uraian pendekatan metodologi dan program kerja

Upload: reni-carica

Post on 09-Feb-2018

754 views

Category:

Documents


70 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    1/133

    1 | P a g e

    E.1. UMUM

    1. Latar Belakang

    Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang

    bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan

    lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah

    vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya penyusunan

    dokumen RTBL, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal, yaitu

    sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan

    dan lingkungan pada kawasan terpilih, juga sebagai dokumen

    panduan/pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan

    bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi kriteria

    perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan meliputi :

    pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan

    kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan

    ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta peningkatan

    vitalitas ekonomi lingkungan.

    Selain hal tersebut RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan

    jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara

    efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana

    tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan

    gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas

    bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan

    fisik suatu lingkungan/kawasan, menjamin implementasi pembangunan

    agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    2/133

    2 | P a g e

    pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin

    terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan, karena adanya rasa

    memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.

    Konsep kota hijau (kota berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun

    dengan tidak mengorbankan aset kota, melainkan terus menerus

    memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun,

    sumber daya alam, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Kota

    hijau juga dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan

    berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada

    prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, antara lain dengan

    memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi,

    mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin

    kesehatan lingkungan, dan mensinergikan lingkungan alami dan buatan.

    RTBL adalah sebuah produk pengaturan yang disusun diharapkan dapat

    mensinergikan seluruh perencanaan yang ada di suatu kawasan sehingga

    dapat mendukung dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kota

    hijau yang berkelanjutan.

    RTBL adalah juga merupakan upaya konservasi kawasan berskala

    lingkungan dalam dokumen yang disusun sesuai Pedoman RTBL

    (Permen PU No. 06/PRT/M/2007). Upaya tersebut diharapkan tercapai

    dengan fokus pada penciptaan ide-ide kreatif sebagai target hijau kawasan

    yang :

    1. Menciptakan suasana kondusif dalam rangka pembangunan bangunan

    gedung hijau;

    2. Fokus pada desain lingkungan yang dapat menghemat penggunaan

    sumber daya tak terbarukan/fossil fuel; dan

    3. Pendetilan tata cara pelaksanaan di tingkat basis masyarakat untuk

    mencapai target sasaran hijau di wilayahnya.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    3/133

    3 | P a g e

    2. Maksud dan Tujuan

    a. Maksud

    Kerangka Acuan Kerja ini merupakan acuan bagi para

    Pihak/Pelaksana dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan Rencana

    Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan

    Sukawati, Kabupaten Gianyar.

    b. Tujuan

    Terarahnya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di

    Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, sesuai

    dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007

    tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

    (RTBL) guna mewujudkan tata bangunan dan dan lingkungan layak

    huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan, sebagaimana

    diamanatkan oleh UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung.

    3. Sasaran

    Sasaran dari kegiatan ini adalah :

    a.Tersusunnya Dokumen Penyusunan Penyusunan Rencana TataBangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan

    Sukawati, Kabupaten Gianyar, sesuai dengan Pedoman Penyusunan

    RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

    06/PRT/M/2007, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam

    penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan

    tersebut;

    b. Tersusunnya Naskah Peraturan Bupati/Walikota tentang penetapan

    Dokumen Penyusunan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

    Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten

    Gianyar, sebagai produk pengaturan yang legal di kawasan tersebut.

    4. Lokasi Kegiatan

    Gambaran umum kawasan dan batas deliniasi kawasan perencanaan studi

    penyusunan RTBL pada Kawasan Sukawati, Kecamatan Sukawati,

    Kabupaten Gianyar, disampaikan dalam Lampiran 1 Kerangka Acuan

    Kerja (terlampir).

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    4/133

    4 | P a g e

    5. Referensi Hukum

    Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didasarkan pada :

    a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang

    Perumahan dan Kawasan Permukiman;

    b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang

    Cagar Budaya;

    c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang

    Penanggulangan Bencana;

    d. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;

    e. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;

    f. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentangLingkungan Hidup;

    g. Peraturan Presiden R.I. No. 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua

    atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

    Barang/Jasa Pemerintah;

    h. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

    Barang/Jasa Pemerintah;

    i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010

    tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

    i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008

    tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

    j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005

    tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun

    2002 tentang Bangunan Gedung;

    k. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman

    Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

    l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008

    tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

    di Kawasan Perkotaan;

    m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010

    tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan;

    n. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/SE/M/2009

    tentang Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    5/133

    5 | P a g e

    o. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

    p. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan

    Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan

    Lingkungan;

    q. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

    Perumahan di Perkotaan;

    r. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009

    perihal Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

    s. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah (RTRW) pada Kabupaten/Walikota tempat lokasistudi; dan

    t. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan

    Gedung pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi studi.

    6. Keluaran

    Tersusunnya Penyusunan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

    Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten

    Gianyar sesuai dengan Pedoman Penyusunan RTBL yang terdapat padaPeraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, yang dapat

    digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung

    dan lingkungan di kawasan tersebut.

    E.2. APRESIASI DAN INOVASI

    1. Pengertian Dasar RTBL

    Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah rencana teknik dan

    program dari tata bangunan dan lingkungan serta pedoman

    pengendaliannya yang merupakan alat pengendali pemanfaatan ruang

    yang diberlakukan pada suatu lingkungan atau kawasan tertentu (urban

    design and development guidelines).

    Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan bagian dari

    sistem manajemen pembangunan karena merupakan paduan wujud

    bangunan dan lingkungan dalam bentuk tiga dimensi serta pengendali

    pengembangan suatu kota atau suatu kawasan. Idealnya suatu RTBL

    dipersiapkan untuk kawasan dalam kota sesuai dengan identifikasi yang

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    6/133

    6 | P a g e

    telah ditetapkan pada setiap kawasan oleh pemerintah daerah dan harus

    sesuai pula dengan beban kawasan yang dipersiapkan dalam

    pengembangannya sebagai kawasan prioritas pembangunan.

    Prioritas pengembangan suatu kota atau kawasan diutamakan pada pusat

    kegiatan kota atau kawasan tersebut, terutama kawasan yang mengalami

    pertumbuhan sangat pesat sehingga untuk memperoleh perkembangan

    yang optimal dan terarah diperlukan pengendalian yang lebih cermat.

    Untuk kawasan pusat kota atau pusat kawasan terutama pada kawasan

    perdagangan, pertokoan, kawasan lain yang dipandang perlu dilindungi

    dengan adanya bangunan yang bersejarah, ataupun kawasan yang

    memiliki ciri khusus (bangunan lama yang bernilai sejarah/berarsitektur

    unik, tempat peribadatan dan lain-lain) yang perlu diperhatikan secara

    khusus.

    Diharapkan RTBL akan memberikan pegangan nilai estetika ruang pada

    bentuk rencana bangunan yang diperkenankan dikembangkan pada

    kawasan tersebut. Dengan pegangan tersebut perencana bangunan atau

    pengembang (developer) telah dapat membaca gambaran kebijaksanaan

    pemerintah daerah arah pengembangan pembangunan pada kawasan

    tersebut.

    Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) diperlukan sebagai

    perangkat pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap

    wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL disusun

    setelah suatu produk perencanaan tata ruang kota disahkan oleh

    Pemerintah Daerah setempat sebagai peraturan.

    Dengan mengacu pada rencana Tata Ruang Kota yang berlaku,

    selanjutnya disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

    yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan

    menindaklanjuti Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan

    rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung

    dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan

    terhadap wujud pemanfaatan lahan, ragam arsitektural dari bangunan-

    bangunan sebagai hasil rencana teknis/rancang bangunan (building

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    7/133

    7 | P a g e

    design), terutama pada kawasan/daerah tertentu yang memiliki karakter

    khas seperti dimaksud diatas.

    Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan (urban

    designer dan arsitek) akan mempunyai kejelasan menyangkut

    kebijaksanaan pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah setempat,

    termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra dan jati

    diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan

    bangunan dan lingkungan yang dirancang akan memberikan kontribusi

    positif terhadap kawasan.

    Di dalam proses penyusunannya, suatu RTBL harus memperhatikan dan

    memenuhi : kepentingan umum atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan

    sumber daya setempat, dan kemampuan daya dukung lahan yang optimal.

    Karena itu, RTBL harus memuat : Pedoman Rencana Teknik (Desain

    Tiga Dimensi), Program Tata Bangunan dan Lingkungannya dan

    Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunannya

    (urban/environmental-building design and development guidelines).

    Substansi dari produk RTBL sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman

    Penyusunan Produk Penataan Bangunan (Departemen Pekerjaan Umum,

    Tahun 1995/1996) mencakup hal-hal sebagai berikut :

    Penetapan lokasi dan deliniasi RTBL (disetujui Dinas Teknis,

    Pemerintah Kota);

    Program Bangunan dan Lingkungan;

    Program Investasi;

    Rencana Umum (Design Plan);

    Rencana Detail (Design Guidelines);

    Administrasi Pengendalian Program dan Rencana;

    Arahan Pengendalian Pelaksanaan;

    Draft Pengaturan Kepala daerah berupa Draft Perda/SK Bupati/Wali

    Kota memberikan status hukum serta mengoperasionalkan muatan

    pengaturan RTBL yang telah disusun.

    Mengingat pengembangan kawasan yang ditangani melalui pendekatan

    perencanaan tata bangunan dan lingkungan akan menyerap dana yang

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    8/133

    8 | P a g e

    cukup besar, suatu RTBL harus sudah mencakup program investasi serta

    program penanganan administrasinya.

    Dengan demikian hasil produk dari RTBL tersebut akan ditindaklanjuti

    dengan perencanaan dan pelaksanaan fisik di kawasan perencanaan

    RTBL disertai dengan managemen pengelolaannya. Bentuk

    penindaklanjutan dari hasil produk RTBL dapat dilihat pada gambar

    berikut ini.

