e. pendekatan metodologi dan program kerja

66
Ba E.1 A. B. 1) PT. KENC agian PENDEK UMUM Sesuai ur Konsultan selanjutny berupa pe Dalam me diperlukan hasil opti penunjang Untuk dap hasil stud Untuk me pelaksanaa PENDEKA Pendekata Untuk pe Penyaringa E CANA ADHI K PE PR Pada b dig pro me KATAN T raian tugas berkewaji ya dilakukan laporan dan elaksanakan n metode pe mal. Untuk agar dapat pat menduku di yang opti erealisasika an pekerjaa TAN TEKN an Operasio elaksanaan an di Kabu KARMA NDEKA ROGRAM bagian ini mengu gunakan untuk m ogram kerja terk sistemati nguraikan tenta TEKNIS s yang terc ban untuk n tahap pere gambar des pekerjaan elaksanaan p k itu dipe tercapai pe ung pekerja imal, diperl an hal ter n antara k NIS onal pekerjaan upaten Jem ATAN, M KERJ uraikan tentang p mencapai tujuan kait dengan peke is dan terarah gu ng organisasi ser peke DAN ME cantum dala dapat men encanaan da sain. n sesuai de pekerjaan y erlukan be erencanaan aan perenca ukan suatu rsebut per konsultan se n “Pengawa mbrana” ini METOD JA pendekatan tekn dan sasaran. Se erjaan yang akan una mencapai tu rta personil yang erjaan baik tenag ETODOLO am "Kerang nganalisa se an analisa se engan tang yang tepat a berapa da desain deng anaan desain prosedur p lu disusun ebagai pelak asan Peng konsultan DOLOG nis dan metodolo elain itu juga me n dilaksanakan y ujuan dan sasara g akan terlibat d ga inti maupun t OGI gka Acuan K emua data y ehingga dipe ggung jawa agar dapat d ta/laporan gan baik. n agar dida pelaksanaan organisas sana dan pe gamanan P akan meliba GI DAN ogi yang akan ak enguraikan tenta ang disusun seca an. Serta juga ak dalam pelaksana tenaga pendukun Kerja (KAK) yang ada da eroleh produ b konsulta dicapai suat dan saran patkan suat n yang bai i, tata car emberi kerja Pantai Des atkan tenag E1 kan ang ara kan aan ng. )", an uk an, tu na tu k. ra a. sa ga

Upload: hery

Post on 20-Feb-2016

193 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

ustek

TRANSCRIPT

Page 1: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

 

 

Ba

 

E.1

A.

B.

1)

PT. KENC

agian

   

PENDEK

UMUM

Sesuai ur

Konsultan

selanjutny

berupa pe

Dalam me

diperlukan

hasil opti

penunjang

Untuk dap

hasil stud

Untuk me

pelaksanaa

PENDEKA

Pendekata

Untuk pe

Penyaringa

CANA ADHI K

PEPR

Pada bdigpro

me

KATAN T

raian tugas

berkewaji

ya dilakukan

laporan dan

elaksanakan

n metode pe

mal. Untuk

agar dapat

pat menduku

di yang opti

erealisasika

an pekerjaa

TAN TEKN

an Operasio

elaksanaan

an di Kabu

 KARMA

NDEKAROGRAM

bagian ini mengugunakan untuk mogram kerja terk

sistematinguraikan tenta

TEKNIS

s yang terc

ban untuk

n tahap pere

gambar des

pekerjaan

elaksanaan p

k itu dipe

tercapai pe

ung pekerja

imal, diperl

an hal ter

n antara k

NIS

onal

pekerjaan

upaten Jem

ATAN, M KERJ

uraikan tentang pmencapai tujuan kait dengan pekeis dan terarah gung organisasi ser

peke

DAN ME

cantum dala

dapat men

encanaan da

sain.

n sesuai de

pekerjaan y

erlukan be

erencanaan

aan perenca

ukan suatu

rsebut per

konsultan se

n “Pengawa

mbrana” ini

METODJA

pendekatan tekn dan sasaran. Seerjaan yang akanuna mencapai turta personil yang

erjaan baik tenag

ETODOLO

am "Kerang

nganalisa se

an analisa se

engan tang

yang tepat a

berapa da

desain deng

anaan desain

prosedur p

lu disusun

ebagai pelak

asan Peng

konsultan

DOLOG

nis dan metodoloelain itu juga men dilaksanakan yujuan dan sasarag akan terlibat dga inti maupun t

OGI

gka Acuan K

emua data y

ehingga dipe

ggung jawa

agar dapat d

ta/laporan

gan baik.

n agar dida

pelaksanaan

organisas

sana dan pe

gamanan P

akan meliba

GI DAN

ogi yang akan akenguraikan tentayang disusun secaan. Serta juga akdalam pelaksanatenaga pendukun

Kerja (KAK)

yang ada da

eroleh produ

b konsulta

dicapai suat

dan saran

patkan suat

n yang bai

i, tata car

emberi kerja

Pantai Des

atkan tenag

E‐1

kan ang ara kan aan ng.

)",

an

uk

an,

tu

na

tu

k.

ra

a.

sa

ga

Page 2: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐2PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pekerjaaan monitoring

pengamanan pantai, sesuai dengan ketetapan personil pada Kerangka Acuan

Kerja. Untuk memperlancar tugas, pelaksanaan pekerjaan akan didukung oleh

fasilitas penunjang berupa peralatan yang memadai dan sistem kerja yang

seefisien mungkin.

Konsultan akan memberikan jasa-jasa teknis secara efisien dan efektif dalam

pelaksanaan pekerjaan pengawasan ini, melalui organisasi dan staffing, cara

kerja dan sistem komunikasi, seperti :

a. Organisasi dan Staffing.

Konsultan akan mengorganisasikan suatu tim proyek yang merupakan tenaga

ahli yang berkualitas serta terintegrasi dengan pembagian tugas menurut

bidang atau spesialisasinya.

b. Pelaksanaan

Dengan mempertimbangkan sifat dan jenis studi yang akan dilaksanakan,

Tim Konsultan akan menerapkan pelaksanaan pekerjaan secara koordinatif.

Dalam hal ini setiap tenaga ahli akan melakukan koordinasi baik dengan

intern maupun ekstern.

Disamping itu, secara khusus Ketua Tim / Team Leader berkewajiban

melakukan koordinasi dalam hal kesimpulan hasil akhir studi dari beberapa

tenaga ahli agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat tercapai dengan baik.

Page 3: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐3PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

2) Pendekatan Teknis Pelaksanaan

Hasil pekerjaan yang baik hanya dapat dijamin tercapai sesuai rencana bila

desain yang benar dilaksanakan dengan penerapan peraturan-peraturan, kode-

kode dan standar-standar resmi yang telah tercantum dalam dokumen kontrak

dan ditunjang dengan pengalaman-pengalaman positif yang diperoleh dari

proyek-proyek sejenis lainnya.

Penentuan tahapan pelaksanaan pekerjaan harus jelas dengan telah

mempertimbangkan kondisi lahan proyek (dan area kerja) sehingga pelaksanaan

pekerjaan efektif dan efisien dari sudut pertimbangan waktu dan biaya.

3) Standard Peraturan Teknis

PENDEKATAN OPERASIONAL

TEPAT TEPAT MUTU

FASILITAS

TRANSPORTASI

LAPANGAN

KANTOR

STUDIO

KOMUNIKASI

KUALITAS

KAPASITAS

TENAGA AHLI

INTERN

EKSTERN

KOORDINASI

INTERN

EKSTERN

ORGANISASI

EFEKTIF

EFISIEN

OPERASIONAL

Page 4: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐4PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Standar dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam

pelaksanaan pekerjaan studi ini pada dasarnya menggunakan standar yang

sudah umum berlaku di Indonesia dan disesuaikan dengan perkembangan

wilayah yang ada. Adapun standar-standar yang dimaksud tersebut antara lain

adalah :

a) Pedoman pengumpulan data dan studi hidrologi yang dikeluarkan oleh

Kementerian PU.

b) Shore Protection Manual, SPM

c) American Society for Testing and Materials ; ASTM

d) Standard Nasional Indonesia ; SNI

e) Standar Manual Penanganan Pantai dari negara lain yang relevan (Coastal

Engineering Manual, Dep of US Army th. 2002).

f) Standar Pelaksanaan Bangunan Menggunakan Batu Besar ( Manual Use of

Rock, CIRIA, Tahun 2004).

g) Dan referensi lainya.

C. METODOLOGI PELAKSANAAN

1) Umum

Kegiatan monitoring merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan

pemeliharaan. Melalui kegiatan monitoring dapat diketahui perubahan di pantai,

bangunan pelindung pantai dan semua yang terkait dengan proyek yang ditinjau.

Untuk memperoleh data monitoring yang berkualitas, harus memperhatikan

tahapan baku pengukuran.

2) Pekerjaan Monitoring

Kegiatan monitoring merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan

pemeliharaan. Melalui kegiatan monitoring dapat diketahui perubahan di pantai,

bangunan pelindung pantai dan semua yang terkait dengan proyek yang ditinjau.

Untuk memperoleh data monitoring yang berkualitas, harus memperhatikan

Page 5: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐5PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

tahapan baku pengukuran.

I. Pengecekan Visual dan Site Survey Checking

Pengecekan visual dan site survey checking akan dilaksanakan di lokasi

pekerjaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi

aktual secara visual hingga dapat diperoleh informasi tingkat perubahan,

kerusakan dari isian pasir, keadaan bangunan pelindung pantai, lansekap

dll.

Metode pelaksanakan pengecekan visual ini melalui pengambilan foto

dokumentasi dan pengisian form monitoring mengenai semua kondisi yang

terjadi. Melalui foto dokumentasi ini dapat diketahui perubahan garis

pantai dalam periode tertentu.

Pengambilan photo dilaksanakan dalam posisi pengambilan yang sama dan

sudut pengambilan yang sama di setiap waktu monitoring. Hal ini

bertujuan agar pengamatan terhadap titik pengambilan tersebut tidak

berubah, sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi di lokasi

monitoring. Apabila terdapat bangunan yang rusak, maka diperlukan

pengambilan photo tambahan sebagai informasi yang berguna. Seri

kronologis dokumentasi yang diambil akan memberikan informasi yang

sangat berguna di kemudian hari apabila terjadi kegagalan konstruksi.

Contoh Pengambilan Foto Teresteris Pantai Kuta Pada Posisi Yang Sama (Dari kiri ke kanan (Januari 2008, Desember 2008,Juni 2009)

II. Kegiatan Survey dan Pengukuran

Page 6: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐6PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Kegiatan survey dan pengukuran dilakukan untuk mengidentifikasi

perubahan yang terjadi terhadap bangunan pelindung pantai dan terutama

perubahan bentuk garis pantai di lokasi monitoring. Melalui data survey

yang diperoleh dapat diketahui perkembangan kondisi dari objek (pantai,

bangunan pelindung pantai) dengan acuan data-data pengukuran yang

telah dilakukan sebelumnya. Untuk itulah perlu dilakukan kegiatan survey

dan pengukuran secara berkala agar kondisi dari perubahan dapat

diketahui secara baik.

a. Perlengkapan Survey

Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik, diperlukan kemampuan

tenaga survey dan tenaga ahli yang tepat serta mengerti tujuan

dilaksanakannya pekerjaan ini. Selain itu diperlukan dukungan alat

bantu pelaksanaan yang sesuai antara lain;

1. Topographic Survey : Digital Total Station c/w Tripod dan Prisma

Automatic Level c/w Tripod dan Measuring Staff

2. Photo Equipment : Good, qualified digital camera (SLR is prefered)

3. Monitoring Devices : Measuring tapes, binocular, turbidity meter,

water quality measurement kit,dll.

