case report eritroderma

36
I. PENDAHULUAN Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa / dermatitis eksfoliata ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama. Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh. Pada eritroderma (dermatitis eksfoliatif) terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler, hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke

Upload: abdi-nusa-persada-nababan

Post on 16-Jan-2016

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sd

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Eritroderma

I. PENDAHULUAN

Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa / dermatitis eksfoliata ) adalah kelainan kulit

yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya

disertai skuama. Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang

terdapat hampir atau di seluruh tubuh. Pada eritroderma (dermatitis eksfoliatif)

terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang

mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler, hipoproteinemia dan

keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang

luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan

efek yang nyata pada keseluruh tubuh.

Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari

permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan

sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga

tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.

Penyebab terjadinya eritroderma adalah alergi obat, perluasan penyakit seperti

penyakit psoriasis dan dermatitis seboroik, penyakit sistemik seperti keganasan,

dan idiopatik.

Page 2: Case Report Eritroderma

II. STATUS PASIEN

Tanggal Masuk : 12 April 2015

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. NG

Umur : 43 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Mesuji

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

AUTOANAMNESA

Keluhan Utama : kulit kemerahan disetai sisik pada hampir seluruh tubuh.

Keluhan Tambahan : panas, kulit kering, tenggorokan kering dan sakit, serta gatal -

gatal pada seluruh tubuh

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dan di rawat di RSUD Abdul Moeloek pada tanggal 12

April 2015 dengan keluhan kulit kemerahan disetai sisik pada hampir seluruh tubuh

sejak satu pekan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini diawali dengan

timbulnya rasa panas, kulit kering, tenggorokan terasa kering dan sakit, serta gatal – gatal

pada hampir seluruh tubuh. Tak lama berselang dari munculnya kemerahan pada kulit,

Page 3: Case Report Eritroderma

kulit mengelupas dan menjadi bersisik. Awalnya bercak merah bersisik muncul di wajah

dan badan, lalu menyebar ke lengan dan tungkai.

Pasien memiliki riwayat pengobatan sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien

berobat ke bidan karena merasa badan terasa panas dan tenggorokan terasa sakit. Pasien

diberikan obat berupa acetaminopen, cefradoxil, antasid, caviplek, dan dexametason.

Pasien mengatakan baru kali ini berobat, dan pasien merasa tidak ada perubahan. ± 3 hari

setelah konsumsi obat – obat tersebut kulit pasien menjadi kemerahan dan bersisik

hampir diseluruh tubuh. Pasien juga memiliki riwayat meminum jamu secara rutin sejak 2

bulan yang lalu. Jamu yang diminum adalah sambiroto dan brotowati.

Keluhan bercak merah bersisik, berlapis-lapis yang terjadi berulang-

ulang di bagian lengan, kaki, siku, dan daerah yang terkena tekanan sebelumnya

disangkal. Keluhan bercak merah, bersisik putih di atas alis, hidung, belakang

telinga, dan di kepala seperti ketombe sebelumnya disangkal. Keluhan bercak

kemerahan bersisik disekitar mata disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

Pasien mengaku mempunyai penyakit diabetes melitus sejak 6 bulan yang lalu, dan baru

berobat rutin sejak 3 bulan yang lalu dengan mengkonsumsi obat glibenclamide.

Pasien juga memiliki riwayat penyakit hipertensi.

Page 4: Case Report Eritroderma

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign

TD : 140/80 mmHg

Nadi : 86x/menit

Respirasi : 24x/menit

Suhu : 37,40

I. STATUS GENERALIS

Kepala

- Bentuk : Normocephal

- Rambut : hitam tidak mudah dicabut

- Mata : Sklera ikterik (-), konjungtiva

Anemis (-) , palpebra tak tampak edema

- Telinga : Simetris, liang lapang, secret (-), bersisik

- Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak berdarah,

bersisik (+)

