home care jiwa

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelayanan home care adalah Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Depri RI, 2002). Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain. Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, Kelompok 5

Upload: resty-maiwan-dhira

Post on 21-Jan-2016

475 views

Category:

Documents


42 download

TRANSCRIPT

Page 1: home care jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan home care adalah Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan

komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang

bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau

memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Depri RI,

2002).

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah

penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak

dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya

sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.

Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga

diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima

penghargaan dari orang lain. Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan

yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa

gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif

yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik

diri secara sosial.

Dari ulasan di atas perawat juga perlu mengetahui asuhan keperawatan di rumah

atau asuhan keperawatan home care yang dilakukan untuk klien dengan gangguan jiwa.

Asuhan ini berupa apllikasi-aplikasi yang digunakan perawat dalam melaksanakan

pelayanan home care dengan kasus penyakit pada klien gangguan jiwa.

Pada makalah ini penulis akan membahas masalah aplikasi klinik yang digunakan

perawat home care dalam kasus penyakit Harga Diri Rendah.

Kelompok 5

Page 2: home care jiwa

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep standar keperawatan home care pada keperawatan jiwa?

2. Bagaimana konsep dasar harga diri rendah?

3. Bagaimana studi kasus dari penyakit harga diri rendah?

4. Apa aplikasi klinik pelayanan home care yang sesuai dengan kasus?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui konsep standar keperawatan home care pada keperawatan jiwa.

2. Untuk mengetahui konsep dasar harga diri rendah.

3. Untuk mengetahui studi kasus dari penyakit harga diri rendah.

4. Untuk mengetahui aplikasi klinik pelayanan home care yang sesuai dengan kasus.

Kelompok 5

Page 3: home care jiwa

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Standar Keperawatan Home Care Pada Keperawatan Jiwa

Penatalaksaan home care meliputi :

1) Perawatan fisik

Perawatan yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa meliputi pemenuhan

kebutuhan self-care, serta manajemen nutrisi. Pasien gangguan jiwa yang mengalami

kerusakan interaksi social atau yang menarik biasnya mengalami hambatan dalam

pemenuhan self-care. Selain itu, pasien gangguan jiwa juga seringkali tidak dapat

memperhatikan mengenai asupan nutrisi, sehingga asupan nutrisi yang kurang dari

kebutuhan tubuh menyebabkan pasien lemah serta kurus

2) Perawatan psikologis

Perawatan psikologis penting bagi pasien gangguan jiwa karena masalah-masalah yang

dimiliki oleh pasien bermula dari maslah psikologis. Oleh karena itu pelayanan home

care mengkaji factor-faktor yang menyebabkan gangguan jiwa, mengurangi gejala yang

ada, dan mencegah terjadinya gangguan yang lebih parah pada pasien

3) Manajemen lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu factor presipitasi terjadinya gangguan psikologis pada

klien dengan gangguan jiwa. Lingkungan yang berisi benda-benda tajam, sangat mudah

mencetus kejadian resiko bunuh diri pada klien yang mengalami depresi kronis.

Standar praktek home care pada asuhan keperawatan jiwa:

1) Standar 1 : Organisasi Pelayanan Home Care

Semua aspek home care pada asuhan keperawatan jiwa direncanakan, disusun dan

dipimpin oleh seorang kepala/manajer perawat professional. Kepala/manajer perawat

tersebut telah memahami dan mempersiapkan diri dengan kompetensi dalam memberikan

asuhan keperawatan jiwa. Selain itu, kepala/manajer tersebut juga melaksanakan proses

administrasi dan pendokumentasian.

2) Standar 2: Teori

Kelompok 5

Page 4: home care jiwa

Perawat menetapkan konsep teoritis mengenai asuhan keperawatan jiwa sebagai landasan

dalam melaksanakan praktek/asuhan keperawatan jiwa.

3) Standar 3 : Pengumpulan Data

Perawat melakukan pengkajian data secara terus menerus. Perawat harus mampu

menggali data yang luas, akurat dan sistematis. Pengkajian data dapat dilakukan pada

klien ataupun keluarga klien. Data yang dikaji berupa riwayat kesehatan klien, factor

predisposisi, factor presipitasi, pengobatan yang pernah dilakukan dan beberapa aspek

kehidupan klien yang lainnya.

