hiperemesis gravidarum

Upload: rismaya-novitasari

Post on 03-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah hiperemesis gravidarum

TRANSCRIPT

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

1. Definisi dan KlasifikasiHiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan eletrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Bobak et al, 2005).

2. EpidemiologiInsiden hiperemesis gravidarum sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Kebanyakan kasus ringan dan hilang seiring perjalanan waktu. Satu dari 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap. Hiperemesis dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting) namun, penyembuhannya berjalan lambat (Bobak et al, 2005).

3. Etiologi/Faktor RisikoEtiologi dari hiperemesis gravidarum masih belum jelas namun, terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang etiologi dari hiperemesisi gravidarum menurut Bobak et al, 2005 :a. Faktor psikologis: ambivalen terhadap kehamilan dan perasaan yang saling berkonflik tentang peran di masa depan sebagai ibu, perubahan tubuh, dan perubahan gaya hidup dapat menjadi penyebab episode vomitus. Wanita yang pola reaksi normalnya terhadap stress mencakup gangguan pencernaan seringkali mengalami hiperemesis gravidarum namun, pada beberapa wanita sebab-sebab psikologis tidak dapat diidentifikasikan.b. Hiperemesis gravidarum dapat disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi dan hipoteroidisme yang mungkin disebabkan oleh peningkatan kadar gonadotropik korionik manusia.

Sedangkan factor risiko menurut Bobak et al, 2005 adalah sebagai berikut:a. Primigravidab. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahunc. Obesitasd. Gestasi multijanine. Penyakit trofoblastik (mola hidatidosa)

4. Patofisiologi

Peningkatan kadar gonadotropin korionik manusia Peran masa depan sebagai ibuPerubahan tubuhPerubahan gaya hidup

Faktor PsikologisHipertiroidismePeningkatan kadar estrogen

Vomitus

Vomitus persisten

Hiperemesis gravidarum

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Penurunan cairan asam lambungPenurunan nutrisi ibu yang ektremDehidrasi

Hipovolemia

Asidosis metabolikHipoproteinemia

HipotensiTakikardiPeningkatan hematokritPeningkatan BUNPenurunan haluaran urin

HipovitaminosisAsidosis metabolic menetap

Defisiensi vitamin CJaninIbu

Defisiensi vitamin B kompleksMeninggal

Perdarahan mukosa

(Bobak et al, 2005)Dapus : Bobak, Lowdermilk, dan Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Terjemahan oleh Maria A. Wijayarini dan Peter I. Anugrah. Jakarta: EGCNama : Dianis Pahlevi RahmadhaniNIM : 1150702001110355. Manifestasi KlinisManifestasi hiperemesis gravidarum yang ekstrem menurut Bobak et al, 2005 adalah sebagai berikut:a. Vomitus yang persisten dapat menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan cairan asam lambung yang menyebabkan asidosis metabolic.b. Dehidrasi menyebabkan hipovolemia yang bermanifestasi hipotensi, takikardi, peningkatan hematokrit, BUN, dan penurunan haluaran urine.c. Penurunan nutrisi yang berlebihan pada ibu menyebabkan hipoproteinemia dan hipovitaminosis.d. Ikterik dan hemoragi akibat defisiensi vitamin C dan B kompleks menyebabkan perdarahan dari permukaan mukosa.e. Embrio dan janin dapat meninggal dan ibu dapat meninggal karena perubahan metabolic yang menetap (irreversible)

6. Pemeriksaan Diagnostik

7. Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan medis menurut Bobak et al, 2005 adalah sebagai berikut:a. Observasi tanda-tanda adanya asidosis metabolic, ikterik, atau hemoragi.b. Ukur masukan dan haluaran yang akurat, termasuk jumlah emesis.c. Oral hygine pada wanita yang diberikan NPO dan setelah episode vomitus untuk meminimalkan ketidaknyamanan pada daerah oral.d. Cairan oral dalam jumlah terbatas dan makanan lunak seperti biscuit dapat diberikan ketika ibu mulai berespon terhadap terapi yang diberikan.e. Diet ditingkatkan secara perlahan sesuai toleransi ibu sampai mampu mengonsumsi diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat.f. Upaya meningkatkan istirahat yang adekuat.g. Penanganan kondisi psikososial terhadap kondisinya baik secara fisik maupun emosional.

8. Askep