diare akut
DESCRIPTION
blok 16 makalah kelompokTRANSCRIPT
Diare Akut
Mutia Indria Astuti Limbers, Teofanus Delphine Halim, Marcella Arista, Theo Nalmiades
Ambra, Evita Jodjana, I Dewa Ayu Raina Kenovita Ardani, Samdaniel Sutanto, Valentine
Febry Yohana, Nur Fadhilla Husna Binti Shaharudin
Kelompok D1
Pendahuluan
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Akan tetapi kematian yang
disebabkan oleh diare sering terjadi pada anak-anak. Penyakit diare bukanlah hal yang
asing lagi di tengah masyarakat. Pada saat tertentu seperti banjir, diare bahkan menjadi
lebih sering terjadi. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari bakteri sampai
virus. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas tentang diare pada anak dan
penyebabnya serta bagaimana mengatasinya, dengan begitu bisa mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia.
Scenario
Anak laki – laki 7 tahun, mengalami diare sejak 2 hari yang lalu disertai demam 38,5C.
selama sakit anak ini hanya meminum obat penurun panas dan tidak berobat ke dokter.
Frekuensi diare 6x/hari, konsistensi cair, dan tidak ada drah maupun lender. Sejak 1 hari
yang lalu anak menjadi tidak napsu makan dan asupan cairan berkurang. Beberapa jam
sebelum berobat anak menjadi lemas dan hanya terbaring di tempat tidur, sehingga ibunya
memutuskan untuk membawa anak tersebut ke UGD RS terdekat. Menurut ibunya, anak ini
terakhir buang air kecil 4 jam yang lalu.
Anamnesis1,2
Pada anamnesis disini yang perlu ditanyakan mengenai onset, lama gejala, frekuensi, serta
kuantitas dan karakteristik feses. Ditanyakan juga apakah disertai muntah atau demam.
Adanya demam merupakan temuan diagnostik yang penting karena menandakan adanya
infeksi bakteri invasif, berbagai virus enterik atau suatu patogen sitotoksik. Adanya feses
yang berdarah mengarahkan kemugkinan infeksi patogen invasif dan yang melepaskan
sitotoksin. Muntah sering terjadi pada diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau toksin
bakteri.
Selain itu untuk mengidentifikasi penyebab diare perlu juga data tambahan seperti riwayat
perjalanan sebelumnya, riwayat mengonsumsi makanan-makanan tertentu, atau riwayat
penggunaan obat sebelumnya. Riwayat makanan yang dikonsumsi juga dapat mengarahkan
diagnosis. Konsumsi produk makanan yang tidak dipasteurisasi, daging atau ikan
mentah/setengah matang, atau sayur mayur dihubungkan dengan patogen tertentu.
Pentingnya menanyakan mengenai antibiotik yang baru saja digunakan atau obat-obat
lainnya, dan riwayat penyakit sebelumnya secara lengkap. Hal ini berguna untuk
mengidentifikasi penjamu yang immunocompromise atau kemungkinan infeksi
nosokomial.
Pemeriksaan Fisik1
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: keadaan umum, kesadaran, berat badan, temperatur,
frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan darah, turgor kulit, kelopak mata, mukosa lidah,
bising usus. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.
Pemeriksaan Penunjang3,4
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mencari penyebab diare
akut, yakni pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar
elektrolit serum, ureum dan kreatinin, serta pemeriksaan tinja dan pemeriksaan ELISA
untuk mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.
Pasien yang diarenya disebabkan oleh virus, biasanya memili jumlah dan hitung jenis
leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan diare akibat bakteri terdapat
leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk
memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja
dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi
bakteri atau adanya telur cacing dan parasit dewasa. Selain pemeriksaan laboratorium juga
bisa dilakukan endoskopi (rektoskopi / sigmoidoskopi / kolonoskopi), ini dilakukan pada
pasien dengan diare berdarah.