Leher

- Inspeksi : Simetris, tidak tampak kelainan

- Palpasi : Trakea di tengah, tidak terdapat pembesaran KGB

Page 5: Case Report Eritroderma

Thoraks

- Inspeksi : gerakan nafas simetris kanan dan kiri

- Palpasi : taktil fremitus dan ekspansi simetris, massa (-)

- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri

- Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : ictus cordis tidak teraba

- Perkusi : redup pada lapang jantung

- Auskultasi : bunyi jantung I,II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : datar, skuama

- Perkusi : Nyeri tekan epigastrium (-)

- Palpasi : timpani

- Auskultasi : bising usus +

II. STATUS DERMATOLOGIS

- Lokasi : Generalisata

- Inspeksi : Makula eritematosa, difus, ditutupi skuama putih, selapis, tidak

berminyak, sedang sampai kasar dengan penyebaran generalisata.

Page 6: Case Report Eritroderma

Gambar 1. Gambaran dermatologis pada tangan

Gambar 2. Gambaran dermatologis pada wajah

Gambar 3. Gambaran dermatologis di perut

Page 7: Case Report Eritroderma

III. LABORATORIUM

Tanggal 13 April 2015

Hb : 12,5 gr%

LED : 47 mm/jam

Leukosit : 23.810 ul

Trombosit : 163.000 ul

Tanggal 14 April 2015

Natrium : 129 mmo/L

Kalium : 2,8 mmo/L

Calsium : 7.5 mg/dl

Clorida : 92 mmo/L

GDN : 53 mg/dl

GDPP : 49 mg/dl

Tanggal 15 April 2015

SGOT/SGPT : 102/117

Ureum : 133 mg/dl

Creatinine : 5,4 mg/dl

GDS : 91 mg/dl

IV. RESUME

Pasien wanita berumur 43 tahun datang dan di rawat di RSUD Abdul

Moeloek pada tanggal 12 April 2015 dengan keluhan kulit kemerahan disetai sisik

pada hampir seluruh tubuh sejak satu pekan yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan ini diawali dengan timbulnya rasa panas, kulit kering, tenggorokan terasa kering

Page 8: Case Report Eritroderma

dan sakit, serta gatal – gatal pada hampir seluruh tubuh. Tak lama berselang dari

munculnya kemerahan pada kulit, kulit mengelupas dan menjadi bersisik. Awalnya

bercak merah bersisik muncul di wajah dan badan, lalu menyebar ke lengan dan tungkai.

Pasien memiliki riwayat pengobatan sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien

berobat ke bidan karena merasa badan terasa panas dan tenggorokan terasa sakit. Pasien

diberikan obat berupa acetaminopen, cefradoxil, antasid, caviplek, dan dexametason.

Pasien mengatakan baru kali ini berobat, dan pasien merasa tidak ada perubahan. ± 3 hari

setelah konsumsi obat – obat tersebut kulit pasien menjadi kemerahan dan bersisik

hampir diseluruh tubuh. Pasien juga memiliki riwayat meminum jamu secara rutin sejak 2

bulan yang lalu. Jamu yang diminum adalah sambiroto dan brotowati.

Keluhan bercak merah bersisik, berlapis-lapis yang terjadi berulang-

ulang di bagian lengan, kaki, siku, dan daerah yang terkena tekanan sebelumnya

disangkal. Keluhan bercak merah, bersisik putih di atas alis, hidung, belakang

telinga, dan di kepala seperti ketombe sebelumnya disangkal. Keluhan bercak

kemerahan bersisik disekitar mata disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Makula eritematosa, difus, ditutupi

skuama putih, selapis, tidak berminyak, sedang sampai kasar dengan penyebaran

generalisata. Pemeriksaan penunjang Hb: 12,5 gr%, LED: 47 mm/jam, Leukosit:

23.810 ul, Trombosit: 163.000 ul, Natrium : 129 mmo/L, Kalium: 2,8 mmo/L,

Calsium: 7.5 mg/dl, Clorida: 92 mmo/L, GDN: 53 mg/dl, GDPP: 49 mg/dl,

SGOT/SGPT: 102/117, Ureum: 133 mg/dl, dan Creatinine: 5,4 mg/dl.

