best practice and lessons learned

27
Best Practice and Lessons Learned Best Practice and Lessons Learned STUDI KASUS PENGEMBANGAN STUDI KASUS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DAERAH KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Maman Haeruman K. Maman Haeruman K. 2007 2007

Upload: syaeful-argandi

Post on 19-Jun-2015

143 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahan Kuliah Sistem Agribisnis Prof. Maman HKIlmu Ekonomi Pertanian UNPADProgram Pasca Sarjana

TRANSCRIPT

Page 1: Best Practice and Lessons Learned

Best Practice and Lessons LearnedBest Practice and Lessons Learned

STUDI KASUS PENGEMBANGAN STUDI KASUS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN KOMODITAS UNGGULAN

DAERAHDAERAH

Maman Haeruman K.Maman Haeruman K.

20072007

Page 2: Best Practice and Lessons Learned

MEKANISME PASAR DAN MEKANISME PASAR DAN INTERVENSI PEMERINTAHINTERVENSI PEMERINTAH

Mekanisme pasar dapat mendorong Mekanisme pasar dapat mendorong masing-masing-masing daerah bergerak ke arah sektor atau masing daerah bergerak ke arah sektor atau produksi komoditas yang secara komparatif produksi komoditas yang secara komparatif memiliki keunggulanmemiliki keunggulan

Mekanisme pasar bergerak lambatMekanisme pasar bergerak lambat dalam dalam mempengaruhi perubahan struktur ekonomi mempengaruhi perubahan struktur ekonomi suatu daerahsuatu daerah

Intervensi Pemerintah diperlukanIntervensi Pemerintah diperlukan mengingat mengingat kendala pembangunan tertumpu pada kendala pembangunan tertumpu pada kelemahan strukturalkelemahan struktural

Page 3: Best Practice and Lessons Learned

BEBERAPA INDIKATOR BEBERAPA INDIKATOR KELEMAHAN STRUKTURALKELEMAHAN STRUKTURAL

SDMSDM di sektor pertanian pendidikan formalnya 70% di sektor pertanian pendidikan formalnya 70% setara tahapan SD, bahkan 14,34% lagi tidak pernah setara tahapan SD, bahkan 14,34% lagi tidak pernah sekolahsekolah

Lahan pertanian cenderung makin menyempit,Lahan pertanian cenderung makin menyempit, kontribusi terhadap PDB 15%, menyerap 44,3% kontribusi terhadap PDB 15%, menyerap 44,3% angkatan kerjaangkatan kerja

Usaha mikroUsaha mikro yang juga mewadahi pertanian, 98,1% yang juga mewadahi pertanian, 98,1% usaha kecil, 1,3% menengah dan 0,6% besar. usaha kecil, 1,3% menengah dan 0,6% besar.

Tetapi 57% aset dikuasai perusahaan besar yang Tetapi 57% aset dikuasai perusahaan besar yang menyerap 0.51% tenaga kerja, sementara menyerap 0.51% tenaga kerja, sementara perusahaan perusahaan kecil hanya menguasai 21% aset menyerap 89% tenaga kecil hanya menguasai 21% aset menyerap 89% tenaga kerja serta menyumbang 41% PDBkerja serta menyumbang 41% PDB

Page 4: Best Practice and Lessons Learned

TRANSFORMASI EKONOMITRANSFORMASI EKONOMI Proses transformasi yang berjalan tidak Proses transformasi yang berjalan tidak

seimbang (Timmer, 1988)seimbang (Timmer, 1988) Transformasi semu (Transformasi semu (pseudo transformationpseudo transformation), ),

perubahan yang terjadi tidak disertai adanya perubahan yang terjadi tidak disertai adanya mobilitas tenaga kerja antar sektor, khususnya mobilitas tenaga kerja antar sektor, khususnya antara sektor pertanian dengan sektor industri antara sektor pertanian dengan sektor industri & jasa& jasa (Anderson & Pangestu, 1995)(Anderson & Pangestu, 1995)

Akibatnya menimbulkan ketimpangan antar Akibatnya menimbulkan ketimpangan antar wilayah, terutama antara desa dan kota wilayah, terutama antara desa dan kota (Johnston & Mellor, 1995)(Johnston & Mellor, 1995)

