aspek legal dan etik home care

21
HOME CARE NURSING PAPER Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan Home Care Dosen Pembimbing : Ns. Niken Safitri Dyan K, M.Kep., Msi. Med. Disusun oleh: Eva Handayani 22020114130071 A.14.1 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

Upload: eva-handayani-i

Post on 02-Feb-2016

491 views

Category:

Documents


83 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: aspek legal dan etik home care

HOME CARE NURSING

PAPER

Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan Home Care

Dosen Pembimbing : Ns. Niken Safitri Dyan K, M.Kep., Msi. Med.

Disusun oleh:

Eva Handayani

22020114130071

A.14.1

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

Page 2: aspek legal dan etik home care

PENDAHULUAN

Aspek legal etik memiliki kemampuan untuk menentukan batas-batas kewenangan

tindakan dalam praktik keperawatan mandiri, membedakan tanggung jawab perawatan

dengan profesi lain, dan memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan

mana yang sesuai hukum. Oleh karena itu, perawat dapat melakukan keperawatan mandiri

berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Perawat dapat mengevaluasi untuk

mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa program medis tetapi perawatan tersebut

harus diberikan dibawah petunjuk rencana tindakan tertulis yang ditantangani oleh dokter.

Perawat yang memberikan pelayanan dirumah membuat rencana perawatan kemudian

bekerja sama dengan dokter untuk menentukan rencana tindakan medis.

Issue legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah yaitu berupa

risiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi, seperti

pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah. Aspek legal dari pendidikan

yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan

oleh anggota keluarga karena kesalahan informasi dari perawat. Pelaksanan peraturan

medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan dirumah.

Alasan biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka

perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan

akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan

dari medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang

terus-menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya. Beberapa perawat

akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara menaati peraturan atau

memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien yang menderita penyakit

kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah untuk

melengkapi dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang optimal

untuk klien.

Pasal krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1239/2001 tentang

praktik keperawatan anatara lain: Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian,

penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.

Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter. Dalam

melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban untuk Menghormati hak pasien, Merujuk

kasus yang tidak tepat ditangani, Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan; perundangan

Page 3: aspek legal dan etik home care

yang berlaku, Memberikan informasi, Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

dan Melakukan catatan perawatan dengan baik.

Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang

melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan

jiwa. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang

praktiknya. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan

memasang papan praktik (sedang dalam proses amandemen). Perawat yang memiliki SIPP

dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.

1. Aspek legal dan etik home care

Fungsi hukum dalam praktik perawat adalah:

1) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai

hukum.

2) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

3) Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

4) Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan

posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum

Landasan hukum praktik keperawatan adalah:

1) UU Kes. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

2) PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah

3) UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah

4) UU No.29 tentang praktik kedokteran

5) Kemenkes no. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dari praktik perawat

6) Kemenkes bo. 128 tahun 2005 tentang kebijakan dasar puskesmas

7) Kemenkes no. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan puskesmas

8) SK Menpan No. 94 /KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.

9) PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.

10) Permenkes No. 920 tahun 1966 tentang pelayanan medik swasta (Ode, 2012)

Perawat dapat melakukan keperawatan mandiri berdasarkan pendidikan dan

pengalaman yang dimiliki. Perawat dapat mengevaluasi untuk mendapatkan pelayanan

perawatan di rumah tanpa program medis tetapi perawatan tersebut harus diberikan dibawah

Page 4: aspek legal dan etik home care

petunjuk rencana tindakan tertulis yang ditantangani oleh dokter. Perawat yang memberikan

pelayanan dirumah membuat rencana perawatan kemudian bekerja sama dengan dokter untuk

menentukan rencana tindakan medis.

Issue legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah yaitu berupa

risiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi, seperti

pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah. Aspek legal dari pendidikan

yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan

oleh anggota keluarga karena kesalahan informasi dari perawat. Pelaksanan peraturan

medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan dirumah.

Alasan biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka

perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan

akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan

dari medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang

terus-menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya. Beberapa perawat

akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara menaati peraturan atau

memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien yang menderita penyakit

kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah untuk melengkapi

dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang optimal untuk klien.

