inovasi best practice uas pak antun

22
ANALISIS PERSPEKTIF TEORITIK BEST PRACTICE INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SRAGEN OLEH TRIMURTI NINGTYAS (071043020) MAGISTER KEBIJAKAN PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

Upload: tya-alfa

Post on 25-Jul-2015

191 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PERSPEKTIF TEORITIK BEST PRACTICE INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SRAGEN

OLEH TRIMURTI NINGTYAS (071043020)

MAGISTER KEBIJAKAN PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

ANALISIS PERSPEKTIF TEORITIK BEST PRACTICE INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SRAGEN

I.

KAJIAN TEORI INOVASI DALAM PELAYANAN PUBLIK Pengertian Inovasi menurut Everett M. Rogers adalah suatu ide, gagasan,

praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Menurut Stephen Robbins mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Inovasi menurut Van de Ven,Andrew H adalah pengembangan dan implementasi gagasan gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan organisasi. Pengertian Inovasi menurut Kuniyoshi UrabeInovasi bukan merupakan kegiatan satu kali puk one time phenomenon) melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses pengambilan keputusan di dan oleh organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai implementasinya di pasar. Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002 adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. Terdapat beberapa jenis Inovasi yaitu: 1. Penemuan Kreasi suatu produk, jasa, atau proses baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Konsep ini cenderung disebut revolisioner. Ex, penemuan pesawat terbang oleh wright bersaudara, telepon oleh alexander graham bell dll. 2. Pengembangan Pengembangan suatu produk, jasa, atau proses yang sudah ada. Konsep seperti ini menjadi aplikasi ide yang telah ada berbeda. Misalnya, pengembangan McD oleh Ray Kroc. 3. Duplikasi

Peniruan suatu produk, jasa, atau proses yang telah ada. Meskipun demikian duplikasi bukan semata meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan. Misalnya, duplikasi perawatan gigi oleh Dentaland. 4. Sintesis Perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi engambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru. Misal, sintesis pada arloji oleh Casio. Inovasi mempunyai 4 (empat) ciri yaitu : 1. Memiliki kekhasan / khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. 2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar Orsinalitas dan kebaruan. 3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesagesa, namun keg-inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. 4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Sifat Perubahan Dalam Inovasi Ada 6 Kelompok Yaitu : 1. Penggantian (substitution) Misalnya : Inovasi dalam penggantian jenis sekolah, penggantian bentuk perabotan, alat-alat atau sistem ujian yang lama diganti dengan yang baru. 2. Perubahan (alternation) Misalnya : Mengubah tugas guru yang tadinya hanya bertugas mengajar, ditambah dengan tugas menjadi guru pembimbing dan penyuluhan / mengubah kurikulum sekolah yang semula bercorak teoretis akademis

menjadi kurikulum dan mata pelajaran yang berorientasi bernuansa keterampilan hidup praktis. 3. Penambahan (addition) Misalnya : Adanya pengenalan cara penyusunan dan analisis item tes objektif di kalangan guru sekolah dasar dengan tidak mengganti atau mengubah caracara penilaian yang sudah ada. 4. Penyusunan kembali (restructturing) Misalnya : Upaya menyusun kembali susunan peralatan, menyusun kembali komposisi serta ukuran dan daya tampung kelas, menyusun kembali urutan mata-mata pelajaran / keseluruhan sistem pengajaran, sistem kepangkatan, sistem pembinaan karier baik untuk tenaga edukatif maupun tenaga administratif, teknisi, dalam upaya perkembangan keseluruhan sumber daya manusia dalam sistem pendidikan. 5. Penghapusan (elimination) Contohnya : Upaya menghapus mata-mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran menulis halus, atau menghapus kebiasaan untuk senantiasa berpakaian seragam. 6. Penguatan (reinforcement) Misalnya : Upaya peningkatan atau pemantapan kemampuan tenaga dan fasilitas sehingga berfungsi secara optimal dalam permudahan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Inovasi ditukukan untuk memperbaiki kinerja pelayanan publik agar memenuhi harapan masyarakat dan terwujudlah Good governance. Untuk itu perlu diketahui tentang konsep pelayanan publik itu sendiri yaitu sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyaraakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

