hematologi-2011
TRANSCRIPT
HEMATOLOGY SYSTEM AND DISODERS
AND CLINICAL ONCOLOGY
10 SEPTEMBER – 11 OKTOBER 2012
MODUL MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS WARMADEWA
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya Buku Modul Blok Hematology System And Disoders And
Clinical Oncology ini dapat terselesaikan dengan baik.
Buku Modul Blok ini disusun untuk memberikan panduan di dalam proses pembelajaran
blok Hematology System and Disoders and Clinical Oncology baik bagi dosen pengajar,
fasilitator, maupun mahasiswa sendiri, sehingga proses pembelajaran pada blok ini dapat
terlaksana dengan baik. Buku Modul Blok ini dilengkapi dengan pemicu yang harus dibahas
oleh mahasiswa dalam diskusi kelompok dan belajar mandiri agar dapat mencapai learning
outcomes, self assessement untuk mengukur sendiri keberhasilan mahasiswa dalam memahami
konsep-konsep yang dibahas dalam blok serta daftar referensi standar dan referensi yang
dianjurkan.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih terhadap semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, sehingga
memerlukan masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaan buku ini. Kami mohon maaf
apabila selama proses penyusunan buku ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Semoga Buku Modul Blok ini dapat bermanfaat bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Warmadewa khususnya bagi para dosen pengajar dan mahasiswa,
sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Denpasar, Agustus 2012
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
Pendahuluan ................................................................................................. 1
Informasi Umum ........................................................................................... 3
Tim Penyusun Blok ............................................................................... 3
Dosen Pemberi Kuliah .......................................................................... 4
Dosen Fasilitator ................................................................................... 5
Kurikulum Blok .................................................................................... 6
Jadwal Pembelajaran ............................................................................. 10
Pertemuan Evaluasi ............................................................................... 14
Penilaian Hasil Belajar .......................................................................... 14
Daftar Pustaka ....................................................................................... 15
Informasi Lain-lain ............................................................................... 16
Program Pembelajaran .................................................................................. 21
Pemicu .................................................................................................. 21
Student Project ...................................................................................... 24
Abstrak Kuliah ...................................................................................... 26
Kegiatan Praktikum .............................................................................. 49
Keterampilan Klinik .............................................................................. 59
Kunjungan Lapangan ............................................................................ 71
Uji Diri (Self Assesment) ............................................................................... 73
Daftar Penyakit dan Daftar Keterampilan Klinik .......................................... 75
Komentar dan Kiat Khusus ........................................................................... 78
Penutup ......................................................................................................... 79
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Pendahuluan Page 1
PENDAHULUAN
Darah merupakan hal yang mendasar dari kehidupan. Darah membawa oksigen dan
nutrien ke setiap bagian dari tubuh. Darah juga berperan dalam infeksi dan penyembuhan
luka. Oleh karena itu, penyakit-penyakit pada dara h memiliki efek yang besar terhadap
kesehatan.
Hematologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang timbul darinya
termasuk tumor yang terjadi pada darah dan kelenjar limfe. Hematologi mempelajari baik
keadaan fisiologik maupun patologik organ tersebut, sehingga hematologi meliputi
bidang ilmu kedokteran dasar dan bidang kedokteran klinik.
Hematological System And Disoders And Clinical Oncology diberikan di
semester 3 dengan tujuan agar mahasiswa memahami konsep tentang darah. Darah
merupakan unit terkecil dari tubuh; berkelompok bersama bahan lain yang merupakan
produk darah sendiri membentuk unit yang lebih besar, yaitu darah dan cairan tubuh.
Dalam blok ini terdapat tiga bagian pokok yang harus dipahami, yaitu proses pembetukan
sel-sel darah, gambaran histologi dan struktur serta fisiologi sel-sel darah, dan kelainan-
kelainan darah.
Dengan memahami konsep-konsep tentang darah, mahasiswa diharapkan cukup
untuk mengikuti pendidikan kedokteran lebih lanjut, serta mampu mengembangkan
wawasan dan berkomunikasi secara ilmiah dalam bidang ilmu kedokteran sehingga
mampu mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan dapat menerapkannya dalam
praktek kedokteran dikemudian hari.
Buku Modul Blok Hematological System And Disoders And Clinical Oncology
ini dilengkapi dengan pemicu yang harus dibahas oleh mahasiswa dalam diskusi
kelompok dan belajar mandiri agar dapat mencapai learning outcomes, self assessement
untuk mengukur sendiri keberhasilan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang
dibahas dalam blok serta daftar referensi standar dan referensi yang dianjurkan.
Masa pembelajaran blok selama 4 minggu (20 hari efektif) dengan menerapkan
situasi pembelajaran berupa diskusi kelompok sebagai pendekatan utama dengan
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Pendahuluan Page 2
difasilitasi oleh tutor, dan belajar mandiri dilakukan di kampus dan rumah masing-
masing. Untuk meningkatkan pemahaman dilakukan pembelajaran dalam bentuk kuliah,
praktikum, tugas kelompok dan kunjungan lapangan serta multimedia learning oleh
mahasiswa dalam bentuk slide dan dosen pemberi kuliah dalam bentuk slide dan video.
Pada tengah masa pembelajaran dilakukan diskusi antara tim blok dengan mahasiswa
guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaan blok. Dan pada masa akhir
pembelajaran dilakukan ujian dengan metode pilihan ganda. Pada saat diskusi kelompok,
praktikum dan simulasi aktivitas dan kemampuan mahasiswa juga dinilai diperhitungkan
dalam menentukan nilai ujian blok dengan bobot 10%.
Dengan adanya Buku Modul Blok ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan
kemampuannya masing-masing dalam memahami darah. Namun demikian disadari buku
blok ini masih belum sempurna. Oleh karena itu apabila terdapat hal-hal yang belum jelas
hendaknya mahasiswa dan pembaca lainnya dapat menyampaikan kepada Tim Penyusun
Buku pedoman ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Blok darah ini sangat berguna dalam proses pembelajaran selanjutnya, diminta
mahasiswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik dengan menelaah bahan bacaan
semaksimal mungkin. Selamat belajar, semoga sukses. Terima kasih.
Tim Penyusun
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Tim Penyusun Blok Page 3
INFORMASI UMUM
TIM PENYUSUN BLOK
Ketua
Ni Wayan Sri Wardani, dr., Sp.PD
Sekretaris
Dw. Ayu Agung Alit Suka Astini, dr., S. Ked.
Anggota
IGN Anom Murdhana, dr.
Wayan Suwitra, dr, PHK (K)
IGN Putu Sana, dr.
Suyasning HI, dr. PFK, M.Erg.
Maria Listyani,dr., Sp.PK
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Dosen Pemberi Kuliah Page 4
DOSEN PEMBERI KULIAH
No. Nama Jabatan Nama
Bagian/Institusi
Keahlian Alamat
(E-mail & no.
Telp.)
1. IGN Putu Sana, dr Kepala Bagian
Anatomi
Anatomi FKIK Unwar Anatomi (0361)7472248
2. Suyasning HI,dr,
PFK, M.Erg
Kepala Bagian
Fisiologi
Fisiologi
FKIK Unwar
Fisiologi 08123804549
3. Wayan Suwitra, dr,
PHK (K)
Anatomi
FKIK Unwar
Histologi 08123915501
4. Wayan Semadha, dr,
MRepro, PHK (K)
Kepala UPMF Anatomi
FKIK Unwar
Histologi 08123977446
5. Wyn Darwata, dr,
MPH
Wakil Dekan II IKM FKIK Unwar Ilmu Kesehatan
Masyarakat
08123911913
6. Made Suwita, dr, M
Kes
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Ilmu Kesehatan
Masyarakat
081239495824
7. Maria Ratna
Listyani G.,dr,
Sp.PK.
RSUD Sanjiwan
Gianyar
Patologi Klinik 08164713122
8. Ida Bagus Ngurah,
dr, M For, AIFO
Bagian Farmakologi
FK Unud
Farmakologi 08123687288
9. Ni Wayan Sri
Wardani, dr.Sp.PD.
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Penyakit Dalam 08123998426
10. Dewa Made
Sadguna, dr,Sp.PD.
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Penyakit Dalam 08124635312
11. A.A.Budi Tresna,
Dr,dr, Sp.PD.
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Penyakit Dalam 08123973901
12. Putu Alit Sudarsana,
dr, Sp.PD.
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Penyakit Dalam 08123949432
13. Wayan Eka
Saputra,dr, Sp.PD.
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Penyakit Dalam 081236928689
14. I Putu Triyasa, dr,
Sp. A
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Pediatri 087862320055
15. Sang Nyoman
Suriana,dr. Sp B
RSUD Sanjiwani
Gianyar
Bedah 08164733398
17. Tjokorda Gede
Oka,dr,Sp.PK
Bagian Patologi Klinik
FK Unud
Patologi Klinik 081338454245
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Dosen Fasilitator Page 5
DOSEN FASILITATOR
No. Nama Bagian Alamat/Telp. Kelompok Ruang Diskusi
1. dr. I Wayan Semadha, M.
Repro, PHK (K)
Anatomi Jl. A Yani Utara gg.
Ken Umang 17
Denpasar
08123977446
I 4.06
2. dr. Suyasning H.
Indonesiani, PFK, M. Erg
Fisiologi Jl. Raya Batubulan
No. 58 Gianyar
081238804549
II 4.07
3. dr. I Nyoman Sueta, PAK Anatomi Jl. Sutoyo I/7
Denpasar
0361228504
081647475823
III 4.08
4. dr. Komang Trisna
Sumadewi, S. Ked
Anatomi Jl. Sakura V No. 1
Denpasar
0361234053
081805480654
IV 4.09
5. dr. Ni Nengah Wiryantini,
S. Ked
Patologi Klinik Jl. Subur Gg. Mirah
Cempaka II No. 11X
081999000544
V 4.10
6. dr. Dewa Ayu Agung Alit
Suka Astini, S. Ked
Anatomi Br. Guliang Kangin,
Tamanbali Bangli
081916693639
0361964233
VI 4.11
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kurikulum Page 6
KURIKULUM BLOK
A. Tujuan Blok (Aims):
Mengelola kelainan sistem hematologi dan onkologi klinik perorangan, keluarga, dan
masyarakat sesuai dengan kewenangan sebagai dokter layanan kesehatan primer.
B. Learning Outcomes:
1. Berperilaku profesional dengan pasien kelainan sistem hematologi dan onkologi
klinik.
2. Berkomunikasi dengan efektif kepada pasien kelainan sistem hematologi dan
onkologi klinik dan keluarganya pada saat memberikan penjelasan dan inform
concent dalam melakukan diagnosis dan penanganannya.
3. Menerapkan ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik dan ilmu lainnya
yang relevan untuk menangani pasien kelainan sistem hematologi dan onkologi
klinik.
4. Menerapkan kemampuan keterampilan klinik untuk menegakkan diagnosis dan
merencanakan penanganan pasien kelainan sistem hematologi dan onkologi
klinik.
5. Membuat penilaian klinik (clinical judgment) dan rencana penanganan pasien
kelainan sistem hematologi dan onkologi klinik.
6. Melakukan edukasi kepada pasien kelainan sistem hematologi dan onkologi klinik
dan keluarganya.
7. Menerapkan prinsip dasar pencegahan dalam melakukan penapisan masalah
penyakit kelainan sistem hematologi dan onkologi klinik (penyakit umum dan
khusus).
8. Melakukan akses dan menerapkan informasi baru yang relevan untuk mendukung
diagnosis, manajemen, dan pencegahan kelainan sistem hematologi dan onkologi
klinik.
9. Melaksanakan prosedur kedokteran dasar dan intervensi kelainan sistem
hematologi dan onkologi klinik sesuai dengan kewenangan sebagai dokter
layanan kesehatan primer.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kurikulum Page 7
10. Melaksanakan prosedur kedokteran dasar dan intervensi kelainan sistem
hematologi dan onkologi klinik berkaitan dengan kegawatdaruratan medis,
keselamatan jiwa, atau terjadinya kecacatan.
11. Merujuk pasien kelainan sistem hematologi dan onkologi klinik yang memerlukan
pemeriksaan dan manajemen lebih lanjut kepada ahli atau rumah sakit yang
relevan.
C. Isi Pembelajaran (Learning Contents)
1. Perilaku profesional (aspek ilmiah, moral, dan etika) dalam rencana tindak lanjut
penanganan pasien kelainan sistem hematologi dan onkologi klinik:
a. Mengutamakan kepentingan pasien (altruism).
b. Mendengarkan keluhan pasien dengan seksama.
c. Menerapkan konsep etika kedokteran saat melakukan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan penunjang, serta tindakan yang relevan.
d. Memberikan penjelasan yang relevan mengenai penyakit pasien.
e. Menghormati segala keputusan pasien.
2. Ilmu biomedik:
a. Embriologi sistem hematopoiesis
b. Proses hematopoiesis serta gambaran histologi sel-sel darah (eritrosit,
leukosit, dan trombosit)
c. Hemoreologi (struktur dan fungsi sel-sel darah)
d. Proses hemostasis
e. Patofisiologi kelainan pada sel-sel darah
f. Patofisiologi kelainan pembekuan
g. Patofisiologi keganasan darah dan kelenjar limfe (termasuk dasar metastase
melalui darah dan kelenjar limfe)
h. Dasar-dasar transfusi darah serta reaksi transfusi
i. Aspek genetika kelainan eritrosit.
3. Penggunaan obat yang rasional pada kelainan hematologi
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kurikulum Page 8
4. Ilmu Klinik:
a. Kelainan pada Eritrosit (Iron deficiency anemia, Macrocytic anemia,
Hemolytic anemia, Anemia associated with chronic diseases,
Aplastic/hypoplastic anemia, Hemoglobinopathy, Polycytemia, Rhesus
incompatibility dan Blood group incompatibility)
b. Kelainan pada Trombosit (Thrombocytopenia, thrombocytosis, dan
Disseminated Intravascular Coagulation)
c. Kelainan pada Leukosit (Agranulocytosis)
d. Kelainan Pembekuan (Hemophilia, Von willbrand’s disease)
e. Keganasan pada darah dan lymph nodes (Acute leukemia, Chronic leukemia,
Non-hodgkin’s lymphoma, Hodgkin’s lymphoma, Myelodysplastic syndromes,
Multiple myeloma, dan Langerhan’s cell histiocytosis)
5. Keterampilan klinik:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik:
• Inspeksi mata (konjungtiva dan sklera), lidah (papil lidah), lymph nodes ,
dan abdomen , kulit (rash, ikterus)
• Palpasi lymph nodes dan abdomen (dinding abdomen, hati, lien)
• Perkusi abdomen (khususnya hati dan lien)
c. Pemeriksaan penunjang:
• Melakukan finger prick
• Melakukan dan menginterpretasikan laju endap darah (LED)
• Mengukur kadar Hb
• Mengerjakan dan memeriksa hapusan darah
• Menginterpretasi hasil pemeriksaan hematologi rutin
6. Komunikasi:
a. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan pasien dengan
kelainan hematologi dan onkologi klinik dan keluarganya.
b. Komunikasi efektif untuk memperoleh dan memberikan informasi tentang
kelainan hematologi dan onkologi klinik yang diderita pasien.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kurikulum Page 9
7. Edukasi kelainan sistem hematologi dan onkologi klinik kepada pasien dan
keluarganya.
8. Faktor risiko dan prinsip dasar pencegahan Iron deficiency anemia.
9. Akses informasi tentang kelainan pada sistem hematologi dan onkologi klinik.
10. Penilaian klinik (clinical judgment) dan rencana penanganan pasien Iron
deficiency anemia.
11. Diagnosis dan rencana penanganan pasien dengan kelainan sistem hematologi dan
onkologi klinik.
12. Sistem rujukan pasien yang memerlukan pemeriksaan dan manajemen lebih lanjut
kepada ahli atau rumah sakit yang relevan pada pasien dengan kelainan sistem
hematologi dan onkologi klinik.
D. Kemampuan Prasyarat (Prerequisite)
1. Pemahaman etika kedokteran dalam pemeriksaan pasien
2. Pemahaman prinsip dasar komunikasi dalam profesi kedokteran
3. Pemahaman peran nutrien makro dan mikro dalam pembentukan hemoglobin
4. Penelusuran, penilaian dan pengelolaan informasi dari sumber yang sahih
5. Pemahaman prinsip dasar promosi kesehatan dalam pencegahan penyakit
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Jadwal Pembelajaran Page 10
JADWAL PEMBELAJARAN
Hari/Tgl Waktu Kegiatan Tempat Pelaksana
HARI 1
10 September
2012
08.00 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 11.30 11.30 – 12.00 12.00 – 13.00
13.00 – 15.00
Pengantar blok hematologi Istirahat Pemicu 1 Istirahat Kuliah 1 : Proses hematopoiesis serta gambaran histologi sel-sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit) Mandiri
R. Kuliah -- R. Diskusi -- R.Kuliah
--
Ketua Blok -- Fasilitator -- dr. Semadha --
HARI 2
11 September 2012
08.00 – 09.00
09.00 – 09.30 09.30 – 10.30
10.30 – 11.00 11.00 – 13.00
Kuliah 2: Embriologi sistem hematopoiesis Istirahat Kuliah 3: Hemoreologi (Struktur dan fungsi sel-sel darah) Istirahat Mandiri
R. Kuliah -- R.Kuliah -- --
dr. Sana -- dr. Suyasning -- --
HARI 3
12 September 2012
08.00 – 12.00
12.00 – 12.30 12.30 – 13.30
13.30 – 14.00 14.00 – 15.00
Praktikum Histologi Istirahat Kuliah 4: Patofisiologi kelainan sel-sel darah Istirahat Mandiri
Lab kering Lt III -- R. Kuliah -- --
Dr Suwitra -- dr. Maria Listyani, Sp.PK. -- --
HARI 4
13 September 2012
09.00 – 14.00
14.00 – 15.00
Praktikum Hematologi (finger prick, laju endap darah (LED), Mengukur kadar Hb, hapusan darah, hematologi rutin) Interpretasi Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin
Lab Anatomi Lt I Lab Anatomi Lt I
dr. Maria Listyani, Sp.PK. dr. Maria Listyani, Sp.PK.
