best practice 2015

172
MEWUJUDKAN VISI DAN MISI SEKOLAH MELALUI KOMUNIKASI INTENS DENGAN GURU DAN SISWA BEST PRAKTISE UNTUK MENGIKUTI SELEKSI KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2015 Oleh ALDON SAMOSIR, S.Pd. M.Si NIP 19711224 199801 1 001 PEMERINTAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR SMA NEGERI 2 BALIGE TAHUN 2015

Upload: aldon-samosir

Post on 09-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

gg

TRANSCRIPT

MEWUJUDKAN VISI DAN MISI SEKOLAH MELALUI KOMUNIKASI INTENS DENGAN GURU DAN SISWABEST PRAKTISEUNTUK MENGIKUTI SELEKSI KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2015

OlehALDON SAMOSIR, S.Pd. M.SiNIP 19711224 199801 1 001PEMERINTAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SMA NEGERI 2 BALIGE

TAHUN 2015

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat -Nya, sehingga best practice ini dapat diselesaikan. Adapun judul yang ditetapkan dalam tesis ini adalah Mewujudkan Visi Dan Misi Sekolah Melalui Komunikasi Intens Dengan Guru Dan Siswa .Tujuan penulisan best practice ini adalah untuk 1) menyampaikan bahwa komunikasi sangat penting dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis, terutama kepada :

penulisan tesis ini.semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Amien.Semarang, Februari 2007Penulisix

DAFTAR ISIHalamanPERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................ MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ SARI ........................................................................................................ ABSTRACK ........................................................................................... PERNYATAAN . KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI .. DAFTAR GAMBAR .. DAFTAR TABEL ..................................................................................DAFTAR LAMPIRAN ..

i ii iii iv v vi vii ix xiixiiixiv

BAB I PENDAHULUAN ............... 1A. Latar Belakang Masalah ..................... 1B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 12C. Batasan Masalah ................................................................................ 14D. Perumusan Masalah .......................................................................... 14E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 14F. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 15x

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 16A. Landasan Teori ................................................................................... 161. Kinerja Guru ................................................................................ 162. Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah .................................... 223. Iklim Organisasi ............................................................................ 41B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 431. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah denganKinerja Guru ................................................................................ 432. Hubungan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru ..................... 443. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan IklimOrganisasi dengan Kinerja Guru .................................................. 45C. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 47D. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 48BAB III METODE PENELITIAN ................... 50A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 501. Pendekatan Penelitian .................................................................. 502. Variabel Penelitian ....................................................................... 503. Paradigma Penelitian ................................................................... 514. Definisi Operasional ..................................................................... 52B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 551. Populasi Penelitian ....................................................................... 552. Sampel Penelitian ......................................................................... 56xi

C. Instrumen Penelitian ........................................................................... 571. Uji Validitas Instrumen ................................................................ 582. Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 59D. Data dan Pengolahannya .................................................................... 601. Menentukan Kecenderungan Umum Responden ........................ 622. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 623. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 64BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 66A. Hasil Penelitian .................................................................................. 661. Deskripsi Data Variabel Penelitian .............................................. 662. Pengujian Persyaratan Analisis ..................................................... 683. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 724. Kontribusi Variabel Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolahdan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru .............................. 76B. Pembahasan Hasil Penelitian ......... 77BAB V PENUTUP .................................................................................. 79A. Simpulan .... 79B. Saran-saran .... 81DAFTAR PUSTAKA ..... 83LAMPIRAN-LAMPIRANxii

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahPeningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Keberhasilan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor guru (Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar 1993:112). Bahkan dapat dikatakan bahwa guru merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil (out put) pendidikan. Dengan demikian, guru adalah sosok sentral dalam mencapai visi dan misi sekolah. Karena itu, kesiapan guru dalam melakukan proses pembelajaran, dedikasi dan loyalitas pengabdian mereka memiliki pengaruh yang positif bagi peningkatan kualitas pendidikan.Kinerja seorang guru dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu a) kompensasi yang memadahi dan wajar, b) kondisi kerja yang aman dan sehat, c) kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, d) kesempatan untuk pertumbuhan berlanjut dan ketentraman, e) rasa ikut memiliki, f) hak-hak karyawan, g) ruang kehidupan kerja, h) relevansi sosial dari kehidupan kerja, i) kepemimpinan kepala sekolah, j) faktor institusi, k) faktor kelompok organisasi, l) iklim norma-norma, harapan-harapan, dan kepercayaan personalia sekolah.

Upaya mewujudkan suatu sekolah yang berkualitas tidak mungkin dapat diraih tanpa usaha dan kerjasama berbagai pihak. Kepala sekolah sebagai puncakpimpinan di sekolah mempunyai peran yang strategis menggerakkan dan mengarahkan para guru dan karyawan lain dalam upaya mewujudkan sekolah yang berkualitas dan meningkatkan mutu pendidikan secara umum.

Untuk menggerakkan dan mengarahkan para guru dan karyawan dalam mencapai visi misi sekolah dibutuhkan cara berkomunikasi yang efektif.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses komunikasi terdapat lima komponen yang saling terkait, yaitu: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback). Komunikasi dalam sekolah memiliki hubungan erat dengan koordinasi. Istilah koordinasi berasal dari bahasa latin coordinatio yang berarti kombinasi atau interaksi yang harmonis. Sementara itu, interkasi yang harmonis di antara para karyawan sebuah organisasi, baik secara vertikal maupun horizontal, disebabkan oleh komunikasiBerdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selanjutnya menarik untuk dikaji lebih dalam dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan dalam tesis ini adalah : Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal.B. Identifikasi MasalahDengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut.1. Iklim organisasi yang kondusif akan mempengaruhi kinerja guru ke arah yang lebih baik.C. Batasan MasalahKinerja seorang guru dipengaruhi oleh banyak faktor, namun dalam penelitian ini hanya akan mengungkap mengenai kinerja guru yang

dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi. Penelitian ini tidak mengungkap faktor-faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi kinerja guru, dalam penelitian ini diabaikan.D. Perumusan MasalahBerdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Sejauhmana hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru ?2. Sejauhmana hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru ?3. Sejauhmana hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru ?E. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut.1. Mengetahui hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru.2. Mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru.3. Mengetahui hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru.

F. Kegunaan PenelitianPenelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut.1. Manfaat teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengkajian masalah keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dalam hubungannya dengan kinerja guru.2. Manfaat praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dan pihak-pihak yang terkait tentang kepemimpinan yang efektif dan iklim organisasi yang kondusif untuk mewujudkan kinerja guru yang lebih baik.

BAB IIKAJIAN PUSTAKAA. Landasan Teori1. Kinerja GuruKinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja (Lembaga Administrasi Negara 1997:3). Sejalan dengan itu, Smith (1982:214) menyatakan kinerja adalah output drive from processes, human or otherwise(hasil atau keluaran dari suatu proses). Badan Administrasi Kepegawaian Negara (1980:64) menjelaskan prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai PNS dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Berikutnya Bedjo Siswanto (1997:195) mengemukakan prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankannya. Sementara itu Agus Dharma (1991:41) mengemukakan prestasi kerja adalah suatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Selanjutnya secara lebih lengkap Idochi Anwar (1994:86) mengemukakan sebagai berikut.Prestasi kerja yaitu berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas yang telah dijabarkan telah dapat diwujudkan atau dilaksanakan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang menggambarkan pola perilaku sebagai aktualisasi dari kompetensi yang dimiliki.16

Dengan demikian, dalam kaitannya dengan guru, maka kinerja guru adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya (proses belajar mengajar).Guru yang tampil dalam melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan umumnya dituntut untuk memiliki sejumlah indikator kinerja yang diharapkan. Menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kinerja guru hendaknya mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sementara Tim Khusus (2005:5-6) menyatakan bahwa kinerja guru mencakup aspek-aspek yang berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut.a. Kepribadian, meliputi : intrapersonal dan inter personalb. Keterampilan Proses, meliputi : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis, perbaikan dan pengayaan serta bimbingan dan Konseling.c. Penguasaan Pengetahuan, meliputi : pemahaman wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi peserta didik dan penguasaan akademik.Sedangkan secara khusus dalam proses pembelajaran Muhammad Rifai (1997:174) mengemukakan tentang kinerja guru, meliputi : a) merencanakan kegiatan mengajar, b) melaksanakan/menampilkan pengajaran, c) menilai tingkah laku murid, d) berkomunikasi, e) mengembangkan pribadi murid dan f) melaksanakan tugas-tugas administrasi. Lebih lanjut standar-standar kinerja guru tersebut secara lebih

khusus dirinci menjadi 10 kemampuan dasar guru, sebagaimana dikemukakan Tim Khusus (2005:12) sebagai berikut.a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.b. Pengelolaan program belajar-mengajar. c. Pengelolaan kelas.d. Penggunaan prinsip, materi, metode, media dan sumber pembelajaran.e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan. f. Pengelolaan interaksi belajar mengajar.g. Penilaian prestasi siswa.h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.j.Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan bahwa indikator kinerja guru merupakan potensi atau kesanggupan yang perlu dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan komitmen yang tinggi atas tugasnya sebagai pengajar, sehingga mampu mewujudkan tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai dengan kompetensi keguruannya. Dalam kaitannya dengan kinerja guru sebagai fokus penelitian ini indikatornya mengacu kepada Undang-undang No. 14Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang meliputi : kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Secara lebih jelasnya indikator dan sub indikator variabel kinerja guru dapat disajikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1Indikator dan Sub Indikator Variabel Kinerja GuruNo.VariabelIndikatorSub Indikator

