hiperemesis gravidarum

41
Laporan Kasus HIPEREMESIS GRAVIDARUM Disusun Oleh: Ary Anggi K Anggelina Effendi Charmila Sari Hadiyan Adhli M Meidy Shadana Rizqina Putri Randa Pratama Iklima Asiah Siti Aisyah Pembimbing : dr. Nicko P.K.S,SpOG KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2015

Upload: charmila-sari

Post on 11-Nov-2015

204 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hiperemesis gravidarum

TRANSCRIPT

  • Laporan Kasus

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM

    Disusun Oleh:

    Ary Anggi K

    Anggelina Effendi

    Charmila Sari

    Hadiyan Adhli M

    Meidy Shadana

    Rizqina Putri

    Randa Pratama

    Iklima Asiah

    Siti Aisyah

    Pembimbing :

    dr. Nicko P.K.S,SpOG

    KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

    BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2015

  • 2

    DAFTAR SINGKATAN

    TSH: Tiroid Stimulating Hormon

    HCG: Human Chorionic Gonadotrhopin

    HG: Hiperemesis Gravidarum

    GIT: Gastro Intestinal Track

    USG: Ultrasonography

    FSH: Follicle Stimulating Hormon

    LH: Luteinizing Hormon

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Secara fisiologis, tubuh wanita hamil akan melakukan adaptasi, antara lain

    dengan perubahan anatomi, fisiologi serta biokimiawi sebagai adaptasi tubuh

    terhadap kehamilannya. Hampir semua sistem organ termasuk gastrointestinal

    mengalami perubahan fisiologi selama kehamilan. Keluhan gastrointestinal selama

    kehamilan antara lain muntah, hiperemesis gravidarum, penyakit refluks

    gastroesofageal, dan konstipasi. Mual terjadi pada hampir 50%-90% kehamilan dan

    muntah sekitar 25%-55% kehamilan. Meski begitu keduanya bersifat self-limiting.

    Sebagian besar perubahan yang terjadi selama kehamilan ini akan kembali normal

    setelah selesainya masa persalinan dan laktasi.1

    Keluhan mual dan muntah biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit

    kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara

    umum dikenal dengan istilah morning sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat

    karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari.

    Dikatakan hiperemesis gravidarum apabila keluhan mual dan muntah yang dialami

    sampai mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan komplikasi. Komplikasi

    yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat

    badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.2

    Etiologi dan patogenesis hiperemesis gravidarum berkaitan erat dengan

    etiologi dan patogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab pasti mual dan

    muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang

    mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan psikologis. Faktor biologis

    yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama kehamilan. Menurut

    teori terbaru, peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hCG) akan

    menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual

    dan muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang

    diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami

    keluhan mual dan muntah yang lebih berat.

  • 4

    Selain itu, hCG memiliki struktur yang mirip dengan hormon TSH (thyroid

    stimulating hormone) sehingga dapat berikiatan dengan reseptor TSH di kelenjar

    tiroid dan merangsang produksi kelenjar tiroid meski bersifat stimulator tiroid yang

    lemah. Diduga terjadinya hiperemesis berkaitan langsung dengan kelenjar tiroid yang

    hiperaktif. Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara

    menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung.1,2

    Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu

    ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada

    minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati

    minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum

    yang menyebabkan ibu harus ditatalaksana dengan rawat inap.2

    Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka

    kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat

    inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan

    sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan

    dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.2

    Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum

    antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan

    berlebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.2

  • 5

    BAB II

    ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS PENDERITA

    Nama pasien : Ny. DK

    Umur : 30 tahun

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : IRT

    Agama : Islam

    Suku : Melayu

    Alamat : Pekanbaru

    No. MR : 865992

    ANAMNESIS

    Pasien masuk Kamar Bersalin IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 21 April 2015. Jam

    08.30 WIB.

    a. Keluhan Utama:

    Mual muntah

    b. Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak 1 minggu SMRS. Mual dan

    muntah terutama dirasakan saat makan dan minum 5 x / hari isi air dan

    makanan dengan volume 1/2-3/4 gelas, biasanya timbul tiba-tiba saat bangun

    pagi, berkurang ketika istirahat. Pada muntahan tidak terdapat darah. Demam (-),

    nyeri perut (-). Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemah hingga tak

    mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa kering.

    Nafsu makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah. BAB dan BAK

    dirasakan semakin menurun. Pasien buang air kecil 2x dalam sehari dengan

    volume + 200 cc.

    Pasien mengaku hamil 2 bulan. HPHT 01/03/ 2015 ~ 7-8 minggu. Pasien belum

    pernah kontrol hamil sebelumnya, USG (-). Pasien menyadari dirinya hamil

    ketika melakukan test pack.

  • 6

    c. Riwayat Penyakit Dahulu:

    Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-)

    d. Riwayat Penyakit Keluarga:

    Hipertensi (-), Diabetes Melitus (+) ibu kandung, Asma (-), Penyakit Jantung (-)

    e. Riwayat Ante Natal Care:

    Belum pernah

    f. Riwayat Minum Obat:

    -

    g. Riwayat Haid:

    Menarke usia 12 tahun, siklus teratur 30 hari, selama 5-6 hari, banyaknya 2-3

    kali ganti pembalut/hari dan tidak ada nyeri haid.

    h. Riwayat Perkawinan:

    1 kali menikah tahun 2010

    i. RiwayatKehamilan/ Persalinan/Abortus:

    Hamil 2/Persalinan 1/Keguguran 0/Hidup 1

    I: Laki-laki, tahun 2014, 3000 gr, normal di RSUD AA, cukup bulan, anak hidup

    sehat.

    II: Hamil ini

    j. Riwayat KB :

    Tidak ada

    k. Riwayat Sosial Ekonomi

    Suami bekerja sebagai swasta, ibu sebagai ibu rumah tangga, hasil kerja suami

    cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

    PEMERIKSAAN FISIK

    a. Keadaan Umum

    Tampak sakit sedang

    b. Kesadaran

    Komposmentis

  • 7

    c. Tanda Tanda Vital

    Tekanan Darah : 90/60 mmHg

    Frek. Nadi : 104 x / menit

    Frek. Nafas : 24 x / menit

    Suhu : Afebris

    TB : 155cm

    BB : 50 kg

    IMT : 20,81 kg/m2

    d. Status Generalis

    Kepala

    Mata: anemis -/-, ikterus -/-, mata cekung +/+

    Leher

    Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening

    Thoraks

    Paru :vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

    Jantung : dalam batas normal

    Abdomen : Status Obstetrikus

    Genitalia : Status Obstetrikus

    Ekstremitas : edema pada kedua tungkai -/-, CRT 2 detik,akral hangat

    e. Status Obstretikus

    Muka : Kloasma gravidarum (-)

