(ferina) skenario a blok 26 kel.b2
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
ANALISIS MASALAH
TUTORIAL SKENARIO A BLOK 26
Disusun oleh :
Nama: Ferina Auliasari Pohan
NIM: 04111401083
Tutor :dr. Iskandar Z Ansori, DTM&H DAPK.,M.Kes.,SpParK
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing yang telah
membimbing tutorial di blok 26 ini sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan sangat baik.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, yang
telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial di blok 26 ini hingga selesai.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan
berikutnya. Semoga laporan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi para pembaca laporan ini.
Palembang, 18 Agustus 2014
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………...2
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..….. 3
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...4
1.2 Maksud dan Tujuan………………………………………………..….4
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial…………………………………………………………..5
2.2 Skenario Kasus …………………………………………………….....6
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah. . ...........………………………………….....7
II. Identifikasi Masalah...........…………………………………..8
III. Analisis Masalah ...............................……………………......9
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Infeksi Tropis merupakan blok 26 pada semester 7 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang
diberikan mengenai Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun mengalami demam, mimisan, dan
syok hipovolemi akibat menderita DBD derajat III.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK
di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr.
Moderator : Ferina Auliasari Pohan
Sekretaris Papan : Rahnowi Pradesta
Sekretaris Meja : Satria Marrantiza
Hari, Tanggal : Senin, 18 Agustus 2014
Rabu, 20 Agustus 2014
Rule Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif)
3. Dilarang makan dan minum
5
2.2 Skenario A Blok 26 Tahun 2014
Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya karena kaki dan tangannya terasa
dingin seperti es. Empat hari yang lalu Budi demam tinggi terus menerus, tidak mengigil disertai
sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil
seperti biasa. Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar kemudian naik lagi.
Satu hari yang lalu panas mula-mula disertai mimisan. Sejak 6 jam yang lalu pasien tidak buang air
kecil disertai kaki dan tangan teraba dingin seperti es.
Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
Pemriksaan fisik :
Keadaan umum :gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi:Filiformis, RR: 36X/menit, T: 36,2 C, BB
:15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test: (+)
Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung(-)
Thorak: simetris, dyspnea(-), jantung: bunyijantung I-II norma, bisingjantung(-), iramaderap(-), Paru:
suara napas vesikuler, kiri=kanan, wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hatiteraba 2cm di bawaharcus costae, lien tidakteraba, BU(+) normal
Ekstremitas: akraldingin, capillary refill time 4’’
Pemeriksaan lab:
Hb: 12 g/dl. Ht:45vol% Lekosit: 2800mm3Trombsit: 45000/mm3
6
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1. Demam tinggi terus-menerus:
2. Menggigil: adalah getaran tubuh untuk menghilangkan kedinginan
3. Mimisan: pendarahan dari hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil yg terletak
di bagian anterior septum nasal kartilagonosa
4. Delirium: ganguan mental yg berlangsung singkat, biasanya mencerminkan keadaan
keracunan, biasanya ditandai dengan ilusi, halusinasi, delusi, kegirangan, kegelisahan,
gangguan memori, dan Inkoherence
5. Filiformis: pembuluh darah yg berbentuk benang-benang kecil karena kurangnya aliran darah
ke perifer.
6. Rumple leede test: pemeriksaan yg dilakukan untuk menguji keadaan atau kerapuhan dinding
pembuluh darah dan trombosit.
7. Dyspnea: pernapasan yang sukar atau sesak
8. Bu (bisingusus):
9. Akraldingin: ujung jari kaki dan tangan teraba dingin seperti es
10. Capillary refill time: test yang dilakukan cepat pada daerah kuku untuk memonitor dehidrasi
dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi)
7
II. Identifikasi Masalah
1. Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya karena kaki dan tangannya
terasa dingin seperti es.
2. Empat hari yang lalu Budi demam tinggi terus menerus, tidak mengigil disertai sakit kepala,
pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti
biasa. Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar kemudian naik
lagi.
3. Satu hari yang lalu panas mula-mula disertai mimisan.
4. Sejak 6 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai kaki dan tangan teraba dingin
seperti es.
5. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
6. Pemriksaan fisik :
Keadaan umum :gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi:Filiformis, RR: 36X/menit, T:
36,2 C, BB :15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test: (+)
7. Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung(-)
Thorak: simetris, dyspnea(-), jantung: bunyijantung I-II norma, bisingjantung(-),
iramaderap(-), Paru: suara napas vesikuler, kiri=kanan, wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hatiteraba 2cm di bawaharcus costae, lien tidakteraba, BU(+) normal
Ekstremitas: akraldingin, capillary refill time 4’’
8. Pemeriksaan lab:
Hb: 12 g/dl. Ht:45vol% Lekosit: 2800mm3Trombsit: 45000/mm3
8
III. Analisis Masalah
1. Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya karena kaki dan tangannya terasa
dingin seperti es.
a. Makna klinis kaki dan tangannya terasa dingin seperti es? (randi, juli, nano)
Telah terjadinya syok hipovolemi.
b. Mekanisme kaki dan tangan terasa dingin seperti es? (satria, janeva, randi)
c. Apa hubungan usia dengan kasus ini? (crv, satria, anna)
Usia yang terkena paling banyak adalah pada usia <12 tahun.
2. Empat hari yang lalu Budi demam tinggi terus menerus, tidak mengigil disertai sakit kepala,
pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti
biasa. Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar kemudian naik lagi.
a. Apa saja tipe-tipe demam? Dan termasuk demam apakah pada kasus ini? (citra, ferin,
crv)
Pola Demam:
9
-Demam Kontinyu yaitu demam yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam.
Perubahan kala malam dari suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan. Terjadi pada Demam
tifoid (durasi lebih dari 7 hari, mual,muntah, lidah kotor, gangguan pencernaan) dan Malaria
Falciparum Malignan ( Riwayat bepergian daerah endemis, menggigil, reaksi perdarahan ).
-Demam Remiten yaitu demam dengan penurunan suhu tiap siang hari tetapi tidak mencapai
normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering
ditemukan dalam praktek pediatri (anak-anak) dan belum spesifik untuk penyakit tertentu namun
menggambarkan proses infeksi, penegakan diagnosa dilakukan sampai dengan durasi hari ke-3. Terjadi
pada Infeksi Saluran Kemih (nyeri/rasa tidak tuntas saat BAK), Infeksi Saluran Nafas Atas (pilek,
batuk, penyumbatan saluran nafas), Otitis Media (nyeri telinga, keluar cairan), Tonsilitis Faringitis &
Laryngitis (nyeri telan, suara serau), Stomatitis Herpetika (radang pada rongga mulut), Demam Paska
Imunisasi.
- Demam Intermiten yaitu demam dimana suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi
hari, dan puncaknya pada siang hari. Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di
praktek klinis. Terjadi pada Malaria, Limfoma (kelainan kelenjar getah bening), Endokarditis
(peradangan otot jantung).
- Demam Bifasik yaitu demam dengan 2 episode yang berbeda (pelana kuda/ saddleback fever),
demam pertama dengan durasi 2-3 hari, kemudian turun sampai dengan hari ke-5, kemudian demam lagi
bahkan kenaikan suhu bisa lebih tinggi. Contoh klasik dari pola demam ini yaitu Demam Dengue
(Demam berdarah, dengan tanda-tanda perdarahan di gusi, hidung, dan ruam kulit), Demam Kuning
(warna kuning pada sclera mata), Poliomielitis (lumpuh layu), Cikungunya (nyeri sendi, dan lesi kulit
bentuk koin), serta Leptospirosis (berasal dari tikus, bangkai, menyerang sistem syaraf pusat).
b. Bagaimana makna klinis dari keluhan budi 4 hari yang lalu dengan keluhan sekarang? (eliya,
citra, tri indah)
10
c. Bagaimana etiologi dan mekanisme dari demam tinggi terus-menerus dan tidak menggigil?
(juli, eliya, nano)
- Substansi penyebab demam adalah pirogen, terdiri dari:
Pirogen eksogen → berasal dari luar tubuh → bakteri, virus, parasit.
