hiperemesis gravidarum

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran, 2008). Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) terjadi selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Pada seluruh kehamilan dapat terjadi mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering disebut dengan hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga lebih dari 5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, robekan pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita 1

Upload: dwi-pratiwi

Post on 03-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang.Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan.Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran, 2008). Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) terjadi selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Pada seluruh kehamilan dapat terjadi mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering disebut dengan hiperemesis gravidarum.Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga lebih dari 5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, robekan pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian (Asih, Kampono, & Prihartono, 2009). Adanya berbagai macam dampak yang ditimbulkan akibat hiperemesis gravidarum, perlu menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan.Penanganan cepat dan tepat dari tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan sangat diperlukan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Hiperemesis Gravidarum.

B. Rumusan Masalah.Adapun rumusan masalah dari paper ini antara lain:1. Apakah pengertian dari hiperemesis gravidarum?2. Apa saja penyebab/etiologi dari hiperemesis gravidarum?3. Bagaimanakah patofisiologi dari hiperemesis gravidarum ?4. Bagaimanakah manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum ?5. Bagaimanakah penatalaksanaan dari hiperemesis gravidarum ?6. Bagaimanakah aplikasi asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis gravidarum ?

C. Tujuan Penulisan.Adapun tujuan penulisan paper ini adalah:1. Mengetahui definisi dari hyperemesis gravidarum.2. Mengetahui penyebab/etiologi dari hiperemesis gravidarum.3. Mengetahui patofisiologi dari hyperemesis gravidarum.4. Mengetahui manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum.5. Mengetahui penatalaksanaan dari hiperemesis gravidarum.6. Mengetahui aplikasi asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis gravidarum.

D. Sistematika Penulisan.Adapun sistem penulisan makalah ini antara lain:BAB I PENDAHULUANBAB II PEMBAHASANBAB III PENUTUP

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PengertianHiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Nugroho, 2011).Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, dieresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum (Satrowinata, 2004).Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Lowdermilk, 2004). Jadi kesimpulan yang dapat diambil, hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari hari yang tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan.

2.2 EtiologiPenyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat zat lain akibat inanisi. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan sebagai berikut:1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.2. Faktor organic : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi3. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan 4. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, dll.(Amru Sofian, 2012).

2.3 PatofisiologiHiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebankan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).

Pathway

Intake nutrisi menurunPenyesuaianEmesis gravidarumFaktor alergiPeningkatan esterogenFaktor predisposisiPenurunan pengosongan lambungPeningkatan tekanan gasterDehidrasiKehilangan cairan berlebihHiperemesis gravidarumKomplikasiKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhPengeluaran nutrisi berlebihhemokonsentrasiCairan ekstraseluler dan plasmaOtot lemahMetabolisme intrasel menurunAliran darah ke jaringan menurunKekurangan volume cairanKelemahan tubuh Intoleransi aktivitasPenurunan kesadaranRisiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

2.4 Manifestasi KlinisBatas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan:1. Tingkatan I (ringan)Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering dan mata cekung.2. Tingkatan II (sedang) Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.3. Tingkatan III (berat)Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat, terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Wiknjosastro, 2005).

2.5 PenatalaksanaanApabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang makadiperlukan:1. Obat obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam. Kadang kadang dengan isolasi saja gejala gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.4. Cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.5. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa.b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran penglihatan.c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun. (Wiknjosastro, 2005).

