ipt virus baru laporan

28
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN PENULARAN VIRUS Nama : Sarah Lail Zahra NIM : 125040201111162 Kelompok : Kamis 13.20 Asisten : Diajeng Nastiti PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: sarah

Post on 25-Sep-2015

344 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

laporan ipt virus

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT TUMBUHANPENULARAN VIRUS

Nama: Sarah Lail ZahraNIM: 125040201111162Kelompok: Kamis 13.20Asisten: Diajeng Nastiti

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIlmu Penyakit tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari organisme dan faktor lingkungan penyebab penyakit tumbuhan, mekanisme terjadinya penyakit, interaksi antara agen penyebab penyakit dan tanaman inangnya. Hal ini ditujukan supaya dapat diketahui pelaksanaan praktis dan tindakan yang tepat ketika tanaman budidaya kita terinfeksi penyakit. Penyakit atau yang dikenal dengan patogen tanaman, merupakan agens atau mikroorganisme pembawa penyakit yang menyebabkan tumbuhan mengalami kemunduran bahkan kerusakan sel, baik secara metobolis maupun fisik. Patogen tanaman terdiri dari nematoda, bakteri, jamur, parasit, dan virus.Virus merupakan mikroorganisme yang bersifat saprofit obligat, terdiri dari asam amino, selubung protein (kapsid), dan asam nukleat DNA/RNA (namun tidak keduanya). Virus merupakan patogen dengan tipe tidak akan dapat menginfeksi apabila tidak masuk melalui bagian tubuh tanaman yang terbuka, khusunya terluka, baik sengaja dilikai, maupun secara alami. Penularan virus secara mekanik, dapat dilakukan dengan cara aplikasi SAP dan pelukaan minor menggunakan karborundum, spray berkekuatan keras dan jarum suntik. Pengetahuan tentang penularan virus dan pola infeksinya, penting diketahui untuk dapat melihat potensi pengendalian yang tepat dan sesuai dalam proses budidaya tanaman.1.2 Manfaat Memahami pola infeksi dan cara infeksi patogen tanaman, khususnya virus, sehingga dapat memutuskan tindakan pengendalian yang tepat. Memahami cara-cara penularan virus dan mekanisme penularannya.1.3 Tujuan Supaya dapat diketahui pelaksanaan praktis dan tindakan yang tepat ketika tanaman budidaya kita terinfeksi penyakit. Penting diketahui untuk dapat melihat potensi pengendalian yang tepat dan sesuai dalam proses budidaya tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Macam-macam Teknik Penularan VirusPenularan virus sebagai sifat patogeniknya adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh virus tumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi atau penelitian yang lain. Satu jenis virus dapat menular dengan berbagai cara, akan tetapi, ada diantara jenis virus yang hanya dapat menular melalui satu cara penularan saja. Penularan virus, diantaranya dapat terjadi secara : Penularan MekanikPenularan mekanis terjadi ketika dilakukan dengan menggunakan kontak menggunakan cairan perasan (SAP) dari tanaman yang terinfeksi virus, dalam hal ini, disebut dengan inokulum. Inokulum ditularkan pada permukaan daun tanaman sehat. Penularan Melalui GraftingGrafting (penyambungan) adalah perlakuan dimana bagian dari tanaman lain, disambungkan dengan tanaman induk dengan tujuan mendapatkan fenotip yang diinginkan, atau menyambungkan antara 2 tanaman untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, baik dari produksi, maupun ketahanan. Penyambungan yang langsung menghubungkan bagian dalam tanaman dan menghubungkan antar pembuluh xilem inilah yang berpotensi besar dalam penularan virus. Penularan Melalui DodderDodder (Cuscuta sp.) adalah tumbuhan semi parasit. Tumbuhan tersebut melekatkan diri pada tanaman lain sebagai inang dan mengambil sari makanan tanmana inang dengan menggunakan organ yang berfungsi menyeruapai akar (haustoria). Penularan Melalui VektorPenularan virus melalui serangga sangat umum terjadi di alam dan secara ekonomi penyebaran virus melalui serangga dinilai memiliki nilai ekonomis yang penting. Serangga yang menularkan virus disebut dengan vektor (Bos, 1983). Kemampuan, efisiensi, dan cara penularan virus oleh arthropoda ditentukan oleh struktur bagian alat mulut dan cara pengambilan makan pada tanaman inangnya. Kelompok serangga yang banyak bertindak sebagai vektor beberapa virus adalah Hemiptera dan Homoptera.

