hipertensi

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi dideritaolehhampir semua golongan masyarakat diseluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah, terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, dan Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%. Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya hipertensi (underdiagnosed condition).Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya sehingga hipertensi disebut sebagai silent killer. Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi “krisis hipertensi” dan

Upload: irfan-tarigan

Post on 29-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sddsf

TRANSCRIPT

Page 1: hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dideritaolehhampir semua

golongan masyarakat diseluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita

hipertensi terus bertambah, terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa

Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%,

Singapura 24,9%, dan Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi

berkisar 6-15%.

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis

adanya hipertensi (underdiagnosed condition).Hal ini disebabkan tidak adanya

gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi.

Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti

jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata,

serta organ tubuh lainnya sehingga hipertensi disebut sebagai silent killer.

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh

kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita

hipertensi berlanjut menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia

sekitar 30-70 tahun. Namun, krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita

dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.Pengobatan yang

baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi maupun komplikasi

lainnya menjadi kurang dari 1%.

B. Tujuan

Penulisan referat ini bertujuan untuk lebih memahami tentang

hipertensi dan penatalaksanaannya.

Page 2: hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri.Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut

sebagai hipertensi esensial.Menurut The Seventh of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi

menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi

derajat 2.

Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan

Darah

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120-139 atau 80-90

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan

darah menjadi hipertensi, yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg

sepanjang hidupnya memiliki 2 kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami

penyakit kardiovaskuler daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.

Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >

140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya

penyakit kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.

Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75

mmHg, meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.

Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan

independen dari faktor risiko lainnya.

2

Page 3: hipertensi

B. Epidemiologi

Data epidemiologimenunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi

usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga

bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi

sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia

> 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus

meningkat dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola

kurva mendatar) dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34%

dari seluruh pasien hipertensi.

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal

dari negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination

Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden

hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-

65 juta orang hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data

NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari

seluruh kasus hipertensi.

C. Patofisiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:

Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum

diketahui penyebabnya (terdapat ± 90 % dari seluruh hipertensi).

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat

dari adanya penyakit lain.

3

Page 4: hipertensi

Adapun patofisiologi hipertensi berdasarkan etiologinya yaitu:

1. Hipertensi primer atau esensial

Peningkatan curah jantung (volume sekuncup x frekuensi denyut jantung)

dan peningkatan resistensi perifer total (TPR). Dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Hipertensi hiperdinamik

Penyebab 1:

↑ frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel

↑ aliran balik vena

↑ volume sekuncup (mekanisme Frank-Starling)

HIPERTENSI

Penyebab 2:

↑ aktivitas simpatis (dari SSP) atau ↑ respon terhadap katekolamin

↑ curah jantung

HIPERTENSI

b. Hipertensi resistensi

Penyebab:

- ↑ aktivitas simpatis

- ↑ respon terhadap katekolamin

- ↑ konsentrasi angiotensin II vasokonstriksi perifer

- mekanisme autoregulasi (arteriol)

- hipertrofi otot vasokonstriktor ↓

- ↑ viskositas darah (↑ hematokrit) → HIPERTENSI

HIPERTENSI → kerusakan vaskuler → ↑ TPR → HIPERTENSI

MENETAP

4

Page 5: hipertensi

2. Hipertensi sekunder

Dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Hipertensi renal

stenosis arteri renalis atau penyempitan arteriol dan kapiler ginjal

iskemik ginjal

pelepasan renin dari ginjal

renin tumor

angiotensinogen → angiotensin I

↓ ACE

angiotensin II (oktapeptida)

lepaskan aldosteron vasokontriktor berat

dari korteks adrenal

↓ ↓

retensi Na dan ↑ curah jantung ↑ TPR

↑ tekanan darah

massa ginjal fungsional ↓

hipertensi

hipertensi kronik

perubahan sekunder (hipertrofi dinding vaskuler, aterosklerosis)

5

Page 6: hipertensi

b. Hipertensi hormonal

1) Sindrom adrenogenital

pembentukan kortisol di korteks adrenal dihambat

pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH) tidak dihambat

prekursor mineralokortikoid aktif kotisol dan aldosteron

retensi Na

↑ hormon ekstrasel

↑ curah jantung

HIPERTENSI

2) Hiperaldosteronisme (sindrom Conn)

