Download - e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja
Ba
E.1
A.
B.
1)
PT. KENC
agian
PENDEK
UMUM
Sesuai ur
Konsultan
selanjutny
berupa pe
Dalam me
diperlukan
hasil opti
penunjang
Untuk dap
hasil stud
Untuk me
pelaksanaa
PENDEKA
Pendekata
Untuk pe
Penyaringa
E
CANA ADHI K
PEPR
Pada bdigpro
me
KATAN T
raian tugas
berkewaji
ya dilakukan
laporan dan
elaksanakan
n metode pe
mal. Untuk
agar dapat
pat menduku
di yang opti
erealisasika
an pekerjaa
TAN TEKN
an Operasio
elaksanaan
an di Kabu
KARMA
NDEKAROGRAM
bagian ini mengugunakan untuk mogram kerja terk
sistematinguraikan tenta
TEKNIS
s yang terc
ban untuk
n tahap pere
gambar des
pekerjaan
elaksanaan p
k itu dipe
tercapai pe
ung pekerja
imal, diperl
an hal ter
n antara k
NIS
onal
pekerjaan
upaten Jem
ATAN, M KERJ
uraikan tentang pmencapai tujuan kait dengan pekeis dan terarah gung organisasi ser
peke
DAN ME
cantum dala
dapat men
encanaan da
sain.
n sesuai de
pekerjaan y
erlukan be
erencanaan
aan perenca
ukan suatu
rsebut per
konsultan se
n “Pengawa
mbrana” ini
METODJA
pendekatan tekn dan sasaran. Seerjaan yang akanuna mencapai turta personil yang
erjaan baik tenag
ETODOLO
am "Kerang
nganalisa se
an analisa se
engan tang
yang tepat a
berapa da
desain deng
anaan desain
prosedur p
lu disusun
ebagai pelak
asan Peng
konsultan
DOLOG
nis dan metodoloelain itu juga men dilaksanakan yujuan dan sasarag akan terlibat dga inti maupun t
OGI
gka Acuan K
emua data y
ehingga dipe
ggung jawa
agar dapat d
ta/laporan
gan baik.
n agar dida
pelaksanaan
organisas
sana dan pe
gamanan P
akan meliba
GI DAN
ogi yang akan akenguraikan tentayang disusun secaan. Serta juga akdalam pelaksanatenaga pendukun
Kerja (KAK)
yang ada da
eroleh produ
b konsulta
dicapai suat
dan saran
patkan suat
n yang bai
i, tata car
emberi kerja
Pantai Des
atkan tenag
E‐1
kan ang ara kan aan ng.
)",
an
uk
an,
tu
na
tu
k.
ra
a.
sa
ga
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐2PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pekerjaaan monitoring
pengamanan pantai, sesuai dengan ketetapan personil pada Kerangka Acuan
Kerja. Untuk memperlancar tugas, pelaksanaan pekerjaan akan didukung oleh
fasilitas penunjang berupa peralatan yang memadai dan sistem kerja yang
seefisien mungkin.
Konsultan akan memberikan jasa-jasa teknis secara efisien dan efektif dalam
pelaksanaan pekerjaan pengawasan ini, melalui organisasi dan staffing, cara
kerja dan sistem komunikasi, seperti :
a. Organisasi dan Staffing.
Konsultan akan mengorganisasikan suatu tim proyek yang merupakan tenaga
ahli yang berkualitas serta terintegrasi dengan pembagian tugas menurut
bidang atau spesialisasinya.
b. Pelaksanaan
Dengan mempertimbangkan sifat dan jenis studi yang akan dilaksanakan,
Tim Konsultan akan menerapkan pelaksanaan pekerjaan secara koordinatif.
Dalam hal ini setiap tenaga ahli akan melakukan koordinasi baik dengan
intern maupun ekstern.
Disamping itu, secara khusus Ketua Tim / Team Leader berkewajiban
melakukan koordinasi dalam hal kesimpulan hasil akhir studi dari beberapa
tenaga ahli agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat tercapai dengan baik.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐3PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
2) Pendekatan Teknis Pelaksanaan
Hasil pekerjaan yang baik hanya dapat dijamin tercapai sesuai rencana bila
desain yang benar dilaksanakan dengan penerapan peraturan-peraturan, kode-
kode dan standar-standar resmi yang telah tercantum dalam dokumen kontrak
dan ditunjang dengan pengalaman-pengalaman positif yang diperoleh dari
proyek-proyek sejenis lainnya.
Penentuan tahapan pelaksanaan pekerjaan harus jelas dengan telah
mempertimbangkan kondisi lahan proyek (dan area kerja) sehingga pelaksanaan
pekerjaan efektif dan efisien dari sudut pertimbangan waktu dan biaya.
3) Standard Peraturan Teknis
PENDEKATAN OPERASIONAL
TEPAT TEPAT MUTU
FASILITAS
TRANSPORTASI
LAPANGAN
KANTOR
STUDIO
KOMUNIKASI
KUALITAS
KAPASITAS
TENAGA AHLI
INTERN
EKSTERN
KOORDINASI
INTERN
EKSTERN
ORGANISASI
EFEKTIF
EFISIEN
OPERASIONAL
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐4PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Standar dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam
pelaksanaan pekerjaan studi ini pada dasarnya menggunakan standar yang
sudah umum berlaku di Indonesia dan disesuaikan dengan perkembangan
wilayah yang ada. Adapun standar-standar yang dimaksud tersebut antara lain
adalah :
a) Pedoman pengumpulan data dan studi hidrologi yang dikeluarkan oleh
Kementerian PU.
b) Shore Protection Manual, SPM
c) American Society for Testing and Materials ; ASTM
d) Standard Nasional Indonesia ; SNI
e) Standar Manual Penanganan Pantai dari negara lain yang relevan (Coastal
Engineering Manual, Dep of US Army th. 2002).
f) Standar Pelaksanaan Bangunan Menggunakan Batu Besar ( Manual Use of
Rock, CIRIA, Tahun 2004).
g) Dan referensi lainya.
C. METODOLOGI PELAKSANAAN
1) Umum
Kegiatan monitoring merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan
pemeliharaan. Melalui kegiatan monitoring dapat diketahui perubahan di pantai,
bangunan pelindung pantai dan semua yang terkait dengan proyek yang ditinjau.
Untuk memperoleh data monitoring yang berkualitas, harus memperhatikan
tahapan baku pengukuran.
2) Pekerjaan Monitoring
Kegiatan monitoring merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan
pemeliharaan. Melalui kegiatan monitoring dapat diketahui perubahan di pantai,
bangunan pelindung pantai dan semua yang terkait dengan proyek yang ditinjau.
Untuk memperoleh data monitoring yang berkualitas, harus memperhatikan
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐5PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
tahapan baku pengukuran.
I. Pengecekan Visual dan Site Survey Checking
Pengecekan visual dan site survey checking akan dilaksanakan di lokasi
pekerjaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
aktual secara visual hingga dapat diperoleh informasi tingkat perubahan,
kerusakan dari isian pasir, keadaan bangunan pelindung pantai, lansekap
dll.
Metode pelaksanakan pengecekan visual ini melalui pengambilan foto
dokumentasi dan pengisian form monitoring mengenai semua kondisi yang
terjadi. Melalui foto dokumentasi ini dapat diketahui perubahan garis
pantai dalam periode tertentu.
Pengambilan photo dilaksanakan dalam posisi pengambilan yang sama dan
sudut pengambilan yang sama di setiap waktu monitoring. Hal ini
bertujuan agar pengamatan terhadap titik pengambilan tersebut tidak
berubah, sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi di lokasi
monitoring. Apabila terdapat bangunan yang rusak, maka diperlukan
pengambilan photo tambahan sebagai informasi yang berguna. Seri
kronologis dokumentasi yang diambil akan memberikan informasi yang
sangat berguna di kemudian hari apabila terjadi kegagalan konstruksi.
Contoh Pengambilan Foto Teresteris Pantai Kuta Pada Posisi Yang Sama (Dari kiri ke kanan (Januari 2008, Desember 2008,Juni 2009)
II. Kegiatan Survey dan Pengukuran
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐6PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Kegiatan survey dan pengukuran dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan yang terjadi terhadap bangunan pelindung pantai dan terutama
perubahan bentuk garis pantai di lokasi monitoring. Melalui data survey
yang diperoleh dapat diketahui perkembangan kondisi dari objek (pantai,
bangunan pelindung pantai) dengan acuan data-data pengukuran yang
telah dilakukan sebelumnya. Untuk itulah perlu dilakukan kegiatan survey
dan pengukuran secara berkala agar kondisi dari perubahan dapat
diketahui secara baik.
a. Perlengkapan Survey
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik, diperlukan kemampuan
tenaga survey dan tenaga ahli yang tepat serta mengerti tujuan
dilaksanakannya pekerjaan ini. Selain itu diperlukan dukungan alat
bantu pelaksanaan yang sesuai antara lain;
1. Topographic Survey : Digital Total Station c/w Tripod dan Prisma
Automatic Level c/w Tripod dan Measuring Staff
2. Photo Equipment : Good, qualified digital camera (SLR is prefered)
3. Monitoring Devices : Measuring tapes, binocular, turbidity meter,
water quality measurement kit,dll.
4. Form Survey : Untuk memberikan hasil yang optimal terhadap
semua aktifitas pekerjaan, konsultan membuat form pengamatan.
Form ini harus di acu dalam pelaksanaan kegiatan lapangan
sehingga hasil yang diharapkan dapat tepat dan memudahkan
kontrol kualitas pekerjaan. Dokumentasi, sket dan interpretasi
yang baik dari team akan sangat berpengaruh terhadap hasil
pekerjaan secara keseluruhan. Pada halaman berikut ditampilkan
form-form yang digunakan untuk melakukan monitoring garis
pantai dan bangunan pantai.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐7PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐8PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐9PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐10PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐11PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
b. Survey Hidro Oceanografi
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐12PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Survey hidro ocenografi merupakan bagian dari data primer yang
harus dilakukan oleh konsultan sebagai masukan data. Data hidro
oceanografi dilakukan untuk mengetahui elemen kelautan di luar
gelombang dan kontur dasar laut. Masing-masing data memiliki
peranan yang cukup signifikan terhadap kondisi perubahan kontur di
pantai, untuk itu pelaksanaan survey ini harus dilakukan dengan tepat.
Survey Hidro Oceanografi yang dilakukan dalam lingkup pekerjaan ini
antara lain pengamatan pasang surut (tide observation), pengukuran
gelombang (wave measurement), pengukuran arus (current
measurement) di beberapa lokasi yang mewakili keperluan desain.
Tiga komponen pengukuran tersebut akan digunakan dalam analisis
tren perubahan garis pantai, perencanaan arah atau pola pergerakan
arus, gelombang dan sedimen serta simulasi numeris penanganan
sesuai kondisi di lapangan.
