best practice program transisi

26
Program Transisi Pengembangan Vocational Skill dan Soft Skill di SLB/B Dena Upakara Wonosobo BEST PRACTICES Disajikan dalam Rangka Pemilihan Kepala Sekolah Pendidikan Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2013 Oleh Chatarina Mariyah, S.Pd. Kepala SLB/B Dena Upakara Wonosobo

Upload: chmari

Post on 28-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Program TransisiPengembangan Vocational Skill dan Soft Skill

di SLB/B Dena Upakara Wonosobo

BEST PRACTICES

Disajikan dalam Rangka Pemilihan Kepala Sekolah Pendidikan Khusus Berdedikasi

Tingkat Nasional Tahun 2013

Oleh

Chatarina Mariyah, S.Pd.

Kepala SLB/B Dena Upakara Wonosobo

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAHDINAS PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang Maha Kasih, penulisan

best practice ini telah paripurna, sebagai pemenuhan persyaratan mengikuti lomba

Kepala Sekolah Berdedikasi tahun 2013. Bukan hal yang mudah untuk

menyelesaikan best practice ini. Dan jika akhirnya terselesaikan bukan karena

kemampuan penulis semata, namun campur tangan banyak pihak tak dapat lepas

dari seluruh karya sederhana ini.

Di sini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-

besarnya atas segala bantuan dan bimbingan moril maupun materiil yang telah

penulis terima selama proses penulisan ini berlangsung, terutama kepada:

1. Sr. Yuliana Sri Wiyati PMY, Ketua Yayasan Dena-Upakara yang memberi

banyak informasi berarti dalam penulisan best practice ini.

2. Bapak Mulyono, Spd. M.Pd. Pengawas TK/SD/SDLB UPTD Dikpora

Kecamatan Wonosobo, tempat penulis boleh bertanya bila mengalami

kesulitan.

3. Keluarga besar SLB/B Dena-Upakara (Guru, Karyawan, Ibu Asrama, dan

Siswa) terima kasih atas dorongan, bantuan, dan kerjasama yang baik selama

penulis menyelesaikan karya ini.

4. Pihak-pihak yang tak dapat ditulis satu persatu.

Bersama mereka best practice ini ditulis, menjadi karya sederhana yang

berharap akan berarti walaupun sangat kecil. Penulis mengakui adanya

kekurangan dan keterbatasan penulisan best practice ini. Demi kesempurnaannya,

maka saran dan kritik sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan hati dan kedermawanan budi yang penulis terima selama

ini, menurunkan berkat dan rahmat berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kasih bagi

semuanya.

ABSTRAK

Chatarina Mariyah. 2013 “Program Transisi : Pengembangan Vocational Skill dan Soft Skill di SLB/B Dena-Upakara Wonosobo”. Best Practice. Disajikan dalam Rangka Pemilihan Kepala Sekolah Berdedikasi Sekolah Luar Biasa Tingkat Nasional Tahun 2013.

Pengembangan sekolah untuk menyiapkan peserta didik agar cerdas dan trampil menjadi tema sentral dalam peningkatan mutu pendidikan. Tidak terkecuali SLB/B Dena-Upakara Wonosobo yang senantiasa berjuang untuk mewujudkan cita-cita tersebut dengan mengelola sumber daya sesuai kemampuan yang dimiliki. Karya tulis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai: (1) pengembangan sekolah melalui Program Transisi : Pengembangan Vocational Skill dan Soft Skill di SLB/B Dena-Upakara Wonosobo. (2) hasil dan dampak dari pelaksanaan program pengembangan sekolah melalui Program Transisi: Pengembangan Vocational Skill dan Soft Skill di SLB/B Dena-Upakara Wonosobo.

Karya tulis ini merupakan pengalaman pelaksanaan pengembangan sekolah di SLB/B Dena-Upakara Wonosobo dalam bentuk best practice. Pengalaman selama tiga tahun melaksanakan program pengembangan sekolah melalui program transisi: Pengembangan Vocational Skill dan Soft Skill di SLB/B Dena-Upakara Wonosobo dengan mendirikan salon “Dena’s Beauity”.

Hasil program ini yaitu semakin meningkatkan kompetensi Vocational Skill dan Soft Skill di SLB/B Dena-Upakara Wonosobo. Dampak dari program ini: (1) pengakuan masyarakat bahwa kaum tunarungu ternyata mempunyai kemampuan untuk hidup mandiri dan bermakna, (2) terbangunnya jejaring untuk kerja sama dengan lembaga lain, (3) berkembangnya rasa percaya diri pada peserta didik sehingga merasa optimis, bangga, dan bergairah untuk belajar..