2.6 Asuhan Keperawatan pada Hiperemesis Gravidarum1. PengkajianA. Pengumpulan data1) Biodata, pada biodata ini yang perlu dikaji adalah umur dimana sering terjadi pada usia produktif 20-40 tahun, pada primigravida 6080%, multigravida 40-60%. Pendidikan juga berpengaruh pada pengetahuan pasien, dengan mengetahui tingkat pendidikan akan memudahkan dalam melakukan komunikasi terapeutik. Pada alamat untuk melihat apakah pasien berada dalam lingkungan kumuh, karena bisa berdampak pada mual muntah yaitu higiene nutrisi yang kurang baik sehingga bisa memperburuk keadaan. Pada pekerjaan juga berperan, dengan tuntutan kerja keras dapat mempengaruhi keadaan hamil dengan gangguan Hiperemeris gravidarum. Pada biodata suami juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah suami adalah suami yang syah, bertanggung jawab dalam masalah biaya perawatan di rumah sakit serta peran sebagai suami siaga dengan memberikan support sistem dan perhatian agar pasien lebih kooperatif dalam perawatan.2) Keluhan utama terjadi mual muntah secara terus menerus dapat menurunkan berat badan dengan tanda-tanda dehidrasi.3) Riwayat penyakit sekarang, pada tubuh wanita hamil terjadi perubahan-perubahan yang cukup besar yang mungkin mengganggu keseimbangan dalam tubuh, misal sebab mual muntah pasien merasa pusing di pagi hari dan mudah lelah. Pada mual yang berlanjut bisa terjadi intoleransi pada semua makanan baik padat atau cair akibatnya cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi lemak yang tak sempurna terjadilah ketosis dan tertimbunnya asam aseton-asetik dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kekurangan cairan, muntah bisa menyebabkan dehidrasi. Dimana dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi yang dapat memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan inilah yang dapat menimbulkan kerusakan jaringun. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastro intestinal, dan umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Bila hal ini terus saja dibiarkan akan mengancam keadaan janin dan ibu hamil.4) Riwayat penyakit masa lalu, hal ini yang perlu dikaji adalah apakah pasien mempunyai riwayat kehamilan muda dengan penyakit polionefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli, dan tumor serebri yang dapat memberikan gejala mual-muntah pada kasus Hiperemesis gravidarum. Selain itu faktor pencetus juga ditelusuri untuk memungkinkan penyebab daripada hiperemesis gravidarum, seperti faktor adaptasi dan hormonal, faktor alergi, faktor psikologik. Karena Hiperemesis gravidarum ini mungkin sekali akan terjadi pada kehamilan selanjutnya.5) Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat di dalam keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji pada riwayat kesehatan maupun kehamilan yang erat hubungannya dengan kasus ini adalah kebiasaan hidup sehat dari keluarga terutama kebiasaan ibu selama kehamilan, jika mempunyai kebiasaan higiene nutrisi yang kurang baik dan ketidakteraturan memeriksakan kehamilan akan mempengaruhi kesehatan Ibu hamil. 6) Riwayat haid yang berhubungan dengan gangguan kehamilan Hiperemesis gravidarum adalah siklus haid kadang teratur dan tidak dengan keluaran yang jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena perubahan hormon dan bertambahnya aliran darah ke vagina. Keluaran itu sendiri warnanya keputih-putihan bisa kental atau cair. Hal ini bukanlah gejala suatu masalah karena meningkatnya keluaran vagina merupakan hal yang normal dalam kehamilan.7) Riwayat KB, pada riwayat ini bila pasien menggunakan alat kontrasepsi pil KB pada kasus Hiperemesis gravidarum akan menambahkan perasaan mual, karena peningkatan hormon estrogen yang diakibatkan pemakaian kontrasepsi itu sendiri8) Riwayat kelainan reproduksi, hal yang dikaji adalah kemungkinan mempunyai riwayat canser kandungan, cystoma ovarii, mola hidatidosa. Karena pada mola hidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum9) Riwayat psikososial, hal yang perlu dikaji adalah pemahaman keluarga terhadap proses penyakit, prognosa dan program perawatan atau terapi. Respon keluarga terhadap masalah pasien sangat menentukan tingkat keberhasilan perawatan pada pasien dengan kasus Hiperemesis gravidarum. Kekhawatiran, ketakutan hinggu timbul kecemasan juga dapat terjadi pada pasien karena ketidaktahuan akan penyakitnya. Dimana hal yang paling berhubungan erat pada dampak psikologik pasien, yaitu kemungkinan wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan karena harus memikirkan masalah ekonomi yang lemah, dan keretakan hubungan dengan suami yang dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis gravidarum. Maka lnteraksi dengan dengan pasien, keluarga juga perlu diidentifikasikan karena keluarga adalah salah satu faktor pendukung memecahkan suatu masalah. Hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam artian ibadah juga perlu diketahui dalam membantu mengatasi cemas yang dialami pasien.10) Pola aktifitas pasiena) NutrisiPada gangguan kehamilan hiperemesis gravidarum sering mengeluhkan mual-muntah, karena pasien dapat mengalami intolemmsi pada semua makanan baik bentuk padat dan cair sehingga sering memuntahkan sebala apa yang dimakan dan minumb) EliminasiPada pola eliminasi buang air besar / buang air kecil mengalami gangguan dikarenakan input yang tidak adekuat. Jika buang air besar pasien merasakan nyeri perut karena pada lambung terjadi kekosongan (anoreksia). dan buang air kecil mulanya produksi urine normal lalu produksi akan berkurang dan warnanya bertambah pekat sebagi akibat dehidrasi.c) Personal hygienePada personal higiene tingkat ketergantungan pasien meningkat sehingga keluarga pasien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhan personal higienenyad) IstirahatPasien dengan gangguan hiperemesis gravidarum ini mengalami kesulitan tidur karena pasien sering mual-mual sehingga kebutuhan istirahat (tidur) kurang.

B. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umum Pasien dengan gangguan kehamilan hiperemesis gravidarum keadaannya lemah ditandai dengan tanda-tanda dehidrasi, tanda-tanda vital, nadi > 100/menit, suhu 38 C, tensi 100/80 mmHg, pernafasan teratur, dan terjadi emeciasi (pengurusan yang hebat).2) Wajah dan mulutMuka terlihat pucat dan anemis konjungtiva, palpebra, kelihatan pucat dan mata cowong. Bibir kering menunjukkan adanya gangguan keseimbangan cairan elektrolit serta penurunan oksigen dalam darah. Pada mulut terdapat hawa pernafasan berbau asam karena cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi sehingga oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton, asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah yang dapat mempengaruhi hawa pernafasan, pada lidah kering dan pecah-pecah akibat muntah yang berlebihan.3) Dada dan thoraxPada payudara terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae dan payudara tegang, bentuk puting menonjol. Dan terdapat nyeri tekan pada daerah cardia, kadang-kadang juga pada daerah hepar4) Abdomena) Inspeksi : pada hiperemesis gravidarum terjadi anoreksia, mual muntah sehingga turgor kulit menurun, bentuk perut terlihat cekung dan belum terlihat tanda-tanda linea alba karena umur kehamilan yang masih muda.b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, pemeriksaan pada leopold I untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa dalam Fundus karena dengan usia kehamilan yang masih muda.c) Auskultasi : terdengar bunyi peristaltik usus menurun diakibatkan karena kurangnya aktivitas dan masukan makanan yang kurang.5) Integumen dan kuku :Turgor kulit kembali lebih 1 detik, pergerakan bebas dan lemah, kulit yang pucat, kering dan keluar keringat dingin terutama ujung-ujung ekstremitas.6) Ekstremitas Pada ekstremitas bawah dan atas biasanya lemah yang diakibatkan muntah yang terus menerus sehingga tidak terdapat cadangan karbohidrat dalam tubuh sehubungan dengan proses penyakit7) Genetalia Meningkatnya keluaran cairan vagina separti keputihan merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Keluaran yang jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena perubahan hormon dan berwarna keputih-putihan, biasanya kental atau cair. Hal ini bukanlah gejala suatu masalah.C. Pemeriksaan Diagnostik1) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.2) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.3) Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH4) Urine lengkap untuk mengetahui adanya uremia, proteinuria, sebagai tanda intoksikasi.5) Cek Hb untuk mengetahui apakah terjadi penurunan kadar Hb atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatana. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d frekuensi mual dan muntah berlebihanb. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan yang berlebihanc. Intoleransi aktivitas b/d kelemahand. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d aliran darah ke jaringan otak menurun

3. Rencana KeperawatanDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d frekuensi mual dan muntah berlebihan

Batasan Karakteristik :1. Kram abdomen2. Nyeri abdomen3. Menghindari makanan4. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal5. Kerapuhan kapiler6. Diare7. Kehilangan rambut berlebih8. Bising usus hiperaktif9. Kurang makanan10. Kurang informasi11. Kurang minat pada makanan12. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat13. Kesalahan konsepsi14. Kesalahan informasi15. Membran mukosa pucat16. Ketidakmampuan memakan makanan17. Tonus otot menurun18. Mengeluh gangguan sensasi rasa19. Mengeluh asupan makanan kurang

