diare akutt

23
BAB I LAPORAN KASUS 1.1. Identifikasi Nama : An. Muhammad Rio Saputra Umur : 7 bulan 18 hari Jenis kelamin : Laki-laki Berat Badan : 6 kg Tinggi Badan : 69 cm Agama : Islam Alamat : Kel. Bukit Lama Palembang Kebangsaan : Indonesia MRS : 30 April 2014 1.2. Anamnesis (Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 30 April 2014) Keluhan Utama : BAB cair Keluhan Tambahan : Demam dan sesak nafas Riwayat Perjalanan Penyakit ± 3 hari SMRS, penderita mengalami BAB cair, frekuensi sebanyak 8x/ hari, air lebih banyak dari ampas, darah (-), lendir (-), banyaknya ¼ gelas belimbing. Muntah (-), demam (+) tidak terlalu tinggi, batuk (+), dahak (+), sesak (+), sesak berulang (-). Penderita kemudian dibawa berobat ke dokter umum. Penderita diberi obat sirup tapi tidak ada perbaikan. 1

Upload: chandra-hartono

Post on 28-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Diare diare

TRANSCRIPT

Page 1: Diare Akutt

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identifikasi

Nama : An. Muhammad Rio Saputra

Umur : 7 bulan 18 hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Berat Badan : 6 kg

Tinggi Badan : 69 cm

Agama : Islam

Alamat : Kel. Bukit Lama Palembang

Kebangsaan : Indonesia

MRS : 30 April 2014

1.2. Anamnesis

(Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 30 April 2014)

Keluhan Utama : BAB cair

Keluhan Tambahan : Demam dan sesak nafas

Riwayat Perjalanan Penyakit

± 3 hari SMRS, penderita mengalami BAB cair, frekuensi sebanyak 8x/ hari, air

lebih banyak dari ampas, darah (-), lendir (-), banyaknya ¼ gelas belimbing. Muntah (-),

demam (+) tidak terlalu tinggi, batuk (+), dahak (+), sesak (+), sesak berulang (-).

Penderita kemudian dibawa berobat ke dokter umum. Penderita diberi obat sirup tapi tidak

ada perbaikan.

± 2 hari SMRS penderita mengalami batuk (+), sesak nafas (+), demam (+) tidak

terlalu tinggi. BAB cair, frekuensi >10x/hari, sebanyak ¼ gelas belimbing, darah (-), lendir

(-), namun penderita tidak dibawa berobat.

± 6 jam SMRS, anak terlihat sesak (+), sesak tidak dipengaruhi aktivitas, posisi, dan

cuaca. Diare (+) kurang lebih 4-5x/hari, darah (-), lendir (-). Kemudian pasien dibawa ke

dokter umum lalu dirujuk ke RSMH.

1

Page 2: Diare Akutt

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa kehamilan : cukup bulan

Partus : seksio sesaria

Ditolong oleh : SpOG

Tanggal : 1 Desember 2012

Berat badan lahir : 2900 gr

Panjang badan lahir : 49 cm

Keadaan saat lahir : langsung menangis

Riwayat Makan

ASI : lahir – 11 bulan

PASI : 4 bulan - sekarang

Riwayat Perkembangan

Tengkurap : 3 bulan

Duduk : 7 bulan

Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan: sosial ekonomi keluarga rendah

1.3. Pemeriksaan Fisik (30 April 2014)

Tanggal pemeriksaan: 30 April 2014

Keadaan Umum

Kesadaran : Kompos mentis

Nadi : 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernapasan : 70 x/menit

Suhu : 38,4 °c

Berat Badan : 6 kg

2

Page 3: Diare Akutt

Tinggi Badan : 49 cm

Lingkar Kepala : 43 cm

Status Gizi (WHO)

BB/U : 0 – (-2)

TB/U : 2 – (0)

BB/TB : 0 – (-1)

Kesan : Gizi baik

Keadaan Spesifik

Kepala

Bentuk : Normosefali, simetris

Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.

