evrog diare

56
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut World Health Organisation (WHO), di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari dua tahun. Rata-rata anak usia kurang dari tiga tahun di negara berkembang mengalami episode diare tiga kali dalam setahun. 1 Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang banyak penderitanya, bahkan di beberapa daerah dengan kondisi tertentu dapat timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) dan disertai angka kematian yang tinggi. 2,3 Kematian diare pada anak balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (hasil SKRT, 2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor satu pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (hasil Riskesdes, 2007). Walaupun angka kematian karena diare telah menurun, namun angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 1

Upload: rucmanaaga

Post on 15-Feb-2016

254 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Page 1: Evrog Diare

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke

tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian

kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut World Health Organisation

(WHO), di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita

meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari dua tahun.

Rata-rata anak usia kurang dari tiga tahun di negara berkembang mengalami episode diare

tiga kali dalam setahun.1

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang banyak penderitanya,

bahkan di beberapa daerah dengan kondisi tertentu dapat timbul dalam bentuk Kejadian

Luar Biasa (KLB) dan disertai angka kematian yang tinggi.2,3 Kematian diare pada anak

balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur

(hasil SKRT, 2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada

semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab

kematian nomor satu pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (hasil

Riskesdes, 2007). Walaupun angka kematian karena diare telah menurun, namun angka

kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Di

Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun

(Depkes, 2003).Hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare semua umur pada tahun

2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423 per 1000 penduduk, dan

pada tahun 2010 adalah 411 per 1000 penduduk.1,2

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air

besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali atau lebih

selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja daripada

frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak

disebut sebagai diare. Diare paling sering menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 2

tahun. Penyebab diare antara lain infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau infeksi

parasit, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi. Virus penyebab utama diare

adalah Rotavirusdan Adenovirus yang merupakan agen etiologi sebanyak 70% kasus diare

akut pada anak-anak sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%.1,2

1

Page 2: Evrog Diare

Penyakit diare merupakan salah satu dari penyakit yang dikenal sebagai Water

Borne Disease.1,3,4 Penggunaan sumber air bersih yang masih rendah mengakibatkan

pajanan masyarakat terhadap sumber air yang tercemar masih tetap tinggi. Selain itu,

pencemaran sumber air juga diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk

berperilaku hidup yang bersih dan sehat misalnya masyarakat masih tidak menggunakan

jamban sehat dan masih bergantung pada air sungai untuk kegiatan sehari-hari.4 Selain

sanitasi perorangan dan lingkungan yang buruk, terdapat juga faktor lain seperti keadaan

gizi, kependudukan, pendidikan, dan keadaan sosio-ekonomi.1,5,6

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di

rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan angka kematian karena diare

perlu tatalaksana yang cepat dan tepat. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau

menghentikan diare dan mencegah angka kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara

untuk mengobati diare, untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah

Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yaitu rehidrasi menggunakan cairan oralit

osmolaritas rendah, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI

dan makanan, antibiotik selektif, dan nasihat kepada orang tua atau pengasuh.1

Pada tingkat provinsi Jawa Barat, diare masih merupakan penyakit yang berpotensial

wabah. Diperkirakan kasus diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus setiap tahunnya.

Untuk mengatasinya pemerintah telah mengembangkan program pemberantasan penyakit

diare dan mewajibkan semua puskesmas menjalankan program tersebut. Pada tingkat

Kabupaten Karawang, penemuan penderita diare pada tahun 2010 meningkat menjadi

79.522 orang dibandingkan tahun 2009 yaitu 73.857 orang. Diare termasuk dalam 10

besar penyakit yang ditemukan di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Batu

Jaya. Oleh karena masih banyaknya penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Batu jaya, maka diperlukan evaluasi terhadap keberhasilan “Progam

Pengendalian Penyakit Diare” di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012

sampai dengan Desember 2012.2,7

2

Page 3: Evrog Diare

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Diare masih merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan

tertinggi pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari lima tahun (balita)

dan merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur

dalam kelompok penyakit menular.

1.2.2 Berdasarkan hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare pada semua umur

meningkat dari tahun ke tahun dan ditemukan pada tahun 2010 angka kesakitan

diare semua umur adalah 411 per 1000 penduduk.

1.2.3 Penyebab utama diare adalah Rotavirus dan Adenovirus yang merupakan agen

etiologi sebanyak 70% kasus diare akut pada anak-anak sedangkan infeksi karena

bakteri hanya 8,4%.

1.2.4 Masyarakat di Indonesia masih belum sepenuhnya menerapkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat.

1.2.5 Masih tingginya kasus diare pada Puskesmas yang berada di Provinsi Jawa Barat,

yaitu 150.000 kasus setiap tahunnya dan di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya

termasuk 10 penyakit terbanyak di Balai Pengobatan Umum.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keberhasilan program pengendalian penyakit diare dan

masalah yang ditemukan serta terselesainya masalah yang ada pada perlaksanaan

Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1Diketahuinya cakupan penemuan kasus diare secara pasif di Puskesmas

Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2.2Diketahuinya penegakan diagnosis penyakit diare di Puskesmas Kecamatan

Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2.3Diketahuinya cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di

Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan

Desember 2012.

3

Page 4: Evrog Diare

1.3.2.4Diketahuinya cakupan surveilans diare di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya

periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2.5Diketahuinya cakupan distribusi logistik oralit, zink, dan antibiotik di

Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan

Desember 2012.

1.3.2.6Diketahuinya cakupan kegiatan pojok oralit di Puskesmas Kecamatan Batu

Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2.7Diketahui pelatihan para kader khusus penanganan diare di Puskesmas

Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2.8Diketahuinya cakupan frekuensi penyuluhan perorangan atau kelompok yang

dilaksanakan ditujukan kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) dan tentang diare di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya

periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2.9Diketahuinya data-data mengenai angka kesakitan dan kematian diare, angka

pengobatan diare, data demografi dan data geografi di Puskesmas Kecamatan

Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2.10 Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kecamatan

Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.4 Manfaat Evaluasi

1.4.1 Bagi Evaluator

1.4.1.1Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan

membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.

1.4.1.2Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program

pemberantasan penyakit diare di Puskesmas di wilayah kerjanya.

1.4.1.3Mengembangkan kemampuan minat dan bakat dalam mengevaluasi program

Puskesmas dan berpikir secara ilmiah.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi

1.4.2.1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,

penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.