NOC :1. Nutritional status: Adequacy of nutrient2. Nutritional Status : food and Fluid Intake3. Nutritional status : nutrient intake4. Weight controlSetelah dilakukan tindakankeperawatanselama. nutrisi kurangteratasi dengan kriteria hasil :a. Adanya peningkatan berat badanb. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisic. Tidak ada tanda-tanda malnutrisid. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelane. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :Nutrition Management1. Kaji adanya alergi makanan2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C5. Berikan substansi gula6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkanNutrition Monitoring1. BB pasien dalam batas normal2. Monitor adanya penurunan berat badan3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas

Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan yang berlebihan

Batasan Karakteristik :1. Perubahan status mental2. Penurunan tekanan darah3. Penurunan tekanan nadi4. Penurunan volume nadi5. Penurunan turgor kulit6. Penurunan turgor lidah7. Penurunan keluaran urin 8. Membrane mukosa kering9. Kulit kering 10. Peningkatan hematokrit11. Peningkatan suhu tubuh12. Peningkatan frekuensi nadi13. Peningkatan konsentrasi urin14. Penurunan berat badan secara tiba-tiba15. Haus16. Kelemahan

NOC :1. Fluid Balance 2. Hydration3. Nutritional Status : Food and Fluid IntakeSetelah dilakukan tindakankeperawatan selama..kekurangan volume cairanteratasi dengan kriteria hasil :a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal, HT normalb. Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normalc. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

NIC :Fluid Management1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat3. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan4. Monitor vital sign5. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian6. Kolaborasi pemberian cairan IV 7. Monitor status nutrisi8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan9. Dorong masukan oral10. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar) 13. Kolaborasi dengan dokter14. Atur kemungkinan tranfusi 15. Persiapan untuk tranfusiHipovolemia Management 1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan 2. Pelihara IV line3. Monitor tingkat Hb dan Hematokrit4. Monitor tanda vital sign5. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan6. Monitor berat badan7. Anjurkan pasien untuk menambah intake oral8. Dalam pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan 9. Monitor adanya tanda gagal ginjal

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

Batasan Karakteristik :1. Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. 2. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.3. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas. 4. Perubahan ECG : aritmia, iskemia

NOC : 1. Self Care : ADLs2. Toleransi aktivitas3. Konservasi energi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil :a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR. b. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri.c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan5. Monitor respon kardivaskuler terp aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan11. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda12. Bantu untuk mengidentfikasi aktivitas yang disukai13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d aliran darah ke jaringan otak menurun

NOC :1. Sirculation Status 2. Tissue Prefussion : CerebralSetelah dilakukan asuhanselama.. pasien dapat mendemonstrasikan status sirkulasi dan kemampuan kognitif dengan kriteria hasil :a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkanb. Tidak ada ortostatik hipertensic. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)d. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuane. Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasif. Memproses informasi g. Membuat keputusan dengan benarh. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter

NIC :Peripheral Sensation Management1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul2. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi3. Gunakan sarung tangan untuk proteksi4. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung5. Kolaborasi pemberian analgetik6. Monitor adanya tromboplebitis7. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

4. ImplementasiPelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien disesuaikan dengan prioritas masalah yang telah disusun. Yang paling penting pelaksanaan mengacu pada intervensi yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

5. Evaluasia. Nutrisi kurang pada pasien teratasi b. Kekurangan volume cairan teratasi c. Pasien bertoleransi terhadap aktivitasd. Pasien dapat mendemonstrasikan status sirkulasi dan kemampuan kognitif

BAB IIIPENUTUP3.1 SimpulanHiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari hari yang tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah faktor organic, faktor psikologis, faktor endokrin. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik

3.2 SaranSebagai perawat harus mengetahuiasuhan keperawatanyang diberikan jika menghadapi kondisi pasien ibu hamil dengan keluhan Hiperemesis Gravidarum. Perawat harus mampu memberikan penanganan terbaik kepada pasien ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum tersebut agar klien dapat menjalani proses kehamilan dengan lancar sampai pada proses persalinan dengan selamat.

1