Mata : Pupil bulat, isokor, ø 3mm/3mm, reflek cahaya +/+, konjungtiva

anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung +/+, air mata (+)

Hidung : Sekret (-), nafas cuping hidung (-)

Telinga : Sekret (-)

Mulut : mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-)

Tenggorokan : Faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorak

Paru-paru

Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi (+)

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Thrill tidak teraba

Auskultasi : HR: 120 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, cubitan kulit perut kembali

lambat

3

Page 4: Diare Akutt

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-)

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2’

Pemeriksaan Neurologis

Fungsi motorik

PemeriksaanTungkai

Kanan

Tungkai

Kiri

Lengan

Kanan

Lengan

Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan +5 +5 +5 +5

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

Klonus - -

Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal

Reflek patologis - - - -

Fungsi sensorik : Dalam batas normal

Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal

GRM : Kaku kuduk tidak ada

1.4. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 30 April 2014

Hb : 9,6 g/dl

Leukosit : 13900/mm3

Ht : 30 vol%

LED : 38 mm/jam

Trombosit : 548.000/mm3

Hitung jenis : 0/0/0/49/30/15

1.5. Diagnosis Banding

Diare akut e.c infeksi virus dan dehidrasi ringan-sedang + Suspek

bronkopneumonia

Diare akut e.c infeksi bakterial dan dehidrasi ringan-sedang + Suspek

bronkopneumonia

4

Page 5: Diare Akutt

1.6. Diagnosa Kerja

Diare akut e.c. infeksi virus dan dehidrasi ringan-sedang + suspek bronkopneumonia

1.7. Penatalaksanaan

IVFD RL 75cc/kgBB/4jam kec. 20 gtt Makro

Oralit 50 cc/ BAB cair

Zink 1x20 mg

Gentamicin 2x15 mg

Ampisilin 3x200 mg

O2 sungkup 5 liter/ menit

1.8. Prognosis

Quo ad vitam: dubia

Quo ad fungsionam: dubia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5

Page 6: Diare Akutt

2.1 Definisi

Kumpulan penyakit dengan gejala diare, yaitu defekasi dengan feses cair atau

lembek dengan/tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi 3 kali atau lebih sehari,

berlangsung kurang dari 14 hari, kurang dari 4 episode/bulan. Perubahan konsistensi feses

menjadi lebih lembek/cair dan frekuensi defekasi lebih sering menurut ibu.

2.2 Etiologi

Penyebab terpenting: Rotavirus, E. coli, Shigella, Campylobacter jejuni, Vibrio

cholera, Salmonella. Dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi

dan imunologi.

Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti

otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dsb.

Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (pada bayi dan anak yang terpenting

dan tersering adalah intoleransi laktosa)

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

Faktor makanan : makanan basi, makanan beracun, alergi makanan

Faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar.

2.3 Patogenesis

Diare sekretorik: bakteri menempel di mukosa, mengeluarkan enterotoksin,

mengaktifkan second massenger sehingga pompa-pompa sekresi (terutama pompa

Chlorida) menjadi lebih aktif menghasilkan feses dengan konsistensi cair. Contoh kolera.

Diare osmotik: defisiensi enzim-enzim pencernaan (enzim laktase merupakan enzim

yang paling cepat terpengaruh dan paling lambat pulih) menyebabkan absorpsi makanan

tidak sempurna menimbulkan beban osmotik di usus kecil bagian distal. Sisa makanan

akan diurai oleh baktei kolon menjadi substansi-substansi yang lebih kecil (laktosa akan

diurai menjadi asam-asam lemak rantai pendek, gas hidrogen, dan lain-lain) sehingga

beban osmotik akan meningkat lagi menimbulkan diare. Contoh defisiensi enzim laktase.

6

Page 7: Diare Akutt

Diare campuran/sitolitik : Inflamasi/virus merusak villi sehingga terjadi gangguan

absorpsi makanan (mekanisme diare osmotik). Rusaknya villi menyebabkan hiperplasi dan

hipertropi kripta menimbulkan diare sekretorik. Contoh: infeksi rotavirus.

Patogenesa diare karena virus

Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian

berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan

menyebabkan kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian

apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang, yang berbentuk kuboid

atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan

makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus halus kemudian akan

memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan pun akan

berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan

melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia, untuk

mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan.

Patogenesa diare karena bakteri

Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya.

Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi

peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / labil toksin /

LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil / ST). sebagai akibat

peningkatan aktivitas enzim – enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic adenosine

monophospate) atau cGMP (cyclic guanosine monophospate) yang mempunyai

kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium dan air dalam sel ke lumen usus serta

menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan

menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen (hiperosmolar). Kemudian

akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen

usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (colon).

Dan bila kemampuan penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas

penyerapan colon, maka akan terjadi diare.