4. Form Survey : Untuk memberikan hasil yang optimal terhadap

semua aktifitas pekerjaan, konsultan membuat form pengamatan.

Form ini harus di acu dalam pelaksanaan kegiatan lapangan

sehingga hasil yang diharapkan dapat tepat dan memudahkan

kontrol kualitas pekerjaan. Dokumentasi, sket dan interpretasi

yang baik dari team akan sangat berpengaruh terhadap hasil

pekerjaan secara keseluruhan. Pada halaman berikut ditampilkan

form-form yang digunakan untuk melakukan monitoring garis

pantai dan bangunan pantai.

Page 7: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐7PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Page 8: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐8PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Page 9: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐9PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Page 10: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐10PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Page 11: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐11PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

b. Survey Hidro Oceanografi

Page 12: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐12PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Survey hidro ocenografi merupakan bagian dari data primer yang

harus dilakukan oleh konsultan sebagai masukan data. Data hidro

oceanografi dilakukan untuk mengetahui elemen kelautan di luar

gelombang dan kontur dasar laut. Masing-masing data memiliki

peranan yang cukup signifikan terhadap kondisi perubahan kontur di

pantai, untuk itu pelaksanaan survey ini harus dilakukan dengan tepat.

Survey Hidro Oceanografi yang dilakukan dalam lingkup pekerjaan ini

antara lain pengamatan pasang surut (tide observation), pengukuran

gelombang (wave measurement), pengukuran arus (current

measurement) di beberapa lokasi yang mewakili keperluan desain.

Tiga komponen pengukuran tersebut akan digunakan dalam analisis

tren perubahan garis pantai, perencanaan arah atau pola pergerakan

arus, gelombang dan sedimen serta simulasi numeris penanganan

sesuai kondisi di lapangan.

Berikut ini beberapa tujuan yang perlu dicapai sehubungan dengan

pelaksanaan survey hidro oceanografi, antara lain :

Pengamatan Pasang Surut (Tide Measurement)

Melalui pengamatan pasang surut selama 30 hari, konsultan

melakukan proses analisa dan diperoleh elevasi penting ( HWL, MSL

dan LWL ). Melalui data-data inilah digunakan sebagai referensi yang

akan digunakan dalam penentuan elevasi bangunan, tanah dan rencana

penanganan.

Awal dari semua tahap desain berada pada pengamatan pasang surut,

sehingga pembacaan data harus dilakukan dengan tepat. Apabila

terjadi kesalahan dalam analisa, terjadi permasalahan;

• Apabila elevasi LWL terlalu tinggi, maka rencana bangunan akan

menggantung saat terjadi scouring di kaki bangunan. Sedangkan

Page 13: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐13PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

apabila terlalu rendah, puncak bangunan akan terlampaui saat

gelombang rencana.

• Apabila elevasi LWL terlalu rendah, maka rencana bangunan akan

lebih besar dari keperluan sebenarnya (boros). Sedangkan apabila

terlalu tinggi, puncak bangunan akan terlampaui saat gelombang

rencana.

Pengukuran Gelombang (Wave Measurement)

Pengukuran gelombang merupakan kegiatan pemetikan data primer

sebagai kalibrasi analisa data hindcasting data angin. Hal ini perlu

dilakukan untuk mengetahui kondisi gelombang nyata yang terjadi di

perairan laut dalam.

Pengukuran Arus (Current Measurement)

Pengukuran arus dilakukan untuk mengetahui pola pergerakan arus

dominan saat kondisi air pasang dan air surut. Tentunya hal ini

berdampak pada pola sebaran sedimen mengingat arus pasang dan

surut berdampak besar pada pola pergerakan partikel sedimen di

dasar perairan.

c. Survey Topografi

Kegunaan dari survey topografi adalah untuk memantau kondisi garis

pantai di lokasi pekerjaan sehingga diketahui kondisi terbaru dan

diperoleh data urutan dari garis pantai. Melalui data yang diperoleh

akan digunakan untuk :

Mengetahui pola perubahan garis pantai sehingga lebih lanjut

akan diketahui jumlah isian pasir yang diperlukan untuk kegiatan

pengisian kembali pantai-pantai ini.

Menganalisa kinerja bangunan pelindung pantai dalam

hubungannya untuk mempertahankan daerah isian pasir yang

Page 14: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐14PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

dilakukan.

Melalui kedua analisa di atas, dapat dilakukan evaluasi

menyeluruh sehingga fungsi dari bangunan dapat optimal dalam

mempertahankan isian pasir atau mempertahankan garis pantai.

Survey monitoring garis pantai akan dilakukan berdasarkan

penampang melintang (cross section) yang telah dipilih dalam

kegiatan survey sebelumnya dan semua bangunan yang berada dalam

satu sistem pantai. Berikut ini beberapa acuan standar yang

melingkupi kegiatan survey topografi garis pantai;

1. Cross section pantai diambil tegak lurus garis pantai dengan

interval ± 50 m sepanjang pantai yang dilakukan monitoring

(koordinat titik yang diambil sesuai dengan survey yang dilakukan

terdahulu).

2. Secara umum batasan survey di darat adalah walkway atau

bangunan terdekat dari pantai. Berdasarkan data survey

sebelumnya sisi datar yang diambil adalah 25 m dan sisi miring 75

m mengikuti kemiringan (slope) pantai yang ditinjau dari titik

kontrol.

3. Cross section yang diambil dilakukan pendataan elevasi dan

koordinat titik yang diambil pada berdasarkan titik acuan dasar

(Bench Mark).

4. Survey akan dilakukan semaksimal mungkin hingga closure zone

(zona dimana pergerakan pasir aktif masih terjadi. Penetapan

jangkauan closure zone merupakan salah satu kesepakatan tenaga

ahli dan direksi pekerjaan sesuai dengan karakteristik masing-

masing lokasi pekerjaan.

Page 15: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐15PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Topographic monitoring survey yang dilakukan secara periodik ini akan

memerlukan team yang terdiri dari; seorang (1) Senior Surveyor,

seorang (1) Assistant Surveyor, dan dua (2) orang tenaga lapangan.

Berikut ini alat yang digunakan untuk kegiatan survey monitoring:

- Satu (1) set Digital Total Station lengkap dengan reflector.

- Satu (1) set Komputer lengkap dengan printer untuk data

processing.

- Satu (1) set handy talky sebagai alat komunikasi surveyor di

lapangan.

Dokumentasi Kegiatan Pengukuran Topografi Profil Pantai

d. Level Monitoring Survey

Fungsi dari pelaksanaan level monitoring survey adalah untuk

memonitor posisi (level) dari bangunan pelindung pantai yang berada

dalam sistem pantai. Melalui kegiatan ini akan diketahui kondisi aktual

dan evaluasi yang diperlukan terhadap masing-masing bangunan

seperti revetment, offshore breakwater dan groin.

Metode yang digunakan dalam pengukuran adalah menentukan titik

Page 16: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐16PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

tetap yang akan diukur secara berkala. Posisi titik yang di ukur antara

lain; posisi puncak bangunan, slope bangunan dan toe dari bangunan.

Titik-titik ini menjadi acuan yang selalu di ukur sehingga apabila

terjadi penurunan bangunan akan dapat diketahui secara dini agar

penanganan dapat secepatnya dilakukan.

Kegiatan ini akan dilakukan oleh seorang (1) Senior Surveyor, seorang

(1) Assistant Surveyor, dan dua (2) orang tenaga lapangan. Tabel

berikut ini akan menyajikan acuan pengukuran yang dilakukan.

Tabel Jumlah & Posisi dari pengamatan titik dalam level monitoring survey

No. Jenis Bangunan Titik Pengamatan

1. Revetment Setiap ±100 m sepanjang bangunan

2. Groin, Sand Stopper Setiap ± 50 m, atau sesuai kondisi lapangan.

3. Breakwater Setiap ± 50 m, atau sesuai kondisi lapangan.

Untuk memberikan penjelasan lebih detail mengenai titik tetap yang

diamati, disajikan gambar di halaman berikut :

Gambar Titik pengukuran di bangunan revetment

Page 17: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐17PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Gambar Titik pengukuran di bangunan Groin dan Sand Stopper

Gambar Titik pengukuran di bangunan Breakwater

Gambar Dokumentasi survey level bangunan pelindung pantai

III. Evaluasi Hasil Data Pengukuran

Page 18: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐18PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Dari semua data pengukuran yang diperoleh akan direnumerasi

berdasarkan beberapa tabel pengukuran yang telah umum dalam kegiatan

pengukuran sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam

melakukan evaluasi terhadap data pengukuran yang diperoleh.

a. Analisa Penampang Melintang (Cross Section)

Salah satu metode awal untuk memberikan informasi mengenai status

dari suatu pantai adalah dengan menganalisa perubahan profil pantai

pada tiap penampang yang di ukur. Dari penampang lintang yang sama

akan diperoleh perbandingan kondisi suatu penampang; stabil dinamis,

erosi atau akresi. Kecenderungan pola perubahan garis pantai dapat

diketahui dari analisa masing-masing penampang melintang ini. Gambar

di bawah ini akan menyajikan beberapa contoh perubahan penampang

melintang dan disertai analisa kondisi tersebut.

Gambar Kondisi Pantai yang mengalami erosi

Gambar di atas menggambarkan penampang melintang pantai yang

mengalami kehilangan pasir setelah dilakukan penanganan pada

Desember 2008. Kondisi ini menyatakan bahwa isian pasir telah hilang

dan hanyut terbawa ke suatu tempat sehingga pasir kembali ke kondisi

sebelum pengisian.

Page 19: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐19PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Gambar Kondisi Pantai yang stabil dinamis

Gambar di atas, menggambarkan suatu penampang melintang pantai yang

telah mencapai kondisi stabil dinamis. Garis warna hitam adalah kondisi

sebelum di lakukan penanganan (pengisian pasir), warna pink adalah

kondisi pasir paska isian pasir dan warna jingga adalah kondisi pasir

pada pengukuran bulan oktober 2009. Kondisi ini menyatakan bahwa

isian pasir berubah namun secara volume tetap. Kondisi stabil dinamis

dapat terjadi di bagian penampang ini.

Gambar Kondisi Pantai yang mengalami akresi

Gambar di atas, menggambarkan sebuah penampang pantai yang

mengalami akresi (penambahan pasir) setelah dilakukan penanganan.

Garis warna hitam adalah kondisi sebelum di lakukan pengisian pasir,

Page 20: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐20PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

warna pink adalah kondisi pasir paska isian pasir dan warna jingga adalah

kondisi pasir pada pengukuran bulan Oktober 2009. Kondisi ini

menyatakan bahwa isian pasir bertambah secara bertahap.

Dari ketiga gambar diatas, menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran

penampang melintang dengan titik ukur yang tetap, dapat

menggambarkan perubahan yang terjadi pada segmen tersebut.

b. Analisa Perubahan Garis Pantai (Shoreline Change)

Salah satu metode lanjutan dalam memberikan informasi mengenai

status dari suatu pantai adalah dengan menganalisa perubahan

(maju/mundur) garis pantai pada elevasi tertentu. Elevasi yang

dianalisa dalam kegiatan ini adalah posisi MSL dan HWL. Dari

pengamatan proses yang terjadi dari garis pantai dapat diketahui

status pantai (stabil, erosi maupun akresi). Gambar B.11A-B akan

menyajikan beberapa perubahan garis pantai dan disertai analisa

kondisi tersebut.