memberikan layanan baik dan profesional. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan Untuk menerapkan konsep konsep inovasi dalam pelayanan publik diatas harus dilakukan sesuai arah dari teori tersebut agar dapat menghasilkan suatu praktek yang benar dan baik yang biasa disebut best practice dalam pelayanan publik. Best Practices sebagai dasar inovasi, lihat Kriteria dan Parameternya (Eko Prasojo, LI, 2004). Best Practices oleh UN Habitat dalam konteks kehidupan perkotaan, didefinisikan sebagai inisiatif yang telah menghasilkan kontribusi menonjol (outstanding contribution) dalam meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan dan perdesaan. Elaborasi dell nisi Best Practices (UN; Dubai Municipality, 2003): (a) memiliki dampak yang dapat ditunjukkan dan didemonstrasikan dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; (b) merupakan hasil kerjasama yang efektif antara sektor publik, sektor swasta dan masyarakat madani; dan (c) berkelanjutan (sustainable) secara sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Penekanan best practices terletak pada kontribusi menonjol (outstanding contributions) sebuah inisiatif dalam meningkatkan "kualitas kehidupan" masyarakat serta "adanya bukti nyata suksesnya inisiatif " tersebut dilihat dari "dampak, proses, dan kebelanjutannya. Perlu diupayakan kesamaan pengertian dan pemahaman tentang kriteria dan parameter best practices. United Nations (UN)/Habitat mencatat 6 (enam) kriteria best practices

pemerintahan daerah. Pertama, dampak (impac: dampak positif dan dapat dilihat (tangible) dalam meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan tidak/belum beruntung. Kedua, kemitraan (partnership), didasarkan atas kenmitraan aktor aktor yang terlibat, setidaknya melibatkan dua pihak. Ketiga, keberlanjutan (sustainability): harus membawa perubahan dasar dalam wilayah permasalahan, antara lain legislasi, kebijakan ekonomi dan sosial, strategi sektoral yang memiliki potensi replikasi, kerangka institusional, efisien, transparan, dan sistem manajemen yang akuntabel yang dapat membuat lebih efektif penggunaan sumber daya manusia, teknik, dan keuangan. Keempat, kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat (leadership and community empowermen), yaitu (a) kepemimpinan yang menginspirasikan adanya tindakan dan perubahan, termasuk di dalamnya perubahan dalam kebijakan publik; (b) pemberdayaan masyarakat, rukun tetangga dan komunitas lainnya serta penyatuan terhadap kontribusi yang dilakukan masyarakat; (c) penerimaan dana pertanggungjawaban terhadap perbedaan sosial dan budaya; (d) kemungkinan adanya transfer (transferability/ pengembangan lebih lanjut dan replikasi; (e) tepat bagi kondisi lokal dan tingkatan pembangunan; (kesetaraan gender dan pengecualian sosial (gender equality and social inclusion), yaitu inisiatif harus dapat diterima dan merupakan respon terhadap perbedaan sosial dan budaya mempromosikan kesetaraan dan keadilan sosial atas dasar pendapatan, jenis kelamin, usia, dan kondisi fisik/mental; serta mengakui dan memberikan nilai terhadap kemampuan yang berbeda. Inovasi dalam konteks lokal hendaknya dapat "ditransfer" atau replikasi (innovation within local context and transferability) yaitu bagaimana pihak lain dapat belajar atau memperoleh keuntungan dari inisiatif dan cara yang digunakan untuk membagi dan mentransfer pengetahuan, keahlian dan pelajaran untuk dapat dipelajari tersebut. Ada Tujuh Parameter Best Practices menurut UN. Pertama, situasi sebelum program/inisiatif dimulai? apa yang menjadi persoalan? bagaimana persoalan dipecahkan? bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan daerah?). Kedua, apa motivasi dibalik pelaksanaan program? (bagaimana pemegang peran (stakeholders) dilibatkan? bagaimana proritas program ditentukan? Apa yang dianggap inovasi dari program? Tindakan apa yang telah