1.4.2.1Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di

bidang kesehatan.

4

Page 5: Evrog Diare

1.4.3 Bagi Puskesmas

1.4.3.1Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas dan

pemecahan masalahnya.

1.4.3.2Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat khususnya pada program pemberantasan diare.

1.4.4 Bagi Masyarakat

1.4.4.1Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Puskesmas.

1.4.4.2Memperoleh pelayanan dan pembinaan mengenai program pemberantasan

penyakit diare sehingga meningkatkan peran serta masyarakat dan ikut

melaksanakan program pemberantasan penyakit diare.

1.4.4.3Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang diare

1.5 Sasaran

Seluruh penduduk dari semua golongan umur di wilayah kerja Puskesmas Batu Jaya

periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

5

Page 6: Evrog Diare

Bab II

Materi dan Metoda

2.1 Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan puskesmas

mengenai Program Pengendalian Penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 yang terdiri dari:

1) Penemuan kasus penderita diare secara pasif.

2) Penentuan diagnosis.

3) Pengobatan kasus diare.

4) Surveilans diare

5) Distribusi logistik.

6) Penyuluhan baik perorangan dan kelompok.

7) Pelatihan kader.

8) Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral).

9) Pencatatan dan pelaporan.

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan, pengolahan,

analisis, dan intepretasi data yang didapatkan di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan

melakukan pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan

pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada program pengendalian penyakit diare

kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah yang ditemukan berdasarkan

penyebab dari masing-masing unsur keluaran pada pendekatan sistem.

6

Page 7: Evrog Diare

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1 Pendekatan Sistem

Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling berhubungan

Gambar di atas menerangkan sistem menurut Ryan. Sistem adalah gabungan dari

elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi

sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :

3.1.1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metode (method),

yang dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem.

3.1.2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan

(actuating), dan pemantauan (controlling), yang berfungsi untuk mengubah masukan

menjadi keluaran yang direncanakan.

3.1.3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem.

3.1.4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan

keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam sistem tersebut.

3.1.5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2 Tolok Ukur Keberhasilan

Tolak ukur keberhasilan terdiri atas variabel-variabel yaitu masukan, proses, keluaran,

umpan balik, lingkungan, dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang

harus dicapai dalam Program Pengendalian Penyakit Diare. (Lampiran I).

7

Page 8: Evrog Diare

Bab IV

Penyajian Data

4.1 Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari:

4.1.1. Profil UPTD Puskesmas Batu Jaya tahun 2012.

4.1.2. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Batu Jaya Kecamatan Karawang Barat tahun

2012.

4.1.3. Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai

dengan Desember 2012.

4.1.4. Data Monografi Puskesmas Batu Jaya tahun 2012.

4.2. Data Umum

4.2.1.Data Geografi (Lampiran II Tabel 1):

4.2.1.1. UPTD Puskesmas Batu Jaya terletak di desa Batu Jaya Kecamatan Batu Jaya

Kabupaten Karawang, dengan berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Batu

Jaya dan +40 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan

waktu tempuh +100menit menggunakan roda empat.

4.2.1.2. Luas wilayah 8138,139 Ha, yang terdiri dari 10 desa, 45 Dusun, 45 RW dan

135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas Batu Jaya dengan

waktu tempuh 20 menit dengan roda dua dan 30 menit dengan roda empat.

4.2.1.3. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batu Jaya adalah berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Tirta Jaya

Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Kabupaten Bekasi

Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Medangasem

Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pakis Jaya

8

Page 9: Evrog Diare

4.2.2. Data Demografi (lampiran II Table 1,2 dan 3) :

4.2.2.1. Jumlah penduduk di Kecamatan Batu Jaya tahun 2012 adalah 85.451 jiwa.

4.2.2.2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin : laki-laki 42.447 jiwa dan

perempuan 43.004 jiwa dengan jumlah rumah sebanyak 24.714 rumah dari

27.714 kepala keluarga.

4.2.2.3. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Batu Jaya berjumlah 37.710 orang

(49.5 %).

4.2.2.4. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Batu Jaya terbanyak adalah

sekolah menengah pertama, berjumlah 12.381 orang (32,41%).

4.2.2.5. Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Batu Jaya adalah buruh tani,

berjumlah 26.058 orang (30.1%).

4.2.3 Data fasilitas pelayanan kesehatan (Lampiran II Tabel 4)

4.2.3.1. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Batu Jaya, Kabupaten Karawang antara lain: 2 Pustu, 5 Polindes

plus, 2 Poskesdes, 9 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 52

Posyandu, 1 Balai Pengobatan 24 jam, 3 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter

Umum: 2, Perawat: 4, Bidan: 5), 1 laboratorium, tidak terdapat Toko Obat

dan 2 Apotek.

4.3 Data Khusus

4.3.1. Masukan (input)

4.3.1.1. Tenaga

Dokter umum : 2 orang

Bidan : 5 orang

Perawat : 4 orang

Koordinator P2M : 1 orang

Petugas laboratorium : 1 orang

Petugas gizi : 1 orang

Petugas administrasi : 1 orang

Kader : 1 orang/posyandu

Farmasi : 3 orang

9

Page 10: Evrog Diare

4.3.1.2. Dana

APBD : Tersedia

Dana retribusi : Tersedia

4.3.1.3. Sarana di Puskesmas

4.3.1.3.1. Sarana Medis

Stetoskop : 2 buah

Tensimeter : 3 buah

Termometer : 1 buah

Lampu senter : 1 buah

Timbangan berat badan bayi : 1 buah

Timbangan berat berdiri : 1 buah

Antibiotik

Kotrimoksasol : cukup

Amoksisilin : cukup

Kloramfenikol : cukup

Tetracycline : cukup

Ampisilin : cukup

Erythromycin : cukup

Obat diare dan antispasmodik

Diaform : cukup

Papaverin : cukup

Oralit

Kebutuhan oralit : kurang

Zinc : cukup

Cairan infus (NaCl, RL, D5%) : cukup

4.3.1.3.2. Sarana Non medis

Ruang pendaftaran : 1 ruangan

Ruang tunggu : 1 ruangan

Ruang periksa : 1 ruangan

Ruang obat : 1 ruangan

Pojok oralit : tidak ada

Alat penyuluhan : lengkap

10

Page 11: Evrog Diare

SOP penatalaksanaan diare : ada

Lemari obat : 1 buah

Tempat penyimpanan vaksin : 1 buah

Tempat tidur pemeriksaan : 1 buah

Meja : 2 buah

Kursi : cukup

Kartu, status, alat tulis : cukup

Tempat sampah medis : cukup

Tempat sampah non medis : cukup

Toilet, wastafel, sabun : cukup

4.3.1.4. Metoda

4.3.1.4.1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif

Penemuan kasus diare sesuai SOP oleh dokter, perawat dan kader

terlatih sewaktu penderita diare datang berobat di Balai

Pengobatan Umum (BPU) setiap hari kerja, yaitu Senin-Sabtu

pukul 08.00-12.00 WIB.

