hiperemesis gravidarum
DESCRIPTION
hiperemesis gravidarumTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Definisi Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah persisten yang
berhubungan dengan ketosis dan penurunan berat badan (> 5% dari berat sebelum
hamil) sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
lebih buruk. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kekurangan cairan,
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa kekurangan gizi bahkan kematian.
B. Insidensi
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering di jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Mual dan muntah yang berhubungan dengan kehamilan biasanya dimulai
pada 6-10 minggu kehamilan, mencapai puncak di 11-13 minggu, dan selesai
dalam banyak kasus pada 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala
dapat berlanjut setelah 20-22 minggu.
C. Faktor Resiko
1. Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum
2. Berat badan yang berlebih
3. kehamilan multipel
4. penyakit trofoblas
5. nulliparitas
i
C. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Mual
dan muntah yang normal dapat menjadi mekanisme pelindung sehingga
melindungi wanita hamil dan janinnya dari zat berbahaya dalam makanan,
seperti mikroorganisme patogen pada produk daging dan racun dalam tanaman,
yang mempunyai efek selama embriogenesis (masa paling rentan kehamilan).
Hiperemesis gravidarum tampaknya terjadi sebagai interaksi kompleks
faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya.
a. Faktor perubahan hormon, yang sering dikemukakan adalah produksi
hormon khorionik gonadotropin (hCG) dibentuk berlebihan.
b. Disfungsi gastrointestinal.
c. Infeksi Helicobacter Pylori.
d. Faktor psikologik.
D. Patofisiologi
HCG adalah faktor endokrin yang paling mungkin menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum. Kesimpulan ini didasarkan pada hubungan
yang diamati antara peningkatan produksi HCG (seperti dalam kehamilan
molar atau kehamilan kembar) dan fakta bahwa kejadian hiperemesis terjadi di
saat produksi HCG mencapai puncaknya selama kehamilan (sekitar 9 minggu
kehamilan).
Pacemaker pada lambung menyebabkan terjadinya kontraksi peristaltik
ritmis lambung. Aktivitas myoelektrik yang abnormal dapat menyebabkan
berbagai disritmia lambung, termasuk takigastria dan bradigastria. Disritmia
lambung dikaitkan dengan morning sickness. Disritmia dikaitkan dengan mual
sedangkan aktivitas myoelectrical yang normal menyebabkan tidak terjadinya
ii
mual. Mekanisme yang menyebabkan disritmia lambung termasuk tingkat
estrogen atau progesterone yang tinggi, gangguan tiroid. Faktor-faktor tersebut
terjadi pada awal kehamilan. Secara umum relaksasi otot polos dimediasi
oleh progesterone yang berakibat pada tekanan esofagus berkurang
dan menunda pengosongan lambung.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Helicobacter pylori seropositif
dikaitkan dengan mual dan muntah di kehamilan. Studi kasus-kontrol terbaru
menemukan bahwa 71 dari 80 wanita dengan hiperemesis gravidarum ternyata
Helicobacter Pylori seropositif.
Banyak teori psikologis dan perilaku telah diusulkan untuk menjelaskan
hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah dalam kehamilan berkorelasi
dengan kurangnya komunikasi antara suami istri, stressor dalam kehidupan
rumah , dan informasi yang kurang tentang kehamilan.
E. Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, namun ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10
kali muntah, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi :
1. Tingkatan I/ ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah tidak mau
makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada epigastrium, nadi sekitar 100
kali per menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan
mata cekung.
2. Tingkatan II/ sedamg
iii
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih
buruk, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan
turun, mata cekung, tekanan darah turun, hemokonsentrasi, oligouria dan
konstipasi. Dapat pula terjadi asetonuria, dan dari nafas keluar bau aseton
3. Tingkatan III/berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun somnolen sampai koma,
nadi kecil dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah lebih
turun, ikterus, enselofati wernicke.
F. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan
adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai koma, nadi
meningkat sampai 100 kali per menit, suhu meningkat, tekanan darah
turun atau terdapat tanda dehidrasi lain. Beberapa pemeriksaan diagnostik
yang dapat dilakukan pada penderita Hiperemesis Gravidarum, yaitu :
USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
Urinalisis : kadar klorida turun dan dapat ditemukan benda keton
Serum elektrolit dan keton: Menilai Status elektrolit untuk
mengevaluasi kalium atau natrium, mengidentifikasi hyperchloremic
iv
alkalosis atau asidosis metabolik, mengevaluasi fungsi ginjal dan status
volume.
G. Komplikasi
a. Bagi ibu hamil
Muntah yang terus menerus pda ibu dapat menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit dan ketosis. Kondisi yang lebih buruk dapat
menyebabkan :
Ensefalopati Wernicke
Ensefalopati Wernicke adalah sindrom yang ditandai dengan nistagmus
diplopia dan gangguan mental. Ensefalopati Wernicke terjadi akibat
kerusakan sel-sel otak pada daerah thalamus dan hipotalamus akibat
kekurangan vitamin B1 (Thiamin). Salah satu fungsi thiamin adalah
membantu sel-sel otak untuk menghasilkan energi dari gula sehingga
ketika kadar thiamin dalam otak rendah, maka sel otak tidak dapat
menghasilkan energi yang mencukupi untuk menjalankan fungsinya. Pada
penderita hiperemesis gravidarum yang berkepanjangan semakin lama
akan kekurangan zat gizi yang dibutuhkan karena setiap makanan yang
dimakan akan dimuntahkan. Salah satunya adalah asupan Vitamin B1
(thiamin) yang biasanya dihubungkan dengan konsumsi karbohidrat.
b. Bagi Janin
Pada ibu yang mual muntah tidak begitu berat tidak ditemukan
adanya gangguan pada kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin.
Sedangkan pada kasus hiperemesis gravidarum yang tidak terkontrol telah
v
dihubungkan dengan retardasi pertumbuhan janin dan kematian janin.
Resiko rendah kelainan sistem saraf pusat dan malformasi muskulokeletal
juga ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu dengan hiperemesis
gravidarum.
H. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tak terjadi hiperemesis.
Dapat dilakukan dengan cara memberikan edukasi bahwa kehamilan dan
persalinan merupakan proses fisiologis. Konseling diet tentang cara mengatur
pola makan dalam hal ini makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Hindari makanan
berminyak dan berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi teratur.
I. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan :
1. Cairan parenteral
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%
dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin (vitamin B kompleks, Vitamin C).
c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat diberikan minuman makanan yang tidak cair secara bertahap
vi
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan
keadaan akan bertambah baik
2. Obat – obatan
a. Vitamin
Vitamin B6 (pyridoxine) 10-25 mg/hari diberikan 3-4x sehari bermanfaat
untuk mengurangi gejala mual muntah pada penderita Hiperemesis
Gravidarum.
b. Anti histamin
Doxylamine adalah antagonis reseptor H1 bermanfaat untuk mengurangi
mual muntah. Dosis yang diberikan adalah 12,5 mg/hari diberikan 3-4x/
hari. Biasanya pemberian doxylamine dikombinasi dengan Pyrodoxine
(Vit B6).
c. Anti emetik
Anti emetik yang sering digunakan pada terapi hiperemesis gravidarum
lini pertama adalah ondasetron. Ondasetron merupakan antagonis
serotonin. Pemberiannya dengan dosis 2-4 mg/IV/6-8 jam.Obat anti
emetik yang lain adalah promethazine 12,5- 25 mg p.o/IV/6x sehari,
methoclopramide 10mg p.o/iv/ 3 x sehari , donperidon 10mg/p.o/4 x
sehari.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.
vii
3. Pengobatan komplementer
a. Akupresur
Beberapa penelitian menyarankan akupresur untuk mengurangi mual.
