diare fiks

27
DIARE I. DEFINISI Diare merupakan peningkatan frekuensi defekasi yang disertai dengan konsistensi tinja yang lunak dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau lebih sering dari frekuensi defekasi pada umumnya. Diare biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Infeksi dapat disebabkan karena kontaminasi pada makanan, air atau orang yang memiliki gaya hidup yang kurang bersih. Diare yang parah dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat terjadi pada anak-anak, orang yang mengalami malnutrisi atau individu yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah (WHO, 2003) Diare sering merupakan gejala dari penyakit sistemik. Biasanya episode diare dimulai secara tiba-tiba dan hilang dalam 1 atau 2 hari tanpa pengobatan. Diare akut umumnya didefinisikan sebagai diare dengan durasi <14 hari, diare persisten didefinisikan sebagai diare dengan durasi lebih dari 14 hari, dan diare kronis adalah diare dengan durasi lebih dari 30 hari. Diet orang barat biasanya menghasilkan tinja sehari-hari dengan berat antara 100-300 g, tergantung pada jumlah bahan nonabsorbable (terutama karbohidrat) yang dikonsumsi. Pasien dengan diare serius dapat memiliki berat tinja harian lebih dari 300 g. Selain itu, diet sayuran yang kaya serat, seperti yang dikonsumsi di beberapa budaya timur, seperti di Afrika, menghasilkan tinja dengan berat lebih dari 300 g/hari. II. ETIOLOGI

Upload: meongsweet

Post on 18-Feb-2015

154 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

swamedikasi diare

TRANSCRIPT

Page 1: DIARE FIKS

DIARE

I. DEFINISI

Diare merupakan peningkatan frekuensi defekasi yang disertai dengan konsistensi

tinja yang lunak dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau lebih sering dari frekuensi

defekasi pada umumnya. Diare biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan yang

dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Infeksi dapat disebabkan karena

kontaminasi pada makanan, air atau orang yang memiliki gaya hidup yang kurang bersih.

Diare yang parah dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat terjadi pada anak-anak, orang yang

mengalami malnutrisi atau individu yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah (WHO,

2003)

Diare sering merupakan gejala dari penyakit sistemik. Biasanya episode diare dimulai

secara tiba-tiba dan hilang dalam 1 atau 2 hari tanpa pengobatan. Diare akut umumnya

didefinisikan sebagai diare dengan durasi <14 hari, diare persisten didefinisikan sebagai diare

dengan durasi lebih dari 14 hari, dan diare kronis adalah diare dengan durasi lebih dari 30

hari. Diet orang barat biasanya menghasilkan tinja sehari-hari dengan berat antara 100-300 g,

tergantung pada jumlah bahan nonabsorbable (terutama karbohidrat) yang dikonsumsi.

Pasien dengan diare serius dapat memiliki berat tinja harian lebih dari 300 g. Selain itu, diet

sayuran yang kaya serat, seperti yang dikonsumsi di beberapa budaya timur, seperti di Afrika,

menghasilkan tinja dengan berat lebih dari 300 g/hari.

II. ETIOLOGI

Secara umum diare dapat dibagi menjadi diare yang bersifat akut (durasi kurang dari

dua minggu) dan diare kronik (durasi lebih dari dua minggu). Ada beberapa penyebab yang

memicu terjadinya diare, antara lain:

1. Diare akibat infeksi bakteri

Beberapa jenis bakteri yang terkonsumsi melalui makanan atau air yang

terkontaminasi bakteri dapat menyebabkan diare. Beberapa bakteri tersebut antara lain adalah

Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli). Mikroba penyebab

bakteri akan menginvasi lapisan mukosal dan membentuk toksin sehingga mengganggu

mekanisme absorbsi maupun sekresi.

2. Diare akibat virus

Rotavirus, norovirus, cytomegalovirus, virus herpes simpleks, dan virus hepatitis

adalah beberapa virus yang dapat menyebabkan diare. Diare akut yang terjadi pada anak-anak

umumnya disebabkan oleh infeksi rotavirus. Diare rotavirus biasanya sembuh dalam 3

Page 2: DIARE FIKS

sampai 7 hari namun untuk yang mengalami masalah pada pencernaan laktosa dapat terjadi

sampai satu bulan atau lebih.

Virus penyebab diare akan melekat pada sel-sel mukosa usus sehingga akan menyebabkan

kerusakan pada mukosa usus. Dengan demikian maka akan menurunkan kapasitas reabsorbsi

dan akan meningkatkan sekresi air dan elektrolit. Diare yang disebabkan oleh virus ini

bersifat self limiting. Diare akan hilang dengan sendirinya seiiring dengan hilangnya virus,

biasanya 3-6 hari.

