laporan ipt aspek virus

22
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Virus adalah agensia yanag sangat kecil dan hanya dapat dilhiat melalui mikroskop elektron serta hanya berkembang biak di sel hidup. Virus terdiri dari asam nukleat yang biasanya diselubungi oleh mantel pelidung protein atau lipoprotein. Penularan secara mekanis merupakan metode penularan yang mudah dilakukan dan banyak digunakan dalam percobaan penularan di laboratorium. Inokulasi secara mekanis dilakukan dengan mengoleskan ekstrak pada permukaan daun tanaman yang mengalami luka mikro (sub lethal wouding or abrasi) secara mekanis. Secara umum, tanaman yang terinfeksi virus secara sistemik akan mengandung virus selama tanaman itu masih hidup karena tanaman tidak mempunyai mekanisme untuk menghilangkan virus. Oleh sebab itu, setiap bagian tanaman yang digunakan menjadi tanaman baru melalui cara pembiakan vegetatif, seperti okulasi, penyambungan, penyetekan, umbi, kultur jaringan, dan rizoma akan mengandung virus yang brasal dari tanaman induk. I.2 Tujuan

Upload: dilaaasf

Post on 18-Dec-2015

94 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

Lporan ilmu peyakit tumbuhan mengnenai virus patogen tanaman

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Virus adalah agensia yanag sangat kecil dan hanya dapat dilhiat melalui mikroskop elektron serta hanya berkembang biak di sel hidup. Virus terdiri dari asam nukleat yang biasanya diselubungi oleh mantel pelidung protein atau lipoprotein. Penularan secara mekanis merupakan metode penularan yang mudah dilakukan dan banyak digunakan dalam percobaan penularan di laboratorium. Inokulasi secara mekanis dilakukan dengan mengoleskan ekstrak pada permukaan daun tanaman yang mengalami luka mikro (sub lethal wouding or abrasi) secara mekanis.

Secara umum, tanaman yang terinfeksi virus secara sistemik akan mengandung virus selama tanaman itu masih hidup karena tanaman tidak mempunyai mekanisme untuk menghilangkan virus. Oleh sebab itu, setiap bagian tanaman yang digunakan menjadi tanaman baru melalui cara pembiakan vegetatif, seperti okulasi, penyambungan, penyetekan, umbi, kultur jaringan, dan rizoma akan mengandung virus yang brasal dari tanaman induk. 1.2 Tujuan

Untuk mengetahui perbedaan dari pertumbuhan tanaman cabai yang sehat dan tanaman cabai yang telah diinokulasikan dengan virus CMV.

1.3 Manfaat

Dengan adanya praktikum ini diharapkan mahasiswa nantinya dapat membedakan tanaman cabai atau tanaman lain yang terserang CMV dengan tanaman yang sehat dan cara menginokulasikan virus pada tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-Macam Teknik Penularan Virus Penularan melalui cantuman (sambung)Terjadi karena virus bersifat sistemik. Sehingga persatuan pembuluh antara batang bawah dan batang atas memberikan kesempatan bagi virus untuk berpindah melalui aliran asimilat yang mengalir dalam pembuluh. Penularan dengan tali putri (Cuscuta)

Beberapa jenis tali putri kususnya C. campestris dan C. subinclosa mampu menularkan virus. Cuscuta adalah tumbuhan parasit yang tidak mimiliki klorofil dengan batang yang memiliki haustoria yang masuk kedalam berkas pembuluh inang. Penularan melalui alat perkembangbiakan vegetatif

Seperti umbi lapis, umbi sisik, akar, tunas okulasi, dan kayu berkuncup. Hal ini juga didasari oleh sifat penyakit oleh virus yang sistemik. Penularan melalui biji dan serbuk sari.

