diare akut

33
Diare Akut Mutia Indria Astuti Limbers, Teofanus Delphine Halim, Marcella Arista, Theo Nalmiades Ambra, Evita Jodjana, I Dewa Ayu Raina Kenovita Ardani, Samdaniel Sutanto, Valentine Febry Yohana, Nur Fadhilla Husna Binti Shaharudin Kelompok D1 Pendahuluan Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Akan tetapi kematian yang disebabkan oleh diare sering terjadi pada anak-anak. Penyakit diare bukanlah hal yang asing lagi di tengah masyarakat. Pada saat tertentu seperti banjir, diare bahkan menjadi lebih sering terjadi. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari bakteri sampai virus. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas tentang diare pada anak dan penyebabnya serta bagaimana mengatasinya, dengan begitu bisa mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Scenario Anak laki – laki 7 tahun, mengalami diare sejak 2 hari yang lalu disertai demam 38,5C. selama sakit anak ini hanya

Upload: -thanatos

Post on 14-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

blok 16 makalah kelompok

TRANSCRIPT

Page 1: Diare Akut

Diare Akut

Mutia Indria Astuti Limbers, Teofanus Delphine Halim, Marcella Arista, Theo Nalmiades

Ambra, Evita Jodjana, I Dewa Ayu Raina Kenovita Ardani, Samdaniel Sutanto, Valentine

Febry Yohana, Nur Fadhilla Husna Binti Shaharudin

Kelompok D1

Pendahuluan

Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Akan tetapi kematian yang

disebabkan oleh diare sering terjadi pada anak-anak. Penyakit diare bukanlah hal yang

asing lagi di tengah masyarakat. Pada saat tertentu seperti banjir, diare bahkan menjadi

lebih sering terjadi. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari bakteri sampai

virus. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas tentang diare pada anak dan

penyebabnya serta bagaimana mengatasinya, dengan begitu bisa mengurangi angka

morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia.

Scenario

Anak laki – laki 7 tahun, mengalami diare sejak 2 hari yang lalu disertai demam 38,5C.

selama sakit anak ini hanya meminum obat penurun panas dan tidak berobat ke dokter.

Frekuensi diare 6x/hari, konsistensi cair, dan tidak ada drah maupun lender. Sejak 1 hari

yang lalu anak menjadi tidak napsu makan dan asupan cairan berkurang. Beberapa jam

sebelum berobat anak menjadi lemas dan hanya terbaring di tempat tidur, sehingga ibunya

memutuskan untuk membawa anak tersebut ke UGD RS terdekat. Menurut ibunya, anak ini

terakhir buang air kecil 4 jam yang lalu.

Anamnesis1,2

Pada anamnesis disini yang perlu ditanyakan mengenai onset, lama gejala, frekuensi, serta

kuantitas dan karakteristik feses. Ditanyakan juga apakah disertai muntah atau demam.

Page 2: Diare Akut

Adanya demam merupakan temuan diagnostik yang penting karena menandakan adanya

infeksi bakteri invasif, berbagai virus enterik atau suatu patogen sitotoksik. Adanya feses

yang berdarah mengarahkan kemugkinan infeksi patogen invasif dan yang melepaskan

sitotoksin. Muntah sering terjadi pada diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau toksin

bakteri.

Selain itu untuk mengidentifikasi penyebab diare perlu juga data tambahan seperti riwayat

perjalanan sebelumnya, riwayat mengonsumsi makanan-makanan tertentu, atau riwayat

penggunaan obat sebelumnya. Riwayat makanan yang dikonsumsi juga dapat mengarahkan

diagnosis. Konsumsi produk makanan yang tidak dipasteurisasi, daging atau ikan

mentah/setengah matang, atau sayur mayur dihubungkan dengan patogen tertentu.

Pentingnya menanyakan mengenai antibiotik yang baru saja digunakan atau obat-obat

lainnya, dan riwayat penyakit sebelumnya secara lengkap. Hal ini berguna untuk

mengidentifikasi penjamu yang immunocompromise atau kemungkinan infeksi

nosokomial.

Pemeriksaan Fisik1

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: keadaan umum, kesadaran, berat badan, temperatur,

frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan darah, turgor kulit, kelopak mata, mukosa lidah,

bising usus. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising

usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu

karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu

dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.