Berikut ini beberapa tujuan yang perlu dicapai sehubungan dengan
pelaksanaan survey hidro oceanografi, antara lain :
Pengamatan Pasang Surut (Tide Measurement)
Melalui pengamatan pasang surut selama 30 hari, konsultan
melakukan proses analisa dan diperoleh elevasi penting ( HWL, MSL
dan LWL ). Melalui data-data inilah digunakan sebagai referensi yang
akan digunakan dalam penentuan elevasi bangunan, tanah dan rencana
penanganan.
Awal dari semua tahap desain berada pada pengamatan pasang surut,
sehingga pembacaan data harus dilakukan dengan tepat. Apabila
terjadi kesalahan dalam analisa, terjadi permasalahan;
• Apabila elevasi LWL terlalu tinggi, maka rencana bangunan akan
menggantung saat terjadi scouring di kaki bangunan. Sedangkan
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐13PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
apabila terlalu rendah, puncak bangunan akan terlampaui saat
gelombang rencana.
• Apabila elevasi LWL terlalu rendah, maka rencana bangunan akan
lebih besar dari keperluan sebenarnya (boros). Sedangkan apabila
terlalu tinggi, puncak bangunan akan terlampaui saat gelombang
rencana.
Pengukuran Gelombang (Wave Measurement)
Pengukuran gelombang merupakan kegiatan pemetikan data primer
sebagai kalibrasi analisa data hindcasting data angin. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui kondisi gelombang nyata yang terjadi di
perairan laut dalam.
Pengukuran Arus (Current Measurement)
Pengukuran arus dilakukan untuk mengetahui pola pergerakan arus
dominan saat kondisi air pasang dan air surut. Tentunya hal ini
berdampak pada pola sebaran sedimen mengingat arus pasang dan
surut berdampak besar pada pola pergerakan partikel sedimen di
dasar perairan.
c. Survey Topografi
Kegunaan dari survey topografi adalah untuk memantau kondisi garis
pantai di lokasi pekerjaan sehingga diketahui kondisi terbaru dan
diperoleh data urutan dari garis pantai. Melalui data yang diperoleh
akan digunakan untuk :
Mengetahui pola perubahan garis pantai sehingga lebih lanjut
akan diketahui jumlah isian pasir yang diperlukan untuk kegiatan
pengisian kembali pantai-pantai ini.
Menganalisa kinerja bangunan pelindung pantai dalam
hubungannya untuk mempertahankan daerah isian pasir yang
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐14PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
dilakukan.
Melalui kedua analisa di atas, dapat dilakukan evaluasi
menyeluruh sehingga fungsi dari bangunan dapat optimal dalam
mempertahankan isian pasir atau mempertahankan garis pantai.
Survey monitoring garis pantai akan dilakukan berdasarkan
penampang melintang (cross section) yang telah dipilih dalam
kegiatan survey sebelumnya dan semua bangunan yang berada dalam
satu sistem pantai. Berikut ini beberapa acuan standar yang
melingkupi kegiatan survey topografi garis pantai;
1. Cross section pantai diambil tegak lurus garis pantai dengan
interval ± 50 m sepanjang pantai yang dilakukan monitoring
(koordinat titik yang diambil sesuai dengan survey yang dilakukan
terdahulu).
2. Secara umum batasan survey di darat adalah walkway atau
bangunan terdekat dari pantai. Berdasarkan data survey
sebelumnya sisi datar yang diambil adalah 25 m dan sisi miring 75
m mengikuti kemiringan (slope) pantai yang ditinjau dari titik
kontrol.
3. Cross section yang diambil dilakukan pendataan elevasi dan
koordinat titik yang diambil pada berdasarkan titik acuan dasar
(Bench Mark).
4. Survey akan dilakukan semaksimal mungkin hingga closure zone
(zona dimana pergerakan pasir aktif masih terjadi. Penetapan
jangkauan closure zone merupakan salah satu kesepakatan tenaga
ahli dan direksi pekerjaan sesuai dengan karakteristik masing-
masing lokasi pekerjaan.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐15PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Topographic monitoring survey yang dilakukan secara periodik ini akan
memerlukan team yang terdiri dari; seorang (1) Senior Surveyor,
seorang (1) Assistant Surveyor, dan dua (2) orang tenaga lapangan.
Berikut ini alat yang digunakan untuk kegiatan survey monitoring:
- Satu (1) set Digital Total Station lengkap dengan reflector.
- Satu (1) set Komputer lengkap dengan printer untuk data
processing.
- Satu (1) set handy talky sebagai alat komunikasi surveyor di
lapangan.
Dokumentasi Kegiatan Pengukuran Topografi Profil Pantai
d. Level Monitoring Survey
Fungsi dari pelaksanaan level monitoring survey adalah untuk
memonitor posisi (level) dari bangunan pelindung pantai yang berada
dalam sistem pantai. Melalui kegiatan ini akan diketahui kondisi aktual
dan evaluasi yang diperlukan terhadap masing-masing bangunan
seperti revetment, offshore breakwater dan groin.
Metode yang digunakan dalam pengukuran adalah menentukan titik
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐16PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
tetap yang akan diukur secara berkala. Posisi titik yang di ukur antara
lain; posisi puncak bangunan, slope bangunan dan toe dari bangunan.
Titik-titik ini menjadi acuan yang selalu di ukur sehingga apabila
terjadi penurunan bangunan akan dapat diketahui secara dini agar
penanganan dapat secepatnya dilakukan.
Kegiatan ini akan dilakukan oleh seorang (1) Senior Surveyor, seorang
(1) Assistant Surveyor, dan dua (2) orang tenaga lapangan. Tabel
berikut ini akan menyajikan acuan pengukuran yang dilakukan.
Tabel Jumlah & Posisi dari pengamatan titik dalam level monitoring survey
No. Jenis Bangunan Titik Pengamatan
1. Revetment Setiap ±100 m sepanjang bangunan
2. Groin, Sand Stopper Setiap ± 50 m, atau sesuai kondisi lapangan.
3. Breakwater Setiap ± 50 m, atau sesuai kondisi lapangan.
Untuk memberikan penjelasan lebih detail mengenai titik tetap yang
diamati, disajikan gambar di halaman berikut :
Gambar Titik pengukuran di bangunan revetment
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐17PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Gambar Titik pengukuran di bangunan Groin dan Sand Stopper
Gambar Titik pengukuran di bangunan Breakwater
Gambar Dokumentasi survey level bangunan pelindung pantai
III. Evaluasi Hasil Data Pengukuran
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐18PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Dari semua data pengukuran yang diperoleh akan direnumerasi
berdasarkan beberapa tabel pengukuran yang telah umum dalam kegiatan
pengukuran sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam
melakukan evaluasi terhadap data pengukuran yang diperoleh.
a. Analisa Penampang Melintang (Cross Section)
Salah satu metode awal untuk memberikan informasi mengenai status
dari suatu pantai adalah dengan menganalisa perubahan profil pantai
pada tiap penampang yang di ukur. Dari penampang lintang yang sama
akan diperoleh perbandingan kondisi suatu penampang; stabil dinamis,
erosi atau akresi. Kecenderungan pola perubahan garis pantai dapat
diketahui dari analisa masing-masing penampang melintang ini. Gambar
di bawah ini akan menyajikan beberapa contoh perubahan penampang
melintang dan disertai analisa kondisi tersebut.
Gambar Kondisi Pantai yang mengalami erosi
Gambar di atas menggambarkan penampang melintang pantai yang
mengalami kehilangan pasir setelah dilakukan penanganan pada
Desember 2008. Kondisi ini menyatakan bahwa isian pasir telah hilang
dan hanyut terbawa ke suatu tempat sehingga pasir kembali ke kondisi
sebelum pengisian.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐19PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Gambar Kondisi Pantai yang stabil dinamis
Gambar di atas, menggambarkan suatu penampang melintang pantai yang
telah mencapai kondisi stabil dinamis. Garis warna hitam adalah kondisi
sebelum di lakukan penanganan (pengisian pasir), warna pink adalah
kondisi pasir paska isian pasir dan warna jingga adalah kondisi pasir
pada pengukuran bulan oktober 2009. Kondisi ini menyatakan bahwa
isian pasir berubah namun secara volume tetap. Kondisi stabil dinamis
dapat terjadi di bagian penampang ini.
Gambar Kondisi Pantai yang mengalami akresi
Gambar di atas, menggambarkan sebuah penampang pantai yang
mengalami akresi (penambahan pasir) setelah dilakukan penanganan.
Garis warna hitam adalah kondisi sebelum di lakukan pengisian pasir,
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐20PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
warna pink adalah kondisi pasir paska isian pasir dan warna jingga adalah
kondisi pasir pada pengukuran bulan Oktober 2009. Kondisi ini
menyatakan bahwa isian pasir bertambah secara bertahap.
Dari ketiga gambar diatas, menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran
penampang melintang dengan titik ukur yang tetap, dapat
menggambarkan perubahan yang terjadi pada segmen tersebut.
b. Analisa Perubahan Garis Pantai (Shoreline Change)
Salah satu metode lanjutan dalam memberikan informasi mengenai
status dari suatu pantai adalah dengan menganalisa perubahan
(maju/mundur) garis pantai pada elevasi tertentu. Elevasi yang
dianalisa dalam kegiatan ini adalah posisi MSL dan HWL. Dari
pengamatan proses yang terjadi dari garis pantai dapat diketahui
status pantai (stabil, erosi maupun akresi). Gambar B.11A-B akan
menyajikan beberapa perubahan garis pantai dan disertai analisa
kondisi tersebut.
Gambar Kondisi Pantai yang stabil dinamis
Gambar di atas menggambarkan kondisi pantai yang tidak mengalami
perubahan yang signifikan (stabil dinamis).
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐21PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Gambar Kondisi Pantai yang erosi
Gambar di atas memberikan informasi bahwa pantai mengalami
kemunduran yang cukup drastis. Dari evaluasi data perubahan potongan
penampang dan garis pantai, maka dapat ditentukan suatu pantai erosi
– stabil – sedimentasi. Disajikan dalam gambar di atas bahwa terjadi
kemunduran dan melalui analisa potongan melintang diketahui bahwa
terjadi kemunduran di bagian ini.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐22PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Gambar Korelasi antara data perubahan garis pantai
dan potongan melintang
c. Analisa Perubahan Volume (Volume Change)
Secara umum, rumusan dalam analisa perubahan volume adalah
menggunakan rumusan rerata luas x rerata jarak. Namun untuk
mendukung analisa pola pergerakan sedimen, panjang garis pantai yang
di analisa harus disesuaikan sesuai kesepakatan bersama. Hasil dari
perubahan volume adalah kondisi cadangan pasir yang berhubungan
dengan pola pergerakan sedimen.
3) Kajian Tingkat Efektifitas Bangunan
I. Umum
Dalam melakukan kajian tingkat effektifitas bangunan, konsultan akan
mengkaji perubahan garis pantai dan pergerakan pasir di tiap-tiap
segmen pantai. Dan untuk memberikan hasil maksimal, analisa numerik
dilakukan untuk mengetahui pola pergerakan sedimen di seluruh lokasi
pekerjaan.