4.3.1.4.2. Penetapan diagnosis

Penetapan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan di BPU sesuai Standar

Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan SOP seseorang

dinyatakan diare apabila buang air besar cair dengan frekuensi

tiga kali atau lebih dalam sehari dengan konsistensi tinja lembek

atau cair. (lampiran VII tabel 1)

4.3.1.4.3. Pengobatan kasus diare

Pengobatan kasus diare dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP

mengenai penanganan diare setiap hari kerja, yaitu sebagai

berikut :

- Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A)

- Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang (Rencana

Terapi B)

- Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)

Keterangan : Rencana Terapi A,B,C; tanda-tanda dehidrasi,

terdapat pada lampiran VII.

11

Page 12: Evrog Diare

4.3.1.4.4. Surveilans diare

Pengumpulan data atau informasi untuk menentukan tindakan

atau pengumpulan data epidemiologi diare secara terus

menerus dan dilakukan analisa secara langsung untuk

menentukan cara penyelesaian secara cepat dan tepat.

Data dikumpulkan dari laporan rutin harian yang dilakukan

oleh Puskesmas melalui SP2TP (laporan Bulanan) dan W2

(Laporan mingguan).

Dilaporkan ke Dinas Kesehatan pada tanggal 5 tiap bulannya

dalam bentuk laporan bulanan.

4.3.1.4.5. Distribusi logistik

Terpenuhinya kebutuhan oralit tiap penderita diare di

Puskesmas 6 sachet per penderita

Tersedia antibiotik, obat anti diare, tablet zink 20mg, cairan

infus, dan antibiotik di Puskesmas.

Adalah tersedia oralit 200 ml yang harus ada minimal 10

sachet/kader.

4.3.1.4.6. Penyuluhan baik perorangan maupun kelompok mengenai PHBS

Rumah Tangga dan Diare.

Penyuluhan perorangan : Penyuluhan perorangan yang

diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada setiap

penderita diare yang datang berobat di BPU Puskesmas melalui

pemberian informasi mengenai PHBS Rumah Tangga dan

Diare secara singkat.

Penyuluhan kelompok : Penyuluhan kelompok yang diberikan

oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada masyarakat dan ibu-

ibu di Posyandu setiap bulan dengan cara ceramah dan diskusi

mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah

Tangga dan Diare.

12

Page 13: Evrog Diare

4.3.1.4.7. Pelatihan kader

Pelatihan kader mengenai penanganan diare melalui kegiatan

penataran Kader Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan untuk meningkatkan kemampuan para kader dalam

mengatasi secara dini penderita diare.

4.3.1.4.8. Pojok Oralit / Upaya Rehidrasi Oral (URO)

Suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan

1-2 meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat

mempromosikan usaha rehidrasi oral (URO). Bila seseorang

memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi

dibantu oleh ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum

oralit selama waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh petugas

kesehatan setiap hari kerja. Adanya penjadwalan petugas

kesehatan di pojok URO. (Lampiran VI)

4.3.1.4.9. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan : Register pasien yang datang berobat ke puskesmas

kemudian hasil penemuan kasus diare dicatat dalam formulir

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

yang dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja oleh petugas.

Pelaporan : Dilaporkan ke Dinas Kesehatan pada tanggal 5 tiap

bulannya dalam bentuk laporan bulanan.

4.3.2. Proses

4.3.2.1. Perencanaan

Ada perencanaan tertulis mengenai :

4.3.2.1.1. Perencanaan penemuan kasus penderita secara pasif : Akan

dilakukan di BPU Puskesmas oleh dokter, petugas P2diare,

Petugas BP, perawat setiap hari kerja (08.00- 12.00 WIB) dan

MTBS setiap hari kerja (Senin hingga Sabtu pukul 08.00 – 12.00

WIB) dan di posyandu, posbindu, pusling.

13

Page 14: Evrog Diare

4.3.2.1.2. Perencanaan diagnosis diare :

Diagnosis diare akan dilakukan melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan di BPU Puskesmas dan

dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), dilakukan

setiap hari kerja (08.00 – 12.00 WIB)

Penentuan diagnosis berdasarkan

a. Anamnesis

Diare akut: BAB cair dengan frekuensi lebih sering dari

biasa umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan atau tanpa

lendir dan darah berlangsung kurang dari 14 hari.

Disentri: kumpulan gejala diare dengan lendir dan darah

dalam feses terkadang disertai tenesmus.

Diare persisten: diare akut yang berlanjut sampai lebih dari

14 hari.

Gejala penyerta: sakit perut, demam, lemas, mual, muntah,

tidak nafsu makan, anak menjadi rewel, nafas cepat, tidak

mau minum, perut kembung.

b. Pemeriksaan fisik

Berat badan: Ditimbang tanpa alas kaki dan pakaian seringan

mungkin, dalam satuan kilogram.

Tekanan darah (dewasa): Menggunakan sfigmomanometer,

satuan mmHg.

Bising usus: Pemeriksaan auskultasi abdomen menggunakan

stetoskop, Hasil: normal atau meningkat.

Keadaan umum pasien: Tampak sakit ringan, sedang, berat.

Tanda- tanda dehidrasi

14

Page 15: Evrog Diare

4.3.2.1.3. Perencanaan pengobatan kasus diare sesuai SOP

Akan dilakukan sesuai dengan SOP diare yaitu :

Diare tanpa dehidrasi (rencana terapi A).

Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang (rencana terapi B).

Diare dengan dehidrasi berat (rencana terapi C).

