makalah fix (1)
DESCRIPTION
Makalah Fix (1)TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hitung jenis leukosit (HJL) atau differential cell count merupakan bagian
dari tes darah lengkap (full blood count), terdiri dari lima macam leukosit, yaitu:
netrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Hitung jenis leukosit dinyatakan
dalam persen atau /mmk (jumlahabsolut). Untuk mendapatkan jumlah absolute dari
masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses
penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Darah
Darah, diproduksi dalam sumsum tulang dari sel yang disebut pluripotential
stem cell (PSC). Rata-rata orang dewasa memiliki 5,5 liter darah. Darah terdiri dari 2
komponen yaitu plasma dan sel darah, dengan komposisi 55% darah merupakan
plasma darah dan sisanya 45% adalah sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari 3
komponen, yaitu: protein, air dan waste product. Sel darah juga terdiri dari 3
komponen, yaitu: sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
Gambar 1. Sel-sel darah
Pada kondisi normal, hanya sel-sel matang yang ditemukan dalam sirkulasi.
Perubahan dalam produksi dan fungsi dari sel-sel darah menyediakan informasi untuk
pertimbangan diagnosis, prognosis, respon terhadap terapi yang diberikan dan
penyembuhan pasien. Perhitungan darah lengkap dilakukan untuk mendapatkan
gambaran perubahan yang dimaksud.
B. Hematopoiesis
Normalnya proses hematopoiesis bergantung pada interaksi komplek dari
beberapa tipe sel, terutama sel induk hematopoiesis (stem cell) dan progenitor sel,
serta sel mikroenvironment pada sumsum tulang yaitu sel stroma. Hematopoiesis
2
bermula dari suatu sel induk pluripoten bersama yang menyebabkan timbulnya
berbagai jalur sel yang terpisah. Fenotip sel induk manusia yang tepat belum
diketahui, tapi pada uji imunologik sel tersebut adalah CD34+ dan CD38-.
Diferensiasi sel terjadi dari sel induk menjadi jalur eritroid, granulositik, dan
jalur lain melalui progenitor hemopoietik terikat yang terbatas perkembangannya.
Salah satu contohnya adalah prekusor mieloid campuran yang terdeteksi paling dini,
dimana menyebabkan timbulnya granuloist, erutrosit, monosit, dan megakariosit.
Progenitor ini dinamakan CFU (colony-forming unit). Sumsum tulang juga
merupakan tempat asal utama limfosit dan terdapat bukti adanya sel prekusor sistem
mieloid dan limfoid.
Selama proses hematopoiesis, stroma sumsum tulang membentuk lingkungan
yang sesuai untuk proliferisasi dan diferensiasi sel induk. Sumsum tulang tersusun
atas sel stroma dan jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposit),
fibroblas, sel retikulum, sel endotel, dan makrofag.. Sel-sel tersebut mensekresi
molekul ekstraselular seperti kolagen, glikoprotein (fibronektin dan trombospondin),
serta glikosaminoglikan ( asam hialuronat dan dan derivat kondroitin) untuki
membentuk suatu matriks ekstraselular. Selain itu, sel stroma mensekresi beberapa
faktor pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel induk
Gambar 1. Proses hematopoiesis
C. Leukosit
3
Leukosit (sel darah putih) bermigrasi ke jaringan tempat leukosit menjadi
fungsional dan melakukan berbagai aktivitas. Sesuai jenis granul dalam sitoplasma
dan bentuk intinya, leukosit terbagi menjadi dua kelompok: granulosit
polimorfonuklear dan agranulosit mononuklear. Granulosit dan agranulosit berbentuk
sferis saat kedua sel tersebut berada dalam plasma darah, tetapi menjadi ameboid
setelah keluar dari pembuluh darah dan memasuki jaringan. Perkiraan ukuran kedua
sel tersebut mengacu pada pengamatamya disediaan apus darah, yaitu sel-sel tersebut
tampak lebih besar dan tersebar dibandingkan keadaannya di dalam darah.
