urban sprawl-purwokerto

29
ANALISIS SPASIAL FENOMENA URBAN SPRAWL DI KOTA PURWOKERTO Kelompok: 1. Marizha Ayu J 2. Meytria Putra 3. Muh.

Upload: jatmaningtyas-risa

Post on 25-Jul-2015

503 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urban Sprawl-Purwokerto

ANALISIS SPASIAL FENOMENA URBAN SPRAWL DI KOTA PURWOKERTO

Kelompok:

1. Marizha Ayu J

2. Meytria Putra

3. Muh. Rosyid N.A

Page 2: Urban Sprawl-Purwokerto

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Kota Purwokerto merupakan salah satu kota yang berkembang di Jawa

bagian tengah. Perkembangan kota ini tidak lepas dari posisinya sebagai

ibukota Kabupaten Banyumas. Kedudukannya sebagai pusat pemerintahan

sekaligus mendukung perkembangan sentra perdagangan dan industri.

Kota Purwokerto saat ini menjadi pusat pertumbuhan sentra-sentra

perekonomian di Kabupaten Banyumas. Pusat-pusat pemerintahan,

perkantoran, pendidikan, perbankan, kantong-kantong bisnis baik

perdagangan, industri maupun usaha jasa tumbuh dan berkembang menjadi

daya tarik arus perpindahan penduduk. Mereka yang datang dan terus

memadati Kota Purwokerto tidak saja berasal dari daerah-daerah pinggiran di

wilayah Kabupaten Banyumas, tetapi juga dari luar daerah. Hal ini di satu sisi

mendatangkan keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan Kota

Purwokerto, tetapi di sisi lain menyisakan masalah-masalah kependudukan

seperti semakin padatnya kawasan permukiman dan pencemaran lingkungan.

Pertambahan jumlah penduduk secara langsung berpengaruh terhadap

pemanfaatan lahan Kota Purwokerto yang saat ini didominasi oleh

permukiman. Perkembangan permukiman di sentral kota menjadikan wilayah

ini jenuh permukiman sehingga nilainya sebagai wilayah layak huni memilih

untuk menghuni daerah pinggiran kota karena kemampuan mereka untuk

mengakses berbagai fasilitas di pusat kota. Perlahan, daerah pinggiran pun

kemudian berbenah diri menyediakan fasilitas untuk pendatang. Seiring

berjalannya waktu, daerah penggiran berkembang menjadi pusat-pusat

pertumbuhan dan mampu menyukupi kebutuhan masyarakatnya. Akibatnya

muncul fenomena yang disebut dengan urban sprawl atau pemekaran kota.

Perkembangan Kota Purwokerto pun menjadi menarik untuk dikaji.

Bagaimana pola yang terbentuk, bagaiman proses perubahannya, bagaimana

kecenderungannya dan apa faktor pendorongnya menjadi pokok bahasan

utama dalam makalah ini.

Page 3: Urban Sprawl-Purwokerto

b. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola keruangan Kota Purwokerto?

2. Bagaimana struktur keruangan Kota Purwokerto?

3. Bagaimana proses keruangan Kota Purwokerto?

4. Bagaimana interaksi keruangan yang terjadi?

5. Bagaimana kecenderungan keruangan yang terbentuk?

c. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan pola keruangan Kota Purwokerto

2. Mendeskripsikan struktur keruangan Kota Purwokerto

3. Mendeskripsikan proses keruangan Kota Purwokerto

4. Mendeskripsikan interaksi keruangan yang terjadi di Kota Purwokerto

5. Mendeskripsikan kecenderungan keruangan yang terbentuk di Kota

Purwokerto

 

Page 4: Urban Sprawl-Purwokerto

KAJIAN TEORI

a. Definisi Urban Sprawl

Menurut definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Urban

didefinisikan sebagai sebuah kota, sedangkan kata Sprawl diartikan sebagai

pergi, datang, atau tersebar secara irregular (acak). Urban sprawl atau urban

terkapar, dikenal sebagai peristiwa maupun fenomena terjadinya pemekaran

kota yang secara acak, tidak terstruktur, tanpa diawali dengan sebuah rencana.

