bab_3 pendekatan & metodologi
TRANSCRIPT
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 1
3.1 PENDEKATAN PERENCANAAN
3.1.1 Konsep Perencanaan
Konsep Penyusunan RDTR Kawasan Cubadak Kabupaten Tanah
Datar
1. Konsep Perencanaan Strategis
Konsep perencanaan strategis merupakan konsep perencanaan
kawasan perkotaan yang menggunakan analisis SWOT sebagai alat
analisis utama dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan
strategis sehingga dapat dirumuskan strategi-strategi untuk
mengantisipasinya.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats), yaitu
suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang
dimiliki kota, sehubungan dengan kegiatan pengembangan kota yang
akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan
terhadap:
a. Kekuatan-kekuatan (strength) yang dimiliki kawasan
perencanaan, yang dapat memacu dan mendukung
perkembangan kawasan perencanaan, misalnya kebijaksanaan-
kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang
strategis, dan ruang yang masih tersedia.
BBAABB 33
MMEETTOODDOOLLOOGGII PPEENNDDEEKKAATTAANN
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 2
b. Kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada yang dapat
menghambat pengembangan kawasan perencanaan, baik
hambatan dan kendala fisik maupun non fisik, misalnya
kemampuan sumber daya manusia, aspek lokasi, keterbatasan
sumber daya alam pendukung, keterbatasan/ketidakteraturan
ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas.
c. Peluang-peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan
pengembangan kawasan perencanaan, berupa sektor-sektor dan
kawasan strategis.
d. Ancaman-ancaman (threats) yang dihadapi, misalnya kompetisi
tidak sehat dalam penanaman investasi, pembangunan suatu
kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan
yang dapat mematikan keberlangsungan kegiatan strategis yang
telah ada.
2. Konsep Perencanaan Partisipatif
Konsep perencanaan yang partisipatif dan aspiratif adalah
perencanaan yang melibatkan peran serta masyarakat. Aspiratif
mengandung arti bahwa ide, gagasan dan masukan dari seluruh
stakeholders semaksimal mungkin ditampung dan diakomodasikan
dalam proses perencanaan. Partisipatif merupakan konsekuensi dari
proses aspiratif pelibatan partisipasi stakeholders dalam proses
perencanaan.
Model perencanaan yang partisipatif dan aspiratif umumnya
diwujudkan dalam bentuk perencanaan yang melibatkan peran serta
masyarakat. Di Indonesia konsep peran serta masyarakat mulai
muncul pada UU No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No.
69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta
Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan
Ruang, yang memuat antara lain peraturan mengenai pelaksanaan
hak dan kewajiban masyarakat, bentuk peran serta masyarakat dan
pembinaan peran serta masyarakat.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 3
3.1.2. Pendekatan Perencanaan
Pendekatan yang digunakan dalam Penyusunan RDTR Kawasan
Cubadak Kabupaten Tanah Datar diperlukan dalam upaya menciptakan
tujuan :
1. Menciptakan kelestarian lingkungan pemukiman dan kegiatan
wilayah yang merupakan usaha menciptakan hubungan yang serasi
antar manusia dan lingkungannya, yang tercermin dari pola
intensitas penggunaan ruang kecamatan pada umumnya dan bagian
wilayah kecamatan pada khususnya.
2. Meningkatkan daya guna dan hasil pelayanan yang merupakan
upaya pemanfaatan secara optimal yang tercermin dalam penetapan
jenjang fungsi pelayanan kegiatan-kegiatan dan sistem jaringan jalan
di wilayah kecamatan.
3. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan yang pada
prinsipnya; merupakan upaya dalam menciptakan keserasian dan
keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan ruang bagian-
bagian wilayah kecamatan pada khususnya.
4. Mengarahkan pembangunan wilayah kecamatan yang lebih tegas
dalam rangka upaya pengendalian pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik untuk masing-masing bagian wilayah kecamatan
secara terukur baik kualitas maupun kuantitas.
5. Membantu penetapan prioritas pengembangan wilayah kecamatan
dan memudahkan penyusunan RDTR untuk dijadikan pedoman bagi
tertib bangunan dan tertib pengaturan ruang secara rinci.
6. Membantu penetapan kawasan-kawasan tertentu untuk disusun
pula Rencana Terinci Ruang Kota (RTRK) atau Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang mampu dijadikan pedoman
bagi tertib bangunan dan tertib pengaturan ruang secara rinci.
Untuk memberikan hasil yang terbaik pada pekerjaan penyusunan
RDTR digunakan beberapa pendekatan, yang diuraikan sebagai berikut:
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 4
1. Pendekatan Partisipasi Pelaku Pembangunan
Penyusunan rencana tata ruang tidak terlepas dari keterlibatan
masyarakat dan swasta sebagai pemanfaat ruang (pelaksana rencana
tata ruang) dan sebagai pihak yang terkena dampak positif maupun
negatif dari pelaksanaan ruang itu sendiri. Oleh karena itu dalam
penyusunan rencana ini digunakan pendekatan partisipasi pelaku
pembangunan (stakeholder approach) untuk mengikutsertakan
swasta dan masyarakat di dalam proses penyusunan rencana tata
ruang melalui forum dialog pelaku pembangunan. Konsultan dalam
hal ini berusaha untuk melibatkan secara aktif pelaku pembangunan
yang ada dalam setiap tahapan perencanaan.
Di dalam penyusunan rencana ini masyarakat tidak hanya dilihat
sebagai pelaku pembangunan (stakeholder) tetapi juga sebagai
pemilik dari pembangunan (shareholder). Keterlibatan masyarakat
sebagai shreholder dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan
wilayah terhadap investor dari luar wilayah, tetapi yang diharapkan
adalah kerjasama antara investor dengan masyarakat sebagai pemilik
lahan di wilayah tersebut. Dengan posisi sebagai shareholder
diharapkan masyarakat akan benar-benar memiliki pembangunan di
wilayahnya, dapat bersaing dengan penduduk pendatang, dan
dengan demikian masyarakat lokal tidak tergusur dari wilayahnya.
Pelibatan pelaku pembangunan dalam pekerjaan ini dapat
digambarkan dengan diagram seperti di bawah ini.
2. Pendekatan Menyeluruh dan Terpadu
Merupakan pendekatan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu
serta didasarkan pada potensi dan permasalahan yang ada, baik
dalam wilayah perencanaan maupun dalam konstelasi regional.
Pendekatan menyeluruh memberi arti bahwa peninjauan
permasalahan bukan hanya didasarkan pada kepentingan
wilayah/kawasan dalam arti sempit, tetapi ditinjau dan dikaji pula
kepentingan yang lebih luas, baik antar wilayah dengan daerah
hinterlandnya yang terdekat maupun dengan yang lebih jauh lagi.
Secara terpadu mengartikan bahwa dalam menyelesaikan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 5
permasalahan tidak hanya dipecahkan sektor per sektor saja tetapi
didasarkan kepada kerangka perencanaan terpadu antar tiap-tiap
sektor, di mana dalam perwujudannya dapat berbentuk koordinasi
dan sinkronisasi antar sektor.
3. Pendekatan Ambang Batas
Adalah pendekatan untuk menentukan kebijaksanaan rencana tata
ruang yang didasarkan ambang batas daya dukung lingkungan.
Pendekatan ini bertujuan untuk menghasilkan kebijaksanaan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Penekanan terhadap
pertimbangkan aspek lingkungan dilakukan karena lingkungan
merupakan aspek yang sangat berkepentingan dalam upaya
pembangunan berkelanjutan.
4. Pendekatan Kesesuaian Ekologi dan Sumber Daya Alam
Pada pendekatan ini akan diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Potensi Angin; Potensi angin dalam perencanaan meliputi arah
dan kekuatan angin untuk mendapatkan udara yang sejuk dan
mengurangi kelembaban.
(2) Daerah Banjir; Perencanaan dan pengolahan daerah-daerah yang
rendah pemanfaatan saluran-saluran alam secara optimal
diharapkan mampu mencegah kemungkinan bahaya banjir.
Saluran drainase direncanakan mengikuti arah kemiringan
kontur pada titik terendah dalam kawasan menuju saluran
drainase induk.
(3) Unit Visual dan Kapasitas Visual; Daerah yang berpotensi
memiliki arah view yang bagus antara lain adalah daerah hijau
hutan, daerah sepanjang aliran sungai, dan tepi pantai.
Pemanfaatan daerah-aerah yang berpotensi ini diperuntukkan
untuk pariwisata, permukiman menengah ke atas.
(4) Area dengan Visitas Tinggi; Kawasan yang memiliki visibilitas
tinggi adalah kawasan yang memungkinkan untuk terlihat dari
berbagai sudut (sebagai landmark kawasan) dapat difungsikan
untuk zona magnet pusat perkotaan.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 6
(5) Topografi; Dalam suatu perencanaan perlu diperhatikan
bagaimana kondisi topografi eksisting wilayah tersebut, juga guna
lahan dan karakter wilayahnya.