Hasil permodelan numeris adalah hasil dari pendekatan perilaku
perubahan garis pantai berdasarkan data kondisi yang terjadi di lokasi
pengamatan. Pemasukan nilai-nilai untuk koefisien permodelan sangat
menentukan perilaku perubahan garis pantai. Tentunya hasil yang terbaik
adalah hasil pengamatan langsung secara berkala di lapangan.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐23PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
II. Teori Simulasi Numerik
a. Data Gelombang
Data gelombang yang digunakan adalah data hasil pencatatan
gelombang dari alat pencatat gelombang (wave recorder) yang
dipasang di lokasi pekerjaan. Lokasi pemasangan wave recorder di
laut dalam di pantai yang akan dilakukan monitoring. Apabila tidak
dilakukan pengambilan data gelombang dapat digunakan data dari
lokasi tersebut yang telah ada.
b. Permodelan Perubahan Garis Pantai
Penanganan terhadap perubahan dinamika arus, gelombang dan
pergerakan sedimen merupakan bagian dari proses hidro-oceanografi
yang sangat rumit karena di dalamnya terdapat banyak parameter
dinamis. Dalam hal ini, peran model numerik untuk membantu
pekerjaan desain perlindungan pantai, simulasi garis pantai setelah
ada bangunan sangat besar. Dengan penggunaan model numerik dan
penggabungan data pengamatan garis pantai, efisiensi waktu dan
keakuratan dapat ditingkatkan
Dalam melakukan analisa numerik digunakan software bantu yaitu
Genesis. Genesis adalah salah satu program yang tergabung di dalam
NEMOS (Nearshore Evolution MOdeling System). NEMOS adalah
sebuah sistem operasi simulasi untuk perubahan garis pantai dalam
merespon kondisi gelombang, bangunan pantai dan kegiatan teknik
lainnya (seperti pengisian pasir / beach fill). NEMOS adalah bagian
dari CEDAS (Coastal Engineering Design Analysis System). CEDAS
adalah kumpulan dari beberapa program perangkat lunak untuk
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐24PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
menganalisa data gelombang, perubahan garis pantai, desain bangunan
pantai, dan lain-lainya yang berhubungan dengan ilmu pantai.
Melalui piranti lunak NEMOS (Nearshore Evolution Modelling
System) diharapkan dapat disimulasikan perubahan arah dan tinggi
gelombang ketika gelombang dari perairan dalam merambat menuju
lokasi pekerjaan, pola pergerakan sedimen pantai. Data input untuk
keakuratan program ini antara lain :
• Peta Kontur kondisi topografi dan bathimetry perairan
• Data gradasi butiran pasir (sieve analysis)
• Data garis pantai eksisting (elevasi HWL, MSL dan LWL)
• Data Bangunan Pantai (Groin, Jetty, Breakwater & Revetment)
• Data Gelombang
• Faktor Kalibrasi
Dari Hasil dari permodelan numerik ini, akan dilakukan analisa kontur
dasar laut dalam bentuk gridding. Dari masing - masing grid akan
diperoleh arah dan tinggi gelombang, perubahan elevasi yang
menggambarkan pergerakan dasar laut. Hasil pemodelan ini penting
bagi perencanaan bangunan pantai sebagai masukan berupa tinggi dan
arah gelombang di depan bangunan. Dari keluaran model ini juga
dapat diketahui berapa kedalaman pada area surf zone. Hasil
Keluaran data dari program GENESIS :
1. Perubahan Posisi Garis Pantai
2. Posisi Akhir Garis Pantai
3. Perkiraan volume kehilangan pasir
4. Efektifitas fungsi dari bangunan pantai yang ada / yang
direncanakan
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐25PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
c. Dasar Asumsi Model Perubahan Garis Pantai :
Dasar asumsi model perubahan garis pantai adalah penampang
pantai bergerak ke arah darat dan ke arah laut dengan bentuk
yang sama. Banyak titik pada penampang pantai, khususnya pada
posisi penampang memanjang dengan garis dasarnya dan garis
kontour, dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan bentuk
pantai dan volume seperti pantai yang erosi dan sedimentasi. Garis
kontour sebagai garis pantai dan di dalam model disebut dengan
perubahan garis pantai atau model reaksi garis pantai. Beberapa
terminologi tentang “one line model” adalah kependekan dari kata “
one countour line” model yang biasa digunakan sebagai referensi
untuk “single countor line”.
Tipe geometri yang diasumsikan adalah transport sedimen
sepanjang pantai yang didefinisikan sebagai dua elevasi yang
dibatasi oleh profile. Batas ke arah darat adalah berm dan batas
ke arah laut adalah lokasi dimana perubahan kedalaman yang
terjadi tidak signifikan yang dinamakan dengan “depth of profile
closure”.
Model juga membutuhkan perkiraan total transport pasir
sepanjang pantai. Untuk pantai yang terbuka, dimana GENESIS
menyinggung soal nilai transport yang diberikan sebagai fungsi
dari tinggi gelombang pecah dan dengan arah sepanjang garis
pantai. Perputaran mendatar pada tepi pantai dimana pasir yang
sesungguhnya bergerak tidak berhubungan langsung.
Model akan diaplikasikan pada lokasi sepanjang daerah yang
mengalami perubahan dan bergerak secara acak pada sistem
pantai.
Model dapat diaplikasikan dimana perubahan perilaku garis pantai
dalam jangka panjang dapat dipisahkan dan diperkirakan dengan
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐26PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
tanda yang jelas yaitu perubahan garis pantai akibat dari siklus
dan pergerakan acak di dalam system pantai yang dikarenakan oleh
badai, perubahan musim gelombang dan perubahan pasang surut.
Asumsi perubahan trend perubahan garis pantai adalah akibat dari
gelombang pecah dan batas dari kondisi tersebut adalah factor
utama dalam mengontrol perubahan garis pantai dalam jangka
panjang.
Penampang Melintang (a)
Penampang Memanjang (b)
Gambar Sketsa perhitungan perubahan garis pantai
d. Perhitungan perubahan garis pantai
Perhitungan parsial differensial yang digunakan dalam perubahan
garis pantai adalah one-line model yang difomulasikan dengan
mengkonversikan volume pasir dengan asusmsi yang telah disebutkan
di atas. Sehubungan dengan system koordinat Cartesis dimana titik
X-Absis pantai dan Y-Ordinat sebagai oriientasi sejajar yang
menunjukan ternd perubahan garis pantai (gambar 1a dan 1b). Y
menunjukkan posisi garis pantai dan X menujukkan jarak arah
memanjang.
Titik ini yang akan diasumsikan sebagai penampang garis pantai yang
diterjemahkan sebagai batas laut atau batas darat sepanjang
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐27PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
( ) 01
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −∂∂
•+
+∂∂
qxQ
DDty
CB
potongan pantai tanpa merubah bentuknya ketika jumlah total pasir
masuk atau meninggalkan potongan tersebut selama interval waktu
tertentu. Perubahan posisi garis pantai adalah ∆y, panjang dari
segmen garis pantai adalah ∆x dan perubahan penampangnya dengan
didefinisikan sebagai penambahan ke arah tegak dari elevasi berm
“Db” dan kedalaman terdekat “closure depth Dc”, keduanya terukur
oleh ketinggian vertical yang sama (contoh Rata-Rata Muka Air
Rendah).
Perubahan volume pada potongan ∆V = ∆x∆y (DB + DC) adalah total
jumlah pasir yang masuk atau yang keluar dari arah empat sisi. Hasil
perubahan volume jika ada perbedaan transpor pasir kearah
memanjang yang dihitung sebagai Q pada posisi ke arah samping dari
potongan dan gabungan total perubahan sebagai ∆Q∆t = ( �Q/ �x)
∆x∆t.
Kontribusi yang lain dari sumber garis pasir, dimana penambahan atau
pengurangan volume pasir per unit lebar pantai dari sisi batas pantai
sebagai qs atau dari sisi pantai sebagi qo. Kontribusi ini diberi
sebagai q = qs + qo dan gabungan perubahan volume adalah ∆q∆x∆t.
Penambahan kontribusi dan perhitungan terhadap perubahan volume
∆V = ∆x∆y (DB + DC) = ( �Q/ �x) ∆x∆t + q∆x∆t.
Aturan perubahan dan pemberian batas ∆t 0, hasil perhitungan
untuk nilai posisi perubahan garis pantai :
Penyelesaian perhitungan di atas, dimana posisi garis pantai awal
didekati dengan model, kondisi batas setiap akhir pantai dan nilai
untuk Q, q, DB, DC yang diberikan. Perhitungan ini juga memberikan
infomasi terhadap konfigurasi stuktur dan pengisian pasir langsung
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐28PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
atau tidak langsung sebagai data utama yang dibutuhkan oleh
GENESIS.
e. Volume Tranpor Sedimen/pasir.
Transpor sedimen arah memanjang. Formula untuk memperkirakan
besarnya nilai longshore sand transport adalah :
Q = ( H2Cg)b {a1sin2Өbs – a2 cosӨbs (ƏH/ Əx)}bs
dimana : H = tinggi gelombang (m) Cg = kecepatan gelombang dengan teori linier gelombang (m/det) b = kondisi batas gelombang pecah. Өbs = sudut gelombang pecah pada garis pantai setempat. Parameter non dimensi a1 dan a2 adalah :
a1 = K1 / { (16 (S-1) (1-p) (1.416)5/2 } a2 = K2 / { (8 (S-1) (1-p) tan β (1.416)7/2 }
dimana : K1 = koefisien empiris, sebagai parameter untuk
kalibrasi. S = ps/p ps = berat jenis pasir (sekitar 2,65 x 103 kg/m3 untuk
pasir kuarsa) p = berat jenis air (sekitar 1,03 x 103 kg/m3 untuk air
laut) P = porositas pasir di dasar (sekitar 0.4) K2 = koefisien empiris, sebagai parameter untuk kalibrasi
tan β = rata-rata kemiringan dasar dari garis pantai ke dalam dari kegiatan longshore sand transport.
f. Nilai K1 dan K2
Aturan pertama di dalam buku Shore Protection Mannual (SPM) dan
perhitungan “longshore sand transport” didapatkan dari kejadian
gelombang pecah. Nilai K1 = 0.77 dari hasil percobaan “sand tracer”
oleh Komar dan Inman (1970). Tahun 1982, Kraus et al
merekomendasikan untuk menurunkan nilai K1 = 0.58. Besarnya
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐29PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
standar teknik untuk tinggi gelombang significant yang diberikan
dalam data gelombang akan merubah nilai rms (root mean square)
GENESIS dengan factor 1.416 untuk membandingkan nilai K1 dengan
cara kalibrasi di dalam model.
