fix-1
DESCRIPTION
saTRANSCRIPT
PERAN PEMERINTAH DALAM SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN DI
INDONESIA
Tujuan pembangunan kesehatan dapat diwujudkan melalui kebijakan kesehatan yang
berfungsi sebagai pedoman dan arah setiap upaya kesehatan guna memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berhasil atau tidaknya
kebijakan kesehatan sangat ditentukan pada tahap implementasi, yang melibatkan banyak
pihak seperti individu, organisasi (pemerintah atau swasta) maupun masyarakat. Pemerintah
maupun swasta merupakan komponen penting dalam kebijakan kesehatan Indonesia. Kedua
elemen tersebut saling mewarnai dalam setiap tahap pembuatan dan implementasi kebijakan.
Hanya saja pemerintah merupakan titik sentral dan lebih dominan dalam kebijakan kesehatan
dibandingkan sektor swasta, artinya pemerintah memainkan peran sentral dalam
pengalokasian sumber-sumber daya di antara berbagai skala prioritas bidang kesehatan dan
memiliki peran mengatur aktivitas-aktivitas bidang kesehatan.
Definisi pembiayaan kesehatan
Menurut Adisasmito (2007), pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Situasi Pembiayaan Kesehatan di Indonesia
Alokasi dana untuk sektor kesehatan adalah 2-3 % dari GNP.
Perbandingan :
1. Malaysia : 7 – 8 % dari GNP
2. USA 12 % GNP
Sedangkan menurut standar WHO 5 % dari GNP
Minimnya anggaran negara yang diperuntukkan bagi sektor kesehatan, dapat
dipandang sebagai rendahnya apresiasi akan pentingnya bidang kesehatan sebagai elemen
penyangga, yang bila terabaikan akan menimbulkan rangkaian problem baru yang justru akan
menyerap keuangan negara lebih besar lagi.
Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan kesehatan, terdapat
beberapa faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti diperhatikan. Pertama,
besaran (kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang disediakan pemerintah maupun
sumbangan sektor swasta. Kedua, tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan
(fungsionalisasi) dari anggaran yang ada.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan
kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi
itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut:
1. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
2. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan
masyarakat miskin
3. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan
sosial (SHI)
4. Penggalian dukungan nasional dan internasional
5. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
6. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta
ilmiah
7. Pemantauan dan evaluasi.
Peran Pemerintah Dalam Pembiayaan Kesehatan
Peran pemerintah dalam pembiayaan kesehatan ada tiga yaitu : sebagai regulator,
pemberi dana (subsidi) dan pemantau/pengevaluasi penganggaran dana kesehatan.
Peran Pemerintah sebagai regulator dan penetap kebijakan pembiayaan kesehatan dapat
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan di Pemerintah Pusat melalui Sistem Kesehatan
Nasional di seluruh Indonesia dan Sistem Kesehatan Daerah di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Sebagai contoh adalah penetapan kebijakan/regulasi oleh
Pemerintah/Kementerian Kesehatan, yaitu :
1. Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan.
2. Undang-undang tentang penyebaran dana kesehatan.
3. Kebijakan pemerintah untuk memobilitasi dana masyarakat untuk membiayai sektor
kesehatan, yaitu melalui asuransi.
Peran pemerintah sebagai pemberi sumber pembiayaan (subsidi) dilakukan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembiyaan sektor kesehatan dari pemerintah pusat
yaitu bersumber dari APBN yang dibagi menjadi dana dekonsentrasi dan dana alokasi
khusus, dana dekonsentrasi yaitu dana yang membiayai sektor kesehatan di tingkat pusat dan
di tingkat provinsi, sedangkan dana alokasi khusus adalah dana APBN yang membiayai
sektor kesehatan di tingkat kabupaten/kota.
Dana Pemerintah ditujukan untuk pembangunan kesehatan, khususnya diarahkan
untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dengan
mengutamakan masyarakat rentan dan keluarga miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-
pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak diminati swasta. Selain itu, program-program
kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan
menjadi prioritas untuk dibiayai.
Dalam menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan dana kesehatan, maka sistem
pembayaran pada fasilitas kesehatan harus dikembangkan menuju bentuk pembayaran
prospektif. Adapun pembelanjaan dana kesehatan dilakukan melalui kesesuaian antara
perencanaan pembiayaan kesehatan, penguatan kapasitas manajemen perencanaan anggaran
dan kompetensi pemberi pelayanan kesehatan dengan tujuan pembangunan kesehatan.
Peran pemerintah sebagai pemantau/pengevaluasi dana kesehatan bisa dilakukan oleh
pemerintah dengan melihat dari syarat pokok pembiayaan kesehatan.
1. Jumlah
Apakah jumlah dana/biaya dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan
yang dibutuhkan?
Apakah tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkan?
2. Penyebaran
Apakah penyebaran dana sudah sesuai dengan kebutuhan?
3. Pemanfaatan
Sudah tepatkah pemanfaatan dana/biaya kesehatan tersebut?
Hal ini tidak lain bertujuan agar pembiayaan kesehatan dapat tercapai yakni
tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.