelasan Stefflre dan Grant, konseling setidaknya menekankan empat hal yaitu:1. Konseling sebagai proses.2. Konseling sebagai hubungan spesifik.3. Konseling adalah membantu klien.4. Konseling untuk mencapai tujuan hidup.Psikologi konseling bermaksud konseling berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami masalah melalui pendekatan psikologi.

2.1.2 Tujuan KonselingSecara garis besar, tujuan konseling dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umun dan tujuan khusus. Guna memperjelas apa yang menjadi tujuan umum dan khusus, akan disampaikan penjelasannyasebagai berikut:1. Tujuan UmumDitinjau dari perkembangan konsepsi konseling senantiasa mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai yang komprehensif.Tujuan konseling dengan mengikuti pada perkemangan konsepsi konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada, serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.2. Tujuan KhususTujuan khusus konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahanya. Dengan demikian maka tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk tiap-tiap individu bersifat unik pula, artinya tujuan bimbingan dan konseling untuk individu yang satu dengan individu yang yang lain tidak boleh disamakan.

2.1.3 Ciri-ciri Konseling1. Konseling dilakukan oleh seorang konselor yang mempunyai kemampuan secara profesional dalam menangani masalah. 2. Konseling melibatkan interaksi dan komunikasi antara dua orang yaitu konselor dan klien baik secara langsung (bahasa verbal) maupun secara tidak langsung (non verbal).3. Konseling merupakan proses yang dinamis.4. Konseling merupakan suatu proses belajar terutama bagi klien untuk mengembangkan perilaku baru.5. Adanya suatu hubungan yang saling menghargai dan menghormati sehingga timbul saling kepercayaan, dengan kata lain konselor menjamin kerahasiaan klien.2.2 Konseling HivKonseling Hiv adalah dialog antara petugas konseling (konselor) dengan klien untuk meningkatkan kemampuan klien dalam memahami Hiv/Aids beserta resiko dan konsekuensi terhadap diri, pasangan dan keluarga serta orang sekitarnya.Konseling HIV/AIDS adalah konseling yang secara khusus memberi perhatian terhadap permasalahan yang berkaitan dengan HIV/AIDS, baik terhadap orang yang terinfeksi maupun terhadap lingkungan yang terpengaruh. 2.2.1 Tujuan Konseling HIVTujuan dari dilakukannya konseling HIV/AIDS agar tersedianya dukungan sosial dan psikologik kepada odha dan keluarganya. Selain itu juga terjadinya perubahan perilaku yang aman sehingga penurunan penularan infeksi HIV/AIDS.Konseling HIV/AIDS biasanya dilakukan dua kali, yaitu: sebelum tes (pra-test) atau sesudah tes (Pasca test) HIV/AIDS.2.2.2 Tahap Pre Test1. Alasan Test 2. Pengetahuan tentang HIV & manfaat testing3. Perbaikan kesalahpahaman ttg HIV / AIDS 4. Penilaian pribadi resiko penularan HIV 5. Informasi tentang test HIV 6. Diskusi tentang kemungkinan hasil yang keluar 7. Kapasitas menghadapi hasil / dampak hasil 8. Kebutuhan dan dukungan potensial - rencana pengurangan resiko pribadi 9. Pemahaman tentang pentingnya test ulang. 10. Memberi waktu untuk mempertimbangkan. 11. Pengambilan keputusan setelah diberi informasi. 12. Membuat rencana tindak lanjut. 13. Memfasilitasi dan penandatanganan Informed Consent 2.2.3 Konseling Pasca Test1. Dokter & Konselor Mengetahui Hasil Untuk Membantu Diagnosa Dan Dukungan Lebih Lanjut. 2. Hasil diberikan dalam amplop tertutup . 3. Hasil Disampaikan Dengan Jelas Dan Sederhana 4. Beri Waktu Untuk Bereaksi 5. Cek Pemahaman Hasil Test 6. Diskusi Makna Hasil Test 7. Dampak pribadi , keluarga , sosial terhadap odha , kepada siapa & bagaimana memberitahu. 