2.2 Penularan Virus secara MekanikPenularan mekanis terjadi ketika dilakukan dengan menggunakan kontak menggunakan cairan perasan (SAP) dari tanaman yang terinfeksi virus, dalam hal ini, disebut dengan inokulum. Inokulum ditularkan pada permukaan daun tanaman sehat.Dalam hal penularan cara ini, partikel virus berpenetrasi melalui lapisan kutikula dan epidermis tanaman sehat. Permukaan daun yang akan diinokulasi harus dilukai terlebih dulu. Apabila tanaman cukup rentan terhadap infeksi virus, beberapa kemungkinan reaksi tanaman terhadap virus dapat terjadi :1) Terjadi reaksi lokal pada bagian yang diinokulasi2) Terjadi reaksi sitemik (belang, mosaik, deformasi pada daun, lokal lesio, nekrosis, klorosis, dsb. Gejala tersebut menyebar keseluruh bagian tanaman.3) Tidak timbul gejalaa) Walaupun virus menyebar dalam tanaman, akan tetapi tidak menampakkan gejala, artinya, tanaman tidak bereaksi positif. Tanaman mungkin tahan atau toleran terhadap infeksi virus, atau gejala tidak tampak jelas karena kondisi lingkungan kurang memungkinkan (symptomless carrier, masked symptom) (Gibbs & Harrison, 1976).b) Walaupun virus sudah masuk ke dalam tanaman, namun tidak dapat bermultiplikasi dan berkembang ke bagian bagian tanaman lain, sehingga tidak menampakkan gejala, mungkin tahan terhadap virus.c) Virus tidak dapat menginfeksi tanaman, tanaman kebal terhadap virus. Catatan : tidak semua virus dapat ditularkan melalui mekanis, secara alami virus persisten pada serangga vektor (apakah semi persisten, persisten ditularkan melalui Aphid atau jenis serangga lain).Seleksi tanaman indikator juga dilakukan untuk melihat tanaman indikator yang menunjukkan reaksi spesifik terhadap salah satu jenis virus. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk memisahkan antar virus yang ditemukan pada tanaman inang utamanya. Biasanya, dari sifat kebal dari inang yang lain ke tanaman inang lain yang relatif lebih rentan. Contoh tanaman indikator yang umum digunakan antara lain :Chenopodium amaranticolorC. quinoaCucumis sativusDatura stramoniumGomphrena globosa, dll.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Penularan Virus secara MekanikTidak semua penularna virus yang dilakukan secara mekanik akan menimbulkan reaksi seperti yang diharapkan. Timbulnya reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling keterakitan dan saling mendukung satu-sama lain, yakni segitiga faktor penyakit. Pada hakikatnya, seluruh patogen, daalam stadia infektif, memerlukan faktor-faktor tersebut dalam keberhasilan penularanan inokulumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penularan virus khususnya secara mekanik antara lain :1) Terdapatnya luka (keberhasilan pelukaan minor) Pelukaan minor adalah teknik yang dilakukan ketika proses awal penularan virus secara mekanik. Karen avirus memiliki tipe yang tidak dapat bereplikasi sebelum masuk pada sel maupun inti sel tanaman, maka, pelukaan minor seperti aplikasi karborundum, penggunaan jarum suntik, atau pelukaan menggunakan spray berkekuatan tinggi, dilaksanakan sebagai jalan pembuka bagi virus untuk masuk ke dalam jaringan tanaman, dengan catatan, selam pelukaan, dipastikan luka yang timbul akibat perlakuan tidak menyebabkan kerusakan sel mauapun jaringan sehingga merusak atau menurunkan metabolisme. Replikasi virus tergantung dengan metabolisme tanaman, jika metabolisme turun, maka replikasi akan ikut berkurang, sedangkan apabila metabolisme dalam performa yang baik, maka virus akan bereplikasi dengan cepat. Hal ini terjadi karena sifat virus yang parasit obligat, dimana ia membutuhkan inangnya tetap hidup selama dia menginfeksi.2) Virulensi VirusVirulensi, merupakan tingkat keganasan virus dan dayanya dalam menimbulkan reaksi pada tanaman inang. Virulensi dalam hal penginfeksian virus, dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kekebalan alami tanaman, varietas, lingkungan atau suhu yang sesuai. 3) Metabolisme Tanaman InangKetahanan metabolis, seperti ketahanan alami terhadap satu strain khusus, atau ketahanan terhadap segala jenis strain patogen, mempengaruhi virus dalam menimbulkan reaksi. Pada saat-saat tertentu virus dapat terekspresi dengan nyata, pada saat yang lain, reaksi virus nampak mirip dengan gejala lain, dan bahkan tidak terekspresi sama sekali walaupun virus telah menyerang.4) Lingkungan yang MendukungLingkungan yang mendukung termasuk dalam kategori suhu yang sesuai untuk perkembagan patogen, intensitas cahaya matahari, kelembaban, kecepatan angin, naungan dan segala hal yang sekiranya berpotensi mempengaruhi perkembangan patogen pada tanaman inang, baik sebelum berpenetrasi, amupun telah berpenetrasi.2.4 Deskripsi Cucumber Mosaic Virus (CMV)CMV adalah spesies jenis genusCucumovirusdalam keluargaBromoviridae.Ini terdiri dari tiga partikel berbentuk bola, masing-masing sekitar 28 nm diameter.The CMV genom terdiri dari tiga, utusan-akal molekul RNA untai tunggal, RNA ditunjuk 1 (~ 3.350 nukleotida), RNA 2 (~ 3.050 nukleotida) dan RNA 3 (~ 2.200 nukleotida)(Gambar 6).Setiap molekul RNA tertutup dalam mantel protein pelindung dengan masing-masing menjadi berbeda satu partikel bulat berbentuk.Jadi, CMV dewasa terdiri dari tiga partikel berbentuk bola, satu partikel yang mengandung RNA 1, yang lain mengandung RNA 2 dan RNA yang mengandung ketiga 3. RNA 3 partikel mungkin berisi untai RNA keempat, disebut sebagai RNA 4 (~ 1.030 nukleotida), yang mengkode gen protein selubung dan dari mana protein mantel CMV diproduksi.Jenis strategi translasi, disebut RNA sebagai subgenomic, terdiri dari untai yang terpisah dari RNA yang dihasilkan selama replikasi.Sementara CMV RNA 3 mengandung gen protein mantel, gen yang hanya diterjemahkan untuk menghasilkan protein mantel dari untai subgenomic nya.Skema replikasi / terjemahan umum untuk RNA 1-3 ditunjukkan pada Gambar 7 AC.Gambar 6. Tiga RNA genom CMV