Yaitu merupakan bentuk pertambahan luas kota secara fisik, seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk dan semakin tingginya arus urbanisasi.

Peristiwa pertumbuhan keluar area kota inipun semakin meluas, hingga

mencapai area perdesaan, yaitu area yang awalnya memiliki jumlah populasi

yang lebih rendah dibanding kota.

Fenomena Urban sprawl terjadi saat suatu kota sedang mengalami

pertumbuhan, seiring dengan semakin bertambahnya jumlah populasi

penduduk dan jumlah area lahan secara acak. Fenomena Urban sprawl ini

memiliki dampak yang positif, yaitu menjadikan rumah berkualitas dengan

harga yang terjangkau bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Namun,

fenomena ini ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi

komunitas di sekitarnya. Banyak masalah perkotaan yang muncul baru-baru

ini, akibat adanya pemekaran wilayah keluar area kota.

Beberapa contoh yang fenomena Urban sprawl yang dapat kita tinjau

adalah kawasan metropolitan Detabek, Depok-Tangerang-Bekasi dan yang

terjadi di Amerika Serikat belakangan ini. Depok, Tangerang dan Bekasi

sebenarnya merupakan daerah sprawl dari Metropolitan Jakarta. Mahalnya

harga pertanahan di pusat kota, dan daerah perkotaan menjadi faktor utama

yang menyebabkan banyak dari penduduk yang Jakarta berinisiatif untuk

mencari lahan di pinggiran kota. Sama halnya dengan yang terjadi di Amerika

Serikat, Sebelum tahun 1945, masyarakat Amerika hidup di lingkungan yang

aman dan nyaman. Masyarakat tinggal di lingkungan perumahan yang biasa

disebut sebagai Garden City Model (model kota taman) yang diperkenalkan

Page 5: Urban Sprawl-Purwokerto

oleh Ebenezer Howard. Kota kecil seperti ini mempunyai filosofi

mengkombinasikan berbagai fungsi penunjang kehidupan untuk masyarakat

dengan beragam penghasilan serta kemudahan untuk menjangkau fasilitas-

fasilitas tersebut, yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki (walkable). Akan

tetapi setelah perang dunia ke dua, mulai dibangun mall, pusat pertokoan,

jalan bebas hambatan (highway) dan infrastruktur yang jangkauannya harus

ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor (automobilecentris). Hal

ini telah mendorong perkembangan perkotaaan yang melebar dan tidak

terkendali (urban sprawl) yang terjadi sampai saat ini. Hal ini menyebabkan

institusionalisasi daerah-daerah sprawl (sebaran) menjadi daerah administrasi

definitif. Kota diarahkan untuk meminimimalisir ketertinggalan pembangunan

daerah-daerah sprawl. Pembangunan kawasan permukiman baru dan kawasan

fungsi lainnya oleh developer dipinggiran kota termasuk dalam rangka

meningkatkan kualitas fisik sprawl.

b. Pola Perkembangan Fisik Kota

Perkembangan-perkembangan ini dapat Umumnya proses perkembangan

fisik kota (urban sprawl), membentuk pola-pola perkembangan ruang

diantaranya adalah:

1. Pola perkembangan fisik kota yang bersifat konsentris (concentric

development/low density continous development).

Merupakan jenis perkembangan fisik kekotaan yang paling lambat

dimana perkembangan berjalan perlahan-lahan terbatas pada semua

bagian-bagian luar kenampakan fisik kekotaan. Karena sifat

perkembangannya yang merata di seluruh bagian luar kenampakan kota

yang telah ada, maka tahap berikutnya adalah akan membentuk suatu

kenampakan morfologi kota yang relatif kompak. Pada pola

perkembangan ini terlihat bahwa peranan jalur transportasi terhadap

perkembangannya tidak terlalu nampak.