    Gambar - Produk dan Tindak Lanjut Penyusunan RTBL

    SASARANRTBL

    - Kawasan- Bagian Kawasan

    - Terbangun

    - Pengembangan

    - Baru- Dilindungi/dilestarikan

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    9/133

    9 | P a g e

    Sumber : Buku Panduan PBL 2006, Dep. PU Dirjend Cipta Karya

    2. Kedudukan RTBL dan Kawasan Perencanaan

    Kedudukan Dokumen RTBL

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    10/133

    10 | P a g e

    Dalam pelaksanaan, sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya,

    RTBL juga dapat berupa :

    1) Rencana aksi/kegiatan komunitas ( community-action

    plan/CAP);

    2) Rencana penataan lingkungan (Neighbourhood-Development

    Plan/NDP);

    3) Panduan rancang kota ( Urban-Design Guidelines/UDGL).

    Seluruh rencana, rancangan, aturan dan mekanisme dalam

    penyusunan Dokumen RTBL harus merujuk pada pranata

    pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota,

    maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunangedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan dalam gambar

    berikut ini.

    Gambar - Kedudukan RTBL Dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan

    Lingkungan

    Kawasan Perencanaan

    RTRW

    Nasional

    RTRW

    Provinsi

    RTR Pulau

    RTR Kawasan

    Strategis Provinsi

    RDTR Kota

    RTR Kawasan

    Strategis Kota

    RTR Kawasan

    Perkotaan

    RTR Kawasan

    Agropolitan

    RDTR Kabu aten

    RTR Kawasan

    Strategis Kabupaten

    RTR Kawasan

    Perdesaan

    Rencana Tata Bangunan

    dan Lingkungan

    Perbaikan Kawasan

    Pengembangan

    Kembali Kawasan

    Pengembangan Baru

    Kawasan

    Pelestarian/PerlindunganKawasan

    Proses IMB dan

    Penyelenggaraan

    Bangunan Gedung dan

    Lingkungan

    Peraturan Daerah

    Bangunan Gedung

    RTRW

    Kota

    RTRW

    Kabupaten

    Penataan Ruang Penataan Bangunan dan Lingkungan

    Termasuk Peraturan Zonasi

    Sumber : Pedoman Umum RTBL

    RTR Kawasan

    Strategis Nasional

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    11/133

    11 | P a g e

    Penetapan lokasi untuk perencanaan RTBL memiliki kriteria sebagai

    berikut :

    1) Merupakan kawasan strategis kota dimana pembangunannya

    dapat menimbulkan dampak penting terhadap kondisi

    lingkungan kota tersebut, baik dari segi perubahan bentuk atau

    wajah kotanya, jaringan prasarana, fasilitas sosial ataupun

    fasilitas umumnya.

    2) Kawasan kota yang memiliki aset dan kualitas kawasan yang

    penting yang harus dilindungi dan dilestarikan (Urban

    Heritage).

    3) Kawasan kumuh pada lokasi strategis kota yang dapatdikembangkan.

    4) Kawasan kota dengan pertumbuhan pesat dimana Pemerintah

    Daerah dan masyarakat memiliki kepentingan untuk

    mengendalikan pertumbuhan kawasan tersebut.

    5) Kawasan kota yang akan dikembangkan secara terpadu.

    Kawasan perencanaan mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan

    luas 5-60 hektar (Ha), dengan ketentuan sebagai berikut:1) Kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha;

    2) Kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha;

    3) Kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha.

    Penentuan batas dan luasan kawasan perencanaan (delineasi)

    berdasarkan satu atau kombinasi butir-butir di bawah ini :

    1) Administratif, seperti wilayah RT, RW, kelurahan, kecamatan

    dan bagian wilayah kota/desa;

    2) Non administratif, yang ditentukan secara kultural tradisional

    (traditional cultural-spatial units), seperti desa adat, gampong

    dan nagari;

    3) Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti

    kawasan kota lama, lingkungan sentra perindustrian rakyat,

    kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman

    tradisional;

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    12/133

    12 | P a g e

    4) Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan

    campuran antara fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-

    budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra

    niaga (central business district), industri, dan kawasan

    bersejarah;

    5) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat,

    kawasan terbangun yang memerlukan penataan, kawasan

    dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan

    atau campuran.

    3. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL

    Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan PemerintahNomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang

    Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27 ayat (2),

    struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana digambarkan

    dalam gambar berikut ini.

    4. Materi RTBL

    Lebih jelasnya dokumen penyusunan RTBL telah diatur dalam Peraturan

    Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, tanggal 16 Maret 2007,

    tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan,

    materi yang termuat antara lain :

    Program Bangunan dan Lingkungan

    Program bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut

    dari perencanaan dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun

    waktu tertentu, yang memuat jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan

    gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas

    sosial, prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan dan sarana penyehatan

    lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada

    maupun baru.

    Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan

    1) Merupakan proses untuk mengidentifikasi, menganalisis,

    memetakan dan mengapresiasikan konteks lingkungan dan nilai

    lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    13/133

    13 | P a g e

    2) Komponen Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan

    meliputi : Perkembangan Sosial Kependudukan, Prospek

    Pertumbuhan Ekonomi, Daya Dukung Fisik dan Lingkungan,

    Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan, Daya Dukung

    Prasarana dan Fasilitas Lingkungan, Kajian Aspek Signifikansi

    Historis Kawasan.