2.4 Bentuk Klinis Diare

7

Page 8: Diare Akutt

Mula – mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai

lendir dan atau darah. Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet

karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya

asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh

lembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan

elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun

besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :

Dehidrasi ringan

Dehidrasi sedang

Dehidrasi berat

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :

Dehidrasi hipotonik

Dehidrasi isotonik

Dehidrasi hipertonik

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan

hipovolemik dengan gejala – gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat

dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis,

somnolen sampai soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai

8

Page 9: Diare Akutt

anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak pucat dengan pernafasan yang cepat

dan dalam (pernafasan Kussmaul).

Asidosis metabolik terjadi karena :

Kehilangan NaHCO3 melalui tinja

Ketosis kelaparan

Produk – produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena

oliguria atau anuria).

Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel

Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).

Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130 mEq/l,

dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130 – 150 mEq/l,

sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam plasma > 150 mEq/l.

2.5 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai komplikasi

seperti:

Dehidrasi

Renjatan (shock) hipovolemik

Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia, hipernatremia)

Hipoglikemi

Intoleransi laktosa sekunder

Kejang

Malnutrisi energi protein

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi tanpa

dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang, atau dehidrasi berat, yaitu:

9

Page 10: Diare Akutt

2.6 Cara Mendiagnosis

Anamnesis

Frekuensi BAB: 3 kali atau lebih, konsistensi feses cair atau lembek (konsistensi

feses cair tanpa ampas walaupun hanya sakali dapat disebut diare), jumlah feses, ada

tidaknya muntah, gejala-gejala klinik lain (batuk-pilek, panas, kejang, dan lain-lain),

riwayat masukan cairan sebelumnya, minum lahap atau malas minum.

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda dehidrasi, komplikasi, penyakit penyulit (bronkopneumoni, bronkiolitis,

malnutrisi, penyakit jantung dan dekompensasi kordis, dan : keadaan umum (gelisah,

cengeng, rewel, letargi, tampak sakit berat), frekuensi nadi, suhu, frekuensi nafas (tanda

asidosis atau adanya penyakit penyulit). Pemeriksaan yang meliputi keadaan umum pasien,

status dehidrasi, pemeriksaan abdomen, ekskoriasi pada bokong, dan manifestasi kulit.

Penting untuk mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, perbandingan berat

badan terhadap tinggi badan, gejala kehilangan berat badan, menilai kurva pertumbuhan,

dan sebagainya

10

Page 11: Diare Akutt

Pemeriksaan Penunjang

Diare akut murni : darah rutin, feses rutin dan kultur feses

Bukan diare akut murni atau diare akut dengan komplikasi : Darah lengkap, elektrolit,

BSS, kultur darah, urin lengkap, kultur urin

2.7 Tatalaksana

Prinsip dasar penatalaksanaan diare adalah pemberian cairan (rehidrasi), feeding

adjusment, pengobatan medikamentosa dan health education (penyuluhan).

Terapi cairan dan elektrolit

Diare akut murni

Rehidrasi : mengganti previous water losses dengan IVFD (mengunakan RL) atau per

oral (menggunakan oralit).

Maintenance : mencegah dehidrasi dengan mengganti on going water losses dengan

oralit peroral/CRO.

Requirement : dengan makan dan minum seperti biasa.

Diare akut dehidrasi ringan sedang menggunakan oralit pada dengan dosis 75

ml/kgBB/4 jam, jika gagal upaya rehidrasi oral (URO) mengunakan cairan ringer laktat

dengan dosis 75 ml/kgBB/4 jam.

Diare akut dehidrasi berat mengunakan cairan ringer laktat dengan dosis 30

ml/jam/kgBB sampai tanda-tanda dehidrasi hilang (target 120 ml/kgBB).

Monitoring rehidrasi dilakukan setiap jam, jika tanda-tanda dehidrasi hilang, rehidrasi

dihentikan.

Diare akut dengan penyulit

Menggunakan modifikasi Sutejo dengan cairan yang mengandung:

Na : 63,3 mEq/L

K : 10,4mEq/L

CI : 61,4 mEq/L

HCO3 : 12,6 mEq/L

Kalori : 200 kalori

Yang terdiri dari NaCl 15% 10 cc (1 cc = 2,55 mEq/l), KC1 10% 4 cc (1 cc = 1,33

mEq/l), NaHCO3 8,4% 7 cc (1 cc = 1 mEq/l) dalam 500 cc D5% (mirip cairan KAEN 3A).

Koreksi diberikan secara IV dengan kecepatan :

Diare akut dengan penyulit dengan dehidrasi ringan-sedang :

4 jam I : 50 cc/kg BB.