Page 5: Best Practice and Lessons Learned

KEUNGGULAN AGRIBISNIS KEUNGGULAN AGRIBISNIS SKALA KECILSKALA KECIL

Relatif tidak memerlukan terlalu banyak modalRelatif tidak memerlukan terlalu banyak modal Bisa bergerak luwes sesuai dgn perubahan situasiBisa bergerak luwes sesuai dgn perubahan situasi Memiliki tenaga-tenaga penjualan dan wirausaha Memiliki tenaga-tenaga penjualan dan wirausaha

alamialami Perubahan selera konsumen: tahan lama – masal Perubahan selera konsumen: tahan lama – masal

(manusiawi)(manusiawi) Mudah diarahkan & bersahabat dgn lingkungan, Mudah diarahkan & bersahabat dgn lingkungan,

limbah usaha bisa ditekan/dikendalikanlimbah usaha bisa ditekan/dikendalikan Tidak perlu tergantung pada SDA yg ekstraktifTidak perlu tergantung pada SDA yg ekstraktif Memperkecil kesenjangan pendapatanMemperkecil kesenjangan pendapatan Menjamin perluasan kesempatan kerjaMenjamin perluasan kesempatan kerja

Page 6: Best Practice and Lessons Learned

AGRIBISNIS SKALA KECIL : AGRIBISNIS SKALA KECIL : SKALA YANG EKONOMIS ?SKALA YANG EKONOMIS ?

Agar layak secara finansialAgar layak secara finansial, perlu , perlu pengintegrasian secara pengintegrasian secara vertikalvertikal & horizontal: & horizontal:

(1) (1) Jalur KemitraanJalur Kemitraan dengan pemodal kuat/ usaha dengan pemodal kuat/ usaha besar (PIR/NES)besar (PIR/NES)

(2) (2) Jalur KoperasiJalur Koperasi yang menekankan pada yang menekankan pada pegiatan peningkatan produktivitas & nilai pegiatan peningkatan produktivitas & nilai tambahtambah

(3) (3) Jalur Pasar BebasJalur Pasar Bebas yang menekankan pada yang menekankan pada kekuatan pasar: harus efisien & unggul kekuatan pasar: harus efisien & unggul bersaingbersaing

Page 7: Best Practice and Lessons Learned

KONSTRUKSI KOMODITAS KONSTRUKSI KOMODITAS UNGGULAN : UNGGULAN : SISI PENAWARANSISI PENAWARAN

Dikonstruksikan berdasarkan Dikonstruksikan berdasarkan kemampuan suatu tanaman/hewan untuk kemampuan suatu tanaman/hewan untuk tumbuh dan berkembang paling superior tumbuh dan berkembang paling superior pada suatu kondisi bio-fisik, teknologi, pada suatu kondisi bio-fisik, teknologi, dan sosial-ekonomi tertentudan sosial-ekonomi tertentu

Secara parsial didasarkan pada kondisi Secara parsial didasarkan pada kondisi daya dukung agroekologi: iklim, daya dukung agroekologi: iklim, fisiografi dan jenis tanah (fisiografi dan jenis tanah (agroecological agroecological zonezone/AEZ/AEZ))

Page 8: Best Practice and Lessons Learned

KONSTRUKSI KOMODITAS KONSTRUKSI KOMODITAS UNGGULAN: UNGGULAN: SISI PERMINTAANSISI PERMINTAAN

Melalui analisis kelayakan ekonomiMelalui analisis kelayakan ekonomiseperti:seperti: Prospek permintaan komoditas ybs Prospek permintaan komoditas ybs

untuk pasar domestik maupun pasar untuk pasar domestik maupun pasar internasionalinternasional

Keuntungan komparatifKeuntungan komparatif Kemampuannya dalam menciptakan Kemampuannya dalam menciptakan nilai nilai

tambahtambah dan dan kesempatan kerja kesempatan kerja ((multiplier multiplier model input-outputmodel input-output))

Page 9: Best Practice and Lessons Learned

TAHAPAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULANTAHAPAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN

Jumlah Komoditas yang diusahakan

petaniProduksi & Luas Areal

Komoditas Prioritas untuk dikembangkan

Agro EkologiSosial Ekonomi Wilayah

Pasar Ekspor Pasar Domestik

Multiplier Effect Nilai Tambah dan Tenaga kerja

Keunggulan Komparatif

Komoditas Unggulan Sisi Demand

(prospek ekonomi)