Page 9: Case Report Eritroderma

DIAGNOSIS BANDING

Eritroderma tidak memiliki diagnosa bandingnya, diagnosa banding

didapatkan dari kausa dari eritroderma:

- Eritroderma e.c. erupsi alergi obat e.c. susp. jamu

- Eritroderma e.c. psoriasis

- Eritroderma e.c. dermatitis seboroik

V. DIAGNOSIS KERJA

- Eritroderma e.c.erupsi obat ec susp. jamu

VII. PENATALAKSANAAN

1. UMUM

Menghentikan obat yang diduga menyebabkan penyakit yang

diderita/pemicu.

Memberikan penjelasan pada keluarga pasien mengenai penyakit

yang diderita.

Memenuhi kebutuhan cairan.

Rujuk ke dokter spesialis kulit kelamin.

Diet tinggi protein.

Page 10: Case Report Eritroderma

2. KHUSUS

Sistemik :

- IVFD RL :D5: NaCl (1:1:1) 20 tetes/ menit

- Kortikosteroid : inj metilprednison 2x62,5 mg dengan tapp

off

- Antihistamin : Ceterizine 1 x 10 mg

- Antibiotik : Ciproflocaxine 2 x 500 mg

Topikal :

- Urea 10 % lotion botol 2 x sehari digunakan pada kulit yang

bersisik.

- Hidrokortison 2,5 % cream 2 x sehari digunakan pada kulit

yang kemerahan.

- Kenalog 2 x sehari digunakan pada bibir.

Pemeriksaan Anjuran

- Pemeriksaan Histopatologi

- Radiologi

VI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia

Page 11: Case Report Eritroderma

VII. FOLLOW UP

Tanggal 13 April 2015

S: keluhan kulit kemerahan disetai sisik pada hampir seluruh tubuh sejak satu

pekan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini diawali dengan

timbulnya rasa panas, kulit kering, tenggorokan terasa kering dan sakit, serta gatal

– gatal pada hampir seluruh tubuh.

O: KU= tampak sakit sedang

Kes= compos mentis

TD: 140/80 mmHg, Nadi: 86x/menit, RR: 24x/menit, Suhu: 37,40

Mata= CA-/-, SI -/-

Thorax= DBN

Abd= Inspeksi : datar, skuama

Perkusi : Nyeri tekan epigastrium (-),

Palpasi : timpani

Auskultasi : bising usus +

Ekstremitas= akral hangat, edema -, CRT < 2s

- St. Dermatologi= Makula eritematosa, difus, ditutupi skuama putih, selapis,

tidak berminyak, sedang sampai kasar dengan penyebaran generalisata.

A: Drug Eruption (DD/ Eritroderma) + DM Tipe 2

P : IVFD RL 20 tetes/menit

Inj Ceftriaxone 2gr/hari

Inj dexametason 2 x 1 amp

Inj Ranitidin 1amp/12jam

Page 12: Case Report Eritroderma

Cetirizine 2x10mg

R/ cek lab DL, UL, elektrolit.

Hail laboratorium Tanggal 13 April 2015

Hb : 12,5 gr%

LED : 47 mm/jam

Leukosit : 23.810 ul

Trombosit : 163.000 ul

Tanggal 14 April 2015

S: kulit masih mengelupas, rasa gatal berkurang, nyeri dan rasa kering pada

tenggorokan (+), demam (-)

O: KU= tampak sakit sedang

Kes= compos mentis

N= 80x/m, RR= 18x/m, T= 36,7 C, TD= 130/80 mmHg

Mata= CA -/-0, SI -/-

Thorax= DBN

Abd= Inspeksi :datar, skuama

Perkusi : Nyeri tekan epigastrium(-)

Palpasi : timpani

Auskultasi : bising usus +

Ekstremitas= akral hangat, edema -, CRT < 2s

St. Dermatologi= Makula eritematosa, difus, ditutupi skuama putih,

selapis, tidak berminyak, sedang sampai kasar dengan penyebaran

Page 13: Case Report Eritroderma

generalisata, tetapi pada regio femur dan cruris dekstra dan sinistra

anterior terdapat deskuamasi ringan.