1.KinerjaGuruPedagogika. Memahami kurikulum pembelajaranb. Menguasai landasan kependidikan c. Menyusun tujuan pembelajarand. Penggunaan pendekatan pembelajaran e. Penggunaan strategi pembelajaranf. Menggunakan metode pembelajarang. Menggunakan media pembelajaran h. Memanfaatkan sumber belajari. Ketepatan waktu menyampaikan materi j. Melakukan pembelajaran remidialk. Melakukan evaluasi pembelajaran

2.Kepribadiana. Memiliki motivasi dalam mengajarb. Tingkat kedisiplinan dalam mengajarc. Penempatan kepentingan tugas dengan pribadi d. Kepatuhan terhadap pimpinane. Loyalitas terhadap lembagaf. Moralitas dalam melaksanakan tugas

3.Sosiala. Melakukan komunikasi dengan peserta didikb. Memahami karakteristik peserta didikc. Membantu memecahkan permasalahan siswa d. Membina hubungan baik

4.Profesonala. Menguasai bahan ajarb. Kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugas mengajarc. Pengembangan kualitas dirid. Pendalaman materi bahan ajar

Sumber : Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan DosenKinerja/prestasi kerja guru yang dicapai dapai dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan yang berasal dari dirinya sendiri maupun faktor- faktor yang bersal dari ingkungan sendiri. Bedjo Siswanto (1997:195) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai meliputi kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesungguhan pegawai yang bersangkutan. Demikian pula Nurgiantoro (1992:67) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru berdasarkan kesiapan potensi yang dimiliki yaitu: a) pengalaman, b) pendidikan, c) kesesuaian kerja, dan d) kematangan.Selanjutnya menurut Tim Khusus (1997:7) dikemukakan faktor yang turut mempengaruhi kompetensi guru adalah : a) kepala sekolah dengan segala fungsinya, b) fasilitas pendidikan, c) latar belakang pendidikan, e) pengalaman serta f) kemampuan dan kemauan dari guru sendiri. Secara lebih jelasnya faktor-faktor tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut.Kepala sekolah dengan segala fungsinya, terutama sebagai supervisor pengajaran memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap kinerja guru. Kepala sekolah yang memiliki visi, misi dan kepentingan terhadap kemajuan sekolah tentu akan lebih memperhatikan kinerja guru dibandingkan dengan yang biasa-biasa saja. Selanjutnya fasilitas pendidikan juga menentukan terhadap kinerja guru, artinya fasilitas pendidikan yang lengkap memungkinkan guru lebih lancar dalam meningkatkan kinerjanya. Latar belakang pendidikan juga memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, artinya guru yang berlatar belakang pendidikan tinggi akan memiliki dasar yang kuat untuk lebih baik dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Demikian juga pengalaman, artinya guru yang telah lama melaksanakan profesi keguruan tentunya kinerjanya lebih profesional dibandingkan dengan yang masih baru. Kemauan dan kemampuan guru juga merupakan aspek dominan yang tumbuh dari dalam diri guru yang mempengaruhi kinerjanya, artinya guru yang memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan sekolah tentu akan berupaya meningkatkan kualitas diri dan memperkuat kemauan untuk meningkatkan

kinerjanya. Dengan demikian faktor-faktor yang turut mempengaruhi kinerja guru tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri guru itu sendiri, misalnya latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan dan kemauan dari guru sendiri, sedangkan faktor eksternal, misalnya kepala sekolah, fasilitas pendidikan dan lingkungan sekolah.Peningkatan kinerja guru hendaknya dikelola dengan baik untuk mewujudkan hasil yang baik pula. Peningkatkan kinerja guru ini pada dasarnya diarahkan kepada peningkatan kegiatan belajar mengajar, agar guru lebih mampu menciptakan iklim proses belajar-mengajar yang kondusif, sehingga mampu mewujudkan produktivitas pendidikan yang bermutu. Kinerja guru untuk mampu mewujudkan peningkatan kegiatan belajar-mengajar yang kondusif demikian, tentunya memerlukan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kesemuanya harus dikembangkan dan ditingkatkan melalui suatu peningkatan yang kontinyu. Menurut Tim Khusus (1997:10) bahwa komponen-komponen yang terkait dalam sistem peningkatan kinerja guru adalah sebagai berikut.a. Ketenagaan : pembinaan pengawas, kepala sekolah, tutor inti danGugus pemandu Mata Pelajaran.b. Perangkat gugus : PKG dengan KKG KKKS dan KKPS.c. Program : penataran, diskusi, seminar, tutorial, isue/pokok-pokok masalah, kebutuhan-kebutuhan nyata dan praktis dalam proses kegiatan belajar mengajar, jadwal dan pelaksanaan program.

d. Manajemen : organisasi, struktur kepengurusan, mekanisme kerja, disiplin, komunikasi, motivasi pencatatan dan pelaporan.e. Dana : sumber penggunaan dan pertanggungjawaban.f.Monitoring dan evaluasi : pemantauan rutin, penampungan masalah dan keluhan serta test hasil belajar.Sistem dan bentuk peningkatan kinerja guru yang harus diterapkan hendaknya dilakukan dengan berupa bantuan dan pelayanan. Sistem bantuan yang dimaksud merupakan proses peningkatan yang dilakukan dengan cara para pembina membantu para guru untuk mampu melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, misalnya dengan cara memberi contoh atau mendemonstrasikannya. Sistem pelayanan yang dimaksud dalam peningkatan merupakan proses yang dilakukan dengan cara kepala sekolah menerima dan berupaya membantu guru apabila dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ditemui di sekolahnya. Bantuan dan layanan yang diberikan oleh kepala sekolah merupakan kunci dari keberhasilan guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar secara kompeten. Keadaan ini tentunya dapat diwujudkan apabila dalam pelaksanaannya mampu dikelola dengan baik dan terdapat adanya sistem kerjasama antara guru dan kepala sekolah.2. Keefektifan Komunikasi Kepala SekolahDalam proses manajemen dan kepemimpinan faktor komunikasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Dengan komunikasi dapat diwujudkan hubungan dalam lingkungan organisasi dan hubungan ke luar. Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manajerial. Tanpa komunikasi yang baik, lingkungan organisasi akan menjadi kurang harmonis dan dengan pihak luar tidak akan terjalin hubungan kerjasama yang

lebih baik. Pada hakekatnya manajemen dan kepemimpinan adalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain, maka tentu saja di antara manusia-manusia yang bekerjasama itu, harus ada komunikasi. Kerjasama tidak akan mungkin tercipta tanpa komunikasi. Demikian juga dengan organisasi atau perusahaan tidak akan dapat melepaskan diri dari proses komunikasi, melainkan harus ada kontak dengan dunia luar yang dibina melalui saluran komunikasi yang tepat.Seorang kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolahnya, perlu memiliki keterampilan dalam berkomunikasi agar apa yang diharapkannya dapat diterima dengan baik oleh semua personil sekolah. Komunikasi merupakan alat bagi kepala sekolah untuk berinteraksi dengan personil lainnya, sehinga dapat menumbuhkan saling pengertian, kepercayaan, menyelesaikan masalah akibat salah paham dan memadukan pendapat serta meluruskan salah penafsiran terhadap suatu masalah.Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris coomunication berasal dari bahasa latin communicati yang akar kata dari communicatio adalah communis berarti sama. Evrett M. Rogers (Hafied Cangara2002:19) mengemukakan komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama Lawrence Kincaid (1999:213) sehingga melahirkan definisi baru yang menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Selanjutnya Oteng Sutisna (1989:226) mengemukakan sebagai berikut.Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan dan pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok di dalam suatu organisasi.

Sejalan dengan pendapat tersebut G.R Terry (Hamzah Yaqub 1994:166) mengemukakan komunikasi berhubungan dengan seni mengembangkan dan mencapai pengertian serta sebagai alat dan bukan merupakan tujuan. Komunikasi di samping menyalurkan segala bentuk informasi juga penting adanya penerimaan dari pihak penerima informasi, dan penerima informasi terpengaruh oleh informasi yang diterimanya, sehingga dapat menimbulkan perubahan sikap. Sebagai bukti adanya penerimaan dinyatakan dalam bentuk jawaban (respon). Bentuk informasi, ide, gagasan dan yang lainnya dapat disampaikan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat yang kemudian oleh penerima bentuk kata-kata atau isyarat itu diterjemahkan lagi menjadi bemtuk pikiran, kemudian dijadikan bentuk jawaban sebagai balikan dari pesan tadi.Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa komunikasi organisasi tiada lain daripada suatu proses penyampaian informasi, ide, penjelasan, perasaan dan pertanyaan untuk diterima oleh orang lain, sehingga memberikan reaksi atau mengadakan perubahan perilaku yang terjadi di dalam organisasi tempat orang-orang melakukan berbagai aktivitasnya.Komunikasi akan terjadi apabila ada kesamaan makna antara oleh dua orang atau lebih mengenai apa yang diperbincangkan. Dalam kontek komunikasi, kesamaan makna sangat penting bahkan melampaui kesamaan bahasa, sebab percakapan antara dua orang yang memiliki kesamaan bahasa belum menjamin keduanya memiliki kesamaan makna. Dengan kata lain, percakapan akan berlangsung bila hubungan komunikasi antara komunikator (sender) dan komunikan (receiver) bersifat informatif. Namun demikian, komunikasi tidak hanya bersifat informatif tetapi juga persuasif. Artinya, komunikasi tidak hanya bertujuan agar orang lain tahu dan mengerti, tetapi juga berharap agar orang lain menerima suatu paham, keyakinan atau melakukan suatu perbuatan tertentu. Dengan demikian, komunikasi bukan hanya penyampaian informasi, tetapi juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude). Dengan mengutip pandangan Carl I. Hovland, Onong Uchyana