4) Standar 4 :Diagnosa

Perawat melakukan penilaian dan analisa data dari hasil observasi dan pengkajian pada

klien. Analisa data tersebut diperlukan untuk menentukan diagnose keperawatan pada

klien. Analisa data berupa analisa data objektif dan subjektif, serta merumuskan pohon

masalah dari gangguan kesehatan jiwa yang dialami klien.

5) Standar 5 : Perencanaan

Perawat melakukan perencanaan dengan menentukan tujuan pemberian asuhan

keperawatan dan criteria hasil yang diharapkan pada klien setelah diberikan asuhan

keperawatan. Rencana dibuat berdasarkan pada perumusan diagnose keperawatan yang

telah dibuat dan menggabungkan nilai-nilai dalam upaya mencegah kekambuhan pada

klien, tindakan/pengobatan kuratif dan tindakan rehabilitasi klien.

6) Standar 6 : Intervensi

Perawat diberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada klien

untuk memperbaiki, memajukan kesehatan klien dan mencegah kemungkinan terjadinya

kekambuhan atau munculnya gejala gangguan kesehatan jiwa yang lain. Selain itu

perawat juga memerhatikan aspek kesehatan fisik klien ketika memberikan asuhan

keperawatan jiwa agar klien tidak menderita kesakitan fisik ketika pemberian

tindakan/intervensi, seperti pengekangan dan resiko bunuh diri.

7) Standar 7 : Evaluasi

Perawat mengevaluasi dan memantau respon klien dan keluarga selama pemberian

intervensi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemajuan klien terhadap hasil

yang ingin dicapai dan meninjau kembali dasar diagnose keparawatan yang disusun

Kelompok 5

Page 5: home care jiwa

2.2. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.

Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai

keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).

Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri

rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam

dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam

rentang tinggi sampai rendah. Inddividu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi

lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta

cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan

dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman.

Menurut Antai Otong (1995:297), Self Esteem dipengaruhi oleh pengalaman

individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak yang dapat beradaptasi

terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap

lingkunagn dan menunjukkan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang

memiliki harga diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungannya negative

dan sangat mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi

egonya.

Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mental Illness (2003), harga diri

rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan

gambaran-gambaran negative tentang dirinya.

2. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Hasil riset Malhi (2008, dalam http://www.tqm.com) menyimpulkan bahwa harga

diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini menyebabkan

berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan

upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak

optimal.

Kelompok 5

Page 6: home care jiwa

Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah

pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat

individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan

dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau

pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan

menuntut lebih dari kemampuannya.

Reinforces

© Ranjit Singh Malhi

Kelompok 5

LOW

SELF ESTEEM

LESS

CHALENGING

GOALS

LOW

EXPECTATIONS

REDUCED

EFFORT

MEDIOCRF

PERFORMANCE

Page 7: home care jiwa

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak

realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian

tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang

menurun.

Secara umum , gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara

situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara

tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk

dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit

fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Penyebab lainnya

adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai sert perlakuan petugas kesehatan yang

kurang menghargai klien atau keluarga. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan

klien sebelum sakit atau sebelum dirawat di rumah sakit atau sebelum dirawat klien

sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat dirawat.

Baik faktor predisposisi maupun presipitasi di atas bila memengaruhi seseorang

dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan memengaruhi terhadap

koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu

tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat

menyebabkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi social: menarik diri),

yang menyebabkan klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat

muncul risiko perilaku kekerasan.

Menurut Peplau dan Sulivan, harga diri berkaitan dengan pengalaman

interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me,

bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak

terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak

efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan social akan

memengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan social seperti

Kelompok 5

Page 8: home care jiwa

perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan social, tidak dihargai akan menyebabkan

stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

3. Pohon Masalah

RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

TRAUMATIK TUMBUH KEMBANG

4. Tanda-Tanda Harga Diri Rendah

1. Mengejek dan mengkritik diri.

2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.

3. Mengalami gejala fisik, missal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.

4. Menunda keputusan.

5. Sulit bergaul.

6. Menghindari kesenangan yang dapat memberikan rasa puas.

7. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi.

8. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.

9. Merusak/melukai orang lain.

10. Perasaan tidak mampu.

11. Pandangan hidup yang pesimistis.

Kelompok 5

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Page 9: home care jiwa

12. Tidak menerima pujian.

13. Penurunan produktivitas.

14. Penolakan terhadap[ kemampuan diri.

15. Kurang memerhatikan penampilan diri.

16. Berpakaian tidak rapi.

17. Berkurang selera makan. Tidak berani menatap lawan bicara.

18. Lebih banyak menunduk.

19. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

5. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi

diri

Konsep diri

positif

Harga diri

rendah

Kerancuan identitas depersonalisasi

6. Masalah Keperawatan

1. Harga diri rendah kronis.

2. Koping individu tidak efektif.

3. Isolasi sosial.

4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.

5. Risti perilaku kekerasan.

Kelompok 5

Page 10: home care jiwa

BAB III

STUDI KASUS

Nn. A berumur 39 tahun, seorang pengangguran dan belum menikah. Hingga sekarang Nn. A

masih tinggal bersama orang tuanya. Nn. A merasa tidak bisa menjadi anak yang berguna bagi

orang tuanya dibandingkan 2 orang adik-adiknya yang telah menikah dan bekerja serta tidak

tinggal di rumah orang tua mereka. Orang tuanya selalu menanyai kapan dia bekerja dan kapan

dia menikah. Adik-adiknya sering memperolok Nn. A. Nn. A merasa malu dengan dirinya

sendiri. Nn. A mengatakan dirinya jelek, gemuk, dan jerawatan sehingga tidak ada seorang pun

laki-laki yang suka kepadanya, apalagi melamarnya. Banyak tetangga yang memandang remeh

Nn. A serta mengatakan Nn. A perawan tua. Nn. A juga mengatakan dirinya bodoh karena

dirinya tidak tamat SMP. Sudah banyak Nn. A melamar pekerjaan, namun tidak ada yang

menerima dia menjadi karyawan. Pernah sesekali diterima, namun hanya hitungan beberapa hari

Nn. A sudah di pecat karena berbagai alasan yang tidak masuk akal. Nn. A merasa dia tidak

mampu apa-apa, semua yang dia lakukan tidak ada yang berguna. Dia merasa semua orang

membencinya.

3.1 Standar 1 : Pengumpulan Data/Pengkajian

Pengkajian Terhadap Klien

a. Identitas Klien

Nama : Nn. A

Umur : 39 tahun

Alamat : Ps. Baru

Status : Belum kawin

Jenis Kelamin : perempuan

b. Faktor Predisposisi

Faktor lingkungan masyarakat yang selalu menuntut lebih dan sering mengolok-olok,

membuat Nn. A mudah merasa tidak merasa percaya diri dan gagal.

c. Faktor Presipitasi

Nn.A merasa gagal untuk menjadi anak yang berguna, selalu didesak dari orang tua untuk

menikah, bekerja dan hidup mandiri, serta sikap dari saudara-saudaranya yang selalu

Kelompok 5

Page 11: home care jiwa

mengolok-ngoloknya. Selain itu, kegagalan yang dia alami setelah berusaha membuatnya

semakin tidak percaya diri.

d. Konsep Diri

Gambaran Diri : klien mengatakan bahwa ia gemuk, jelek dan jerawatan sehingga

tidak ada yang menyukainya

Identitas Diri : klien tidak merasa percaya diri dan ragu terhadap dirinya sendiri

Peran Diri : klien mengatakan bahawa ia tidak mampu menjalankan perannya sebagai

seorang wanita dewasa yang mampu untuk hidup mandiri dan membahagiakan orang

tuanya

Ideal Diri : klien megatakan bahwa ia ingin sukses seperti saudara-saudaranya yang

lain. Namun ia merasa gagal.

Harga diri : klien mengalami harga diri rendah yang disebabkan klien merasa gagal

menjadi seorang dewasa yang mandiri.

e. Hubungan Sosial

Klien merasa kurang dihargai oleh saudara-saudaranya.

f. Genogram / Riwayat Kesehatan Jiwa Keluarga

Pada keluarga Nn. A tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti klien ataupun

gejala gangguan jiwa lainnya.

g. Spiritual

Klien seringkali meninggalkan sholat lima waktu, baik sebelum sakit ataupun saat sakit.