dilakukan? bagaimana tindakan tersebut dipilih? bagaimana dukungan politik dan sumberdaya yang ada? Dari mana sumber dana dan bagaimana melaksanakan mobilisasi dana, sumber daya manusia, dan dukungan teknis? Sapa yang memegang peran kepemimpinan dalam perumusan tujuan dan implementasi program? Persoalan apa yang dihadapi selama pelaksanaan program? Bagaimana mengatasi persoalan dan apakah inovasi program dapat membantu pemerintah daerah setempat? Ketiga, pengukuran hasil yang telah dicapai dan dampaknya (apakah tujuan program cukup realistis? Apakah yang terjadi setelah prakarsa inovasi di jalankan? bagaimana hasilnya secara kuantitatif dan kualitatif ? apakah digunakan indikator untuk mengukur hasil/dampak? jika ya, indikator mana yang dimaksud? apakah koordinasi dan integrasi menjadi lebib Baik, apa dampak program terhadap strategi atau kebijakan di tingkat lokal/daerah/nasional dan dampak program pada peningkatan kapasitas kelembagaan? adakah kesempatan (opportunities) perubahan? bagaimana memanfaatkan kesempatan? Apa dampak program terhadap penggunaan dan pengalokasian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Keempat, keberlanjutan, sustainability (persoalan keuangan: penggunaan sumber daya, pengembalian biaya (cost recoveg), petunjuk bagaimana seandainya utang jatuh tempo, persyaratan, dan kondisi pinjaman?; sosial dan ekonomi: keadilan dan kesetaraan gender, keadilan sosial, mobilitas ekonomi dan mobilitas sosial; kebudayaan: bagaimana program mempertimbangkan dan menghargai unsur lokalitas seperti budaya, sikap dan perilaku masyarakat setempat; lingkungan: bagaimana pengaruh program terhadap penurunan ketergantungan pada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (udara, air, tanah, energi, dst), perubahan pola konsumsi dan produksi serta teknologi; pemecahan masalah ketergantungan pada sumber daya dari luar (external resources) adakah kerangka waktu yang jelas tentang daerah menjadi mandiri (self sufficiency) dari external resources yang dimaksud? apakah program sudah menjadi kebutuhan dan kebiasaan masyarakat? apakah program tersebut sudah dilembagakan (Perda, Perkepda, Surat Edaran, dll.). Kelima, pengalaman yang perlu dipelajari (lesson learned) dan action plan? adakah lesson learned dari program dan bagaimana lesson learned memberikan sumbangsih pada pembentukan keberlanjutan

program? bagaimana lesson learned menjadi salah satu pertimbangan dalam perumusan/penentuan kebijakan, strategi dan tindak lanjut (action plan)? Keenam, potensi pengembangan atau penerapan program untuk daerah lain, transferability. Apa hikmah atau teladan yang dapat dipelajari atau ditiru daerah lain? sudah pernahkah program/inisiatif ini diterapkan di tempat lain? jika ya, dimana dan oleh siapa? bagaimana potensi pengembangan atau pemindahan sebagian atau keseluruhan ide program/inisiatif ini?

II.

BEST

PRACTICE

INOVASI

PELAYANAN

PUBLIK

DI

KABUPATEN SRAGEN Kabupaten Sragen dikenal sebagai Kabupaten yang penuh inovasi. Berbagai terobosan telah dilakukan oleh Pemkab Sragen yang dipelopori oleh Bupati Untung Wiyono untuk meningkatkan kinerjanya dalam berbagai bidang. Atas kerjakerasnya tersebut berbagai penghargaan telah diperoleh oleh Pemkab Sragen baik dalam skala Nasional maupun regional. Terlepas dari berbagai kontroversi yang terjadi di Kab. Sragen belakangan ini, sejak tahun 2003 - 2010 Kabupaten Sragen telah berhasil mengumpulkan 72 penghargaan yang patut untuk kita apresiasi. Setidaknya terdapat 29 inovasi program yang dilaksanakan oleh Kabupaten Sragen. Gambaran umum inovasi program ini jika dikelompokkan berdasarkan lokus, fokus, obyektif/sasaran, dan metode adalah ada 14 program inovasi yang diselenggarakan di luar institusi pemerintah kabupaten, dan 15 di dalam institusi pemerintah kabupaten; 10 program inovasi yang fokus pada peningkatan kapasitas aparat pemerintah kabupaten, 3 program fokus pada peningkatan kesejahteraan pegawai pemerintah kabupaten, 11 program fokus pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan sisanya sebanyak 5 program fokus pada perbaikan proses pelayanan yang lebih baik; 15 program dijalankan untuk mencapai peningkatan efektivitas dan efisiensi organisasi/aparat pemerintah kabupaten, dan 14 program untuk menangani permasalahan-permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat; serta 15 program dilaksanakan dengan metode pelibatan masyarakat, sedangkan 14 program lainnya dilaksanakan secara dominan mengandalkan aparat pemerintah kabupaten sendiri. Dari keseluruhan program inovasi tersebut, Pemkab Sragen menetapkan tiga kelompok agenda besar