Pasal krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1239/2001 tentang

praktik keperawatan anatara lain: Melakukan asuhan keperawatan meliputi: Pengkajian,

penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.

Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter. Dalam

melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban untuk:

1) Menghormati hak pasien,

2) Merujuk kasus yang tidak tepat ditangani,

3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan;

4) Perundangan yang berlaku,

5) Memberikan informasi,

6) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

7) Melakukan catatan perawatan dengan baik.

Page 5: aspek legal dan etik home care

Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang

melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan

jiwa. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang

praktiknya. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan

memasang papan praktik (sedang dalam proses amandemen). Perawat yang memiliki SIPP

dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.

Aspek Etik Perawat

1) Autonomy

Mengacu pada hak untuk membuat keputusan sendiri. Perawat yang mengikuti

prinsip ini mengakui bahwa setiap klien adalah unik, memiliki hak untuk menjadi apa

orang itu, dan memiliki hak untuk memilih tujuan pribadi. orang memiliki "inward

autonomy" jika mereka memiliki kemampuan untuk membuat pilihan; mereka

memiliki "outward autonomy" jika pilihan mereka tidak terbatas atau dipaksakan oleh

orang lain.

2) Nonmaleficence

Adalah kewajiban untuk "tidak membahayakan" meskipun hal ini tampaknya

akan menjadi sebuah prinsip sederhana untuk diikuti, pada kenyataannya kompleks.

Dapat berarti sengaja bahaya menyebabkan kerugian, menempatkan seseorang pada

risiko bahaya, dan secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan. dalam keperawatan,

kerusakan yang disengaja tidak pernah diterima. Namun, menempatkan seseorang

pada risiko bahaya memiliki banyak sisi. klien mungkin berada pada risiko bahaya

sebagai konsekuensi diketahui intervensi keperawatan yang dimaksudkan untuk

membantu.

3) Beneficence

Berarti "berbuat baik" perawat diwajibkan untuk berbuat baik, yaitu untuk

melaksanakan tindakan yang menguntungkan klien dan dukungan buat mereka.

Namun, berbuat baik juga dapat menimbulkan risiko merugikan

4) Justice

Sering disebut sebagai keadilan. perawat sering menghadapi keputusan di

mana rasa keadilan harus menang.

5) Fidelity

Artinya menjadi setia kepada perjanjian dan janji-janji. berdasarkan

kedudukan mereka sebagai perawat profesional, perawat memiliki tanggung jawab

Page 6: aspek legal dan etik home care

kepada klien, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat, serta untuk diri mereka sendiri.

perawat sering membuat janji seperti aku akan segera kembali dengan obat

penghilang rasa sakit atau aku akan mencari tahu untuk Anda. klien mengambil janji

tersebut secara serius, sehingga harus menunggu perawat

6) Veracity

Mengacu pada mengatakan yang sebenarnya. meskipun hal ini tampaknya

sederhana, dalam prakteknya, pilihan tidak selalu jelas. harus perawat mengatakan

yang sebenarnya ketika diketahui bahwa hal itu akan menyebabkan bahaya? apakah

perawat berbohong ketika diketahui bahwa kebohongan akan mengurangi kecemasan

dan ketakutan? berbohong kepada orang sakit atau sekarat jarang dibenarkan.

hilangnya kepercayaan perawat dan kecemasan yang disebabkan oleh tidak

mengetahui kebenaran.

Nilai-nilai yang terkandung dalam praktek keperawatan dintaranya adalah:

a) Nilai intelektual

Terdiri tiga komponen yang sangat terkait

1) Body of knowledge yang melandasi praktek professional

2) Pendidikan spesialisasi untuk meneruskan kelompok ilmu pengetahuan

3) Penggunaan pengetahuan dalam berfikir kritis dan kreatif

b) Nilai Komitmen Moral

Perilaku perawat harus dilandasi aspek moral

c) Otonomi, Kendali, dan tanggung gugat

Profesi Keperawatan

Pada saat ini kebutuhan masyarakat terhadap masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan termasuk keperawatan akan terus meningkat. Masyarakat akan menuntut

tersedianya pelayanan keperawatn dengan kualitas secara professional dan dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan yang ditentukan.

Pendekatan holistic dalam memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan tanpa mengenyampingkan aspek etik dan legal keperawatan harus betul-betul

dilaksanakan.