    Gambar -

    Struktur dan Sistematika

    Dokumen RTBL

    TAHAP ANALISIS

    KAWASAN

    PERENCANAAN

    TAHAP

    PERUMUSAN DAN

    PENGEMBANGAN

    PERANCANGAN

    1

    TAHAP

    PENGEMBANGAN

    DUKUNGAN

    PELAKSANAAN

    PROGRAM BANGUNAN

    DAN LINGKUNGAN

    2 RENCANA UMUM

    DAN PANDUAN RANCANGAN

    RENCANA

    UMUM

    PERUNTUKAN LAHAN MAKRO

    & MIKRO

    RENCANA PERPETAKANRENCANA TAPAK

    RENCANA SISTEM

    PERGERAKAN

    RUANG TERBUKA HIJAU

    RENCANA PRASARANA DAN

    SARANA LINGKUNGAN

    TATA KUALITAS LINGKUNGAN

    KETENTUAN UMUM

    IMPLEMENTASI RANCANGAN

    PRINSIP-PRINSIP

    PENGEMBANGAN RANCANGAN

    KAWASAN

    3 RENCANA INVESTASI

    POLA KERJASAMA OPERASIONAL

    INVESTASI

    4

    5

    KETENTUAN

    PENGENDALIAN RENCANA

    PEDOMAN PENGENDALIAN

    PELAKSANAAN

    ASPEK-ASPEK PENGENDALIAN

    PELAKSANAAN

    STRUKTUR PENGENDALIAN RENCANA

    STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA

    ANALISIS

    KAWASAN DAN

    WILAYAH

    PERENCANAAN

    ANALISIS

    PENGEMBANGAN

    PEMBANGUNAN

    BERBASIS PERAN

    MASYARAKAT

    KONSEP DASAR

    PERANCANGAN

    TATA BANGUNANDAN

    LINGKUNGAN

    VISIPEMBANGUNAN

    PANDUAN

    RANCANGAN

    Sumber : Pedoman Umum RTBL

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    14/133

    14 | P a g e

    Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat

    Pembangunan berbasis peran serta masyarakat (community-based

    development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal

    pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak

    langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan

    berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan

    lingkungan yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

    Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan

    1). Konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan yang

    merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan

    lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan

    perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran

    gagasan disain secara lebih detail dari masing-masing elemen

    desain.

    2). Komponen Dasar Perancangan :

    (a) Visi Pembangunan : merupakan gambaran spesifik

    karakter lingkungan di masa mendatang yang akan dicapai

    sebagai hasil akhir penataan suatu kawasan yang

    direncanakan, disesuaikan dengan seluruh kebijakan dan

    rencana tata ruang yang berlaku pada daerah tersebut.

    (b) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan

    Lingkungan : yaitu gagasan perancangan dasar skala

    makro, dari intervensi desain struktur tata bangunan dan

    lingkungan yang hendak dicapai pada kawasan

    perencanaan, terkait dengan struktur keruangan yangberintegrasi dengan kawasan sekitarnya secara luas dan

    dengan mengintegrasikan seluruh komponen perancangan

    kawasan yang ada.

    (c) Konsep komponen perancangan kawasan : yaitu suatu

    gagasan perancangan dasar yang dapat merumuskan

    komponen-komponen perancangan kawasan (peruntukan,

    intensitas, dll).

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    15/133

    15 | P a g e

    (d) Kriteria penyusunan konsep komponen perancangan

    kawasan :

    Secara sistematis, konsep harus mencakup gagasan yang

    komprehensif dan terintegrasi terhadap komponen-

    komponen perancangan kawasan, yang meliputi kriteria :

    i. Struktur peruntukan lahan;

    ii. Intensitas pemanfaatan lahan;

    iii. Tata bangunan;

    iv. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung;

    v. Sistem ruang terbuka dan tata hijau;

    vi. Tata kualitas lingkungan;vii. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan;

    viii. Pelestarian bangunan dan lingkungan.

    (e) Blok-blok pengembangan kawasan dan program

    penanganannya yaitu pembagian suatu kawasan

    perencanaan menjadi blok-blok pengembangan yang lebih

    kecil sehingga strategi dan program pengembangannya

    dapat lebih terarah dan rinci. Penetapan atau pun

    pembagian blok pengembangan dapat didasarkan pada :

    i. Secara fungsional :

    Kesamaan fungsi, karakter eksisting atau pun

    karakter yang ingin diciptakan;

    Kesamaan dan potensi pengembangan;

    Kebutuhan pemilahan dan organisasi pekerjaan

    serta strategi pengembangannya.

    ii. Secara fisik :

    Morfologi blok;

    Pola/pattern blok;

    Kemudahan implementasi dan prioritas strategi.

    iii. Dari sisi lingkungan (daya dukung dan kelestarian

    ekologi lingkungan) :

    Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan,

    dan perwujudan sistem ekologis yang

    berkelanjutan;

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    16/133

    16 | P a g e

    Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik

    melalui penyediaan lingkungan yang aman,

    nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan

    ekologis.

    iv. Dari sisi pemangku kepentingan :

    Tercapainya keseimbangan berbagai kepentingan

    yang ada antar pelaku.

    Rencana Umum dan Panduan Rancangan

    Merupakan ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan

    yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/kawasan

    perencanaan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan.