Di dalam darah terdapat lima jenis leukosit yang berbeda yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Kelima jenis leukosit masuk ke dalam dua
kategori utama, bergantung pada gambaran nukleus dan ada tidaknya granula di
dalam sitoplasmanya jika dilihat di bawah mikroskop. Neutrofil, eosinofil, dan basofil
dikategorikan sebagai granulosit ("sel yang mengandung granula") polimorfonukleus
("bentuk inti beragam"). Nukleus sel-sel ini tersegmentasi menjadi beberapa lobus
dengan bentuk bervariasi, dan sitoplasmanya mengandung banyak granula yang
terbungkus membran. Ketiga jenis granulosit dibedakan berdasarkan afinitas
granulanya terhadap zat warna. Eosinofil memiliki afinitas terhadap pewarna merah
eosin, basofil cenderung menyerap pewarna biru basa, dan neutrofil bersifat netral,
tidak menunjukkan preferensi warna. Monosit dan limfosit dikenal sebagai
agranulosit ("sel yang tidak memiliki granula") mononukleus ("satu inti"). Keduanya
memiliki satu nukleus besar yang tidak terbagi-bagi dan sedikit granula. Monosit
lebih besar daripada limfosit dan memiliki nukleus berbentuk oval atau seperti ginjal.
Limfosit adalah leukosit yang paling kecil, biasanya memiliki nukleus bulat besar
yang menempati sebagian besar sel.
Jumlah total leukosit dalam keadaan normal berkisar dari 5 juta hingga 10 juta
per mililiter darah, dengan rerata 7 juta sel/ml, yang dinyatakan sebagai hitung sel
darah putih rerata 7000/mm3. Leukosit merupakan sel darah yang paling sedikit
jumlahnya (sekitar I sel darah putih untuk setiap 700 sel darah merah), bukan karena
yang diproduksi lebih sedikit tetapi karena sel-sel ini hanya transit di darah. Dalam
keadaan normal, sekitar dua pertiga leukosit dalam darah adalah granulosit, terutama
neutrofil, sementara sepertiga adalah agranulosit, terutama limfosit. Namun, jumlah
total sel darah putih dan persentase masing-masing tipe dapat sangat bervariasi untuk
memenuhi kebutuhan pertahanan yang terus berubah.
4
D. Sintesis Jenias Leukosit dan Jenis-Jenis Leukosit
Sintesis leukosit di sumsum tulang merupakan salah satu bagian dari proses
hematopoiesis pada manusia. Sintesis leukosit dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu fagosit dan imunosit. Fagosit meliputi sintesis sel-sel granulosit (leukosit dengan
sitoplasma bergranula), yaitu basofil, eosinofil, dan netrofil serta sel agranulosit
(leukosit dengan sitoplasma tidak bergranula) yaitu monosit. Sementara itu, imunosit
akan mensintesis limfosit yang merupakan jenis leukosit agranular.
1. Granulopoiesis
Granulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang dari
suatu prekusor yang sama, yaitu Colony Forming Unit (CFU)- Granulosit Eritroid,
Monosit, dan Megakariosit (GEMM). Sel prekusor ini merupakan mieloid
campuran yang berasal dari sel induk pluripoten. Sel-sel granulosit setelah keluar
dari sumsum tulang dan masuk ke peredaran darah biasanya berada dalam
peredaran darah selama 8 jam dan 4-5 hari pada jaringan yang membutuhkan,
misalnya jaringan yang megalami peradangan.
Granulopoiesis meliputi enam tahapan, mulai dari mieloblas di sumsum
tulang sampai tahapan segmen yang berada di darah tepi. Tahapan sintesis sel
granulopoiesis dimulai dari mieloblas, promielosit, mielosit, metamielosit,
staf/batang, dan segmen. Tahapan ini berlaku bagi semua seri, baik basofil,
eosinofil, dan netrofil.
a. Mieloblas
Merupakan tahapan paling awal dari granulopoiesis. Mieloblas
merupakan sel muda dengan ukuran yang besar dan hanya terdapat di dalam
sumsum tulang saja pada kondisi normal. Ciri-ciri mieloblas adalah sebagai
berikut ; Ukuran sel: 15 - 25 mm, bentuk sel: oval, kadang-kadang bulat.
Warna sitoplasma: biru, tanpa halo perinuklear jelas atau dengan halo
dengan halo perinuklear melebar. Granularitas: sitoplasma nongranular atau
sedikit granula azurofilik atau tanpa granula azzurofilik. Bentuk inti: biasanya
oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat. Tipe kromatin: halus, dengan
tampilan reticular, nukleolus: tampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4;
lebih terang dari kromatin. Rasio inti/sitoplasma: tinggi atau sangat tinggi .
Keberadaan di darah tepi tidak ada, keberadaan di sumsum tulang: < 5% .
