pengkajian pada sistem integument

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total beat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagianai fungsi tubuh vital. Banyak masalah atau penyakit yang terjadi pada kulit, permasalahan tersebut disebabkan alergi pada kulit dan penyebab lain. Yang sering ditandai dengan nyeri, itching ( gatal-gatal), dryness, lumps, lessi ( luka), massa, kerusakan integritas, sianosis. Makalah ini membahas mengenai pengkajian kita pada kulit. 1

Upload: anita

Post on 23-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengkajia sistem integumen

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi

terhadap total beat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan

penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan

mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia

dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-

kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan

mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga

memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak

nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ

internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagianai

fungsi tubuh vital.

Banyak masalah atau penyakit yang terjadi pada kulit, permasalahan

tersebut disebabkan alergi pada kulit dan penyebab lain. Yang sering ditandai

dengan nyeri, itching ( gatal-gatal), dryness, lumps, lessi ( luka), massa,

kerusakan integritas, sianosis. Makalah ini membahas mengenai pengkajian

kita pada kulit.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Anatomi Kulit ?

2. Apa yang dimaksud dengan Fisiologi Kulit ?

3. Bagaimana Pengkajian pada Sistem Integumen ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Anatomi Kulit

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Fisiologi Kulit

3. Untuk mengetahui Pengkajian pada Sistem Integumen

1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya

sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg, Luasnya

sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 -6 mm

tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.Kulit tipis : kelopak mata, penis,

labium minus dan kulit bagian medial lengan atas, Kulit tebal : telapak

tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda :

1. Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari

ectoderm

2. Lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium

yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

1. Epidermis ( Kulit Ari)

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri

dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,

Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai

tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan

epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi

setiap 4 - 6 minggu.

a. Lapisan Epidermis

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas

sampai yang terdalam) :

1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)

Merupakan Lapisan Epidermis paling atas. Lapisan tanduk terdiri

atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami

proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit

2

mengandung air. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas

dan berganti.

2) Stratum Lusidum (lapisan bening)

Disebut juga lapisan barrier terletak dibawah lapisan tanduk

dengan lapisan berbutir. Lapisan Bening terdiri dari protoplasma

sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis, dan bersifat translusen

sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya).Lapisan ini sangat

tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

3) Stratum Granulosum (lapisan berbutir)

Tersusun oleh sel-sel keratonosit berbentuk kumparan yang

mengandung butir- butir di dalam protoplasmanya berbutir kasar

dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit

telapak tangan dan telapak kaki.

4) Stratum Spinosum (lapisan Bertaju)

Disebut juga lapisisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling

berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma

berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka

seakan akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil

yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal,

tersusun menjadi beberapa baris.

5) Stratum Basale /Stratum Germinativum (lapisan benih)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris

sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap

permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu

dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur

halus yang membatasi epidermis dengan dermis

Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam

pembaharuan sel epidermis secara konstan.

Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi

kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.

Merupakan satu lapis sel yg mengandung melanosit.

3

b. Fungsi Epidermis :

Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,

pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan

alergen (sel Langerhans).

2. Dermis ( Kulit Jangat)

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap

sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.

Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang

paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit jangat atau dermis

menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut,

kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-

pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus

arektor pili).

a. Lapisan Dermis terdiri dua lapisan :

1) Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

2) Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat

3. Subkutan

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hypodermis yang terdiri dari

lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan

kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya

berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.

Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis :Melekat ke struktur dasar, isolasi panas,

cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

4

4. Vaskularisasi Kulit

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak

antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan

jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi

papilla dermis tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu

cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat

nutrient dari dermis melalui membran epidermis

5. Kelenjar – Kelenjar pada Kulit

a. Kelenjar Sebasae

Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang folikel rambut

dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi

haluslentur dan lunak.

b. Kelenjar Keringat

Diklasifikasikan menjadi 2 kategori :

1) Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit

Melepaskan keringan sebagai peningkatan suhu lingkungan dan

suhu tubuh. Kecepatan sekresi dikndalikan oleh saraf simpatik.

Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi

tubuh terhadap stress, nyeri, dll.

2) Kelenjar Apokrin

Tedapat di aksila, anus, skrotum, labia mayora dan uara pada

folikel rambut. Kelenjar ini aktif pada masa pubertas, pada wanita

akan memberpesar dan berkurang pada siklus haid. Kelenjar

apokrin memproduksi keringat yang akan keruh seperti susu yang

akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila.

Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang

disebut kelenjar seruminosa yang menghasilkan serumen (wax).

5

6. Pembuluh Darah pada Kulit

Pembuluh darah kulit terdiri 2 anyaman pembuluh darah nadi yaitu :

a. Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar.

Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis,

dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap – tiap papilla kori.

b. Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam

Anyaman ini terdapat antara korium dan subkutis, anyaman ini

memberikan cabang – cabang pembuluh nadi ke alat – alat tambahan

yang terdapat di korium.

Dalam hal ini percabangan juga juga membentuk anyaman pembuluh

nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang – cabang ini kemudian

akan menjadi pembuluh darah baik balik / vena yang juga akan

membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh darah balik yang ke

dalam.Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena di

perkirakan 1/5 dari darah yang beredar melalui kulit.Disamping itu

pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/melebar oleh

pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri, dan emosi,

penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara refleks.

7. Susunan Saraf Kulit

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang – cabang saraf spinal dan

permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik.Ujung

saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel – sel otot yang terdapat

pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan

yang terdapat dari luar atau kulit.Pada kulit ujung – ujung saraf sensorik

ini membentuk bermacam – macam kegiatan untuk menerima rangsangan.

Ujung – ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri

banyak terdapat di epidermis, disini ujung – ujung sarafnya mempunyai

bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.

6

B. Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya:

1. Fungsi Proteksi

Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang

dapat melindungi tubuh dari gangguan :

a. fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.

b. kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

c. panas : radiasi, sengatan sinar UV

d. infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

a. Melanosit melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan

mengadakan tanning (penggelapan kulit)

b. Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.

c. Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum perlindungan

kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur

d. Proses keratinisasi sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati

melepaskan diri secara teratur.

2. Fungsi Absorpsi

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit

ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung

pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis

vehikulum. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel

epidermis, melalui muara saluran kelenjar.

3. Fungsi Ekskresi

Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam

urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon

androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari

cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.

4. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf

sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.

7

a. Badan Ruffini di dermis dan subkutis peka rangsangan panas

b. Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin

c. Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan

d. Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan

e. Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)

Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)

pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat

nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis

(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna

sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih

edematosa (banyak mengandung air dan Na)

5. Fungsi Pembentukan Pigmen

Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari

butiran pigmen (melanosomes)

6. Fungsi Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal

yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel

spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula

menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan

keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21

hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis

fisiologik.

7. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar

matahari. Tapi kebutuhan vitamin D tubuh tidak hanya cukup dari hal

tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.

8

C. Pengkajian pada Sistem Integument

1. Anamnesa

a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan

( pada beberapa kasusu penyakit kulit, banyak termkait fajktor

pekerjaan, mis dermatitis, kontak alergi), alamat, status perkawinan,

suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa

medis.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering muncul pada sistem integument, yaitu

diantaranya: nyeri, itching ( gatal-gatal), dryness, lumps, lessi

( luka), massa, kerusakan integritas, sianosis.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya masalah kulit, bagian tubuh mana yang pertama kali

terkena, apa penyebabnya serta adakah masalah yang menyertainya

: gatal, rasa terbakar, baal, nyeri, demam, nausea, vomiting. Apa

ada factor pencetus karena makanan, spray baru, sabun baru,

kosmetik. Bagaimana ruam atau lesi dan kapan muncul pertama

kali, apakah ada rasa gatal, terbakar, kesemutan seperti merayap.