Prinsip pengobatan diare adalah dengan mencegah dehidrasi,

mengobati dehidrasi, pemberian ASI atau makanan, pemberian

antibiotik pada kasus tersangka disentri (tinja mengandung lendir

atau darah). Pengobatan kasus diare dilakukan setiap hari dan

waktu kerja di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya

4.3.2.1.4. Perencanaan surveilans diare :

Adanya pengumpulan data kasus diare secara terus menerus,

yang di dapat dari laporan harian, dimana pencatatan dilakukan

setiap saat terhadap penderita diare yang datang berobat di BPU

Puskesmas setiap hari kerja dan dilaporkan ke Puskesmas

Kecamatan dalam laporan mingguan.

4.3.2.1.5. Perencanaan distribusi logistik :

Tersedianya oralit untuk tiap penderita di Puskesmas sebanyak 6

sachet , tersedianya oralit untuk tiap kader minimal 10 sachet,

dan akan disediakannya antibiotik dan obat anti diare di

Puskesmas

4.3.2.1.6. Perencanaan penyuluhan tentang PHBS Rumah tangga dan Diare

Penyuluhan perorangan : Adanya penyuluhan perorangan

kepada setiap penderita diare secara wawancara setelah berobat

di BPU Puskesmas setiap hari kerja.

Penyuluhan kelompok : Dilakukan penjadwalan penyuluhan

kelompok kepada masyarakat dan ibu-ibu di posyandu setiap

bulan mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare, namun

disesuaikan dengan anggaran operasional yang tersedia.

4.3.2.1.7. Perencanaan pelatihan kader

Dilakukan penjadwalan pelatihan kader mengenai penanganan

diare karena disesuaikan dengan anggaran operasional yang

tersedia.

15

Page 16: Evrog Diare

4.3.2.1.8. Perencanaan pojok oralit

Dilakukan penjadwalan petugas mendemonstrasikan cara

membuat oralit dan larutan gula garam kemudian penderita

meminum oralit dan diobservasi selama waktu observasi 3 jam

setiap hari kerja. Caranya terdapat bagian dari suatu ruangan di

Puskesmas (di suatu sudut ruang tunggu pasien) dengan 1-2 meja

kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mendemonstrasi

Upaya Rehidrasi Oral (URO) dan pembuatan larutan gula garam

kepada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk suatu

pemeriksaan. Bila seseorang memerlukan URO, maka penderita

tersebut dapat duduk di kursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk

melarutkan dan minum oralit selama waktu observasi 3 jam.

(Lampiran VI)

.

4.3.2.1.9. Perencanaan pencatatan dan pelaporan

Pencatatan : Akan dilakukan dengan pengisian form SP2TP

setiap hari kerja pukul 08.00- 12.00 WIB.

Pelaporan : Pelaporan ke Dinas Kesehatan sebelum tanggal 5

tiap bulannya dalam bentuk laporan bulanan oleh petugas P2

diare.

4.3.2.2. Pengorganisasian

Tidak terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam

menjalankan program P2Diare, hanya ada pembagian tugas secara umum di

Puskesmas Loji, berhubungan P2M yaitu:

I. Penanggung Jawab Program-program kesehatan di Puskesmas:

Teti Suheryanati, SKM

(Kepala Puskesmas)

II. Koordinator Program P2M:

Sakinah

16

Page 17: Evrog Diare

III. Pelaksana Program P2M:

Hj. Enju Jumani, SST

Ahmad Taufik, AMK

(Struktur organisasi Puskesmas Batujaya di lampiran V)

4.3.2.3. Pelaksanaan

4.3.2.3.1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif

Dilakukan oleh petugas kesehatan (dokter, petugas P2diare,

Petugas BP, perawat) sewaktu penderita diare datang berobat di

BPU setiap hari kerja (Senin-Sabtu pukul 08.00-12.00 WIB).

4.3.2.3.2. Penetapan diagnosis sesuai SOP

Anamnesis: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai

pedoman diare setiap hari kerja pukul 08.00- 12.00 WIB.

Pemeriksaan fisik: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai

pedoman diare setiap hari kerja pukul 08.00- 12.00 WIB.

4.3.2.3.3. Pengobatan berdasarkan SOP

Dilaksanakan dengan pemberian oralit ditambah dengan

pemberian zink.

Pemberian antibiotik jika merupakan tersangka disentri atau

kolera.

Pengobatan berdasarkan rencana terapi A, B dan C. (Lampiran

VI)

4.3.2.3.4. Surveilans diare

Dilakukan pencatatan dan pemeriksaan laporan kegiatan setiap

hari dan dilaporkan setiap bulan.

4.3.2.3.5. Distribusi logistik

Persediaan oralit di Puskesmas tidak mencukupi kebutuhan oralit.

4.3.2.3.6. Penyuluhan baik perorangan dan kelompok kepada :

Penyuluhan perorangan : dilakukan penyuluhan secara langsung

dengan teknik wawancara dan memberikan informasi mengenai

17

Page 18: Evrog Diare

diare kepada penderita diare yang datang di BPU dan MTBS

oleh petugas kesehatan setiap hari jam kerja.

Penyuluhan kelompok : Tidak ada data tertulis mengenai berapa

kali penyuluhan telah dilakukan.

4.3.2.3.7. Pelatihan kader

tidak ada data tertulis mengenai berapa kali penyuluhan telah

dilakukan khususnya diare.

4.3.2.3.8. Pojok oralit

Tidak dilaksanakan pojok oralit di dalam puskesmas

4.3.2.3.9. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan pengisian formulir

SP2TP melalui format LB Program P2 Diare. Laporan dilakukan

setiap bulan sebelum tanggal 5.

4.3.2.4. Pengawasan

4.3.2.4.1. Laporan dan rapat bulanan sebanyak 12 kali per tahun.

4.3.2.4.2. Laporan dan rapat triwulanan sebanyak 4 kali per tahun.

4.3.3 Keluaran

4.3.3.1 Cakupan penemuan penderita diare secara pasif di Puskesmas Kecamatan

Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah

69,9% (lampiran III)

Perkiraan penderita diare adalah:

= Angka kesakitan x jumlah penduduk dalam 1 tahun

= 411/1000 x 85.451 = 35120,361 penderita

Target penemuan penderita diare secara pasif:

= 10% x Perkiraan penderita dalam satu tahun.

