bab ii konsep dasar -...

22
8 BAB II KONSEP DASAR A. Hernia Inguinalis Lateral 1. Pengertian Hernia merupakan protusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian ini (Black, 2006). Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Sedangkan, hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus ( Mansjoer, 2002 ). Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus ( Sjamsuhidayat, 2004).

Upload: haliem

Post on 11-May-2018

283 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

8

BAB II

KONSEP DASAR

A. Hernia Inguinalis Lateral

1. Pengertian

Hernia merupakan protusi abnormal organ, jaringan, atau bagian

organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian ini (Black,

2006).

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.

Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian

lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat,

2004).

Sedangkan, hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui

anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa

epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga

perut melalui anulus inguinalis eksternus ( Mansjoer, 2002 ).

Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari

rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak

lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk

kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar

dari anulus inguinalis eksternus ( Sjamsuhidayat, 2004).

Page 2: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

9

Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :

a. Hernia eksterna

Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis

lateralis (indirek), hernia inguinalis medialias (direk), hernia femoralis,

hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan

lain – lain.

b. Hernia interna

Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia

obturatorika, hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan

hernia ligamen treitz (Oswari, 2005).

2. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Cincin Inguinal

Sumber : www.hidroxygenplus.blogspot.com

Page 3: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

10

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis

internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan

aponeurosis muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas

tuberkulum tubkum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,

bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya

adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya

terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan

ligamentum rotundum pada perempuan.

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis,

karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang

terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia

masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol

keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,

tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis

(Sjamsuhidayat, 2004).

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan

ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.

Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum

sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus

vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini

telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat

melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis

ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka

Page 4: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

11

kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka

maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,

kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer,

2002).

3. Etiologi

Hernia ingunalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau

karena sebab yang didapat. Pada bayi dan anak, hernia lateralis

disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus

vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke

skrotum. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur

mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan

intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus

vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut,

kelemahan otot dinding perut karena usia (Sjamsuhidayat, 2004).

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal

adalah kehamilan, obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor

(LeMone, 2008). Selain itu, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda

berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi,

misalnya hipertrofi prostat dapat pula meningkatkan tekanan intra

abdomen yang bisa menyebabkan hernia (Mansjoer, 2002).

Page 5: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

12

4. Patofisiologi

Defek pada dinding otot mungkin konginetal karena kelemahan

jaringan atau ruang luas pada ligament inguinal, atau dapat disebabkan

oleh trauma. Tekanan intraabdominal paling umum meningkat sebagai

akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga

menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera

traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai

dengan kelemahan otot, maka individu akan mengalami hernia. Bila isi

kantung hernia dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan

manipulasi, hernia disebut redusibel. Hernia iredusibel dan inkarserata

adalah istilah yang menunjukan bahawa hernia yang tidak dapat

dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi. Bila tekanan dari

cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)

memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi

strangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus

terlepas, usus akan cepat menjadi ganggren karena kekurangan suplai

darah (Black, 2006)

5. Manifestasi klinik

Pasien mengatakan turun berok, burut, atau klingsir, atau

mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Benjolan

tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila

menangis, mengejan, atau mengangkat benda berat dan bila posisi

Page 6: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

13

pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat

ditemukan nyeri.

Keadaan umum pasien biasanya baik, bila benjolan tidak nampak,

pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan

berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang

sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat

dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring bernapas dengan mulut

untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu skrotum diangkat

perlahan-lahan. Diagnosa pasti hernia pada umumnya sudah dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti.

Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari

telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti

fasikulus spermatikus sampai ke annulus inguinalis internus. Pada

keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta

mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari

tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung jari mak itu adalah

hernia inguinalis lateralis, sedangkan bula menyentuh sisi jari maka

diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2002).

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medikal

Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara

mekanis berkurang. Suatu penyokong dapat digunakan untuk

Page 7: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

14

mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan

yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan

di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya

untuk mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus secara

cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk

memanifestasikan kerusakan ( Ester, 2002).

b. Penatalaksanaan bedah

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu

diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari

herniotomi, hernioplastik, dan herniorafi.

Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai

ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat

setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplastik, dilakukan tindakan memperkecil annulus

inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis ( Sjamsuhidayat, 2004).

Herniorafi dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara

langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan

ke rongga perineal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup

dengan kencang di atas area tersebut. Laparoscopic

Extraperitoneal (LEP) herniorafi merupakan tehknik terbaru yang

Page 8: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

15

angka keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi

kekambuhan, nyeri, dan periode recovery post operasi lebih pendek

(Black, 2006).

7. Komplikasi

Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia

sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi,

keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis irenponibilis. Pada

keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang

tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum,

karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat

menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih

sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.

b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus

yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus

di ikuti dengan gangguan vascular ( proses strangulasi ). Keadaan

ini di sebut hernia inguinalis strangulata ( Mansjoer, 2002).

Page 9: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

16

B. Post Herniorafi

1. Pengkajian Fokus

Dalam melakukan asuhan keperawatan , pengkajian merupakan

dasar utama dan hal yang penting dilakukan baik saat pasien pertama

kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

a. Demografi

Pengkajian demografi yang terkait dengan masalah kesehatan klien

dengan hernia inguinalis meliputi :

1). Umur

Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk hernia inguinalis

lateralis, insiden tertinggi pada anak muda. Insiden tinggi pula

terjadi pada klien dengan usia 50 – 60 tahun dan berangsur-angsur

menurun pada kelompok lansia (Black, 2006).

2). Jenis kelamin

Hernia inguinalis lateral lebih banyak diderita oleh laki-laki

daripada perempuan. Hal ini dikarenakan pada lelaki dalam waktu

perkembangan janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika

saluran testis ini tidak menutup dengan sempurna, maka akan

menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari, 2005).

3). Pekerjaan

Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka waktu

lama dapat melemahkan dinding perut (Oswari, 2005). Aktivitas

Page 10: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

17

mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama

bisa memicu timbulnya hernia.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan klien post herniorafi adalah

nyeri daerah luka operasi.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit

yang menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja

mengangkat benda-benda berat, riwayat penyakit menular dan atau

penyakit keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah

abdomen atau operasi hernia yang pernah dialami klien

sebelumnya.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,

bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,

keadaan apa yang memperberat dan memperingan keluhan pada

pasien hernia inguinalis.

c. Pemeriksaaan fisik

1) Keadaan umum

Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan,

dan periksa status gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.

Page 11: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

18

2) Tanda-tanda vital

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Biasanya pada pasien post herniorafi terjadi penurunan tekanan

darah, peningkatan suhu dan demam, pernapasan cepat dan

dangkal.

3) Inspeksi

Pada hernia inguinalis tampak adanya benjolan di lipat paha.

Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur

dan bila menangis, mengejan, batuk, mengangkat benda berat atau

bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali ( Sjamsuhidayat,

2004).

Pada kondisi post operasi luka tertutup balutan steril untuk

mencegah masuknya mikroorganisme yang bisa menyebabkan

infeksi. Tanda infeksi perlu diperhatikan seperti ada lesi/

kemerahan pada luka insisi.

4). Perubahan pola fungsi

a) Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, gagal jantung kongestif

(GJK), edema pulmonal, penyakit vaskular perifer,

atau stasis vaskular (peningkatan risiko pembentukan

trombus).

Page 12: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

19

b) Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor

stress multiple, misalnya finansial, hubungan, gaya

hidup.

Tanda : tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/ peka

rangsang ; stimulasi simpatis.

c) Makanan / cairan

Gejala: insufisiensi pankreas/ diabetes mellitus (DM),

(predisposisi untuk /ketoasidosis) ; malnutrisi

(termasuk obesitas) ; membran mukosa yang kering

(pembatasan pemasukkan / periode puasa

hipoglikemia pra operasi).

d) Aktivitas atau istirahat

Tanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam

waktu lama, membutuhkan papan matras untuk tidur,

penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan

aktivitas seperti biasa, atrofi otot, gangguan dalam

berjalan.

e) Neurosensori

Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki,

penurunan reflek tendon dalam, nyeri tekan atau nyeri

abdomen.