Dan apakah klien mempunyai riwayat asma dan alergi.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan

klien , misalnya klien dengan keluhan gatal, dapat dikembangkan

pengekajian sebagai berikut :

a) Provocative/ paliatif ( pencetus) : apa penyebab rasa gatal

tersebut ? apa yang meringankan atau memperberat gatal ?

b) Quality/ Quantity ( kualitas) : bagaimana gambaran rasa gatal

tersebut seperti membakar, hilang timbul, atau bercampur nyeri

?

9

c) Region/ radiasi ( lokasi) : rasa gatal tersebut terasa dimana ?

apakah menjalar sampai dimana ?

d) Severity Scale ( tingkat keparahan) ; berapa lama

berlangsungnya dan apakah mengganggu aktivitas sehari-hari ?

e) Timing ( waktu) : kapan pertama kali dirasakan ? apakah

timbul setiap saat dan sewaktu-waktu ?

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya predisposisi genetic yang berhubungan dengan

gangguang system integument, seperti : alopecia, ichthyosis, atropi

dermatitis. Penyakit sistemik yang terkait dengan system imun

seperti : Diabetes Mellitis, lupus eritematosus, scabies( menular)

5) Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari

Kaji bagaimana pola tidur kien, sebab pola tidur dan istirahat

sangat mempengaruhi kesehatan kulit, jika seseorang kurang

istirahat, kulit akan tampak kusam dan tidak berseri. Kaji juga

lingkungan kerja klien untuk mengetahui kontak klien dengan

bahan- bahan iritan, bahan yang menimbulkan gangguan pada kulit

induviud

6) Riwayat psikososial

Kaji keadaan psikologis klien, stress yang berkepanjangan dan

mempengaruhi kesehatan klit seseorang, bahkan dapat

menimbulkan keadaan kulit. Kaji juga masalah kulit yang timbul

pada konsep diri klien. Kaji apakah masalah kulit klien

mempengaruhi aktivitas sehari-hari, apakah mempengaruhi

pandangan klien terhadap tubuhnya.

10

2. Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen

1. Inspeksi

a. Melakukan inspeksi warna kulit :

1) Cyanosis, warna kebiru-biruan, mungkin terlihat di bawah

kuku, bibir dan mukosa mulut. Terjadi karena penurunan ikatan

oksihemoglobin, atau penurunan oksigenasi darah. Dapat

disebabkan oleh penyakit paru, penyakit jantung, abnormalitas

hemoglobin, atau karena udara dingin.

2) Jaundice, warna kuning atau kehijauan. Ketika terjadi bilirubin

jaringan meningkat dan dapat pertama kali terlihat di sclera

kemudian membrane mukosa dan kulit.

3) Pallor (pucat), penurunan warna kulit. Terjadi karena

penurunan aliran darah ke pembuluh darah. Pucat mungkin

terjadi di muka, palpebra konjungtiva, mulut dan di bawah

kuku.

4) Erytema, warna kemerahan di kulit. Mungkin terjadi secara

general maupun local. Erytema general disebabkan karena

demam, sedangkan erytema local disebabkan karena infeksi

local atau terbakar matahari.

5) Hyperpigmentasi : addsion disease → meningkatnya melanin,

maka lihat kulit coklat seperti pada area putting, genetalia,

telapak kaki, waktu hamil.

6) Albino : ketidakmampuan memproduksi melanin, dapat dilihat

pada rambut, kulit dan bulu mata.

b. Melakukan inspeksi adanya lesi pada kulit

1) Makula

Yang dimaksud dengan makula adalah perubahan warna

kulit tanpa disertai perubahan konsistensi dan permukaannya.

