hiperemesis gravidum

14
LAPORAN KELOMPOK COLLABORATIVE LEARNING “Hiperemesis Gravidarum” Blok Reproductive System Oleh: Kelompok 5 PSIK Reguler Genap (2) Mega wijaya (115070200111002) Prilly Priskylia (115070200111004) Siti Aliyah (115070200111006) Angernani Trias W. (115070200111008) Uzzy Lintang S. (115070200111010) Ifa Rahmawati (115070200111012) Anita Nur Mayasari (115070200111050) Muhamad Burhanudin A (115070200111052) Fenti Diah Hariyanti (115070201111002) Arini Nur Hidayati (115070201111004)

Upload: fenti

Post on 18-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Hiperemesis Gravidum

TRANSCRIPT

LAPORAN KELOMPOK COLLABORATIVE LEARNINGHiperemesis GravidarumBlok Reproductive System

Oleh:Kelompok 5 PSIK Reguler Genap (2)

Mega wijaya(115070200111002)Prilly Priskylia(115070200111004)Siti Aliyah(115070200111006)Angernani Trias W.(115070200111008)Uzzy Lintang S.(115070200111010)Ifa Rahmawati(115070200111012)Anita Nur Mayasari(115070200111050)Muhamad Burhanudin A(115070200111052)Fenti Diah Hariyanti(115070201111002)Arini Nur Hidayati(115070201111004)

JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2013A. DEFINISI Hiperemesis gravidum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena dehidrasi (Mochtar, 1998). Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Farrer, 1999). Hiperemesis gravidum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah atau tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief, 2009). Hiperemesis grevidum (Vormitus yang emrusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan. Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asam-basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.

B. EPIDEMIOLOGIMual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5 menit kurang dari 7.Banyak studi berusaha menilai kejadian dan prevalensi infeksi H. pylori, cara penularannya dan setiap faktor risiko yang turut mendukung perkembangan infeksi. Kejadian pertahun yang dilaporkan untuk infeksi H. pylorisebagai salah satu penyebab hiperemesis gravidarum di negara-negara maju adalah 0,3 %- 0,5 % per tahun, sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang 10 %-20 %. Prevalensi infeksi H. pylorisekitar 30 % di Amerika Serikat, sedangkan di negara yang sedang berkembang > 80 %. Prevalensi ini sangat bervariasi tergantung kelompok etnik, budaya, genetik, sosial ekonomi, lingkungan, dan beberapa faktor lainnya termasuk lokasi kelompok studi dan ciri-ciri populasi yang di studi. Angka infeksi ini juga ditemukan tinggi di daerah yang padat penduduknya dengan lingkungan sosial ekonomi yang rendah.

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKOFaktor resiko Hiperemesis gravidarum :1. Nullipara2. Ibu dan saudara permpuan yang pernah mengalami Hiperemesis gravidum3. Female fetus (janin dengan jenis kelamin perempuan)4. Multiple gestation5. Kenaikan berat badan (Risiko HG meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya)6. Adanya riwayat motion sickness dan migrain (Pelettier,2008)7. Penyakit trofoblastik8. Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk hiperemesis gravidarum

Etiologi Hiperemesis gravidumHingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti dan multifaktorial. Beberapa teori telah dikemukakan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum yaitu, faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin (HCG), estrogen, progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori, kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologis.Konsentrasi HCG meninggi pada wanita dengan HEG, yang memiliki kenaikan level tiroksin (T4). Hipertiroidisme ditemukan sekitar 60% pada wanita dengan Hiperemesis gravidum, mekipun hipertiroidisme itu sendiri jarang menyebabkan muntah. Menurunnya gejala hiperemesis dibarengi dengan penurunan level tiroid ke jumlah normal, biasanya pada 18 minggu kehamilan. Selanjutnya adanya kemungkinan infeksi Helicobacter pyilori juga harus diobservasi biala sampai trimester kedua mual dan muntah belum juga hilang. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat zat lain akibat inanisi. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut: Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2005).

