urban governance melalui layanan home care

96
URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE (DOTTORO’TA) DI KOTA MAKASSAR T E S I S Oleh : SAFARUDDIN Nomor Induk Mahasiswa : 105.03.12.003.16 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2 0 1 8

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

(DOTTORO’TA) DI KOTA MAKASSAR

T E S I S

Oleh :

SAFARUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa : 105.03.12.003.16

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2 0 1 8

Page 2: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

(DOTTORO’TA) DI KOTA MAKASSAR

Yang disusun dan diajukan oleh

SAFARUDDIN

NIM. 105.03.12.003.16

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Abdul Mahsyar, M.Si. Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,. M.Si.

Mengetahui :

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi

Unismuh Makassar Magister Administrasi Publik

Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Dr. Hj. Fatmawati, M.Si.

NBM. 483 523 NBM. 1076424

Page 3: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

HALAMAN PERBAIKAN TESIS

Judul Tesis : URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN

HOME CARE (DOTTORO’TA) DI KOTA

MAKASSAR

Nama Mahasiswa : SAFARUDDIN

Nim : 105.03.12.003.16

Program Studi : Magister Ilmu Administrasi Publik

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji tesis pada tanggal

7 desember 2018 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Administrasi Publik (M.AP.)

pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tim Penguji

Dr. Abdul Mahsyar, M.Si. ..........................................

(Ketua/Pembimbing/Penguji)

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,. M.Si .........................................

(Sekretaris/Pembimbing/Penguji)

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si. ........................................

(Penguji)

Dr. Hj. Fatmawati, M.Si. .........................................

(Penguji)

Page 4: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : SAFARUDDIN

NIM : 105031200316

Program Studi : Magister Ilmu Administrasi Publik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabilah dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Desember 2018

Safaruddin

Page 5: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

ABSTRAK

SAFARUDDIN, 2018. Urban Governance Melalui Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar, dibimbing oleh Abdul Mahsyar dan Nuryanti Mustari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Urban

Governance melalui layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Kemudian teknik analisa data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan urban governance melalui layanan Home Care Dottoro’ta terlaksana secara efektif hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan aspek keadilan (equity) pelayanan diberikan pada semua kalangan tanpa melihat status sosial yang dilayani serta layanan ini diberikan secara gratis, home care Dottoro’ta juga telah menyentuh seluruh wilayah kota termasuk kepulauan

Pada aspek akuntabilitas (accountability) menunjukkan pengunaan anggaran yang tinggi pada program home care (Dottoro’ta) didominasi pada pengadaan peralatan kesehatan yang mesti dioptimalkan pemanfaatan sebagai pertanggungjawaban program ini

Pada aspek transparansi (transparancy) menunjukkan akses layanan sangat terbuka bagi seluruh masyarakat kota Makassar hal ini didukung peran Teknologi Informasi dalam membuat akses terpusat yang terintegrasi, sementara pada aspek keterlibatan masyarakat (civic engagement) menunjukkan bahwa cakupan wilayah layanan home care dottoro’ta menyentuh seluruh titik wilayah di Kota Makassar termasuk kepulauan yang bertujuan memperluas akses keterlibatan masyarakat pada layanan kesehatan, hal ini juga mendapat respon positif dari masyarakat meskipun memerlukan dukungan sosialisasi terhadap fungsi layanan.

Diperlukan persiapan penambahan armada mengingat data yang disajikan pada hasil penelitian ini menunjukkan tiap tahun pasien pengguna layanan Dottoro’ta semakin meningkat.

Kata Kunci : Urban Governance, Layanan Perkotaan, Home Care.

Page 6: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tesis

dengan judul “Urban Governance Melalui Layanan Home Care (Dottorotta)

di Kota Makassar” ini dapat diselesaikan. Salam serta Shalawat atas

junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Tesis ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

syarat dalam mencapai Magister Ilmu Administrasi Publik (M.AP) pada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan yang diberikan oleh

dosen pembimbing penulis yakni ayahanda Dr. Abdul Mahsyar, M.Si selaku

pembimbing I dan Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,. M.Si selaku

pembimbing II. Atas segala perhatian, kepedulian dan ilmunya, maka

penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya atas bantuan yang telah diberikan sampai tesis ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud

tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Olehnya itu, melalui

kesempatan ini diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

setulus-tulusnya kepada yang terhormat :

1. Ayahanda Dr. Abd. Rahman Rahim, SE,. M.M. selaku Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar

Page 7: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

2. Ayahanda Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibunda Dr. Hj. Fatmawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah

Makassar

4. Ayahanda Dr. Abdul Mahsyar, M.Si. selaku pembimbing I dan Ibunda

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,. M.Si. selaku pembmbing II

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staff Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar

6. Teman-teman Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tidak sempat saya sebutkan

namanya satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan

motivasi kepada penulis

7. Kedua Orang Tua tercinta dan segenap keluarga yang senantiasa

memberikan semangat serta bantuan baik materil maupun moril

demi kesempurnaan tesis ini, saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat

dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan Rahmat

dan KaruniaNya kepada kita semua. Amin.

Makassar, November 2018

Penulis

Page 8: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

LEMBAR PERBAIKAN TESIS ................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian........................................................................ 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...................................................... 7

B. Tinjauan Teoritis ........................................................................... 9

1. Manajemen Perkotaan ........................................................... 9

2. Konsep Perkotaan ............................................................... 12

3. Urban Governance ............................................................... 15

4. Kebijakan Tata kelola Perkotaan ......................................... 25

5. Konsep Home Care ............................................................. 29

C. Kerangka Pikir ............................................................................ 31

D. Deskripsi Fokus Penelitian ......................................................... 33

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 34

C. Informan. ...................................................................................... 35

D. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 35

1. Data Primer ............................................................................ 35

2. Data Sekunder ....................................................................... 35

E. Instrumen Penelitian..................................................................... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36

1. Wawancara ............................................................................ 36

2. Observasi Langsung .............................................................. 37

3. Dokumen ............................................................................... 37

Page 9: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 39

1. Gambaran Umum Kota Makassar ......................................... 39

B. Urban Governance Melalui Layanan Home Care Dottoro’ta

Di Kota Makassar ......................................................................... 53 1. Keadilan (Equity) .................................................................... 54

2. Keterlibatan Masyarakat (Civil engagement) ......................... 58

3. Akuntabilitas (Accountability) ................................................. 60

4. Transparansi (Transparency) ................................................. 68

C. Hambatan Implementasi Layanan Home Care (Dottoro’ta)

di Kota Makassar ........................................................................ 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 79

B. Saran............................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 82

Page 10: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep Tata kelola perkotaan merupakan hal yang penting untuk

dicermati seiring perkembangan pembangunan perkotaan yang semakin

pesat sehingga pola tata perencanaan kota yang terorganisasi menentukan

arah pembangunan kota berdasarkan paradigma tata kelola yang baik atau

good governance yang menjamin keadilan, partisipasi, akuntabilitas, dan

transparansi tata kelola perkotaan atau Urban Governance guna

menunjang kehidupan seluruh komponen masyarakat yang hidup di

wilayah perkotaan.

Kota-kota masa depan di Indonesia diarahkan sejalan dengan

Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan 2015–

2045, yaitu kota berkelanjutan dan berdaya saing untuk kesejahteraan

masyarakat. Oleh karena konsep tata kelola perkotaan menjadi cara tepat

untuk merespon permasalahan yang dihadapi dalam tata kelola perkotaan

atau Urban Governance.Tuntutan dalam Urban Governance adalah mampu

menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern

untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas

kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana

melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat Caragliu dalam

(Schaffers, 2010:3).

Page 11: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Aspek penting dalam tata kelola perkotaan (urban governance)

adalah Infrastructure and Service Management atau Infrastruktur dan

Pengelolaan Pelayanan. Infrastruktur atau teknologi yang digunakan

merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari

suatu perkotaan hal terpenting pada aspek ini adalah fasilitas teknis yang

diperlukan untuk melakukan pelayanan publik.

Urban Governance memiliki keterkaitan dengan pelayanan publik

yang modern memanfaatkan teknologi dan informasi digital. Salah satu

model pelayanan yang memanfaatkan teknologi dalam operasionalisasinya

yaitu Home Care adalah yaitu pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan

pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan

disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi

pelayanani rumah. Home Care ini dilakukan secara komprehensif dan

berkesinambungan kepada individu dan keluarga di tempat tinggalnya yang

dibekali teknologi telemedicine yang memungkinkan dokter ahli bisa

mendiagnosa dari mana saja melalui gadget.

Pelayanan publik yang mendasar diberikan kepada warga

masyarakat oleh institusi birokrasi di Indonesia adalah pelayanan pada

bidang kesehatan, selain pelayanan bidang pendidikan. Begitu pentingnya

pelayanan kesehatan ini, sebagian besar dari negara-negara yang ada di

dunia ini mencantumkan pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam

konstitusinya. Problem yang sering dihadapi oleh birokrasi dalam

Page 12: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

pelayanan kesehatan adalah terbatasnya sumber daya manusia, dana,

prasarana dan waktu (Mahsyar, 2015).

Tuntutan layanan diperkotaan mendorong pemerintah memberikan

pelayanan publik yang lebih baik, efektif dan efisien dengan memanfaatkan

teknologi yang ada. Untuk mencapai pelayanan publik yang berkualitas

tentunya diperlukan sumber daya yang juga berkualitas sehingga program

dan strategi pemerataan kesehatan dengan mendayagunakan segenap

potensi yang ada termasuk teknologi dapat mendukung pelayanan

kesehatan yang optimal.

Pemerintah Kota Makassar membuat program-program berbasis

teknologi antara lain puskesmas digital, dimana warga bisa mendaftar di

puskesmas melalui layanan SMS. Data kesehatan masyarakat melalui

layanan ini akan terdokumentasi secara lengkap sehingga pelayanan

kesehatan melalui perawatan yang diberikan lebih tepat dan akurat.

Selain itu terdapat juga program Home Care yaitu program layanan

kesehatan yang menyasar rumah warga. Apabila ada masyarakat yang

membutuhkan layanan kesehatan di rumah maka dapat menghubungi call

center 112 di War Room Pemerintah Kota. Selanjutnya, call center akan

menghubungi puskesmas terdekat agar segera mengirimkan tim 'Dottoro'ta

(dokter kita) ke rumah masyarakat yang membutuhkan pelayanan

kesehatan.

Dinas Kesehatan Makassar adalah SKPD terkait dalam

menyukseskan program Home Care (Dottoro’ta), Tim Dottoro’ta terdiri dari

Page 13: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

tiga orang yakni dokter, perawat, dan seorang sopir kendaraan pintar yang

dilengkapi alat USG dan EKG. Mobil ini juga memiliki alat diagnosis. Selain

itu Dinas Kesehatan Kota makassar juga mengembangkan Home Care

berbasis telemedicine.

Masalah yang ditemui berdasarkan hasil pengamatan adalah tidak

berimbangnya 48 unit jumlah armada yang disiapkan dalam pelayanan

Dottoro'ta yang melayani 1,4 juta penduduk di 143 kelurahan yang ada di

seluruh wilayah Kota Makassar. Walaupun armada Dottoro'ta semuanya

terhubung dalam layanan online di 46 puskesmas namun pelayanan

dengan jumlah armada tersebut dianggap masih belum optimal karena

jumlah penduduk yang dilayani masih terlampau besar jumlahnya.

Permasalahan lainnya adalah masih kurangnya sosialisasi dari

pemerintah Kota mengenai pelayanan Dottoro'ta sehingga masyarakat

masih mengandalkan untuk mengantar langsung pasien ke rumah sakit

sehingga di IGD menumpuk untuk mendapat pelayanan padahal melalui

layanan Dottoro'ta dapat memperoleh tindakan medis Dottoro’ta ini

dilengkapi dengan sejumlah obat, alat medis lainnya dan tabung oksigen.

Bahkan dilengkapi dengan alat monitor kondisi pasien yang

menghubungkan langsung ke dokter ahli melalui wall room.

Aspek pengelolaan layanan kesehatan ini memerlukan pengelolaan

perkotaan yang smart mengcover masalah kesehatan yang dialami

masyarakat perkotaan seperti disejumlah wilayah di Kota Makassar yang

dikenal akan kepadatan penduduk yang tidak berimbang dengan besarnya

Page 14: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

kapasitas layanan rumah sakit dan puskesmas yang jumlah pasiennya tidak

merata pada setiap fasilitas kesehatan yang ada di Kota Makassar. Oleh

karena itu, diperlukan pengelolaan manajemen perkotaan yang efektif

untuk mengaktualisasikan smart living layanan kesehatan di Kota

Makassar.

Berangkat dari uraian latar belakang dan permasalahan di atas maka

penulis mengangkat sebuah judul tesis yaitu “Urban Governance Melalui

Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana Implementasi Urban Governance melalui Layanan Home

Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar?

2. Bagaimana Hambatan Implementasi Layanan Home Care (Dottoro’ta)

di Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam pembahasan tesis ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa Implementasi Urban Governance

melalui Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa Hambatan Implementasi Layanan

Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar.

Page 15: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain:

1. Diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan pada bidang ilmu administrasi publik terutama yang

berhubungan dengan Urban Governance dan layanan kesehatan.

2. Dapat menjadi masukan berupa informasi ilmiah terhadap

stakeholders yang terkait dalam meningkatkan layanan kesehatan

yang terintegrasi dalam program-program smart city kota makassar.

3. Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat

terhadap kajian Urban Governance dan layanan kesehatan.

BAB II

Page 16: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dilakukan

Tahir (2015) dengan judul Good Urban Governance: Peran Pemerintah

dalam Pembangunan Wilayah Kecamatan di Kota Makassar.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan program smart card

berdasarkan prinsip Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah dilihat dari prinsip Peningkatan Efisiensi; Perbaikan

Efektifitas; Perbaikan Kualitas Pelayanan; Tidak ada konflik kepentingan;

Berorientasi kepada kepentingan umum; Dilakukan secara terbuka;

Memenuhi nilai-nilai kepatutan; Dapat dipertanggungjawabkan hasilnya

tidak untuk kepentingan diri sendiri. Dan artibut inovasi sebagai ukuran

untuk menilai pelaksanaan inovasi pemerintah daerah yaitu : Relative

Advantage atau Keuntungan Relatif, Compatibility atau Kesesuaian,

Complexity atau Kerumitan, Triability atau Kemungkinan dicoba,

Observability atau Kemudahan diamati semua berjalan dengan baik.

