integument(dermatofitosis, psoriasis,eritroderma, urtikaria,dermatitis kontak)

99
KLOMPOK 1 LAPORAN TUTORIAL 5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan laporan tutorial keelima kami sebagai hasil dari diskusi tutorial pada Blok XVIII semester VI yang berjudul “Lho…koq merah yah…???” Dalam skenario kali ini kami membahas hal-hal yang penting untuk diketahui dan dideskripsikan terkait dengan gangguan pada kulit. Kami juga membahas mengenai keterkaitan system imun dan beberapa factor endogen serta eksogen lainnya yang berpengaruh dalam munculnya kelainan kulit. Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario keelima ini serta learning objective yang kami cari. Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami mengharapkan laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada para pembaca. Mataram 26 Juli 2010 1

Upload: tanrw

Post on 08-Nov-2015

43 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Laporan tutorial 5

KLOMPOK 1Laporan tutorial 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan laporan tutorial keelima kami sebagai hasil dari diskusi tutorial pada Blok XVIII semester VI yang berjudul Lhokoq merah yah???Dalam skenario kali ini kami membahas hal-hal yang penting untuk diketahui dan dideskripsikan terkait dengan gangguan pada kulit. Kami juga membahas mengenai keterkaitan system imun dan beberapa factor endogen serta eksogen lainnya yang berpengaruh dalam munculnya kelainan kulit. Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario keelima ini serta learning objective yang kami cari. Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami mengharapkan laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada para pembaca.

Mataram 26 Juli 2010

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1DAFTAR ISI.......2SKENARIO 5.................................3CONCEPT MAP...............................4LEARNING OBJECTIVES..................................................................................................................5

PENJELASAN GEJALA DAN TANDA PADA SKENARIO..6PENDEKATAN DIAGNOSIS8DERMATITIS KONTAK ALERGI.12DERMATITIS KONTAK IRITAN.16DERMATITIS ATOPIK19DERMATITIS SEBOROIK..24DERMATITIS NUMULARIS.26DERMATITIS STASIS28NEURODERMATITIS..30PSORIASIS.32PITIRIASIS ROSEA37PARAPSORIASIS39ERITRODERMA.42URTIKHARIA..44DERMATOTRAPI.48SISTEM IMUN..60REAKSI HIPERSENSITIVITAS.72DAFTAR PUSTAKA

SKENARIO 5Lhokoq merah yah???Seorang laki-laki usia 25 tahun datang dengan keluhan timbul bercak kemerahan, bersisik di leher dan badan yang disertai rasa gatal. Keluhan ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, bersifat hilang timbul dan muncul apabila ia memakai parfum. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : makula eritema berbatas tidak jelas, berskuama, dan juga beberapa papul dan ekskoriasi. Kira-kira apakah yang terjadi pada pasien???

Faktor pencetusPASIENBercak kemerahan, bersisik, gatal

Parfum

IritanAlergen

DD ;- DKA- DKI- Urtikaria- Psoriasis- Dermatitis Atopik

Px.Lanjutan-Anamnesis- Px.Fisik- Px.Penunjang

Diag. Kerja

Terapi

LEARNING OBJECTIVE

1. Penjelasan gejala dan tanda pada skenario?2. Pendekatan diagnosis untuk menyingkirkan penyakit lain pada Dermatitis dan dermatosis eritrosquamos?3. DD;a. Dermatitis kontak alergib. Dermatitis kontak iritanc. Dermatitis atopikd. Dermatitis seboroike. Dermatitis numularisf. Dermatitis stasisg. Neurodermatitish. Psoriasisi. Pitiriasis roseaj. Parapsoriasisk. Urtikharial. Eritroderma4. Dermatotrapi5. Penjelasan system imun spesifik dan nonspesifik?6. Penjelasan Hipersensitivitas tipe I-IV (perbedaannya)?