HARI 5
14 September 2012
08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 11.30 11.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 14.00
Diskusi kelompok 1 Istirahat Pleno (kuliah 1-4) Istirahat Presentasi student project (klp 1& 2) Mandiri
R. Diskusi -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
Fasilitator -- Narasumber (1-4) -- Tim fasilitator --
HARI 6
17 September
2012
08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 11.30
11.30 – 12.00 12.00 – 13.00
13.00 – 13.30 13.30 – 14.30
Pemicu 2 Istirahat Kuliah 5: Aspek genetika kelainan eritrosit Istirahat Kuliah 6: Diagnostik dan manajemen anemia Istirahat Mandiri
R. Diskusi -- R. Kuliah -- R. Kuliah -- --
Fasilitator -- dr. Suwitra -- dr. Sri Wardani, Sp.PD -- --
HARI 7
18 September
2012
08.00 – 09.00
09.00 – 09.30 09.30 – 10.30
10.30 – 11.00 11.00 – 12.00 12.00 – 14.00
Kuliah 7: Iron Deficiency Anemia Istirahat Kuliah 8: Anemia associated with chronic diseases Istirahat Presentasi student project (klp 3& 4) Mandiri
R. Kuliah -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
dr. Sri Wardani, Sp.PD -- dr. Putu alit Sudarsana, Sp.PD Tim fasilitator --
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Jadwal Pembelajaran Page 11
Hari/Tgl Waktu Kegiatan Tempat Pelaksana
HARI 8
19 September 2012
08.00 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 12.00 12.00 – 14.00
Multimedia Learning Anemia associated with chronic diseases Istirahat Multimedia Learning Iron Deficiency Anemia Istirahat Kuliah 9: Aplastic/hypoplastic anemia Mandiri
R. Kuliah -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
Mahasiswa dr. Putu alit Sudarsana, Sp.PD -- Mahasiswa dr. Sri Wardani,Sp.PD -- dr. Sri Wardani, Sp.PD --
HARI 9
20 September 2012
08.00 – 09.00
09.00 – 09.30 09.30 – 11.30 11.30 – 12.00 12.00 – 13.00
13.00 –13.30 13.30 – 14.30
Kuliah 10: Hemolytic anemia, Macrocytic anemia Istirahat Keterampilan klinis (anamnesa dan pemeriksaan fisik) serta demonstrasi Istirahat Keterampilan klinis anamnesa (terbimbing) Istirahat Keterampilan klinis pemeriksaan fisik (terbimbing)
R. Kuliah -- R. Kuliah -- Lab. Unwar -- Lab. Unwar
dr.D.Sadguna,Sp.PD -- dr. Suwitra dr.Sri Wardani,SpPD -- Instruktur -- Instruktur
HARI 10
21 September 2012
08.00 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 12.00 12.00 – 14.00
Multimedia Learning Hemolytic anemia Istirahat Multimedia Learning Macrocytic anemia Istirahat Kuliah 11: Obat-obat anti anemia Mandiri
R. Kuliah -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
Mahasiswa dr.D.Sadguna,Sp.PD -- Mahasiswa dr.D.Sadguna,Sp.PD -- dr. I.B.Ngurah,M.For. AIFO --
HARI 11
24 September 2012
08.00 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 13.30 13.30 – 14.30
Kuliah 12: Edukasi pada penderita anemia Istirahat Multimedia Learning Mandiri
R. Kuliah -- Lab kering Lt III --
dr. Darwata, MPH -- dr. Maria dr. Suwitra --
HARI 12
25 September
2012
08.00 – 09.00
09.00 – 09.30 09.30 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 12.00 12.00 – 14.00
Kuliah 13: Program puskesmas dalam penanggulangan anemia Istirahat Kuliah 14: Rhesus incompatibility dan Blood group incompatibility Istirahat Mandiri Diskusi kelompok 2
R. Kuliah -- R. Kuliah -- -- R. Diskusi
dr. Suwita, M.Kes -- dr. Triyasa, Sp. A -- -- Fasilitator
HARI 13
26 September
2012
08.00 – 09.00 09.00 – 9.30 09.30 – 11.30 11.30 – 12.00 12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
Pleno (Kuliah 5-14) Istirahat Pemicu 3 Istirahat Kuliah 15: Thrombocytopenia, Thrombositosis, dan DIC Mandiri
R. Kuliah -- R. Diskusi -- R. Kuliah --
Narasumber (5-14) -- Fasilitator -- Dr.dr. A. A. G. Budi Tresna, Sp.PD --
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Jadwal Pembelajaran Page 12
Hari/Tgl Waktu Kegiatan Tempat Pelaksana
HARI 14
27September 2012
08.00 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 10.30
10.30 – 11.30
11.30 – 12.00 12.00 – 13.00
Kuliah 16: Agranulocytosis Istirahat Keterampilan klinis anamnesa (Mandiri) Keterampilan klinis pemeriksaan fisik (Mandiri) Istirahat Presentasi student project (klp 5&6) Mandiri
R. Kuliah -- Lab. Unwar Lab. Unwar -- R. Kuliah --
dr. Triyasa, Sp. A -- Instruktur Instruktur -- Tim fasilitator --
HARI 15
28 September
2012
08.00 –10.00 10.00 –10.30 10.30 – 11.30
11.30 – 12.00 12.00 – 13.00
13.00 – 15.00
Diskusi kelompok 3 Istirahat Pleno (Kuliah 15 dan 16) Istirahat Multimedia learning Agranulocytosis Mandiri
R. Diskusi -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
Fasilitator -- Narasumber (15,16) -- Mahasiswa dr. Triyasa, Sp. A --
HARI 16
1 Oktober 2012
08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 11.30
11.30 – 12.00 12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
Pemicu 4 Istirahat Kuliah 17: Proses Hemostasis Istirahat Kuliah 18: Patofisiologi kelainan pembekuan (Hemophilia, Von willebrand's disease) Mandiri
R. Diskusi -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
Fasilitator -- dr. Tjok.G. Oka,Sp.PK -- dr. Tjok.G. Oka,Sp.PK --
HARI 17
2 Oktober
2012
08.00 – 09.00
09.00 – 09.30 09.30 – 10.30
10.30 – 11.30
11.30 – 13.30 12.00 – 14.00
Kuliah 19: Hemophilia Istirahat Kuliah 20: Obat Hemostatika Mandiri Diskusi kelompok 4 Pleno (Kuliah 17- 20)
R. Kuliah -- R. Kuliah -- R. Diskusi R. Kuliah
dr. Eka Saputra, Sp.PD -- dr.I.B.Ngurah, M.For. AIFO -- Fasilitator Narasumber (17-20)
HARI 18
3 Oktober 2012
08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 11.30
11.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 14.00
Pemicu 5 Istirahat Kuliah 21: Patofisiologi keganasan darah dan kelenjar limfe (termasuk dasar metastase) Istirahat Kuliah 22: Acute leukemia Mandiri
R. Diskusi -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
Fasilitator -- dr. Maria Listyani, Sp.PK. -- dr. Triyasa, Sp. A --
HARI 19
4 Oktober 2012
08.00 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 10.30
10.30 – 11.00 11.00 – 12.00
12.00 – 12.30 12.30 – 13.30
13.30 – 14.30
Kuliah 23: Chronic leukemia Istirahat Kuliah 24: Neoplasma kelenjar limfe (Non-hodgkin’s lymphoma dan Hodgkin’s lymphoma) Istirahat Keterampilan klinis anamnesa (Responsi) Istirahat Keterampilan klinis pemeriksaan fisik (Responsi) Mandiri
R. Kuliah -- R. Kuliah -- Lab. Unwar -- Lab. Unwar --
Dr.dr. A. A. G.Budi Tresna, Sp. PD -- dr. Suriana, Sp. B. -- -- Instruktur -- Instruktur --
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Jadwal Pembelajaran Page 13
Hari/Tgl Waktu Kegiatan Tempat
Pelaksana
HARI 20
5 Oktober
2012
08.00 – 10.00
10.00 – 10.30 10.30 – 11.30
11.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 14.00
Diskusi kelompok 5 Istirahat Kuliah 25: Dasar-dasar transfusi dan reaksi transfuse Istirahat Pleno (kuliah 21-25) Mandiri
R. Diskusi -- R. Kuliah -- R. Kuliah --
Fasilitator -- dr.Maria listyani, SpPK -- Narasumber --
HARI 21
8 Oktober
2012
08.00 –selesai
Ujian Clinicall skill Lab. Unwar
Instruktur
HARI TENANG HARI
23
11 Oktober 2012
08.00 – 10.00 UJIAN
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Pertemuan Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar Page 14
PERTEMUAN EVALUASI
Pertemuan Dengan Wakil Mahasiswa
Pertemuan antara Tim Blok dengan mahasiswa dimaksudkan untuk mengevaluasi Modul Blok serta mengidentifikasi masalah-masalah dalam pelaksanaan blok (kuliah dan diskusi kelompok). Dengan adanya evaluasi terhadap Buku Modul dan pelaksanaan Blok diharapkan menjadi masukan untuk penyempurnaan panduan dan pelaksanaan belajar yang lebih baik. Pertemuan dilaksanakan di ruang sidang kecil pada hari Sabtu, tanggal 22 September 2012. Mahasiswa wakil kelompok dan Tim Blok diharapkan hadir pada pertemuan tersebut.
Pertemuan Dengan Dosen Fasilitator
Pertemuan antara Tim Blok dengan fasilitator bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Blok, mengevaluasi Modul Blok serta mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam diskusi kelompok. Dengan adanya evaluasi terhadap pelaksanaan Blok diharapkan menjadi masukan untuk penyempurnaan Blok. Pertemuan dilaksanakan di ruang sidang kecil pada hari Sabtu, tanggal 22 September 2012. Fasilitator dan Tim Blok diharapkan hadir pada pertemuan tersebut.
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Formatif:
Penilaian formatif akan dilaksanakan setiap kali kuliah dan pleno. Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik kepada mahasiswa mengenai kemajuan mereka dalam pembelajaran blok. Penilaian ini dengan menggunakan pretest berupa essay sebelum kuliah berlangsung yg diberikan oleh narasumber (pemberi kuliah) dan posttest berupa essay pada saat pleno. Hasil posttest akan diumumkan pada akhir blok. Selain itu, pretest dan posttest juga akan dilaksanakan pada multimedia learning.
Sumatif:
Penilaian sumatif (ujian) akan dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Oktober 2012. Ujian tulis Blok memakai metode MCQ, yang memberikan kontribusi 70% terhadap nilai akhir. Kemampuan juga dinilai pada penyusunan dan presentasi student project yang memberikan kontribusi 10%. Kemampuan dan sikap yang dinilai oleh tutor saat diskusi kelompok dengan metode chek list, memberikan kontribusi 15% terhadap nilai akhir. Kehadiran saat kuliah memberikan kontribusi sebesar 5% terhadap nilai akhir. Batas nilai minimal kelulusan pada Blok ini adalah 70 dari skala 100.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Daftar Pustaka Page 15
DAFTAR PUSTAKA
1. Lauren J. Sweeny. 1998. Basic Concept in Embriology. New York. Mc. Graw
Hill.
2. Gatner. Esensial Biologi dan Histologi
3. Berne, Robert M. and Levy, Mattew N. 2000. Principle of Physiology. Third
Edition. USA : Mosby.
4. Sir John V. Dacie, S.M.Lewis: Practical Haematology.
5. A.V. Hoffbrand, J.E Pettit: Essential Haematology.
6. Thompson and Thompson : Genetics in medicine fitth edition
7. Bakta I.M.(2006).Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
8. Anonim, Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan Wanita
Usia Subur, Depkes R.I.
(www.gizi.depkes.go.id/anemia/Pedoman%20Anemia%20Gizi.doc)
9. Siti Aisah, Junaiti Sahar, Sutanto Priyo Hastono, 2008, Pengaruh Edukasi
kelompok Sebaya Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemi Gizi Besi
pada Wanita Usia Subur di Kota Semarang, Jurnal Keperawatan Vol.2 No.1,
Oktober 2008:35-44 (www.jurnal.unimus.ac.id)
10. Beutler, Ernest, et al . William Hematology. Sixth Edition. New York: Mc Graw –
Hill.
11. Lee, G Richard. et al 1993. Wintrobe’s Clinical Hematology. Ninth Edition.
Philadelphia : Lea & Febiger
12. Schmaier, Alvin H; and Petruzzelli, Lilli M. 2003. Hematology for Medical
Student. Philadelphia: Lippicott William&Wilkins.
13. Swartz, MH. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC
14. Szilagyi, PG; Bickley, LS. 2008. Bate’s Guide to Physical Examination and
History Taking 10 Ed. Lippincot & Wilkins
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Infornasi Lain-lain Page 16
INFORMASI LAIN-LAIN
A. Muatan Lokal
Muatan lokal adalah penyakit dalam SKDI yang memiliki standar kompetensi 1
atau 2 yang ikut dikuliahkan dikarenakan kejadiannya yang cukup sering di
masyarakat daerah lokal, yang meliputi:
1. Aplastic/hypoplastic anemia 2. Rhesus incompatibility 3. Blood group incompatibility 4. Thrombocytopenia 5. Thrombocytosis 6. Disseminated Intravascular Coagulation 7. Hemophilia 8. Acute leukemia 9. Chronic leukemia 10. Non-hodgkin’s lymphoma 11. Hodgkin’s lymphoma
B. Multimedia Learning
Pada Blok Hematology System and Disoders and Clinical Oncology terdapat
multimedia learning oleh mahasiswa dan peningkatan peranan multimedia di
dalam proses pembelajaran. Berikut adalah persiapan serta pelaksanaan
multimedia learning:
1. Persiapan
a. Pembelajaran pada Blok Hematological System and Disorder and Clinical
Oncology melalui proses kuliah interaktif dan integratif oleh mahasiswa,
pada saat dimulainya blok ini dilakukan persiapan berupa:
1. Pembagian materi/topik yang harus dikuliahkan oleh mahasiswa nantinya
kepada mahasiswa lainnya. Materi/topik disini adalah materi kuliah yang
termasuk dalam Blok Hematological System and Disorder and Clinical
Oncology dengan kompetensi 3A, 3B dan 4.
2. Dibentuk kelompok sesuai jumlah materi/topik yang akan dibawakan, dan
dilakukan pengundian materi/topik yang mereka peroleh perkelompok.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Infornasi Lain-lain Page 17
3. Perkuliahan oleh mahasiswa sendiri dilakukan setelah mahasiswa tersebut
mendapatkan kuliah dengan materi/topik yang sama oleh dosen pengajar.
4. Pada materi/topik yang akan dikuliahkan oleh mahasiswa, mereka dapat
menambahkan gambar, video audio atau visual, ataupun media lainya
sesuai kreatifitas mereka sehingga tayangan menjadi lebih menarik untuk
disimak oleh mahasiswa lainnya.
5. Hari pelaksanaan dilakukan selama beberapa hari sesuai waktu yang
dipersiapkan sesuai perkuliahan yang telah dilakukan
6. Pada hari pelaksanaan, dosen pengajar materi/topik yang akan dibawakan
oleh mahasiswa turut diundang sebagai pembimbing yang nantinya akan
memberikan feedback serta sebagai moderator
b. Selain kuliah oleh mahasiswa, juga dilakukan peningkatan peranan
multimedia interaktif, dengan persiapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan bahan berupa gambar dan video terkait Blok Hematological
System and Disorder and Clinical Oncology yang digunakan untuk
melengkapi kuliah oleh dosen pengajar
2. Bahan berupa gambar yang telah disiapkan dibagikan sehari sebelum
pelaksanaan multimedia learning kepada mahasiswa untuk dipelajari
terlebih dahulu
3. Selain itu disiapkan preparat yang sesuai dengan gambar yang nantinya
dapat dilihat oleh mahasiswa melalui mikroskop
c. Peningkatan peranan multimedia interaktif dalam kuliah yang diberikan oleh
dosen, dengan persiapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan bahan berupa video terkait Blok Hematological System and
Disorder and Clinical Oncology yang digunakan untuk melengkapi kuliah
oleh dosen pengajar
2. Video yang telah diperoleh dibagikan kepada dosen pengajar sesuai
dengan topik yang diajarkan, dibagikan beberapa hari sebelum mengajar
agar dapat dicermati.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Infornasi Lain-lain Page 18
2. Pelaksanaan
a. Setelah persiapan dilakukan, pelaksanaan multimedia learning dapat dimulai
sesuai jadwal yang telah dibuat sesuai materi/topik yang telah diajarkan.