Pada anak pemeriksaan laboratorium untuk mengenali patogen diare sering tidak
diperlukan karena kebanyakan sembuh sendiri. Namun pada kasus-kasus tertentu atau
adanya keraguan dalam mendiagnosis dapat dilakukan pemeriksaan tinja.
Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja pada kasus ini adalah diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan
anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
Differential Diagnosis5-7
Disentri
Merupakan radang usus yang menimbulkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan
gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan
tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Adanya darah
dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut
menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.Penyakit ini seringkali terjadi karena
kebersihan tidak terjaga,baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan
masyarakat dan lingkungan.
Intoksifikasi Makanan
Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin
maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan
memproduksi toksin Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan
gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan
pangan melalui intoksikasi adalah:
Bacillus cereus. Merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri Gram-positif,
bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang
menelan bakteri atau bentuk sporanya atau menelan makanan yang sudah ada toksinnya.
Ada dua tipe toksin yang dihasilkan, yaitu:
Toksin penyebab diare. Gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian
bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah
mengkonsumsi pangan.
Toksin penyebab muntah. Gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta
berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang
dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.
Clostridium botulinum. Merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora
tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan
dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan
paralisis. Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda,
tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada
beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin
tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.
Staphylococcus aureus. Bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-
positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan
bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal.
Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat rusak secara bertahap
saat pendidihan minimal selama 30 menit. Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka
waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan,
kram perut hebat, distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat
timbul sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah.
Clostridium perfringen. Merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk endospora
serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging
mentah, unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium perfringens dapat menghasilkan
enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan
oleh bakteri di dalam usus. Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang
disertai muntah. Gejala mulai muncul 8-24jam dan dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi
pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu (terutama pada anak-
anak dan orang lanjut usia).
Epidemiologi8
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar
3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per
anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh
angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat
bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih
merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2%
dengan peringkat 29. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan
secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi
rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta
dollar di Amerika Serikat.
Etiologi4,9
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Ada juga yang
mendefinisikan diare akut sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Lebih dari 90% penyebab diare akut
adalah infeksi. Sisanya adalah akibat obat, bahan toksik, iskemia dan lain-lain. Diare oleh
karena infeksi dibagi menjadi dua yaitu diare enterotoksigenik dan diare enterovasif.
Diare enterotoksik merupakan diare yang bakterinya tidak merusak mukosa misalnya
Vibrio cholerae, Enterotoxigenic E. Coli (ETEC) dan Clostridium perfringens. Sering
mengenai usus kecil bagian proksimal. Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk
mensekresi carian dan enzim, serta mengabsorpsi nutrients. Gangguan kedua proses
tersebut akan menimbulkan diare berair dengan volume besar, disertai kram perut, rasa
kembung, banyak gas, dan penurunan berat badan. Demam jarang terjadi serta pada feses
tidak dijumpai adanya darah samar maupun sel radang.
Pada diare enteroinvasif diare yang bakterinya merusak mukosa usus misalnya
Enteroinvansive E.coli (EIEC), Salmonella, Shigella, dan Yersinia. Sering mengenai kolon
atau usus kecil bagian distal. Kolon berfungsi sebagai organ penyimpanan. Terjadinya
inflamasi pada kolon menyebabkan frekuensi diare lebih sering, lebih teratur tapi dengan
volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan fese
berdarah atau mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang ditemukan pada
pemeriksaan tinja.
Tabel. Etiologi Penyebab Diare Akut10
Infeksi Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)
Infeksi ekstra intestinal (otitis media akut,
infeksi saluran kemih, pneumonia)
Obat-obatan Obat-obatan
Pencahar
Antasida yang mengandung magnesium
Withdrawal opiat
Obat-obatan lainnya
Alergi makanan atau
intoleransi
Cow’s milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multipel
Metilxantin (kafein, teobromin, teofilin)
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Defisiensi enzim sukrase-isomaltase
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin Defisiensi niasin
Defisiensi folat
Tertelan logam berat Co, Zn, cat
Kemoterapi atau radiasi
yang menginduksi enteritis
Patofisiologi11,12
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah sebagai berikut :
Gangguan Osmotik. Secara umum, diare osmotic terjadi saat pencernaan dan/atau
penyerapan bermasalah. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadilah diare. Diare osmotik berhenti
dengan puasa dan memiliki pH asam. Contoh klasik diare osmotik adalah intoleransi
laktosa.