Awalnya biji anggap sebagai bagian yang bebas dari virus walaupun tanaman tersebut sakit karena virus. Namun perkembangan teknologi mematahkan hal tersebut. Kelima, penularan melalui serangga dan tungau. Penularan ini dipengaruhi oleh jenis mulut serangga. Pencucuk penghisap lebih efektif dalam menularkan virus. Penularan melalui organisme tanah

Seperti nematoda ekoparasit yang hidup bebas. Penularan oleh nematoda hampir memiliki kesamaan dengan penularan melalui serangga. Tahun 1960 penularan oleh jamur diketahui dapat terjadi. Penularan oleh Phycomycetes melalui zoospora. Penularan mekanikPenularan mekanik merupakan pemindahan virus dari cairan tumbuhan sakit ke tumbuhan sehat (Semangun, H. 2006). Melalui vektorVektor merupakan penyabar virus tumbuhan yang penting dilapangan. Sebagian besar virus tumbuhan menyebar dari tanaman satu ke tanaman lain melalui vektor (Martosudiro, 2013).2.2 Penularan Virus secara MekanikPlasma sel yang telah mengandung virus dapat ditransfer ke tanaman yang sehat melalui pisau atau gunting, pemangkas, pisai okulasi maupun melalui jari jari manusia yang telah kontak dengan daun tanaman yang sakit, kemudian memegang bagian tanaman yang sehat (Ismunandar, 2005).2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Penularan Virus secara Mekanik

Keberhasilan penularan mekanik bergantung pada virus, sumber inokulum dan inokulum tambahan juga bergantung pada tumbuhan yang diuji. Penularan mekanik tidak akan berhasil apabila virus terbatas pada floem yang kebanyakan memerlukakn serangga penghisap untuk dapat menularkannya (Wahyuni Sri W, 2005). Pada tanaman cabai sering terdapat gejala mosaik yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dalam survei yang dilakukan, penyakit virus terdapat di semua pertanaman cabai dan terung dataran rendah. Adanya gejala mosaik pada cabai mungkin disebabkan oleh virus yang sudah dilaporkan sejak tahun 1931 (Semangun, 2000).2.4 Deskripsi Cucumber Mosaic Virus (CMV)CMV merupakan virus yang sangat penting pada tanaman cabai, karena selalu terdapat di antara virus yang lainnya, dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Penurunan produksi akibat virus mosaik ini dapat dengan cepat tersebar ke pertanaman di sekitar sumber virus sesuai dengan aktivitas kutu daun (aphids) yang berfungsi sebagai vektornya. Aphid memiliki mulut berupa alat tusuk dan hisap. Pada saat berada di permukaan daun, Aphid akan menghisap zat-zat dari daun, sehingga otomatis akan menularkan penyakit (virus) dan memperbanyak diri dalam tanaman tersebut. Sedangkan Thrips bekerja dengan menusuk klorofil (zat hijau daun) yang sangat diperlukan dalam proses pembuatan zat makanan bagi tumbuhan. Akibatnya, daun menjadi pucat dan tidak dapat memasok kebutuhan organ lain (Sinaga, 2006).

Sampai saat ini beberapa usaha yang dilakukan untuk pengendalian CMV pada tanaman cabai belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. CMV termasuk dalam kelompok Cucumovirus, bersama-sama dengan Peanut stunt virus (PStV) dan Cabaio aspermy virus (CAV). CMV mempunyai tiga RNA genom beruntai tunggal (RNA 1, 2, 3), satu RNA subgenom (RNA 4). Masing-masing RNA ini mempunyai fungsi genomik yang berbeda.

CMV terdapat hampir di semua negara dengan strain dan sifat biologinya yang berbeda-beda. Dengan kisaran inang yang luas maka gejala yang ditimbulkannya pun beragam. CMV mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat pada tanaman sayuran, hias dan buah-buahan. Selain menyerang mentimun, CMV juga menyerang tanaman melon, labu, cabai, bayam, tomat, seledri, bit, polong-polongan, pisang, tanaman famili crucifereae, delphinium, gladiol, lili, petunia, tulip, zinia, dan beberapa jenis gulma. CMV membutuhkan 3 buah RNA untai tunggal fungsional (RNA 1,2, dan 3) untuk dapat menginfeksi. Subgenom RNA ke-4 (RNA4) adalah kurir lapisan protein subgenomik, komponen RNA ke-5 (CARNA 5) merupakan molekul RNA berukuran kecil yang sepenuhnya bergantung pada virus penolong untuk replikasinya tetapi tidak mendukung virus penolong dengan fungsi esensial apapun (Gallitelli, 1998).2.5 Jenis Tanaman Inang Cucumber Mosaic Virus (CMV)