1. Pada hari pelaksanaan, dosen pengajar materi/topik yang akan dibawakan
oleh mahasiswa turut diundang sebagai pembimbing.
2. Dosen pengajar ini nantinya akan menjadi moderator untuk jalannya
presentasi serta berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para mahasiswa
kepada mahasiswa presenter.
3. Sebelum presentasi dimulai, seluruh mahasiswa termasuk kelompok
presenter akan dibagikan lembaran pretest berupa soal MCQ sesuai dengan
materi kuliah pada hari itu dan diberikan waktu selama 10 menit untuk
mengerjakan.
4. Salah satu mahasiswa menjadi presenter yang sebelumnya dipilih secara
acak oleh dosen pengajar/moderator, dan ada sebagai asisten, serta juru
bicara. Presenter ini akan mempresentasikan hasil materi/topik yang telah
dipelajarinya secara mendalam. Waktu yang diberikan untuk presentasi
sekitar 15 menit dan tanya jawab antar kelompok presenter selama 15
menit
5. Sedangkan kelompok lainnya menjadi audience dan nantinya mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok presenter.
6. Pada akhir acara dilakukan feedback dari dosen pengajar selama 10 menit,
baik berupa tanggapan, meluruskan yang salah menjadi benar serta
memberikan berbagai masukan.
7. Setelah feedback, mahasiswa dibagikan lembaran posttest berupa soal
MCQ sesuai dengan materi kuliah hari itu dan diberikan waktu selama 10
menit untuk mengerjakan.
b. Setelah bahan dibagikan kepada mahasiswa, pelaksanaan multimedia learning
dapat dimulai sesuai jadwal yang telah dibuat:
1. Mahasiswa dibentuk menjadi 15 kelompok (sesuai jumlah mikroskop yang
telah disiapkan preparat terlebih dahulu)
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Infornasi Lain-lain Page 19
2. Mahasiswa dipersilahkan melihat preparat dan mencermatinya secara
bergantian dengan yang lain, dan melihat preparat yang disediakan lainnya
selama 75 menit
3. Mahasiswa kemudian dibagikan kertas untuk menjawab soal pretest yang
ditayangkan dengan menggunakan proyektor LCD selama 15 menit
4. Bahan berupa gambar dan video yang telah disiapkan ditayangkan dengan
menggunakan proyektor LCD dan dosen pengajar akan memberikan
penjelasan dari gambar dan video tersebut selama 75 menit
5. Setelah diberikan penjelasan, dosen pengajar mengembalikan slide dari
awal dan memberikan instruksi mahasiswa untuk menyebutkan nama
gambar yang ada pada layar selama 60 menit
6. Pada akhir sesi, mahasiswa dibagikan kertas untuk menjawab soal posttest
yang ditayangkan dengan menggunakan proyektor LCD selama 15 menit
c. Setelah video dibagikan kepada dosen pengajar, pelaksanaan perkuliahan
dapat dimulai sesuai jadwal yang dibuat:
1. Mahasiswa diberikan pretest terlebih dahulu yang sebelumnya telah
dipersiapkan oleh dosen pengajar selama 10 menit
2. Penayangan video berdurasi ± 10 menit, disini dosen pengajar dapat
memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai video tersebut
3. Kuliah oleh dosen pengajar selama 20 menit
4. Feedback dari dosen pengajar selama 10 menit
5. Setelah dilakukan feedback, mahasiswa kembali mengerjakan soal posttest
selama 10 menit.
C. Hubungan Penyakit pada Blok Hematologi dengan Blok lainnya
Perlu diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara blok satu dengan lainnya, begitu
pula blok hematologi. Beberapa keterkaitan blok hematologi dengan blok lainnya
meliputi:
1. Iron deficiency anemia terkait dengan blok Infection and other
pathologic processes dan Infectious disease (Hookworm infection), blok
Pharmaco-nutritional therapy (defisiensi zat besi), dan blok Alimentary
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Infornasi Lain-lain Page 20
and Hepatobiliary System and Disoders (chronic Gastrointestinal
Bleeding, Haemorrhoid)
2. Macrocytic Anemia terkait dengan blok Pharmaco-nutritional therapy
(B12 deficiency, Folic acid deficiency), Alimentary and Hepatobiliary
System and Disoders (Chronic liver disease), dan Endocrine system and
Metabolic disoders (Hypothyroid)
3. Hemolytic anemia terkait dengan blok Child health and pediatric
disorders (Hemolytic disease of the newborn), Immune system and
Disoders (Hemolytic disease of the newborn, Autoimun),
Cardiovascular system and disorders (Red cell fragmentation
syndrome), Infection and other pathologic processes dan Infectious
disease (Malaria and Clostridia), Pharmaco-nutritional therapy (Drug
associated), dan Female genital system, obstetric and gynecological
system (Pre-eclampsia)
4. Langerhans' cell histiocytosis terkait dengan blok Alimentary and
Hepatobiliary System and Disoders
5. Rhesus incompatibility dan Blood group incompatibility terkait blok
Immune system and Disoders (Hemolytic disease of the newborn).
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Pemicu Page 21
PROGRAM PEMBELAJARAN
PEMICU
Pemicu 1
Kasandra dengan Letih dan Lesu
Kasandra, perempuan berusia 27 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan lemah, letih
dan lesu sejak 7 bulan yang lalu. Ibunya mengatakan Kasandra juga terkesan pucat.
Dokter Puskesmas kemudian memeriksa keadaan Kasandra, didapatkan konjungtiva dan
mukosa bibirnya pucat. Dokter Puskesmas tersebut menduga Kasandra menderita anemia.
Setelah hal ini disampaikan, Kasandra berfikir bagaimana bisa terjadi anemia tersebut
dan dimana kelainan yang terjadi pada dirinya. Dokter menjelaskan proses pembentukan
sel-sel darah dan perbedaan sel-sel darah tersebut serta proses terjadinya anemia.
Selanjutnya untuk menegakkan diagnosis lebih tepat, Dokter Puskesmas merencanakan
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium hematologi, namun Dokter bertanya dalam
pikirannya, pemeriksaan hematologi yang mana saja yang perlu dilakukan pada pasien.
Pemicu 2
Ibu Sinta dengan Anemia
Ibu Sinta berusia 30 tahun datang memeriksakan dirinya di Puskesmas Mawar yang
terletak di pinggiran kota Denpasar. Ibu Sinta berasal dari keluarga kurang mampu dan
sudah beberapa kali berobat ke Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan terdahulu, diduga Ibu
Sinta menderita anemia, dan pada pemeriksaan Hb belum terjadi kenaikan yang
signifikan. Dari keadaan tersebut Dokter Puskesmas menganalisa kemungkinan penyebab
anemia pada Ibu Sinta. Untuk maksud tersebut, Dokter Puskesmas mencoba menyusun
diagram terjadinya anemia dan berbagai penyebab yang mendasari terjadinya anemia.
Dari hasil pemeriksaan darah lengkap, didapatkan hasil sebagai berikut:
RBC: 2,97 x 106/uL
Hb: 6 g/dL
HCT: 18,9%
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Pemicu Page 22
MCV: 72 fL
MCH: 22 pg
MCHC: 28 g/dL
Dari hasil pemeriksaan darah tersebut, Dokter Puskesmas melakukan
pemeriksaan iron level dan hapusan darah tepi, kemudian Dokter menjelaskan
kemungkinan penyebab terjadinya kelainan yang dialami Ibu Sinta. Setelah dokter
menjelaskan keadaan Ibu Sinta, dia kemudian bertanya kepada Dokter bagaimana
terjadinya penyakit yang dialaminya, apakah bisa diobati, apakah sakitnya bersifat
keturunan, apakah ada pantangan makanan, dan apakah penyakitnya dapat dicegah.
Pemicu 3
Nyoman Wati, perempuan berusia 45 tahun datang ke praktek Dokter Agung dan
mengeluh sakit tenggorokan saat menelan sehingga nafsu makannya menjadi berkurang.
Hal ini sudah dialaminya sejak 6 bulan yang lalu. Nyoman Wati juga mengeluh badannya
sering panas dan luka-luka pada mulut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa faring
yang hiperemis dan lesi pada mukosa pipi dan lidah. Dari analisa, Dokter Agung
memperkirakan adanya gangguan yang lebih serius. Oleh karena itu, Dokter Agung
menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan
hapusan darah tepi.
Dari hasil pemeriksaan hapusan darah, didapatkan hasil sebagai berikut:
Different cell count:
- neutrofil 2,1%
- eosinofil 0.6%
- basofil 0,0%
Pemicu 4
Andi, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dibawa oleh keluarganya ke praktek dokter
umum dengan keluhan sering mengalami mimisan, gusi berdarah, dan memar setelah
terjadi benturan termasuk benturan yang ringan sekalipun. Dari hasil pemeriksaan fisik
Dokter tidak menemukan gangguan pada tubuh anak tersebut, kecuali memar pada
beberapa bagian tubuhnya. Setelah melakukan analisis, Dokter berfikir kemungkinan
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Pemicu Page 23
adanya gangguan pembekuan darah. Oleh karena itu dokter menyarankan pemeriksaan
laboratorium darah lengkap.
Hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan batas normal. Untuk tindak lanjut
Dokter melakukan pemeriksaan faal hemostasis dan hasilnya sebagai berikut:
- aPTT memanjang
- PPT normal
- Bleeding Time normal
Pemicu 5
Wayan Lendra, seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke Dokter Ayu di Puskesmas
Bangli. Ledra mengeluh badannya panas sejak 2 bulan, hilang timbul, disertai dengan
berat badan yang menurun dan terdapat pembengkakan pada beberapa daerah di
tubuhnya. Dokter Ayu bertanya dimana saja pembengkakan pada tubuhnya dan apakah
pembekakan tersebut terasa nyeri. Wayan Lendra menjawab pembengkakan pada
tubuhnya terjadi pada daerah leher, ketiak dan selangkangan, pembengkakan tersebut
dikatakan tidak terasa nyeri. Setelah melakukan anamnesa dan menarik kesimpulan
klinis, Dokter Ayu meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan fisik kepada Wayan
Lendra. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan hasil tekanan darah 110/75 mmHg, nadi
76 kali per menit, temperatur aksila 390C, dan didapatkan benjolan di leher, aksila dan
inguinal. Dokter Ayu melakukan analisis kemungkinan benjolan tersebut adalah
pembesaran kelenjar limfe dan Dokter Ayu mengusulkan agar pasien berobat ke Rumah
Sakit Sanglah. Pasien bertanya kepada Dokter Ayu kemungkinan penyebab penyakitnya
didapatkan dari orang tuanya yang telah meninggal karena keluhan yang sama seperti
Wayan.
Sebagai calon dokter, hal apa lagi yang perlu diketahui dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik untuk menarik kesimpulan klinis dan apa yang akan anda lakukan
terhadap Wayan Lendra?
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Student Project Page 24
STUDENT PROJECT
Sebagai seorang dokter diperlukan kemampuan untuk mengelola permasalahan
kesehatan, tidak hanya permasalahan kesehatan individu namun juga permasalahan
kesehatan yang ada di masyarakat. Permasalahan tersebut harus dikelola secara
komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif dalam konteks
pelayanan kesehatan tingkat primer. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang
dokter adalah mampu melaksanakan suatu pendidikan kesehatan dalam rangka promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit. Dokter harus memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk
promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, jenis kelamin, etnis, dan budaya.
Dokter juga harus memiliki kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan
pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga dan
masyarakat.
Student project pada blok Hematological System And Disoders And Clinical
Oncology bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan dalam hal merencanakan dan melaksanakan pendidikan
kesehatan di tingkat masyarakat. Melalui student project ini mahasiswa diharapkan
mampu mempersiapkan sebuah media penyuluhan mengenai topik-topik yang berkaitan
dengan sistem hematologi. Tugas dikerjakan secara berkelompok, dimana setiap
kelompok diskusi kecil (SGD) membagi diri menjadi 2 sub-kelompok (4-5 orang) dan
masing-masing sub-kelompok membuat 1 paper hasil article review dengan topik yang
berbeda dengan subkelompok lainnya. Pada saat pembelajaran blok, masing-masing
kelompok diberikan kesempatan untuk melakukan simulasi penyuluhan di ruang kuliah
dimana mahasiswa yang lain berperan sebagai target populasi yang diberikan
penyuluhan.
Adapun topik-topik yang disediakan antara lain:
1. Hemoglobinopathy
2. Polycytemia
3. Von willebrand’s disease
4. Myelodysplastic syndrome
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Student Project Page 25
5. Multiple myeloma
6. Langerhan’s cell histiocytosis
Format paper/laporan student project (article review):
Cover depan berisikan
• Logo FKIK Unwar dan Topik
• Nama penulis (daftar nama kelompok)
• Nama instiusi, Bulan, Tahun
Halaman 1
• Topik article review dan nama penulis
• Abstrak: berisikan latar belakang, masalah, metode, resume pembahasan dan kata
kunci (paling bawah)
Halaman 2 dan selanjutnya
• Pendahuluan atau Latar Belakang
• Tujuan penulisan
• Pembahasan
• Kesimpulan
• Saran
• Referensi (lampirkan, minimal 2 referensi)
Catatan:
• Laporan diketik 1,5 spasi pada kertas kuarto (A4)
• Abstrak dan isi laporan maksimum 5 halaman
• Konsultasi dengan fasilitator pada kesempatan setiap akhir SGD
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 26
ABSTRAK KULIAH Kuliah 1. Proses hematopoiesis serta gambaran histologi sel-sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit) dr. Semadha Hematologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari komponen darah yang normal
maupun yang abnormal dan fungsinya masing-masing. Sel-sel darah adalah salah satu
komponen darah yang mempunyai life span yang relatif singkat dan membutuhkan
pembaharuan secara periodik, proses tersebut disebut hematopoiesis. Pada orang dewasa
normal, sel-sel darah diproduksi di sumsum tulang dari sel-sel yang pluripotent,
Hematopoietic Stam Cells (HSCs), yang merupakan prekursor dari sel-sel darah tersebut.
Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (erythrocytes), white blood cells (granuler dan
non granuler), dan thrombocytes. Pengaturan yang terlibat dalam specific colony-
stimulating factors (CSFs) seperti erythropoietin, leucopoietin, dan thrombopoietin.
Faktor-faktor ini bekerja pada bermacam-macam step dalam hemopoiesis untuk
meningkatkan proliferasi dan diferensiasi dari CFUs. Nutrien-nutrien seperti protein,
vitamin, mineral, dan hormon sangat dibutuhkan dalam hematopoiesis ini.
Sel-sel darah merah (RBCs) atau eritrosit merupakan 40-45% dari volume darah.
Secara struktural maupun metabolismenya sel-sel darah merah ini merupakan sel yang
paling sederhana pada tubuh kita. Selama pematangannya sel darah merah kehilangan
seluruh organel subselulernya. Tanpa adanya inti sel mengakibatkan sel darah merah
kehilangan kemampuannya untuk mensintesa DNA dan RNA. Tanpa adanya ribosome
atau endoplasmic reticulum tentu tidak dapat membentuk atau mengsekresikan protein,
tidak dapat mengoksidasi lemak, suatu proses yang membutuhkan aktivitas mitokhondria,
RBC secara eksklusif membuthkan glukose sebagai sebagai energi.Glukose berasal dari
darah dan menghasilkan ATP melalui proses glycolysis. Metabolisme glukose dalam
RBC bersifat anaerobik, kosisten dengan peran utama dari RBC dalam transport oksigen
dan pengantarannya dari pada pemakaiannya. Glikolisis terdiri dari tiga stadium yaitu
invesment stage, splitting stage, dan yielding stage, yang pada akhirnya memproduksi 2
ATP dalam glikolisis 1 molekul glukose. Pathway yang penting lainnya dalam
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 27
metabolisme glukose adalah penthosephosphat pathway untuk mensintesa nucleotide,
RNA , DNA, dan NADPH, enzim2 penting: G6PDH, LDH dan bahan2 seperti 2,3
biphosphogliserat juga mempunyai fungsi penting dalam metabolisme glukose dalam
RBC.
Kuliah 2. Embriologi sistem hematopoiesis dr. Sana Hematopoietic system terdiri dari organ dan sel yang dihasilkannya yang masuk sirkulasi
di dalam vascular system. Organ utama dalam sistem ini adalah bone marrow dan
thymus, sedangkan organ kedua termasuk lymph nodes, spleen (termasuk lymph nodules
di dalam sejumlah organ). Dua rangkaian sel yang terbentuk dalam hematopoiesis ialah
myeloid lineage dan lymphoid lineage.
Bone marrow adalah gudangnya ”pluripotent stem cell” sepanjang hidup dan
secara kontinyu memproduksi ”cells of myeloid lineage” dan cells of lymphoid lineage
(T-cell progenitors migrasi ke thymus).
Thymus progenitors (thymocytes) masuk thymus dari bone marrow untuk
selanjutnya mengalami proliferasi dan pematangan.