5
b. Promielosit
Promielosit masih merupakan sel muda dan hanya berada di sumsum
tulang saja. Sel ini sudah dapat dibedakan serinya dengan melihat warna
sitoplasma dan ukuran granula. Promielosit memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
ukuran sel 15 - 30 mm, bentuk sel oval atau bulat, warna sitoplasma biru
muda, dengan halo jelas, granularitas pekat, azurofilik banyak. Bentuk inti
oval, tipe kromatin awal kondensasi, nucleolus tampak ukuran sedang atau
besar ,lebih terang, kromatin, 1-2, kadang-kadang tak terlihat. Ratio
inti/sitoplasma tinggi.. Keberadaan di peredaran darah tidak ada,
sementara di sumsum tulang: < 5 % (netrofil), < 1% (eosinofil), < 1%
(basofil).4
c. Mielosit
Sama seperti mieloblas dan promielosit, mielosit masih merupakan
stadium muda dari leukosit agranular dan normalnya hanya ditemukan di
sumsum tulang saja. Ciri-ciri mielosit adalah sebagai berikut ; Ukuran sel 15 -
25 mm, bentuk sel oval, kadang-kadang bulat, warna sitoplasma biru, tanpa
halo perinuklear jelas atau dengan halo perinuklear melebar. Sitoplasma
nongranular atau sedikit granula azurofilik, bentuk inti biasanya oval,
kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat. Tipe kromatin halus, dengan
tampilan reticular, nucleolus tampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4;
lebih terang dari kromatin. Rasio inti/sitoplasma sedang. Keberadaan di
darah tidak ada, sementara di sumsum tulang sumsum tulang: < 5% .
d. Metamielosit
Metamielosit juga masih merupakan stadium muda dari sel granulosit,
sama seperti mielosit. Metamielsoit sudah dapat dibedakan jenisnya dengan
melihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Metamielosit normalnya hanya
berada pada sumsum tulang saja. Ciri-ciri metamielosit adalah sebagai
berikut ; ukuran sel: 14 - 20 mm, bentuk sel: oval atau bulat, warna
sitoplasma pink, granula sedikit azurofilik dan neutrofilik, berbeda dalam
jumlah. Bentuk inti lonjong, semicircular, tipe kromatin padat , nucleolus
tidak terlihat. Rasio inti/sitoplasma sedang. Keberadaan darah tidak ada,
sementara di sumsum tulang: 10 - 25 %
e. Staf/ Batang
6
Staf/ batang juga masih merupakan stadium muda sel granulosit,
banyak ditemukan di sumsum tulang, tapi juga sudah ditemukan dalam jumlah
sedikit di dalam peredaran darah (<5%). Staf memiliki ukuran sel yang lebih
kecil dari stadium muda sebelumya dan dapat dibedakan dengan lebih jelas
jenisnya dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Ciri-ciri staf
adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 mm, bentuk sel oval atau bulat,
warna sitoplasma sesuai dengan jenis granulosit (basofil : biru, eosinofil :
merah, netrofil : jernih atau pink), granularitas sedikit azurofilik. Bentuk
inti: lonjong, semicircular, tipe kromatin padat, nucleolus tidak terlihat.
Rasio inti/sitoplasma rendah atau sangat rendah. Keberadaan di peredaran
darah < 5% , sementara di sumsum tulang: 5 - 20 % (netrofil) , < 2 %
(eosinofil).4
Gambar 2. Leukosit stadium batang dari seri a. Basofil b. Netrofil c.Eosinofil
f. Segmen
Segmen merupakan stadium dewasa/matur dari sel granulosit, dan
lebih banyak ditemukan dalam peredaran darah dibanding pada sumsum
tulang. Segmen dapat dibedakan dengan jelas dengan melihat warna
sitoplasma dan ukuran granula. Segmen netrofil memiliki sitoplasma berwarna
jernih atau agak pink dengan granula kecil dan halus, segmen basofil memiliki
sitoplasma berwarna biru dengan granula berukuran besar dan kasar, menutupi
inti sel, sedangkan eosinofil memiliki sitoplasma berwarna merah dengan
granula besar-besar yang tidak menutup inti. Segmen dibedakan dari staf
dengan melihat bentuk inti yang lebih kecil, dimana diameter inti kurang dari
1/3 ukuran sel, sedangkan pada batang, diameter inti kurang lebih sepertiga
ukuran sel. Sel ini normalnya ditemukan di peredaran darah dengan presentase
7
40-70% (netrofil), 2-4% (eosinofil), dan <1 % (basofil). Presentase di sumsum
tulang lebih sedikit.