Kemudian penelitian Amri (2016), menunjukkan hasil penelitian

bahwa teknologi informasi dan komunikasi saat ini di Kota Makassar telah

menjadi salah satu infrastruktur utama dalam kehidupan masyarakat

modern layaknya listrik, air, dan jalan. Konsep smart city menempatkan kota

sebagai sebuah ekosistem yang terdiri dari banyak subsistem untuk

mengelola transportasi, energi, perniagaan, pelayanan kesehatan,

pendidikan, komunikasi dan sumber daya air.

Page 17: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Selanjutnya penelitian Putra (2017), terkait Inovasi Pelayanan Publik

Bidang Kesehatan Berbasis Home Care (Dottorota) Di Kota Makassar

menunjukkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara pelaksaanan

home care telah terlaksana dengan baik dengan berbagai keunggulan yang

bervariasi. Adapun tingkat kesulitannya walaupun inovasi home care

terlaksana dan dapat dilihat secara nyata oleh masyarakat dalam praktik

inovasi tersebut. Pelaksanaan inovasi home care di Kota Makassar

dipengaruhi oleh adanya sumber daya manusia, sarana dan prasarana

yang memadai, dan sosialisasi yang sudah sering dilakukan oleh pelaksana

home care.

Ketiga penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan penelitian

saat ini yaitu membahas tentang indikator urban goverance Kota Makassar

dan juga inovasi home care (Dottorota) namun hal yang membedakan dari

penelitian terdahulu adalah fokus penelitian ini menitikberatkan pada

Indikator pelaksanaan good urban governance (Lange, 2010) yang meliputi:

keadilan (equity), transparansi (transparency) dan akuntabilitas

(accountability), keterlibatan masyarakat sipil (civic engagement).

B. Tinjauan Teoritis

Uraian mengenai konsep-konsep yang mengilhami tulisan ini

merupakan bagian yang saling terkait secara konseptual dan teoritis

Page 18: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

mengenai Urban Governcance Melalui Smart City Di Kota Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan. Pemahaman konsep yang disajikan dapat

menjadi batasan bagi peneliti agar tidak keluar dari subtansi penelitian ini

yang akan dibahas.

1. Manajemen Perkotaan

Manajemen perkotaan adalah pengelolaan sumber daya perkotaan

yang berkaitan dengan bidang-bidang tata ruang, lahan, ekonomi,

keuangan, lingkungan hidup, pelayanan jasa, investasi, prasarana dan

sarana perkotaan; serta di sebutkan pula bahwa pengelola perkotaan

adalah para pejabat (Pemerintah) pengelola perkotaan. Dengan demikian,

menurut apa yang secara formal didefinisikan oleh Pemerintah, manajemen

perkotaan meliputi hal yang cukup luas, dan Nampak menekankan pada

aspek perkembangan kota dan perkembangan ekonomi kota (Fawahid &

Mashur, 2016).

Manajemen kota juga diartikan sebagai pembuatan kondisi kualitas

kehidupan yang kondusif bagi kesehatan manusia, kehidupan,

kesejahteraan, dan kemakmuran (Momeni, 2015:17).Manajemen

perkotaan (urban management) merupakan bagian dari penataan ruang

sebagai pendekatan yang kontemporer untuk menganalisa permasalahan

perkotaan sekarang ini. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, menjelaskan bahwa tata ruang adalah wujud struktural

dari pola penataan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Ruang yang

Page 19: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

dimaksud meliputi ruang perairan (laut), ruang darat dan ruang angkasa

(udara) (Suriandjo, 2016).

Berbeda dengan Devas, N., & Rakodi, C. (1993), menggunakan

pendekatan yang berbeda dalam melihat manajemen perkotaan.Mereka

mencoba menghubungkan pengertian manajemen perkotaan dari aspek

perencanaan kota(urban planning) dan ekonomi politik. Dari aspek

perancanaan kota, manajemen perkotaan diihat sebagai proses linier dari

sejumlah aktivitas menejemen pemerintahan kota, yang terdiri dari langka-

langkah sebagai berikut :

1. Survey dan analisa meliputi (estimasi kebutuhan sekarang dan yang

akan datang; survey situasi sekarang; analisa potensi ekonomi dan

pembangunan; identifikasi sumber daya yang ada seperti

keuangan,tanah,sumber daya manusia dan sebagainya; evaluasi dari

intervensi-intervensi yang lalu; dan respon dari masyarakat).

2. Pengembangan strategi dan kebijakan meliputi (klarifikasi tujuan dan

objek kebijakan; identifikasi isu-isu dan maslah kunci; identifikasi

alternatif strategi dan kebijakan; analisa biaya dan keuntungan dari

alternatif; identifikasi konsekuensi dan tindakan yang diambil; prioritas

alternatif; seleksi alternatif yang mencapai keseimbangan optimal antara

tujuan dan penggunaan sumber daya).

3. Implementasi meliputi (identifikasi instansi-instansi pelaksana; mobilasi

sumber daya yang diperlukan; spesifikasi efektivitas koordinasi;

Page 20: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

spesifikasi program dan proyek; persiapan anggaran program;

spesifikasi tahapan-tahapan pelaksana; spesifikasi ukuran dan target

kinerja; supervisi operasi rutin dan fungsi pemeliharaan).

4. Monitoring dan evaluasi meliputi (monitoring teratur pada kinerja

dibandingkan dengan target; evaluasi akhir pada kinerja dan dampak;

umpan balik dari hasil ke dalam langkah awal melalui sistem informasi

efektif).

Menurut Brilhante, (2001) pembangunan kota berkelanjutan adalah

merupakan tujuan dasar dari manajemen lingkungan kota yang terdiri atas

tiga elemen:

1. Elemen pertama yakni kota mengacu kepada konsep kota yang

selama ini dikenal.

2. Elemen kedua yakni lingkungan didefinisikan sebagai bentuk fisik—

biotik dan abiotik—yang ada di sekitar masyarakat yang memiliki

pola hubungan mutual dengan masyarakat. Istilah lingkungan dalam

penelitian ini juga mempertimbangkan lingkungan ekonomi dan

lingkungan sosial.

3. Elemen ketiga yakni manajemen yang dalam konteks ini diartikan

sebagai pembuatan kebijakan dan seperangkat tindakan yang

berdasar kepada kebijakantersebut.

2. Konsep Perkotaan

Page 21: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Irwan (2005), mengemukakan pengertian kota sebagai berikut:

1. Suatu areal dimana terdapat atau menjadi pemusatan penduduk

dengan kegiatannya dan merupakan tempat konsentrasi penduduk

dan pusat aktivitas perekonomian (seperti industri, perdagangan dan

jasa)

2. Kota merupakan sebuah sistem, baik secara fisik maupun sosial

ekonomi, bersifat tidak statis yang sewaktu-waktu dapat menjadi

tidak beraturan dan susah dikontrol.

3. Mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik seperti iklim dan

sejauh mana pengaruh itu sangat tergantung kepada

perencanaannya.

Saragih, dalam (Tahir, 2014), mengemukakan Perkembangan kota

yang pesat, menyebabkan banyak masalah, salah satu diantaranya adalah

terjadinya perubahan fungsi lahan. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh

Pemerintah kota dan pihak swasta adalah merubah fungsi ruang terbuka

hijau menjadi ruang terbangun. Dampak dari kesemuanya itu adalah

hilangnya fasilitas umum yang biasa digunakan oleh warga, salah satu

diantaranya adalah hilangnya fasilitas tempat bermain anak.

Perkotaan adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan

permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi

sosial, yang dijabarkan dalam 10 kriteria yang lebih spesifik untuk

merumuskan kota. Menurut Restina (2009) 10 kriteria tersebut

adalahsebagai berikut :

Page 22: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

1. ukuran dan jumlah penduduk yang besar terhadap massa dan tempat,

2. bersifat permanen,

3. Kepadatan minimum terhadap jumlah penduduk dan luas wilayah, d)

struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan jalur jalan dan

ruang perkotaan yang nyata,

4. tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja,

5. fungsi perkotaan minimum meliputi pasar, pusat administrasi atau

pemerintahan, pusat militer, pusat keagamaan, atau pusat aktivitas

intelektual,

6. heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarki pada masyarakat,

7. pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah

pertanian ditepi kota dan memeroses bahan mentah untuk pemasaran

yang lebih luas,

8. pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat,

9. dan pusat penyebaran.

Variabel yang berpengaruh dalam proses perkembangan kota

menurut Raharjo (Khambali, 2017), adalah:

1. Penduduk, keadaan penduduk, proses penduduk, lingkungan sosial

penduduk

2. Lokasi yang strategis, sehingga aksesibilitasnya tinggi

3. Fungsi kawasan perkotaan, merupakan fungsi dorminan yang mampu

menimbulkan

Page 23: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

4. Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi yang merupakan faktor utama

timbulnya

5. perkembangan dan pertumbuhan pusat kota

6. Kelengkapan sarana dan prasarana transportasi untuk meningkatkan

aksesibilitas penduduk ke segala arah

7. Faktor kesesuaian lahan

8. Faktor kemajuan dan peningkatan bidang teknologi yang mempercepat

proses pusat

9. kota mendapatkan perubahan yang lebih maju

Meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di kawasan

perkotaan serta menurunnya kualitas lingkungan perkotaan membawa

berbagai konsekuensi masalah di Indonesia, diantaranya peningkatan

angka kemiskinan perkotaan, kemacetan lalu lintas, kenaikan permukaan

air laut, pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang belum merata, makin

banyaknya lingkungan kumuh, dan banjir.

Anwar (2005), mengemukakan bahwa area perkotaan di Indonesia

dewasa ini telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat sejalan

dengan pembangunan di Indonesia pada umumnya. Hal ini tidak terlepas

dari kenyataan bahwa perkotaan adalah lokasi yang paling effisien dan

effektif untuk kegiatan-kegitan produktif sehubungan dengan ketersediaan

sarana dan prasarana, tersedianya tenaga trampil, tersedianya dana

sebagai modal dan sebagainya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa

perkotaan memiliki nilai strategis (Sutiyoso, 2017).

Page 24: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Perubahan konsep perkotaan di Indonesia, tidak memiliki implikasi

terhadap analisis urbanisasi yang hanya dilakukan secara spasial pada

tahun sensus yang sama, sebab konsep yang digunakan secara regional

tidak ada perbedaan atau digunakan konsep yang sama secara nasional.

Lain halnya pada analisis urbanisasi antar waktu, perubahan konsep

perkotaan memiliki implikasi yang besar sebagai dampak pengaruh

reklasifikasi akibat penggunaan konsep perkotaan yang berbeda

(Setiawan, 2005:9).

3. Urban Governance

Konsep Urban Governance (tata kelola perkotaan) mengacu pada

bagaimana pemerintah (lokal, regional atau nasional) serta pemangku

kepentingan memutuskan bagaimana merencanakan, membiayai dan

mengelola daerah perkotaan. Ini melibatkan proses negosiasi dan

kontestasi yang berkelanjutan atas alokasi sumber daya sosial dan material

dan kekuatan politik. Oleh karena itu, sangat politis, dipengaruhi oleh

penciptaan dan operasi lembaga-lembaga politik, kapasitas pemerintah

untuk membuat dan menerapkan keputusan dan sejauh mana keputusan-

keputusan ini mengakui dan menanggapi kepentingan orang miskin. Ini

mencakup sejumlah kekuatan ekonomi, sosial, lembaga dan hubungan. Ini

termasuk pasar tenaga kerja, barang dan jasa; hubungan rumah tangga,

keluarga dan sosial; dan infrastruktur dasar, tanah, layanan dan

keselamatan publik (Devas et al., 2004:1).

Page 25: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Lea dan Courtney (Nurmandi, 2006 : 125) membedakan dua

pendekatan pengelolaan perkotaan, yaitu pendekatan problem-oriented

teknokratis dan pedekatan ekonomi politik struktural. Pendekatan pertama

lebih memfokuskan pada peningkatan kinerja lembaga-lembaga yang ada

dan memecahkan masalah-masalah perkotaan. Sedangkan pendekatan

kedua lebih memfokuskan pada pada akar permasalahan perkotaan dalam

konteks ekonomi politik nasioal dan internasional.

Menurut Slack dan Côté (2014: 7), tata pemerintahan kota (Urban

Governance) yaitu :

1. Memainkan peran penting dalam membentuk karakter fisik dan sosial

daerah perkotaan;

2. Mempengaruhi kuantitas dan kualitas layanan lokal dan efisiensi

pengiriman;

3. Menentukan pembagian biaya dan distribusi sumber daya antar

kelompok yang berbeda; dan

4. Mempengaruhi kemampuan warga untuk mengakses pemerintah daerah

dan terlibat dalam pengambilan keputusan, mempengaruhi akuntabilitas

pemerintah daerah dan responsif terhadap tuntutan warga.

Adapun tujuan akhir dari urban governance menurut (Latifa: 2013),

adalah tercapainya Good Urban Governance yang merupakan upaya

merespons berbagai masalah pembangunan kawasan perkotaan secara

efektif dan efisien yang diselenggarakan oleh pemerintah yang akuntabel

dan bersamasama dengan unsur masyarakat.

Page 26: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Selanjutnya dikemukakan oleh Lange (2010:45) Terdapat prinsip

yang dijadikan sebagai indikator untuk mendalami peran pemerintah dalam

pelaksanaan Good Urban Governance yaitu :

1. Keberlanjutan (sustainability)

Cakupan visi dan misi yang kuat dari pemerintah kota dalam

mengembangkan dan membangun tata ruang dan layanan publik

perkotaan. Strategi terarah dari visi pembangunan kota dan rencana

pembangunan terpadu dapat memprioritaskan keputusan investasi serta

mendorong sinergi dan interaksi di antara beberapa kawasan perkotaan

yang terpisah dan juga fokus pada peningkatan pelayanan publik

modern.

Selain itu rencana penggunaan lahan dapat memberikan kontribusi

pada perlindungan lingkungan yang sensitif dan melakukan regulasi

pasar tanah. Perluasan perkotaan dan rencana pengisian kegiatan yang

tumbuh dari dalam kawasan (infill) dapat meminimalkan biaya

transportasi dan layanan pengiriman, mengoptimalkan penggunaan

lahan serta mendukung pelindungan dan organisasi ruang terbuka kota.

Peningkatan lingkungan perkotaan dan rencana penambah-ulangan

(retrofitting) dapat meningkatkan kepadatan perumahan dan kegiatan

ekonominya serta memajukan komunitas yang secara sosial lebih

terpadu.

Page 27: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Adanya perubahan dalam hal perencanaan kota yang harus mau

bergeser berfokus pada kota berkelanjutan yang dapat mengakomodasi

kebutuhan akan kualitas lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Kualitas

ekosistem perkotaan menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting

untuk menyediakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan untuk

sistem alam dan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan

ekosistem merupakan kebutuhan fungsional dalam hal pembangunan

kota (Rahardjo, 2012).

