bab 5 pendekatan-metodologi-program kerja

86
Detail Desain Penyediaan Sarana/Prasarana Air Baku Desa Talang Gunung – Kec. Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji 5. PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI A.1. PENDEKATAN Sebagaimana dijelaskan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Detail Desain Penyediaan Sarana/Prasarana Air Baku Desa Talang Gunung – Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, dan sasaran dari kegiatan ini, yang ingin dicapai, maka pendekatan teknis dan non teknis yang merupakan satu kesatuan, dalam melaksanakan pekerjaan ini, adalah sebagai berikut : 1) Pendekatan teknis berkaitan dengan pekerjaan teknis yang dimulai dari pemahaman sistem penyediaan air bersih yang terdiri dari Unit Air Baku, Unit Produksi, Unit Distribusi dan Unit Pelayanan Sambungan. Dimana pada masing-masing unit terdiri sarana dan prasarana air bersih, yaitu : a) Unit Air Baku terdiri dari : sumber air baku, bangunan intake (penangkap), perpipaan transmisi, sistem pemompaan (bila ada) b) Unit Produksi terdiri dari : bangunan instalasi pengolahan air bersih berikut bangunan penunjangnya, bangunan reservoar. c) Unit Distribusi terdiri dari : jaringan perpipaan distribusi dan bangunan pelengkapnya. USULAN TEKNIS – PT. KREASI CIPTA 5-1

Upload: arman-rachmad-dsabek

Post on 17-Nov-2015

193 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

DF

TRANSCRIPT

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

5. PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

A. PENDEKATAN DAN METODOLOGIA.1.PENDEKATAN Sebagaimana dijelaskan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Detail Desain Penyediaan Sarana/Prasarana Air Baku Desa Talang Gunung Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, dan sasaran dari kegiatan ini, yang ingin dicapai, maka pendekatan teknis dan non teknis yang merupakan satu kesatuan, dalam melaksanakan pekerjaan ini, adalah sebagai berikut :1) Pendekatan teknis berkaitan dengan pekerjaan teknis yang dimulai dari pemahaman sistem penyediaan air bersih yang terdiri dari Unit Air Baku, Unit Produksi, Unit Distribusi dan Unit Pelayanan Sambungan. Dimana pada masing-masing unit terdiri sarana dan prasarana air bersih, yaitu : a) Unit Air Baku terdiri dari : sumber air baku, bangunan intake (penangkap), perpipaan transmisi, sistem pemompaan (bila ada)b) Unit Produksi terdiri dari : bangunan instalasi pengolahan air bersih berikut bangunan penunjangnya, bangunan reservoar.c) Unit Distribusi terdiri dari : jaringan perpipaan distribusi dan bangunan pelengkapnya.d) Unit Pelayanan Sambungan terdiri dari : pipa dinas, jenis sambungan yang ada (SR, HU/KU, terminal air).

Dari pemahaman sistem penyediaan air bersih ini, maka dilakukan kegiatan seperti : pengumpulan data sekunder, data hasil studi-studi sebelumnya terkait dengan pengembangan wilayah administrasi dan pengelolaan wilayah sungai, survei dan investigasi, analisa dan perhitungan sistem penyediaan air bersih dengan mengacu pada kriteria perencanaan dan norma, standar, pedoman serta manual yang dikeluarkan Kementrian Pekerjaan Umum. 2) Sedangkan Pendekatan non teknis berkaitan juga dengan kegiatan survei sosial ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan kemauan masyarakat berlangganan air bersih dari Pengelola, juga aspirasi mereka dalam menanggapi kondisi layanan air bersih yang ada saat ini. Selain itu juga kegiatan sosialisasi dengan masyarakat sebagai upaya melibatkan mereka dalam perencanaan pengembangan sistem penyediaan air bersih. Pelaksanaan diskusi serta asistensi dengan pihak PPK, UPT/PDAM, Dinas terkait, dan Tim Teknis Balai Besar WSMS, merupakan bagian dari pendekatan non teknis untuk menerima masukan agar mendapat suatu kesepakatan dan arahan yang jelas didalam pelaksanaan pekerjaan.

A.2.METODOLOGI Metode pelaksanaan kegiatan Detail Desain Penyediaan Sarana/Prasarana Air Baku Desa Talang Gunung Kecamatan Mesuji Timur merupakan penjabaran secara rinci mengenai tahapan kegiatan dimana didalamnya juga terdapat kedua pendekatan seperti diuraikan di atas. Secara diagramatis tahapan kegiatan ini dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.

Gambar 5.1. Diagram Alir Kegiatan

Penjelasan dari Diagram Alir Kegiatan Detail Disain ini, dimana dibagi dalam tahapan kegiatan sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

A.2.1 TAHAP PERSIAPAN1) Mobilisasi dan Pengarahan Tim :Pada awal kegiatan tahap persiapan, dilakukan kegiatan sebagai berikut : a) Mobilisasi personil, peralatan juga termasuk bahan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal.b) Memberikan pengarahan kepada tim mengenai lingkup pekerjaan studi ini, termasuk juga struktur organisasi proyek serta tugas dan tanggung jawab masing-masing personil tenaga ahli.

2) Penyusunan RMK dan Rencana Kerja :Penyusunan RMK dan Rencana Kerja kegiatan ini, untuk dapatkan gambaran proses pelaksanaan pekerjaan yang efisien dan dapat menggambarkan langkah-langkah penyelesaian pekerjaan dari awal sampai dengan akhir pekerjaan/selesainya pekerjaan. Penyusunan rencana kerja ini didasarkan pada : Pencapaian Maksud, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh pemberi pekerjaan. Ruang lingkup yang harus dibahas Waktu yang tersedia. Personil yang dilibatkan serta Ketersediaan data dan Fasilitas

3) Pengumpulan Data Sekunder dan Studi Terdahulu :Pengumpulan data sekunder serta laporan studi pekerjaan sejenis yang sudah pernah dilaksanakan sebelumnya. Adapun data-data sekunder yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut :

No.Jenis Data / Peta / LaporanSumber

1.Laporan RTRW Kabupaten MesujiBappeda Kabupaten

2.Laporan RDTRK Kabupaten MesujiBappeda Kabupaten

3.Laporan Studi Pola Pengelolaan Wilayah Sungai Mesuji Tulang BawangBalai Besar WSMS

4.Laporan perencanaan SPAM Kabupaten MesujiDinas PU Kabupaten

5.Data Statistik Kabupaten MesujiBPS Prop/Kab.

6.Data Teknis Pelayanan UPT/PDAM Dinas PU Kabupaten

7.Data Administrasi Keuangan UPT/PDAMDinas PU Kabupaten

8.Peta Jaringan Perpipaan EksistingDinas PU Kabupaten

9.Peta Kabupaten Mesuji; Geologi umum, Rupa Bumi, Administrasi Wilayah, Tata guna Lahan dsb.Bakorsurtanal/BPN/Bappeda Prop/Kab.

10.Data hidrologi sumber air permukaan yang ada, dan KlimatologiBalai Besar WSMS, BMKG

4) Survei Awal :Kegiatan survei awal dimaksudkan untuk melakukan orientasi lapangan terhadap kondisi sistem penyediaan air bersih yang ada guna identifikasi permasalahan sistem yang ada. Selain itu juga melakukan sosialisasi dengan pihak Dinas terkait dan masyarakat sebagai penerima manfaat.

5) Pembuatan Laporan PendahuluanDari data-data sekunder yang sudah terkumpul serta hasil survei awal yang dilakukan, maka dibuat Laporan Pendahuluan yang berisi antara lain : Latar belakang permasalahan, maksud dan tujuan pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan Gambaran umum wilayah studi Metode pelaksanaan pekerjaan Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan Rencana dan jadwal keterlibatan personil Konsep Laporan Pendahuluan akan dibahas bersama dengan PPK Kegiatan Perencanaan dan Program Balai Besar WSMS, PDAM dan Dinas terkait, agar mendapat masukan guna penajaman serta kesepakatan akan sasaran dari pekerjaan ini.

A.2.2 TAHAP SURVEI DAN ANALISA1) Survei Topografi :Kegiatan survei Topografi yang dimaksudkan adalah pendataan secara rinci terhadap lokasi rencana sarana dan prasara penyediaan air baku. Pengukuran dilakukan pada daerah/lokasi terpilih dari hasil identifikasi lapangan yang dilakukan.Adapun tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk menyiapkan data pengukuran topografi yang rinci sesuai dengan arah pengembangan sistem yang akan direncanakan. Untuk itu baik trase pengukuran maupun lokasi-lokasi tertentu untuk bangunan telah ditentukan di awal pengukuran dalam bentuk rencana kerja. Rencana kerja ini selanjutnya diverifikasi kembali berdasarkan kondisi lokasi. Ada kalanya diperlukan penyesuaian lokasi rencana dari apa yang ada dalam rencana dengan kondisi riil di lapangan sehingga perencanaan nantinya dapat dilakukan sesuai tuntutan teknis yang diharapkan.Lingkup pekerjaan ini secara garis besar terdiri dari: Pemasangan Bench Mark (titik referensi). Pengukuran penampang memanjang. Pengukuran penampang melintang. Pengukuran situasi trase saluran/Jalur Pipa. Pengukuran situasi detail lokasi tapak bangunan. Pencatatan, reduksi dan pemrosesan hasil pengamatan di lapangan. Penggambaran.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Titik ReferensiTitik referensi untuk awal pengukuran adalah titik-titik yang sudah diketahui koordinatnya dan tingginya seperti titik Triangulasi atau titik Dopler atau titik - titik yang telah dipasang pada studi terdahulu sebagai acuan titik awal dari pengukuran, atau titik lainnya yang disetujui oleh Direksi.

Orientasi LapanganKegiatan di lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa: Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana areal pengukuran, dan metode kerja pengukuran yang akan dilaksanakan. Meninjau areal yang akan diukur. Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan. Bersama-sama dengan pengawas/Direksi Lapangan menentukan titik awal pengukuran, batas pengukuran dan lokasi BM.

Kerangka Dasar PemetaanKerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan digunakan sebagai pengikatan titik awal atau akhir pengukuran selanjutnya, seperti layout situasi bangunan penangkap dan unit produksi, trace jalur perpipaan. Kerangka ini ditempatkan pada batas areal pengukuran agar dapat berfungsi sebagai batas areal pengukuran.Pelaksanaan survei direncanakan dengan membagi areal menjadi dua saja mengingat bahwa areal pengukurannya cukup kecil.

Pengukuran Polygon Sistem dan Referensi Sistem pengukuran sudut dilakukan dengan cara centering tidak paksaan. Titik referensi koordinat diambil dari BM yang ada berdekatan dengan lokasi pekerjaan/atas petunjuk Direksi. Setiap 25 kali berdiri alat ukur, harus dilakukan pengamatan Azimuth Matahari. Orientasi arah awal dengan cara pengamatan matahari yang memakai prisma Reoulof atau cara lain yang setara. Alat untuk mengukur sudut harus menggunakan Theodolith T2 Wild atau yang setara. Mengukur jarak akan dilakukan cengan cara optis dan dikoreksi menggunakan midband baja. Ketelitian Yang Harus Dicapai Salah penutup sudut polygon adalah 10 detik N, dimana N adalah jumlah sudut yang terukur dalam rangkain polygon tersebut. Kesalahan penutup jarak linier setelah dilakukan perataan harus lebih kecil 1:10.000. Hasil perhitungan koordinat diperoleh dari analisa kwadrat terkecil. Pembacaan sudut setiap titik polygon harus dilakukan sedikitnya 4 kali, sedangkan pembacaan jarak untuk setiap sisi polygon sedikitnya 3 kali. Polygon Utama Alat yang dipergunakan adalah theodolite T2 Wild atau alat lainnya yang sejenis dan ukuran jarak optisnya dikoreksi dengan midband baja. Poligon utama diukur dengan metode kring dimana harus dipenuhi syarat geometrisnya (pada batas toleransi yang diberikan), dan dikontrol dengan pengamatan matahari. Pemberian koreksi, dilakukan sebagai berikut: Untuk mengoreksi sudut digunakan Metode Dell (perataan biasa) Metode BersyaratKoreksi setiap sudut : f.a(N -1), dimana : f.a = salah penutup sudutN = jumlah titik poligon Untuk mengoreksi absis dan ordinat digunakan jarak sebanding dengan jarak yang bersangkutan atau :Koreksi = f. x / D x (Dij), dimana : f.x. = salah penutup absis/ordinatD = jumlah jarakDi = jarak yang ke i Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth 20" Koreksi setiap titik poligon maksimum 8" Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000 Jarak tiap sisi poligon diukur dengan ketelitian 1 : 5.000