Aturan kedua, akibat mekanisme pembangkitan “longshore sediment
transport” yang lain, “longshore gradient” pada tinggi gelombang
pecah adalah �Hb/�x. Kontribusi peningkatan nilai dari “longshore
gradient” di dalam tinggi gelombang biasanya lebih kecil dari pada
kejadian gelombang pada kondisi pantai terbuka. Bagaimanapun juga,
di sekitar bangunan dimana proses difraksi dihasilkan sebagai akibat
tinggi gelombang pecah disesuaikan dengan panjang pantai termasuk
dalam persiapan improvisasi hasil permodelan. Nilai K2 secara umum
adalah 0.5 s/d 1 kali nilai K1. Tidak direkomendasikan untuk
memberikan nilai K2 lebih dari 1 kali nilai K1.
Meskipun nilai K1 dan K2 telah diperkirakan secara empiris, koefisien
ini diperlakukan sebagai parameter kalibrasi model dan disebut
sebagai “transport parameter”. Transport parameter K1 sebagai
kontrol skala waktu dalam simulasi perubahan garis pantai, sebagai
nilai besaran dari “longshore sand transport”.
Karena banyaknya asumsi dan perkiraan yang diberikan dalam formula
model garis pantai dan nilai actual “sand transport” di sepanjang
pantai, maka koefisien K1 dan K2 adalah sebagai parameter kalibrasi
GENESIS. Nilai ini didapatkan dari hasil pengukuran perubahan garis
pantai dan besarnya nilai serta arah dari “longshore sand transport”.
g. Kedalaman pantai terdekat (depth of closure)
Batas garis pantai dimana penampang kedalaman tidak berubah
secara significant, sebagai parameter yang sulit untuk
diperhitungkan. Secara empiris, lokasi penampang terdekat “Dc”
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐30PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
tidak dapat diidentifikasi dengan baik dan perubahan bathimetri
yang kecil pada laut dalam sulit untuk diukur. Biasanya, nilai hasil
kedalaman pantai terdekat dengan lebar tertentu, diperlukan untuk
memutuskan nilai yang spesifik. Jika survey penampang memanjang
memungkinkan, standar deviasi dapat digambar sebagai fungsi
kedalaman dimana dapat dipertimbangkan sebagai kedalaman pantai
terdekat (Kraus dan Harikai 1983). Tipe kedalaman pantai terdekat
antara 6 m sampai 8 m untuk pantai Atlantik yang terbuka dimana
rata-rata periode gelombang yang terjadi sekitar 7 detik dan 8 m
sampai 12 m pada pantai Pasifik yang terbuka, dimana rata-rata
periode gelombang yang terjadi sekitar 10 detik. Untuk pantai yang
terlindung dapat diberikan nilai yang lebih kecil.
h. Hasil Simulasi Numerik
Hasil simulasi numerik merupakan pendekatan numerical simulation
berdasarkan data input dan pemograman perangkat lunak sehingga
dapat mewakili proses pantai yang akan dianalisa. Beberapa gambar di
bawah merupakan contoh analisa numeric kondisi pantai Nusa Dua dan
Kuta setelah melewati semua analisa keilmuan yang ada.
Gambar Kondisi Nusa Dua dalam format 2 dan 3 dimensi (x,y,z)
Tanjung Benoa
U
Tanjun
BTDC
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐31PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Gambar Kondisi gelombang input yang terjadi di perairan Nusa Dua
Gambar Kondisi arah refraksi dan difraksi di perairan Nusa Dua
Tahun 2004 Tahun 2008
Gambar Kondisi hasil simulasi numeric
4)
PENGAWASDI KABUPA
PT. KENC
Evaluasi H
Tahapan s
software
modeling d
analisa per
di lokasi m
yang dapat
SAN PENGAMAATEN JEMBRAN
CANA ADHI K
Gambar
Hasil Model
selanjutnya
NEMOS, ia
dan kondisi
rmodelan ya
monitoring. T
t dilihat pad
G
ANAN PANTAI DNA
KARMA
r Kondisi Pahingg
ing Dengan
setelah d
alah dengan
riil di lapang
ang dilakuka
Tahapan ini
da di bawah
Gambar Kon
DESA PENYARI
antai Nusa ga Tahun K
Kondisi Ak
dilakukan an
n melakukan
gan. Hal ini
an sudah se
sesuai deng
berikut.
nsep “Adap
NGAN
Dua Tahune-4 (2008)
ktual
nalisa perm
n perbandin
bertujuan u
esuai dengan
gan konsep
tive Manag
U s u l a n
n Ke-0 (200)
modelan den
gan antara
untuk mema
n fenomena
“Adaptive M
gement”
n T e k n i
04)
ngan bantua
hasil analis
astikan bahw
yang terja
Managemen
E‐32
i s
an
sa
wa
adi
t”
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐33PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
5) Perencanaan Konsep Penanganan
Berdasarkan Konsep “Adaptive Management”, setelah dilakukan evaluasi
terhadap kinerja bangunan pantai, maka proses selanjutnya ialah dengan
membuat konsep penanganan untuk menangani masalah yang terjadi pada lokasi
pantai yang dilakukan monitoring.
Dalam menangani pantai berpasir yang telah dilakukan konservasi (beach fill)
sebelumnya, hanya pengisian pasir tambahan yang dapat dipilih (tanpa struktur
masif).Karena konstruksi masif yang baru dianggap akan mengakibatkan
gangguan terhadap pemandangan alami pantai dan dapat menimbulkan pengaruh
negatif terhadap daerah hilirnya. Namun jika dipertimbangkan bahwa
penambahan struktur benar-benar efektif dan pengaruh negatif bagi daerah
hilir masih dalam taraf yang diijinkan maka pengisian pasir dengan penambahan
struktur dapat dilakukan.
I. Jenis Penanganan Kerusakan Pantai
Berikut ialah jenis-jenis penanganan pantai yang umumnya digunakan dalam
menangani kerusakan pantai.
a. Menggunakan Pemecahan Gelombang Terpisah (detached break
water)
Detached break water adalah jenis pemecah gelombang yang
ditempatkan secara terpisah-pisah pada jarak tertentu dari pantai
dengan posisi sejajar pantai. Pemecah gelombang ini dimaksudkan
untuk melindungi pantai dari hantaman gelombang yang datang dari
lepas pantai. Dengan dibangunnya pemecah gelombang, karakteristik
gelombang datang akan terganggu struktur tersebut.
Sebagian gelombang akan dipantulkan dan dipecahkan, sebagian lagi
akan diteruskan melalui struktur pemecah gelombang dan celah antara
pemecah gelombang (gap). Adanya rintangan ini mengakibatkan
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐34PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
pembelokan arah dan perubahan karateristik gelombang yaitu tinggi,
arah dan panjang. Gejala ini disebut defraksi gelombang.
Arus yang sudah kurang memiliki daya seret ini membawa pasir dari
perairan lepas dan mengendapkannya di belakang bangunan.
Pengendapan ini berangsur-angsur membentuk daratan (tombolo /
salient).
Gambar Proses terbentuknya Tombolo karena offshore breakwater
b. Groine / Krib
Groine adalah kontruksi tegak lurus garis pantai yang ditempatkan
tegak lurus garis pantaidengan beberapa tipe antara lain; U, I, Y, T
atau L . Bentuk dari groine sangat ditentukan oleh karakteristik dari
morfologi pantai, gelombang, estetika dan fenomena pergerakan
sedimen. Perencanaan groine sebagian besar berhubungan dengan
pekerjaan isian pasir diantara groine tersebut dan memerlukan studi
mendalam karena effek yang timbul dapat memutus longshore drift
yang ada.
Keuntungan pemakaian groine, antara lain :
• Groine efektif menahan angkutan sedimen sejajar pantai (longshore
drift).
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐35PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
• Data-data yang ada merubah karakter littoral zone. Tinggi
gelombang sepanjang pantai setelah pembangunan groine tidak
berubah sehingga tidak menggangu kegiatan selancar dan renang di
sekitar pantai.
• Groine dapat dirancang memakai berbagai bahan, misalnya rubble
mound, beton, sheet pile baja ,sheet pile beton dan sheet pile kayu.
• Kerugian pemakian groin antara lain :
- Dapat mengakibatkan rip current yang berkembang di sepanjang
sisinya sehinggga dapat menimbulkan kehilangan pasir ke laut
lepas.
- Kurang efektif dipakai pada pantai berlumpur.
- Pada perencanaan yang kurang teliti terjadi kehancuran pantai
pada daerah lain akibat terpotongnya alur sedimen sejajar pantai
dan rusaknya daerah down drift akibat suplai pasir sejajar pantai
tertahan.
- Memerlukan biaya sangat besar agar mampu bekerja effektif
karena harus diikuti kegiatan sand nourishment.
- Apabila terjadi pemotongan arus sedimen sejajar pantai, maka
diperlukan sand by passing dengan pompa, alat berat atau
kegiatan lain, sehingga biaya O & M nya mahal.
PENGAWASDI KABUPA
PT. KENC
c. Sa
Sa
m
ti
op
be
Sa
se
pa
br
m
Ke
•
•
•
SAN PENGAMAATEN JEMBRAN
CANA ADHI K
Gamba
and Nourish
and nouris
anusia kare
dak ada. P
perasional d
esar.
and nourish
ebagai kegia
antai. Sand
reakwater,
empercepat
euntungan d
Apabila be
sesuai den
indah.
Memberika
cepat.
Merupakan
ANAN PANTAI DNA
KARMA
ar Konstruk (Sumber
hment
hment ada
ena kemamp
engisian pa
dan pemelih
hment adala
atan pendu
d Nourishm
groins, re
t terciptany
dari metode
erhasil men
ngan pantai
an pantai ke
n alternatif
DESA PENYARI
ksi Groin (K: Balai Wila
alah usaha
puan pantai
asir ini di l
haraannya,
ah suatu pro
kung adany
ment dilak
vetment, s
ya kesetimb
e ini :
nemukan vo
asli maka
esempatan
f yang aman
NGAN
rib) di Pantayah Sunga
pengisian
untuk mens
akukan sec
sehingga b
oses pengis
ya bangunan
kukan pada
seawall, dik
bangan baru
lume yang
akan dipero
mencari kes
terhadap e
U s u l a n
tai Nusa Duai Bali Penid
pasir den
suplai pasir
cara berkal
biaya yang
ian pasir ya
n penangana
a konstruk
kes, bulkhea
pada panta
besar dan
oleh kondis
seimbangan
effek setela
n T e k n i
ua da)
gan bantua
secara alam
a pada mas
ada semak
ang dilakuka
an kerusaka
si detache
ad dll untu
i.
gradasi yan
i pantai yan
baru denga
ah pekerjaan
E‐36
i s
an
mi
sa
kin
an
an
ed
uk
ng
ng
an
n.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐37PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Kerugian dari metode ini :
• Merupakan usaha yang sangat mahal dari segi operasional dan
pelaksanaan.
• Memerlukan analisa laboratoriun dan survey bawah air yang
berpengalaman untuk memperoleh daerah donor yang baik secara
kualitas dan kuantitas memenuhi.