Secara umum dikemukakan adanya tiga pendekatan public services

provision yang berperan dalam pembangunan perkotaan (Kirby, Knox

and Pinch, 1984) yaitu the public choice approach, the neo-Weberian

approach, dan neo-Marxist approach. Di samping itu dalam

pembangunan perkotaan juga tidak dapat mengabaikan peranan tata

ruang (the role of space). Ketiga peran tersebut dapat saling

dimanfaatkan dengan dukungan penataan ruang untuk penyediaan

layanan publik.

2. Subsidiaritas (subsidiarity)

Peran pemerintah kota dalam mendistribusikan pelayanan yang baik

kepada masyarakat, baik itu kesehatan, pendidikan, sampah kota, air, dan

layanan publik lainnya. Perwujudan lingkungan yang berkelanjutan dengan

dukungan infrastruktur, ekonomi, kelembagaan dan tata kelola perkotaan

yang lebih mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Melalui integrasi

Page 28: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

teknologi komunikasi dan informasi serta konektivitas internet (Internet of

Things), pemerintah dan masyarakat dapat berinteraksi secara efektif dan

efisien di dalam mewujudkan tatanan kota yang lebih baik.

Subsidiarity juga penting ditekankan pada penataan ruang, sesuai

dengan asas dan tujuannya adalah mewujudkan keserasian pemanfaatan

sumberdaya alam dan kepentingan kesejahteraannya, harus dilaksanakan

sejalan dengan tatanan nilai masyarakatnya yang arif terhadap etika

lingkungan. Pemasyarakatan penataan ruang harus dianggap sebagai

suatu proses belajar sosial masyarakat secara berkesinambungan dalam

seluruh sistem yang ada. Oleh karena itu pembangunan masyarakat kota

yang lebih penuh dengan statement-statement abstrak seperti visi, misi

atau tujuan-tujuan sosial kebudayaan dan perekonomian daripada berisi

program-program penyelesaian masalah perkotaan yang lebih bersifat

fisikal engineering (Harun, 2001).

3. Keadilan (equity),

Adanya rasa keadilan yang diberikan kepada masyarakat dalam

penataan perkotaan membutuhkan pemerataan yang bisa dirasakan

seluruh komponen. Modernitas terbaru adalah justru kesadaran

lingkungan, keadilan kemanusiaan dan kualitas hidup, timpangnya

distribusi pembangunan menunjukkan masalah dalam keadilan

distribusional. Distribusi pembangunan sangat dipengaruhi oleh persepsi

dalam pemerintahan dalam mendefinisikan keadilan distribusional.

Page 29: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Stakeholder memiliki persepsi keadilan distribusional yang berbeda dalam

tata kelola perkotaan persepsi keadilan distribusional pejabat pemerintahan

sangat penting mengingat ia menentukan bagaimana pemerintah

mendistribusikan elemen-elemen pembangunan berupa infrastruktur,

kesempatan kerja, kualitas layanan dan lain-lain ke berbagai daerah dan

kelas sosial.

Melihat perubahan-perubahan sosial ekonomi dan demografi

nasional maupun berbagai budaya tercermin dalam perkembangan

perkotaan. Kota besar, kota kecil, dan lingkungan yang layak ditinggali,

menarik secara fungsional dan seimbang secara sosial merupakan fondasi

kesatuan sosial masyarakat secara umum. Namun di saat yang sama ruang

lingkup perkotaan yang seimbang secara sosial tersebut semakin tergerus.

Oleh karena itu pembangunan perkotaan yang seimbang secara sosial dan

ekologis harus menjadi perjuangan utama bagi negara-negara industri maju

maupun negara berkembang untuk menumbuhkan aspek keadilan dalam

pembangunannya.

4. efisiensi (efficiency)

Mencakup efisiensi yang dilakukan terutama yang berkaitan dengan

pembiayaan sejumlah teknologi dan peralatan yang digunakan mendukung

aksesbilitas layanan. Human Settlements Programme (2015),

mengemukakan mekanisme yang ampuh untuk menyusun kembali bentuk

dan fungsi kota-kota dan wilayah untuk menghasilkan seefesien mungkin

Page 30: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang paling rentan, terpinggirkan

atau yang kurang terlayani.

Keberhasilan pelaksanaan rencana kota tergantung pada dasar

keuangan yang sehat, termasuk kemampuan awal investasi publik untuk

menghasilkan manfaat ekonomi dan keuangan serta untuk menutupi biaya

operasional. Rencana keuangan harus berisi rencana pendapatan yang

realistis, termasuk pembagian nilai manfaat perkotaan antara semua

pemangku kepentingan, serta penyediaan pembiayaan bagi persyaratan

rencana pembangunan perkotaan.

Untuk mengatasi masalah-masalah itu perlu mengarahkan

pengembangan masyarakat agar lebih kompak dan efisien. Untuk

digunakan dari pusat kota ke tengah kota agar penduduk dapat tinggal

dekat dengan tempat kerja, memenuhi atau tempat-tempat kegiatan

kesehariannya. Dengan begitu akan dapat memberikan kontribusipositif

antara lain mengurangi kendaraan bermotor, dapat mereduksi biaya-biaya

transportasi. Bagi masyarakat yang miskin disiapkan layanan kesehatan

dan bantuan lainnya yang efesien dalam pelayanan (Suradi & Setiawan,

2015).

5. transparansi (transparency) dan akuntabilitas (accountability)

Pertanggung jawaban dan keterbukaan dalam penyelenggaraan

program perintah kota terutama sejumlah layanan perkotaan yang dapat

akses mudah oleh publik. Penekanannya harus pada pembentukan sistem

Page 31: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

tata aturan dan adanya peraturan yang memberikan kerangka hukum

jangka panjang yang kokoh dan dapat dipercaya untuk pembangunan

perkotaan.

Mengatur pemantauan oleh para pemangku kepentingan, adanya

mekanisme evaluasi dan akuntabilitas untuk melakukan penilaian atas

pelaksanaan rencana kota secara transparan (informasi public) dan

memberikan umpan balik dan informasi bagi perbaikan yang diperlukan,

yang mencakup proyek-proyek dan program-program jangka pendek dan

jangka panjang.

Perhatian khusus harus diberikan untuk akuntabilitas,

implementabilitas, dan kapasitas dalam menegakkan kerangka hukum di

mana pun berlaku.Penggunaan tata ruang sebagai mekanisme untuk

melakukan fasilitasi secara fleksibel daripada sebagai cetak biru yang kaku.

Rencana tata ruang harus dijabarkan secara partisipatif dan berbagai

versinya dapat diakses dan dalam bahasa awam sehingga mudah dipahami

oleh penduduk pada umum.

Salah satu yang diasumsikan paling penting adalah perspektif atau

paradigma yang digunakan dalam penyusunan RTRWK. Dalam penelitian

ini, governance sebagai perspektif kontemporer dalam ranah administrasi

publik digunakan sebagai pendekatan dalam penyusunan RTRWK melalui

prinsip-prinsip yang menyertainya dalam konteks penyelenggaraan

desentralisasi. Prinisp governance yang diteliti dalam kaitannya dengan

Page 32: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

penyusunan RTRWK adalah prinsip akuntabilitas, transparansi, responsif

dan partisipasi. Selain itu, dari sudut pandang governance, peran para actor

juga sangat penting di dalam pengambilan keputusan yang bekerja pada

tingkat yang berbeda (Sutiyoso,2017).

6. Keterlibatan masyarakat sipil (civic engagement)

Cakupan keterlibatan masyarakat dalam program pelayanan

pemerintah kota masukan terhadap perbaikan tata kelola akan berdampak

pada kepuasan masyarakat.

Secara formal menegaskan kemitraan dan partisipasi masyarakat

sebagai prinsip-prinsip kunci dalam kebijakan, dengan melibatkan

masyarakat (perempuan dan laki-laki), organisasi masyarakat sipil dan

perwakilan dari sektor swasta dalam kegiatan perencanaan kota,

memastikan bahwa perencana berperan aktif dan mendukung pelaksanaan

prinsip-prinsip ini dan membangun mekanisme konsultasi yang luas dan

forum untuk mendorong dialog kebijakan tentang isu-isu pembangunan

perkotaan.

Pelayanan Publik merupakan suatu sistem, dalam arti masyarakat

sebagai pemohon atau pengguna layanan harus diberikan akses yang

seluas-luasnya berkaitan dengan proses pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Prinsip

keterbukaan mempunyai peranan penting untuk terbangunnya pelayanan

publik yang berkualitas.Peran serta masyarakat dalam pelayanan public

Page 33: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan

pemberian penghargaan, dengan demikian masyarakat juga memiliki peran

serta dalam pemberian pelayanan publik, hal tersebut diwujudkan dalam

bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran

aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik (Setyobudi, 2016).

7. Keamanan (Security)

Ada jaminan keamanan yang diberikan melalui sejumlah upaya yang

dilakukan tanpa memberikan kesulitan dan meminimalisir resiko

ancaman.Perencanaan dan desain kota yang baik dan fleksibelharus

diberikan kepada perancangan ruang publik karena merupakan salah satu

penyumbang utama untuk menghasilkan kualitas urban, dengan

menyediakan pola jalan dan konektivitas yang tepat, serta alokasi ruang

terbuka.

Hal yang sama pentingnya adalah kejelasan dalam tata letak

bangunan dan lahan, termasuk kekompakan yang tepat dan pemanfaatan

keragaman kegiatan ekonomi di kawasan terbangun untuk mengurangi

kebutuhan mobilitas dan biaya pelayanan per kapita. Akhirnya, desain

harus memfasilitasi pembauran dan interaksi sosial serta aspek budaya

dalam kehidupan kota. Hubungan interaksi sosial menunjukkan trend

urbanisasi dan konsentrasi penduduk, akan berpengaruh terhadap kegiatan

masyarakat dan akan menyebabkan semakin besarnya area konsentrasi

penduduk di daerah perkotaan.

Page 34: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Hal itu berdampak pada munculnya permasalahan pada daerah

perkotaan. kualitas masyarakat yang melakukan urbanisasi masih rendah

jika dilihat dari tingkat pendidikan, keahlian maupun kepedulian terhadap

kualitas lingkungan maka urbanisasi akan berdampak pada permasalahan

kependudukan, lingkungan dan tatanan fisik perkotaan diperlukan pula

jaminan keamanan dalam pembangunan yang memerlukan investasi

(Surtiani, 2006).

4. Kebijakan Tata Kelola Perkotaan

Menurut (Aziz, 2016), kebijakan di setiap kota tidaklah sama dan

untuk merespons perubahan yang terjadi memerlukan suatu strategi,

program, dan kebijakan yang tepat melalui tata kelola perkotaan yang

terencana dan terintegrasi. Salah satu hal penting untuk mewujudkannya

melalui peran kepemimpinan yang tepat untuk membangun kota

berkelanjutan.

Menurut Setijawan(2018),arah kebijakan pembangunan perkotaan

dimasa depan harus memenuhi fungsi entity kawasan tersebut, yang dapat

dideskripsikan secara detil sebagai berikut:

1. Nyaman/layak huni (livable), memenuhi kebutuhan manusia akan

kenyamanan hidup, fisik, sosial budaya, dan lingkungan.

2. Berkelanjutan (sustainable),antisipasi terhadap perubahan iklim dan

bencana alam serta memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan

tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang.

Page 35: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

3. Berkeadilan (just),menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh

golongan masyarakat perkotaan

4. Pendorong pertumbuhan (engine of growth),mampu berkompetisi

dalam perkembangan ekonomi global dengan memanfaatkan potensi

sosial budaya dan kreatifitas lokal (ekonomi kreatif); serta mampu

menciptakan hierarki pasar bagi kota menengah, kecil, dan pedesaan.

Untuk mencapai kehidupan perkotaan yang aman, damai, dan

sejahtera, perlu dirumuskan visi tentang kondisi kota yang ingin dicapai di

masa depan.Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

494/PRT/M/2005 dikemukakan bahwa Kota-kota di masa depan adalah

kota yang dapat memberikan kehidupan yang sejahtera, nyaman dan aman

bagi warganya, yang layak huni bagi seluruh warganya tanpa terkecuali.

Secara umum kriteria kota yang ingin dicapai, yaitu:

a. Tempat di mana anak-anak, orang tua, dan bahkan para

penyandang cacat dapat berjalan-jalan, dan bermain-main bersama;

b. Tempat di mana kebersamaan dan canda dapat memecahkan

permasalahanpermasalahan yang muncul dalam lingkungan

bertetangga;

c. Tempat di mana kita tidak hanya melindungi kawasan-kawasan

bersejarah, tetapi juga ruang terbuka hijau dan hutan-hutan kota

yang memberikan nilai tambah tersendiri bagi kehidupan dan

keindahan permukiman;

Page 36: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

d. Tempat di mana tingginya kualitas hidup dapat menarik kegiatan

usaha dan tenaga kerja yang berbakat dan dengan demikian

menghidupkan perekonomian kota;

e. Tempat di mana kita dapat menghabiskan lebih banyak waktu bagi

keluarga dan bukan memboroskannya karena terjebak dalam

kemacetan lalu-lintas;

f. Tempat di mana seluruh masyarakatnya dapat menyelenggarakan

aktivitasnya sehari-hari dengan aman dan tenang, yang terbebas

dari kriminalitas serta kerusuhan-kerusuhan sosial, dan ancaman

terorisme.

Adapun Visi Pembangunan Perkotaan Nasional:

“Terwujudnya Kota yang mandiri, produktif, layak huni dan

berkelanjutan serta memenuhi Kesejahteraan rakyatnya secara

berkeadilan pada tahun 2025”

Misi Pembangunan Perkotaan Nasional:

1. Mengupayakan secara bertahap, terus menerus, konsisten dan

terpadu agar kota kota diIndonesia pada tahun 2025

dapat memenuhi standar pelayanan perkotaan (SPP) yang

ditetapkan melalui peraturan pemerintah.

2. Mengarahkan Kota-Kota kecil dan menengah secara bertahap, terus

menerus, konsisten dan terpadu untuk menjadi kota‐kota yang

berperan sebagai pendorong bagipertumbuhan ekonomi maupun

Page 37: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

peningkatan kesejahteraan masyarakat diwilayahnya secara

bertahap dalam periode waktu 2010 hingga 2025.

3. Mendorong kota-kota metropolitan dan besar yang memiliki potensi

khusus secara bertahap, terus menerus, konsisten dan terpadu

untuk dapat memiliki kelengkapan sarana, prasarana (termasuk

transportasi umum massal) serta mampu bersaing di

tingkat internasional dalam periode waktu 2010 hingga 2025.