Pengukuran Sipat Datar (Water Pass) Sistem dan Referensi Untuk semua titik poligon utama dan cabang akan dilakukan pengukuran sipat datar. Pengukurannya dilakukan dengan cara pulang pergi dan kontrol ukuran beda tinggi diambil dari data double stand. Pembacaan benang akan dibaca tiga benang dengan urutan pembacaan benang adalah (bt-ba-bb) dan memenuhi 2 bt = ba+bb. Jumlah jarak kemuka diusahakan sama dengan jumlah jarak kebelakang. Jumlah slaag harus genap. Toleransi kesalahan penutup max. 10D Km (mm), dimana : D = Jumlah jarak sipat datar dalam Km. Bentuk rangkaian pengukuran sipat datar (water pass) adalah tertutup. Untuk mendapatkan data vertikal harus dilakukan pengukuran beda tinggi pergi -pulang pada setiap seksi. Jarak tiap seksi maksimum 4 Km. Pembacaan rambu harus lengkap yaitu benang atas, tengah dan bawah. Setiap slag harus dilakukan dua kali berdiri posisi alat. Jarak antara instrument terhadap rambu muka dan belakang maksimum 60 m. Rambu harus dilengkapi dengan nivo dengan landasan dari plat besi. Titik referensi tinggi diambil dari BM yang telah diukur sebelumnya dan sebagai titik awalnya. BM tersebut adalah BM yang juga digunakan sebagai titik awal pengukuran poligon. Ketelitian yang harus dicapai Salah penutup tinggi dari hasil pengukuran pulang-pergi harus lebih kecil dari 8,4 mm D, dimana D adalah jarak optis dalam Km. Hasil perhitungan tinggi diperoleh dari analisa kwadrat terkecil. Pencatatan data yang salah harus dicoret tidak boleh didobel atau di Tip Ex, kemudian bacaan yang benar ditulis diatasnya dengan ballpoint warna hitam. Pada formulir data harus ditulis dengan lengkap : nomor halaman, jenis & nomor alat, nama surveyor, tanggal pengukuran, lokasi dan sebagainya. Penentuan BM sebagai referensi tinggi akan ditunjukkan oleh Direksi kemudian.Pengukuran PenampangMemanjang Alat yang dipergunakan untuk survei pengukuran ini adalah Theodolite TO dan Level. Pengukuran tampang panjang meliputi trase saluran transmisi atau pipa utama dan juga trase rencana saluran distribusi utama di areal pelayanan yang ditunjuk. Tampang memanjang saluran harus dibuat pada interval maksimal 50 m dan dimulai dari pangkal trase saluran transmisi. Setiap 50 m disepanjang saluran dipasang patok dari kayu dengan ukuran 5x7x60 cm atau kayu bundar dengan ganis tengah 7 cm. Pengukuran tampang memanjang harus diikat dengan BM (terkoreksi) yang ada di beberapa titik utama sepanjang poligon.Pengukuran Penampang MelintangPengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk penampang memanjang dan melintang jalur pipa dengan sasaran tinggi dan detail lapangan. Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh tim pengukuran yang dilakukan secara simultan sesuai dengan jangka waktu yang tersedia. Alat ukur yang akan digunakan adalah sipat datar (waterpass) untuk profil memanjang dan melintang sedang T0 digunakan untuk mengukur profil melintang trase pipa apabila keadaan medannya curam. Pengambilan titik detail untuk profil melintang setiap interval 100 m pada jalur pipa yang lurus dan 50-25 m pada trase saluran menikung (akan dikoordinasikan dilapangan), kerapatan titik maksimum 2 m. Penentuan trace jalur pipa dilakukan dengan pengukuran poligon terikat sempurna (diikat pada Poligon Utama). Batas pengukuran profil melintang adalah 25-50 m dari garis tengah trase baik jalur pipa transmisi maupun distribusi terkecuali pada kondisi lokasi yang membutuhkan cakupan yang lebih lebar. Sket dari pengukuran harus dibuat dengan rapi dan jelas untuk memudahkan penggambaran.Pengukuran Situasi Untuk Lokasi Tapak Bangunan Setiap bentuk perubahan bangunan harus diukur pada titik detail terkecil dan digambar pada skala 1: 500. Pengukuran situasi ini dilakukan pada bangunan bangunan yang dianggap penting karena hal tersebut diperlukan untuk dihitung volumenya yang nantinya dipergunakan sebagai back-up data pada pekerjaan usulan nantinya. Batasan pengukuran situasi ditentukan 100 x 100 m untuk bangunan besar dan 50x50 untuk bangunan pelengkap yang diukur dari as bangunan/saluran.Pengukuran dan Pengamatan Azimut MatahariSebagai kontrol hitungan akan dilakukan pengamatan matahari dengan jarak setiap 5 km atau 25 kali pemindahan alat, atau pada titik tertentu yang dianggap perlu. Pengamatan akan menggunakan alat Theodolite T2 dilengkapi dengan prisma dimana untuk perhitungan dipakai tabel deklinasi matahari untuk tahun yang bersangkutan, untuk menggelimir kesalahan akibat kekasaran dalam penentuan lintang tempat, maka pengukuran pengamatan matahari dilakukan pada pagi dan sore hari.Pemasangan Bench Mark (BM)Secara umum kegiatan ini meliputi pekerjaan : Pemasangan patok BM (Bench Mark) yang ada pada setiap rencana bangunan (setiap bangunan utama yang direncanakan akan mempunyai BM). Mengukur semua ketinggian patok BM yang dibuat (x,y,z) dan mengukur kembali BM eksisting. Membuat daftar (register) BM lama dan baru serta membuat peta lokasi posisi ketinggiannya (x,y,z) serta sket peta lokasinya. Lokasi dan elevasi BM sebagai titik referensi, harus dicantumkan dalam daftar BM. Setiap perbedaan dalam elevasi dan koordinat BM lama dan baru harus dijelaskan dalam Bab laporan mengenai survei dalam laporan akhir.Pemasangan Bench Mark (BM) besar/kecil dan patok kayu, mengikuti ketetapan sebagai berikut : Ukuran BM besar adalah 20 x 20 x 100 cm dan ditimbun tanah, dengan tinggi patok yang muncul di atas permukaan adalah 20 cm. Ukuran BM kecil tanda azimuth, adalah 10 x 10 x 100 cm. BM besar dipasang pada setiap titik simpul utama pada jalur poligon utama dan cabang, atau setiap luas areal 500 ha. BM dipasang sebelum pelaksanaan pengukuran detail, dan ditempatkan pada lokasi yang aman, tanah dasar yang kokoh dan stabil, serta mudah dicari. Setiap Bench Mark (BM) dan patok diberi nomor yang teratur, dibuat deskripsinya, yang dilengkapi dengan foto berwarna serta sketsa lokasi. Patok CP dibuat dari kayu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm, dan ditanam 30 cm kedalam tanah.Pemberian tanda pengenal pada BM ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mendapat persetujuan. Konsultan harus bertanggung jawab terhadap pemasangan BM baru.

Gambar 5.2 Konstruksi BM dan CP.

Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di LapanganKeseluruhan pelaksanaan tatacara pengukuran mengacu pada standar penguuran yang umum dilakukan. Pencatatan, reduksi dan proses hasil (Gambar) harus memperhatikan berbagai hal sebagai berikut : Perhitungan harus disertai sketsa arah pengukuran agar memudahkan pemeriksaan. Station pengamat matahari harus tercantum pada sketsa. Hitungan poligon dan waterpass kerangka utama harus dilakukan dengan perataan Bowditch, Metode Dell atau perataan kwadrat kecil. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan. Salah penutup sudut poligon. Salah linier poligon beserta harga toleransinya. Salah penutup waterpass beserta harga toleransinya. Perhitungan dilakukan dalam sistem proyeksi yang sudah ada sesuai dengan data referensi / awal pengukuran. Perhitungan dilakukan dengan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) atau sistem proyeksi yang sudah ada, sesuai dengan data referensi/awal pengukuran. Ketelitian peta / gambar. Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm diukur dari titik kontrol horizontal terdekat. Titik kontrol vertikal, posisi horizontalnya tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis atau titik kontrol horizontal terdekat. 90 % (sembilan puluh persen) dari bangunan penting seperti bendung, dam, jembatan, saluran, dan sungai tidak mempunyai kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis grid atau titik kontrol horizontal terdekat. Sisanya 5 % tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 1,2 mm. Pada sambungan lebar peta satu dengan yang lain, garis kontur, bangunan, saluran sungai harus tepat tersambung.Penggambaran Pengambaran diatas kertas kalkir ukuran A-1 (594 x 841 mm) Pengambaran penampang memanjang dan situasi trace saluran digambar dalam satu lembar kalkir dengan ketentuan:a. Situasi trace saluran skala 1: 2.000.b. Potongan memanjang: Horisontal: Skala 1 : 2.000 Vertikal: Skala 1: 100 (untuk daerah datar) Skala 1: 200 (untuk daerah curam atau bervariasi) Draft pengambaran harus dilakukan diatas kertas milimeter yang diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dinyatakan secara tertulis. Semua penggambaran harus mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi KP-07.Bentuk Hasil Penggambarana) Gambar draft dilakukan di atas kertas milimeter yang telah disetujui oleh pihak Direksi, dengan garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm.b) Semua Bench Mark (BM) dan titik referensi harus digambar pada peta, dan dilengkapi dengan data elevasi dan koordinat.c) Pemberian angka kontur harus jelas terlihat, dengan interval 2,5 meter digambar lebih tebal.d) Legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan, dan penarikan kontur/jalur data sadei bukit harus ada data elevasinya. Titik pengikat/referensi peta harus tercantum pada peta, dan ditulis dibawah legenda.e) Garis sambungan (overlap) pada peta sebesar 5 cm.f) Gambar peta topografi skala 1:5.000 dan 1:2000 digambar di atas kertas kalkir, dengan ukuran A1.g) Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur, serta format gambar peta harus sesuai dengan ketentuan dari Direksi Pekerjaan.h) Sehubungan dengan ketelitian peta, ditetapkan batasan sebagai berikut : Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm, diukur dari titik kontrol horisontal terdekat. Titik kontrol vertikal, posisi horisontalnya tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,60 mm, diukur dari garis atau titik kontrol horisontal terdekat. 95% dari bangunan penting, seperti bendung, dam, jembatan, saluran, dan sungai, tidak mempunyai kesalahan lebih dari 0,60 mm, diukur dari grid atau titik kontrol horisontal terdekat. Sisanya 5%, tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 1,20 mm. Pada sambungan gambar, lebar peta satu dengan yang lain, garis kontour, bangunan, saluran, dan sungai, harus tepat tersambung.

2) Survei Hidrologi dan HidrometriSurvei Hidrologi dan Hidrometri yang akan dilaksanakan meliputi:1. Pengamatan karakteristik sungai (antara lain morfologi, vegetasi, kondisi dinding dan dasar sungai).2. Pengambilan contoh air untuk dianalisa di laboratorium.3. Data luas daerah tangkapan yang tercakup dalam peta topografi dengan skala yang memadai.4. Pengumpulan data sekunder hidrologi akan dilaksanakan meliputi:a) Pengumpulan data hujan.b) Pengumpulan data klimatologi terbaru selama 5 tahun dari stasiun iklim terdekat.Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, durasi dan luas genangan) dengan cara mewawancarai warga setempat dan memperhatikan bekas-bekas tanda banjir di pohon, rumah dan sungai. Luas daerah tangkapan air hujan (catchment area) diukur dari peta topografi skala 1:50.000 atau yang lebih besar. Data curah hujan diambil dari stasiun pengukuran yang termasuk di dalam catchment area atau minimal stasiun terdekat dengan lokasi jika data yang pertama tidak tersedia.Data karakteristik aliran di lapangan dapat diketahui dengan mengadakan survei hidrometri yang mencakup pengukuran kecepatan aliran, penampang aliran, fluktuasi muka air dan penelitian laboratorium terhadap sifat-sifat kandungan fisik dan kimia. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi-potensi sumber air yang ada baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Rencana kerja yang akan dilaksanakan dalam survei hidrometri ini dibagi dalam beberapa tinjauan sesuai dengan lingkup kegiatan dan lokasi kerja:

2.1. Pengukuran debit dengan ambangKhususnya pada air permukaan, pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan bangunan atau alat ukur debit seperti ambang tajam yang berbentuk segi tiga, data yang diperoleh dari pengukuran ini adalah data tinggi air di atas alat ukur debit. Gambar melintang alat ukur ambang tajam yang digunakan dalam pengukuran debit di lapangan dapat dilihat pada berikut ini.