Page 6: Urban Sprawl-Purwokerto

2. Pola perkembangan memanjang (ribbon development/lineair

development/axial development).

Pola ini menunjukkan keadaan yang tidak merata perkembangan

areal kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar dari daerah inti kota.

Perkembangan paling cepat terjadi di sepanjang jalur transportasi,

khususnya yang bersifat menjari (radial) dari inti kota.

Daerah di sepanjang jalur transportasi mendapatkan tekanan paling

berat dari proses perkembangan ini. Melambungnya harga lahan pada

kawasan demikian semakin menggoda para pemilik lahan pertanian.

Makin cepatnya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan bukan

pertanian, meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya aktivitas di luar

pertanian, semakin padatnya bangunan semakin memperbesar gangguan

terhadap sektor pertanian yang ada di pinggiran kota, sehingga mendorong

petani untuk meninggalkan aktivitas pertaniannya dan menjual lahan yang

dimilikinya. Bagi masyarakat petani, hasil penjualan lahan ini kemudian

diinvestasikan kembali pada lahan yang lebih jauh dari kota sehingga akan

memperoleh lahan pertanian yang lebih luas.

3. Pola perkembangan fisik kota lompatan katak (leap frog development /

checkerboard development).

Pola perkembangan fisik kota jenis ini dinilai paling tidak efisien

dan merugikan dari segi ekonomi dan tidak memiliki unsurestetika serta

tidak menarik. Perkembangan lahan kekotaannya terjadi berpencaran

secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian. Keadaan ini

sangat menyulitkan pemerintah kota sebagai administrator dalam

menyediakan sarana dan prasaran pendukung yang lain, karena akan

memerlukan pembiayaan yang lebih tinggi Pembiayaan untuk

pembangunan jaringan listrik, air bersih dan sarana lainnya sangat tidak

sebanding dengan yang dilayani, jika dibandingkan dengan daerah

perkotaan yang kompak. Jenis perkembangan ini akan cepat menimbulkan

dampak negatif pada sektor pertanian pada wilayah yang luas, sehingga

Page 7: Urban Sprawl-Purwokerto

akan menurunkan produktivitasnya. Di samping beberapa faktor-faktor

pendorong yang telahdisebutkan di atas, kegiatan spekulasi lahan pada

daerah-daerah yang belum terbangun sangat mencolok sekali adanya.

c. Penyebab Terjadinya Urban Sprawl

Urban sprawl adalah suatu proses perluasan kegiatan perkotaan ke

wilayah pinggiran yang melimpah, dengan kata lain terjadi proses

pengembangan kenampakan fisik suatu perkotaan ke arah luar. Lebih jauh

lagi, definisi dari urban sprawl adalah suatu proses perubahan fungsi dari

wilayah yang bernama perdesaan menjadi wilayah perkotaan. Perdesaan yang

selama ini dianggap sebagai penyokong kehidupan perkotaan, yang membantu

kota dalam pemenuhan kebutuhannya terutama dalam bidang pertanian,

budidaya, kawasan lindung dan non-industri, justru mengalami kenaikan

tingkat fungsi guna lahan, menjadi kawasan permukiman padat penduduk,

bahkan kawasan industri. Urban sprawl merupakan salah satu bentuk

perkembangan kota yang dilihat dari segi fisik seperti bertambahnya gedung

secara vertikal maupun horisontal, bertambahnya jalan, tempat parkir, maupun

saluran drainase kota.

Banyak alasan yang mendasari terjadinya fenomena urban sprawl ini.

Mulai dari perilaku masyarakat yang lebih memilih untuk bermukim diarea

pinggiran kota, asumsi harga lahan yang lebih murah dan terjangkau serta

kondisi udara yang masih sehat, belum banyak tercemari seperti pusat kota.

Selain itu alasan yang juga menyebabkan masyarakat memilih tinggal diarea

pinggiran kota adalah karena belum terlalu padat penduduk yang ada disana,

jika dibandingkan dengan kawasan perkotaan, Ditambah karena memiliki

akses yang dekat untuk menuju ke pusat kota.