Page 7: aspek legal dan etik home care

a. Peran perawat

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang, berdasarkan Doheny(1982) mengidentifikasi beberapa elemen

peran perawat professional, melipuri:

1) Care giver / pemberi asuhan keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung maupun tidak langsung

kepada pasien, menggunakan pendekatan pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi serta evaluasi. Dalam pengkajian perawat harus

mengumpulkan data dan informasi dengan benar dan lengkap termasuk bidang

ekonomi. Karena status derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh ekonomi.

Untuk itu dalam memberikan pelayanan/ asuhan keperawatan perawat

memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.

2) Client Advocate

Perawat sebagai pembela untuk melindungi klien dan membantu klien memahami

semua informasi dan upaya kesehatan. Kalau dalam konteks ekonomi, perawat

menjadi advocate pasien mendapatkan hak informasi perkiraan biaya pengbatan /

rincian biaya atas penyakit yang dideritanya dan Hak menyetujui izin persetujuan

tindakan keterkaitan biaya.

3) Concelor

Dalam memberikan arahan perawat bisa menggunakan pendekatan ekonomi

dalam merubah perilaku menjadi sehat.

4) Educator

Perawat memberikan pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan perilaku

dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan

5) Collaborator

Perawat melakukan kerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam

menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi

kebutuhan kesehatan klien. Dalam melakukan kolaborasi perawat mempunyai

peran sebagai advocasi biar tidak merugikan klien.

6) Coordinator

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada baik materi

maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang

tumpang tindih.

7) Change agent

Page 8: aspek legal dan etik home care

Perawat dapat melakukan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan

terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

8) Consultant

Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan

ataupun terkait dengan ekonomi klient.

2. Perijinan dan akreditasi home care

Perijinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan kesehatan rumhah

dan praktik yang dilaksanakan oleh tenaga profesional dan non profesional daiatur sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

Persyaratan perizinan

1. Perbadan hukum yang ditetapkan di badan kesehatan akte notaris tentang yayasan di

badan kesehatan.

2. Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah kepada dinas

kesehatan kota setempat dengan melampirkan:

a) Rekomendasi dari organisasi profesi

b) Izin lokasi bangunan

c) Izin lingkungan

d) Izin usaha

e) Persyaratan tata ruangan bangunan meliputi ruang direktur, ruang manajemen

pelayanan, gudang sarana dan peralatan, saranan komunikasi, dan saranan

transportasi

f) Izin persayratan tenaga meliputi izin praktek profesional dan sertifikasi pelayanan

kesehatan rumah

3. Memiliki SIP, SIK dan SIPP

4. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan,

praktik perorangan dan/atau berkelompok

5. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan

harus memiliki SIK

6. Perawat yang praktik perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP

Page 9: aspek legal dan etik home care

Akreditasi

Penilaian kembali terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterima

masyarakat, dilakukan baik oleh pemerintah atau badan independen yang akan

mengendalikan pelayanan kesehatan rumah. Tujuan proses akreditasi, agar seluruh

komponen pelayanan dapat berfungsi secara optimal, tidak terjadi penyalahgunaan serta

penyimpangan. Komponen evaluasi meliputi:

1. Pelayanan masyarakat

2. Organisasi dan administrasi

3. Program

4. Staf/personal

5. Evalusai

6. Rencana yang akan datang

Standar penilaian akreditasi khusus home care yang dikeluarkan oleh komite joint

commission international (JCI) ini merupakan standar penilaian penerapan home care

berfokus pada pasien. Penilaian meliputi keselamatan pasien, akses dan asesmen pasien,

hak dan tanggung jawab pasien, perawatan pasien dan kontinuitas pelayanan,

manajemen obat pasien, serta pendidikan pasien dan keluarga.

Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam

mempertahankan keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan dan

melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Penerapan

pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat memberikan informasi

tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu masalah,

memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal – hal tersebut

diatas dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan dan pelaksanaan

pendidikan pada pasien dak keluarga di unit pelayanan home care

3. Kebijakan home care di indonesia

Kebijakan terkait dengan home care di Indonesia secara hukum di atur oleh

Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan

Praktik Perawat dan yang terbaru Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik

Perawat. Inti dari aturan tersebut bahwa setiap perawatyang menjalankan praktik dalam

Page 10: aspek legal dan etik home care

hal ini praktik mandiri keperawatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan

Surat Izin Praktik Perawat (SIPP).