3. Diare akibat parasit

Parasit dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan air yang kita konsumsi.

Giardia lamblia dan Entamoeba histolyca adalah protozoa yang menyebabkan diare akut.

Selain itu, diare parasiter juga dapat disebabkan oleh protozoa Cryptosporidium.

4. Diare akibat penyakit usus

Radang usus (Inflamatori Bowel Diseases), kolitis ulseratif, penyakit Crohn, kanker

kolon serta infeksi HIV sering menyebabkan diare.

5. Diare akibat intoleransi pada makanan

Beberapa orang mengalami kesulitan mencerna makanan tertentu, misal laktosa, gula

yang ditemukan dalam produk susu. Selain itu, beberapa orang mungkin mengalami diare

jika mereka makan beberapa jenis pengganti gula dalam jumlah yang berlebihan, makanan

mengandung lemak tinggi, makan pedas, dan makan banyak serat dan kasar.

6. Diare akibat obat

Antibiotik spektrum luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin,

tetrasiklin), obat kanker, digoksin, kinidin, sorbito, beta bloker, ACE inhibitor, reserpin,

sitostatika, dan antasida yang mengandung magnesium bisa menyebabkan diare.

(Depkes RI, 2011).

III. FISIOLOGI SALURAN CERNA

Dalam keadaan normal, 9 L cairan memasuki bagian proksimal usus kecil setiap

harinya. Cairan ini, 2 L terdiri dari cairan yang berasal melalui diet, sedangkan sisanya terdiri

dari sekresi internal. Karena berisi makanan, chyme duodenum biasanya bersifat hipertonik.

Ketika chyme mencapai ileum, osmolalitas menyesuaikan dengan plasma, dengan lemak yang

berasal dari diet, karbohidrat, dan protein yang diserap. Volume chyme ileum menurun

menjadi sekitar 1 L/hari saat memasuki usus besar, yang kemudian dikurangi dengan

penyerapan usus untuk 100 mL setiap hari. Jika kapasitas penyerapan air dalam usus kecil

telah terlampaui, kelebihan chime dalam usus besar, menyebabkan diare. Pada manusia,

Page 3: DIARE FIKS

kapasitas serap usus besar adalah sekitar 5 L sehari. Transportasi cairan dalam kolon sangat

penting untuk air dan keseimbangan elektrolit (Spruill and Wade, 2005).

IV. PATOFISIOLOGI DIARE

Empat mekanisme umum patofisiologi diare mengganggu keseimbangan air dan

elektrolit, dan akhirnya menyebabkan diare, mekanisme ini merupakan dasar dari diagnosis

dan terapi. Mekanisme tersebut yaitu : (a) perubahan transpor ion aktif, (b) perubahan

motilitas usus, (c) peningkatan osmolaritas luminal, dan (d) peningkatan tekanan hidrostatik

jaringan. Mekanisme ini telah berhubungan dengan empat kelompok besar diare klinis:

sekretorik, osmotik, eksudatif, dan perubahan transit intestinal.

Diare sekretori terjadi ketika terdapat zat yang merangsang kenaikan atau penurunan

penyerapan jumlah besar air dan elektrolit. Zat yang menyebabkan sekresi berlebih termasuk

peptida usus vasoaktif (VIP) dari kelenjar pankreas, lemak dari makanan yang tidak terserap

di daerah steatorrhea, pencahar, hormon (seperti sekretin), toksin bakteri, dan garam empedu

yang berlebihan. Banyak dari agen merangsang adenosin monofosfat siklik intraseluler dan

menghambat Na+ / K+ATPase, yang menyebabkan peningkatan sekresi. Selain itu, banyak

dari mediator menghambat penyerapan ion secara bersamaan. Secara klinis, diare sekretori

ditandai oleh volume tinja yang besar (>1 L / hari) dengan kandungan ionik normal dan

osmolalitas kurang lebih sama dengan plasma. Kondisi puasa tidak mengubah volume tinja.

Diare osmotik disebabkan oleh sedikit terjadinya penyerapan untuk mempertahankan

cairan usus. Proses ini terjadi dengan sindrom malabsorpsi, intoleransi laktosa, administrasi

ion divalen (misalnya, magnesium yang mengandung antasida), atau konsumsi karbohidrat

yang sukar larut (misalnya, laktulosa). Pengangkutan karbohidrat yang sukar larut

menyebabkan usus menyesuaikan osmolalitas agar sesuai dengan plasma, dengan demikian,

air dan elektrolit terdistribusi ke dalam lumen. Secara klinis, diare osmotik ini dapat

dibedakan dari jenis lain, karena berhenti jika pasien sedang dalam keadaan puasa.