Semua hemopoietic cells dan organ kecuali thymus berasal dari mesoderm dan
mulai terbentuk pada embrio 3 minggu. Hematopoiesis ini terjadi awalnya pada dinding
yolk sac dengan menghasilkan hematocytoblast yang merupakan pluripotent stem cells
dan dinding pembuluh darah. Proses ini terus berlangsung sampai embrio 6 minggu.
Selanjutnya mulai embrio 5 minggu hematopoiesis mulai terjadi di liver, yang
awalnya menggunakan stem cells yang berasal dari dinding yolk sac. Pada embrio 2
bulan sampai 6 bulan, liver merupakan tempat hematopoiesis utama dan tetap berperan
sampai bayi lahir. Di dalam liver, stem cells menghasilkan cells of the lymphoid dan
myeloid lineage.
Mulai embrio 7 bulan, spleen menjadi tempat hematopoiesis of cells of myeloid
lineage, terutama pembentukan eritrosit.
Permanent hematopoietic organ terdiri dari lymph nodes, tonsils dan bone
marrow. Lymphoides yang sudah mulai terbentuk pada embrio 2 bulan dan menghasilkan
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 28
limfosit (Lympocites) dan tonsil yang mulai terbentuk pada embrio 2 bulan mendapat
invasi B Lymphocytes yang mensekresikan antibodi.
Bone marrow mulai sebagai tempat hematopoiesis setelah embrio 6 bulan,
mengambil alih fungsi yolk sac dan spleen dan terus berkembang selama kehidupan
prenatal. Sepanjang hidup manusia, bone marrow menjadi tempat hematopoiesis utama,
dibantu thymus sampai menjelang dewasa.
Kuliah 3. Hemoreologi (Struktur dan fungsi sel-sel darah) dr. Suyasning Darah dalam tubuh kita mempunyai tiga fungsi yaitu transportasi, pengaturan ,dan
proteksi. Darah mengangkut gas dari dan ke paru2, nutrient dari intestine ke liver dan
selanjutnya dibuang ke luar tubuh. Hasil metabolisme diangkut dari jaringan tubuh ke
organ2 ekskretoris seperti paru2 dan ginjal. Hormone diangkut dari kelenjar endokrin ke
target organ. Fungsi pengaturan darah adalah pengaturan tubuh, pengaturan cairan
intravascular dan pengaturan PH.Fungsi protektif darah adalah peran leukosit dan
limfosit. Pembentukan antibodi dan komplemen dalam rangka respon terhadap infeksi.
Darah berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai medium untuk
membawa berbagai bahan ke dan dari sel, penyangga perubahan pH, mengangkut
kelebihan panas ke permukaan tubuh untuk dikeluarkan, berperan penting dalam sistem
pertahanan tubuh, dan memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pada
pembuluh darah. Homeostasis penting bagi kelangsungan hidup sel-sel. Sel memerlukan
pasokan Oksigen yang konstan untuk menunjang reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan
energi dan CO2 yang harus secara terus menerus dikeluarkan. Sel dapat bertahan hidup
dan hanya berfungsi dalam rentang pH dan suhu yang sempit dan selain itu sel harus
dilindungi dari berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Darah terdiri dari elemen-
elemen berbentuk dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen berbentuk tersebut
adalah eritrosit, leukosit, trombosit. Plasma terdiri dari air 90% , dan 10 % berupa
elektrolit, gas terlarut, berbagai produk sisa metabolisme, dan zat-zat gizi misalnya gula,
asam amino, lemak, kolesterol, dan vitamin. Protein dalam darahmisalnya albumin,
imunoglobulin, serta komponen jenjang koagulasi dan komplemen ikut menyusun
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 29
plasma. Sel-sel darah secara tetap dibentuk melalui proses disebut hemopoesis atau
hematopoesis, gangguan pada proses ini bisa menyebabkan kekurangan sel-sel darah dan
dengan berbagai gejala klinisnya. Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam
aplikasi klinis adalah tentang golongan /tipe darah disebut ABO system, dan Rh factor .
Diperhatikan juga mengenai pembekuan darah dan jenjang faktor yang terlibat.
Bentuk sel darah merah yang lempeng bikonkaf seperti dengan garis tengah 8
mikro meter, berperan terhadap efisiensi mengangkut oksigen karena permukaan lebih
luas bagi difusi menembus membran darpada yang dihasilkan oleh sel bulat, tipisnya sel
memungkinkan oksigen berdifusi secara lebih cepat antara bagian dalam sel dan
ekteriornya.Ciri lain yang mempermudah fungsi transportasi adalah kelenturan
(fleksibilitas) membran sel, yang memungkinkan eritrosit berjalan melelui kapiler yang
sempit dan berkelok-kelok untuk menyampaikan oksigen ke jaringan . Hal yang paling
penting adalah eritrosit memilki hemoglobin.
Eritrosit baik struktur maupun metabolisme adalah sel yang paling sederhana di
dalam tubuh produk akhir dan pematangan dari reticulocyt. Selama pematangan, eritrosit
kehilangan organel-organelnya. Tanpa inti ia tidak mempunyai kemampuan untuk
mensintesis DNA ataupun RNA. Tanpa ribosom atau endoplasmic reticulum ia tidak bisa
mensintesis atau mengeluarkan protein. Karena itu ia tidak dapat mengoksidasi lemak,
suatu proses yang memerlikan aktivitas mitokondria. Eritrosit memerlukan makanan dari
glukosa. Metabolisme glukosa di dalam eritrosit secara keseluruhan anaerobik, konsisten
dengan peranan eritrosit dalam transport oksigen.
Kuliah 4. Patofisiologi Kelainan Sel-sel Darah dr. Maria,Sp. PK
Pada minggu pertama kehamilan, Yolk Sac merupakan tempat utama hemopoiesis. 6 -7
bulan janin sampai dewasa tempat hemopoiesis di sumsum tulang. Hemopoiesis meliputi
eritropoiesis, granulopoiesis, trombopoiesis dan limpopoiesis berasal dari sel induk (stem
cell).
Selama masa perkembangan sampai di darah perifer tergantung banyak faktor
sehingga dapat menyebabkan kelainan bila ada salah satu faktor yang tidak mencukupi,
baik eksternal maupun internal.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 30
Kuliah 5. Aspek Genetika Anemia dr. Suwitra Hemoglobin ( Hb ) merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah. Pada
vertebrata hemoglobin bertanggung jawab terhadap transport oksigen dan berjumlah
sekitar 15 gram dalam 100 ml darah. Molekul Hb masing-masing terdiri dari dua rantai
polipeptida yang berbesa. Hemoglobin dewasa ( Hb A) α dan β membentuk tetramer
α2β2. Rantai α terdiri dari α1 dan α2 sedangkan rantai β terdiri dari β1 dan β2. Struktur
ini membentuk struktur globuler tetramer dengan rantai α terdiri dari 141 asam amino
dan rantai β terdiri dari 146 asam amino. Masing-masing rantai mempunyai sebuah ikatan
dengan molekul Fe membentuk heme. Selain Hb A terdapat juga lima jenis Hb normal
pada manusia yang terdiri dari dua rantai α dan dua rantai non α yang disebut.
Hb A2 dengan rantai α2δ2. Rantai α berlokus pada lengan pendek kromosom 16
sedangkan rantai β berlokus pada rantai pendek kromosom 11.
Kelainan bawaan dari Hb disebabkan adanya mutasi pada DNA yang akan
menyebabkan perubahan fungsi dan perubahan struktur Hb.
Banyak kelahiran di dunia yang struktur dan fungsi hemoglobin terganggu dan
keadaan ini disebut hemoglobinopati. Keadaan ini dapat berupa kelainan yang diwariskan
secara otosom dominan ( AD ) dan secara otosom resesif ( AR ), dapat menyebabkan
gangguan fungsi Hb dengan akibat yang ditimbulkan tergantung dari kelainan struktur
dan panjangnya struktur yang mengalami mutasi.Kelainan struktur dapat disebabkan
oleh:
1. Mutasi�Hb S, Hb C dan Hb E.
2. Deletion� Hb Freiburg
3. Insertion�Hb Grady
4. Frameship� Hb Wayne
5. Chain termination fusion polypeptides� Hb Lepore
Akibat adanya gangguan pada struktur Hb akan menyebabkan adanya gangguan
fungsi dengan berbagai manifestasi klinis. Ganguan fungsi Hb terutama dalam
kemampuan mengikat oksigen walau striktur Hb normal, keadaan ini disebut
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 31
methemoglobin ( Hb M ) adanya mutasi akan menyebabkan perubahan fenotip klinis
dengan manifestasi klinis berupa anemia. Perubahan tersebut dapat berupa:
1. Varian yang menyebabkan hemolise: Keadaan ini akan menyebabkan manifestasi
klinis berupa anemia hemolitik, anemia bulan sabit ( sickle cell anemia ) dan
HbC.
2. Mutasi yang menyebabkan gangguan transport oksigen: methemoglobin
3. Mutasi yang menyebabkan abnormalitas struktur: Thalasemia
Untuk menghindarkan kejadian ini sangat penting dilakukan antenatal dan pasca
kelahiran hemoglobinopati sekrening.
Kuliah 6. Diagnostik dan Manajemen Anemia dr. Sri Wardani, Sp. PD Anemia adalah menurunnya massa eritrosit yang beredar, sehingga tidak mampu
menjalankan tugasnya sebagai oxygen carrying power. Anemia ditandai oleh
menurunnya kadar: hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit dalam darah.
Timbulnya gejala anemia disebabkan oleh adanya hipoksia target organ dan adanya
mekanisme kompensasi yaitu sindrom anemia. Sindrom anemia merupakan kumpulan
gejala umum anemia yang timbul pada semua jenis anemia. Sindrom anemia tidak
sensitive dan juga tidak spesifik. Berat ringannya gejala dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu: derajat penurunan Hb, kecepatan penurunan Hb, usia dan adanya penyakit
penyerta (kelainan jantung/paru).
Diagnosis anemia ditegakkan berdasarkan: 1. Pendekatan klinis, dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik untuk mencari gejala anemia yaitu sindrom
anemia, tanda khas anemia dan gejala penyakit dasar. 2. Pendekatan berdasarkan hasil
laboratorium berdasarkan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. 3.
Pendekatan berdasarkan pola etiologi anemia, sesuai dengan pola etiologi penyakit dasar.
Penatalaksanaan anemia, dilakukan setelah diagnosis anemia ditegakkan, dan atas
indikasi yang jelas. Jenis-jenis terapi anemia dapat berupa: 1. Terapi untuk keadaan
gawat darurat. 2. Terapi suportif. 3. Terapi khas untuk masing-masing anemia. 4. Terapi
untuk penyakit dasar. 5. Terapi exjuvantivus.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 32
Key words: diagnosis anemia, manajemen anemia
Kuliah7. Iron Deficiency Anemia dr. Sri Wardani, Sp. PD Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai baik di klinik
maupun di masyarakat, terutama di negara berkembang karena berkaitan dengan taraf
sosial ekonomi. Perdarahan menahun merupakan penyebab tersering timbulnya cadangan
besi menurun sehingga cadangan besi kosong, keadaan ini disebut iron depleted state,
apabila kekurangan besi terus berlanjut, maka penyedian besi untuk eritropoesis
berkurang, sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi belum terjadi
anemia secara klinis.keadaan ini disebut iron deficient erithropoesis Selanjutnya timbul
anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai anemia defisiensi besi. Pada saat
ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat
menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring.
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia. Gejala khas akibat
anemia defisiensi besi, yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti: koiloynichia
(kuku sendok), atrofi papil lidah, dan lain lain. Gejala penyakit dasar, yang mendasari
timbulnya anemia defisiensi besi perlu dicari dalam menentukan diagnosis. Beberapa
pemeriksaan penunjang dilakukan untuk diagnosis anemia, dan menentukan
penyebabnya.
Setelah diagnosis anemia defisiensi besi dapat ditegakkan, maka dibuat rencana
pemberian terapi anemia defisiensi besi yang menyangkut terapi kausal, pemberian
preparat besi oral, preparat besi parenteral, sesuai indikasi, dan pengobatan lain yang
diperlukan. Untuk menilai hasil pengobatan, diperlukan pemantauan dengan pemeriksaan
Hb setiap 3-4 minggu.
Mengingat tingginya prevalensi anemia defisiensi besi di masyarakat, pemerintah
telah melakukan tindakan promotif maupun preventif.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 33
Kuliah 8. Anemia Associated with Chronic Disease dr. Putu Alit Sudarsana, Sp.PD Anemia penyakit kronis merupakan bentuk anemia derajat ringan sampai sedang yang
terjadi akibat infeksi kronis, peradangan, trauma dan penyakit neoplastik yang telah
berlangsung 1-2 bulan dan tidak disertai penyakit hati ginjal dan endokrin. Jenis anemia
ini ditandai dengan kelainan metabolisme besi, sehingga terjadi hipoferemia dan
penumpukan besi di makrofa. Secara garis besar, patogenesis anemia penyakit kronis
dititikberatkan pada 3 abnormalitas utama : ketahanan hidup eritrosit yang memendek
akibat terjadinya lisis eritrosit, lebih dini, respon sumsum tulang karena respon
eritropoetin yang terganggu, atau menurun dan gangguan metabolisme berupa gangguan
reutilisasi besi
Anemia penyakit kronis sering bersamaan dengan anemia defisiensi besi dan
keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum. Oleh karena itu, penentuan
parameter besi yang lain diperlukan untuk membedakannya. Pemeriksaan ruti yang
dilakukan untuk menentukan defisiensi besi akan menemui kesulitan bila berkaitan
dengan anemia penyakit kronis. Pemeriksaan khusus seperti pengecatan sumsum tulang
untuk menentukan cadangan besi dengan pewarnaan Prussian Blue bersifat invasif, oleh
karena itu diperlukan metode untuk menentukan parameter besi lain yang praktis dengan
nilai diagnostik yang tinggi guna membedakannya.
Kuliah 9. Aplastic Anemia dr. Sri Wardani, Sp. PD Anemia aplastik adalah anemia yang disertai dengan pansitopenia atau bisitopenia, pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang, dalam bentuk
aplasia atau hipoplasia, tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang.
Insiden anemia aplastik tergolong jarang, di negara maju 3-6 kasus/1 juta
penduduk pertahun, namun di negara- negara asia dan cina insidennya 2-3 kali lebih
tinggi, lebih sering mengenai laki-laki dibandingkan perempuanfaktor lingkungan juga
memegang peranan penting. Sampai saat ini penyebabnya 50-70 % penyebabnya belum
diketahui atau bersifat idiopatik. Mekanisme terjadinya anemia aplastik ini diperkirakan
melalui kerusakan sel induk, lingkungan mikro alam sumsum tulang, atau mekanisme
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 34
imunologik. Anemia selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi anemia aplastik aquired
(didapat) dan familial.
Diagnosis anemia aplastik didasarkan pada gejala klinis dengan didapatkannya
sindrom anemia, gejala perdarahan, dan tidak didapatkan adanya organomegali.
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis anemia aplastik,
untuk kemudian dirujuk ke tempat dengan sarana yang memungkinkan untuk diagnosis
pasti dan terapi anemia aplastik tersebut.
Kuliah 10. Hemolytic Anemia dan Macrocytic Anemia dr. Dewa Made Sadguna Sp. PD Anemia makrositik ditandai dengan ukuran sel darah merah abnormal (mean corpuscular
volume, MCV >95 fl), anemia ini dibagi menjadi megaloblastik dan non megaloblastik
berdasarkan perkembangan eritroblas dalam sumsum tulang.
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defek pada maturasi nukleus sebagai
akibat dari defek sintesis DNA. Secara klinis praktis disebabkan oleh defisiensi vitamin
B12 dan asam folat. Beberapa hal dapat menyebabkan timbulnya defisiensi tersebut.
Perlu diberikan terapi suplemen dan terapi kausal sesuai penyebabnya.
Anemia hemolitik merupakan suatu keadaan dimana terjadi pemecahan eritrosit
yang berlebihan sehingga menimbulkan anemia , ikterus , urobilin uria , retikulositosis
,sel sel muda didarah tepi dan hepato splenomegali.
Mudah pecahnya eritrosit itu terjadi karena
a. Ada kelainan didalam eritrosit itu sendiri [ intra korpuskuler ]
b. Kelainan kelainan diluar eritrosit [ ekstra korpuskuler ]
a. Kelainan kelainan Intra korpuskuler .
Kelainan kelainan intra korpuskuler ini dapat berupa:
I . Herediter misalnya pada:
1.Sperositosis herediter
2.Thalasemia
3.Anemia sel sabit [ circle sel anemia ]
4.Hemoglobinopati yang lain
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 35
II.Aquired [ didapat ]
1.PNH [ Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria ]
b. Kelainan kelainan Ekstra korpuskuler
1.Immune Hemolitik Anemia
2.Anemia karena agent Infeksius
3.Anemia karena bahan bahan kimia dan obat obatan
Gambaran klinik yang timbul yaitu ; anemia , hemobilirubin sehingga timbul
ikterus, urine berwarna seperti teh karena mengandung urobilin dan hepato splenomegali
sebagai kompensasi terjadinya hemopoesis ekstra meduler di hepar dan lien
Pada pemeriksaan fisik didapat . Anemia , ikterus dan hepato splenomegali
Pemeriksaan laboratorium didapat penurunan Hb , jumlah eritrosit dan hematokrit.