Arah Kebijakan Pembangunan Perkotaan Indonesia jangka panjang

hingga tahun2025, disistematisasikan dalam urutan peran sebagai berikut:

1. Dua Kebijakan pertama (K1 dan K2), diposisikan sebagai “Kebijakan

makro”yang memayungi keseluruhan Kebijakan Perkotaan di

Indonesia, dengan pertimbangan bahwa isu permasalahan yang

menghasilkan kedua Kebijakan pertama, selalu muncul di setiap

forum pertemuan Stakeholder selama proses penyusunan KSPN ini

berlangsung, yaitu sejak Lokakarya Regional hingga Seminar

Nasional KSPN. Kedua Kebijakan pertama itu adalah: K1

=Penguatan peran kota sebagai basis pembangunan nasional dan

menjamin pemenuhan kesejahteraan warga (Urban

development policy), dan K2 =Menjamin pemerataan pembangunan

namun terkonsentrasi pada beberapa pusat pertumbuhan tertentu.

2. Lima Kebijakan berikutnya (K3 sd K7), diposisikan sebagai

Kebijakan untuk menjawab semua permasalahan perkotaan yang

ada dan telah mendesak untuk segera diatasi, terutama di kota‐kota

Page 38: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

besar dan metropolitan,meliputi: K3 = Mengedepankan aspek sosial

budaya, K4 = Pengembangan ekonomi lokal, K5 = Pemenuhan PSU

permukiman, K6 = Pengendalian tataruang, K7 = Pengendalian

kualitas Lingkungan, mitigasi resiko bencana dankesiapan

menghadapi dampak perubahan iklim.

3. Kebijakan kedelapan/terakhir (K8), diposisikan sebagai landasan

yangmemungkinkan atau bahkan menjamin ketujuh Kebijakan diatas

dapat diterapkan dan efektif. K8 = Tata kelola dan kelembagaan.

E. Konsep Home Care

Kemunculan Home Care merupakan hasil dari gabungan modal

sumber daya manusia (contohnya angkatan kerja terdidik), modal

infrastruktur (contohnya fasilitas komunikasi yang berteknologi tinggi),

modal sosial (contohnya jaringan komunitas yang terbuka). Pemerintahan

yang kuat dan dapat dipercaya disertai dengan orang-orang yang kreatif

dan berpikiran terbuka akan meningkatkan produktifitas layanan suatu kota

berbasis teknologi dan keunggulan Sumber Daya Manusia. (Caragliu, Bo,

& Nijkmp, 2009).

Kemajuan layanan home care sudah semakin baik sehingga banyak

masyarakat yang mengetahui Home Care dan mencoba menggunakan jasa

pelayanan home care yang disediakan oleh rumah sakit baik pemerintah

maupun swasta. Saat ini banyak kasus – kasus penyakit degenerative yang

memerlukan perawatan yang relative lama seperti kasus pasien

pascastroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan

Page 39: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama (Diamond,

(2009).

Adapun Mekanisme Home Care yang dapat lakukan adalah sebagai

berikut:

1. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih

dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di

rawat di rumah atau tidak.

2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di

rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang

merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah,

kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan

masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat

kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien,

kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis

sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.

3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan

keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau

pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan

dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh

koordinator kasus.

Page 40: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

4. Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi

terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan

kesepakatan.

C..Kerangka Pikir

Pada dasarnya konsep Urban Governance (tata kelola perkotaan)

mengacu pada cara pemerintah serta pemangku kepentingan memutuskan

tentang perencanaan, pembiayaan dan pengelolaan daerah perkotaan. Ini

melibatkan proses negosiasi dan kontestasi yang berkelanjutan atas

alokasi sumber daya sosial dan material dan kekuatan politik. Implementasi

Urban Governance dapat diamati melalui program smart city kota makassar

yang secara spesifik mengkaji indikator smart living yang berorientasi pada

sektor kesehatan dan pendidikan menjadi salah satu faktor majunya

manajemen perkotaan yang menjadi tanda dalam pembangunan smart city.

Oleh karena itu penelitan ini melihat pelaksanaan Homecare-

Dottoro’ta yang berorientasi pada Pelayanan Kesehatan yang termasuk

dalam inovasi yang mendukung pelaksanaan smart city di Kota Makassar

penelitian ini mengacu pada indikator pelaksanaan good governance

dengan melihat smart living (Home care Dottoro’ta) meliputi: keadilan

(equity), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),

Keterlibatan masyarakat sipil (civic engagement).

Untuk lebih jelasnya terkait kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

dilihat sebagai berikut.

Page 41: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Gambar 1. Kerangka Pikir

D.Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi Fokus penelitian ini bertujuan memberikan arahan dan

batasan untuk mengetahui dan menganalisa Urban Governance (tata kelola

perkotaan) Melalui Smart Living Di Kota Makassar Provinsi Sulawesi

Selatan yang dikhususkan pada program Homecare-Dottoro’ta, adapun

indikator yang digunakan pada penelitian ini meliputi:

1. Keadilan (Equity) yaitu adanya rasa keadilan yang diberikan kepada

masyarakat dalam pedistribusian pelayanan yang baik kepada

masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan melalui home care.

Urban Governance

Pelayanan Kesehatan Kota

Makassar Melalui Home Care

Dottorota

Pelaksanaan (Home care- Dottoro’ta) meliputi aspek :

1. keadilan (equity)

2. keterlibatan masyarakat sipil

(civic engagement

3. transparansi (transparency)

4. akuntabilitas (accountability)

Tercapainya Layanan

Kesehatan Perkotaan yang

efektif

Hambatan dalam Implementasi

Layanan Home Care (Dottoro’ta)

Page 42: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

2. Keterlibatan Masyarakat Sipil (civic engagement) yaitu cakupan

keterlibatan masyarakat dalam program pelayanan pemerintah kota

khususnya program Home Care Dottoro’ta.

3. Akuntabilitas (Accountability), terkait pertanggung jawaban

mencakup efisiensi yang dilakukan terutama yang berkaitan dengan

pembiayaan Dottoro’ta yang beroprasi memberikan pelayanan.

4. Transparansi (Transparency) keterbukaan dalam penyelenggaraan

program perintah kota terutama yang terkait layanan kesehatan

Home Care Dottoro’ta

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan

alasan bahwa temuan-temuan dalam penelitian kualitatif tidak diperoleh

melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contoh penelitian

kualitatif dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, perilaku

Page 43: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

seseorang, tentang peranan organisasi, pergerakan sosial atau

hubungan timbal balik (Strauss & Corbin, 2003).

Penelitian kualitatif temuan-temuannya tidak diperoleh prosedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya. Pendekatan kulaitatif dipilih karena

dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik

fenomena yang belum diketahui. Selain itu, metode kualitatif dapat

memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit

diungkapkan oleh metode kuantitatif. (Sugiyono, 2011).Adapun jenis

penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan dan mengkaji

data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth intervew),

observasi, data dokumentasi dan studi kepustakaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Komunikasi dan informatika

Kota Makassar, dan Dinas Kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan

selama tiga bulan mulai dari bulan April sampai bulan Juli 2018.

C. Informan

Penentuan subjek atau informan dalam penelitian ini, penulis

menentukan informan secara purposive sampling hal ini didasarkan karena

adanya tujuan pengambilan informan berdasarkan kriteria pemahaman

terhadap fokus dan subjek yang akan diteliti khususnya yang terlibat dalam

Program Homecare-Dottoro’tasebagai berikut:

Page 44: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Kepala Bidang Pelayanan, Dinas Kesehatan Kota Makassar, Seksi

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) dan Peningkatan Mutu, Dinas

Kesehatan Kota Makassar, Petugas Operasional Home Care – Dottoro’ta,

dan Masyarakat Penerima Layanan Home Care – Dottoro’ta.

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dapat diperoleh informasi untuk menerangkan dan

memberi kejelasan mengenai hal-hal yang diperlukan untuk kepentingan

penelitian. Data yang dapat diperoleh dari sumber data dapat dibagi

menjadi 2 yaitu:

1. Data primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu

berupa hasil wawancara mendalam (indepth intervew), observasi atau

pengamatan dari pemerintah setempat dan masyarakat.

2. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui

pihak kedua dengan melakukan studi dokumentan atau literatur

kepustakaan yang berkaitan dengan yang diteliti

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian utama yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penulis sendiri dengan menggunakan metode wawancara

mendalam (in-depth interview), sedangkan untuk memandu dalam

Page 45: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

wawancara, penulis menyiapkan panduan pertanyaan tentang hal-hal

pokok yang ingin diketahui.

Penulis melakukan wawancara dalam mengumpulkan data, tetapi

tidak menutup kemungkinan wawancara tersebut berkembang melampaui

pedoman yang ditentukan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan,

penulis juga melakukan pengamatan secara langsung tentang hal-hal yang

dapat dijadikan data pendukung untuk membantu kelancaran proses

penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara

peneliti dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan

metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkrit tentang

masalah yang diteliti.

2. Oservasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data mengamati

secara langsung sesuatu yang berkaitan dengan yang diteliti. Observasi

Page 46: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara

sistematik.

3. Dokumen

Metode dokumen adalah pengumpulan data dengan meneliti

catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek

penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara

jelas.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses akhir dalam penelitian kualitatif

(Creswell, 2010). Menurut Creswell (2010), terdapat beberapa langkah

dalam menganalisis data sebagaimana berikut ini:

1. Mengolah data dan mengintrepetasikan data untuk dianalisis.

Langkah ini melibatkan transkrip wawancara, menscaning materi,

mengerti data lapangan atau memilah-milah dan menyusun data

tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber

informasi.

2. Membaca keseluruhan data. Dalam tahap ini, menulis catatan

catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang

diperoleh

3. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data. koding

merupakan proses mengolah materi atau informasi menjadi

segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya.

Page 47: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

4. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan setting, orang-

orang, kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Page 48: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Kota Makassar berada pada posisi yang strategis karena posisi

persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di

Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia

dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Secara goegrafis

wilayah kota Makassar berada pada koordinat 119 derajat bujur timur dan

5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25

meter dari permukaan laut. Dengan batas wilayah :

a) Sebelah Utara : Kabupaten Kepulauan Pangkajene

b) Sebelah Selatan : Kabupaten Bone

c) Sebelah Barat : Selat Makassar

d) Sebelah Timur : Kabupaten Maros

Kota ini merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek

pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku bangsa

yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar

adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa.

Adapun Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kecamatan Rappocini,

yang terdiri dari 10 Kelurahan yaitu Balla Parang, Banta Bantaeng, Bonto

Makkio, Buakana, Gunung Sari, Karunrung, Kassi-Kassi, Mappala,

Rappocini, Tidung. Kelurahan Buakana merupakan lokasi penelitian ini dilakukan

karena terdapat BULO (Badan Usaha Lorong) yang mudah diakses peneliti.

1. Visi Misi Kota Makassar.

Visi Pemerintah Kota Makassar 2014- 2019 memiliki konsistensi

dengan visi Kota Makassar 2005-2025, khususnya pada penekanan

Page 49: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

“orientasi global”, dalam RPJMD dirumuskan sebagai “kota dunia”.

Penekanan “berwawasan lingkungan” dan “paling bersahabat” pada visi

dalam RPJPD dirumuskan sebagai “yang nyaman untuk semua” pada visi

dalam RPJMD 2014-2019. Pokok visi “kota maritim, niaga, pendidikan,

budaya dan jasa” pada visi dalam RPJPD, pada visi dalam RPJMD 2014-

2019 ditempatkan sebagai bagian dari substansi “kota dunia”.

Jika dihubungkan dengan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

2018, relevansi visi Pemerintah Kota Makassar 2014-2019 terletak pada

posisi “Makassar Kota Dunia Yang Nyaman Untuk Semua”yang

merupakan bagian penting dari terwujudnya “Sulawesi Selatan sebagai

Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi

Kesejahteraan pada Tahun 2018”.

Pernyataan visi Pemerintah Kota Makassar 2019 memiliki tiga pokok

visi yang merupakan gambaran kondisi yang ingin dicapai Kota Makassar

pada akhir periode 2014-2019. Penjelasan masing-masing pokok visi

tersebut, adalah sebagai berikut. Kota Dunia, dimaksudkan adalah Kota

Makassar yang memiliki keunggulan komparatif, kompetitif, aksesibel dan

inklusifitas yang berdaya tarik tinggi atau memukau dalam banyak hal.

Diantaranya potensi sumberdaya alam dan infrastruktur sosial

ekonomi yang menjanjikan terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan

standar dunia. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai terwujudnya

“masyarakat sejahtera standar dunia”. Nyaman, dimaksudkan adalah

terwujudnya proses pembangunan yang semakin menyempitkan

Page 50: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

kesenjangan dan melahirkan kemandirian secara stabil, dalam struktur dan

pola ruang kota yang menjamin kenyamanan dan keamanan bagi

berkembangnya masyarakat yang mengedepankankan prinsip inklusifitas

serta pola hubungan yang setara antara stakeholder dan stakeholder dalam

pembangunan. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai terwujudnya “kota

nyaman kelas dunia”.

Untuk Semua, dimaksudkan adalah proses perencanaan,

pelaksanaan dan pemanfaatan pembangunan yang dapat dinikmati dan

dirasakaan seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi berdasarkan

jenjang umur, jenis kelamin, status sosial dan kemampuan diri (termasuk

kelompok disabilitas). Pokok visi ini dapat diristalkan sebagai terwujudnya

“pelayanan publik standar dunia dan bebas korupsi”.

Untuk mewujudkan visi misi tersebut memerlukan konsep Smart City

sebagai acuan. Pemerintah Kota Makassar menamai konsep kota cerdas

itu dengan tagline 'Makassar Sombere & Smart City', yang memadukan

konsep kota cerdas dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk

mewujudkan pelayanan masyarakat lebih baik, dan 'sombere' bahasa lokal

yang berarti 'hati'.

3. Dinas Kesehatan Kota Makassar

Adapun Visi Dinas Kesehatan Kota Makassar :

"Makassar Sehat dan Nyaman untuk Semua"

Memiliki penjabatan visi yang strategis, dalam misi:

Page 51: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

1. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Yang Merata, Bermutu dan

Terjangkau Berbasis Teknologi

2. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan

Masyarakat

3. Menjamin Kesehatan Masyarakat Melalui Sistem Jaminan

Kesehatan

4. Menciptakan Lingkungan Sehat

Dinas Kesehatan Kota Makassar memiliki sarana dan prasarana

sebagai berikut :

Tabel 2. Sarana Prasarana Kesehatan Kota Makassar

No. Sarana Prasarana Jumlah

1. RSUD 1 (RSUD Daya)

2. RS Swasta 10

3. RS Milik Pemprov/TNI/Polri 12

4. RS Bersalin 15

5. Rumah Bersalin 13

6. Balai Pengobatan / Klinik 41 / 87

7. Bidan Praktek Swasta 75

8. Apotek 499

9. Toko Obat 64

10. Industri Obat Tradisional 1

11. Puskesmas 46

Page 52: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

12. Puskesmas Pembantu 37

13. Puskesmas Keliling 50

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2018.