Effendi (2001:9-10) mengatakan communication is the process to modify the behavior of other individuals.Kemudian, untuk sampai pada tujuan komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif tersebut, terdapat beberapa proses komunikasi yang harus dilalui oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pertama- tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan pada komunikan (receiver). Ini berarti ia memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator dalam konteks pengertiannya. Jadi, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meaning) yang pernah diperoleh komunikan. Jadi, bidang pengalaman merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman antara komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.Dengan demikian, komunikasi selalu bersifat dialogis, sehingga ketika komunikan memberikan jawaban, maka ia kini menjadi encoder

dan komunikator menjadi decoder. Inilah suatu proses yang dinamakan umpan balik (feedback). Umpan balik ini memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan apakah sebuah proses komunikasi akan berlanjut atau berhenti. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan positif apabila tanggapan, respon atau reaksi komunikan menyenangkan komunikator sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik dikatakan negatif apabila tanggapan komunikan tidak menyenangkan komunikator, sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya. (Onong Uchjana Effendi 2001:14). Untuklebih jelasnya proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut.Sender Encoding Message Decoding ReceiverMediaNoiseFeed Back ResponseGambar 2.1Model Proses Komunikasi Philip KotlerGambar tersebut menegaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi kunci agar komunikasi berlangsung efektif. Dalam hal ini, komunikator harus tahu khalayak mana yang ia jadikan sasaran dan tanggapan apa yang

ia inginkan. Selain itu, komunikator juga harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran dapat mengawasandi pesan yang ia sampaikan. Bersamaan dengan itu, komunikator juga harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.Karena itu, agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm (Onong Uchyana Efendi 2001:19) melihat pesan sebagai tanda essensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat menagawasandi dalam istilah-istiah pengalaman yang dimiliknya masing-masing. Karena itu, komunikasi akan menjadi persoalan bagi komunikator yang berasal dari strata sosial yang satu yang ingin berkomunikasi secara efektif dengan komunikan yang berasal dari strata sosial yang lain. Akan tetapi dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal.Field of Experience

Field of Experience

Sender

Encoder

sig nal

Decoder

Receiver

Gambar 2.2Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hubungan KomunikasiKeefektifan komunikasi kepala sekolah merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi keefektifan kepemimpinan kepala sekolah tersebut. Menurut hasil riset yang yang dilakukan Rodger D. Collons (1987:38) karakter kepemimpinan tidak mengungkapkan satu sifat tunggal yang dimiliki semua pemimpin yang berhasil, tetapi sejumlah ciri yang umum dimiliki oleh banyak diantara mereka, telah diidentifikasikan sebagai pemimpin yang efektif. Dikatakan lebih lanjut oleh Rodger D. Collons (1987:38-40) sejumlah ciri kepemimpinan yang efektif mencakup aspek: a) kelancaran berbicara, b) kemampuan untuk memecahkan persoalan, c) kesadaran akan kebutuhan, d) keluwesan, e) kecerdasan, f) kesediaan menerima tanggung jawab, g) keterampilan sosial, h) kesadaran akan diri dan lingkungan. Selanjutnya menurut Bernard M. Bass (Gibson 1985:337) sifat-sifat yang dikaitkan dengan keefektifan kepemimpinan adalah sebagai berikut.

a. Kecerdasan, yang meliputi: pertimbangan, ketegasan, pengetahuan, dan kefasihan berbicara.b. Kepribadian, yang meliputi: kemampuan adaptasi, kewaspadaan, kreatifitas, integritas pribadi, percaya diri, keseimbangan dan pengendalian emosional, dan mandiri (non konformitas).c. Kemampuan, yang meliputi: kemampuan memperoleh kerjasama, popularitas dan prestise, kemampuan bergaul (keterangan antar pribadi), partisipasi sosial, bijaksana, dan diplomasi.Sedangkan menurut School Improvement in Maryland Web Site yang diterjemahkan bebas oleh Soelistia (2003:13) indikator yang menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah sebagai berikut.a. Mengembangkan kolaborasi dalam pemecahan masalah dan mengadakan komunikasi terbukaAgar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah:1) berkolaborasi dengan stakeholder dalam proses perbaikan sekolah,2) berbagi data mengenai keberhasilan prestasi murid dengan stakeholders, 3) menyediakan waktu untuk memecahkan masalah secara kolaboratif, 4) menunjukkan keterampilan membangun proses kelompok yang efektif dan mengembangkan consensus dalam melakukan perbaikan sekolah, 5) mengkomunikasikan kepada setaf, orang tua, murid, dan anggota masyarakat pada umumnya tentang visi sekolah, tujuan-tujuan sekolah dan proses yang sedang berlangsung dalam usahanya untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah, 6) menghargai dan merayakan sumbangan anggota masyarakat sekolah karena

keikutsertaannya dalam perbaikan sekolah, 7) mengembangkan kemampuan memimpin orang lain, 8) mengevaluasi keterampilan staf dalam berkolaborasi dan memberi dukungan atas pengembangan staf.b. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolahAgar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1) memastikan bahwa berbagai sumber data dikumpulkan dan digunakan untuk mengevaluasi kinerja murid, 2) melibatkan semua staf dalam menganalisis data prestasi murid, 3) mengidentifikasi kekurang cocokan antara out come yang diinginkan dengan out come yang ada,4) melibatkan staf dan stakeholders yang lain dalam suatu proses kolaboratif untuk mengklarifikasi suatu masalah, 5) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah yang diprioritaskan, berdasarkan analisis data, 6) menyusun model penggunaan data bagi pengambilan keputusan, 7) secara teratur meminta staf untuk mengidentifikasi data yang digunakan untuk mengambil keputusan, 8) mengevaluasi kompetensi guru dan mengatasi kekurangannya dengan menyelenggarakan pengembangan staf, dan 9) menggunakan berbagai sarana termasuk teknologi untuk mengorganisir dan menganalisisdata.c. Menggunakan data untuk mengidentifikasi dan merencanakan perubahan-perubahan yang diperlukan dalam program intruksional

Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1) memastikan bahwa rencana perbaikan sekolah didasarkan pada analisis data dan klarifikasi masalah, 2) menyediakan fasilitas bagi pengembangan rencana perbaikan tujuan, bukti-bukti pencapaian tujuan, dan setrategi jelas, 3) bersama dengan staf mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan guru yang diperlukan untuk melaksanakan setrategi pengajaran dalam rangka perbaikan sekolah, 4) memastikan bahwa dalam rencana perbaikan tersebut berbagai kegiatan untuk mendukung setrategi teridentifikasi, 5) memastikan bahwa antara evaluasi, kurikulum dan pengajaran terkait satu sama lain, 6) memberi kesempatan kepada staf untuk mempelajari setrategi yang berbasis penelitian untuk memecahkan masalah, dan 7) memberi kesempatan kepada staf untuk belajar dari sekolah lain yang telah berhasil dalam menerapkan setrateginya.d. Melakukan dan memonitor rencana perbaikan sekolahAgar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1) menyiapkan kalender kegiatan untuk perbaikan sekolah dan memastikan bahwa kalender kegiatan tersebut ditinjau bersama secara teratur,2) menentukan proses yang teratur untuk melacak pengaruh perbaikan sekolah terhadap prestasi belajar murid, 3) memonitor secara dekat pengumpulan dan penganalisisan data untuk mengetahui apakah terdapat kemajuan dalam pencapaian tujuan dan apakah memuaskan semua kelompok murid, 4) secara terus-menerus mengumpulkan dan

menggunakan data mengenai keputusan-keputusan di tingkat kelas dan memberikan bantuan kepada individu atau kelompok murid,5) menggunakan berbagai sarana termasuk teknologi untuk memonitor kemajuan, 6) memberikan apresiasi terhadap mereka yang berhasil,7) menyerasikan sumber-sumber (dana staf, pengembangan staf)untuk memaksimalkan pencapaian tujuan perbaikan sekolah,8) mendukung staf bila mereka mengadakan perubahan instruksional untuk memperlancar pencapaian tujuan perbaikan, dan 9) bersama dengan staf menggunakan waktu dalam rapat, atau pertemuan lain untuk memonitor, mengkomunikasikan sesuatu.e. Berfikir sistem dalam menetapkan fokus untuk mencapai tujuan prestasi belajar muridAgar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah:1) menyerasikan semua sumber-sumber sekolah dengan prioritas perbaikan, 2) menyerasikan tujuan perbaikan sekolah, pengajaran di kelas, dengan pencapaian kelas atau sekolah, 3) mengidentifikasi proses-proses penting yang memiliki pengaruh pada hasil,4) mengidentifikasi ukuran kinerja dan indikator yang mengaitkan proses pengajaran dengan tujuan intruksional, 5) berkomunikasi dengan para pengambil keputusan di luar lembaga sekolah, dan6) memastikan bahwa tujuan sekolah sejalan dengan tujuan lokal dan nasional.