Pemeriksaan Penunjang3,4

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mencari penyebab diare

akut, yakni pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar

elektrolit serum, ureum dan kreatinin, serta pemeriksaan tinja dan pemeriksaan ELISA

untuk mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.

Page 3: Diare Akut

Pasien yang diarenya disebabkan oleh virus, biasanya memili jumlah dan hitung jenis

leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan diare akibat bakteri terdapat

leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk

memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja

dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi

bakteri atau adanya telur cacing dan parasit dewasa. Selain pemeriksaan laboratorium juga

bisa dilakukan endoskopi (rektoskopi / sigmoidoskopi / kolonoskopi), ini dilakukan pada

pasien dengan diare berdarah.

Pada anak pemeriksaan laboratorium untuk mengenali patogen diare sering tidak

diperlukan karena kebanyakan sembuh sendiri. Namun pada kasus-kasus tertentu atau

adanya keraguan dalam mendiagnosis dapat dilakukan pemeriksaan tinja.

Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja pada kasus ini adalah diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair

dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan

anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-

rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam

Differential Diagnosis5-7

Disentri

Merupakan radang usus yang menimbulkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan

gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, gejala meluas dengan gejala buang air

besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan

tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Adanya darah

dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut

menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.Penyakit ini seringkali terjadi karena

Page 4: Diare Akut

kebersihan tidak terjaga,baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan

masyarakat dan lingkungan.

Intoksifikasi Makanan

Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin

maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan

memproduksi toksin Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan

gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan

pangan melalui intoksikasi adalah:

Bacillus cereus. Merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri Gram-positif,

bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang

menelan bakteri atau bentuk sporanya atau menelan makanan yang sudah ada toksinnya.

Ada dua tipe toksin yang dihasilkan, yaitu:

Toksin penyebab diare. Gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian

bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah

mengkonsumsi pangan.

Toksin penyebab muntah. Gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta

berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang

dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.

Clostridium botulinum. Merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora

tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan

dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan

paralisis. Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda,

tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada

beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin

tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.

Page 5: Diare Akut

Staphylococcus aureus. Bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-

positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan

bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal.

Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat rusak secara bertahap

saat pendidihan minimal selama 30 menit. Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka

waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan,

kram perut hebat, distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat

timbul sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah.

Clostridium perfringen. Merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk endospora

serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging

mentah, unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium perfringens dapat menghasilkan

enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan

oleh bakteri di dalam usus. Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang

disertai muntah. Gejala mulai muncul 8-24jam dan dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi

pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu (terutama pada anak-

anak dan orang lanjut usia).

Epidemiologi8

Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus

kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar

3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per

anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh

angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat

bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih

merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat

proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2%

dengan peringkat 29. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan

secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi

Page 6: Diare Akut

rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta

dollar di Amerika Serikat.

Etiologi4,9

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Ada juga yang

mendefinisikan diare akut sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih

banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Lebih dari 90% penyebab diare akut

adalah infeksi. Sisanya adalah akibat obat, bahan toksik, iskemia dan lain-lain. Diare oleh

karena infeksi dibagi menjadi dua yaitu diare enterotoksigenik dan diare enterovasif.

Diare enterotoksik merupakan diare yang bakterinya tidak merusak mukosa misalnya

Vibrio cholerae, Enterotoxigenic E. Coli (ETEC) dan Clostridium perfringens. Sering

mengenai usus kecil bagian proksimal. Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk

mensekresi carian dan enzim, serta mengabsorpsi nutrients. Gangguan kedua proses

tersebut akan menimbulkan diare berair dengan volume besar, disertai kram perut, rasa

kembung, banyak gas, dan penurunan berat badan. Demam jarang terjadi serta pada feses

tidak dijumpai adanya darah samar maupun sel radang.

Pada diare enteroinvasif diare yang bakterinya merusak mukosa usus misalnya

Enteroinvansive E.coli (EIEC), Salmonella, Shigella, dan Yersinia. Sering mengenai kolon

atau usus kecil bagian distal. Kolon berfungsi sebagai organ penyimpanan. Terjadinya

inflamasi pada kolon menyebabkan frekuensi diare lebih sering, lebih teratur tapi dengan

volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan fese

berdarah atau mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang ditemukan pada

pemeriksaan tinja.