Penyebab (Aetiology) Hyperemesis Gravidarum menurut Sulaifi (2010), yaitu:1. Hormonal, peningkatan secara cepat hCG (human Chorionic Gonadotropin) yaitu hormone kelamin yang dihasilkan oleh plasenta. Dapat juga terjadi pada kenaikan progesterone dan hypothyroidism.2. Reflex, yaitu rangsangan pada pusat muntah yaitu CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) di area Postrema.3. Ketosis, pada muntah yang sering akan meningkatkan jumlah asam dan keton pada darah sebagai lingkaran setan.4. Hydatidiform mole (hamil anggur) karena terjadinya peningkatan hCG sehingga kadarnya dalam darah sangat tinggi.

D. PATOFISIOLOGI(lampiran)

E. MANIFESTASI KLINISHiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester pertama kehamilan, di mana pasien datang dengan keluhan mual dan muntah. Sesuai dengan beratnya penyakit yang dialami, dapat pula dijumpai penurunan berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi (hipotensi postural dan takikardi). Manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum dibagi berdasarkan derajat keparahannya: Derajat 1Pada derajat I manifestasi yang muncul adalah muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali per hari, dan hal ini mencegah dari masuknya makanan atau minuman selama 24 jam) yang menyebabkan kondisi ibu menjadi lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun 2-3 kg dalam 1-2 minggu, nyeri ulu hati, nadi meningkat sampai 100x per menit, tekanan darah sistolik menurun, tekanan kulit menurun dan mata menjadi cekung. Derajat 2Penderita akan terlihat lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi menjadi kecil dan lemah dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit menjadi kuning. BB turun, mata menjadi cekung, tekanan darah turun, pengentalan darah, urin menjadi berkurang dan sulit BAB. Frekuensi nadi 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin. Derajat 3Keadaan umum akan menjadi lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun bahkan sampai coma, nadi menjadi kecil dan cepat, suhu meningkat, tekanan darah turun. Sedangkan pada jabang bayi dapat beresiko terjadi ensefalopati wernick. Keadaan ini biasanya terjadi akibat kekuranga zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Pasien mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai penurunan berat badan 5 % dari berat sebelum hamil, dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin (air seni), tes fungsi hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Bila hyperthyroidism dicurigai, dilakukan pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola.

G. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat mencegah hiperemesis gravidarum. Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan yang berperan sebagai pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi kegawatdaruratan: Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan membatasi pegunjung. Penghentian pemberian makanan per oral 24 48 jam. Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Larutan normal saline atau ringer laktat dapat digunakan dalam kondisi itu. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan atau tiamin dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit.Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin B6 atau vitamin B6 ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2004). Pemberian multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga menurunkan derajat keparahan gejala.Pengobatan yang baik pada emesis dapat mencegah terjadinya hiperemesis gravidarum. Keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan pada emesis gravidarum sebaiknya segera dilakukan perawatan, sehingga dapat mencegah terjadinya hyperemesis gravidarum. Konsep pengobatan yang diberikan antara lain :1. Isolasi dikamar khusus di rumah sakita. Dapat memberikan perhatian khusus pada ibu hamilb. Kalau perlu perawat yang sesuai dengan permintaannyac. Hanya keluarga yang boleh mengunjunginyad. Memberikan situasi dan ketenanga yang lebih baik, untuk : Meningkatkan pengertian ibu tentang hamil dan persalinan Tumbuh kembang janin dalam uterus Pentingnya peranan ibu hamil, terutama untuk memberikan nutrisi pada janin Pentingnya ketenangan dan kepasrahan terhadap keberadaan kehamilan Emesis-hiperemesis gravidarum adalah prose salami yang tidak dapat dihilangkan, tapi dapat dikendalikan melalui pengertian yang baik. e. Dalam ruang isolasi lebih banyak yang dapat dilakukan : Mengembalikan keseimbangan psikologis ibu hamil seperti konseling, informasi dan edukasi Dapat ditekankan bahwa hiperemesis gravidarum mempunyai batas waktu sekitar 6-12 minggu Dapat dijelaskan bahwa semakin tua usia kehamilan maka semakin menurun intensitas untuk mual muntah dan akan menghilang dengan sendirinyaf. Dalam ruang isolasi, terapi intensif dapat dilakukan untuk : Rehidrasi dan memberikan nutrisi Melakukan observasi yang lebih spesifik sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya

2. Terapi konservatifa. Rehidrasi. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang. Larutan glukosa-dekstrosa 5-10% diberikan sekitar 3000 cc/24 jam untuk keperluan : Rehidrasi agar turgor kulit cepat kembali Meningkatkan diuresis melalui urin Glukosa digunakan untuk metabolisme dan menghindari kerusakan liver lebih lanjut Lakukan ringer dekstrosa atau laktat digunaka untuk keseimbangan elektrolit, hari pertama untuk mengurangi muntah bisa dengan puasa, jika mual muntah berkurang dapat dimulai dengan cairan atau makanan : Larutan isotonis yang mengandung elektrolit dengan berbagai rasa dapat diberikan untuk keseimbangan elektrolit Diet ringan dan netral :1) Biscuit atau roti tawar makanan yang tidak mengandung bumbu sehingga merangsang mual muntah2) Bubur telur dan mungkin makanan padat lainb. Mobilisasi pada hari kedua dapat dilakukan dengan bantuan kemudian dilanjutkan dengan mobilisasi sesuai dengan kemampuan.c. Terapi medikamentosa : Obat anti muntah (antiemetic) dapat diberikan bersamaan dengan infuse : Primperan, Phenotiazid Pemberian vitamin per infuse : B kompleks, vitamin C, Kalium, dll Obat lain : anti histamine (IV), jika perlu kortikosteroid / ACTH, sedative ringan, fenobarbital (luminal) 30 mg, valium, dramamin, avopreg, anti alergi. Pemberian obat penenang, dengan memperhatikan: Jenis dipilih yang tidak mempengaruhi perkembangan janin Dosis disesuaikan dengan keadaan dehidrasinya Ketaui efek samping obat karena sudah mulai mengalami kerusakan pada organ3. Terapi Radikal terminasi kehamilan. Dalam keadaan tertentu terminasi kehamilan harus dilakukan karena terapi yang diberikan tidak memberikan hasil atau memperburuk kondisi umum. Indikasinya :a. Gangguan kejiwaan ( delirium, somnolen sampai koma, apati, dan Ensefalopati Wernicke )b. Gangguan penglihatan (Pendarahan retina, kemunduran penglihatan)c. Gangguan kardiovaskuler (N> 120x/mnt, Suhu , TD )d. Gangguan Liver (ikterus)e. Gangguan Ginjal (oliguria, proteinuria, uremia)Pada terminasi kehamilan dengan indikasi gangguan liver, pendarahan dapat dihindari karena adanya gangguan pembekuan darah yang sebagian besar mencerminkan gangguan fungsi Liver.

H. KOMPLIKASIKomplikasi Hiperemesis Gravidarum Dehidrasi dan kekurangan elektrolit Gangguan asam basa (alkalosis akibat dari muntah-muntah, acidosis akibat dari gizi buruk) Malnutrisi, kehilangan berat badan Pneumonia aspirasi Sindrom Mallory-Weiss (Robekan mukosa pada hubungan gastroesofagus yang menyebabkan perdarahan) Ruptur esofagus yang disebabkan muntah-muntah berat Kerusakan hati dan ginjal Hipokalemia Kelemahan otot Kelainan elektrokardiografi Gangguan psikologis Wernicke's encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi, kejang, coma), IUGR Kematian janin

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta : Salemba medikaKevin, dkk. 2010. Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Fakultas Kedokteran UNivarsitas Indonesia.Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGCManuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGCPelettier,Kim dan Linda M. Lord. 2008. Nutrition Issues in Gastroentologi, Series #63 Management of Hyperemesis Gravidarum with Enteral Nutrition. University of Rochester Medical Center, Rochester, New York.Rahmadianti. 2010. Hiperemesis Gravidarum. Medan: Repository USUTaber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGCWiknyosastro. 2005. BAB II Hiperemesis Gravidarum. jptunimus. Http://www.jptunimus-gdl-fitrianah-5363-2-babii.hiperemesisgravidarum.pdf diakses pada 9/9/2013 jam 11.15 WIB.