Gambar Kondisi Pantai yang stabil dinamis

Gambar di atas menggambarkan kondisi pantai yang tidak mengalami

perubahan yang signifikan (stabil dinamis).

Page 21: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐21PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Gambar Kondisi Pantai yang erosi

Gambar di atas memberikan informasi bahwa pantai mengalami

kemunduran yang cukup drastis. Dari evaluasi data perubahan potongan

penampang dan garis pantai, maka dapat ditentukan suatu pantai erosi

– stabil – sedimentasi. Disajikan dalam gambar di atas bahwa terjadi

kemunduran dan melalui analisa potongan melintang diketahui bahwa

terjadi kemunduran di bagian ini.

Page 22: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐22PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Gambar Korelasi antara data perubahan garis pantai

dan potongan melintang

c. Analisa Perubahan Volume (Volume Change)

Secara umum, rumusan dalam analisa perubahan volume adalah

menggunakan rumusan rerata luas x rerata jarak. Namun untuk

mendukung analisa pola pergerakan sedimen, panjang garis pantai yang

di analisa harus disesuaikan sesuai kesepakatan bersama. Hasil dari

perubahan volume adalah kondisi cadangan pasir yang berhubungan

dengan pola pergerakan sedimen.

3) Kajian Tingkat Efektifitas Bangunan

I. Umum

Dalam melakukan kajian tingkat effektifitas bangunan, konsultan akan

mengkaji perubahan garis pantai dan pergerakan pasir di tiap-tiap

segmen pantai. Dan untuk memberikan hasil maksimal, analisa numerik

dilakukan untuk mengetahui pola pergerakan sedimen di seluruh lokasi

pekerjaan.

Hasil permodelan numeris adalah hasil dari pendekatan perilaku

perubahan garis pantai berdasarkan data kondisi yang terjadi di lokasi

pengamatan. Pemasukan nilai-nilai untuk koefisien permodelan sangat

menentukan perilaku perubahan garis pantai. Tentunya hasil yang terbaik

adalah hasil pengamatan langsung secara berkala di lapangan.

Page 23: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐23PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

II. Teori Simulasi Numerik

a. Data Gelombang

Data gelombang yang digunakan adalah data hasil pencatatan

gelombang dari alat pencatat gelombang (wave recorder) yang

dipasang di lokasi pekerjaan. Lokasi pemasangan wave recorder di

laut dalam di pantai yang akan dilakukan monitoring. Apabila tidak

dilakukan pengambilan data gelombang dapat digunakan data dari

lokasi tersebut yang telah ada.

b. Permodelan Perubahan Garis Pantai

Penanganan terhadap perubahan dinamika arus, gelombang dan

pergerakan sedimen merupakan bagian dari proses hidro-oceanografi

yang sangat rumit karena di dalamnya terdapat banyak parameter

dinamis. Dalam hal ini, peran model numerik untuk membantu

pekerjaan desain perlindungan pantai, simulasi garis pantai setelah

ada bangunan sangat besar. Dengan penggunaan model numerik dan

penggabungan data pengamatan garis pantai, efisiensi waktu dan

keakuratan dapat ditingkatkan

Dalam melakukan analisa numerik digunakan software bantu yaitu

Genesis. Genesis adalah salah satu program yang tergabung di dalam

NEMOS (Nearshore Evolution MOdeling System). NEMOS adalah

sebuah sistem operasi simulasi untuk perubahan garis pantai dalam

merespon kondisi gelombang, bangunan pantai dan kegiatan teknik

lainnya (seperti pengisian pasir / beach fill). NEMOS adalah bagian

dari CEDAS (Coastal Engineering Design Analysis System). CEDAS

adalah kumpulan dari beberapa program perangkat lunak untuk

Page 24: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐24PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

menganalisa data gelombang, perubahan garis pantai, desain bangunan

pantai, dan lain-lainya yang berhubungan dengan ilmu pantai.

Melalui piranti lunak NEMOS (Nearshore Evolution Modelling

System) diharapkan dapat disimulasikan perubahan arah dan tinggi

gelombang ketika gelombang dari perairan dalam merambat menuju

lokasi pekerjaan, pola pergerakan sedimen pantai. Data input untuk

keakuratan program ini antara lain :

• Peta Kontur kondisi topografi dan bathimetry perairan

• Data gradasi butiran pasir (sieve analysis)

• Data garis pantai eksisting (elevasi HWL, MSL dan LWL)

• Data Bangunan Pantai (Groin, Jetty, Breakwater & Revetment)

• Data Gelombang

• Faktor Kalibrasi

Dari Hasil dari permodelan numerik ini, akan dilakukan analisa kontur

dasar laut dalam bentuk gridding. Dari masing - masing grid akan

diperoleh arah dan tinggi gelombang, perubahan elevasi yang

menggambarkan pergerakan dasar laut. Hasil pemodelan ini penting

bagi perencanaan bangunan pantai sebagai masukan berupa tinggi dan

arah gelombang di depan bangunan. Dari keluaran model ini juga

dapat diketahui berapa kedalaman pada area surf zone. Hasil

Keluaran data dari program GENESIS :

1. Perubahan Posisi Garis Pantai

2. Posisi Akhir Garis Pantai

3. Perkiraan volume kehilangan pasir

4. Efektifitas fungsi dari bangunan pantai yang ada / yang

direncanakan

Page 25: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐25PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

c. Dasar Asumsi Model Perubahan Garis Pantai :

Dasar asumsi model perubahan garis pantai adalah penampang

pantai bergerak ke arah darat dan ke arah laut dengan bentuk

yang sama. Banyak titik pada penampang pantai, khususnya pada

posisi penampang memanjang dengan garis dasarnya dan garis

kontour, dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan bentuk

pantai dan volume seperti pantai yang erosi dan sedimentasi. Garis

kontour sebagai garis pantai dan di dalam model disebut dengan

perubahan garis pantai atau model reaksi garis pantai. Beberapa

terminologi tentang “one line model” adalah kependekan dari kata “

one countour line” model yang biasa digunakan sebagai referensi

untuk “single countor line”.

Tipe geometri yang diasumsikan adalah transport sedimen

sepanjang pantai yang didefinisikan sebagai dua elevasi yang

dibatasi oleh profile. Batas ke arah darat adalah berm dan batas

ke arah laut adalah lokasi dimana perubahan kedalaman yang

terjadi tidak signifikan yang dinamakan dengan “depth of profile

closure”.

Model juga membutuhkan perkiraan total transport pasir

sepanjang pantai. Untuk pantai yang terbuka, dimana GENESIS

menyinggung soal nilai transport yang diberikan sebagai fungsi

dari tinggi gelombang pecah dan dengan arah sepanjang garis

pantai. Perputaran mendatar pada tepi pantai dimana pasir yang

sesungguhnya bergerak tidak berhubungan langsung.

Model akan diaplikasikan pada lokasi sepanjang daerah yang

mengalami perubahan dan bergerak secara acak pada sistem

pantai.

Model dapat diaplikasikan dimana perubahan perilaku garis pantai

dalam jangka panjang dapat dipisahkan dan diperkirakan dengan

Page 26: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐26PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

tanda yang jelas yaitu perubahan garis pantai akibat dari siklus

dan pergerakan acak di dalam system pantai yang dikarenakan oleh

badai, perubahan musim gelombang dan perubahan pasang surut.

Asumsi perubahan trend perubahan garis pantai adalah akibat dari

gelombang pecah dan batas dari kondisi tersebut adalah factor

utama dalam mengontrol perubahan garis pantai dalam jangka

panjang.

Penampang Melintang (a)

Penampang Memanjang (b)

Gambar Sketsa perhitungan perubahan garis pantai

d. Perhitungan perubahan garis pantai

Perhitungan parsial differensial yang digunakan dalam perubahan

garis pantai adalah one-line model yang difomulasikan dengan

mengkonversikan volume pasir dengan asusmsi yang telah disebutkan

di atas. Sehubungan dengan system koordinat Cartesis dimana titik

X-Absis pantai dan Y-Ordinat sebagai oriientasi sejajar yang

menunjukan ternd perubahan garis pantai (gambar 1a dan 1b). Y

menunjukkan posisi garis pantai dan X menujukkan jarak arah

memanjang.

Titik ini yang akan diasumsikan sebagai penampang garis pantai yang

diterjemahkan sebagai batas laut atau batas darat sepanjang

Page 27: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐27PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

( ) 01

=⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −∂∂

•+

+∂∂

qxQ

DDty

CB

potongan pantai tanpa merubah bentuknya ketika jumlah total pasir

masuk atau meninggalkan potongan tersebut selama interval waktu

tertentu. Perubahan posisi garis pantai adalah ∆y, panjang dari

segmen garis pantai adalah ∆x dan perubahan penampangnya dengan

didefinisikan sebagai penambahan ke arah tegak dari elevasi berm

“Db” dan kedalaman terdekat “closure depth Dc”, keduanya terukur

oleh ketinggian vertical yang sama (contoh Rata-Rata Muka Air

Rendah).

Perubahan volume pada potongan ∆V = ∆x∆y (DB + DC) adalah total

jumlah pasir yang masuk atau yang keluar dari arah empat sisi. Hasil

perubahan volume jika ada perbedaan transpor pasir kearah

memanjang yang dihitung sebagai Q pada posisi ke arah samping dari

potongan dan gabungan total perubahan sebagai ∆Q∆t = ( �Q/ �x)

∆x∆t.

Kontribusi yang lain dari sumber garis pasir, dimana penambahan atau

pengurangan volume pasir per unit lebar pantai dari sisi batas pantai

sebagai qs atau dari sisi pantai sebagi qo. Kontribusi ini diberi

sebagai q = qs + qo dan gabungan perubahan volume adalah ∆q∆x∆t.

Penambahan kontribusi dan perhitungan terhadap perubahan volume

∆V = ∆x∆y (DB + DC) = ( �Q/ �x) ∆x∆t + q∆x∆t.

Aturan perubahan dan pemberian batas ∆t 0, hasil perhitungan

untuk nilai posisi perubahan garis pantai :

Penyelesaian perhitungan di atas, dimana posisi garis pantai awal

didekati dengan model, kondisi batas setiap akhir pantai dan nilai

untuk Q, q, DB, DC yang diberikan. Perhitungan ini juga memberikan

infomasi terhadap konfigurasi stuktur dan pengisian pasir langsung

Page 28: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐28PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

atau tidak langsung sebagai data utama yang dibutuhkan oleh

GENESIS.

e. Volume Tranpor Sedimen/pasir.