Selain hal-hal tersebut di atas juga perlu diperhatikan
kesesuaian/kelayakan kawasan itu sendiri. Untuk itu yang perlu
dipertimbangkan adalah:
(1) Kesesuaian untuk Preservasi, Identifikasi yang disesuaikan
dengan konsep dasar perencanaan wilayah dan kondisi wilayah
kawasan yang memiliki potensi untuk dipreservasi baik yang
buatan maupun alam. Buatan dapat berupa kawasan bersejarah,
monumen, atau peninggalan kuno. Kawasan preservasi alam
dapat dipreservasi karena perlu dilindungi seperti daerah aliran
sungai, hutan, tepian pantai, danau, terumbu karang, laut, atau
daerah yang dianggap berbahaya seperti daerah mudah longsor,
patahan geologis, daerah gunung berapi dan sebagainya.
(2) Kesesuaian untuk Rekreasi, pemanfaatan lahan kawasan yang
sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi yang
mendukung pelayanan fasilitas umum untuk penghuni sekitar
maupun sebagai daya tarik wilayah seperti danau/telaga, pantai/
laut, daerah sepanjang sungai, hutan, taman dan bukit.
(3) Kesesuaian untuk Hunian, perencanaan wilayah sebagai daerah
hunian, dengan mempertimbangkan beberapa aspek perencanaan
antara lain dari segi aksesibilitas, kondisi topografi, kestrategisan
lokasi, kondisi kontur tanah, kebisingan dan potensi alam dan
buatan.
5. Pendekatan Perencanaan Pembangunan Wilayah (Regional
Development Planning).
Dalam Penyusunan RDTR Kawasan Perencanaan, pendekatan yang
dilakukan adalah memandang bahwa kawasan perencanaan
merupakan satu kesatuan dengan wilayah yang lebih besar, lingkup
propinsi, kota, kabupaten, atau antar daerah. Hal ini terjadi karena
kawasan perencanaan merupakan satu kesatuan ruang yang dibatasi
oleh aspek geografi atau alam. Pendekatan ini mendudukan lokasi
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 7
kegiatan dalam satu sistem pengembangan yang saling terkait
dengan wilayah sekitarnya. Kondisi-kondisi yang memungkinkan
bahwa pendekatan wilayah diperlukan dalam penentuan dan
pengembangan infrastruktur seperti jaringan listrik, telepon, jalan,
dan sistem transportasi.
Pendekatan wilayah dilakukan untuk mengetahui posisi atau
kedudukan dan peluang peran yang akan ditingkatkan di Kawasan
Perencanaan dalam lingkup yang lebih luas, khususnya dalam
peningkatan peran perekonomian daerah.
Perencanaan pembangunan wilayah (Regional Development Plan)
dilakukan dengan proses:
(1) analisis fisik alamiah dengan memanfaatkan SIG (sistem
informasi geografis),
(2) analisis geologi tata lingkungan, analisis ini sebagai upaya untuk
mempertimbangkan kondisi aspek bencana dalam penataan
ruang.
6. Menyusun rencana tata ruang yang komprehensif
Rencana tata ruang sebuah wilayah tidaklah hanya mencakup
bidang fisik, tetapi seluruh aspek yang ada dalam kehidupan
masyarakat seperti ekonomi, sosial dan bahkan politik. Oleh karena
itu, rencana tata ruang haruslah merupakan rencana yang
komprehensif, yang mempunyai pandangan jauh ke depan dan
mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Rencana tata ruang yang komprehensif kemudian akan menjadi
pedoman untuk mengembangkan suatu wilayah secara teratur dalam
angka meningkatkan kesehatan, keselamatan, kesejahteraan dan
kenyamanan penduduknya. Untuk menjadi suatu rencana yang
komprehensif maka rencana tata ruang harus:
a) merupakan suatu rancangan umum yang seimbang dan menarik
yang paling sesuai dengan kebutuhan saat ini dan mungkin masa
depan;
b) sebanding dengan prospek penduduk dan ekonomi daerah, dan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 8
c) sebanding dengan sumber-sumber keuangan saat ini dan
prospeknya.
Dengan demikian, rencana tata ruang adalah suatu desain bagi
kerangka fisik, sosial, ekonomi bagi kota, juga menjalin unsur-unsur
sosiologis, ekonomis, dan geografis dari kota itu ke dalam sebuah
struktur.
7. Pelaksanaan rencana tata ruang melibatkan tiga kelompok
pelaku pembangunan (stakeholders) dengan karakteristiknya
masing-masing
Pelaku pembangunan di Kawasan Perencanaan memiliki kepentingan
sesuai dengan kapasitas dan orientasi dari usaha yang dilakukan.
Pemanfaatan ruang oleh pemerintah yang sifatnya pelayanan kepada
masyarakat tentu akan berbeda dengan pihak swasta yang
berorientasi pada keuntungan. Oleh karena itu, dalam penyusunan
rencana ini perlu adanya pemahaman terhadap karakteristik masing-
masing pelaku pembangunan, sehingga rencana yang dihasilkan
akan berdaya guna dan berhasil guna.
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia (People Emporwerment)
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia,
harus diidentifikasi kondisi, kebutuhan dan metode yang sesuai
dalam upaya mengatasinya.Pendekatan ini perlu dilakukan
mengingat bahwa pelaku pembangunan berorientasi pada
masyarakat lokal.
Mengapa peran serta masyarakat dalam sistem penataan ruang
diperlukan? Pada tahap perencanaanmasyarakat paling tahu apa
yang mereka butuhkan, dengan demikian mengarahkan pada
produk rencana tats ruang yang optimal dan proporsional untuk
berbagai kegiatan, sehingga terhindar dari spekulasi dan distribusi
alokasi ruang yang berlebihan untuk kegiatan tertentu. Pada
tahap pemanfaatanmasyarakat akan menjaga pendayagunaan
ruang yang sesuai dengan peruntukan dan alokasi serta waktu
yang direncanakan, sehingga terhindar dari konflik pemanfaatan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 9
ruang. Pada tahappengendalianmasyarakat merasa memiliki dan
bertanggung jawab dalam menjaga kualitas ruang yang nyaman
dan serasi serta berguna untuk kelanjutan pembangunan.
Tujuan Peran Serta Masyarakat
Bila dikaitkan dengan penataan ruang, maka tujuan peran serta
masyarakat adalah:
(1) Meningkatkan mutu proses dan produk penataan ruang;
(2) Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat memahami
pentingnya pemanfaataan tanah, air laut dan udara serta
sumber daya slam lainnya demi terciptanya tertib ruang
(pendidikan dan information exchange);
(3) Menciptakan mekanisme keterbukaan tentang kebijaksanaan
penataan ruang (transparansi kebijakan);
(4) Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran dan tanggung
jawab masyarakat dalam penatan ruang terutama membantu
memberikan informasi tentang pelanggaran pemanfaatan
ruang (kontribusi tanggung jawab dan power sharing);
(5) Menjamin pelibatan secara aktif peran serta masyarakat dalam
kegiatan penataan ruang dengan hak dan kewajibannya
(demokrasi partisipatori).
3.2 PROSES PERENCANAAN
Proses perencanaan RDTR Kawasan Cubadak Kabupaten Tanah Datar
secara sistematika dapat dilihat pada uraian berikut :
3.2.1 Proses Penyusunan RDTR
Proses penyusunan RDTR Kawasan Cubadak mencakup kegiatan pra
persiapan penyusunan,persiapan penyusunan, pengumpulan data,
pengolahan data dan perumusan konsepsirencana.
a. Pra persiapan penyusunan
Pra persiapan penyusunan rencana terdiri atas:
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 10
1) penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK);
2) metodologi yang digunakan;
3) penganggaran kegiatan penyusunan RDTR .
b. Persiapan penyusunan
Persiapan penyusunan rencana terdiri atas:
1). persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap TOR/KAK
penyiapan anggaranbiaya;
2). kajian awal data sekunder, yaitu review RDTR sebelumnya dan
melakukan kajian awal RTRW dan kebijakan lainnya;
3). persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan
metodologi/metode dan teknik analisis rinci, rencana rinci dan
penyiapan rencana survei.
c. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan dan
penyusunanrencana struktur dan pola ruang wilayah perencanaan,
harus dilakukan pengumpulandata primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi:
1). Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui
penyebaranangket, temu wicara, wawancara orang perorang dan lain
sebagainya;
2). Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah perencanaan
secara langsungmelalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah
kota.
Pengumpulan data sekurang-kurangnya meliputi:
1). Data wilayah administrasi;
2). Data fisiografis;
3). Data kependudukan;
4). Data ekonomi dan keuangan;
5). Data ketersediaan prasarana dan sarana ;
6). Data peruntukan ruang;
7). Data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 11
8). Data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan,
tata massabangunan);
9). Peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan,
penguasaan lahan,penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada
skala peta minimal 1:5.000.