Makula berukuran < 1 cm, sedangkan jika > 1 cm disebut patch

11

Beberapa contoh makula: makula hitam pada freckles, makula

putih pada vitiligo, panu , makula merah (eritem) pada

dermatitis

2) Papula

Adalah penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 1

cm. Terjadinya papula adalah karena adanya proses:

a) infiltrat pada papilla dermis: proses infiltrasi selular pada

kasus lichen nitidus proses non-selular pada kasus lichen

amiloidosis

b) hiperplasi epidermis :veruka , molluscum contagiosum

3) Plak (plaque)

Yang dimaksud plak adalah kelainan kulit seperti papula

dengan permukaan datar dan diameter > 1 cm. Plak dapat

terjadi karena perluasan suatu papula, tetapi dapat juga karena

gabungan atau konfluensi dari beberapa papula,

misalnya:lichen simplex, psoriasis

4) Urtika

Penonjolan kulit dengan batas tegas, timbulnya cepat, tetapi

hilangnya juga cepat; biasanya berwana kemerahan dan pucat

di bagian tengah, sering terdapat pseudopodia (kaki semu).

Urtika timbul disebabkan karena adanya edema interselular

yang biasanya merupakan kelanjutan dari meningkatnya

permeabilitas kapiler dan hampir tidak pernah dijumpai adanya

infiltrat radang

Biasanya urtika timbul akibat adanya reaksi alergi, atau

reaksi hipersensitifitas. Urtika yang timbul di jaringan yang

longgar, seperti di kelopak mata, bibir, dan scrotum biasanya

berukuran besar (luas) dan dinamakan angioedema.

12

5) Nodul

Penonjolan kulit dengan batas tegas, letaknya dalam,

diameternya > 1 cm. Nodul terjadi karena adanya infiltrasi

yang bersifat massif pada dermis dan subkutis.

Yang perlu diketahui adalah bahwa tumor sebenarnya juga

seperti nodul, hanya saja istilah tumor digunakan untuk nodul

dengan diameter yang besar. Tetapi dewasa ini istilah tumor

sering digunakan untuk kelainan-kelainan yang bersifat

neoplastik saja.

6) Kista

Yang dimaksud kista adalah suatu rongga yang dibatasi

oleh epitel dan di dalamnya berisi massa cair atau semisolid

(cairan, sel, produk sel). Kista yang kecil kadang sulit

dibedakan dari nodul

7) Vesikula

Yang dimaksud vesikel adalah suatu penonjolan kulit dengan

batas tegas, berisi cairan serous dan diameternya < 1 cm. Jika

diameter > 1 cm disebut bula.Vesikula dan bula dapat terjadi di

lokasi yang berbeda pada lapisan kulit Vesikel/bula

intraepidermal atau suprabasal spongiosis:Vesikel atau bula

yang terjadi karena proses spongiosis dimulai dengan terjadinya

edema interselular di antara sel-sel keratinosit yang terisi cairan.

Contoh: dermatitis kontak alergi (DKA)

Vesikel/bula subepidermal atau infrabasal atau intradermal:

Vesikel atau bula infrabasal terjadi karena lepasnya lapisan

basal dari membrana basalis. Vesikel atau bula yang terbentuk

biasanya akibat proses autoimun, misalnya: bullous pemphigoid,

dermatitis herpetiformis.

13

8) Pustula

Yang dimaksud pustula adalah penonjolan kulit berbatas

tegas, diameter < 1 cm, berisi cairan pus/nanah. Lokasi pus bisa

intra epidermal atau subepidermal.

9) Purpura

Yang dimaksud purpura adalah perubahan warna kulit

menjadi kemerahan yang terjadi karena perdarahan di dalam

kulit. Bedanya dengan makula eritem atau patch eritem adalah

pada purpura jika dilakukan penekanan dengan gelas objek (tes

diaskopi) warna merah tidak akan hilang, sedangkan pada

makula atau patch akan berubah pucat atau warna merah

menghilang.