= 10% x 35120,361 = 3512,036 3512 penderita

18

Page 19: Evrog Diare

Cakupan Pelayanan Program diare

(Periode Januari 2012- Desember 2012 ditemukan kasus diare

sebanyak 2456 penderita diare)

Cakupan pelayanan diare = Jumlah penderita diare yang datang x 100%

Target penemuan penderita diare yang dilayani

= 2456 X 100% = 69,9% %

3512

= Tidak terpenuhi sebesar 6,8 %

4.3.3.2. Cakupan diagnosa penyakit yang sesuai SOP di Puskesmas Kecamatan

Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

= Jumlah diagnosis diare sesuai SOP x 100%

Jumlah seluruh penderita diare yang didiagnosis

= 2456 x 100% = 100 %

2456

Cakupan diagnosis diare sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) 100%

dengan ketepatan diagnosis 100%.

4.3.3.3. Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di Puskesmas

Kecamatan Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare sesuai SOP di

Puskesmas Kecamatan Batu Jaya

= _Jumlah penderita diare yang diobati di puskesmas x 100 %

Jumlah seluruh penderita diare yang datang ke puskesmas

= 2.456 x 100%

2.456

= 100 %

19

Page 20: Evrog Diare

4.3.3.4. Cakupan surveilans diare di Puskesmas Kecamatan Batu jaya periode

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

Cakupan surveilans penyakit diare 100% terlaksananya pengumpulan

data kasus diare dan dilaporkan tepat waktu tiap bulannya dan 0%

KLB.

4.3.3.5. Cakupan distribusi logistik di Puskesmas Kecamatan Batu jaya periode

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

Cakupan distribusi oralit tiap penderita di Puskesmas Kecamatan

Batu Jaya

= Jumlah oralit yang tersedia untuk penderita diare x 100%

Jumlah oralit yang harus tersedia untuk penderita diare

= _2_ x 100%

6

= 33,33 %

Cakupan distribusi oralit tiap kader di Puskesmas Kecamatan

Batu Jaya

= __Jumlah oralit yang tersedia pada setiap kader x 100%

Jumlah oralit minimal yang harus tersedia pada setiap kader

= _0_ x 100%

100

= 0 %

Angka penggunaan oralit

Angka pemberian oralit kepada penderita yang datang berobat =

= Jumlah penderita diare yang diberi oralit x 100%

Jumlah penderita diare yang dilayani

= 2456 x 100%

2456

= 100%

20

Page 21: Evrog Diare

Cakupan kebutuhan oralit

Kebutuhan oralit

= Target penderita diare x 6 sachet + cadangan – stok

Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari

jumlah kebutuhan.

Stok adalah jumlah oralit di akhir tahun (dalam evaluasi

program ini, stok adalah stok akhir bulan Desember 2011 yaitu

2055 sachet)

Kebutuhan oralit

= 2456 x 6 + (10% (2456 x 6) ) – 2055

= 14736 + 1473,6 - 2055

= 14.154,6 ~ 14.155 sachet

Stok awal (November 2010)=2055 sachet

Penerimaan (Januari, April, Juli, Oktober 2011) dengan total 3600

sachet

Masukan oralit = 2055+ 3600

= 5655 sachet

Cakupan Kebutuhan Oralit

= Masukan oralit (ketersediaan oralit) x 100%

Kebutuhan oralit

= 5655 x 100% = 39,95 %

14.155

21

Page 22: Evrog Diare

Kebutuhan zinc

= Target penemuan penderita diare balita x 10 tablet + cadangan –

Stok

- Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah

kebutuhan.

- Stok adalah jumlah sisa Zinc di akhir tahun (dalam evaluasi program ini,

stok adalah stok awal bulan Januari 2012 yaitu 100 tablet)

- Perkiraan jumlah Balita di Puskesmas Loji = 10% x 85.451 = 8545

Balita

- Episode Diare Balita = 1.3 kali per tahun

- Perkiraan jumlah penderita diare Balita = 1.3 x 8545 = 11.108

Balita

- Target Penemuan Penderita Diare Balita = 20% x 11.108 = 2.222

Balita

Kebutuhan Zinc:

= 2.222 x 10 tablet + (10% x 22.220) – 200

= 22.220 + 2.222 - 200

= 24.242

Masukan Zinc dalam 1 tahun (periode Januari 2012 - Desember 2012)

= Stok + Penerimaan obat dalam 1 tahun

Masukan Zinc = 200 + 1.000

= 1.200 tablet

Cakupan Kebutuhan Zinc

= Masukan Zinc (ketersediaan zinc) x 100 %

Kebutuhan Zinc

= 1.200 x 100% = 4,95%

24.242

22

Page 23: Evrog Diare

4.3.3.6. Cakupan penyuluhan perorangan maupun kelompok di Puskesmas

Kecamatan Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

Perorangan : Dilakukan setiap hari kerja (100%)

Kelompok = dilakukan penyuluhan 4x/ tahun

Cakupan Penyuluhan Kelompok =

= Jumlah penyuluhan kelompok per tahun x 100%

Jumlah target penyuluhan kelompok per tahun

= 4 x 100% = 33,33%

12

4.3.3.7. Cakupan pelatihan kader di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

Tidak ada data tertulis mengenai berapa kali pelatihan kader telah

dilakukan = 0% dari taget 100 %

4.3.3.8. Cakupan pojok oralit di Puskesmas Kecamatan Batu jaya periode Januari

2012 sampai dengan Desember 2012.

Tidak aktif

4.3.3.9. Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare di Puskesmas Kecamatan

Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

Lengkap 100% (dilaporkan setiap bulannya)

Angka kesakitan diare = Insidens rate =

Jumlah kasus diare baru pada periode tertentu x 1000

Jumlah penduduk berisiko pada periode yang sama

= 2456 x 1000 = 28,74~ 29

85.451

= Insidens rate = 29 per 1000 penduduk

Angka kematian diare = 0%

= Tidak ada kematian akibat diare

4.3.4 Lingkungan

23

Page 24: Evrog Diare

Fisik

1. Lokasi : Strategis dan mudah dijangkau

2. Transportasi : Mudah

3. Fasilitas kesehatan : Bekerja sama dengan posyandu dalam

melaksanakan program P2 diare

4. Sumber air bersih : 16.58 % keluarga memiliki akses air

bersih

5. Fasilitas jamban : 20,22 % keluarga memiliki akses

jamban

6. PHBS : 57.2 % tercapai

Non fisik

1. Tingkat pendidikan : pendidikan mayoritas adalah tingkat

pendidikan rendah yaitu sebesar 67,75%

2. Sosial ekonomi : sebagian besar penduduk bekerja

sebagai buruh tani yaitu sebesar 30,49 %.