Klien tidak percaya dengan keberadaan Tuhan, karena dia merasa Tuhan tidak pernah

berada di dekatnya..

h. Status Mental

Penampilan

Penampilan Nn. A tidak rapi dan tidak terlalu memperhatikan kondisi dirinya

Pembicaraan

Nn.A mau berbicara kepada orang yang telah dipercayanya. Selama pembicaraan, Nn.

A sering mengungkapkan bahwa dirinya adalah manusia yang tidak berguna

Aktivitas motorik

Klien tidak mau banyak bergerak dan hanya berdiam diri di dalam kamar. Klien lebih

sering tidur-tiduran dan berdiri di depan jendela.

Kelompok 5

Page 12: home care jiwa

Alam Perasaan

Klien sering merasa sedih dan putus asa

Afek

Afek klien datar

Interaksi selama wawancara

Klien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik, namun klien jarang

melakukan kontak mata dengan lawan bicara

Persepsi

Klien tidak mengalami halusinasi ataupun gangguan persepsi lainnya

Proses Pikir

Klien cenderung enggan mengatakan apa yang ada di pikirannya sebelum ditanya,

namun ketika klien berbicara klien mampu mengorganisir dan menyusun

pembicaraan yang logis dan koheren

Isi fikir

Klien tidak mengalami gangguan isi pikir ataupun waham

Tingkat kesadaran

Klien masih mampu berorientasi terhadap orang, tempat dan waktu

Memori

Daya ingat jangka panjang dan jangka pendek klien masih bagus.

Tingkat konsentrasi

Klien cenderung malas untuk berkonsentrasi dan lebih suka bermenung.

Kemampuan penilaian

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai dirinya

lebih buruk dari orang lain, dan apa yang dilakukannya selalu salah

Daya tilik diri

Klien tidak mampu mengambil keputusan dan bersikap apatis terhadap semua yang

terjadi disekitarnya

Pengkajian Terhadap Keluarga

Keluarga mengharapkan agar Nn.A dapat menjadi wanita dewasa yang mandiri. Keluarga

merasa tidak nyaman dengan pembicaraan masyarakat yang menyatakan bahwa Nn. A adalah

Kelompok 5

Page 13: home care jiwa

orang yang gagal. Oleh karena itu, orang tua Nn. A sering bertanya kepada Nn. A mengenai

pernikahan dan pekerjaan.

Saudara-saudara Nn. A tidak lagi menghargai kakaknya, karena bagi saudara-saudara Nn.A,

Nn. A sudah gagal menjadi contoh dan panutan yang baik sebagai anak tertua.

Orang tua klien tidak tahu cara yang efektif untuk menangani masalah kesehatan jiwa Nn.A.

Keluarga ingin agar Nn. A kembali seperti kondisinya sedia kala dan mampu bersemangat

untuk mengahadapi hidup.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberdayaan.

2. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Pohon masalah dari kasus Nn. A :

3.3 Perencanaan

Untuk mengatasi masalah Harga diri Rendah pada Nn. A, maka disusun strategi pelaksanaan

(SP) sebagai berikut :

A. Strategi Pelaksanaan Bagi Klien

1. SP 1

Bina hubungan saling percaya

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan

Kelompok 5

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

Page 14: home care jiwa

Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan

klien

Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih

Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien

Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan yang akan dilakukan ke dalam

jadwal harian

2. SP 2

Mengevaluasi jadwal harian klien

Melatih kemampuan kedua klien yang telah didiskusikan sebelumnya

Menganjurkan klien memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal

harian klien

B. Strategi Pelaksanaan Bagi Keluarga

1. SP 1

Bina hubungan yang saling percaya

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

Menjelaskan pengertian Harga Diri Rendah, tanda dan gejala serta proses

terjadinya Harga Diri rendah

Menjelaskan cara merawat klien dengan Harga Diri Rendah

2. SP 2

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan Harga Diri Rendah

3. SP 3

Melatih keluarga melakukan cara merawat klien dengan Harga Diri Rendah

langsung kepada klien

4. SP 4

Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk jadwal minum

obat

Kelompok 5

Page 15: home care jiwa

3.4 Implementasi

Pemberian strategi pelaksanaan kepada klien dengan harga diri rendah, dimulai dengan

SP 1, yaitu identifikasi aspek positif yang dimiliki.