Tabel. Etiologi Penyebab Diare Akut10

Infeksi Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)

Infeksi ekstra intestinal (otitis media akut,

infeksi saluran kemih, pneumonia)

Page 7: Diare Akut

Obat-obatan Obat-obatan

Pencahar

Antasida yang mengandung magnesium

Withdrawal opiat

Obat-obatan lainnya

Alergi makanan atau

intoleransi

Cow’s milk protein allergy (CMPA)

Alergi protein kedelai

Alergi makanan multipel

Metilxantin (kafein, teobromin, teofilin)

Kelainan proses

cerna/absorpsi

Defisiensi enzim sukrase-isomaltase

Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)

Defisiensi vitamin Defisiensi niasin

Defisiensi folat

Tertelan logam berat Co, Zn, cat

Kemoterapi atau radiasi

yang menginduksi enteritis

Patofisiologi11,12

Page 8: Diare Akut

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat

terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik

dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga

usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya

bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus

setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang

biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang

selanjutnya akan menimbulkan diare.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah sebagai berikut :

Gangguan Osmotik. Secara umum, diare osmotic terjadi saat pencernaan dan/atau

penyerapan bermasalah. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadilah diare. Diare osmotik berhenti

dengan puasa dan memiliki pH asam. Contoh klasik diare osmotik adalah intoleransi

laktosa.

Page 9: Diare Akut

Gangguan Seksresi. Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare

timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Gangguan motilitas usus. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan

menimbulkan diare juga.

Gejala Klinis13

Awalnya anak atau bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu

makan kurang / tidak ada, timbul diare tinja cair mungkin mengadung darah / lendir, warna

menjadi kehijau-hijauan tercampur empadu, anus dan sekitarnya macet karena tinja

menjadi asam. Muntah terjadi sebelum/sesudah diare, bila banyak kehilangan air dan

elektrolit terjadilah dehidrasi, berat badan turun. Pada bayi ubun-ubun besar dan cekung,

tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering.

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan

asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan

defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan

kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi

berat bila penurunan lebih dari 10%. Untuk lebih jelasnya mari melihat perbedaan tingkat

dehidrasi pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 3. Derajat Dehidrasi

Gejala &

Tanda

Keadaan

Umum

Mata Mulut

/Lidah

Rasa Haus Kulit %

turun

BB

Estimasi

def.

cairan

Tanpa

Dehidrasi

Baik,

Sadar

Normal Basah Minum

Normal,Tidak

Dicubit

kembali

< 5 50 %

Page 10: Diare Akut

Haus cepat

Dehidrasi

Ringan –

Sedang

Gelisah

Rewel

Cekung Kering Tampak

Kehausan

Kembali

lambat

5 –

10

50–100

%

Dehidrasi

Berat

Letargik,

Kesadaran

Menurun

Sangat

cekung

dan

kering

Sangat

kering

Sulit, tidak bisa

minum

Kembali

sangat

lambat

>10 >100 %

Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam standar pelayanan medis

kesehatan anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi

hiponatremia ( 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso – natremia

(80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare

hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik

dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain

penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini

akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai

upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru ( pernapasan Kussmaul ) Untuk pemenuhan

kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya

produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat

dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam

secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.

Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada keadaan

asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja

dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan

hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali

pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian

Page 11: Diare Akut

karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan

dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan

munculnya gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola

dan epitel tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan

gagal ginjal.

Penatalaksanaan Medikamentosa14

Menurut Panduan Tata Laksana Pengobatan Diare yang merujuk pada WHO oleh Ikatan

Dokter Anak Indonesia, rehidrasi bukanlah satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan

diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi untuk mengobati

pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare

bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun

sedang dirawat di rumah sakit.

Pilar pertama adalah penggunaan oralit dengan osmolaritas yang rendah. Oralit dengan low

osmolaritas dapat menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi

pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.

Pilar kedua adalah pengobatan zink selama 10 hari berturut-turut. Penggunaan zink ini

memang populer beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus.

Pemberian zink selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan

mortalitas pasien. Zink 20 mg per hari dianjurkan untuk anak di atas usia enam bulan,

sementara zink 10 mg dianjurkan untuk anak di bawah usia enam bulan. Masing-masing

diberikan selama 10 hari. Tantangan di sini adalah agar pasien tetap diberikan zink selama

waktu yang direkomendasikan walaupun diare sudah berhenti.

Pilar ketiga adalah tetap memberikan ASI dan makanan seperti biasa sesuai usia anak.