Komoditas Unggulan Sisi Supply (Jenis dan Luasan)

Metode Komposit dan Overlay dengan Peta AEZ

Komoditas Unggulan

Sisi Supply (Penawaran) Sisi Demand (Permintaan)

Page 10: Best Practice and Lessons Learned

KOMODITAS UNGGULANKOMODITAS UNGGULAN versi versi

KADINKADIN PANGSANYA DALAM EKSPOR:PANGSANYA DALAM EKSPOR: Adanya keunggulan komparatif & kompetitifAdanya keunggulan komparatif & kompetitif Komoditas dihasilkan dalam jumlah banyakKomoditas dihasilkan dalam jumlah banyak

DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH:DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH: Memiliki dampak pengganda dlm penyerapan Memiliki dampak pengganda dlm penyerapan

tenaga kerja & nilai tambah (tenaga kerja & nilai tambah (Komoditas basisKomoditas basis)) Untuk daerah baru/transmigrasi: komoditas yang Untuk daerah baru/transmigrasi: komoditas yang

cepat direalisasikan (padi, palawija, sayur, kambing, cepat direalisasikan (padi, palawija, sayur, kambing, ayam buras)ayam buras)

Untuk jangka waktu yg lebih lama: tan. Perkeb.Untuk jangka waktu yg lebih lama: tan. Perkeb.

Page 11: Best Practice and Lessons Learned

KOMODITAS BASISKOMODITAS BASIS

Pemilihan dan prioritas pengembangan Pemilihan dan prioritas pengembangan komoditas didasarkan pada komoditas, komoditas didasarkan pada komoditas, dengan efek pengganda produksinya, dengan efek pengganda produksinya, dapat meningkatkan produksi komoditas dapat meningkatkan produksi komoditas basis di wilayah tsb.basis di wilayah tsb.

Kemudian akan diikuti oleh adanya Kemudian akan diikuti oleh adanya spesialisasi komoditasspesialisasi komoditas

Pada gilirannya akan menimbulkan Pada gilirannya akan menimbulkan perdagangan antar wilayahperdagangan antar wilayah

Page 12: Best Practice and Lessons Learned

TEORI BASIS EKONOMITEORI BASIS EKONOMI

Teori ini cukup sederhana, dapat digunakan Teori ini cukup sederhana, dapat digunakan untuk nelihat peranan suatu sektor atau untuk nelihat peranan suatu sektor atau komoditas dalam perekonomian suatu daerahkomoditas dalam perekonomian suatu daerah

Menentukan sektor basis dapat secara metode Menentukan sektor basis dapat secara metode langsung melalui survey langsung ke langsung melalui survey langsung ke lapangan. Hasilnya tepat, biaya tinggi.lapangan. Hasilnya tepat, biaya tinggi.

Metode pengukuran tidak langsung, dapat Metode pengukuran tidak langsung, dapat dilakukan melalui metode arbitrer, dilakukan melalui metode arbitrer, location location qoutient qoutient (LQ), atau metode kebutuhan (LQ), atau metode kebutuhan minimum. minimum.

Page 13: Best Practice and Lessons Learned

LOCATION QUOTIENT (LQ)LOCATION QUOTIENT (LQ)

Tehnik analisis tergolong sederhanaTehnik analisis tergolong sederhana dalam menentukan dalam menentukan kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan di suatu kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan di suatu wilayahwilayah

Asumsi metode LQ: Asumsi metode LQ: (1) Penduduk di wilayah ybs. mempunyai pola permintaan (1) Penduduk di wilayah ybs. mempunyai pola permintaan

yg sama dengan permintaan wilayah nasionalyg sama dengan permintaan wilayah nasional(2) Permintaan wilayah akan suatu barang akan dipenuhi (2) Permintaan wilayah akan suatu barang akan dipenuhi

terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah laindiimpor dari wilayah lain

(3) LQ digunakan dengan cara membandingkan peranan (3) LQ digunakan dengan cara membandingkan peranan satu sektor di suatu wilayah dengan peran sektor tersebut satu sektor di suatu wilayah dengan peran sektor tersebut di wilayah lain. Jika LQ>1 daerah tsb. memiliki potensi di wilayah lain. Jika LQ>1 daerah tsb. memiliki potensi ekspor, dan jika LQ<1 daerah tsb. cenderung mengimporekspor, dan jika LQ<1 daerah tsb. cenderung mengimpor