3. Sosial Budaya : masih rendahnya angka persentase

Rumah Tangga Berperilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) 57,2%.

4.3.5 Umpan balik

Didapat dari hasil pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai dengan waktu

yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam pengendalian

penyakit diare.

Didapat dari rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk

mengevaluasi program yang telah dijalankan

4.3.6 Dampak

1. Langsung : Penurunan angka kesakitan dan kematian serta

terhindarnya dari KLB

2. Tidak langsung :Peningkatan derajat kesehatan sesuai

paradigma sehat. Belum dapat dinilai.

Bab V

24

Page 25: Evrog Diare

Pembahasan

No Variable Tolok Ukur Cakupan Masalah

I Keluaran

1) Penemuan kasus diare secara

pasif

2) Distribusi Logistik

Oralit tersedia untuk

penderita

Oralit tersedia untuk kader

Cakupan kebutuhan oralit

3) Pelatihan kader khusus diare

4) Pojok Oralit

5) Penyuluhan masyarakat

a) Kelompok

75,0 % ditemukan oleh

dokter dan petugas

kesehatan yang

melaporkan tepat

waktu setiap sebelum

tanggal 5 setiap

bulannya.

100% (6 sachet)

100%( 10 sachet)

100%

100% (1x/tahun)

Aktif

100% (12x/tahun)

69,9% ditemukan

oleh dokter dan

petugas kesehatan

selama periode

Januari 2012 sampai

dengan Desember

2012

33,33%( 2 sachet)

0%(0 sachet)

39.95%

0% (0x/tahun)

Tidak aktif

33.33%(4 x/tahun)

+ (6,8%)

+(66,67%)

+ (100%)

+(60,05%)

+(100%)

+

+(66,67%)

25

Page 26: Evrog Diare

II Proses

Perencanaan (Planning)

Ada perencanaan tertulis tentang:

1) Penemuan kasus diare secara

pasif

2) Distribusi Logistik

Oralit tersedia untuk

penderita

Oralit tersedia untuk kader

3) Pojok Oralit

4) Penyuluhan PHBS dan Diare

a. Kelompok

75,0 % ditemukan oleh

dokter dan petugas

kesehatan yang

melaporkan tepat

waktu setiap sebelum

tanggal 5 setiap

bulannya.

Akan disediakan 6

sachet/ penderita

Akan direncanakan 10

sachet/kader

Aktif

Direncanakan 12 kali

per tahun

69,9% ditemukan

oleh dokter dan

petugas kesehatan

selama periode

Januari 2012 sampai

dengan Desember

2012

Akan disediakan 2

sachet/penderita

Tidak direncanakan

Tidak aktif

Direncanakan 4 kali

per tahun

+ (6,8%)

+

+

+

+

Pengorganisasian (Organising) Terdapat struktur

organisasi tertulis dan

pembagian tugas

teratur dalam

melaksanakan tugas-

tugasnya untuk

program P2Diare

Tidak ada struktur

organisasi tertulis

yang terinci dan

jelas dalam

melaksanakan tugas-

tugasnya untuk

program P2Diare

+

26

Page 27: Evrog Diare

Perlaksanaan (Actuating)

1) Distribusi Logistik

Oralit tersedia untuk

penderita

Oralit tersedia untuk kader

2) Pelatihan kader

3) Pojok Oralit

4) Penyuluhan PHBS dan diare

a. Kelompok

Ada pemberian oralit

tiap penderita sebanyak

6 sachet.

Tersedianya oralit

untuk tiap kader

minimal 10 sachet.

1x/tahun

Aktif dilaksanakan.

Dilaksanakan

12 kali per tahun

Diberikan hanya

2 sachet tiap

penderita

Tidak ada

persediaan oralit

bagi kader

0x/tahun

Tidak dilaksanakan

Dilaksanakan

4 kali per tahun

+

+

+

+

+

III Masukan

C. Sarana (Material)

I ) Medis

Oralit

Di puskesmas

Di kader

II) Non Medis

Ruangan pojok oralit

Cukup

Cukup

Ada

Tidak cukup

Tidak ada

Tidak ada

+

+

27

Page 28: Evrog Diare

IV Lingkungan

a. Fisik

Sarana pembuangan air

limbah (SPAL)

Sarana air bersih(SAB)

Jamban

b. Non Fisik

Tingkat pendidikan

Social ekonomi

Sosial budaya

80% tercapai

80% tercapai

80 % tercapai

Mempengaruhi

keberhasilan program

Ekonomi menengah ke

atas menunjang

keberhasilan program

Tidak menghambat

keberhasilan program

64,48% tercapai

16,58%

20,22%

Menjadi hambatan,

pendidikan

mayoritas adalah

tingkat pendidikan

rendah (67,75%)

Menjadi hambatan,

sebagian besar

penduduk bekerja

sebagai buruh tani

(30.49%) .

Menjadi hambatan,

masih rendahnya

angka persentase

Rumah Tangga

Berperilaku

Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) 57,2%

+(19,4%)

+(79,2%)

+(74,7%)

+

+

+

Keterangan : variabel selain yang tertera di atas, tidak memiliki masalah berdasarkan tolok ukur keberhasilan.

28

Page 29: Evrog Diare

Bab VI

Perumusan Masalah

6.1 Masalah menurut keluaran:

A. Cakupan penemuan penderita diare secara pasif sebesar 69,9 % lebih dari target 75 %.

B. Cakupan distribusi logistik oralit yang tersedia untuk tiap penderita sebesar 33,33% dari

target 100%.

C. Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar 33,33 % dari target

100%

D. Cakupan pelatihan kader khusus penanganan diare 0% dari target 100%.

E. Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari target

100%.

6.2. Masalah (dari unsur lain) masalah penyebab:

I. Masukan:

Kebutuhan oralit: Distribusi tidak sesuai dengan target

Pojok oralit: Tidak ada

II. Proses:

a. Pengorganisasian: Tidak ada pembagian teratur dalam melaksanakan tugas.

b. Pelaksanaan:

Pemberian oralit sebanyak 2 sachet pada tiap penderita

39,95 % cakupan kebutuhan oralit.

Masing-masing kader tidak disediakan oralit.