Dengan demikian, kepemimpinan yang efektif memiliki hubungan erat dengan komunikasi efektif. Sedangkan kualifikasi manajer yang memiliki kemampuan komunikasi efektif dapat dilihat dari kemampuannya mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, mampu menjadipendengar yang baik, mampu atau terampil menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif. (www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/04/1)Kemudian, dalam kaitannya dengan institusi pendidikan, seorang komunikator dikatakan efektif apabila memliki tiga aspek berikut.a) organizational stability (answers questions clearly and concisely, explains guidelines, and points out what is important in each lesson); b) instructional adaptability (shows interest in student opinions); andc) interpersonal flexibility (does not put students down or interrupt them). (www. ericfacility.net/databases/ERIC_Digests/). Selanjutnya Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel (www.sinarharapan.co.id/ekonomi mandiri/2002/04/1), mengemukakan lima hukum komunikasi yang efektif yaitu : a) respect, b) empathy, c) audible, d) clarity dan e) humble. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.a. RespectKomunikasi yang efektif harus dibangun dari sikap menghargai terhadap setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama

dalam berkomunikasi dengan orang lain, karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika komunikasi dibangun di atas rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka akan lahir kerjasama yang sinergi yang akan meningkatkan keefektifan kinerja seorang individu maupun organisasi sebagai sebuah tim.b. EmpathyEmpati adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Rasa empati akan memungkinkan seseorang untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim, orang-orang yang terlibat dalam tim tersebut harus saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim tersebut. Rasa empati akan menimbulkan respek atau

penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Dengan demikian, sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, seseorang harus mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan, sehingga pesan tersebut akan sampai tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif, karena essensi dari komunikasi adalah aliran dua arah.c. AudibleMakna audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti seseorang harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

d. ClarityClarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi, perlu dikembangkan sikap terbuka, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim. Tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim secara keseluruhan.e. HumbleHamble dapat disebut sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain yang biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap ini pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Jika komunikasi didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka seorang manajer atau kepala sekolah dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

Komunikasi dalam organisasi bukan hanya sekedar proses pertukaran informasi yang dapat dilihat atau dimengerti semata, namun termasuk perilaku dan peranan-peranannya. Komunikasi merupakan hal yang mutlak harus ada karena dengan komunikasi yang efektif segala aktivitas dalam organisasi dapat dikoordinasikan yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Berdasarkan kepentingan tersebut, maka prinsip-prinsip komunikasi harus ditanamkan dalam komunikasi organisasi, sebagaimana dikemukakan oleh Abizar (1992:231) adalah sebagai berikut.a.Komunikasi itu bukan benda dan bukan pula sesuatu yang statis.Komunikasi adalah suatu proses, pengirim dan penerima tidak statis tetapi dinamis. Prinsip ini membukan pemikiran bahwa komunikasi itu adalah dinamis, dalam arti pengirim dan penerima pesan dapat bertukar pikiran dan peran.b. Komunikasi itu tidak linier tetapi sirkuler. Proses komunikasi itu bukan lurus tetapi berputar.c.Komunikasi itu sangat kompleks, artinya kalau melakukan suatu komunikasi dengan banyak orang, maka terdapat keanekaragaman dalam proses komunikasi itu.d. Komunikasi itu tidak dapat diputar dan tidak dapat diulang lagi.e.Komunikasi melibatkan keseluruhan kepribadian. Walaupun ada usaha untuk membedakan pikiran dan perasaan, jasmani dan rohani, namun dalam proses komunikasi keseluruhan aspek kepribadian terlibat dan tidak dapat dipisahkan selama ia masih manusia.Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka pengaruhnya terhadap kepala sekolah harus benar-benar melaksanakan komunikasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sehingga tingkat efektivitas dan efisiensi sekolah dapat tercapai. Dalam melaksanakan komunikasi terdapat dua teknik yang dapat dilakukan kepala sekolah, sebagaimana yang dikemukakan Udi Turmudi Saputra (1991:77) yaitu sebagai berikut.a. Secara langsung, yaitu komunikasi satu sama lain dengan tatap muka tanpa menggunakan alat sebagai perantara atau langsung dengan menggunakan alat seperti telepon.b. Secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan media tulisan atau bentuk lain.Dalam melaksanakan teknik komunikasi baik yang bersifat langsung maupun tidak, maka agar lebih berhasil seorang kepala sekolah harus memperhatikan hal-hal yang dikemukakan The Liang Gie (1994:496552) yaitu sebagai berikut.

a.Kejelasan, artinya komunikasi yang dilakukan harus jelas dan dapatdimengerti oleh komunikan, sehingga ia dapat melaksanakannya.b. Ketepatan, artinya proses komunikasi harus memperhatikan apa yang hendak disampaikan, sehingga tepat sasaran.c.Kecukupan, artinya pesan yang disampaikan jangan sampai berlebihan, sehingga dapat membingungkan bagi komunikan, jikadirasa telah cukup dipahami, maka pesan yang disampaikan diakhiri saja.d. Mengadakan tindak lanjut, artinya untuk mengecek apakah informasi yang telah diberikan dapat dilaksanakan atau tidak.e.Mengatur arus informasi, informasi yang banyak harus dapat dikendalikan oleh komunikan, sehingga tidak berlebihan dalam menerima pesan.f.Pengulangan, artinya pesan yang disampaikan perlu dilakukan agar dipahami lebih jelas lagi.g. Penghayatan, artinya pesan yang telah disampaikan perlu dilakukan komunikan, sehingga dapat dengan jelas makna sesungguhnya dari isi pesan yang dimaksudkan.h. Mendorong saling mempercayai, artinya adanya kepercayaan memudahkan untuk membentuk saling pengertian, sehingga komunikan tidak merasa berat untuk melaksanakan pesan yang dibebankan kepadanya.i.Penetapan waktu yang efektif, artinya penggunaan waktu yang efektif sangat membantu dalam cepat tidaknya pesan dilaksanakan, waktu yang benar-benar efektif dipergunakan akanmempercepat pelaksanaan pesan yang telah disampaikan.j.Mendengarkan secara efektif, artinya komunikan harus dapat memilih mana yang sesungguhnya inti dari pesan yang disampaikan, sehingga dapat dengan tepat melaksanakannya.k. Menggunakan selentingan, artinya pesan yang disampaikan secara tidak langsung yang berasal dari orang lain, sehingga hal yang terpenting adalah kepecayaan atau dengan kata lain apakah selentingan tersebut benar atau tidak.Dari beberapa pengertian tersebut, maka keefektifan komunikasi kepala sekolah adalah kemampuan yang bersifat informatif dan persuasif dalam melaksanakan peranan interpersonal (interpersonal role), informasional (informasional role) dan peranan memutuskan (decissional role) untuk mengkoordinasikan guru (dan karyawan) agar bersama-sama

mencapai tujuan organisasi. Keefektifan komunikasi kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah bertanggung jawab ataspenyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.Komunikasi akan melibatkan sumber pengiriman informasi. Hal ini berupa pesan yang disampaikan kepada penerima melalui media. Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Jika penerima/khalayak mengetahui atau memahami pesan maka komunikasi berhasil. Keberhasilan komunikasi tergantung efek perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pesan akan menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber, ini juga ditentukan lingkungan.3. Iklim OrganisasiMenurut Gibson (1985:156) iklim organisasi adalah seperangkat prioritas lingkungan kerja, yang dipersepsikan pegawai secara langsung atau tidak langsung, yang dianggap sebagai faktor utama dalam

mempengaruhi perilaku pegawai. Sementara Dawis (1996:21) mengemukakan iklim organisasi adalah lingkungan manusia yang di dalamnya para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Karena itu, iklim organisasi sebagai konsep sistem yang dinamis akan dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi.Dengan demikian, iklim organisasi merupakan konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup suatu organisasi. Dalam hal ini, seorang pegawai akan merasakan bahwa iklim organisasi tempat mereka bekerja menyenangkan apabila mereka dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan berharga, pekerjaan yang menantang juga akan memberikan kepuasan bagi mereka yang mampu mengerjakannya dengan baik. Mereka menginginkan tanggung jawab dan mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil, ingin didengarkan, dipandang dan diperlakukan sebagai orang yang bernilai, sebagai bagian dari organisasi. Pegawai ingin merasakan bahwa organisasi benar-benar memperhatikan kebutuhan dan masalah mereka.Lebih lanjut Dawis (1996:25) mengatakan bahwa terdapat beberapa unsur khas yang turut membentuk iklim yang menyenangkan, yaitu sebagai berikut.a. Kualitas kepemimpinan;b. Kadar kepercayaan;c. Komunikasi ke atas dan ke bawah;d. Perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat;e. Tanggung jawab;f. Imbalan yang adil;g. Tekanan pekerjaan yang nalar;