8. Rencana pribadi penurunan resiko 9. Menangani reaksi emosional. 10. Apakah segera tersedia dukungan ? 11. Tindak lanjut perawatan & dukungan ke layanan managemen kasus atau layanan dukungan yang tersedia di wilayah. Selama konseling berlangsung biasanya ada beberapa topik yang di bicarakan. Di antaranya:1. Identifikasi prilaku yang berisiko tertular HIV/AIDS.2. Membantu membuat keputusan untuk merubah perilaku itu.3. Mengganti dengan perilaku perilaku yang berisiko lebih rendah/ aman serta mempertahankan perilaku itu.4. Membantu klien untuk mengambil keputusan untuk melakukan tes HIV, dengan membuat pernyataan persetujuan (informed consent), tanpa paksaan dan bersifat rahasia (confidentiality).Bila klien memutuskan untuk memeriksakan diri, ia perlu disiapkan untuk menghadapi hasil yang akan diterimanya. Ada tiga kemungkinan hasil yang akan terjadi:1. Hasil tes negatif dan bukan dalam periode jendela :1) Jelaskan bahwa ini bukan berarti bebas HIV seumur hidup hingga boleh berperilaku apapun.2) Andaikata ada prilaku berisiko tinggi, perlu merubah perilaku tersebut, menjadi lebih aman dan dipertahankan seumur hidup sesuai dengan pilihan A (abstinence), B (Be Faithful), C (Condom) atau kombinasi demi pencegahan HIV.2. Hasil tes negatif dalam periode jendela :1) Perlu mengulang tes untuk 3 bulan kemudian, untuk kepastianstatus HIV-nya.2) Sudah harus merubah perilaku risiko tingginya, sesuai pilihan A,B, C atau kombinasi.3. Hasil tes positif :1) Perhatikan reaksi klien saat menerima hasil tes, konselor perlu berempati2) Jelaskan bawa positif bukan berarti mati.3) Rujukan untuk dukungan dan pengobatan.4) Jaminan kerahasiaan.5) Kemungkinan memberitahu pasangan.6) Merubah perilaku berisiko tingginya berdasarkan pilihan A, B, C, atau kombinasinya.Meskipun program konseling dan tes secara sukarela telah dilaksanakan sejak tahun 1994, namun pada kenyataannya di lapangan cakupannya masih sangat rendah. Tahun 2010 ini diperkirakan ada 300.000 orang di Indonesia telah terinfeksi HIV/AIDS. Sayangnya baru sekitar 30.000 orang yang mendapatkan pengobatan. Untuk meningkatkan cakupan Program Dukungan, Perawatan dan Pengobatan di HIV/AIDS Indonesia, pemerintah telah mensosialisasikan kebijakan baru Provider Initiative Test and Counseling (PITC). Diharapkan dengan informasi dan anjuran dari petugas kesehatan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri semakin meningkat. Sehingga diharapkan secara langsung maupun tidak langsung akan terdeteksi lebih awal. Bila seseorang terdeteksi lebih awal maka kita bisa mencegah kematian dan juga tidak perlu mengalami infeksi oportunistik. Terlebih lagi perubahan kebijakan ini, akan mendukung kebijakan Access for All yang dikeluarkan WHO. Semoga dengan semakin ditingkatkannya fasilitas dan sarana yang ada, Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM mampu melaksanakan kegiatan tersebut. Konseling merupakan salah satu proses yang harus dilakukan sebelum seseorang memutuskan untuk test anti-HIV. Pengertian konseling adalah: hubungan kerjasama yang bersifat menolong antar dua orang (konselor dan klien) yang bersepakat untuk :1) Bekerja sama dalam upaya menolong klien agar dapat menguasai permasalahan dalam hidupnya.2) Berkomunikasi untuk membantu mengidentifkasi problem-problem klien.3) Terlibat dalam proses yang menyediakan pengetahuan keterampilan, dan akses terhadap sumber- sumber.4) Membantu klien mengubah sikap/ presepsi yang negatif terhadap problemnya, sehingga klien dapat mengatasi kekuatirannya dan memutuskan apa yang akan ia lakukan dengan permasalahan yang dihadapinya.