    Mammae : Hiperpigmentasi areola mammae (-)

    Abdomen

    Inspeksi : Datar

    Palpasi : TFU tidak teraba, supel, nyeri tekan epigastrium (+) nyeri lepas (-)

    tanda akut abdomen (-)

    Genitalia eksterna

    Inspeksi/palpasi : V/U tenang

    Genitalia interna

    Inspekulo : tidak dilakukan

  • 8

    VT/bimanual palpasi : tidak dilakukan

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Hasil laboratorium (21/04/2015)

    Hemoglobin : 16,12 gr/dl

    Hematokrit : 48,21 %

    Leukosit : 13360/ul

    Trombosit : 412800 /ul

    Keton : positif (+)

    Tes kehamilan : positif (+)

    DIAGNOSIS KERJA

    G2P1A0H1,gravid 7-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade II

    RENCANA

    Hemodinamik ibu dan janin stabil:

    o Observasi KU, TTV, mual dan muntah

    Perbaikan umum

    o IVFD RL:D5% 2:1

    o RL + neurobion

    Atasi emesis

    o Metoclopramid 3x1 amp

    o Ranitidine 2x1 amp

    Rencana USG

    o Mengenai usia kehamilan

    o Keadaan janin, adakah tanda mola

    o Saran

    - Elektrolit

    - Faal hepar

    - Faal ginjal

    - T3, T4 dan TSH

  • 9

    Hasil USG (21/04/2015)

    o

    Kesan : janin ada, pulsasi (+), ~ 7-8 minggu

    Follow Up

    Tanggal 22/04/2015 jam 06.30 (Camar 3)

    S= mual (+) muntah sudah berkurang hanya keluar air, nyeri pada ulu hati (+),

    nafsu makan masih turun, BAK sedikit, pusing (+), demam (-)

    O=

    Keadaan umum: sedang

    Kesadaran: composmentis

    TD : 110/70 mmHg N : 96x/i S : 36,4 P : 21x/i

    St. Generalis:

    Mata : KA (-/-) SI (-/-)

    Paru dan jantung : dalam batas normal

    Abdomen : I : datar, A: BU(+) normal, Pa : supel, neyri tekan

    epigastrium (+), Pe : timpani

    St. Obstetri:TFU tidak teraba, NT (-), NL(-)

    I= V/U tenang

    Io&VT tidak dilakukan

  • 10

    21/04/2015

    DPL : 16,12/48,21/13360/412800

    Keton : positif (+)

    Tes kehamilan : positif (+)

    Hasil USG : janin ada, pulsasi (+), ~ 7-8 minggu

    A=G2P1A0H1,gravid 7-8 minggu dengan HEG tingkat II dalam perbaikan

    P= Hemodinamik ibu stabil:

    Obs KU, TTV, mual, muntah

    Manajemen konservatif:

    Ranitidine 3x1 amp

    Metoclopramid 3x1 amp

    Ondansentron 3x1 amp

    Nafsu makan :

    Curcuma 2x1 tab

    Tanggal 23/04/2015 jam 06.30 (Camar 3)

    S= mual (+) muntah (-), nyeri pada ulu hati (+), BAK lancar dan banyak, pusing (-

    ), demam (-)

    O=

    Keadaan umum: baik

    Kesadaran: composmentis

    TD : 120/80 mmHg N : 88x/i S : 36,7 P : 20x/i

    St. Generalis:

    Mata : KA (-/-) SI (-/-)

    Paru dan jantung : dalam batas normal

    Abdomen : I : datar, A: BU(+) normal, Pa : supel, neyri tekan

    epigastrium (+), Pe : timpani

    St. Obstetri:TFU tidak teraba, NT (-), NL(-)

    I= V/U tenang

    Io&VT tidak dilakukan

  • 11

    21/04/2015:

    DPL: 16,12/48,21/13360/412800

    Keton : positif (+)

    Tes kehamilan : positif (+)

    Hasil USG : janin ada, pulsasi (+), ~ 7-8 minggu

    A=G2P1A0H1,gravid 7-8 minggu + HEG tingkat II dengan perbaikan

    P=

    Manajemen konservatif:

    Ondansentron 3x1 tab

    Asam folat 2x1 tab

    Vit B complex 2x1 tab

    Pasien boleh pulang rawat jalan dengan edukasi sebelumnya.

  • 12

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Definisi

    Mual dan muntah sering terjadi pada pada minggu-pertama kehamilan, dan

    hal tersebut merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan emesis

    gravidarum. Mual dan muntah yang biasa dapat berlanjut menjadi suatu keadaan yang

    jarang terjadi, yaitu menolak semua makanan dan minuman yang masuk, hal

    tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, kelaparan dengan ketosis bahkan sampai

    kematian.

    Hiperemesis gravidarum adalah suatu penyakit dimana wanita hamil

    memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat

    turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria. Sedangkan

    dari literatur lain menyebutkan bahwa hiperemesis gravidarum adalah muntah yang

    cukup parah sehingga menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari

    kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam hidroklorid saat muntah dan hipokalemia.

    Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum

    Mual dan muntah yang dikeluhkan

    tidak terlalu sering , (muntah pada pagi

    hari)

    Kondisi mual muntah yang berat pada

    kehamilan , memuntahkan apa yang

    dimakan dan minum dengan frekuensi

    lebih banyak

    Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari mengganggu aktivitas sehari-hari

    Tidak menimbulkan komplikasi

    patologis

    Mual dan muntah menimbulkan

    komplikasi (ketonuria, dehidrasi,

    hipokalemia, penurunan berat badan.

    Tabel 2.1 Definisi-definisi mual dan muntah dalam kehamilan

  • 13

    3.2 Etiologi

    Muntah merupakan suatu mekanisme dari saluran cerna bagian atas

    mengeluarkan isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan

    pada usus. Muntah termasuk reflex integrative yang kompleks yang terdiri dari 3

    komponen utama yakni detektor muntah, mekanisme integrative dan efektor yang

    bersifat somatik, dimana rangsangannya dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen

    simpatis menuju pusat muntah. Selain itu pusat muntah juga menerima rangsangan

    dari pusat muntah lain yang lebih tinggi pada serebral dari chemoreseptor trigger

    zone (CTZ) pada area postrema dan dari apparatus vestibular via serebelum. Kalau

    sinyal tersebut berasal dari perifer maka sinyal tersebut tidak akan melalui trigger

    zone tetapi akan mencapai pusat muntah melalui nucleus traktus solitaries. Pusat

    muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang

    aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran

    cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.4

    Apabila rangsangan dirasakan sudah mencukupi maka akan mengakibatkan

    pernafasan menjadi lebih dalam, terangkatnya tulang hioid dan laring untuk

    mendorong sifngter krikoesofagus terbuka, tertutupnya glotis dan akhirnya

    terangkatnya palatum mole untuk menutup nares anterior. Akhirnya timbul kontraksi

    kuat dari otot abdomen yang mengakibatkan timbulnya tekanan intragastrik yang

    tinggi. Dengan tekanan intragastrik yang meninggi dilanjutkan dengan relaksasi dari

    sfingter esofagus, sehingga memungkinkan terjadinya pengeluaran isi lambung.4

    Sampai saat ini patogenesis hiperemesis gravidarum masih kontroversial.