PENJELASAN GEJALA DAN TANDA PADA SKENARIO

Berikut adalah penjelasan dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien pada skenario:

Bercak kemerahan, bersisik (makula eritema berbatas tidak jelas, berskuama)1. Bercak kemerahan / makula eritema.Makula merupakan bintik atau bercak yang tidak timbul di permukaan kulit. Makula eritema merupakan bercak kemerahan yang tidak timbul di permukaan kulit akibat kongesti pembuluh darah. Bila dikaitkan dengan kemunculannya yang biasanya diawali dengan pemakaian parfum, makula eriema ini kemungkinan besar disebabkan oleh parfum yang dapat menjadi iritan ataupun alergen.Bila terjadi iritasi, terjadi proses inflamasi yang timbul akibat pelepasan sitokin proinflamasi dari sel-sel kulit (terutama keratinosit), yang biasanya timbul sebagai respon terhadap stimulus kimiawi. Perubahan yang terjadi antara lain adalah (1) gangguan fungsi pertahanan kulit, (2) perubahan seluler epidermis, dan (3) pengeluaran sitokin. Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet actifating factor (PAF) dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrin (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mast melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskuler dan menimbilkan gambaran klinis berupa makula eritema.

2. Bersisik / berskuama.Skuama merupakan fragmen terluar dari stratum korneum yang secara kontinu terlepas. Dengan kata lain, skuama adalah bagian atau lapisan stratum korneum yang tampak secara makroskopis. Beberapa skuama yang utama adalah:a. Skuama putih atau coklat: skuama biasanya merupakan tanda hiperkeratosis (maturasi dan penyimpanan yang berlebihan dari stratum korneum). Contoh kelainan: dominant ichthyosis, lichen planus, dan discoid lupus erythematosus.b. Skuama putih silver yang longgar (silvery loose): terjadi bila terdapat peningkatan frekuensi pergantian epidermal, dimana lapisan superficial menunjukkkan kelainan /gangguan berupa maturasi yang tidak sempurna. Disebut parakeratosis (mikroskopis). Tampakan silvery putih salju disebabkan oleh adanya udara yang terjebak diantara tumpukan sel epidermis yang tersusun secara longgar. Contoh kelainan: psoriasis.c. Skuama seborrhoeic: skuama yang kekuningan , berminyak, dan longgar, serig dikaitkan dengan seborrhoeic dermatitis dan parakeratosis (secara mikroskopis, mirip dengan skuama putih silver yang longgar). Warna yang berubah disebabkan oleh adanya sekresi sebum yang tinggi.

Makula eritema yang disertai dengan skuama dapat disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari pitiriasis versikolor, dermatitis, dan dermatosis eritroskuamosa. Namun terdapat beberapa perbedaan yaitu: Pada pitiriasis versikolor, makula berbatas tegas dengan skuama yang halus. Makula memiliki warna yang bervariasi berdasarkan warna kulit penderita. Pada pasien dengan kulit gelap, ruam akan tampak berwarna lebih pucat dibandingkan kulit, sedangkan pada pasien berkulit cerah ruam akan tampak berwarna lebih gelap. Pasien juga terkadang dapat merasakan rasa gatal. Pada dermatitis, makula tampak memiliki batas yang tidak tegas dan terasa gatal. Pada psoriasis, makula tampak berbatas tegas dengan jelas dan memiliki skuama yang tebal dan kasar.

Gatal (Pruritus)Rasa gatal adalah gejala yg dapat menjadi sangat mengganggu. Rasa gatal dapat menyebabkan penggarukan dan menyebabkan inflamasi, degradasi kulit dan bahkan infeksi sekunder. Rasa gatal dapat dipicu berbagai stimuli, meliputi sentuhan ringan, getaran, dan serat woola. Mediator inflamasi yang berperan: Histamin salah satu yg paling signifikan Histamin dihasilkan sel mast pada kulit sebagai respon dari berbagai stimulusb. Etiologi & Mekanisme:1) Dermatologik akibat proses inflamasi atau patologis (urtikaria, ekzema, dsb)2) Sistemik penyakit organ lain selain kulit (cholestasis)3) Neuropatik terkait gangguan CNS & PNS (multipel sklerosis)4) Psikogenik

Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan garukan yang justru menyebabkan gangguan kondisi kulit yang sekunder (inflamasi, ekskoriasi, infeksi) yang justru menyebabkannya semakin gatal. Namun, garukan dapat menghilangkan rasa gatal sementara dengan cara mengaktivasi sirkuit neuronal penginhibisi.