Transpor sedimen arah memanjang. Formula untuk memperkirakan

besarnya nilai longshore sand transport adalah :

Q = ( H2Cg)b {a1sin2Өbs – a2 cosӨbs (ƏH/ Əx)}bs

dimana : H = tinggi gelombang (m) Cg = kecepatan gelombang dengan teori linier gelombang (m/det) b = kondisi batas gelombang pecah. Өbs = sudut gelombang pecah pada garis pantai setempat. Parameter non dimensi a1 dan a2 adalah :

a1 = K1 / { (16 (S-1) (1-p) (1.416)5/2 } a2 = K2 / { (8 (S-1) (1-p) tan β (1.416)7/2 }

dimana : K1 = koefisien empiris, sebagai parameter untuk

kalibrasi. S = ps/p ps = berat jenis pasir (sekitar 2,65 x 103 kg/m3 untuk

pasir kuarsa) p = berat jenis air (sekitar 1,03 x 103 kg/m3 untuk air

laut) P = porositas pasir di dasar (sekitar 0.4) K2 = koefisien empiris, sebagai parameter untuk kalibrasi

tan β = rata-rata kemiringan dasar dari garis pantai ke dalam dari kegiatan longshore sand transport.

f. Nilai K1 dan K2

Aturan pertama di dalam buku Shore Protection Mannual (SPM) dan

perhitungan “longshore sand transport” didapatkan dari kejadian

gelombang pecah. Nilai K1 = 0.77 dari hasil percobaan “sand tracer”

oleh Komar dan Inman (1970). Tahun 1982, Kraus et al

merekomendasikan untuk menurunkan nilai K1 = 0.58. Besarnya

Page 29: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐29PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

standar teknik untuk tinggi gelombang significant yang diberikan

dalam data gelombang akan merubah nilai rms (root mean square)

GENESIS dengan factor 1.416 untuk membandingkan nilai K1 dengan

cara kalibrasi di dalam model.

Aturan kedua, akibat mekanisme pembangkitan “longshore sediment

transport” yang lain, “longshore gradient” pada tinggi gelombang

pecah adalah �Hb/�x. Kontribusi peningkatan nilai dari “longshore

gradient” di dalam tinggi gelombang biasanya lebih kecil dari pada

kejadian gelombang pada kondisi pantai terbuka. Bagaimanapun juga,

di sekitar bangunan dimana proses difraksi dihasilkan sebagai akibat

tinggi gelombang pecah disesuaikan dengan panjang pantai termasuk

dalam persiapan improvisasi hasil permodelan. Nilai K2 secara umum

adalah 0.5 s/d 1 kali nilai K1. Tidak direkomendasikan untuk

memberikan nilai K2 lebih dari 1 kali nilai K1.

Meskipun nilai K1 dan K2 telah diperkirakan secara empiris, koefisien

ini diperlakukan sebagai parameter kalibrasi model dan disebut

sebagai “transport parameter”. Transport parameter K1 sebagai

kontrol skala waktu dalam simulasi perubahan garis pantai, sebagai

nilai besaran dari “longshore sand transport”.

Karena banyaknya asumsi dan perkiraan yang diberikan dalam formula

model garis pantai dan nilai actual “sand transport” di sepanjang

pantai, maka koefisien K1 dan K2 adalah sebagai parameter kalibrasi

GENESIS. Nilai ini didapatkan dari hasil pengukuran perubahan garis

pantai dan besarnya nilai serta arah dari “longshore sand transport”.

g. Kedalaman pantai terdekat (depth of closure)

Batas garis pantai dimana penampang kedalaman tidak berubah

secara significant, sebagai parameter yang sulit untuk

diperhitungkan. Secara empiris, lokasi penampang terdekat “Dc”

Page 30: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐30PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

tidak dapat diidentifikasi dengan baik dan perubahan bathimetri

yang kecil pada laut dalam sulit untuk diukur. Biasanya, nilai hasil

kedalaman pantai terdekat dengan lebar tertentu, diperlukan untuk

memutuskan nilai yang spesifik. Jika survey penampang memanjang

memungkinkan, standar deviasi dapat digambar sebagai fungsi

kedalaman dimana dapat dipertimbangkan sebagai kedalaman pantai

terdekat (Kraus dan Harikai 1983). Tipe kedalaman pantai terdekat

antara 6 m sampai 8 m untuk pantai Atlantik yang terbuka dimana

rata-rata periode gelombang yang terjadi sekitar 7 detik dan 8 m

sampai 12 m pada pantai Pasifik yang terbuka, dimana rata-rata

periode gelombang yang terjadi sekitar 10 detik. Untuk pantai yang

terlindung dapat diberikan nilai yang lebih kecil.

h. Hasil Simulasi Numerik

Hasil simulasi numerik merupakan pendekatan numerical simulation

berdasarkan data input dan pemograman perangkat lunak sehingga

dapat mewakili proses pantai yang akan dianalisa. Beberapa gambar di

bawah merupakan contoh analisa numeric kondisi pantai Nusa Dua dan

Kuta setelah melewati semua analisa keilmuan yang ada.

Gambar Kondisi Nusa Dua dalam format 2 dan 3 dimensi (x,y,z)

Tanjung Benoa 

U

Tanjun

BTDC

Page 31: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐31PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Gambar Kondisi gelombang input yang terjadi di perairan Nusa Dua

Gambar Kondisi arah refraksi dan difraksi di perairan Nusa Dua

Tahun 2004 Tahun 2008

Gambar Kondisi hasil simulasi numeric

Page 32: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

  

 

 

4)

PENGAWASDI KABUPA

PT. KENC

Evaluasi H

Tahapan s

software

modeling d

analisa per

di lokasi m

yang dapat

SAN PENGAMAATEN JEMBRAN

CANA ADHI K

Gambar

Hasil Model

selanjutnya

NEMOS, ia

dan kondisi

rmodelan ya

monitoring. T

t dilihat pad

G

ANAN PANTAI DNA

 KARMA

r Kondisi Pahingg

ing Dengan

setelah d

alah dengan

riil di lapang

ang dilakuka

Tahapan ini

da di bawah

Gambar Kon

DESA PENYARI

antai Nusa ga Tahun K

Kondisi Ak

dilakukan an

n melakukan

gan. Hal ini

an sudah se

sesuai deng

berikut.

nsep “Adap

NGAN

Dua Tahune-4 (2008)

ktual

nalisa perm

n perbandin

bertujuan u

esuai dengan

gan konsep

tive Manag

U s u l a n

n Ke-0 (200)

modelan den

gan antara

untuk mema

n fenomena

“Adaptive M

gement”

n T e k n i

04)

ngan bantua

hasil analis

astikan bahw

yang terja

Managemen

E‐32

i s

an

sa

wa

adi

t”

Page 33: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐33PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

5) Perencanaan Konsep Penanganan

Berdasarkan Konsep “Adaptive Management”, setelah dilakukan evaluasi

terhadap kinerja bangunan pantai, maka proses selanjutnya ialah dengan

membuat konsep penanganan untuk menangani masalah yang terjadi pada lokasi

pantai yang dilakukan monitoring.

Dalam menangani pantai berpasir yang telah dilakukan konservasi (beach fill)

sebelumnya, hanya pengisian pasir tambahan yang dapat dipilih (tanpa struktur

masif).Karena konstruksi masif yang baru dianggap akan mengakibatkan

gangguan terhadap pemandangan alami pantai dan dapat menimbulkan pengaruh

negatif terhadap daerah hilirnya. Namun jika dipertimbangkan bahwa

penambahan struktur benar-benar efektif dan pengaruh negatif bagi daerah

hilir masih dalam taraf yang diijinkan maka pengisian pasir dengan penambahan

struktur dapat dilakukan.

I. Jenis Penanganan Kerusakan Pantai

Berikut ialah jenis-jenis penanganan pantai yang umumnya digunakan dalam

menangani kerusakan pantai.

a. Menggunakan Pemecahan Gelombang Terpisah (detached break

water)

Detached break water adalah jenis pemecah gelombang yang

ditempatkan secara terpisah-pisah pada jarak tertentu dari pantai

dengan posisi sejajar pantai. Pemecah gelombang ini dimaksudkan

untuk melindungi pantai dari hantaman gelombang yang datang dari

lepas pantai. Dengan dibangunnya pemecah gelombang, karakteristik

gelombang datang akan terganggu struktur tersebut.

Sebagian gelombang akan dipantulkan dan dipecahkan, sebagian lagi

akan diteruskan melalui struktur pemecah gelombang dan celah antara

pemecah gelombang (gap). Adanya rintangan ini mengakibatkan

Page 34: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐34PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

pembelokan arah dan perubahan karateristik gelombang yaitu tinggi,

arah dan panjang. Gejala ini disebut defraksi gelombang.

Arus yang sudah kurang memiliki daya seret ini membawa pasir dari

perairan lepas dan mengendapkannya di belakang bangunan.

Pengendapan ini berangsur-angsur membentuk daratan (tombolo /

salient).

Gambar Proses terbentuknya Tombolo karena offshore breakwater

b. Groine / Krib

Groine adalah kontruksi tegak lurus garis pantai yang ditempatkan

tegak lurus garis pantaidengan beberapa tipe antara lain; U, I, Y, T

atau L . Bentuk dari groine sangat ditentukan oleh karakteristik dari

morfologi pantai, gelombang, estetika dan fenomena pergerakan

sedimen. Perencanaan groine sebagian besar berhubungan dengan

pekerjaan isian pasir diantara groine tersebut dan memerlukan studi

mendalam karena effek yang timbul dapat memutus longshore drift

yang ada.

Keuntungan pemakaian groine, antara lain :

• Groine efektif menahan angkutan sedimen sejajar pantai (longshore

drift).

Page 35: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐35PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

• Data-data yang ada merubah karakter littoral zone. Tinggi

gelombang sepanjang pantai setelah pembangunan groine tidak

berubah sehingga tidak menggangu kegiatan selancar dan renang di

sekitar pantai.

• Groine dapat dirancang memakai berbagai bahan, misalnya rubble

mound, beton, sheet pile baja ,sheet pile beton dan sheet pile kayu.

• Kerugian pemakian groin antara lain :

- Dapat mengakibatkan rip current yang berkembang di sepanjang

sisinya sehinggga dapat menimbulkan kehilangan pasir ke laut

lepas.

- Kurang efektif dipakai pada pantai berlumpur.

- Pada perencanaan yang kurang teliti terjadi kehancuran pantai

pada daerah lain akibat terpotongnya alur sedimen sejajar pantai

dan rusaknya daerah down drift akibat suplai pasir sejajar pantai

tertahan.

- Memerlukan biaya sangat besar agar mampu bekerja effektif

karena harus diikuti kegiatan sand nourishment.

- Apabila terjadi pemotongan arus sedimen sejajar pantai, maka

diperlukan sand by passing dengan pompa, alat berat atau

kegiatan lain, sehingga biaya O & M nya mahal.

Page 36: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

  

 

 

PENGAWASDI KABUPA

PT. KENC

c. Sa

Sa

m

ti

op

be

Sa

se

pa

br

m

Ke

SAN PENGAMAATEN JEMBRAN

CANA ADHI K

Gamba

and Nourish

and nouris

anusia kare

dak ada. P

perasional d

esar.

and nourish

ebagai kegia

antai. Sand

reakwater,

empercepat

euntungan d

Apabila be

sesuai den

indah.

Memberika

cepat.