    Dengan adanya muntah yang terus menerus mengakibatkan berkurangnya cadangan

    energi. Tubuh mulai beradaptasi dengan mengambil jalur lain untuk memperoleh

    energi yakni melalui jalur glukoneogenesis dengan mengoksidasi asam lemak.

    Oksidasi lemak ini memiliki kerugian yakni meningkatkan kadar keton dalam urin

    akibat hasil dari oksidasi tidak sempurna dari asam lemak yakni tertimbunnya asam

    aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton.4

    Selain kehilangan cadangan energi, muntah yang berkepanjangan dapat

    menyebabkan kehilangan cairan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan timbulnya

  • 14

    dehidrasi, sehingga cairan plasma dan ekstravaskuler akan berkurang. Natrium dan

    khlorida darah turun, demikian juga dengan khlorida urine. Dampak lainnya yakni

    dapat mengakibatkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.

    Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan

    tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah

    dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih

    banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. 5

    Apabila intensitas muntahnya sangat berat dapat terjadi robekan pada selaput

    lendir esofagus dan lambung, sehingga kadang kala dapat muncul gejala seperti

    muntah darah. Gejala ini dikenal dengan nama Mallory-Weiss Syndrome. Pada

    umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.4

    Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor

    endokrin, imunologi gastrointestinal, enzim metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi

    dan psikologi. 5

    a. Endokrin

    1. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

    Sampai saat ini HCG dikatakan sebagai penyebab utama dari hiperemesis

    gravidarum karena dikaitkan adanya peningkatan signifikan dari HCG pada

    ibu dengan hiperemesi gravidarun. HCG disekresi oleh sinsitiotropoblast. HCG

    terdiri dari alfa hCG dan beta hCG. Alfa hCG memiliki susunan asam amino

    92 subunit alfa tidak spesifik yang dimiliki juga oleh hormon tropik lain

    seperti TSH, LH dan FSH.5

    Penelitian lainnya mengatakan peningkatan HCG bukan merupakan satu

    satunya penyebab melainkan ada isoform spesifik dari HCG yang juga

    mengakibatkan Hiperemesis gravidarum (HG). Ini ditandai dengan adanya

    HCG yang lebih asam (pH

  • 15

    2. Progesteron

    Aktivitas hormonal pada saat corpus luteum merupakan paling tinggi pada

    trimester pertama ketika HG sering terjadi. Penelitian menunjukkan pada

    pasien dengan HG memiliki kadar progesteron yang lebih rendah. 5

    3. Estrogen

    Estrogen memiliki beberapa mekanisme yang dapat mengakibatkan timbulnya

    HG. Kadar estrogen yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan waktu transit

    dari usus dan pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan meningkatnya

    akumulasi cairan akibat peningkatan hormone steroid. Perubahan pH pada GIT

    dapat meningkatkan risiko infeksi Helicobacter Pylori sehingga dapat

    mengakibatkan munculnya gejala GIT. 5

    4. Thyroid Hormones

    Kelenjar tiroid secara fisiologis akan meningkatkan sekresinya pada saat

    kehamilan mengakibatkan peningkatan sementara tiroksin dalam darah yang

    dikenal dengan nama Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT). Bersamaan

    dengan HCG, tiroid memiliki peranan penting dalam timbulnya HG.

    Mekanisme masih belum jelas, namun kemungkinan karena memiliki struktur

    yang mirip dengan HCG.5

    5. Leptin

    Leptin merupakan hormone yang memliki peranan dalam mengatur berat

    badan dan memiliki struktur yang hampir sama dengan sitokin. Hubungan

    antara HG dan leptin didapatkan berdasarkan fakta bahwa leptin sering

    ditemukan pada jaringan adipose dan fungsi utamanya adalah mengurangi rasa

    lapar dan meningkatkan konsumsi energi dengan cara berinteraksi dengan

    kortisol, tiroid dan insulin. Kadar leptin sering ditemukan pada ibu hamil salah

    satunya dengan HG namun mekanismenya masih belum jelas.5

    6. Adrenal Cortex

    Suatu studi penelitian menyebutkan bahwa terdapat penurunan gejala pada ibu

    dengan HG ketika menggunakan terapi kortikosteroid. Kemungkinan

  • 16

    rendahnya kadar kortisol berhubungan dengan timbulnya HG, namun

    mekanisme masih belum jelas.5

    7. Growth hormone dan prolactin

    Penurunan human Growth Hormone (hGH) dan peningkatan prolaktin

    ditemukan pada pasien dengan HG. Kemungkinan ini diakibatkan karena

    kadar hGH dan prolaktin kemungkinan mempengaruhi produksi dari hormon

    plasenta dan endometrial pada ibu hamil. 5

    8. Placental serum markers

    Schwangerschafts protein 1 (SP1) merupakan suatu protein spesifik dari

    plasenta yang beredar dalam sirkulasi maternal pada minggu awal kehamilan.

    Protein ini diperkirakan berhubungan dengan adanya muntah pada kehamilan.5

    b. Imunologi

    Pada ibu hamil terjadi perubahan sistem humoral maupun mediated, kemungkinan

    untuk melindungi janin dari sistem imun ibu. HG dikatakan timbul akibat dari

    overaktivasi dari sistem imun yang berhubungan dengan sintesis hormon

    kehamilan.5

    c. Gastro Intestinal

    1. Infeksi Helicobacter Pylori

    Peningkatan insiden H.pylori pada pasien HG merupakan salah satu etiologi

    yang cukup jelas. Secara signifikan ditemukan H.pylori pada bagian antrum

    dan corpus dari lambung pasien dengan HG. Jumlah bakteri H.pylori juga

    kemungkinan berhubungan dengan derajat keparahan dari HG.5

    Infeksi H.pylori pada ibu hamil kemungkinan disebabkan karena adanya

    perubahan keasaman lambung yang berhubungan denga perubahan sistem

    imun pada ibu hamil. Perubahan sistem imun baik secara humoral maupun

    selular meningkatkan risiko ibu terinfeksi H.pylori.5

    2. Motilitas lambung dan usus

    Selama hamil sex steroid dapat mengakibatkan aktivitas abnormal dari

    lambung dan usus halus mengakibatkan lambatnya waktu transit dan

    menghambat waktu pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan mual.