CMV(Cucumber mozaik virus) menyerang tanaman mentimun. Virus CMV (Cucumber mozaic virus) juga bisa menyebabkan penyakit pada tanaman tembakau yang sangat merugikan. Gejala daun yang terserang CMV adalah terjadinya perubahan warna seperti pola mosaik, seringkali tanaman menjadi kerdil, daun menyempit dan mengalami distorsi. Penyakit yang disebakan oleh virus ini sampai saat ini masih sulit dikendalikan karena virus ini mempunyai banyak jenis tanaman inang dan dapat disebarkan oleh vektor, biji, bahan perbanyakan tanaman, dan alat mekanis. Pengendalian penyakit CMV yang banyak dilakukan hanyalan bersifat sebagai pencegahan misalnya penggunaan bibit tahan atau bebas viru, eradikasi tanaman terinfeksi, pengendalian vektor dan proteksi silang (Triharso, 2005).

2.6 Gejala Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman CabaiSerangan CMV pada cabai dapat menyebabkan berbagai perubahan pada daun seperti perubahan warna (mosaik/mosaic atau belang/mottle); perubahan bentuk (menggulung, deformasi, menyempit, mengkerut atau berubah seperti tali sepatu/shoestring, berukuran lebih kecil); dan mengalami nekrosis (membentuk cincin-cincin nekrotik). Gejala pada batang adalah batang mengalami stunt (kerdil). Sedangkan pada buah adalah buah akan mengalami distorsi, diskolorasi, deformasi, sunken areas, black spot, bercak dan cincin-cincin nekrotik, serta buah bengkok. Pada tanaman cabai, CMV dapat menyebabkan gejala mosaik yang parah pada daun. Pada daun yang lebih tua akan tampak gejala nekrotik cincin, buah akan mengalami malformasi bentuk, serta terdapat bercak atau cincin berwarna kuning di tengah, pada buah dari tanaman yang terserang CMV.Pertumbuhan tanaman yang terserang virus relatif lebih kerdil. Mula-mula tulang daun menguning atau terjadi jalur kuning sepanjang tulang daun. Daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil dan lebih sempit dari ukuran daun yang normal, atau menjadi seperti tali sepatu karena lembaran daun menghilang yang tinggal hanya tulang daun saja. Virus mosaik mentimun sering menyebabkan gejala bisul atau kutil pada buah (Semangun 1989).

Virus masuk ke dalam jaringan melalui luka lalu memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh jaringan tanaman secara sistemik. Jenis virus di atas dapat menular melalui persinggungan secara mekanik seperti TMV, ToMV dan PVX; melalui biji seperti ToMV dan TMV (Prajananta, 1995) atau disebarkan oleh kutu daun seperti CMV dan PVY.Gejala awal serangan ditandai dengan adanya warna mosaik kuning atau hijau muda mencolok pada daun. Kelanjutanya pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, buah kecil, bengkok dan ringan. Secara keseluruhan tanaman tumbuh tidak normal, menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat (Noordam 1973).

Gambar tanaman cabai yang terserang CMV

2.7 Masa Inkubasi Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai

CMV melakukan infeksi secara sistemik pada banyak tanaman. Organ atau jaringan tanaman lebih tua yang berkembang sebelum terinfeksi virus biasanya tidak dipengaruhi oleh keberadaan virus, namun jaringan atau sel-sel muda yang berkembang setelah terinfeksi virus sangat dipengaruhi dan umumnya memperlihatkan gejala akut. Gejala virus akan meningkat beberapa hari setelah terjadinya infeksi, kemudian menurun sampai pada taraf tertentu atau sampai tanaman mati. CMV relatif kurang stabil dalam ekstrak tanaman (sap). Pada suhu ruang infektivitasnya cepat menurun dan akan hilang setelah beberapa jam. Dengan perlakuan suhu 70oC atau lebih infektivitasnya akan hilang sama sekali setelah pemanasan selama 10 menit. Masa inkubasi CMV adalah 7 hari, artinya semenjak tanaman dihinggapi virus, dibutuhkan waktu 7 hari sampai tanaman tersebut memperlihatkan gejala bahwa tanaman tersebut terserang penyakit CMV (Deptan, 2013).III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Kain kassa