Gambar 5.3 ALAT UKUR DEBIT THOMPSON

bH

Pengukuran debit sesaat dengan alat ukur debit Thompson dihitung dengan menggunakan persamaan:Q = 8/15 x Cd x (2g)1/2 x Tg x H5/2 = 1.465 x H5/2

2.2. Pengukuran Kecepatan AliranPengukuran ini disebut pula cara pengukuran debit secara tidak langsung karena didasarkan pada rumus :

Q=V x A

dimana : Q=debit air (m3/det atau lt/det) V=kecepatan aliran air rata-rata (m/det) A=luas penampang basah sungai (m2)

Untuk perhitungan debit (Q) diperlukan variabel V dan A yang hanya dapat diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan.Kecepatan aliran air di sungai tidak pernah seragam karena adanya berbagai gaya yang mempengaruhinya misalnya gesekan antara air dengan dasar sungai, air dengan tebing dan antara air dengan udara atmosfir. Kecepatan aliran terbesar terdapat pada bagian permukaan di bagian tengah penampang. Sedangkan kecepatan rata-rata terdapat pada 0,6 d (kedalaman air), pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistem pelampung dan current meter (alat ukur arus).

1. Mengukur kecepatan aliran dengan pelampungCara ini sangat sederhana sehingga memberikan hasil pengukuran yang kurang teliti. Metode ini terdiri dari pencatatan waktu (t) yang diperlukan oleh pelampung untuk menempuh jarak tertentu (D), kemudian kecepatan aliran (V) dapat dihitung berdasarkan rumus :

V = D/t

Langkah-langkah kerja pengukuran (V) dengan pelampung adalah sebagai berikut : menentukan lokasi atau tempat pengukuran yang memenuhi syarat, a) aliran air yang seragam atau tempat pengukuran yang memiliki tebing dikedua sisi yang lurus sepanjang 50-100 m, minimal panjangnya 10 kali lebar rata-rata dari sungai tersebut. b) sebaiknya daerah pengukuran terlindungi dari angin. memasang tanda-tanda (benchmark) dan garis-garis batas di lokasi tempat pengukuran sebagai tanda awal dan berakhirnya waktu pengukuran pelampung.

Jika lebar sungai kecil (sempit) pengukuran kecepatan (V) cukup dilakukan satu kali, tetapi bila lebar sungai cukup besar maka pengukuran dilakukan secara bertahap yaitu dengan membagi penampang melintang atas beberapa kolom (jalur).

Gambar 5.4. SKEMA PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN PELAMPUNG

Melepaskan pelampung : ada beberapa jenis pelampung yang dapat digunakan antara lain : pelampung permukaan, pelampung di bawah permukaan (double float) dan pelampung tongkat.

Gambar 5.5. JENIS-JENIS PELAMPUNG

Pelampung dilepaskan pada FAA sehingga pada tali A-A diperoleh kecepatan aliran air yang dipakai sebagai garis penglihatan pertama. Dengan menggunakan stopwatch, waktu yang diperlukan oleh pelampung untuk menempuh jarak A-B dapat ditentukan, dan dengan demikian kecepatan rata-rata (V) dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas.Bila terdapat beberapa kolom (jalur) pengukuran, dengan cara yang sama akan diperoleh kecepatan rata aliran pada setiap kolom (misal V1, V2, V3, dan seterusnya). Jika diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi dapat menggunakan faktor reduksi 0,8-0,9.

2. Mengukur Kecepatan Aliran (V) Dengan Current MeterPengukuran (V) secara teliti dapat dilakukan dengan mempergunakan alat ukur arus (current meter). Alat ini bekerja berdasarkan prinsip hubungan linier antara perputaran baling-baling (propeller) dengan kecepatan aliran air (V) pada penumpang. Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk rumus :V = an + bdimana :V = kecepatan aliran (m/det)N = jumlah putaran dalam waktu tertentu (antara 40-70 detik)a + b = koefisien/tetapan.

Menurut bentuk baling-baling (propeller), current meter dapat dibedakan atas dua jenis yaitu tipe mangkok (price current meter) dan tipe propeller (propeller current meter) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.6. PRICE CURRENT METER

Gambar 5.7. PROPELLER CURRENT METER

Metode pengukuran kecepatan (v) dengan current meter secara umum dapat dilakukan pada satu titik atau pada 0.60 D yang merupakan titik kecepatan rata-rata aliran air pada penampang. Tetapi untuk memperoleh kecepatan rata-rata aliran pada setiap kedalaman dari penampang, pengukuran (V) dapat dilakukan pada titik 0.20 D dan 0.80 D. Rata-rata dari hasil kedua pengukuran ini memberikan angka kecepatan rata-rata aliran pada penampang. Pada bagian yang dangkal (pinggir sungai), kecepatan rata-rata diperoleh pada 0.60 d.

Gambar 5.8. PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN CURRENT METER

2.3. Pengukuran Luas Penampang Basah (A)Bentuk penampang sungai dapat berbentuk persegi panjang dan segitiga. Tergantung pada kondisi tanah di daerah sumber dan daerah aliran sungai (DAS) terdapat beberapa bentuk penampang, yaitu : berbentuk V; umumnya terdapat pada bagian hulu sungai atau di daerah sumber/pegunungan. berbentuk U atau parabol; umumnya terdapat pada DAS. berbentuk trapesium sama kaki; umumnya terdapat pada sungai di daerah dataran.

Metode pengukuran adalah sebagai berikut; Pengukuran didasarkan pada rumus :A = c x B x h maxdimana :A =Luas penampang basah (m2)B=Lebar sungai (m)H=Dalamnya sungai (m)c=Angka koefisien penampang yang harganya tergantung pada bentuk penampang, dalam praktek biasanya dipergunakan harga c = 0.60. Pengukuran dilakukan terhadap lebar sungai (b) dan terhadap dalam sungai (h). Pengukuran lebar (b) dapat dipergunakan alat pengukur jarak biasa, tetapi bila penampang sungai cukup lebar, pengukuran dapat menggunakan teodholit, dan lain sebagainya. Pengukuran dalamnya sungai (h); untuk maksud tersebut dapat dipergunakan berbagai tipe alat tergantung kedalaman sungai, beberapa contoh di antaranya adalah : tongkat ukur (sounding rod), tambang + pemberat (lead line), papan duga (peil schaal) dan echo sounder (menggunakan gelombang suara). Pada sungai yang penampang lebarnya, pengukuran (h) dapat dilakukan pada beberapa tempat atau pada tiap kolom (jalur) sehingga diperoleh hasil pengukuran : h1, h2, h3, ..hn seperti terlihat pada skema dibawah ini. Dengan menggunakan rumus diatas, luas penampang pada masing-masing kolom (jalur) dapat dihitung, yakni sebagai berikut :A1 = d1 x h1A2 = d2 x h2An = dn x hn

Gambar 5.9. PENGUKURAN LUAS PENAMPANG BASAH

Dengan pengukuran-pengukuran terdapat kecepatan aliran (V) dan luas penampang basah (A) maka debit sungai dapat dihitung berdasarkan rumus (7) diatas, yaitu :

q1 = V1 x A1, q2 = V2 x A2, dan qn = Vn x Anatau q = V1A1 + V2A2 + V3A3 +.+ VnAn = VnAn

Cara-cara pengukuran debit seperti diuraikan di atas dapat pula dipergunakan untuk mengukur debit di saluran irigasi.

Adapun Metoda Penyedikan Debit sungai yang digunakan dalam survei ini adalah menggunakan propeller current meter. Dengan prosedur pengukuran sebagai berikut:

a. Pilih penggalan sungai yang alirannya laminerb. Ukur bentang sungai sebagai lebar penampang basah sungaic. Tentukan jumlah segmen (d) yang harus diukur kecepatan alirannya d. Tentukan kedalaman aliran (h)e. Gunakan current meter dengan letak baling-baling sesuai dengan masing-masing kedalaman segmen penampang basahf. Tentukan waktu pengukuran apakah 10, 50, atau 100 detikg. Baca kecepatan baling-baling yang terukur pada counter dalam satuan rotasi per menit (rpm)h. Konversikan kecepatan putar baling-baling ke kecepatan aliran dengan berdasar pada type baling-baling yang digunakan sehingga diperoleh satuan kecepatan aliran dalam m/detiki. Hitung luas penampang masing masing segmen dalam satuan m2j. Hitung debit masing-masing segmen dengan mengalikan (h)x(i) dalam satuan m3/detk. Jumlahkan debit masing-masing segmen, sehingga diperoleh debit aliran total di sungai tersebut dalam satuan m3/det

2.4. Pemeriksaan Kualitas AirPemeriksaan kualitas air merupakan bagian yang terpenting dalam merencanakan pembangunan prasarana dan sarana air, baik untuk digunakan mensuplai areal persawahan sebagai air irigasi maupun untuk mensuplai daerah pelayanan (Demand Cluster) sebagai kebutuhan air bersih atau air minum.

Dengan mengetahui kualitas air baku yang ada pada sumber air yang akan digunakan, maka dapat dilakukan cara-cara pengolahan guna memenuhi kebutuhan air sebagaimana dijelaskan di atas.

Didalam melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana sumber air dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas sesuai peruntukannya, yaitu sebagai berikut :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu yang sama dengan kegunaan tersebut.

Untuk menghindari efek sampingan atau pengaruh buruk air baku terhadap konsumen sebagai pengguna maupun tanaman dan tanah yang mendapat pengairan, maka perlu dilakukan penyelidikan kualitas terhadap sumber air. Penyelidikan biasanya bersifat analisa terhadap sample (contoh air) yang diambil di lapangan, dan dilakukan pada Laboratorium. Sedangkan penyelidikan kualitas air di lapangan yang meliputi Derajat Keasaman (pH), Suhu Air, Kekeruhan, Oksigen Terlarut dan Konduktivitas.Kriteria penilaian kualitas air termasuk zat-zat yang membahayakan terhadap masyarakat sebagai konsumen, tanaman dan tanah sesuai dengan PP 82/2001.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001Tanggal 14 Desember 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran AirKriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas :PARAMETERSATUANKELASKETERANGAN

IIIIIIIV

FISIKA

TemperaturoCDeviasi 3Deviasi 3Deviasi 3Deviasi 3Deviasi tempertur dari keadaan alamiah

Residu Terlarutmg/l1000100010001000

Residu Tersuspensimg/l5050400400Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu tersuspensi 5000 mg/l

KIMIA ORGANIK

pH6-96-96-95-9Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentu-kan berdasarkan kondisi alamiah

BODmg/l23612

CODmg/l102550100

DOmg/l6430Angka batas minimum

Total fosfat sbg Pmg/l0,20,215

NO3 sebagai Nmg/l10102020

NH3-Nmg/l0,5(-)(-)(-)Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka 0,02 mg/l sebagai NH3

Arsenmg/l0,05111

Kobaltmg/l0,20,20,20,2

Bariummg/l1(-)(-)(-)

Boronmg/l1111

Seleniummg/l0,010,050,050,05

Kadmiummg/l0,010,010,010,01

Khrom (VI)mg/l0,050,050,051

Tembagamg/l0,020,020,020,02Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu 1 mg/L

Besimg/lBagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe 5 mg/L

Timbalmg/lBagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb 0,1 mg/L

PARAMETERSATUANKELASKETERANGAN

IIIIIIIV

Manganmg/l0,1(-)(-)(-)

Air Raksamg/l0,0010,0020,0020,005

Sengmg/l0,050,050,052Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn 5 mg/L

Khloridamg/l600(-)(-)(-)

Sianidamg/l0,020,020,02(-)

Fluoridamg/l0,51,51,5(-)