Penyuluhan kelompok hanya 4x/ tahun

Tidak ada pelatihan kader

Tidak ada data pelaksanaannya Pojok URO

III. Lingkungan:

a. Fisik:

Hanya 64,48% sarana pembuangan air limbah (SPAL)

Jumlah jamban yang ada sebanyak 20,22%.

b. Non fisik

29

Page 30: Evrog Diare

67,75% penduduk mempunyai pendidikan rendah

30.49% penduduk bekerja sebagai buruh tani.

57,2% angka presentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS)

Bab VII

30

Page 31: Evrog Diare

Prioritas Masalah

I. Keterangan masalah:

A. Cakupan penemuan penderita diare secara pasif sebesar 69,9% lebih dari target 75%.

B. Cakupan distribusi logistik oralit yang tersedia untuk tiap penderita sebesar 33,33 %

dari target 100%.

C. Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar 33,33 % dari target

100%

D. Cakupan pelatihan kader khusus penanganan diare 0% dari target 100%.

E. Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari target

100%.

II. Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana:

No Parameter A B C D E

1

2

3

4

5

Besarnya masalah

Berat ringannya akibat yang ditimbulkan

Keuntungan sosial yang diperoleh

Teknologi yang tersedia

Sumber daya yang tersedia

1

1

5

2

2

3

4

3

3

3

4

4

5

5

4

4

3

4

4

4

5

3

5

5

4

Jumlah 11 16 22 19 22

III. Derajat masalah:

1 = tidak penting

2 = kurang penting

3 = cukup penting

4 = penting

5 = sangat penting

IV. Berdasarkan parameter di atas, 2 masalah yang mejadi prioritas masalah adalah:

1) Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare 33,33% dari target 100%

2) Cakupan kegiatan Pojok Oralit yang tidak ada dengan besar masalah 100%.

Bab VIII

31

Page 32: Evrog Diare

Penyelesaian Masalah

Masalah 1: Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dam diare sebesar 33,33% dari

target 100% (Hanya dilakukan sebanyak 4 kali per tahun).

Penyebab Masalah:

1. Tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dari puskesmas dalam

pembagian tugas dan pelaksanaan tugas untuk program P2Diare sehingga tidak

ada jadwal pembagian tugas per petugas kesehatan yang merencanakan untuk

dilakukan penyuluhan kepada kelompok siapa dan siapa yang harus bertugas tiap

bulannya untuk melaksanakan penyuluhan

Penyelesaian Masalah:

1. Dibuatnya perencanaan untuk dilaksanakannya penyuluhan kelompok sebanyak

minimal satu kali per bulan sehingga target total 12 kali per tahun dapat tercapai.

2. Menyusun pembagian tugas yang jelas, rinci, dan tertulis mengenai petugas yang

bertanggungjawab dalam memberikan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan

diare, serta membuat jadwal tugas untuk memberikan penyuluhan secara teratur

kepada masyarakat minimal sebulan sekali.

3. Pelaksanaan penyuluhan kelompok dapat dilakukan melalui kerjasama dengan

unit program pokok wajib Puskesmas seperti Unit Promosi Kesehatan atau

Kesehatan Lingkungan sehingga frekuensi penyuluhan secara kelompok tentang

PHBS dan Diare dapat ditingkatkan

4. Kerjasama Unit Kesehatan Lingkungan dari Puskesmas dengan Pemerintah

Daerah dalam menanggulangi masalah kesehatan lingkungan masyarakat di Batu

Jaya demi memberantas penyakit diare ini. Disarankan supaya pihak Puskesmas

bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan persentase

penggunaan jamban sehat yang memenuhi syarat dengan melakukan pemantauan

dan memberi masukan informasi tentang syarat-syarat jamban sehat kepada

masyarakat, bahkan bagi keluarga yang tidak atau kurang mampu dari segi

ekonomi dapat diberikan bantuan dana untuk pembinaan jamban sehat di setiap

rumah. Selain itu, disarankan juga pihak Puskesmas dan Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang baik dan pengelolaan SPAL yang

memenuhi syarat-syarat kesehatan supaya sumber penularan untuk penyakit diare

ini dapat dicegah. Jangkauan masyarakat untuk sarana air bersih yang memenuhi

syarat bagi wilayah kerja Puskesmas Batu jaya adalah cukup tinggi yaitu sebanyak

32

Page 33: Evrog Diare

80%. Angka ini dianjurkan supaya ditingkatkan lagi supaya mencapai target yaitu

melebihi 80% supaya setiap individu yang berada di wilayah kerja Puskesmas

mendapat sarana air bersih yang memenuhi syarat yang seharusnya dimiliki.

5. Dilaksanakan penyuluhan masyarakat secara kelompok terutama mengenai hal

yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat supaya masyarakat

mulai mengamalkan gaya hidup yang bersih dan sehat sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan akibat diare di wilayah kerja Puskesmas ini. Antara

didikan mengenai PHBS yang perlu diberi perhatian adalah dengan memberi

edukasi tentang betapa pentingnya sanitasi dan hygiene perorangan misalnya

mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap kali sebelum makan dan

setelah buang air, menjaga kebersihan makanan yang dimakan dengan mencuci

bersih setiap buahan dan sayuran mentah sebelum dimakan dengan menggunakan

air yang mengalir, minum air dari sumber air yang bersih atau air yang telah

dimasak, dan sangat anjuran untuk mendidik anak-anak serta orang tua untuk

makan dengan menggunakan sendok dan garfu yang bersih. Hal-hal tersebut jika

dilaksanakan sesungguhnya dapat membantu mencegah dan menghindarkan

seseorang dari menderita diare. Penyuluhan dan edukasi seperti ini harus

diterapkan terutama pada golongan anak balita maupun pada anak-anak sekolah

sehingga kerjasama lintas program seperti dengan program UKS adalah sangat

dianjurkan sebagai salah satu cara untuk memberantas penyakit diare ini.

6. Pengawasan dan pemantauan lebih ketat dari kepala puskesmas mengenai

pelaksanaan penyuluhan kelompok dengan cara rapat bulanan atau dengan

pelaporan dari koordinator program P2M.

Masalah 2: Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari

target 100%.

33

Page 34: Evrog Diare

Penyebab Masalah:

1. Tidak disediakan ruangan untuk dibuat Pojok Oralit.

2. Tidak direncanakanya program untuk kegiatan Pojok Oralit.

3. Tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian tugas

untuk melakukan kegiatanPojok Oralit.