Seiring berjalannya waktu, dengan semakin meningkatnya pendapatan

mereka, penduduk yang semula menyewa rumah diarea perkotaan karena

ingin dekat dengan tempat dimana mereka bekerja, sebagian besar/ mayoritas

memilih untuk tinggal di luar kota (pinggiran kota) agar dapat  memiliki

rumah tinggal sendiri. Walaupun pada sebagian penduduk yang

Page 8: Urban Sprawl-Purwokerto

berpenghasilan rendah dengan terpaksa menempati rumah tinggal yang sempit

dan kumuh, asalkan rumah tersebut miliknya sendiri. Sehingga biaya sewa

rumah tidak lagi menjadi beban bagi anggaran rutin mereka.

Karena tidak terlalu dekatnya tempat tinggal mereka dengan lokasi

dimana mereka bekerja, masyarakat di pinggiran kota yang lebih cenderung

menggunakan moda kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil pribadi

untuk menuju lokasi kegiatan mereka yang lebih terkonsentrasi di pusat kota.

Sedangkan banyaknya angkutan umum bermotor seperti bus, oplet dan taxi

dapat mengindikasikan terjadinya fenomena urban sprawl ini. Dimana salah

satu alasannya adalah pembuktian bahwa belum memadainya tingkat

pelayanan fasilitas bagi masyarakat pinggiran kota, dalam hal ini adalah

angkutan umum. Kurangnya pelayanan transportasi (angkutan umum) bagi

masyarakat di pinggiran kota untuk menuju pusat kota jika dibandingkan

dengan di pusat kota, sehingga gejala ini menjadikan angkutan umum seolah-

olah disediakan hanya bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi

(captive people). Selain perilaku masyarakat mengenai kepemilikan tanah dan

transportasi, peran pemerintahpun ternyata juga turut mengambil andil dalam

keberadaan fenomena Urban sprawl ini. Keberadaan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) diyakini masih belum dapat diimplementasikan dalam

mencapai tata ruang yang pro-lingkungan. Terlalu banyak kepentingan sosial

ekonomi yang ingin dilaksanakan oleh pemerintah setempat, sehingga pada

kenyataannya mempengaruhi pelaksanaan RTRW. Hal ini diyakini dapat

menyebabkan fungsi lingkungan terabaikan. Rencana awal yang disusun

masih baik dalam teori konsep, tetapi karena tidak dapat diimplementasikan

maka keberadaannya tidak mampu memformat kota agar dapat terkendali

sesuai rencana. Sehingga pemekaran wilayahpun menjadi tidak terstruktur,

tidak sesuai dengan rencana awal pembangunan wilayah tersebut.

Page 9: Urban Sprawl-Purwokerto

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pola Keruangan Kota Purwokerto

Urban Sprawl di Kota Purwokerto merupakan salah satu

fenomena geosfer yang jika ditinjau dari ekspresi keruangan merupakan

gejala fisik budayawi (physico-artificial phenomena), sedangkan jika

ditinjau dari proses terbentuknya merupakan gejala buatan

manusia.nalisismengenai pola keruanagn membutuhkan visualisasi obyek

yang akan dikaji, dalam hal ini visualisasi obyek menggunakan citra

Google Earth wilayah Purwokerto.

Untuk dapat mengkaji pola keruangan Kota Purwokerto, dilakukan

melalui tahapan sebagai berikut.

1) Mengabstrasksi Obyek Kajian

Dalam tahap ini, abstraksi obyek kajian diperoleh melalui deliniasi

penggunaan lahan permukiman pada citra yang sebelumnya sudah

diunduh. Kota Purwokerto terbagi menjadi 4 Kecamatan yakni

Kecamatan Purwokerto Utara, Kacamatan Purwokerto Timur,

Kecamatan Purwokerto Selatan dan Kecamatan Purwokerto Barat.