Nitrit sebagai Nmg/l0,060,060,06(-)Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2,N 1 mg/L

Sulfatmg/l400(-)(-)(-)

Khlorin bebasmg/l0,030,030,03(-)Bagi ABAM tidak dipersyaratkan

Belerang sebagai H2Smg/l0,0020,0020,002(-)Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S 0,1 mg/L

MIKROBIOLOGI

- Fecal coliformJml/100 ml100100020002000Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform 2000 jml/100 ml dan total coliform 10000 jml /100 ml

- Total coliformJml/100 ml100050001000010000

RADIOAKTIVAS

- Gross ABg/L0,10,10,10,1

- Gross BBg/L1111

KIMIA ORGANIK

Minya dan lemakUg/L100010001000(-)

Detergen sebagai MBASUg/L200200200(-)

Senyawa fenol sebagai fenolUg/L111(-)

BHCUg/L210210210(-)

Aldrin/DieldrinUg/L17(-)(-)(-)

ChlordaneUg/L3(-)(-)(-)

DDTUg/L2222

Heptachlor dan heptachlor epoxideUg/L18(-)(-)(-)

LindaneUg/L56(-)(-)(-)

MethoxychlorUg/L35(-)(-)(-)

EndinUg/L144(-)

ToxaphanUg/L5(-)(-)(-)

Keterangan:mg=miligramUg= mikrogramml= mililiterL= literBq= BequerelMBAS= Methylene Blue Active SubtanceABAM= Air Baku Untuk MinumLogam berat merupakan logam terlarutNilai diatas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DOBagi pH merupakan nila rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantumNilai DO merupakan batas minimumArti (-) dinyatakan untuk kelas termaksud. Parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda adalah lebih kurang atau sama denganTanda < adalah kecil

2.4.1 Pengambilan Contoh AirUntuk keperluan analisa di laboratorium diperlukan sample (contoh air) yang berasal dari daerah sumber. Teknik pengambilannya adalah sebagai berikut :1. Contoh air dapat diambil dari sungai, saluran irigasi, sumur penduduk, sumur ladang, mata air, sumur artesis dan sebagainya. Dalam pengambilan sampel/contoh air diharapkan dapat mewakili keseluruhan air yang ada di lokasi tersebut. 2. Untuk analisa lengkap cukup diperlukan 1 liter contoh air, tetapi biasanya diambil 2 liter dari satu tempat, hal ini diperlukan untuk cadangan bila terjadi kegagalan analisa dan lain sebagainya.3. Contoh air hendaknya dapat mewakili sumber air yang sedang diselidiki, untuk maksud tersebut diperlukan ketelitian yang seksama, yakni sebagai berikut: Contoh air dari suatu tempat diperoleh dari campuran beberapa contoh yang dikumpulkan dalam waktu berbeda-beda, pencampuran dan detail-detail pengambilannya disesuaikan dengan keadaan setempat dan musim. Contoh air dari sungai sebaiknya diambil dari tempat yang airnya mengalir. Bila contoh air dari sumur pompa, diusahakan setelah pompa berjalan untuk beberapa waktu, jangka waktu pengambilan dan analisa diusahakan setelah pompa berjalan untuk beberapa waktu. Jangka waktu pengambilan dan analisa diusahakan sesingkat mungkin, untuk mencegah aktivitas kimia dan biologi pada sample tersebut.4. Tiap contoh air dimasukkan ke dalam botol plastik isi 2 liter dan diberi label yang berisikan keterangan : lokasi, waktu, dan tanggal pengambilan.

2.5. Analisis Hidrologi / HidrometriPerkiraan kuantitatif dari suatu sumber air baku didasarkan pada data hidrologi dan meteorologi yang merupakan inti dari nilai semua studi, rancang bangun dan konstruksi dari pengembangan suatu satuan wilayah sungai. Oleh karena itu kecukupan dan kehandalan data tersebut sangat penting. Data iklim yang dikumpulkan meliputi data hujan dan klimatologi. Mengingat lokasi usulan yang relatif cukup dekat dipandang dari kriteria areal yang dianggap memiliki karakteristik hujan yang sama dengan yang tercatat pada suatu stasiun hujan tertentu, maka setelah menghitung jarak dari tiap-tiap lokasi terhadap stasiun hujan yang ada dengan memakai Metode Thiesen. Data Hujan : Data curah hujan yang dikumpulkan adalah curah hujan bulanan, curah hujan tersebar dalam 1 (satu) hari tiap tahun dan lamanya (jam) hujan. Data curah hujan bulanan digunakan untuk memperkirakan debit rataan bulanan, sedangkan curah hujan tersebar dalam 1 (satu) hari tiap tahun digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya banjir. Data curah hujan bulanan dikumpulkan dari buku data yang disebut "Pemeriksaan Hujan" yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan dari berbagai laporan. Mengingat sering terdapatnya data-data yang hilang, perlu dilakukan pengisian data hujan dari pos hujan disekitarnya dengan memakai metode rasional. Setelah dilakukan pengisian data hujan yang hilang. Data Klimatologi : Data iklim dari kajian meteorologi dikumpulkan juga, disamping data curah hujan dari publikasi meteorologi yaitu "Data Klimatologi" di Indonesia. Data iklim ini selanjutnya akan digunakan untuk menghitung Evaporasi Potensial yang diperlukan dalam simulasi hujan limpasan. Stasiun iklim yang berada di daerah studi dikumpulkan dari data yang dipublikasi oleh BMKG.

2.5.1Analisa Curah Hujan RencanaBerdasarkan data hidrologi yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisis data hujan untuk mendapatkan data curah hujan rencana. Data hujan yang berhasil dikumpulkan adalah data hujan harian maksimum pada stasiun wilayah DPS yang distudi. Jika di DPS tersebut terdapat lebih dari satu stasiun hujan (minimal tiga stasiun), maka kemudian hasil yang didapat dari metode tersebut digunakan Metode Thiesen.Cara perhitungan adalah sebagai berikut : dimana :RDPS:curah hujan daerah pengaliran sungaiAn:Luas daerah pengaruh stasiun iRn:Curah hujan maksimum stasiun iPerhitungan curah hujan maksimum dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbell, Metoda Log Pearson III dan Metoda Log Normal 2 Parameter. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut : Metode GumbellPersamaan yang digunakan adalah : Sx adalah deviasi : , sedangkanKTr adalah faktor frekuensi : dimana:= curah hujan maksimum dalam periode ulang T tahun,= curah hujan rata-rata,= faktor frekuensi,= standar deviasi,T= periode ulang, Ri= curah hujan tahun ke-i,n= jumlah data,Yn= reduced mean,Sn= reduced standard deviation, danYTr= reduced variatedDengan memasukkan data curah hujan yang ada ke dalam persamaan tersebut di atas, maka akan diperoleh data curah hujan maksimum untuk periode ulang yang dicari.Besarnya nilai Yn dan Sn tergantung pada jumlah tahun dari data yang digunakan dan secara tabelaris disajikan pada Tabel 5.1 dan 5.2 berikut ini.

Tabel 5.1 Reduced mean (Yn)

Tabel 5.2 Reduced standard deviation (Sn)

Metoda HasperPerhitungan dengan metode Hasper juga didasarkan pada data curah hujan harian maksimum. Persamaan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

dimana:= curah hujan maksimum dalam periode ulang T tahun, = curah hujan rata-rata,= faktor frekuensi,Tr= koefisien hasper,u= standar variabel,T= periode ulang, Ri= curah hujan tahun ke-i,n= jumlah data, danm= jumlah data maksimum.

Besarnya koefisien hasper dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3 Koefisien Hasper ()Periode Ulang (T)Koefisien Hasper ()

1-1.15

2-0.28

50.64

101.26

151.63

252.10

502.75

1003.43

2.5.2Perhitungan dan Analisis Debit Banjir Untuk merencanakan suatu bangunan air seperti bendung atau bendungan sangat diperlukan data hidrologi sebagai data dasar. Setelah data dasar yang tersedia diolah ataupun dianalisa, masih diperlukan suatu faktor keamanan yang mengarah pada suatu perencanaan yang lebih sempurna, khususnya pada penggunaan data hidrologi tadi. Faktor keamanan tersebut dikenal dengan istilah statistik yaitu kemungkinan kejadian tahun berulang. Dari data dasar yang diperoleh dapat terlibat satu seri kejadian ekstrim yang melalui proses statistik didapat batasan-batasan sesuai dengan tahun berulangnya, yang selanjutnya diambil sebagai pegangan dalam perencanaan bangunan tersebut.

Perioda ulang dari banjir yang akan dihitung adalah banjir dengan perioda ulang 10, 25, 100 tahun sampai Kemungkinan Banjir Terbesar (PMF). Dimensi dari bangunan pelimpah akan didesain agar dapat melewatkan banjir rencana tersebut. Dari hasil yang didapat dari analisis curah hujan, kemudian dihitung debit banjirnya dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik. Ada dua andaian pokok teori hidrograf satuan yaitu: Hujan terjadi merata di seluruh DPS Hujan merata dalam unit waktu yang ditinjau

Konsep dasar pada hidrograf satuan adalah bahwa hujan satuan yang berbeda-beda besarnya akan menghasilkan grafik distribusi yang hampir sama. Untuk penerapan metoda hidrograf satuan ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan: Umumnya luas DPS lebih besar dari 200 ha dan kuran dari 5000 km2. Presipitasi hanya berasal dari air hujan, bukan dari melelehnya salju. Pada DPS tidak terdapat tampungan-tampungan besar yang dapat berakibat mengganggu hubungan linier antara tampungan dengan debit. Bila curah hujannya tidak seragam (non uniform), hidrograf satuan tidak akan memberikan hasil yang baik.

Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit sekali dilakukan observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dulu, misalnya waktu untuk mencapai puncak hidrograf (time to peak magnitude), lebar dasar, luas kemiringan, panjang alur terpanjang (length of the longest channel), koefisien limpasan (runoff coefficient) dan sebagainya. Dalam hal ini dapat digunakan hidrograf-hidrograf sintentik dimana parameter-parameternya harus disesuaikan terlebih dahulu dengan karakteristik daerah pengaliran yang ditinjau.Dalam perhitungan debit banjir dengan Metode Hidrograf tersebut digunakan program SMADA (Wanielista, 1997). Analisis yang digunakan dalam metode hidrograf ini adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc)Dalam perhitungan waktu konsentrasi (tc) overland digunakan tiga buah metode yaitu Metode FAA (Federal Aviation Agency, 1970), Metode SCS (Soil Conservation Service, 1975), dan Metode Bransby Williams (1922). Rumus yang digunakan untuk ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut:Federal Aviation Agency Equation:

dimana:C= koefisien rasionalL= panjang maksimum aliran overland (dalam feet)S= kemiringan aliran overland (dalam %)

Soil Conservation Service Equation:

dimana:L= panjang watershed hydraulic (dalam feet)S= potensi watershed storage (dalam inch)ws= kemiringan watershed rata-rata (dalam %)

Bransby Williams Equation:

dimana:L= panjang saluran (dalam miles)A= luas watershed (dalam miles2)S= kemiringan watershed rata-rata (dalam ft/ft)

2. Analisis Debit Banjir dengan Metode Hidrograf Dalam perhitungan debit banjir dengan metode hidrograf digunakan SCS Hydrograph. Debit puncak Qp diramalkan dengan mengikuti formula empirik:

dimana:Qp= debit puncak,K= faktor penurunan puncak = 484 (untuk type SCS),A= luas drainase basin (mil2)R= hujan efektif (in.)D= durasi hujan efektif (jam)tc= waktu konsentrasi pada DPS (jam)Curve Number (CN) yang digunakan untuk perhitungan debit banjir adalah 92.

Untuk merencanakan suatu bangunan air seperti bendung atau bendungan sangat diperlukan data hidrologi sebagai data dasar. Setelah data dasar yang tersedia diolah ataupun dianalisa, masih diperlukan suatu faktor keamanan yang mengarah pada suatu perencanaan yang lebih sempurna, khususnya pada penggunaan data hidrologi tadi. Faktor keamanan tersebut dikenal dengan istilah statistik yaitu kemungkinan kejadian tahun berulang. Dari data dasar yang diperoleh dapat terlibat satu seri kejadian ekstrim yang melalui proses statistik didapat batasan-batasan sesuai dengan tahun berulangnya, yang selanjutnya diambil sebagai pegangan dalam perencanaan bangunan tersebut.

2.5.3Analisa Debit Aliran Rendah ( Low Flow Analisys)Estimasi tentang besarnya ketersediaan air atau debit aliran sungai yang bisa diandalkan adalah sangat penting di dalam perencanaan sumber daya air. Data debit tersebut seringkali tidak tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga digunakan model hidrologi yang dapat memperkirakan besarnya run off berdasarkan data hujan. Berapa banyak air yang tersedia sebagai air masuk kegenangan (inflow) harus dinyatakan dalam peta debit runtut waktu (time-series) untuk periode waktu yang cukup panjang. Dengan melakukan analisis ketersediaan/debit andalan berdasarkan data yang ada dengan menggunakan metode Mock yang secara lengkap hasil analisis perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran Hidrologi dan Hidrometri.

3) Survei Sosial dan Ekonomi 3.1. Penetapan Wilayah SurveiDari hasil analisis wilayah, dilakukan penetapan wilayah survei sosial ekonomi (sosek) berdasarkan tingkat keperluan dan keterpengaruhan. Kondisi-kondisi dalam penentuan wilayah survei, yaitu sebagai berikut:

Daerah yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, baik karena tingkat kesejahteraan; penghuninya atau intensitas aktivitas yang dilakukan. Daerah dengan tingkat kesejahteraan yang buruk. Daerah yang rawan air minum. Daerah yang memiliki tingkat huni yang tinggi.

Wilayah survei sendiri tidak terkait dengan batas-batas administratif, melainkan ditujukan untuk memenuhi seberapa aktifitas manusia.

3.2. Penetapan Klasifikasi Wilayah Kategori suatu wilayah dalam hal ini ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk, seperti tercantum sebagai berikut :

Tabel 5.4. Penetapan Klasifikasi WilayahNo.Kategori WilayahJumlah Populasi (jiwa)Jumlah Rumah (unit)

1.Kota Metro> 1.000.000> 200.000

2.Kota Besar500.000 - 1.000.000100.000 - 200.000

3.Kota Sedang100.000 - 500.00020.000 - 100.000

4.Kota Kecil10.000 - 100.0002.000 - 20.000

5.IKK3.000 - 10.000600 - 2.000

3.3 Penetapan Jumlah Sampel Berdasarkan kategori wilayah, maka selanjutnya dapat ditentukan jumlah sampel yang akan diambil berikut tingkat kepercayaan yang dimiliki :

Tabel 5.5. Penetapan Jumlah SampelNo.Kategori WilayahJumlah SampelTingkat KepercayaanTingkat Kesalahan% Sampel vs populasi

1.Kota Metro2.00095 %2 %1

2.Kota Besar1.00095 %3 %1

3.Kota Sedang40095 %5 %2

4.Kota Kecil20095 %6 %5 - 10

5.IKK10095 %9 %5 20

3.1. Kriteria Penentuan Jumlah Sampel :Kriteria Dasar : Data yang diperlukan : Jumlah seluruh populasi ( N ) Kriteria penelitian : Tingkat kepercayaan (level of confidence) Tingkat ketelitian setiap sampel (bound of error) Rasio dari unsur dalam sampel yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan (p)

Rumus yang digunakan :

Np ( 1 p )n = -----------------------------( N 1 ) D + p ( 1 p )

dimana :n =Jumlah Sampel N = Jumlah Populasip =Rasio dari unsur dalam sampel memiliki sifat yang diinginkan

B2D = -------t2

dimana :B =Bound of error (Tingkat ketelitian tiap sampel) t = Tingkat kepercayaan yang dikorelasikan dengan derajat kebebasan Contoh kasus :Kota A dengan jumlah populasi = 2500 rumah ( N )Kriteria penelitian : Tingkat kepercayaan = 95 %, dari tabel t = 1.96 2-Tingkat ketelitian setiap sampel : 0.06 (6 % ) B = 0.06- Rasio dari unsur sampel memiliki sifat-sifat yang diinginkan p = 0.5 (probabilitas mata uang logam)- Pemakaian rumus :

B2 ( 0.06 )2 D = ------ = ------------ = 0.0009 t2 22

2.500 x 0.5 x (1 - 0.5)N = ------------------------------------------------ (2.500-1) x 0.000625 + 0.5 x (1 - 0.5) 625 = --------- = 250.09 250 2.4991

Jumlah sampel yang diambil 200 buah dengan tingkat kepercayaan 95%.200(prosentase terhadap jumlah populasi : --------- x 100 % = 8 % )2.500

4) Survei Mekanika TanahSurvei ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah yang akan dipakai pada rencana tanggul saluran, bangunan-bangunan air, pondasi jembatan, serta bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan.Dari hasil survei ini diharapkan akan didapat parameter-parameter: Daya dukung tanah, yang diperlukan dalam disain pondasi dan tanggul saluran. Kestabilan lereng, diperlukan dalam perhitungan tanggul saluran. Penurunan tanah (settlement), dalam perhitungan tanggul dan bangunan. Permeabilitas tanah dalam perhitungan bangunan, rembesan, dan sebagainya.Selain yang tersebut di atas, setelah dianalisa di laboratorium hasil survei dapat memberikan saran atau usulan terhadap metode yang digunakan dalam disain rencana. Kegiatan survei mekanika tanah diuraikan sebagai berikut: Pemboran (Soil Boring)Pemboran dilaksanakan dengan menggunakan adalah mata bor iwan biasa (Iwan Auger) berdiameter 10 cm, di lokasi yang ditunjuk oleh Direksi. Alat yang bor diputar sampai kedalaman 8 m atau sampai pada lapisan keras yang tidak dapat ditembus. Hasilnya adalah sampel tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Setiap 2.5 m kemajuan pemboran tanah diambil satu sampel. Tes Sondir (Penetration Test)Lokasi tes ditentukan bersama-sama dengan Direksi pekerjaan pada saat survei dilaksanakan. Alat yang digunakan adalah penetrometer tipe sedang (hand penetrometer) yang berkapasitas tekanan ujung 100 kg/cm2 atau dapat menembus sampai kedalaman 8-10 m. Pembacaan tekanan dilakukan setiap kedalaman 20cm. Test PitTujuan pegujian ini adalah untuk mengetahui karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai timbunan. Lokasi titik pengamatan ditentukan atas persetujuan Direksi pekerjaan. Ukuran lubang uji (Test Pit) adalah (1.25 x 1.25) m2 pada kedalaman maksimum 5 m. Pada keadaan muka air tanah dangkal, Test Pit dilakukan dengan pemboran sampai kedalaman 5 m. Pada setiap lubang uji diambil contoh tanah terganggu (disturbed soil sample) di setiap perubahan lapisan seberat 20 kg untuk diuji sifat-sifat pemadatannya (compaction test) di Laboratorium.

Survei mekanika tanah dilakukan untuk memperoleh karakteristik tanah dasar yang akan digunakan sebagai pondasi bangunan prasarana air baku yang direncanakan. Dan bertujuan juga untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah yang akan dipakai pada rencana tanggul saluran, bangunan-bangunan air, pondasi jembatan, serta bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan.Pada pekerjaan penyelidikan tanah ini, lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan terdiri dari: Penyelidikan tanah di lapangan yang meliputi pekerjaan sondir dan boring. Pekerjaan test laboratorium dari contoh tanah yang diambil.

Pekerjaan SondirPekerjaan sondir dilaksanakan untuk mengetahui besarnya penetrasi perlawanan tanah terhadap penetrasi konus dan hambatan lekat tanah. Perlawanan penetrasi konus (CR) adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat sondir berkapasitas 2,5 ton dengan kedalaman penyondiran maksimum 30 m dari permukaan tanah atau telah mencapai lapisan tanah dengan tahanan konus sebesar 200 kg/cm2. Prosedur pelaksanaan pekerjaan sondir akan mengikuti standar ASTM D3441-86; Method for Deep, Quasi-Static Cone and Friction Cone Penetration Test of Soil.

Gambar 5.11. Peralatan sondir : Deutch Penetration Test.

Hasil dari pekerjaan sondir berupa grafik sondir yang menyajikan besarnya tekanan konus qc dan jumlah hambatan pelekat (JHP), versus kedalaman. Pembacaan sondir dilakukan selang interval 20 cm, dengan titik elevasi 0 (nol) berada di permukaan tanah setempat pada saat penyelidikan.

Pekerjaan BoringPekerjaan boring dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran tentang lapisan tanah, berdasarkan jenis dan warna tanah, melalui pengamatan visual terhadap contoh tanah hasil pemboran. Dari hasil boring ini juga dapat diperkirakan profil tanah di lokasi pekerjaan. Pada kegiatan ini secara simultan akan dilakukan pengambilan contoh tanah atau sample yang akan diuji lebih lanjut di laboratorium. Dari hasil uji di laboratorium ini akan diperoleh parameter-parameter tanah yang merupakan salah satu parameter desain struktur. Uji di laboratorium tanah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Uji sifat fisik tanah (Index Properties), dari uji ini diperoleh besarnya spesific gravity (GS), berat jenis tanah (), dan kadar air (w). Parameter-parameter ini digunakan dalam analisis daya dukung tanah. Uji Atterberg, dari uji ini diperoleh batas plastis dari sampel tanah. Uji triaksial, dari uji ini diperoleh parameter kuat geser tanah berupa sudut geser () dan kohesi (c) tanah.

Gambar 5.12 dan 5.13 menyajikan contoh peralatan yang digunakan untuk kegiatan boring dangkal.Standar yang digunakan dalam prosedur pengerjaan boring beserta peralatannya meliputi: ASTM D-420-87 Standard Guide for Investigating: Sampling Soil and Rock. ASTM D-1452-80 Standard Practice for Soil Investigation: Sampling by Auger Borings. ASTM D-2488-84 Standard Practice for Description and Identification of Soil. ASTM D-1586-84 Standard Method for Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soil. ASTM D-1587-83 Standard Practice for Thin Walled Tube Sampling of Soil.

Gambar 5.12 Peralatan hand boring : Auger Boring.

Gambar 5.13 Peralatan pengambilan sampel: Thin Wall Tube Sampler.

Pekerjaan LaboratoriumContoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk diuji guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan mekanika tanah. Pengujian Contoh Tanah Tidak Terganggu Penyelidikan sifat fisik tanah Berat jenis (ASTM D.3456) Berat volume (ASTM D. 854) Ruang pori total (ASTM D2216) Atterberg limit (ASTM D 4318) Gradasi butiran (ASTM D.42) Permeabilitas (Constant head test/Falling head test) Penyelidikan Sifat Mekanika Tanah Konsolidasi (ASTM D. 2435) Triaxial Test ( ASTM D.565) Pengujian Contoh Tanah Terganggu Penyelidikan Sifat Fisik Tanah Berat jenis Atterberg limits Gradasi butiran Penyelidikan Sifat Mekanis Percobaan pemadatan (Compaction test Modified ASSHO)

5)Analisa Kebutuhan Air5.1. Standar Pemakaian Air MinumKebutuhan besarnya air baku sangat dipengaruhi oleh besarnya kebutuhan akan air minum (water demand). Sedangkan kebutuhan air minum tergantung dengan karakteristik suatu wilayah, yang menyangkut kondisi permukiman, perumahan, mata pencaharian masyarakat yang ada, pemakaian air sehari-hari, iklim dan juga sistem penyediaan air minum yang sudah ada. Sedangkan standar pemakaian air yang ditetapkan oleh Kementrian PU berdasarkan skala kota, yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.6. Standar Pemakaian Air Bersih berdasarkan Kategori WilayahNo.Kategori WilayahJumlah Populasi(jiwa)Konsumsi PemakaianAir

1.Kota Metropolitan> 1.000.000190 lt/or/hr

2.Kota Besar500.000 1.000.000170 lt/or/hr

3.Kota Sedang100.000 500.000150 lt/or/hr

4.Kota Kecil10.000 100.000130 lt/or/hr

5.Kota-Desa3.000 10.000100 lt/or/hr

Untuk sambungan tidak langsung khususnya untuk daerah-daerah padat penduduknya dan tingkat ekonomi pendapatannya rendah, maka disediakan prasarana Hidran Umum (HU) atau juga Kran Umum (KU) yang berkapasitas 3000 ltr. Standar pemakaian yang digunakan yaitu untuk 1 unit HU/KU melayani 100 orang dengan pemakaian airnya 30 lt/or/hr. Sedangkan untuk kebutuhan lainnya selain kebutuhan air bagi penduduk, juga berkaitan dengan aktifitas masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu seperti : Sosial Komersial Perkantoran Rekreasi/Pariwisata IndustriPerkiraan kebutuhan air untuk prasarana di atas disebut sebagai kebutuhan Non Domestik (diluar industri), dimana dapat dilakukan berdasarkan jumlah orang atau jumlah unit yang dikalikan dengan standar air tertentu. Secara lengkap klasifikasi pemakaian air bersih disajikan pada Tabel 6.4. di bawah ini .

5.2. Proyeksi Jumlah PendudukSedangkan kebutuhan air minum untuk masyarakat harus diperhitungkan juga untuk kebutuhan masa mendatang sesuai dengan periode perencanaan studi ini. Oleh sebab itu besaran kebutuhan ini sangat tergantung kepada proyeksi jumlah penduduk yang ada saat ini dan kecendrungan pertumbuhannya. Pertambahan jumlah penduduk rata-rata per tahunnya dihitung dengan menggunakan persamaan :

Dimana :P0=Jumlah penduduk pada awal proyeksiPn=Jumlah penduduk pada tahun ke nr=Laju pertumbuhan pendudukn=jumlah tahun proyeksi dan awal analisis

Tabel 5.7. Klasifikasi Pemakaian Air

5.3. Tingkat PelayananTingkat pelayanan ditetapkan sebagai acuan target pelayanan penyediaan air minum bagi masyarakat yang berada di perkotaan maupun perdesaan. Data yang ada mengenai tingkat pelayanan PDAM yang ada sangat diperlukan untuk menetapkan peningkatan layanan. Sedangkan dari target pemerintah untuk tahun 2015 ditargetkan untuk memenuhi air minum perkotaan sebesar 80 % dan untuk perdesaan sebesar 40 % penduduk yang terlayani. Oleh sebab itu dalam penetapan tingkat pelayanan didasarkan juga pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang ada.

5.4.Kebutuhan Hari Maksimum dan Jam PuncakKebutuhan air sedikitnya selalu bervariasi diakibatkan perubahan atas kegiatan sehari-hari yang ada di masyarakat, seperti hari-hari raya/hari besar, yang membutuhkan air yang cukup besar. Oleh sebab itu penentuan besarnya kebutuhan hari maksimum didasarkan pada pencatatan pemakaian air terdahulu, karakteristik kota dan kebiasaan hidup penduduk sehari-hari. Oleh karena itu faktor kebutuhan hari maksimum dapat ditetapkan antara 1.15 1.25 dari kebutuhan rata-rata, sedangkan kebutuhan jam puncak berkisar 1.5 2.0 dari kebutuhan rata-rata. Kebutuhan hari maksimum biasanya digunakan untuk merencanakan sistem unit produksi sedangkan kebutuhan jam puncak digunakan untuk menghitung jaringan pipa distribusi.

5.5.Kehilangan AirKehilangan air adalah selisih antara produksi air dengan air yang tercatat pada meter air sambungan rumah atau pelanggan. Komponen utama penyebab kehilangan/kebocoran air adalah : Limpahan reservoar Kebocoran pipa induk Sambungan ilegal Kerusakan atau kurang akuratnya pembacaan meter air

Besaran kehilangan air biasanya berkisar antara : Sistem baru 25 % dari kebutuhan rata-rata Sistem lama30 % - 40 % dari kebutuhan rata-rataDirencanakan sampai akhir periode perencanaan tingkat kehilangan air dapat ditekan menjadi 20 %.

5.6. Kriteria Disain PSD Air BersihPenentuan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih berdasarkan target besaran kebutuhan air bersih dari periode perencanaan. Dalam perhitungan penentuan besaran dan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih akan meliputi antara lain : perhitungan dan kriteria disain untuk perhitungan hidrolis jaringan perpipaan, bangunan pengolahan air bersih yang terdiri dari unit pengolahan koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi, bangunan reservoar serta peralatan pompa dan catu daya, yang diuraikan sebagai berikut : Unit Koagulasi :Unit ini dimaksudkan untuk pengadukan cepat agar bahan kimia Alum (Alumunium Sulfat) sebagai koagulan, yang dibubuhkan dapat tercampur merata. Sistem pengadukan cepat dilakukan secara gravitasi, dan kriteria disain yang berpengaruh adalah gradien kecepatan (G) dan waktu tinggal (td). Kriteria disain untuk unit ini adalah : (1) nilai G > 750 1/det; (2) waktu tinggal (td) berkisar 5 7 det. Unit Flokulasi :Berbeda dengan unit koagulasi, unit flokulasi adalah unit pengaduk lambat yang bertujuan untuk membentuk flok-flok dari partikel-partikel suspended. Kriteria disain yang berpengaruh adalah gradien kecepatan (G) dan waktu tinggal (td). Sistem pengadukan juga dengan cara gravitasi, dan bangunan yang digunakan biasanya dengan sistem sekat (baffle), dan helicoidal flow.

dimana = G:Gradien kecepatan (det-1)`P:Daya pengadukan (W):Viskositas (N.det/m2)V:Volume bak (m3)

dimana =:densitas air (kg/m3)g:gravitasi (m/det2)Q:Debit (m3/det)H:head loss saat pengadukan (m)

Unit Sedimentasi :Unit ini untuk mengendapkan flok-flok yang semakin membesar, dan aliran didalam unit ini harus terjadi aliran laminer agar flok-flok yang terbentuk tidak pecah lagi.

Dimana : Re: Bilangan ReynoldVs: Kecepatan pengendapan, (m/det)d: diameter partikel (m)n: kinematik viskositas (m2/det)

bila Re < 1 : aliran bersifat laminer dan Cd : drag coefisien

dimana :g:gravitasi (m/det2)rS:densitas partikel (kg/m3)rw:densitas air (kg/m3)

; dimana T = temperaturDimensi bak digunakan pers. berikut :

=

Unit Filtrasi :Unit filtrasi adalah proses pengaliran melalui media filter yang poros sementara partikel suspended solid tertahan pada permukaan media filter. Jenis penyaringan (filtrasi) yang digunakan adalah penyaringan cepat (rapid sand filtration). Hal yang mempengaruhi proses penyaringan adalah :1. Ukuran diameter butiran pasir sebagai media filter2. Kecepatan penyaringan3. Tinggi atau ketebalan media filter4. Ketinggian air di atas permukaan media filter

Rumus-rumus yang digunakan dalam mendisain unit filtrasi adalah sebagai berikut :

dimana :Ho:Head loss pada filtrasi (m)L:ketebalan media filter (m)n:kinematik viskositas (m2/det)g:gravitasi (m/det2)Po:Porositas saat awalV:kecepatan penyaringan (m/det)d :diameter media (m)

n = Q 1/12 ; penentuan jumlah bak filter yang akan digunakan.V = Q / A ; dimana A = luas permukaan bak.Untuk kecepatan penyaringan pada Rapid Sand Filter berkisar antara 1 20 m/jam.Pada saat backwash :

dimana :Hmax: Head loss maximum saat pencucian (m)P: porositas media saat awalPe: porositas media saat terekspansiLe: tebal media terekspansi (m)n: kinematik viskositas (m2/det)V: kecepatan backwash (m/det)f: berat jenis pasir (kg/m3)w: berat jenis air (kg/m3)

Sistem air bersih yang diusulkan akan direncanakan untuk memberikan pelayanan secara terus menerus (kontinue) dan memuaskan konsumen.

Kualitas air yang disuplai harus memenuhi Baku Mutu Air Minum dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kebutuhan air minum pada saat jam puncak dipenuhi melalui reservoar. Reservoar dapat didefinisikan sebagai tempat penampungan air yang akan menyimpan kelebihan air pada saat pemakaian minimum dan mensuplai kebutuhan air pada saat pemakaian jam puncak dimana kapasitas produksi adalah konstan.

ReservoarPenggunaan reservoar memberikan biaya investasi yang rendah karena disain dari fasilitas produksi lainnya dan pipa transmisi lebih kecil daripada aliran pada jam puncak. Kapasitas reservoar diperkirakan sebesar 20 % dari aliran maksimum dan sisa tekan minimum pada jaringan distribusi adalah 10 m. Sisa tekan akan memberikan tekanan positif didalam suatu sistem sehingga kontaminasi air bersih melalui infiltrasi air tanah tidak terjadi.

Jaringan PipaPerencanaan jaringan pipa transmisi sampai ke reservoar, dengan kriteria perencanaan yang dipakai dalam menghitung jaringan pipa tersebut adalah sebagai berikut : Faktor jam puncak sebesar 1.50 2.00 Koefisien Kekasaran ( C ) diambil 110 atau 130 Kecepatan aliran ( V ) diambil 1.00 1.50 m/det Jenis pipa yang digunakan adalah PVC (Poly Vinil Chloride).Didalam menentukan koefisien kekasaran tergantung kepada kondisi pipa yang dipakai, jika pipa yang digunakan dalam kondisi baik (belum digunakan) maka koefisien kekasarannya sebesar 130, sedangkan jika pipa yang ada telah berfungsi sebagaimana mestinya (telah digunakan) maka koefisien kekasarannya akan bernilai 120 atau 110. Untuk perhitungan hidrolis digunakan rumus Hazen Wiliams, yaitu sebagai berikut :

dimana :Hl:Head Loss yang terjadi pada pengaliran dalam pipa (m)C:Koefisien kekasaran Hazen WilliamsQ:Kapasitas yang dialirkan, (m3/det)D:Diameter pipa, (m)L:Panjang pipa, (m)

Setelah dimensi diperoleh dari hasil perhitungan hidrolis, maka dapat dihitung kekuatan struktur bangunan dengan menggu-nakan standar teknis dan data penyelidikan tanah yang ada. Untuk menganalisa kinerja suatu sistem distribusi air baku di dalam pipa, digunakan perangkat lunak EPANET. Program EPANET adalah sebuah program komputer yang menyajikan simulasi hidrolik dan perilaku air pada jaringan pipa. Jaringan tersebut terdiri dari pipa, node (titik sambungan pipa), pompa, valve dan tangki penampungan atau reservoir. EPANET menyajikan debit air di setiap pipa, tekanan di setiap node, tinggi air dalam tangki dan konsentrasi zat kimia yang melalui jaringan selama periode waktu simulasi.

1. Metode PerhitunganMetode yang digunakan dalam EPANET untuk menyelesaikan persamaan kontinuitas dan kehilangan tinggi tekan yang menyajikan kondisi hidrolik dalam jaringan pipa pada titik yang diberikan tiap saat adalah pendekatan hybrid node-loop. Todini dan Pilati (1987) dan kemudian Salgado (1988) menyebutnya dengan Metode Gradient. Diasumsikan jaringan pipa dengan N junction nodes dan NF node terikat (tank dan reservoir). Maka hubungan debit dan headloss dalam pipa antara node i dan j adalah sbb:

Persamaan tersebut harus memenuhi persamaan kontinuitas di seluruh node seperti pada persamaan berikut., untuk i = 1, Ndimana : H = nodal headh= headlossr = koefisien resistensiQ = debit alirann = exponen debitm = koefisien minor lossho = head pada pompa saat tertutup = kecepatan relatipr & n = koefisien lengkung pompaDi = keperluan debit pada node i.2. Rumus Kehilangan TekananKehilangan tinggi tekan akibat aliran air dalam pipa akibat gesekan dalam dinding pipa dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari tiga rumus berikut ini. Rumus Hazen-Williams

Rumus Darcy Weisbach

Rumus Chezy-Manning

dimana :C= Koefisien kekasaran Hazen-Williamse = Koefisien kekasaran Darc-Weisbachf = faktor gesekan (tergantung pada e, d dan q)n = koefisien kekasaran manningd = diameter pipaL = panjang pipaq = debit air

Minor LoseesSelain itu terjadi juga Minor losses atau kehilangan lokal yang disebabkan oleh terjadinya turbulensi pada belokan dan fitting. Minor losses dapat dihitung dengan memasukan koefisien minor loss pada pipa. Minor losses merupakan perkalian dari koefisien tersebut dengan tinggi kecepatan pada pipa.

dimanaK = koefisien minor lossv = kecepatan alirang= percepatan gravitasi

6) Analisa Kelayakan Terkait dimensi dari alternatif disain diperoleh, maka dibuat perhitungan biaya investasi berdasarkan harga satuan upah dan material, baik berdasarkan harga setempat maupun harga pasaran atau pabrikan. Selain itu juga dihitung biaya operasional dan pemeliharaan untuk masing-masing alternatif, dan selanjutnya dilakukan analisa kelayakan ekonomi dan finansial dari setiap alternatif.Sedangkan biaya proyek pembangunan sistem prasarana dan sarana air minum merupakan biaya yang diperlukan untuk seluruh pekerjaan secara keseluruhan dilaksanakan dengan sistem kontraktual, biaya proyek dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku (current price) sesuai dengan program pelaksanaan pekerjaan dan dalam mata uang rupiah (local currency). Biaya tersebut juga disebut biaya finansial (financial cost). Susunan biaya proyek terdiri dari komponen-komponen biaya sebagai berikut : Biaya dasar kontruksi. Biaya pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas dan peralatan. Biaya dasar penggantian. Biaya jasa layanan rekayasa. Biaya administrasi. Biaya tak terduga.

Kenaikan biaya yang disebabkan oleh faktor inflasi harus diperhitungkan berdasarkan jadwal penggunaaan dana sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan biaya ekonomi proyek digunakan untuk keperluan evaluasi proyek berdasarkan pada harga internasional. Yang dalam hal ini dihitung dengan penggalian faktor konversi dan biaya finansial.

Analisa kelayakan ekonomi dimaksud untuk memperbaiki pemilihan investasi. Perhitungan percobaan sebelum melaksanakan proyek untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang dapat diharapkan masing-masing alternatif tersebut. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas.

Salah satu aspek dari analisis ini adalah layak atau tidaknya pembangunan dilaksanakan menurut perhitungan ekonomis. Kelayakan ekonomi proyek dimaksudkan untuk menilai apakah suatu proyek layak terhadap investasi yang ditanam untuk konstruksi, eksploitasi dan pemeliharaan proyek.

Perhitungan dari analisis proyek adalah besarnya tambahan (manfaat) yang dihasilkan dari pelaksanaan suatu proyek. Tambahan biaya (Cost) dan manfaat (benefit) disini berbeda antara kondisi apabila proyek tersebut dilaksanakan kondisi apabila proyek tidak jadi dilaksanakan. Perbedaan kondisi inilah yang disebut kondisi tanpa proyek dengan kondisi adanya proyek . Parameter-parameter kelayakan ekonomi yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV).Net Present Value merupakan selisih antara present value dari manfaat (benefit) dan present value dari biaya (cost) secara umum persamaan umum yang digunakan untuk menghitung present value adalah

NPV=F/(1 + i)n

Dimana :NPV=Net Present ValueF=Nilai pada tahun ke-ni=Tingkat suku bunga Bila nilai NPV >0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, akan memberikan manfaat. NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan keuntungan sebesar biaya (Cost) yang dilakukan sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka proyek tidak akan memberi manfaat sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.

2. Interest Rate Of Return (IRR)Nilai IRR adalah nilai discount rate (i) sehingga NPV Proyek sama dengan Nol, IRR dapat dinyatakan dengan persamaaan.

IRR = i1 + NPV1 x (i1-i2)/NPV1-NPV2

Dimana :i1 =suku bunga pada saat NPV positifi2=suku bunga pada saat NPV negatifNPV1=NPV yang bernilai positifNPV2=NPV yang bernilai negatif

Bila nilai IRR > Social discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan bila IRR< Social discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

3. Benefit Cost Ratio (B/C) Benefit Cost Ratio, adalah perbandingan antara nilai sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari biaya. Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek dengan metode BCR ini adalah jika BCR > 1, maka proyek dikatakan layak dikerjakan dan sebaliknya jika BCR < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Untuk membantu dalam proses analisis ekonomi perlu disusun asumsi-asumsi yang berhubungan dengan kegiatan. Asumsi yang disusun dalam analisis ini adalah :1. Umur ekonomis bangunan ditetapkan selama 25 tahun2. Tingkat suku bunga yang berlaku diasumsikan sebesar 18 % setahun3. Perhitungan biaya investasi meliputi biaya Konstruksi, pajak dan sebagainya dengan perhitungan volume dan anggaran biaya konstruksi.4. Tiap-tiap kegiatan proyek tersebut diatas dilakukan secara bertahap dengan alokasi dana pembangunan mengikuti program investasi / jadwal investasi dari tahun 2005 hingga tahun 2009 seperti ditunjukan pada jadwal rencana pembangunan.5. Biaya Operasional dan Pemeliharaan diasumsikan setiap tahun meningkat sebesar 0.5 %.

A.2.3 TAHAP PELAPORANTahap ini merupakan pembuatan produk konsultan sesuai dengan tahapan pekerjaan yang dilaksanakan. Adapun jenis laporan yang dibuat dan diserahkan kepada pihak pengguna jasa adalah sesuai dengan KAK berikut juga Laporan Pendukungnya. Laporan-laporan yang harus dibuat dan diserahkan adalah sebagai berikut :

a. Laporan Pendahuluan : Laporan ini harus diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah ditetapkan SPMK yang memuat laporan pekerjaan persiapan, desk studi, mobilisasi staf/karyawan dan peralatan, program kerja, jadwal kerja personil dan peralatan, formulir-formulir yang akan dipakai dalam pekerjaan survey dan lain-lain, serta kesulitan-kesulitan dan hambatan yang dihadapi, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

b. Laporan Interim : Laporan interim yang diserahkan paling lambat 2 (dua) bulan setelah ditetapkan SPMK yang memuat laporan kemajuan pekerjaan yang merupakan back-up dari laporan pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

c. Konsep Laporan Akhir : Konsep Laporan akhir yang diserahkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkan SPK yang memuat laporan semua hasil analisa dan studi serta evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi sementara yang diusulkan, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar untuk bahan diskusi dan hasil diskusi yang diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

d. Laporan Akhir : membuat laporan hasil akhir studi sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar diserahkan pada akhir kontrak, terdiri atas : Laporan Ringkasan, Laporan Utama, Laporan Pendukung Laporan lampiran yang memuat data-data visual/foto.

e. Laporan Bulanan : yang merupakan backup dari laporan mingguan yang mana dengan memperhatikan laporan bulanan tersebut dapat diperoleh kemajuan kegiatan pekerjaan. Diserahkan tiap akhir bulan kalender sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

Laporan penunjang terdiri dari hasil masing-masing kegiatan, yang disajikan secara jelas dan terinci, sebagai berikut1) Rencana Mutu Kontrak : 10 Buku2) Laporan Pendahuluan. : 30 Buku3) Laporan Pertengahan. : 30 Buku4) Laporan Akhir. : 30 Buku5) Laporan Ringkasan : 30 Buku6) Laporan Pendukung : Laporan Pengukuran Topografi : 10 Buku Laporan Hidrologi : 10 Buku Laporan Hidrometri : 10 Buku Laporan Mekanika Tanah : 10 Buku Laporan Spesifikasi Teknik : 10 Buku Laporan Metode Pelaksanaan : 10 Buku Laporan Nota Desain : 10 Buku Laporan Rencana Anggaran Biaya : 10 Buku Laporan Manual O & P : 10 Buku7) Gambar Perencanaan/Desain Ukuran A3 : 10 Set8) Gambar Perencanaan/Desain Ukuran A1 (Kalkir) : 1 Set9) Gambar Perencanaan/Desain Ukuran A1 (Blue Print) : 9 Set10) Photo Dokumentasi : 2 Album11) External Disk : 2 Buah12) Kumpulan Notulen Rapat/Diskusi/Pembahasan : 10 Buku

B. PROGRAM KERJAProgram kerja dari kegiatan ini, dapat secara garis besar digambarkan seperti gambar di bawah ini :

Detail Desain Penyediaan Sarana/Prasarana Air Baku Desa Talang Gunung Kec. Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji

USULAN TEKNIS PT. KREASI CIPTA5-67

C. STRUKTUR ORGANISASIBentuk struktur organisasi pelaksana kegiatan Detail Desain Penyediaan Sarana/Prasarana Air Baku Desa Talang Gunung Kec. Mesuji Timur, Kab. Mesuji, sebagai berikut :

USULAN TEKNIS PT. KREASI CIPTA5-68

ketingganNo.KecamatanKetinggian Wilayah (m dpl) dan Luas (ha)Jumlah10 s/d 50>50 s/d 100>100 s/d 500>500 s/d 1000> 1000(ha)1Banjit--$ 17,255$ 6,965$ 1,200$ 25,4202Baradatu-$ 3,177$ 17,255--$ 20,4323Gunung Labuhan4Kasui-$ 800$ 22,432$ 2,800$ 800$ 26,8325Rebang Tangkas6Blambangan Umpu$ 18,353$ 50,324$ 27,608--96,2857Way Tuba8Negeri Agung9Bahuga$ 12,235$ 14,324---$ 26,55910Pakuan Ratu$ 71,373$ 37,259$ 88,002$ -$ -$ 196,63411Negara Batin12Negeri BesarTOTAL$ 101,961$ 105,884$ 172,552$ 9,765$ 2,000$ 392,162

ikkNo.KecamatanLuas% Luas thdJumlah Desa/Ibukota(ha)KabupatenKampungKecamatan1Banjit$ 33,1608.4620Pasar Banjit2Baradatu$ 15,2033.8822Tiuh Balak3Gunung Labuhan$ 11,5222.9418Gn. Labuhan4Kasui$ 15,0203.8318Jaya Tinggi5Rebang Tangkas$ 20,7185.288Gn. Sari6Blambangan Umpu$ 53,30613.5921Bl. Umpu7Way Tuba$ 20,6255.2610Way Tuba8Negeri Agung$ 56,29814.3615Negeri Agung9Bahuga$ 37,2009.4922Mesir Ilir10Pakuan Ratu$ 58,03414.8019Pakuan Ratu11Negara Batin$ 34,8408.8813Negara Batin12Negeri Besar$ 36,2379.249Negeri BesarKABUPATEN$ 392,163100.00195BL. UMPU

pamNama Cabang/UnitJumlah Pendk. (jiwa)Pendk. Terlayani (jiwa)Tingkat Pelayanan (%)Jumlah Sambungan (unit)SRHUIPSosialNiagaTotal1. Unit Blambangan Umpu44,8051,2122.71202- 0- 0- 0- 02022. Unit Kasui27,2537082.60118- 0- 0- 0- 01183. Unit Banjit37,4491,5364.10256- 0- 0- 0- 02564. Unit Baradatu33,5838102.41135- 0- 0- 0- 0135Jumlah143,0904,2662.98711- 0- 0- 0- 0711Nama Cabang/UnitTahun DibangunSumber AirKap. Produksi (lt/det)Suplai keSistem Suplai1. Unit Blambangan Umpu1990Way Umpu5.00ke Instalasi PengolahanPemompaan2. Unit Kasui1989MA. Kasui1.00ke Daerah PelayananGravitasi3. Unit Banjit1992Way Neki10.00ke Instalasi PengolahanPemompaan4. Unit Baradatu1990Deep Well11.00ke Daerah PelayananPemompaanTotal Kapasitas Produksi27.00