Berdasarkan pengalaman ini direkomendasikan agar: (1) kepala sekolah menjalin kerjasama, kebersamaan, dan keterbukaan kepada warga sekolah sehingga terbentuk tim work . (2) orang tua peserta didik diharap dapat memberi kontribusi untuk mendujkung program ini.

DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................... ...

PENGESAHAN ....................................................................................... .....

KATA PENGANTAR ................................................................................

ABSTRAK ................................................................................................ ..

DAFTAR ISI ................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

B. Permasalahan..........................................................................

C. Strategi Pemecahan Masalah ................................................

1. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah ............................

2. Tahapan Operasional Pelaksanaan ...................................

BAB II : PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi Masalah ........................................

B. Hasil dan Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih .

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan

Strategi yang Dipilih .............................................................

D. Faktor-Faktor Pendukung .....................................................

E. Allternatif Pengembangan .....................................................

BAB III : SIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

A. Simpulan .............................................................................. .

B. Rekomendasi ..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

Hali

ii

iii

iv

v

vi

vii

1

2

2

3

3

5

5

7

8

8

10

10

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : mengembangkan vocastional skill.

Gambar 2 : mengembangkan soft skill

Gambar 3 : pengakuan masyarakat terhadap kompetensi tunarungu

Gambar 4 : Ibu Melly Kiong, ketua Yayasan Rumah Moral.

Gambar 5 : percaya diri.

Gambar 6 : Alternative pengembangan vocational skill dan soft skill di masa

depan.

DAFRAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus matra pelajaran ketrampilan tata kecantikan.

Lampiran 2 : Program pengembangan soft skill.

Lampiran 3 : Proposal pengajuan bantuan

Lampiran 4 : Foto dokumentasi kegiatan.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia mendambakan kebahagiaan hidup. Secara umum

kebahagiaan dapat tercapai bila terpenuhi kebutuhan dan tuntutan. Salah satu

kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow dalam Sugeng Hariyadi

(1999 :87) adalah kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut nenyangkut kebutuhan

untuk diterima dan dihormati oleh orang lain.

Kebutuhan manapun tidak akan terpenuhi bila individu tidak melakukan

aktivitas-aktivitas jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian

besar dari aktivitas-aktivitas tersebut dijalankan manusia sebagai proses hasil

pendidikan dan sebagian lagi dari proses kematangan yang berlangsung secara

alami.

Pendidikan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia (Sarkim,

1999:15). Pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang perlu

dipenuhi sebagai komitmen bersama dalam mendukung pembangunan bangsa.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan

nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2008: 3). 

Terkait dengan hal tersebut, SLB/B Dena-Upakara Wonosobo berperan

serta dalam menciptakan dasar yang kokoh untuk mental dan kepribadian peserta

didik, kemampuan intelektual dan ketrampilan mereka (Heru Hendarto, 2011: 16)

Program pendidikan vokasional menjadi prioritas utama. Menurut Indrawati, 1999

: 9) Pendidikan vokasional yang diberikan meliputi tatabusana, tataboga, bordir,

komputer, dan tata kecantikan. Dengan harapan setelah peserta didik

menyelesaikan pendidikan, mereka mampu hidup mandiri, diterima dan

bermakna dalam kehidupan masyarakat.

Namun kondisi nyata, salah satu persoalan yang menghantui lulusaan

SLB/B Dena Upakara Wonosobo adalah setelah menyelesaikan pendidikannya

tidak mudah berkompetisi di masyarakat. Persoalan utama adalah menyangkut

komunikasi dan hubungan sosial. Menurut Sukrisno Santoso (2012) masyarakat

umum masih memandang ketunarunguan sebagai sebuah kelainan, keterbatasan,

dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Masyarakat umum masih memandang

bahwa kaum tunarungu kurang memiliki kemampuan untuk bekerja seperti anak

normal lainnya.

Menindakkritisi realitas di atas, maka penulis sebagai Kepala SLB/B

Dena Upakara Wonosobo mendesain program inovasi yang berguna bagi

pengembangan sekolah, yaitu program transisi: pengembangan vokational skill

dan soft skill dengan membuka salon ”Dena’s Beauty”. Karya ilmiah dalam

bentuk best practice ini mengupas tentang “Program Transisi: Pengembangan

Vocational Skill dan Soft Skill di SLB/B Dena Upakara Wonosobo”.

