evrog diare
DESCRIPTION
ikmTRANSCRIPT
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke
tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut World Health Organisation
(WHO), di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita
meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari dua tahun.
Rata-rata anak usia kurang dari tiga tahun di negara berkembang mengalami episode diare
tiga kali dalam setahun.1
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang banyak penderitanya,
bahkan di beberapa daerah dengan kondisi tertentu dapat timbul dalam bentuk Kejadian
Luar Biasa (KLB) dan disertai angka kematian yang tinggi.2,3 Kematian diare pada anak
balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur
(hasil SKRT, 2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada
semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab
kematian nomor satu pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (hasil
Riskesdes, 2007). Walaupun angka kematian karena diare telah menurun, namun angka
kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Di
Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun
(Depkes, 2003).Hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare semua umur pada tahun
2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423 per 1000 penduduk, dan
pada tahun 2010 adalah 411 per 1000 penduduk.1,2
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air
besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali atau lebih
selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja daripada
frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak
disebut sebagai diare. Diare paling sering menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 2
tahun. Penyebab diare antara lain infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau infeksi
parasit, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi. Virus penyebab utama diare
adalah Rotavirusdan Adenovirus yang merupakan agen etiologi sebanyak 70% kasus diare
akut pada anak-anak sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%.1,2
1
Penyakit diare merupakan salah satu dari penyakit yang dikenal sebagai Water
Borne Disease.1,3,4 Penggunaan sumber air bersih yang masih rendah mengakibatkan
pajanan masyarakat terhadap sumber air yang tercemar masih tetap tinggi. Selain itu,
pencemaran sumber air juga diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk
berperilaku hidup yang bersih dan sehat misalnya masyarakat masih tidak menggunakan
jamban sehat dan masih bergantung pada air sungai untuk kegiatan sehari-hari.4 Selain
sanitasi perorangan dan lingkungan yang buruk, terdapat juga faktor lain seperti keadaan
gizi, kependudukan, pendidikan, dan keadaan sosio-ekonomi.1,5,6
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan angka kematian karena diare
perlu tatalaksana yang cepat dan tepat. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau
menghentikan diare dan mencegah angka kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara
untuk mengobati diare, untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah
Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yaitu rehidrasi menggunakan cairan oralit
osmolaritas rendah, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI
dan makanan, antibiotik selektif, dan nasihat kepada orang tua atau pengasuh.1
Pada tingkat provinsi Jawa Barat, diare masih merupakan penyakit yang berpotensial
wabah. Diperkirakan kasus diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus setiap tahunnya.
Untuk mengatasinya pemerintah telah mengembangkan program pemberantasan penyakit
diare dan mewajibkan semua puskesmas menjalankan program tersebut. Pada tingkat
Kabupaten Karawang, penemuan penderita diare pada tahun 2010 meningkat menjadi
79.522 orang dibandingkan tahun 2009 yaitu 73.857 orang. Diare termasuk dalam 10
besar penyakit yang ditemukan di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Batu
Jaya. Oleh karena masih banyaknya penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Batu jaya, maka diperlukan evaluasi terhadap keberhasilan “Progam
Pengendalian Penyakit Diare” di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012
sampai dengan Desember 2012.2,7
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Diare masih merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari lima tahun (balita)
dan merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur
dalam kelompok penyakit menular.
1.2.2 Berdasarkan hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare pada semua umur
meningkat dari tahun ke tahun dan ditemukan pada tahun 2010 angka kesakitan
diare semua umur adalah 411 per 1000 penduduk.
1.2.3 Penyebab utama diare adalah Rotavirus dan Adenovirus yang merupakan agen
etiologi sebanyak 70% kasus diare akut pada anak-anak sedangkan infeksi karena
bakteri hanya 8,4%.
1.2.4 Masyarakat di Indonesia masih belum sepenuhnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
1.2.5 Masih tingginya kasus diare pada Puskesmas yang berada di Provinsi Jawa Barat,
yaitu 150.000 kasus setiap tahunnya dan di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya
termasuk 10 penyakit terbanyak di Balai Pengobatan Umum.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan program pengendalian penyakit diare dan
masalah yang ditemukan serta terselesainya masalah yang ada pada perlaksanaan
Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode
Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1Diketahuinya cakupan penemuan kasus diare secara pasif di Puskesmas
Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2.2Diketahuinya penegakan diagnosis penyakit diare di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2.3Diketahuinya cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di
Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan
Desember 2012.
3
1.3.2.4Diketahuinya cakupan surveilans diare di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya
periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2.5Diketahuinya cakupan distribusi logistik oralit, zink, dan antibiotik di
Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan
Desember 2012.
1.3.2.6Diketahuinya cakupan kegiatan pojok oralit di Puskesmas Kecamatan Batu
Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2.7Diketahui pelatihan para kader khusus penanganan diare di Puskesmas
Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2.8Diketahuinya cakupan frekuensi penyuluhan perorangan atau kelompok yang
dilaksanakan ditujukan kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) dan tentang diare di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya
periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2.9Diketahuinya data-data mengenai angka kesakitan dan kematian diare, angka
pengobatan diare, data demografi dan data geografi di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.3.2.10 Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
1.4 Manfaat Evaluasi
1.4.1 Bagi Evaluator
1.4.1.1Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.
1.4.1.2Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pemberantasan penyakit diare di Puskesmas di wilayah kerjanya.
1.4.1.3Mengembangkan kemampuan minat dan bakat dalam mengevaluasi program
Puskesmas dan berpikir secara ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.
1.4.2.1Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
4
1.4.3 Bagi Puskesmas
1.4.3.1Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas dan
pemecahan masalahnya.
1.4.3.2Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat khususnya pada program pemberantasan diare.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1.4.4.1Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Puskesmas.
1.4.4.2Memperoleh pelayanan dan pembinaan mengenai program pemberantasan
penyakit diare sehingga meningkatkan peran serta masyarakat dan ikut
melaksanakan program pemberantasan penyakit diare.