Page 14: Best Practice and Lessons Learned

LOCATION QUOTIENT (LQ)LOCATION QUOTIENT (LQ)

LQ = (Si/Ni)/(S/N) atau (Si/S)/(Ni/N)LQ = (Si/Ni)/(S/N) atau (Si/S)/(Ni/N)LQLQ = Besarnya quosien lokasi komoditi pertanian= Besarnya quosien lokasi komoditi pertanianSi = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kecamatanSi = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kecamatanS = Jumlah total produksi komoditi pertanian padaS = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkat kecamatantingkat kecamatanNi = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kabupatenNi = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kabupatenN = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkatN = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkat kabupatenkabupaten

LQLQ = Perbandingan antara produksi relatif suatu sektor = Perbandingan antara produksi relatif suatu sektor dalam suatu daerah dengan total produksi relatif dalam suatu daerah dengan total produksi relatif sektor tersebut pada tingkat daerah yang lebih luas sektor tersebut pada tingkat daerah yang lebih luas

Page 15: Best Practice and Lessons Learned

EFEK PENGGANDAEFEK PENGGANDA

Koefisien efek pengganda produksi (Koefisien efek pengganda produksi (QQ) ) menunjukkan besarnya efek peningkatan menunjukkan besarnya efek peningkatan dari komoditi basis pertaniandari komoditi basis pertanian

Q = (X + Y)/XQ = (X + Y)/X Q Q = Efek pengganda= Efek pengganda X = Jumlah produksi dari komoditi basisX = Jumlah produksi dari komoditi basis Y = Jumlah produksi dari komoditi nonY = Jumlah produksi dari komoditi non pertanianpertanian

Page 16: Best Practice and Lessons Learned

KOEFISIEN SPESIALISASI (KOEFISIEN SPESIALISASI (ββ))

Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya spesialisasi Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya spesialisasi kegiatan pertanian di suatu daerah sehingga kegiatan pertanian di suatu daerah sehingga keunggulan komparatifnya diketahuikeunggulan komparatifnya diketahui

Ksi = (Si/S) – (Ni/N)Ksi = (Si/S) – (Ni/N) ββ = Koefisien spesialisasi yang diperoleh dengan = Koefisien spesialisasi yang diperoleh dengan menjumlahkan Ksi yg positif (menjumlahkan Ksi yg positif (0<Ksi0<Ksi<<11)) Si = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kecamatanSi = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kecamatan S = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkatS = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkat kecamatankecamatan Ni = Jumlah produksi komoditi I pada tingkat kabupatenNi = Jumlah produksi komoditi I pada tingkat kabupaten N = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkatN = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkat kabupatenkabupaten

Page 17: Best Practice and Lessons Learned

KOEFISIEN LOKALISASI (KOEFISIEN LOKALISASI (αα))

Digunakan untuk mengetahui penyebaran kegiatan Digunakan untuk mengetahui penyebaran kegiatan pertanian di suatu daerah sehingga diketahui pertanian di suatu daerah sehingga diketahui tingkat aglomerasinyatingkat aglomerasinya

Loi = (Si/Ni) – (S/N)Loi = (Si/Ni) – (S/N) αα = Kuosien lokalisasi yang diperoleh = Kuosien lokalisasi yang diperoleh dengan menjumlahkan Loi positifdengan menjumlahkan Loi positif Si = Jumlah produksi komoditi i pada tingkatSi = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kecamatankecamatan S = Jumlah total produksi komoditi pertanian padaS = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkat kecamatantingkat kecamatan Ni = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kabupatenNi = Jumlah produksi komoditi i pada tingkat kabupaten N = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkatN = Jumlah total produksi komoditi pertanian pada tingkat kabupatenkabupaten

Page 18: Best Practice and Lessons Learned

Perwilayahan Komoditas Basis Perwilayahan Komoditas Basis di Kabupaten Sumedangdi Kabupaten Sumedang

No.No. Komoditas PertanianKomoditas Pertanian Kecamatan (Wilayah)Kecamatan (Wilayah)

1.1. Padi SawahPadi Sawah Sumedang Selatan, Ujungjaya, Conggeang,Cisarua, TanjungkertaSumedang Selatan, Ujungjaya, Conggeang,Cisarua, Tanjungkerta