Lekosit dan trombosit umumnya normal
Karena ada anemia maka sumsum tulang mengadakan kompensasi dgn
hiperplasia dari sistem eritropoetik shg terjadi retikulositosis. Pada hapusan darah tepi
didapat berbagai gambaran eritrosit sesuai dengan kerusakan yg terjadi.
Diagnosa anemia hemolitik harus dicurigai bila didapat seorang penderita dengan
anemia , ikerus dan hepato splenomegali. Lebih pasti lagi bila pada pemeriksaan darah
didapatkan penurunan Hb , eritrosit dan hematokrit , peningkatan retikulosit dan pada
hapusan darah tepi didapatkan sel sel muda eritrosit dan sel eritrosit yang patologis.
Terapi sebaiknya menunggu sampai diagnosa benar benar tegak , kalau bisa
secepat mungkin .
Kuliah 11. Obat-obat Anti Anemia dr. Ida Bagus Ngurah, M. For, AIFO Anemia didefinisikan sebagai pengurangan volume sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin (Hb) dibawah nilai normal. Hal ini menyebabkan pengurangan kapasitas
dalam membawa oksigen. Anemia bukan merupakan suatu penyakit, namun sebuah
manifestasi dari berbagai penyakit dan kondisi patologis. Penyebab dari kekurangan sel
darah merah cukup banyak, yang paling sering diantaranya adalah akibat dari
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 36
kekurangan Fe, vitamin B 12 dan asam folat yang merupakan bahan dalam
pembentukan sel darah merah/ erytrosit.
Penanganan secara farmakologis dari kasus anemia akibat kekurangan Fe,
vitamin B 12 dan asam folat tersebutbiasanya dilakukan dengan pemberian Fe,
vitamin B 12 atau asam folat sebagai terapi pengganti/ replacement. Sebagai terapi
alternatif terhadap beberapa tipe anemia yang spesifik dapat diberikan recombinant
hematopoietic growth factorsyang dapat merangsang pembetukan sel-sel darah tertentu
serta mengatur fungsi dari sel-sel darah.
Selain anemia, kelainan yang berhubungan dengan darah adalah gangguan
pembekuan darah yang dapat menimbulkan berbagai keluhan secara klinis. Untuk dapat
mengatasi masalah anemia dan kelainan pembekuan darah secara farmakologis, maka
obat-obat anti anemia dan obat-obat antikoagulan harus dikenal dengan baik agar dapat
memilih dan menggunakannya secara rasional.
Kuliah 12. Edukasi pada Penderita Anemia dr. Wayan Darwata, MPH Anemia (definisi secara fungsional) adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan masa
eritrosit (red cell mass) dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen ke jaringan perifer (terjadi penurunan oxygen carrying capacity).
Secara praktis, anemia ditunjukkan dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb), sel darah
merah (eritrosit) dan hematokrit darah sampai di bawah normal yaitu Hb <10g/dl,
eritrosit <2,8/ml, dan hematokrit <30% (Bakta 2006).
Anemia merupakan suatu sindrom (kumpulan gejala) berbagai macam penyakit
yang menjadi dasar (underlying disease) dan bukan merupakan penyakit tersendiri
(disease entity). Gejala umum yang ditemukan pada penderita anemia (disebut juga
sindrom enemia) adalah: cepat lelah, rasa lemah, lesu, sesak, mata berkunang-kunang,
telinga berdenging (tinnitus), kaki terasa dingin dan dyspepsia (gangguan saluran cerna).
Pada pemeriksaan fisik terlihat muka pucat (seperti lilin( dan konjungtiva serta bagian
dalam kelopak mata juga pucat. Sindrom anemia ini muncul bila kadar hemoglobin darah
turun sampai <7g/dl. Gejala umum juga sering disertai gejala spesifik tergantung dari
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 37
jenis anemianya. Misalnya pada anemia defisiensi besi (Fe) muncul gejala disfagia
(sulit menelan), lidah menjadi halus karena atropi papil lidah, koilonichia (kuku sendok)
dan stomatitis. Pada anemia megaloblastik muncul gejala glositis (infeksi lidah) dan
gangguan neurologik pada defisiensi B12. Pada anemia hemolitik muncul gejala ikterus,
splenomegali dan hepatomegali, sedangkan pada anemia aplastik muncul gejala
perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
Berdasarkan etiopatogenesis, anemia diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu:
(1) anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang (kekurangan
bahan esensial pembentuk eritrosit seperti Fe, asam folat dan B12, gangguan utilisasi Fe
dan kerusakan sumsum tulang), (2) anemia akibat perdarahan (akut dan kronis), (3)
anemia hemolitik (intrakorpuskular dan ekstra korpuskular), dan (4) anemia idiopatik
atau pathogenesis kompleks. Beberapa tipe anemia berdasarkan etiologi yaitu anemia
defiensi Fe (iron deficiency), anemia megaloblastik (folic acid deficiency), anemi
hemolitik dan anemia karena kegagalan sumsum tulang (marrow failure). Anemia tipe
terakhir ini ada yang bersifat absolute (contoh: anemia aplastik) dan ada yang bersifat
relatif (contoh: anemia karena infeksi, kanker, cirrhosis, myxedema).
Tipe anemia yang paling umum ditemukan adalah anemia defisiensi zat besi (Fe).
Disamping turunnya kadar Hb dalam darah (<10 g/dL), serum ferritin dalam darah juga
rendah (<12 ng/ml) dan terbatasnya total iron binding capacity (TIBC). Pada orang
dewasa, anemia defisiensi Fe ini hampir selalu disebabkan karena kehilangan darah
seperti menstruasi berlebihan, perdarahan pada saluran pencernaan (gastritis, peptic
ulcer, polyps, malignancy, hemorrhoids and excessive salicylate intake). Di Indonesia
dan banyak negara berkembang lainnya, anemia defisiensi Fe sangat umum ditemukan
pada wanita hamil. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu (1) karena proses
kehamilannya sendiri dimana pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga konsentarsi
Hb dalam darah relatif menjadi rendah, (2) asupan zat besi (iron intake) yang tidak
mencukupi, dan (3) faktor lain (perdarahan, infeksi, penyakit menahun, dan lainnya).
Anemia defisiensi Fe juga sering ditemukan pada wanita usia subur (WUS) yang paling
banyak disebabkan karena proses menstruasi yang berlebihan (excessive menstruation)
tanpa diimbangi dengan asupan zat besi yang memadai, disamping faktor lain seperti
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 38
infeksi (misalnya infestasi cacing tambang), hemoroid, gastritis, dan beberapa penyakit
kronis lainnya.
Untuk penanganan penderita anemia, disamping memberikan pengobatan yang
adekuat (prompt treatment), hal yang sangat penting dilakukan adalah memberikan
edukasi, khususnya tentang perjalanan penyakit anemia (penyebab, keluhan, gejala,
prognosis) dan dampak penyakit (sosial, psikologis dan ekonomi) serta tak kalah penting
adalah pencegahannya. Untuk dapat memberikan edukasi dan konseling yang tepat, hal
yang sangat penting diketahui adalah latar belakang anemianya, khususnya tentang
penyakit-penyakit yang melatar-belakangi (underlying diseases) , pengetahuan, sikap dan
perilaku penderita terkait dengan anemia. Dalam hal ini perlu dilakukan penelusuran
epidemiologis tentang berbagai faktor risiko anemia lewat anamnese penderita,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Disamping itu, juga perlu dilakukan
pendekatan holistik terpadap penderita untuk melihat berbagai faktor risiko terkait
dengan pengetahuan (persepsi) sikap dan perilaku penderita, serta latar belakang sosial di
keluarga dan lingkungannya (masyarakat). Dari berbagai informasi yang telah kita
oeroleh dari penderita maka fokus edukasi dapat kita arahkan sesuai dengan penyakit
yang diderita (underlying disease) dan berbagai faktor risiko yang melatar-belakangi
anemia. Fokus pertama edukasi tentang pola makan, khususnya yang menyangkut jenis
dan jumlah makanan sebagai sumber Fe, asam folat dan B12 untuk menunjang
pembentukan sel darah, tabu (pantangan), jenis makanan yang mengandung zat
penghampat penyerapan zat besi (misalnya para vegetarian sangat dirugikan dalam
penyerapan zat besi karena jenis makanannya banyak mengandung zat penghambat
berupa phytates dan phosphate). Fokus kedua adalah cara pencegahan dan
penanggulangan beberapa jenis penyakit terkait dengan anemia (misalnya cacing
tambang, hemoroid, mentruasi berlebihan, gastritis dll.), dan fokus ketiga adalah tentang
bagaimana dapat mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku berisiko terkait dengan
anemia melalui pendekatan holistik dan pemberian konseling.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 39
Kuliah 13. Program Puskesmas dalam Penanggulangan Anemia dr. Made Suwita, M. Kes Anemia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di
Negara miskin dan sedang berkembang termasuk di Indonesia. Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan strata pertama (primer) mempunyai tugas dan fungsi untuk
menanggulangi permasalahan tersebut, dengan melakukan penggerakan masyarakat,
pemberdayaan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.
Besar dan luasnya masalah anemia yang terjadi di masyarakat, terutama anemia
gizi besi merupakan prioritas di wilayah kerja puskesmas. Penyakit anemia dapat diderita
oleh semua golongan umur, khususnya wanita hamil, ibu menyusui dan anak pra sekolah
tercatat paling tinggi prevalensinya.
Faktor-faktor determinan langsung dan tidak langsung dari anemia gizi adalah
kekurangan asupan zat besi dan atau asam folat, vitamin B 12 serta kekurangan protein.
Disamping itu juga perilaku, kebiasaan hidup, pekerjaan atau produktivitas masyarakat
didaerah tertentu.
Metode: Penanggulangan penyakit anemia di Puskesmas dilakukan dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang holistic dan komprehensif, mulai dari kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative secara paripurna. Pencegahan dengan
pendekatan intervensi masal , intervensi program terpadu, kerjasama lintas sector mutlak
diperlukan untuk penanggulangan anemia. Contohnya seperti program penanggulangan
gizi buruk akan sekaligus mengatasi anemia gizi besi, penanggulangan penyakit infeksi
dan infestasi parasit.
Tujuan dan hasil: Kegiatan penanggulangan anemia gizi besi bertujuan
menurunkan insiden dan prevalensi anemia gizi besi. Upaya pencegahan dan
penanggulangan dengan memberikan suplementasi zat besi untuk kelompok sasaran
resiko tinggi yaitu ibu hamil, ibu nifas, bayi atau anak pra sekolah dan remaja putri. Jenis
obat yang diberikan adalah tablet tambah darah (TTD) yang berisi 60 miligram besi
elemental dan 0,25 miligram asam folat (sesuai dengan rekomendasi WHO) dan sirup
besi.
Kesimpulan: Anemia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan penanggulangan secara holistic dan komprehensif. Kerjasama lintas sector,
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 40
lintas program dan keterlibatan semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat
sangat dibutuhkan.
Kuliah 14. Rhesus Incompatibility and Blood Group Incompatibility dr. I Putu Triyasa, Sp. A Kuliah 15. Trombocytopenia, Thrombocytosis dan Disseminated Intravascular Coagulation. Dr. dr. A. A. Budi Tresna, Sp. PD A. Trombositopenia. Ambang bawah jumlah trombosit pada umumnya adalah
150.000/µl. Kalau dikaitkan dengan disfungsi trombosit (platelet), akan terdapat beberapa
gejala-gejala klinik pada rentang 50.000-150.00/µl. Perdarahan spontan kecil dan
perdarahan setelah operasi terlihat pada rentang 25.000-50.000/µl, dengan perdarahan
yang serius timbul bilamana jumlah trombosit jatuh dari 20.000 sampai 0 /µl. Namun
demikian, kejadian dari setiap jumlah trombosit rendah tidak selalu dikaitkan dengan
adanya perdarahan yang gawat, dimana beberapa penderita mempunyai toleransi terhadap
trombositopenia dalam kurun waktu yang lama tanpa disertai gejala yang serius.
Klasifikasi dari keadaan trombositopenia berdasarkan pada kinetik platelet: accelerated
platelet destruction, impaired platelet production, dan disorders of distribution
(hyperspleenism).
B. Trombositosis. Peningkatan jumlah trombosit adalah seringkali dijumpai sebagai
respon terhadap penyakit yang akut atau kronis (reactive trombocytosis). Seringkali
penyebabnya adalah keganasan, dan kondisi inflamasi kronis seperti artritis reumatoid.
Pada umumnya, peningkatannya pada rentang 500.000-1000.000/µl tetapi kemungkinan
lebih tinggi. Penyebab lainnya adalah defisiensi besi dan splenektomi. Disamping itu,
jumlah trombosit biasanya meningkat diakibatkan oleh produksi autonom pada penyakit
mieloproliferatif (MPD) seperti: polisitemia vera, leukemia mieloid kronik (CML),
dan agnogenic myeloid metaplasia. Pada MPD biasanya disertai dengan disfungsi
platelet.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 41
C. DIC (Desseminated Intravascular Coagulation). DIC adalah suatu sindrom klinik
yang disebabkan oleh deposisi fibrin sistemik yang pada saat bersamaan terjadi
kecendrungan perdarahan. Keadaan ini mengakibatkan keadaan berikut: (a) konsumsi
berlebihan faktor pembekuan darah dan trombosit sehingga menimbulkan defisiensi
faktor pembekuan dan trombositopenia, (b) fibrinolisis skunder yang menghasilkan
FDP (fibrin/fibrinogen degradation products) yang bekerja sebagai antiokoagulan.
Adanya deposisi fibrin dan kedua hal di atas menyebabkan terjadinya perdarahan dan
trombosis pada saat bersamaan. Dengan demikian definisi minimal sebagai berikut: DIC
adalah suatu kelainan trombohemorhagik sistemik yang dijumpai bersamaan dengan
kelainan klinis tertentu dan adanya bukti laboratorik dari (1) aktivasi prokoagulan; (2)
aktivasi fibrinolitik; (3) konsumsi inhibitor; dan (4) bukti biokimia kerusakan atau
gagal end-organ. Nama lain penyakit ini adalah consumptive coagulopathy atau
defribination syndrome. Secara klinis, karena adanya penyakit-penyakit tertentu seperti
misalnya sepsis, maka terlepaslah dalam sirkulasi darah, bahan-bahan yang dapat
merangsang koagulasi dan agregasi trombosit yang terjadi secara difus, terutama kapiler-
kapiler di organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, otak, dan sebagainya. Koagulasi ini
memakai banyak faktor-faktor pembekuan dan trombosit, sehuingga terjadi defisiensi
faktor-faktor tersebut. Ada tiga fktor yang menimbulkan stimulasi proses pembekuan dan
agrgasi trombosit, yaitu (1) kerusakan endotel pembuluh darah, (2) faktor-faktor
prokoagulan dari jaringan yang rusak dan (3) faktor-faktor yang merangsang
agregasi trombosit langsung dan pembekuan mikrotrombus. Biasanya agregat-
agregat trombosit dan faktor-faktor pembekuan yang aktif dapat di netralisikan oleh
sistem retikulo-endotelial (hati, limpa, dan lainnya) oleh circulating anticoagulant
(antikoagulant yang beredar terus). Namun karena organ-organ tersebut terganggu
fungsinya, maka mereka tak mampu menetralisasikannya. Terganggunya organ-organ ini
dapat karena syok maupun trombosis yang difus di kapiler-kapiler organ tersebut. Proses
koagulasi ini juga akan memacu proses fibrinolisis sehingga terjadinya peningkatan
produk-produk degradasi fibrin dan fibrinogen (FDP). SELAMAT BELAJAR
Kuliah 16. Agranulocytosis dr. I Putu Triyasa, Sp. A
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 42
Kuliah 17. Proses Hemostasis dr. Tjokorda Gede Oka, Sp PK Faal Hemostasis adalah suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup
kerusakan dinding pembuluh darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah. Faal
hemostasis melibatkan sistem vaskuler, sistem trombosit, sistem koagulasi, dan sistem
fibrinolisis.
Trombosit memegang peranan penting dalam proses awal faal koagulasi yang
akan berakhir dengan pembentukan sumbat trombosit (platelet plug).
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan adalah protein yang terdapat dalam darah
(plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi.
Proses pembekuan darah bertujuan untuk mengatasi vascular injury sehingga
tidak terjadi perdarahan berlebihan.
Proses fibrinolitik bertujuan untuk membentuk plasmin yang berguna untuk
menghancurkan bekuan fibrin yang berlebihan atau menghancurkan fibrin setelah proses
reparasi dinding pembuluh darah selesai sehingga pembuluh darah tersebut kembali
paten.
Beberapa tes laboratorium pada faal hemostasis diantaranya:
- Tes untuk menilai hemostatic plug: hitung trombosit, apusan darah tepi, bleeding
time, dan tes torniquet (Rumple-Leede)
- Tes untuk menilai pembentukan thrombin: APTT, dan PPT
- Tes untuk menilai reaksi thrombin-fibrinogen: TT
- Tes parakoagulasi
Kuliah 18. Patofisiologi Kelainan Pembekuan dr. Tjokorda Gede Oka, Sp PK Hemostasis berasal dari kata haima(darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang
amat komplek, berlangsung secara terus-menerus dalam mencegah kehilangan darah
secara spontan, serta menghentikan darah akibat kerusakan sistem pembuluh darah.