RNA 1 mengkode protein tunggal, disebut sebagai 1a, terbukti diperlukan untuk replikasi genom virus(Gambar 7A).Protein 1a memiliki dua domain fungsional: domain N-terminal dan C-terminal.Domain N-terminal memiliki aktivitas metiltransferase untuk menambahkan struktur topi ke 5'-terminus dari RNA genomik dan subgenomic, sedangkan domain C-terminal dari protein 1a adalah helikase diduga yang berfungsi untuk "bersantai" RNA beruntai ganda yang berkembang selama replikasi virus.Gambar 7A.Replikasi RNA 1

RNA 2 mengkode dua protein, disebut sebagai 2a dan 2b(Gambar 7B).Protein 2a adalah N-proksimal protein 2b dan terlibat dalam replikasi genom virus.Protein 2a diperlukan untuk replikasi CMV dan memiliki karakteristik yang tergantung RNA RNA polimerase motif, yaitu, ia menggunakan untai RNA sebagai template untuk menghasilkan gratis RNA untai.Protein 2a juga ditampilkan untuk berinteraksi dengan protein 1a (juga protein replikasi) dalam ragi tes dua-hybrid.The 2b protein diterjemahkan dari terpisah (subgenomic) RNA untai, disebut sebagai RNA 4A.The 2b protein counter posttranscriptional mekanisme pembungkaman gen inang.Ketika CMV menginfeksi tanaman, tanaman dapat merespon dengan aktivasi mekanisme resistensi yang pada dasarnya berhenti atau secara signifikan menghambat virus dari melanjutkan gerakan ke dalam, dan infeksi, jaringan baru.Jenis tertentu resistensi disebut sebagai pembungkaman gen.The CMV protein 2b menghambat kemampuan gen sinyal membungkam tanaman untuk memulai membungkam gen dalam jaringan yang jauh, sehingga memungkinkan CMV untuk terus menyerang dan menginfeksi jaringan berkembang muda.Gambar 7B.Replikasi RNA 2