    Rencana Umum

    Materi rencana umum mempertimbangkan potensi mengakomodasi

    komponen-komponen rancangan suatu kawasan sebagai berikut :

    1). Struktur Peruntukan Lahan

    Merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting

    dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna

    lahan yangtelah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan

    tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang

    wilayah. Dengan komponen penataan :

    (a) Peruntukan lahan makro, yaitu rencana alokasi

    penggunaan dan pemanfaatan lahan pada suatu wilayah

    tertentu yang juga disebut dengan tata guna lahan.

    Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada

    ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.

    (b) Peruntukan lahan mikro, yaitu peruntukan lahan yang

    ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci

    (termasuk secara vertikal) berdasarkan prinsip keragaman

    yang seimbang dan saling menentukan. Hal-hal yang

    diatur adalah :

    i. Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai

    besmen;ii. Peruntukan lahan tertentu.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    17/133

    17 | P a g e

    2). Intensitas Pemanfaatan lahan

    Adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum

    bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Dengan

    komponen penataan :

    (a) Koefisien dasar bangunan (KDB), angka presentase

    perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan

    gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah

    perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

    (b) Koefisien lantai bangunan (KLB), angka persentase

    perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh

    bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanahperpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai

    (c) Koefisien daerah hijau (KDH). Angka persentase

    perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar

    bangunan gedung yang diperuntukkan bagi

    pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah

    perencanaan yang dikuasai.

    (d) Koefisien tapak besmen (KTB), angka persentase

    perbandingan antara luas tapak besmen dan luas tanah

    perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

    3). Sistem insentifdisinsentif pengembangan, terdiri atas :

    (a) Insentif luas bangunan: insentif yang terkait dengan KLB

    dan diberikan apabila bangunan gedung terbangun

    memenuhi persyaratan peruntukan lantai dasar yang

    dianjurkan. Luas lantai bangunan yang ditempati oleh

    fungsi tersebut dipertimbangkan untuk diperhitungkan

    dalam KLB.

    (b) Insentif langsung : insentif yang memungkinkan

    penambahan luas lantai maksimum bagi bangunan gedung

    yang menyediakan fasilitas umum berupa sumbangan

    positif bagi lingkungan permukiman terpadu; termasuk

    diantaranya jalur pejalan kaki, ruang terbuka umum, dan

    fasilitas umum.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    18/133

    18 | P a g e

    4). Sistem pengalihan nilai koefisiensi lantai bangunan

    (TDR=Transfer of Development Right) : hak pemilik

    bangunan/pengembang yang dapat dialihkan kepada pihak atau

    lahan lain, yang dihitung berdasarkan pengalihan nilai KLB,

    yaitu selisih antara KLB aturan dan KLB terbangun.

    Maksimum KLB yang dapat dialihkan pada umumnya sebesar

    10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan nilai KLB

    hanya dimungkinkan bila terletak dalam satu daerah

    perencanaan yang sama dan terpadu, serta yang bersangkutan

    telah memanfaatkan minimal 60% KLB-nya dari KLB yang

    sudah ditetapkan pada daerah perencanaan. Pengalihan ini

    terdiri atas :

    (a) Hak pembangunan bawah tanah;

    (b) Hak pembangunan layang (air right development).

    Tata Bangunan

    Adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta

    lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai

    aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran

    dan konfigurasi dari elemen elemen : blok, kaveling/petak lahan,

    bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang dapat

    menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang

    akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang

    berlangsung dalam ruang-ruang publik. Dengan komponen penataan

    yaitu :

    1). Pengaturan Blok Lingkungan, yaitu perencanaan pembagian

    lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok

    terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu.

    Yang terdiri atas :

    (a) Bentuk dan ukuran blok;

    (b) Pengelompokan dan konfigurasi blok;

    (c) Ruang terbuka dan tata hijau.

    2). Pengaturan kaveling/petak lahan, yaitu perencanaan pembagian

    lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    19/133

    19 | P a g e

    dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi

    tertentu. Yang terdiri atas :

    (a) Bentuk dan ukuran kaveling;

    (b) Pengelompokan dan konfigurasi kaveling;

    (c) Ruang terbuka dan tata hijau.

    3). Pengaturan bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa

    bangunan dalam blok/kaveling. Yang terdiri atas:

    (a) Pengelompokan bangunan;

    (b) Letak dan orientasi bangunan;

    (c) Sosok massa bangunan;

    (d) Ekspresi arsitektur bangunan.

    4). Pengaturan ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yaitu

    perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik

    pada skala bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada

    lingkungan yang lebih makro (blok/kawasan). Yang terdiri atas:

    (a) Ketinggian bangunan;

    (b) Komposisi garis langit bangunan;

    (c) Ketinggian lantai bangunan.

    5). Sistem sirkulasi dan jalur penghubung

    Terdiri dari jaringan jalan, dan pergerakan, sirkulasi kendaraan

    umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan

    informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk

    masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan

    sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan

    lingkungan, dan sistem jaringan penghubung. Dengan

    komponen penataan :

    (a) Sistem jaringan jalan dan pergerakan;

    (b) Sistem sirkulasi kendaraan umum;

    (c) Sistem sirkulasi kendaraan pribadi;

    (d) Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat;

    (e) Sistem pergerakan transit;

    (f) Sistem parkir;

    (g) Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan lingkungan;

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    20/133

    20 | P a g e

    (h) Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda;

    (i) Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian

    linkage).