Nutrisi yang seimbang tetap diperlukan untuk mencegah kehilangan berat badan serta

pengganti zat-zat gizi yang hilang akibat diare.

Page 12: Diare Akut

Pilar keempat adalh tidak dianjurkan penggunaan antibiotik untuk diare nonspesifik,

kecuali pada diare berdarah dan berlendir (dapat mengindikasikan disentri) atau kolera.

Pilar terakhir atau kelima adalah menasihati ibu atau pengasuh untuk kontrol kembali bila

anak mengalami demam, tinja berdarah, muntah berulang tanpa henti, makan dan minum

hanya sedikit, merasa sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik setelah tiga

hari. Peran tenaga kesehatan dalam mengedukasi harus benar-benar dijalankan sesuai

porsinya. Dengan menjalankan kelima langkah penatalaksanaan dengan tepat, angka

morbiditas dan mortalitas dapat ditekan.

Saat ini, pedoman tata laksana tersebut telah diadaptasi oleh standar pelayanan medik di

rumah-rumah sakit di Indonesia. Dengan begitu, diharapkan semakin banyak anak

Indonesia tertolong dan terhindar dari bahaya akibat diare akut.

Tatalaksana Diare Berdasarkan Penyebabnya

Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah mengetahui penyebabnya

yang pasti, antibiotika baru boleh diberikan kalau dalam pemeriksaan laboratorium dapat

ditemukan bakteri patogen, pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang sulit atau

hasil pemeriksaan datang terlambat, maka antibiotik dapat diberikan dengan

memperhatikan unsur-unsur penderita, perjalanan penyakit dan sifat tinja. Antibiotika yang

digunakan pada kasus diare akut adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Antibiotik pada Diare Akut

Obat Dosis (per hari) Jangka waktu

Kolera eltor Tetrasiklin 4x500 mg 3 hari

Kotrimoksazol 2x3 tab (awal)

2x2 tab 6 hari

Page 13: Diare Akut

Kloramfenikol 4x500 mg 7 hari

E.coli Tidak memerlukan

Terapi

Salmonelosis Ampisillin 4x1 g 10-14 hari

Kotrimoksazol 4x500 mg 10-14 hari

Siprofloksasin 2x500 mg 3-5 hari

Shigelosis Ampisillin 4x1 g 5 hari

Kloramfenikol 4x500 mg 5 hari

Amebiasis Metronidazol 4x500 mg 3 hari

Tinidazol 1x2 g 3 hari

Secnidazol 1x2 g 3 hari

Tetrasiklin 4x500 mg 10 hari

Giardiasis Kuinakrin 3x100 mg 7 hari

Klorokuin 3x100 mg 5 hari

Metronidazol 3x250 mg 7 hari

Kandidosis Mikostatin 3x500.000unit 10 hari

Virus Simtomatik dan

Suportif

Protozoa

Giardiasis Kuinakrin 3x100 mg 1x2 g 3x400 7 hari 3-5 hari 7

Page 14: Diare Akut

E.histolytica Metronidazol

Metronidazol

mg 3x800 mg hari 7 hari

Cacing Ascaris

Cacing tambang

Tricuris trichiura

Pirantel pamoat

Pirantel pamoat

Mebendazol

10-22 mg/kgBB (dosis

tunggal max 1g) 10-22

mg/kgBB (dosis tunggal

max 1g) 2x100 mg

3 hari 3 hari 3 hari

Pengobatan simtomatik

Obat antidiare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang

rasional. Golongan obat antidiare adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Golongan Obat Antidiare

Dosis Dosis dewasa

Antimotilitas

Difenoxilat 2,5 mg/tablet 5 mg 4 kali sehari, jangan

2,5 mg/5 ml melebihi 20 mg/hari

Loperamid 2 mg/kapsul Mula-mula 4 mg, kemudian 2

mg setelah diare, jangan

melebihi 16 mg/hari

Paregorig 1 mg/5ml, 2 mg/5ml 5-10 ml, 1-4 kali sehari

Opium tincture 5 mg/ml 0,6 ml 4 kali sehari

Difenoxin 1 mg/tablet 2 tablet, kemudian 1 tablet

setelah diare, sampai 3 tablet

per hari

Page 15: Diare Akut

Adsorben

Kaolin-pektin 5,7 g kaolin+130,2 mg/30ml 30-120 ml setelah diare

2 tablet 4 kali sehari atau

Polycarbophy 500 mg/tablet setelah diare, jangan

melebihi 12 tablet per hari.