Ciri-ciri segmen adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 mm
bentuk sel oval atau bulat. Bentuk inti berlobus (normal kurang dari 5
lobus), tipe kromatin padat, rasio inti/sitoplasma rendah atau sangat rendah,,
nukleolus tak terlihat.4
Gambar 3. Leukosit stadium segmen dari seri a. Basofil b. Netrofil c.Eosinofil
2. Monopoiesis
Monopoiesis hamper sama dengan granulopoiesis, yaitu melalui tahapai-
tahapan dari sel muda di sumsum tulang hingga menjadi sel dewasa di peredaran
darah. Sintesis dimulai dari Monoblas, promonosit, dan monosit. 5
a. Monoblas
Monoblas merupakan stadium paling awal dari monopoiesis. Sel ini
merupakan sel muda yang berukuran besar. Ciri-ciri monoblas adalah sebagai
berikut ; ukuran 15 - 25 mm, bentuk oval, kadang-kadang bulat, warna
sitoplasma biru, biasanya muda, tanpa granul, atau sedikit granul halus
azurofilik. Bentuk inti oval, bulat, kadang-kadang tidak teratur, tipe
kromatin kromatin kasar atau berkelompok, nucleolus tampak, ukuran
sedang atau besar, lebih terang dari kromatin, jumlah 1 sampai 3. Rasio
inti/sitoplasma tinggi /sangat tinggi. Sel ini normalnya hanya ditemukan di
sumsum tulang saja dengan presentase < 1%, di peredaran darah tidak ada.5
b. Promonosit
Promonosit merupakan stadium muda dari monosit, sel ini masih
berukuran besar karena merupakan sel muda. Ciri-ciri promonosit adalah
sebagai berikut ; Ukuran 15 - 25 mm, bentuk oval, kadang-kadang bulat,
8
warna sitoplasma terang, biru kelabu, tanpa granul, atau sedikit granul halus
azurofilik Bentuk inti biasa tidak teratur, tipe kromatin kasar atau
berkelompok . Nukleolus hampir tak tampak, ukuran sedang atau besar; lebih
terang dari kromatin, 1 sampai 3. Rasio inti/sitoplasma sedang Distribusi di
peredaran darah tidak ada, di sumsum tulang: < 1 % .5
c. Monosit
Monosit merupakan stadium akhir dari monopoiesis, sel ini
merupakan sel dewasa/matur yang normalnya lebih banyak berada pada
peredaran darah. Monosit merupakan leukosit yang memiliki ukuran paling
besar dengan bentuk tidak beraturan. Dalam peredaran darah, monosit
memiliki waktu transit yang lebih singkat, yaitu 10-20 jam, sebelum
menembus membrane kapiler menuju jaringan. Sel monosit di jaringan jika
teraktivasi akan membengkak dan ukuranya menjadi lebih besar menjadi
makrofag jaringan. Makrofag dapat bertahan kurang lebih satu bulan dan
didestruksi jika melakukan fungsi fagosit. Ciri-ciri monosit adalah sebagai
berikut ; ukuran 15 - 25 mm, bentuk bulat, oval atau tidak teratur, warna
sitoplasma abu-abu biru, granula tidak ada atau sedikit granul azurofilik
halus. Bentuk inti biasanya tidak teratur, tipe kromatin kromatin kasar,
berkelompok, nucleolus tidak terlihat. Rasio inti/sitoplasma sedang. Distribusi
di peredaran darah: 1-6 %, di sumsum tulang: < 2 % .
Gambar 4. Monosit pada peredaran darah, Monosit khas dengan sitoplasma biru
lembayung, mengandung vakuola dan bentuk nukleus sangat tidak teratur
3. Limfopoiesis
Limfopoiesis sedikit berbeda dengan granulopoiesis dan monopoiesis,
karena tidak berasal dari CFU-GEMM, melainkan dari Limfoid Stem Cell (LSC)
yang sama-sama berasal dari sel progenitor yang sama. Pada awal kehidupan
9
pascanatal, sumsum tulang dan timus adalah organ limfoid primer tempat
berkembangnya limfosit. Organ limfoid sekunder tempat pembentukan respon
imun spesifik adalah kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfoid salaurn
cerna dan pernapasan. Hoffbrand. Limfosit sangat berperan sebagai salah satu
system imuntas tubuh. Respon imun bergantung pada dua jenis limfosit, yaitu sel
B dan Sel T. Sel B bersifat humoral, berasal dari sel induk sumsum tulang. Sel ini
jika teraktivasi akan menjadi sel plasma, kemudian menghasilkan
immunoglobulin yang merupakan protein heterogen.