: untuk menyaring campuran daun

cabai yang telah ditumbuk dan

larutan bufferMortar

: untuk menumbuh daun cabai yang

digunakan sebagai SAPkapas atau tissu

: untuk menetesi air atau membilas

daun yang telah diberi

karborundum dan SAPkarborundum 600 mesh

:gunting atau pisau

: untuk memotong daun cabaiTanaman cabai terserang CMV: sebagai bahan baku SAPTanaman cabai sehat

: sebagai bahan yang diujiBuffer fosfat 0,01 M pH 7,0

: sebagai campuran untuk membuat

SAP3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pembuatan SAP

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan tangan dengan alkohol

Ambil daun tanaman cabai sakit 5 gram

Bersihkan dari kotoran yang mungkin melekat dengan kapas atau tissu

Masukkan dalam mortar dan tumbuk sampai halus

Tambahkan 10 ml buffer fosfat 0,01 M pH 7,0 (apabila sumber

inokulum dari inokulum dari tanaman yang mengandung inhibitor atau antiviral, bisa ditambahkan karbonaktif)

Lumatkan lagi dengan menggunakan penumbuk

Setelah halus, saring sap yang diperoleh dengan menggunakan kain kassa steril

3.2.2 Inokulasi Daun Sehat

Siapkan tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3 minggu

Taburi permukaan atas daun (2-3 daun tiap tanaman) dengan menggunakan sedikit karborundum 600 mesh

Usap permukaan daun yang telah diberi karborundum perlahan-lahan dengan menggunakan jari tangan kanan menahan lembaran daun dari permukaan bawah

Masukkan jari telunjuk ke dalam inokulum virus. Usapkan kembali ke permukaan daun yang telah dilukai. Biarkan sejenak, sebelum daun kering bilas permukaan daun dengan tetesan air. Tetesan air dapat digunakan kapas atau tissu basah yang dicelupkan dalam air

Letakkan tanaman cabai yang telah diinokulasi pada tempat yang terdedah sinar matahari. Amati gejala yang muncul tiap hari sampai 3 minggu

Diskripsikan gejala yang muncul dan penyimpangan-penyimpangan lainnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Jenis Tanaman Inang sebagai Sumber Inokulum Cucumber Mosaic Virus (CMV)Tanaman inang yang digunakan sebagai sumber inokulum virus Cucumber Mosaic Virus yaitu daun tanaman cabai yang masih segar, dan daun yang terdeteksi terinfeksi virus Cucumber Mosaic Virus. Dengan gejala yang sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa , gejala awal serangan CMV ditandai dengan adanya warna mosaik kuning atau hijau muda mencolok pada daun. Kemudian pucuk menumpuk keriting yang diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, buah kecil, bengkok dan ringan. Secara keseluruhan tanaman tumbuh tidak normal, menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat (Noordam 1973).

Digunakan tanaman cabai sebagai sumber inokulum karena CMV pada umumnya dapat menyerang hampir banyak tanaman termasuk tanaman cabai. Tanaman yang digunakan sebelumnya dilihat terlebih dahulu gejala infeksi dari CMV, apabila gejala yang ditimbulkan sama seperti yang ditimbulkan CMV, tanaman cabai tersebut kemungkinan terserang oleh CMV dan dapat digunakan sebagai sumber inokulum CMV.4.2 Deskripsi Jenis Tanaman UjiTanaman uji yang digunakan adalah tanaman cabai. Benih cabai disemaikan terlebih dahulau selama 1 minggu, setelah tumbuh bibit tanaman cabai tersebut dapat dipindah tanamkan kedalam pot. Ketika tanaman cabai telah berumur 2-3 minggu, tanaman cabai dapat digunakan sebagai tanaman uji untuk diinokulasikan CMV. Tentunya tanaman cabai yang digunakan sebaga tanaman uji harus sehat dan belum terserang virus lainnya.