2.2. Ubi KayuUbi Kayu Cibugel, Tanjungsari, Cisitu, JatinunggalCibugel, Tanjungsari, Cisitu, Jatinunggal

3.3. Kelapa DalamKelapa Dalam Sumedang Utara, Cibugel, Sumedang Selatan, Cisitu, Ujungjaya, Conggeang, Sumedang Utara, Cibugel, Sumedang Selatan, Cisitu, Ujungjaya, Conggeang, CisaruaCisarua

4. 4. TembakauTembakau Cimanggung, Tanjungsario, UjungjayaCimanggung, Tanjungsario, Ujungjaya

5.5. Ayam Ras PetelurAyam Ras Petelur Jatinunggal, BuahduaJatinunggal, Buahdua

6. 6. Ayam Ras BroilerAyam Ras Broiler Cisitu, Cisarua, Tanjungkerta, TanjungmelarCisitu, Cisarua, Tanjungkerta, Tanjungmelar

7.7. MahoniMahoni Cibugel, Sumedang Selatan, Cisitu, Jatinunggal, WadoCibugel, Sumedang Selatan, Cisitu, Jatinunggal, Wado

8.8. JatiJati Sumedang Utara, Cisarua, Tanjungmedar,TanjungkertaSumedang Utara, Cisarua, Tanjungmedar,Tanjungkerta

9.9. Ikan MasIkan Mas Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungmedar,TanjungkertaSumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungmedar,Tanjungkerta

10.10. DombaDomba Cimanggung, Cibugel, Sumedang UtaraCimanggung, Cibugel, Sumedang Utara

11.11. JaheJahe Tanjungmedar, Jatinunggal, WadoTanjungmedar, Jatinunggal, Wado

12.12. Ikan NilaIkan Nila Sumedang Utara, TanjungmedarSumedang Utara, Tanjungmedar

13.13. PisangPisang BuahduaBuahdua

14.14. ArenAren JatinunggalJatinunggal

15.15. TheThe Sumedang Selatan, CibugelSumedang Selatan, Cibugel

Page 19: Best Practice and Lessons Learned

KRITERIA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KRITERIA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN KOMODITAS UNGGULAN (Tahlim Sudaryanto & Made Oka Adnyana, 2002)(Tahlim Sudaryanto & Made Oka Adnyana, 2002)

1.1. STANDAR PERTUMBUHAN PROPINSI/ STANDAR PERTUMBUHAN PROPINSI/

NASIONALNASIONAL

2.2. KRITERIA KOMERSIAL KRITERIA KOMERSIAL

3.3. KRITERIA EKONOMI/FINANSIAL KRITERIA EKONOMI/FINANSIAL

4.4. KRITERIA SOSIAL BUDAYA KRITERIA SOSIAL BUDAYA

5.5. KRITERIA BAGI BENTUK MANAJEMEN KRITERIA BAGI BENTUK MANAJEMEN

I NDUSTRII NDUSTRI

Page 20: Best Practice and Lessons Learned

1. STANDAR PERTUMBUHAN 1. STANDAR PERTUMBUHAN PROPINSI/NASIONALPROPINSI/NASIONAL

1.1. Input-Output Matrix, mencakup semua1.1. Input-Output Matrix, mencakup semua keterkaitan & arus perdagangan hilir-hulu sertaketerkaitan & arus perdagangan hilir-hulu serta nilai tambah setiap mata rantainilai tambah setiap mata rantai1.2. Parameter Strategis dalam kaitan dgn target yg1.2. Parameter Strategis dalam kaitan dgn target yg ingin dicapai, serta potensi penyerapan tenagaingin dicapai, serta potensi penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatankerja dan sumber pendapatan1.3. Perlunya Kebijakan dan Perubahan Peraturan dalam1.3. Perlunya Kebijakan dan Perubahan Peraturan dalam kaitan dgn pengembangan agribisniskaitan dgn pengembangan agribisnis1.4. Prioritas Kebijakan Nasional, apakah dijadikan rujukan1.4. Prioritas Kebijakan Nasional, apakah dijadikan rujukan dalam pengembangan komoditas unggulandalam pengembangan komoditas unggulan