Inflamasi pada saluran cerna menyebabkan pelepasan lendir, protein serum, dan darah

ke usus. Kadang-kadang ketika buang air besar hanya terdiri dari lendir, eksudat, dan darah.

Exudative diare mungkin mempengaruhi fungsi absorpsi, sekresi, atau motilitas yang

menyebabkan besarnya volume feses.

Perubahan motilitas usus menyebabkan diare melalui tiga mekanisme yaitu :

penurunan waktu kontak dalam pengosongan usus halus, pengosongan kolon yang terlalu

cepat, dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Chyme harus menyentuh epitel usus untuk

jangka waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan normal dan proses sekresi. Jika

Page 4: DIARE FIKS

waktu kontak dikurangi, maka akan menyebabkan diare. Reseksi usus atau operasi dan obat-

obatan (seperti metoclopramide) menyebabkan dapat menyebabkan diare jenis ini. Di sisi

lain, peningkatan waktu pemaparan memungkinkan bakteri fecal tumbuh dengan cepat. Pola

karakteristik diare ini adalah cepat, deras, kecil. Gelombang ini tidak efisien, tiada ada

mekanisme penyerapan, dan cepat mengalirkan chyme ke kolon (Spruill and Wade, 2005).

V. MANIFESTASI KLINIS

Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari,

yang kadang disertai:

Tiba-tiba mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, menggigil, dan malaise.

Gerakan usus sering terjadi dan tidak pernah berdarah, dan diare berlangsung 12-60

jam.

Periumbilikalis intermiten atau nyeri kuadran kanan bawah dengan kram, dan suara

usus terdengar.

Ketika rasa sakit hadir pada diare usus besar, sensasi, mencengkeram sakit dengan

tenesmus (tegang, tidak efektif, dan stooling menyakitkan). Nyeri lokal pada bagian

ke wilayah hipogastrikus atau wilayah sakral, letaknya pada kuadran kanan bawah

atau kiri.

(Spruill and Wade, 2005)

Penyakit diare baik kronik maupun akut dapat menyebabkan beberapa keadaan klinik

pada penderita, diantaranya dehidrasi. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang

mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini

bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat

menyebabkan dehidrasi, asidosis netabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan

yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler, dan

kematian bila tidak diobati dengan tepat. mempengaruhi jumlah air dalam tubuh, aktivitas

otot,dan fungsi penting lainnya. Pada diare hebat yang seringkali disertai muntah-muntah,

tubuh akan banyak kehilangan air dan garam, terutama natrium dan kalium. Hal ini akan

menyebabkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokaliemia) dan terkadang

asidosis (darah menjadi asam), yang seringkali berakhir dengan shock dan kematian.

Gejala-gejala awal dari dehidrasi adalah perasaan haus, bibir dan mulut kering, kulit

menjadi keriput (hilang kekenyalan), berkurangnya air seni dan menurunnya berat badan,

juga keadaan gelisah. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi

isotonic, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat

Page 5: DIARE FIKS

dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat

(Depkes RI, 2011)

Pada penderita diare dapat mengalami gangguan sirkulasi berupa renjatan (shock)

hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah

berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi

penderita diare akan meninggal (Depkes RI, 2011).

VI. LOGARITMA TERAPI DIARE

Gambar 1. Logaritma Terapi Diare Akut

- Rekomendasi untuk pengobatan diare akut :

1. Lakukan pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit.

2. Apakah diarenya akut atau kronik?

3. Jika diarenya akut, periksa apakah ada demam atau gejala- gejala sistemik (misal

keracunan). Jika terjadi gejala sistemik (demam, anoreksia, kehilangan cairan tubuh),

periksa sumber infeksi. Jika positif diare disebabkan oleh infeksi, gunakan terapi

antibiotik atau antelmintik. Jika negatif, lakukan pengobatan gejala saja.

4. Jika tidak ditemukan gejala sistemik, lakukan terapi untuk mengatasi hilangnya cairan

tubuh, berikan cairan elektrolit oral/parenteral, agen antidiare.

Page 6: DIARE FIKS

Gambar 2. Logaritma Terapi Diare Kronik

Rekomendasi untuk mengatasi diare kronis. Lakukan langkah-langkah berikut:

1. Lakukan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.

2. Ada banyak kemungkinan penyebab diare kronik. Penyebab-penyebab ini bisa

diklasifikasikan menjadi: infeksi intestinal (bakteri atau protozoa), inflamasi (penyakit

Crohn atau ulserative colitis), malabsorpsi (intoleransi laktosa), tumor yang

mensekresi hormon (tumor karsinoid intestinal atau vasoactive intestinal peptide-

secreting tumors), obat (antasida), penyalahgunan laksatif, atau gangguan motilitas

(diabetes mellitus, sindrom iritasi usus atau sindrom hipertiroidisme).