Seperti halnya dalam penyusunan RTRW kota, tingkat akurasi data,
sumberpenyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data,
tingkat kesalahan,variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya
yang mungkin ada, perludiperhatikan dalam pengumpulan data. Data
dalam bentuk data statistik dan peta, sertainformasi yang dikumpulkan
berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahunterakhir dengan
kedalaman data setingkat kelurahan. Dengan data berdasarkan
kurunwaktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran
perubahan apa yang terjadipada bagian dari wilayah kota. Jenis data
yang digunakan untuk penyusunan
d. Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penyusunan RDTR Kawasan Cubadak
Kabupaten Tanah Datar meliputi:
1). Analisis karakteristik wilayah, meliputi:
a) kedudukan dan peran bagian dari wilayah kota dalam wilayah
yanglebih luas kota;
b) keterkaitan antarwilayah kota dan antara bagian dari
wilayahkota;
c) keterkaitan antarkomponen ruang di wilayah perencanaan;
d) karakteristik fisik bagian dari wilayah kabupaten/kota;
e) karakteristik sosial kependudukan;
f) karakteristik perekonomian;
g) kemampuan keuangan daerah.
2). Analisis potensi dan masalah pengembangan wilayah perencanaan,
meliputi:
a) analisis pusat-pusat pelayanan;
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 12
b) analisis kebutuhan ruang; dan
c) analisis perubahan pemanfaatan ruang.
3). Analisis daya dukung dan daya tampung (termasuk
prasarana/infrastruktur dan utilitas) dan daya tampung lingkungan
hidup yang ditentukan melalui kajian lingkungan hidup strategis
(KLHS) wilayah perencanaan, meliputi:
a) karakteristik umum fisik wilayah (letak geografis, morfologi
wilayah, dansebagainya);
b) potensi rawan bencana alam (longsor, banjir, tsunami dan
bencana alamgeologi);
c) potensi sumberdaya alam (mineral, batubara, panas bumi dan
airtanah);
d) kesesuaian penggunaan lahan; dan
e) kesesuaian intensitas pemanfaatan ruang dengan daya dukung
fisik dan dayadukung prasarana/infrastruktur dan utilitas pada
blok/wilayah perencanaan.
4). Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan.
Keluaran dari pengolahan data ini setidaknya adalah:
a) potensi dan masalah pengembangan di wilayah perencanaan;
b) peluang dan tantangan pengembangan;
c) kecenderungan perkembangan;
d) perkiraan kebutuhan pengembangan di wilayah perencanaan;
e) intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung
f) (termasuk prasarana/infrastruktur maupun utilitas);
g) teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan
bangunan.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 13
Rincian analisis Penyusunan RDTR , karakteristik wilayah perencanaan,
dan pengaruhnya terhadap RDTR, serta analisis berdasarkan
perumusan substansi RDTR kawasan dapat dilihat pada tabel berikut.
e. Perumusan Konsepsi RDTR Kabupaten/kota
Perumusan konsepsi rencana detail dilakukan dengan:
1). mengacu pada RTRW kabupaten/kota;
2). mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan
ruang;
3). memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) kota
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kota.
Konsep RDTR Kawasan dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep
pengembangan wilayah, yang berisi:
1). Rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan
wilayah kota; dan
2). konsep pengembangan wilayah kota.
Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai
dasar perumusan RDTR Kawasan. Hasil kegiatan perumusan konsepsi
rencana detail yang berupa RDTR Kawasan terdiri atas:
1). Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan;
2). kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah perencanaan;
3). rencana struktur ruang wilayah perencanaan;
4). rencana pola ruang wilayah perencanaan;
5). rencana penanganan kawasan dan bangunan;
6). rencana pemanfaatan ruang; dan
7). ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.
3.3 METODOLOGI
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data terdiri dari dua (2) jenis data yaitu pengumpulan
data sekunder dan pengumpulan data primer. Sedangkan pengumpulan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 14
data primer adalah kegiatan yang dilakukan dengan observasi langsung
ke lapangan, dan melakukan wawancara dengan penduduk, tokoh
masyarakat, pejabat pemerintah yang berada di wilayah rencana
pengembangan. Adapun strategi pelaksanaan pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data hasil olahan instansi, badan,
lembaga, atau karya tulis yang dapat dipertanggungjawabkan.
Metode pengumpulan data sekunder meliputi :
(1) Kajian Literatur
Sebagai upaya pemantapan awal, kajian literatur dilakukan
melalui upaya pengkajian teori, konsep, dan peraturan yang
berhubungan dengan pengembangan kawasan perbatasan.
Literatur diperoleh melalui kajian buku, peraturan, undang-
undang, dan standar.
(2) Cheklist Data Instansional
Metode ini pada prinsipnya memberikan panduan jenis data
yang dibutuhkan, disesuaikan dengan sumber datanya.
Umumnya metode ini digunakan untuk lebih memudahkan
dalam operasional survey instansional. Pada penyusunan
Melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi terkait,
yakni antara lain :
a) BAPPEDA (Badam Perencanaan Pembangunan Daerah)
b) BLH(Badan Lingkungan Hidup)
c) BPN (Badan Pertanahan Nasional)
d) Badan Meteorologi dan Geofisika
e) Biro Pusat Statistik (BPS)
f) Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air
g) Dinas Perhubungan dan Komunikasi
h) Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan
i) Dinas Koperasi Perindustriandan Usaha Kecil Menengah
j) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
k) Dinas, Lembaga, Badan Lainnya yang ada di Kawasan
Perencanaan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 15
2. Data Primer
Data primer yang perlu dikumpulkan melalui wawancara untuk
merekam kondisi sosial-ekonomi, dan budaya masyarakat; data dan
informasi yang diperoleh melalui observasi lapangan, data dan
informasi dari publikasi daerah, dokumentasi visual dan digital.
Melakukan wawancara kepada pejabat di instansi terkait dan tokoh
masyarakat (adat dan agama), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
kelompok pemerhati pembangunan daerah setempat.
Melakukan pengumpulan data visual dan ground check terhadap
elemen-elemen studi, yang terdiri dari; tanah, topografi, iklim dan
sumber daya air, social ekonomi dan budaya masyarakat serta
lingkungan.
Hasil pengumpulan data primer dan sekunder tersebut akan menjadi
dasar Penyusunan Rencana Pengelolaan dan dielaborasi untuk
menetapkan Identifikasi Permasalahan Pemanfaatan Ruang sebagai
bahan masukan dalam Analisis Potensi dan Pemanfaatan Ruang.
Data dinyatakan lengkap bila minimal terdapat:
Data Kebijaksanaan Pembangunan Daerah:
(1) Arahan Program Pembangunan Daerah Kawasan Perencanaan;
(2) Kebijaksanaan pembangunan sektor lainnya yang berpengaruh;
(3) Informasi atau arahan rencana tata ruang terhadap Kawasan
Perencanaan;
Data karakteristik ekonomi wilayah dan perkembangannya, yang
meliputi:
(1) PDRB Kota minimal 5 tahun;
(2) Mobilitas orang dan barang;
(3) APBD Kota (minimal 5 tahun);
(4) Investasi pembangunan per sektor yang terkait dengan penataan
ruang.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 16
Data dan kondisi perkembangan kependudukan/demografi, yang
meliputi :
(1) Jumlah penduduk kota;
(2) Kepadatan penduduk kota;
(3) Tingkat pertumbuhan penduduk kota;
(4) Lapangan pekerjaan penduduk kota.
Data sumber daya buatan, meliputi :
(1) Data ekonomi;
(2) Data sosial;
(3) Data transportasi;
(4) Data pengairan;
(5) Data sumber air baku;
(6) Data jaringan listrik;
(7) Data telekomunikasi.
Data sumber daya alam, meliputi :
(1) Data penggunaan lahan/tanah;
(2) Data hidrologi/sumberdaya air;
(3) Data topografi dan morfologi;
(4) Data geologi dan jenis tanah;
(5) Data sumberdaya mineral;
(6) Data iklim/meteorologi;
(7) Data kehutanan;
(8) Data kawasan rawan bencana.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 17
3.3.2. Metode Analisis
Proses analisis Penyusunan RDTR KAwasan cubadak Kabupaten
Tanah Datar
Proses analisis Penyusunan Penyusunan RDTR KAwasan cubadak
dipadukan dengan muatan RDTR yang termuat di dalam KAK yaitu :
1. Analisis Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang, meliputi :
a. Struktur pemanfaatan ruang, meliputi :
1). Analisis Kependudukan:
- Materi yang diatur Distribusi penduduk sampai dengan
akhir tahun perencanaan.
- Kedalaman materi yang diatur Rencana distribusi
penduduk Kecamatan yang dirinci dalam blok-blok
peruntukan.
- Pengelompokan materi yang diatur Jumlah penduduk dan
kepadatan penduduk setiap blok peruntukan.
Metode Analisis yang dapat dipakai antara lain:
(1) Metode Regresi
Untuk memperhalus perkiran, teknik yang berdasarkan
data masa lampau dengan penggambaran kurva
polinomial akan dapat digambarkan sebagai garis regresi.
Cara ini disebut metode selisih kuadrat terkecil (least square).
Cara ini dianggap penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus ,
karena garis regresi memberikan penyimpangan minimum
atas data penduduk masa larnpau (dengan menganggap ciri
perkembangan penduduk masa lampau berlaku untuk
masa depan).
Metoda ini mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan
menunjukkan suatu hubungan sebab akibat dengan satu
atau lebih variabel bebas. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan bentuk hubungan variabel bebas dan variabel
yang akan diramal (variabel tak bebas). Hubungan
antara dua variabel pada dasarnya berkisar pada dua
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 18
hal yang kadang-kadang sulit ditarik garis pemisahnya.