1.4.4.3Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang diare
1.5 Sasaran
Seluruh penduduk dari semua golongan umur di wilayah kerja Puskesmas Batu Jaya
periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
5
Bab II
Materi dan Metoda
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan puskesmas
mengenai Program Pengendalian Penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 yang terdiri dari:
1) Penemuan kasus penderita diare secara pasif.
2) Penentuan diagnosis.
3) Pengobatan kasus diare.
4) Surveilans diare
5) Distribusi logistik.
6) Penyuluhan baik perorangan dan kelompok.
7) Pelatihan kader.
8) Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral).
9) Pencatatan dan pelaporan.
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan intepretasi data yang didapatkan di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode
Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan
pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada program pengendalian penyakit diare
kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah yang ditemukan berdasarkan
penyebab dari masing-masing unsur keluaran pada pendekatan sistem.
6
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1 Pendekatan Sistem
Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling berhubungan
Gambar di atas menerangkan sistem menurut Ryan. Sistem adalah gabungan dari
elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :
3.1.1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metode (method),
yang dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem.
3.1.2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling), yang berfungsi untuk mengubah masukan
menjadi keluaran yang direncanakan.
3.1.3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
3.1.4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam sistem tersebut.
3.1.5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
3.2 Tolok Ukur Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan terdiri atas variabel-variabel yaitu masukan, proses, keluaran,
umpan balik, lingkungan, dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang
harus dicapai dalam Program Pengendalian Penyakit Diare. (Lampiran I).
7
Bab IV
Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari:
4.1.1. Profil UPTD Puskesmas Batu Jaya tahun 2012.
4.1.2. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Batu Jaya Kecamatan Karawang Barat tahun
2012.
4.1.3. Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012.
4.1.4. Data Monografi Puskesmas Batu Jaya tahun 2012.
4.2. Data Umum
4.2.1.Data Geografi (Lampiran II Tabel 1):
4.2.1.1. UPTD Puskesmas Batu Jaya terletak di desa Batu Jaya Kecamatan Batu Jaya
Kabupaten Karawang, dengan berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Batu
Jaya dan +40 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan
waktu tempuh +100menit menggunakan roda empat.
4.2.1.2. Luas wilayah 8138,139 Ha, yang terdiri dari 10 desa, 45 Dusun, 45 RW dan
135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas Batu Jaya dengan
waktu tempuh 20 menit dengan roda dua dan 30 menit dengan roda empat.
4.2.1.3. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batu Jaya adalah berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Tirta Jaya
Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Kabupaten Bekasi
Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Medangasem
Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pakis Jaya
8
4.2.2. Data Demografi (lampiran II Table 1,2 dan 3) :
4.2.2.1. Jumlah penduduk di Kecamatan Batu Jaya tahun 2012 adalah 85.451 jiwa.
4.2.2.2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin : laki-laki 42.447 jiwa dan
perempuan 43.004 jiwa dengan jumlah rumah sebanyak 24.714 rumah dari
27.714 kepala keluarga.
4.2.2.3. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Batu Jaya berjumlah 37.710 orang
(49.5 %).
4.2.2.4. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Batu Jaya terbanyak adalah
sekolah menengah pertama, berjumlah 12.381 orang (32,41%).
4.2.2.5. Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Batu Jaya adalah buruh tani,
berjumlah 26.058 orang (30.1%).
4.2.3 Data fasilitas pelayanan kesehatan (Lampiran II Tabel 4)
4.2.3.1. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Batu Jaya, Kabupaten Karawang antara lain: 2 Pustu, 5 Polindes
plus, 2 Poskesdes, 9 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 52
Posyandu, 1 Balai Pengobatan 24 jam, 3 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter
Umum: 2, Perawat: 4, Bidan: 5), 1 laboratorium, tidak terdapat Toko Obat
dan 2 Apotek.
4.3 Data Khusus
4.3.1. Masukan (input)
4.3.1.1. Tenaga
Dokter umum : 2 orang
Bidan : 5 orang
Perawat : 4 orang
Koordinator P2M : 1 orang
Petugas laboratorium : 1 orang
Petugas gizi : 1 orang
Petugas administrasi : 1 orang
Kader : 1 orang/posyandu
Farmasi : 3 orang
9
4.3.1.2. Dana
APBD : Tersedia
Dana retribusi : Tersedia
4.3.1.3. Sarana di Puskesmas
4.3.1.3.1. Sarana Medis
Stetoskop : 2 buah
Tensimeter : 3 buah
Termometer : 1 buah
Lampu senter : 1 buah
Timbangan berat badan bayi : 1 buah
Timbangan berat berdiri : 1 buah
Antibiotik
Kotrimoksasol : cukup
Amoksisilin : cukup
Kloramfenikol : cukup
Tetracycline : cukup
Ampisilin : cukup
Erythromycin : cukup
Obat diare dan antispasmodik
Diaform : cukup
Papaverin : cukup
Oralit
Kebutuhan oralit : kurang
Zinc : cukup
Cairan infus (NaCl, RL, D5%) : cukup
4.3.1.3.2. Sarana Non medis
Ruang pendaftaran : 1 ruangan
Ruang tunggu : 1 ruangan
Ruang periksa : 1 ruangan
Ruang obat : 1 ruangan
Pojok oralit : tidak ada
Alat penyuluhan : lengkap
10
SOP penatalaksanaan diare : ada
Lemari obat : 1 buah
Tempat penyimpanan vaksin : 1 buah
Tempat tidur pemeriksaan : 1 buah
Meja : 2 buah
Kursi : cukup
Kartu, status, alat tulis : cukup
Tempat sampah medis : cukup
Tempat sampah non medis : cukup
Toilet, wastafel, sabun : cukup
4.3.1.4. Metoda
4.3.1.4.1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif
Penemuan kasus diare sesuai SOP oleh dokter, perawat dan kader
terlatih sewaktu penderita diare datang berobat di Balai
Pengobatan Umum (BPU) setiap hari kerja, yaitu Senin-Sabtu
pukul 08.00-12.00 WIB.