Gambar 1. Purwokerto bagian utara tahun 2003 (kiri) dan tahun 2011 (kanan)

Page 10: Urban Sprawl-Purwokerto

Gambar 2 . Purwokerto bagian timur tahun 2003 (kiri) dan tahun 2011 (kanan)

Gambar 3 . Purwokerto bagian selatan tahun 2003 (kiri) dan tahun 2011 (kanan)

Gambar 4 . Purwokerto bagian barat tahun 2003 (kiri) dan tahun 2011 (kanan)

Page 11: Urban Sprawl-Purwokerto

2) Mengklasifikasikan Sebaran Permukiman

Dari abstraksi permukiman di Kota Purwokerto dapat diketahui

bahwa secara umum, perkembangan kota perwokerto bermula dari

tengah kota kemudian menyebar dengan proporsi kekuatan yang

seimbang antara wilayah timur, selatan dan barat, serta lebih menonjol

perkembangannya di bagaian utara. Hal ini nampak dari permukiman

yang dari tahun ke tahun mengalami penambahan kuantitas.

Perkembangan Kota Purwokerto sendiri menghasilkan pola yang

tidak teratur. Permukiman berkembang mengikuti garis, namun

kemudian kumpulan ini semakin berkelompok dan membentuk

kelompok – kelompok permukiman baru. Sehingga dapat dikatakan

bahwa pola yang terbentuk adalah pola sebaran garis mengelompok.

Secara umum, perkembangan Kota Purwokerto memiliki pola

ribbon development/lineair development/axial development. Pola ini

menunjukkan keadaan yang tidak merata perkembangan areal kekotaan

di semua bagian sisi-sisi luar dari daerah inti kota. Perkembangan

paling cepat terjadi di sepanjang jalur transportasi, khususnya yang

bersifat menjari (radial) dari inti kota. Daerah di sepanjang jalur

transportasi mendapatkan tekanan paling berat dari proses

perkembangan ini. Melambungnya harga lahan pada kawasan

demikian semakin menggoda para pemilik lahan pertanian. Makin

cepatnya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan bukan

pertanian, meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya aktivitas di

luar pertanian, semakin padatnya bangunan semakin memperbesar

gangguan terhadap sektor pertanian yang ada di pinggiran kota,

sehingga mendorong petani untuk meninggalkan aktivitas pertaniannya

dan menjual lahan yang dimilikinya.

Dari hasil pengamatan citra time series dapat diketahui bahwa

secara umum, Kota Purwoketrto mengalami pemadatan dari segi

permukiman. Sedangkan untuk alih fungsi lahan yang terjadi adalah

Page 12: Urban Sprawl-Purwokerto

adanya perubahan lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Bangunan

ini rata-rata berupa perumahan dan bangunan besar seperti pabrik.

3) Menjawab Pertanyaan Geografis

Pola perkembangan permukiman di Kota Purwokerto yang

cenderung mengikuti jalur transportasi disebabkan oleh tingginya

mobilitas manusia baik masuk maupun keluar kota Purwokerto. Selain

itu, kota ini merupakan jalur alternatif menuju Jawa Barat dan Cilacap.

Perkembangan kota yang semakin padat nampak di bagian utara

dimana jalur ini merupakan jalur transportasi alternatif menuju Jawa

Barat dan Jakarta. Pemadatan permukiman pada wilayah utara

disebabkan oleh berkembangnya pusat – pusat perdagangan.

Perkembangan permukiman di bagian utara juga dilatarbelakangi

oleh ketersediaan air tanah pada wilayah ini yang melimpah. Namun,

keberadaan permukiman ini kemudian memberikan ancaman berupa

penurunan muka air tanah sehingga memungkinkan kerusakan

lingkungan.

2. Struktur Keruangan Kota Purwokerto

Struktur keruangan adalah susunan keruangan suatu fenomena

geosfer pada suatu wilayah tertentu. Dalam melakukan analisis mengenai

pola permukiman, maka subyek kajian struktur ruang kali ini adalah

bentuk pemanfaatan lahan Kota Purwokerto.