h. Kesempatan;i.Pengendalian, struktur, dan birokrasi yang nalar; dan j.Keterlibatan pegawai dan keikutsertaan.Lebih khusus lagi, dalam kaitanya dengan sekolah, Koster(2001:2) berpendapat sebagai berikut.Iklim sekolah adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi lima aspek yaitu: a) kondisi fisik dan fasilitas sekolah, b) cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, c) harapan pada prestasi sekolah, d) hubungan kerja, e) ketertiban/ disiplin sekolah.Dengan demikian, dapat iklim organisasi adalah karakteristik suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain menurut persepsi para karyawan atau orang-orang di dalam organisasi yang sekaligus akan mempengaruhi perilaku orang tersebut. Dari beberapa teori di atas, iklim organisasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru yang berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi; kondisi fisik dan fasilitas sekolah, cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, harapan pada prestasi sekolah, hubungan kerja, dan ketertiban/disiplin.B. Kerangka Berpikir1. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dengan KinerjaGuruKepemimpinan (leadership) kepala sekolah merupakan faktor yang ikut menentukan kinerja dan keberhasilan guru, di samping faktor-faktor yang

lain seperti faktor institusi dan kelompok organisasi (Gibson 1985:52). Kepala sekolah merupakan sosok pemimpin yang dapat menentukan arah perkembangan organisasi sekolah, sehingga kepemimpinan seorang kepala sekolah mampu mempengaruhi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan di suatu sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.Sementara itu, kualitas kepemipinan (leadership) seorang kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan berkomunikasi yang efektif yang dimiliki kepala sekolah tersebut. Komunikasi yang efektif dan dikembangkan kepala sekolah akan berhubungan dengan kinerja guru, mengingat dengan komunikasi memunculkan persamaan- persamaan yang membangun kerjasama ke arah yang lebih baik dalam kehidupan organisasi, termasuk persekolahan. Menurut Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel (1999:45) kesuksesan seorang manajer, termasuk kepala sekolah, tidak akan pernah diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif, sebab tanpa keterampilan tersebut, seorang manajer tidak dapat membangun sebuah teamwork yang solid. Jadi, keefektifan komunikasi ini memiliki hubungan yang erat dengan keberhasilan sebuah organisasi. Hubungan ini dapat dipahami dari ungkapan William V. Hanney (Onong Uchyana Effendi 2001:113) organization consists of a number of people; it involves interdependence; interdependence alls for coordination and coordination requires communication. (organisasi terdiri atas sejumlah orang, ia melibatkan keaadaan saling bergantung, ketergantungan memerlukan

kooerdinasi, dan koordinasi mensyaratkan komnikasi). Oleh karena itu, komunikasi adalah suatu sine qua non bagi organisasi. (Onong Uchyana Effendi 2001:116). Dengan demikian, komunikasi kepala sekolah yang efektif memegang peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasikan semua komponen yang terdapat di sekolah tersebut (termasuk guru), yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan kinerja guru tersebut.2. Hubungan Iklim Organisasi dengan Kinerja GuruIklim organisasi adalah seperangkat prioritas lingkungan pengembangan kerja, yang dipersepsikan pegawai secara langsung atau tidak langsung, yang dianggap sebagai faktor utama dalam mempengaruhi perilaku pegawai (Gibson 1985:121). Larsen Pidarta (1995:121) mengemukakan iklim, norma- norma, harapan-harapan, dan kepercayaan personalia sekolah dapat mempengaruhi perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas. Dengan ungkapan yang berbeda, tetapi dengan maksud yang kurang lebih sama, Owens (1991:43) mengatakan iklim organisasi berkaitan dengan persepsi orang yang ada di dalam organisasi yang menggambarkan tentang norma, asumsi, dan kepercayaan yang ada.Dengan demikian, iklim organisasi yang kondusif akan meningkatkan kinerja guru, sebab iklim organisasi yang kondusif akan memberi perasaan nyaman dan menciptakan suasana kerja yang mendukung, sebagaimana dikutip oleh Dawis (1996:24) yang telah mengembangkan sebuah instrumen untuk mengukur iklim organisasi. Instrumen tersebut berfokus pada gaya manajemen yang diterapkan dalam organisasi yang meliputi faktor

kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengaruh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, dan pengendalian. Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh bahwa iklim yang lebih partisipatif dan berorientasi humanistik (manusia) akan menghasilkan tingkat prestasi (kinerja) yang lebih tinggi dan kepuasan kerja yang lebih besar.Dari teori-teori tersebut, terlihat bahwa iklim organisasi mempunyai kontribusi yang jelas untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah. Pada kontek penelitian ini, iklim organisasi yang kondusif akan semakin mendorong kinerja guru dalam melakukan pekerjaannya.3. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan IklimOrganisasi dengan Kinerja GuruMenurut Gibson (1985:52) seorang guru dapat menjadi professional dalam pekerjaannya ditentukan oleh faktor individu guru sendiri dan juga oleh faktor di luar dirinya. Faktor luar tersebut akan menyangkut institusi (organization), kepemimpinan (leadership), dan kelompok organisasi (group organization). Sementara itu, Owens (1991:132) mengatakan persepsi kelompok guru tentang kepala sekolah mereka ditentukan oleh beberapa hal yaitu a) trust (dorongan): sikap kepala sekolah yang mendorong untuk bekerja keras, b) consideration (perhatian): sejauh mana perhatian kepala sekolah terhadap guru yang berkaitan dengan martabat dan masalah kemanusiaan, c) aloofness (acuh): sejauh mana sikap kepala sekolah menjaga jarak sosial, misalnya apakah menunjukkan sikap tidak peduli dan dingin ataukah menunjukkan sikap hangat dan bersahabat, d) production emphasis

(menekankan kerja): sejauh mana kepala sekolah berusaha agar para guru lebih giat bekerja, misalnya melakukan supervisi secara ketat, bersikap memerintah, dan menekankan hasil kerja.Dengan demikian bahwa kinerja guru sangat dipengaruhi oleh keefektifan komunikasi kepala sekolah dalam mengkomunikasikan program kerja lembaga sekolah tersebut. Demikian pula, iklim organisasi sekolah yang kondusif akan mendorong kinerja guru yang semakin tinggi, sebab iklim organisasi yang kondusif akan memberi perasaan nyaman dan menciptakan suasana kerja yang mendukung. Dengan kata lain, kinerja guru dapat dipengaruhi antara lain oleh keefektifan komunikasi kepala sekolah dan sekaligus juga dipengaruhi iklim organisasi di tempat guru bekerja.C. Hasil Penelitian yang Relevan1.Penelitian Tjahya Witono Tahun 2003 di SD Negeri se-Kota Semarang, menunjukkan bahwa keterampilan manajerial dan supervisi kepala sekolah dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Kemampuan manajerial berhubungan dengan pemberdayaan sumber daya dan personil sekolah, sedangkan supervisi berhubungan dengan proses pembinaan kepala sekolah kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran secara lebih baik.2.Penelitian Ali Herzalni Tahun 2003 di SMU Swasta se-Kabupaten Tegal, mnunjukkan bahwa persepsi guru mengenai kriteria kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja turut mempengaruhi kinerja guru. Persepsi guru

memandang bahwa kriteria kepemimpinan merupakan aspek yang sangat berarti bagi guru dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan situasi dan kondisi kerja sehari-hari dalam kondisi lama, sehingga kedua variabel tersebut secara langsung memiliki pengaruh erat dengan kinerja guru.3.Penelitian Mursini Purwati Tahun 2003 di SD Negeri se-Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang, menunjukkan bahwa supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompensasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Pengaruh tersebut sangat besar (80,56%),mengingat supervisi dan kompensasi berkaitan dengan kebutuhan guru akan pelaksanaan tugas dan peningkatan kinerja.4.Penelitian Achmad Junaedi Tahun 2004 di SLTP Negeri se-Kabupaten Kudus, menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah dan iklim organisasi memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, sehingga apabila kinerja kepala sekolah dan iklim organisasi baik, maka kinerja guru pun akan baik pula.5.Penelitian Sentot Widodo Tahun 2006 di SMA Negeri se-Kota Semarang, menunjukkan bahwa kemampuan kerja dan iklim organisasi memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja guru. Dengan demikian apabila kemampuan kerja dan iklim organisasi meningkat, maka kinerja guru secara otomatis akan meningkat pula.Hasil-hasil penelitian tersebut sangat relevan dengan kajian penelitian yang dilakukan, artinya baik keefektifan komunikasi kepala sekolah, iklim

organisasi dan kinerja guru yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sesuai dengan fokus penelitian yang dilakukan sekarang. Dengan demikian hasil-hasil penelitian terdahulu cocok untuk dikembangkan dan diteliti kembali lebih lanjut, sehingga memperkaya kajian keilmuan selanjutnya yang lebih kuat.D. Hipotesis PenelitianHipotesis merupakan sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak dapat ditinggalkan, karena merupakan kerja dari teori. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Menurut Masri Singarimbun (1989:43) hubungan antar variabel penelitian dapat dirumuskan secara eksplisit maupun implisit. Selanjutnya menurut Suryabrata (1992:45) hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut.1. Ada hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru.2. Ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru.3. Ada hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru.