3. Jika tidak yakin dengan diagnosanya, pilih studi diagnostik yang cocok.

4. Setelah diagnosa, rencanakan terapi untuk mengatasi penyebabnya.

Page 7: DIARE FIKS

5. Jika tidak ada sebab spesifik yang teridentifikasi, lakukan terapi untuk mengatasi

gejalanya.

VII. PERTANYAAN YANG HARUS DIAJUKAN KEPADA PASIEN

Daftar pertanyaan yang sebaiknya diajukan kepada pasien yaitu :

Umur

Perhatian khusus diperlukan bila pasien yang mengidap diare adalah pediatri

dan geriatri karena pada bayi (kurang dari 1 tahun) dan pasien geriatri tejadi

peningkatan resiko dehidrasi (Blenkinsopp et al., 2005).

Durasi

Sebagian besar kasus diare adalah akut dan tergantung pada masing-masing

penderita. Karena dehidrasi itu berbahaya, maka untuk bayi dengan durasi diare

lebih dari 1 hari disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter (Blenkinsopp et al.,

2005).

Keparahan (severity)

Derajat keparahan diare tergantung pada lingkungan dan frekuensi buang air

besar. Kedua aspek tersebut sangat penting karena dapat terjadi kesalahan terutama

pada diagnosis yang dilakukan sendiri. Pada pasien geriatri yang mengalami diare

akan mempengaruhi bentuk fesesnya. Pasien mengeluarkan feses yang cair satu

atau dua kali sehari (Blenkinsopp et al., 2005).

Gejala (keluhan)

Diare akut merupakan diare dengan onset cepat dan terjadi peningkatan

frekuensi pengeluaran feses yang cair. Gejala – gejala yang terjadi adalah kram

pada abdomen, flatulen (perut kembung), dan lemah atau malaise. Selain itu, dapat

disertai dengan mual, muntah, serta demam. Apoteker harus selalu menanyakan

gejala muntah dan demam untuk bayi; bila keduanya meningkat kemungkinan akan

terjadi dehidrasi yang berat. Pertanyaan penting lain yang perlu diajukan pada bayi

yang menderita diare adalah apakah bayi tetap dapat minum susu atau minuman

lain seperti keadaan normal. Penurunan asupan cairan dapat menyebabkan

dehidrasi.

Apoteker harus menanyakan kepada pasien tentang asupan makanan dan juga

anggota keluarga lain atau teman yang juga mengalami gejala yang sama karena

diare akut sering disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena sering terjadinya wabah

gastroenteritis lokal, maka pasien sering kali meminta saran dan pengobatan dari

Page 8: DIARE FIKS

apoteker. Adanya darah atau mukus (lendir) pada feses menunjukkan indikasi

pasien untuk dirujuk ke dokter atau rumah sakit. Diare dengan muntah yang berat

atau demam tinggi juga memerlukan rujukan (Blenkinsopp et al., 2005)

Riwayat Penyakit

Riwayat diare atau perubahan kebiasaan buang air besar yang berkepanjangan

juga memerlukan rujukan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut (tes laboratorium)

dan apoteker harus dapat membedakan antara kondisi akut dan kronis. Diare kronis

(durasi lebih dari 3 minggu) dapat disebabkan kondisi usus seperti pada penyakit

Crohn, IBS (irritable bowel syndrome) atau kolitis ulseratif dan memerlukan

rujukan ke dokter atau rumah sakit (Blenkinsopp et al., 2005).

Riwayat Pengobatan

Apoteker sebaiknya mengetahui identitas dari obat-obatan yang pernah

diminum oleh pasien untuk mengobati gejala penyakit yang diderita. Dari gejala

yang dialami oleh pasien apoteker dapat mengetahui dengan tepat penyebab diare

yang dialami pasien (Blenkinsopp et al., 2005).

Rincian mengenai obat-obatan yang diminum oleh pasien (baik OTC maupun

yang diresepkan) juga perlu diketahui oleh apoteker, karena beberapa obat-obatan

dapat menginduksi diare.

Obat – obat yang dapat menginduksi diare yaitu :

Antibiotik : Eritromisin

Antihipertensi : guanethidine (efek samping sedikit tapi jarang diresepkan);

Metildopa; beta-blockers (jarang)

Digokin (level toksik)

Diuretik (furosemid)

Iron preparations (Sediaan besi)

Laksatif

Misoprostol

Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)

Pemberian OTC harus diperhatikan, biasanya terdapat beberapa obat yang

mengandung antasida dan sediaan besi yang dapat menginduksi terjadinya diare.