Dari citra hasil perekaman tahun 2011, diketahui bahwa berdasrkan

pemanfaatan lahannya, Kota Purwokerto tersusun dari 3 penggunaan lahan

utama yakni permukiman, kebun/perkebunan dan sawah. Pada bagian

tengah kota, hampir 100 % pemanfaatan lahan berupa permukiman.

Sedangkan pada daerah pinggir kota masih nampak pemanfaatan lahan

untuk kegiatan agraris.

Page 13: Urban Sprawl-Purwokerto

Di Ko

3. Proses Keruangan Kota Purwokerto

Proses keruangan yang terjadi di Purwokerto akan dijelaskan pada

dua Kecamatan yaitu Kecamatan Purwokerto Utara dan Kecamatan

Purwokerto Selatan. Pada Purwokerto Utara, prosesnya dapat diamati

dalam citra berikut ini.

Gambar 5 . Arah Perkembangan Kota Purwokerto dalam rekaman citra tahun 2011

Gambar 6 . Proses Keruangan Kota Purwokerto bagian utara

Page 14: Urban Sprawl-Purwokerto

Kota Purwokerto bagian utara selama 8 tahun (2003-2011) telah

mengalami berbagai perkembangan. Perkembangan yang paling dominan

dan teramati secara jelas adalah pemadatan permukiman. Pemadatan

permukiman ini terjadi sedikitnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1) Purwokerto bagian utara hingga Baturaden merupakan wilayah yang

memiliki potensi air tanah yang tinggi. Hal ini berbeda dengan

Purwokerto bagian Selatan yang berpotensi lebih rendah.

2) Bagian utara merupakan jalur alternatif untuk menuju Jawa Barat dan

Jakarta. Perkembangan permukimannya pun mengikuti jalur

transportasi. Selain itu, perkembangan permukimannya cenderung ke

arah perdagangan dan bisnis.

Proses keruangan yang terjadi di Purwokerto bagian selatan hampir

sama dengan bagian utara yaitu berupa pemadatan. Namun, luasan

permukiman pun nampak berubah secara signifikan. Jika diamati dengan

cermat, wilayah bagian selatan ini banyak dibangun perumahan dan

bangunan-bangunan besar seperti pabrik.

Perkembangan Purwokerto bagian selatan ini tidak lepas dari

kebijakan pemerintah kota sendiri untuk mengarahkan pemekaran ke arah

selatan. Perkembangan ke arah utara dikhawatirkan akan merusak

Gambar 7 . Proses Keruangan Kota Purwokerto bagian selatan

Page 15: Urban Sprawl-Purwokerto

lingkungan akibat pengambilan air tanah yang berlebih sehingga dapat

mencemari lingkungan.

Pengembangan kawasan Purwokerto bagian selatan diarahkan

untuk mewujudkan daerah ini menjadi Kota Mandiri dimana sumber-

sumber kehidupan masyarakat utama tersedia, kota dimana didalamnya

akan berkembang pusat-pusat kegiatan baru bagi masyarakat. Konsep

pengembangan kota yang direncanakan untuk wilayah selatan, menurut

adalah kota yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu pengembangan

kawasan industri akan diarahkan pada industri-industri non-polutan

misalnya industri pengepakkan, elektronika dan industri berbahan baku

lokal. Secara lebih detail, kondisi existing Purwokerto bagian selatan yang

saat ini diantaranya berupa kawasan pemukiman, kawasan lahan pertanian

basah (sawah), kawasan pertanian kering (kebun dan tegalan) dan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) akan dikembangkan menjadi kawasan-kawasan

pemukiman sehat, pusat perdagangan dan jasa serta kawasan industri non-

polutan.