Home Care Nusing Cahaya Husada Kalimantan Timur merupakan model praktik

mandiri keperawatan di Kalimantan Timur yang berbentuk praktik berkelompok/balai

asuhan keperawatan yang pendiriannya merujuk kepada Peraturan Keputusan Menteri

kesehatan Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat

Juncto UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dengan mendapatkan izin

operasional dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda No.441.6/01-KEP/DKK/IX/2006 dan

berbadan hukum yayasan dengan akte notaris.

Home Care Nursing Cahaya Husada Kaltim mengembangkan model praktik

“case management”, dimulai dari kasus keperawatan medikal bedah, kasus keperawatan

anak, kasus keperawatan maternitas sampai dengan kasus keperawatan jiwa. Ruang

lingkup pelayanannya meliputi klien dari rujukan sarana kesehatan rumah sakit baik

pemerintah maupun swasta yang dituangkan dalam bentuk Momerandum Of

Understanding (MOU) melalui Kepala devisi /bidang keperawatan Rumah Sakit untuk

pasien pasca rawat inap dan inisiatif dari pasien atau keluarga (Profil Home Care

Nursing Cahaya Husada Kaltim, 2008).

4. Malpraktik

Malpraktek merupakan bentuk pelanggaran terhadap kaidah profesi. Dalam arti

secara medik, malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga profesi kesehatan untuk

mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan berdasarkan ukuran yang

lazim untuk standart dilingkungan yang sama. Standart pelayanan sendiri merupakan

suatu pedoman yang harus diikuti oleh perawat dalam menyelenggarakan praktik

keperawatan. Dengan demikian jika seorang perawat dalam melaksanakan praktik

keperawatan belum memenuhi standart pelayanan dapat dikenakan sanksi baik secara

administrasi maupun sanksi yuridis.

Secara yuridis, arti kelalaian dan kesalahan dalam dunia medis tidak dijelaskan

secara rinci dan definitif. Secara substansi, hukum lebih melihat dari sebab akibat

tindakan yang menyebabkan kelalaian (meninggal atau cacat/ culpa lata), hal ini tertuang

dalam pasal 359 KUHP “Barang siapa karena salahnya mengakibatkan matinya orang,

dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun”.

Namun demikian, arti luas malpraktek tidak sama dengan kelalaian, malpraktek sangat

Page 11: aspek legal dan etik home care

spesifik dengan status profesi. Dengan kata lain bahwa didalam malpraktek tidak harus

selalu ada unsur kelalaian.

Dalam hal hukum yang dilanggar, yuridical criminal membagi tiga kategori, yaitu

; Criminal Malpractice, Civil Malpractice dan Administrative Malpractece. Dalam hal

perbuatan perawat di dakwa melakukan criminal malpractice harus dibuktikan dengan

adanya tindakan yang memenuhi  unsur pidana, yaitu

a) Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela (positive act / negative act).

b) Dilakukan dengan sikap batin yang salah berupa kesengajaan (intensional),

kecerobohan (reklessnes) atau kealpaan (negligence).

Sedangkan tindakan  perawat  yang  dapat  dikategorikan  civil malpractice antara

lain:

a) Tidak  melakukan  apa  yang  menurut  kesepakatannya  wajib dilakukan

b) Melakukan  apa  yang  menurut  kesepakatannya  wajib  dilakukan tetapi terlambat

melakukannya.

c) Melakukan  apa  yang  menurut  kesepakatannya  wajib  dilakukan tetapi tidak

sempurna.

d) Melakukan  apa  yang  menurut  kesepakatannya  tidak  seharusnya dilakukan.

Pertanggung  jawaban  civil  malpractice  dapat  bersifat  individual  atau

korporasi dan dapat pula dialihkan pihak  lain berdasarkan principle of

vicarius  liability.  Dengan prinsip  ini  maka  sarana kesehatan dapat bertanggung gugat

atas kesalahan  yang dilakukan perawat tersebut dalam rangka melaksanakan tugas

kewajibannya. Dalam perihal  perawat  dikatakan  telah  melakukan  administrative

malpractice manakala  tenaga  perawatan  tersebut  telah  melanggar hukum administrasi.