• Suatu hal yang sulit mencari pasir ( borrow area) dengan peryaratan
fisik dan mekanis yang sesuai wilayah studi (native sand) dalam
jumlah besar.
• Diperlukan analisa numerical modelling untuk memperoleh hasil yang
sempurna dalam operasional bangunan pelindung pantai ini pada
nantinya.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐38PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Gambar Proses & Hasil pelaksanaan Isian Pasir di Pantai Sanur, Bali
d. Seawall / revetment / Bulkhead
Seawall / revetment / bulkhead adalah tiga tipe yang berbeda dari
suatu bangunan pelindung pantai. Perbedaan yang ada dari ketiga
konstruksi ini adalah pada bentuknya secara umum, namun dari fungsi
bangunan pantai yang ditempatkan di sepanjang pantai ini sama-sama
lebih ditujukan untuk mempertahankan posisi garis pantai yang ada
agar tidak mundur lagi. Konstruksinya harus dirancang cukup baik
dalam menahan dan menghancurkan energi gelombang.
Gambar Tipe Revetment Batu Kosong di Pantai Padang Galak Sanur, Bali.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐39PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
e. Penanaman Tumbuhan Pelindung Pantai (reboisasi)
Tindakan ini dilakukan dengan menanami kawasan pantai dengan
tumbuhan pelindung pantai seperti pohon api-api, bakau mangrove,
katang-katang yang sangat cocok untuk kawasan pantai berlumpur atau
lempung.Manfaat yang diperoleh dengan upaya reboisasi di kawasan
pantai adalah sebagai berikut :
• Pohon bakau dapat menghacurkan energi gelombang, sehingga dapat
melindungi pantai dari bahaya gerusan akibat gempuran gelombang.
• Mampu mengikat pasir dan material pantai agar tidak terbawa arus.
• Bermanfaat untuk pelestarian flora dan fauna di kawasan pantai
seperti ikan, burung, hewan lainnya serta tumbuh-tumbuhan pantai.
• Membantu mempercepat pertumbuhan pantai, lumpur yang terbawa
air dapat diendapkan disela-sela akar tumbuhan.
• Menjadikan pantai kawasan hijau yang memproduksi oksigen.
f. Mengusahakan Karang Buatan (Artificial Reef)
Karang buatan (artificial reef) adalah suatu konstruksi yang
dipersiapkan untuk mengurangi effek yang ditimbulkan arus. Tujuan
utama Artificial reef ialah meninggikan dasar laut sehingga gelombang
pecah jauh di muka pantai. Diharapkan pecahnya gelombang jauh dari
pantai ini akan mengurangi kekuatan arus di pantai. Pemasangan
artificial reef telah dilaksanakan di tanah lot, dengan menggunakan
concrete tetrapod. Keuntungan pemakaian karang buatan dalam suatu
analisa penanganan daerah pantai :
• Usaha yang sangat bagus untuk mengurangi konsentrasi gaya
gelombang yang sampai di pantai.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐40PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
• Untuk daerah pariwisata seperti Bali, keberadaan artificial reef
dipadukan dengan penanaman karang (coral transplantasion) akan
mampu membentuk komposisi karang alami.
Kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan Artificial reef :
• Dimensi yang kurang mengakibatkan energi gelombang mampu
membawa karang ke pesisir, dan fungsinya menjadi hilang.
• Kekurang akuratan perhitungan membuat gelombang mampu
melewati koral buatan dan pecah di tepi pantai.
• Diperlukan analisa yang panjang mengenai tipe pantai, gelombang
dan kontur dasar laut untuk memberikan hasil maksimal desain
bangunan ini.
Gambar Penempatan Artificial Reef untuk mengurangi energy gelombang di perairan Kuta, Bali
g. Set - Back
Set back adalah usaha penanganan pantai dengan berlandaskan oleh
“asas kesetimbangan dalam suatu area pantai”. Keseimbangan ini
terjadi apabila jumlah angkutan (akresi) dan endapan (sedimentasi)
yang terjadi pada suatu pantai dalam kondisi yang seimbang. Pola
keseimbangan suatu pantai bermacam-macam memiliki durasi harian,
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐41PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
mingguan, bulanan. Pada waktu tersebut suatu daerah yang awalnya
tererosi akan tersedimentasi dan hal itu merupakan suatu siklus.
Set back disini ialah menganalisa kemunduran garis pantai sampai pada
suatu titik / garis tertentu dimana pada titik tersebut telah tercapai
kesetimbangan sehingga tidak diperlukan konstruksi keras lagi. Analisa
ini harus dilakukan berdasarkan pengamatan maju mundurnya garis
pantai secara berkala, teratur, dan terhadap titik-titik tinjau yang
tetap sehingga didapatkan hasil perubahan profil muka pantai. Dari
hasil pengamatan shoreline change diperoleh kecenderungan pola
perubahan garis pantai.
Urutan dalam analisa Set Back :
• Pengamatan perubahan garis pantai (Shoreline Change)
• Pengamatan data gelombang dengan alat (wave hunter) maupun dari
data angin (Hindcasting)
• Pengamatan pola aliran, arus, dan analisa pola perubahan garis
pantai.
• Menentukan pada suatu titik dalam garis lurus kondisi dimana pantai
sudah mencapai kondisi seimbang.
II. Pemilihan Rencana Pengamanan Pantai
Pemilihan penanganan suatu pantai adalah hal yang melibatkan berbagai
kepentingan dan tujuan dari pantai itu sendiri. Untuk penyusunan
penanganan Pantai ini dilakukan beberapa hal yang menjadi patokan dalam
perencanaan detail desainnya antara lain :
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐42PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
1. Kondisi dari hasil analisa data sangat mempengaruhi pemilihan tipe
penanganan, hal ini disebabkan tiap pola penanganan daerah pantai
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
2. Penanganan ini dititik beratkan pada penyelamatan fasilitas-fasilitas
umum seperti jalan, lahan dan bangunan penduduk sesuai dengan skala
prioritas. Maka pola penanganan merupakan pantai yang digunakan untuk
kegiatan kemasyarakatan dan ritual. Penanganan Pantai dengan kondisi
seperti ini tentunya menghindari konstruksi berat seperti pembangunan
Break water, Sand Nourishment, Groins, dengan pertimbangan biaya dan
sosial masyarakat .
3. Semua upaya teknis yang akan diambil dalam kegiatan merupakan hasil
dari sosialisasi tipe penanganan. Maka pola penanganan terpilih
merupakan hasil kesepakatan pihak konsultan, pemilik proyek dan
masyarakat disekitar lokasi studi. Hal ini menjadi suatu acuan dari
suksesnya pola penanganan pantai di Indonesia, mengingat aspirasi
masyarakat sangat menentukan berhasilnya suatu proyek.
Semua konsep dan desain akan kembali kepada masyarakat yang
merasakan langsung pengaruhnya di lapangan. Untuk itu aspirasi
masyarakat merupakan bahan masukan selama masih dalam koridor yang
dapat di terima dalam aspek teknis.
III. Analisa Pemilihan Bangunan Pelindung Pantai
a. Umum
Dalam pemilihan bangunan pelindung pantai dilakukan beberapa tahapan
dan uji kesesuaian yang meliputi aspek teknis, sosial, estetika dan
terutama ekonomi. Pemilihan konstruksi yang akan dilaksanakan
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐43PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
dilakukan seleksi dengan cara memberi skor agar diperoleh hasil yang
optimum. Parameter seleksi yang ditinjau meliputi :
1. erat struktur.
2. Ketahanan terhadap cuaca / gaya kejut.
3. Kemampuan penyesuaian terhadap settlement.
4. Tinggi run-up.
5. Estetika.
6. Kemudahan mendapatkan material.
7. Harga bahan.
8. Pelaksanaan kebutuhan tenaga kerja dan tingkat kesulitan.
b. Elevasi Muka Air Rencana
Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter yang sangat penting
di dalam perencanaan bangunan pantai. Elemen penting yang
mempengaruhi elevasi muka air laut rencana antara lain pasang surut
dan run up gelombang.
c. Pasang Surut
Parameter pasang surut yang penting dalam perencanaan bangunan
pantai adalah elevasi muka air laut tertinggi (HHWL), elevasi muka air
laut terendah (LLWL) dan elevasi muka air rata-rata (MSL). Dalam
penentuan elemen konstanta dinamis ini dapat digunakan beberapa
metode perhitungan antara lain : admiralty method dan least square
method. Untuk pelaksanaan studi dan keakuratan hasil analisa metode
digunakan program dengan bahasa fortran sebagai dasar.
d. Run-Up Gelombang
Pada saat gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut
akan naik (run up) dan turun (run-down) pada bangunan. Elevasi
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐44PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
( ) 5.0/ LoHtgIr θ
=
bangunan yang direncanakan tergantung pada run up dan limpasan yang
diijinkan. Run up tergantung pada bentuk dan kekasaran bangunan,
kedalaman air pada kaki bangunan (ds), kemiringan dasar laut di depan
kaki bangunan (i), dan karakteristik gelombang.
Karena banyaknya variabel yang berpengaruh, maka besarnya run up
sangat sulit ditentukan secara analitis. Hal yang harus diantisipasi dari
adanya wave run up ini adalah peristiwa overtopping pada bangunan
rencana bila tinggi bangunan tidak mampu melebihi elevasi pasca run up.
Kondisi ketidakstabilan bangunan akan sangat terganggu apabila
peristiwa run up gelombang terjadi.
Sedangkan bilangan Irribaren ditentukan dengan rumus berikut :
dengan :
Ir : bilangan Irribaren � : sudut kemiringan sisi pemecah gelombang. H : tinggi gelombang di lokasi bangunan (m) Lo : panjang gelombang di laut dalam (m)
e. Gelombang Rencana
Penentuan gelombang rencana dalam suatu pembangunan struktur
pengaman pantai adalah didasarkan pada nilai daerah yang akan
dilindungi dan jenis dari konstruksi yang akan dibangun di lokasi
tersebut. Suatu bangunan yang melindungi daerah yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi maka makin besar pula kala ulang gelombang
rencana yang dipilih. Hal ini berbanding lurus dengan resiko terhadap
kegagalan konstruksi, daerah penting yang faktor kegagalan harus
maksimal 1% memiliki kala ulang pemilihan bangunan yang lebih tinggi
karena terkait faktor resiko.
Penentuan kala ulang (return period) gelombang rencana dapat
mempergunakan pedoman yang tersaji pada Tabel di bawah ini.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐45PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Tabel Pedoman Pemilihan Gelombang Rencana (Yuwono, 1996)
No Jenis Struktur Gelombang Rencana
Jenis Gelombang Kala Ulang (Tahun) 1 Struktur Fleksibel
- Resiko Rendah - Resiko Sedang - Resiko Tinggi
H33 5 – 10
10 – 100 100 – 1000
2 Struktur Semi Kaku - Resiko Rendah - Resiko Sedang - Resiko Tinggi
H10 - H1 5 – 10
10 – 100 100 – 1000
3 Struktur Kaku - Resiko Rendah - Resiko Sedang - Resiko Tinggi
H1 - Hmaks 5 – 10
10 – 100 100 – 1000
Sumber : Perencanaan Bangunan Pantai, Nur Yuwono, 2001
f. Perencanaan Bangunan dari Tumpukan Batu (Rouble Mound)
1. Slope (Kemiringan) Bangunan
Kemiringan bangunan merupakan unsur yang sangat berperan dalam
menentukan elevasi bangunan dan stabilitas batu. Semakin landai
suatu bangunan semakin rendah run up dan stabilitas semakin tinggi.