    6). Sistem ruang terbuka dan tata hijau

    Merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekedar

    terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa

    setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga

    diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang

    lebih luas. Dengan komponen penataan :

    (a) Sistem ruang terbuka umum;

    (b) Sistem ruang terbuka pribadi;

    (c) Sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh

    umum;

    (d) Sistem pepohonan dan tata hijau;

    (e) Bentang alam, meliputi :

    i. Pantai dan laut, sebagai batas yang melingkupi tepian

    kawasan, menentukan atmosfir dari suasana

    kehidupan kawasan, serta dasar penciptaan pola tataruang;

    ii. Sungai, sebagai pembentuk koridor ruang terbuka;

    iii. Lereng dan perbukitan, sebagai potensi pemandangan

    luas;

    iv. Puncak bukit sebagai titik penentu arah orientasi

    visual, serta memberikan kemudahan dalam

    menentukan arah.

    (f) Area jalur hijau. Dimana pengaturannya untuk kawasan :

    i. Sepanjang sisi dalam Daerah Milik Jalan (Damija);

    ii. Sepanjang bantaran sungai;

    iii. Sepanjang sisi kiri kanan jalur kereta;

    iv. Sepanjang area di bawah jaringan listrik tegangan

    tinggi;

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    21/133

    21 | P a g e

    v. Jalur hijau yang diperuntukkan sebagai jalur taman

    kota atau hutan kota, yang merupakan pembatas atau

    pemisah suatu wilayah.

    Tata Kualitas Lingkungan

    Penataan kualitas lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-

    elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu

    kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif,

    berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.

    Dengan komponen penataan :

    1). Konsep identitas lingkungan: perencanaan karakter (jati diri)

    suatu lingkungan yang dapat diwujudkan melalui pengaturan

    dan perancangan elemen fisik dan non fisik lingkungan atau

    subarea tertentu.

    (a) Tata karakter bangunan/lingkungan (built-in signage and

    directional system);

    (b) Tata penanda identitas bangunan;

    (c) Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal.

    2). Konsep orientasi lingkungan : perancangan elemen fisik dan

    non fisik guna membentuk lingkungan yang informatif

    sehingga memudahkan pemakai untuk berorientasi dan

    bersirkulasi. Pengaturan ini terdiri atas :

    (a) Sistem tata informasi;

    (b) Sistem tata rambu pengarah.

    3). Wajah jalan yang terdiri atas :

    (a) Wajah penampang jalan dan bangunan;(b) Perabot jalan (street furniture);

    (c) Jalur dan ruang bagi pejalan kaki(pedestrian);

    (d) Tata hijau pada penampang jalan;

    (e) Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada

    penampang jalan;

    (f) Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    22/133

    22 | P a g e

    Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

    Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar

    fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu

    lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya.

    Dengan komponen penataan yaitu :

    1). Sistem jaringan air bersih;

    2). Sistem jaringan air limbah dan air kotor;

    3). Sistem jaringan drainase;

    4). Sistem jaringan persampahan;

    5). Sistem jaringan listrik;

    6). Sistem jaringan telepon;7). Sistem jaringan pengamanan kebakaran;

    8). Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi.

    Panduan Rancangan

    Panduan rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas Rencana

    Umum yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran

    materi utama melalui pengembangan komponen rancangan kawasan

    pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan,

    kaveling dan blok, termasuk panduan ketentuan detail visual kualitas

    minimal tata bangunan dan lingkungan.

    Rencana Investasi

    Rencana investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang

    memperhitungkan kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam

    proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan

    lingkungan dan kawasan.

    Rencana ini merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk

    menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan ataupun

    menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai

    kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan

    Rencana ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing

    pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan

    kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    23/133

    23 | P a g e

    bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai

    konflik kepentingan dalam investasi/pembiayaan.

    Rencana investasi juga mengatur upaya percepatan penyediaan dan

    peningkatan kualitas pelayanan prasarana/sarana dari suatu

    lingkungan/kawasan.

    Ketentuan Pengendalian Rencana

    Ketentuan pengendalian rencana bertujuan untuk :

    Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun

    kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan

    pelaksanaan penataan suatu kawasan.

    Mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam

    mewujudkan RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan

    lingkungan.

    Ketentuan pengendalian rencana disusun sebagai bagian proses

    penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung

    (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang dianggap

    dapat mewakili serta menjadi alat mobilisasi peran masing-masing

    pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan

    RTBL sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati

    bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan

    untuk mengukkur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan

    pelaksanaan pembangunan.

    Pedoman Pengendalian Pelaksanaan

    Pedoman pengendalian pelaksanaan untuk mengarahkan perwujudan

    pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang

    berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar

    dapat berkualitas, meningkat dan berkelanjutan.