Pirogen endogen → berasal dari dalam tubuh → sitokin, IL-1, IL-6, TNF-α.
- Pemicu reaksi demam → infeksi dan produk-produk infeksi yang akan merangsang sel-sel
makrofag, monosit, limfosit dan endotel → IL-1, IL-6, TNF-α.
Berikatan dengan reseptornya di hipotalamus → aktivasi fosfolipase A2 melepaskan asam
arakhidonat, kemudian oleh enzim COX2 diubah menjadi PGE2 → suhu ↑
d. Apa makna klinis tidak ada batuk dan pilek serta BAB dan BAK seperti biasa? (janeva, juli,
randi)
e. Mengapa sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar kemudian naik lagi? (
anna, janeva, satria)
Demam pada infeksi virus Dengue memiliki pola yang khas. Demam tinggi pada hari ke-1
hingga hari ke-3, kemudian turun pada hari ke-4 dan ke-5, namun kembali naik pada hari ke-
6 hingga infeksi virus selesai. Namun saat panas mulai turun sebenarnya adalah saat kritis
11
bagi penderita. Pada waktu itulah biasanya terjadi komplikasi perdarahan ataupun
pengeluaran komponen cairan darah ke jaringan.
Pada tiga hari pertama, bila penderita diberi obat penurun panas maka demam akan turun
untuk sesaat, tetapi kemudian akan naik kembali. Oleh karena itu, bila terdapat demam 3 hari
tanpa perbaikan meski sudah diberi obat, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
darah.
Pada kasus DBD ini biasanya demam terjadi selama 2-7 hari dengan 2-3 hari ada masa kritis.
Masa kritis ini di mana demam tidak tampak lagi atau demam turun namun bukan
dikarenakan pasien tersebut telah sembuh tapi saat pasien tidak mendapatkan penanangan
yang adekuat, pada masa inilah disebut masa kritis.
3. Satu hari yang lalu panas mula-mula disertai mimisan.
a. Etiologi dan mekanisme mimisan pada kasus ini? (crv, ferin, anna)
Trombosit adalah salah satu komponen darah yang berfungsi untuk menghentikan
perdarahan. Pada demam berdarah dengue terjadi penurunan trombosit akibatnya bila terjadi
perdarahan akan sulit berhenti. Mekanisme terjadinya penurunan trombosit pada DBD belum
diketahui dengan pasti diduga karena terjadi kerusakan trombosit karena virus dengue.
b. Apa makna klinis panas mulai turun dan disertai mimisan satu hari yang lalu? (tri,
citra, ferin)
Demam pada infeksi virus Dengue memiliki pola yang khas. Demam tinggi pada hari ke-1
hingga hari ke-3, kemudian turun pada hari ke-4 dan ke-5, namun kembali naik pada hari ke-
6 hingga infeksi virus selesai. Namun saat panas mulai turun sebenarnya adalah saat kritis
bagi penderita. Pada waktu itulah biasanya terjadi komplikasi perdarahan ataupun
pengeluaran komponen cairan darah ke jaringan.
Pada tiga hari pertama, bila penderita diberi obat penurun panas maka demam akan turun
untuk sesaat, tetapi kemudian akan naik kembali. Oleh karena itu, bila terdapat demam 3 hari
tanpa perbaikan meski sudah diberi obat, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
darah.
Karakteristik sakit kepala juga cukup khas yaitu sakit di daerah belakang bola mata. Beberapa
penderita mengeluhkan sensasi pegal pada bola mata. Gejala mual, muntah, dan nyeri ulu hati
pada infeksi virus Dengue biasanya ringan. Ini salah satu yang membedakan infeksi virus
Dengue dengan demam tifus di mana pada tifus keluhan mual, muntah, dan nyeri ulu hati
lebih berat.
12
Pada kasus DBD ini biasanya demam terjadi selama 2-7 hari dengan 2-3 hari ada masa kritis.