Lokasi yang paling umum untuk akupresur adalah pericardium 6 atau titik
Neiguan, yang terletak tiga jari di atas pergelangan tangan pada
permukaan volar.
b. Jahe
Dalam sebuah penelitian pemberian ekstrak jahe terbukti lebih
bermanfaat untuk mengurangi gejala dibandingkan plasebo. Data yang
tersedia menunjukkan bahwa jahe tidak memiliki potensi teratogenik dan
dapat digunakan dengan aman sampai dosis 1 gram per hari.
3. Terapi psikologik
a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik
4. Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul
ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina,
pertimbangkan abortus terapeutik.
viii
BAB II
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Kn
b. Umur : 30 tahun
c. Paritas : G2P1A0
d. Alamat : Terong dlingo
e. Tanggal masuk : 10 Oktober 2013 pk 22.30 WIB
f. No. Rekam Medis : 514426
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Mual dan muntah muntah hebat selama 2 minggu, badan
terasa lemas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pasien G2P1A0 dari UGD merasa hamil 2 bulan dengan
keluhan mual dan muntah >10 kali dalam sehari. Keluhan ini
dirasakan sejak tanggal 26 september 2013, dan semakin memberat
pada hari hari berikutnya. Setiap kali makan dan minum pasien
selalu muntah, badan terasa lemas, dan nafsu makan menurun.
Keluhan pusing, perdarahan negatif.
ix
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat asma, hipertensi, diabetes mellitus, jantung, alergi
obat disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga.
Riwayat hamil kembar, asma, hipertensi, DM, TBC,
gangguan jiwa disangkal
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 4-5 hari
Sakit waktu menstruasi : tidak ada
HPHT : 19-8-2013
6. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali selama 1 tahun.
7. Riwayat Obsetri
I: ♂/2300/Hidup/Spontan/RS
Hamil ini
8. Riwayat kehamilan Sekarang
Hari Pertama Haid Terakhir : 19/8/2013
Hari perkiraan lahir : 26/5/2014
Umur Kehamilan : 8 minggu
9. Riwayat ANC
x
Dilakukan di bidan
10. Riwayat Keluarga Berencana.
Pasien belum pernah KB.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
HR : 80x/menit RR :20x/menit
Suhu : 36,9 0 C
BB : 50 kg
Kepala : Konjuntiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, pupil isokor, bibir kering, mata
cowong (-).
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi
dan kelenjar tiroid.
Dada : Pernafasan kanan dan kiri simetris, tidak
ada retraksi, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing.
Abdomen : Tidak terlihat sikatrik, perut terlihat
membesar sesuai umur kehamilan.
xi
Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan oedema.
Tidak terdapat penurunan turgor kulit.
2. Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi Abdomen
Abdomen tidak tampak membesar, tidak terlihat masa
tumor, tidak terlihat adanya sikatrik atau luka bekas operasi.
Palpasi Abdomen
Tidak teraba masa tumor, nyeri tekan (+) pada region
epigastrica, defance muscular (-).
Perkusi Abdomen
Timpani (+)
Auskultasi Abdomen
Peristaltik (+) normal, DJJ dengan linex (-)
Pemeriksaan Genitalia Eksterna dan Interna serta
pemeriksaan inspekulo :
Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes kehamilan : Positif (+)
Hb : 11,2
Al : 7,91
xii
AT : 245
HMT : 32,7
Golongan darah: A
PPT: 13,0 detik
APTT: 28,6 detik
Control PTT: 13,9
Control APTT: 30,7
HBS AG : negatif (-)
V. DIAGNOSIS
Hiperemesis Gravidarum, sekundigravida, hamil 8 minggu
VI. TERAPI
- Infus RL : D5 = 1:1
- Drip Metoclopramide
- Vit B6 1x1 tab
- Asam Folat 1x1
xiii
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
pasien.eluhan juga didapatkan bahwa pasien mengalami muntah lebih dari 10 kali
dalam sehari, terjadi gangguan asupan makan dan minum sehingga
menyebabkan kondisi tubuh menjadi lemas. Jika dilihat dari usia
kehamilannya insidensi hiperemesis gravidarum juga masih sering terjadi pada
usia kehamilan 8 minggu. Pasien ini termasuk dalam hiperemesis Gravidarum
tingkat satu atau ringan.