  • 17

    Namun ternyata dalam penelitian hal tersebut tidak berpengaruh dalam

    patogenesis HG.

    3. Tekanan spingter bawah esophagus

    Kebanyakan wanita memiliki gejala gastrointestinal reflux selama hamil.

    Gejala ini kemungkinan muncul akibat penurunan tekanan dari spingter bawah

    esophagus, yang diakibatkan karena meningkatnya estrogen dan progesteron. 5

    4. Sekresi cairan di GIT

    HG kemungkinan muncul akibat distensi dari GIT bagian atas karena

    peningkatan sekresi dan akumulasi cairan dalam lumen lambung. Peningkatan

    sekresi cairan merupakan hal yang fisiologis pada ibu hamil, karena

    berhubungan dengan sekresi cairan amnion.5

    d. Enzim Metabolik

    1. Liver enzim

    Kelainan fungsi hati ditemukan pada pasien HG dengan peningkatan kadar

    SGOT maupun SGPT. Kelainan ini kemungkinan ditemukan pada pasien HG

    tipe late onset, lebih parah sampai ketonuria dan hipertiroidism, namun

    mekanisme secara detail belum jelas. Diperkirakan kelainan fungsi hati

    kemungkinan disebabkan karena efek kombinasi dari hipovolemia, malnutrisi,

    dan timbulnya asam laktat pada HG.5

    2. Amilase

    Adanya peningkatan serum amylase ditemukan pada pasien dengan HG.

    Namun peningkatan serum amylase tidak diakibatkan karena peningkatan

    enzim amylase dari pancreas, menunjukkan kalau peningkatan tersebut bukan

    diakibatkan gangguan dari pankreas melainkan sekresi yang berlebihan dari

    kelenjar ludah.5

    e. Defisiensi nutrisi

    1. Defisiensi vitamin

    Terdapat penurunan jumlah vitamin B1 pada pasien dengan HG, namun

    hubungan secara biokimia belum dapat dijelaskan secara detail. Selain itu juga

  • 18

    terdapat defisiensi vitamin lain yakni thiamin dan K yang juga diperkirakan

    berhubungan dengan peningkatan insiden HG.5

    2. Defisiensi Unsur Mikro

    Ada beberapa unsur mikro yang berkaitan dengan pathogenesis HG yakni zinc

    dan besi. Plasma zinc ditemukan meningkat sedangkan besi menurun pada

    pasien dengan Hg. Zinc merupakan bahan yang penting dalam katalisis enzim

    yang berhubungan dengan metabolism, sedangkan kadar besi yang rendah

    kemungkunan mengganggu fungsi biokimia, metabolic dan endokrin dari

    beberapa organ.5

    f. Anatomi

    Ibu hamil berisiko mengalami HG karena adanya beberapa variasi anatomi,

    kemungkinan penyebabnya adalah perbedaan sistem vena pada ovarium kanan dan

    kiri menyebabkan tingginya kadar sex steroid pada vena porta. 5

    g. Psikologi

    Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah

    tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,

    takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental

    yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap

    keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 5

    Suatu studi penelitian berupaya membandingkan gejala psikologis pada wanita

    hamil dengan dan tanpa HG selama kehamilan. Subjek dengan gejala HG jauh

    lebih tinggi gejala psikologisnya dibandingkan dengan kecemasan dari para wanita

    hamil yang tidak menderita HG. Gejala tersebut antara lain; gejala depresi,

    histeria, psychasthenia, skizofrenia, somatisasi dan perilaku obsesif kompulsif.

    Penyebab gejala-gejala psikologis tersebut karena trauma dan stress. Dapat

    disimpulkan bahwa HG tidak berhubungan dengan gangguan psikologis dan sulit

    untuk membuktikan bahwa HG adalah murni psikologis karena banyak wanita

    mulai muntah sebelum mereka mengetahui bahwa mereka hamil. 5

  • 19

    Bagan 1. Interaksi antara faktor faktor pencetus HG.

    3.3 Faktor Risiko

    Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia

    ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan

    mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor

    risiko dari hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu

    hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih

    dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia

    kehamilan juga merupakan faktor risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut

    berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron

    di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu

    etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon

    gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya

    sekitar minggu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada

    trimester pertama. Peningkatan kadar hCG mengakibatkan perubahan atau gangguan

  • 20

    (dismotilitas) sistem pencernaan serta gangguan sistem imun humoral yang diduga

    sebagai pencetus infeksi H.pilory selama kehamilan.

    Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan

    kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan

    mengalami stress yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat

    menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu

    beradaptasi terhadap perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan

    ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum.

    Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit hiperemesis gravidarum. Pekerjaan

    berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan,

    aktifitas dan stres pada ibu hamil.

    3.4 Klasifikasi berdasarkan gejala klinis

    Batasan jelas antara mual yang masih dianggap fisiologis dalam kehamilan

    dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita

    terpengaruh, sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis

    gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan,

    yaitu1,4:

    1. Tingkat I.

    Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, penderita

    merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri

    pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah

    sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.1,4

    2. Tingkat II.

    Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah

    mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan

    mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,

    hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau

    pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam

    kencing.1,4

  • 21

    Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum

    Parameter Tingkat I Tingkat II Tingkat III

    Kondisi umum Lemah Lebih lemah dan

    apatis

    Lebih buruk

    Kesadaran Compos mentis Apatis Somnolen-koma

    Nyeri epigastrium + ++ ++

    Muntah >> >>> Berhenti

    Tekanan darah Menurun Menurun Menurun

    Nadi Sampai 100x/mnt 100-140x/mnt meningkat

    Turgor kulit Menurun Menurun Menurun

    Mata Cekung Cekung, + ikterus Cekung, + ikterus

    BAK Normal Oligouria Oligouria-anuria

    Keton urin + > +2

    3. Tingkat III.

    Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen

    sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.

    Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy

    Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini

    terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya

    ikterus menunjukan adanya gangguan hati.1,4

    3.5 Diagnosis

    Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan

    adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi

    keadaan umum. Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan

    kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga

    pengobatan perlu segera diberikan. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan

    melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.5,6J

  • 22

    a. Anamnesis

    Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.

    Mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu,

    dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat

    diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya

    hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan

    riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes

    mellitus, dan tumor serebri).

    b. Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda

    dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan

    tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

    c. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan

    menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah

    lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),

    analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien

    dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan

    parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-

    60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal

    dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan

    laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat

    jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.

    Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda

    ataupun mola hidatidosa.