11

Page 12: Diare Akutt

20 jam II : 150 cc/kgBB.

Atau dapat diberikan dengan kecepatan yang sama 200 ml/kgBB/hari

Diare akut dengan penyulit dehidrasi berat :

4 jam I : 60 cc/kg BB.

20 jam II : 190 cc/kgBB.

Rehidrasi yang diberikan perhari tetap dimonitoring. Rehidrasi dihentikan jika status

rehidrasi telah tercapai (tidak ada tanda-tanda dehidrasi). Diare akut dengan penyulit

dengan dehidrasi ringan-sedang memerlukan cairan rehidrasi antara 150 – 200

ml/kgBB/hari sedangkan dehidrasi berat 250 ml/kgBB/hari. Kebutuhan cairan rehidrasi

untuk anak yang lebih besar (lebih dari 10 kg) kurang dari nilai tersebut, sebagai patokan

praktisnya adalah dehidrasi ringan-sedang memerlukan 1,5 sampai 2 kali kebutuhan

maintenance (misalnya anak 20 kg, kebutuhan maitenancenya adalah 1500 ml dengan,

yang berarti kebutuhan rehidrasinya 2250-3000ml), sedangkan dehidrasi berat 2,5 kali

maintenance.

Terapi medikamentosa

Diberikan preparat zink elemenal, untuk usia < 6 bulan sebanyak 1 x 10 mg dan usia ≥

6 bulan sebanyak 1 x 20 mg selama 10-14 hari. Obat-obatan antimikroba termasuk

antibiotik tidak dipakai secara rutin pada penyakit diare akut. Patokan pemberian

antimikroba/antibiotika adalah sebagai berikut :

Kolera

Semua penderita yang secara klinis dicurigai kolera diberi Tetrasiklin 50

mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari.

Diare bakterial invasif :

Secara klinis didiagnosis jika :

Panas lebih dari 38,5oC dan meteorismus.

Ada lendir dan darah dalam tinja secara makroskopis maupun mikroskopis.

Leukosit dalam tinja secara mikroskopis lebih dari 10/lpb atau ++

Antibiotika yang dipakai sementara menunggu hasil kultur :

K1inis diduga ke arah Shigella (setiap diare yang disertai darah dapat dianggap

shigelosis, jika tidak ada tanda klinis yang khas untuk penyakit lainya atau belum

dapat dibutikan infeksi lainnya, melalui kultur) diberi Nalidixid acid

12

Page 13: Diare Akutt

55mg/kgBB/hari diberi 4 dosis selama 10 hari atau Ciprofloxacin 30

mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 5 hari.

K1inis diduga ke arah Salmonella diberikan Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari

dibagi 4 dosis selama 10 hari.

Untuk penyakit parasit diberikan :

Amubiasis diberikan Metronidazole 50 mg/kbBB/hari dibagi dalam 3 dosis

selama 5-7 hari.

Helminthiasis: untuk Ascaris/Ankylostoma/Oxyuris: Pyrantel Pamoate 10

mg/kgBB/hari dosis tungga1 atau albendazole 400 mg dosis tunggal untuk anak

lebih dari 2 tahun.

Untuk Trichuris : Mebendazole 2 X l00 mg selama 3 hari.

Giardiasis : Metronidazole 15 mg/kgBB/hari selama 5 hari.

Untuk penyebab jamur diberikan :

Candidiasis diberikan Nistatin :

Kurang dari 1 tahun : 4 X 100.000 IU se1ama 5 hari.

Lebih dari 1 tahun : 4 X 300.000 IU se1ama 5 hari.

Edukasi

Pendidikan kesehatan dilakukan pada saat visite dan di ruangan khusus dimana

orangtua penderita dikumpulkan.

Pokok ceramah meliputi :

Usaha pencegahan diare dan KKP

Usaha pertolongan untuk mencegah dehidrasi pada diare dengan menggunakan

oralit dan cairan

Imunisasi

Keluarga berencana

Penderita dipulangkan :

Bi1a yakin ibu sudah dapat/sanggup membuat/memberikan oralit kepada anak

dengan cukup wa1aupun diare masih berlangsung.

