eritroderma
TRANSCRIPT
TUTOR: Dr. Yusnam Syarief
NAMA: Fitri Larasati
NIM: 2010730136
Jelaskan mengapa terjadi gatal, kemerahan dan sisik?
Gatal
Pada kulit, terdapat ujung saraf bebas yang merupakan reseptor nyeri (nosiseptor).
Ujung saraf bebas terbagi menjadi dua jenis serabut saraf.
Serabut saraf A bermielin yang merupakan nosiseptor dan serabut saraf C tidak
bermielin. Serabut saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif yang merupakan polimodal
nosiseptor dan 20% mekanoinsensitif.
Sekitar 5% dari mekanoinsensitif ini merupakan pruritoseptor yaitu reseptor yang
menimbulkan rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh histamine.
Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak
terangsang.
Saat pruriseptor terangsang, seseorang akan mulai merasakan sensasi gatal sehingga
timbul hasrat untuk menggaruk. Saat menggaruk, polimodal nosiseptor akan
terangsang sehingga pruritoseptor akan berhenti terangsang.
Hal ini memberikan penjelasan mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang
gatal, maka rasa gatal akan menghilang. Setelah garukan dihentikan, yang artinya
polimodal nosiseptor berhenti terangsang, pruritoseptor sangat mungkin untuk
kembali terangsang sehingga gatal akan timbul kembali.
Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi. Serabut saraf
C tersebut kemudian menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf sensoris.
Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf tulang belakang. Hasil
dari impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan transmiter yang menghasilkan
inflamasi neurogenik.
Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul suatu
perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian
tertentu.
Kemerahan
Akibat adanya reaksi peradangan arteriol yang memasok daerah tersebbut berdiltasi
sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
Kapiler-kapiler yang yang sebelumnya kosong, atau mungkin hanya sebagian
meregang, secara cepat terisi penug dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia,
menyebabkan kemerahan lokal pada peradangan akut. Tubuh mengontrol produksi
hiperemia pada awal reaksi peradangan.
Skuama
Skuama merupakan lapisan tanduk dari epidermis yang menumpuk pada kulit
sebagai akibat dari inflamasi.
Skuama dapat dibedakan sebagai berikut:
- Pitiriasiformis (halus)
- Psoriasiformis (berlapis-lapis)
- Iktiosiformis (seperti ikan)
- Kutikular (tipis)
- Lamelar (berlapis)
- Membranosa/eksfoliativa (lembaran-lembaran)
- Keratolik (terdiri atas zat tanduk)
Inflamasi dapat menyebabkan terjadinya skuama, karena adanya inflamasi maka sel-
sel yang terdapat pada stratum basale dan stratum spinosum akan membelah sehingga
terjadilah sel yang berlebihan. Sel yang berlebihan akan menempati bagian atas dari
epidermis sehingga terjadi penumpukan. Karena keratin terus menumpuk maka nutrisi
pun tidak dapat disalurkan secara menyeluruh. Inilah proses terjadinya skuama.
ERITRODERMA
Definisi
Eritroderma ialah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90-
100%), biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara 50-90% disebut pre-
eritroderma. pada definisi tersebut yang mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan
skuama tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara
sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan
timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena
bercampur dengan hiperpigmentasi.
Epidemiologi
Pasien eritroderma makin bertambah dan penyebab utamanya ialah psoriasis yang
meluas. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis.
Patofisiologi
Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat suatu agent dalam
tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler (eritema) yang
universal.
Eritema berarti terjadinya pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akbiatnya pasien merasa dingin
dan menggigil. pada eritroderma kronis dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan
perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi.
Bila suhu badan meningkat , kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu
terganggu. Kehilangan paas menyebabkan hipermetabolisme kompensator dan
peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat
sebanding dengan laju metabolisme basal.
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehingga
menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan
penigkatan relatif globulin terutama globulin gamma yang merupakan kelainan khas.
Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang
ekstravaskuler.
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku beripa
kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung
berbulan-bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.