Rumusnya adalah :
(2) Metoda Bunga Berganda,
Metode analisis proyeksi penduduk yang dapat digunakan
lainnya yaitu Metode Bunga Berganda. Teknik ini
menganggap perkembangan jumlah penduduk akan
berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan
jumlah penduduk membawa konsekuensi bertambahnya
jumlah penduduk secara cepat, hal ini analog dengan bunga
berganda, persamaannya yaitu :
Dalam penentuan metode proyeksi jumlah penduduk, maka
harus dikaji terlebih dahulu kondisi data dan tipologi
P X - X XP a = --------------------------
P X - (X)
N XP - X P b = --------------------------
X - (X)
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 19
perkembagan jumlah penduduk serta kebijakan
pemerintah daerah yang berhubungan dengan
kependudukan.
2). Analisis Pelayanan Fasilitas Kegiatan
- Materi yang diatur : Tata jenjang kapasitas dan intensitas
menurut lokasi dan jenis pelayanan kegiatan dalam
kawasan.
- Kedalaman materi yang diatur ; Distribusi pusat-pusat
pelayanan kegiatan wilayah kecamatan dirinci sampai
pusat pelayanan lingkungan permukiman wilayah
kecamatan.
- Pengelompokan materi yang diatur ;
Perdagangan yang terdiri dari: perdagangan skala
regional; - perdagangan skala kecamatan; -
perdagangan skala lingkungan.
Pendidikan yang terdiri dari: perguruan tinggi;
sekolah lanjutan tingkat atas sekolah lanjutan
tingkat pertama; sekolah dasar; taman kanak-
kanak.
Pelayanan kesehatan yang terdiri dari: rumah sakit
umum kelas A; rumah sakit umum kelas B; rumah
sakit umum kelas C; rumah sakit umum kelas D;
pusat kesehatan masyarakat pembantu.
Pelayanan rekreasi dan atau olah raga yang terdiri
dari: pelayanan skala kecamatan; pelayanan skala
lingkungan.
Pelayanan pemerintahan yang terdiri dari pelayanan
pemerintah kecamatan maupun desa/kelurahan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 20
Pelayanan keamanan yang terdiri dari pos
keamanan/polisi dan pos pemadam kebakaran, baik
skala kota maupun skala lingkungan.
Dalam analisis penentuan kebutuhan pelayanan kegiatan
RDTR Penyusunan RDTR Kawasan Cubadak Kabupaten
Tanah Datar , maka jumlah penduduk merupakan dasar bagi
penentuan kebutuhan sarana pelayanan.
Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas
Tingkat pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara
mengkaji kemampuan suatu jenis fasilitas dalam melayani
kebutuhan penduduknya. Fasilitas umum yang memiliki
tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa fasilitas
tersebut memiliki kemampuan pelayanan yang sama dengan
kebutuhan penduduknya. Rumus yangdipergunakan
adalah :
Dengan perhitungan ini, dapat diketahui tingkat
pelayanan setiap fasilitas, kecuali untuk fasilitas peribadatan,
dimana pada jumlah penduduk pada kawasan yang
diamati, yaitu b i diganti oleh jumlah penduduk menurut
agama. Analisis kebutuhan fasilitas untuk Penyusunan
RDTR Kawasan Cubadak Kabupaten Tanah Datar didasarkan
pada standar kebutuhan yang telah ditetapkan.
3). Analisis Sektor Kegiatan Potensial
Mengingat bahwa Penyusunan RDTR Kawasan cubadak
berbasiskan pada sektor pertanian maka analisis yang
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 21
digunakan yaitu analisis yang bertujuan menentukan
keunggulan komparatif wilayah perencanaan. Metode analisis
yang digunakan yaitu :
(1) Metode Location Quotient (LQ)
Teknik analisis LQ merupakan suatu cara untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor
kegiatan tertentu. Pada dasarnya teknik ini menyajikan
perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di
daerah yang dibandingkan dengan kemampuan sektor yang
sama pada daerah yang lebih luas. Satuian yang digunakan
sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien, dapat
menggunakan satuan jumlah buruh, hasil produksi, atau
satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria.
Secara matematis perbandingan relatif ini dinyatakan
sebagai berikut (contoh satuan kriteria adalah jumlah
buruh):
Keterangan:
Si = Jumlah buruh sektor i di daerah yang diselidiki
S = Jumlah buruh seluruhnya di daerah yang
diselidiki
Ni = Jumlah buruh sektor i di daerah yang lebih luas,
dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.
N = Jumlah buruh seluruhnya di daerah yang lebih
luas, dimana daerah yang diselidiki menjadi
bagiannya.
Analisis dengan LQ ini juga merupakan alat untuk
mengetahui keseimbangan suatu daerah atau subdaerah
dalam kegiatan ekspor impor pada sektor tertentu
(misalnya: sektor industri, pertanian, dll) yang dapat dilihat
dari besarnya angka LQ. Bila kenyataannya proporsi tenaga
Si/Ni Si/S LQij = ------------- = ------------ S/N Ni/N
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 22
kerja tiap kategori ini lebihbesar dari koefisien LQ, maka
kelebihannya dianggap sebagai ekspor.
Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai
sebagai berikut:
LQ > 1 : menyatakan sub daerah yang
bersangkutan memiliki potensi ekspor
dalam kegiatan tertentu.
LQ = 1 : menyatakan sub daerah yang
bersangkutan hanya dapat atau telah
mencukupi daerahnya sendiri (namun
kondisi ini perlu dikaji lebih lanjut).
LQ < 1 : menyatakan sub daerah yang
bersangkutan memiliki kecenderungan
impor dari daerah lainnya atau dengan
kata lain tidak dapat memenuhi
kebutuhan kegiatan tertentu.
(2) Analisis Shift Share
Melalui metode ini dapat dikaji lebih lanjut kondisi
kedudukan tiap wilayah dalam konteks pertumbuhan
yang lebih luas. Metode ini memiliki kemampuan untuk
dapat memperlihatkan tiap-tiap yang relatif berkembang
dan kurang berkembang serta dapat menunjukkan
potensi sumber daya.
TotalShift/Pergeseran Total (Sir) ditunjukkan dengan
rumus:
Qn Sir = Qir - { ------------ } x Qir t-n Qn
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 23
Total shift timbul karena adanya kenyataan bahwa faktor
perkembangan wilayah timbul secara seragam di seluruh
wilayah. Total shift yang naik (+) menunjukkan bahwa
wilayah tersebut mempunyai pertumbuhan faktor
perkembangan yang lebih cepat dan keuntungan dalam
mendapatkan input atau pasaran.
Proportional Shift (Pir), ditunjukkan dengan rumus:
Proportional Shift timbul dari kenyataan adanya
pertumbuhan faktor perkembangan tertentu yang
berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari faktor
perkembangan lainnya. Melalui analisis pergeseran ini
dapat diketahui wilayah dan sektor kegiatan yang relatif
lebih berkembang.
Differential Shift
Differential Shift menunjukkan suatu kenyataan bahwa
pada beberapa wilayah terjadi perkembangan yang lebih
cepat dari wilayah lainnya pada faktor-faktor
perkembangan tertentu. Wilayah-wilayah yang
nenunjukkan nilai menaik (+) bearti wilayah tersebut
memiliki akses lebih baik ke wilayah pemasaran dengan
kata lain memiliki keuntungan lokasi.
Keterangan:
Sir = Pergeseran total pada suatu indutri I di wilayah
R
Qin Qn Pir = { --------- - ----------} x Qir t-n Qint-n Qnt-n
Qir Qn Dir = { --------- - ----------} x Qir t-n Qir t-n Qn t-n
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 24
Pir = Pergeseran proporsional pada suatu indutri I di
wilayah R
Dir = Pergeseran terbagi
Qir = Pertumbuhan pada sektor ekonomi X di
wilayah R pada selang waktu t-(t-n)
Qir t-n = Aspek pertumbuhan sektor ekonomi X di
wilayah R pada waktu t-n
Qn = Pertumbuhan seluruh sektor ekonomi ditingkat
nasional (Nt Nt-n)
Qnt-n = Aspek pertumbuhan seluruh sektor ekonomi X
ditingkat nasional pada tahun t-(t-n)
Qin t-n = Aspek pertumbuhan seluruh sektor ekonomi X
ditingkat nasional pada tahun t-n
(3) Metode Analisis Kelayakan Investasi
Nilai Tunai Bersih (NPV)
Nilai tunai bersih merupakan selisih jumlah keuntungan
dengan biaya yang durumuskan sebagai ; NPV=B C,
nilai kritis untuk kriteria NPV adalah 0 (nol), artinya
setiap usul investasi yang memenuhi syarat nilai tunai
bersihnya tidak kurang dari nol, dapat diterima.