Merupakan

ANAN PANTAI DNA

 KARMA

ar Konstruk (Sumber

hment

hment ada

ena kemamp

engisian pa

dan pemelih

hment adala

atan pendu

d Nourishm

groins, re

t terciptany

dari metode

erhasil men

ngan pantai

an pantai ke

n alternatif

DESA PENYARI

ksi Groin (K: Balai Wila

alah usaha

puan pantai

asir ini di l

haraannya,

ah suatu pro

kung adany

ment dilak

vetment, s

ya kesetimb

e ini :

nemukan vo

asli maka

esempatan

f yang aman

NGAN

rib) di Pantayah Sunga

pengisian

untuk mens

akukan sec

sehingga b

oses pengis

ya bangunan

kukan pada

seawall, dik

bangan baru

lume yang

akan dipero

mencari kes

terhadap e

U s u l a n

tai Nusa Duai Bali Penid

pasir den

suplai pasir

cara berkal

biaya yang

ian pasir ya

n penangana

a konstruk

kes, bulkhea

pada panta

besar dan

oleh kondis

seimbangan

effek setela

n T e k n i

ua da)

gan bantua

secara alam

a pada mas

ada semak

ang dilakuka

an kerusaka

si detache

ad dll untu

i.

gradasi yan

i pantai yan

baru denga

ah pekerjaan

E‐36

i s

an

mi

sa

kin

an

an

ed

uk

ng

ng

an

n.

Page 37: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐37PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Kerugian dari metode ini :

• Merupakan usaha yang sangat mahal dari segi operasional dan

pelaksanaan.

• Memerlukan analisa laboratoriun dan survey bawah air yang

berpengalaman untuk memperoleh daerah donor yang baik secara

kualitas dan kuantitas memenuhi.

• Suatu hal yang sulit mencari pasir ( borrow area) dengan peryaratan

fisik dan mekanis yang sesuai wilayah studi (native sand) dalam

jumlah besar.

• Diperlukan analisa numerical modelling untuk memperoleh hasil yang

sempurna dalam operasional bangunan pelindung pantai ini pada

nantinya.

Page 38: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐38PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Gambar Proses & Hasil pelaksanaan Isian Pasir di Pantai Sanur, Bali

d. Seawall / revetment / Bulkhead

Seawall / revetment / bulkhead adalah tiga tipe yang berbeda dari

suatu bangunan pelindung pantai. Perbedaan yang ada dari ketiga

konstruksi ini adalah pada bentuknya secara umum, namun dari fungsi

bangunan pantai yang ditempatkan di sepanjang pantai ini sama-sama

lebih ditujukan untuk mempertahankan posisi garis pantai yang ada

agar tidak mundur lagi. Konstruksinya harus dirancang cukup baik

dalam menahan dan menghancurkan energi gelombang.

Gambar Tipe Revetment Batu Kosong di Pantai Padang Galak Sanur, Bali.

Page 39: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐39PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

e. Penanaman Tumbuhan Pelindung Pantai (reboisasi)

Tindakan ini dilakukan dengan menanami kawasan pantai dengan

tumbuhan pelindung pantai seperti pohon api-api, bakau mangrove,

katang-katang yang sangat cocok untuk kawasan pantai berlumpur atau

lempung.Manfaat yang diperoleh dengan upaya reboisasi di kawasan

pantai adalah sebagai berikut :

• Pohon bakau dapat menghacurkan energi gelombang, sehingga dapat

melindungi pantai dari bahaya gerusan akibat gempuran gelombang.

• Mampu mengikat pasir dan material pantai agar tidak terbawa arus.

• Bermanfaat untuk pelestarian flora dan fauna di kawasan pantai

seperti ikan, burung, hewan lainnya serta tumbuh-tumbuhan pantai.

• Membantu mempercepat pertumbuhan pantai, lumpur yang terbawa

air dapat diendapkan disela-sela akar tumbuhan.

• Menjadikan pantai kawasan hijau yang memproduksi oksigen.

f. Mengusahakan Karang Buatan (Artificial Reef)

Karang buatan (artificial reef) adalah suatu konstruksi yang

dipersiapkan untuk mengurangi effek yang ditimbulkan arus. Tujuan

utama Artificial reef ialah meninggikan dasar laut sehingga gelombang

pecah jauh di muka pantai. Diharapkan pecahnya gelombang jauh dari

pantai ini akan mengurangi kekuatan arus di pantai. Pemasangan

artificial reef telah dilaksanakan di tanah lot, dengan menggunakan

concrete tetrapod. Keuntungan pemakaian karang buatan dalam suatu

analisa penanganan daerah pantai :

• Usaha yang sangat bagus untuk mengurangi konsentrasi gaya

gelombang yang sampai di pantai.

Page 40: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐40PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

• Untuk daerah pariwisata seperti Bali, keberadaan artificial reef

dipadukan dengan penanaman karang (coral transplantasion) akan

mampu membentuk komposisi karang alami.

Kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan Artificial reef :

• Dimensi yang kurang mengakibatkan energi gelombang mampu

membawa karang ke pesisir, dan fungsinya menjadi hilang.

• Kekurang akuratan perhitungan membuat gelombang mampu

melewati koral buatan dan pecah di tepi pantai.

• Diperlukan analisa yang panjang mengenai tipe pantai, gelombang

dan kontur dasar laut untuk memberikan hasil maksimal desain

bangunan ini.

Gambar Penempatan Artificial Reef untuk mengurangi energy gelombang di perairan Kuta, Bali

g. Set - Back

Set back adalah usaha penanganan pantai dengan berlandaskan oleh

“asas kesetimbangan dalam suatu area pantai”. Keseimbangan ini

terjadi apabila jumlah angkutan (akresi) dan endapan (sedimentasi)

yang terjadi pada suatu pantai dalam kondisi yang seimbang. Pola

keseimbangan suatu pantai bermacam-macam memiliki durasi harian,

Page 41: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐41PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

mingguan, bulanan. Pada waktu tersebut suatu daerah yang awalnya

tererosi akan tersedimentasi dan hal itu merupakan suatu siklus.

Set back disini ialah menganalisa kemunduran garis pantai sampai pada

suatu titik / garis tertentu dimana pada titik tersebut telah tercapai

kesetimbangan sehingga tidak diperlukan konstruksi keras lagi. Analisa

ini harus dilakukan berdasarkan pengamatan maju mundurnya garis

pantai secara berkala, teratur, dan terhadap titik-titik tinjau yang

tetap sehingga didapatkan hasil perubahan profil muka pantai. Dari

hasil pengamatan shoreline change diperoleh kecenderungan pola

perubahan garis pantai.

Urutan dalam analisa Set Back :

• Pengamatan perubahan garis pantai (Shoreline Change)

• Pengamatan data gelombang dengan alat (wave hunter) maupun dari

data angin (Hindcasting)

• Pengamatan pola aliran, arus, dan analisa pola perubahan garis

pantai.

• Menentukan pada suatu titik dalam garis lurus kondisi dimana pantai

sudah mencapai kondisi seimbang.

II. Pemilihan Rencana Pengamanan Pantai

Pemilihan penanganan suatu pantai adalah hal yang melibatkan berbagai

kepentingan dan tujuan dari pantai itu sendiri. Untuk penyusunan

penanganan Pantai ini dilakukan beberapa hal yang menjadi patokan dalam

perencanaan detail desainnya antara lain :

Page 42: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐42PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

1. Kondisi dari hasil analisa data sangat mempengaruhi pemilihan tipe

penanganan, hal ini disebabkan tiap pola penanganan daerah pantai

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

2. Penanganan ini dititik beratkan pada penyelamatan fasilitas-fasilitas

umum seperti jalan, lahan dan bangunan penduduk sesuai dengan skala

prioritas. Maka pola penanganan merupakan pantai yang digunakan untuk

kegiatan kemasyarakatan dan ritual. Penanganan Pantai dengan kondisi

seperti ini tentunya menghindari konstruksi berat seperti pembangunan

Break water, Sand Nourishment, Groins, dengan pertimbangan biaya dan

sosial masyarakat .

3. Semua upaya teknis yang akan diambil dalam kegiatan merupakan hasil

dari sosialisasi tipe penanganan. Maka pola penanganan terpilih

merupakan hasil kesepakatan pihak konsultan, pemilik proyek dan

masyarakat disekitar lokasi studi. Hal ini menjadi suatu acuan dari

suksesnya pola penanganan pantai di Indonesia, mengingat aspirasi

masyarakat sangat menentukan berhasilnya suatu proyek.

Semua konsep dan desain akan kembali kepada masyarakat yang

merasakan langsung pengaruhnya di lapangan. Untuk itu aspirasi

masyarakat merupakan bahan masukan selama masih dalam koridor yang

dapat di terima dalam aspek teknis.

III. Analisa Pemilihan Bangunan Pelindung Pantai

a. Umum

Dalam pemilihan bangunan pelindung pantai dilakukan beberapa tahapan

dan uji kesesuaian yang meliputi aspek teknis, sosial, estetika dan

terutama ekonomi. Pemilihan konstruksi yang akan dilaksanakan

Page 43: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐43PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

dilakukan seleksi dengan cara memberi skor agar diperoleh hasil yang

optimum. Parameter seleksi yang ditinjau meliputi :

1. erat struktur.

2. Ketahanan terhadap cuaca / gaya kejut.

3. Kemampuan penyesuaian terhadap settlement.

4. Tinggi run-up.

5. Estetika.

6. Kemudahan mendapatkan material.

7. Harga bahan.

8. Pelaksanaan kebutuhan tenaga kerja dan tingkat kesulitan.

 

b. Elevasi Muka Air Rencana

Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter yang sangat penting

di dalam perencanaan bangunan pantai. Elemen penting yang

mempengaruhi elevasi muka air laut rencana antara lain pasang surut

dan run up gelombang.

c. Pasang Surut

Parameter pasang surut yang penting dalam perencanaan bangunan

pantai adalah elevasi muka air laut tertinggi (HHWL), elevasi muka air

laut terendah (LLWL) dan elevasi muka air rata-rata (MSL). Dalam

penentuan elemen konstanta dinamis ini dapat digunakan beberapa

metode perhitungan antara lain : admiralty method dan least square

method. Untuk pelaksanaan studi dan keakuratan hasil analisa metode

digunakan program dengan bahasa fortran sebagai dasar.

d. Run-Up Gelombang

Pada saat gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut

akan naik (run up) dan turun (run-down) pada bangunan. Elevasi

Page 44: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐44PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

( ) 5.0/ LoHtgIr θ

=

bangunan yang direncanakan tergantung pada run up dan limpasan yang

diijinkan. Run up tergantung pada bentuk dan kekasaran bangunan,

kedalaman air pada kaki bangunan (ds), kemiringan dasar laut di depan

kaki bangunan (i), dan karakteristik gelombang.

Karena banyaknya variabel yang berpengaruh, maka besarnya run up

sangat sulit ditentukan secara analitis. Hal yang harus diantisipasi dari

adanya wave run up ini adalah peristiwa overtopping pada bangunan

rencana bila tinggi bangunan tidak mampu melebihi elevasi pasca run up.

Kondisi ketidakstabilan bangunan akan sangat terganggu apabila

peristiwa run up gelombang terjadi.

Sedangkan bilangan Irribaren ditentukan dengan rumus berikut :

dengan :

Ir : bilangan Irribaren � : sudut kemiringan sisi pemecah gelombang. H : tinggi gelombang di lokasi bangunan (m) Lo : panjang gelombang di laut dalam (m)

e. Gelombang Rencana

Penentuan gelombang rencana dalam suatu pembangunan struktur

pengaman pantai adalah didasarkan pada nilai daerah yang akan

dilindungi dan jenis dari konstruksi yang akan dibangun di lokasi

tersebut. Suatu bangunan yang melindungi daerah yang memiliki nilai

ekonomis yang tinggi maka makin besar pula kala ulang gelombang

rencana yang dipilih. Hal ini berbanding lurus dengan resiko terhadap

kegagalan konstruksi, daerah penting yang faktor kegagalan harus

maksimal 1% memiliki kala ulang pemilihan bangunan yang lebih tinggi

karena terkait faktor resiko.