4. Definisi Operasionala. Keefektifan Komunikasi Kepala SekolahKeefektifan komunikasi kepala sekolah adalah kemampuan yang bersifat informatif dan persuasif dalam melaksanakan peranan interpersonal (interpersonal role), informasional (informasional role) dan peranan memutuskan (decissional role) untuk mengkoordinasikan guru (dan karyawan) agar bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, indikator yang akan digunakan untuk mengetahui keefektifan komunikasi kepala sekolah adalah sebagai berikut.1) Kejelasan dalam bentu volume suara dan media yang digunakan;2) Ketepatan dalam bentuk sasaran komunikasi dan iIsi pesan yang disampaikan;3) Kecukupan dalam bentuk mengakhiri komunikasi;4) Mengadakan tindak lanjut dalam bentuk mengecek pesan;5) Mengatur arus informasi dalam bentuk pengendalian pesan;6) Pengulangan dalam bentuk mengulangi pesan;7) Penghayatan dalam bentuk memaknai pesan yang disampaikan;8) Saling mempercayai dalam bentuk kesadaran melaksanakan pesan dan kejujuran penerima pesan;9) Penetapan waktu dalam bentuk ketepatan waktu;

10) Mendengarkan secara efektif dalam bentuk memahami makna pesan; dan11) Menggunakan selentingan dalam bentuk melaksanakan pesan tidak langsungb. Iklim OrganisasiIklim organisasi adalah seperangkat prioritas lingkungan kerja, yang dipersepsikan pegawai secara langsung atau tidak langsung, yang dianggap sebagai faktor utama dalam mempengaruhi perilaku pegawai. Lebih khusus lagi kaitanya dengan sekolah, maka iklim organisasi sekolah dapat diartikan sebagai keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi; kondisi fisik dan fasilitas sekolah, cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, harapan pada prestasi sekolah, hubungan kerja, dan ketertiban/disiplin sekolah. Iklim organisasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Margadana, Kota Tegal yang berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi; kondisi fisik dan fasilitas sekolah, cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah,harapan pada prestasi sekolah, hubungan kerja, dan ketertiban/disiplin sekolah. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mengetahui iklim organisasi adalah sebagai berikut.1) Kualitas pimpinan dalam bentuk pelaksanaan tugas dan ketertiban;

2) Penghargaan pekerjaan dalam bentuk kompetensi dan kerjasama;3) Kepercayaan dalam bentuk kemampuan, keterlibatan dan perhatian;4) Komunikasi dalam bentuk pembahasan masalah;5) Manfaat dalam bentuk ukuran keberhasilan;6) Tanggung jawab dalam bentuk menyusun prota, promes dan PSP;7) Imbalan dalam bentuk keamanan dan kesejahteraan;8) Tekanan pekerjaan dalam bentuk keterlibatan;9) Kesempatan dalam bentuk waktu luang;10) Pengendalian dalam bentuk penunjang;11) Keterlibatan dalam bentuk pengembangan karier;12) Kondisi fisik dalam bentuk lingkungan sekolah;13) Prestasi dalam bentuk keputusan;14) Hubungan kerja dalam bentuk kondisi konduktif; dan15) Disiplin sekolah dalam bentuk Ketertiban c. Kinerja GuruKinerja guru sebagaimana dimakusd dalam penelitian ini adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya di SD Negeri se- Kecamatan Margadana Kota Tegal. Kemudian, yang menjadi indikator kinerja guru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.1) Pedagogik, meliputi : menguasai kurikulum pembelajaran, menguasai landasan kependidikan, menyusun tujuan pembelajaran,

penggunaan pendekatan pembelajaran, penggunaan strategi pembelajaran, menggunakan metode pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, memanfaatkan sumber belajar, ketepatan waktu menyampaikan materi, melakukan pembelajaran remidial, dan melakukan evaluasi pembelajaran.2) Kepribadian, meliputi : memiliki motivasi dalam mengajar, tingkat kedisiplinan dalam mengajar, penempatan kepentingan tugas dengan pribadi, kepatuhan terhadap pimpinan, loyalitas terhadap lembaga, dan moralitas dalam melaksanakan tugas.3) Sosial, meliputi : melakukan komunikasi dengan peserta didik, mengetahui karakteristik peserta didik, membantu memecahkan permasalahan siswa, membina hubungan baik dengan personil sekolah, aktivitas dalam kehidupan masyarakat, dan keterlibatan dalam organisasi profesi.4) Profesional, meliputi : menguasai bahan ajar, kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar, pengembangan kualitas diri, dan pendalaman materi bahan ajar.BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian1. Deskripsi Data Variabel PenelitianDeskripsi data berusaha menampilkan gambaran masing-masing variabel penelitian, yaitu keefektifan komunikasi kepala sekolah, iklim organisasi dan kinerja guru. Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan perhitungan statistik diperoleh nilai-nilai sebagai berikut.a. Variabel Keefektifan Komunikasi Kepala SekolahVariabel ini menunjukkan bahwa dari jumlah responden 74 orang diperoleh skor tertinggi sebesar 122; skor terendah sebesar 86; rata- rata sebesar 99,97; dan simpangan baku sebesar 7,63. Selanjutnya untuk memperoleh kecenderungan jawaban responden terhadap variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah berdasarkan kriteria yang ditetapkan yaitu baik sekali (122-114), baik (113105), cukup (10496), kurang (9587) dan sangat kurang (86-78). Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) diperlolah nilai rata-rata variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah sebesar 100. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa keefektifan komunikasi kepala sekolah termasukdalam kategori cukup (104-96), artinya bahwa kepala sekolah dalam64

melakukan komunikasi dengan para guru memiliki tingkat keefektifan yang cukup.b. Variabel Iklim OrganisasiVariabel ini menunjukkan bahwa dari jumlah responden 74 orang diperoleh skor tertinggi sebesar 96; skor terendah sebesar 63, rata-rata sebesar 80; dan simpangan baku sebesar 7. Selanjutnya untuk memperoleh kecenderungan jawaban responden terhadap variabel iklim organisasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu sangat baik (96-89), baik (88-81), cukup (80-73), kurang (72-65) dan sangat kurang (64-57). Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) diperlolah nilai rata-rata variabel iklim organisasi sebesar 80. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa iklim organisasi termasuk dalam kategori cukup (80-73), artinya bahwa iklim organisasi yang terjadi di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal berada dalam kondisi cukup mendukung untuk melaksanakan rutinitas kerja sehari-hari.c. Variabel Kinerja GuruVariabel ini menunjukkan bahwa dari jumlah responden 74 orang diperoleh skor tertinggi sebesar 145; skor terendah sebesar 99, rata- rata sebesar 119; dan simpangan baku sebesar 9. Selanjutnya untuk memperoleh kecenderungan jawaban responden terhadap variabel kinerja guru berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu sangat baik (145-136), baik (135-126), cukup (125-116), kurang (115-106)

dan sangat kurang (105-96). Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) diperlolah nilai rata-rata variabel kinerja guru sebesar 119. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru termasuk dalam kategori cukup (125-116), artinya bahwa kinerja guru di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal berada dalam kondisi cukup dengan kata lain para guru telah menunjukkan kinerja yang cukup dalam melaksanakan tugas-tugasnya.Untuk lebih jelasnya kategori ketiga variabel tersebut tersaji dalam tabel sebagai berikut.Tabel 4.2Rekapitulasi Kecenderungan Variabel PenelitianNo.Variabel PenelitianRata-rataKecenderunganKriteria(Kecenderungan)

1.Keefektifan KomunikasiKepala Sekolah100Cukup

2.Iklim Organisasi80Cukup

3.Kinerja Guru119Cukup

2. Pengujian Persyaratan AnalisisUntuk dapat melaksanakan analisis statistik dengan teknik analisis korelasi terlebih dahulu perlu adanya beberapa persyaratan, yaitu : sampel yang dipilih secara acak, hubungan antara variabel independen (bebas = X) dengan variabel dependen (terikat = Y) merupakan hubungan linier dan data tersebut harus berdistribusi normal atau mendekati nilai kenormalan. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan hasil perhitungan uji normalitas data dan uji linieritas data sebagai berikut.

a. Uji Normalitas Data1) Variabel Keefektifan Komunikasi Kepala SekolahBerdasarkan hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov di atas nilai Asymp. Sig. dua sisi variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah tugas adalah 0,097, sehingga H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% atau dapat dikatakan bahwa variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah yang diambil dari responden 74 orang berdistribusi normal, mengingat t hitung > t tabel pada tingkat signifikansi 5%, yaitu 0,097 > 0,05.2) Variabel Iklim OrganisasiBerdasarkan hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov di atas nilai Asymp. Sig. dua sisi variabel iklim organisasi adalah 0,063, sehingga H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% atau dapat dikatakan bahwa variabel iklim organisasi yang diambil dari responden 74 orang berdistribusi normal, mengingat t hitung > t tabel pada tingkat signifikansi 5%, yaitu 0,063 > 0,05.3) Variabel Kinerja GuruBerdasarkan hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov di atas nilai Asymp. Sig. dua sisi variabel kinerja guru adalah 0,199, sehingga H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% atau dapat dikatakan bahwa variabel kinerja guru yang diambil dari responden 74 orang berdistribusi normal,

mengingat t hitung > t tabel pada tingkat signifikansi 5%, yaitu0,199 > 0,05.Untuk lebih jelasnya data hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.Tabel 4.3Hasil Uji Normalitas DataOne-Sample Kolmogorov-Smirnov TestX1X2Y

NNormal Parametersa,b MeanStd. DeviationMost Extreme AbsoluteDifferences PositiveNegativeKolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)7499.977.63.143.143-.0781.231.0977480.166.69.153.153-.0711.315.06374119.159.08.125.125-.0631.074.199

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.Sumber: Data primer diolah, 2007 b. Keberartian Persamaan RegresiBerdasarkan hasil perhitungan (terlampir) uji keberartian persamaan regresi sederhana antara variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y), dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) diperoleh hasil-hasil analisis data sebagai berikut.