Ketersediaan sarana kesehatan sangat penting untuk mendukung

upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Kelurahan, Puskesmas Keliling,

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) serta sarana

kesehatan lainya.

Sejak berlakunya Permenkes nomor 75 tahun 2014 setiap

puskesmas harus terakreditasi untuk menjamin mutu pelayanan

kesehatan. Untuk itu di kota makassar sejak tahun 2015 dilakukan

pendampingan untuk persiapan akreditasi secara bertahap. Pada tahun

2016 terdapat 20 puskesmas yang telah terakreditasi diantaranya :

Puskesmas Dahlia, Puskesmas Pertiwi, Puskesmas Makkasau,

Puskesmas Tarakan, Puskesmas Andalas, Puskesmas Malimongan

Baru, Puskesmas Tamangapa, Puskesmas Sudiang Raya, Puskesmas

Paccerakang, Puskemas Mamajang, Puskesmas Batua, Puskesmas

Antang Perumnas, Puskesmas Tamalate, Puskesmas Maccini Sawah,

Puskesmas Kaluku Bodoa, Puskesmas Sudiang, Puskesmas

Tamalanrea, Puskesmas Pattingalloang, Puskesmas Jongaya dan

Puskesmas Kassi – Kassi. Adapun 26 puskesmas yang lainnya

Page 53: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

dijadwalkan akan diakreditasi secara bertahap pada tahun 2017 dan

2018.

Selain fasilitas kesehatan yang digambarkan pada tabel di atas

perlu juga diperhatikan tenaga kesehatan yang tersedia di Kota

Makassar pengaturan ini disesuaikan Berdasarkan Peraturan Presiden

nomor 7 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan

bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan diperlukan sumber daya

manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan

kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya

manusia kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian,

tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat,

tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik,

tenaga keteknisian medis dan tenaga kesehatan lainya.

Ketersediaan tenaga merupakan salah satu unsur penting untuk

melaksanakan upaya kesehatan dalam percepatan pencapaian target

pembangunan kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan pada Tahun 2016

adalah sebanyak 1.693 orang yang tersebar pada 46 Puskesmas, Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Makassar, Instalasi Farmasi dan tenaga yang ada

di Dinas Kesehatan Kota Makassar.

Tabel 3. Distribusi tenaga kesehatan berdasarkan jenis ketenagaan

Tenaga Kesehatan Pembagian Bidang

Dokter Spesialis 36 orang

Page 54: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Tenaga Medis sebanyak terdiri

atas

Dokter Umum 153 orang

Dokter Gigi 84 orang

Tenaga Keperawatan

sebanyak terdiri atas

Bidan 241 orang

Perawat 491 orang

Perawat Gigi 65 orang

Tenaga Kefarmasian sebanyak

terdiri atas

Farmasi dan Apoteker 56 orang

Asisten apoteker 50 orang

Kesehatan Masyarakat sebanyak terdiri atas 138 orang

Sanitarian sebanyak 93 orang

Tenaga Gizi dan dietisien 100 orang

Keterampilan Fisik/ Fisioterapi 8 orang

Keteknisian Medis 41 orang

Analis Kesehatan 61 orang

Tenaga Non Kesehatan 76 orang

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2018.

Adapun rasio dokter umum di Kota Makassar tahun 2013 adalah

9,78 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2016 rasio dokter umum

adalah 10,56 dokter per 100.000 penduduk atau 1 : 10.000. Penduduk

sementara rasio ideal dokter terhadap penduduk adalah 1:2500 artinya satu

orang dokter melayani 2.500 penduduk, maka jika ingin mencapai rasio

ideal tersebut dengan jumlah penduduk Kota Makassar sebanyak

1.449.401 orang maka dibutuhkan sebanyak 580 dokter umum, sementara

Page 55: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

kondisi sekarang dokter umum pada unit layanan kesehatan Pemerintah

Kota Makassar dalam hal ini Puskesmas dan Dinas Kesehatan masih

berjumlah 153 orang. Jadi apabila kita ingin mendapatkan ratio dokter yang

ideal masih dibutuhkan 427 orang dokter umum.

Rasio dokter gigi di Kota Makassar adalah 5,47 per 100.000

penduduk sedangkan pada tahun 2016 rasio dokter gigi adalah 5,80 per

100.000 penduduk atau 1 : 20.000 penduduk . Adapun rasioideal antara

dokter gigi dengan penduduk di Indonesia adalah 1:9.000.Jika berhitung

dari rasio ideal, dibutuhkan sebanyak 161 orang dokter gigi, sementara

dokter gigi pada sarana kesehatan pemerintah Kota Makassar baru

berjumlah 84 orang sehingga masih membutuhkan sebanyak 77 dokter gigi.

Tenaga perawat merupakan jenis ketenagaan kesehatan yang

paling besar jumlahnya di Kota Makassar jumlah tenaga perawat pada

tahun 2013 yaitu sebanyak 369 orang sedangkan pada tahun 2016 jumlah

tenaga perawt menjadi 491 orang. Kondisi tersebut tidakberbeda jauh

dengan kondisi nasional, dimana diperkirakan 60% tenaga kesehatan di

Indonesia adalah perawat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 83 Tahun

2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, Dinas

Kesehatan mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan

pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan daerah dan

tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah dan dalam

Page 56: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

melaksanakan tugas, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi antara

lain :

a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

bidang kesehatan;

b. Pelaksanaan kebijakan Urusan Pemerintahan bidang kesehatan;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Urusan Pemerintahan bidang

kesehatan;

d. Pelaksanaan administrasi dinas Urusan Pemerintahan

bidangkesehatan;

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan

tugas dan fungsinya.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Walikota Makassar Nomor 83

Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi

serta Tata Kerja Dinas Kesehatan, disebutkan bahwa berdasarkan tugas

dan fungsinya, Dinas Kesehatan mempunyai uraian tugas :

a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan;

b. Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi dinas;

c. Merumuskan dan mengendalikan pelaksanaan program dan

kegiatan Sekretariat dan Bidang Kesehatan Masyarakat, Bidang

Page 57: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Bidang Pelayanan

Kesehatan dan Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan;

d. Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja

(RENJA), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA)/DPPA dan Perjanjian Kinerja (PK)dinas;

e. Mengoordinasikan dan merumuskan bahan penyiapan

penyusunanLaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kota dan segala

bentuk pelaporan lainnya sesuai bidang tugasnya;

f. Merumuskan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

dinas;

g. Merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar

Pelayanan (SP) dinas;

h. Mengoordinasikan pembinaan dan pengembangan kapasitas

organisasi dan tata laksana;

i. Merumuskan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan dan

pengembangan sumber daya kesehatan;

Page 58: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

j. Melaksanakan dan mengoordinasikan penyelenggaraan kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan dan pengembangan sumber daya kesehatan;

k. Melaksanakan koordinasi, advokasi dan kemitraan di bidang

kesehatan;

l. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan serta pengembangan sumber daya kesehatan;

m. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian teknis operasional

pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik

Daerah yang berada dalam penguasaannya;

n. Melaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah Provinsi ke

pemerintah Kota sesuai dengan bidang tugasnya;

o. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi

permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif

pemecahannya;

p. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan

perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya

sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas;

q. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada pimpinan;

Page 59: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

r. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait lainnya sesuai

dengan lingkup tugasnya;

s. Membina, membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan

mengevaluasi hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat

berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

t. Melaksanakan pembinaan jabatan fungsional;

u. Melaksanakan pembinaan unit pelaksana teknis;

v. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada walikota

melalui sekretaris Daerah;

w. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

walikota.

Adapun Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri atas :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, terdiri atas :

1. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;

2. Subbagian Keuangan;

3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri atas:

1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;

Page 60: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

2. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;

3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kerja dan Olahraga.

d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri atas :

1. Seksi Surveilans dan Imunisiasi;

2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;

3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

e. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri atas :

1. Seksi Pelayanan kesehatan Primer dan Tradisional;

2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;

3. Seksi Fasyankes dan Peningkatan Mutu.

f. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan, terdiri atas :

1. Seksi Kefarmasian;

2. Seksi Alat, Perbekalan dan Jaminan Kesehatan;

3. Seksi Sumber Daya Manusia dan Register Kesehatan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

h. Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 –

2019 yaitu :

Page 61: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

1. Menjabarkan kebijakan/program RPJMD Kota Makassar dalam

upaya mewujudkan komitmen dan konsistensi perencanaan serta

pelaksanaan kegiatan yang akan dioperasionalisasikan secara

konsekuen berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan sesuai

dengan kemampuan daerah.

2. Menyiapkan acuan bagi rencana kerja Dinas Kesehatan dengan

menyediakan dokumen perencanaan Dinas Kesehatan Kota

Makassar dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang mampu

beradaptasi dengansegala perubahan lingkungan strategis.

3. Menyiapkan kerangka evaluasi kinerja bagi Dinas Kesehatan

maupunPemerintah Kota Makassar.

4. Menyesuaikan rencana strategis 2014 – 2019 dengan struktur

perangkat daerah berdasarakan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun

2016 dan Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM bidang

Kesehatan.

Adapun tujuan dari Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota

Makassar Tahun 2014 – 2019 adalah agar terbangun konsistensi

perencanaan dalam perwujudan capaian kinerja Dinas Kesehatan melalui

komitmen bersama dalam melaksanakan program-program yang telah

direncanakan dan sebagai pedoman bagi pemangku kebijakan

(stakeholder) dan instansi terkait untuk berperan aktif dalam mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di Kota Makassar. Selanjutnya

Page 62: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

pengukuran capaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Makassar juga

dilakukan dengan mengukur 4 sasaran yang telah ditetapkan melalui

Penetapan Kinerja sesuai dengan sasaran pada RenstraDinas Kesehatan.

Setiap tahunnya juga disusun Profil Kesehatan Kota Makassar

yang merupakan gambaran situasi dan kondisi kesehatan, profilkesehatan

juga memuat berbagai data secara terpilah menurut jenis kelamin. Secara

umum, sasaran strategik yang hendak dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota

Makassar telah dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan dengan

tingkat capaian target sasaran rata-rata 100,62%.

B. Urban Governance Melalui Layanan Home Care (Dottoro’ta) di

Kota Makassar

Penelitian ini didasari pada Konsep Urban Governance (Tata Kelola

Perkotaan) yang mengacu pada cara pemerintah serta pemangku

kepentingan memutuskan tentang perencanaan, pembiayaan dan

pengelolaan daerah perkotaan. Ini melibatkan proses negosiasi dan

kontestasi yang berkelanjutan termasuk alokasi sumber daya sosial dan

material. Implementasi Urban Governance dapat diamati melalui program

smart living yang berorientasi pada sektor kesehatan yang menjadi salah

satu faktor majunya manajemen perkotaan.

Penelitian ini mengacu pada Indikator pelaksanaan good

governance yang meliputi: keadilan (equity), keterlibatan masyarakat sipil

Page 63: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

(civic engagement) atau penduduk (citizenship), akuntabilitas

(accountability), dan transparansi (transparency).

1. Keadilan (equity)

Pada aspek ini mencermati adanya rasa keadilan yang diberikan

kepada masyarakat dalam penataan pelayanan perkotaan terutama yang

terkait program Dottoro’ta. Perspektif Keadilan yang dimaksudkan adalah

jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang

merata bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang gender, suku,

ras, dan tingkatan sosial pada masyarakat.

Untuk mengetahui persfektif masyarakat terhadap keadilan

pemberian layanan Dottoro’ta maka dilakukan wawancara dengan informan

masyarakat Penerima Layanan, salah satunya MA yang mengemukakan

bahwa:

“kalau untuk akses Dottoro’ta bagi masyarakat sih gratis yah, tentu untuk semua masyarakat tanpa perlu melihat status sosial. Juga pelayanan Dottoro’ta yang mudah cukup kita telpon call center nya 112 pihak dari puskesmas akan datang ke rumah dan Layanan home care dua puluh empat jam penanganan bisa cepat, pertolongan pertama dalam hal ini bantuan hidup dasar bisa segera” (Hasil wawancara tanggal,27Agustus 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

pelayanan yang diberikan Dottorota diberikan secara gratis kepada

masyarakat tanpa ada perlakuan khusus yang diberikan kepada orang-

orang dengan status sosial tertentu asalkan hal itu bersifat urgen maka

Page 64: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

layanan ini dapat segera diberikan dengan respon yang cepat karena

layanan ini dilakukan selama 24 jam.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan masyarakat SH

yang mengatakan bahwa:

“sayakan ini mengidap sakit jantung kasian, merasa terbantu dengan layanan Dottoro’ta. Di kala anak-anak saya di luar rumah, berbekal telepon genggam, kita cukup menelpon call center Smart City Makassar 112. Itu Petugas menghubungkan dengan Puskesmas dan Dottoro’ta datang beserta dokter serta perawat ke rumah” (Hasil wawancara tanggal,4September 2018)

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan masyarakat AF

yang mengatakan bahwa:

“Pelayanan ini untuk semua kalangan pastinya, mau kaya atau miskin dan segala usia, telepon dari warga yang membutuhkan layanan kesehatan, Dengan homecare masyarakat tidak perlu lagi menumpuk di ICU karena dokter ke rumah. Kita maksimalkan front terdepan puskesmas. Selama ini kan orang malas ke puskesmas, langsung ke rumah sakit, menumpuklah orang disana, puskesmas kosong” (Hasil wawancara tanggal,3September 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

pelayanan yang dilakukan melalui program home care Dottoro’ta diberikan

pada semua kalangan tanpa melihat status sosial yang dilayani serta

diberikan secara gratis, pelayanan Dottoro’ta cukup dengan menelpon call

center 112 pihak dari puskesmas akan datang ke rumah dilengkapi dengan

mobil, oksigen, monitor yang lengkap. Petugas menghubungkan dengan

Puskesmas terdekat dan Dottoro’ta datang beserta dokter serta perawat ke

rumah.