Setiap kerusakan endotel pembuluh darah merupakan rangsangan yang amat poten untuk
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 43
pembentukan bekuan darah. Terdapat beberapa mekanisme kontrol dari proses ini antara
lain sifat anti koagulan dari sel endotel normal, adanya inhibitor faktor koagulan aktif
dalam sirkulasi, dan produksi enzim fibrinolitik untuk melarutkan bekuan. Terjadinya
abnormalitas hemostasis kebanyakan sebagai akibat defek dari salah satu atau lebih
proses koagulasi.
Komponen penting yang terlibat dalam proses hemostasis adalah:
� pembuluh darah
� trombosit
� faktor koagulasi
� inhibitor koagulasi
� fibrinolisis
Pembuluh darah normal terdiri atas intima, media dan adventitia, intima terdiri
dari endotel yang bersifat non trombogenik, dan membran elastis interna. Media terdiri
dari otot polos dengan ukuran bervariasi tergantung jenis dan ukuran pembuluh darah.
Advensia terdiri dari membran elastis eksterna dan jaringan ikat penyokong.
Permiabilitas, fragilitas dan vasokonstriksi merupakan sifat yang dimiliki oleh pembuluh
darah. Gangguan pada proses tersebut menyebabkan terjadinya gangguan hemostasis.
Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang dengan fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Prekusor megakariosit-megakarioblas timbul dengan proses diferensiasi
dari sel hemopoetik. Produksi trombosit dibawah kontrol zat humoral yang disebut
trombopoetin yang diproduksi oleh hepar dan ginjal. Proses trombopoesis juga
dipengaruhi oleh beberapa sitokin seperti IL 3,IL 6 dan IL 11 yang diperlukan untuk
perkembangan dan stimulasi trombosit.
Fungsi protein koagulasi berperan dalam kaskade koagulasi, juga melibatkan
komplemen, enzim fibrinolisis, dan sistem inhibitor koagulasi. Konsep ini sangat
membantu dalam memahami sistem koagulasi.
Topik ini nanti diharapkan dapat membantu dokter dalam mendeteksi kelainan
hemostasis. Sejumlah pemeriksaan sederhana dapat dikerjakan untuk menilai waktu
perdarahan (bleeding time, BT), waktu protrombin (prothrombin time, PT), activated
partial tromboplastin time (aPTT), pemeriksaan darah lengkap (complete blood count,
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 44
CBC), evaluasi darah hapus (blood smear)agregasi trombosit. Pemeriksaan faktor
koagulasi khusus misalnya fibrinogen, faktor von willebrand dan faktor VIII.
Kuliah 19. Hemophilia dr. Wayan Eka Saputra, Sp. PD
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosum X.
Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan secara sex-linked recessive
yaitu :
• Hemofilia A (hemofilia klasik) akibat defisiensi faktor pembekuan VIII (F VIIIc)
• Hemofilia B (Christmas disease) akibat defisiensi faktor IX
Penyakit ini bermanifestasi klinik pada laki-laki. Angka kejadian hemofilia A sekitar
1;5000 laki-laki dan hemofilia B sekitar 1;25000-30000
Legg mengklasifikasikan hemofilia berdasarkan kadar faktor pembekuan (F VIII
atau F IX) dalam plasma. Table dibawah menunjukkan derajat berat hemofilia
Perdarahan merupakan gejala dan tanda klinis khas yang sering dijumpai pada kasus
hemofilia. Perdarahan dapat timbul secara spontan atau adanya trauma. Manifestasi klinis
tersebut tergantung dari beratnya hemofilia tersebut.
Lokasi Perdarahan yang sering pada penderita hemofilia
Serius Mengancam Jiwa
-Sendi (hemarthrosis) -Sistim saraf pusat (SSP)
-Otot/jaringan lunak -Gastrointestinal (GI)
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 45
-Mulut/gusi/hidung -Leher/tenggorok
-Hematuria -Trauma berat
Insidensi berbagai lokasi perdarahan
-Hemarthrosis: 70% - 80% -Otot/jaringan lunak: 10% - 20%
-Perdarahan mayor lain: 5% - 10% -Perdarahan sistim saraf pusat (SSP): <5%
Insidensi perdarahan pada berbagai sendi
-Lutut: 45% -Siku: 30% -Tumit: 15% -Bahu: 3%
-Pergelangan tangan: 3% -Panggul: 2% -Lain-lain: 2%
Hemofilia harus dicurigai pada pasien-pasien dengan riwayat:
- Mudah memar pada masa kanak-kanak
- Perdarahan spontan (terutama pada sendi dan jaringan lunak)
- Perdarahan eksesif setelah trauma atau pembedahan.
Tes skrining akan menunjukkan pemanjangan activated partial thromboplastin time
(aPTT) pada kasus berat dan moderat namun bisa tidak ada pemanjangan pada hemofilia
ringan.
Diagnosis definitif tergantung pada pemeriksaan faktor untuk menunjukkan adanya
defisiensi FVIII atau IX.
Diagnosis banding hemophilia meliputi:
- Hemofilia A dan B dengan defisiensi faktor XI dan XII
- Hemofilia A dengan Penyakit von willebrand, inhibitor F VIII
- Hemofilia B dengan penyakit hati, pemakaian warfarin, defisiensi vit K.
Komplikasi kronik yang dapat terjadi meliputi:
Komplikasi muskuloskeletal:
• Artropati hemofilik kronik
• Sinovitis kronik
• Artropati yang menyebabkan deformitas
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 46
• Kontraktur
• Pembentukan pseudotumor (jaringan lunak dan tulang)
• Fraktur
• Inhibitor terhadap FVIII/ IX
• Infeksi terkait transfusi pada orang dengan hemofilia :
� Human immunodeficiency virus (HIV)
� Virus Hepatitis B (HBV)
� Virus Hepatitis C (HCV)
� Virus Hepatitis A (HAV)
� Parvovirus B19
Pada prinsipnya pengobatan hemofili bersifat multidisiplin. Modalitas terapi terdiri
atas :
1. Pemberian faktor VIII untuk hemofilia A dan FIX untuk hemofilia B selama
hidup
2. Pencegahan kecacatan dengan pendidikan kesehatan.
3. Rehabilitasi bila ada kerusakan sendi
Preparat yang bisa dipakai adalah :
1. Cryoprecipitate (mengandung FVIII, vWF, fibrinogen, FXIII
2. Pemberian Desmopressin (DDAVP) pada hemofilia ringan dapat mengeluarkan
cadangan faktor von willebrand untuk mengurangi kebutuhan FVIII.
Kuliah 20. Obat Hemostatika dr. Ida Bagus Ngurah, M. For, AIFO Obat-obat yang digunakan dalam mengatasi kelainan pembekuan darah dibagi menjadi 2
kelompok besar yaitu pertama adalah obat-obat yang digunakan pada pasien yang
memiliki resiko tinggi untuk mengalami kebuntuan pembuluh darah/trombus, sehingga
diperlukan obat-obat yang dapat menurunkan pembekuan darah atau menghancurkan
trombus yang sudah terbentuk. Beberapa contoh dari penggunaan obat ini misalnya
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 47
pencegahan dan pengobatan infark jantung, dan angina pektoris, pencegahan dan
pengobatan stroke ischemik serta trombosis vena ( DVT)
Kelompok ke dua adalah obat-obat yang digunakan untuk meningkatkan pembekuan
darah pada pasien yang cendrung mengalami perdarahan.
Dalam kuliah ini akan diuraikan secara ringkas farmakokinetik dan farmakodinamik
obat-obat antianemia dan obat-obat koagulan dan antikoagulan.
Kuliah 21. Patofisiologi Keganasan Darah dan Kelenjar Limfe dr. Maria Listyani, Sp. PK Kuliah 22. Acute Leukemia dr. I Putu Triyasa, Sp. A Leukemia adalah kelompok penyakit yang ditandai dengan akumulasi sel darah putih
yang ganas di darah dan sumsum tulang. Gejala yang ditimbulkan sel-sel ganas tersebut
disebabkan oleh karena kegagalan sumsum tulang (anemia, netropenia, trombositopenia),
dan infiltrasi organ (seperti hepar, lien, kelenjar limfe otak, kulit atau testis). Leukemia
diklasifikasikan menjadi leukemia akut dan kronik.
Leukemia akut biasanya progresif, ditandai dengan akumulasi sel blast (early
haemopoetic progenitor cells) >30% dalam sumsum tulang. Leukemia akut dibagi
menjadi 2 subgrup yaitu acute myeloid leukaemia (AML) dan acute lymphoblastic
leukaemia (ALL), berdasarkan sel blast, myeloblast atau lymphoblast. Gejala klinis yang
dominan dari penyakit ini adalah karena kegagalan sumsum tulang akibat akumulasi sel
blast dan terjadinya infiltrasi organ. Pada sebagian besar kasus gambaran klnis dan
morfologis dapat membedakan antara AML dan ALL, namun diperlukan tes khusus
untuk konfirmasi diagnosis AML atau ALL dan menentukan subtipenya.
Kuliah 23. Chronic Leukemia Dr. dr. A. A. Budi Tresna, Sp. PD Leukemia kronik dibedakan dari leukemia akut karena progresinya lebih lambat, namun
lebih sulit untuk disembuhkan. Leukemia kronik dibagi menjadi 2 subgrup yaitu chronic
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Abstrak Kuliah Page 48
myeloid leukemia dengan adanya philadelphia chromosome pada 95% kasus dan chronic
lymphoid leukemia.
Kuliah 24. Neoplasma Kelenjar Limfe dr. Sang Nyoman Suriana, Sp. B Kuliah 25. Dasar-dasar Transfusi dan Reaksi Transfusi dr. Maria Listyani, Sp. PK
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 49
KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Praktikum Histologi
Praktikum histologi akan dilakukan pada tanggal 12 September 2012 di
Laboratorium Kering Lantai III Gedung FKIK Unwar dan dibimbing oleh
dr.Wayan Suwitra, PHK (K).
a. Dasar teori
Darah mempunyai fungsi sebagai alat pengangkut, pertahanan tubuh,
menyebarkan panas keseluruh tubuh dan menghentikan perdarahan melalui
proses pembekuan.. Darah terdiri dari plasma darah (sekitar 60%) dan sel
darah sekitar 40%. Plasma diantaranya terdiri dari air, mineral, nutrien, gas
terlarut, sisa metabolisme, antibodi dan anti toksin, hormon, dan enzim. Sel
darah terdiri dari eritrosit, lekosit meliputi agranulositosis (limfosit dan
monosit) dan granulosit (neurofil, eosinofil dan basofil) dan trombosit.
Masing-masing sel darah mempunyai bentuk dan karakteristik sendiri. Sel
darah dibentuk pada sumsum tulang, dan pada kehidupan embrio dibentuk di
hati, limpa dan limfonodus. Sel darah dibentuk dari empat garis keturunan
yang berbeda, yaitu garis mieloblas, garis monoblas dan limfoblas, garis
proeritroblas dan garis megakariosit. Sel darah merah mempunyai beberapa
bentuk, yaitu eritroblas (sel besar, berinti), normoblas (ukuran lebih kecil),
retikulosit (inti hilang, sitoplasma mengandung benang halus), eritrosit
matang (tanpa inti). Sel darah putih ada tiga jenis, yaitu polimorfonuklear,
limposit dan monosit. Lekosit polimorfonuklear dikenal juga sebagai
granulosit, nukleus membentuk beberapa lobus terdiri dari neutrofil, eosinofil
dan basofil. Limposit mempunyai inti besar sehingga hampir menutupi
sitoplasma dan monosit berukuran paling besar dengan inti berbentuk tapal
kuda. Trombosit berukuran lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk kepingan.
b. Tujuan praktikum adalah mengenal bentuk normal dari masing-masing
bentuk sel darah sehingga selanjutnya dapat mengenal patologi sel darah.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 50
c. Panduan pelaksanaan: praktikum akan dilakukan di lab kering dengan sarana
demonstrasi power point, sediaan darah hapus dan mikroskop cahaya
(disediakan oleh institusi) dan buku atlas yang dibawa oleh mahasiswa.
Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok dengan waktu berbeda mengingat
kapasitas ruang praktikum dan sarana penunjang masih minim. Pada saat
praktikum akan dinilai kemampuan teori dan keterampilan mahasiswa.
d. Hasil yang ingin dicapai adalah diharapkan setelah praktikum, mahasiswa
mampu mengenal secara rinci jenis sel darah
2. Praktikum Hematologi
Praktikum hematologi akan dilakukan pada tanggal 13 September 2012 di
Laboratorium Basah Lantai III Gedung FKIK Unwar dibimbing oleh dr. Maria
Listyani, Sp. PK.
a. Dasar :
- Membantu menegakkan diagnosis
- Prognosis suatu penyakit
- Memonitor pengobatan
- Memantau jalannya penyakit
b. Tujuan praktikum :
- Melatih ketrampilan untuk mendapatkan hasil yang tepat
- Mengetahui kesalahan-kesalahan pra analitik, analitik dan post analitik
- Mengenal jenis spesimen, antikoagulan
- Mengenal macam-macam alat untuk pemeriksaan
c. Pelaksanaan :
Finger prick, blood lancet
- Darah kapiler
- Pemeriksaan yang membutuhkan volume darah sedikit misal: kadar Hb
saja, golongan darah, hapusan darah
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 51
Darah vena dengan antikoagulan EDTA untuk :
- Tes darah rutin
- LED
1) Melakukan finger prick serta mengerjakan dan memeriksa hapusan
darah
Pemeriksaan dengan finger prick,blood lancet :
- Usap dengan alkohol 70% jari yang akan ditusuk
- Biarkan kering
- Tusuk dengan blood lancet/ finger prick
- Hapus darah yang pertama keluar
- Darah yang keluar berikutnya langsung hisap dengan pipet
Hb/teteskan pada obyek glass untuk buat hapusan
Blood Lancet
Object glass
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 52
Pemeriksaan dengan darah vena :
- Lokasi di fossa cubiti
- Usap dengan alkohol 70%
- Tusuk dengan spuit, tarik syringe jangan terlalu lama supaya tidak
beku
- Buka jarum, masukan tabung EDTA, kocok
Pengambilan darah vena
2) Mengukur kadar Hb
Metode Sahli
Prinsip: Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna
yang terjadi dibandingkan dengan standar warna dalam alat
sahli.
Alat :
- Standar Sahli Hemometer
- Pipet HB 20 µl
- Pipet Tetes
- Batang pengaduk
- Tabung Pengencer haemometer
Bahan :
- Hcl 0,1 N
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 53
- Aquadest
Hemoglobinometer Sahli
Cara Kerja :
a. Tabung hemometer diisi dengan NaCl 0,1 N sampai tanda 2.
b. Darah kapiler/darah vena dengan antikoagulant dihisap dengan pipet
Sahli sampai tepat tanda 20 cmm.
c. Bagian luar pipet dibersihkan dengan kapas kering.
d. Darah ditiup hati-hati kedalam larutan NaCl dalam tabung
hemometer tanpa gelembung udara,bilas pipet.
e. Tunggu 10 menit sampai terbentuk asam hematin.
f. Encerkan dengan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk.
g. Sesuaikan warna dengan warna standard
h. Baca di Miniskus dalam g%.
3) Melakukan dan menginterpretasikan laju endap darah (LED)
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 54
Metode Westergreen
a. Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan
sampel darah citrat 4:1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium
sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85%
4:1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi
sampel sebelum diperiksa.
b. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
c. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari
getaran maupun sinar matahari langsung.
d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
Tabung Westergreen
Nilai Rujukan
o Pria : 0 - 15 mm/jam
o Wanita : 0 - 20 mm/jam
4) Menginterpretasi hasil pemeriksaan hematologi rutin
Pada topik ini dibahas kelainan-kelainan pada Eritropoiesis,
Granulopoiesis, Trombopoiesis, dan Limfopoiesis.