4.3.1.4.2. Penetapan diagnosis
Penetapan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan di BPU sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan SOP seseorang
dinyatakan diare apabila buang air besar cair dengan frekuensi
tiga kali atau lebih dalam sehari dengan konsistensi tinja lembek
atau cair. (lampiran VII tabel 1)
4.3.1.4.3. Pengobatan kasus diare
Pengobatan kasus diare dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP
mengenai penanganan diare setiap hari kerja, yaitu sebagai
berikut :
- Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A)
- Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang (Rencana
Terapi B)
- Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)
Keterangan : Rencana Terapi A,B,C; tanda-tanda dehidrasi,
terdapat pada lampiran VII.
11
4.3.1.4.4. Surveilans diare
Pengumpulan data atau informasi untuk menentukan tindakan
atau pengumpulan data epidemiologi diare secara terus
menerus dan dilakukan analisa secara langsung untuk
menentukan cara penyelesaian secara cepat dan tepat.
Data dikumpulkan dari laporan rutin harian yang dilakukan
oleh Puskesmas melalui SP2TP (laporan Bulanan) dan W2
(Laporan mingguan).
Dilaporkan ke Dinas Kesehatan pada tanggal 5 tiap bulannya
dalam bentuk laporan bulanan.
4.3.1.4.5. Distribusi logistik
Terpenuhinya kebutuhan oralit tiap penderita diare di
Puskesmas 6 sachet per penderita
Tersedia antibiotik, obat anti diare, tablet zink 20mg, cairan
infus, dan antibiotik di Puskesmas.
Adalah tersedia oralit 200 ml yang harus ada minimal 10
sachet/kader.
4.3.1.4.6. Penyuluhan baik perorangan maupun kelompok mengenai PHBS
Rumah Tangga dan Diare.
Penyuluhan perorangan : Penyuluhan perorangan yang
diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada setiap
penderita diare yang datang berobat di BPU Puskesmas melalui
pemberian informasi mengenai PHBS Rumah Tangga dan
Diare secara singkat.
Penyuluhan kelompok : Penyuluhan kelompok yang diberikan
oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada masyarakat dan ibu-
ibu di Posyandu setiap bulan dengan cara ceramah dan diskusi
mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah
Tangga dan Diare.
12
4.3.1.4.7. Pelatihan kader
Pelatihan kader mengenai penanganan diare melalui kegiatan
penataran Kader Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan untuk meningkatkan kemampuan para kader dalam
mengatasi secara dini penderita diare.
4.3.1.4.8. Pojok Oralit / Upaya Rehidrasi Oral (URO)
Suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan
1-2 meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat
mempromosikan usaha rehidrasi oral (URO). Bila seseorang
memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi
dibantu oleh ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum
oralit selama waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh petugas
kesehatan setiap hari kerja. Adanya penjadwalan petugas
kesehatan di pojok URO. (Lampiran VI)
4.3.1.4.9. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan : Register pasien yang datang berobat ke puskesmas
kemudian hasil penemuan kasus diare dicatat dalam formulir
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
yang dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja oleh petugas.
Pelaporan : Dilaporkan ke Dinas Kesehatan pada tanggal 5 tiap
bulannya dalam bentuk laporan bulanan.
4.3.2. Proses
4.3.2.1. Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai :
4.3.2.1.1. Perencanaan penemuan kasus penderita secara pasif : Akan
dilakukan di BPU Puskesmas oleh dokter, petugas P2diare,
Petugas BP, perawat setiap hari kerja (08.00- 12.00 WIB) dan
MTBS setiap hari kerja (Senin hingga Sabtu pukul 08.00 – 12.00
WIB) dan di posyandu, posbindu, pusling.
13
4.3.2.1.2. Perencanaan diagnosis diare :
Diagnosis diare akan dilakukan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan di BPU Puskesmas dan
dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), dilakukan
setiap hari kerja (08.00 – 12.00 WIB)
Penentuan diagnosis berdasarkan
a. Anamnesis
Diare akut: BAB cair dengan frekuensi lebih sering dari
biasa umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan atau tanpa
lendir dan darah berlangsung kurang dari 14 hari.
Disentri: kumpulan gejala diare dengan lendir dan darah
dalam feses terkadang disertai tenesmus.
Diare persisten: diare akut yang berlanjut sampai lebih dari
14 hari.
Gejala penyerta: sakit perut, demam, lemas, mual, muntah,
tidak nafsu makan, anak menjadi rewel, nafas cepat, tidak
mau minum, perut kembung.
b. Pemeriksaan fisik
Berat badan: Ditimbang tanpa alas kaki dan pakaian seringan
mungkin, dalam satuan kilogram.
Tekanan darah (dewasa): Menggunakan sfigmomanometer,
satuan mmHg.
Bising usus: Pemeriksaan auskultasi abdomen menggunakan
stetoskop, Hasil: normal atau meningkat.
Keadaan umum pasien: Tampak sakit ringan, sedang, berat.
Tanda- tanda dehidrasi
14
4.3.2.1.3. Perencanaan pengobatan kasus diare sesuai SOP
Akan dilakukan sesuai dengan SOP diare yaitu :
Diare tanpa dehidrasi (rencana terapi A).
Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang (rencana terapi B).
Diare dengan dehidrasi berat (rencana terapi C).
Prinsip pengobatan diare adalah dengan mencegah dehidrasi,
mengobati dehidrasi, pemberian ASI atau makanan, pemberian
antibiotik pada kasus tersangka disentri (tinja mengandung lendir
atau darah). Pengobatan kasus diare dilakukan setiap hari dan
waktu kerja di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya
4.3.2.1.4. Perencanaan surveilans diare :
Adanya pengumpulan data kasus diare secara terus menerus,
yang di dapat dari laporan harian, dimana pencatatan dilakukan
setiap saat terhadap penderita diare yang datang berobat di BPU
Puskesmas setiap hari kerja dan dilaporkan ke Puskesmas
Kecamatan dalam laporan mingguan.