Penentuan kala ulang (return period) gelombang rencana dapat

mempergunakan pedoman yang tersaji pada Tabel di bawah ini.

Page 45: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐45PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Tabel Pedoman Pemilihan Gelombang Rencana (Yuwono, 1996)

No Jenis Struktur Gelombang Rencana

Jenis Gelombang Kala Ulang (Tahun) 1 Struktur Fleksibel

- Resiko Rendah - Resiko Sedang - Resiko Tinggi

H33 5 – 10

10 – 100 100 – 1000

2 Struktur Semi Kaku - Resiko Rendah - Resiko Sedang - Resiko Tinggi

H10 - H1 5 – 10

10 – 100 100 – 1000

3 Struktur Kaku - Resiko Rendah - Resiko Sedang - Resiko Tinggi

H1 - Hmaks 5 – 10

10 – 100 100 – 1000

Sumber : Perencanaan Bangunan Pantai, Nur Yuwono, 2001

f. Perencanaan Bangunan dari Tumpukan Batu (Rouble Mound)

1. Slope (Kemiringan) Bangunan

Kemiringan bangunan merupakan unsur yang sangat berperan dalam

menentukan elevasi bangunan dan stabilitas batu. Semakin landai

suatu bangunan semakin rendah run up dan stabilitas semakin tinggi.

Konsultan akan memperhatikan beberapa hal sebelum menentukan

kemiringan suatu bangunan.

Faktor ketersediaan areal menjadi hal yang mendasari apakah

struktur tersebut berkemiringan landai atau tegak. Semua

perhitungan dilakukan berdasarkan analisa perhitungan dengan

Hudson formula.

2. Elevasi Toe Protection

Toe protection merupakan hal mendasar yang mendukung stabilitas

bangunan dari pengaruh pasang surut, terutama pergerakan pasir

saat air surut. Untuk mengatasi gerusan pada kaki bangunan, elevasi

Page 46: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐46PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

toe di tempatkan pada level +0.00 sehingga pengaruh gerusan dapat

diatasi (gerusan tidak mungkin terjadi pada elevasi di bawah LWL).

3. Elevasi Puncak Revetment

Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu, elevasi bangunan

rencana tidak akan lebih rendah dari akumulasi muka air

tertinggi+run up+tinggi jagaan. Dari hasil analisa tersebut, diperoleh

beberapa elevasi puncak bangunan yang dapat digunakan. Tingkat

kerusakan struktur juga merupakan dasar menentukan apakah elevasi

revetment tersebut cukup aman.

Gambar Ilustrasi penentuan elevasi bangunan

4. Stabilitas Batu Pelindung (Armour Stone)

• Berat Batu yang digunakan (Weight of Armour Rock)

Analisa stabilitas batu armour menggunakan Hudson Formula,

sebagaimana berikut :

dengan : W = Berat minimum batu lapisan armour ( ton ) �r = Berat jenis batu (ton/m3) �w = Berat jenis air laut (ton/m3) Sr = Perbandingan berat jenis batu dan berat jenis air laut. � = Slope bangunan

θγ

CotSKHW

rD

r

.)1.(.

3

3

−=

w

rrS

γγ

=

Page 47: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐47PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

H = Tinggi gelombang rencana di posisi bangunan (m) Kd = Koefisien stabilitas batuan yang ditetapkan

berdasarkan bentuk batu, pola penyusunan batu, jumlah batu tiap lapisan dll.

Mengingat dimensi armor dan batu tidak bisa seragam (sama

dimensinya), maka berat batu untuk armor diperkenankan antara

0,75 W sampai 1,25 W, dengan perbandingan 50% dari batu

tersebut lebih berat dari W.

• Lebar Puncak Revetment

Lebar puncak pemecah gelombang dapat dihitung dengan rumus

berikut ini :

31

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡Δ=

r

WnkBρ

dengan : B = Lebar puncak (m) n = Jumlah butir batu (n minimum = 3) kΔ = Koefisien lapis W = Berat butir batu pelindung (kg)

rρ = Berat jenis batu pelindung (kg/m3 atau ton/m3)

• Tebal Lapisan Pelindung

Tebal lapisan pelindung dan jumlah butir tiap satu luasan diberikan

oleh rumus berikut ini :

31

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡Δ=

r

Wnktρ

dengan : t = Tebal lapis pelindung (m)

Page 48: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐48PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

n = Jumlah lapis batu dalam lapis pelindung kΔ = Koefisien W = Berat minimum batu lapisan armour ( ton )

rρ = Berat jenis batu (kg/m3 atau ton/m3)

Tabel Koefisien stabilitas KD untuk berbagai jenis butir

Catatan :

n = Jumlah susunan butir batu dalam lapis pelindung

*1 = Pemggunaan n = 1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah

*2 = Sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai KD, penggunaan KD dibatasi pada kemiringan 1:1,5 sampai 1 : 3

*3 = Batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan

Tabel Daftar harga K�

Batu Pelindung N Penempatan Koef. Lapis (k∆)

Porositas P (%)

Batu alam (halus) Batu alam (kasar)

2 2

Random (acak) Random (acak)

1,02 1,15

38 37

Lapis Lindung n Penem Patan

Lengan Bangunan Ujung (kepala) Bangunan Kemi

ringan Gelombang Gelombang

Pecah Tidak Pecah Pecah Tidak

Pecah

Batu Pecah Bulat halus Bulat halus Bersudut kasar

2 >3 1

Acak Acak Acak

1,2 1,6 *1

2,4 3,2 2,9

1,1 1,4 *1

1,9 2,3 2,3

1,5 – 3,0

*2 *2

Bersudut kasar 2 Acak 2,0 4,0 1,9 1,6 1,3

3,2 2,8 2,3

1,5 2,0 3,0

Bersudut kasar Bersudut kasar Paralelepiped

>3 2 2

Acak Khusus *3

Khusus

2,2 5,8

7,0 – 20

4,5 7,0

8,5 – 24

2,1 5,3 -

4,2 6,4 -

*2 *2

Tetrapod dan Quadripod

2 Acak 7,0 8,0 5,0 4,5 3,5

6,0 5,5 4,0

1,5 2,0 3,0

Tribar 2 Acak 9,0 10,0 8,3 7,8 6,0

9,0 8,5 6,5

1,5 2,0 3,0

Page 49: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐49PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Batu alam (kasar) Kubus Tetrapod Quadripod Hexapod Tribard Dolos

>3 2 2 2 2 2 2

Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak)

1,10 1,10 1,04 0,95 1,15 1,02 1,00

40 47 50 49 47 54 63

E.3 KEGIATAN SUPERVISI/ PENGAWASAN

1. TUJUAN UTAMA PENGAWASAN

Tujuan utama layanan konsultansi pengawasan pekerjaan dilapangan adalah

untuk menjamin bahwa :

a. Seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang

tercantum dalam dokumen kontrak.

b. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal waktu yang ditetapkan

didalam program kerja dengan keterlambatan yang sekecil mungkin.

c. Biaya Konstruksi dapat dibuat minimum atau tidak melebihi dari perkiraan

biaya yang tercantum dalam kontrak.

Adalah tidak mudah untuk melaksanakan proyek sesuai dengan rencana dan

karena itu sangat diharapkan kemampuan konsultan baik secara teknis,

administrasi, serta kemampuan memangani segala kondisi dan permasalahan

yang ada dilapangan untuk solusi penanganannya.

2. KEGIATAN UTAMA PENGAWASAN

Kegiatan – kegiatan layanan konsultasi akan segera dimulai setelah

diterbitkannya Surat Perintah Kerja atau Notice To Procced. Secara garis

besar kegiatan utama layanan konsultan supervisi terdiri dari :

Page 50: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐50PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

a. Tahapan pra-pelaksanaan, dimana konsultan akan melakukan pengkajian

yang dilakukan oleh kontraktor.

b. Manajemen proyek, dimana konsultan melakukan pembahasan terhadap

rencana kerja kontraktor, mengadakan rapat pra- pelaksanaan dan

melakukan koordinasi anggota tim di lapangan.

c. Pengawasan teknis, dimana konsultan melakukan pemeriksaan terhadap

gambar kerja yang dilakukan oleh kontraktor.

d. Mengawasi pelaksanaan survey yang dilakukan oleh kontraktor, melakukan

pengawasan pekerjaan-pekerjaan kontraktor dan memberikan arahan-

arahan mengenai penggunaan dan pemeliharaan peralatan.

e. Memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap keselamatan

kerja.

f. Melakukan pengawasan pembiayaan pekerjaan termasuk tagihan yang

diajukan oleh kontraktor harus dikoreksi apakah sudah cocok dan sesuai

dengan apa yang dikerjakan dilapangan.

Apabila pekerjaan telah mencapai 100%, konsultan bersama pihak proyek akan

melakukan pemeriksaan akhir pekerjaan kemudian membuat dokumen akhir

berupa berita acara pemeriksaan, memeriksa dan menyetujui As-Build Drawing

dan berita dan berita acara serah terima pekerjaan.

3. KATEGORI PENGAWASAN PEKERJAAN

Layanan jasa konsultansi pengawasan dalam Data Teknis ini dapat dibagi

kedalam dua katagori dasar, yaitu :

a. Administrasi Kontrak

b. Pengawas Teknis

Page 51: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐51PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Metodologi di dalam Bab ini diajukan untuk tugas-tugas utama yang harus

dilaksanakan oleh konsultan. Tugas-tugas tersebut tidak boleh diartikan secara

sendiri-sendiri akan tetapi harus dilihat secara menyeluruh. Selatjutnya tugas-

tugas lain selama pelaksanaan pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dan batasan-batasan yang ada.

a. ADMINISTRASI KONTRAK

Administrasi kontrak yang merupakan bagian penting dan integral dari

keseluruhan layanan konsultasi pengawasan, tidak secara langsung

berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan fisik akan tetapi langsung

berkaitan dengan masalah-masalah proses pekerjaan. Seperti misalnya

dalam hal tidakan yang harus diambil bekaitan dengan kontrak antara pemilk

kerja dengan kontraktor, dan perjanjian antara pemilik dengan konsultan.

Beberapa hal yang akan menjadi perhatian konsultan dalam memberi layanan

jasa konsultan dalam hal ini administrasi kontrak adalah :

(1) Surat Perintah Kerja

Setelah kontrak ditandatangani, Engineer memberikan perintah kepada

kontraktor secara tertulis untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

tanggal efektif mulai kerja yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

pemberi tugas, tanggal ini adalah penting karena menyangkut masalah

saat dimulainya periode kontrak, periode mobilisasi dan program kerja.

(2) Penyerahan Lapangan.

Penyerahan pekerjaan secara keseluruhan kepada kontraktor

sebagaimana setelah penandatanganan kontrak dan setelah penerbitan

Surat Perintah Kerja.

(3) Hubungan Antara Pemilik Kerja/Kontraktor/Konsultan.

Page 52: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐52PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Kontrak pelaksanaan konstruksi adalah antara Pemimpin Proyek

sebagai Pemberi Tugas dan Kontraktor.