PapulPapul merupakan suatu gambaran klinis (efluoresensi) pada kulit berupa peningkatan yang padat dengan diameter > dilihat di mikroskop Jika curiga Pitiriasis/Tinea Versikolor = tambahkan tinta Parker Quinkd. Lampu Wood bermanfaat untuk gangguan pigmentasi dan infeksi jamur pada kulit Tinea = berwarna hijau Eritrasma = merah terange. Biopsi kulit histopatologif. Patch test curiga dermatitis kontak alergi

DERMATITIS KONTAK ALERGIK (DKA)

A. DefinisiMerupakan dermatitis yang terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergenB. EpidemiologiDahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan DKA 20%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika menunjukan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60 persen. C. EtiologiPenyabab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (> kehilangan panas pasien merasa kedinginan & menggigil, pada yang kronis, akan terjadi gagal jantung, hipotermia me >> penguapan cairan dehidrasiKehilangan skuama dapat > 9 gr/m2 tubuh kehilangan protein Membuat bakteri terlarut Polipeptida Dasar >> Menjadikan bakteri gram-positif tidak aktif Sistem Komplemen >> Merusak antigen Sel-sel NK (Natural Killer) >> Mengenali dan menghancurkan sel-sel asing, sel-sel tumor, dan bahkan sel-sel yang terinfeksi.

Contoh Sistem Imun Non-Spesifik:A. Interferon: Keluarga protein yang secara non-spesifik melakukan pertahanan & perlawanan terhadap virusB. Sel-sel Pembunuh Alami (Natural Killer Cells): sel-sel khusus dari sel serupa limfosit yang secara spontan dan yang relatif nonspesifik melisiskan sel-sel inang (host) yang terinfeksi virus atau sel-sel kanker merusak sel itu sendiri dan sel kankerC. Sistem Komplemen (complement system): Kelompok protein plasma inaktif, yang setelah diaktifkan secara sekuensial, mampu merusak sel-sel asing dengan cara menyerang membran plasma Dapat bertindak secara non-spesifik Terlibat dalam mekanisme pertahanan non-spesifik maupun spesifik komplemen penting dalam sistem imunD. Inflamasi: respon non-spesifik pada jaringan cedera dimana spesialis fagositik (neutrofil dan makrofag) memainkan peran utama bersama dukungan sel-sel imun lainnya. Inflamasi calor (panas); dolor (sakit); rubor (kemerahan), dan tumor (pembengkakan) sera Functio Laesa (kerusakan fungsi)

Respon Inflamatoria. Perlawanan makrofag jaringan setempatb. Vasodilatasi setempatc. Peningkatan permiabilitas kapilerd. Edema setempate. Pembentukan dinding pembatas wilayah inflamasif. Migrasi leukositg. Proliferasi leukosith. Perusakan bakteri melalui leukositiki. Mediasi respon inflamatori oleh senyawa kimiawij. Perbaikan jaringan

B. Sistem Imun Spesifik (Acquired Immunity) Sistem Imun Spesifik sangat kuat untuk melawan agen asing yang mematikan seperti bakteri, virus, dan toksin. Sistem imun ini membentuk antibodi dan mengaktifkan limfosit yang mampu menyerang agen asing tadi. Sistem imun spesifik mampu melindung tubuh dari efek toksin tertentu dan hanya merusak agen tertentu saja. Sistem Imun Spesifik terdiri dari sistem imun seluler dan sistem imun humoral.

1. Respon Imun Seluler Mikroorganisme intraseluler sulit dijangkau oleh antibodi, mikroorganisme ini antara lain virus dan mikroba intraseluler seperti M-tuberkulosa yang hidup dalam makrofag Respon imun seluler adalah respon untuk melawan mikroorganisme intraseluler Fungsi ini dijalankan oleh limfosit T. Limfosit T diproduksi pada bone marrow dan fetal liver. Mengalami maturasi pada timus. Sel epitel pada timus mengeluarkan hormone yang penting dalam maturasi sel T. Setelah mengalami maturasi, sel T dilepaskan lewat sirkulasi menuju jaringan limfatik dan organ-organ limfatikus lainnya.

Imunitas selular meliputi empat kelas dari sel T sel T sitotoksin (TC) merupakan efektor dari imunitas selular yang mengeluarkan serangan pada agen asing. Disebut juga sel T pembunuh, tapi tidak sama dengan NK sel. sel T helper (TH) meningkatkan aksi dari sel TC dan berperan serta dalam imunitas selular dan sistem imun nonspesifik. sel T supressor (TS) membatasi dan menjaga sistem imun agar tidak lepas kendali. sel T memori, beertanggung jawab atas memori dalam sistem imun selular.