    Dengan pedoman pengendalian pelaksanaan diharapkan :

    Menjamin pelaksanaan kegiatan berdasarkan dokumen RTBL;

    Menjamin pemanfaatan investasi dan optimalisasi nilai investasi;

    Menghindari fenomena lahan tidur atau bangunan terbengkalai

    sebagai akibat investasi yang ditanamkan tidak berjalan semestinya;

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    24/133

    24 | P a g e

    Menarik investasi lanjutan dalam pengelolaan lingkungan setelah

    masa pascakonstruksi.

    Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh dinas teknis setempat atau unit

    pengelola teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan

    oleh kelembagaan pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan

    kemudian berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan. Dapat

    ditetapkan dan berupa dokumen terpisah tetapi merupakan satu kesatuan

    dengan dokumen RTBL, berdasarkan kesepakatan para pemangku

    kepentingan, setelah mempertimbangkan kebutuhan tingkat

    kompleksitasnya.

    Pembinaan Pelaksanaan

    Pembinaan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan oleh

    pemerintah bertujuan untuk mewujudkan efektivitas peran pemerintah,

    masyarakat dan dunia usaha baik dalam penyusunan RTBL, maupun

    dalam penetapan dokumen RTBL melalui peraturan

    gubernur/bupati/walikota, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan,

    pengelolaan kawasan, serta peninjauan kembali RTBL.

    Perwujudan peran pemerintah diselenggarakan melalui optimalisasi

    pelaksanaan pengembangan program dan kegiatan pemerintah yang

    mendukung pelaksanaan RTBL dalam penataan lingkungan/kawasan.

    5. Definisi-definisi

    Peristilahan baku yang dipergunakan mengacu pada peristilahan dan

    pengertian sebagaimana dimaksud dalam UU No.4/1992 tentang

    Perumahan dan Permukiman, UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang

    beserta segenap peraturan pelaksanaannya yang masih berlaku.

    Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang

    udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,

    tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan dan

    memelihara kelangsungan hidupnya.

    Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

    Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

    pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    25/133

    25 | P a g e

    Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan rencana-rencana kota

    maupun kegiatan peninjauan kembali atas rencana kota yang telah

    ada untuk disesuaikan dengan kondisi dan situasi kebutuhan

    pengembangan kota untuk masa tertentu.

    Strategi pengembangan adalah langkah-langkah sistematis penataan

    bangunan dan lingkungan serta pengelolaan kawasan yang perlu

    dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan/penataan

    kawasan yang telah ditetapkan.

    Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah strategi dan arahan

    kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang meliputi struktur

    dan pola ruang wilayah, serta kriteria dan pola pengelolaan kawasanwilayah.

    Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan

    rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk

    mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan

    lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan

    dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana

    investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedomanpengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

    Pengertian Penataan Bangunan adalah merupakan salah satu kegiatan

    dalam pengelolaan kawasan ataupun lingkungan yang merupakan

    kegiatan tindak lanjut dari penataan ruang dalam usaha dapat

    mewujudkan rencana teknis tata ruang sesuai yang direncanakan

    untuk menciptakan lingkungan yang tertib, aman, nyaman dan

    terjangkau, serasi, selaras dan seimbang dangan lingkungan fisik

    maupun sosial budaya setempat, dengan upaya tertib pembangunan

    dan keselamatan bangunan.

    Penentuan Rancangan Tata Letak Bangunan, dengan merinci jarak

    antar bangunan, ketinggian bangunan, ketinggian lantai dasar

    bangunan, kedalaman bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB),

    koefisien lantai bangunan.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    26/133

    26 | P a g e

    Penentuan Rancangan Bangunan, yang menyangkut sarana dan

    prasarana dengan memperhatikan kaedah Arsitektur Tradisional

    setempat, bahan bangunan lokal dan keandalan bangunan.

    Penentuan Rancangan Sistem Utilitas, dengan memperhatikan

    penanggulangan banjir dan penanggulangan pencemaran, yang

    meliputi : jaringan drainase, air bersih, telepon, listrik, persampahan,

    fire hidrant dan tempat parkir.

    Penentuan rancangan jaringan jalan, dengan memperhatikan

    karakteristik pemakai jalan, arus lalu lintas.

    Rencana Tata Lingkungan/Street Furniture, yang meliputi :

    pertamanan/tata hijau, reklame dan rambu-rambu.

    Rencana Penataan Zoning, meliputi : peruntukan/tata guna lahan

    berdasarkan fungsi/kegiatan dengan memperhatikan keamanan,

    kenyamanan setiap aktivitas yang diwadahi.

    Penentuan Tata Lingkungan, dengan memperhatikan tata hijau,

    kenyamanan pejalan kaki dan ketentraman lingkungan.

    Peran Masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela di

    dalam proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan keputusandan/atau kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan

    masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan (perencanaan,

    desain, implementasi dan evaluasi).

    6. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan

    Gambaran umum kawasan yang akan dijelaskan dalam bab ini akan

    menekankan pada gambaran umum dan potensi kawasan perencanaan

    yang akan dijadikan sebagai acuan pemahaman potensi dan permasalahan

    kawasan perencanaan pada tahap pekerjaan selanjutnya.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    27/133

    27 | P a g e

    Profil dan Analisis Fisik Kawasan Perencanaan

    a. Letak Geografis dan Batas Administrasi

    Letak geografis Kecamatan Sukawati adalah 83059

    83858 LS dan 1151412,7 1151939,7 BT. Kecamatan

    Sukawati terletak diantara ketinggian 0 125 meter diatas

    permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan Sukawati 55,02

    kilometer persegi.