inovasinya. Pertama, reformasi birokrasi sebagai wujud pembenahan aspek-aspek internal kelembagaan pemerintah daerah. Kedua,re-engineering pelayanan publik dengan penataan pelayanan prima dalam fasilitasi dan pemberian dukungan terhadap upaya masyarakat membangun dirinya sendiri. Ketiga, pemberdayaan masyarakat dan PNS dengan paket-paket program yang mendorong masyarakat dan PNS menjadi maju dengan kapasitas yang mereka miliki. Tiga program inovasi unggulan di Kabupaten Sragen adalah

mempermudah perijinan, melatih ketrampilan masyarakat, dan membantu permodalan. Ciri utama tiga program inovasi unggulan ini adalah ketiganya merupakan upaya-upaya pemkab untuk memajukan perekonomian dengan berwirausaha. Hanya tiga program ini sajalah yang selanjutnya diukur level inovasinya dengan menggunakan indikator-indikator best-practices. Program inovasi unggulan pertama, mempermudah perijinan. Hal ini dilatarbelakangi pengalaman pahit masyarakat dan dunia usaha di Indonesia saat harus berhadapan dengan birokrasi dalam hal pengurusan perizinan dan nonperizinan lainnya, terlebih ketika kebijakan otonomi daerah diberlakukan. Oleh karena itu, pemkab mendirikan Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) melalui perda no. 15/2003 yang sebenarnya merupakan pengembangan dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT) yang telah didirikan sebelumnya. Kepala KPT diberi sebagian pelimpahan wewenang di bidang perijinan oleh Bupati, sehingga dia dapat menandatangani secara langsung sejumlah perijinan dan nonperijinan. Ini membuat pelayanan menjadi lebih cepat dan efisien. Saat ini status KPT ini telah ditingkatkan menjadi Badan Pelayanan Terpadu (BPT). Ada perbedaan pemangkasan jalur birokrasi untuk pelayanan perijinan dan nonperijinan. Pelayanan perijinan warga hanya melalui satu pintu. Pengurusan lanjutan ke dinas atau instansi terkait akan diurus oleh BPT. Sementara untuk pelayanan nonperijinan masih satu atap, yang menyisakan pelibatan dinas atau instansi terkait dalam interaksi dengan warga dengan tambahan peran intermediasi oleh BPT. Dalam pelaksanaan program BPT membuka prosedur dan biaya secara terbuka kepada warga dengan cara memasang leaflet atau brosur dan membuat proses penyerahan biaya pelayanan dapat dilihat oleh warga. Ini merupakan upaya melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan program. Upaya lainnya adalah sosialisasi paradigma dan mekanisme

pelayanan publik yang baru, menyediakan saluran pengaduan bagi masyarakat pengguna jasa, dan melaksanakan survey kepuasan pelanggan. Program inovasi unggulan kedua, melatih ketrampilan masyarakat. Program ini didorong oleh cukup tingginya angka pengangguran (31,5%), yang mayoritas berpendidikan SD dan SMP. Berdasarkan tingkat pendidikan penganggur ini jelas sulit bagi mereka bersaing di dunia kerja jika hanya mengandalkan modal kemampuan akademik dan minimnya ketrampilan. Sebagai upaya mendorong warga berwirausaha, pemkab membuka Badan Diklat bagi masyarakat umum. Ini berbeda dengan Badan Diklat daerah lain yang hanya menyediakan pelatihan bagi PNS. Badan Diklat Pemkab Sragen melatih pesertanya untuk terampil dan siap membuka usahanya sendiri atau siap bersaing dengan pencari kerja lain di sektor informal. Pelibatan masyarakat dalam program inovasi ini cukup signifikan karena pelatihan yang disediakan oleh Badan Diklat akan berdasarkan permintaan dari masyarakat. Mekanisme pengajuannya melalui musrenbang. Dalam musrenbang ini dibuat skala prioritas atas permintaan masyarakat dengan melihat potensi desa yang bersangkutan. Namun jika tidak ada permintaan dari masyarakat, Badan Diklat yang proaktif melihat potensi desa dan menyelenggarakan pelatihan sesuai areanya. Program inovasi unggulan ketiga, membantu permodalan. Program ini bertujuan untuk membantu kebutuhan permodalan masyarakat. Program ini digulirkan melalui recovery fund yang dianggarkan dalam APBD. Sifat permodalan ini bergulir sehingga diarahkan untuk hal-hal produktif dalam bentuk bantuan modal kerja/usaha bagi kelompok-kelompok masyarakat. Nantinya recovery fund ini akan kembali ke APBD dalam bentuk PAD. Koordinasi dan operasi recovery fund ini berada di bawah kendali satuan kerja pemkab, yaitu satker yang ada di Dinas Perindagkop dan UKM, Dinas Perikanan dan Peternakan, Dinas Pasar, serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Satu contoh keberhasilan program ini adalah bantuan bagi masyarakat dalam bentuk Lembaga Penguatan Ekonomi Kecamatan (LPEK) di bawah koordinasi Dinas Perindagkop dan UKM bekerja sama dengan Dinas Pasar. Keberadaan LPEK ini melepaskan para pedagang pasar dari ketergantungan pada rentenir yang memberikan bantuan modal dengan bunga yang sangat tinggi. Program yang juga