ERITROPOIESIS
Kelainan yang sering dijumpai adalah:
a. Anemia
Menurut tingkatannya dibagi menjadi:
- Ringan : Kadar Hb : 8-10 gr/dl
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 55
- Sedang : Kadar Hb : 6-8 gr/dl
- Berat : Kadar Hb : kurang dari 6 gr/dl
Menurut morphologi eritrosit:
- Normokrom-normositik (MCV 80-95 fl; MCH 27-34 pg)
contoh pada perdarahan akut
- Hipokrom-mikrositik (MCV < 80 fl; MCH < 27 pg)
contoh pada Anemi defisiensi Fe, Thalasemia
Anemia Defisiensi Besi (Fe)
Gambaran darah tepi Anemia defisiensi besi:
- Sel darah merah: Hipokrom mikrositik, tampak” tear drops”,
“cigar cell”
- Sel darah putih dalam batas normal
- Sel pembekuan darah(trombosit) dalam batas normal
Diagnosis banding Thalasemia
- Makrositik (MCV > 95 fl)
contoh pada Anemi defisiensi Asam Folat
Anemia megaloblastik
Gambaran darah tepi:
- Sel darah merah : makrositik
- Sel darah putih : normal
- Sel pembekuan darah(trombosit) : normal
b. Pansitopenia
Kegagalan sumsum tulang, sehingga baik Eritropoiesis, Granulopoiesis,
dan Trombopoiesis terganggu � Aplastik Anemia
Pada Aplastik Anemia dijumpai:
- Kadar Hb kurang dari normal
- Jumlah Lekosit kurang dari normal
- Jumlah Trombosit kurang dari normal
- Jumlah Limposit lebih dari normal
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 56
- Morphologi Eritrosit biasanya normokrom-normositik
c. Hemolitik Anemia
Disebabkan destruksi eritrosit yang cepat
Pada pemeriksaan Hematologi didapatkan:
- Hb kurang dari normal
- Jumlah retikulosit meningkat
- Pada hapusan darah tampak sel darah merah bentuk “Sferosit” ,
sering pula dijumpai Normoblast
GRANULOPOIESIS
Pada granulopoiesis yg akan dibahas adalah leukemia:
a. AML : Acute Myeloblastic Leucaemia
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai:
- Kadar Hb kurang dari normal (Anemi berat)
- Jumlah lekosit pada umumnya sangat meningkat, tetapi dapat
menurun����Aleucaemic leucaemia
- Jumlah trombosit sangat menurun
Gambaran darah tepi menunjukkan:
- Eritrosit : Normokrom-normositik
- Lekosit : Pd umumnya jumlah sangat meningkat, terutama banyak
sel-sel muda (myeloblast),sedang segment tdk ada. Khas
pada AML ditemukan “AUER Rod”
- Trombosit: Jumlah sangat menurun
b. CML : Chronic Myelocytic Leucaemia
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai:
- Hb kurang dari normal (anemi ringan)
- Jumlah lekosit meningkat
- Jumlah Trombosit meningkat
Gambaran darah tepi menunjukkan:
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 57
- Eritrosit: Normokrom-normositik, sering dijumpai normoblast
- Lekosit : Meningkat, semua seri myeloid dapat dijumpai dari
myeloblast sampai segment
- Trombosit: Meningkat
TROMBOPOIESIS
Kelainan yang sering di jumpai ITP (Idiopathic Trombocytopenia Purpura).
Pada pemeriksaan darah rutin:
- Hb dapat normal atau sedikit menurun( anemi ringan)
- Lekosit : dalam batas normal
- Trombosit: kurang dari normal
Pada hapusan darah tepi:
- Eritrosit : Normokrom –normositik.
- Lekosit : Jumlah dan jenis dalam batas normal.
- trombosit : Jumlah kurang dari normal.
LIMFOPOIESIS
Macam leukemia yang terjadi dapat:
a. Acute Lymphoblastic Leucaemia (ALL)
Pada Pemeriksaan darah rutin dijumpai:
- Hb kurang dari normal (Anemi berat)
- Lekosit : jumlah sangat meningkat
- Jumlah trombosit sangat menurun
Gambaran darah tepi
- Eritrosit: Normokrom-normositik
- Lekosit : Jumlah sangat meningkat, banyak dijumpai limpoblast
segment hampir tidak ditemukan
- Trombosit: Jumlah sangat menurun
b. Chronic Lymphocytic Leucaemia (CLL)
Pada Pemeriksaan darah rutin dijumpai:
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kegiatan Praktikum Page 58
- Hb kurang dari normal (anemi ringan)
- Lekosit : jumlah agak meningkat
- Trombosit : normal
Gambaran darah tepi
- Eritrosit: Normokrom-normositik
- Lekosit : Jumlah agak meningkat, terutama dijumpai sel-sel
limposit
- Trombosit: Normal atau sedikit menurun
d. Hasil:
Dengan cara dan macam spesimen yang benar serta analisa dari alat yang
terkalibrasi diharapkan mendapat hasil yang akurat.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 59
KETERAMPILAN KLINIK
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Kelainan Hematologi Dan Keganasan Hematologi
a. Keterampilan klinik akan dilakukan di Laboratorium Keterampilan Klinik FKIK
Unwar
b. 59 peserta akan dibagi menjadi 12 kelompok dan masing-masing kelompok
memiliki instruktur sebagai pembimbing.
Berikut nama peserta dalam kelompok:
Kelompok Nama Mahasiswa Nama Instruktur Nama Penguji
1 Komang Santi Maharatni
I Gede Wahyu Widura Wandia
Cokorda Gede Rama Adi Pranata
I Dw.Gd. Dedi Artha Nugraha
Kadek Dwi Tarsika
dr. Ni Wayan Winianti, S. Ked
Dr. IGN. Putu Sana
2 Nym. Ayu Wulan Purnami Retayasa
Dewa Ayu Desy Alan Swandewi
Putu Dyah Agustina Lestari
I Komang Aylwin Suarta
A.A.Gede Agung Angga Kesuma
dr. Ni Wayan Rusni, S. Ked
3 I Putu Angga Satria Utama
Ni Putu Wina Widyastuti
Made Wida Prasetya
Putu Amanda Widiada
I Gede Satria Anom Udayana
Dr. Rima Kusuma Ningrum, S. Ked
dr. I Nyoman Sueta, PAK
4 I Dw.Gd. Agung Karisma Yuldha
Ni wayan Suci Adnyani
I Gede Sukma Okta Perdana
Ngurah Dwiky Abadi R
Ni Komang Ardiyanti
dr. Komang Trisna Sumadewi, S. Ked
5 I Made Dhita Asmara Sutra P
Ni Made Yeni Yustini
I Gusti Nyoman Trianatha
Ade Mayra Hosiana
Pt. Eka Kristi Permatasari
dr. Dw. Ayu A. A. Suka Astini, S. Ked
dr. I Wayan Suwitra, PHK (K)
6 Made Nian Anggara
A.A.Gd. Kresna Naria Putra
Gusti Ayu Winda Darma P
dr. Ni Putu Diah Witari, S Ked
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 60
Sinta Dewi Dharmasuari
Ni Wayan Yanti Irma
7 I Gst. Ag. Suyu DP
I Kadek Darlaksana Yasa
Ketut Alit Pinidha Savitri
Kyuu Kesawa Deliveryanta
Devi Paramita Yasa
dr. Ni Nengah Wiryantini, S. Ked
dr. Luh Gede Sri Yenny, Sp. PD
8 I Gst.Ayu Ratri Widyati Suteja
I Gede Wahyu Pratama Putra
Jodie Pratama Wijaya
I Putu Angga Prabawa
Brilyan Bhuana Putra
dr. Luh Gede Pradnyawati
9 Komang Indah Permata Dewi
I Gusti Agung Ari Sudana
Dewa Ayu Lisnaningrum
Kadek Indah Novitasari Sudarsana
I Komang Agus Budi Pranata
dr. Dw. Ayu Putu Ratna Juwita. S. Ked
dr. Geg Mas Nurcahya Dewi, Sp. OG
10 Luh Gede Rusmaya Dewi
Made Fendy Satria Mardika
Luh Putu Eka Pramiari
Pande Putu Basurama
Putu Cahya Chandranita
dr. Ni Made Dwi Adnyani, S. Ked
11 Gede janardana
IB Kresna Dwi Payana Puthra
A.A.Made Bagus Putra Semara
IB. Bayu Dwi Payana M
Komang Agus Permana Jaya
dr. Putu Nita Cahyawati, S. Ked
dr. Suyasning Hastiko Indonesiani, PFK,M.Arg
12 IB GD Brahmasta Adnyana
Adi Pratama Putra P
Made Rendra Wisnu R
Ida Ayu Satwika Pidada
dr. Desak Putu Citra Udiyani, S. Ked
c. Panduan:
ANEMIA
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin darah. Walaupun
nilai normal dapat bervariasi antar laboratorium, kadar hemoglobin biasanya kurang
dari 13,5 g/dl pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa. Usia 3
bulan sampai pubertas, disebut anemia apabila kadar hemoglobin yang kurang dari
11,0 g/dl. Tingginya kadar hemoglobin pada bayi baru lahir menyebabkan
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 61
ditentukannya 15,0 g/dl sebagai batas bawah bayi baru lahir. Perubahan volume
plasma sirkulasi totaldan massa hemoglobin sirkulasi totalmenentukan konsentrasi
hemoglobin. Berkurangnya volume plasma (seperti pada dehidrasi) dapat menutupi
kondisi anemia atau bahkan kondisi (pseudo) polisitemia; sebaliknya, peningkatan
volume plasma (seperti pada splenomegali atau kehamilan) dapat menyebabkan
terjadinya anemia bahkan dengan jumlah eritrosit sirkulasi total dan massa
hemoglobin yang normal.
Anemia kronis cenderung asimtomatik (tidak menunjukkan gejala), dimana
gejala anemia sendiri biasanya tidak spesifik, seperti mudah letih,lelah dan lesu, sakit
kepala, pusing, pingsan, sesak nafas, jantung berdebar debar, dan menurunnya
kemampuan kerja dan konsentrasi. Pada kulit dan kuku sering dijumpai tampak
pucat.Menelusuri riwayat keluarga penderita juga penting dilakukan untuk
mengetahui penyebab anemia, karena yang perlu kita pahami adalah anemia itu
sendiri bisa merupakan manifestasi dari gejala penyakit tertentu seperti kelainan
haemogolobinopathy, yaitu defek genetik berupa struktur abnormal dari rantai globin
pada molekul hemoglobin (Hb terdiri dari heme dan globin); atau juga defisiensi
G6PD (glucose-6-phospate dehydrogenase), yaitu suatu keadaan berkurangnya
enzim G6PD dimana defisiensi G6PD merupakan penyakit turunan yang resesif
(jarang muncul).Riwayat penyakit penderita juga penting kita telusuri, apakah
penderita baru saja menjalani operasi, dan juga yang perlu dicari tahu pada
pemeriksaan klinis adalah apakah ada pembesaran limfa, urin kehitaman dan
jaundice (sakit kuning), tanda-tanda malaria, diare, kecacingan, dan riwayat
defisiensi nutrisi. Infeksi kronis seperti HIV dan TB (tuberculosis), penggunaan
obat-obatan tertentu, gagal ginjal dan penyakit rematik artritis juga bisa
menyebabkan anemia.
ANAMNESIS
Dari kata Yunani artinya mengingat kembali adalah cara pemeriksaan yang
dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (autoanamnese) atau pada
orang tua atau sumber lain (alloanamnese), 80% untuk menegakkan diagnosa
didapatkan dari anamnesis.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 62
Langkah-langkah dalam pembuatan anamnesis:
� Mula-mula dipastikan identitas pasien dengan lengkap
� Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan penderita datang berobat
kemudian ditanya keluhan tambahan.
� Riwayat perjalanan penyakit sekarang adalah riwayat sejak pasien menunjukkan
gejala pertama sampai saat dilakukan anamnesis.
� Riwayat penyakit terdahulu adalah riwayat baik yang berkaitan langsung dengan
penyakit sekarang maupun yang tidak ada kaitannya.
� Riwayat sosial ekonomi ditanyakan riwayat gizi, anamnesis mengenai
lingkungan, pemaparan bahan kimia dan fisik, serta pemakaian obat
� Riwayat keluarga ditanyakan keluarga dengan keluhan yang sama
Riwayat Penyakit
Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan
utama ini tidak harus sejalan dengan diagnosa utama. Misal: Seseorang yang tidak
bisa berjalan, ternyata dalam pemeriksaan selanjutnya menderita tumor ginjal.
Riwayat Perjalanan Penyakit
• Harus disusun secara kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan pasien sejak
sebelum terdapat keluhan sampai dibawa berobat
• Bila sudah berobat sebelumnya, ditanyakan kapan, dengan siapa, serta obat apa
yang telah diberikan
• Perkembangan penyakit kemungkinan terjadinya komplikasi, gejala sisa
• Pada penyakit menular dikatakan apakah disekitar tempat tinggal anak ada yang
menderita penyakit yang sama
• Pada penyakit keturunan perlu ditanyakan apakah saudara sedarah ada yang
mempunyai penyakit alergi
• Ditanyakan keadaan atau penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit
sekarang. Misal: penyakit kulit yang mendahului penyakit ginjal atau infeksi
tenggorokan yang mendahului penyakit jantung
• Keluhan dan gejala tambahan ditanyakan secara teliti perlu diketahui mengenai
keluhan / gejala sebagai berikut:
− Lamanya keluhan berlangsung
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 63
− Bagaimana sifat-sifat terjadinya gejala, apakah mendadak, perlahan-lahan,
atau terus menerus
− Untuk keluhan lokal harus dirinci lokalisasi dan sifatnya. Menetap, menjalar,
menyebar
− Berat ringannya keluhan. Apakah menetap, bertambah berat atau berkurang
− Apakah keluhan tersebut baru pertama kali / sudah pernah sebelumnya
− Apakah terdapat saudara sedarah yang menderita keluhan yang sama
Gejala
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu
makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina
tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk.
Jika pasien memang bergejala, biasanya gejalanya adalah nafas pendek, khususnya
pada saat berolahraga, kelemahan, letargi, palpitasi dan sakit kepala. Pada pasien
berusia tua mungkin ditemukan gejala gagal jantung, angina pektoris, klaudikasio
intermitten atau kebingungan (konfusi). Gangguan penglihatan akibat perdarahan
retina dapat mempersulit anemia yang sangat berta, khususnya yang awitannya cepat.
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung. Gejala lemah, letih, lesu, lelah, lunglai atau yang biasa
disebut 5L juga merupakan salah satu gejala Anemia. Gejala yang lain adalah mata
berkunang-kunang, berkurangnya daya konsentrasi dan menurunnya daya tahan
tubuh.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda
Tanda-tanda dapat dibedakan menjadi tanda umum dan khusus. Tanda umum
meliputi kepucatan membran mukosa yang timbul bila kadar hemoglobin kurang dari
9-10 g/dl. Pada pemeriksaan kulit menunjukkan warna kulit yang terlihat pucat,
plethora, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti jerami, dan purpura
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 64
(petechie dan echymosis) Sirkulasi yang hiperdinamik dapat menunjukkan
takikardia, nadi kuat, kardiomegali dan bising jantung aliran sistolik khususnya pada
apeks. Tanda yang spesifik dikaitkan dengan jenis anemia tertentu, misalnya
koilonikia dengan defisiensi besi, ikterus dengan anemia hemolitik atau
megaloblastik, ulkus tungkai dengan anemia sel sabit dan anemia hemolitik lain,
deformitas tulang dengan talasemia mayor dan anemia hemolitik kongenital lain
yang berat. Pada konjungtiva palpebra akan terlihat pucat.
Pada keganasan hematologi, dapat ditemukan adanya pembesaran hepar
(hepatomegali) dan atau lien (splenomegali), limfadenopati, dan nyeri tulang.
Konjungtiva Pucat
Tanda Khas Anemia Defisiensi Besi
Tanda yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia
jenis lain adalah:
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis
vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
b. Atrofi papil lidah yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang.
c. Stomatitis angularis yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 65
PEMERIKSAAN LYMPH NODES
Inspeksi
Inspeksi leher di daerah dimana pasien melaporkan adanya pembengkakan kelenjar
atau benjolan. Kemudian inspeksi semua region nodus limfe. Lakukan dari kepala
sampai kaki untuk menghindari terlewatnya suatu region. Normalnya, nodus limfe
tidak dapat dilihat.
Palpasi
Lakukan palpasi nodus limfe superfisial pada kepala dan leher, aksila, epitroklear,
inguinal, dan area popliteal, dengan menggunakan bantalan telunjuk dan jari tengah.
Palpasilah selalu dengan perlahan, dimulai dengan tekanan ringan dan tambahkan
dengan bertahap.
Koilonychia
Atrofi papil lidah Stomatitis angularis
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 66
Lymph nodes
PEMERIKSAAN HEPAR DAN LIEN
Inspeksi
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat
contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau
jongkok sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial).
Perkusi
1. Perkusi Hepar/ Hati
Lakukan perkusi pada linea midklavikularis kanan, mulailah setinggi bawah
umbilikus (area timpani) bergerak kearah atas ke hepar (area pekak, pinggir bawah
hepar). Selanjutnya lakukan perkusi dari arah paru pada linea midklavikularis kanan
kearah bawah ke hepar (pekak) untuk mengidentifikasi pinggir atas hepar. Sekarang
ukurlah dalam sentimeter “vertical Span”/tingginya dari pekak hepar. Biasanya
ukurannya lebih besar pada laki laki daripada wanita, orang yang tinggi dari orang
pendek.
Hepar dinilai membesar, bila pinggir atas hepar diatas dari ruang intercostalis V
dan 1 cmdiatas arcus costalis, atau panjang pekak hepar lebih dari 6-12 cm, dan
lobus kiri hepar 2cm dibawah processus xyphoideus.
Ketrampilan Klinik
2. Perkusi Lien/Limpa
Normal lien terletak pada lengkung diafragma
Perkusi lien penting bila lien membesar (splenomegali). Lien dapatmembesar kearah
anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dankolon, yang
biasanya adalah timpani dengan pekak karena organ padat.
adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini :
a. Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri.
Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalamdan
perkusi lagi. Bila lien
suaraperkusi dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk
pembesaran lien.Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi
tapi lien masih normal.Hal ini memberikan tanda positif palsu.
b. Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari lien.