Benefit Cost Ratio
Biaya pembangunan dan manfaat-manfaat yang didapat,
diukur dengan suatu perbandingan yang dinamakan
Benefit Cost Ratio (BCR). Perhitungan ini digunakan
untuk memperhitungkan perbandingan antara
keuntungan-keuntungan yang didapat dengan biaya-
biaya yang telah dikeluarkan. Metode ini digunakan
untuk menentukan suatu proyek layakatau tidak untuk
dikerjakan. Secara sistematis BCR dapat ditentukan
sebagai berikut:
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 25
Benefit (B) = (Total Using Cost) lama - (Total Using Cost)
baru
(Total Using Cost) = VOS + Time Value
Cost (C) = Construction Cost + Maintenance Cost +
Operation Cost
Nilai-nilai yang akan muncul dari perhitungan dengan
metode ini adalah:
B/C = 1 : Manfaat pembangunan yang didapat sama
besar dengan total biaya yang dikeluarkan.
B/C > 1: Manfaat pembangunan yang didapat lebih
besar dengan total biaya yang dikeluarkan.
B/C < 1: Manfaat pembangunan yang didapat lebih
kecil dari total biaya yang dikeluarkan.
Internal Rate of Return (IRR)
Angka IRR adalah nilai I, yang menjadikan nilai tunai
bersih (NPV) sama dengan 0 (nol). Adapun prosedur
perhitungannya adalah sebagai berikut:
- Dipilih nilai bunga i, yang dianggap dekat dengan nilai
IRR yang benar, kemudian dihitung NPV dari arus yang
bersangkutan;
- Jika hasil NPV tadi negatif, berarti nilai percobaan i,
terlalu tinggi (keuntungan waktu yang akan datang
telah dinilai tunaikan dengan terlalu berat yang
membuat nilai tunai biaya melebihi bilai tunai
keuntungan), jadi dipilih nilai percobaan baru yang
lebih rendah;
- Jika hasil nilai tersebut positif, diketahui bahwa nilai
percobaan i, terlalu rendah (keuntungan diwaktu yang
akan datang belum dinilai tunaikan dengan cukup berat
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 26
untuk disamakan dengan nilai tunai biaya), jadi dipilih
percobaan baru yang lebih tinggi;
- Nilai percobaan pertama untuk nilai tunai
dilambangkan dengan i, yang kedua dengan i, nilai
percobaan pertama untuk NPV dilambangkan dengan
NPV dan yang kedua NPV. Asalkan salah satu dari
kedua perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol (yang
merupakan nilai NPV benar apabila i=IRR), maka
perkiraan IRR yang dekat didapat dari pemecahan
persamaam berikut:
(4) Analisisi Investasi
Perencanaan pembangunan pada dasarnyca akan
ditentukan oleh kemampuan penyediaan sumber
pembiayaan atas dana untuk diinvestasikan guna
mencapai laju perfumbuhan dan tingkat kesejahteraan
yang hendak dicapai. Untuk keperluan analisis ini,
biasanya digunakan konsep Incremental Capital Output Ratio
(ICOR). Perhitungan yang diperoleh berupa angka yang
menunjukan perbandingan antara investasi yang diperiukan
untuk dapat meningkatkan tarnbahan pendapatan atau
output. Angka ini dihitung untuk perkiraan kebutuhan
secara menyeluruh maupun sektoral. Dengan angka
ICOR ini akan dapat dihitung perkiraan kebutuhan
investasi secara total serta alokasi sektoral. Perhitungan
ICOR didapat dengan persamaan berikut:
NPV' IRR = i'+----------------- (i''-i') NPV'- NPV''
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 27
Untuk menghitung kebutuhan investasi, selanjutnya
dilakukan penghitungan dengan menggunakan
persamaan :
(5) Analisis Pendapatan Daerah
Kemampuan Pemerintah Pengembangan Kabupaten
Tanah Datar untuk melakukan investasi akan sangat
ditentukan oleh kondisi keuangan yang ada. Metode
analisis yang digunakan untuk memperkirakan jumlah
pendapatan yang diharapkan yaitu :
untuk meramalkan perkembangan pendapatan komponen
obyek pendapatan dan perkiraan jumlah pendapatan dari
berbagai jenis pendapatan lainnya, digunakan persamaan
bunga berganda, yaitu :
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 28
4). Analisis Sistem Jaringan Pergerakan
(1) Analisis Gravitasi
Pendekatan analisis wilayah selain faktor kependudukan,
adalah analisis terhadap polo hubungan/interaksi
antarwilayah maupun antar bagian wilayah yang satu
dengan lainnya. Anggapan dasar yang digunakan adalah
melihat suatu daerah sebagai suatu massa, sehingga
hubungan antar daeruh aiasumsikan dengan hubungan
antar massa, yang mana massa tersebut memiliki daya
tarik, sehingga terjadi soling pengaruhi antar daerah.
Permodelan yang dapat digunakan dalam melakukan
analisis terhadap polo interaksi atau keterkaitan
antardaerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah
lainnya, adalah Model Gravitasi. Penerapan model ini ini
dalam bidang analisis perencanaan kota adalah dengan
anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk,
pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang
dirniliki, mempunyai daya tank yang dapat dianalogikan
sebagai daya tarik menarik antara 2(dua) kutub magnet.
Kelemahan penerapan model ini dalam analisis wilayah,
terutama terietak pada variabel yang digunakan sebagai
alat ukur, dimana dalam fisika variabel yang digunakan,
yaitu molekul suc`u zat mempunvai sifat yang homogen,
namun tidak demikian halnya dengan unsur pembentuk
kota, misalnya penduduk. Namun demikian, hal ini fetch
dikembangkan, yaitu dengan tidak hanya memasukan
variabel massa saja, tetapi juga gejala sosial sebagai faktor
pembobot. Persamaan umum model Gravitasi ini adalah :
dimana :
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 29
Tr, = pergerakan penduduk sub-wilayah i ke sub-
wilayah j
K = tetapon empiris (bobot)
P , = pergerakan penduduk I
P, = pergerakan penduduk yang berakhir di j
P = jumlah penduduk i
(2) Analisis Aksesibilitas
Analisis terhadap Tata Ruang mempunyai tujuan untuk
(1). Mengukur aksesibilitas pergerakan dalam
kota/wilayah (2). Mengukur rasio kebutuhan dan kondisi
eksisting, pada berbagai komponen (3). Mengukur tingkat
kepentingan pembagian wilayah berdasarkan skala
pelayanan. Beberapa metoda untuk melakukan
Faktor kemudahan pencapaian baik dalam hubungan
keterkaitan antar bagian wilayah dalam wilayah
perencanaan, ataupun antar komponen dalam bagian
wilayah, sangat menentukan intensitas interaksi antar
bagian wilayah maupun antar komponen pembentuk
wilayah, serta struktur tata ruang yang direncanakan.
Terdapat 4 faktor utama yang menjadi dasar
pertimbangan penilaian aksesibilitas, yaitu fungsi jalan,
konstruksi jalan, kondisi jaan, dan jarak antar titik.
Asumsi yang digunakan dalam menghitung nilai
aksesibilitas dengan metode ini adalah sebagai berikut:
- Relief topografi dianggap sama;
- Selera atau faktor sosial diabaikan;
- Hanya ada satu jalan ke tempat yang dituju
Metoda ini merupakan upaya untuk mengukur tingkat
kemudahan pencapaian antar kegiatan, atau untuk
mengetahui seberapa mudah suatu tempat dapat
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 30
dicapai dari lokasi lainnya. Pada dasarnya model ini
merupakan fungsi dari kualitas prasarana penghubung
unit kegiatan yang satu dengan lainnya per satuan
jarak yang harus ditempuh. Model persamaannya
adalah sebagai berikut :
(3) Analisis Bangkitan Lalu Lintas
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya
bangkitan pergerakan yang diakibatkan oleh suatu
aktivitas
Q(t,m,p) = Aoj = (Aij.Xij)
i = 1
dengan:
Q = besaran lalu lintas yang dibangkitkan
p = perjalanan
t = waktu
X = variabel penentu
m = macam kendaraan
A = koefisien regresi
Dalam pengukuran bangkitan lalu lintas terdapat
beberapa variabel penentu, yaitu: maksud perjalanan,
pendapatan penduduk, pemilikan kendaraan, guna lahan
di tempat asal, jarak ke lokasi, lama perjalanan, moda
yang digunakan dan guna lahan di tempat tujuan.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 31
(4) Analisis Moda Split (Alat Angkut)
Model ini dipergunakan untuk memperoleh persentase
pemakaian moda dalam aktivitas pergerakan. Pemilihan
moda ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
Karakteristik perjalanan (maksud perjalanan)
Karakteristik dari alternatif moda (ongkos, waktu,
kenyamanan, kecepatan)
Karakteristik pribadi (akses terhadap kendaraan, usia,
pendapatan dan pekerjaan)
Metode analisis sebagai berikut:
C = A + Bs(Xs-Xs) + Ct.Yta
dengan
Xs = Karakteristik moda 1
Xs = Karakteristik moda 2
Yta = Karakteristik penduduk yang
melakukan perjalanan dalam kelompok a
A,Bs,Ct = koefesien regresi
(5) Analisis VCR (Volume Capacity Ratio)
VCR diperlukan untuk menilai tingkat kapasitas ruas
jalan yang dinayatakan dengan kendaraan dalam saatuan
penumpang per jam. Kapasitas ruas jalan adalah jumlah
kendaraan maksimum yang dapat bergerak dalam periode
waktu tertentu. Jika arus lalu lintas mendekati nilai 1
atau mendekati kapasitas, berarti kemacetan mulai
terjadi.