Hasil laboratorium Tanggal 14 April 2015

Natrium : 129 mmo/L

Kalium : 2,8 mmo/L

Calsium : 7.5 mg/dl

Clorida : 92 mmo/L

GDN : 53 mg/dl

GDPP : 49 mg/dl

A: Drug eruption (DD/ Eritroderma) +DM tipe 2 post hipoglikemi

P: IVFD RL: D5= 1:1

Inj Ceftriaxone 2gr/hari

Inj dexametason 2 x 1

Inj Ranitidin 1amp/12jam

Cetirizine 2x10mg

R/ cek lab SGOT/SGPT, ureum creatin, gds.

R/ Konsul Sp KK

Tanggal 15 April 2015

S: kulit mengelupas, gatal↓, nyeri dan rasa kering pada tenggorokan

berkurang, demam (-)

O: KU= tampak sakit sedang

Kes= compos mentis

Page 14: Case Report Eritroderma

N= 80x/m, RR= 20x/m, T= 37 C, TD= 130/70 mmHg

Mata= CA -/-, SI -/-

Thorax= DBN

Abd= Inspeksi : datar, skuamasi

Perkusi : Nyeri tekan epigastrium

Palpasi : timpani

Auskultasi : bising usus +

Ekstremitas= akral hangat, edema -, CRT < 2s

St. Dermatologi= Makula eritematosa, difus, ditutupi skuama putih,

selapis, tidak berminyak, sedang sampai kasar dengan penyebaran

generalisata, pada regio femur dan cruris dekstra dan sinistra anterior

terdapat deskuamasi ringan.

Hasil laboratorium Tanggal 15 April 2015

SGOT/SGPT : 102/117

Ureum : 133 mg/dl

Creatinine : 5,4 mg/dl

GDS : 91 mg/dl

A: Drug eruption (DD/ Eritroderma) + DM tipe 2

P: IVFD RL: D5= 1:1

Inj Ceftriaxone 2gr/hari

Inj dexametason 2 x 1 amp

Inj Ranitidin 1amp/12jam

Cetirizine 2x10mg

R/ Konsul Sp KK

Page 15: Case Report Eritroderma

III. ANALISA KASUS

1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat dan bagaimana cara

menyingkirkan diagnosis bandingnya?

Pada kasus ini, pasien didiagnosis sebagai eritroderma et causa erupsi obat

ec susp. Jamu karena pemakaiannya dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan

adanya gambaran klinis yang menunjukan eritema universal dan lesi pada kulit

mengenai >90% permukaan tubuh dan skuama. Pada pasien juga ditemukan

adanya riwayat pemakaian jamu, yaitu sambiroto dan brotowati rutin dikonsumsi

selama 2 bulan. Pada kasus ini dikatakan memiliki etiologi erupsi obat karena

memiliki gambaran yang khas yaitu: di awali bercak merah kemudian diikuti sisik

berbeda dengan etiologi non erupsi obat dimana bercak merah dan sisik timbul

bersamaan.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya peningkatan SGOT/SGPT,

peningkatan ureum dan creatinin. Hal ini dicurigai sebagai akibat dari penggunaan

obat yang dikonsumsi secara rutin dalam waktu jangka panjang. Pada kasus ini

kadar albumin pasien belum diperiksa, umumnya kadar albumin menurun akibat

kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari

sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan berkurangnya

albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan

kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh

pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler namun pada pasien ini tidak ditemukan

adanya edema.

Page 16: Case Report Eritroderma

Status dermatologis ditemukan makula eritematosa difus, ditutupi skuama

putih, selapis, tidak berminyak, sedang sampai kasar dengan penyebaran

generalisata.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disingkirkan penyebab lain

dari timbulnya penyakit ini. Skuama pada pasien ini selapis sedangkan pada

psoriasis jenis skuamanya adalah berlapis, dan riwayat gatal serta sisik berulang di

bagian siku, lutut, tangan kaki serta bagian yang terkena tekanan disangkal. Pada

kasus ini eritroderma et causa dermatitis seboroik pun dapat disingkirkan karena

keluhan bercak merah bersisik putih di atas alis, di belakang telinga dan riwayat

ketombe di kepala pun disangkal.