Gangguan Seksresi. Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan
menimbulkan diare juga.
Gejala Klinis13
Awalnya anak atau bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan kurang / tidak ada, timbul diare tinja cair mungkin mengadung darah / lendir, warna
menjadi kehijau-hijauan tercampur empadu, anus dan sekitarnya macet karena tinja
menjadi asam. Muntah terjadi sebelum/sesudah diare, bila banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi, berat badan turun. Pada bayi ubun-ubun besar dan cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan
asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan
kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi
berat bila penurunan lebih dari 10%. Untuk lebih jelasnya mari melihat perbedaan tingkat
dehidrasi pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 3. Derajat Dehidrasi
Gejala &
Tanda
Keadaan
Umum
Mata Mulut
/Lidah
Rasa Haus Kulit %
turun
BB
Estimasi
def.
cairan
Tanpa
Dehidrasi
Baik,
Sadar
Normal Basah Minum
Normal,Tidak
Dicubit
kembali
< 5 50 %
Haus cepat
Dehidrasi
Ringan –
Sedang
Gelisah
Rewel
Cekung Kering Tampak
Kehausan
Kembali
lambat
5 –
10
50–100
%
Dehidrasi
Berat
Letargik,
Kesadaran
Menurun
Sangat
cekung
dan
kering
Sangat
kering
Sulit, tidak bisa
minum
Kembali
sangat
lambat
>10 >100 %
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam standar pelayanan medis
kesehatan anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso – natremia
(80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik
dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini
akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai
upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru ( pernapasan Kussmaul ) Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam
secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada keadaan
asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja
dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan
dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan
munculnya gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola
dan epitel tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan
gagal ginjal.
Penatalaksanaan Medikamentosa14
Menurut Panduan Tata Laksana Pengobatan Diare yang merujuk pada WHO oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia, rehidrasi bukanlah satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan
diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi untuk mengobati
pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun
sedang dirawat di rumah sakit.
Pilar pertama adalah penggunaan oralit dengan osmolaritas yang rendah. Oralit dengan low
osmolaritas dapat menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Pilar kedua adalah pengobatan zink selama 10 hari berturut-turut. Penggunaan zink ini
memang populer beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus.
Pemberian zink selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan
mortalitas pasien. Zink 20 mg per hari dianjurkan untuk anak di atas usia enam bulan,
sementara zink 10 mg dianjurkan untuk anak di bawah usia enam bulan. Masing-masing
diberikan selama 10 hari. Tantangan di sini adalah agar pasien tetap diberikan zink selama
waktu yang direkomendasikan walaupun diare sudah berhenti.
Pilar ketiga adalah tetap memberikan ASI dan makanan seperti biasa sesuai usia anak.
Nutrisi yang seimbang tetap diperlukan untuk mencegah kehilangan berat badan serta
pengganti zat-zat gizi yang hilang akibat diare.
Pilar keempat adalh tidak dianjurkan penggunaan antibiotik untuk diare nonspesifik,
kecuali pada diare berdarah dan berlendir (dapat mengindikasikan disentri) atau kolera.
Pilar terakhir atau kelima adalah menasihati ibu atau pengasuh untuk kontrol kembali bila
anak mengalami demam, tinja berdarah, muntah berulang tanpa henti, makan dan minum
hanya sedikit, merasa sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik setelah tiga
hari. Peran tenaga kesehatan dalam mengedukasi harus benar-benar dijalankan sesuai
porsinya. Dengan menjalankan kelima langkah penatalaksanaan dengan tepat, angka
morbiditas dan mortalitas dapat ditekan.