Page 13: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

20

f) Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

g) Keamanan

Gejala : alergi/ sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan

larutan ; Defisiensi imun (peningkaan risiko infeksi

sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya

kanker/ terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga

tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ;

Riwayat penyakit hepatik (efek dari detoksifikasi

obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat

transfusi darah/ reaksi transfusi.

Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

h) Kenyamanan

Gejala: nyeri seperti di tusuk-tusuk, fleksi pada kaki,

keterbatasan mobilisasi.

i) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala: penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotik,

antihipertensi, kardiotonik glikosid, antidisritmia,

bronkodilator, diuretik, dekongestan, analgesik,

antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan

juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan

rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan

kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan

Page 14: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

21

pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan

diri pasca operasi).

j) Pemeriksaan penunjang

1. Urinalisis : Munculnya sel darah merah atau bakteri yang

mengindikasikan infeksi.

2. Darah lengkap : peningkatan darah lengkap adalah indikasi

indikasi dari proses inflamasi, penurunan darah lengkap

dapat mengarah pada proses-proses viral (membutuhkan

evaluasi karena sistem imun mungkin tidak berfungsi).

3. Elektrolit : ketidakseimbangan akan mengganggu fungsi

organ, misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi

kontraktilitas otot jantung, mengarah kepada penurunan

curah jantung.

4. Gas Darah Arteri : mengevaluasi status pernafasan terakhir.

5. Sinar X dada : harus bebas dari infiltrasi, pneumonia;

digunakan untuk identifikasi massa dan penyakit paru

obstruksi menahun (PPOM).

6. Elektrokardiografi (EKG) : penemuan akan sesuatu yang

tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk

memberikan anestesi.

( Doengoes, 2000)

Page 15: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

22

2. Pathway Keperawatan

Kongenital Aquisita

prosesus vaginalis yang terbuka kehamilan, batuk kronis,mengangkat benda berat, mengejanpada saat defekasi, dan mengejanpada saat miksi

Membentuk kantung hernia

Viskus abdomen masuk peningkatan tekanan intra abdomen

defek pada dinding otot ligamentinguinal melemah

penonjolan isi perut di lateral pembuluhepigastrika inferior

fenikulus spermatikus

Hernia lateralis

Penatalaksanaan

Herniorafi/ herniotomi

Luka post operasi Kurang pengetahuan

Insisi bedah Risiko perdarahan

Terputusnya kontinuitas KetidakseimbanganJaringan cairan tubuh

Penurunan Nyeri Risiko tinggipertahanan primer kekurangan volume cairantubuh Gangguan rasa nyaman : Nyeri

Risiko tinggi infeksi

( Doengoes, 2000; Mansjoer, 2002; LeMone, 2008)

Page 16: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

23

3. Fokus Intervensi Dan Rasional

a. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi infeksi terhadap prosedur invasif,

insisi bedah.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan :

Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/

inflamasi, drainase purulen, eritema, dan demam.

Tindakan/ intervensi :

1) Mandiri

a). Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,

perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

Rasional: dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis, abses,

peritonitis.

b). Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka

aseptik. Berikan perawatan paripurna.

Rasional : menurunkan risiko penyebaran bakteri.

c). Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/ drein

(bila dimasukan), adanya eritema.

Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,

dan/ atau pengawasan penyembuhan peritonitis

yang telah ada sebelumnya.

d). Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/ orang terdekat

Rasional : pengetahuan tenang kemajuan situasimemberikan

dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.

Page 17: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

24

2) Kolaborasi

a). Ambil contoh drainase bila diindikasikan.

Rasional : kultur pewarnaan gram dan sensitivitasnya berguna

untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan

pilihan terapi.

b). Berikan antibiotik sesuai indikasi.

Rasional: mungkin diberikan secara profilaktik atau

menurunkan jumlah organisme (pada infeksiyang

telah ada sebelumnya) untuk menurunkan

penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga

abdomen.

c). Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.