Dalam kasus ini pemeriksaan ginekologi yang dilakukan meliputi
inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi pada abdomen. Pemeriksaan
genitalia eksterna dan interna, serta pemeriksaan dengan menggunakan
inspekulo tidak dilakukan karena diagnosis hiperemesis gravidarum sudah
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada kasus ini pasien mengalami rasa mual dan muntah hebat yang
dikarenakan oleh kenaikan kadar HCG dan kenaikkan hormone estrogen
akibat kehamilan. Kadar HCG mencapai puncak pada minggu ke 9 saat kehamilan
semakin tinggi kadar HCG akan semakin hebat gejala mual dan muntah.
Untuk menangani hiperemesis gravidarum pada pasien ini, pasien
dirawat inapkan. Untuk sementara waktu pasien ini dipuasakan, hal ini
xiv
dimaksudkan untuk mengurangi mual dan muntah akibat motililas lambung
yang menurun. Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa infuse RL : D5 =
1 : 1. Tujuan dari pemberian infuse ini adalah untuk mengganti cairan, serta
memberikan asupan energi yang hilang akibat muntah hebat yang dialami oleh
pasien tersebut. Selain itu untuk mengurangi mual pasien diberikan drip
metochlorpramide. Vitamin B6 (pyridoxine) juga diberikan untuk mengurangi
muntah yang berlebihan. Metochlopramide merupakan benzamida tersubstitusi
yang merangsang motilitas saluran pencernaan makanan tanpa mempengaruhi
sekresi lambung, empedu atau pancreas. metochlopramide bertindak dengan
meningkatkan tekanan di sphincter esofagus bagian bawah, serta mempercepat
transit makanan yang lewat melalui lambung. Obat ini telah terbukti lebih efektif
daripada placebo dalam pengobatan hiperemesis gravidarum Metoclopramide
mempunyai aktivitas parasimpatomimetik dan mempunyai sifat antagonis
reseptor dopamin dengan efek langsung pada kemoreseptor "trigger zone".
Metoclopramide HCl kemungkinan juga mempunyai sifat antagonis reseptor
serotonin. Efek samping dari pemberian metoclopamide kadang kadang
memberikan efek ekstrapiramidal jika diberikan dalam dosis yang berlebihan.
Dalam kasus ini pemberian metoclopamide diberikan secara drip, bukan secara
bolus iv.
Setelah dirawat selama 2 hari , keluhan mual dan muntah pada pasien ini
tidak muncul lagi, sehingga pasien diperbolehkan pulang. Edukasi awal pada
pasien tentang tanda-tanda dan gejala kehamilan mungkin bermanfaat. Satu studi
menemukan hubungan antara mual dan muntah dengan kurangnya pengetahuan
xv
tentang kehamilan, stres, keraguan mengenai kehamilan, dan komunikasi yang
buruk dengan dokter dan juga pasangan. Intervensi awal mencakup konseling diet,
termasuk mengarahkan pasien untuk makan sedikit-sedikit, tetapi sering.
menghindari makanan tinggi lemak atau pedas, dan meningkatkan asupan
karbohidrat kering.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Hill, D. A., & Quinlan, J. D. (2003). Nausea and Vomitting of Pregnancy.
American Family Physician, 121-128.
Jarvis, S., & Nelson-Percy, C. (2011). Management of Nausea and Vomitting in
Pregnancy. British Medical Journal.
Jueckstock et al. (2010). Managing hyperemesis gravidarum: multimodal
challenge. BMC Medicine.
Mansjoer, Arif et al. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ogunyemi, D. A. (2013, Juli 1). Hyperemesis Gravidarum. Diakses 29 Oktober,
2013, from Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/254751-
overview
xvii