Penyalahgunaan laksatif juga dapat mengakibatkan terjadinya diare

(Blenkinsopp et al., 2005)

Page 9: DIARE FIKS

Catatan perjalanan ke luar negeri

Diare pada pasien yang baru saja bepergian ke luar negeri membutuhkan

rujukan karena mungkin terinfeksi ketika berada di negara tersebut (Blenkinsopp et

al., 2005).

VIII. TATALAKSANA TERAPI DIARE

Tujuan terapi diare adalah memanajemen diet, mencegah kehilangan air, elektrolit,

dan keseimbangan asam-basa, meredakan gejala, dan mengobati penyebab diare. Tenaga

kesehatan harus paham bahwa diare, seperti juga batuk, mungkin merupakan mekanisme

pertahanan tubuh dari substansi yang berbahaya atau patogen.

A. Terapi Non-Farmakologi

1 Cairan dan Elektrolit

Penggantian cairan bukan merupakan pengobatan dalam kasus diare melainkan

merupakan proses pengembalian cairan tubuh dengan menggunakan cairan rehidrasi

oral yang mengandung air, garam dan glukosa. Menurut WHO larutan rehidrasi oral

harus mengandung 75 mEq / L natrium, 75 mmol / L glukosa, 65 mEq / L klorida, 20

mEq / L kalium, dan 10 mEq / L sitrat, memiliki total, osmolaritas 245 mOsm / L.

Untuk kasus diare tanpa disertai dengan dehidrasi, pasien dapat mengkonsumsi teh, jus,

sup dan minuman olahragawan untuk dehidrasi sedangkan untuk diare yang parah perlu

menggunakan larutan parenteral seperti ringer laktat atau normal saline untuk

menggantikan kehilangan cairan yang besar (Mims and Curry, 2008).

2 Modifikasi Diet

Selama diare pasien baik dewasa maupun anak-anak harus mempertahankan asupan

nutrisinya. Makanan tidak hanya menyediakan nutrisi, tetapi juga membantu

menggantikan volume cairan yang hilang. Namun, makanan mungkin tidak cukup

untuk mengkompensasi kehilangan cairan selama diare. Beberapa makanan yang tidak

sesuai mungkin mengiritasi saluran pencernaan atau sebagai penyebab diare. Pasien

dengan diare kronis mungkin menemukan bahwa peningkatan bulk dalam diet dapat

membantu (misalnya beras, pisang, gandum utuh) (Mims and Curry, 2008)

Page 10: DIARE FIKS

B. Terapi Farmakologi

Tujuan dari terapi obat adalah untuk mengendalikan gejala, memungkinkan pasien

untuk melanjutkan rutinitas seperti biasa dan menghindari komplikasi.

1. Adsorben dan Agen Bulk

Attapulgit berfungsi dalam mengabsorbsi kelebihan cairan dalam feses dengan beberapa

efek yang merugikan. Kalsium polikarbopil adalah resin poliakril hidrofilik yang bekerja

sebagai adsorben yang mampu mengikat 60 kali berat air dan menyebabkan pembentukkan

gel yang meningkatkan pembentukkan feses. Baik attapulgit maupun polikarbopil diserap

secara sistemik. Kedua obat ini efektif dalam mengurangi cairan dalam feses tetapi juga dapat

mengadsorpsi nutrisi dan obat lainnya. Pemberian kedua obat ini harus dipisahkan dari

pemberian obat oral lainnya dengan mengatur waktu pemebrian sekitar 2 hingga 3 jam.

Psylium dan produk metilselulosa juga dapat digunakan untuk mengurangi cairan di feses dan

meredakan diare kronis (Mims and Curry, 2008)

a. Attapulgit

Katagori farmakologi : antidiare

Penggunaan klinis : diare

Mekanisme : Attapulgit menyerap air, racun dan bakteri, mengurangi

kehilangan cairan akibat diare dan memadatkan tinja

(Williams and Wilkins. 2005).

ADR : konstipasi, perut terasa penuh, kembung (Williams and

Wilkins. 2005).

Interaksi obat : dapat menurunkan absorpsi dari promazin (Baxter,…)

Dosis : untuk dewasa 1200-1500 mg setelah buang air besar,

maksimum penggunaan 9000 mg selama 24 jam. Anak-anak

umur 6-12 tahun 750 mg setelah buang air besar, maksumum

penggunaan 4500 mg selama 24 jam (Mims and Curry,

2008)

Contoh sediaan : ®Attab (Sandoz Indonesia), ®Biodiar (Novartis Indonesia),

®Corosorb (Coronet Crown), ®Diavarat (Varia Sekata

Pharm. Lab), ®Dutaree (Simex Pharmaceutical),

®Enterodiar (Emba Megafarma), New ®Diatab (Medifarma

Laboratories)

(BPOM RI, 2008)

b. Polikarbopil

Page 11: DIARE FIKS

Katagori farmakologi : antidiare

Penggunaan klinis : diare

Peringatan : Kalsium polikarbopil melepaskan ion kalsium dalam saluran

pencernaan dan harus dihindari oleh pasien yang harus

membatasi asupan kalsium.