Purpura dibedakan berdasarkan diameternya:

a. petechie : diameter < 1 cm

b. echymosis : diameter > 1 cm

Kadang purpura berdiameter sangat besar dan menonjol akibat

perdarahan yang massif dan letaknya dalam (pada dermis

maupun subkutis), disebut hematom. Contoh purpura:

vaskulitis alergika

10) Skuama (squama)

Yang dimaksud skuama adalah stratum korneum yang

terkelupas dan tampak pada permukaan. Yang dimaksud

krusta adalah bahan cair ,eksudat, darah atau serum maupun

jaringan nekrotik yang mengering. Contoh: impetigo krustosa

11) Erosi

Yang dimaksud erosi adalah defek pada sebagian atau seluruh

epidermis tetapi tidak sampai pada membrana basalis, sehingga

pada proses penyembuhannya tidak meninggalkan bekas

sikatrik. Contoh: vesikel yang pecah

14

12) Ulkus

Yang dimaksud ulkus adalah defek yang mengenai seluruh

epidermis dan melebihi membrana basalis, bahkan mungkin

sampai dermis atau subkutis, sehingga pada proses

penyembuhannya sering meninggalkan sikatriks. Contoh: ulkus

stasis, ulkus tropikum.

13) Ekskoriasi

Yang dimaksud ekskoriasi adalah erosi yang terjadi karena

garukan; sehingga seringkali memberikan gambaran erosi yang

berderet.

14) Fisura

Yang dimaksud fisura adalah defek linier yang dapat mulai dari

permukaan sampai lapisan dermis. Contoh: cheilitis angularis

15) Atropi

Yang dimaksud atropi adalah penipisan kulit, baik epidermis

maupun dermis. Kulit yang mengalami atropi akan nampak

mengkilat, putih, dengan gambaran permukaan yang hilang,

mengkerut, dan tidak mempunyai adnexa lagi. Contoh: proses

penuaan, atrofi akrena steroid

Adanya atropi disertai teleangiektasi dan hipo atau

hiperpigmentasi disebut poikiloderma

16) Sikatriks

Yang dimaksud sikatriks adalah penonjolan kulit akibat

penumpukan jaringan fibrosa sebagai pengganti jaringan

kolagen normal. Jika jaringan terus menerus tumbuh berlebihan

disebut keloid

17) Sclerosis

Yang dimaksud sclerosis adalah mengerasnya kulit yang hanya

dapat ditemukan dengan palpasi. Contoh: scleroderma

15

18) Likenifikasi

Yang dimaksud likenifikasi adalah penebelan kulit yang

ditandai dengan penegasan gambaran garis-garis permukaan

kulit baik longitudinal maupun transfersal, biasanya disertai

hiperpigmentasi. Proses likenifikasi terjadi sebagai akibat

garukan kronis dan hebat. Contoh: lichen simplex

19) Hiperkeratosis

Yang dimaksud hiperkeratosis adalah penebalan kulit yang

terjadi karena menebalnya stratum korneum. Proses penebalan

stratum korneum akan lebih jelas apabila dilihat secara

mikroskopis.

Contoh: keratoderma palmaris

a) Nevus pigmentosus adalah andeng-andeng atau tahi lalat,

hiperrpigmentasi pada suatu daerah kulit dengan batas

tegak

b) Tattoo adalah hiperpigmentasi buatan dengan memasukkan

zat warna dengan tusukan – tusukan jarum

c) Hemmangioma adalah suatu bercak kemerahan akibat

pelebaran pembuluh – pembuluh darah setempat yang

biasanya konginetal

d) Spider nevi adalah suatu pelebaran pembuluh – pembuluha

darah arteriola di kulit yang khas bentuk dan arah aliran

darahnya (keluar)

e) Mongolian spot adalah suatu bercak kebiruan yang sering

di dapat di daerah gluteal – lumbal bayi – bayi

f) Uremic frost adalah bedak ureum, salju ureum dikulit

merupakan Kristal halus ureum yang terjadi akibat

menguapnya keringat pasien uremia sehingga dikulit

tertinggal “ bedak “ ureum

g) Alopecia adalah kondisi yang menyebabkan hilangnya

rambut

16

c. Melakukan pemeriksaan vaskularitas pada kulit :