Sementara itu, sel T yang awalnya diproduksi oleh sumsum tulang akan
bermigrasi ke kelenjar timus untuk berdiferensiasi menjadi sel T matur. Sel T
merupakan system imun sellular yang memiliki dua jenis, yaitu T-helper (CD4+)
dan T- sitolitik (CD8+). Tahapan sintesis limfosit di sumsum tulang dimulai dari
Limoblas, prolimfosit, dan limfosit.
a. Limfoblas
Limfoblas merupakan stadium paling awal dari limfopoiesis, sel ini
merupakan sel muda dengan ukuran yang besar. Normalnya sel ini hanya
ditemukan di sumsum tulang saja. Ciri-ciri limfoblas adalah sebagai berikut ;
ukuran 12 - 18 mm, bentuk bulat, kadang-kadang oval, warna sitoplasma
biru, biasanya gelap, lebih gelap dari promieloblas, granularitas tidak ada.
Bentuk inti bulat, tipe kromatin homogen,, nucleolus terlihat, ukuran kecil
atau sedang,lebih terang daripada kromatin, jumlah 1sampai 2. Rasio
inti/sitoplasma tinggi. Distribusi dalam darah tidak ada, di sumsum
tulang: < 1 % .
b. Prolimfosit
Prolimfosit juga masih merupakan stadium muda dari limfosit,
normalnya hanya terdapat pada sumsus tulang saja. Ciri-ciri prolimfosit
adalah sebagai berikut ; ukuran 12 - 18 mm, bentuk oval, kadang-kadang
bulat, warna sitoplasma biru gelap, tanpa granul, Bentuk inti biasa tidak
teratur, tipe kromatin kasar atau berkelompok . Nukleolus hampir tak
tampak, ukuran sedang atau besar; lebih terang dari kromatin, 1 sampai 2.
Rasio inti/sitoplasma tinggi Distribusi di peredaran darah tidak ada, di
sumsum tulang: < 1 % .
c. Limfosit
10
Limfosit merupakan sel matur yang normalnya berada di peredaran
darah dan keberadaan di sumsum tulang lebih sedikit. Limfosit memiliki ciri
khas yaitu ukuran sama/hampir sama dengan eritrosit normositik, berbentuk
bulat, dan berwarna ungu intinya. Ciri-ciri limfosit adalah sebagai berikut ;
ukuran 10 - 15 mm, bentuk bulat, kadang-kadang oval, warna sitoplasma
biru, granularitas tidak ada. Bentuk inti bulat atau agak oval, tipe
kromatin homogen, padat, nukleolus tidak terlihat, kadang-kadang hampir
tidak terlihat , satu nukleolus kecil. Rasio inti/sitoplasma tinggi atau sangat
tinggi .Distribusi darah 20 - 40 % sumsum tulang 5 - 20 % .
Gambar 5. Limoosit pada peredaran darah (ungu), di sekitarnya terdapat
eritrosit (merah), dan trombosit (ungu kecil)
4. Fungsi Leukosit
Basofil
Basofil merupakan tipe sel darah putih yang
paling sedikit jumlahnya. Basofil dihubungkan dengan
reaksi alergi sistemik karena aktivitas pelepasan
histamin. Basofil adalah leukosit yang paling sedikit
dan paling kurang dipahami. Sel ini secara struktur dan
fungsi cukup mirip dengan sel mast, yang tidak pernah
beredar dalam darah tetapi tersebar di jaringan ikat di
seluruh tubuh. Para ilmuwan dahulu percaya bahwa basofil berubah menjadi sel
mast dengan bermigrasi dari sistem sirkulasi, tetapi para peneliti telah
membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang sementara sel mast
berasal dari sel prekursor di jaringan ikat. Baik basofil maupun sel mast
11
mensintesis dan menyimpan histamin dan heparin, yaitu bahan kimia poten yang
dapat dibebaskan jika terdapat rangsangan yang sesuai. Pelepasan histamin
penting dalam reaksi alergik, sedangkan heparin mempercepat pembersihan
partikel lemak dari darah setelah kita makan makanan berlemak. Heparin juga
dapat mencegah pembekuan (koagulasi) sampel darah yang diambil untuk analisis
klinis dan digunakan secara luas sebagai obat antikoagulan, tetapi masih
diperdebatkan apakah heparin berperan secara fisiologis dalam mencegah
pembekuan.