Kausa diare/penyakit penyerta sudah diketahui dan diobati (tidak mutlak)

BAB III

ANALISIS KASUS

13

Page 14: Diare Akutt

Seorang anak laki-laki berusia 7 bulan datang dengan keluhan utama BAB cair serta

keluhan tambahan demam dan sesak nafas. Dari alloanamnesis didapatkan ± 3 hari SMRS,

penderita mengalami BAB cair, frekuensi sebanyak 8x/ hari, air lebih banyak dari ampas,

darah (-), lendir (-), banyaknya ¼ gelas belimbing. Muntah (-), demam (+) tidak terlalu

tinggi, batuk (+), dahak (+), sesak (+), sesak berulang (-). Penderita kemudian dibawa

berobat ke dokter umum. Penderita diberi obat sirup tapi tidak ada perbaikan. ± 2 hari

SMRS penderita mengalami batuk (+), sesak nafas (+), demam (+) tidak terlalu tinggi.

BAB cair, frekuensi >10x/hari, sebanyak ¼ gelas belimbing, darah (-), lendir (-), namun

penderita tidak dibawa berobat. ± 6 jam SMRS, anak terlihat sesak (+), sesak tidak

dipengaruhi aktivitas, posisi, dan cuaca. Diare (+) kurang lebih 4-5x/hari, darah (-), lendir

(-). Kemudian pasien dibawa ke dokter umum lalu dirujuk ke RSMH.

Dari alloanamnesis yang diperoleh dari ibu pasien ditemukan adanya buang air

besar cair tanpa lendir dan atau darah, serta demam sejak 3 hari yang lalu. Gejala ini

menunjukkan bahwa diare yang terjadi oleh adalah diare akut. Menurut literatur penyebab

tersering diare akut adalah infeksi virus.

Dari alloanamnesis juga didiapatkan batuk berdahak, sesak nafas, dan demam sejak

3 hari yang lalu. Gejala ini menunjukkan terjadinya suatu infeksi pada saluran pernafasan.

Dari riwayat penyakit dahulu diketahui bahwa pasien ini baru pertama kali

mengalami penyakit seperti ini dan tidak ditemukan adanya riwayat batuk dan pilek

sehingga tidak ditemukan adanya predisposisi infeksi parenteral. Dalam riwayat keluarga

juga tidak didapati penyakit dengan gejala sama sehingga kemungkinan disentri dapat

disingkirkan karena biasanya disentri bersifat endemik.

Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan tanda-tanda dehidrasi yaitu keadaan

penderita yang lemas, mata sedikit cekung, turgor kulit yang kembali dalam 1-2 detik.

Namun adanya tanda-tanda gangguan sirkulasi seperti nadi dan nafas yang cepat, akral

ekstremitas yang dingin dan letargi tidak dijumpai. Berdasarkan gejala-gejala tersebut

maka derajat dehidrasi pada pasien ini dikategorikan derajat ringan-sedang.

Penatalaksanaan pada pasien ini dengan terapi cairan untuk mengganti cairan dan

elektrolit yang hilang dan mempertahankan jumlah cairan dan elektrolit tubuh dengan

memberikan larutan oralit 75cc/kgbb/4jam sampai rasa haus hilang kemudian apabila telah

tercapai rehidrasi dilanjutkan dengan pemberian cairan maintenance, oralit 10-20cc/kgbb

tiap kali BAB. Namun bila usaha rehidrasi oral (URO) gagal, di mana anak muntah saat

diberikan oralit, upaya penggantian cairan dilakukan melalui intravena dengan pemberian

RL 75cc/kgBB/4 jam. Antimikroba/antibiotik tidak diberikan karena diduga penyebab

14

Page 15: Diare Akutt

diare pada pasien ini disebabkan oleh infeksi virus. Pemberian suplemen zinc dapat

direkomendasikan sebagai pilihan guna mencegah terjadinya diare berulang pada penderita

ini namun tidaklah mutlak diberikan.

Prognosis pada penderita ini adalah bonam, karena diare dikarenakan infeksi virus

pada prinsipnya merupakan self limiting disease. Diare yang dialami penderita termasuk

diare akut yang prognosisnya lebih baik bila dibandingkan diare kronis. Dengan pemberian

terapi yang tepat yakni rehidrasi secepatnya guna menggantikan cairan yang hilang

ditambah pemberian suplemen zinc akan mempercepat membaiknya keadaan penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak

di Rumah Sakit. 2008.

15

Page 16: Diare Akutt

2. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. RSMH. 2012

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita

Sakit. Jakarta, 2008.

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis: Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta, 2009.

5. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of

Pediatric,17Edition. 2003. page1272-1276

6. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998. hal 283-293.

7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Apa yang Perlu Diketahui dari Diare Pada Anak?. No

.38. Tahun XXV. 2005

16