Model yang digunakan untuk menilai tingkat VCR adalah:
1 (1 a) Q / C
TQ = T0
1 Q / A
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 32
dimana:
TQ = waktu tempuh pada saat arus = Q
T0 = waktu tempuh pada saar arus = 0
Q = arus lalu lintas
C = kapasitas
a = indeks tingkat pelayanan
(6) Analisis Pergerakan Penduduk
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pola dan
intensitas pergerakan. Metoda analisa yang digunakan
adalah model analisa grafitasi, yaitu sebagai berikut:
Di Dj
Gi-j = K
dijx
Keterangan:
Gi-j = Besaran pergeseran relatif
K = Konstanta gravitasi
Di = Dimensi aktivitas Zone I
Dj = Dimensi aktivitas zone j
dij = jarak antara i j x = Konstanta jarak
(7) Analisis Potensi Pengembangan
Untuk mengukur potensi pengembangan, lebih dahulu
mengukur indeks aksesibilitas dengan rumus :
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 33
Langkah selanjutnya yaitu menghitung potensi
pengembangan yaitu dengan cara mengkalikan indeks
aksesibilitas dengan luas kawasan yang mungkin untuk
dikembangkan, yaitu :
Di = Ai * Hi
Dimana :
Potensi masing-masing kawasan dihitung don dijumlahkan
untuk memperoleh potensi seluruh kawasan. Dari potensi
keseluruhan ini, maka potensi relatif masing-masing kawasan
terhadap Keseluruhan kawasan (wilayah) dapat diketahui,
atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Selanjutnya untuk menentukan jumlah penduduk yang
akan dialokasikan pada masing-masing kawasan yang
potensial adalah dengan cara mengkalikan hasil proyeksi
total penduduk untuk masa mendatang dengan U; yang
secara matematis dapat dirumuskan :
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 34
Metoda lain yang cukup mudah penggunaannya yang
hingga kini masih dipergunakan adalah Metoda Perkiraan
Kebutuhan. Pada model ini digunakan standar-standar
yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan
sarana don prasarana yang memiliki implikasi terhadap
kebutuhan ruang. Beberapa standar yang digunakan
antara lain mengacu pada pedoman standar lingkungan
permukiman kota, pedoman standar pembangunan
perumahan sederhana, peraturan geomeiris jalan raya dan
jembatan dan lain-lain.
b. Analisis Pola pemanfaatan ruang, meliputi :
1). AnalisisPenentuan Kawasan Lindung
Untuk menentukan kawasan lindung, diperlukan analisis
kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan adalah analisis
untuk menilai tingkat kesesuaian lahan pada berbagai
kemungkinan penggunaan lahan, yang dilakukan dengan
menginterprestasikan sifat-sifat dari satuan peta lahan dalam
kaitannya dengan persyaratan dan kendala-kendala dalam
pengolahan lahan yang bersangkutan.
Kawasan lindung merupakan suatu wilayah spesifik yang
ditetapkan pemerintah dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang meliputi sumber daya
alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan. Tujuan umum pemanfaatan kawasan lindung
adalah untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan
hidup dan kehidupan, sebagai akibat dari kegiatan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 35
pembangunan. Mengingat fungsinya, kawasan ini perlu
dilestarikan dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Dalam
pelaksanaannya pengelolaan kawasan lindung ini dilakukan
berdasarkan KeputusanPresiden Republik Indonesia
(Keppres) nomor 32 tahun 1990.
2). AnalisisPenentuan Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan berdasarkan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
buatan. Kawasan budidaya diperoleh setelah ditentukan
peruntukan lahan sebagai kawasan budidaya. Pada
dasarnya peruntukan kawasan budidaya dapat dibagi
menjadi 2 kawasan, yaitu kawasan budidaya pertanian dan
kawasa budidaya non pertanian. Sama seperti pada
penentuan kriteria kawasan lindung, pengelolaan pada
kawasan budidaya juga diatur dalam Keppres No 32 Tahun
1990 (Lihat Tabel). Kawasan budidaya meliputi ;
1. kawasan hutan produksi 4. kawasan perindustrian
2. kawasan pertanian 5. kawasan pariwisata
3. kawasan pertambangan 6. kawasan permukiman
Untuk menghitung potensi kesesuaian lahan bagi pertanian
akan dilakukan analisis kesesuaian lahan bagi kegiatan
pertanian. Sebagai pendekatan untuk mengetahui potensi
sumber lahan yang dimiliki wilayah studi, diperlukan adanya
penentuan satuan lahan yang mencerminkan unit
karakteristik lahan yang memiliki homogenitas dari faktor-
faktor yang dipertimbangkan. Satuan lahan tersebut
selanjutnya dapat menjadi dasar untuk melakukan analisis
kesesuaian lahan.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 36
2. Analisis Pola Pemanfaatan Ruang
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase
berdasarkan perbandingan antara seluruh luas lantai dasar
bangunan dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
KDB diperlukan untuk membatasi luas lahan yang tertutup
perkerasan, sebagai upaya melestarikan ekosistem, sehingga dalam
lingkungan yang bersangkutan sisa tanah sebagai ruang terbuka
masih mampu menyerap/mengalirkan air hujan ke dalam tanah.
Komponen yang termasuk perhitungan KDB adalah bangunan (yang
tertutup atap) dan tutupan lainnya seperti jalan masuk, teras dan
lain-lain yang tidak bisa menyerap air ke dalam tanah.
Rumus :
Luas Wilayah Terbangun x 100%
KDB Blok =
Luas Blok Peruntukkan
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam
Pedoman Bidang Penataan Ruang, KDB dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Unit lingkungan dan atau kawasan dengan kepadatan sangat
tinggi (lebih besar dari 75%);
2) Unit lingkungan dan atau kawasan dengan kepadatan tinggi
(60% - 75%);
3) Unit lingkungan dan atau kawasan dengan kepadatan menengah
(45 % - 60%);
4) Unit lingkungan dan atau kawasan dengan kepadatan rendah
(30% - 45 %);
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 37
5) Unit lingkungan dan atau kawasan dengan kepadatan sangat
rendah (30%).
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan antara
jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan terhadap luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. KLB ditetapkan sesuai dengan rencana
intensitas penggunaan lahan yang sekaligus dapat membatasi
ketinggian bangunan.
Penentuan KLB didasarkan pada rasio antara luas lantai dengan
luas keseluruhan lahan/persil. Nilai KLB maksimum dapat
menunjukkan ketinggian bangunan maksimum yang diperbolehkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota, KLB dapat
diklasifikasikan sebagai berikut Tabel.
Rumus :
Luas Total Lantai Seluruh Bangunan x 100%
KLB Blok =
Luas Blok Peruntukkan
c. Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan adalah jumlah bangunan di atas satu luasan
lahan tertentu yang dinyatakan dalam bangunan/Ha.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan kepadatan
bangunan adalah : Faktor kesehatan (air bersih; sanitasi dan
pembuangan limbah, cahaya, sinar matahari, udara, dan
ketenangan; ruang gerak dalam tempat tinggal), Faktor Sosial (ruang
terbuka probadai, privasi, perlindungan, fasilitas lingkungan); Faktor
Teknis (resiko kebakaran, ketersediaan lahan untuk bangunan, dan
daya hubung, kondisi tanah).
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 38
Rumus :
Jumlah Bangunan
Kepadatan Bangunan =
Luas Lahan
Kepadatan bangunan sedang yang ideal tidak kurang dari 40
bangunan/ha, sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri PU No.
378/KPTS/1987, Lampiran 22 sebagai berikut
TABEL 3.3 - 1
KLASIFIKASI KEPADATAN BANGUNAN
Klasifikasi Kepadatan Bangunan
(Bangunan/Ha)
Sangat Rendah < 10
Rendah 11 40
Sedang 41 60
Tinggi 61 80
Sangat Tinggi > 81
Sumber: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
378/KPTS/1987.
d. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah angka persentase berdasarkan
perbandingan jumlah lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan
atau peresapan air terhadap luas tanah/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang. Arahan ketentuan KDH yaitu
minimum ditetapkan sebesar 30% untuk berlaku untuk setiap fungsi
peruntukan.
e. Ketinggian Bangunan
Ketinggian Bangunan ialah suatu nilai yang menyatakan jumlah
lapis/lantai (storey) maksimum pada petak lahan.
Ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan lapis atau Ianlai
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 39
(Lantai Dasar = Lantai 1) atau meter.
Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan sebagai barikut :
Ketinggian ruang pada lantai dasar ditentukan dengan fungsi
ruang dan arsitektur bangunannya;
Dalam hal perhitungan keinggian bangunan, apabila jarak
vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5
meter, maka ketinggian bengunan dianggap sebagai dua Iantai;
Mezanin yang luasnya 50% dari luas lantai dasar dianggap
sebagai lantai penuh
Terhadap bangunan tempat ibadat; gedung pertemuan, gedung
pertunjukan, gedung sekolah, bangunan monumental, gedung
olah raga, bangunan serba guna dan bangunan sejenis lainnya
tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2);
Apabila tinggi tartan pekarangan bertada di bawah titik
ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat kemiringan yang
curam atau perbedaan tinggi yang besar pada tanah
Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan sebagai berikut:
(1) Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi
ruang dan arsitektur bangunannya;
(2) Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak
vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5
meter, maka ketinggian bangunan dianggap sebagai dua lantai;
(3) Mezanin yang luasnya 50% luas lantai dasar dianggap sebagai
lantai penuh;
(4) Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung
pertunjukan, gedung sekolah, bangunan momumental, gedung
oleh raga, bangunan serbaguna, dan bangunan sejenis lainnya
tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2).