Konsultan Pengawas bukan merupakan bagian dari kontrak tersebut,

meskipun demikian konsultan mempunyai tugas tertentu dan spesifik

yang berhungan dengan pengawasan. Konsultan bertanggung jawab

atas semua aktifitas koresponden harian yang berkenaan dengan

kontrak.

Sebagai tambahan atas prosedure formal di atas diusulkan adanya

pertemuan yang diselenggarakan secara reguler antara pemilik kerja,

konsultan dan kontraktor.

(4) Program Kerja.

Keterlambatan yang muncul karena terlambatnyaerlambatan

penyerahan lapangan ndar yang tercantum dalam dokumen kontrak

supaya tidSebagaimana di atur dalam persyaratan kontrak

(Conditions of Contract).

Kontraktor harus menyerahkan terinci dan cara atau methode

pelaksanaannya. Ini didukung juga oleh jadwal sumber daya yang

menjelaskan tentang jenis dan jumlah peralatan yang dipergunakan,

jumlah personil yang meliputi pekerjaan manajemen enginering tenaga

terampil dan semi terampil, buruh dan lain sebagainya yang akan

dipekerjakan. Begitu pula jadwal untuk mengantisipasi pengiriman

jangka panjang dan akibat pengaruh cuaca.

(5) Jaminan Pekerjaan.

Sebelum pekerjaan lapangan dimulai,konsultan akan mengkaji ulang

jaminan pekerjaan yang diusulkan kepada kontraktor.

Hal ini penting untuk melindungi pemilik kerja dari kerugian atau

Kerusakan dan untuk menghadapi claim dari ketiga unsur pelaksanaan

proyek terhadap kerusakan-kerusakan atau kecelakaan.

Page 53: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐53PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

(6) Pengkajian Ulang Terhadap Usulan-usulan Kontraktor.

Usulan yang diajukan oleh kontraktor baik berupa kerja maupun

gambar-gambar menganai pekerjaan sementara atau pekerjaan

permanen akan dievaluasi secara hati-hati oleh konsultan.Secara umum

kontraktor diberi keleluasaan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan sumber dan metode pelaksanaan kerja yang dipunyai. Akan

tetapi konsultan akan mengkaji usulan-usulan agar mengikuti standar-

standar yang tercantum dalam dokumen kontrak supaya tidak

menimbulkan kesulitan-kesulitan pada pemeliharaan janga panjang.

(7) Perpanjangan Waktu.

Perpanjangan waktu diberikan setelah melalui pertimbangan teliti.

Alasan yang biasanya dicantumkan dalam dokumen kontrak adalah :

Keterlambatan yang muncul disebabkan oleh keterlambatan

penyerahan lapangan kepada kontraktor.

Keterlambatan yang muncul karena terlambatnya persetujuan

program kerja yang dibuat kontrktor akibat lamanya klarifikasi

terhadap gambar-gambar kerja atau data konstrusi.

Kondisi fisik atau hambatan-hambatan artifisial yang tidak dapat

diperkirakan sebelumnya.

Aktifitas kontraktor tertunda sementara, atau kuantitas pengganti

untuk pekerjaan tambah tidak dapat segera diperoleh.

Pekerjaan-pekerjaan yang rusak atau kemajuan terlambat karena

faktor ekstern di luar kendali/kemampuan kontraktor.

(8) Evaluasi Terhadap Claim Kontraktor.

Untuk keperluan evaluasi diperlukan catatan data kegiatan harian sejak

awal proyek. Catatan ini meliputi peralatan (plant) kontraktor, kegitan

pekerja, catatan pengiriman dan penerimaan material waktu datangnya

masing-masing peralatan ( plant ) dan sebagainya.

Page 54: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐54PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

(9) Penyerahan Awal / Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan.

Berdasarkan kondisi kontrak, Kontraktor dapat meminta penyerahan

pekerjaan baik sebagian maupun keseluruhan pekerjaan yang telah

diselesaikan pada pemilik kerja. Untuk itu Konsultan akan

menignspeksi dan menyiapkan daftar pekerjaan yang belum

diselesaikan.

Tambahan waktu untuk penyelesaian pekerjaan (setelah penyerahan

awal) yang direkomendasikan konsultan biasanya dipakai sebagai

tanggal penyelesaian kontrak, dan dimulai dari sini dihitung masa

pemeliharaan.

b. PENGAWASAN TEKNIK

(1) Tujuan Utama Layanan Pekerjaan.

• Menjamin agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi

standar dalam dokumen kontrak.

• Pekerjaan dapat diselesaikan dalam periode kontrak.

• Pelaksanaan pekerjaan tidak melampaui nilai kontrak.

• Yang pertama dari tiga tujuan tersebut adalah di bawah

pengendalian langsung konsultan dan karena itu harus selalu

diupayakan .

• Dua yang terakhir akan sering tergantung pada hal-hal diluar

pengendalian, seperti misalnya kondisi fisik setempat yang tidak

diperkirakan sebelumnya yang dapat menyebabkan terlambatnya

kemajuan kerja dan atau tambahan biaya pelaksanaan.

• Konsultan tersebut mempunyai tanggung jawab untuk mengurangi

kendala tersebut diatas dan bila mungkin meniadakannya.

Page 55: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐55PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

(2) Tujuan Tambahan Layanan Pekerjaan.

Meskipun bukan tujuan utama akan tetapi tambahan layanan pekerjaan

mempunyai tingkat kepentingan yang sama terhadap aspek layanan

pekerjaan pengawasan, yaitu untuk menjamin standar – standar

keselamatan di lapangan setiap saat, dan mengurangi sekecil mungkin

kecelakaan yang akan terjadi dalam pelaksanaan proyek.

(3) Aktifitas Lapangan

Aktifitas – aktifitas lapangan yang utama untuk dilaksanakan meliputi

sebagai berikut :

a. Pengecekan Data Survey.

Data-data yang lain dibuat pada waktu perencanaan teknik harus di

cek bersama dengan Kontraktor, agar supaya ketepatan dan

kebenaran data – dapat secara resmi di konfirmasikan bersama

antara Konsultan dan Kontraktor.

b. Pengecekan Data Topografi.

Semua evelasi tanah asli yang dipergunakan untuk perhitungan

kuantitas antara lain volumenya akan dicek oleh Konsultan dengan

Kontraktor.

c. Instalasi Kontraktor.

Instalasi dan fasilitas kontraktor seperti peralatan lapangan ( plant

yard ), lapangan / gudang penyimpanan , area tempat bahan – bahan,

Kamp Pekerjaamn dan kontraktor harus diperiksan lebih dahulu agar

sesuai dengan tuntutan pekerjaan.

Page 56: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐56PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

d. Prosedur

Prosedur untuk melaksanaan kerja, pangajuan serta persetujuan

terhadap pengajuan bagian pekerjaan harus diikuti sejak awal

mengikuti jalur hubungan kerja sebagaimana disebutkan di Sub Bab

sebelumnya.

e. Gambar Kerja.

Konsultan akan memeriksa kontrak dan gambar kerja kontraktor

untuk meyakinkan bahwa perencanaan dapat dilaksanakan, efektif di

dalam pembiayaan ( Cost Effective ), dan akan mengeluarkan untuk

meyakinkan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan tanpa penundaan.

f. Inspeksi Pekerjaan.

Konsultan akan berada di lapangan setiap saat pada saat kontrak

bekerja dan seluruh pelaksanaan aktifitas lapangan, terutama yang

harus memperoleh pengawasan khusus akan dilaksanakan di bawah

observasi langsung dari staf Konsultan.

g. Kemajuan Pekerjaan.

Pertemuan yang akan diadakan secara mingguan akan dihadiri oleh

Kontraktor, Konsultan, dan bila mungkin oleh Pemilik Kerja, untuk

mengkaji ulang dan memecahkan kesulitan – kesulitan yang mungkin,

terutama berkaitan dengan pencapaian kemajuan aktual dilapangan

agar sesuai dengan jadwal program kerja yang telah disetujui.

h. Laporan Kemajuan Pekerjaan.

Konsultan akan mempersiapkan untuk Pemberi Tugas Laporan

Bulanan meliputi :

Page 57: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐57PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

o Penjelasan rinci seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan

selama periode tersebut. Laporan ini biasanya di bagi kedalam

bagian-bagian sesuai dengan yang ada dalam Bill Of Quantitas.

o Garis besar masalah-masalah yang ditemukan oleh Kontraktor

atau engineer, bersama – sama dengan cara penanganan yang

timbul, dan indikasi serta implikasi-implikasi ysng dapat terjadi

terhadap kemajuan kerja atau biaya pelaksanaan.

o Hasil – hasil yang berhubungan dengan penempatan staf

diproyek.

o Bar Chart dibuat memperlihatkan jadwal kemajuan l periode

yang memperlihtkan jadwal kemajuan kerja, yang dibuat sejak

tanggal dimulainya Periode Laporan untuk seluruh komponen

utama Pekerjaan.

o Ringkasan Hasil tes Laboraturium yang dilaksanakan selama

periode laporan.

i. Foto-foto kemajuan pekerjaan.

j. Ringkasan claim dan antisipasi berkaitan dengan implikasi terhadap

keuangan.

k. Ringkasan variation orders dan pengaruhnya terhadap perkiraan

biaya akhir.

l. Pengukuran Lapangan.

o Pengukuran lapangan adalah penting untuk dilakukan sejalan

dengan kemajuan kerja sehingga nilai pekerjaan untuk masing-

masing pembayaran dapat disertifikasi dengan lebih akurat oleh

Kontraktor dan Konsultan.

o Seluruh Sertifikat sementara akan dicek secara rinci oleh

Konsultan segera setelah diserahkan oleh Kontraktor, Pengawas

Lapangan dan Direksi, kemudian disaerahkan kepada Pemimpin

Proyek untuk dibayar.

Page 58: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐58PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

m. Laporan Akhir Pelaksanaan.

Laporan akhir pelaksanaan dari Konsultan, yang akan diserahkan

segera setalah sertifikat lengkap, akan mencakup secara lengkap

ringkasan seluruh aspek utama pekerjaan yang meliputi pengawasan.

n. As-Built Drawing.

Konsultan akan memeriksa seluruh as built drawing yang dibuat oleh

Kontraktor berdasarkan data-data perubahan selama pelaksanaan

pekerjaan.

c. BATASAN KEGIATAN DAN TAHAPAN PEKERJAAN

Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi :

A. Batasan Kegiatan

1. Melakukan penelaahan terhadap dokumen kontrak penyedia jasa

konstruksi, spesifikasi teknis, gambar rencana dan detail serta

rencana anggaran biaya pelaksanaan.

2. Melakukan observasi lapangan terhadap lokasi pekerjaan untuk

mengidentifikasi apakah dokumen perencanaan sesuai dengan kondisi

lapangan atau perlu dilakukan review desain.

3. Melakukan review desain apabila ada pekerjaan yang tidak

memungkinkan dikerjakan akibat kondisi lapangan yang mungkin sudah

berubah. Review desain harus dikoordinasikan dengan direksi teknis.

4. Melakukan koordinasi dengan penyedia jasa konstruksi mengenai

persiapan pelaksanaan, metode kerja, jadwal pelaksanaan dan format-

format laporan.

Page 59: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐59PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

5. Melakukan pengawasan terhadap material yang digunakan, termasuk

kualitas dan kuantitasnya serta kebenaran penggunaan ukuran,tenaga

dan peralatan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada.