  • 23

    Faktor Hiperemesis Gravidarum: - Defisiensi nutrisi - Endokrin - GIT - Enzim metabolik - psikologi

    - Mual muntah menggangggu aktivitas sehari-hari - Hiperemesis dengan berbagai tingkatannya.

    Emesis gravidarum: - mual muntah tanpa gangguan aktivitas sehari-hari - ANC rutin - pendekatan psikologis - pengobatan Diet dan vitamin

    Hiperemesis gravidarum: - rehidrasi dan diet - perbaiki keseimbangan elektrolit - pemberian terapi farmakologi - perbaiki metabolisme

    Pengobatan gagal: Terminasi kehamilan dengan indikasi:

    - Gangguan fungsi organ

    FISIOLOGI HAMIL MUDA

  • 24

    3.6 Diagnosis Banding

    Diagnosis hiperemesis gravidarum merupakan diagnosis pereksklusionam,

    sehingga perlu menyingkirkan semua diagnosis banding yang mungkin terlebih

    dahulu. Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala

    muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan, antara lain:

    1. Appendiksitis akut.

    Pada pasien hamil dengan appendiksitis akut keluhan nyeri tekan pada perut

    sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendiksitis akut

    keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare,

    dan rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan

    wanita hamil dengan appendiksitis akut dan tanpa appendiksitis akut.3,7,8

    2. Ketoasidosis diabetes.

    Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil

    mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi

    disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu

    dilakukan pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada

    urine, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 3,7,8

    3. Gastritis dan ulkus peptikum.

    Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien

    mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-

    obat analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu

    dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum

    karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai

    keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari

    karena berisiko dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan

    gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya

    diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena

    hormon jarang disertai diare. 3,7,8

  • 25

    4. Hepatitis.

    Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya

    sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT dan

    SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis

    gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak

    menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah

    menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan

    diagnosis. 3,7,8

    5. Tumor serebri.

    Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang

    hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir

    setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi.

    Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena

    berbahaya bagi janin.

    3.7 Tatalaksana hiperemesis gravidarum

    Pencegahan

    Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis,

    pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan beberapa cara,

    antara lain :

    1. Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal

    terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang pada usia kehamilan 4

    bulan.

    2. Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tetapi dengan frekuensi

    yang lebih sering

    3. Pada saat bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan

    untuk makan roti, biskuit dengan teh hangat

    4. Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau

    minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin

  • 26

    5. Makan makanan yang mengandung gula sangat dianjurkan untuk menghindari

    kekurangan karbohidrat

    6. Defekasi yang teratur

    Terapi obat-obatan

    Tatalaksana keluhan hiperemesis gravidarum yang berat dianjurkan untuk

    dirawat di rumah sakit, hal utama yang harus diperhatikan adalah tatalaksana

    dehidrasi untuk meningkatkan volume intravaskuler, memperbaiki gangguan

    elektrolit dan mencegah terjadinya kompensasi vasokonstriksi sehingga mengganggu

    perfusi pada organ dan uterus. Berikut langkah-langkah tatalaksana hiperemesis

    gravidarum :

    Stop makanan peroral selama 24-48 jam

    Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1 dengan tetesan 40 tetes per menit

    Obat

    o Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus

    o Vitamin B12 200 ug/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus

    o Fenobarbital 30 mg I.M 2-3 kali perhari atau klorpromazin 25-50mg/

    hari

    o Antiemetik : prometazin 2-3 kali perhari peroral atau pro-kloperazin 3

    kali 3mg perhari peroral atau mediamer B6 3 kali perhari peroral

    o Antasida : asidrin 3x1 tablet perhari peroral atau milanta 3x1 tablet

    perhari peroral

    Pemberian infus asam amino untuk mencegah terjadi katabolisme yang

    menghasilkan benda keton yang dapat memperburuk keadaan pasien

    Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi

    Rehidrasi dan suplemen vitamin, pilihan cairan adalah normal salin (NaCl

    0,9%), cairan dekstrose tidak boleh diberikan karena tidak mengandung

    sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia, urin output juga harus

    dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui

    terjadinya ketonuria Antiemesis, tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan

  • 27

    menggunakan dopamin antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin

    (klorpromazin, proklorperazin), antikolonergik (disiklomin) atau antihistamin

    H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun bila masih tetap tidak

    memberikan respon maka dapat digunakan kombinasi kortikosteroid dengan

    reseptor antagonis 5-Hidrokstiptamin (5-HT3) (ondansentron, sisaprid).

    2

  • 28

    3.8 Penggunaan dan efek samping obat hiperemesis gravidarum

    Vitamin B6 (Pyridoxin )

    Pyridoxin merupakan koenzym untuk metabolisme asam amino. Pyridoxin

    banyak terdapat pada gandum, daging dan sayuran hijau, namun vitamin ini dapat

    rusak oleh sinar. Kebutuhan vitamin ini pada keadaan normal tidak diketahui dengan

    pasti namun ada yang menyatakan berkisar antara 1 sampai 2 mg per hari. Vitamin

    B6 mempunyai peranan penting dalam metabolisme tryptophan menjadi niacin dan

    metabolisme beberapa asam lemak essensial lainnya. Pada wanita hamil ditemukan

    ekskresi asam xanthurenic dalam jumlah banyak setelah pemberian trypthopan dan

    kelainan ini dikoreksi dengan pemberian pyridoxin. Defisiensi vitamin B6 selain

    dapat menyebabkan gangguan epitelisasi juga dapat mengganggu persyarafan seperti

    lemas, nyeri pada ekstremitas, salit kepala, depresi dan nausea. Pemberian vitamin B6

    pada wanita hamil dengan nausea dan vomitus adalah 10 25 mg tiap kali pemberian

    sebanyak 3 kali sehari.

    Banyak wanita yang memilih vitamin B6 sebagai terapi alternatif yang natural

    untuk mengobati nausea dan vomitus pada kehamilan. Bahkan wanita yang

    mengkonsumsi multivitamin yang mengandung vitamin B6 pada 6 minggu pertama

    kehamilannya, lebih sedikit yang mengalami nausea dan vomitus pada kehamilan

    secara bermakna.

    Dopamin Antagonis

    Phenothiazines

    Resiko pemberian Phenothiazines pada perkembangan fetus tampaknya

    kecil. Phenothiazines pada trisemester pertama tidak memberikan bukti statistik yang

    bermakna yang menyatakan adanya peningkatan terjadinya birth defect, namun

    terdapat peningkatan angka kejadian defek pada jantung.

    Promethazine

    Promethazine adalah obat yang sering digunakan untuk mengobati

    hyperemesis. Promethazine tidak berhubungan dengan peningkatan risiko anomali

  • 29

    kongenital tetapi penggunaan promethazine saat melahirkan dapat menimbulkan

    gangguan pernafasan (RDS) pada bayi dan mengganggu agregasi trombosit dari ibu

    dan bayi, oleh sebab itu disarankan agar promethazine tidak digunakan pada wanita

    yang akan melahirkan dalam waktu dekat.