Konsultan akan memperhatikan beberapa hal sebelum menentukan
kemiringan suatu bangunan.
Faktor ketersediaan areal menjadi hal yang mendasari apakah
struktur tersebut berkemiringan landai atau tegak. Semua
perhitungan dilakukan berdasarkan analisa perhitungan dengan
Hudson formula.
2. Elevasi Toe Protection
Toe protection merupakan hal mendasar yang mendukung stabilitas
bangunan dari pengaruh pasang surut, terutama pergerakan pasir
saat air surut. Untuk mengatasi gerusan pada kaki bangunan, elevasi
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐46PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
toe di tempatkan pada level +0.00 sehingga pengaruh gerusan dapat
diatasi (gerusan tidak mungkin terjadi pada elevasi di bawah LWL).
3. Elevasi Puncak Revetment
Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu, elevasi bangunan
rencana tidak akan lebih rendah dari akumulasi muka air
tertinggi+run up+tinggi jagaan. Dari hasil analisa tersebut, diperoleh
beberapa elevasi puncak bangunan yang dapat digunakan. Tingkat
kerusakan struktur juga merupakan dasar menentukan apakah elevasi
revetment tersebut cukup aman.
Gambar Ilustrasi penentuan elevasi bangunan
4. Stabilitas Batu Pelindung (Armour Stone)
• Berat Batu yang digunakan (Weight of Armour Rock)
Analisa stabilitas batu armour menggunakan Hudson Formula,
sebagaimana berikut :
dengan : W = Berat minimum batu lapisan armour ( ton ) �r = Berat jenis batu (ton/m3) �w = Berat jenis air laut (ton/m3) Sr = Perbandingan berat jenis batu dan berat jenis air laut. � = Slope bangunan
θγ
CotSKHW
rD
r
.)1.(.
3
3
−=
w
rrS
γγ
=
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐47PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
H = Tinggi gelombang rencana di posisi bangunan (m) Kd = Koefisien stabilitas batuan yang ditetapkan
berdasarkan bentuk batu, pola penyusunan batu, jumlah batu tiap lapisan dll.
Mengingat dimensi armor dan batu tidak bisa seragam (sama
dimensinya), maka berat batu untuk armor diperkenankan antara
0,75 W sampai 1,25 W, dengan perbandingan 50% dari batu
tersebut lebih berat dari W.
• Lebar Puncak Revetment
Lebar puncak pemecah gelombang dapat dihitung dengan rumus
berikut ini :
31
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡Δ=
r
WnkBρ
dengan : B = Lebar puncak (m) n = Jumlah butir batu (n minimum = 3) kΔ = Koefisien lapis W = Berat butir batu pelindung (kg)
rρ = Berat jenis batu pelindung (kg/m3 atau ton/m3)
• Tebal Lapisan Pelindung
Tebal lapisan pelindung dan jumlah butir tiap satu luasan diberikan
oleh rumus berikut ini :
31
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡Δ=
r
Wnktρ
dengan : t = Tebal lapis pelindung (m)
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐48PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
n = Jumlah lapis batu dalam lapis pelindung kΔ = Koefisien W = Berat minimum batu lapisan armour ( ton )
rρ = Berat jenis batu (kg/m3 atau ton/m3)
Tabel Koefisien stabilitas KD untuk berbagai jenis butir
Catatan :
n = Jumlah susunan butir batu dalam lapis pelindung
*1 = Pemggunaan n = 1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah
*2 = Sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai KD, penggunaan KD dibatasi pada kemiringan 1:1,5 sampai 1 : 3
*3 = Batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan
Tabel Daftar harga K�
Batu Pelindung N Penempatan Koef. Lapis (k∆)
Porositas P (%)
Batu alam (halus) Batu alam (kasar)
2 2
Random (acak) Random (acak)
1,02 1,15
38 37
Lapis Lindung n Penem Patan
Lengan Bangunan Ujung (kepala) Bangunan Kemi
ringan Gelombang Gelombang
Pecah Tidak Pecah Pecah Tidak
Pecah
Batu Pecah Bulat halus Bulat halus Bersudut kasar
2 >3 1
Acak Acak Acak
1,2 1,6 *1
2,4 3,2 2,9
1,1 1,4 *1
1,9 2,3 2,3
1,5 – 3,0
*2 *2
Bersudut kasar 2 Acak 2,0 4,0 1,9 1,6 1,3
3,2 2,8 2,3
1,5 2,0 3,0
Bersudut kasar Bersudut kasar Paralelepiped
>3 2 2
Acak Khusus *3
Khusus
2,2 5,8
7,0 – 20
4,5 7,0
8,5 – 24
2,1 5,3 -
4,2 6,4 -
*2 *2
Tetrapod dan Quadripod
2 Acak 7,0 8,0 5,0 4,5 3,5
6,0 5,5 4,0
1,5 2,0 3,0
Tribar 2 Acak 9,0 10,0 8,3 7,8 6,0
9,0 8,5 6,5
1,5 2,0 3,0
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐49PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Batu alam (kasar) Kubus Tetrapod Quadripod Hexapod Tribard Dolos
>3 2 2 2 2 2 2
Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak) Random (acak)
1,10 1,10 1,04 0,95 1,15 1,02 1,00
40 47 50 49 47 54 63
E.3 KEGIATAN SUPERVISI/ PENGAWASAN
1. TUJUAN UTAMA PENGAWASAN
Tujuan utama layanan konsultansi pengawasan pekerjaan dilapangan adalah
untuk menjamin bahwa :
a. Seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
b. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal waktu yang ditetapkan
didalam program kerja dengan keterlambatan yang sekecil mungkin.
c. Biaya Konstruksi dapat dibuat minimum atau tidak melebihi dari perkiraan
biaya yang tercantum dalam kontrak.
Adalah tidak mudah untuk melaksanakan proyek sesuai dengan rencana dan
karena itu sangat diharapkan kemampuan konsultan baik secara teknis,
administrasi, serta kemampuan memangani segala kondisi dan permasalahan
yang ada dilapangan untuk solusi penanganannya.
2. KEGIATAN UTAMA PENGAWASAN
Kegiatan – kegiatan layanan konsultasi akan segera dimulai setelah
diterbitkannya Surat Perintah Kerja atau Notice To Procced. Secara garis
besar kegiatan utama layanan konsultan supervisi terdiri dari :
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐50PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
a. Tahapan pra-pelaksanaan, dimana konsultan akan melakukan pengkajian
yang dilakukan oleh kontraktor.
b. Manajemen proyek, dimana konsultan melakukan pembahasan terhadap
rencana kerja kontraktor, mengadakan rapat pra- pelaksanaan dan
melakukan koordinasi anggota tim di lapangan.
c. Pengawasan teknis, dimana konsultan melakukan pemeriksaan terhadap
gambar kerja yang dilakukan oleh kontraktor.
d. Mengawasi pelaksanaan survey yang dilakukan oleh kontraktor, melakukan
pengawasan pekerjaan-pekerjaan kontraktor dan memberikan arahan-
arahan mengenai penggunaan dan pemeliharaan peralatan.
e. Memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap keselamatan
kerja.
f. Melakukan pengawasan pembiayaan pekerjaan termasuk tagihan yang
diajukan oleh kontraktor harus dikoreksi apakah sudah cocok dan sesuai
dengan apa yang dikerjakan dilapangan.
Apabila pekerjaan telah mencapai 100%, konsultan bersama pihak proyek akan
melakukan pemeriksaan akhir pekerjaan kemudian membuat dokumen akhir
berupa berita acara pemeriksaan, memeriksa dan menyetujui As-Build Drawing
dan berita dan berita acara serah terima pekerjaan.
3. KATEGORI PENGAWASAN PEKERJAAN
Layanan jasa konsultansi pengawasan dalam Data Teknis ini dapat dibagi
kedalam dua katagori dasar, yaitu :
a. Administrasi Kontrak
b. Pengawas Teknis
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐51PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Metodologi di dalam Bab ini diajukan untuk tugas-tugas utama yang harus
dilaksanakan oleh konsultan. Tugas-tugas tersebut tidak boleh diartikan secara
sendiri-sendiri akan tetapi harus dilihat secara menyeluruh. Selatjutnya tugas-
tugas lain selama pelaksanaan pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan batasan-batasan yang ada.
a. ADMINISTRASI KONTRAK
Administrasi kontrak yang merupakan bagian penting dan integral dari
keseluruhan layanan konsultasi pengawasan, tidak secara langsung
berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan fisik akan tetapi langsung
berkaitan dengan masalah-masalah proses pekerjaan. Seperti misalnya
dalam hal tidakan yang harus diambil bekaitan dengan kontrak antara pemilk
kerja dengan kontraktor, dan perjanjian antara pemilik dengan konsultan.
Beberapa hal yang akan menjadi perhatian konsultan dalam memberi layanan
jasa konsultan dalam hal ini administrasi kontrak adalah :
(1) Surat Perintah Kerja
Setelah kontrak ditandatangani, Engineer memberikan perintah kepada
kontraktor secara tertulis untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
tanggal efektif mulai kerja yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
pemberi tugas, tanggal ini adalah penting karena menyangkut masalah
saat dimulainya periode kontrak, periode mobilisasi dan program kerja.
(2) Penyerahan Lapangan.
Penyerahan pekerjaan secara keseluruhan kepada kontraktor
sebagaimana setelah penandatanganan kontrak dan setelah penerbitan
Surat Perintah Kerja.
(3) Hubungan Antara Pemilik Kerja/Kontraktor/Konsultan.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐52PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Kontrak pelaksanaan konstruksi adalah antara Pemimpin Proyek
sebagai Pemberi Tugas dan Kontraktor.
Konsultan Pengawas bukan merupakan bagian dari kontrak tersebut,
meskipun demikian konsultan mempunyai tugas tertentu dan spesifik
yang berhungan dengan pengawasan. Konsultan bertanggung jawab
atas semua aktifitas koresponden harian yang berkenaan dengan
kontrak.
Sebagai tambahan atas prosedure formal di atas diusulkan adanya
pertemuan yang diselenggarakan secara reguler antara pemilik kerja,
konsultan dan kontraktor.
(4) Program Kerja.
Keterlambatan yang muncul karena terlambatnyaerlambatan
penyerahan lapangan ndar yang tercantum dalam dokumen kontrak
supaya tidSebagaimana di atur dalam persyaratan kontrak
(Conditions of Contract).