4.3.2.1.5. Perencanaan distribusi logistik :
Tersedianya oralit untuk tiap penderita di Puskesmas sebanyak 6
sachet , tersedianya oralit untuk tiap kader minimal 10 sachet,
dan akan disediakannya antibiotik dan obat anti diare di
Puskesmas
4.3.2.1.6. Perencanaan penyuluhan tentang PHBS Rumah tangga dan Diare
Penyuluhan perorangan : Adanya penyuluhan perorangan
kepada setiap penderita diare secara wawancara setelah berobat
di BPU Puskesmas setiap hari kerja.
Penyuluhan kelompok : Dilakukan penjadwalan penyuluhan
kelompok kepada masyarakat dan ibu-ibu di posyandu setiap
bulan mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare, namun
disesuaikan dengan anggaran operasional yang tersedia.
4.3.2.1.7. Perencanaan pelatihan kader
Dilakukan penjadwalan pelatihan kader mengenai penanganan
diare karena disesuaikan dengan anggaran operasional yang
tersedia.
15
4.3.2.1.8. Perencanaan pojok oralit
Dilakukan penjadwalan petugas mendemonstrasikan cara
membuat oralit dan larutan gula garam kemudian penderita
meminum oralit dan diobservasi selama waktu observasi 3 jam
setiap hari kerja. Caranya terdapat bagian dari suatu ruangan di
Puskesmas (di suatu sudut ruang tunggu pasien) dengan 1-2 meja
kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mendemonstrasi
Upaya Rehidrasi Oral (URO) dan pembuatan larutan gula garam
kepada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk suatu
pemeriksaan. Bila seseorang memerlukan URO, maka penderita
tersebut dapat duduk di kursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk
melarutkan dan minum oralit selama waktu observasi 3 jam.
(Lampiran VI)
.
4.3.2.1.9. Perencanaan pencatatan dan pelaporan
Pencatatan : Akan dilakukan dengan pengisian form SP2TP
setiap hari kerja pukul 08.00- 12.00 WIB.
Pelaporan : Pelaporan ke Dinas Kesehatan sebelum tanggal 5
tiap bulannya dalam bentuk laporan bulanan oleh petugas P2
diare.
4.3.2.2. Pengorganisasian
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam
menjalankan program P2Diare, hanya ada pembagian tugas secara umum di
Puskesmas Loji, berhubungan P2M yaitu:
I. Penanggung Jawab Program-program kesehatan di Puskesmas:
Teti Suheryanati, SKM
(Kepala Puskesmas)
II. Koordinator Program P2M:
Sakinah
16
III. Pelaksana Program P2M:
Hj. Enju Jumani, SST
Ahmad Taufik, AMK
(Struktur organisasi Puskesmas Batujaya di lampiran V)
4.3.2.3. Pelaksanaan
4.3.2.3.1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif
Dilakukan oleh petugas kesehatan (dokter, petugas P2diare,
Petugas BP, perawat) sewaktu penderita diare datang berobat di
BPU setiap hari kerja (Senin-Sabtu pukul 08.00-12.00 WIB).
4.3.2.3.2. Penetapan diagnosis sesuai SOP
Anamnesis: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai
pedoman diare setiap hari kerja pukul 08.00- 12.00 WIB.
Pemeriksaan fisik: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai
pedoman diare setiap hari kerja pukul 08.00- 12.00 WIB.
4.3.2.3.3. Pengobatan berdasarkan SOP
Dilaksanakan dengan pemberian oralit ditambah dengan
pemberian zink.
Pemberian antibiotik jika merupakan tersangka disentri atau
kolera.
Pengobatan berdasarkan rencana terapi A, B dan C. (Lampiran
VI)
4.3.2.3.4. Surveilans diare
Dilakukan pencatatan dan pemeriksaan laporan kegiatan setiap
hari dan dilaporkan setiap bulan.
4.3.2.3.5. Distribusi logistik
Persediaan oralit di Puskesmas tidak mencukupi kebutuhan oralit.
4.3.2.3.6. Penyuluhan baik perorangan dan kelompok kepada :
Penyuluhan perorangan : dilakukan penyuluhan secara langsung
dengan teknik wawancara dan memberikan informasi mengenai
17
diare kepada penderita diare yang datang di BPU dan MTBS
oleh petugas kesehatan setiap hari jam kerja.
Penyuluhan kelompok : Tidak ada data tertulis mengenai berapa
kali penyuluhan telah dilakukan.
4.3.2.3.7. Pelatihan kader
tidak ada data tertulis mengenai berapa kali penyuluhan telah
dilakukan khususnya diare.
4.3.2.3.8. Pojok oralit
Tidak dilaksanakan pojok oralit di dalam puskesmas
4.3.2.3.9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan pengisian formulir
SP2TP melalui format LB Program P2 Diare. Laporan dilakukan
setiap bulan sebelum tanggal 5.
4.3.2.4. Pengawasan
4.3.2.4.1. Laporan dan rapat bulanan sebanyak 12 kali per tahun.
4.3.2.4.2. Laporan dan rapat triwulanan sebanyak 4 kali per tahun.
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan penemuan penderita diare secara pasif di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah
69,9% (lampiran III)
Perkiraan penderita diare adalah:
= Angka kesakitan x jumlah penduduk dalam 1 tahun
= 411/1000 x 85.451 = 35120,361 penderita
Target penemuan penderita diare secara pasif:
= 10% x Perkiraan penderita dalam satu tahun.
= 10% x 35120,361 = 3512,036 3512 penderita
18
Cakupan Pelayanan Program diare
(Periode Januari 2012- Desember 2012 ditemukan kasus diare
sebanyak 2456 penderita diare)
Cakupan pelayanan diare = Jumlah penderita diare yang datang x 100%
Target penemuan penderita diare yang dilayani
= 2456 X 100% = 69,9% %
3512
= Tidak terpenuhi sebesar 6,8 %
4.3.3.2. Cakupan diagnosa penyakit yang sesuai SOP di Puskesmas Kecamatan
Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
= Jumlah diagnosis diare sesuai SOP x 100%
Jumlah seluruh penderita diare yang didiagnosis
= 2456 x 100% = 100 %
2456
Cakupan diagnosis diare sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) 100%
dengan ketepatan diagnosis 100%.