Page 65: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Selanjutnya dari sudut pandang pelaksana program Home Care

Dottorota mengemukakan tentang upaya pemerataan distribusi pelayanan

yang berkeadilan bagi masyarakat tidak hanya didaerah pusat perkotaan

hal ini dikemukakan oleh informan Kepala Bidang Pelayanan Dinas

Kesehatan Kota Makassar mengemukakan bahwa:

“ini ada perwalinya pak kalau tidak salah No. 6 Tahun 2016 mengenai Pelayanan Home Care, disitu diamanatkan bahwa pengaturan termasuk Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan dilakukan berdasarkan azas prikemanisian dan prikeadilan dan tidak diskriminatif jadi disitu jelas bahwa pelayanan wajib dilakukan secara adil kepada masyarakat siapapun yang membutuhkan” (Hasil wawancara tanggal,28Agustus 2018) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

pelayanan kesehatan home care ini memperhatikan aspek keadilan dalam

pelayanan kesehatan yang diberikan hal ini diamanatkan dalam Peraturan

Walikota Makassar Nomor 6 tahun 2016 tentang Pelayanan Kunjungan

Rumah 24 jam Home care dalam peraturan tersebut ditekankan bahwa

pelayanan dilakukan berdasarkan azas prikemanisian dan prikeadilan dan

non diskriminatif.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan petugas Dottoro’ta

yang mengemukakan bahwa :

“yah jelas kita tidak memandang siapa itu yang kita layani selama memang kondisi tertentu yang bersifat urgensi seperti stroke, atau lumpuh seketika, pinsan itu kita dapat segara kita lakukan kunjungan tanpa kita tau latar belakang pasien itu karena kita langsung meluncur kalau sudah masyarakat yang memerlukan bantuan layanan ini” (Hasil wawancara tanggal,27Agustus 2018)

Page 66: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pelayanan

home care Dottorota dilakukan berdasarkan kondisi urgen pasien atau

masyarakat yang memerlukan layanan kesehatan dengan kondisi tertentu,

perlakukan yang diberikan berdasarkan sudut pandang petugas tidak

mengenal latar belakang pasien sehingga pelayanan memang beriorientasi

pada pelayanan tidak melihat siapa yang dilayani.

Dari aspek keadilan yang ditelusuri dari sudut pandang masyarakat

dan petugas dapat dipahami bahwa pelayanan yang dilakukan melalui

program home care Dottoro’ta diberikan pada semua kalangan tanpa

melihat status sosial yang dilayani serta diberikan secara gratis, pelayanan

Dottoro’ta cukup dengan menelpon call center 112 pihak dari puskesmas

akan datang ke rumah dilengkapi dengan mobil, oksigen, monitor yang

lengkap. Petugas menghubungkan dengan Puskesmas terdekat dan

Dottoro’ta datang beserta dokter serta perawat ke rumah. Pelayanan

kesehatan home care ini memperhatikan aspek keadilan dalam pelayanan

kesehatan hal ini diamanatkan dalam Peraturan Walikota Makassar Nomor

6 tahun 2016 tentang Pelayanan Kunjungan Rumah 24 jam Home care.

Pelayanan home care dottorota dilakukan petugas tanpa memandang latar

belakang pasien, home care dottorota berorientasi pada pelayanan

kesehatan yang efektif dan tentunya gratis bagi seluruh masyarakat yang

membutuhkan.

2. Keterlibatan Masyarakat Sipil (civic engagement)

Page 67: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Keterlibatan Masyarakat Sipil (civic engagement) yaitu cakupan

keterlibatan masyarakat dalam program pelayanan pemerintah kota

khususnya program Home Care Dottoro’ta. Pada program Home care

Dottoro’taini telah mencakup hampir seluruh wilayah yang ada di Kota

Makassar, bahkan layananan ini sampai pada wilayah kepulauan. Untuk

melihat cakupan wilayah Home Care Dottoro’ta maka ditampilkan pada

gambar berikut.

Gambar 4. Cakupan Wilayah Home Care Dottoro’ta

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2018.

Berdasarkan gambar yang ditampilkan diatas dapat dipahami

bahwa akses area pelayanan kesehatan home care telah terkoneksi pada

sejumlah titik bahkan dapat terkoneksi pada area kepulauan seperti PKM

Barang Lompo dan PKM Kodingareng.

Page 68: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Untuk memberikan gambaran mengenai cakupan keterlibatan

masyarakat pada layanan home care Dottorota ini maka dilakukan

wawancara dengan informan Kepala Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(Fasyankes) dan Peningkatan Mutu, Dinas Kesehatan Kota Makassar

mengemukakan bahwa:

“iya jadi cakupan layanan ini bisa menjangkau berbagai wilayah-wilayah di Kota Makassar termasuk itu di pulau-pulau seperti Barang Lompo dan Kodingareng. Dinas Kesehatan juga sudah menyiapkan perahu dottorotta yang dilengkapi juga dengan alat medis sama dengan dottorota yang versi mobilnya” (Hasil wawancara tanggal,28Agustus 2018) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

cakupan pelayanan yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam

menjangkau layanan dottorota juga mencakup wilayah kepulauan dengan

mempersiapkan perahu dottorota yang juga dilengkapi alat medis. Hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat upaya pemerintah untuk memperluas

akses layanan agar semakin membuka ruang keterlibatan masyarakat kota

Makassar.

Gambaran mengenai keterlibatan masyarakat pada program ini

ditandai dengan pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai

fungsi home care Dottoro’ta, yang dapat diketahui dari kutipan wawancara

dengan masyarakat, Salah satunya AS yang mengatakan bahwa:

“masyarakat tidak selalu harus mendatangi pusat layanan kesehatan Selama ini kan orang malas ke puskesmas, langsung ke rumah sakit, menumpuklah orang disana, ini kalau ada masalah darurat bisa cepat dtangani cukup hubungi call centernya apa lagi kalau masalah tengah malam itu sangat berguna” (Hasil wawancara, tanggal 3September 2018)

Page 69: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan SH yang

mengatakan bahwa:

“kita tahu bawa banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan, ini bisa kita dapat segera ditangani baik dipuskesmas atau rumah sakit bila dapat rujukan, tapi juga itu masyarakat biasa tidak tau kalau untuk penyakit yang sifat darurat saja ini Dottoro’ta tidak perlu pakai Dottoro’ta klau sakit ringanji” (Hasil wawancara, tanggal 4September2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

keterlibatan masyarakat pada program home care Dottoro’ta perlu

diperkuat dengan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa

untuk kondisi tertentu seperti penyakit jantung, tidak sadarkan diri, lumpuh,

ibu hamil, dan lansia yang diprioritaskan sehingga tidak semua gejala

penyakit mesti menggunakan Dottoro’ta untuk datang ke rumah.

3. Akuntabilitas (Accountability)

Pada aspek ini melihat peran pemerintah kota dalam

mendistribusikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, khususnya

pelayanan kesehatan Home Care Dottorta. Untuk menguraikan hal tersebut

maka dilakukan wawancara dengan informan Kepala Bidang Pelayanan

Kesehatan,Dinas Kesehatan Kota Makassar mengemukakan bahwa:

“Kita bisa hubungi 112 untuk layanan kesehatan, sebenar bisa untuk layanan lainnya pokoknya untuk semua layanan darurat direspon dengan cepat, khusus untuk dottorota ini bisa dikatakan semua warga bisa memperoleh akses pelayanan cepat dan prima ini sudah berbasis teknologi informasi” (Hasil wawancara tanggal, 27Agustus 2018)

Page 70: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa terdapat

peran pemerintah dalam menguraikan persoalan yang berhubungan

dengan berbagai pelayanan darurat dengan cara menghubungi pusat

layanan 112 maka masyarakat dapat memperoleh akses layanan yang

cepat dan akurat.

Untuk mengetahui peran pemerintah dalam berbagai program

pelayanan salah satunya sektor kesehatan maka dilakukan wawancara

dengan informan Kepala Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)

dan Peningkatan Mutu, Dinas Kesehatan Kota Makassaryang mengatakan

bahwa:

“Warga yang kami layani dengan program home care hanya untuk kondisi tidak memungkinkan, seperti tidak bisa bangun, pasien lansia, pasien pasca operasi atau pasca kemotherapy, tim Home Care juga akan melayani perawatan pasien pasca operasi, setelah pihak rumah sakit menginformasikan ke Dinas Kesehatan Makassar yang kemudian meneruskan ke puskesmas yang terdekat dari rumah warga yang sakit” (Hasil wawancara tanggal,28Agustus 2018)

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas

Dottoro’ta yang mengemukakan bahwa :

“sosialisasi bagaimana teknisnya menggunakan pelayanan ini dengan sebaik baiknya. Dan yang utama disini pelayanan ini siap 24 jam jadi kapanpun dan dimanapun dibutuhkan oleh masyarakat, setiap kelurahan menyiapkan 2 sampai 3 tim medis untuk bisa memantau kondisi kesehatan masyarakat sehingga jika dibutuhkan hanya dalam waktu 5 menit, tim pelayanan kesehatan ini bisa segera tiba di rumah masyarakat yang membutuhkan pelayanan ini” (Hasil wawancara tanggal, 27 Agustus 2018)

Page 71: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa peran

pemerintah Kota Makassar dalam pelaksanaan Dottoro’ta berorientasi pada

pelayanan langsung ke rumah masyarakat yang membutuhkan pelayanan

untuk kondisi tertentu pasien yang tidak bisa bangun, pasien lansia, pasien

pasca operasi, dan pasca kemotherapy. Pelayanan tersedia 24 jam yang

tersedia tim medis disetiap kelurahan. Tim Home Care juga akan melayani

perawatan pasien, setelah pihak rumah sakit menginformasikan ke Dinas

Kesehatan Makassar yang kemudian meneruskan ke puskesmas yang

terdekat. Untuk alur pelayanan program Home Care Dottoro’ta dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 2. Alur prosedur pelayanan program Home Care Dottoro’ta

Berdasarkan gambar alur prosedur layanan di atas dapat diketahui

peran pemerintah Kota Makassar dalam menfasilitasi pelayanan cepat dan

responsif bagi masyarakat dengan memanfaatkan layanan call center 112

Page 72: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

yang terhubung dengan Dinas Kesehatan dan dan Puskemas, sehingga

Time Home care dapat datang langsung ke rumah pasien. Pada aspek

subsidiarity ini terlihat peran pemerintah Kota Makassar dalam pelaksanaan

Dottoro’taberorientasi pada pelayanan langsung ke rumah masyarakat

yang membutuhkan pelayanan untuk kondisi tertentu pasien yang tidak bisa

bangun, pasien lansia, pasien pasca operasi, dan pasca kemotherapy.

Pelayanan tersedia 24 jam yang tersedia tim medis disetiap kelurahan.

Pada indikator ini mencakup efisiensi yang dilakukan terutama yang

berkaitan dengan pembiayaan Home Care Dottoro’ta. Untuk pelaksanaan

program home care Dottoro’ta terdapat sejumlah anggaran yang digunakan

dalam menfasilitasi pelaksanaan program Dottoro’ta. Untuk menguraikan

anggaran yang dipergunakan dalam penyelenggaraan program Home care

Dottoro’ta maka dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. anggaran penyelenggaraan program Home care Dottoro’ta

No. Tahun Anggaran Penggunaan

1. 2015 Rp. 5.472.101.000 • Pengadaan Alkes (Mobil Home

Care, EKG, Paket Home Care,

USG, Emergency Kit, Emergency

Bencana)

• Pelatihan EKG 3.

• Pelatihan Pelayanan Home Care

Page 73: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

• Pelatihan Alur Pelayanan Home

Care.

2. 2016 Rp.

4.482.314.200,-

• Pengadaan Alkes (USG,

Spirometri)

• Pelatihan USG

• Pelatihan Home Care Penyakit

dalam

• Sosialisasi Home Care bagi Kader

Puskesmas 14 Kecamatan

• Jasa pembacaan USG/EKG untuk

dokter ahli

• Admin Telemedicine dan ICD-X

• Tim Pengelola Home Care dan

Call Centre 24 Jam

• Tim Koordinasi Tingkat Kota

3. 2017 Rp.

2.037.318.000,-

• Sosialisasi Home Care &

Telemedicine pada 14

Kecamatan

• Sosialisasi Home Care &

Telemedicine tingkat Kota

• Transport Tim Home Care

Page 74: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

• Honorarium Admin.

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2018.

Berdasarkan tabel yang disajikan di atas dapat diketahui bahwa

pada tahun 2015 dengan anggaran Rp. 5.472.101.000 pada tahap ini

diprioritaskan untuk pengadaan Peralatan Kesehatan (Mobil Home Care,

EKG, Paket Home Care, USG, Emergency Kit, Emergency Bencana) hal ini

yang menjadikan anggaran pada tahap awal ini memiliki jumlah yang besar

disamping itu penggunaan anggaran juga ditujukan untuk Pelatihan EKG 3,

Pelatihan Pelayanan Home Care dan Pelatihan Alur Pelayanan Home Care.

Selanjutnya pada tahun 2016 diperuntuk untuk pembiayaan

pengadaan Alkes khusus (USG, Spirometri), Pelatihan USG, Pelatihan

Home Care Penyakit dalam Sosialisasi Home Care bagi Kader Puskesmas

14 Kecamatan, Jasa pembacaan USG/EKG untuk dokter ahli, Admin

Telemedicine dan ICD-X, Tim Pengelola Home Care dan Call Centre 24

Jam dan Tim Koordinasi Tingkat Kota dengan pengunaan total anggaran

Rp. 4.482.314.200.

Perbedaan terlihat Pada tahun 2017, anggaran untuk home care

Dottoro’ta mengalami penurunan hal ini dapat dilihat dari jumlah nominal

anggaran yaitu Rp. 2.037.318.000,- yang digunakan untuk sosialisasi Home

Care & Telemedicine pada 14 Kecamatan, sosialisasi Home Care &

Page 75: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Telemedicine tingkat Kota, dan Transport Tim Home Care, dan Honorarium

Admin.

Selanjutnya dalam pelaksanaan program ini dapat menjadi langkah

terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

secara cepat dan efesien. Untuk informasi terkait jumlah masyarakat yang

dilayani dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Jumlah Pengguna Layanan Home Care Dottoro’ta

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2018.

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa masyarakat

yang mengunakan fasilitas Dottoro’ta mengalami peningkatan yaitu pada

tahun 2015 terdapat 2266 pasien yang dilayani sedangkan pada tahun 2016

mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 4685 pasien baik yang

dirawat maupun yang dirujuk. Sementara pada triwulan pertama tahun 2017

Page 76: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

telah menyentuh angka 1720 pasien yang dilayani terhitung januari-maret.

Angka tersebut diprediksi akan meningkat melebih tahun 2016.

Pada aspek ini diketahui ada jaminan keamanan yang diberikan melalui

program Home Care (Dottoro’ta) kepada masyarakat penerima layanan.