Cobalah untuk membayangkan ukuran dari lien. Jika area pekak besar maka
menyokong untuk splenomegali.Perkusi dari lien akan dipengaruhi oleh isi gaster
dan kolon, tetapimenyokong
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Normal lien terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid aksilaris kiri.
Perkusi lien penting bila lien membesar (splenomegali). Lien dapatmembesar kearah
anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dankolon, yang
biasanya adalah timpani dengan pekak karena organ padat.Bila kita mencurigai
adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini :
Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri.
Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalamdan
perkusi lagi. Bila lien normal maka suaranya tetap timpani. Perubahan
suaraperkusi dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk
pembesaran lien.Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi
tapi lien masih normal.Hal ini memberikan tanda positif palsu.
Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari lien.
Cobalah untuk membayangkan ukuran dari lien. Jika area pekak besar maka
menyokong untuk splenomegali.Perkusi dari lien akan dipengaruhi oleh isi gaster
dan kolon, tetapimenyokong suatu splenomegali sebelum organ tersebut teraba.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Page 67
posterior dari linea mid aksilaris kiri.
Perkusi lien penting bila lien membesar (splenomegali). Lien dapatmembesar kearah
anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dankolon, yang
Bila kita mencurigai
Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri.
Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalamdan
normal maka suaranya tetap timpani. Perubahan
suaraperkusi dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk
pembesaran lien.Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi
Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari lien.
Cobalah untuk membayangkan ukuran dari lien. Jika area pekak besar maka
menyokong untuk splenomegali.Perkusi dari lien akan dipengaruhi oleh isi gaster
suatu splenomegali sebelum organ tersebut teraba.
Ketrampilan Klinik
Palpasi
1. Palpasi Hepar/Hati
Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi
pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah
depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior.
Letakkan tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus
dengan ujung jari dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari
atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke
Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari
karenahepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan
palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari
meraba permukaan anterior dari hepar. Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan
rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari
• Jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
• Antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking”.
Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut
sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari
mengarah ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien
teraba hati.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi
pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah
par akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior.
Letakkan tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus
dengan ujung jari dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial
atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas.
Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari
karenahepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan
palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari-jari anda dan anda akan dapat
an anterior dari hepar. Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan
rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari-jari pemeriksa
Jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
Antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking”.
Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut
sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari
mengarah ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Page 68
Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi
pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah
par akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior.
Letakkan tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus
jari ke arah cranial
Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari
karenahepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan
jari anda dan anda akan dapat
an anterior dari hepar. Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan
jari pemeriksa
Antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut
sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari
bernafas abdomen dalam, akan
Ketrampilan Klinik
2. Palpasi Lien/Limpa
Dalam menentukan pembesaran lien secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak
banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal lien
membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka
kanan. Seperti halnya hati, lien juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah a
menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran lien diukur dengan menggunakan garis
Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri
menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS)
kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8.
Palpasi lien dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan
(ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah lien teraba, kemudian dilakukan deskripsi
pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah lien, maka
harus diusahakan meraba insisuranya.
Letakkan tangan kiri anda dibawah dari
tekankearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah
Palpasi Hepar teknik mengkait (
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Dalam menentukan pembesaran lien secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak
banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal lien
membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka
kanan. Seperti halnya hati, lien juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah a
menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran lien diukur dengan menggunakan garis
Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri
menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS)
kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8.
Palpasi lien dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan
(ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah lien teraba, kemudian dilakukan deskripsi
nnya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah lien, maka
harus diusahakan meraba insisuranya.
Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arcus costa kiri pasien, dorong dan
tekankearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah
Palpasi Hepar teknik mengkait ( Hooking technic )
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Page 69
Dalam menentukan pembesaran lien secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak
tidak teraba. Lien
membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka
kanan. Seperti halnya hati, lien juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen,
menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran lien diukur dengan menggunakan garis
Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri
menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS)
kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8.
Palpasi lien dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan
(ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah lien teraba, kemudian dilakukan deskripsi
nnya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah lien, maka
kiri pasien, dorong dan
tekankearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah lien.
)
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Ketrampilan Klinik Page 70
Mulailah palpasi pada posisi lien yang membesar. Suruh pasien nafas dalam
kemudian usahakanmeraba puncak atau pinggir dari lien karena lien turun mengenai
ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari lien dan ukur jarak antara
titik terendah dari liendengan pinggir costa kiri.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kunjungan Lapangan Page 71
KUNJUNGAN LAPANGAN
1. Kunjungan ke Rumah Sakit Sanjiwani Gianyar
a. Uraian kegiatan
- Mahasiswa berkumpul sebelumnya di ruang diklat untuk mendapatkan
pengarahan dari dosen pembimbing dan ruangan yang mereka harus
kunjungi
- Mahasiswa akan melakukan observasi yang dipandu oleh salah satu dosen
pengajar yaitu Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang nantinya akan
memberikan penjelasan saat mereka melakukan kunjungan di ruangan
pasien. Pasien yang akan dikunjungi adalah pasien dengan kelainan
hematologi dan dirawat di ruangan.
- Selesai melakukan observasi, mahasiswa dapat berdiskusi dengan Dokter
Spesialis mengenai pasien yang telah dikunjungi.
b. Tujuan kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan kunjungan ini adalah:
- Mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam sehingga
mahasiswa menjadi lebih mengerti dan mengingat beberapa topik kuliah
yang telah diberikan.
- Mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar lapangan, dimana mahasiswa
mengetahui keadaan yang nyata dari ilmu yang telah mereka pelajari selama
kuliah, meskipun tidak semua pasien dengan kelainan hematologi dapat
dijumpai di rumah sakit.
- Dengan pengalaman tersebut, akan memberikan sedikit gambaran kepada
mahasiswa bagaimana nantinya disaat mereka pada Kepanitraan Klinik
Madya berhadapan dengan pasien-pasien dengan kelainan hematologi.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Kunjungan Lapangan Page 72
c. Mahasiswa akan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
e. Dosen yang nantinya akan membimbing selama kunjungan adalah dr. Ni Wayan
Sri Wardani, Sp. PD dan dr. Dewa Made Sadguna, Sp. PD dibantu oleh dosen
fasilitator dari mahasiswa yang ikut menmgantarkan selama kunjungan.
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Komang Santi Maharatni
I Gede Wahyu Widura Wandia
Cokorda Gede Rama Adi Pranata
I Dw.Gd. Dedi Artha Nugraha
Kadek Dwi Tarsika
Nym. Ayu Wulan Purnami Retayasa
Dewa Ayu Desy Alan Swandewi
Putu Dyah Agustina Lestari
I Komang Aylwin Suarta
A.A.Gede Agung Angga Kesuma
I Putu Angga Satria Utama
Ni Putu Wina Widyastuti
Made Wida Prasetya
Putu Amanda Widiada
I Gede Satria Anom Udayana
I Gede Satria Anom Udayana
I Dw.Gd. Agung Karisma Yuldha
Ni wayan Suci Adnyani
I Gede Sukma Okta Perdana
Ngurah Dwiky Abadi R
Ni Komang Ardiyanti
I Made Dhita Asmara Sutra P
Ni Made Yeni Yustini
I Gusti Nyoman Trianatha
Ade Mayra Hosiana
Pt. Eka Kristi Permatasari
Made Nian Anggara
A.A.Gd. Kresna Naria Putra
Gusti Ayu Winda Darma P
Sinta Dewi Dharmasuari
I Gst. Ag. Suyu DP
I Kadek Darlaksana Yasa
Ketut Alit Pinidha Savitri
Kyuu Kesawa Deliveryanta
Devi Paramita Yasa
I Gst.Ayu Ratri Widyati Suteja
I Gede Wahyu Pratama Putra
Jodie Pratama Wijaya
I Putu Angga Prabawa
Brilyan Bhuana Putra
Komang Indah Permata Dewi
I Gusti Agung Ari Sudana
Dewa Ayu Lisnaningrum
Kadek Indah Novitasari Sudarsana
I Komang Agus Budi Pranata
Luh Gede Rusmaya Dewi
Made Fendy Satria Mardika
Luh Putu Eka Pramiari
Pande Putu Basurama
Putu Cahya Chandranita
Gede janardana
IB Kresna Dwi Payana Puthra
A.A.Made Bagus Putra Semara
IB. Bayu Dwi Payana M
Komang Agus Permana Jaya
IB GD Brahmasta Adnyana
Adi Pratama Putra P
Made Rendra Wisnu R
Ida Ayu Satwika Pidada
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Uji diri Page 73
UJI DIRI (SELF ASSESMENT)
1. Sebutkan bentuk dan karakteristik dari masing-masing sel darah!
2. Berapa persentase normal darah yang ditempati oleh eritrosit dan plasma?
3. Jelaskan dengan gambar embriologi sistem hematopoiesis?
4. Apa yang dimaksud dengan hematokrit?
5. Bagaimana komposisi plasma ?
6. Tuliskan daftar dan sebutkan 3 protein plasma utama ?
7. Jelaskan struktur dan fungsi eritrosit ?
8. Mengapa eritrosit hanya dapat bertahan hidup kurang lebih 120 hari?
9. Bandingkan struktur dan fungsi kelima jenis leukosit?
10. Bagaimana struktur Hb pada orang dewasa, pada fetus dan pada penderita
thalasemia
11. Sebutkan syarat-syarat penurunan otosom doniman dan otosom resesif!
12. Sebutkan mutasi dan kelainan pada hemoglobin!
13. Apa saja gejala umum dan gejala khusus anemia?
14. Jelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis
anemia!
15. Bagaimana cara pemberian preparat besi pada anemia defisiensi besi?
16. Sebutkan perbedaan gejala dari bayi dengan rhesus incompatibility dengan Blood
group incompatibility!
17. Apa gejala dan tanda dari agranulositosis?
18. Jelaskan 3 langkah hemostasis !
19. Faktor-faktor apa yang secara normal mencegah koagulasi abnormal di dalam
pembuluh darah ?
20. Jelaskan terjadinya glikolisis di dalam eritrosit !
21. Berapa fase dalam proses hemostasis?
22. Jelaskan patofisiologi perdarahan pada hemophili, DIC, Von Willbrand !
23. Bagaimana patofisiologi leukemia akut dan kronik?
24. Apa gejala dan tanda leukemia akut dan leukemia kronik?
25. Jelaskan pemeriksaan yang diperlukan untuk diagnosis leukemia akut dan kronik!
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Uji diri Page 74
26. Jelaskan klasifikasi leukemia akut dan bagaimana membedakannya?
27. Jelaskan klasifikasi leukemia kronik!
28. Apa perbedaan dari Hodgkin’s dan Nonhodgkin’s limphoma?
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Daftar Penyakit dan Daftar Keterampilan Klinis Page 75
DAFTAR PENYAKIT DAN DAFTAR KETERAMPILAN KLINIK
A. DAFTAR PENYAKIT
Daftar Penyakit yang terdapat pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia menjadi dasar dalam penentuan pokok bahasan materi pembelajaran dan penugasan Blok Hematology system and disoders and clinical oncology. Dokter layanan primer harus mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1. Tingkat kemampuan 4
Dapat menangani secara mandiri pasien dengan penyakit tersebut. 2. Tingkat kemampuan 3
• 3A: membuat diagnosis dan memberikan terapi pendahuluan kemudian mengkonsultasikan pasien dengan penyakit tersebut.
• 3B: membuat diagnosis, memberikan tindakan pertolongan pertama dan segera mengkonsultasikanpasien dengan penyakit tersebut (kasus gawat darurat).
3. Tingkat kemampuan 2 Membuat diagnosis dan merujuk pasien penyakit tersebut.
4. Tingkat kemampuan 1 Menduga (pernah membaca diliteratur) pasien dengan penyakit tersebut dan merujuknya.
No Daftar Penyakit Sistem Hematologi dan
Onkologi Klinik Tingkat
Kemampuan
Hematological system and disorders 1. Iron deficiency anemia 4 2. Agranulocytosis 3A 3. Macrocytic anemia 3A 4. Hemolytic anemia 3A 5. Anemia associated with chronic diseases 3A 6. Aplastic/hypoplastic anemia 2 7. Hemoglobinopathy 2 8. Polycytemia 2 9. Thrombocytopenia 2 10. Thrombocytosis 2 11. Hemophilia 2 12. Disseminated Intravascular Coagulation 2 13. Rhesus incompatibility 2 14. Blood group incompatibility 2 15. Von willebrand's disease 1
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Daftar Penyakit dan Daftar Keterampilan Klinis Page 76
Clinical oncology Blood and lymph nodes
16. Acute leukemia 2 17. Chronic leukemia 2 18. Non-hodgkin’s lymphoma 1 19. Hodgkin’s lymphoma 1 20. Myelodysplastic syndromes 1 21. Multiple myeloma 1 22. Langerhan’s cell histiocytosis 1
B. DAFTAR KETERAMPILAN KLINIK
Keterampilan klinis adalah kegiatan mental dan atau fisik yang memiliki bagian-
bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir. Dalam
melaksanakan praktek dokter perlu mengusai keterampilan klinis yang akan
digunakan dalam mendiagnosis maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan.
Keterampilan klinis ini perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter secara
berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.
Daftar keterampilan klinik dikelompokkan menurut bagian atau departemen
terkait. Pada setiap keterampilan klinik ditetapkan tingkat kemampuan
menggunakan Piramid Miller yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa di akhir
pendidikan. Berikut ini pembagian tingkat kemampuan menurut Piramid Miller:
1. Tingkat kemampuan 4
Keterampilan yang dimiliki dokter layanan primer dimana dokter layananan
primer dapat melakukan keterampilan ini secara mandiri pada pasien.
2. Tingkat kemampuan 3
Kketerampilan dimana dokter layanan primer pernah melakukan atau
menerapkan di bawah supervisi.
3. Tingkat kemampuan 2
Keterampilan dimana dokter layanan primer pernah melihat atau
mendemonstrasikan selama pendidikan.
4. Tingkat kemampuan 1
Keterampilan dimana dokter layanan primer memiliki pengetahuan sehingga
dapat menjelaskan pada pasien.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Daftar Penyakit dan Daftar Keterampilan Klinis Page 77
No. Daftar Keterampilan Sistem Hematologi dan
Onkologi Klinik Tingkat
Kemampuan History taking 4 Physical examination
General survey 1. Inspection and palpation of lymph nodes 4
Head 1. Inspection of eyes, tongue 4
Abdomen 1. Inspection 4
2. Percussion (especially liver, lien) 4
3. Palpation (abdominal wall, liver, lien) 4
Extremities 2. Inspection of skin 4
Diagnostic procedure
Laboratory Investigation, blood 1. Finger prick 4
2. Determination of sedimentation rate 4
3. Determination of Hb 4
4. Preparation and examination of blood film 3
5. Interpretasi Hematologi rutin 4
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Komentar dan Kiat Khusus Page 78
KOMENTAR DAN KIAT KHUSUS
Adapun beberapa kiat khusus yang dapat dilakukan oleh mahasiswa meliputi:
1. Mencari buku dan literatur lainnya baik di perpustakaan dan internet sebelum
perkuliahan dimulai
2. Pelajari hematologi dasar sebagai landasan hematologi klinik
3. Buat ringkasan kecil setiap kali selesai kuliah dan catatan tersebut dapat dibawa
kemanapun
4. Untuk mempermudah dalam belajar, sebaikknya buat resume berupa pengelompokan
penyakit, gejala, pemeriksaan fisik dan penunjang, serta penatalaksanaan dan
pengobatan yang dapat dilakukan
5. Sebelum perkuliahan akan dilakukan pretest dan posttes, sehingga diharapkan belajar
untuk mendapatkan hasil hasil posttest yang baik
6. Waktu pada saat mandiri sebaikkan dimanfaatkan untuk latihan keterampilan klinik
di laboratorium dengan menggunakan manekin ataupun sesame teman untuk
persiapan OSCE
7. Belajarlah sebelum dan setelah topik kuliah yang diberikan, jangan belajar semuanya
dalam waktu singkat sebelum ujian sumatif dilakukan
8. Istirahat yang cukup dengan tidur lebih awal sehari sebelum ujian
Semoga beberapa kiat khusus di atas dapat berguna bagi mahasiswa, sehingga dapat
memberi hasil yang baik.
Hematology System And Disoders And Clinical Oncology
Penutup Page 79
PENUTUP
Buku Modul blok ini disusun untuk memberikan panduan di dalam proses pembelajaran
blok Hematology System and Disoders and Clinical Oncology baik bagi dosen pengajar,
fasilitator, maupun mahasiswa sendiri, sehingga proses pembelajaran pada blok ini dapat
terlaksana dengan baik.
Dengan adanya Buku Modul Blok ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan
kemampuannya masing-masing dalam memahami darah. Namun demikian disadari buku
blok ini masih belum sempurna. Oleh karena itu apabila terdapat hal-hal yang belum jelas
hendaknya mahasiswa dan pembaca lainnya dapat menyampaikan kepada Tim Penyusun
Buku Modul ini, serta sangat diharapkan berbagai masukan dan saran demi
penyempurnaan Buku Modul ini di kedepannya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.