3.5 Aplikasi Klinik

1. Tahap Penerimaan Kasus

- Perawat komunitas menerima pasien dari puskesmas Kenanga di daerah tempat tinggal

klien.

- Kordinator program Perkesmas akan menunjuk perawat komunitas untuk mengelola

kasus yang ada di Desa Kenanga yang salah satunya adalah masalah harga diri rendah

yang dialami oleh Nn.A.

- Perawat komunitas akan membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus harga

diri rendah yang dialami oleh Nn.A di desa Kenanga.

2. Proses Pelayanan Home Care

- Perawat komunitas mendata keluarga Nn.A untuk diberikan perawatan home care

tentang harga diri rendah yang dialami oleh Nn.A mulai dari identitas pasien,

petunjuk tempat tinggal pasien, lengkap kartu identitas, unit tempat kerja,

memastikan perlengkapan pasien untuk di rumah, menyiapkan file asuhan

keperawatan, menyiapkan alat bantu media untuk pendidikan.

- Pada pertemuan pertama, perawat memperkenalkan diri dan tujuan kedatangannya

kepada keluarga binaan yang telah di data oleh puskesmas. Lalu perawat melakukan

observasi lingkungan tempat tinggal Nn.A yang berkaitan dengan keamanan perawat,

lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien yang mengalami masalah harga diri

rendah, membuat rencana pelayanan yang akan dilakukan, kemudian perawat

memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi Nn.A, serta melaksanakan

Sp. 1 kepada Nn.A :

Kelompok 5

Page 16: home care jiwa

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

Data subjektif: - klien mengatakan dia malu dengan dirinya karena dia

merasa jelek, gemuk, dan jerawatan.

- klien mengatakan dirinya bodoh karena tidak tamat SMP.

- klien merasa semua orang membencinya.

Data objektif: - klien sering melamun

- klien gelisah

- klien sering menangis

2. Diagnosa Keperawatan

Harga Diri Rendah

3. Tujuan

1. Pasien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

2. Pasien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan

3. Pasien mampu menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai dengan

kemampuan yang sesuai

4. Pasien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan

5. Pasien mampu menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah

dilatih

4. Tindakan Keperawatan

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan

3. Membantu pasien memilih/ menetapkan kemampuan yang akan dilatih

4. Melatih kemampuan yang dipilih pasien

5. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

B. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik :

Kelompok 5

Page 17: home care jiwa

“Assalamualaikum. Selamat pagi buk. Perkenalkan nama saya Maya

Amanda, Saya senangnya dipanggil suster Maya. Saya adalah Mahasiswa

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Saya praktek disini mulai hari

ini sampai tanggal 9 Agustus 2013 dari jam 08.00-15.00 WIB. Nama Ibuk

siapa ya? Senangnya dipanggil apa? Oh, jadi Ibuk senangnya dipanggil

Ibuk A.”

b. Evaluasi/ validasi

"Bagaimana perasaan Ibuk hari ini?”

c. Kontrak

Topik

“Baiklah Ibuk, bagaimana kalau kita membicarakan kemampuan-

kemampuan yang Ibuk miliki?”

Tempat

“Baiklah Ibuk mau dimana kita mengobrolnya? Oh, jadi kita

ngobrolnya diruang ini saja“

Waktu

“Mau berapa lama kira-kira kita mengobrolnya? Oke, Jadi Ibuk

maunya kita ngobrol-ngobrolnya 30 menit”

d. Tujuan

“Agar Ibuk tau kemampuan dan keterampilan yang Ibuk miliki dan

kita akan melatih kemampuan yang Ibuk punya. Agar rasa percaya diri

Ibuk meningkat dan lebih baik dari sebelumnya”

2. Fase Kerja

“ Bagaimana perasaan Ibuk saat ini? Oh jadi Ibuk merasa hidup Ibuk sudah

tidak berguna lagi dan ingin mengakhiri hidup.”

“ Mengapa Ibuk berkata demikian?”

“ Biasanya kalau dirumah Ibuk ngapain saja?”