Untuk mengetahui keamanan dari layanan yang berikan home care

Dottoro’ta, dapat ditelusuri dari hasil wawancara dengan informan informan

Kepala Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan Kota Makassar,

mengemukakan bahwa:

“Alhamdulillah, Home Care Dottorotta ini sudah menggunakan teknologi telemedicine, jadi dokter specialis dapat melakukan diagnosa baik berdasarkan pemeriksaan ektrokardiogram atau EKG untuk penderita jantung dan USG untuk kehamilan dan penyakit dalam, bahkan jika dokter spesialisnya sedang di luar negeri. Kalau untuk penyakit ringan sendiri, bisa langsung ditangani oleh seorang dokter dan 2 perawat home care dottoro’ta yang mendatangi rumah pasien jadi bisa dikatakan aman” (Hasil wawancara tanggal, 28Agustus 2018)

Selanjutnya hasil wawancara dengan petugas Home Care

Dottoro’ta yang mengemukakan bahwa :

“kalau Pemeriksaan EKG cukup dilakukan di rumah hasil langsung dikirim ke puskesmas atau dokter spesialis, keunggulan Dottoro’ta menjadikan kerja tenaga kesehatan efektif. Kita bisa lihat Dottoro’ta ini dilengkapi dengan sejumlah obat, alat medis lainnya dan juga ada tabung oksigen. Bahkan dilengkapi dengan alat monitor kondisi pasien yang terkoneksi langsung ke dokter ahli melalui wall room dan data pasien juga tetap aman”

(Hasil wawancara, tanggal,27Agustus 2018)

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa Home Care

Dottorotta ini telah menggunakan teknologi telemedicine jadi dokter

spesialis yang terhubung melalui wall room dapat melakukan diagnosa

Page 77: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

berdasarkan pemeriksaan ektrokardiogram atau EKG untuk penderita

jantung dan USG untuk kehamilan dan penyakit dalam, Dottoro’ta juga ada

alat monitor kondisi pasien yang terkoneksi langsung ke dokter ahli melalui

wall room sehingga dapat dikategorikan aman.

4. Transparansi (Transparency)

Transparansi (Transparency), terkait keterbukaan dalam

penyelenggaraan program pemerintah kota terutama yang terkait layanan

kesehatan. Untuk pelayanan home care Dottoro’ta dilakukan secara

terbuka untuk berbagai kalangan transparan, dalam hal informasi layanan,

dan bertanggungjawab pada masyarakat terhadap layanan kesehatan yang

diberikan. Untuk memproleh penjelasan lebih lanjut maka dilakukan

wawancara dengan informan Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(Fasyankes) dan Peningkatan Mutu, Dinas Kesehatan Kota Makassar,

mengemukakan bahwa:

“kita melayani tidak mengenal siapa yang kita layani karena ini akses layanan langsung adanya program home care dan mobil Dottoro’ta wawasan masyarakat tentang pelayanan kesehatan menjadi terbuka. Selain itu juga program mobil dottorotta ini mendapatkan apresiasi dari warga. Setiap bulan dalam satu kelurahan mobil dottorotta bisa melayani sampai 6 pasien yang betul-betul membutuhkan pelayanan kesehatan” (Hasil wawancara, tanggal 28Agustus 2018)

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas

Dottoro’ta yang mengemukakan bahwa :

“Kami pernah menangani pasien yang saat itu tiba-tiba pingsan karena terkena stroke atau lumpuh seketika yang sulit dibawa ke rumah sakit. Kami datangi rumahnya untuk mendapatkan penanganan awal, Dalam pelayanan home care artinya yang dilayani ialah orang

Page 78: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

yang sulit mengakses pelayanan kesehatan seperti para lansia dan orang yang lumpuh yang tidak bisa bergerak, tapi ada juga masyarakat yang tidak mengerti asal nelpon” (Hasil wawancara, tanggal 27Agustus 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa akses

layanan sangat terbuka untuk masyarakat kota Makassar tanpa ada

perbedaan perlakuan, selain itu pertanggungjawaban dokttorota berfokus

pada pasien yang tiba-tiba pinsan, stroke, atau lumpuh seketika, begitu juga

untuk lansia namun informasi ini masih kurang dipahami masyarakat bahwa

layanan ini bersifat darurat tidak semua penyakit bisa menggunakan mobil

Dottoro’ta.

Secara keseluruhan pelaksanaan urban governance yang yang

dicermati pada aspek keadilan (equity), keterlibatan masyarakat sipil (civic

engagement), akuntabilitas (accountability), dan transparansi

(transparency) menunjukkan berjalannya keseluruhan aspek meskipun

terdapat sejumlah kelemahan yang masih perlu dibenahi seperti

pemahaman masyarakat terhapat layanan home care dottorota yang masih

memerlukan sosialisasi dan juga efektivitas pengelolaan peralatan

kesehatan sebagai pertanggungjawaban anggaran dalam penyedian

fasilitas home care dottorota.

Melalui hasil penelitian ini dapat dipahami bahwa kelanjutan dari

visi pemerintah kota makassar Makassar kota dunia yang nyaman untuk

semua juga terimplementasi pada bidang kesehatan hal dituangkan melalui

program home care (Dottoro’ta) yang menselaraskan kebutuhan kota

Page 79: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

dalam bidang kesehatan melalui teknologi informasi dan komunikasi yang

dimiliki kota makassar.

Pelayanan yang efektif di perkotaan mestimendukung pemanfaatan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan,

memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam

kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan

kepada warganya serta mendukung pembangunan (Amri, 2017). Hanya

yang menjadi tantangan dan kelemahan dalam mewujudkan misi tersebut

adalah anggaran yang digunakan untuk menfasilitasi program yang inovatif

dalam mendukung program home care Dottoro’ta yang mesti dilakukan

secara bertahap.

Terdapat peran pemerintah dalam menguraikan persoalan yang

berhubungan dengan berbagai pelayanan seperti pelayanan kesehatan,

dengan cara menghubungi pusat layanan 112 maka masyarakat dapat

memperoleh akses layanan yang cepat dan akurat. Peran pemerintah Kota

Makassar dalam pelaksanaan Dottoro’ta berorientasi pada pelayanan

langsung ke rumah masyarakat yang membutuhkan pelayanan untuk

kondisi tertentu pasien yang tidak bisa bangun, pasien lansia, pasien pasca

operasi, dan pasca kemotherapy. Pelayanan tersedia 24 jam yang tersedia

tim medis disetiap kelurahan.

Tim Home Care juga akan melayani perawatan pasien, setelah

pihak rumah sakit menginformasikan ke Dinas Kesehatan Makassar yang

kemudian meneruskan ke puskesmas yang terdekat.

Page 80: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Berdasarkan hasil penelitian pada aspek keadilan (equity)

menunjukkan bahwa pelayanan yang dilakukan melalui program home care

Dottoro’ta diberikan pada semua kalangan tanpa melihat status sosial yang

dilayani serta diberikan secara gratis, pelayanan Dottoro’ta cukup dengan

menelpon call center 112 pihak dari puskesmas akan datang ke rumah

dilengkapi dengan mobil, oksigen, monitor yang lengkap. Petugas

menghubungkan dengan Puskesmas terdekat dan Dottoro’ta datang

beserta dokter serta perawat ke rumah.

Pada aspek akuntabilitas menunjukkan pengunaan anggaran yang

tertinggi pada tahun 2015 yaitu Rp. 5.472.101.000 kemudian menurun

mejadi Rp. 4.482.314.200 pada tahun berikutnya dan pada tahun 2017

menjadi 2.037.318.000. hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan

anggaran lebih banyak terserap pada pengadaan peralatan dan fasilitas

kendaraan pada awal tahun 2015 sehingga pada tahun berikutnya

diperuntuk untuk pemanfaatan kekurangan alat kesehatan dan peningkatan

kualitas SDM yang terlibat.

Adapun jumlah masyarakat yang mengunakan fasilitas Dottoro’ta

mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2015 terdapat 2266 pasien yang

dilayani sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang sangat

signifikan yaitu 4685 pasien baik yang dirawat maupun yang dirujuk.

Sementara pada triwulan pertama tahun 2017 telah menyentuh angka 1720

pasien yang dilayani terhitung januari-maret. Angka tersebut diprediksi

akan meningkat melebih tahun 2016. Melihat meningkatnya jumlah pasien

Page 81: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

maka perlu langkah antisipasi armada yang digunakan perlu dipersiapkan

tambahan jika pasien penguna home care Dottoro’ta juga semakin

meningkat.

Pada aspek transparansi menunjukkan akses layanan sangat

terbuka untuk masyarakat kota Makassar tanpa ada perbedaan perlakuan,

selain itu pertanggungjawaban dokttorota berfokus pada pasien yang tiba-

tiba pinsan, stroke, atau lumpuh seketika, begitu juga untuk lansia namun

informasi ini masih kurang dipahami masyarakat bahwa layanan ini bersifat

darurat tidak semua penyakit bisa menggunakan mobil Dottoro’ta.

Keterlibatan masyarakat pada program home care Dottoro’ta perlu

diperkuat dengan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa

untuk kondisi tertentu seperti penyakit jantung, tidak sadarkan diri, lumpuh,

ibu hamil, dan lansia yang diprioritaskan sehingga tidak semua gejala

penyakit mesti menggunakan Dottoro’ta untuk datang ke rumah.

Home Care Dottorotta ini telah menggunakan teknologi

telemedicine jadi dokter spesialis yang terhubung melalui wall room dapat

melakukan diagnosa berdasarkan pemeriksaan ektrokardiogram atau EKG

untuk penderita jantung dan USG untuk kehamilan dan penyakit dalam,

Dottoro’ta juga ada alat monitor kondisi pasien yang terkoneksi langsung ke

dokter ahli melalui wall room sehingga dapat dikategorikan aman.

Pelaksanaan Urban Governance Melalui Layanan Home Care

(Dottoro’ta) di Kota Makassar berdasarkan uraian pembahasan di atas

menunjukkan terlaksanaanya keseluruhan aspek namun dengan catatan

Page 82: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

perlu sosialisasi mengenai program ini karena ada kesalapahaman fungsi

home core dottorota bagi sejumlah masyarakat yang mesti menempatkan

layanan untuk kebutuhan yang urgen. Meskipun harus diakui bahwa

layanan home care dottorota ini telah mengadopsi sistem pelayanan

perkotaan yang berbasis IT, pengembangan perkotaan menggunakan

teknologi untuk mempercepat akses pelayanan publik seperti Home Care

Dottoro’tayang dapat terkoneksi dengan pusat layanan sehingga dapat

memangkas waktu tunggu rujukan pasien hal ini sesuai yang dikemukakan

dalam (Khambali, 2017) yang mengatakan bahwa proses perkembangan

kota dipengaruhi oleh faktor kemajuan dan peningkatan bidang teknologi

yang dapat mempercepat proses pelayanan publik.

C. Hambatan Implementasi Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota

Makassar

Uraian mengenai hasil penelitian dari hambatan implementasi

Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar dikemukakan

berdasarkan temuan dari indikator Good Urban Governance meliputi

keadilan (equity), keterlibatan masyarakat sipil (civic engagement) atau

penduduk (citizenship), akuntabilitas (accountability), dan transparansi

(transparency).

Pada aspek keadilan hambatan yang ditemui adalah kurang

meratanya informasi yang spesifik pada keluarga miskin yang disebabkan

ketidaktahuan dan pemahaman yang masih minim hal ini dikemukakan oleh

informan SH yang mengatakan bahwa:

Page 83: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

“sebenarnya program ini akan lebih kita rasakan apalagi masyarakat kalau ada lagi sosialisasi untuk masyarakat miskin mereka itu kalau ada penyakitnya diabaikan nanti kalau parah baru cari rumah sakit padahal bisa sebenarnya mereka hubungi dottorota” (Hasil wawancara, tanggal,4September 2018) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

hambatan pada aspek keadilan dapat terjadi kerena kurangnya pengetahuan

sehingga layanan yang semestinya diperuntukkan bagi semua pihak tanpa

memandang status sosial menjadi sulit dijangkau bagi masyarakat yan

termasuk dalam kategori miskin karena masalah pengetahuan yang dimiliki

minim tentang fungsi layanan Dottorota.

Pada aspek keterlibatan masyarakat menujukkan area pelayanan

kesehatan home care telah terkoneksi pada sejumlah titik bahkan dapat

terkoneksi pada area kepulauan seperti PKM Barang Lompo dan PKM

Kodingareng. Cakupan pelayanan yang mendukung keterlibatan

masyarakat dalam menjangkau layanan dottorota juga mencakup wilayah

kepulauan dengan mempersiapkan perahu dottorota yang juga dilengkapi

alat medis.

Hal yang menjadi hambatan adalah masyarakat yang kurang

memahami bahwa pelayanan Dottorota adalah untuk situasi urgen, hal ini

didasarkan hasil wawancara dengan informan, petugas Home Care

Dottoro’ta yang mengemukakan bahwa :

“ada juga masyarakat yang tidak paham masa kita datang kalau Cuma flu berat harus diberikan pemahaman bahwa ini pelayanan untuk yang bersifat urgen stroke, atau lumpuh seketika, pinsan itu kita dapat segara kita lakukan kunjungan” (Hasil wawancara, tanggal, 27Agustus 2018)

Page 84: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa terdapat

masyarakat yang kurang memahami fungsi utama dari Dottorota yang tidak

melayani semua kendala kesehatan masyarakat dalam artian terbatas pada

pelayanan kesehatan yang bersifat urgen seperti stroke, atau lumpuh

seketika, dan pinsan.

Selanjutnya kendala yang ditemukan pada aspek akuntabilitas

dikemukakan dari hasil wawancara dengan informan Seksi Fasilitas

Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) dan Peningkatan Mutu, Dinas

Kesehatan Kota Makassar, mengemukakan bahwa:

“Dari jumlah dari mobil dottorotta terdapat 48 unit mobil, Dottoro’ta dilengkapi juga alat medis lainnya dan tabung oksigen. Kita juga dilengkapi dengan alat monitor kondisi pasien yang menghubungkan langsung ke dokter ahli sehingga dokter spesialis melakukan diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan EKG hanya persoalannya ini masih kurang armada dottorota masih perlu penambahan demikian juga dengan sumber daya manusia perlu dipersiapkan” (Hasil wawancara, tanggal, 28 Agustus 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

terdapat 48 unit mobil Dottorota namun jumlah tersebut dinilai masih minim

mengingat masyarakat yang mengunakan fasilitas Dottoro’ta mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2015 terdapat 2266 pasien yang dilayani

sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang sangat

signifikan yaitu 4685 pasien baik yang dirawat maupun yang dirujuk.