Attapulgit 750 mg/15ml, 1200-1500 mg setelah BAB

300 mg/7,5Ml atau setiap 2 jam sampai 9000

750mg/tablet, mg per hari

600 mg/tablet,

300 mg/tablet

Antisekretori 2 tablet or30 ml setiap 30

Bismuth subsalisilat 1050 mg/30 ml, menit sampai 1 jam

262 mg/15 ml, 524mg/15ml, jikadiperlukan sampai 8 dosis

262 mg/tablet per hari

Enzymes(laktase) 1250 neutral laktase unit 4 3-4 drops diberikan dengan

drops 3300 laktase units per susu atau produk dairy 1or 2

Tablet Tablet

Bakteri pengganti 2 tablet atau 1 granul paket

(Lactobacillus 3- 4 kali sehari diberikan

Page 16: Diare Akut

ascorphilus, L. dengan susu, jus atau air

burgaricus)

Oktreotid 0,05 mg/ml, Mula-mula 50μg secara

0,1 mg/ml, subkutan 1-2 kali per hari

0,5 mg/ml

Pengobatan Cairan

Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan

umum

Cairan per oral pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang Cairan diberikan per oral

berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa yang dikenal dengan

nama oralit. Cairan yang tidak mengandung keempat komponen diatas, misalnya larutan

garam-gula (LGG) dan beras-garam, air tajin, air kelapa disebut cairan rehidrasi oral (CRO)

tidak lengkap. Berikut tabel mengenai upaya rehidrasi oral pada anak dengan kasus diare

cair akut berdasarkan derajat dehidrasinya.

Adapun prinsip pemberian rehidrasi oral atau oralit sebagai berikut :

Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.

Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua

Bila anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit.

Bila diare berlanjut setelah dua hari, berikan cairan lain (susu, sup, air tajin dan lain-

lain), atau lanjutkan pemberian oralit.

Penatalaksanaan dalam menanggulangi atau mencegah terjadinya dehidrasi harus

disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang anak alami.

Page 17: Diare Akut

Diare tanpa dehidrasi

< 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

Atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB

Diare dengan dehidrasi ringan-sedang

3 jam pertama : 75 ml/kgBB

Setelah 3 jam pertama : ulangi penilaian derajat dehidrasinya

Diare dengan dehidrasi berat

Berikan cairan intravena secepatnya. Cairan parenteral pada umumnya digunakan cairan

ringer laktat, formula tetesan yang saat ini dianjurkan adalah berdasarkan penatalaksanaan

diare menurut WHO. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan

evaluasi jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah, perubahan tanda-tanda

rehidrasi.

Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan.

Beri : 100 ml/kgbb cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tidak tersedia, gunakan

larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :

Tabel 5. Penatalaksanaan Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Sedang-Berat

Umur 30ml/kgBB selama 70ml/kgBB selama

<12 bulan 1 jam 5 jam

12 bulan-5tahun 30 menit 2,5 jam

Berikut merupakan komposisi cairan parenteral dan oral :

Tabel 6. Komposisi Cairan Parenteral dan Oral

Page 18: Diare Akut

  Osmolalitas

(mOsm/L)

Glukosa

(g/L)

Na+

(mEq/L)

CI-(mEq/L) K+

(mEq/L)

Basa

(mEq/L)

NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -

NaCl 0,45 %+D5 428 50 77 77 - -

NaCl 0,225%

+D5

253 50 38,5 38,5 - -

Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28

Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

Standard WHO-

ORS

311 111 90 80 20 Citrat 10

Reduced

osmalarity WHO-

ORS

245 70 75 65 20 Citrat 10

EPSGAN

recommendation

213 60 60 70 20 Citrat 3

Evaluasi sangat perlu karena jika tidak ada perbaikan sama sekali maka tatalaksana

pemberian cairan harus diubah (kecepatan tingkat tetesan harus ditingkatkan). Sebaliknya

kalau terdapat gejala overhidrasi, kecepatan tetesan harus dikurangi, setelah tanda dehidrasi

hilang terapi pemeliharaan harus dimulai dengan jalan pemberian cairan tambahan dan

makanan kembali diberikan.

Penatalaksanaan Non Medikamentosa

Diet.

Rekomendasi diet bagi penderita diare akut pada anak adalah sebagai berikut :

Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas.

Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total.

