hernia diafragmatika

4
HERNIA DIAFRAGMATIKA Pre Operasi Kasus hernia diafragmatika memiliki tanda-tanda klinis yang mencolok seperti adanya sesak napas dengn tipe pernapasan abdominal. Disamping anamnesa dan tanda-tanda klinis, diagnosa juga ditegakkan dengan pembuatan fotorontgen bagian thoraks dengan posisi lateral. Kasus hernia diafragmatika ini angka kematiannya cukup tinggi karena adanya perdarahan di dalam rongga thoraks atau hipoksia. Adapun management pre operatif yang dapat dilakukan adalah meletakkan hewan pada posisi yang nyaman sehingga hewan dapat bernapas. Management preoperatif yang dilakukan tidak banyak membantu karena kondisi dari organ abdominal yang menekan daerah paru-paru dalam jangka waktu lama akan menyebabkan hewan hipoksia (kekurangan oksigen) dan dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani. Hidrasi kekurangan asam basa dan elektrolit perlu diperiksa sebelum melakukan operasi. Teknik Operasi Operasi reposisi, menutup cincin hernia dan pengembalian tekanan negatif rongga dada melalui laparotomi medianus anterior. Prinsip penanganan sama dengan kasus trauma lainnya, yaitu dengan berpedoaman pada airway, breathing dan circulation. Ruptur diafragma biasanya memerlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya obstruksi usus, strangulasi dan gangguan

Upload: noveltyvelta

Post on 01-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Hernia Diafragmatika

HERNIA DIAFRAGMATIKA

Pre Operasi

Kasus hernia diafragmatika memiliki tanda-tanda klinis yang mencolok seperti adanya sesak

napas dengn tipe pernapasan abdominal. Disamping anamnesa dan tanda-tanda klinis, diagnosa

juga ditegakkan dengan pembuatan fotorontgen bagian thoraks dengan posisi lateral. Kasus

hernia diafragmatika ini angka kematiannya cukup tinggi karena adanya perdarahan di dalam

rongga thoraks atau hipoksia. Adapun management pre operatif yang dapat dilakukan adalah

meletakkan hewan pada posisi yang nyaman sehingga hewan dapat bernapas. Management

preoperatif yang dilakukan tidak banyak membantu karena kondisi dari organ abdominal yang

menekan daerah paru-paru dalam jangka waktu lama akan menyebabkan hewan hipoksia

(kekurangan oksigen) dan dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani. Hidrasi kekurangan

asam basa dan elektrolit perlu diperiksa sebelum melakukan operasi.

Teknik Operasi

Operasi reposisi, menutup cincin hernia dan pengembalian tekanan negatif rongga dada

melalui laparotomi medianus anterior. Prinsip penanganan sama dengan kasus trauma lainnya,

yaitu dengan berpedoaman pada airway, breathing dan circulation. Ruptur diafragma biasanya

memerlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya obstruksi usus, strangulasi dan

gangguan kardiorespiratori. Laparoskopi rutin digunakan pada kasus trauma abdomendan

bermanfaat untuk menghindari tindakan laparotomi yang tidak perlu. Laparoskopi biasanya juga

digunakan untuk memperbaiki ruptur diafragma namun hal ini hanya untuk pasien dengan

hemodinamik yang stabil. Thorakoskopi digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma thorak

dan untuk mendiagnosa adanya hernia diafragmatika, jahitan pada diafragma dapat dikerjakan

bila defek pada diafragma ukurannya kecil dan herniasi ke rongga thorak minimal.

Tindakan laparotomi dapat dikerjakan apabila didapatkan trauma lain didaerah abdomen,

sedangkan thorakotomi dikerjakan apabila ada trauma di daerah thorak, robekan besar serta

terjadi herniasi yang besar dan munculnya empiema. Adanya adhesi yang kuat akibat proses

herniasi yang lama dapat dengan mudah diatasi dengan thorakotomi. Defek pada diafragma

Page 2: Hernia Diafragmatika

tersebut di perbaiki dengan melakukan jahitan dengan benang silk interupted dan bila

memungkinkan dilakukan.

Penutupan spontan dari robekan diafragma biasanya tidak akan terjadi, oleh karena

adanya perbedaan tekanan antara kavum abdomen dengan kavum thorak yang akan

menyebabkan bertambah besarnya ukuran defek, ruptur diafragma yang akut dapat dilakukan

pendekatan operasi melalui abdomen dengan insisi laparotomi mid line, sekaligus untuk

mengevaluasi adanya trauma pada organ-organ intra abdomen lainnya. Laparoskopi eksplorasi

juga bisa menjadi pertimbangan untuk diagnosis dan sekaligus terapi yang bersifat minimal

invasive. Laparoskopi juga dapat menjadi pilihan terapi pada keadaan ruptur diafragma akibat

trauma tusuk atau trauma tembak.

Menurut Harari (2004), tekanan negatif toraks dapat dikembalikan dengan menempatkan

tube torachostomy atau melalui torakosentesis perkutan atau transdiafragmatika. Torakosentesi

transdiafragmatika adalah pilihan yang ideal karena membolehkan operator melihat restorasi

tekanan negatif toraks apabila diafragma kembali ke bentuk cekung normalnya.Kegagalan untuk

mengembalikan atau memelihara tekanan diferensiasi transdiafragma (mengembalikan bentuk

normalnya) akan menyiagakan operator tentang keberadaan kebocoran tertentu dan membantu

identifikasi luka lain pada diafragma.

Menurut Yool (2012), setelah luka di diafragmatika ditutup, torakosentesis jarum dapat

dilakukan melalui diafragma untuk mengeluarkan kebanyakan udara dari rongga toraks.

Sebaiknya tidak dilakukan pengembangan paru-paru secara dipaksa untuk mengeluarkan udara

apabila ikatan terakhir pada diagfragma dibuat karena sangat berbahaya; dapat meyebabkan

trauma pada alveoli karena over inflation dan mengakibatkan inflamasi alveolar dan flooding.

Menurut Yool (2012) juga, ini mugkin hal yang menyebabkan tingginya mortalitas perioperatif

pada kasus operasi ruptur diafragma sebelum tindakan operasi itu dihentikan.

Page 3: Hernia Diafragmatika

Hernia Diafragmatika pada kucing pre operasi Hernia Diafragmatika pada kucing post operasi