Interaksi obat : kalsium polikarbopil dapat mengurangi penyerapan

tetrasiklin, ciprofloksasin, mikofenolat (Sweetman, 2009;

Baxter,2008).

Dosis : Dewasa 1000 mg 4 kali sehari tidak lebih dari 12 tablet

perhari. Anak-anak usia 6-12 tahun 500 mg 3 kali sehari.

Anak usia 3-6 500 mg 2 kali sehari (Mims and Curry, 2008 )

Mekanisme kerja : mengabsorbsi air dalam saluran pencernaan (Williams and

Wilkins. 2005).

Contoh sediaan : Fiber Lax (Watson Rugby) dari luar negeri gak dapat dr

INDO--------------(aku gak nemu en T.T)

c. Kaolin-Pektin

Katagori farmakologi : antidiare

Penggunaan klinis : agen absorben pada diare, terapi tambahan untuk rehidrasi

dalam pengelolaan diare.

Interaksi obat : kaolin-pektin menyebabkan sedikit penurunan penyerapan

aspirin, klorokuin, quinidin, lincomisin, tetrasiklin,

menurunnya bioavailabilitas procainamid, menurunnya

tingkat plasma dari digoksin (Baxter, 2008).

Mekanisme kerja : kaolin dapat membentuk kompleks larut dengan beberapa

obat dalam saluran pencernaan dan mengurangi penyerapan

mereka (Sweetman, 2009).

Contoh sediaan : ®Diaend (Mugi Laboratories), ®Dianos (Fimedeo),

®Diarevar (Varia Sekata Pharm), ®Neo ®Diaform (Corsa),

®Neo Kaolama (Sanbe), ®Neo Kaomial (Molex Ayus),

®Novadiar (Novapharin), ®Prapeare (Prala), ®Qipec

(Pratapa Nirmala)

(BPOM RI, 2008)

Page 12: DIARE FIKS

2. Agen Antisekresi

Yang termasuk ke dalam agen antisekresi adalah bismuth subsalisilat yang memiliki efek

antisekresi dan antimikroba serta digunakan dalam pengobatan diare akut. Meskipun bismuth

subsalisilat sebagian besar tidak diserap melalui saluran pencernaan namun bagian salisilat

diserap dalam perut dan usus kecil. Untuk alasan ini, bismuth subsalisilat tidak boleh

diberikan kepada pasien yang alergi terhadap salisilat termasuk aspirin. Pasien yang

mengkonsumsi subsalisilat harus diberitahu bahwa feses mereka akan berubah menjadi

hitam. Selain bismuth subsalisilat, antiseksri lain yaitu octreotide telah digunakan untuk diare

sekretorik parah yang terkait dengan kemoterapi kanker, HIV, diabetes, reseksi lambung, dan

tumor gastrointestinal yang diberikan secara subkutan atau intravena (Mims and Curry, 2008)

a. Bismut Subsalisilat

Katagori farmakologi : antidiare

Penggunaan klinis : untuk pengobatan gejala ringan diare nonspesifik, kontrol

diare perjalanan.

Kontraindikasi : hipersensitif terhadap bismut atau komponen lain dalam

sediaan. Jangan gunakan subsalisilat pada pasien influenza

karena risiko gejala Reye’s. Sensitif terhadap salisilat atau

komponen lain dalam formulasi, risiko perdarahan GI,

kehamilan (trimester ketiga).

Peringatan : hati-hati penggunaan subsalisilat jika pasien diberi aspirin,

hati-hati pada anak-anak terutama <3 tahun, dapat

menyebabkan neurotoksik dengan dosis yang sangat besar.

ADR : CNS : gelisah, bingung, sakit kepala, depresi mental;

GI : diskolorisasi lidah, feses berwana keabu-abuan hingga

hitam, dampak dapat terjadi pada pasien yang lemah dan

bayi; Neuromuskular & skeletal : spasme otot, kelemahan.

Interaksi obat : toksisitas dari aspirin, warfarin, dan/atau hipoglikemia dapat

ditingkatkan dengan bismuth. Efek dari tetrasiklin dan

uricosurik dapat diturunkan jika digunakan bersama dengan

bismuth

Mekanisme kerja : bismut subsalisilat dapat menunjukkan aktivitas antisekretori

dan antimikroba. Obat ini dapat memberikan efek anti

inflamasi yang baik. Bagian salisilat dapat memberikan efek

Page 13: DIARE FIKS

antisekretori dan bismut menunjukkan efek antimikroba

langsung terhadap bakteri dan virus patogen.