tumor korteks adrenal

lepaskan aldosteron (jumlah besar) tanpa mekanisme pengaturan

retensi Na di ginjal

↑ curah jantung

HIPERTENSI

6

Page 7: hipertensi

3) Sindrom Cushing

pelepasan ACTH tidak adekuat

↑ konsentrasi glukokortikoid plasma

↑ efek katekolamin ↑ kerja mineralokortikoid dari kortisol

↓ ↓

↑ curah jantung retensi Na

HIPERTENSI

4) Feokromasitoma

tumor adrenomedula

katekolamin

↑ kadar epinefrin tidak terkendali

↑ curah jantung

HIPERTENSI

5) Pil kontrasepsi

retensi Na

↑ curah jantung

HIPERTENSI

7

Page 8: hipertensi

c. Hipertensi neurogenik

ensefalitis, edema serebri, perdarahan, tumor otak

perangsangan sentral kerja jantung berlebih

↑ tekanan darah

HIPERTENSI

Sedangkan patofisiologi hipertensi berdasarkan faktor risikonya yaitu:

1. Genetik (♀ > ♂)

2. Penduduk kota > desa (hipertensi primer)

3. Stres psikologis kronis (berubungan dengan pekerjaan atau kepribadian)

stres psikologis

↑ perangsangan jantung ↑ absorpsi ginjal dan retensi Na

↑ volume ekstrasel

↑ tekanan darah (HIPERTENSI)

stres atau ketegangan fisik (olahraga) pelepasan adrenalin dan nor-

adrenalin vasokontriktif ↑ tekanan darah sementara

4. Sensitif terhadap garam (insiden ↑ jika ada riwayat keluarga)

sensitif garam

respon terhadap katekolamin ↑

↑ curahjantung

HIPERTENSI

8

Page 9: hipertensi

5. Asupan garam tinggi

ion natrium

retensi air perkuat efek nor-adrenalin

↓ ↓

volume darah bertambah (hiperviskositas) vasokonstriksi

daya tahan pembuluh darah ↑

HIPERTENSI

6. Konsumsi liquorice

Sejenis gula-gula dibuat dari Succus liquiritiae yang mengandung

asam glizirinat dengan khasiat retensi air ↑ tekanan darah jika

dimakan dalam jumlah besar.

7. Merokok

Nikotin vasokonstriksi ↑ tekanan darah.

8. Pil KB

Mengandung hormon estrogen retensi garam dan air ↑

tekanan darah.

9. Hormon pria dan kortikosteroid

Menyebabkan retensi air ↑ tekanan darah.

10. Kehamilan

Uterus direnggangkan telalu banyak oleh janin menerima

kurang darah dilepaskan zat yang ↑ tekanan darah.

D. Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala

walaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi.Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan

kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.

9

Page 10: hipertensi

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala berikut:

Sakit kepala

Kelelahan

Mual-muntah

Sesak napas

Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung, dan ginjal

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otakdisebut ensefalopati

hipertensifyang memerlukan penanganan segera

E. Diagnosis

1. Pemeriksaan dasar

Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak hanya

sekali jika perlu dapat pada lebih dari sekali kunjungan.

2. Pemeriksaan mencari faktor risiko

Faktor risiko penting untuk menentukan risiko hipertensi dan stratifikasi

terhadap kejadian komplikasi kardiovaskuler yaitu:

a. Risiko untuk stratifikasi

Derajat hipertensi

Wanita > 65 tahun

Laki-laki > 55 tahun

Perokok

Kolesterol total > 250 mg% (6,5 mmol/L)

Diabetes melitus

Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler lain

b. Risiko lain yang mempengaruhi prognosis

Kolesterol HDL rendah

Kolesterol LDL meningkat

10

Page 11: hipertensi

Mikroalbuminaria pada diabetes melitus

Toleransi glukosa terganggu

Obesitas

Tidak berolahraga (secondary lifestyle)

Fibrinogen meningkat

Kelompok risiko tinggi tertentu (sosio-ekonomi, ras, geografik)

c. Kerusakan organ sasaran

Hipertrofi ventrikel kiri

Proteinuria atau kreatinin 1,2-2,0 mg%

Penyempitan a. retina lokal atau umum

Tanda aterosklerosis pada a.karotis, a.iliaka, maupun aorta

d. Tanda klinis kelainan dengan penyakit

Penyakit serebrovaskuler: stroke iskemik, perdarahan serebral, TIA

Penyakit jantung: infark miokard, angina pektoris, revaskularisasi

koroner, gagal jantung kongestif

Retinopati hipertensi lanjut: perdarahan atau eksudat, edema papil

Penyakit ginjal: nefropati diabetik, GGK (kreatinin > 2 mg %)

Penyakit lain: diseksi aneurisma, penyakit arteri (simtomatik)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan rutin harus dilakukan seperti:

Tes darah rutin

Hemoglobin dan hematokrit

Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula

Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), asam urat

(serum), gula darah, total kolesterol(kolesterol total serum, HDL

serum, LDL serum, trigliserida serum)

Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin

Elektrokardiografi (EKG)

Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti

adanya LVH

Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)

11

Page 12: hipertensi

Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal

Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak

Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata

Adapun pemeriksaan radiologi pada penderita hipertensi untuk melihat

adanya komplikasi meliputi:

a. Foto thorak

Pada gambar foto thorak posisi postero-anterior (PA) terlihat

pembesaran jantung ke kiri, elongasi aorta pada hipertensi yang kronis,

dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru pada stadium gagal jantung

hipertensi.