Rasional : dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses

terlokalisir.

b. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan

berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca operasi,

status hipermetabolik, inflamasi peritoneum dengan cairan asing .

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan : mempertahankan

keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan membran mukosa,

turgor kulit baik, yanda vital stabil, dan secara individual haluaran urin

adekuat.

Page 18: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

25

Tindakan/ intervensi :

1) Mandiri

a). Awasi TD dan nadi

Rasional : tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi

volume intravaskuler.

b). Lihat membrane mukosa; kaji turgor kulit dan pengisian

kapiler.

Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi

seluler.

c). Awasi masukan dan haluaran; catat warna urin/ konsentrasi,

berat jenis.

Rasional : penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan

berat jenis diduga dehidrasi/ kebutuhan peningkatan

cairan.

d). Auskultasi bising usus. Catat kelancaran flatus, gerakan usus.

Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk

pemasukan oral.

e). Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral

dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.

Rasional : menurunkan iritasi gaster/ muntah untuk

meminimalkan kehilangan cairan.

f). Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada

perlindungan bibir.

Page 19: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

26

Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan

pecah-pecah.

2) Kolaborasi

a). Pertahankan penghisapan gaster/ usus.

Rasional : selang NG biasanya dimasukan pada praoperasi dan

dipertahankan pada fase segera paska operasi untuk

dekompresi usus, meningkatkan istirahat usus,

mencegah muntah.

b). Berikan cairan IV dan elektrolit.

Rasional : peritonium bereaksi terhadap iritasi/ infeksi dengan

menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat

menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan

hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi

ketidakseimbangan elektrolit.

c. Diagnosa keperawatan : nyeri (akut) berhubungan dengan distensi

jaringan usus oleh inflamasi atau adanya insisi bedah.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan : melaporkan

nyeri hilang/ terkontrol. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan

tepat.

1) Mandiri

a). Kaji nyeri, catat lokas, karakteristik, beratnya (skala 1-10).

Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

Page 20: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

27

Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat,

kemajuan penyembuhan. Perubahan pada

karakteristik nyeri menunjukan terjadinya abses/

peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik dan

intervensi.

b). Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.

Rasional: gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam

abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan

tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi

telentang.

c). Dorong ambulasi dini.

Rasional: meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh

merangsang peristaltik dan kelancaran flatus,

menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

d). Berikan aktivitas hiburan.

Rasional : fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi,

dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

2) Kolaborasi

a). Pertahankan puasa/ penghisapan NG pada awal.

Rasional : menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus

dini dan irigasi gaster/ muntah.

b). Berikan analgesik sesuai indikasi.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

28

Rasional : menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama

dengan intervensi terapi lain contoh ambulasi,

batuk.

c). Berikan kantong es pada abdomen.

Rasional : menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui

penghilangan rasa ujung syaraf.

Catatan : jangan lakukan kompres panas karena dapat

menyebabkan kongesti jaringan.

d. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)

tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Berhubungan

dengan kurang terpajan/ mengingat; salah interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan : menyatakan

pemahaman proses penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi,

berpartisipasi dalam program pengobatan.

Tindakan/ intervensi :

1) Mandiri

a). Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh

mengangkat berat, olahraga, seks, latihan, menyetir.

Rasional : memberikan informasi pada pasien untuk

merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa

menimbulkan masalah.

Page 22: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nununghida... · ... yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, ... (Oswari, 2005)

29

b). Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat

periodik.

Rasional: mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan,

dan perasaan sehat dan mempermudah kembali ke

aktivitas normal.

c). Anjurkan menggunakan laksatif/ pelembek feses ringan bila

perlu dan hindari enema.

Rasional: membantu kembali ke fungsi usus semula;

mencegah mengejan saat defekasi.

d). Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan,

pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat

jahitan atau pengikat.

Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama dengan

program terapi, meningkatkan penyembuhan dan

proses perbaikan.

e). Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh

peningkatan nyeri; edema/ eritema luka, adanya drainase,

demam.

Rasional : upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi

serius contoh lambatnya penyembuhan, peritonitis.

(Doengoes, 2000)