Setelah dibebaskan ke dalam darah dari sumsum tulang, granulosit
biasanya tetap berada di dalam darah selama kurang dari sehari sebelum
meninggalkan pembuluh darah untuk masuk ke jaringan, tempat sel-sel ini
bertahan hidup tiga sampai empat hari lagi kecuali jika mereka mati lebih dulu
akibat menjalankan tugas.
Eosinofil
Fungsi eosinofil adalah untuk memakan dan
membunuh parasit multiseluler. Eosinofil juga berperan pada
proses detoxifying kompleks imun yang terbentuk pada reaksi
alergi. Eosinofil adalah spesialis jenis lain. Peningkatan
eosinofil dalam darah (eosinofilia) berkaitan dengan keadaan
alergik (misalnya asma dan hay feuer) dan dengan infestasi parasit internal
(misalnya cacing). Eosinofil jelas tidak dapat menelan parasit cacing yang
ukurannya jauh lebih besar, tetapi sel ini melekat ke cacing dan mengeluarkan
bahan-bahan yang mematikannya.
Neutrofil
Neutrofil dibagi menjadi 2, yaitu neutrofil
bands dan segmented. Neutrofil segemented adalah
sel neutrofil yang telah matang (mature) yang disebut
juga dengan polymorphonuclear (PMN). Sedangkan
neutrofil bands adalah sel neutrofil yang belum
matang (immature) dan disebut juga dengan stabs.
Neutrofil adalah spesialis fagositik. Selain itu, para ilmuwan baru-baru ini
12
menemukan bahwa neutrofil mengeluarkan suatu jaringan serat ekstrasel yang
dinamai neutrophilextracellular traps (NET). Serat-serat ini mengandung bahan
kimia pemusnah bakteri, memungkinkan NET menjerat lalu menghancurkan
bakteri di luar sel. Karena itu, neutrofil dapat mematikan bakteri baik secara
intrasel dengan fagositosis maupun ekstrasel dengan NET yang dikeluarkannya.
Neutrofil hampir selalu merupakan pertahanan pertama pada invasi bakteri dan,
karena itu, sangat penting dalam respons peradangan. Selain itu, sel ini melakukan
pembersihan debris.
Limfosit
Merupakan tipe sel darah putih terbanyak setelah neutrofil dan
dihubungkan dengan respon imun spesifik. Limfosit membentuk pertahanan imun
terhadap sasaran-sasaran yang limfosit tersebut telah terprogram secara spesifik.
Terdapat dua jenis limfosit, limfosit B dan limfosit T (sel B dan T). Limfosit B
menghasilkan antibodi, yang beredar dalam darah dan bertanggung jawab dalam
imunitas humoral, atau yang diperantarai oleh antibodi. Suatu antibodi berikatan
dengan benda asing spesifik, misalnya bakteri (yang memicu produksi antibodi
tersebut), dan menandainya untuk dihancurkan (dengan fagositosis atau cara lain).
Limfosit T tidak memproduksi antibodi; sel ini secara langsung menghancurkan
sel sasaran spesifiknya dengan mengeluarkan beragam zat kimia yang melubangi
sel korban, suatu proses yang dinamai imunitas selular. Sel sasaran dari sel T
mencakup sel tubuh yang dimasuki oleh virus dan sel kanker. Limfosit hidup
sekitar 100 sampai 300 hari. Selama periode ini, sebagian besar secara terus-
menerus terdaur ulang antara jaringan limfoid, limfe, dan darah, dan hanya
menghabiskan waktu beberapa jam di dalam darah. Karena itu, setiap saat hanya
sebagian kecil dari limfosit total berada di dalam darah.
Monosit
Monosit merupakan tipe sel darah putih dengan
ukuran terbesar, yang mengalami perubahan menjadi
sel-sel makrofag, yang berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh seperti neutrofil, berkembang menjadi
fagosit profesional. Sel-sel ini muncul dari sumsum
tulang selagi masih belum matang dan beredar hanya
13
satu atau dua hari sebelum menetap di berbagai jaringan di seluruh tubuh.