B. Permasalahan

Uraian pada latar belakang masalah memperlihatkan bahwa SLB/B Dena

Upakara Wonosobo menghadapi permasalahan sehingga perlu dicarikan

solusinya. Untuk memberi panduan dalam pemecahan masalah, permasalahan

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan program transisi: pengembangan vocational

skill dan soft skill di SLB/B Dena Upakara Wonosobo?

2. Bagaimana hasil dan dampak dari pelaksanaan program transisi:

pengembangan vocational skill dan soft skill pada SLB/B Dena Upakara

Wonosobo?

C. Strategi Pemecahan Masalah

1. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah yang Dipilih

Strategi pemecahan masalah yang terjadi di SLB/B Dena-Upakara

dilakukan dengan menerapkan Program Transisi. Program transisi sekolah adalah

program penyiapan peserta didik berkebutuhan khusus agar memiliki kemandirian

dalam memenuhi kebutuhan ekonomi yang dimulai sejak mereka di bangku

sekolah sesuai dengan karakter dan jenjang pendidikannya (Subagyo, 2013:1).

Jenis dan muatan program transisi sekolah harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan karir peserta didik, hambatan belajar, dan kebutuhan khusus

peserta didik.

Program transisi membutuhkan seperangkat pemikiran cerdas, di antaranya

dengan mengelola kekuatan sekolah secara terpadu baik yayasan, guru, orang tua,

komite sekolah, dan peserta didik sebagai subjek pendidikan serta membangun

jejaring dengan masyarakat (Mujiyono, 2013 : 13). Pendapat itu dipertegas oleh

Najib (2010 : 116), bahwa sekolah efektif memiliki karakteristik bahwa partisipasi

warga sekolah dan masyarakat bagian dari kehidupannya. Semakin tinggi tingkat

partisipasi, semakin besar rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar

pula rasa tanggung jawab dan makin besar pula tingkat dedikasinya. Oleh karena

itu, membangun jejaring dengan berbagai elemen masyarakat mutlak diperlukan.

2. Tahapan Operasional Pelaksanaannya

a. Pengembangan Vocational Skill

Pengembangan vocational skill adalah upaya meningkatkan kompetensi

yang berkaitan dengan pekerjaan/ produksi/ jasa. Langkah ini dilakukan dengan

memberi pelatihan ketrampilan tata kecantikan kreatif bersama dengan teman-

temannya di sekolah. Pelatihan untuk kelas tujuh dan delapan dilakukan seminggu

sekali di ruang ketrampilan.

b. Pengembangan soft skill

Pengembangn soft skill adalah upaya meningkatkan kompetensi yang

berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk berinteraksi secara efektif

dengan rekan kerja dan masyarakat luas. Kepala sekolah dan Yayasan Dena-

Upakara mengoptimalkan peran warga sekolah dalam memberikan kontribusi

positif untuk terwujudnya pengembangan soft skill. Kontribusi tersebut berupa

pembiasaan 4S (senyum, salam, sapa, dan sopan) setiap berinteraksi dengan

peserta didik. Sekolah melibatkan peserta didik pada acara seremonial untuk

menerima tamu. Pada langkah ini diselenggarakan pula kegiatan ekstrakurikuler

pembinaan kepribadian. Kegiatan ini menyangkut pembangunan karakter.

Kegiatan dilakukan seminggu sekali di sekolah.

c. Pendirian Salon “Dena’s Beauty”

Sekolah mendirikan salon “Dena’s Beauty” yang berfungsi sebagai tempat

praktik langsung peserta didik dengan masyarakat. Salon ini dikelola oleh alumni

yang berkompeten. Salon terbuka untuk umum dan melayani jasa rias, potong

rambut, keramas, semir, facial, terbatas untuk wanita dan anak-anak. Peserta didik

kelas sembilan wajib praktik di salon seminggu sekali dengan didampingi

pengelola. Disinilah peserta didik belajar untuk mengembangkan vocational skill

dan soft skill. Mereka belajar berinteraksi dengan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Alasan pemilihan program transisi pengembangan vocational skill dan soft

skill dalam konteks pengembangan sekolah, dilandasi pemikiran bahwa

vocational skill dan soft skill dapat menjawab permasalahan peserta didik

tunarungu untuk bisa hidup mandiri dan diterima di masyarakat. Oleh karena itu,

harus dipersiapkan sejak mereka di bangku sekolah sesuai dengan karakter dan

jenjang pendidikanya. Jenis dan muatan program transisi sekolah harus

disesuaikan dengan tahap perkembangan karir peserta didik, hambatan belajar dan

kebutuhan khusus peserta didik. Oleh karena itu, warga sekolah perlu

diberdayakan secara optimal untuk terlibat dalam penerapan program transisi ini

dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Hasil dan Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih

Strategi pelaksanaan program transisi pengembangan vocational skill dan

soft skill di SLB/B Dena-Upakara memiliki hasil dan dampak sebagai berikut:

1. Hasil

a. Semakin Kompeten dalam Vokational skill

Gambar 01. Peserta didik Vocational skill

Sebelum diterapkan program

transisi pengembangan vocational

skill dan soft skill, peserta didik

hanya mempuyai kesempatan

berlatih salon di kelas ketrampilan.

Sasaran untuk praktik adalah teman

sendiri. Setelah adanya program

ini, ketrampilan peserta didik

semakin terasah, karena semakin

banyak waktu latihan dan semakin

banyak sasaran praktik.

.

b. Semakin kompeten dalam soft skill

Sebelum diterapkan program

transisi pengembangan vocational skill

dan soft skill, peserta didik sangat

terbatas dalam berlatih berinteraksi

dengan masyarakat langsung. Mereka

merasa malu dan rendah diri terhadap

kemampuannya. Kini, dengan adanya

program ini mereka menjadi mudah

untuk belajar berinteraksi dengan

masyarakat. Mereka tidak canggung

untuk mengekspresikan keramahan

percaya diri.

Gambar 2. Peserta didik berlatih mengembangkan soft skill.

2. Dampak

a. Pengakuan Masyarakat

Gambar 3 Turis asing menggunakan jasa salon

Sebelum ada program transisi

pengembangan vocational skill dan soft

skill, tanggapan masyarakat terhadap

anak tunarungu SLB/B Dena Upakara

hanya sekedar merasa kasihan. Namun

setelah ada program ini, mereka

mengakui akan ketrampilan anak

tunarungu yang terdidik.

Masyarakat luas seperti karyawan kantor, anak-anak SMA dan tetangga sekitar

berlangganan menggunakan jasa salon

b. Terbangun Jejaring

Gambar 4 Ibu Melly Kiong (kiri) Ketua Yayasan Rumah Moral Jakarta hadir dalam pembukaan “Dena’s Beauty”

Semakin membuka diri dengan pihak

luar, maka semakin luas jejaring yang

terbangun. Tim Pengembang Sekolah

mampu membangun jejaring dengan

lembaga lain yang membantu

berdirinya “Dena’s Beauty”. Lembaga

tersebut antara lain “Yayasan Rumah

Moral Jakarta, Lion Club Dieng

Wonosobo, Wanita Katolik RI Cabang

Wonosobo, dan masyarakat sekitar.

c. Percaya diri.

Sebelum ada program ini, peserta didik kurang

memiliki kebanggaan atas ketrampilan salon

yang didapat. Mereka mempunyai persepsi

jika kelak bekerja di salon hanya sebagai

kapster. Namun setelah melihat dan

mengalami pelatihan di program transisi

peserta didik menjadi bergairah untuk

menguasai ketrampilannya. Mereka lebih

percaya diri.

Gambar 5. Percaya diri

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Program

Transisi Pengembangan Vocational Skill dan Soft Skill.

Kendala yang dihadapi dalam menerapkan program transisi

pengembangan vocational skill dan soft skill di SLB/B Dena Upakara relatif kecil

karena Yayasan Dena Upakara komitmen akan pengembangan sekolah. Dewan

Pendidikan , dan dewan guru memberi dukungan yang tinggi. Namun demikian

beberapa kendala masih muncul, di antaranya: (1) Keterlibatan orang tua untuk

mendukung program ini kecil, karena telah terbebani oleh pembayaran sekolah

dan asrama, (2) tidak ada tenaga pendamping yang mendengar, sehingga

komunikasi dengan pelanggan sering terhambat.