Perubahan vascular yang lazim ditemukan adalah petechie,

ekimosis, telangiektasis, angioma, venous star.

d. Melakukan pengkajian rambut

1) Warna rambut ( hitam, coklat, pirang, warna perak )

2) Berbau atau warna – warni bendera yang khas untuk defisiensi

vitamin A

3) Mudah rontok

4) Kulit kepala kotor

5) Berbau secara secara umum menunjukan tingkat hygiene

seseorang

6) Pada kulit kepala bisa ditemui lesi seperti vesicular pustule,

crusta karena varicela, dermatitis, jamur atau pedagogis

7) Catat warna dan teksture serta distribusinya

e. Melakukan pemeriksaan kuku

1) Sudut

2) Sekeliling

3) Warna

4) Punggung atau permukaan

5) Kesimetrisan dan kebersihan

2. Palpasi

a. Melakukan pengukuran suhu

1) Temperature kulit adalah indikasi yang menunjukkan keadaan

sirkulasi darah dan suhu tubuh

2) Menurunnya temperatur dapat diakibatkan oleh menurunnya

aliran darah yang disebabkan oleh arteriosclerosis oleh karena

trombose

17

3) Meningkatnya factor eksternal sensation

4) Apakah kulit peka terhadap nyeri, sentuhan dan gatal

b. Melakukan pemeriksaan kelembaban

1) Kehangatan kulit, (dingin – hangat – demam), dan pasien

hipertyroidisme berkeringat terlalu banyak

2) Basah, berminyak, bagaimana keadaan ditelapak tangan, kaki

dan muka

3) Kelembapan kulit tergantung pada : aktivitas, temperature,

status emosi, susia, latihan, demam, lingkungan, kecemasan

4) Pasien dehidrasi terasa kering

c. Teksture kulit

Palpasi tekstur kulit dengan cara menekan secara lembut dengan

ujung jari

Normal : Halus, lembut, kenyal

Abnormal : Bengkak atau atropi

d. Turgor

Dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali

kekeadaan semula, menunjukan turgor turun pada pasien dehidrasi

Diukur : berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya kembali ke

bentuk awal setelah ditarik. Normal : < 3 detik

e. Krepitasi

Teraba ada gelembung – gelembung udara dibawah kulit akibat

fraktur tulang iga atau trauma leher yang menusuk kulit sehingga

udara paru – paru bisa berada di bawah kulit dada

f. Odema

1) Pitting edema : bila menjadi cekung setelah penekanan pada

tempat – tempat pretibial, sakrum, jari – jari, kelopak mata,

pada penyakit jantung, ginjal,hipoprotenemia

2) Nonpitting edema : tidak menjadi cekung setelah penekanan,

pada mixedema (hipotyroid), beri – beri

18

D. Pemerisaan Diagnostic

Test Alergi

Penyakit alergi termasuk penyakit genetik atau keturunan, yang disebabkan

oleh antibodi Imunoglobulin E (Ig E). Yang termasuk penyakit alergi adalah :

1. Rinitis alergi, ditandai oleh bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal, berair.

2. Konjungtivitis alergi, ditandai oleh mata gatal, merah, berair, kelopak

mata bengkak.

3. Urtikaria (biduran, kaligata), ditandai oleh kulit bentol, merah, gatal.

4. Dermatitis (eksim), ditandai oleh kulit merah, gatal, mengelupas, kasar.

5. Asma, ditandai oleh batuk lama, sesak napas, bunyi mengi waktu

bernapas.

6. Pada saluran pencernaan, ditandai oleh mual, muntah, mules, diare.

Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita

periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal

atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi

untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen).

Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk membantu menegakkan

diagnosis penyakit kulit karena alergi atau penyakit kulit karena reaksi

imunologis baik humoral maupun selular disebut tes kulit.