Masa kritis ini di mana demam tidak tampak lagi atau demam turun namun bukan
dikarenakan pasien tersebut telah sembuh tapi saat pasien tidak mendapatkan penanangan
yang adekuat, pada masa inilah disebut masa kritis.
Turun panas pada demam dengue menandakan bahwa telah berada pada keadaan syok.
Mimisan merupakan demam dengue derajat II dan pada kasus ini menandakan bahwa budi
telah melewati derajat II dan masuk pada demam dengue derajat III.
4. Sejak 6 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai kaki dan tangan teraba dingin seperti
es.
a. Apa makna klinis tidak buang air kecil disertai kaki dan tangan terasa dingin seperti es sejak
6 jam yang lalu? (eliya, tri, nano)
Telah terjadi hipovolemi.
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut
menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air
sehingga terjadi hipovolemi.
5. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
a. Apa makna klinis riwayat mimisan disangkal? (randi, juli, nano)
6. Pemriksaan fisik :
Keadaan umum :gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi:Filiformis, RR: 36X/menit, T: 36,2 C,
BB :15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test: (+)
a. Intepretasi Pemeriksaan fisik ? (satria, janeva, randi)
b. Mekanisme abnormal pemeriksaan fisik? (crv, satria, anna)
TD 70/50 mmHg : hipotensi
Mekanisme abnormal : peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah pada
kebocoran plasma ke dalam ruang ekstra vaskuler, sehingga akan menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
RR : 36x/menit takipneu
13
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut
menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air
sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas
dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun
antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi
trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi
hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga
disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan
hypoxia jaringan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya sesak nafas pada pasien.
c. Bagaimana cara pemeriksaan Rumple leede test? (crv, citra, ferin)
Cara Kerja :
Terangkan pada pasien tentang tujuan tes RL dan prosedurnya.
1. Buatlah lingkaran (pakai spidol), pada lengan volar lengan bawah.
Radius 3 cm
Titik pusat terletak 2 cm di bawah garis lipatan siku
2. Pasang manset tensimeter pada lengan atas.
Carilah Tekanan Sistole (TS) dan Tekanan Diastole (TD) padan lengan volar lengan
bawah. Pompa sfigmomanometer sampai tekanan antara sistolik dan diastolik (100
mmHg) yaitu di atas tekanan vena tapi kurang dari tekanan arteri sehingga darah dari
jantung ke perifer tetap jalan. Pertahankan selama 10 menit (jika test ini dilakukan
sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit sudah mencukupi).Jika tekanan Sistolik < 100
mmHg, buatlah tekanan sebesar ½ (TS+TD) pertahankan tekanan ini selama 5 menit.(3-
5-10 menit).
3. Lepaskan ikatan sfigmomanometer dan tunggu sampai tanda stasis darah lenyap.
Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung sama dengan
warna kulit lengan yang disebelahnya. Perhatikan timbulnya peteki(bintik-bintik merah)
pada lengan bawah di daerah kulit lipatan siku di bawah bebatan.(pada lengan bawah
sepertiga bagian proksimal medial)
14
4. Setelah tes, buka-tutup tangan beberapa saat sampai sirkulasi lengan kembali normal.
Peteki: ialah manifestasi perdarahan yang sering ditemukan, biasanya muncul pada hari
pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari.
Nilai Rujuk :
• < 10 peteki dinyatakan negative atau normal
• 20 dinyatakan abnormal
• 10-20 dinyatakan dubia
Atau :
Scale for reporting number of petechiae:
0 to 10 = 1+
10 to 20 = 2+
20 to 50 = 3+
50 or more = 4+
Tes ini cara awal paling sederhana bila suatu demam dicurigai sebagai infeksi dengue.
Dikenal sebagai cara Tes Rumpel Leed.
7. Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung(-)
Thorak: simetris, dyspnea(-), jantung: bunyijantung I-II norma, bisingjantung(-), iramaderap(-),
Paru: suara napas vesikuler, kiri=kanan, wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hatiteraba 2cm di bawaharcus costae, lien tidakteraba, BU(+) normal
Ekstremitas: akraldingin, capillary refill time 4’’
a. Intepretasi pemeriksaan keadaan spesifik? (citra, eliya, tri)
b. Mekanisme abnormal keadaan spesifik ? (eliya, juli, nano)
8. Pemeriksaan lab:
Hb: 12 g/dl. Ht:45vol% Lekosit: 2800mm3Trombsit: 45000/mm3
a. Intepretasi pemeriksaan lab? (janeva, juli, randi)
b. Mekanisme abnormal pemeriksaan lab? (anna, janeva, tri)
Ht: 45% vol = menurun
15
Mekanisme: peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma
ke dalam ruang ekstra vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat yang
diikuti efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan
mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat dan menimbulkan penurunan
hematocrit
Leukosit 2800/mm3 : leukopenia
Mekanisme: perubahan imunologi seluler karena adanya virus yang selalu bereplikasi
terkhususnya virus dengue. Hal ini memberikan respon terhadap sistem imun seluler untuk
melawan virus yang lama kelamaan akan mengakibatkan leukopenia.
Trombosit 45.000/mm3 : trombositopenia
Mekanisme: virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan mengalami agregrasi yaitu
proses menempelnya virus dengue terhadap trombosit. Proses ini secara bersamaan akan
mengakibatan fagositosis oleh monosit ataupun makrofag yang di mana keadaan yang akut
maupun kronik dapat menimbulkan trombositopenia dan memudahkan terjadinya
perdarahan.
9. Diagnosis banding? (ferin, crv, anna)
Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis dengan demam
tiroid, campak, influenza, chikungunya dan leptospirosis.
10. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang lainnya yang
dibutuhkan? (tri, ferin, citra)
1. Klinis
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
o uji bendung positif
16
o petekie, ekimosis, purpura
o perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o hematemesis dan atau melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg),
hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time
memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium
Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai
berikut:
o Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
o Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan
hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi
perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto
rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah
kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. (WHO, 2006)
3. Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :
a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya manifestasi
perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.
b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan spontan juga terjadi,
biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan lainnya.
17
c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.
d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi yang
tidak terdeteksi.
Diagnosis Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat penting untuk memastikan diagnosis infeksi dengue,
meliputi :
1. Pengumpulan Spesimen
Salah satu aspek yang esensial untuk diagnosis laboratorium adalah pengumpulan, pegolahan,
penyimpanan, dan pengantaran spesimen.
Spesimen S1 adalah sampel darah yang diambil pada stadium akut atau secepatnya setelah onset
penyakit atau segera setelah masuk rumah sakit. Spesimen S2 adalah sampel darah yang diambil
pada waktu penderita akan meninggalkan rumah sakit atau secepatnya sebelum meninggal.
Spesimen S3 adalah sampel darah yang diambil 2-3 minggu setelah spesimen akut. Waktu antara
yang paling baik untuk pengambilan spesimen akut dan kovalesen adalah 10 hari.
Untuk pemeriksaan serologi pengumpulan spesimen darah dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. dengan menggunakan kertas saring (filter paper khusus).
Darah diteteskan pada kertas saring sampai jenuh, bolak-balik sehingga seluruh permukaan filter
paper terisi darah rata. Darah dapat dari pembuluh vena dapat pula darah dari ujung jari (ujung
jari ditusuk). Kertas saring yang berisi darah dibiarkan kering pada temperatur kamar. Jangan
dikeringkan dengan panas sinar matahari atau yang lainnya. Kertas saring yang berisi darah yang
telah kering disimpan dalam tempat yang kering pada suhu kamar tidak lebih dari 3 bulan.
Kirimkan dalam amplop atau kantong plastik ke laboratorium secepatnya sebelum waktu 3 bulan
tersebut.
b. dengan serum
darah diambil secara asepsis dengan menggunakan semprit. Serum dipisahkan dengan diputar
1500-2000 putaran sekitar 10-15 menit. Serum yang terpisah dipindahkan dalam botol kecil
dengan menggunakan pipet Pasteur. Serum tersebut disimpan pada suhu -200C sebelum dikirim
ke laboratorium.