D. Faktor-Faktor Pendukung

Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan program transisi

pengembangan vocationall skill dan soft skill, di antaranya: (1) Yayasan Dena

Upakara mempunyai komitmen untuk mengembangkan pendidikan yang

berkualitas, (2) kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan memiliki dedikasi

yang sangat tinggi untuk mewujudkan program transisi, (2) komite sekolah sangat

mendukung setiap program yang dibuat sekolah, sehingga memudahkan sekolah

dalam mengembangkan sumber daya secara optimal, (3) Komunitas Peduli

Yayasan dan Sekolah Dena-Upakara, yang terdiri dari “Rumah Moral” Jakarta,

Lions Club Dieng Wonosobo, WKRI dan masyarakat sekitar ikut andil dalam

program transisi, (5) kerjasama dengan pengelola salon di Wonosobo terjalin erat,

(6) lokasi strategis, (7) tenaga pengelola dan pelaksana berkompeten dalam

bidangnya.

E. Alternatif Pengembangan

Pengalaman satu tahun melaksanakan program ini, memberi inspirasi

bahwa pengembangan sekolah ke depan harus diarahkan kepada perluasan jenis

layanan keterampilan. Jenis layanan disesuaikan dengan program pendidikan

keterampilan sekolah yang meliputi tatabusana, bordir, kerajinan tangan, dan

tataboga. Dengan demikian diharapkan vocational skill dan soft skill peserta didik

SLB/B Dena Upakara semakin kuat, dan akhirnya setelah mereka lulus akan

mampu mandiri.

Gambar 6. Alternative pengembangan vocational skill dan soft skill di masa depan.

Kepala sekolah dan Tim Pengembang Sekolah harus senantiasa

memfasilitasi peningkatan kompetensi kepada pelaksana program transisi,

memotivasi seluruh peserta didik untuk memiliki rasa kebanggaan dan keberanian

untuk mengikuti program transisi. Tim Pengembang Sekolah memberdayakan

warga sekolah untuk terlibat dalam memromosikan program transisi kepada

masyarakat luas. Dengan demikian diharapkan peserta didik semakin intensif

dalam pelatihan dan program transisi berjalan dengan lancar. Di samping itu,

membangun kebersamaan dengan warga sekolah, menciptakan transparansi, dan

akuntabilitas kinerja akan memantapkan sistem yang sudah disepakati dalam

rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Pengalaman mengelola sekolah sebagaimana diuraikan pada bab-bab

terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Program transisi: pengembangan vocational skill dan soft skill di SLB/B

Dena Upakara Wonosobo dikembangkan dengan mendirikan salon Dena’s

Beauty. Salon Dena’s Beauty dinilai efektik menjadi sarana untuk

mengembangkan program tersebut.

2. Hasil dari program transisi adalah peserta didik semakin kompeten dalam

vocational skill dan soft skill. Dampak positif pelaksanaan program

transisi: pengembangan vocational skill dan soft skill SLB/B Dena-

Upakara Wonosobo adalah: (1) adanya penerimaan masyarakat, (2)

terbangun jejaring dan (3) peserta didik semakin percaya diri.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pencapaian prestasi selama tiga tahun ini, maka

direkomendasikan: (1) kepala sekolah perlu menjalin kerjasama dan

keterbukaan kepada warga sekolah sehingga membentuk team work. (2)

orang tua peserta didik perlu terlibat dalam program transisi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, Maisyaroh, dan Burhanuddin, 2003. Manajemen Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Depdiknas, 2008. Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :Trans Media Pustaka

Heru Hendarto, 2011. Educare. Jakarta : Komisi Pendidikan KWI

Konferensi Waligereja Indonesia, 1996. Pedoman Gereja Katolik Indonesia. Bogor :SMK Grafika Mardi Yuana

Mudjiyono, 2013.”Manajemen Persekolahan Pendidikan Khusus “Makalah disajikan dalam rangka workshop Penguatan Manajemen Lembaga SLB Tingkat Provinsi Jawa Tengah, Semarang, 25 – 27 Februari 2013

Najib Sulhan, 2010. Pembangunan Karakter pada Anak. Surabaya:Surabaya Intelektual Club

Sarkim, 1999.Pendidikan Dasar yang Demikratis.Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma

Subagyo, 2013.”Manajemen Persekolahan Pendidikan Khusus “Makalah disajikan dalam rangka workshop Penguatan Manajemen Lembaga SLB Tingkat Provinsi Jawa Tengah, Semarang, 25 – 27 Februari 2013

Sugeng Hariyadi. 1993. Perkembangan Peserta Didik. Semarang : Ikip Semarang Press

Sukrisno Santoso. Menuju Pendidikan Vokasional. Pendidikan 333.blogspot.com

Veronika Indrawati, 1999. 60 Tahun Dena Upakara. Wonosobo : Dena Upakara