Ditempat barunya, sel-sel ini melanjutkan pematangan dan menjadi sangat besar,
berubah menjadi fagosit jaringan besar yang dikenal sebagai makrofag (makro
berarti "besar"'; faga/phage berarti "pemakan"). Usia makrofag dapat berkisar dari
bulanan hingga tahunan kecuali jika sel ini hancur lebih dahulu selagi
menjalankan tugas fagositiknya. Sebuah sel fagositik hanya dapat menelan benda
asing dalam jumlah terbatas sebelum akhirnya mati.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap adalah penilaian dasar komponen sel darah, yang
bertujuan untuk:
1. Memonitor kesehatan umum/pemeriksaan rutin
2. Menunjang diagnosa suatu penyakit
3. Melihat respon tubuh terhadap suatu penyakit/ infeksi
4. Melihat kemajuan/respon terapi pasien yang menderita penyakit infeksi.
Jenis pemeriksaan darah lengkap di laboratorium meliputi 2 hal: Hemogram
dan differential count.
Hemogram adalah pemeriksaan 3 komponen sel darah yang utama yaitu sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan platelet (trombosit). Differential
count adalah perhitungan komponen sel-sel darah putih secara lebih spesifik.
6. Differential Count
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk
mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Sebagai contohnya, dengan limfosit 30% dan
leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil
pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit
dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu
basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit.
Sebelum melakukan hitung jenis leukosit, terlebih dahulu harus dibuat sediaan
apus darah tepi (SADT) menggunakan objek glass. Pewarna yang digunakan adalah
14
pewarna Romanowsky, yaitu Wright, Giemsa, dan paduan May Grunwald dan
Giemsa. Pewarnaan dengan giemsa lebih banyak digunakan walaupun gambaran
granula dari masing-masing seri leukkosit kurang jelas dibanding pewarnaan Wright.
Alat yang dibutuhkan :
1. Obyek glass yang bersih.
2. Spreader / penggeser.
3. Pipet darah dan pengaduk.
4. Bak pengecatan.
5. Bak pengeringan.
6. Timer.
7. Gelas ukur.
Reagensia :
1. Giemsa.
2. larutan penyangga pH 6,4 atau dengan aquadest pH 6,4.
3. Methanol ( 90 % ) untuk fiksasi.
Bahan :
Darah vena atau kapiler.
Cara membuat preparat darah hapus :
1. Ambil obyek glass yang bersih, letakan 1 tetes darah ( tidak melebihi 2 mm )
disisi kanan.
Gambar :
2. Sentuh tetesan darah dengan spreader, darah akan melebar sepanjang spreader.
Gambar :
15
3. Dorong spreader ke arah kiri dengan sudut 450 keringkan.
Gambar :
4. Amati preparat baik bila :o Lebar dan panjang tidak memenuhi seluruh kaca obyek
o Secara gradual penebalannya berangsur-angsur menipis dari kepala ke arah
ekor
o Ujung ekor tidak berbentuk bendera robek
o Tidak berlubang-lubang
o Tidak terputus-putus
o Tidak terlalu tebal atau terlalu tipis
Gambar :
Biarkan sediaan kering di udara.
16
Beri identitas di kepala dengan menggunakan lidi, pinsil, label.
5. Fiksasi dengan methanol 90 % selama 10 menit ( beberapa buku menyebutkan
cukup 2 – 3 menit )
Gambar :
6. Buat larutan Giemsa kerja dari Giemsa stock dan buffer Sorensen dengan perbandingan 1 : 9 untuk buffernya. Buat setiap hari.
Gambar :
7. Preparat yang telah dicat digenangi larutan Giemsa selama 20 menit.
8. Bilaslah dengan air yang mengalir.
9. Keringkan di udara.
10. Setelah kering dapat diolesi lacquer.
Cara Membaca Preparat Darah Tepi
Preparat darah tepi dibagi dalam beberapa zone seperti diatas. Bila dilihat
dengan mikroskop akan tampak sebagai berikut :
17
Dengan pemeriksaan 10 x ( obyektif )
Orientasi seluruh lapangan pandang.
Periksa adanya sel – sel asing, parasit.
Estimasi jumlah leukosit.
Dengan pembesaran 40 x ( obyektif )
Hitung jenis sel darah putih.
Morfologi sel darah merah.
Untuk pemula sebaiknya menggunakan perbesaran 100x objektif.
Dengan pembesaran 100 x ( obyektif )
Penegasan.
Bangunan khas.
Estimasi Trombosit menurut Barbara Brown.