Kontraktor harus menyerahkan terinci dan cara atau methode
pelaksanaannya. Ini didukung juga oleh jadwal sumber daya yang
menjelaskan tentang jenis dan jumlah peralatan yang dipergunakan,
jumlah personil yang meliputi pekerjaan manajemen enginering tenaga
terampil dan semi terampil, buruh dan lain sebagainya yang akan
dipekerjakan. Begitu pula jadwal untuk mengantisipasi pengiriman
jangka panjang dan akibat pengaruh cuaca.
(5) Jaminan Pekerjaan.
Sebelum pekerjaan lapangan dimulai,konsultan akan mengkaji ulang
jaminan pekerjaan yang diusulkan kepada kontraktor.
Hal ini penting untuk melindungi pemilik kerja dari kerugian atau
Kerusakan dan untuk menghadapi claim dari ketiga unsur pelaksanaan
proyek terhadap kerusakan-kerusakan atau kecelakaan.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐53PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
(6) Pengkajian Ulang Terhadap Usulan-usulan Kontraktor.
Usulan yang diajukan oleh kontraktor baik berupa kerja maupun
gambar-gambar menganai pekerjaan sementara atau pekerjaan
permanen akan dievaluasi secara hati-hati oleh konsultan.Secara umum
kontraktor diberi keleluasaan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan sumber dan metode pelaksanaan kerja yang dipunyai. Akan
tetapi konsultan akan mengkaji usulan-usulan agar mengikuti standar-
standar yang tercantum dalam dokumen kontrak supaya tidak
menimbulkan kesulitan-kesulitan pada pemeliharaan janga panjang.
(7) Perpanjangan Waktu.
Perpanjangan waktu diberikan setelah melalui pertimbangan teliti.
Alasan yang biasanya dicantumkan dalam dokumen kontrak adalah :
Keterlambatan yang muncul disebabkan oleh keterlambatan
penyerahan lapangan kepada kontraktor.
Keterlambatan yang muncul karena terlambatnya persetujuan
program kerja yang dibuat kontrktor akibat lamanya klarifikasi
terhadap gambar-gambar kerja atau data konstrusi.
Kondisi fisik atau hambatan-hambatan artifisial yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya.
Aktifitas kontraktor tertunda sementara, atau kuantitas pengganti
untuk pekerjaan tambah tidak dapat segera diperoleh.
Pekerjaan-pekerjaan yang rusak atau kemajuan terlambat karena
faktor ekstern di luar kendali/kemampuan kontraktor.
(8) Evaluasi Terhadap Claim Kontraktor.
Untuk keperluan evaluasi diperlukan catatan data kegiatan harian sejak
awal proyek. Catatan ini meliputi peralatan (plant) kontraktor, kegitan
pekerja, catatan pengiriman dan penerimaan material waktu datangnya
masing-masing peralatan ( plant ) dan sebagainya.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐54PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
(9) Penyerahan Awal / Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan.
Berdasarkan kondisi kontrak, Kontraktor dapat meminta penyerahan
pekerjaan baik sebagian maupun keseluruhan pekerjaan yang telah
diselesaikan pada pemilik kerja. Untuk itu Konsultan akan
menignspeksi dan menyiapkan daftar pekerjaan yang belum
diselesaikan.
Tambahan waktu untuk penyelesaian pekerjaan (setelah penyerahan
awal) yang direkomendasikan konsultan biasanya dipakai sebagai
tanggal penyelesaian kontrak, dan dimulai dari sini dihitung masa
pemeliharaan.
b. PENGAWASAN TEKNIK
(1) Tujuan Utama Layanan Pekerjaan.
• Menjamin agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi
standar dalam dokumen kontrak.
• Pekerjaan dapat diselesaikan dalam periode kontrak.
• Pelaksanaan pekerjaan tidak melampaui nilai kontrak.
• Yang pertama dari tiga tujuan tersebut adalah di bawah
pengendalian langsung konsultan dan karena itu harus selalu
diupayakan .
• Dua yang terakhir akan sering tergantung pada hal-hal diluar
pengendalian, seperti misalnya kondisi fisik setempat yang tidak
diperkirakan sebelumnya yang dapat menyebabkan terlambatnya
kemajuan kerja dan atau tambahan biaya pelaksanaan.
• Konsultan tersebut mempunyai tanggung jawab untuk mengurangi
kendala tersebut diatas dan bila mungkin meniadakannya.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐55PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
(2) Tujuan Tambahan Layanan Pekerjaan.
Meskipun bukan tujuan utama akan tetapi tambahan layanan pekerjaan
mempunyai tingkat kepentingan yang sama terhadap aspek layanan
pekerjaan pengawasan, yaitu untuk menjamin standar – standar
keselamatan di lapangan setiap saat, dan mengurangi sekecil mungkin
kecelakaan yang akan terjadi dalam pelaksanaan proyek.
(3) Aktifitas Lapangan
Aktifitas – aktifitas lapangan yang utama untuk dilaksanakan meliputi
sebagai berikut :
a. Pengecekan Data Survey.
Data-data yang lain dibuat pada waktu perencanaan teknik harus di
cek bersama dengan Kontraktor, agar supaya ketepatan dan
kebenaran data – dapat secara resmi di konfirmasikan bersama
antara Konsultan dan Kontraktor.
b. Pengecekan Data Topografi.
Semua evelasi tanah asli yang dipergunakan untuk perhitungan
kuantitas antara lain volumenya akan dicek oleh Konsultan dengan
Kontraktor.
c. Instalasi Kontraktor.
Instalasi dan fasilitas kontraktor seperti peralatan lapangan ( plant
yard ), lapangan / gudang penyimpanan , area tempat bahan – bahan,
Kamp Pekerjaamn dan kontraktor harus diperiksan lebih dahulu agar
sesuai dengan tuntutan pekerjaan.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐56PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
d. Prosedur
Prosedur untuk melaksanaan kerja, pangajuan serta persetujuan
terhadap pengajuan bagian pekerjaan harus diikuti sejak awal
mengikuti jalur hubungan kerja sebagaimana disebutkan di Sub Bab
sebelumnya.
e. Gambar Kerja.
Konsultan akan memeriksa kontrak dan gambar kerja kontraktor
untuk meyakinkan bahwa perencanaan dapat dilaksanakan, efektif di
dalam pembiayaan ( Cost Effective ), dan akan mengeluarkan untuk
meyakinkan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan tanpa penundaan.
f. Inspeksi Pekerjaan.
Konsultan akan berada di lapangan setiap saat pada saat kontrak
bekerja dan seluruh pelaksanaan aktifitas lapangan, terutama yang
harus memperoleh pengawasan khusus akan dilaksanakan di bawah
observasi langsung dari staf Konsultan.
g. Kemajuan Pekerjaan.
Pertemuan yang akan diadakan secara mingguan akan dihadiri oleh
Kontraktor, Konsultan, dan bila mungkin oleh Pemilik Kerja, untuk
mengkaji ulang dan memecahkan kesulitan – kesulitan yang mungkin,
terutama berkaitan dengan pencapaian kemajuan aktual dilapangan
agar sesuai dengan jadwal program kerja yang telah disetujui.
h. Laporan Kemajuan Pekerjaan.
Konsultan akan mempersiapkan untuk Pemberi Tugas Laporan
Bulanan meliputi :
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐57PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
o Penjelasan rinci seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan
selama periode tersebut. Laporan ini biasanya di bagi kedalam
bagian-bagian sesuai dengan yang ada dalam Bill Of Quantitas.
o Garis besar masalah-masalah yang ditemukan oleh Kontraktor
atau engineer, bersama – sama dengan cara penanganan yang
timbul, dan indikasi serta implikasi-implikasi ysng dapat terjadi
terhadap kemajuan kerja atau biaya pelaksanaan.
o Hasil – hasil yang berhubungan dengan penempatan staf
diproyek.
o Bar Chart dibuat memperlihatkan jadwal kemajuan l periode
yang memperlihtkan jadwal kemajuan kerja, yang dibuat sejak
tanggal dimulainya Periode Laporan untuk seluruh komponen
utama Pekerjaan.
o Ringkasan Hasil tes Laboraturium yang dilaksanakan selama
periode laporan.
i. Foto-foto kemajuan pekerjaan.
j. Ringkasan claim dan antisipasi berkaitan dengan implikasi terhadap
keuangan.
k. Ringkasan variation orders dan pengaruhnya terhadap perkiraan
biaya akhir.
l. Pengukuran Lapangan.
o Pengukuran lapangan adalah penting untuk dilakukan sejalan
dengan kemajuan kerja sehingga nilai pekerjaan untuk masing-
masing pembayaran dapat disertifikasi dengan lebih akurat oleh
Kontraktor dan Konsultan.
o Seluruh Sertifikat sementara akan dicek secara rinci oleh
Konsultan segera setelah diserahkan oleh Kontraktor, Pengawas
Lapangan dan Direksi, kemudian disaerahkan kepada Pemimpin
Proyek untuk dibayar.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐58PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
m. Laporan Akhir Pelaksanaan.
Laporan akhir pelaksanaan dari Konsultan, yang akan diserahkan
segera setalah sertifikat lengkap, akan mencakup secara lengkap
ringkasan seluruh aspek utama pekerjaan yang meliputi pengawasan.
n. As-Built Drawing.
Konsultan akan memeriksa seluruh as built drawing yang dibuat oleh
Kontraktor berdasarkan data-data perubahan selama pelaksanaan
pekerjaan.
c. BATASAN KEGIATAN DAN TAHAPAN PEKERJAAN
Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi :
A. Batasan Kegiatan
1. Melakukan penelaahan terhadap dokumen kontrak penyedia jasa
konstruksi, spesifikasi teknis, gambar rencana dan detail serta
rencana anggaran biaya pelaksanaan.
2. Melakukan observasi lapangan terhadap lokasi pekerjaan untuk
mengidentifikasi apakah dokumen perencanaan sesuai dengan kondisi
lapangan atau perlu dilakukan review desain.
3. Melakukan review desain apabila ada pekerjaan yang tidak
memungkinkan dikerjakan akibat kondisi lapangan yang mungkin sudah
berubah. Review desain harus dikoordinasikan dengan direksi teknis.
4. Melakukan koordinasi dengan penyedia jasa konstruksi mengenai
persiapan pelaksanaan, metode kerja, jadwal pelaksanaan dan format-
format laporan.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐59PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
5. Melakukan pengawasan terhadap material yang digunakan, termasuk
kualitas dan kuantitasnya serta kebenaran penggunaan ukuran,tenaga
dan peralatan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada.
6. Melakukan penelaahan terhadap sertifikasi bahan/material dan
peralatan yang diajukan oleh penyedia jasa konstruksi.
7. Memeriksa, mengevaluasi dan merekomendasikan gambar-gambar
kerja (shop drawing) yang diajukan oleh kontraktor, serta memberikan
saran-saran metode pelaksanaan yang tepat.
8. Memeriksa dan menyetujui request (permintaan pelaksanaan
pekerjaan) yang diajukan oleh penyedia jasa konstruksi.