“ Ibuk punya hobi apa saja? Oh, jadi Ibuk senangnya memasak dan bersih-

bersih rumah.”

Kelompok 5

Page 18: home care jiwa

“ Menurut Ibuk dari hobi yang sudah Ibuk sebutkan tadi mana saja yang

mungkin dan dapat kita lakukan sekarang? Bagaimana jika bersih-bersih

ruangan ini? Jadi, Ibuk bersedia mau bersih-bersih ruangan ini.”

“ Kira-kira mau bersihkan apa dulu ya? Oh, Jadi Ibuk mau menyapu dulu.”

“Sebentar saya sediakan peralatannya.”

“ Kira-kira Ibu menyapunya mau ditemani suster atau tidak? Baiklah untuk

pertama kali suster temani.”

“ Wah bagus sekali Ibuk..”

“ Kira-kira Ibuk mau menyapu berapa kali dalam sehari?Oh, Jadi Ibuk mau

2 kali sehari menyapunya. Bagaimana kalau kegiatan menyapunya suster

buatkan dalam jadwal harian Ibuk? Apakah Ibuk mau? Oke, Jadi Ibuk

bersedia ya Suter buatin jadwalnya.”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Evaluasi subjektif

“ Bagaimana perasaan Ibuk setelah kita ngobrol-ngobrol?”

Evaluasi objektif

“ Bagaimana Ibuk masih ingat yang tadi di lakukan itu? Wah! Ternyata

Ibuk punya bayak kelebihan ya salah satunya tadi menyapu dan bersih

lagi.”

b. Rencana tindak lanjut

“ Nah jika timbul perasaan gelisah lagi.. Suster harap Ibuk bisa

tuangkan kegelisan Ibuk dengan menyapu seperti tadi.”

c. Kontrak yang akan datang

Topic

“Ibuk, besok kita nobrol-ngobrol lagi tentang kemampuan yang kedua

ya? Mengenai kemampuan Ibuk yang lain yaitu memasak.”

Waktu

“Kira-kira besok Ibuk maunya kita ketemu jam berapa ? Baik! Jadi

Ibuk maunya kita ketemu jam 10.00 WIB”.

Kelompok 5

Page 19: home care jiwa

Tempat

“ Ibuk, besok kita ngobrol-ngobrol dimana? Bagaimana kalau di

taman saja?”.

d. Penutup pertemuan

“Baiklah Ibuk pertemuan kita hari ini cukup dulu ya?.besok kita ketemu

ditaman ya. jam 10.00….sampai jumpa besok. Selamat pagi menjelang

siang. Assalamualaikum”

- Kemudian mendiskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi dengan dokter,

konsultasikan masalah yang ada dll, mendiskusikan rencana kunjungan selanjutnya

dan aktifitas yang akan dilakukan, dan dokumentasikan kegiatan yang telah

dilaksanakan.

- Monitoring dan evaluasi antara lain keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal,

kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan

tindakan oleh pelaksana.

4 Proses Penghentian Pelayanan Homecare

Penghentian pelayanan homecare dilakukan setelah tujuan tercapai serta pasien sudah

mengontrol masalahnya.

Kelompok 5

Page 20: home care jiwa

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.

Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai

keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).

Aplikasi klinik yang diberikan oleh perawat home care dapat berupa 4 aspek yaitu

aplikasi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam kasus yang penulis bahas di

makalah penulis memasukkan aspek rehabilitatif.

Hal yang harus dilakukan perawat home care dalam menangani kasus harga diri

rendah adalah memberikan stategi pelaksanaan kepada klien dengan gangguan kejiwaan.

Dimulai dari sp pertama hingga terakhir. Tidak lupa pula memberikan sp kepada keluarga,

agar keluarga dapat merawat klien dengan baik.

4.2 SARAN

Agar pelayanan home care dapat berkembang lagi di indonesia disarankan

1. Bagi perawat, diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan standar model

pelayanan home care yang digunakan dalam memberikan pelayanan home care

2. Bagi institusi rumah sakit, diharapkan dapat mengembangkan manajemen model home

care sehingga home care bisa diaplikasikan dengan lebih baik

Kelompok 5

Page 21: home care jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Kelompok 5