Gejala klinis
o Eritroderma akibat alergi obat biasanya secara sistemik (golongan I)
Alergi obat secara sistemik ialah masuknya obat kedalam badan dengan cara
apa saja, misalnya melalui mulut, hidung dengan cara suntikan/infus, melauli
rektum dan vagina. Selain itu alergi dapat pula terjadi karena obat mata, obat
kumur, dan melalui kulit sebagai obat luar.
Waktu mulai masuknya obat ke dalam tubuh hingga timbulnya penyakit
bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Bila ada obat lebih daripada satu
yang masuk ke dalam badan yang disangka sebagai penyebabnya ialah obat
yang palin sering menyebabkan alergi.
Gambaran klinisnya seperti telah disebutkan ialah eritema universal. Bila
masih akut tidak terdapat skuama, pada stadium penyembuhan baru timbul
skuama.
o Eritroderma akibat peruasan penyakit kulit (golongan II)
a. Eritroderma karena psoriasis (psoriasis eritrodermik)
Psoriasi dapat menjadi eritroderma karena 2 hal; disebabkan oleh
penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat, misalnya
pengobatan topikal dengan ter dengan konsentrasi yang terlalu tinggi .
psoriasis bersifat menahun dan residif, kelainan kulit berupa skuama yang
berlapis-lapis dan kasar di atas kulit yang eritematosa dan sirkumskrip.
Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi
psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebig eritematosa dan agak
meniggi daripada di sekitarnya dan skuama di tempat itu lebih tebal. Kuku
juga perlu dilihat apakah ada pitting nail berupa lekukan miliar, tanda ini
hanya menyokong dan tidak patognomonis untuk psoriasis.
Sebagian pasien tidak menunjukkan kelainan semacam itu, jadi yang
terlihat hanya eritema yang universal dan skuama.
b. Penyakit Leiner
Sinonim penyakit ini ialah eeritroderma deskuamativum. Etiologinya
belum diketahui pasti. Usia penderia antara 4 minggu-20 minggu. Keadaan
umumnya baik, biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritema
universal disertai skuama yang kasar.
o Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
a. Sindrom Sézary
Penyakit ini menyerang orang dewasa, mulainya penyakit ini pada pria
rata-rata berumur 64 tahun, sedangkan wanita 53 tahun.
Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang
universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat pula
infiltrat pada kulit dan edema. Pada sepertiga hinga=ga setengah pasien
didapati splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia,
hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan plantaris, serta kuku
distrofik.
Pengobatan
Pada eritroderma golongan I obat tersangka yang menyebabkannya segera dihentikan.
Umumnya pengobatan eritroderma denga kortikosteroid. Pada golongan I, yang
disebabkan oleh laergi obat sistemik, dosis prednison 4 x 10 mg. Penyembuhan terjadi
cepat, umumnya dalam beberapa hari – beberapa minggu.
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis
mula prednison 4 x 10 mg – 4 x 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak
perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-
lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat
tersebut harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan
etretinat. Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga
beberapa buulan, jadi tidak secepat seperti golongan I.
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama, yakni melebihi1 bulan lebih baik
digunakan metilprednisolon daripada prednison dengan dosis ekuivalen karena efeknya
lebih sedikit. Pengobatan penyakit Leinerdengan kortikosteroid memberi hasil yang baik.
Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sézary pengobatannya terdiri atas
kortikosteroid (prednison 30 mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen dengan
sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.
Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama
mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk
mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan salap lanolin 10%
atau krim urea 10%.
Prognosis
Erotroderma yang termasuk golongan I< yakni karena alergi obat secara sistemik,
prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan
golongan yang lain. Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan
dengan kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami
ketergantungan kortikosteroid.
Sindrom Sézary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan meninggal setelah 5
tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan oleh nfeksi atau
penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides.
Referensi:
BUKU AJAR ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN EDISI 6 FKUI
Sylvia A. Price. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6. Vol.1. EGC
Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC.