bab iii. metodologi pendekatan

Upload: rhe-reny

Post on 19-Oct-2015

405 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

Laporan Akhir Penyusunan DED TPA Kabupaten Seluma

Laporan Akhir Penyusunan DED TPA Kabupaten Seluma2013

BAB III. METODOLOGI PENDEKATAN

3.1.PENDEKATAN STUDITahapan penyusunan perencanan tempat pembuangan akhir di Kabupaten Seluma ini dimulai dari pengumpulan data dan informasi, review studi terdahulu, peninjauan lapangan ke alternatif lokasi untuk dibangun tempat pembuangan akhir, jajak pendapat, analisa teknis operasional, analisa geografis, analisa ekonomi, analisa sosial-budaya.

3.2. KONSEP PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Ada beberapa pendekatan metodologi yang akan dikembangkan konsultan untuk melaksanakan pekerjaan ini yaitu :1. Pendekatan Pola Pikir Pemecahan Masalah2. Pendekatan Penanganan Pekerjaan3. Pendekatan Kebijakan4. Pendekatan Kelembagaan5. Pendekatan Teknis6. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan.Pendekatan terhadap pola pikir pekerjaan adalah keterkaitan kegiatan proyek dengan permasalahan yang ada serta sasaran yang ingin dicapai. Pendekatan kebijakan diperlukan terutama yang berkaitan dengan kebijakan persampahan. Pendekatan kelembagaan berhubungan dengan koordinasi antar instansi yang dibutuhkan. Pendekatan teknis adalah kajian terhadap kriteria atau metode perhitungan yang akan digunakan. Sedangkan pendekatan pelaksanaan pekerjaan merupakan metode pelaksanaan pekerjaan mulai tahap persiapan sampai penyelesaian akhir. Pada prinsipnya penyusunan metodologi ini mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja, Rapat Penjelasan Teknis serta kemampuan dan pengalaman konsultan dalam mengerjakan proyeks.3.2.1. Pendekatan Pola Pikir Pemecahan Masalah

Pendekatan pola pikir pemecahan masalah yang diuraikan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan di wilayah studi, khususnya yang berkaitan dengan pelayanan sektor persampahan. Permasalahan tersebut diantaranya diakibatkan ada pertumbuhan pendudukan yang cukup pesat di wilayah studi serta masih rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan kinerja pelayanan sektor persampahan secara berkelanjutan melalui pelaksanaan pekerjaan ini.

3.2.2.Pendekatan Penanganan Pekerjaan3.2.2.1. Persoalan Pengelolaan PersampahanPersoalan utama pada pengelolaan sampah terjadi karena beberapa hal, yaitu :1. Peningkatan jumlah sampah secara signifikan akibat adanya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat akibat terjadinya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada era orde baru (sebelum terjadi krisis moneter tahun 1997).2. Terjadi pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah perkotaan yang membutuhkan penanganan sampah secara kolektif. Pengelolaan secara individu (dalam arti menimbun dan membakar) semakin tidak layak untuk lingkungan perkotaan.3. Pertumbuhan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan yang berasal dari masyarakat penghasil sampah untuk mendanai/membiayai pengelolaan sampah perkotaan. Selain itu, anggaran pengelolaan persampahan yang berasal dari Pemerintah tidak mencukupi untuk memenuhi standard pelayanan yang diperlukan.4. Ketersediaan lahan untuk TPA sampah yang memenuhi persyaratan (teknis, lingkungan, sosial budaya, legalitas kepemilikan, dan aspek keuangan) semakin terbatas.5. Peningkatan kemampuan lembaga/institusi pengelola persampahan berjalan dengan lambat sehingga tidak mampu mengantisipasi persolan yang timbul di masyarakat.3.2.2.2. Paradigma Baru Pemerintah IndonesiaReformasi telah mengakibatkan terjadinya paradigma baru Pemerintahan di Indonesia. Adapun paradigma baru tersebut antara lain adalah : 1. Demokratisasi dan KeterbukaanTerjadi perubahan yang menginginkan diberlakukannya prinsip demokrasi dan keterbukaan pada pemerintahan di Indonesia. Konsekuensinya adalah tuntutan pemenuhan kepentingan masyarakat semakin kuat dan proses pemenuhan tersebut diminta dilaksanakan secara transparan. Pengaruh lainnya adalah masyarakat semakin memahami haknya, salah satu adalah hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang layak untuk ditempati, dan menuntut Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.2. Otonomi DaerahPelaksanaan otonomi daerah memberikan tanggung jawab yang semakin besar kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang salah satu diantaranya adalah pengelolaan persampahan. Selain pendelegasian (penyerahan) tanggung jawab tersebut, Pemerintah Daerah juga mendapat tambahan pendapatan dari pembagian pendapatan yang selama ini dikuasai oleh Pemerintah Pusat. Pembagian pendapatan tersebut secara bersamaan juga akan diikuti dengan peningkatan beban pembiaayaan pengelolaan sarana yang selama ini dibiayai oleh Pemerintah Pusat.3. Pemberdayaan MasyarakatSalah satu hasil dari reformasi adalah gerakan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat akan menyebabkan masyarakat semakin menyadari hak dan tanggung jawabnya. Akibatnya masyarakat mungkin saja akan menuntut Institusi/ Lembaga pengelola persampahan jika merasa dirugikan/ pelayanan kurang memuaskan (akibat diberlakukannya UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).

3.2.2.3.Paradigma Baru Pengelolaan Sampah

Pendekatan yang akan digunakan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan penyusunan Rencana Induk Persampahan Kabupaten Seluma akan mengacu pada sistem REDUCE (mengurangi), REUSE (menggunakan kembali), RECYCLE (mendaur ulang), PARTICIPATION (melibatkan masyarakat) sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang Undang No.18 Tahun 2008 tentang Persampahan.3.2.3. Pendekatan KebijakanSecara lebih spesifik pendekatan yang akan dilakukan dalam Kajian Pengelolaan Sampah di Kabupaten Seluma ini, meliputi :1. Pendekatanterhadap Peraturan Perundang-undangan/Kebijakan yang berlaku baik ditingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. (seperti : RUTRK, RTRW dan lain sebagainya yang relevan).2. Millenium Development Goal (2015).3. National Action Plan Persampahan4. Ketentuan Teknis (SNI untuk perencanaan sampah perkotaan dan SNI UNJ 03-3241- 1994) tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah dan cara Weighted Ranking Technique.3.2.4. Pendekatan KelembagaanDalam melaksanakan pekerjaan ini Konsultan secara aktif akan melakukan koordinasi dan membangun kerjasama yang erat dengan Tim Teknis Pemberi Tugas dan instansi lain yang berkaitan dengan proyek ini. Pelaksanaan pendekatan kelembagaan dalam kegiatan ini sangat diperlukan mengingat pertimbangan sebagai berikut: 1. Waktu pelaksanaan pekerjaan ini cukup singkat yaitu 4 (empat) bulan, dengan demikian dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang cukup baik dari para pihak yang terkait dengan pekerjaan ini khususnya yang dapat membantu menyediakan data-data yang dibutuhkan.2. Kegiatan penyusunan rencana induk persampahan sangat terkait dengan dengan instansi lain, dengan demikian kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sosialisasi program dan meningkatkan kerjasama yang komprehensif dalam pengelolaan persampahan di wilayah studi.3. Diperkirakan instansi terkait di daerah memiliki rencana dan program pengelolaan persampahan, dengan demikian kegiatan ini diharapkan dapat menjadi penguatan program-program atau saling melengkapi dengan program-program lokal yang ada.Dalam kaitannya dengan pendekatan kelembagaan ini, konsultan akan melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Pemberi Tugas/Pemimpin Proyek, Tim Teknis, dan aparat di daerah, agar kebutuhan dan aspirasi daerah dapat diakomodasikan. Koordinasi dan komunikasi dalam frekuensi yang tinggi akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan perencanaan ini dan setiap permasalahan yang timbul akan dapat segera diselesaikan.Dengan seringnya berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak Pusat maupun daerah, diharapkan akan memperlancar dan mempercepat dalam menyelesaikan permasalahan yang mungkin akan terjadi. Survey lapangan dalam rangka mengidentifikasi permasalahan pengelolaan sampah serta mengidentifikasi daerah genangan akan lebih baik bila dilakukan bersama-sama dengan pihak daerah untuk menghindari kesalahan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan nantinya.Secara garis besar hal-hal yang perlu dikoordinasikan antara lain :1. Menyamakan interpretasi tugas, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini.2. Mendiskusikan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan khususnya pekerjaan survey lapangan.3. Merencanakan sistem komunikasi yang efektif dan terorganisir antara Konsultan dan Pemberi Tugas/Tim Teknis serta semua instansi terkait.4. Prosedur dan perizinan yang diperlukan dari Pemberi Tugas.

3.2.5. Pendekatan Teknis

1. Fisik KotaPendekatan terhadap daerah studi dalam hal ini Kabupaten Seluma sangat penting, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik kota. Dalam merencanakan sistem pengelolaan persampahan harus mempertimbangkan topografi, hidrologi, klimatologi dan geologi. Kemiringan tanah, tinggi muka air tanah termasuk pasang surut air, kondisi sungai di saat musim kemarau dan musim hujan, temperatur dan kelembaban pada musim hujan dan kemarau dan struktur lapisan tanah akan dipelajari dan dipahami yang akan dijelaskan dalam laporan akhir nantinya.2. Sosial Ekonomia. Kepemerintahan antara lain: struktur organisasi pemerintah kota, pembagian dan batas wilayah kerja administrasi kota serta luas masing-masing wilayah.b. Demografi, meliputi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk per tahun dan kepadatan penduduk. Perkiraan laju pertumbuhan dan arah penyebaran penduduk dari tahun ke tahun didasarkan pada data aktual dan rencana kota menurut RUTRK/Renstra, dsb.c. Data demografi ini akan diambil dari data statistik Kabupaten Seluma edisi terakhir.d. Distribusi kegiatan lokasi proyek, terdiri dari beberapa sektor antara lain pertanian, perdagangan, peternakan, pegawai, buruh dan tata guna lahan dalam berbagai kategori.e. Prasarana dan Sarana Umum yang dimiliki oleh Kabupaten Seluma antara lain : jaringan listrik, air minum, telepon dan alat transportasi.f. Fasilitas yang dimiliki Kabupaten Seluma, seperti : pertokoan, perniagaan, hotel/losmen, rumah sakit/kesehatan, perkantoran, pendidikan, tempat ibadah/sosial, perumahan dan sebagainya. Data-data ini diperlukan untuk menentukan jumlah/kapasitas dan jenis sampah dan juga diperlukan untuk menentukan skala pengelolaan individual dan komunal.g. Pendapatan masyarakat per rumah tangga diperlukan untuk menentukan tarif retribusi sampah yang akan diusulkan.h. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah saat ini dan perkiraan di tahun mendatang.3. Kesehatan MasyarakatTingkat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan. Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih, tergantung oleh tersedianya fasilitas sanitasi yang baik dan memadai. Selain itu juga perlu ditunjang oleh kemampuan masyarakat dalam menciptakan dan menjaga kebersihan.4. Rencana Pengembangan KotaRencana Strategis, Rencana Induk Kota dan Rencana Umum Tata Ruang Kota yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Seluma akan menjadi acuan bagi penyusunan perencanaan teknis dan manajemen persampahan ini dapat terintegrasi dengan rencana pengembangen sarana dan prasarana lainnya.Arah dan sasaran pembangunan kota, potensi yang dikembangkan di waktu mendatang, berbagai sektor ekonomi yang meliputi kegiatan usaha dengan berbagai kegiatan pelayanan dan lingkungan hidup serta permasalahannya merupakan salah satu faktor penting dalam proses penyusunan studi ini. Demikian juga halnya dengan rencana pengembangan fasilitas kota termasuk sarana dan prasarana pengelolaan pesampahan.

5. Sistem Pengelolaan EksistingPengelolaan persampahan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai satu tujuan. Bentuk interaksi ini mempunyai ketentuan dan peraturan. Komponen yang mempunyai bentuk tersebut di atas disebut subsistem. Subsistem tersebut adalah:a. Organisasi dan Manajemen b. Teknik Operasionalc. Pembiayaan dan Retribusid. Ketentuan dan Peraturan3.3. PENGELOLAAN PERSAMPAHANPengelolaan persampahan kota - kota di Indonesia mempunyai pola yang hampir sama. Ditinjau dari segi teknik operasionalnya, pengelolaan persampahan meliputi kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir.Operasi bersifat integral dan terpadu karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling pengaruh mempengaruhi secara berantai.Adapun urutan kegiatan sistem operasional pengelolaan persampahan secara umum adalah sebagai berikut:1. Kegiatan pewadahan sampah2. Kegiatan pengumpulan sampah3. Kegiatan pemindahan sampah4. Kegiatan pengangkutan sampah5. Kegiatan pengelolaan sampah6. Kegiatan pembuangan akhir3.3.1. Pewadahan SampahPewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum di kumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tujuan utama dari pewadahan adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika.

PEMBUANGAN AKHIR SAMPAHTIMBUNAN SAMPAH

PEWADAHAN

PENGUMPULAN

PEMINDAHAN & PENGANGKUTAN PENGOLAHAN / UPS

Gambar 3.1: Skema Kegiatan Operasional Persampahan

Pewadahan dapat dikelompokkan sebagai pewadahan individual serta pewadahan komunal (yang merupakan bagian dari proses pengumpulan). Pewadahan individual dimaksudkan untuk menampung sampah dari masing-masing sumber sampah, sesuai dengan sistem/ pola pengumpulan yang diterapkan, dimana setiap rumah tangga harus tetap mempunyai pewadahan individual.Cara-cara ataupun sistem pewadahan sampah dikelola dengan baik oleh setiap pemilik persil pada daerah-daerah pelayanan merupakan faktor penunjang keberhasilan operasi pengumpulan sampah. Tujuan dari pewadahan akan tercapai apabila orang mau membuang sampah kedalamnya, dan pewadahan tersebut mampu mengisolasi sampah terhadap segala sesuatu di sekitarnya.Untuk itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain pewadahan adalah sifat, bahan, warna, volume dan konstruksinya, yang harus memenuhi persyaratan praktis, ekonomis, estetis dan higienis.Secara umum, bahan pewadahan sampah harus memenuhi syarat sebagai berikut:a. Awet dan tahan air (kedap air)b. Mudah untuk diperbaikic. Ekonomis, mudah diperoleh/ dibuat oleh masyarakatd. Ringan dan mudah diangkat sehingga tidak melelahkan petugas dalam proses pengumpulane. Penggunaan warna yang menarik dan menyolokAdapun kriteria penentuan ukuran (volume) pewadahan sampah biasanya ditentukan berdasarkan:a. Jumlah penghuni dalam suatu rumahb. Tingkat hidup masyarakatc. Frekuensi pengambilan/ Pengumpulan sampahd. Sistem pelayanan, individual atau komunalBerdasarkan tempat sumber timbulannya, bahan dan jenis wadah sampah padat diuraikan sebagai berikut:a. Sampah rumah tangga wadahnya dapat berupa:1) Tong/bin dari plastik/ fiberglas2) Tong/bin dari kayu3) Container besi4) Kantong plastik5) Kantong kertasb. Sampah toko/restoran wadahnya berupa :1) Tong/bin dari plastik/ fiberglas2) Tong/bin dari kayu3) Container besi4) Kantong plastikc. Sampah kantor/ bangunan gedung wadahnya berupa :1) Bak tembok2) Container besi3) Kantong plastik besarCara pengambilan wadah sampah dapat dilakukan dengan cara manual atau secara mekanik. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu standarisasi ukuran dan bentuk serta perlengkapannya. Ukuran wadah menggunakan tenaga orang (manual) misalnya harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diangkat dan beratnya diperhitungkan mampu bagi seseorang untuk mengangkatnya. Sedangkan wadah yang menggunaka tenaga mekanik, ukuran dan berat penuhnya disesuaikan dengan spesifikasi kendaraan angkutannya (load-haul atau compactor truck).Lokasi penempatan wadah pada umumnya belum seragam. Untuk wadah sampah yang pengambilannya menggunakan tenaga orang, lokasi ada yang ditempatkan di depan rumah, di belakang rumah, di tepi trotoar jalan, dan sebagainya. Demikian pula cara penempatannya ada yang ditempatkan di udara terbuka dan ada yang diberi alat pelindung/ atap.3.3.2. Pengumpulan SampahYang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai tempat pengumpulan sementara/ stasiun pemindahan atau sekaligus diangkut ke tempat pembuangan akhir.Pengambilan sampah dilakukan setiap waktu sesuai dengan periodesasi tertentu. Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukkan sampah, yaitu kurang lebih berumur 2 3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali. Makin sering semakin baik, namun biasanya operasinya lebih mahal. Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan Kota atau swadaya masyarakat (pemilik sampah, badan swasta atau RT/RW). Pengikut sertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya.Termasuk dalam pekerjaan pengumpulan adalah penyapuan jalan dan pembersihan selokan. Pengawasan akan mutu pekerjaan ini cukup penting terutama pembersihan selokan pada musim penghujan, sehubungan dengan pencegahan banjir.Sistem atau cara pengumpulan sampah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:a. Peraturan-peraturan/ aspek legal pada daerah setempat b. Kebiasaan masyarakat (budaya)c. Karakteristik lingkungan fisik dan sosial ekonominya d. Kedaan khusus setempate. Kepadatan dan penyebaran penduduk f. Rencana penggunaan lahannyag. Sarana pengumpulan,pengangkutan, pengelolaan dan pembuanganh. Lokasi pembuangan akhirnya i. Biaya yang tersedia3.3.3. Pemindahan SampahProses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan pengumpulan secara tidak langsung. Proses ini diperlukan karena kondisi daerah pelayanan tidak memungkinkan untuk diterapkan pengumpulan dengan kendaraan truk secara langsung. Disamping itu juga proses ini akan sangat membantu efisiensi proses pengumpulan. Pekerjaan utama pada proses ini yaitu memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam truk pengangkut.Mengingat tingkat kemampuan daya tempuh gerobak yang relatif pendek, maka lokasi pemindahan umumnya terletak tidak jauh dari sumber sampah, masalah yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya daerah sekitar dalam hal kebersihan dan kesehatan lingkungan.Lokasi pemindahan letaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi truk pengangkut untuk memasuki dan keluar dari pemindahan. Pemindahan sampah ke dalam truk pengangkut dapat dilakukan secara manual, mekanis atau campuran, tergantung dari tipe kendaraan pengangkutnya. Pengisian container dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkatan container ke atas truck dilakukan secara mekanis (load-haul dan compactor truck).Lokasi pemindahan dapat bersifat terpusat (pola transfer depo) atau tersebar. Fungsi lokasi pemindahan terpusat: proses pemindahan, penyimpanan alat, perawatan ringan, proses pengendalian (desentralisasi). Sedangkan fungsi lokasi pemindahan tersebar: proses pemindahan dan penyimpanan alat.3.3.4. Pengangkutan SampahYang dimaksud dengan pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat penampungan sementara (transfer station) atau langsung dari tempat sumber sampah ketempat pembuangan akhir (TPA).Keberhasilan kegiatan penanganan sampah adalah tergantung pada baiknya kegiatan/ sistim pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truck dengan berbagai tipe/ jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana/ investasi yang paling besar dibandingkan dengan kegiatan pengumpulan dan pembuangan akhir.Pekerjaan pengangkutan pada pokoknya membawa sampah makin menjauhi daerah sumber. Arah pengangkutan biasanya relatif jauh keluar kota. Dasar alasan adalah kemungkinan adanya rencana pengembangan kota masalah pengangkutan biasanya timbul seiring dengan keharusan truk melewati jalan-jalan dalam kota. Kenyataan memperlihatkan bahwa tidak semua jalan sesuai untuk dilewati truk tanpa menimbulkan gangguan pada kelancaran lalu lintas.Jalan yang tidak sesuai dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Kondisi truk, terutama saat melewati jalan ramai, cukup berpengaruh terhadap kenyamanan disekitarnya. Kesan kotor biasanya terjadi karena tetesan air dan hamburan material sampah selama perjalanan.3.4. POLA TEKNIS OPERASIONAL3.4.1. PewadahanPola pewadahan terdiri dari :a. Pewadahan IndividualBentuk pewadahan yang dipakai banyak tergantung selera dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya, mulai dari pengadaan sampai penggunaannya dilakukan secara pribadi. Ciri utama dalam penanganan selanjutnya adalah digunakan sistem pengumpulan dari rumah ke rumah. Petugas akan langsung mendatangi tiap rumah untuk mengumpulkan sampahnya.b. Komunal1. Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan, pasar. Bentuknya banyak ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannya adalah umum, alasan utama digunakannya pola ini adalah kesulitan petugas dalam mencapai tempat sampah di setiap titik sumber, juga termasuk kesulitan utama adalah kondisi jalan (sangat sempit, tidak dapat dilalui kendaraan pengumpul, sibuk sepanjang hari, dan sebagainya). Agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya maka tempat sampah komunal umumnya ditempatkan di tepi jalan besar, pada suatu lokasi yang strategis terhadap penggunaannya. Penduduk akan membawa sampahnya untuk dibuang ke tempat sampah komunal dan pengumpulan pun dilakukan oleh petugas dari tempat ini.2. Pada pola pewadahan komunal, setiap rumah tangga tetap harus memiliki pewadahan individual, yang pada periode tertentu dibuang sendiri oleh pemilik rumah ke wadah komunal.3. Pada beberapa literatur, pewadahan diklasifikasikan termasuk dalam proses pengumpulan, karena memang sarana pewadahan sangat berkaitan erat dengan proses pengumpulan, baik desain, kapasitas alatnya maupun pola yang diterapkan.3.4.2. PengumpulanPola pengumpulan sampah umumnya dapat dibagi atas:1. Pola individual langsungYaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah masing-masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA, tanpa melalui proses pemindahan. Persyaratan: Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 8%) sehingga alat pengumpul non mesin sulit beroperasi Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya. Kondisi dan jumlah alat memungkinkan Jumlah timbulan sampah besar (>0,5 m3/hari)2. Pola individual tidak langsungYaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah masing-masing sumber sampah dan diangkut ke TPA dengan sarana pengangkut melalui proses pemindahan. Pola ini dapat mengurangi ketergantungan kebutuhan alat angkut (truk), tetapi membutuhkan kemampuan pengendalian personil dan alat yang lebih kompleks. Pola ini baik untuk daerah dengan partisipasi aktif masyarakat yang rendah. Dan alat pengumpul masih mampu menjangkau sumber secara langsung. Pola ini membutuhkan persyaratan sebagai berikut: Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan Bila menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak), maka dibutuhkan kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 8%) Lebar jalan yang memungkinkan dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya. Organisasi harus siap dengan sistem pengendalian3. Pola komunal langsungYaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing titik pewadahan komunal, langsung diangkut ke TPA tanpa melalui proses pemindahan. Pola ini merupakan alternatif bila alat angkut terbatas, lokasi merupakan timbulan sampah-sampah sulit dijangkau oleh pelayanan alat pengumpul non mesin (gerobak), kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah, alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah. Pola ini mempunyai prasyarat: Peran serta aktif masyarakat tinggi Wadah komunal dirancang sesuai dengan kondisi, ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).4. Pola komunal tidak langsungYaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah dari titik pewadahan komunal, dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak), lalu diangkut ke TPA menggunakan alat angkut truk. Pola ini membutuhkan prasyarat : Peran serta aktif masyarakat tinggi Wadah komunal dan alat pengumpul dirancang sesuai dengan kondisi, ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dilokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan Bila menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak), maka dibutuhkan kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 8%). Lebar jalan yang memungkinkan dilalui alat pengumpul tanpa menganggu pemakai jalan lainnya. Organisasi harus siap dengan sistem pengendalian3.4.3. PemindahanKegiatan pemindahan terdapat pada pola pengumpulan tak langsung, yaitu pengumpulan oleh alat bukan jenis truk. Sampah dari alat pengumpul (gerobak/sejenisnya) harus dipindahkan ke truk pengangkut untuk dibawa ke lokasi pembuangan akhir. Berdasarkan kondisi dan fungsinya pemindahan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu terpusat dan tersebar.Pola pemindahan terpusat dimaksudkan sebagai sentralisasi proses pemindahan dan merupakan pos pengendali operasional, apabila sulit mendapatkan lahan kosong untuk lokasi pemindahan, maka lokasi pemindahan dapat tersebar, tetapi akibatnya kurang dapat dikendalikan.Selain itu, lokasi pemindahan dapat berfungsi pula sebagai penyimpan sarana kebersihan, seperti gerobak dan peralatan lainnya, tanpa perawatan alat dan sebagainya.Lokasi pemindahan dapat berbentuk:1. Pelataran berdinding (transfer depo)Ukuran panjang dan lebar dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan keluar masuk dan pemuatan truk. Bila pemuatan tidak langsung dilakukan dari gerobak, maka harus tersedia tempat khusus penimbunan sampah sementara. Dinding dibuat cukup tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai isolator terhadap daerah sekitarnya. Memudahkan keluar masuk dan pemuatan truk isolasi bertujuan menghilangkan kesan kotor dari kerja pemindahan.2. Container muat (load- haul)Berupa container yang umumnya bervolume 8 - 10m3, gerobak langsung menumpahkan muatannya ke dalam container ini. Setelah penuh maka container ini akan dibawa ke lokasi pembuangan akhir. Metoda ini membutuhkan biaya modal yang cukup besar karena dibutuhkan truk dengan tipe khusus (load-haul truck).3.4.4. PengangkutanFase pengangkutan merupakan tahapan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke TPA. Hal yang penting dalam proses pengangkutan adalah penentuan route pengangkutan, berupa penetapan titik pengambilan, jadwal operasi dan pola pengangkutan.Untuk menentukan route pengangkutan sampah tersebut dilakukan langkah- langkah sebagai berikut :a. Penentuan titik pengambilanb. Untuk menentukan titik pengambilan perlu adanya peta daerah pelayanan dan peta timbunan sampah.c. Peta derah pelayanan menunjukkan batas daerah yang akan dilayani saat ini dan kemungkinan pengembangannya yang memuat data-data antara lain:1) Luas wilayah kota2) Luas daerah yang dilayani3) Jumlah penduduk yang dilayani4) Jumlah sampah yang harus dilayani setiap harid. Peta timbulan sampah menunjukan lokasi pengumpul/ timbunan sampah yang harus dilayani oleh para petugas kebersihan, antara lain:1) Lokasi stasion pemindahan/ TPS2) Lokasi container besar3) Lokasi daerah pertokoan4) Lokasi bangunan besar/ khususnya yang diperkirakan timbulan sampah lebih 1m3 misalnya rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan kantor-kantor besar dan lain-lain.e. Pada titik pengumpul tersebut jumlah volume sampah yang harus diangkut setiap hari dari setiap daerah pelayanan dapa diketahui. Juga route angkutannya dapat direncanakan.

3.5. PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DAN PENGOLAHAN3.5.1. UmumTujuan pembuangan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik atau yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu.Kegiatan operasional dipembuangan akhir pada dasarnya merupakan:1. Kegiatan yang merubah bentuk lahan2. Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan, air dan udara.3.5.2 Pembuangan AkhirYang dimaksud dengan pembuangan akhir adalah cara yang digunakan untuk memusnahkan sampah padat dari hasil kegiatan pengumpulan dan pengangkutan mapun sampah padat hasil buangan kegiatan pengelolaan sampah itu sendiri.Ada 2 cara pembuangan akhir, yaitu:1) . Open Dumping2) . Landfill, yang dapat dibedakan lagi atas:a) Sistim Controlled Landfill b) Sistim Sanitary Landfill Open DumpingDilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir (TPA) dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru. Untuk efisiensi pemakaian lahan, biasanya dilakukan kegiatan perataan sampah dengan menggunakan dozer atau perataan dapat juga dilakukan dengan tenaga manusia.Keuntungan: a. Operasi sangat mudahb. Biaya operasi dan perawatan murah c. Biaya investasi TPA relatif murah Kerugian: Timbul pencemaran udara oleh gas, debu dan bau Cepat terjadi proses timbulnya leachate, sehingga menimbulkan pencemaran air tanah Sangat mendorong tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan serangga lain). Mengurangi estetika lingkungan. LandfillMerupakan perbaikan dari pada cara open dumping yaitu dengan menambahkan lapisan tanah penutup di atas sampah.a. Sistem Controlled Landfill Dilakukan dengan cara sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan kemudian pada kurun waktu memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan. Bila lokasi pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh timbunan sampah harus ditutup dengan lapisan tanah. Diperlukan persediaan tanah yang cukup sebagai lapisan tanah penutup. Keuntungan:1) Dampak negatif terhadap estetika lingkungan sekitarnya dapat dikurangi2) Kecil pengaruhnya terhadap estetika lingkungan awalKerugian:1) Operasi relatif lebih sulit dibanding open dumping2) Biaya investasi relatif lebih besar dari pada open dumping3) Biaya operasi dan perawatan relatif lebih tinggi dari pada open dumping

b. Sistem Sanitary LandfiilAdalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana yang telah ditetapkan.Pekerjaan pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi. Diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah. Keuntungannya adalah pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan sekitarnya relatif lebih kecil dibanding sistem controlled landfill.3.6. Survey Dan Analisa Kualitas LingkunganSurvey dan Analisa kualitas lingkungan merupakan bagian dari tahapan kegiatan Studi kelayakan lokasi Unit Pengolahan Sampah akan dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Seluma. Dimana komponen lingkungan menjadi salah satu pertimbangan kelayakan lokasi pembangunannya.3.6.1 Kualitas Udara dan Kebisingan Pengumpulan DataParameter kualitas udara yang akan diukur adalah : debu, NOx, SO2, CO, HC, selain itu dilakukan pengukuran intensitas kebisingan. Secara singkat data iklim dan Kualitas Udara yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:a. Wilayah telaah : daerah studi rencana pembangunan Unit Pengolahan Sampah (UPS)b. Paramater: temperatur, curah hujan, jumlah hari hujan

AnalisisKualitas udara akan diukur di lapangan bersamaan dengan dilakukannya pengukuran iklim mikro dengan menggunakan alat dan metode analisis sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 Hasil pengukuran kualitas udara ambien akan dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien yang berlaku di Kabupaten SelumaTabel 3.1 Parameter, Metode Analisis dan Peralatan Kualitas Udara dan KebisinganNoParamaterMetoda AnalisisPeralatan

1.debuGravimetriHi. Vol Sampler, canister

2.NoXGrietz SalzmannSpektrofotometer

3.So2PararrosanilineSpektrofotometer

4.CONDIRNDIR Anayzer

5.PbGravimetrik, Ekstraktif, pengabuanHi.Vol, AAs

6.HCFlame, IonizationGas Chromatograph

7.KebisinganSound Level Meter

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Menteri Megara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan

Lokasi

Pemilihan lokasi pengamatan kualitas udara dan kebisingan akan dilakukan dengan mempertimbangkan spesifikasi kegiatan, sebaran dampak dan arah angin dominan. Pemilihan lokasi akan dilakukan sehingga dapat mewakili berbagai tata guna lahan di tapak proyek dan sekitar lokasi tapak proyek serta dapat mewakili kondisi kualitas udara di tapak proyek dan daerah sekitarnya. Lokasi pengukuran kualitas udara dan kebisingan akan dilakukan pada lokasi rencana proyek sebanyak 5 (lima) titik.

3.6.2 Kualitas Air (Air Tanah, Air Buangan dan Air Permukaan)

Pengumpulan DataPemeriksaan kualitas air (parameter fisik, kimia dan bakteriologi) akan dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengujian kualitas air permukaan dan air tanah yang ada di rencana lokasi proyek pembangunan TPA. Pengujian akan dilakukan di laboratorium rujukan.Untuk beberapa parameter dilakukan pemeriksaan in situ (di lapangan), sedangkan pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan membandingkan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya di sekitar tapak lokasi yang kemungkinan pernah dilakukan. AnalisisParameter kualitas air yang dianalisa meliputi sifat fisik, kimia, dan bakteriologi. Pemilihan parameter yang dianalisis akan ditentukan oleh karakteristik kegiatan khususnya dari kegiatan pada tahap konstruksi dan tahap operasi TPA.Beberapa parameter yang cepat berubah karena waktu diukur di lapangan (in situ), sedangkan parameter lainnya diperiksa di laboratorium. Parameter kualitas air permukaan yang diamati serta alat dan metoda analisisnya disajikan pada Tabel 3.3Tabel 3.2 Parameter, Alat dan Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan

No.PARAMTERUNITALAT/METODAKETERANGAN

1FisikaTemperatur0CPemuaian,ThermometerIn-situ

2TSSMg/lGravimetrikLab Induk

3TDSMg/lGravimetrik Lab Induk

1KIMIAWIpH-pH-MeterIn-situ

2DOMg/lDO Meter,Modifikasi winklerIn-situ

3BOD5Mg/lModifikasi winklerLab Induk

4CODMg/lTitrimetrik Lab Induk

5Klorida (Cl)Mg/lAASLab Induk

6Fluorida (F)Mg/lAASLab Induk

7Nitrat (N-No3)Mg/lmetode brusinLab Induk

8Nitrit (N-No2)Mg/lMetode sulfanilikLab Induk

9Amoniak bebasMg/lMetode nesslerLab Induk

10Sulfida Mg/lTiritmetrik / Spectrofotometrik Lab Induk

11Sulfat (SO4)Mg/lGravimetrik/ SpectrofotometrikLab Induk

12Minyak / lemakMg/lEkstraksiLab Induk

13Natrium (Na)Mg/lAASLab Induk

14Arsen (Na)Mg/lAASLab Induk

15Nikel (Ni)Mg/lAASLab Induk

16Barium (Ba)Mg/lAASLab Induk

17Besi (Fe)Mg/lAASLab Induk

18Mangan (Mg)Mg/lAASLab Induk

19Tembaga (Cu)Mg/lAASLab Induk

20Timbal (Pb)Mg/l AASLab Induk

21Seng (Zn)Mg/lAASLab Induk

22Krom totalMg/lAASLab Induk

23DetergenMg/lGravimetri, Spectrofotometrik inframerahLab Induk

24Fenol Mg/lSpectrofotometriLab Induk

25Senyawa aktif biru metilenMg/lSpectrofotometrik/ SpectrofotometerLab Induk

26posfatMg/lSpectrofotometriLab Induk

1BAKTERIOLOGITotal koliformJPT/100 mlBotol steril model tabung ganda,inkubatorLab Induk

2Koliform tinjaJPT/100 mlBotol steril model tabung ganda,inkubatorLab Induk

Baku mutu yang digunakan sebagai pembanding adalah baku mutu badan air adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. LokasiPemilihan lokasi pengambilan kualitas air permukaan adalah dilokasi badan air sekitar kegiatan terutama di lokasi rencana TPA. Pengamatan aspek kualitas air dilakukan untuk mengetahui rona awal lingkungan kualitas air permukaan dan air tanah yang akan dilakukan secara sampling yakni sebanyak 2 titik sampling kualitas air permukaan dan 5 titik sampling kualitas air tanah. Selain itu juga dilakukan sampling dan analisis terhadap kualitas air buangan / kualitas leachate sebanyak 2 titik.3.6.3 Survey Komposisi SampahSampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu kota dengan kota lainnya, tergantung dari tingkat sosial ekonomi penduduk, iklim dan lain-lain. Karakteristik sampah dapat mencakup antara lain: Komposisi Fisik SampahKomposisi fisik sampah mencakup besarnya prosentase dari komponen pembentuk sampah yang terdiri dari organik, kertas, kayu, logam, kaca, plastik dan lain-lain.Tabel 3.3 Contoh Komposisi Fisik SampahKomposisiRata-rata (%)

Sampah Organik79,49

Kertas7,8

Kayu4,9

Kain / Tekstil2,7

Karet / Kulit Tiruan0,4

Plastik4,0

Logam1,5

Gelas / Kaca0,6

Lain-lain (Tanah.batu,pasir)0,9

Total100,00

Kadar Air60,09

Kadar Abu10,59

Nilai Kalor (Kcal / kg)1.272,22

Sumber :BPPT,1981

Pada tabel 3.3 dapat dilihat bahwa prosentase sampah yang terbesar yaitu sampah organik, sebesar 79,49 %. Sampah organik tersebut dapat membusuk sehingga dapat diolah untuk dijadikan kompos. Sedang sampah lainnya seperti plastik, logam, gelas dapat diolah kembali menjadi bentuk semula sehingga dapat digunakan kembali dengan mutu atau kualitas yang lebih rendah (daur ulang). Komposisi Kimia SampahInformasi dan data mengenai komposisi kimia sampah erat kaitannya dengan pemilihan alternatif pengolahan dan pemanfaatan tanah. Untuk mengetahui kandungan unsur kimia yang terdapat dalam sampah dapat dilakukan analisa dan percobaan di laboratorium. Pada sistem Sanitary Landfill dan Open Dumping, informasi mengenai komposisi kimia sampah dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh leachate terhadap air tanah. Sedang pada proses penghumusan, informasi ini sangat berguna untuk mengetahui besarnya kandungan unsur-unsur, seperti zat hara yang diperlukan oleh tanaman.Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur dan Phospor (C, H, O, N, S, P), serta lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat dan lemak.Tabel 3.5: Contoh Komposisi Kimia Sampah

Unsur / SenyawaKadar Berat Kering (%)

Senyawa Organik25 35

Nitrogen (N2)0,4 1,2

Phospor (P2O5)1,2 1,6

Kalium (K2O)0,8 1,5

Kapur (CaO)4 -7

Carbon12 17

Kadar air10 - 60

Kepadatan SampahKepadatan sampah menyatakan berat sampah persatuan volume. Pada sistem Sanitary Landfill, informasi kepadatan sampah diperlukan untuk menentukan ketebalan dari lapisan sampah yang akan dibuang pada sistem tersebut. Sedang bila menggunakan sistem pengolahan maka informasi ini diperlukan untuk merencanakan dimensi unit proses.Besarnya kepadatan sampah tiap kota berbeda tergantung dari keadaan sosial, ekonomi serta iklim kota tersebut. Terdapat kecenderungan bila produksi sampahnya tinggi maka densitasnya rendah. Kepadatan sampah rumah tangga di negara yang sedang berkembang berkisar antara 100 kg/m3 sampai 600 kg/m3. (Sandra. Cointerau, 1982). Tabel 2.6: Density Sampah Beberapa Negara Di Daerah Urban

NegaraDensity Sampah (kg/m3)

Indonesia250

Muangtai250

Pakistan500

India500

Singapura175

Sandra J.Cointreu, 1982

Kadar (kandungan) Air SampahBesarnya kadar air sampah biasanya dinyatakan dalam % yaitu perbandingan antara berat air dengan berat basah sampah total atau dengan berat kering sampah tersebut. Besarnya kadar air sampah pada tiap kota sangat tergantung dari iklim atau musim, serta komponen sampah itu sendiri. Pada penelitian karakteristik sampah di Jakarta Pusat tahun 1981 yang dilakukan oleh BPPT, didapatkan hasil bahwa kadar air sampah pada musim kemarau sebesar 57,71% sedangkan pada musim hujan 62,67 %. Dengan demikian nilai rata-rata dari kedua angka tersebut sebesar 60,09%.

Metodologi Pendekatan3 - 1