Pada hipertensi heart disease, keadaan awal batas kiri bawah jantung

menjadi bulat karena hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan

lanjut, apeks jantung membesar ke kiri dan bawah. Aortik knob

membesar dan menonjol disertai klasifikasi.Aortaasenden-desenden

melebar dan berkelok (elongasi aorta).

Gambaran kardiomegali dengan hipertensi pulmonal

b. Angiografi

Pada angiografi ginjal memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh

dan parenkim ginjal, aorta, dan hubungan ginjal ke aorta.Angiografi

ginjal dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi stenosis arteri ginjal

atau trombus ginjal dan menentukan faktor penyebab hipertensi atau

gagal ginjal serta mengevaluasi sirkulasi ginjal.

c. Magnetic resonance angiography

d. Computed tomography angiography

12

Page 13: hipertensi

e. Duplex doppler ultrasonography

d e

Gambaran stenosis a. renalis (a) MR angiografi dengan kontras (b)

angiografi ginjal konvensional (c) normal (d) CT angiografi (e) USG

duplex doppler renal

F. Tatalaksana

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

13

Page 14: hipertensi

1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi

(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler

3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor risiko atau

kondisi penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga harus

dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari non-farmakologis dan

farmakologis.Terapi non-farmakologis dilaksanakan oleh semua pasien

hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan

faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya.

Terapi non-farmakologis terdiri dari:

Menghentikan merokok

Menurunkan berat badan berlebih

Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

Latihan fisik

Menurunkan asupan garam

Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi

yang dianjurkan JNC 7 yaitu:

Diuretika terutama jenis Thiazide(Thiaz) atau Aldosterone Antagonist

(Aldo Ant)

Beta Blocker (BB)

Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1Receptor Antagonist atauBlocker

(ARB)

14

Page 15: hipertensi

Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam

pengobatan hipertensi tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi

beberapa faktor yaitu:

Faktor sosio-ekonomi

Profil faktor risiko kardiovaskuler

Ada tidaknya kerusakan organ target

Ada tidaknya penyakit penyerta

Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi

Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk

penyakit lain

Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam

menurunkan risiko kardiovaskuler

Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi

menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan

tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis obat antihipertensi yang

digunakan.Namun, terdapat pula bukti yang menyatakan bahwa jenis obat

antihipertensi tertentu memiliki kelebihan untuk kelompok pasien tertentu.

Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokkan pasien berdasarkan

pertimbangan khusus (special consederations) yaitu kelompok indikasi yang

15

Page 16: hipertensi

memaksa (compelling indications) dan keadaan khusus lainnya (special

situations).

Indikasi yang memaksa meliputi:

Gagal jantung

Pasca infark miokardium

Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi

Diabetes melitus

Penyakit ginjal kronis

Pencegahan stroke berulang

Keadaan khusus lainnya meliputi:

Populasi minoritas

Obesitas dan sindrom metabolik

Hipertrofi ventrikel kanan

Penyakit arteri perifer

Hipertensi pada usia lanjut

Hipotensi postural

Demensia

Hipertensi pada perempuan

Hipertensi pada anak dan dewasa muda

Hipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap

dan target tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa

minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa

kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali

sehari. Pilihan memulai terapi dengan 1 jenis obat antihipertensi atau dengan

kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika

terapi dimulai dengan 1 jenis obat dalam dosis rendah dan kemudian tekanan

darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan

dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah.

Efek samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah baik tunggal

maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat

16

Page 17: hipertensi

antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah tetapi terapi kombinasi

dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien

karena jumlah obat yang semakin bertambah.