18
2. Isolasi Virus
Isolasi sebagian besar strain virus dengue dari spesimen klinis dapat dilakukan pada sebagian
besar kasus asalkan sampel diambil dalam beberapa hari pertama sakit dan langsung diproses
tanpa penundaan. Spesimen yang mungkin sesuai untuk isolasi virus diantaranya serum fase akut
dari pasien, autopsi jaringan dari kasus fatal, terutama dari hati, limpa, nodus limfe.
3. Uji Serologis
Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI) merupakan salah satu pemeriksaaan serologi untuk penderita
DBD dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada pemeriksaan serologi penderita DBD
dibandingkan pemeriksaan serologi lainnya seperti ELISA, uji komplemen fikasi, uji netralisasi,
dan sebagainya. Apapun jenis uji yang dilakukan, konfirmasi serologis sudah pasti bergantung
pada kenaikan yang signifikan (4 kali lipat atau lebih) pada antibodi spesifik dalam sampel serum
diantara fase akut dan fase pemulihan. Kumpulan antigen untuk sebagian besar uji serologis ini
harus mencakup keempat serotipe dengue.
11. Diagnosis kerja ? (nano, satria, eliya)
Budi seorang anak laki-laki 3 tahun, mengalami demam, epistaksis, syok hipovolemik, akibat
menderita DBD derajat III.
12. Penatalaksanaan pada kasus? (randi, juli, nano)
19
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini
dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara
bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–
48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya
(maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30
ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi
melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap
diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
20
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak
kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu
sedikit.
Perlu diperhatikan:
Jangan berikan steroid
Jika terjadi kejang, tangani hal ini seperti yang tercantum pada bagan 9.
Jika anak tidak sadar, ikuti pedoman dalam bagan 6 dan bab 1.
Jika timbul hipoglikemia berikan glukosa intravena seperti bagan 10.
Jika terdapat gangguan fungsi hati yang berat, segera rujuk.
Pemantauan
Untuk anak dengan syok: Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam (terutama
tekanan nadi) hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6 jam. Dokter harus
mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.
Untuk anak tanpa syok: Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan, denyut nadi dan
tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit minimal sekali sehari.
Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar. Jika terdapat tanda berikut: syok berulang,
syok berkepanjangan, ensefalopati, perdarahan hebat, gagal hati akut, gagal ginjal akut, edem
paru dan gagal napas, segera rujuk.
13. Komplikasi pada kasus? (satria, janeva)
Ensefalopati dengue
Gagal ginjal akut
Edema paru akut
Komplikasi yang sering dijumpai pada DBD dan DSS adalah gangguan keseimbangan elektrolit
(misalnya: hiponatremia, hipokalsemia) dan overhidrasi yang dapat menimbulkan edema paru
akut dan/atau gagal jantung kongestif yang berakhir dengan gagal napas dan kematian.2
Ensefalopati dan perdarahan saluran cerna juga cukup sering terjadi pada penderita dengan DSS.
14. Prognosis pada kasus? (crv, anna)
Quo Ad vitam : Ad bonam
21
Quo Ad functionam : Ad bonam
15. Konseling pada kasus tentang kebersihan lingkungan? (citra, ferin)
Langkah Umum untuk Mencegah Penyakit yang disebarkan oleh Nyamuk
4M ( menguras, menutup, mengubur, memantau)
Memberikan ikan di kolam air
Memberikan ABATE untuk memberantas jentik nyamuk
Obat nyamuk semprot dan oles
Fogging/ pengasapan
16. SKDI ? (Eliya, tri)
Syok hipovolemik 3B
22
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun mengalami demam, mimisan, dan syok
hipovolemi akibat menderita DBD derajat III
23
Daftar Pustaka
http://pkugombong.blogspot.com/2009/02/demam-berdarah-dengue.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf
http://www.kerjanya.net/faq/4777-demam-berdarah-dengue.html
http://www.hi-lab.co.id/index.php/our-advice/130-demam
http://nizarmd.wordpress.com/2010/06/27/demam-berdarah-dengue/
24