Tabel 4.4Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Variabel X YVariabelNPersamaan RegresiF hitungF tabel

Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah Kinerja Guru74^Y =41,491+0,777X17,3173,89

Iklim Organisasi Prestasi Kerja74^Y =45,524+0,918X27,8164,82

Sumber : Data Diolah Peneliti 2007Dari data hasil uji keberartian persamaan regresi sederhana tersebut, maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.1) Hubungan variabel X1 Y dengan persamaan regresi^Y = 41,491+0,777X1 bentuk regresinya berarti, sebab F hitunglebih besar dari F tabel pada taraf kepercayaan 0,05, artinya jika terjadi perubahan suatu unit pada variabel X1 akan diikuti pula perubahannya oleh variabel Y sebesar 0,777 satuan2) Hubungan variabel X2 Y dengan persamaan regresi^Y = 45,524+0,918X2 bentuk regresinya berarti, sebab F hitunglebih besar dari F tabel pada taraf kepercayaan 0,05, artinya jika terjadi perubahan suatu unit pada variabel X2 akan diikuti pula perubahannya oleh variabel Y sebesar 0,918 satuan3) Dari hasil uji berarti regresi ganda antara variabel X1.2 dengan Ydiperoleh hasil persamaan regresi ganda^Y =25,706+0,452X1+0,602X2, dan F hitung sebesar 4,391 dan3,763, artinya jika terjadi perubahan suatu unit pada variabel X1

dan X2 akan diikuti pula perubahannya oleh variabel Y masing- masing sebesar 0,452 dan 0,602 satuan4)Dengan kriteria uji yang sama dengan uji keberartian sederhana tersebut, dapat dikemukakan bahwa H0 ditolak, dan dengan demikian bentuk regresi gandanya berarti, sebab F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf signifikansi 5% (terlampir).3. Pengujian HipotesisDalam penelitian ini dilakukan pengujian untuk membuktikan beberapa hipotesis yang telah dibuat dengan model regresi linier berganda. Adapun persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut.a. Kinerja guru = + 1 keefektifan komunikasi + 2 iklim organisasib. Kinerja guru = 25,706 + 0,452 keefektifan komunikasi + 0,602 iklim organisasiKeterangan : = 25,706 artinya apabila variabel keefektifan komunikasi dan iklim organisasi konstan maka variabel kinerja guru sebesar 25,706.1 = 0,452 artinya apabila variabel keefektifan komunikasi kepalasekolah terjadi kenaikan satu sedangkan variabel iklim sekolah konstan maka variabel kinerja guru akan ikut naik sebesar 0,452.2 = 0,602 artinya apabila variabel iklim sekolah terjadi kenaikan satusedangkan variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah konstan maka varabel kinerja guru akan ikut naik sebesar0,602.a. Hipotesis IHipotesis I menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja

guru. Untuk membuktikan apakah terdapat atau tidaknya hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru maka dilakukan uji regresi dengan bantuan program SPSS. Adapun hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.Tabel 4.5Hasil Uji Regresi Variabel X1 dengan YCoefficientsaModelUnstandardizedCoefficientsStandardi zed Coefficien tstSig.

BStd. ErrorBeta

1 (Constant)X1X225.706.452.60210.162.120.137.380.4442.5303.7634.391.014.000.000

a. Dependent Variable: YHasil analisis membuktikan bahwa thitung untuk keefektifan komunikasi kepala sekolah (x1) lebih besar dari ttabel atau 3,763>2 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis I yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru terbukti. Apabila komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah baik maka kinerja guru juga akan meningkat dengan sendirinya hal ini dibuktikan dari hasil analisis pada tabel coeffisient kolom B didapat nilai keefektifan komunikasi kepala sekolah (x1) sebesar 0,45.

b. Hipotesis IIHipotesis II menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru. Untuk membuktikan apakah ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru dilakukan dengan uji regresi. Adapun hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.Tabel 4.6Hasil Uji Regresi Variabel X2 dengan YCoefficientsaModelUnstandardizedCoefficientsStandardi zed Coefficien tstSig.

BStd. ErrorBeta

1 (Constant)X1X225.706.452.60210.162.120.137.380.4442.5303.7634.391.014.000.000

a. Dependent Variable: YHasil analisis membuktikan bahwa thitung untuk iklim organisasi(x2) lebih besar dari ttabel atau 4,391>2 dengan nilai probabilitas sebesar0,0004 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 2 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa apabila komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah baik, maka kinerja guru juga akan meningkat dengan sendirinya hal ini dibuktikan dari hasil analisis pada tabel coeffisient kolom B didapat nilai keefektifan komunikasi kepala sekolah (x1) sebesar 0,5.b. Hipotesis KeduaHipotesis II yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru terbukti, yaitu thitung untuk iklim organisasi (x2) lebih besar dari ttabel atau 4,391 > 2 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa apabila iklim organisasi baik maka kinerja guru juga akan meningkat dengan sendirinya hal ini dibuktikan dari hasil analisis pada tabel coeffisient kolom B didapat nilai iklim organisasi (x2) sebesar 0,6.c. Hipotesis KetigaSecara simultan terdapat hubungan/pengaruh yang siginifkan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru hal ini dibuktikan dari hasil uji Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 43,206 > 4 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Hasil

uji R menunjukkan bahwa secara simultan variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dapat menjelaskan variabel kinerja guru sebesar 55% sedangkan sisanya sebesar 45% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti.Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal.B. Saran-saranBerdasarkan temuan-temuan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.1. Kepala sekolah lebih meningkatkan jalinan komunikasi yang lebih erat denganpara guru, misalnya saling mengungkapkan permasalahan sehubungan dengan tugas pembelajaran, sehingga hubungan menjadi lebih harmonis dan guru merasa diperhatikan untuk senantiasai menampilkan kinerja yang lebih baik.2. Kepala sekolah disarankan tidak menempatkan diri sebagai atasan para guru dengan kewenangan penuh menentukan nasib para guru, tetapi harus sebagai mitra kerja yang bekerjasama meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, artinya ada sikap komunikatif yang lebih terbuka antara kepala sekolah dan guru.

3. Kepala sekolah bersama para guru dan personil lainnya seharusnya mengembangkan iklim organisasi yang lebih kondusif dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan dan dilandasi semangat kekeluargaan dan persaudaraan.4. Guru hendaknya secara mandiri ataupun melalui kelembagaan (organisasi profesi) berusaha untuk meningkatkan kinerjanya secara lebih optimal, sehinggga kinerjanya senantiasa sesuai dengan kebutuhan organisasi.5. Guru hendaknya bersama-sama kepala sekolah membahas permasalahan- permasalahan sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakannya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

A. DAFTAR PUSTAKAAbizar. 1992. Komunikasi Organisasi. Jakarta : P2LPTK.Ali, Muhammad. 1995. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Anwar, Idochi. 1994. Evaluasi dan Pengukuran Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.Arikunto. S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Ilmiah. Bandung : Rosdakarya. Cangara, Hafied. 2002. Dasar-dasar Kepegawaian. Bandung : Andira.Collons, Rodger. D. 1987. Menyoroti Sifat-sifat Kepemimpinan. Dalam Timpe, A. Dale. (Ed). 1991. Seni Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis Kepemimpinan. Hlm. 38-40. Terjemahan Susanto Budidharmo. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.Dawis. 1996. Perilaku dalam Organisasi. Terjemahan Agus Dharma. Jakarta : Penerbit Erlangga.Dharma, Agus. 1991. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta : Rajawali.Effendi, Onong. Uchyana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Penerbit PT Remaja Rusdakarya.Eric. 2002. How Effective Communication Can Enhance Teaching at the College Level,dalam http://www.ericfacility.net/databases/ERIC_Digests/ ed380847.htmlFaisal, Sanafiah. 1992. Pengantar Penelitian Sosial. Surabaya : Usaha Nasional.Gibson. 1985. Organisasi. Edisi Kelima. Terjemahan Djarkasih. Jakarta : PenerbitErlangga.Gie, The. Liang. 1994. Manajemen Kepegawaian. Jakarta : Erlangga. Hadi, Sutrisno. 2001. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.81