RNA 3 mengkode dua protein, disebut sebagai 3a dan protein mantel(Gambar 7C).Protein 3a (MP atau gerakan protein pada Gambar 6) adalah penting untuk virus sel-sel gerakan dan mutasi pada protein ini diidentifikasi perbedaan-host tertentu dalam efisiensi gerakan.Protein 3a juga terbukti berhubungan dengan gerakan jarak jauh intraplant.Protein mantel dinyatakan dari spesies RNA subgenomic disebut sebagai RNA 4. protein mantel adalah satu-satunya protein yang berhubungan dengan partikel virus dan merupakan satu-satunya penentu untuk transmisi oleh vektor kutu.Protein mantel terlibat dalam virus sel-sel gerakan, meskipun disarankan untuk memiliki peran tidak langsung dalam proses gerakan ini, dan terlibat langsung dalam gerakan jarak jauh intraplant.Perlu dicatat bahwa mutasi pada 1a, 2a dan 2b gen mempengaruhi pergerakan virus di beberapa host.Gambar 7C.Replikasi RNA 3

Selain CMV spesies RNA genomik dan subgenomic, beberapa strain CMV mendukung RNA satelit (yang ditunjuk RNA 5 atau satRNA).The satRNA adalah molekul untai tunggal sekitar 332-342 nukleotida panjang dan sangat tergantung pada CMV untuk replikasi.Selain itu, satRNA adalah encapsidated partikel CMV, yang memungkinkan penyebaran dari tanaman untuk menanam bersama dengan CMV, oleh vektor kutu.The satRNA, bagaimanapun, tidak memberikan CMV (yaitu, virus penolong) dengan fungsi penting.Terjadinya satRNA dengan CMV mungkin tidak berpengaruh pada gejala CMV yang disebabkan atau mungkin mengintensifkan gejala dengan produksi klorosis sistemik atau nekrosis atau benar-benar dapat melemahkan gejala biasanya disebabkan oleh CMV.Efek pada ekspresi penyakit tergantung pada interaksi spesies satRNA, isolat atau strain CMV dan spesies tanaman inang dan berbagai.Misalnya, nekrosis mematikan parah dalam tomat terjadi karena satu CMV-satRNA interaksi yang mempengaruhi ribuan hektar tomat pengolahan di Italia selatan(Gambar 8).CMV bereplikasi dalam sitoplasma mengikuti strategi karakteristik yang digunakan oleh utusan-rasa genom virus untai tunggal, dimana molekul RNA genom virus berfungsi sebagai template untuk generasi molekul RNA minus akal non-diterjemahkan pelengkap dalam urutan ke spesies RNA genom masing-masing.RNA genomik dan subgenomic dihasilkan dari spesies RNA minus rasa saling melengkapi masing-masing.Protein diterjemahkan dari gen virus spesifik dalam sitoplasma.Gerakan sel-sel terjadi melalui plasmodesmata dan gerakan jarak jauh intraplant terjadi melalui floem.CMV strain dibagi menjadi dua subkelompok, yang ditunjuk subkelompok I dan II, yang dibedakan oleh hubungan serologi dan analisis urutan. Beberapa strain CMV adalah tuan rumah yang spesifik, menginfeksi host tertentu dalam keluarga yang sama seperti strain kacang-kacangan CMV.CMV serologis terkait denganTomat aspermy virusdanPeanut stunt virus.(APS dot net)2.5 Jenis Tanaman Inang Cucumber Mosaic Virus (CMV)CMV (Cucumber mozaik virus) menyerang tanaman mentimun. Virus CMV (Cucumber mozaic virus) juga bisa menyebabkan penyakit pada tanaman tembakau yang sangat merugikan. Gejala daun yang terserang CMV adalah terjadinya perubahan warna seperti pola mosaik, seringkali tanaman menjadi kerdil, daun menyempit dan mengalami distorsi. Penyakit yang disebakan oleh virus ini sampai saat ini masih sulit dikendalikan karena virus ini mempunyai banyak jenis tanaman inang dan dapat disebarkan oleh vektor, biji, bahan perbanyakan tanaman, dan alat mekanis. Pengendalian penyakit CMV yang banyak dilakukan hanyalah bersifat sebagai pencegahan misalnya