Saat ini, pedoman tata laksana tersebut telah diadaptasi oleh standar pelayanan medik di
rumah-rumah sakit di Indonesia. Dengan begitu, diharapkan semakin banyak anak
Indonesia tertolong dan terhindar dari bahaya akibat diare akut.
Tatalaksana Diare Berdasarkan Penyebabnya
Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah mengetahui penyebabnya
yang pasti, antibiotika baru boleh diberikan kalau dalam pemeriksaan laboratorium dapat
ditemukan bakteri patogen, pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang sulit atau
hasil pemeriksaan datang terlambat, maka antibiotik dapat diberikan dengan
memperhatikan unsur-unsur penderita, perjalanan penyakit dan sifat tinja. Antibiotika yang
digunakan pada kasus diare akut adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Antibiotik pada Diare Akut
Obat Dosis (per hari) Jangka waktu
Kolera eltor Tetrasiklin 4x500 mg 3 hari
Kotrimoksazol 2x3 tab (awal)
2x2 tab 6 hari
Kloramfenikol 4x500 mg 7 hari
E.coli Tidak memerlukan
Terapi
Salmonelosis Ampisillin 4x1 g 10-14 hari
Kotrimoksazol 4x500 mg 10-14 hari
Siprofloksasin 2x500 mg 3-5 hari
Shigelosis Ampisillin 4x1 g 5 hari
Kloramfenikol 4x500 mg 5 hari
Amebiasis Metronidazol 4x500 mg 3 hari
Tinidazol 1x2 g 3 hari
Secnidazol 1x2 g 3 hari
Tetrasiklin 4x500 mg 10 hari
Giardiasis Kuinakrin 3x100 mg 7 hari
Klorokuin 3x100 mg 5 hari
Metronidazol 3x250 mg 7 hari
Kandidosis Mikostatin 3x500.000unit 10 hari
Virus Simtomatik dan
Suportif
Protozoa
Giardiasis Kuinakrin 3x100 mg 1x2 g 3x400 7 hari 3-5 hari 7
E.histolytica Metronidazol
Metronidazol
mg 3x800 mg hari 7 hari
Cacing Ascaris
Cacing tambang
Tricuris trichiura
Pirantel pamoat
Pirantel pamoat
Mebendazol
10-22 mg/kgBB (dosis
tunggal max 1g) 10-22
mg/kgBB (dosis tunggal
max 1g) 2x100 mg
3 hari 3 hari 3 hari
Pengobatan simtomatik
Obat antidiare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Golongan obat antidiare adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Golongan Obat Antidiare
Dosis Dosis dewasa
Antimotilitas
Difenoxilat 2,5 mg/tablet 5 mg 4 kali sehari, jangan
2,5 mg/5 ml melebihi 20 mg/hari
Loperamid 2 mg/kapsul Mula-mula 4 mg, kemudian 2
mg setelah diare, jangan
melebihi 16 mg/hari
Paregorig 1 mg/5ml, 2 mg/5ml 5-10 ml, 1-4 kali sehari
Opium tincture 5 mg/ml 0,6 ml 4 kali sehari
Difenoxin 1 mg/tablet 2 tablet, kemudian 1 tablet
setelah diare, sampai 3 tablet
per hari
Adsorben
Kaolin-pektin 5,7 g kaolin+130,2 mg/30ml 30-120 ml setelah diare
2 tablet 4 kali sehari atau
Polycarbophy 500 mg/tablet setelah diare, jangan
melebihi 12 tablet per hari.