Farmakodinamika/kinetika :

Absorbsi : Bismut <1%%, Subsalisilat >90%.

Metabolisme : bismuth subsalisilat dibuah menjadi asam salisilat dan garam bismuth

tidak larut dalam saluran GI.

Eksresi : bismuth: urin dan feses; salisilat: urin

Dosis oral

Pengobatan diare nonspesifik, kontrol terhadap diare perjalanan : subsalisilat (dosis

262 mg/15 mL liquid atau 262 mg tablet).

Anak : .hingga 8 mg/24 jam

3-6 tahun: 1/3 tablet atau 5 mL setiap 30 menit hingga 1 jam sesuai kebutuhan.

6-9 tahun: 2/3 tablet atau 10 mL setiap 30 menit hingga 1 jam sesuai kebutuhan.

9-12 tahun: 1 tablet atau 15 mL setiap 30 menit hingga 1 jam sesuai kebutuhan.

Anak >12 tahun dan dewasa : 2 tablet atau 30 mL setiap 30 menit hingga 1 jam

sesuai kebutuhan hingga 8 mg/24 jam.

(Lacy et al, 2006)

Contoh sediaan : Neo Adiar® (Erela), New Sybarin® (Kaliroto), Diaryn®

(Konimex), Scantoma ®  (Tempo Scan Pacific), Stobiol ® (Pharos). (Anonim, 2011)

b. Octreotide

Katagori farmakologi : antidiare

Penggunaan klinis : mengontrol pasien dengan karsinoid metastasis dan vasoaktif

intestinal peptide-secreting tumor, akromegali.

Kontraindikasi : hipersensitif terhadap octreotide atau komponen lain dalam

sediaan.

Peringatan : dapat mengganggu fungsi kandung empedu, monitor pasien

dengan kolelitiasis. Hati-hati penggunaan pada pasien

dengan gagal ginjal. Analog somastatin dapat memberi efek

pada regulasi glukosa, pada diabetes tipe I dapat

menyebabkan hipoglikemi berat, pada diabetes tipe II atau

pasien tanpa diabetes dapat menyebabkan hiperglikemi.

ADR : CNS : kelelahan, lesu, pusing, sakit kepala, demam.

GI : konstipasi, mual, muntah.

Page 14: DIARE FIKS

Neuromuskular & skeletal : sakit punggung.

Interaksi obat : octreotide dapat menurunkan konsentrasi serum

cyclosporine.

Mekanisme kerja : dengan menyerupai somasostatin dapat menghambat

pelepasan serotonin dan sekresi dari gastrin, insulin,

glukagon, sekretin, motilin, dan polipeptida pankreas.

Menurunkan hormon pertumbuhan dan IGF-1 pada

akromegali.

Farmakodinamika/kinetika :

Durasi : 6-12 jam

Absorbsi : cepat

Distribusi (Vd) : 14L (13-30 pada akromegali).

Ikatan protein : 65%

Metabolisme : secara luas di hati

Bioavailabilitas : 100%

T1/2 eliminasi : 1,7-1,9 jam hingga 3,7 jam denan sirosis.

Waktu kadar puncak : 0,4 jam (0,7 akromegali)

Eksresi : urin (32%)

Dosis oral

Bayi dan Anak : .

Diare sekretori I.V : dosis dimulai dari 1-10 mug/kg setiap 12 jam telah digunakan

pada anak-anak dimulai dari dosis terendah dan ditingkatkan dengan 0,3

mcg/kg/dose pada 3 interval.

Dewasa : I.V. dosis awal 50-100mcg setiap 8 jam, meningkat menjadi 100

mcg/dosis setiap interval 48 jam, dosis maksimum 500 mcg tiap 8 jam

(Lacy et al, 2006)

3. Probiotik

Probiotik merupakan suplemen diet yang mengandung bakteri yang dapat meningkatkan

kesehatan dengan meningkatkan mikroflora normal saluran pencernaan saat melawan koloni

patogen. Probiotik dapat merangsang respon kekebalan tubuh dan menekan respon inflamasi.

Contoh makanan yang mengandung probiotik adalah yogurt yang dapat meredakan diare

akibat intoleransi laktosa. Hal ini disebabkan bakteri yang digunakan dalam pembuatan

yogurt memprodusi lactase yang digunakan untuk memecah laktosa sebelum mencapai usus

Page 15: DIARE FIKS

besar. Lactobacillus acidophilus pada yogurt, keju, dan susu acidophilus meningkatkan

pemecahan laktosa sehingga dapat mencegah atau meringankan diare berhubungan dengan

kekurangan laktosa dan asupan susu.