1. Maksud Tes kulit

a. Mencari atau membuktikan penyebab dari dermatitis yang timbul,

untuk ini tentunya sangat perlu diperhatikan adanya elevansi dengan

riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan fisik/ klinisnya.

b. Untuk mengetahui apakah seseorang tahan terhadap bahan yang

diujikan, biasanya digunakan sebagai tindakan preventif sebelum

pemakaiannya secara lebih luas, misalnya untuk bahan-bahan kosmetik

19

2. Dasar tes kulit

Kulit yang peka terhadap suatu bahan, apabila terjadi kontak atau

kemasukan suatu bahan tertentu, maka akan dapat terjadi suatu reaksi

peradangan kulit yang dapat bersifat lokal maupun general.

Reaksi semacam ini merupakan reaksi imunitas selular, tetapi dapat juga

karena reaksi imunitas humoral

3. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk tindakan tes kulit:

a. Persiapan penderita:

b. Menjelang dilakukan tes, penderita tidak boleh mempergunakan

preparat kortikosteroid lebih dari 20 mg per hari

c. Tidak sedang menggunakan preparat anti histamin

d. Sedapat mungkin menghindari bahan-bahan yang dicurigai sebagai

penyebab penyakitnya.

4. Keadaan kulit yang akan dilakukan tes:

a. sehat, bebas dari kelainan kulit apapun

b. bebas dari rambut yang lebat

c. bebas dari bahan kosmetik dan salep apapun

d. letaknya jauh dari lesi kulit yang ada

e. untuk tes IV , penyakitnya tidak sedang kambuh berat

f. pada daerah yang akan dilakukan tes harus bebas lesi minimal 1bulan

5. Daerah yang dites :

a. Punggung

b. Lengan atas bagian volar

c. Lengan bawah bagian volar (terutama tes IV)

d. Jika terpaksa boleh di tempat lain

6. Bahan yang akan diuji :

a. Apabila bersifat padat, maka dapat langsung ditempelkan saja

b. Apabila bersifat cair, dapat diteteskan atau disuntikkan intrakutan

20

c. Bahan non alergenik biasanya menggunakan aquadest steril atau

vaselin album, sedangkan bahan untuk kontrol positif biasanya

menggunakan histamin.

Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :

1. Patch Tes (Tes Tempel).

Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit

dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung.

a. Syarat tes ini :

1) Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang

berkeringat, mandi, posisi tidur tertelungkup, punggung tidak boleh

bergesekan.

2) 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid

atau anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim

atau salep.

b. Teknik pelaksanaan:

1) Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kulit dengan bantuan chamber

yang berupa plastik atau kertas hisap, kertas aluminium yang

impermeable, dan diplester.

2) Untuk bahan cair dapat diteteskan pada kertas hisap terlebih dahulu.

3) Penempelan dibiarkan selama 48 jam, baru dibuka untuk dibaca

c. Pembacaan hasil tes

Pembacaan hasil tes biasanya dilakukan pada 48 jam, 72 jam dan bisa

diperpanjang sampai 92 jam.

Penilaiannya adalah :

Bentuk reaksi nilai

tidak timbul kelainan (-)

eritem, edem dan papula (+)

eritem, edem, pepula dan vesikel (++)

21

bula (+++)

2. Tes Intra kutan

Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan bahan yang dicurigai secara

intrakutan

a. Indikasi:

1) dermatitis atopik

2) alergi karena obat

3) TBC, Lepra, lymphogranuloma inguinale

b. Teknik pelaksanaan

1) kulit daerah tes dibersihkan dengan alcohol

2) ekstrak alergen (0,01 cc) disuntikkan secara intrakutan,

3) sedangkan untuk kontrol disuntikkan larutan garam fisiologis

4) tunggu 10-20 menit (untuk penyakit infeksi ditunggu lebih lama lagi)

c. Pembacaan hasil tes

Eritema yang timbul urtika yang timbul nilai

sama dg kontrol sama dg kontrol (-)

ada, diameter <20 mm ada, diameter > kontrol (+)

ada, diameter > 20 mm ada, diameter > kontrol (++)

Ada ada, diameter 3 x kontrol (+++)

Ada ada, dg pseudopodi (++++)

Hasil dianggap bermakna apabila menunjukkan (++) atau lebih

3. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).