Arah perhitungan tertentu seperti dibawah ini :
Gambar :
18
Zone I (Irreguler zone)3 %
Zone II (Thin zone)14%
Zone III Thick zone)45%
Zone IV (Thin Zone)18%
Zone V (even zone)11%
Zone VI (Very thin zone)14%
Table hitung jenis leukosit normal.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah
Eos
Bas
Staf
Sg
Limf
Mono
Jml 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
Distribusi sel :
Limfosit : di tengah.
Monosit : tepi / ekor.
Neutrofil : tepi / ekor.
Pelaporan :
E / B / St / Sg / L / M.
Misal :
4 / - / 1 / 56 / 38 / 1.
Eritrosit berinti muda dilaporkan :……………./ 100 Leukosit.
Nilai normal menurut Miller :
Eosinofil : 1 – 4 %.
Basofil : 0 – 1 %.
Stab : 2 – 5 %.
Segmen : 50 – 70 %.
Limfosit : 20 – 40 %.
Monosit : 1 – 6 %.
Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan jenis leukosit dalam 100 sel leukosit harus dihitung
persentasinya dari masing-masing jenis leukosit. Apabila hasil perhitungan
menunjukan jumlah sel-sel Poli Morfo Nuklear (PMN) seperti batang maupun
segmennetrofil, disebut shift to the left . Sedangkan apabila jumlah leukosit Mono
Morfo Nuklear (MMN) seperti limfosit dan monosit meningkat, disebut shift to the
right.
19
7. Evaluasi Differential Count
1. Basofil
Basophil
Absolute 25 – 100 µL
Differentia
l0– 0,75%
Nilai normal hitung differential basofil
- Peningkatan jumlah basofil yaitu lebih dari 100/µl darah disebut Basofilia.
Hal ini dapat terjadi pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase
penyembuhan infeksi
- Basopenia adalah penurunan basofil berkaitan dengan infeksi akut,reaksi stres,
terapi steroid jangka panjang.
2. Eosinofil
Eosinofil
Absolute 50 – 400 µL
Differentia
l1% – 5%
Nilai normal hitung differential eosinofil
20
- Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl
darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit.
Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi
khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah
penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
- Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurangdari 50/µl
darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar,
perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi pada hiperfungsi korteks
adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan
menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit
akan menurun pada infeksi akut.
3. Neutrofil
Absolute Differential
Neutrofil2500 – 7000
µL55% – 70%
Segmented2500 – 6500
µL50% – 65%
Bands 150 – 600 µL 3% – 5%
Nilai normal hitung differential neutrophil
- Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl
dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan
kimia dan logam berat, gangguan metabolic seperti uremia, nekrosia jaringan,
kehilangan darah dan radang
- Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl
darah. Penyebab netropenia dapat disebabkan karena pemindahan netrofil dari
peredaran darah misalnya umur netrofil yang memendek karena penggunaan
21
obat, gangguan pembentukan netrofil yang dapat terjadi akibat radiasi atau
obat-obatan dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.
4. Limfosit
Limfosit
Absolute 1.000 – 4.000 µL
Differential 25% – 33%
Nilai normal hitung differential limfosit
- Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit
lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada
dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili,
mononucleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis
dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan
makroglobulinemia primer.
- Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurangdari 1000/µl
danpada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah
produksi limfosit yang menurun yang disebabkan oleh kortikosteroid dan obat-
obat sitotoksis.
5. Monosit
Monosit
Absolute 100 – 800 µL
Differential 3% – 7%
22
Nilai normal hitung differential monosit
- Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl
pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis
dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa
maupun jamur
- Penurunan jumlah monosit disebut monositopenia. Monositopenia terdapat
pada leukemia limposit dan anemia aplastik
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari system kekebalan tubuh. Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit
23
dibedakan menjadi granuler meliputi basofil, eosinofil, dan neutrofil serta agranuler
meliputi limfosit dan monosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hitung jenis leukosit dinyatakan dalam persen atau /mmk (jumlah absolut). Untuk
mendapatkan jumlah absolute dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).
24
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee.2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem-edisi 6.Jakarta: EGC.
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. 1983. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin.
Jakarta:Cermin Dunia Kedokteran
Gandasoerbrata, R. 2009. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Sutedjo, AY. 2008. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta:
Amara Books
Tim Patologi Klinik FK-UNSOED. 2006. Buku Petunjuk Praktikum Patologi Klinik. Laboratorium PK FK-UNSOED.
25