penggunaan bibit tahan atau bebas virus, eradikasi tanaman terinfeksi, pengendalian vektor dan proteksi silang (Triharso, 2005).2.6. Gejala Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman CabaiTipe gejala yang muncul pada tanaman cabe dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan berbagai jenis virus seperti virus tomat mosaik (tomato mosaic virus = ToMV), virus mosaik tembakau (tobacco mosaic virus = TMV), virus mosaik mentimun (cucumber mosaic virus = CMV), virus kentang Y (potato virus Y = PVY) dan virus X kentang (potato virus X = PVX) (Prajananta, 1995) Gejala bervariasi tergantung pada strain virus dan kultivar tanaman. Pada tanaman tomat gejala diawali dengan menguning dan kerdil. Daun menunjukkan gejala mottle mirip gejala tobacco mosaic virus (TMV). Gejala karakteristik adalah bentuk daun seperti tali sepatu (shoestring-like).) yang dapat dikacaukan dengan gejala ToMV yaitu malformasi daun (fern-leaf).Gejala spesifik berupa terjadinya klorosis pada daun (daun trotol kuning), belang hijau coklat, permukaan daun berlekuk-lekuk (bergelombang), ukuran permukaan daun lebih kecil, daun berlepuh hijau gelap (blister), pertumbuhan tanaman lebih pendek, daun berbentuk mangkuk atau cawan. Penyebaran virus ini dapat secara langsung karena gesekan bagian tanaman yang sakit ke daun atau bagian tanaman lain yg sehat karena adanya angin, oleh kutu daun (Aphis gossypii Glow), pekerja kebun dan peralatan pertanian. Pertumbuhan tanaman yang terserang virus relatif lebih kerdil. Mula-mula tulang daun menguning atau terjadi jalur kuning sepanjang tulang daun. Daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil dan lebih sempit dari ukuran daun yang normal, atau menjadi seperti tali sepatu karena lembaran daun menghilang yang tinggal hanya tulang daun saja. Virus mosaik mentimun sering menyebabkan gejala bisul atau kutil pada buah (Semangun 1989).Virus masuk ke dalam jaringan melalui luka lalu memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh jaringan tanaman secara sistemik. Jenis virus di atas dapat menular melalui persinggungan secara mekanik seperti TMV, ToMV dan PVX; melalui biji seperti ToMV dan TMV (Prajananta, 1995) atau disebarkan oleh kutu daun seperti CMV dan PVYGejala awal serangan ditandai dengan adanya warna mosaik kuning atau hijau muda mencolok pada daun. Kelanjutanya pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, buah kecil, bengkok dan ringan. Secara keseluruhan tanaman tumbuh tidak normal, menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. (Noordam 1973).2.7 Masa Inkubasi Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai Masa inkubasi CMV adalah 7 hari, artinya semenjak tanaman dihinggapi virus, dibutuhkan waktu 7 hari sampai tanaman tersebut memperlihatkan gejala bahwa tanaman tersebut terserang penyakit CMV (Deptan, 2013).III. METODOLOGI3.1 Alat dan Bahan -Alat1.Kain kasa steril : untuk menyaring sari air perasan2.Mortar dan pistil: untuk menumbuk daun3.Kapas atau tissue: media tetes air4.Gunting: untuk menggunting daun memisahkan dengan tulang daunnya

-Bahan 1.Tanaman cabai yang terserang Cucumber mozaic virus : untuk membuat SAP2.Tanaman cabai yang sehat berumur 2 minggu : untuk diinokulasi secara mekanik3.Buffer fosfat 0,01 M pH 7,0 : untuk melindungi sel agar tidak terlisis dan penyangga pH4.Karborundum 600 mesh : untuk melukai jaringan tanaman dan jaringan epidermisnya5.Alkohol 95% : untuk sterilisasi tangan3.2 Cara Kerja 1. Pembuatan SAPSterilkan tangan menggunakan alkohol 95%