IX. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

a. Sarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang keras selama 24 jam

(Blenkinsopp et al., 2005).

b. Pasien harus menghindari susu sapi karena selama diare, enzim pada usus yang

memetabolisme usus tidak aktif. Intoleran laktosa yang sementara mungkin dapat

terjadi yang dapat memperburuk glukosa. Konsumsi susu sapi diganti dengan susu

kedelai (Blenkinsopp et al., 2005).

c. Keparahan dan durasi diare tidak dipengaruhi oleh adanya susu. Maka pemberian susu

(susu kedelai) harus dilanjutkan pada bayi. Selain itu, beberapa dokter menyarankan

penghentian susu terutama susu formula pada infeksi fase akut (Blenkinsopp et al.,

2005).

KASUS :

Seorang ibu datang tergopoh-gopoh ke apotek dan mengeluhkan anaknya B yang berumur 10

tahun menderita diare sejak kemarin. Ibu itu menjelaskan bahwa anaknya mengeluarkan tinja

cair, tidak ada darah pada tinjanya. Sebelumnya anaknya jajan di sekitar sekolahnya berupa

sosis goreng di warung pinggir jalan. Anaknya mengalami demam sedang, lemas, mudah

haus, dan kulit kering. Bagaimana cara mengatasi diare si B?

Penyelesaian :

Data pasien :

Nama : B

Keluhan : Diare disertai demam dan lemas

Umur : 10 tahun

Point of view Apoteker :

Pasien B mengalami diare akut disertai demam yang dapat dilihat berdasarkan gejala klinis

(diare terjadi <14 hari, tinja cair, tidak ada darah pada tinja) yang ditunjukkan pasien.

Swamedikasi :

Page 16: DIARE FIKS

1. Berdasarkan keterangan ibu pasien bahwa pasien mengalami lemas, mudah haus, dan kulit

kering, hal ini menunjukkan pasien telah mengalami dehidrasi, karena diare baru terjadi

kemarin dehidrasi yang terjadi masih tergolong ringan sehingga saran yang diberikan

apoteker yaitu memberikan terapi untuk mengganti cairan tubuh yang hilang (rehidrasi)

agar cairan tubuh kembali pada komposisi normal. Terapi yang dapat diberikan adalah

dengan pemberian oralit. Memberitahukan cara minum oralit. Karena pasien B aalah anak-

anak usia 10 tahun, maka informasi yang dapat diberikan pada Ibu pasien adalah

Larutkan 1 bungkus oralit dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam

Berikan 6 gelas oralit untuk 2 jam pertama, selanjutnya 2 gelas setiap kali buang air

besar. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.

Jika dalam 24 jam masih tersisa sediaan oralit yang ada, maka sisa tersebut tidak dapat

digunakan lagi untuk keseesokan harinya.

Dipantau kondisi anak setelah 3 jam pemberian oralit, apabila ada bengkak pada

kelopak mata, pemberian oralit dihentikan sementara dan diberikan air putih. Terapi

oralit dilanjutkan apabila bengkak pada kelopak mata menghilang

(Depkes RI, 2011)

2. Memberikan saran pada pasien B untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar, dan tidak mengonsumsi

makanan yang tidak terjamin kebersihannya.

3. Menginformasikan kepada Ibu pasien untuk tetap memberikan makanan yang

mengandung nutrisi seperti makanan kaya akan kalium (sari buah segar, pisang, air kelapa

hijau), susu, dan Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-

sayuran, serta ditambahkan tahu, tempe, daging, atau ikan (Depkes RI, 2011)

4. Untuk mengatasi demam pasien B, disarankan agar pasien B lebih banyak istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Williams,L., and Wilkins. 2005. Pharmacotherapeutics for Advanced Practice : A Practical

Approach. Second Editions.USA : LCCPD).

Page 17: DIARE FIKS

Baxter, K. 2008. Stockley’s Drug Interactions A source book of interactions, their

mechanisms, clinical importance and management. London: Pharmaceutical

Press.

Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan : Lintas Diare. Jakarta : Depatemen

Kesehatan RI.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Thirty-sixth edition.

London: Pharmaceutical Press.

Lacy,C.F., L.L. Armstrong, M.P. Goldman and L.L.Lance. 2006. Drug Information

Handbook AComprehensive Resource for All Clinicians and Healthcare Professionals

14 Edition. United State : Lexi-Comp.

Spruill, W. J. and Wade, W. E. 2005. Diarrhea, Constipation, and Irritable Bowel

Syndrome. In : DiPiro, J.T., Talbert, R. I., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B. G. and

Posey, I. M. editors. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach. Sixth Edition. New

York: McGraw-Hill

.