iklimTahunSuhu Udara (0C)JanFebMarAprMeiJunJulAgtSeptOktNopDes199425.5026.5026.8027.1027.8028.3027.4028.4026.4028.1027.4027.10199526.7027.0027.1027.0027.6028.0028.4028.7027.8027.9027.3026.50199626.8027.3027.5028.3028.3028.9028.3028.4028.4027.8026.8026.40199726.9027.6028.0028.4028.2027.4028.2027.6027.6027.4027.1026.60199826.6026.7027.8027.2027.8028.6027.7027.5027.5027.7026.8026.40199926.8027.3027.1027.6027.4028.2028.4028.2027.9027.8026.6025.90200026.5027.1027.4027.1028.2028.6028.7028.6028.2028.0026.7026.20200126.8027.0027.6027.7027.5027.5028.1028.5028.9028.8026.8026.40200226.3027.1027.7027.6028.4028.1027.6028.8027.1028.9026.9026.30200326.1027.2027.8027.9027.9027.8028.4028.2028.0028.4026.4026.20Rata-rata26.5027.0827.4827.5927.9128.1428.1228.2927.7828.0826.8826.40TahunKelembaban Relatif (%)JanFebMarAprMeiJunJulAgtSeptOktNopDes199492.0088.0087.0083.0087.0088.0084.0083.0094.0091.0094.0092.00199591.0088.0084.0084.0087.0088.0082.0084.0080.0084.0084.0086.00199681.0091.0096.0089.0084.0087.0084.0090.0088.0091.0089.0092.00199792.0088.0091.0090.0088.0090.0084.0086.0084.0085.0089.0091.00199891.0089.0090.0093.0093.0088.0092.0095.0087.0089.0088.0093.00199991.0090.0084.0086.0086.0084.0085.0092.0089.0091.0092.0094.00200091.0088.0085.0086.0087.0089.0084.0089.0086.0092.0093.0092.00200188.0085.0082.0086.0088.0084.0083.0084.0089.0094.0095.0096.00200290.0088.0083.0085.0086.0081.0086.0085.0088.0092.0094.0095.00200391.0089.0084.0086.0088.0084.0083.0087.0091.0094.0096.0095.00Rata-rata89.8088.4086.6086.8087.4086.3084.7087.5087.6090.3091.4092.60TahunPenguapan Rata-rata (mm/hari)JanFebMarAprMeiJunJulAgtSeptOktNopDes19944.004.804.304.604.404.205.005.505.005.304.303.3019953.604.103.704.103.604.305.505.404.604.104.304.2019964.605.105.605.303.303.603.804.004.203.803.403.6019974.805.305.805.404.804.905.306.206.205.805.404.6019984.903.705.103.704.104.204.303.104.503.503.903.5019994.804.206.105.105.205.305.106.305.405.605.405.2020003.703.503.704.004.805.105.205.605.204.404.604.7020014.604.404.304.405.105.405.606.105.204.803.803.2020024.804.304.804.105.004.905.305.805.004.904.104.8020035.104.504.204.605.204.905.406.205.805.204.604.40Rata-rata4.494.394.764.534.554.685.055.425.114.744.384.15TahunKecepatan Angin (km/hari)JanFebMarAprMeiJunJulAgtSeptOktNopDes199435.6023.5015.8023.8031.1025.8039.9027.9093.5074.5032.5036.80199564.8041.2030.1023.2031.9034.1037.5047.2056.6040.8042.1041.40199654.7076.3037.6019.9027.109.2044.0021.5025.9016.9033.6040.70199761.8084.1032.6028.4036.3027.8048.3034.4087.1041.8051.4043.20199843.0037.4032.9022.8057.9022.1022.2032.1022.0031.5038.7030.80199929.6023.9022.3024.0018.3012.7018.7023.2023.3033.9036.4032.70200049.2040.3028.6048.9025.5027.1031.9026.5027.4026.9020.3024.70200146.1044.8025.4015.3014.5012.9010.4027.6044.9056.4043.4031.20200242.4049.9034.5015.7015.3012.1018.1017.3061.2028.8020.9042.50200356.7045.1029.1025.4029.3028.1027.3041.2048.8040.9039.3058.50Rata-rata48.3946.6528.8924.7428.7221.1929.8329.8949.0739.2435.8638.25

sungaiLokasi Stasiun Pengamatan Aliran SungaiNo.Nama SungaiLokasi Stasiun PengamatPanjang Sungai (km)Luas Daerah Tangkapan (km2)1.Way GihamRantau Jangkung525.002.Way TahmiTanjung Agung534.003.Way UmpuNegeri Batin559.004.Way BesaiBanjarmasin604.00

DIData Daerah Irigasi Kabupaten Way KananNo.Nama Sungai UtamaNama Anak SungaiNama Daerah IrigasiLuas (Ha)KeteranganBakuFungsi1.Way Umpu-Way Umpu7,500.005,485.00Irigasi TeknisWay Curup TunggalWay Curup Tunggal58.0050.00Irigasi SederhanaWay NekiWay Neki229.00141.00Irigasi Semi TeknisWay Cuku BatuWay Cuku Batu204.00117.00Irigasi Semi TeknisWay BakomanWay Bakoman150.0070.00Irigasi SederhanaWay Pagar AlamWay Pagar Alam70.0040.00Irigasi SederhanaWay SlimutWay Slimut60.0030.00Irigasi SederhanaWay Nengah LiyuWay Nengah Liyu200.0060.00Irigasi SederhanaWay Menanga SiamangWay Menanga Siamang150.0080.00Irigasi SederhanaWay Kasui LamaWay Talang Siring Panjang200.0080.00Irigasi SederhanaWay KedatonWay Kedaton120.0040.00Irigasi SederhanaWay SepitWay Sepit150.0040.00Irigasi SederhanaWay Beti-betiWay Beti-beti100.0027.00Irigasi SederhanaWay SubanWay Suban120.0025.00Irigasi SederhanaWay PeninjauWay Peninjau80.0020.00Irigasi SederhanaWay Sri RejekiWay Sri Rejeki100.0040.00Irigasi SederhanaWay SepandakWay Sepandak120.0030.00Irigasi SederhanaJumlah9,611.006,375.002.Way BesaiWay PetaiWay Petai150.00119.00Irigasi Semi TeknisWay Campang LimauWay Campang Limau197.00197.00Irigasi Semi TeknisWay BesaiWay Besai407.00340.00Irigasi TeknisWay Menjulut KecilWay Menjulut Kecil643.00252.00Irigasi Semi TeknisWay JembatWay Jembat229.00229.00Irigasi Semi TeknisWay BungurWay Bungur189.00136.00Irigasi Semi TeknisWay MenjungkutWay Menjungkut150.0040.00Irigasi SederhanaWay KapiaWay Kapia100.0045.00Irigasi SederhanaWay Kawat DuriWay Kawat Duri150.0060.00Irigasi SederhanaWay SurabayaWay Surabaya80.0030.00Irigasi SederhanaWay PangembangWay Pangembang1,200.0030.00Irigasi SederhanaJumlah3,495.001,478.003.Way TahmiWay Air RingkihWay Air Ringkih400.00150.00Irigasi SederhanaWay KalianWay Kalian300.0080.00Irigasi SederhanaWay Tahmi LumutWay Tahmi Lumut600.00170.00Irigasi SederhanaWay Tangkas IlirWay Tangkas Ilir150.0080.00Irigasi SederhanaJumlah1,450.00480.004.Way Pisang-Way Pisang330.0025.00Irigasi Semi TeknisWay NyelaiWay Nyelai420.00100.00Irigasi SederhanaWay Talang PasundanWay Talang Pasundan150.0090.00Irigasi SederhanaWay Talang KangkungWay Talang Kangkung120.0040.00Irigasi SederhanaJumlah1,020.00255.005.Way Kanan-Way Hanibung120.0060.00-Way Gambang150.0060.00-Way Kali Awi310.0050.00-Way Pagelongan200.0040.00-Way Tawar150.0060.00Jumlah930.00270.00Jumlah Seluruhnya16,506.008,858.00

PadiProduksi dan Produktivitas PadiKecamatanPadi SawahPadi LadangLuas Lahan (Ha)Produksi (Ton)Produkti-vitas (Ton/Ha)Luas Lahan (Ha)Produksi (Ton)Produkti-vitas (Ton/Ha)Baradatu dan Gn. Labuhan2,2157,9784.101,7503,7502.51(1,944)(1,495)Banjit4,77321,7774.569852,9012.50(4,773)(1,162)Kasui dan Rebang Tangkas1,9057,8144.101,7913,5291.97(1,905)(1,791)Blambangan Umpu1,0415,5515.331,08310,0862.36Negeri Agung(1,041)(4,270)Way TubaBahuga7,20025,5794.213,0751,3682.09(6,075)(653)Pakuan Ratu2,2277,5033.763,1226,3252.13Negeri Besar(1,995)(2,973)Negara BatinTotal19,36176,2024.3011,80627,9592.26(17,733)(12,344)

PalawijaLuas Potensial Lahan Kering dan Pengusahaan PalawijaKecamatanLuas Lahan Kering (Ha)(Luas Lahan Kering - Luas Padi Gogo) (Ha)Luas Lahan Palawija (Ha)MHMKJumlahBaradatu dan Gn. Labuhan7,8846,1341,772351,807(0.29)Banjit2,1901,2051,6918592,550(2.12)Kasui dan Rebang Tangkas4,5642,7734,2771854,462(1.61)Blambangan Umpu16,24614,4434,9102,5207,430Negeri Agung(0.51)Way TubaBahuga13,21110,1363,6311963,827(0.38)Pakuan Ratu11,4328,3108,5021,52210,024Negeri Besar(1.21)Negara BatinTotal55,52743,00124,7835,31730,100(0.70)

PerkbnLuas Areal Perkebunan Rakyat di Kab. Way KananKecamatanLuas Lahan per Komoditas (Ha)JumlahKaretKopiLadaCengkehKlp.DalamKlp.HibridaBaradatu dan Gn. Labuhan7531,3283,6181753,8231,00510,702Banjit1529,4895694395054011,194Kasui dan Rebang Tangkas7656,9503,1763706972711,985Blambangan Umpu11,7953,3501,750- 04232,37219,690Negeri AgungWay TubaBahuga54053- 0- 0350- 0943Pakuan Ratu11,337173129601,42429813,421Negeri BesarNegara BatinTotal25,34221,3439,2421,0447,2223,74267,935

TernakData Populasi Ternak Besar, Ternak Keci dan UnggasKecamatanTernak Besar (ekor)Ternak Kecil (ekor)Ternak Unggas (ekor)SapiKerbauJumlahBabiKambingDombaJumlahAyam RasAyam BurasBebek/ ItikJumlahBaradatu dan Gn. Labuhan2,2311382,3696775,3893596,4258,679304,2091,755314,643Banjit2,046242,0706,9242,199639,1862,500302,3432,159307,002Kasui dan Rebang Tangkas2,064632,1279645,994977,0552,355293,2452,255297,855Blambangan Umpu10,4761,02111,4971,1669,7409210,99813,352411,1915,721430,264Negeri AgungWay TubaBahuga9,5251,03910,5645,5333,5351209,1889,145398,9615,396413,502Pakuan Ratu9,0134879,50022914,26918214,680- 0424,3015,774430,075Negeri BesarNegara BatinTotal35,3552,77238,12715,49341,12691357,53236,0312,134,25023,0602,193,341

HutanData Luas Hutan Produksi dan Jumlah ProduksiKecamatanLuas Hutan (Ha)Jenis ProduksiKayu Bulat (m3)Arang (m3)Baradatu dan Gn. Labuhan- 0- 0- 0Banjit- 0- 0- 0Kasui dan Rebang Tangkas25,8073,3852,700Blambangan Umpu- 0- 0- 0Negeri AgungWay TubaBahuga- 0- 0- 0Pakuan Ratu41,1904,303- 0Negeri BesarNegara BatinTotal66,9977,6882,700

Sheet1No.ParameterKota Metropoli tanKota BesarKota SedangKota KecilKota- Desa1.Tingkat Pelayanan (target)100%100%100%80%60%2.Tingkat Pemakaian Air (lt/org/hr)a.Sambungan Rumah (SR)190.00170.00150.00130.00100.00b.Kran Umum (KU)30.0030.0030.0030.0030.003.Kebutuhan Non Domestika.Komersiala.1Pasar (lt/det/ha)0.2015 % - 30 % dari kebutuhana.2Hotel (lt/kmr/hr)Domestik- Lokal300- Internasional700a.3Toko (tanpa rumah) (lt/det/ha)0.10a.4Toko dgn rumah (lt/det/ha)0.85b.Sosial dan Institusib.1Universitas (lt/siswa/hr)20b.2Sekolah (lt/siswa/hr)15b.3Mesjid (m3/hr/unit)1.00 - 2.00b.4Rumah Sakit (lt/bed/hr)400b.5Puskesmas (m3/hr)1.00 - 2.00b.6Kantor (lt/dt/hr)0.08b.7Militer (m3/ha/hr)104.Industri (lt/det/ha)a.Berat0.50 - 1.00b.Sedang0.25 - 0.50c.Ringan0.15 - 0.25