2. Apakah terapi yang diberikan sudah tepat?

Terapi yang diberikan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan literatur

yang ada yaitu berupa menghentikan obat yang diduga menyebabkan penyakit

yang diderita/pemicu, memenuhi kebutuhan cairan, diet tinggi protein.

Sedangkan, pengobatan yang diberikan berupa kortikosteroid, antihistamin,

antibiotik, dan juga diberikan obat topikal.

IV.TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Page 17: Case Report Eritroderma

Eritoderma (ED) merupakan inflamasi pada kulit yang mengenai >90%

permukaan tubuh. Memiliki sinonim dermatitis eksofoliatif; walaupun dapat

dijumpai derajat eksofoliatif yang ringan. Pada literatur yang berbeda dermatitis

eksofoliatif kurang begitu tepat karena pada eksofoliatif skuamanya berlapis

sedangkan pada eritroderma skuamanya selapis (Fitzpatrick, 2008).

Epidemiologi

Insiden dari penyakit ini adalah 0.9-71 per 1000,000 pasien. Pria lebih

sering terkena daripada wanita dengan rasio 2:1 hingga 4:1. Rata-rata onset umur

yaitu 41-61 tahun (Fitzpatrick, 2008).

Etiologi

Eritroderma tersering disebabkan penyakit kulit dan sistemik, diantaranya

psoriasis, dermatitis spongiotik, reaksi hipersensitif dan kutaneus sel T limfoma

atau Sindrom Sezary. Penyebab yang belum diketahui/idiopatik berkisar 20%.

Selain itu dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti Ca bloker, anti-epilepsi,

antibiotik penisilin, sulfonamid, vankomisin, alopurinol, emas, litium, terbinafin,

kuinidin, simetidin, dapson, maupun kehamilan, stress emosional. Penyebab yang

lebih jarang yaitu penyakit imunobulosa, penyakit jaringan ikat, infeksi termasuk

skabies dan dermatofita, pitriasis rubra pilaris, dan keganasan (Fitzpatrick, 2008).

Diagnosis banding neonatus dan bayi yaitu dermatosis (psoriasis,

dermatitis seboroik), obat-obatan dan infeksi (Staphylococcus Scalded Skin

Syndrome) (Djuanda A. 2007).

Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah

ada sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopik dan dermatosis spongiotik lainnya),

Page 18: Case Report Eritroderma

reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika, calcium

channel blocker, dan bahan topikal), penyakit sistemik termasuk keganasan, serta

idiopatik (20%) (Nanda, 2009).

Gambar 4. Eritroderma akibat obat (Fitzpatrick, 2008)

Patogenesis

Dalam mempelajari patogenis dari eritroderma membutuhkan pengetahuan

biologi normal dari epidermis. Seperti pada jaringan lainnya, epidermis

melakukan regenerasi secara rutin yang terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel

ini berubah menjadi struktur keratin yang utuh melalui proses selama 10-12 hari.

Pada umumnya, sel-sel ini membutuhkan tambahan sekitar 12-14 hari lagi di

stratum korneum sebelum sel ini dilepaskan (Fitzpatrick, 2008).

Page 19: Case Report Eritroderma

Berdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia normal

antara 500-1000 mg/hari. Pengelupasan keratin paling banyak terjadi pada

telapak tangan, kulit kepala, dan dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m2 per 24 jam) dan

paling sedikit pada dada, lengan bawah dan tungkai bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam).

Karena Tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari, pengelupasan kulit

yang fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme protein secara

keseluruhan (Fitzpatrick, 2008).

Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis.

Meskipun beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang setiap

harinya, tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr yang

hilang. Pada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan jumlah asam

nukleat dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan

peningkatan jumlah protein bebas (Fitzpatrick, 2008).

Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,

perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik)adalah berupa pelebaran pembuluh

darah kapiler (eritema) yang generalisata.Eritema berarti terjadi pelebaran

pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga

kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil.

Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia

akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat

menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga

meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan

hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme basal.

Page 20: Case Report Eritroderma

Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal

(Djuanda, 2007; Fitzpatrick, 2008).

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih

sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan

berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin

merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan

oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler (Djuanda, 2007).

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku

berupa kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan

kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan dapat

terjadi perburukan keadaan umum yang progresif (Champion, 1992).

Penegakan Diagnosis

Terlebih dahulu mencari riwayat pengobatan (riwayat dermatosis, penyakit

sitemik yang pernah diderita), riwayat keluarga, dan penggunaan obat sekarang.

Onset penyakit dapat mengarahkan kepada etiologi. Pada ED yang disebabkan

obat, reaksinya cepat, 2-5 minggu setelah menggunakan pengobatan dan berlanjut

walaupun obat telah dihentikan, dan terdapat gejala lain seperti demam,

limfadenopati, organomegali, edema, leukositosis, gangguan hati dan ginjal

(Hamzah M. 2007).

Gambaran klinis yaitu eritema yang meluas menjadi generalisata dan

beberapa hari kemudian timbul skuama putih kekuningan, terutama pada bagian

fleksor. Terdapat pengelupasan kulit pada bagian pergelangan tangan dan kaki,

yang menampakkan gambaran kulit berwarna kemerahan, dan palmoplantar

Page 21: Case Report Eritroderma

keratoderma (Siregar, 2004). Dapat timbul ektropion dan epifora dapat timbul.

Gambaran pada kuku dapat berupa onkiolisis, subungual hiperkeratosis, splinter

hemoragi, paronikia, dan Beau’s line. Beberapa gejala dan tanda lainnya seperti:

- Mengeluh menggigil dan kedinginan.

- Takikardi yang disebabkan peningkatan aliran darah ke kulit dan

kehilangan cairan karena kerusakan barier pada epidermis

- Gagal jantung

- Eritema universal

- Periferan pedal atau edema edema terjadi pada 54% pasien. Edema fasial

dilaporkan terjadi pada ED yang disebabkan obat.

- Limfadenopati generalisata terjadi pada sepertiga kasus

- Hepatomegali terjadi pada sepertiga kasus dan lebih sering pada ED yang

disebabkan obat.

- Splenomegali

Pemeriksaan laboratorium kurang spesifik menggambarkan penyakit ini,

tetapi hasil laboratorium yang sering yaitu anemia, leukositosis, limfositosis,

eusinofilia, peningkatan IgE, dan peningkatan laju endap eritrosit. Kehilangan

cairan menyebabkan gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal (kreatinin

meningkat (Fitzpatrick, 2008).

Hitung sel Sezary mungkin diperlukan untuk mencari tau etiologi. Jika

terdapat lebih dari 20% sel Sezary pada sirkulasi, maka dapat didiagnostik

menjadi Sezary sindrom, tetapi menjadi tidak spesifik jika kurang dari 10%.

Page 22: Case Report Eritroderma

Histopatologi menunjukkan gambaran hiperkeratosis, parakeratosis,

akantolisis dan kronik inflamatory infiltrat. Dianjurkan melakukan biopsi

berulang dengan pewarnaan HE. Jika etiologi dicurigai neoplasma, diperlukan

pemeriksan radiologi (Hamzah M. 2007).

Tatalaksana

Tatalaksana awal ED adalah terapi elektrolit dan cairan. Obat-obatan yang

dicurigai menyebabkan ED dihentikan. Suplementasi folat dan asupan diet 130%

dari kebutuhan diperlukan untuk mengganti kehilangan nutrisi. Lingkungan

sebaiknya hangat, nyaman, dan pencegahan hipotermi (Fitzpatrick, 2008).

Kortikosteroid potensi tinggi dan topikal imunomodulator seperti

takrolimus dihindari, karena peningkatan permeabilitas kulit dapat menyebabkan

penyerapan secara sistemik. Topikal iritan, seperti tar dan antralin sebaiknya

dihindari. Antibiotik sistemik diperlukan pada pasien dengan infeksi sekunder

(Fitzpatrick, 2008).