Perlu diketahui bahwa dalam melakukan policy power, pemerintah mempunyai

kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan dibidang kesehatan, misalnya adalah Surat

Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktek Perawat yang mengatur tentang batas

kewenangan serta kewajiban perawat. Apabila aturan  tersebut dilanggar maka  perawat

yang  bersangkutan  dapat dipersalahkan  melanggar  hukum administrasi. Karenanya,

didalam suatu profesi termasuk profesi keperawatan berlaku adanya norma etika (ethical

Norm) dan norma hukum (Yuridical Norm), untuk itu apabila terjadi dugaan kesalahan

harus dilihat dari kedua sudut pandang norma tersebut karena antara etika dan hukum

ada perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sanksi.

Page 12: aspek legal dan etik home care

Sebagai upaya pencegahan dari tuntutan malpraktek, ada beberapa referensi yang

menguraikan  pedoman guna mencegah terjadinya malpraktek, diantaranya adalah :

1. Memberikan rasa kasih sayang, rasa menghargai, jujur dan rasa hormat  kepada pasien

dan keluarganya.

2. Meningkatkan kemampuan ilmu keperawatan secara Up to date  untuk menentukan

Asuhan Keperawatan.

3. Apabila terjadi keragu-raguan dalam menentukan asuhan keperawatan agar segera

konsultasikan dengan rekan sejawat dan jangan melakukan tindakan keperawatan

yang belum anda kuasai.

4. Gunakan selalu informed consent dalam melakukan intervensi keperawatan.

5. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan  dalam catatan keperawatan ataupun

catatan medis.

6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan lingkungan sekitar.

Sedangkan upaya untuk menghadapi tuntutan hukum, perawat sebaiknya bersifat

pasif dan apabila tuduhan tersebut bersifat criminal malpractice  maka kita dapat

malakukan :

1. Informal  defence,  yaitu dengan mengajukan bukti untuk menangkis/

menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk

pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang

terjadi bukan disengaja, akan tetapi risiko medik (risk of treatment), atau

mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin sebagaimana

disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan

2. Formal / legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau

menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yaitu dengan cara menolak unsur-unsur

pertanggungjawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari

pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah

pengaruh daya paksa.

5. Kepercayaan dan budaya dalam home care

Bentuk kunjungan rumah harus membawa perlengkapan perawatan

sesuai kebutuhan. Perawat dalam menjalankan praktik perorangan sekurang –

Page 13: aspek legal dan etik home care

kurangnya memenuhi persyaratan, yang sesuai dengan standar perlengkapan

asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan komunikasi

secara alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang sesungguhnya. Hal ini

terkait dengansistem nilai dan kepercayaan yang mendasari interaksi dalam pola asuh

keluarga. Praktik mempertahankan kesehatan atau menyembuhkan anggota

keluarga dari gangguan kesehatan dapat didasarkan pada kepercayaan yang dianut.

Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien,

baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya

culture shock maupun culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar

(perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya

tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan

(perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan memaksakan nilai-nilai

budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,

keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa

budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.

Page 14: aspek legal dan etik home care

DAFTAR PUSATAKA

Mulyanasari, Fertin. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Pasien Dan Keluarga pada

Pelayanan Home Care Berstandar Joint Commission International di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Diakses

pada 10 November 2015 dari http://etd.ugm.ac.id/index.php?

mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=7

3268&is_local=1.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/Menkes/Sk/Xi/2001.Tentang

Registrasi Dan Praktik Perawat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.

HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat

F. Galuh. 2011. Home care nursing Isu legal, etik, kepercayaan, Dan budaya dalam home

care. Semarang diakses pada 09 november 2015 dari

http://dokumen.tips/documents/isu-legal-etik-kepercayaan-dan-budaya-dalam-home-

care.html

Adi Nugroho, Setiyo. 2014. Aspek etik dan legal praktek keperawatan ditinjaudalam bidang

ekonomi. Jakarta diakses pada 09 november 2015 dari

https://www.academia.edu/Documents/in/Legal_Etik_Keperawatan