    Metoclopramide

    Metoclopramide adalah obat golongan dopamine reseptor bloker yang telah

    lama dipergunakan untuk mengobati refluks gastroesofageal, kemoterapi yang

    menginduksi nausea dan nausea yang berkaitan dengan paska seksio. Obat ini juga

    telah dipakai sebagai terapi hiperemesis pada wanita hamil dan tidak ada data

    mengenai efek teratogenik pada bayi.

    Antihistamin

    Antihistamin yang dipakai pada nausea dan vomitus pada kehamilan antara

    lain doxylamine, diphenhydramine, dimenhydrinate, cyclizine, buclizine.

    Antihistamin tidak terbukti meningkatkan insiden malformasi kongenital. Meclizine

    adalah antihistamin piperazine yang digunakan untuk mengobati vertigo dan motion

    sickness.

    Antagonis HT 3

    Ondansetron adalah antagonis selektif serotonin receptor yang biasa

    digunakan sebagai antiemesis pada kasus paska operasi, kemoterapi kanker dan

    radiasi. Obat ini merupakan anti emetik yang poten dan terbaru. Belum ada penelitian

    besar dari penggunaan obat ini pada wanita hamil dan baru sebatas percobaan pada

    binatang. Dari beberapa laporan tidak didapatkan efek yang buruk pada kehamilan

    walalupun terdapat pemakai dalam jumlah besar yang berulang pada trimester

    pertama.

  • 30

    Akar Jahe

    Akar jahe yang diyakini berguna untuk anti nausea serta meningkatkan

    motilitas dan peristaltic lambung. Jahe membantu mengembalikan aktivitas normal

    lambung dan jahe juga memiliki efek tranquilizer pada otak yang akan membantu

    meringankan efek dari nausea. Jahe tidak memiliki efek sedative seperti pada obat

    farmakologis lainnya. Jahe diketahui juga dapat mengambil alih reseptor

    benzodiazepine ( reseptor anti ansietas ) sehingga memiliki efek tranquilizer.

    Pemberian ekstrak jahe tidak menimbulkan kejadian anomali congenital.

    3.9 Diet Hiperemesis Gravidarum

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan

    glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan

    berenergi dan zat gizi yang cukup. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa

    syarat, diantaranyanadalah:

    a. Karbohidrat tinggi

    b. Lemak rendah

    c. Protein sedang

    d. Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan

    dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari

    e. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan

    diberikan sering dalam porsi kecil

    f. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada

    makan malam dan selingan malam.

    g. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai

    dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :

    a) DietbHiperemesisbI

    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum

    berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi

    bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan

  • 31

    tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di

    dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.

    b) DietbHiperemesisbII

    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan

    secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai

    gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan

    bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi

    kecuali kebutuhan energi.

    c) DietbHiperemesisbIII

    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.

    Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan

    bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan

    semua zat gizi.

    3.10 Komplikasi

    Diawali dengan mual munta berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,

    tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan

    menurun. Oleh karena itu, terjadi perubahan metabolisme ke arah anaerob yang

    menghasilkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebihan menimbulkan

    perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi tinggi.

    Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi organ,

    organ yang terganggu antara lain :

    1. Hepar

    Gangguan perfusi O2 pada hepar menyebabkan gangguan fungsi sel hepar,

    peningkatan kadar transaminase dan infiltrasi lemak pada hati (fatty acid

    oxidative). Perlemakan pada hati ini dapat menyebabkan kematian dengan angka

    kematian maternal dan janin masing-masing 75% dan 85%. Dengan gambaran

    histopatologi berupa infiltrasi lemak intraseluler (mikrovesikel) yang

    distribusinya sentrilobuler, kecuali hepatosit di daerah periportal yang biasanya

  • 32

    masih tampak normal, juga tidak didapatkan adanya tanda-tanda nekrosis

    maupun reaksi inflamasi yang luas.

    Gejala klinis yang timbul dapat berupa malaise, anoreksi, nausea, vomitus,

    nyeri epigastrik, ikterus, hematemesis dan perdarahan lainnya, ensefalopati

    hepatik dan gagal ginjal. Penyakit ini sering disertai dengan pankreatitis akut dan

    kadang-kadang disertai juga dengan toksemia dan koagulasi intra vaskuler

    (DIC). Biasanya terjadi partus prematur dan bayinya lahir mati, kematian ibu

    biasanya terjadi pada hari ke tiga sampai empat minggu sejak onset, karena

    hipoglikemi, ensefalopati, perdarahan, infeksi dan gagal ginjal.11,12

    Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kenaikan kadar bilirubin serum

    (biasanya di bawah 10 mg%), SGOT (biasanya kurang dan 500 IU), fosfatase

    alkali, asam urat, amonia dan ureum. Sedangkan kadar gula darah, albumin,

    kolesterol dan protrombin akan menurun. Pada pemeriksaan darah tepi akan

    didapatkan leukositosis dan trombositopenia.13,14

    2. Ginjal

    Komplikasi pada ginjal berupa penurunan diuresis akibat dehidrasi, sehingga

    metabolisme seperti asam laktat dan benda keton tertimbun serta terjadi

    degenerasi lemak pada tubula kontorti. Gambaran histopatologi pada ginjal

    berupa penyempitan tubulus proksimal, nekrosis sel epitel tubulus proksimal, dan

    adanya hialin cast di tubulus distal. Tampak juga degenerasi tubulus proksimal

    yang mengandung debris, tetapi membrana basalis utuh.

    Gejala klinis berupa oliguria yang dilanjutkan diuresis. Adanya kerusakan

    tubulus menyebabkan retensi cairan, sehingga terjadi uremia, hiperkalemia, edem,

    ketidakseimbangan elektrolit, asidosis, peningkatan blood urea nitrogen (BUN)

    sekitar 25-30mg/dl per-hari, dan kreatinin kira-kira 2,5mg/dl per-hari. Setelah

    penyembuhan, epitel tubulus diganti dengan sel yang belum memiliki

    kemampuan selektif, sehingga urin mudah lewat tanpa absorpsi yang

    mengakibatkan dehidrasi dan hilangnya elektrolit tertentu.

    3. Sistem saraf pusat

  • 33

    Komplikasi pada sistem saraf pusat adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala

    yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola

    mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung.

    Komplikasi terjadi sebesar 48% pada hyperemesis gravidarum.