(5) Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik ketinggian
(peil) bebas banjir also terdapat kemiringan yang curam atau
perbedaan tinggi, yang besar pada tanah asli suatu perpetakan,
make tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan oleh instansi yang
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 40
berwenang mengeluarkan IMB;
(6) Pada bangunan ruman tinggal kopel, apabila terdapat perubahan
atau penambahan pada ketinggian bangunan harus tetap
diperhatikan kaidah-kaidah arsitektur bangunan kopel;
(7) Pada bangunan rumah tinggal, tinggi puncak atap bangunan
maksimal 12 meter diukur secara vertikal dari permukaan tanah
pekarangan atau dari permukaan lantai dasar dalam hal
permukaan tanah tidak teratur;
(8) Kepala Daerah menetapkan kekecualian dari ketentuan pada
butir (1) di atas bagi bangunan yang karema sifat atau fungsinya
terdapat detail ornamen tertentu;
(9) Tinggi tampak rumah tinggal tidak boleh melebihi ukuran jarak
antar kaki bangunan yang akan didirikan sampai GSB yang
berseberangan dan maksimal 9 meter;
(10) Tinggi tampak bangunan rumah susun diatur sesuai pola
ketinggian bangunan atau sesuai pedoman pembangunan.
(11) Pada bangunan yang menggunakan bahan kaca pantul pada
tampak bangunan sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi
24% dengan memperhatikan tata letak dan orientasi bangunan
terhadap matahari.
TABEL 3.3 - 2
f. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis bagi lahan yang boleh
dan tidak boleh ada bangunan di atasnya yang terdapat pada
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 41
masing-masing blok peruntukan. Arahan GSB ditentukan menurut
hirarki jalan dan ditetapkan pertimbangan keamanan, kesehatan,
kenyamanan, keserasian dengan lingkungan dan ketinggian
bangunan serta dapat berbeda untuk tiap kelas bangunan pada
kawasan campuran. Arahan GSB merupakan aturan wajib yang
harus diterapkan secara tegas dan konsisten.
Arahan GSB ditentukan setengah ROW. Ketentuan ini merupakan
ketentuan yang berlaku umum di kota-kota di Indonesia terutama
untuk kawasan yang tidak diatur GSB-nya secara khusus. Untuk
kawasan dengan intensitas bangunan padat/rapat, maka garis
sempadan samping dan garis sempadan belakang bangunan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas
pekarangan.
Struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak
sekurang-kurangnya 10 cm ke arah dalam dari batas
pekarangan, kecuali untuk bangunan rumah tinggal.
Untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang semula
menggunakan bangunan dinding batas bersama dengan
bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk membuat dinding
batas tersendiri di samping dinding batas terdahulu.
Pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas
samping, sedangkan jarak bebas belakang ditentukan
minimum setengah dari besarnya garis sempadan muka
bangunan.
g. Garis Sempadan Sungai (GSS)
Arahan garis sempadan sungai ditentukan berdasarkan Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung dan Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Provinsi
Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Pembangunan di Pinggir
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 42
Sungai dan Sumber Air. Keppres No. 32 Tahun 1990 menyebutkan
bahwa kondisi ideal Garis Sempadan Sungai adalah sebagai berikut:
a) Untuk sungai yang berada di luar kawasan permukiman,
kawasan sempadannya berada pada minimal 100 m di kiri-kanan
sungai besar dan 50 meter di kiri-kanan anak sungai.
b) Untuk sungai yang berada di dalam kawasan pemukiman,
kawasan sempadannya berada pada jarak antara 10-15 m di kiri-
kanan sungai besar maupun anak sungai.
Perda Pemerintah Provinsi Jawa Barat No. 8 Tahun 2005
menyebutkan bahwa pola umum penataan daerah sempadan
sungai dan sumber air adalah sebagai berikut:
Bebas dari bangunan permanen dan semi permanen.
Bebas dari pemukiman liar.
Bebas dari pembuangan sampah dan limbah padat.
Bebas dari pencemaran limbah cair secara langsung.
Pemanfaatan daerah sempadan sejauh mungkin untuk jalur
hijau.
Bangunan-bangunan dan atau prasarana pelayanan yang
melintasi sungai tidak mengganggu pemeliharaan alur sungai
dan sumber air. Selain itu, untuk bangunan di sekitar sungai
harus mempunyai bagian muka yang menghadap sungai.
h. Garis Sempadan Jaringan SUTT
Arahan garis sempadan Sambungan Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
ditentukan berdasarkan Undang Undang No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor 975/K/47/MPE/1999 yang disesuaikan dengan kondisi
SUTT. Garis sempadan SUTT ditetapkan dari titik terluar jaringan
SUTT.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 43
3.4 PROGRAM KERJA
3.4.1 Proses Penyusunan RDTR
Proses penyusunan RDTR mencakup kegiatan persiapan
penyusunan,persiapan penyusunan, pengumpulan data, pengolahan
data dan perumusan konsepsirencana.
a. Persiapan penyusunan
Persiapan penyusunan rencana terdiri atas:
1). persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap TOR/KAK
penyiapan anggaranbiaya;
2). persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan
metodologi/metode dan teknikanalisis rinci, rencana rinci dan
penyiapan rencana survei.
b. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan dan
penyusunanrencana struktur dan pola ruang wilayah perencanaan,
harus dilakukan pengumpulandata primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi:
1). Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui
penyebaranangket, temu wicara, wawancara orang perorang dan
lain sebagainya;
2). Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah perencanaan
secara langsungmelalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah
kabupaten/kota.
Pengumpulan data sekurang-kurangnya meliputi:
1). Data wilayah administrasi;
2). Data fisiografis;
3). Data kependudukan;
4). Data ekonomi dan keuangan;
5). Data ketersediaan prasarana dan sarana ;
6). Data peruntukan ruang;
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 44
7). Data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
8). Data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas
bangunan, tata massa
9). bangunan);
10). Peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan,
penguasaan lahan,
11). penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala peta
minimal 1:5.000.
Seperti halnya dalam penyusunan RTRW kota, tingkat akurasi data,
sumberpenyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia
data, tingkat kesalahan,variabel ketidakpastian, serta variabel-
variabel lainnya yang mungkin ada, perludiperhatikan dalam
pengumpulan data. Data dalam bentuk data statistik dan peta,
sertainformasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series)
minimal 5 (lima) tahunterakhir dengan kedalaman data setingkat
kelurahan. Dengan data berdasarkan kurunwaktu tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang
terjadipada bagian dari wilayah kabupaten/kota.
c. Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penyusunan RDTR kabupaten/kota
meliputi:
1). Analisis karakteristik wilayah, meliputi:
a. kedudukan dan peran bagian dari wilayah kota dalam wilayah
yanglebih luas (kota);
b. keterkaitan antarwilayah kota dan antara bagian dari
wilayahkota;
c. keterkaitan antarkomponen ruang di wilayah perencanaan;
d. karakteristik fisik bagian dari wilayah kota;
e. karakteristik sosial kependudukan;
f. karakteristik perekonomian;
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 45
g. kemampuan keuangan daerah.
2). Analisis potensi dan masalah pengembangan wilayah
perencanaan, meliputi:
a. analisis pusat-pusat pelayanan;
b. analisis kebutuhan ruang; dan
c. analisis perubahan pemanfaatan ruang.
3). Analisis daya dukung dan daya tampung (termasuk
prasarana/infrastruktur danutilitas) dan daya tampung
lingkungan hidup yang ditentukan melalui kajianlingkungan
hidup strategis (KLHS) wilayah perencanaan, meliputi:
a. karakteristik umum fisik wilayah (letak geografis, morfologi
wilayah, dansebagainya);
b. potensi rawan bencana alam (longsor, banjir, tsunami dan
bencana alamgeologi);
c. potensi sumberdaya alam (mineral, batubara, migas, panas
bumi dan airtanah);
d. kesesuaian penggunaan lahan; dan
e. kesesuaian intensitas pemanfaatan ruang dengan daya
dukung fisik dan dayadukung prasarana/infrastruktur dan
utilitas pada blok/wilayah perencanaan.
4). Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan.Keluaran dari
pengolahan data ini setidaknya adalah:
a. potensi dan masalah pengembangan di wilayah perencanaan;
b. peluang dan tantangan pengembangan;
c. kecenderungan perkembangan;
d. perkiraan kebutuhan pengembangan di wilayah perencanaan;
e. intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung(termasuk prasarana/infrastruktur maupun
utilitas);
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 46
f. teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan
bangunan.
d. Perumusan Konsepsi/NaskahAkademis RDTR kota
Perumusan konsepsi rencana detail dilakukan dengan:
1). mengacu pada RTRW kabupaten/kota;
2). mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang
penataan ruang;
3). memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
kotadan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kota.