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien

hipertensi adalah:

CCB dan BB

CCB dan ACEI atau ARB

CCB dan diuretika

AB dan BB

Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat

Indikasi dan kontraindikasi jenis utama obat antihipertensi menurut

ESH meliputi:

Kelas Obat Indikasi KI Mutlak KI Tidak Mutlak

Diuretika (thiazide) Gagal jantung kongestif,

usia lanjut, isolated

systolic hypertension, ras

Afrika

Gout Kehamilan

Diuretika (loop) Insufisiensi ginjal, gagal

jantung kongestif

Diuretika (anti-

aldosteron)

Gagal jantung kongestif,

pasca infark miokardium

Gagal ginjal,

hiperkalemia

Penyekat β Angina pektoris, pasca

infark miokardium, gagal

jantung kongestif,

kehamilan, takiaritmia

Asma, penyakit paru

obstruktif menahun, AV

block (derajat 2 atau 3)

Penyakit pembuluh

darah perifer,

intoleransi glukosa,

atlet atau pasien yang

aktif secara fisik

Calcium antagonist

(dihydropiridine)

Usia lanjut, isolated

systolic hypertension,

angina pektoris, penyakit

pembuluh darah perifer,

aterosklerosis karotis,

kehamilan

Takiaritmia, gagal

jantung kongestif

Calcium antagonist

(verapamil, diltiazem)

Angina pektoris,

aterosklerosis karotis,

takikardia

supraventrikuler

AV block (derajat 2 atau

3), gagal jantung

kongestif

17

Page 18: hipertensi

ACE-inhibitor Gagal jantung kongestif,

disfungsi ventrikel kiri,

pasca infark miokardium,

non-diabetik nefropati,

nefropati DM tipe 1,

proteinuria

Kehamilan,

hiperkalemia, stenosis

arteri renalis bilateral

Angiotensin II receptor

antagonist (ATI-

blocker)

Nefropati DM tipe 2,

mikroalbuminaria

diabetik, proteinuria,

hipertrofi ventrikel kiri,

batuk karena ACE-I

Kehamilan,

hiperkalemia, stenosis

arteri renalis bilateral

α-blocker Hiperplasia prostat

(BPH), hiperlipidemia

Hipotensi ortostatik Gagal jantung kongestif

Tatalaksana hipertensi menurut JNC 7 meliputi:

Klasifikasi

Tekanan

Darah

TDS

(mmHg)

TDD

(mmHg)

Perbaikan

Pola Hidup

Terapi Obat

Awal tanpa

Indikasi

Memaksa

Terapi Obat

Awal dengan

Indikasi

Memaksa

Normal < 120 dan < 80 Dianjurkan

Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Ya Tidak indikasi

obat

Obat-obatan

untuk indikasi

yang memaksa

Hipertensi

derajat 1

140-159 atau 9- 99 Ya Diuretika jenis

Thiazide untuk

sebagian besar

kasus, dapat

dipertimbangkan

ACE-I, ARB,

BB, CCB, atau

kombinasi

Obat-obatan

untuk indikasi

yang memaksa

Obat

antihipertensi

lain (diuretika,

ACE-I, ARB,

BB, CCB)

sesuai

kebutuhan

Hipertensi

derajat 2

≥ 160 atau ≥ 100 Ya Kombinasi 2 obat

untuk sebagian

besar kasus

umumnya

diuretika jenis

Thiazide dan

18

Page 19: hipertensi

ACE-I atau ARB

atau BB atau

CCB

G. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:

Aterosklerosis

Penyakit jantung koroner

Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer

Aneurisma

Gagal jantung

Stroke

Edema paru

Gagal ginjal

Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)

Sindrom metabolik

H. Prognosis

Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang

tepat. Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan

antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak

akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk

menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan

mengobati sebelum kerusakan terjadi.

BAB III

KESIMPULAN

19

Page 20: hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dideritaolehhampir semua golongan

masyarakat diseluruh dunia.Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan

ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood

Pressure).Ketetapan ini juga telah disepakati badan kesehatan dunia (WHO),

organisasi hipertensi international (ISH), maupun organisasi hipertensi regional

termasuk Indonesia (InaSH) menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi

derajat 1, dan hipertensi derajat 2.

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya

hipertensi (underdiagnosed condition).Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau

dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan,

hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti jantung (70%

penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh

lainnya sehingga hipertensi disebut sebagai silent killer.Kunci untuk menghindari

komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum

kerusakan terjadi.Edukasi dari dokter kepada pasien hipertensi sangatlah penting

terutama mengenai komplikasi dan pengaturan pola gayahidupyang sehat..

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: hipertensi

1. Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FK-UI.

2. Gareth, B.Patofisiologi Hipertensi.British Medical Journal.

3. Hughes, A.D. & Schachter.1994. Hypertension and Blood Vessels. Br Med Bull. 50: 356-70.

4. Silvia, A. &Lorraince.2003. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

5. Sudoyo, A. W., dkk. 2006. Buku AjarIlmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: FK-UI.

21