Page 23: Case Report Eritroderma

Gambar 5. Penatalaksanaan Eritoderma (Fitzpatrick, 2008)

Setelah etiologi diketahui, diberikan terapi lini 2 yang sesuai. Pada ED

psoriasis responsif dengan pemberian metotreksat, siklosporin, scitretin,

mikofenolat dan mofetil (Fitzpatrick, 2008).

Sedangkan, dalam buku Ilmu kesehatan kulit dan kelamin UI (2007)

dijelaskan juga bahwa umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid.

Pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis

prednison 3 x 10 mg- 4 x 10 mg. Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam

beberapa hari – beberapa minggu (Djuanda, 2007).

Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan

kortikosteroid. Dosis mula prednison 4 x 10 mg- 4 x 15 mg sehari. Jika setelah

beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak

perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat

pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan.

Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama

penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan,

jadi tidak secepat seperti golongan I (Djuanda, 2007).

Pengobatan penyakit Leiner dengan kortokosteroid memberi hasil yang

baik. Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrome Sezary pengobatannya

Page 24: Case Report Eritroderma

terdiri atas kortikosteroid dan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan

dosis 2-6 mg sehari.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari obat yang dicurigai

menjadi penyebab, mencari penyebab alergi, dan menghindari penggunaan obat

yang kemungkinan menyebabkan reaksi silang, seperti gentamisin pada pasien

yang alergi terhadap neomisin, dan psoudoefedrin pada pasien yang alergi

fenileprin. Pasien psoriasis juga menghindari steroid sistemik (Burns, 2004).

Komplikasi

Gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan, gangguan termoregulator,

infeksi, high output cardiac failure, syok cardiogenik, ARDS, gangguan hati dan

ginekomastia. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit disebabkan

kebocoran kapiler. Kehilangan protein pada non-psoriasis ED mencapai 10-15%,

sedangkan pada psoriasis ED mencapai 25%. Kehilangan protein menyebabkan

gangguan keseimbangan nitrogen seehingga menyebabkan edema, dan

hipoalbuminemia. high output cardiac failure terjaddi karena peningkatan aliran

darah ke kulit dan menjadi perhatian pada pasien dengan gangguan jantung dan

usia lanjut.

Terjadi disregulasi temperatur, sehingga kapiler tidak dapat mengubah

temperatur secara vasokonstriksi maupun vasodilatasi. Basal metabolic rate juga

meningkat sehingga meningkatkan suhu kulit. Selain itu, terjadi peningkatkan

resiko kolonisasi bakteri, sehingga terjadi sepsis yang disebabkan inflamasi, fisura

dan eksoriasi pada kulit (Fitzpatrick, 2008).

Page 25: Case Report Eritroderma

Prognosis

Prognosis tergantung etiologi yang mendasari. Pada ED yang disebabkan

obat, jika obat dihentikan, maka terjadi perbaikan. Hipersensitifitas sistemik

,kimasih berlanjut selama beberapa minggu walaupun obat telah dihentikan.

ED yang disebabkan psoriasis dan atopik membaik dalam waktu minggu

hingga bulan. Kejadian ED psoriasis dapat berulang pada 15 persen pasien. ED

yang disebabkan keganasan biasanya kronis. Pada idiopatik ED, terjadi

pengulangan pada sepertiga kasus. Laju mortalitas bervariasi dari 3.75-64%.

Mortalitas yang tinggi terjadi pada ED yang disebabkan reaksi obat, keganasan

dan idiopatik. Pneumonia dan gagal jantung merupakan komplikasi yang dapat

menyebabkan kematian.

Pada ED dengan sindrom sezary prognosisnya buruk, pasien pria

umumnya meninggal setelah umur 5 tahun, sedangkan pada pasien wanita setelah

10 tahun. Biasanya kematian disebabkan karena infeksi atau penyakit berkembang

menjadi mikosis fungiodes (Hamzah M. 2007).