Dua cara perlawanan : Sistem efektor ekstraseluler; Sel terinfeksi akan dibunuh, misalnya oleh sel T sitotoksik Pengaktivasian sel terinfeksi, agar mampu membunuh mikroorganisme yang menginfeksinya.

Respon imun seluler juga merupakan mekanisme utama pertahanan tubuh terhadap tumor Makrofag yang distimulasi limfokin efektif memfagosit protooa intraseluler seperti Trypanosoma cruzy, Leishmania donovani, Toxoplasma gondii, Plasmodium sp., serta cacing (cacing filaria dan skistosoma) Sel T sitotoksik secara langsung dapat menghancurkan sel dan fibroblas jantung yang terinfeksi T. Cruzy Sel T bereaksi terhadap antigen yang dilepaskan secara lokal oleh cacing atau telurnya kemudian mengisolasinya dengan pembentukan granuloma.

A. Reseptor Limfosit TMerupakan protein heterodimerik transmembran yang tersusun atas dua rantai yang dihubungkan oleh ikatan disulfida.Terdapat dua kelas reseptor yang berbeda. dan . Sel T membentuk fenotip sel T yang dminan dan dibagi menurut ekspresinya pada penanda permukaan sel lainnya, protein tersebut disebut CD4 dan CD8 yang menurut kelas fungsionalnya, masing-masing merupakan sel T helper dan sitotoksik. dan , sel T yang mengekspresikan relatif jarang dijumpai pada manusia. Protein reseptor sel T mempunyai variabel dan konstan yang mirip dengan antibodi. Pada semua sel T fungsional yang spesifik antigen, dua rantai reseptor sel T secara nonkovalen berhubungan dengan enam rantai polipeptida lainnya yang tesusun atas lima protein ynag berbeda, ynag membentuk kompleks CD3 untuk transduksi sinyal yang diterima oleh reseptor sel T dalam pengenalan antigen yang masuk ke dalam sel (protein transmembran) yang menyebabkan transkripsi gen, aktivasi sel, dan inisiasi aktivasi fungsional sel T. Molekul CD4 dan CD8 yang membedakan dua kelas fungsional utama sel T, berfungsi sebagai molekul koreseptor pada permukaan sel T. Molekul CD4 dan CD8 berinteraksi dengan kompleks rseptor sel T dan dengan molekul MHC. CD4 terikat dengan molekul MHC kelas II CD8 terikat dengan molekul MHC kelas I. Ini akan sangat meningkatkan sensitivitas pengenalan antigen oleh sel T.

B. Sitokin sitokin merupakan molekul sinyal yang dilepaskan dari satu sel dan berikatan dengan reseptor pad sel tetangganya (interleukin, TNF, IFN) sitokin dilepaskan oleh sel T untuk menstimulasi sel B berproliferasi mensintesis dan mensekresi antibodi berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan mensekresi antibodi menggantikan kelas antibodi yang sedang diproduksi.

C. Fungsi Utama Imunitas Selular 1. Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik. Menyebabkan kematian secara langsung sel sasaran seperti sel yang terinfeksi virus atau sel tumor.2. Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Mengaktifkan sel lain seperti APC.3. Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat.4. Sel T juga berperan penting dalam regulator/pengendalian. Sel CD4 atau CD8 (atau keduanya) meningkatkan atau menekan respon imun selular dan humoral.

2. Respon Imun Humoral Bagian dari respon imun spesifik Berfungsi dalam pertahanan terhadap mikroba ekstraseluler Fungsi ini dilaksanakan oleh sel B dan produknya, yaitu antibodi Respon ini diawali oleh : Diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon) sel plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke dalam darah. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk memproduksi satu jenis antibodi spesifik terhadap antigen tertentu (clonal selection) Antibodi ini berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen-antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan menghancurkan antigen Diferensiasi limfosit B dibantu oleh limfosit Th (T-helper) Produksi antibodi diatur oleh sel T-supresor Respon imun bawaan terjadi lebih dulu, kemudian respons sel B (antibodi) dan sel T

A. Sel B atau Limfosit BSel B mempunyai 2 fungsi penting, yaitu:1. berdiferensiasi menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.2. berfungsi sebagai sel penyaji antigen (Antigen Preenting Cells, APC).