22

Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan.

Alergen Hirup yaitu debu, tungau debu, serpih kulit manusia, serpih kulit

ayam, serpih kulit anjing, serpih kulit kucing, serpih kulit kuda, tepung sari

rumput, tepung sari padi, tepung sari jagung, spora jamur, kecoa.

Alergen Makanan yaitu udang, kepiting, bandeng, kakap, kuning telur,

putih telur, coklat, kacang mete, kacang tanah, kedele, tomat, wortel, kerang,

nanas, kopi, susu sapi, teh, ayam negeri, tongkol, cumi-cumi, gandum.

a. Teknik pelaksanaan:

1) Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam

2) Bahan allergen diteteskan selanjutnya ditusuk dengan jarum khusus

(panjang mata jarum 2 mm) sedalam perbatasan epidermis dan dermis,

atau sampai keluar serum, tapi jangan sampai keluar darah.

3) Jumlah goresan tergantung dari banyaknya bahan yang akan diujikan

ditambah satu bahan untuk kontrol. Kontrol positif yang digunakan

adalah histamine

4) Jarak goresan satu dengan yang lain sekitar 5 cm dan sejajar. Arah

goresan menyilang sumbu panjang

5) dibiarkan selama 30 menit selanjutnya dilakukan pembacaan hasil

b. Syarat tes ini :

Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung

antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.

Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

c. Pembacaan hasil tes

Setelah 30 menit, tetesan segera dihapus dan diperhatikan ada tidaknya tanda-

tanda peradangan.

Bentuk reaksi nilai

tidak ada reaksi (-)

Eritem < 20 mm (+)

Eritem > 20 mm (++)

23

Eritem dan urtika (+++)

eritem, urtika dan pseudopodia (++++)

4. RAST (Radio Allergo Sorbent Test)

IgE Spesifik.Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan

makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum

darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat

diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia

berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan

24

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya

sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg, Luasnya

sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Secara anatomis kulit terdiri dari bagian

epidermis ( kulit ari), dermis, dann subkutan. Terdapat kelenjar pada kulit

yaitu : kelenjar sebasea ( minyak) dan kelenjar keringat. Fisiologi kulit

proteksi, absorpsi, eksresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh ( termoregulasi),

fungsi keratinasi, pembentukan pigmen dan pembentukan vitamin D

Pengkajian pada Sistem Integumen terdiri dari anamesa meliputi identitas

pasien dan riwayat kesehatan. Pemeriksaan fisik pada system integument

terdiri dari inspeksi dan palpasi pada kulit untuk menegakan diagnose pada

gangguan pada system integument. Pemeriksaan diagnostic atau test alergi

yaitu : Patch test ( test temple), Intrakutan Test, Skin Prick Test (Tes tusuk

kulit).dan RAST (Radio Allergo Sorbent Test) merupakan pemeriksaan

penunjang dalam menegakan diagnose keperawatan.

B. Saran

Diharapkan agar pembaca memahami dan dapat mengidentifikasi mengenai

masalah kesehatan pada system integumen

25

DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin, Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika

Debora, Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Malang : Salemba Medika

Hermawan. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Dermatitis. (http://www.dokterumum.net/arsip/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gangguan-dermatitis-com.html) diakses pada 9 Maret 2015

Muttaqin, Arif. 2010.Pengkajian Keperawatan Jakarta : Salemba Medika

Potter, Patricia A. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Rahariyani, Lutfia D. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC

Syaifuiddin.2010. Anatomi dan Fisiologi : Kurikulum berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta ; EGC

26