Herzalni, Ali. 2003. Hubungan Perspesi Guru Mengenai Krieria Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja dengan Kinerja Guru di SMU Swasta se- Kabupaten Tegal. PPS UNNES Tidak Diterbitkan.Jacobs dan Razaveih. 1982. Psychology of Management. BPI IRWIN : Homewood, Illinois.Junaedi, Ahmad. 2004. Hubungan Kinerja Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SLTP Negeri se-Kabupaten Kudus. PPS UNNESTidak Diterbitkan.Koster. 2001. Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak Efektif.http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/31/ analisis_komparatif_ antara_sekol.htm (5 Februari 2004).Koster. 2001. Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak Efektif.http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/31/ analisis_komparatif_ antara_sekol.htm (5 Februari 2004).Mulyasa. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT RemajaRosdakarya.Nurgiantoro. 1992. Kinerja Pegawai. Jakarta : Gramedia.Owens. 1991. Organizational Behavior In Education, 4th Edition. Boston : Allyn and Bacon.Pidarta, Laursen. 1995. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.Prijosaksono. Ariwibowo. dan Sembel. Roy. 1999. Komunikasi yang Efektif,http:// www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/04/1/man01.htmlPurwati, Murtini. 2003. Hubungan Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah dan Kompensasi dengan Kinerja Guru di SD Negeri se-Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. PPS UNNES Tidak Diterbitkan.Rifai, Muhammad. 1997. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Rogers dan Keincaid. Lawrence. 1999. Management of Priciple. Boston : Allyn and Bacon.Saputra, Udi. Turmudi. 1991. Manajemen Sekolah. Makalah Jurusan AdministrasiPendidikan FIP IKIP Bandung.Singarimbun, Masri. 1989. Pengntar Penelitian Ilmiah. Jakarta : LP3ES. Siswanto, Bedjo. 1997. Manajemen Tenaga Kerja. Jakarta : Tarsito.Smith. 1982. Psikologi of Management. Boston : Allyn and Bacon.Soelistia. 2003. terjemahan dari School Improvement in Maryland Web Site: http:/www.mdk12.org/process/leading/p indicators.html (makalah pendamping dalam seminar nasional peningkatan mutu manajemen dan kepemimpinan pendidikan di Aula PPS UNNES tanggal 4 oktober 2003).Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.Sugiono. 2001. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. Surakhmad, Winarno. 1992. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. Suryabrata. 1992. Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.Surya, Mohammad. 1994. Pengantar Psikologi Kependidikan. Bandung : Tarsito.Suryadi, Ace. dan H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakab Pendidikan SuatuPengantar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rusdakarya.Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk PraktekProfesional. Bandung : Angkasa.Tim Khusus 1997. Administrasi Kepegawaian. Jakarta : LAN RI.---------------. 1980. Dasar-dara Kepegawaian dan Manajemen. Jakarta : BAKN.--------------. 1997. Peningkatan Kinerja Guru. Jakarta : Depdikbud.

---------------. 2002. The Importance of Effective Communicationhttp://web.cba.neu.edu/ ~ewertheim/interper/commun.htm.--------------. 2005. Peningkatan Kualitas Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.------------------- No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.-------------------- No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional(Propernas) Tahun 2000-2004.Walton dan Kossen. 1993. The Human Side Of Organization. Terjemahan BakriSiregar. Jakarta: Erlangga.Widodo, Sentot. 2006. Hubungan Kemampuan Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SMA Negeri se-Kota Semarang. PPS UNNESTidak Diterbitkan.Witono, Tjahya. 2003. Hubungan Keterampilan Manajerian dan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru di SD Negeri se-Kota Semarang. PPS UNNES Tidak Diterbitkan.Yaqub, Hamzah. 1994. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung : Rosdakarya.

Lampiran 1KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIANJudul :HUBUNGAN KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGALNo.VariabelIndikatorSub IndikatorItemJumlahResponden

1Keefektifan KomunikasiKepala SekolahKejelasana. Volume suarab. Media yang digunakan1 2374

Ketepatanc. Sasaran komunikasid. Isi pesan yang disampaikan45 6

Kecukupane. Mengakhiri komunikasi7

Mengadakan Tindak Lanjutf. Pengecekan pesan8 9

Mengatur Arus Informasig. Pengendalian pesan10 11

Pengulanganh. Mengulangi pesan12 13

Penghayatani. Memaknai pesan yang disampaikan14 15

Saling Mempercayaij. Kesadaran melaksanakan pesank. Kejujuran penerima pesan16 1718 19

Penetapan Waktul. Ketepatan waktu20 21

Mendengarkan secara Efektifm. Memahami makna pesan22 23

Menggunakan Selentingann. Melaksanakan pesan tidak langsung24 25

2Iklim OrganisasiKualitas Pimpinana. Pelaksanaan tugas dan ketertiban1 274

Penghargaan Pekerjaanb. Kompetensi dan kerjasama3 4

Kepercayaanc. Kemampuan, keterlibatan dan perhatian5 7

85

No.VariabelIndikatorSub IndikatorItemJumlahResponden

Komunikasid. Pembahasan masalah8

Manfaate. Ukuran keberhasilan9

Tanggung jawabf. Menyusun prota, promes dan PSP10

Imbalang. Keamanan dan kesejahteraan11

Tekanan Pekerjaanh. Keterlibatan12

Kesempatani. Waktu luang13

Pengendalianj. Penunjang14

Keterlibatank. Pengembangan karier15

Kondisi Fisikl. Lingkungan sekolah16

Prestasim. Keputusan17

Hubungan Kerjan. Kondisi konduktif18

Disiplin Sekolaho. Ketertiban19 20

3Kinerja GuruPedagogike. Memahami kurikulum pembelajaranf. Menguasai landasan kependidikan g. Menyusun tujuan pembelajaranh. Penggunaan pendekatan pembelajaran i. Penggunaan strategi pembelajaranj. Menggunakan metode pembelajaran k. Menggunakan media pembelajaranl. Memanfaatkan sumber belajarm. Ketepatan waktu menyampaikan materi n. Melakukan pembelajaran remidialo. Melakukan evaluasi pembelajaran1 23456789 1011121374

No.VariabelIndikatorSub IndikatorItemJumlahResponden

Kepribadianp. Memiliki motivasi dalam mengajarq. Tingkat kedisiplinan dalam mengajarr. Penempatan kepentingan tugas dengan pribadis. Kepatuhan terhadap pimpinan t. Loyalitas terhadap lembagau. Moralitas dalam melaksanakan tugas141516171819

Sosialv. Melakukan komunikasi dengan pesertadidikw. Memahami karakteristik peserta didikx. Membantu memecahkan permasalahan sisway. Membina hubungan baik dengan personil sekolahz. Aktivitas dalam kehidupan masyarakat . Keterlibatan dalam organisasi profesi20 212223242526

Profesionalbb. Menguasai bahan ajar. Kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugas mengajaraa. Pengembangan kualitas diri bb. Pendalaman materi bahan ajar27282920

Lampiran 2INSTRUMEN PENELITIANKepada :Yth. Bapak/Ibu Guru Sekolah Dasar Negeri diKecamatan Margadana Kota TegalAssalamualaikum Wr. Wb.Pertama-tama saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila keberadaan instrumen ini mengganggu aktivitas Bapak/Ibu dalam melaksanakan tugas sehari- hari. Namun karena terdorong oleh keinginan saya untuk segera menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu mengisi instrumen ini. Saya bermaksud mengadakan Penelitian tentang : Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Dengan Kinerja Guru SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal.Besar harapan semoga Bapak/Ibu dapat mengisi instrumen ini dengan sebenar-benarnya, karena informasi yang diberikan tersebut saya jamin tidak akan mempengaruhi kedudukan Bapak/Ibu dan dijaga kerahasiannya serta semata-mata hanya dipergunakan untuk penelitian.Atas bantuan dan partisipasi yang Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga amal baik Bapak/Ibu mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt. Amien.Wassalamualaikum Wr. Wb.Semarang, Pebruari 2007Peneliti,88

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER (ANGKET)1. Bapak/Ibu dimohon membaca dengan cermat setiap item dan seluruh alternatif jawabannya.2. Bapak/Ibu dimohon membubuhkan tanda cek list () pada kolom alternatif jawabanyang paling sesuai menurut pemahaman, pengamatan dan pengalaman sendiri.3. Angket ini seluruhnya terdiri dari 75 butir yang terbagi atas variabel keefektifan komunikasi kepala sekolah (X1) sebanyak 25 butir, iklim organisasi (X2) sebanyak 20 butir dan kinerja guru (Y) sebanyak 30 butir dengan alternatif jawaban lima options yaitu Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K) dan Sangat Kurang (SK).4. Isilah seluruh butir dalam angket ini dengan sebenar-benarnya sesuai dengan pengamatan dan pengalaman Bapak/Ibu masing-masing.

ANGKET VARIABEL X1(KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI)No.PERNYATAANALTERNATIFJAWABAN

SBBCKSK

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.Pengaturan volume suara ketika sedang melakukankomunikasiPengaturan jarak untuk melakukan komunikasiKeberadaan media yang dipergunakan untuk melakukan komunikasiKesesuaian pesan yang disampaikan dengan sasaran yang ditujuKandungan isi pesan yang disampaikan kepada penerima pesanPemokusan pesan yang disampaikan kepada penerima pesanSikap setelah pesan disampaikanPengecekan pesan yang telah disampaikan dengan melihat hasil kerja yang dilaksanakanCara menguatkan pesan yang telah disampaikan sebelumnyaCara mengendalikan pesan yang banyak di lingkungan kerjaKemampuan mengikutsertakan pihak lain (guru)dalam mengendalikan pesan yang terjadiFrekuensi pengulangan pesan yang telah disampaikanCara meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan yang telah disampaikanKemampuan dalam memaknai pesan yang telah disampaikan

No.PERNYATAANALTERNATIFJAWABAN

SBBCKSK

15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.Kemampuan menangkap isi pesan secara cepat dantepatKesadaran untuk melaksanakan pesan yang telah disamapikanKesediaan menerima resiko apabila keliru dalam melaksanakan pesanSikap jujur untuk melaksanakan pesan yang disampaikanTingkat kepercayaan pemberi pesan kepada penerima pesan untuk melaksanakan tugasWaktu yang dipergunakan dalam menyampaikan pesanKemampuan dalam mengelola waktu agar pesan segera dilaksanakanKemampuan memaknai pesan yang disampaikanMengatasi permasalahan apabila melaksanakan pesan kurang sesuai yang diharapkanKemampuan melaksanakan pesan dari pihak ketigaKeberanian untu