    Tiamin diserap di duodenum dan akan disimpan di dalam tubuh sekitar 18

    hari. Tiamin dikonversi ke dalam bentuk aktif yaitu tiamin pirofosfat di saraf dan

    sel glia. Tiamin pirofosfat berfungsi sebagai kofaktor beberapa jenis enzim,

    seperti tranketolase, piruvat dehidrogenase, dan alfa ketoglutarat, yang berfungsi

    dalam metabolisme karbohidrat. Fungsi utama enzim ini di dalam otak adalah

    dalam metabolisme lemak dan karbohidrat, produksi asam amino, dan produksi

    neurotransmitter devirat glukosa. Penurunan fungsi enzim ini menyebabkan

    kerusakan dalam metabolisme glukosa di otak yang mengakibatkan gangguan

    metabolisme energi sel.

    Bila dalam 2-3 minggu asupan tiamin kurang maka otak merupakan tempat

    yang akan menunjukan kerusakan sel paling tinggi. Konsekuensi nya adalah

    hilangnya gradien osmotik sel yang melintasi membran. Perubahan biokimia yang

    paling awal adalah penurunan -ketoglutarat dehidrogenase di astrocytes.

    Astrocytes laktat meningkat dan terjadi edema, peningkatan konsentrasi glutamat

    ekstraselular, peningkatan nitrat oksida, fragmentasi DNA di neuron, produksi

    adikal bebas dan peningkatan sitokinin, dan kerusakan pembuluh otak.

    4. Komplikasi lain

    Ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss pada esofagus, pneumotoraks dan

    neuropati perifer. Pada janin dapat ditemukan kematian janin, pertumbuhan janin

    terhambat, preterm, berat badan lahir rendah, kelainan kongenital.2,4

    3.10 Prognosis

    Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan

    merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut

    menurun 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual muntah

  • 34

    setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalami mual muntah setelah usia

    kehamilan 20 minggu.3

    Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

    memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada usia

    kehamilan 20-22 minggu. Namun demikian pada tingkatan yang berat penyakit ini

    dapat membahayakan nyawa ibu dan janin.

    Kriteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut:

    1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit kembali normal

    2. Diuresis bertambah

    3. Kesadaran komposmentis

    4. Hasil pemeriksaan laboratorium (ketonuria negatif).

    Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifetsasi

    komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan , takikardi , ikterus ,anuria dan

    perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri

    kehamilan. Dipertimbangkan dilakukannya terminasi kehamilan apabila:

    1. Gangguan kejiwaan

    a. Delirium

    b. Apatis ,somnolen sampai koma

    c. Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicke

    2. Gangguan penglihatan

    a. Perdarahan retina

    b. Kemunduran penglihatan

    3. Gangguan faal

    a. Hati dalam bentuk ikterus

    b. Ginjal dalam bentuk anuria

    c. Tekanan darah menurun

  • 35

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Diagnosis

    Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena dari

    anamnesis ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana keluhan

    tersebut sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan pekerjaanya. Muntah tersebut

    juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum dan

    kehilangan cairan karena muntah sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.

    Pada pemeriksaan fisik penderita, hal ini ditandai dengan ditemukan mata cekung,

    adanya peningkatan frekuensi denyut nadi, lidah terasa kering, BAK yang sedikit-

    sedikit dengan frekuensi yang menurun dan turgor yang menurun pada penderita.

    Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya

    riwayat telat haid sejak tanggal 01 Maret 2015, pasien sudah melakukan tes

    kehamilan dengan hasil yang positif. Hiperemesis gravidarum ini dapat

    mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan

    energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan

    tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah yang

    pada pemeriksaan urin ditemukan adanya keton positif (+).

    Pasien didiagnosis hiperemesis gravidarum tingkat II, karena penderita

    tampak lemah, turgor menurun, lidah kering, mata cekung, tensi turun dan oliguria.

    Pada pemeriksaan urin didapatkan keton positif. Pada penderita ini dapat dimasukkan

    ke dalam tingkat dehidrasi sedang, karena dalam pemeriksaan didapatkan keluhan

    haus, pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi cepat (104x/menit),

    pernafasan agak cepat (24 x/menit), mata cekung, turgor kulit agak berkurang dan

    BAK sedikit.

    Salah satu penyebab mual muntah berlebihan adalah gemeli dan mola

    hidantidosa, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan USG. Hasil USG menunjukkan

    janin tunggal hidup dengan usia kehamila 7-8 minggu. Pemeriksaan penunjang lain

  • 36

    yang disarankan dalam kasus ini adalah pemeriksaan elektrolit, faal hepar dan faal

    ginjal, TSH, T3, dan T4 untuk melihat faktor etiologi, faktor resiko dan faktor

    pemberat pada pasien.

    4.2 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum grade II dibedakan menjadi

    rehidrasi dan koreksi elektrolit, terapi nutrisi, terapi dengan obat-obatan, dan

    psikoterapi. Terapi cairan dilakukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian

    cairan rehidrasi, yaitu rehidrasi inisial dan rehidrasi rumatan.

    Pada pasien ini ditemukan tanda-tanda dehidrasi tetapi hanya diberikan cairan

    rumatan sebanyak 1,5 liter dalam 22 jam hari pertama tanpa diberikan cairan

    rehidrasi inisial. Seharusnya defisit cairan ini dikoreksi dalam 2 jam pertama dengan

    cairan isotonik, misalnya ringer laktat, ringer asetat atau normal salin. Bila memakai

    normal salin harus berhati-hati agar jangan sampai diberikan dalam jumlah yang

    banyak karena dapat menyebabkan delusional acidosis atau hyperchloremic acidosis.

    Bila diperlukan dapat ditambahkan ion kalium.

    Resusitasi dikatakan adekuat bila terdapat parameter seperti tekanan darah

    arteri rata-rata 70-80 mmHg, denyut jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas

    hangat dengan pengisian kapiler baik, susunan saraf pusat baik, produksi urine baik

    0.5-1 ml/kg BB/jam dan asidosis tidak berlanjut.2

    Daldiyono score digunakan untuk menentukan jumlah cairan yang diberikan,

    didapatkan score 5 yaitu: muntah (1), Turgor Kulit menurun (1), mata cowong (2),

    dan tekanan darah diastolik 60 mmHg (1).Berat badan pasien adalah 50 kg. Lalu

    dengan menggunakan rumus maka :

  • 37

    Cairan pemeliharaan yang digunakan adalah Ringer laktat: Dekstrosa 5% = 2

    :1. Digunakannya cairan ini adalah selain untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien

    juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalori pasien. Digunakan dektrosa,

    karena pada pasien hiperemesis gravidarum terjadi oksidasi lemak yang tidak

    sempurna yang ditandai dengan ditemukannya benda keton di dalam urin. Selain itu

    cairan ini bersifat isotonic hiperosmotik membantu transport cairan intravaskuler

    menuju intraseluler sehingga dapat memperbaiki kondisi dehidrasi pasien.