4.3.3.3. Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di Puskesmas
Kecamatan Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare sesuai SOP di
Puskesmas Kecamatan Batu Jaya
= _Jumlah penderita diare yang diobati di puskesmas x 100 %
Jumlah seluruh penderita diare yang datang ke puskesmas
= 2.456 x 100%
2.456
= 100 %
19
4.3.3.4. Cakupan surveilans diare di Puskesmas Kecamatan Batu jaya periode
Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
Cakupan surveilans penyakit diare 100% terlaksananya pengumpulan
data kasus diare dan dilaporkan tepat waktu tiap bulannya dan 0%
KLB.
4.3.3.5. Cakupan distribusi logistik di Puskesmas Kecamatan Batu jaya periode
Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
Cakupan distribusi oralit tiap penderita di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya
= Jumlah oralit yang tersedia untuk penderita diare x 100%
Jumlah oralit yang harus tersedia untuk penderita diare
= _2_ x 100%
6
= 33,33 %
Cakupan distribusi oralit tiap kader di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya
= __Jumlah oralit yang tersedia pada setiap kader x 100%
Jumlah oralit minimal yang harus tersedia pada setiap kader
= _0_ x 100%
100
= 0 %
Angka penggunaan oralit
Angka pemberian oralit kepada penderita yang datang berobat =
= Jumlah penderita diare yang diberi oralit x 100%
Jumlah penderita diare yang dilayani
= 2456 x 100%
2456
= 100%
20
Cakupan kebutuhan oralit
Kebutuhan oralit
= Target penderita diare x 6 sachet + cadangan – stok
Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari
jumlah kebutuhan.
Stok adalah jumlah oralit di akhir tahun (dalam evaluasi
program ini, stok adalah stok akhir bulan Desember 2011 yaitu
2055 sachet)
Kebutuhan oralit
= 2456 x 6 + (10% (2456 x 6) ) – 2055
= 14736 + 1473,6 - 2055
= 14.154,6 ~ 14.155 sachet
Stok awal (November 2010)=2055 sachet
Penerimaan (Januari, April, Juli, Oktober 2011) dengan total 3600
sachet
Masukan oralit = 2055+ 3600
= 5655 sachet
Cakupan Kebutuhan Oralit
= Masukan oralit (ketersediaan oralit) x 100%
Kebutuhan oralit
= 5655 x 100% = 39,95 %
14.155
21
Kebutuhan zinc
= Target penemuan penderita diare balita x 10 tablet + cadangan –
Stok
- Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah
kebutuhan.
- Stok adalah jumlah sisa Zinc di akhir tahun (dalam evaluasi program ini,
stok adalah stok awal bulan Januari 2012 yaitu 100 tablet)
- Perkiraan jumlah Balita di Puskesmas Loji = 10% x 85.451 = 8545
Balita
- Episode Diare Balita = 1.3 kali per tahun
- Perkiraan jumlah penderita diare Balita = 1.3 x 8545 = 11.108
Balita
- Target Penemuan Penderita Diare Balita = 20% x 11.108 = 2.222
Balita
Kebutuhan Zinc:
= 2.222 x 10 tablet + (10% x 22.220) – 200
= 22.220 + 2.222 - 200
= 24.242
Masukan Zinc dalam 1 tahun (periode Januari 2012 - Desember 2012)
= Stok + Penerimaan obat dalam 1 tahun
Masukan Zinc = 200 + 1.000
= 1.200 tablet
Cakupan Kebutuhan Zinc
= Masukan Zinc (ketersediaan zinc) x 100 %
Kebutuhan Zinc
= 1.200 x 100% = 4,95%
24.242
22
4.3.3.6. Cakupan penyuluhan perorangan maupun kelompok di Puskesmas
Kecamatan Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
Perorangan : Dilakukan setiap hari kerja (100%)
Kelompok = dilakukan penyuluhan 4x/ tahun
Cakupan Penyuluhan Kelompok =
= Jumlah penyuluhan kelompok per tahun x 100%
Jumlah target penyuluhan kelompok per tahun
= 4 x 100% = 33,33%
12
4.3.3.7. Cakupan pelatihan kader di Puskesmas Kecamatan Batu Jaya periode
Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
Tidak ada data tertulis mengenai berapa kali pelatihan kader telah
dilakukan = 0% dari taget 100 %
4.3.3.8. Cakupan pojok oralit di Puskesmas Kecamatan Batu jaya periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2012.
Tidak aktif
4.3.3.9. Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare di Puskesmas Kecamatan
Batu jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
Lengkap 100% (dilaporkan setiap bulannya)
Angka kesakitan diare = Insidens rate =
Jumlah kasus diare baru pada periode tertentu x 1000
Jumlah penduduk berisiko pada periode yang sama
= 2456 x 1000 = 28,74~ 29
85.451
= Insidens rate = 29 per 1000 penduduk
Angka kematian diare = 0%
= Tidak ada kematian akibat diare
4.3.4 Lingkungan
23
Fisik
1. Lokasi : Strategis dan mudah dijangkau
2. Transportasi : Mudah
3. Fasilitas kesehatan : Bekerja sama dengan posyandu dalam
melaksanakan program P2 diare
4. Sumber air bersih : 16.58 % keluarga memiliki akses air
bersih
5. Fasilitas jamban : 20,22 % keluarga memiliki akses
jamban
6. PHBS : 57.2 % tercapai
Non fisik
1. Tingkat pendidikan : pendidikan mayoritas adalah tingkat
pendidikan rendah yaitu sebesar 67,75%
2. Sosial ekonomi : sebagian besar penduduk bekerja
sebagai buruh tani yaitu sebesar 30,49 %.