Pada saat embriogenesis, cikal bakal sel B pertama kali ditemukan di hepar janin.Dari hepar, sel-sel tersebut bermigrasi ke sumsum tulang untuk menetap seterusnya.Maturasi sel B melewati 2 fase, yaitu:1. Fase tidak tergantung antigen yang terdiri dari perubahan sel-sel induk menjadi sel pre-B dan sel-sel B2. Fase tergantung antigen yang meliputi perubahan-perubahan yang terjadi akibat interaksi antigen dengan sel B, yaitu menjadi sel B yang teraktivasi dan sel plasma. Pada sel B didapatkan Ig M permukaan yang berfungsi sebagai reseptor antigen. Sel B meliputi sekitar 30 % dari semua limfosit kecil dalam sirkulasi. Sel B juga dapat ditemukan di germinal centers limfonodi atau pulpa putih lien, juga didapatkan pada jaringan limfoid yang berhubungan dengan saluran pencernaan, misalnya Peyers patches.

B. Sel Plasma Sel plasma merupakan fase diferensiasi terminal dari perkembangan sel B dalam upaya memproduksi dan mensekresikan antibodi. Sitoplasma sel ini berwarna biru dengan retikulum endoplasmik. Satu sel plasma dapat melepaskan beribu-ribu molekul antibodi setiap detik.

C. Antibodi (imunoglobulin) Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul yang dihasilkan oleh sel plasma ( berasal dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing. Antibodi meliputi sekitar 20% protein dalam plasama darah. Ada lima kelas antibodi, yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE. IgG dan IgM terutama berada dalam sirkulasi dan aktif melawan bakteri ekstraselular dan virus Sedangkan IgA ada dalam sekresi mukosa dan aktif pada tempat-tempat tersebut.

D. Fungsi antibodi: Antibodi menetralkan langsung patogen dan produk-produknya merangsang efektor nonspesifik seperti fagosit dan sistem komplemen Antibodi membantu fagositis dengan berperan sebagai molekul adaptor antara agen infeksi dan fagosit.

E. Struktur atibodi:Antibodi adalah glikoprotein yang terdiri dari: Rantai-rantai polipeptida ringan (light, L) dan berat (heavy, H). Fab = antigen binding fragment. Regio ini berfungsi untuk pengikatan antigen. Fc = constant fragment. Regio konstan untuk berbagai fungsi biologis, seperti akitvasi komplemen dan poengikatan pada reseptor permukaan sel.

Interaksi Antara Respon Imun Seluler Dengan Respon Imun Humoral Salah satu interaksi tersebut adalah ADCC (antibody dependent cell mediated cytotoxicity) Istilah tersebut diberikan karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh antibody

Antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran (opsonisasi), sehingga sel NK (natural killer) yang mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc antibodi tersebut dapat melekat pada sel atau antigen sasaran

Pengikatan sel NK melalui reseptornya pada kompleks antigen-antibodi mengakibatkan sel NK dapat menghancurkan sel sasaran Penghancuran sel sasaran terjadi melalui pelepasan berbagai enzim, sitolisin, reactive oxygen intermediates dan sitokin, langsung pada sel sasaran.

Respon Primer Dan Respon Sekunder1. Respon Primer Bertemu antigen per tama kali Reaksi antibodi terhadap antigen dideteksi serum dalambeberapa hari atau minggu Bergantung sifat dan banyak antigen Antibodi specific muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-10 Menunjukkan produksi suatu klona sel B dan sel plasma Kadar immunoglobulin meningkat selama 4 minggu lalu menu run secara bertahap Urutan kemunculan immunoglobulin:IgM IgG IgA Dari immunoglobulin yang muncul IgM lebih cepat mengalami penurunan daripada IgG

2. Respon Sekunder Terjadi berbulan atau bertahun-tahun setelah respon primer Respon imun lebih cepat dari respon primer karena adanya memori sebelumnya dari respon primer Kadar IgM sama dengan respon primer Respon IgG IgG lebih banyak dari respon primer Kadar IgG lebih menetap lebih lama Mengikat antigen lebih kuat ( afinitas lebih tinggi )sulit berdisosiasi

Antigen Dan Antibodi1. Antigen Molekul yang oleh antibody dikenal sebagai nonself dan dapat berikatan dengan antibody, berupa protein atau polisakarida besar Memiliki berat molekul lebih dari 8000 BM Hapten adalah senyawa dengan berat molekul rendah. Dapat menimbulkan respon imun bila berikata dengan senyawa antigenik

Imunogen suatu substansi yang mampu merangsang respon imun Semua imunogen adalah antigen tetapi tidak semua antigen adalah imunogen