Penyelesaian Masalah:

1. Memanfaatkan ruangan yang terdapat dalam Puskesmas dengan baik dan efisien

supaya dapat digunakan untuk Pojok Oralit.

2. Dibuatnya perencanaan untuk dilaksanakannya kegiatan Pojok Oralit di Puskesmas

Batu jaya dan mengaktifkan kegiatan pojok oralit yang ada di puskesmas karena hal

itu merupakan sarana informasi yang efektif dimana ketika pasien datang berobat, ia

akan mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai penanganan diare.

3. Menyusun pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai petugas yang

bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit, rincian tugasnya masing-masing

serta membuat jadwal tugas petugas-petugas di Pojok Oralit secara teratur.

4. Kegiatan Pojok Oralit dilakukan oleh petugas yang dipertanggungjawabkan dan

dilakukan pemantauan terhadap berjalannya kegiatan Pojok Oralit oleh Kepala

Puskesmas atau koordinator P2M.

5. Pojok oralit adalah suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan

1-2 meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan usaha rehidrasi

oral (URO). Bila seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk

di kursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama

waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja dengan

adanya penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO.

6. Kegiatan pojok oralit berfungsi sebagai demontrasi upaya rehdrasi oral, memberi

pelayanan kesehatan kepada penderita diare dan memberi pelatihan kepada kader

khusus untuk menangani diare.

Bab IX

Kesimpulan dan Saran

34

Page 35: Evrog Diare

A. Kesimpulan

Dari hasil penilaian Program Pemberantasan Diare yang dilakukan dengan

pendekatan sistem di Puskesmas Batujaya untuk periode Januari 2012 sampai dengan

Desember 2012, didapatkan bahwa Program Pemberantasan Diare kurang berhasil karena

masih ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keberhasilan program ini. Adapun

dari hasil evaluasi Program Pemberantasan Diare di Puskesmas Batujaya untuk periode

Januari 2012 sampai dengan Disember 2012 didapatkan:

1. Cakupan penemuan kasus diare secara pasif di Puskesmas Batujaya 69,9%.

2. Cakupan diagnosis penyakit diare yang sesuai Standar Operasional Prosedur

(SOP) di Puskesmas Batujaya sudah mencapai 100%.

3. Cakupan pengobatan penyakit diare yang sesuai Standar Operasional Prosedur

(SOP) di Puskesmas Batujaya sudah mencapai 100%.

4. Cakupan distribusi logistik oralit di Puskesmas Batujaya kepada kader dan

penderita masih belum mencapai target.

5. Cakupan surveilans diare sebesar 100 % dari target 100%

6. Cakupan perlatihan kader 0 kali per tahun di Puskesmas Batujaya sebesar 0%.

7. Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar belum mencapai

target yaitu sebesar 33,33% dari target 100%

8. Cakupan pojok oralit tidak aktif yaitu sebesar 0% dari target 100%

9. Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare sebesar 100 % dari target 100%

Dari semua masalah yang ditemukan, 2 prioritas masalah yang didapatkan adalah:

1) Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar 33,33% dari

target 100%.

2) Cakupan kegiatan Pojok Oralit yang tidak ada dengan besar masalah 100%.

B. Saran

Saran untuk Kepala Puskesmas Batu Jaya:

35

Page 36: Evrog Diare

1. Diharapkan agar Puskesmas Kecamatan Batu Jaya meningkatkan pelaksanaan

penyuluhan kelompok agar menjadi kegiatan rutin setiap bulannya (12 kali per tahun)

dan meningkatkan pelaksanaan program Puskesmas Keliling untuk menjangkau

masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari Puskesmas, sehingga akhirnya dapat

memberikan perubahan pada pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang

penyakit Diare dan PHBS Rumah Tangga.

2. Puskesmas memanfaatkan ruangan yang ada di dalam Puskesmas untuk dijadikan

Pojok Oralit.

3. Memberikan pelatihan kader agar mereka dapat memberikan penyuluhan paling

minimal di tempat tinggal masing-masing.

4. Menyusun pembagian tugas secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang

bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit dan penyuluhan kelompok, rincian

tugasnya masing-masing serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur, juga dalam

perencanaan, pelaksanaan pojok oralit, melakukan kegiatan demonstrasi pembuatan

oralit atau larutan gula garam, serta memberi penyuluhan.

5. Disarankan juga supaya pihak Puskesmas bekerjasama dengan Pemerintah Daerah

untuk meningkatkan persentase penggunaan jamban sehat yang memenuhi syarat

dengan melakukan pemantauan dan memberi masukan informasi tentang syarat-syarat

jamban sehat kepada masyarakat, bahkan bagi keluarga yang tidak atau kurang

mampu dari segi ekonomi dapat diberikan bantuan dana untuk pembinaan jamban

sehat di setiap rumah. Selain itu, disarankan juga untuk meningkatkan sistem

pengelolaan sampah yang baik dan pengelolaan SPAL yang memenuhi syarat-syarat

kesehatan supaya sumber penularan untuk penyakit diare ini dapat dicegah.

Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik

oleh petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan program

Pemberantsan Penyakit Diare di Puskesmas Batujaya dan masalah-masalah yang sama untuk

program ini tidak akan terulang untuk periode berikutnya.

Bab X

36

Page 37: Evrog Diare

Daftar Pustaka

1. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Bakti Husada;

2011: hal.1-69.

2. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Bakti Husada,

Kementerian Kesehatan RI, Triwulan II; 2011, hal 1-2, 26-8, 33.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1216/Menkes/SK/XI/2001

Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, edisi ke 4, 2005, Departemen

Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PPM&PL, hal 1, 15-7.

4. Anonim. Pengendalian diare di Indonesia. Dalam: Situasi diare di Indonesia. Subdit

Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Cerna Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta, 2011. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin

%20Diare_Final(1).pdf, pada 3 Mei 2013.

5. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut. Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW, Setyohadi

B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 4.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.hlm.408-13.

6. Winlar W. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak kurang dua tahun di

kelurahan Turangga. Fakultas kedokteran Kristen Maranatha. Diunduh dari

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdf, pada 3 Mei 2013.

7. Data Kesehatan di Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2010, diunduh dari

http://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.html,

diakses pada 4 Mei 2013.

8. Puskesmas Kecamatan Batujaya. 2012. Data Laporan Tahunan Program Pemberantasan

Penyakit Diare.

37