Konsep RDTR dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukansebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep
pengembangan wilayah,yang berisi:
1). Rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan
wilayah
2). konsep pengembangan wilayah.
Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai
dasarperumusan RDTR . Hasil kegiatan perumusan konsepsi rencana
detailyang berupa RDTR kabupaten/kota terdiri atas:
1) Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan;
2) kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah perencanaan;
3) rencana struktur ruang wilayah perencanaan;
4) rencana pola ruang wilayah perencanaan;
5) rencana penanganan kawasan dan bangunan;
6) rencana pemanfaatan ruang; dan
7) ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 47
3.4.2 Pelibatan Peran Masyarakat
Pelibatan masyarakat dalam penyusunan RDTR dilakukan pada
tahapan:
a. Pada tahap persiapan, pemerintah telah melibatkan masyarakat
secara pasif denganpemberitaan mengenai informasi penataan ruang
melalui (misalnya):
1). Media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);
2). brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, buku;
3). kegiatan pameran, pemasangan poster, pamflet, papan
pengumuman, billboard;
4). kegiatan kebudayaan (misal: pagelaran wayang dengan
menyisipkan informasiyang ingin disampaikan di dalamnya);
5). multimedia (video, VCD, DVD);
6). website;
7). ruang pamer atau pusat informasi; dan/atau
8). pertemuan terbuka dengan masyarakat/kelompok masyarakat.
b. Pada tahap pengumpulan data, peran masyarakat/organisasi
masyarakat akan lebihaktif dalam bentuk:
1). pemberian data dan informasi kewilayahan yang
diketahui/dimiliki datanya;
2). pendataan untuk kepentingan penatan ruang yang diperlukan;
3). pemberian masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana
penataan ruang; dan
4). identifikasi potensi dan masalah penataan ruang.
Media yang digunakan untuk mendapatkan infomasi/masukan dapat
melalui:
1). kotak aduan;
2). pengisian kuesioner, wawancara;
3). website, surat elektronik, form aduan, polling, telepon, pesan
singkat/SMS;
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 48
4). pertemuan terbuka atau public hearings;
5). penyelenggaraan konferensi; dan/atau
6). ruang pamer atau pusat informasi.
c. Pada tahap perumusan konsepsi RDTR , masyarakat terlibat
secaraaktif dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog
dilakukan antara lain melaluikonsultasi publik, dan bentuk
komunikasi dua arah lainnya.
Pada kondisi keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
penataan ruang telahebih aktif, maka dalam penyusunan RDTR
dapat memanfaatkanlembaga/forum yang telah ada seperti:
1). satuan kerja (task force/technical advisory committee);
2). steering committee;
3). forum delegasi; dan/atau
4). forum pertemuan antar pemangku kepentingan.
Asosiasi profesi terkait dengan penataan ruang serta perguruan
tinggi dapat dilibatkandalam setiap tahapan penyusunan RDTR .Lebih
jelasnya lihat tabel berikut :
3.4.3. ORGANISASI DAN PERSONIL
Jangka waktu pelaksanaan untuk penyelesaian pekerjaan ini adalah 4
(empat) bulan, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja oleh Kuasa Pengguna Anggaran. Dalam jangka waktu tersebut
Konsultan diharuskan berkonsultasi seefektif mungkin dengan Pemberi
Tugas/Tim Teknis. Tenaga Ahli yang dibutuhkan, sesuai KAK, yaitu:
Sebagaimana telah dijelaskan didalam KAK, Konsultan akan membuat
perincian tanggung jawab setiap Tenaga Ahli yang ditugaskan dalam
pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan RDTR Kawasan Cubadak
Kabupaten Tanah Datar , sebagai berikut :
1. Ketua Tim/Ahli PWK
Ketua Tim/Ahli PWK dengan pengalaman pada pekerjaan Penataan
Ruang, memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai Team Leader
sebagai berikut:
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 49
a. melakukan fungsi koordinasi dan supervisi/pengawas internal
Tim Konsultan untuk seluruh pekerjaan, baik pekerjaan lapangan
maupun pekerjaan analisa dan kantor selama 4 bulan penuh
sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai;
b. memberi petunjuk dan pengarahan kepada masing-masing
anggota tim sesuaibidang tugasnya;
c. inventarisasi data sekunder dan hasil-hasil penelitian terdahulu;
d. mengidentifikasi potensi dan permasalahan penataan ruang di
wilayah perencanaan secara regional yang memungkinkan terjadi
sebagai akibat dari konsentrasi pengembangan yang berlebihan di
wilayah perencanaan;
e. melakukan interpretasi dan analisis makro dan mikro terhadap
pola penggunaan ruang dan struktur ruang baru yang dapat
dikembangkan;
f. melaksanakan evaluasi untuk menentukan pembagian zonasi
peruntukan ruang baru dan memperkirakan batasnya dengan
mempertimbangkan analisis kondisi geologi setempat terhadap
zona aman, zona rawan, zona kritis, dan zona rusak;
g. menyusun laporan akhir dan mengarahkan anggota Tim dalam
menyusun laporan sesuai bidang tugasnya.
2. Ahli Sipil
Ahli Sipil yang dibutuhkan sesuai KAK adalah sebanyak 1 (dua)
orang dengan tugas dan tanggungjawabnya, antara lain :
a. Mengamati pola transportasi di wilayah perencanaan dan
mengkaji permasalahan dan kendala yang terjadi pada saat ini;
b. Menganalisis alternatif solusi masalah penanganan transportasi
yang dapat dilakukan di masa yang akan datang sesuai dengan
pola ruang yang diusulkan untuk dikembangkan;
c. Membantu Team Leader dalam melakukan diskusi dan konsultasi
dengan Pemberi Tugas maupun Tim Teknis;
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 50
d. Membantu Team Leader dalam menyusun laporan hasil
pekerjaan.
3. Ahli Planologi
Ahli Planologi yang dibutuhkan sesuai KAK adalah sebanyak 1 (dua)
orang dengan tugas dan tanggungjawabnya, antara lain :
a. Membantu Team Leader dalam melaksanakan survey lapangan
untuk melakuka pendata terhadap kawasan perencanaan;
b. Membantu Team Leader menyiapkan peta rencana sesuai tematik
yang diatur dalam pedoman penyusunan RDTR ;
c. Membantu Team Leader dalam melaksanakan diskusi dan
konsultansi dengan Pemberi Tugas.
4. Ahli Sosial Ekonomi Wilayah
Ahli Sosial Ekonomi Perkotaan yang dibutuhkan sesuai KAK adalah
sebanyak 1 (satu) orang dengan tugas dan tanggungjawabnya, antara
lain :
a. Mengidentifikasi karakteristik kegiatan sosial ekonomi perkotaan
di wilayah perencanaan;
b. Menganalisis kondisi sosial ekonomi perkotaan pada saat ini;
c. Melakukan analisis potensi investasi ekonomi di wilayah
perencanaan untuk masa yang akan datang;
d. Membantu Team Leader dalam melakukan diskusi dengan Tim
Teknis sesuai bidang keahliannya.
5. Tenaga Penunjang dan Tenaga Pendukung
a. Drafter,
b. Surveyor,
c. Administrasi,
Alokasi tenaga pelaksana kegiatan pekerjaan Penyusunan RDTR
Kawasan Nagari Cubadak Kabupaten Tanah Datar ini, sebagaimana
telah dijelaskan di atas, terdiri dari beberapa tenaga ahli dari berbagai
disiplin ilmu yang tergabung dalam satu Team Work. Bertitik tolak dari
lingkup pekerjaan hakekat tujuan dan sasaran tersebut maka personil-
personil yang dilibatkan untuk kelancaran pekerjaan perencanaan
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 51
dimaksud. Pemilihan tenaga ahli berdasarkan pada :
Lingkup Pekerjaan
Pengalaman Tenaga Ahli/Proyek Sejenis dan Disiplin terkait
Permasalahan spesifik yang mungkin dihadapi
Tujuan dan Hasil Akhir yang diharapkan
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan dan pihak-pihak yang terkait dalam
pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Penyusunan RDTR
Kawasan Nagari Cubadak Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada
ilustrasi pada Gambarberikut:
-
Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Cubadak
DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. TANAH DATAR | III - 52
Gambar 3.4 - 1
ORGANISASI TIM KONSULTAN
PENYUSUNAN RDTR KAWASAN NAGARI CUBADAK
KABUPATEN TANAH DATAR
DIREKTUR UTAMA
6.1.1.1
Team Leader / Ahli PWK
6.1.1.2
KPA / PPK / PEMBINA / ADVISOR
DIREKTUR TEKNIK TIM TEKNIS RDTR Sub Wilayah
KOTA KABUPATEN TANAH DATAR
Garis Kontraktual
Garis Koordinasi Kerja
TENAGA PENDUKUNG
SURVEYOR
ADMINISTRASI
DRAFTER
TENAGA AHLI
AHLI PLANOLOGI
(1 ORANG)
AHLI SIPIL (1 ORANG)
AHLI EKONOMI WILAYAH (1 ORANG)