disalurkan melalui Lembaga Keuangan Desa membuat pelaksanaan program ini tidak sektoral tetapi menyentuh multisektor. Serupa dengan program unggulan melatih ketrampilan, keterlibatan masyarakat dalam program ini juga cukup signifikan. Masyarakat dilibatkan dalam menyusun rencana dalam bentuk proposal tentang kebutuhan mereka. Model perguliran yang tanggung-renteng ini sesungguhnya membutuhkan soliditas tinggi dari masyarakat penerimanya, sehingga diperlukan mekanisme saling jaga di antara anggota kelompok.

III.

KEBERLANJUTAN

INOVASI

PELAYANAN

PUBLIK

DI

KABUPATEN SRAGEN Level inovasi diukur menggunakan indikator-indikator best-practices dari UN Habitat yang telah dimodifikasi. Indikator-indikator tersebut adalah dampak, kemitraan, keberlanjutan, kepemimpinan, pemberdayaan masyarakat,

kemungkinan untuk ditransfer, konteks lokal, dan kesetaraan masyarakat. Sedangkan indikator untuk mengukur level kinerja adalah input, proses, output, dan dampak. Berdasarkan persepsi masyarakat level inovasi program kemudahan perijinan, pelatihan kerja, dan dana bergulir masing-masing mencapai 73%, 82%, dan 70,3%. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat, khususnya pengguna jasa BPT; peserta pelatihan kerja; dan debitur, merasakan bahwa program ini menghasilkan dampak positif, adanya jalinan kemitraan yang memadai, terjaminnya keberlanjutan program, ditopang dengan kepemimpinan yang bisa diandalkan, pemberdayaan masyarakat yang cukup baik, cukup sesuai dengan konteks daerah dan dapat diterapkan di daerah atau program lain, serta tingkat kesetaraan yang cukup. Meskipun untuk program kemudahan perijinan masih memerlukan tinjauan lebih lanjut untuk meningkatkan keberhasilannya di masa depan dan untuk program dana bergulir masih memerlukan peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat dan perbaikan dalam pengaturan keuangan. Level kinerja program dana bergulir, pelatihan kerja, dan dana bergulir secara umum masing-masing mencapai tingkat 87,1%, 89,6%, dan 76,2%. Ini menunjukkan Pemkab Sragen telah mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya, landasan infrastruktur, serta prasyarat lainnya dalam proses penyelenggaraan program kemudahan perijinan, pelatihan kerja, dan dana bergulir hingga

masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lain merasakan manfaatnya. Khusus program dana bergulir menghasilkan manfaat yang tidak bisa dianggap kecil terhadap upaya peningkatan taraf perekonomian masyarakat Kabupaten Sragen. Dalam kaitannya dengan penyediaan lapangan pekerjaan, salah satu langkah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sragen yaitu pemberian kemudahan dalam perizinan pembangunan terutama pengadaan industri baru terutama untuk UMKM. Hal tersebut dituangkan dalam berbagai kebijakan serta terobosan probisnis di Kabupaten Sragen melalui revisi beberapa Peraturan Daerah, yang mana peraturan-peraturan terdahulu tentang proses perizinan yang berbelit-belit serta memakan biaya yang relatif mahal saat ini telah direvisi, tentunya atas prakarsa Bupati Sragen. Dalam pelaksanaan selama beberapa tahun terakhir, kebijakan tersebut ternyata mampu memacu pertumbuhan Kabupaten Sragen terutama peningkatan pendapatan daerah. Melalui layanan prima, menurut Bupati Sragen Untung Wiyono, investasi yang dihasilkan industri besar naik 213% dari Rp110 miliar menjadi Rp 394,8 miliar. Otomatis penyerapan tenaga kerja di sektor industri juga terdongkrak 44,29% dari 28.976 orang menjadi 41.800 orang. Komitmen Untung untuk membesarkan UMKM juga tidak kepalang tanggung. UMKM pemula yang baru memulai usaha diberikan fasilitas gratis perizinan, sehingga menjadi legal dan dapat dijadikan modal untuk mengembangkan usaha. Lewat kebijakan ini, jumlah perusahaan yang memiliki perizinan (legalitas usaha) miningkat 30,1% dari 5.299 menjadi 6.913. Dari berbagai upaya tersebut, pertumbuhan ekonomi pun ikut melambung, meningkat dari 4,53% pada tahun 2004 menjadi 5,06% tahun 2005. Karena memberikan layanan prima, keterlibatan masyarakat untuk beraktivitas terutama di sektor bisnis meningkat. Total swadaya masyarakat pada tahun 2005 mencapai lebih dari Rp 81 miliar. Kemajuan industri di Kabupaten Sragen dapat pula diketahui dari sumbangan sektor industri terhadap PDRB yang semakin meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pertambahan nilai yang terjadi relatif meningkat dengan konstan, tidak ada lonjakan kenaikan atau penurunan secara drastis. Perlu diketahui bahwa perbandingan jumlah industri besar dan UMKM di Kabupaten Sragen sekitar 10:90, sehingga dapat dikatakan kontribusi pendapatan sektor industri untuk PDRB sangatlah bergantung pada perkembangan UMKM.

Terdapat suatu dampak yang nyata dari diaplikasikannya suatu praktek pelayanan publik yang baik di kabupaten sragen, dengan diindikasikan semakin meningkatnya kesejahteraan ekonomi sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan implementasi dari konsep teori pelayanan publik. Keberhasilan ini menjadi peluang keberlanjutan akan inovasi yang telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten sragen guna memunculkan dampak dampak positif untuk

mensejahterakan masyarakatnya. Untuk itu menurut hemat penulis terdapat suatu masa depan inovasi yang bagus bagi keberlanjutan best practice inovasi pelayanan publik di kabupaten Sragen ini.

IV.

REKOMENDASI MEREPLIKASI

UNTUK

DAERAH

LAIN

YANG

INGIN

Ada beberapa pertimbangan penting dalam upaya replikasi: pertama, political will Kepala Daerah. Bukan hanya komitmen Bupati yang dibutuhkan tetapi juga dukungan dan motivasi aparat birokrasi dalam membangun kesamaan visi, misi, dan tujuan. Kedua, kemampuan Kepala Daerah dan aparat untuk melibatkan organisasi lokal seperti lembaga dan tokoh masyarakat, serta LSM dalam penyusunan prioritas untuk pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program. Ketiga, pembelajaran dari Sragen, yaitu program efisiensi pembangunan di semua sektor serta upaya mengubah paradigma dan budaya birokrasi. Keempat, pemilihan prioritas program. Keberhasilan program-program inovasi ditentukan juga oleh keberpihakannya pada kebutuhan masyarakat. Sehingga menurut penulis diperlukan adanya suatu sinergi yang kuat antar elemen yang berperan di dalamnya, sehingga komitmen yang dibangun akan lebih kokoh untuk membawa keberhasilan pelaksanaan inovasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

SESARIA HADIANI, IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN SRAGEN http://infoini.com/2012/pengertian-inovasi.html http://panjilanang.blogspot.com/Desentralisasi Korupsi http://icanxkecil.multiply.com/journal?&page_start=40&show_interstitial=1&u= %2Fjournal http://www.yappika.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Ite mid=70 http://sragenholic.blogspot.com/2010/04/72-penghargaan-yang-diraih-oleh.html