Page 19: Diare Akut

Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energy total.

Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energy total.

Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8

g/hari.

Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar (liat) sesuai dengan

toleransi perorangan.

Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan

berbumbu tajam.

Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan

dingin

Makanan sering diberikan dalam porsi kecil.

Bila diberikan dalam jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu

disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.

Probiotik15

Probiotik adalah suplemen makanan mikroba hidup yang umum digunakan dalam

pengobatan dan pencegahan diare akut. Mekanisme yang mungkin aksi termasuk sintesis

zat antimikroba, persaingan dengan patogen untuk nutrisi, modifikasi racun, dan stimulasi

respon imun nonspesifik terhadap patogen. Dua tinjauan sistematis besar telah menemukan

probiotik (terutama GG Lactobacillus) efektif dalam mengurangi durasi diare pada anak-

anak yang mengalami gastroenteritis akut.

Komplikasi Diare16

Selain dehidrasi, komplikasi lain bisa terjadinya gangguan gizi dan gangguan sirkulasi.

Pada gangguan gizi akan terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat

disebabkan oleh karena asupan makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare

atau muntah yang bertambah hebat dan makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna

dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. Dan gangguan sirkulasi sebagai

akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan

Page 20: Diare Akut

berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan

otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

Pencegahan5

Penularan penyakit ini melalui “4F” (finger, feces, food, dan fly) maka pencegahan yang

terpenting adalah :

Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan setiap habis

bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.

Membiasakan anak membuang air di jamban dan jamban harus selalu bersih agar

tidak ada lalat.

Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.

Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja)

Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar di ajarkan untuk

tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang terjangkit penyakit diare selain selain harus

yang bersih perlu dimasak mendidih lebih lama.

Prognosis

Prognosis diare sebaiknya jangan ditentukan pada hari-hari pertama. Pengalaman

membuktikan bahwa penderita pada hari pertama digolongkan ringan, namun pada hari-

hari berikutnya dapat saja terjadi asidosis. Sebaliknya, dengan penggantian cairan yang

adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,

prognosis diare hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.

Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada

lanjut usia.6

Daftar pustaka

Page 21: Diare Akut

1. Jonathan G. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2007. h. 1-17. 4.

2. Soegeng S, dkk. Diare akut pada anak dalam ilmu penyakit anak diagnosis dan

penatalaksanaan. Jakarta : Salemba Medika; 2010.h.73-87

3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Gastroenterologi dalam buku kuliah ilmu

kesehatan anak. Jilid I. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI; 2009.h.283-

312.

4. Sudoyo A, Setiyohadi B dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jilid I.Edisi ke-

5.Jakarta:Interna Publishing.2008.h.548-555

5. Smith, Walker JA. Masalah pediati di bidang gastroenterologi tropis dalam problem

gastroenterologi daerah tropis. Jakarta: EGC; 2008.h.113-41.

6. Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM R. Keracunan pangan akibat

bakteri patogen. 2014 Diunduh dari http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-

Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf, 18 Mei 2015

7. WHO. Penyakit akibat keracunan makanan.2015. Diunduh dari

http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnesses-

id_03272015.pdf?ua=1, 18 Mei 2015

8. Nelson. Gastroenteritis dalam nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. USA:

Saunders an Imprint of Elsevier Science; 2008.h.53-64.

9. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi.Jakarta:FK UKRIDA;2012.h. 39-43

10. Guandilini S, Frye RE, Tamer MA. Diarrhea. Available at URL

http://emedicine.medscape.com/article/928598-overview. Accessed 17 Mei 2015.

11. Kliegman RM, Behrman RE, Stanton BMD, Geme JS, Schor N. Nelson textbook of

pediatrics. Edisi 19. Saunders. 2011.

12. Walker WA, Kleinman RE, Sanderson IR, Sherman PM, Shneider BL. Pediatric

gastrointestinal disease. Edisi 4. 2004.

13. 1Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam standar pelayanan medis kesehatan

anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011.h.85-7

Page 22: Diare Akut

14. World Health Organization. Hospital care for children : Guidelines for the

management of common illness with limited resources. Geneva: WHO; 2013

15. Suharyono. Terapi nutrisi diare kronik pendidikan kedokteran berkelanjutan ilmu

kesehatan anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.h.298-314

16. Umar Z, dkk. Diare akut disebabkan bakteri. Medan : Divisi Penyakit Tropik dan

Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU; 2007.h.134-41