Epitope adalah kompleks terkecil antibody dan merupakan bagian yang terikat dengan antibody Susunan molekulnya kompleks, makin kompleks makin tinggi imunogenitasnya

Penggolongan antigen: Antigen eksogen, yaitu antigen yang berasal dari luar tubuh (contoh: bakteri, virus, obat). Antigen endogen, yaitu antigen yang terdapat dalam tubuh. Antigen xenogeneic atau heterolog, terdapat dalam spesies yang berlainan. Antigen idiopatik atau autolog, merupakan komponen tubuh sendiri. Antigen allogeneic atau homolog, membedakan antar individu dalam satu spesies.

Selain itu terdapat istilah: Antigen T-dependent, yaitu antigen yang menginduksi respon imun dengan bantuan sel T. Antigen T-independent, yaitu antigen yang merangsang respon imun tanpa melibatkan sel T dan dapat langsung merangsang sel B untuk memproduksi antibodi.

2. Antibodi Antibody atau imunoglobulin dihasilkan oleh sel B. Sel B immature membawa IgM di permukaannya dan sebagian besar juga membawa IgD.

Struktur Antibodi Semua immunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai polipeptida ringan dan berat (sedikitnya 2 pasang dan sebanyak-banyaknya 10 pasang dalam setiap molekul immunoglobulin). Immunoglobulin atau antibodi memiliki berat molekul antara 160.000 dan 970.000. Merupakan sekitar 20% dari seluruh protein plasma.

Ujung dari setiap rantai berat dan rantai ringan yang disebut bagian yang dapat berubah (area yang gelap pada gambar) dan sisa dari masing-masing rantai disebut bagian yang tetap.

Bagian bangunan inilah yang secara khusus melekat pada tipe antigen tertentu.

Penggolongan AntibodiTerdapat lima golongan umum antibodi, masing-masing diberi nama IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.Spesifikasi Antibodi Setiap antibodi bersifat spesifik untuk antigen tertentu karen struktur uniknya yang tersusun atas asam-asam amino pada bagian yang dapat berubah dari kedua rantai ringan dan berat. Dengan asam amino yang terdapat dalam antibodi, memungkinkan terjadinya ikatan yang cepat antara antigen dan antibodi (bersifat nonkovalen)

Mekanisme Kerja AntibodiAntibodi bekerja terutama melalui dua cara untuk mempertahankan tubuh terhadap agen penyebab penyakit : 1. dengan langsung menyerang penyebab penyakit tersebut2. dengan mengaktifkan sistem komplemen yang kemudian dengan berbagai cara yang dimilikinya akan merusak penyebab penyakit tersebut.

Kerja langsung antibodi terhadap agen penyebab penyakit:Antibodi dapat mematikan aktivitas agen penyebab penyakit tersebut dengan salah satu cara berikut :1. Aglutinasi, di mana beragai partikel besar dengan antigen pada permukaanya, seperti bakteri atau sel darah merah, terikat bersama-sama menjadi satu kelompok.2. Presipitasi, di mana kompleks molekular dari antigen yang larut (misalnya racun tetanus) dan antibodi menjadi begitu besar sehinggaberubah menjadi tak larut dan membentuk presipitat3. Netralisasi, di mana antibodi menutupi tempat-tempat yang toksik dari agen yang bersifat antigenik4. Lisis, di mana beberapa antibodi yang sangat kuat kadang-kadang mampu langsung menyerang membran sel agen penyebab penyakit sehingga menyebabkan sel tersebut robek.

HIPERSENSITIVITAS

Hipersensitivitas adalah suatu reaksi respons imun yang menyebabkan kerusakan sel, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Ada beberapa istilah yang ada pada proses ini ialah: Alerge, antigen yang dapat memprovokasi respons hipersensitif (pada kondisi normal tidak menyebabkan penyakit)

Dosis sensitisasi: sejumlah pemaparan khusus terhadap pada alergen yang dapat menyebabkan timbulnya respons imun Dosis provokatif. sejumlah pemaparan terhadap alergen yang dapat menyebabkan timbulnya gejala reaksi hipersensitivitas.