Sejalan dengan itu, berbagai infrastruktur mulai dibangun. Seperti

dilakukan pekerjaan perbaikan ruas jalan Gunung Tugel sepanjang 4.929

meter, mulai Karang Klesem Kecamatan Purwokerto Selatan sampai Desa

Pegalongan Kecamatan Patikraja. Mengenai peningkatan infrastruktur

lainnya, khususnya untuk menyuplai kebutuhan air bersih bagi

masyarakat, PDAM Kabupaten Banyumas berencana akan membangun

instalasi air bersih dengan memanfaatkan air Sungai Serayu. Karena

wilayah Gunung Tugel dan sekitarnya lebih tinggi, maka air Serayu akan

ditarik dan diangkat agar bisa disalurkan ke daerah ini. Saat ini

menurutnya PDAM telah menyiapkan lahan untuk pembangunan instalasi

tersebut. Kemudian mengenai fasilitas pengelolaan sampah, TPA Gunung

Tugel dipastikan akan segera dipindahkan ke tempat yang lebih luas dan

memadai di Kaliori, Kecamatan Kalibagor.

Page 16: Urban Sprawl-Purwokerto

4. Interaksi Keruangan yang Terjadi di Kota Purwokerto

Interaksi keruangan yang terjadi di Purwokerto merupakan bentuk

solid interaction jika dilihat dari hierarki keruangan berupa pusat

pertumbuhan dan daerah pinggiran. Daerah pinggiran yang masih

memiliki aktivitas pertanian menjadi penyuplai sumberdaya pertanian di

pusat Kota Purwokerto.

Selain itu, kebutuhan tanaga kerja untuk bekerja di sektor industri,

jasa, dan perdagangan di pusat Kota Purwokerto terpenuhi dari daerah

pinggiran ini. Interaksi ini kemudian menimbulkan hubungan timbal balik

yang saling menguntungkan antara pusat dan pinggiran. Dengan adanya

arus ulang alik ini, jalur transportasi yang menghubungkan wilayah pusat

dan pinggiran semakin memadai. Akses masyarakat pinggiran terhadap

berbagai fasilitas di kota pun menjadi semakin mudah.

5. Kecenderungan Keruangan yang Terbentuk di Kota Purwokerto

Kajian mengenai kecenderungan keruangan pada akhirnya

berfungsi untuk menjawab dua hal, yaitu:

1. Arah Perubahan Ruang.

Arah perubahan ruang di Kota Purwokerto relatif seimbang antara

bagian utara dan selatan. Hal ini dikerenakan sebelumnya arah

perkembangan ke utara yang cenderung lebih dominan telah ditekan

oleh pemerintah sehingga arah selatan pun mengimbangi

perkembangannya

Sedangkan, untuk wilayah barat timur juga terjadi perkembangan

walaupun tidak terlalu signifikan. Yang nampak jelas dari

perkembangannya adalah pemadatan permukiman.

2. Kecenderungan dampak yang ditimbulkan

Tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena urban sprawl membawa

dampak negatif, dianatranya:

Page 17: Urban Sprawl-Purwokerto

1) Semakin berkurangnya lahan subur untuk pertanian dan lahan sebagai

habitat bagi makhluk hidup, selain manusia.

Para petani terkadang lebih memilih untuk menjual sawah mereka

untuk pengembangan perumahan oleh stakeholders dan meningkatkan

persediaan keuangan mereka untuk simpanan dihari tua. Sedangkan

kawasan lindung, yang seharusnya memiliki peran untuk melindungi

kawasan, serta habitat yang ada didalamnya, keberadaannya juga semakin

menyempit karena mengalami perubahan guna lahan, yang dimanfaatkan

untuk  pembangunan gedung dan perumahan untuk kepentingan manusia.

2) Morfologi kota yang semakin tidak teratur

Akibat terjadinya pemekaran kota keluar area yang tidak diawali

dengan rencana mengakibatkan morfologi kota menjadi tidak teratur.

Terjadi banyak perubahan penggunaan lahan dikawasan yang terkena

urban sprawl tersebut, Kondisi existing tidak lagi sesuai dengan rencana

awal guna lahan yang tercantum pada Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW). Para stakeholders umumnya akan berasumsi bahwa nilai guna

ekonomis suatu lahan akan semakin meningkat jika lahan tersebut

dijadikan sebagai perumahan, bahkan area komersil yang tentunya akan

menguntungkan bagi mereka.