    Untuk mengatasi emesis, pada pasien ini diberikan metoklopramid 3x10 mg

    dan ranitidine 3x50 mg perhari. Menurut algoritma penatalaksanaan mual dan muntah

    pada kehamilan, pada pasien mual muntah dengan dehidrasi, setelah dilakukan

    rehidrasi, pilihan obat yang digunakan adalah metoclopramid atau antihistamin H1

    tetapi pada pasien ini diberi metoclopramid dan antihistamin H2.

    Pada hari kedua pasien dirawat, pasien diberikan metoclopramid 3x10 mg,

    ondansentron 3x4 mg dan ranitidine 3x50 mg perhari. Hal ini tidak sesuai dengan

    algoritma penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan karena seharusnya

    metoclopramid dan ondansentron tidak diberikan secara bersamaan. Ondansentron

    diberikan pada pasien jika keluhan mual muntah tidak teratasi dengan pemberian

    metoclopramid atau antihistamin H1, tetapi cara pemberiannya tidak diberikan secara

    bersama-sama. Pada hari ketiga pasien dirawat, anti emetik yang diberikan adalah

    ondansentron, hal ini sudah sesuai dengan algoritma penatalaksanaan mual muntah

    pada kehamilan.

    Pada pasien ini juga diberikan Neurobion (mengandung vitamin B1, B6, B12).

    Suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan mencegah insiden

    hiperemesis gravidarum. Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan koenzim yang

    berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino. Selain itu pasien

    juga diberikan asam folat yang merupakan elemen penting dalam permbentukan dan

    perkembangan janin.

    Terapi Psikologis dilakukan dengan meyakinkan pasien bahwa penyakitnya

    dapat disembuhkan, menghilangkan rasa takut karena kehamilan, istirahat sementara

  • 38

    dari aktivitas hariannya, serta membantu pasien untuk mengatasi masalah dan konflik

    yang mungkin sedang dihadapi oleh pasien. Pada pasien ini dilakukan monitoring

    keluhan, tanda vital, berat badan, produksi urine dan keton urin. Keluhan penderita

    perlu diperhatikan untuk mencari apakah masih terdapat keluhan mual maupun

    muntah pada penderita.

    Tanda vital penderita dilihat apakah terjadi penurunan tekanan darah,

    peningkatan denyut nadi atau peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda-tanda

    dehidrasi. Berat badan penderita perlu ditimbang tiap hari untuk melihat apakah ada

    penurunan berat badan karena keluhan yang dialami oleh penderita. Produksi urine

    juga dapat digunakan untuk melihat apakah masih terjadi dehidrasi pada penderita ini.

    4.3 Evaluasi Keberhasilan Terapi

    Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah

    komplikasi seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih

    dari 3 kg atau 5% berat badan.1 Jika sudah terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata

    laksana terhadap komplikasi tersebut, dimana komplikasi melibatkan organ lain

    seperti hati dan ginjal. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan

    laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi

    mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan

    dehidrasi serta tidak adanya tanda-tanda komplikasi organ lain. Parameter

    laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa,

    pemeriksaan faal hati, faal ginjal dan elektrolit.

    Pasien dipulangkan setelah 3 hari dirawat dan dianjurkan untuk rawat jalan.

    Indikasi pasien pulang pada kasus ini adalah keadaan umum baik, kesadaran

    komposmentis, dengan tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda dehidrasi dan

    keluhan muntah sudah tidak ada, namun pada kasus ini dianjurkan untuk pemeriksaan

    ketonuria ulang sebelum pasien dipulangkan.

  • 39

    BAB V

    PENUTUP

    Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang mengganggu

    aktivitas sehari-hari sebelum usia kehamilan 20 minggu dan menyebabkan

    penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis, alkalosis dan hipokalemi. Hiperemesis

    gravidarum disebabkan interaksi faktor endokrin, imunologi, gastrointestinal, enzim

    metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologi.

    Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang

    tepat dapat mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu

    dan janin. Tatalaksana komprehensif dimulai pencegahan, modifikasi diet dan

    menjaga asupan cairan. Terapi hiperemesis gravidarum yang utama adalah

    pemberian cairan dan perbaikan elektrolit. Terapi farmakologi dapat diberikan jika

    dibutuhkan.

    Hiperemesis gravidarum sebagian besar dapat membaik dengan sendirinya

    pada usia kehamilan 20-22 minggu. Namun, pada tingkat yang berat penyakit ni

    dapat membahayakan nyawa ibu dan janin.

    Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur

    untuk mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa kehamilan.

    Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi dan menjaga personal higiene agar

    tidak terjadi infeksi selama kehamilan hingga persalinan.

  • 40

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Mochtar, Rustam, 2001, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC.

    2. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric

    Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC. 2005. hal 1424-1425.

    3. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu

    Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;

    Jakarta;2002; hal. 275-280.

    4. Ogunyemi DA, 2012. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:

    http://www.emedicine.com (Accesed : 24 Oktober 2012).

    5. Verberg MFG, Gillott DJ dan Grudzinskas JG. 2005. Hyperemesis

    Gravidarum, a literature review. Human Reproduction Update.vol 11. No.5.

    pp. 527-539.

    6. Goldberg D, Szilagyi A, Graves L: Hyperemesis gravidarum and Helicobacter

    pylori infection: a systematic review. Obstet Gynecol 2007, 110:695-703.

    7. Sheehan P. Hyperemesis gravidarum assessment and management. Aust Fam

    Physician 2007,36:698-701.

    8. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and

    vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of Midwifery, May

    2008, Vol 16, No. 5.

    9. Asih, Kampono dan Prihartono. Hubungan pajanan infeksi Helicobacter

    pylori dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majlah Obstetri Ginekologi

    Indonesia. Vol 33, no 3 Juli 2009.

    10. Einarson A, Maltepe C, Bukovic R, Koren G. Treatment of nausea and

    vomiting in pregnancy: an updated algorithm. Can Fam Physician 2007, 53

    (12):2109-2111.

    11. Sherlock S. Diseases of the liver and biliary system. 6th ed. Oxford:

    Blackwell Scientific Publications, 1981; 4005.

    12. Dotivas SG, Meeks GR, Phillips O, Momson JC, Walker LA. Liver disease in

    pregnancy. Obstetrical and Gynecological Survey 1983; 38: 8316.

  • 41

    13. Wright R. Liver disease in pregnancy. Medicine International 1986; 2: 12101.

    14. MacKenna J, Pupkin M, Crenshaw C, McLeod M, Parker RT. Acute fatty metamorphosis of the liver. Am J Obstet Gynecol 1977; 127: 4004.