3. Sosial Budaya : masih rendahnya angka persentase
Rumah Tangga Berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) 57,2%.
4.3.5 Umpan balik
Didapat dari hasil pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam pengendalian
penyakit diare.
Didapat dari rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk
mengevaluasi program yang telah dijalankan
4.3.6 Dampak
1. Langsung : Penurunan angka kesakitan dan kematian serta
terhindarnya dari KLB
2. Tidak langsung :Peningkatan derajat kesehatan sesuai
paradigma sehat. Belum dapat dinilai.
Bab V
24
Pembahasan
No Variable Tolok Ukur Cakupan Masalah
I Keluaran
1) Penemuan kasus diare secara
pasif
2) Distribusi Logistik
Oralit tersedia untuk
penderita
Oralit tersedia untuk kader
Cakupan kebutuhan oralit
3) Pelatihan kader khusus diare
4) Pojok Oralit
5) Penyuluhan masyarakat
a) Kelompok
75,0 % ditemukan oleh
dokter dan petugas
kesehatan yang
melaporkan tepat
waktu setiap sebelum
tanggal 5 setiap
bulannya.
100% (6 sachet)
100%( 10 sachet)
100%
100% (1x/tahun)
Aktif
100% (12x/tahun)
69,9% ditemukan
oleh dokter dan
petugas kesehatan
selama periode
Januari 2012 sampai
dengan Desember
2012
33,33%( 2 sachet)
0%(0 sachet)
39.95%
0% (0x/tahun)
Tidak aktif
33.33%(4 x/tahun)
+ (6,8%)
+(66,67%)
+ (100%)
+(60,05%)
+(100%)
+
+(66,67%)
25
II Proses
Perencanaan (Planning)
Ada perencanaan tertulis tentang:
1) Penemuan kasus diare secara
pasif
2) Distribusi Logistik
Oralit tersedia untuk
penderita
Oralit tersedia untuk kader
3) Pojok Oralit
4) Penyuluhan PHBS dan Diare
a. Kelompok
75,0 % ditemukan oleh
dokter dan petugas
kesehatan yang
melaporkan tepat
waktu setiap sebelum
tanggal 5 setiap
bulannya.
Akan disediakan 6
sachet/ penderita
Akan direncanakan 10
sachet/kader
Aktif
Direncanakan 12 kali
per tahun
69,9% ditemukan
oleh dokter dan
petugas kesehatan
selama periode
Januari 2012 sampai
dengan Desember
2012
Akan disediakan 2
sachet/penderita
Tidak direncanakan
Tidak aktif
Direncanakan 4 kali
per tahun
+ (6,8%)
+
+
+
+
Pengorganisasian (Organising) Terdapat struktur
organisasi tertulis dan
pembagian tugas
teratur dalam
melaksanakan tugas-
tugasnya untuk
program P2Diare
Tidak ada struktur
organisasi tertulis
yang terinci dan
jelas dalam
melaksanakan tugas-
tugasnya untuk
program P2Diare
+
26
Perlaksanaan (Actuating)
1) Distribusi Logistik
Oralit tersedia untuk
penderita
Oralit tersedia untuk kader
2) Pelatihan kader
3) Pojok Oralit
4) Penyuluhan PHBS dan diare
a. Kelompok
Ada pemberian oralit
tiap penderita sebanyak
6 sachet.
Tersedianya oralit
untuk tiap kader
minimal 10 sachet.
1x/tahun
Aktif dilaksanakan.
Dilaksanakan
12 kali per tahun
Diberikan hanya
2 sachet tiap
penderita
Tidak ada
persediaan oralit
bagi kader
0x/tahun
Tidak dilaksanakan
Dilaksanakan
4 kali per tahun
+
+
+
+
+
III Masukan
C. Sarana (Material)
I ) Medis
Oralit
Di puskesmas
Di kader
II) Non Medis
Ruangan pojok oralit
Cukup
Cukup
Ada
Tidak cukup
Tidak ada
Tidak ada
+
+
27
IV Lingkungan
a. Fisik
Sarana pembuangan air
limbah (SPAL)
Sarana air bersih(SAB)
Jamban
b. Non Fisik
Tingkat pendidikan
Social ekonomi
Sosial budaya
80% tercapai
80% tercapai
80 % tercapai
Mempengaruhi
keberhasilan program
Ekonomi menengah ke
atas menunjang
keberhasilan program
Tidak menghambat
keberhasilan program
64,48% tercapai
16,58%
20,22%
Menjadi hambatan,
pendidikan
mayoritas adalah
tingkat pendidikan
rendah (67,75%)
Menjadi hambatan,
sebagian besar
penduduk bekerja
sebagai buruh tani
(30.49%) .
Menjadi hambatan,
masih rendahnya
angka persentase
Rumah Tangga
Berperilaku
Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) 57,2%
+(19,4%)
+(79,2%)
+(74,7%)
+
+
+
Keterangan : variabel selain yang tertera di atas, tidak memiliki masalah berdasarkan tolok ukur keberhasilan.
28
Bab VI
Perumusan Masalah
6.1 Masalah menurut keluaran:
A. Cakupan penemuan penderita diare secara pasif sebesar 69,9 % lebih dari target 75 %.
B. Cakupan distribusi logistik oralit yang tersedia untuk tiap penderita sebesar 33,33% dari
target 100%.
C. Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar 33,33 % dari target
100%
D. Cakupan pelatihan kader khusus penanganan diare 0% dari target 100%.
E. Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari target
100%.
6.2. Masalah (dari unsur lain) masalah penyebab:
I. Masukan:
Kebutuhan oralit: Distribusi tidak sesuai dengan target
Pojok oralit: Tidak ada
II. Proses:
a. Pengorganisasian: Tidak ada pembagian teratur dalam melaksanakan tugas.
b. Pelaksanaan:
Pemberian oralit sebanyak 2 sachet pada tiap penderita
39,95 % cakupan kebutuhan oralit.
Masing-masing kader tidak disediakan oralit.