3) Meningkatnya biaya pajak lokasi kawasan permukiman yang semakin

meluas dan menjauh, terpisah dari pusat kota, menyebabkan biaya dari

penyediaan dan pelayanan fasilitas dan infrastruktur yang semakin mahal

karena ongkos kirimnya yang lebih mahal. Sehingga pemerintah lokalpun

membutuhkan biaya yang ekstra untuk memperluas jaringan pelayanan

yang kemudian meningkatkan harga wajib pajak bagi masyarakat

setempat.

4) Meningkatnya tingkat polusi pada tanah, air dan udara serta meningkatnya

konsumsi energi oleh manusia. Semakin banyaknya penduduk yang

tinggal disuatu wilayah maka semakin banyak sumber daya yang

dibutuhkan dari alam untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Semakin

banyak juga pengeluaran/ sisa buangan dari proses pengolahannya. Sesuai

Page 18: Urban Sprawl-Purwokerto

dengan fungsi alam yang sebenarnya, yaitu sebagai penyedia sumber daya

sekaligus sebagai tempat penampungan/ limbah yang dihasilkan dari

kegiatan manusia tersebut.

5) Terjadinya kesenjangan sosial.

Karena adanya kawasan kumuh (slum). Daerah slum / slums adalah

daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang terfapat di kota atau

perkotaan. Daerah slum umumnya dihuni oleh orang-orang yang memiliki

penghasilan sangat rendah, terbelakang, pendidikan rendah, jorok, dan lain

sebagainya. dan permukiman liar (squatter settlement).

Selain memberikan dampak negatif, urban sprawl juga memiliki

dampak positif diantaranya:

1) Bertambahnya jumlah penduduk yang akan meningkatkan kepadatan

penduduk di wilayah tersebut. Hal ini menambah jumlah sumberdaya

manusia di suatu wilayah.

2) Semakin berkembangnya wilayah disekitar kota yang terkena dampak,

baik perdesaan maupun perkotaan. Karena akibat  semakin banyak

penduduk yang bermukim disana, semakin banyak aktivitas yang terjadi

yang akan meningkatkan perekonomian wilayah.

3) Bertambahnya infrastruktur diwilayah yang terkena dampak, sebagai

supply dari pemerintah setempat akan kebutuhan masyarakatnya.

Page 19: Urban Sprawl-Purwokerto

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1) Pola keruangan Kota Purwokerto Pola perkembangan permukiman di Kota

Purwokerto yang cenderung mengikuti jalur transportasi disebabkan oleh

tingginya mobilitas manusia baik masuk maupun keluar kota Purwokerto.

Selain itu, kota ini merupakan jalur alternatif menuju Jawa Barat dan

Cilacap.

2) Struktur keruangan Kota Purwokerto Dari citra hasil perekaman tahun

2011, diketahui bahwa berdasrkan pemanfaatan lahannya, Kota

Purwokerto tersusun dari 3 penggunaan lahan utama yakni permukiman,

kebun/perkebunan dan sawah. Pada bagian tengah kota, hampir 100 %

pemanfaatan lahan berupa permukiman. Sedangkan pada daerah pinggir

kota masih nampak pemanfaatan lahan untuk kegiatan agraris.

3) Proses keruangan Kota Purwokerto secara umum meliputi pemadatan dan

penambahan luas permukiman

4) Interaksi keruangan yang terjadi di Kota Purwokerto solid interactions

5) Kkecenderungan keruangan yang terbentuk di Kota Purwokerto

menimbulkan dampak positif dan negatif

Page 20: Urban Sprawl-Purwokerto

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id diakses pada 22 Juni 2012

http://www.penataanruang.net diakses pada 22 Juni 2012

http://repository.ipb.ac.id diakses pada 22 Juni 2012

http://wartawarga.gunadarma.ac.id diakses pada 22 Juni 2012

http://iplbi.or.id diakses pada 22 Juni 2012