Ambil daun tanaman sakit 5 gr dan pisahkan daun dengan tulang daunnya

Bersihkan dari kotoran menggunakan tissue atau kapas

Masukkan dalam mortar dan tumbuk hingga halus

Tambahkan buffer fosfat 10 mL 0,01 M pH 7,0

Aduk dengan pistil

Saring SAP menggunakan kasa steril

Inokulasi daun sehatBuat SAP

Siapkan tanaman cabai sehat dalam pot yang berumur 2 minggu

Taburi permukaan daun dengan karborundum 600 mesh

Usap perlahan permukaan daun yang telah diberi karborundum

Celupkan jari yang lain pada SAP

Usapkan pada permukaan daun yang telah dilukai

Biarkan sejenak

Bilas dengan air menggunakan kapas atau tissue

Letakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari

Amati dan dokumentasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Deskripsi Jenis Tanaman Inang sebagai Sumber Inokulum Cucumber Mosaic Virus (CMV) Tanaman yang digunakan sebagai tanaman inang (tanaman sakit untuk membuat SAP) adalah tanaman cabai dengan ciri gejala distorsi pada daun, vein banding dan mosaik serta kerdil. Cabai sakit ditemukan di lapang dengan gejala tersebut dan memiliki pola plot-plot tertentu dalam satu lingkup area tanam. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa deskripsi Cucumber Misaic Virus (CMV) adalah terjadinya perubahan warna seperti pola mosaik, seringkali tanaman menjadi kerdil, daun menyempit dan mengalami distorsi (Triharso, 2005).CMV memiliki kecenderungan untuk menginfeksi jenis Cucurbitaceae dan Solanaceae, sehingga, dalam pencarian inang, sebenarnya dapat ditemukan pada tomat, timun, paprika atau terong selain dari cabai. Penggunaan cabai yang dipilih sebagai tanaman inang untuk penularan virus dikarenakan penggunaan tanamn uji yang sama, sehingga, identifikasi dapat dilakukan denga mudah secara fisik. 4.2 Deskripsi Jenis Tanaman Uji Jenis tanaman uji pada praktikum penularan virus secara mekanik adalah menggunakan tanaman cabai yang berumur 2-3 minggu. Umur tanaman uji ditentukan 2 hingga 3 minggu untuk mencegah umur cabai yang terlalu muda dan sangat rentan rusak apabila dilakukan pelukaan minor atau abrasi. Cabai memiliki kriteria sehat dan tidak teridentifikasi terserang hama, terinfeksi penyakit atau cacat sebelumnya. Kriteria ditetapkan supaya mempermudah identifikasi gejala ketika pengamatan. Penentuan tanaman uji adalah disesuaikan dengan tanaman inang dari strain patogen yang menyerang dalam pengamatan pola infeksi atau gejala serangan (Triharso, 2005)4.3 Masa Inkubasi Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai yang Diinokulasi Masa inkubasi pada tanaman uji yaitu pada tiga hari setekah inokulasi, hal ini ditandai dengan mengritingnya daun muda yang baru tumbuh setelah inokulasi virus. Namun gejala mozaik belum tampak mungkin dikarenakan umur daun yang masih muda. Sesuai dengan literatur, Nurhayati (1996) masa inkubasi CMV pada tanaman cabai merah berkisar 7 hari setelah inokulasi.