Attapulgit 750 mg/15ml, 1200-1500 mg setelah BAB
300 mg/7,5Ml atau setiap 2 jam sampai 9000
750mg/tablet, mg per hari
600 mg/tablet,
300 mg/tablet
Antisekretori 2 tablet or30 ml setiap 30
Bismuth subsalisilat 1050 mg/30 ml, menit sampai 1 jam
262 mg/15 ml, 524mg/15ml, jikadiperlukan sampai 8 dosis
262 mg/tablet per hari
Enzymes(laktase) 1250 neutral laktase unit 4 3-4 drops diberikan dengan
drops 3300 laktase units per susu atau produk dairy 1or 2
Tablet Tablet
Bakteri pengganti 2 tablet atau 1 granul paket
(Lactobacillus 3- 4 kali sehari diberikan
ascorphilus, L. dengan susu, jus atau air
burgaricus)
Oktreotid 0,05 mg/ml, Mula-mula 50μg secara
0,1 mg/ml, subkutan 1-2 kali per hari
0,5 mg/ml
Pengobatan Cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan
umum
Cairan per oral pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang Cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa yang dikenal dengan
nama oralit. Cairan yang tidak mengandung keempat komponen diatas, misalnya larutan
garam-gula (LGG) dan beras-garam, air tajin, air kelapa disebut cairan rehidrasi oral (CRO)
tidak lengkap. Berikut tabel mengenai upaya rehidrasi oral pada anak dengan kasus diare
cair akut berdasarkan derajat dehidrasinya.
Adapun prinsip pemberian rehidrasi oral atau oralit sebagai berikut :
Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit.
Bila diare berlanjut setelah dua hari, berikan cairan lain (susu, sup, air tajin dan lain-
lain), atau lanjutkan pemberian oralit.
Penatalaksanaan dalam menanggulangi atau mencegah terjadinya dehidrasi harus
disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang anak alami.
Diare tanpa dehidrasi
< 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB
Atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB
Diare dengan dehidrasi ringan-sedang
3 jam pertama : 75 ml/kgBB
Setelah 3 jam pertama : ulangi penilaian derajat dehidrasinya
Diare dengan dehidrasi berat
Berikan cairan intravena secepatnya. Cairan parenteral pada umumnya digunakan cairan
ringer laktat, formula tetesan yang saat ini dianjurkan adalah berdasarkan penatalaksanaan
diare menurut WHO. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan
evaluasi jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah, perubahan tanda-tanda
rehidrasi.
Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan.
Beri : 100 ml/kgbb cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tidak tersedia, gunakan
larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
Tabel 5. Penatalaksanaan Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Sedang-Berat
Umur 30ml/kgBB selama 70ml/kgBB selama
<12 bulan 1 jam 5 jam
12 bulan-5tahun 30 menit 2,5 jam
Berikut merupakan komposisi cairan parenteral dan oral :
Tabel 6. Komposisi Cairan Parenteral dan Oral
Osmolalitas
(mOsm/L)
Glukosa
(g/L)
Na+
(mEq/L)
CI-(mEq/L) K+
(mEq/L)
Basa
(mEq/L)
NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -
NaCl 0,45 %+D5 428 50 77 77 - -
NaCl 0,225%
+D5
253 50 38,5 38,5 - -
Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard WHO-
ORS
311 111 90 80 20 Citrat 10
Reduced
osmalarity WHO-
ORS
245 70 75 65 20 Citrat 10
EPSGAN
recommendation
213 60 60 70 20 Citrat 3
Evaluasi sangat perlu karena jika tidak ada perbaikan sama sekali maka tatalaksana
pemberian cairan harus diubah (kecepatan tingkat tetesan harus ditingkatkan). Sebaliknya
kalau terdapat gejala overhidrasi, kecepatan tetesan harus dikurangi, setelah tanda dehidrasi
hilang terapi pemeliharaan harus dimulai dengan jalan pemberian cairan tambahan dan
makanan kembali diberikan.
Penatalaksanaan Non Medikamentosa
Diet.
Rekomendasi diet bagi penderita diare akut pada anak adalah sebagai berikut :
Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas.
Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total.
Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energy total.
Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energy total.
Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8
g/hari.
Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar (liat) sesuai dengan
toleransi perorangan.
Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan
berbumbu tajam.
Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan
dingin
Makanan sering diberikan dalam porsi kecil.