Page 21: Best Practice and Lessons Learned

2. KRITERIA KOMERSIAL2. KRITERIA KOMERSIAL

2.1. Kekuatan Permintaan Pasar Domestik2.1. Kekuatan Permintaan Pasar Domestik maupun Internasionalmaupun Internasional2.2. Daya Saing Propinsi/Wilayah di tingkat2.2. Daya Saing Propinsi/Wilayah di tingkat nasional atau dibandingkan negara lainnasional atau dibandingkan negara lain2.3. Ketersediaan Bahan Baku dalam 2.3. Ketersediaan Bahan Baku dalam kecukupan dan keberlanjutannyakecukupan dan keberlanjutannya2.4. Ketersediaan Teknologi Proses untuk2.4. Ketersediaan Teknologi Proses untuk menghasilkan produk olahanmenghasilkan produk olahan

Page 22: Best Practice and Lessons Learned

3. KRITERIA 3. KRITERIA EKONOMI/FINANSIALEKONOMI/FINANSIAL

3.1. Kontribusi untuk Pertumbuhan Ekonomi3.1. Kontribusi untuk Pertumbuhan Ekonomi 3.2. Kontribusi untuk Pertambahan3.2. Kontribusi untuk Pertambahan

PendapatanPendapatan 3.3. Kontribusi kepada Tenaga Kerja3.3. Kontribusi kepada Tenaga Kerja

Page 23: Best Practice and Lessons Learned

4. KRITERIA SOSIAL BUDAYA4. KRITERIA SOSIAL BUDAYA

4.1. Penyaluran secara Geografis, diseminasi4.1. Penyaluran secara Geografis, diseminasi pada wilayah lain yg serupapada wilayah lain yg serupa4.2. Kehadiran Usaha Kecil Menengah yg4.2. Kehadiran Usaha Kecil Menengah yg melibatkan petani sebagai pelaku utamamelibatkan petani sebagai pelaku utama4.3. Kehadiran Pemasok Bahan Baku Kecil-4.3. Kehadiran Pemasok Bahan Baku Kecil- MenengahMenengah4.4. Peniadaan Pengawasan Agribisnis, 4.4. Peniadaan Pengawasan Agribisnis, pengembangan terbuka & transparan, sertapengembangan terbuka & transparan, serta menghindari monopolimenghindari monopoli4.5. Jumlah Potensial Agribisnis yang dapat4.5. Jumlah Potensial Agribisnis yang dapat dikembangkandikembangkan

Page 24: Best Practice and Lessons Learned

5. KRITERIA BAGI BENTUK 5. KRITERIA BAGI BENTUK MANAJEMEN INDUSTRIMANAJEMEN INDUSTRI

5.1. Kegiatan Industri, dinamika kelompok dan5.1. Kegiatan Industri, dinamika kelompok dan

kelembagaan dalam pengembangankelembagaan dalam pengembangan

agribisnis serta meningkatkan efisiensi &agribisnis serta meningkatkan efisiensi &

daya saing produk yang dihasilkandaya saing produk yang dihasilkan

5.2. Kesepakatan Awal antar Lembaga5.2. Kesepakatan Awal antar Lembaga

Agribisnis, komitmen untuk bekerja samaAgribisnis, komitmen untuk bekerja sama

5.3. Kesanggupan untuk 5.3. Kesanggupan untuk cost-sharingcost-sharing

Page 25: Best Practice and Lessons Learned

Kriteria pilihan untuk pengembangan agribisnis komoditas unggulan daerahKriteria pilihan untuk pengembangan agribisnis komoditas unggulan daerah

N0.N0. KriteriaKriteria

ProgramProgram

Bobot(%Bobot(%))

SkorSkor NilaiNilai

11 Kriteria Propinsi/NasionalKriteria Propinsi/Nasional 2020

1.11.1 Input-Output matrixInput-Output matrix

1.21.2 Parameter strategisParameter strategis

1.31.3 Kebutuhan perlunya perubahan kebijakan dan peraturanKebutuhan perlunya perubahan kebijakan dan peraturan

1.41.4 Prioritas Pemerintah dalam kebijakan dan perubahan Prioritas Pemerintah dalam kebijakan dan perubahan pertaturanpertaturan

22 Kriteria KomersialKriteria Komersial 2525

2.12.1 Potensi dan kekuatan pangsa pasarPotensi dan kekuatan pangsa pasar

2.22.2 Daya saing propinsiDaya saing propinsi

2.32.3 Ketersediaan bahan bakuKetersediaan bahan baku

2.42.4 Ketersediaan teknologiKetersediaan teknologi

2.52.5 Potensi sumber modalPotensi sumber modal

33 Kriteria Ekonomi/FinansialKriteria Ekonomi/Finansial 1515

3.13.1 Kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomiKontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