Hipersensitivitas ini sendiri dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: Tipe I III adalah segera (immediate), terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pemaparan hal ini melibatkan antibody mediated imunity (AMI). Tipe IV adalah tertunda (delayed), terjadi lebih dari 24 jam setelah pemaparan, melibatkan sel-T dan makrofag (cell mediated imunity-CMI).Hipersensitivitas Tipe IHal ini juga disebut segera (hipersensitif immediate) atau disebut juga anaphylactic hypersensitivity. Reaksi dari hipersensitivitas tipe I ini dapat melibatkan reaksi pada kulit (urtikaria, eksem), pada mata (konjungtivitas), nasofaring (rinitis, rinorea), bronko pulmonari (asma) dan saluran pencernaan (gastroenteritis). Reaksi tersebut dapat menimbulkan gejala dari yang ringan ke yang berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Reaksi terjadi dalam waktu 15-30 menit sejak masuknya antigen,Pada beberapa kasus reaksi terjadi agak lama yaitu sekitar 10 sampai 12 jam. Hipersensitivitas immediate ini terjadi melalui media IgE, sedangkan komponen primer dari sel adalah sel Basofil atau mast sel. Di samping itu terjadi peningkatan proliferasi jumlah sel platelet, neutrofil dan eosinofil. Pada pemeriksaan biopsi ditemukan mast sel dan eosinofil.Mekanisme terjadinya reaksi melibatkan terjadinya produksi IgE, dalam merespons antigen tertentu (allergen). IgE mempunyai afinitas (daya gabung) yang tinggi untuk reseptor pada mast sel dan basofil. Pada saat terjadinya pemaparan allergen yang sama terjadi reaksi silang sel yang mengikat IgE dan memicu pembebasan substansi farmakologi yang aktif lainnya. Reaksi silang reseptor IgE-Fc reseptor adalah sangat penting untuk memicu mast sel. Mast sel mengalami degranulasi dan membebaskan aliran Ca ++, yang merupakan proses penting untuk menghambat degranulasi tersebut.Mast sel mungkin dipicu oleh stimulus lainnya seperti olah raga, emosi, stres, bahan kimia (bahan kimia untuk proses fotografi, ion kalsium, kodein dsb.), anafilatoksin (C4a, C3a, C5a dsb). Reaksi tersebut dijembatani lewat agen tanpa melibatkan interaksi IgE-allergen, hal ini bukan reaksi hipersensitivitas walaupun menimbulkan gejala yang sama. Beberapa agen yang dibebaskan mast sel dan pengaruhnya terlihat dalam TabelTabe17.1. Mediator (agen) yang dibebaskan oleh mast sel dan gejala yang timbale

MediatorGejalaBentuk mediator lama HistaminTriptase KininogenaseECF-A (tetrapeptida)Bronko konstriksi, sekresi mukus, vasodilatasi Permeabilitas vaskulerProteolisisKinin dan vasodilatasi, permeabilitas vaskuler, edemaProduksi eosinofil dan neutrofilBentuk mediator barn Lekotrine B4 Leukotrine C4, D4 Prostalglandin D2 PAF (platelet activation factor)Edema dan rasa sakitSama seperti histamin tetapi lebih kuatEdema dan rasa sakitAgregasi platelet dan pembebasan heparin, mikrotrombi

Hipersensitivitas Tipe IIHipersensitivitas tipe II juga disebut hipersensitivitas sitotoksik yang dapat berpengaruh terhadap beberapa organ dan jaringan. Antigen penyebabnya biasanya endogenus, walaupun penyebab eksogen seperti bahan kimia (hapten) dapat merusak membran sel dan dapat menyebabkan terjadinya hipersensitivitas tipe II. Faktor eksogen juga dapat disebabkan oleh pengobatan yang dapat merangsang terjadinya hemolitik anemia, granulositopenia dan trombisitopenia. Reaksi terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam. Hipersensitivitas tipe II adalah primer mediated antibodi dari IgM atau IgG dan sistem komplemen. Sel Fagosit dan sel K juga dapat berperan pada proses tersebut.Lesi yang terjadi pada hipersensitivitas tipe II mengandung antibodi, komplemen dan neutrofil. Uji diagnostik dilakukan dengan mendeteksi adanya antibodi dalam sirkulasi darah dan ditemukannya antibodi dan komplemen di dalam lesi jaringan (biopsi) dengan menggunakan immunofluoresence. Pengobatan, dapat digunakan obat anti-inflamator dan agen imunosupresif.