6. Melakukan penelaahan terhadap sertifikasi bahan/material dan

peralatan yang diajukan oleh penyedia jasa konstruksi.

7. Memeriksa, mengevaluasi dan merekomendasikan gambar-gambar

kerja (shop drawing) yang diajukan oleh kontraktor, serta memberikan

saran-saran metode pelaksanaan yang tepat.

8. Memeriksa dan menyetujui request (permintaan pelaksanaan

pekerjaan) yang diajukan oleh penyedia jasa konstruksi.

9. Melaksanakan pengawasan langsung di lapangan selama proses

pelaksanaan pekerjaan.

10. Memberikan teguran-teguran dan arahan secara tertulis kepada

penyedia jasa konstruksi apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan,

dan menembuskan teguran dan arahan tersebut kepada pemilik

pekerjaan (Satker PKPAM Bali).

11. Melakukan inisiasi pelaksanaan rapat-rapat lapangan untuk

mengevalusai progress pelaksanaan pekerjaan dan pemecahan masalah-

masalah pelaksanaan konstruksi.

12. Bersama dengan direksi teknis melakukan opname mingguan terhadap

hasil pelaksanaan pekerjaan.

13. Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala (laporan mingguan

(kumpulan laporan harian), laporan bulanan dan laporan akhir dari hasil

pengawasan yang meliputi kemajuan pekerjaan fisik, status keuangan

proyek, serta melaporkan jadwal pelaksanaan dan masalah-masalah

yang ada di lapangan.

14. Membuat dokumentasi pelaksanaan pada kemajuan pelaksanaan

pekerjaan fisik 0 %, 25 %, 50 %, 75% dan 100 %.

Page 60: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐60PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

15. Memeriksa As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana,

dimana As Built Drawing tersebut benar-benar menunjukkan hasil

akhir dari pekerjaan yang telah dilakukan.

16. Melakukan fungsi pengelolaan (manajemen) proyek, pengendalian

terhadap pelaksanaan pembangunan/ pengembangan SPAM dalam hal

ini meliputi pemantauan persiapan pelaksanaan pekerjaan, melakukan

analisis kondisi pekerjaan, analisis potensi risiko atau kemungkinan

yang akan timbul, memberikan masukan kepada berbagai pihak yang

terkait dalam hal bidang teknis dan non teknis.

B. Tahapan Pekerjaan

Sasaran utama tugas Konsultan adalah mengawasi secara teknis

pelaksanaan konstruksi, dimana dalam pelaksanaannya konsultan supervisi

juga ditugaskan untuk melakukan evaluasi terhadap dokumen hasil

perencanaan yang berhubungan dengan pekerjaan terkait.

1. Persiapan

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap awal pelaksanaan

pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

• Penyiapan administrasi dan koordinasi

• Melaksanakan orientasi site terhadap rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan.

• Melaksanakan evaluasi hasil perencanaan setelah dilakukan

peninjauan awal kondisi site.

Page 61: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐61PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

2. Supervisi Konstruksi

Konsultan supervisi akan melaksanakan tugas-tugas pengawasan

konstruksi secara keseluruhan dan memberikan bantuan teknis maupun

non teknis dalam pelaksanaannya, yaitu :

• Sebelum. Pelaksanaan Proyek (Pre-Construction) dengan kegiatan

meliputi mobilisasi tim konsultan, evaluasi organisasi pelaksanaan

di lapangan dan koordinasi dengan pihak terkait.

• Saat Awal Proyek (At-Project Starting) meliputi koordinasi awal

dengan pihak pengguna jasa dan kontraktor, pengecekan bersama

terkait dengan item-item pekerjaan dan jadwal pelaksanaan

konstruksi, sistem kerja dll.

• Pelaksanaan Proyek (Project Construction) dengan kegiatan

meliputi pengendalian kualitas material dan teknis pelaksanaan

pekerjaan, pengukuran kuantitas pekerjaan dan pembayarannya,

monitoring dan pelaporan pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan test

akhir pada pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan dan

dokumentasi.

• Saat Proyek Selesai (Project Completion) dengan kegiatan meliputi

masa pemeliharaan, pemeriksaan bersama, serah terima pekerjaan,

pembayaran akhir dan evaluasi dan penilaian pekerjaan yang telah

selesai dilaksanakan.

3. Sistem Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan kegiatan oleh konsultan harus dilakukan secara sistematik

mulai dari pengumpulan data yang relevan, analisis pemecahan masalah,

penyiapan konsep dan pengembangan. Selain itu juga konsultan

diwajibkan memberikan metode-metode pendekatan yang dipandang

perlu.

Page 62: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐62PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

E.3 RENCANA KERJA

Program Kerja/Rencana kerja di susun oleh konsultan setelah memahami inti

dari pekerjaan yang akan dilaksanakan dan lingkup yang diberikan. Rencana

kerja ini sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman bagi tim pelaksana

pekerjaan untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk

mengkoordinasi setiap kegiatan, sehingga akan dihasilkan pekerjaan yang

efektif dan efisien. Rencana kerja akan kami sajikan dalam bentuk Bagan Alir

Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.

Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan

Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan

Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan. Dalam program kerja ini

akan diuraikan urutan-urutan pekerjaan, konsep penanganan masalah, tanggung

jawab dan personil yang terlibat, pengerahan sarana maupun personil

pendukung, schedule pelaksanaan pekerjaan serta schedule personil.

Dalam upaya mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal, maka diperlukan tata

cara pelaksanaan pekerjaan tersebut secara tepat. Tata cara itu sendiri perlu

berpedoman pada metode pelaksanaan pekerjaan dengan kaidah analisis sesuai

dengan sistematika pelaksanaan perencanaan sedangkan penjelasan rinci

masing-masing tahapan disajikan pada paragraf berikut.

Metode pelaksanaan untuk tiap-tiap lingkup pekerjaan di jelasakan secara umum

sebagai berikut :

A. Standar Yang Digunakan

Pengawasan pekerjaan dan pengujian material yang dilakukan untuk semua

jenis pekerjaan pada pekerjaan supervisi mengacu pada standar antara

lain :

(1) SNI (Standar Nasional Indonesia)

Page 63: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐63PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

(2) Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971) atau

peraturan penggantinya

(3) Standar Internasional (ASTM, AASTHO, BS, JIS atau standar lain

yang sejenis)

B. Supervisi Konstruksi

(a) Pekerjaan Persiapan

Memeriksa kelengkapan kantor lapangan.

Memeriksa peralatan dan personil yang dimobilisasi oleh

kontraktor

sesuai spesifikasi yang diajukan.

Mempersiapkan gambar dan spesifikasi tambahan yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

(b) Pengawasan Material di lokasi

Memeriksa dan meneliti material yang didatangkan ke lokasi sesuai

dengan persyaratan yang telah ditentukan.

Mengawasi pelaksanaan pengujian material sesuai dengan

spesifikasi yang ada dalam konstruksi.

Menolak dan memerintahkan kepada kontraktor untuk

memindahkan

material yang tidak memenuhi syarat ke luar lokasi proyek

Melakukan pengecekan terhadap semua material batu terkirim

telah dilakukan pengujian yang ditetapkan dalam spesifikasi yang

ada dalam konstruksi.

(c) Pengawasan Pekerjaan Pasangan Batu Kali

Mengawasi dan memeriksa bahan dan material yang akan digunakan

Page 64: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐64PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

Menentukan batas, elevasi, jenis dan mutu pasangan batu yang

dikerjakan kontraktor

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan Pasangan batu sesuai dengan

spesifikasi yang telah di tentukan

Melakukan pengecekan hasil pekerjaan dan pekerjaan lain yang

termasuk dalam item pembayaran.

(d) Pengawasan Pekerjaan Pemasangan Batu Andesite

Mengawasi dan memeriksa bahan dan material yang akan digunakan

Menentukan batas, elevasi, jenis dan mutu pasangan batu yang

dikerjakan kontraktor

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan pasangan batu sesuai dengan

spesifikasi yang telah di tentukan

Melakukan pengecekan dan hasil pekerjaan dan pekerjaan yang lain

yang termasuk dalam item pembayaran

Gradasi yang digunakan harus relatif seragam dan lolos uji.

(e) Pengawasan Pekerjaan Beton dan Beton Bertulang

Mengawasi pembuatan job mix formula beton

Mengawasi dan memeriksa material yang akan digunakan dalam

pekerjaan beton

Mengawasi dan memeriksa tulangan besi sesuai dengan spesifikasi

dan gambar rencana.

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan

Memeriksa contoh campuran yang dibuat kontraktor

Melakukan pengecekan dari hasil pekerjaan dan pekerjaan yang

lain yang termasuk dalam item pembayaran.

Page 65: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐65PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

(f) Pengawasan Pekerjaan Timbunan

Melakukan identifikasi visual kualitas material timbun

Mengawasi dan memeriksa lokasi yang akan digunakan

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan timbunan sesuai

dengan spesifikasi yang telah di tentukan

Melakukan pengecekan hasil pekerjaan dan pekerjaan lain yang

termasuk dalam item pembayaran

(g) Pengawasan Pekerjaan Galian

Mengawasi dan memeriksa lokasi yang akan digunakan

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan Galian sesuai dengan spesifikasi

yang telah di tentukan

Melakukan pengecekan hasil pekerjaan dan pekerjaan lain yang

termasuk dalam item pembayaran

E.4 ORGANISASI DAN PERSONIL

Setelah tersusun metoda penanganan pekerjaan, maka perlu juga dibuatkan

suatu system dan susunan organisasi konsultan secara rinci. Hal ini dilakukan

untuk menjamin adanya kemudahan bagi pemberi tugas untuk melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh

konsultan berdasarkan KAK yang telah disepakati.

Untuk memberikan hasil yang optimal dari suatu kegiatan, maka disusun team

work dalam suatu organisasi pelaksanaan pekerjaan. Dalam organisasi ini akan

disusun hierarki kewenangan, kerjasama, tanggung jawab dan instruksi

sehingga semua yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dapat

terakomodir.

Page 66: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA

  

 

    

E‐66PT. KENCANA ADHI KARMA

U s u l a n T e k n i s

1. Team Leader, akan berkoordinasi dengan direksi pekerjaan dan PPK untuk

pelaksanaan pekerjaan ini. Team Leader akan mengelola seluruh anggota

team untuk mengikuti setiap alur pelaksanaan pekerjaan.

2. Sub Proffesional, seluruh sub professional membantu kinerja dan tanggung

jawab tenaga ahli sesuai dengan tanggung jawab yang ada.

3. Supporting Staff, memberikan layanan kepada seluruh anggota tim

pekerjaan.

Organisasi pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk dapat mengendalikan dan

mengatur pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh hasil yang optimal yaitu selesai

tepat waktu, hasil pekerjaan yang bermutu, efisien, tepat sasaran serta sesuai

dengan maksud dan tujuan pekerjaan.

Pada dasarnya fungsi organisasi pelaksanaan pekerjaan tidak hanya sekedar

untuk mengatur hubungan internal tenaga ahli konsultan, tetapi juga untuk

mengatur hubungan keluar antara konsultan dengan pihak pemilik pekerjaan

dan instansi terkait lainnya yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan.

Organisasi pekerjaan ini dibuat dalam bentuk Struktur Organisasi Pekerjaan

yang mengacu kepada kebutuhan, ketersediaan personil, kualifikasi dan

penugasan personil sesuai arahan Kerangka Acuan Kerja yang dapat dilihat

pada gambar berikut ini :