3.23.2 Kontribusi terhadap tambahan pendapatanKontribusi terhadap tambahan pendapatan

3.33.3 Kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerjaKontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja

44 Kriteria Sosial-BudayaKriteria Sosial-Budaya 2525

4.14.1 Penyebaran secara geografisPenyebaran secara geografis

4.24.2 Potensi kehadiran dan tumbuhnya UKMPotensi kehadiran dan tumbuhnya UKM

4.34.3 Kehadiran pemasok bahan baku skala kecilKehadiran pemasok bahan baku skala kecil

4.44.4 Peniadaan kemungkinan tumbuhnya monopoliPeniadaan kemungkinan tumbuhnya monopoli

4.54.5 Jumlah potensial dan dampak perusahaanJumlah potensial dan dampak perusahaan

55 Kriteria manajemen industriKriteria manajemen industri 1515

5.15.1 Kegiatan IndustriKegiatan Industri

5.25.2 Peluang kerjasama antar unit agribisnisPeluang kerjasama antar unit agribisnis

5.35.3 Kesediaan untuk melakukan Kesediaan untuk melakukan cost sharingcost sharing

TotalTotal 100100

Sumber : Dimodifikasi dari Fardiaz,D (2000)

Catatan :1.Skor = 1,2,3,4,52.Nilai tertinggi = 500 Passing grade = 350

Page 26: Best Practice and Lessons Learned

PENUTUPPENUTUP

Terbuka berbagai opsi untuk menentukan Terbuka berbagai opsi untuk menentukan komoditas unggulan di suatu daerahkomoditas unggulan di suatu daerah

Akurasi dan ketersediaan data di daerah Akurasi dan ketersediaan data di daerah menjadi kunci utamamenjadi kunci utama

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baikbaik

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

Page 27: Best Practice and Lessons Learned

KEPUSTAKAANKEPUSTAKAAN Anderson, K. and Pangestu. 1995Anderson, K. and Pangestu. 1995. Agriculture and Rural Development . Agriculture and Rural Development

in Indonesia into the 21in Indonesia into the 21stst Century. Center for International Economics Century. Center for International Economics Studies, Adelaide.Studies, Adelaide.

Maman Haeruman Karmana & Anggi Ghita Trivirgianti. 2005.Maman Haeruman Karmana & Anggi Ghita Trivirgianti. 2005. Perwilayahan Komoditas Prtanian Potensial untuk Setiap Kecamatan Perwilayahan Komoditas Prtanian Potensial untuk Setiap Kecamatan di Kabupaten Sumedang. Makalah pada Semiloka Peranserta UNPAD di Kabupaten Sumedang. Makalah pada Semiloka Peranserta UNPAD dalam Pembangunan Kab. Sumedang. Gd.PSBJ UNPAD-Jatinangor. dalam Pembangunan Kab. Sumedang. Gd.PSBJ UNPAD-Jatinangor. 28/9/ 2005.28/9/ 2005.

Tahlim Sudaryanto & Made Oka Adnyana. 2002.Tahlim Sudaryanto & Made Oka Adnyana. 2002. Tantangan dan Tantangan dan Peluang Pengkajian Teknologi Pertanian dalam Perspektif Agribisnis. Peluang Pengkajian Teknologi Pertanian dalam Perspektif Agribisnis. Makalah dalam Lokakarya Pengembangan UT Terpadu Berwawasan Makalah dalam Lokakarya Pengembangan UT Terpadu Berwawasan Agribisnis Mendukung Pemanfaatan SD Pert. Jabar. Lembang Agribisnis Mendukung Pemanfaatan SD Pert. Jabar. Lembang 16/4/200216/4/2002

Timmer, Peter C. 1988.Timmer, Peter C. 1988. The Agricultural Transformation. In The Agricultural Transformation. In Handbook Handbook of Development Economicsof Development Economics. Vol I. Ed. By H. Chenery and T.N. . Vol I. Ed. By H. Chenery and T.N. Srinivasan. Elsevier Sci. Publ. B.V. pp 275-331.Srinivasan. Elsevier Sci. Publ. B.V. pp 275-331.