Hipersensitivitas Tipe IIIHipersensitivitas tipe III juga disebut hipersensitivitas imun kompleks. Reaksinya dapat terjadi secara umum (misalnya serum sickness) atau dapat melibatkan organ tertentu termasuk kulit (misalnya sistemik lupus eritematosus, reaksi arthus), ginjal (misalnya lupus nefritis), pare-pare (aspergilosis), pembuluh darah (poliarteritis), persendian (reumatoid artritis) atau organ lainnya. Reaksi tersebut dapat bersifat mekanisme patogenik disebabkan oleh infeksi mikroorganisme.Reaksi terjadi dalam waktu 3-10 jam setelah terpapar antigen (sebagai reaksi arthus) yang diperantarai oleh solubel imun kompleks, yang kebanyakan adalah klas imunoglobulin G (IgG), walaupun kadang.disertai IgM. Bentuk antigen dapat karena eksogenus antigen (bakie'rial kronik, viral atau infeksi parasit), dapat juga karena endogenus (non-organ spesifik autoimunitas, misalnya sistemik lupus eritematosus/SLE). Bentuk antigen biasanya mudah larut clan tidak melekat pada organ yang terlibat. Komponen primer adalah solubel imun kompleks dan komplemen (C3a, 4a dan 5a). Kerusakan terjadi disebabkan oleh platelet dan neutrofil (Gambar 7.3). Dalam lesi ditemukan neutrofil dan deposit dari imun kompleks dan juga komplemen. Infiltrasi makrofag terjadi pada fase akhir yang mungkin terlibat dalam proses persembuhan.Perlekatan antibodi dalam imun kompleks adalah sangat penting penyebab terjadinya penyakit dan mengidentifikasi jaringan yang terlibat. Dalam diagnosis melibatkan pemeriksaan jaringan secara biopsi untuk melihat adanya imunoglobulin yang terlibat dengan metode imunofluoresens. Pewarnaan imunofluoresens pada hipersensitivitas adalah bentuk granuler. Dengan ditemukannya sistem imun kompleks dan kurangnya kandungan komplemen ada indikasi adanya penyakit tersebut. Dengan metode polyethylen glycol-mediated turbudity (nefelometri), ikatan antara Clq dengan Uji Raji sel dapat digunakan untuk mendeteksi imun kompleks. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat anti-inflamatori.

Hipersensitivitas Tipe IVHipersensitivitas tipe IV juga disebut sel mediated atau tipe delay-hipersensitivity. Contoh yang klasik tipe ini adalah tes tuberkulin (tes Montoux), reaksi Montoux yang mencapai puncar, pada 48 jam setelah injeksi antigen PPD (PPD tuberkulin). Lesinya terciri dengan kemerahan dan eritema.Hipersensitivitas tipe IV melibatkan beberapa jenis patogenesis atau banyak sistem autoimun dan penyakit infeksius (tuberkulosis, blastomikosis, histoplasmosis, toksoplasmosis, leishmaniasis, dan sebagainya) dan granulomatous disebabkan oleh infeksi antigen asing. Bentuk lain dari delay-hipersensitivity adalah karena kontak dermatitis (racun kontak, bahan kimia, logam toksik dsb.) di mana lesi berbentuk papula (tonjolan kulit). Delay-hipersensitivity diklasifikasikan dalam tiga kategori, bergantung pada onset waktu dan gejala klinis Berta histologi yang terlihat.

JenisWaktuReaksiSelPenyebabKontak48-72 jam EczemaLimfosit Makrofag, edema epidermisTuberkulin 48-72 jamIndurasiLimfositlokalMonosit MakrofagGranuloma 21-28 hari Pengerasan Makrofag, epiteloid dan giant sel, fibrosisEpidermal (kimia organik, racun, logam berat dsb.)Intradermal (tuberkulin, lepromin dsb.) Persisten antigen atau bends asing (tuberkulosis, leprosi)Tabel. Bentuk hipersensitivitas tipe W menurut penyebab dan reaksi yang terjadi

Mekanisme kerusakan dari hipersensitivitas tipe ini melibatkan sel-T limfosit dan monosit dan/atau makrofag. Sitotoksik sel-T (Tc) menyebabkan langsung terjadinya kerusakan di mans helper T (TH) sel mengekskresikan sitokin dan mengaktifkan sitotoksik sel-T dan merekrut serta mengaktifkan monosit dan makrofag yang menyebabkan kerusakan. Delay hipersensitivitas dapat berisi monosit dan sel-T.

2