4.3 Masa Inkubasi Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai yang DiinokulasiMasa inkubasi pada tanaman uji yaitu pada tiga hari setelah inokulasi, hal ini ditandai dengan mengritingnya daun muda yang baru tumbuh setelah inokulasi virus. Namun gejala mozaik belum tampak mungkin dikarenakan umur daun yang masih muda.Sesuai dengan literatur, Nurhayati(1996)masainkubasiCMVpadatanamancabai merah berkisar 7 hari setelah inokulasi.4.4 Deskripsi Gejala Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman cabai

Pada pengamatan minggu ke-3 atau pengamatan terakhir terlihat daun yang diinokulasikan dengan virus CMV ulangan pertama menunjukkan gejala yaitu daunnya menguning dan keriting yang kemudian gugur, sedangkan pada ulangan kedua daun terlihat menguning dan keriting.

Gejala yang terlihat ketika tanaman cabai telah terinfeksi CMV adalah pada daun muda terlihat prtumbuhannya abnormal atau kerdil dibandingkan dengan daun yang lain atau yang tidak terinfeksi virus. Pada helaian daun terjadi klorosis, terdapat belang hijau dan kuning, hingga daun mengkriting. Gejala spesifik berupa terjadinya klorosis pada daun (daun trotol kuning), belang hijau coklat, permukaan daun berlekuk-lekuk (bergelombang), ukuran permukaan daun lebih kecil, daun berlepuh hijau gelap (blister), pertumbuhan tanaman lebih pendek, daun berbentuk mangkuk atau cawan (Semangun, 2006).

4.5 Keberhasilan dan Kegagalan Penularan secara Mekanik Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai

Penularan virus secara mekanik pada tanaman cabai dinyatakan berhasil, hal ini dikarenakan pada tanaman cabai yang digunakan sebagai tanaman uji telah menunjukkan gejala terinfeksi CMV sekitar pada hari ke 7. Pada umumnya virus-virus yang dapat ditularkan secara mekanik akan terkosentrasi pada bagian tanaman yang masih muda, misalnya pada daun-daun pucuk, atau ujung akar. Bagian tanaman yang masih muda juga merupakan bagian yang baik untuk inokulasi (Martosudiro, M. 2013).Literatur lain menyatakan bahwa, keberhasilan penularan mekanik bergantung pada virus, sumber inokulum dan inokulum tambahan juga bergantung pada tumbuhan yang diuji. Penularan mekanik tidak akan berhasil apabila virus terbatas pada floem yang kebanyakan memerlukakn serangga penghisap untuk dapat menularkannya (Wahyuni Sri W, 2005).V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Inokulasi mekanik merupakan cara introduksi virus yang infektif kedalam luka yang dibuat pada permukaan tanaman. Pada pengamatan penularan virus secara mekanik, pengamatan dilakukan setelah tanaman diinokulasi CMV. Gejala yang terlihat ketika tanaman cabai telah terinfeksi CMV adalah pada daun muda terlihat prtumbuhannya abnormal atau kerdil dibandingkan dengan daun yang lain atau tidak terinfeksi virus. Pada helaian daun terjadi klorosis, terdapat belang hijau dan kuning, hingga daun mengkriting. Penularan virus secara mekanik pada tanaman cabai dinyatakan berhasil, dikarenakan pada tanaman cabai yang digunakan sebagai tanaman uji telah menunjukkan gejala terinfeksi CMV.5.2 Saran

Sebaiknya waktu pengumpulan laporan tidak mendadak yang berubah tidak sesuai kesepakatan awal. Dalam penyampaian materi jangan cepet-cepet ya mas. Trima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Gallitelli, D. 1998. Present Status of Controlling Cucumber mosaic virus (CMV). In: Hadidi A, Khetarpal RK, Koganezawa K (eds.) Plant Virus Disease Control. APS Press. Pp: 507-523

Ismunandar, 2005. Penyakit Virus Pada Tanaman. Bandung: Trigenda KaryaMartosudiro, mintarto., 2013. Modul virologi tumbuhan. Universitas Brawijaya: Malang

Noordam, 1973. Identification of plant viruses methodes experiments. Centre for agricultural publishing and documentation, Wagemingen.

Nurhayati, 1996. Peranan Pupuk fosfor Untuk Tanaman Semusim. PT. Argo Media Pustaka. Depok Estate.Prajananta, Final. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.

Semangun, H., 2000. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Semangun, H., 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Semangun, Haryono., 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sinaga, Meity Suradji., 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya

Triharso. 2004. Dasar Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.