BAB 3PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dalam proses konseling ini konselor terlebih dahulu mendekati konseli yang sedang dalam masalah. Kemudian konselor menyuruh konseli untuk mengungkapkan masalah yang ia hadapi. Setelah konselor memahami masalahnya, kemudian dilakukan proses konseling yang berada di rumah konseli. Dalam proses konselingnya bersifat pribadi dan face to face. Konselor mamberikan bimbingan tentang bagaimana akibat dari pergaulan remaja yang begitu bebasnya. Selain itu konselor juga memberikan motivasi ataupun semangat untuk jangan pernah putus asa hanya gara-gara diputus pacar. Lebih baik kita mencari teman sebanyak-banyaknya dan bergaul yang baik.Konselor melihat hasil dari berbagai konseling yang telah diberikan kepada konseli. Apabila masih kurang, konselor bisa menawarkan bantuan apabila timbul permasalahan baru. Tim konseling terpadu yang terdiri dari dokter umum, psikolog, psikiater, penyuluhan lapangan, dan pembina mental dengan tujuan, antara lain: memberikan pengertian dan informasi yang benar tentang HIV-AIDS, mengidentifikasi masalah dan memberikan jalan keluarnya, memberikan kesadaran berperilaku sehat dan bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat, memberikan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah dan memberikan rasa aman.Konseling HIV/AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia antara klien dan konselor bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan dengan HIV/AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal penularan HIV, fasilitasi pencegahanperilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketika klien menghadapi hasil tespositif. Konseling HIV merupakan suatu dialog antara petugas konseing (konselor) dengan klien untuk meningkatkan kemampuan klien dalam memahami HIV/AIDS beserta resiko dan konsekuensi terhadap diri, pasangan dan keluarga serta orang sekitarnya. Tes HIV adalah pemeriksaan darah di laboratorium untuk memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak.Konseling HIV/AIDS merupakan proses dengan tiga tujuan umum: menyediakan dukungan psikologis, misalnya: dukungan yangberkaitan dengan kesejahteraan emosi, psikologis, sosial dan spiritual seseorang yang mengidap virus HIV atau virus lainnya, pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi tentangperilaku berisiko (seperti seks aman atau penggunaan jarum bersama) dan membantu orang dalam mengembangkan keterampilan pribadi yang diperlukan untuk perubahan perilaku dan negosiasi praktek lebih aman, memastikan efektivitas rujukan kesehatan, terapi, dan perawatan melalui pemecahan masalah kepatuhan berobat.3.2 SaranDiharapkan bagi para pembaca makalah ini, terutama keluarga besar STIKes Eka Harap dapat lebih memahami tentang HIV/AIDS, terutama tentang konseling masalah HIV/AIDS. Pesan dari penyusun, perhatikan keadaan lingkungan sekitarmu dan jadilah remaja yang selektif dalam hal pergaulan agar terhindaar dari berbagai penyakit, terutama HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKAAbdul Hadi. 2010. Ruang Lingkup Bimbingan Konseling. Tersedia dalam http://bpiuinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/ruang-lingkup-bimbingan-konseling.html diunduh : 19 Maret 2014.Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagaan Departeman Tenaga dan Transmigrasi RI : Pedoman Bersama ILO/WHO tentangPelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakrta. September 2005Ikhwan Nurhakim. 2011. Kesalah Pemahaman Tentang Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. http://precounselor.wordpress.com/2011/03/13/15-kesalah-pemahaman tentang-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/ : diunduh 19 Maret 2014.Mugiarso, Heru. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.NAC. 2003. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia (Prevention and Control of HIV/AIDS in Indonesia), Report to the Cabinet. Jakarta, Indonesia: NACPrayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Salahuddin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.UNESCO and UNAIDS. 2002. HIV/AIDS and Education: A Too/kit forMinistries of Education

1