Penyuluhan kelompok hanya 4x/ tahun
Tidak ada pelatihan kader
Tidak ada data pelaksanaannya Pojok URO
III. Lingkungan:
a. Fisik:
Hanya 64,48% sarana pembuangan air limbah (SPAL)
Jumlah jamban yang ada sebanyak 20,22%.
b. Non fisik
29
67,75% penduduk mempunyai pendidikan rendah
30.49% penduduk bekerja sebagai buruh tani.
57,2% angka presentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Bab VII
30
Prioritas Masalah
I. Keterangan masalah:
A. Cakupan penemuan penderita diare secara pasif sebesar 69,9% lebih dari target 75%.
B. Cakupan distribusi logistik oralit yang tersedia untuk tiap penderita sebesar 33,33 %
dari target 100%.
C. Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar 33,33 % dari target
100%
D. Cakupan pelatihan kader khusus penanganan diare 0% dari target 100%.
E. Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari target
100%.
II. Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana:
No Parameter A B C D E
1
2
3
4
5
Besarnya masalah
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
Keuntungan sosial yang diperoleh
Teknologi yang tersedia
Sumber daya yang tersedia
1
1
5
2
2
3
4
3
3
3
4
4
5
5
4
4
3
4
4
4
5
3
5
5
4
Jumlah 11 16 22 19 22
III. Derajat masalah:
1 = tidak penting
2 = kurang penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
IV. Berdasarkan parameter di atas, 2 masalah yang mejadi prioritas masalah adalah:
1) Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare 33,33% dari target 100%
2) Cakupan kegiatan Pojok Oralit yang tidak ada dengan besar masalah 100%.
Bab VIII
31
Penyelesaian Masalah
Masalah 1: Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dam diare sebesar 33,33% dari
target 100% (Hanya dilakukan sebanyak 4 kali per tahun).
Penyebab Masalah:
1. Tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dari puskesmas dalam
pembagian tugas dan pelaksanaan tugas untuk program P2Diare sehingga tidak
ada jadwal pembagian tugas per petugas kesehatan yang merencanakan untuk
dilakukan penyuluhan kepada kelompok siapa dan siapa yang harus bertugas tiap
bulannya untuk melaksanakan penyuluhan
Penyelesaian Masalah:
1. Dibuatnya perencanaan untuk dilaksanakannya penyuluhan kelompok sebanyak
minimal satu kali per bulan sehingga target total 12 kali per tahun dapat tercapai.
2. Menyusun pembagian tugas yang jelas, rinci, dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam memberikan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan
diare, serta membuat jadwal tugas untuk memberikan penyuluhan secara teratur
kepada masyarakat minimal sebulan sekali.
3. Pelaksanaan penyuluhan kelompok dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
unit program pokok wajib Puskesmas seperti Unit Promosi Kesehatan atau
Kesehatan Lingkungan sehingga frekuensi penyuluhan secara kelompok tentang
PHBS dan Diare dapat ditingkatkan
4. Kerjasama Unit Kesehatan Lingkungan dari Puskesmas dengan Pemerintah
Daerah dalam menanggulangi masalah kesehatan lingkungan masyarakat di Batu
Jaya demi memberantas penyakit diare ini. Disarankan supaya pihak Puskesmas
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan persentase
penggunaan jamban sehat yang memenuhi syarat dengan melakukan pemantauan
dan memberi masukan informasi tentang syarat-syarat jamban sehat kepada
masyarakat, bahkan bagi keluarga yang tidak atau kurang mampu dari segi
ekonomi dapat diberikan bantuan dana untuk pembinaan jamban sehat di setiap
rumah. Selain itu, disarankan juga pihak Puskesmas dan Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang baik dan pengelolaan SPAL yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan supaya sumber penularan untuk penyakit diare
ini dapat dicegah. Jangkauan masyarakat untuk sarana air bersih yang memenuhi
syarat bagi wilayah kerja Puskesmas Batu jaya adalah cukup tinggi yaitu sebanyak
32
80%. Angka ini dianjurkan supaya ditingkatkan lagi supaya mencapai target yaitu
melebihi 80% supaya setiap individu yang berada di wilayah kerja Puskesmas
mendapat sarana air bersih yang memenuhi syarat yang seharusnya dimiliki.
5. Dilaksanakan penyuluhan masyarakat secara kelompok terutama mengenai hal
yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat supaya masyarakat
mulai mengamalkan gaya hidup yang bersih dan sehat sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan akibat diare di wilayah kerja Puskesmas ini. Antara
didikan mengenai PHBS yang perlu diberi perhatian adalah dengan memberi
edukasi tentang betapa pentingnya sanitasi dan hygiene perorangan misalnya
mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap kali sebelum makan dan
setelah buang air, menjaga kebersihan makanan yang dimakan dengan mencuci
bersih setiap buahan dan sayuran mentah sebelum dimakan dengan menggunakan
air yang mengalir, minum air dari sumber air yang bersih atau air yang telah
dimasak, dan sangat anjuran untuk mendidik anak-anak serta orang tua untuk
makan dengan menggunakan sendok dan garfu yang bersih. Hal-hal tersebut jika
dilaksanakan sesungguhnya dapat membantu mencegah dan menghindarkan
seseorang dari menderita diare. Penyuluhan dan edukasi seperti ini harus
diterapkan terutama pada golongan anak balita maupun pada anak-anak sekolah
sehingga kerjasama lintas program seperti dengan program UKS adalah sangat
dianjurkan sebagai salah satu cara untuk memberantas penyakit diare ini.
6. Pengawasan dan pemantauan lebih ketat dari kepala puskesmas mengenai
pelaksanaan penyuluhan kelompok dengan cara rapat bulanan atau dengan
pelaporan dari koordinator program P2M.
Masalah 2: Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari
target 100%.
33
Penyebab Masalah:
1. Tidak disediakan ruangan untuk dibuat Pojok Oralit.
2. Tidak direncanakanya program untuk kegiatan Pojok Oralit.
3. Tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian tugas
untuk melakukan kegiatanPojok Oralit.