4.4 Deskripsi Gejala Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai Gejala yang terlihat ketika tanaman cabai telah terinveksi CMV adalah pada daun muda terlihat prtumbuhannya abnormal/kerdil dibandingkan dengan daun yang lain/tidak terinfeksi virus. Pada helaian daun terjadi klorosis, terdapat belang hijau dan kuning, hingga daun mengkriting. Gejala spesifik berupa terjadinya klorosis pada daun (daun trotol kuning), belang hijau coklat, permukaan daun berlekuk-lekuk (bergelombang), ukuran permukaan daun lebih kecil, daun berlepuh hijau gelap (blister), pertumbuhan tanaman lebih pendek, daun berbentuk mangkuk atau cawan (Semangun, 2006).4.5 Keberhasilan dan Kegagalan Penularan secara Mekanik Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai Penularan virus secara mekanik pada tanaman cabai dinyatakan tidak berhasil, hal ini dikarenakan pada tanaman cabai yang digunakan sebagai tanaman uji tidak menunjukkan gejala virus, melainkan layu dan mati tanpa mengekspresikan gejala khas dari CMV. Hal ini menimbulkan banyak dugaan mengapa daun tanaman uji nampak tidak terinfeksi dan layu hingga mati karena hal lain, bukan karena infeksi CMV yang telah diinokulasikan. Hal ini diduga karena pembersihan karbonaktif yang tidak sempurna sehingga meningkatkan proses evaporasi pada permukaan daun dan menimbulkna layunya daun, pelukaan yang terlalu kuat sehingga menimbulkna kematian jaringan atau sel dan merusak metabolisme daun, virulensi virus yang tidak kuat sehingga virus tidak terekspresi dengan baik, suhu yang tidak sesuai saat inokulasi atau pengamatan, metabolisme atau ketahanan tanaman inang yang prima sehingga virus tertekan dalam menimbulkan gejala, atau periode laten virus yang memang lama. Pada umumnya virus-virus yang dapat ditularkan secara mekanik akan terkosentrasi pada bagian tanaman yang masih muda, misalnya pada daun-daun pucuk, atau ujung akar. Bagian tanaman yang masih muda juga merupakan bagian yang baik untuk inokulasi (Martosudiro, M. 2013). Inokulasi memang tidak dilakukan pada daun muda, karena, pada usia cabai yang baru 2 minggu, daun muda sangat rapuh, sehingga dipilihlah daun tengah untuk proses inokulasi. Hal ini juga mungkin mempengaruhi kegagalan dalam proses penularan virus secarfa mekanik.

V. PENUTUP5.1 KesimpulanCucumber Mosaic Virus merupakan strain virus yang bersifat tidak terlalu stabil, memiliki karakter menimbulkan gejala lokal, dan dapat ditularkan melalui cara penularan mekanik. CMV memilki karakter gejala vein yellowing, vein banding, terkadang hingga menimbulkan distorsi pada daun, mosaik, kerdil dan nampak pucat dibandingkan tanaman sehat yang biasanya akan nampak secara nyata dari ukuran daunnya yang lebih lebar dan hijau.Menurut pustaka, CMV menyerang hampir seluruh Curcubitaceae dan Solanaceae. Serangan menimbulkan ragam reaksi, tergantung pada lingkungan inkubasi,keadaan inang dan virulensi virus. Pada pengamatan penularan virus pada tanaman inang menggunakan metode mekanik, didapatkan hasil bahwa tanaman layu tanpa mengekspresikan gejala. Hal ini menimbulkan berbagai dugaan, seperti pembersihan karbonaktif yang tidak sempurna sehingga meningkatkan proses evaporasi pada permukaan daun dan menimbulkna layunya daun, pelukaan yang terlalu kuat sehingga menimbulkna kematian jaringan atau sel dan merusak metabolisme daun, virulensi virus yang tidak kuat sehingga virus tidak terekspresi dengan baik, suhu yang tidak sesuai saat inokulasi atau pengamatan, metabolisme atau ketahanan tanaman inang yang prima sehingga virus tertekan dalam menimbulkan gejala, atau periode laten virus yang memang lama. 5.2 Saran Lengkapi bahan praktikum dari lab, seperti karborundum. Pelukaan menggunakan karbonaktif kurang sesuai dengan prosedur abrasi atau pelukaan minor menurut studi literatur. Karbonaktif berfungsi sebagai penghilang antiviral, sedangkan untuk pelukaan, lebih baik digunakan karborumdum.

DAFTAR PUSTAKA

Edy. 2005. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.Ismunandar.2005.Penyakit Virus Pada Tanaman.Bandung:Trigenda Karya Martosudiro, mintarto.2013. Modul virologi tumbuhan.universitas Brawijaya: MalangNoordam.1973.Identification of plant viruses methodes experiments. Centre for agricultural publishing and documentation, Wagemingen.Nurhayati, 1996. Pranan Pupuk fosfor Untuk Tanaman Semusim. PT. Argo Media Pustaka. Depok Estate.Prajananta, Final. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.Semangun, H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Sinaga, Meity Suradji. 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar SwadayaTriharso. 2004. Dasar Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.