9. Melaksanakan pengawasan langsung di lapangan selama proses
pelaksanaan pekerjaan.
10. Memberikan teguran-teguran dan arahan secara tertulis kepada
penyedia jasa konstruksi apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan,
dan menembuskan teguran dan arahan tersebut kepada pemilik
pekerjaan (Satker PKPAM Bali).
11. Melakukan inisiasi pelaksanaan rapat-rapat lapangan untuk
mengevalusai progress pelaksanaan pekerjaan dan pemecahan masalah-
masalah pelaksanaan konstruksi.
12. Bersama dengan direksi teknis melakukan opname mingguan terhadap
hasil pelaksanaan pekerjaan.
13. Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala (laporan mingguan
(kumpulan laporan harian), laporan bulanan dan laporan akhir dari hasil
pengawasan yang meliputi kemajuan pekerjaan fisik, status keuangan
proyek, serta melaporkan jadwal pelaksanaan dan masalah-masalah
yang ada di lapangan.
14. Membuat dokumentasi pelaksanaan pada kemajuan pelaksanaan
pekerjaan fisik 0 %, 25 %, 50 %, 75% dan 100 %.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐60PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
15. Memeriksa As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana,
dimana As Built Drawing tersebut benar-benar menunjukkan hasil
akhir dari pekerjaan yang telah dilakukan.
16. Melakukan fungsi pengelolaan (manajemen) proyek, pengendalian
terhadap pelaksanaan pembangunan/ pengembangan SPAM dalam hal
ini meliputi pemantauan persiapan pelaksanaan pekerjaan, melakukan
analisis kondisi pekerjaan, analisis potensi risiko atau kemungkinan
yang akan timbul, memberikan masukan kepada berbagai pihak yang
terkait dalam hal bidang teknis dan non teknis.
B. Tahapan Pekerjaan
Sasaran utama tugas Konsultan adalah mengawasi secara teknis
pelaksanaan konstruksi, dimana dalam pelaksanaannya konsultan supervisi
juga ditugaskan untuk melakukan evaluasi terhadap dokumen hasil
perencanaan yang berhubungan dengan pekerjaan terkait.
1. Persiapan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap awal pelaksanaan
pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
• Penyiapan administrasi dan koordinasi
• Melaksanakan orientasi site terhadap rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan.
• Melaksanakan evaluasi hasil perencanaan setelah dilakukan
peninjauan awal kondisi site.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐61PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
2. Supervisi Konstruksi
Konsultan supervisi akan melaksanakan tugas-tugas pengawasan
konstruksi secara keseluruhan dan memberikan bantuan teknis maupun
non teknis dalam pelaksanaannya, yaitu :
• Sebelum. Pelaksanaan Proyek (Pre-Construction) dengan kegiatan
meliputi mobilisasi tim konsultan, evaluasi organisasi pelaksanaan
di lapangan dan koordinasi dengan pihak terkait.
• Saat Awal Proyek (At-Project Starting) meliputi koordinasi awal
dengan pihak pengguna jasa dan kontraktor, pengecekan bersama
terkait dengan item-item pekerjaan dan jadwal pelaksanaan
konstruksi, sistem kerja dll.
• Pelaksanaan Proyek (Project Construction) dengan kegiatan
meliputi pengendalian kualitas material dan teknis pelaksanaan
pekerjaan, pengukuran kuantitas pekerjaan dan pembayarannya,
monitoring dan pelaporan pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan test
akhir pada pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan dan
dokumentasi.
• Saat Proyek Selesai (Project Completion) dengan kegiatan meliputi
masa pemeliharaan, pemeriksaan bersama, serah terima pekerjaan,
pembayaran akhir dan evaluasi dan penilaian pekerjaan yang telah
selesai dilaksanakan.
3. Sistem Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan kegiatan oleh konsultan harus dilakukan secara sistematik
mulai dari pengumpulan data yang relevan, analisis pemecahan masalah,
penyiapan konsep dan pengembangan. Selain itu juga konsultan
diwajibkan memberikan metode-metode pendekatan yang dipandang
perlu.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐62PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
E.3 RENCANA KERJA
Program Kerja/Rencana kerja di susun oleh konsultan setelah memahami inti
dari pekerjaan yang akan dilaksanakan dan lingkup yang diberikan. Rencana
kerja ini sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman bagi tim pelaksana
pekerjaan untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
mengkoordinasi setiap kegiatan, sehingga akan dihasilkan pekerjaan yang
efektif dan efisien. Rencana kerja akan kami sajikan dalam bentuk Bagan Alir
Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan
Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan. Dalam program kerja ini
akan diuraikan urutan-urutan pekerjaan, konsep penanganan masalah, tanggung
jawab dan personil yang terlibat, pengerahan sarana maupun personil
pendukung, schedule pelaksanaan pekerjaan serta schedule personil.
Dalam upaya mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal, maka diperlukan tata
cara pelaksanaan pekerjaan tersebut secara tepat. Tata cara itu sendiri perlu
berpedoman pada metode pelaksanaan pekerjaan dengan kaidah analisis sesuai
dengan sistematika pelaksanaan perencanaan sedangkan penjelasan rinci
masing-masing tahapan disajikan pada paragraf berikut.
Metode pelaksanaan untuk tiap-tiap lingkup pekerjaan di jelasakan secara umum
sebagai berikut :
A. Standar Yang Digunakan
Pengawasan pekerjaan dan pengujian material yang dilakukan untuk semua
jenis pekerjaan pada pekerjaan supervisi mengacu pada standar antara
lain :
(1) SNI (Standar Nasional Indonesia)
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐63PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
(2) Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971) atau
peraturan penggantinya
(3) Standar Internasional (ASTM, AASTHO, BS, JIS atau standar lain
yang sejenis)
B. Supervisi Konstruksi
(a) Pekerjaan Persiapan
Memeriksa kelengkapan kantor lapangan.
Memeriksa peralatan dan personil yang dimobilisasi oleh
kontraktor
sesuai spesifikasi yang diajukan.
Mempersiapkan gambar dan spesifikasi tambahan yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
(b) Pengawasan Material di lokasi
Memeriksa dan meneliti material yang didatangkan ke lokasi sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Mengawasi pelaksanaan pengujian material sesuai dengan
spesifikasi yang ada dalam konstruksi.
Menolak dan memerintahkan kepada kontraktor untuk
memindahkan
material yang tidak memenuhi syarat ke luar lokasi proyek
Melakukan pengecekan terhadap semua material batu terkirim
telah dilakukan pengujian yang ditetapkan dalam spesifikasi yang
ada dalam konstruksi.
(c) Pengawasan Pekerjaan Pasangan Batu Kali
Mengawasi dan memeriksa bahan dan material yang akan digunakan
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐64PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
Menentukan batas, elevasi, jenis dan mutu pasangan batu yang
dikerjakan kontraktor
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan Pasangan batu sesuai dengan
spesifikasi yang telah di tentukan
Melakukan pengecekan hasil pekerjaan dan pekerjaan lain yang
termasuk dalam item pembayaran.
(d) Pengawasan Pekerjaan Pemasangan Batu Andesite
Mengawasi dan memeriksa bahan dan material yang akan digunakan
Menentukan batas, elevasi, jenis dan mutu pasangan batu yang
dikerjakan kontraktor
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan pasangan batu sesuai dengan
spesifikasi yang telah di tentukan
Melakukan pengecekan dan hasil pekerjaan dan pekerjaan yang lain
yang termasuk dalam item pembayaran
Gradasi yang digunakan harus relatif seragam dan lolos uji.
(e) Pengawasan Pekerjaan Beton dan Beton Bertulang
Mengawasi pembuatan job mix formula beton
Mengawasi dan memeriksa material yang akan digunakan dalam
pekerjaan beton
Mengawasi dan memeriksa tulangan besi sesuai dengan spesifikasi
dan gambar rencana.
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Memeriksa contoh campuran yang dibuat kontraktor
Melakukan pengecekan dari hasil pekerjaan dan pekerjaan yang
lain yang termasuk dalam item pembayaran.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐65PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
(f) Pengawasan Pekerjaan Timbunan
Melakukan identifikasi visual kualitas material timbun
Mengawasi dan memeriksa lokasi yang akan digunakan
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan timbunan sesuai
dengan spesifikasi yang telah di tentukan
Melakukan pengecekan hasil pekerjaan dan pekerjaan lain yang
termasuk dalam item pembayaran
(g) Pengawasan Pekerjaan Galian
Mengawasi dan memeriksa lokasi yang akan digunakan
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan Galian sesuai dengan spesifikasi
yang telah di tentukan
Melakukan pengecekan hasil pekerjaan dan pekerjaan lain yang
termasuk dalam item pembayaran
E.4 ORGANISASI DAN PERSONIL
Setelah tersusun metoda penanganan pekerjaan, maka perlu juga dibuatkan
suatu system dan susunan organisasi konsultan secara rinci. Hal ini dilakukan
untuk menjamin adanya kemudahan bagi pemberi tugas untuk melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh
konsultan berdasarkan KAK yang telah disepakati.
Untuk memberikan hasil yang optimal dari suatu kegiatan, maka disusun team
work dalam suatu organisasi pelaksanaan pekerjaan. Dalam organisasi ini akan
disusun hierarki kewenangan, kerjasama, tanggung jawab dan instruksi
sehingga semua yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dapat
terakomodir.
PENGAWASAN PENGAMANAN PANTAI DESA PENYARINGAN DI KABUPATEN JEMBRANA
E‐66PT. KENCANA ADHI KARMA
U s u l a n T e k n i s
1. Team Leader, akan berkoordinasi dengan direksi pekerjaan dan PPK untuk
pelaksanaan pekerjaan ini. Team Leader akan mengelola seluruh anggota
team untuk mengikuti setiap alur pelaksanaan pekerjaan.
2. Sub Proffesional, seluruh sub professional membantu kinerja dan tanggung
jawab tenaga ahli sesuai dengan tanggung jawab yang ada.
3. Supporting Staff, memberikan layanan kepada seluruh anggota tim
pekerjaan.
Organisasi pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk dapat mengendalikan dan
mengatur pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh hasil yang optimal yaitu selesai
tepat waktu, hasil pekerjaan yang bermutu, efisien, tepat sasaran serta sesuai
dengan maksud dan tujuan pekerjaan.
Pada dasarnya fungsi organisasi pelaksanaan pekerjaan tidak hanya sekedar
untuk mengatur hubungan internal tenaga ahli konsultan, tetapi juga untuk
mengatur hubungan keluar antara konsultan dengan pihak pemilik pekerjaan
dan instansi terkait lainnya yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan.
Organisasi pekerjaan ini dibuat dalam bentuk Struktur Organisasi Pekerjaan
yang mengacu kepada kebutuhan, ketersediaan personil, kualifikasi dan
penugasan personil sesuai arahan Kerangka Acuan Kerja yang dapat dilihat
pada gambar berikut ini :