Penyelesaian Masalah:
1. Memanfaatkan ruangan yang terdapat dalam Puskesmas dengan baik dan efisien
supaya dapat digunakan untuk Pojok Oralit.
2. Dibuatnya perencanaan untuk dilaksanakannya kegiatan Pojok Oralit di Puskesmas
Batu jaya dan mengaktifkan kegiatan pojok oralit yang ada di puskesmas karena hal
itu merupakan sarana informasi yang efektif dimana ketika pasien datang berobat, ia
akan mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai penanganan diare.
3. Menyusun pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit, rincian tugasnya masing-masing
serta membuat jadwal tugas petugas-petugas di Pojok Oralit secara teratur.
4. Kegiatan Pojok Oralit dilakukan oleh petugas yang dipertanggungjawabkan dan
dilakukan pemantauan terhadap berjalannya kegiatan Pojok Oralit oleh Kepala
Puskesmas atau koordinator P2M.
5. Pojok oralit adalah suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan
1-2 meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan usaha rehidrasi
oral (URO). Bila seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk
di kursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama
waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja dengan
adanya penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO.
6. Kegiatan pojok oralit berfungsi sebagai demontrasi upaya rehdrasi oral, memberi
pelayanan kesehatan kepada penderita diare dan memberi pelatihan kepada kader
khusus untuk menangani diare.
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
34
A. Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program Pemberantasan Diare yang dilakukan dengan
pendekatan sistem di Puskesmas Batujaya untuk periode Januari 2012 sampai dengan
Desember 2012, didapatkan bahwa Program Pemberantasan Diare kurang berhasil karena
masih ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keberhasilan program ini. Adapun
dari hasil evaluasi Program Pemberantasan Diare di Puskesmas Batujaya untuk periode
Januari 2012 sampai dengan Disember 2012 didapatkan:
1. Cakupan penemuan kasus diare secara pasif di Puskesmas Batujaya 69,9%.
2. Cakupan diagnosis penyakit diare yang sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) di Puskesmas Batujaya sudah mencapai 100%.
3. Cakupan pengobatan penyakit diare yang sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) di Puskesmas Batujaya sudah mencapai 100%.
4. Cakupan distribusi logistik oralit di Puskesmas Batujaya kepada kader dan
penderita masih belum mencapai target.
5. Cakupan surveilans diare sebesar 100 % dari target 100%
6. Cakupan perlatihan kader 0 kali per tahun di Puskesmas Batujaya sebesar 0%.
7. Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar belum mencapai
target yaitu sebesar 33,33% dari target 100%
8. Cakupan pojok oralit tidak aktif yaitu sebesar 0% dari target 100%
9. Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare sebesar 100 % dari target 100%
Dari semua masalah yang ditemukan, 2 prioritas masalah yang didapatkan adalah:
1) Cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar 33,33% dari
target 100%.
2) Cakupan kegiatan Pojok Oralit yang tidak ada dengan besar masalah 100%.
B. Saran
Saran untuk Kepala Puskesmas Batu Jaya:
35
1. Diharapkan agar Puskesmas Kecamatan Batu Jaya meningkatkan pelaksanaan
penyuluhan kelompok agar menjadi kegiatan rutin setiap bulannya (12 kali per tahun)
dan meningkatkan pelaksanaan program Puskesmas Keliling untuk menjangkau
masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari Puskesmas, sehingga akhirnya dapat
memberikan perubahan pada pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang
penyakit Diare dan PHBS Rumah Tangga.
2. Puskesmas memanfaatkan ruangan yang ada di dalam Puskesmas untuk dijadikan
Pojok Oralit.
3. Memberikan pelatihan kader agar mereka dapat memberikan penyuluhan paling
minimal di tempat tinggal masing-masing.
4. Menyusun pembagian tugas secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit dan penyuluhan kelompok, rincian
tugasnya masing-masing serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur, juga dalam
perencanaan, pelaksanaan pojok oralit, melakukan kegiatan demonstrasi pembuatan
oralit atau larutan gula garam, serta memberi penyuluhan.
5. Disarankan juga supaya pihak Puskesmas bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan persentase penggunaan jamban sehat yang memenuhi syarat
dengan melakukan pemantauan dan memberi masukan informasi tentang syarat-syarat
jamban sehat kepada masyarakat, bahkan bagi keluarga yang tidak atau kurang
mampu dari segi ekonomi dapat diberikan bantuan dana untuk pembinaan jamban
sehat di setiap rumah. Selain itu, disarankan juga untuk meningkatkan sistem
pengelolaan sampah yang baik dan pengelolaan SPAL yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan supaya sumber penularan untuk penyakit diare ini dapat dicegah.
Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik
oleh petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan program
Pemberantsan Penyakit Diare di Puskesmas Batujaya dan masalah-masalah yang sama untuk
program ini tidak akan terulang untuk periode berikutnya.
Bab X
36
Daftar Pustaka
1. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Bakti Husada;
2011: hal.1-69.
2. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Bakti Husada,
Kementerian Kesehatan RI, Triwulan II; 2011, hal 1-2, 26-8, 33.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1216/Menkes/SK/XI/2001
Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, edisi ke 4, 2005, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PPM&PL, hal 1, 15-7.
4. Anonim. Pengendalian diare di Indonesia. Dalam: Situasi diare di Indonesia. Subdit
Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Cerna Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta, 2011. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin
%20Diare_Final(1).pdf, pada 3 Mei 2013.
5. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut. Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW, Setyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.hlm.408-13.
6. Winlar W. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak kurang dua tahun di
kelurahan Turangga. Fakultas kedokteran Kristen Maranatha. Diunduh dari
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdf, pada 3 Mei 2013.
7. Data Kesehatan di Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2010, diunduh dari
http://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.html,
diakses pada 4 Mei 2013.
8. Puskesmas Kecamatan Batujaya. 2012. Data Laporan Tahunan Program Pemberantasan
Penyakit Diare.
37