Bila diberikan dalam jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu
disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.
Probiotik15
Probiotik adalah suplemen makanan mikroba hidup yang umum digunakan dalam
pengobatan dan pencegahan diare akut. Mekanisme yang mungkin aksi termasuk sintesis
zat antimikroba, persaingan dengan patogen untuk nutrisi, modifikasi racun, dan stimulasi
respon imun nonspesifik terhadap patogen. Dua tinjauan sistematis besar telah menemukan
probiotik (terutama GG Lactobacillus) efektif dalam mengurangi durasi diare pada anak-
anak yang mengalami gastroenteritis akut.
Komplikasi Diare16
Selain dehidrasi, komplikasi lain bisa terjadinya gangguan gizi dan gangguan sirkulasi.
Pada gangguan gizi akan terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat
disebabkan oleh karena asupan makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
atau muntah yang bertambah hebat dan makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna
dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. Dan gangguan sirkulasi sebagai
akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Pencegahan5
Penularan penyakit ini melalui “4F” (finger, feces, food, dan fly) maka pencegahan yang
terpenting adalah :
Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan setiap habis
bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.
Membiasakan anak membuang air di jamban dan jamban harus selalu bersih agar
tidak ada lalat.
Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja)
Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar di ajarkan untuk
tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.
Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang terjangkit penyakit diare selain selain harus
yang bersih perlu dimasak mendidih lebih lama.
Prognosis
Prognosis diare sebaiknya jangan ditentukan pada hari-hari pertama. Pengalaman
membuktikan bahwa penderita pada hari pertama digolongkan ringan, namun pada hari-
hari berikutnya dapat saja terjadi asidosis. Sebaliknya, dengan penggantian cairan yang
adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.
Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada
lanjut usia.6
Daftar pustaka
1. Jonathan G. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007. h. 1-17. 4.
2. Soegeng S, dkk. Diare akut pada anak dalam ilmu penyakit anak diagnosis dan
penatalaksanaan. Jakarta : Salemba Medika; 2010.h.73-87
3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Gastroenterologi dalam buku kuliah ilmu
kesehatan anak. Jilid I. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI; 2009.h.283-
312.
4. Sudoyo A, Setiyohadi B dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jilid I.Edisi ke-
5.Jakarta:Interna Publishing.2008.h.548-555
5. Smith, Walker JA. Masalah pediati di bidang gastroenterologi tropis dalam problem
gastroenterologi daerah tropis. Jakarta: EGC; 2008.h.113-41.
6. Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM R. Keracunan pangan akibat
bakteri patogen. 2014 Diunduh dari http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-
Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf, 18 Mei 2015
7. WHO. Penyakit akibat keracunan makanan.2015. Diunduh dari
http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnesses-
id_03272015.pdf?ua=1, 18 Mei 2015
8. Nelson. Gastroenteritis dalam nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. USA:
Saunders an Imprint of Elsevier Science; 2008.h.53-64.
9. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi.Jakarta:FK UKRIDA;2012.h. 39-43
10. Guandilini S, Frye RE, Tamer MA. Diarrhea. Available at URL
http://emedicine.medscape.com/article/928598-overview. Accessed 17 Mei 2015.
11. Kliegman RM, Behrman RE, Stanton BMD, Geme JS, Schor N. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi 19. Saunders. 2011.
12. Walker WA, Kleinman RE, Sanderson IR, Sherman PM, Shneider BL. Pediatric
gastrointestinal disease. Edisi 4. 2004.
13. 1Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam standar pelayanan medis kesehatan
anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011.h.85-7
14. World Health Organization. Hospital care for children : Guidelines for the
management of common illness with limited resources. Geneva: WHO; 2013
15. Suharyono. Terapi nutrisi diare kronik pendidikan kedokteran berkelanjutan ilmu
kesehatan anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.h.298-314
16. Umar Z, dkk. Diare akut disebabkan bakteri. Medan : Divisi Penyakit Tropik dan
Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU; 2007.h.134-41