Sementara pada triwulan pertama tahun 2017 telah menyentuh angka 1720

pasien yang dilayani terhitung januari-maret. Angka tersebut diprediksi

akan meningkat melebih tahun sebelumnya. Oleh karena itu tambahan

Page 85: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

armada dan jumlah personel Dottorota perlu ditingkatkan dalam segi

kuantitas.

Selanjutnya hambatan dalam sisi transparansi menunjukkan akses

layanan sangat terbuka untuk masyarakat kota Makassar tanpa ada

perbedaan perlakuan, selain itu pertanggungjawaban dokttorota berfokus

pada pasien yang tiba-tiba pinsan, stroke, atau lumpuh seketika, begitu juga

untuk lansia namun masih diperlukan informasi yang lebih kreatif dengan

mensosilasikan pada masyarakat luas melalui sosial media, hal ini

dikemuakakan oleh informan petugas Home Care Dottoro’ta yang

mengemukakan bahwa :

“kita perlu memberikan informasi lagi lebih luas terkait pelayanan dottorota ini mungkin untuk jaman sekarang efektif di sosial media jadi lebih efektif dan efesien, selama ini masyarakat biasa meminta RT atau RW yang hubungi dottorota jadi kalau pakai aplikasi mungkin akan sangat memudahkan” (Hasil wawancara, tanggal, 27 Agustus 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

diperlukan informasi lebih luas kepada masyarakat terkait pelayanan

Dottorota melalui Sosial media dan penggunaan aplikasi akan lebih

memudahkan dilakukan pelayanan karena selama ini informasi pelayanan

yang diperoleh petugas kebanyakan dari RT dan RW.

Secara keseluruhan hambatan implementasi Layanan Home Care

(Dottoro’ta) di Kota Makassar menunjukkan kurangnya pengetahuan

sehingga layanan yang semestinya diperuntukkan bagi semua pihak tanpa

memandang status sosial menjadi sulit dijangkau bagi masyarakat yan

Page 86: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

termasuk dalam kategori miskin karena masalah pengetahuan yang miliki

minim tentang fungsi layanan Dottorota.

Terdapat masyarakat yang kurang memahami fungsi utama dari

Dottorota yang tidak melayani semua kendala kesehatan masyarakat

dalam artian terbatas pada pelayanan kesehatan yang bersifat urgen

seperti stroke, atau lumpuh seketika, dan pinsan. Terdapat 48 unit mobil

Dottorota namun jumlah tersebut dinilai masih minim mengingat

masyarakat yang mengunakan fasilitas Dottoro’ta mengalami peningkatan.

Oleh karena itu tambahan armada dan jumlah personel Dottorota perlu

ditingkatkan dalam segi kuantitas. Diperlukan informasi lebih luas kepada

masyarakat terkait pelayanan Dottorota melalui Sosial media dan

penggunaan aplikasi agar semakin memberikan kemudahan layanan

perkotaan yang memuaskan bagi masyarakat kota Makassar.Urban

Governance memiliki keterkaitan dengan pelayanan publik yang modern

memanfaatkan teknologi dan informasi digital berdasarkan

pandangan(Lange, 2010) dan Amri (2016), Selain itu model pelayanan yang

memanfaatkan teknologi dalam operasionalisasinya yaitu pelayanan yang

sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan,

dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir

untuk memberi pelayanan rumah merupakan ciri pelayanan urban yang

dikedepankan dalam hal pelayanan perkotaan yang kompleks.

Page 87: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Page 88: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

1. Secara keseluruhan pelaksanaan urban governance melalui layanan

Home Care Dottoro’ta terlaksana secara efektif hal ini didasarkan

pada hasil penelitian yang menunjukkan aspek keadilan (equity)

pelayanan diberikan pada semua kalangan tanpa melihat status

sosial yang dilayani serta layanan ini diberikan secara gratis, home

care Dottoro’ta juga telah menyentuh seluruh wilayah kota termasuk

kepulauan. Pada aspek akuntabilitas (accountability) menunjukkan

pengunaan anggaran yang tinggi pada program home care

(Dottoro’ta) didominasi pada pengadaan peralatan kesehatan yang

mesti dioptimalkan pemanfaatan sebagai pertanggungjawaban

program ini. Pada aspek transparansi (transparency) menunjukkan

akses layanan sangat terbuka bagi seluruh masyarakat kota

Makassar hal ini didukung peran TI dalam membuat akses terpusat

yang terintegrasi, sementara pada aspek keterlibatan masyarakat

(civic engagement) menunjukkan bahwa cakupan wilayah layanan

home care dottorota menyentuh seluruh titik wilayah di Kota

Makassar termasuk kepulauan yang bertujuan memperluas akses

keterlibatan masyarakat pada layanan kesehatan, hal ini juga

mendapat respon positif dari masyarakat meskipun memerlukan

dukungan sosialisasi terhadap fungsi layanan.

2. Hambatan dalam implementasi program Dottorota yaitu kurangnya

pengetahuan sehingga layanan yang semestinya diperuntukkan bagi

semua pihak tanpa memandang status sosial menjadi sulit dijangkau

Page 89: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

bagi masyarakat yan termasuk dalam kategori miskin karena

masalah pengetahuan yang miliki minim tentang fungsi layanan

Dottorota.Terdapat masyarakat yang kurang memahami fungsi

utama dari Dottorota yang tidak melayani semua kendala kesehatan

masyarakat dalam artian terbatas pada pelayanan kesehatan yang

bersifat urgen seperti stroke, atau lumpuh seketika, dan pinsan.

Terdapat 48 unit mobil Dottorota namun jumlah tersebut dinilai masih

minim mengingat masyarakat yang mengunakan fasilitas Dottoro’ta

mengalami peningkatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disarankan hal

sebagai berikut :

1. Diperlukan sosialisasi untuk program home care (Dottoro’ta) karena

berdasarkan hasil penelitian masih ada masyarakat yang kurang

memahami fungsi utama dari home care (Dottoro’ta)sehingga

permintaan layanan yang tidak sesuai oleh masyarakat dapat

diminimalisir.

2. Diperlukan persiapan penambahan armada Dottoro’ta mengingat

data yang disajikan pada hasil penelitian ini menunjukkan tiap tahun

pasien pengguna layanan Dottoro’ta semakin meningkat secara

signifikan oleh karena itu penambahan armada dan alat kesehatan

merupakan konsekuensi logis dari layanan ini.

Page 90: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

3. Home care (Dottoro’ta) perlu disosialisasikan pada sosial media

mengingat generasi muda saat ini sangat lekat dengan teknologi

sehingga akan sangat efektif bila informasi tentang home care

Dottoro’ta muda diakses publik melalui sosial media dengan

tampilan yang lebih menarik.

4. Diperlukan aplikasi layanan Dottorota yang dikelola pemerintah kota

masyarakat yang dapat diakses melalui play store agar

memudahkan layanan dapat diakses dengan mudah oleh

masyarakat Kota Makassar.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, K., Alam, A. S., & Rusli, A. M. 2012. Implementasi Kebijakan Tata

Ruang Tentang Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu di Kota

Makassar.Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia,

5(1), 37-46.

Page 91: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Amri, A. 2017. Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Dalam Menunjang Terwujudnya Makassar Sebagai “Smart

City”.KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(2), 431-445.

Anwar, 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,

Tinjauan Kritis. Bogor: P4W Press

Aziz, N. L. L., 2016. Peran Leadership dalam Pembangunan Kota

Berkelanjutan. Kolom-Pusat Penelitian Politik LIPI, 30 November, p.

1.

Brilhante, V., & Robertson, D. 2001. Metadata-supported automated

ecological modelling.Environmental information systems in industry

and public administration, 313-332.

Buhr, N. 2010. From Cash to Accrual and Domestic to International

Government Accounting Standard Setting in Last 30 Years – Sixth

Accounting History International Conference; Wellington.

Caragliu, A., Del Bo, C., & Nijkamp, P. 2009. Smart Cities in Europe (Vrije

Universiteit, Faculty of Economics and Business Administration).Cited

on, 8.

Devas, N. 2004.Urban Governance, Voice and Poverty in the Developing

World. London: Earthscan.

Devas, N., & Rakodi, C. 1993. Managing fast growing cities. In Managing

fast growing cities. Logman Scientific & Technical.

Diamond, T. 2009. Making gray gold: Narratives of nursing home care.

University of Chicago Press.

Fawahid, A., & Mashur, D. 2016. Manajemen Perkotaan (Studi Kasus

Penataan Drainase di Kota Pekanbaru).Jurnal Online Mahasiswa

(JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3(2), 1-13.

Page 92: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Fianstein. 1991. City Planning and Political Value. Journal of Urban Affairs

Quarterly, 2(3).

Harun, U. R. (2001). Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dalam Otonomi

Daerah. Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 17(2), 172-188.

Hood, Chrtistopher, 1991. A Public Management for All Season. Public

Administration, 69(1) pp.3-19.

Hyde, A. C., Ott, J. S., & Shafritz, J. M. 1991. Public management: The

essential readings. Lyceum Books/Nelson-Hall.

Irwan, Zoer’aini Djama. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan

Kota. Jakarta: Bumi Aksara.

Keban, Y. T. 2004. Enam dimensi strategis administrasi publik: konsep,

teori dan isu. Gava Media.

Khambali, I., & ST, M. 2017. Model Perencanaan Vegetasi Hutan Kota.

Penerbit Andi.

Lange, F. E. 2010. Urban governance: An essential determinant of city

decelopment.Publisher: World Vision Institute.

Latifa, N. 2013. Urban Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah.

Jakarta: LIPI.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi kedua. Unit

Penerbit dan Percetakan. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

YKPN.Yogyakarta.

Mahsyar, A.2015. Konstruksi Model Perilaku Pelayanan Street-Level

Birokrasi Pada Puskesmas di Kota Makassar. Prosiding: UNIMA-IAPA

International Seminar & Annual Conference.

Page 93: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Momeni, M. 2015. Role of urban management in spatial distribution of green

lands: a quantitative survey in Shiraz, Iran. Journal of Sustainable

Development, 8(1), 54.

Nazarudin, T. 2016. Perencanaan Kota Secara Komprehensif Berbasis

Hukum Integratif Menuju Pembangunan Kota Berkelanjutan

(Comprehensive Urban Planning Based On Integrative Law Towards

Sustainable Urban Development).Jurnal Cita Hukum, 3(2).

Nazarudin, Teuku. 2016. Perencanaan Kota Secara Komprehensif

Berbasis Hukum Integratif Menuju Pembangunan Kota Berkelanjutan

(Comprehensive Urban Planning Based On Integrative Law Towards

Sustainable Urban Development).Jurnal Cita Hukum 3.2 (2016).

Nurmandi, A. 2006. Manajemen perkotaan: aktor, organisasi, pengelolaan

daerah perkotaan dan metropolitan di Indonesia. Sinergi Pub.

Overman, E. Sam. 1984. Public Management: What's New and Different?:

275-278.

PSPPR UGM, Tim. 2016. Road Map Kota Yogyakarta Menuju Smart City.

Working Paper Psppr.

Putra, A., Usman, J., & Abdi, A. 2018. Inovasi Pelayanan Publik Bidang

Kesehatan Berbasis Home Care Di Kota Makassar. Kolaborasi: Jurnal

Administrasi Publik, 3(3), 294-309.

Rahardjo, Parino. 2012.Pendekatan Ekosistem dalam Pengembangan Kota

yang Berkelanjutan (Kasus Kota Jakarta). Prosiding: Universitas

Tarumanagara, Jurusan Perencanaan kota dan Realestat.

Restina, N. 2009. Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Dan Arahan

Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa

Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 94: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Rijal, S. 2008. Kebutuhan ruang terbuka hijau di kota Makassar tahun 2017.

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 3(1).

Saraswati, S. 2010. Kearifan Budaya Lokal Dalam Persfektif Teori

Perencanaan.Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA, 6(2).

Schaffers, Hans. 2010. Smart Cities and the Future Internet: Towards

Collaboration Models for Open and User Driven Innovation

Ecosystems, FIA Ghent, “Smart Cities and Future Internet

Experimentation, December 16th 2010.

Setiawan, Nugraha. 2005. Perubahan Konsep Perkotaan di Indonesia dan

Implikasinya terhadap Analisis Urbanisasi. Bandung: Universitas

Padjadjaran. Sumber: repository.unpad.ac.id

Setijawan, A. 2018. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Dalam

Perspektif Sosial Ekonomi. Jurnal Plano Earth, 3(1).

Setyobudi, Y. F. 2016. Peran Masyarakat Dalam Pelayanan Publik Sesuai

Dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik.Jurnal Dimensi, 2(1).

Slack, E., & Côté, A. 2014. Comparative urban governance. Future of cities:

working paper. July.

Strauss, A., & Corbin, J. 2003. Dasar-dasar penelitian kualitatif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R & B, Bandung:

Alfabeta

Suradi, S., & Setiawan, B. 2015. Efisiensi Pemanfaatan Lahan Perkotaan

Melalui Pengembangan Pengisian Di Yogyakarta (Urban Land Use

Efficiency Through Infill Housing Development In Yogyakarta).Jurnal

Manusia dan Lingkungan, 11(1), 1-11.

Page 95: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE

Suriandjo, H. S. 2016. Kajian Model Penataan Muara Sungai Perkotaan

Berbasis Mitigasi Bencana. Studi Kasus Muara Sungai Ranoyapo

Kota Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. SPASIAL, 3(1), 124-

132.

Surtiani, E. E. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya

kawasan permukiman kumuh di kawasan pusat kota (studi kasus:

kawasan pancuran, salatiga). Doctoral dissertation, program

Pascasarjana: Universitas Diponegoro.

Sutiyoso, B. U. 2017. Analisis Kebijakan Prinsip Governance dan Aktor

Melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Perencanaan

Kota.Spirit Publik, 12(1), 45-56.

Sutiyoso, B. U. 2017. Analisis Kebijakan Prinsip Governance dan Aktor

Melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Perencanaan Kota.

Spirit Publik, 12(1), 45-56.

Tahir, M. M. 2015. Good Urban Governance: Peran Pemerintah dalam

Pembangunan Wilayah Kecamatan di Kota

Makassar.GOVERNMENT: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 8(1), 9-16.

Tahir, M.M. 2015. Inovasi Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program

Smart Card di Kota Makassar. Conference: Prosiding Seminar

Nasional Call For Paper "Refleksi Pencapaian Reformasi Birokrasi di

Indonesia. At: Bandung, Volume: 1.

UN-HABITAT. 2015. United Nations Human Settlements Programme, Nairobi.

Page 96: URBAN GOVERNANCE MELALUI LAYANAN HOME CARE