    Adapun batas-batas kawasan secara administratif adalah sebagai

    berikut :

    Sebelah Utara : Kecamatan Ubud

    Sebelah Timur : Kecamatan Belah Batu

    Sebelah Selatan : Selat Bali

    Sebelah Barat : Kota Denpasar

    b. Kondisi dan Analisis Topografi

    Wilayah Kecamatan Sukawati merupakan kawasan yang berada

    di wilayah datar/pesisir. Sesuai dengan analisis Peta Topografi

    Kabupaten Gianyar skala 1 : 25.000, daerah-daerah datar hingga

    berombak dengan kemiringan lereng 0-15% umumnya berada

    dibagian selatan sampai pantai dan daerah bergelombang dengan

    kemiringan lereng > 15% terdapat di bagian Utara. Seluruh

    wilayah kecamatan Sukawati berada di ketinggian

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    28/133

    28 | P a g e

    Sesuai Peta Geologi lembar Bali (MM Purbo Hadiwidjojo, dkk,

    1998 dalam Inventarisasi Geologi Teknik, 2003), disebutkan

    Kabupaten Gianyar tidak tampak adanya struktur geologi,

    dengan kata lain wilayah Kabupaten Gianyar aman dari

    pengaruh struktur geologi/gerakan tanah (longsor). Namun

    demikian daerah-daerah yang mempunyai kemiringan > 40%

    rawan akan terjadi gerakan tanah/longsor. Dari peta zona

    gerakan tanah Pulau Bali (Sugiharo Nitiharjo, 1982 dalam

    Inventarisasi Geologi Teknik, 2003) menunjukkan adanya

    indikasi gerakan tanah terutama pada tebing kiri-kanan sungai

    yang berkemiringan cukup terjal, dengan kemiringan >30%. Disamping adanya rawan longsor pada tebing kiri-kanan sungai,

    juga rawan akan bencana gempa bumi. Sesuai dengan peta zona

    seismik dari Nayoan (1976) dalam Inventarisasi Geologi

    Teknik, 2003, Kabupaten Gianyar termasuk dalam zona 3

    dengan percepatan maksimum 0,80 1,0g yang setara dengan

    skala VII pada skala MMI dan merupakan daerah dengan

    magnitud antara 66,5 pada skala Richter

    Kondisi topografis tersebut memberikan gambaran bahwa di

    kawasan perencanaan pada beberapa tempat memiliki kawasan

    dengan kelerengan yang cukup terjal disamping kawasan dengan

    kelerengan landai sebagaimana umumnya kawasan pesisir

    lainnya.

    Hasil analisis topografi dan kelerengan mengelompokkan

    kawasan perencanaan dalam kawasan-kawasan dengan beberapa

    kelompok kelerengan, yaitu landai/agak datar pada kelerengan 0

    15%, agak terjal pada kelerengan 15 30% serta terjal pada

    kelerengan > 30%..

    d. Kondisi dan Analisis Klimatologi

    Berdasarkan peta iklim Bali Nusa Tenggara (Oldman, et al,

    1980) tipe iklim di Kabupaten Gianyar terbagi dalam 3 tipe

    iklim, yaitu tipe iklim E3 (bulan basah < 3 bulan, dan bulan

    kering antara 4-6 bulan); tipe iklim D3 (bulan basah 3-4 bulan,

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    29/133

    29 | P a g e

    dan bulan kering 4-6 bulan); dan tipe iklim C2 (mempunyai

    bulan basah 5-6 bulan, dan bulan kering 4-6 bulan).

    e. Kondisi dan Analisis Hidrologi

    Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang

    merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

    sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

    mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke

    laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

    topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang

    masih terpengaruh aktivitas daratan. Sungai-sungai yang ada di

    kawasan perencanaan umumnya berair pada musim hujan.

    Hidrologi (pola Aliran sungai) di Kabupaten Gianyar ditentukan

    berdasarkan interpretasi peta topografi, skala 1 : 25.000 dan juga

    dari hasil pengamatan lapangan. Dari hasil interpretasi dan

    pengamatan lapangan tersebut memperlihatkan pola aliran

    paralel (sejajar). Ciri-ciri dari pola aliran paralel adalah aliran

    sungai sejajar dengan lembah dalam (dibagian hulu/utara) dan

    semakin ke hilir/selatan sungai makin melebar, hal ini

    menunjukkan bahwa erosi horizontal mulai efektif seperti yang

    terjadi pada Sungai Yeh Oos, Tukad Petanu, Tukad Pakerisan,

    Tukad Ayung dan Tukad Sangsang.

    f. Analisa Fisik dan Lingkungan

    Lahan pengembangan wilayah merupakan sumber daya alam

    yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatanmanusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Banyak

    contoh kasus kerugian ataupun korban yang disebabkan oleh

    ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui

    kapasitasnya. Untuk itulah perlu dikenali sedini mungkin

    karakteristik fisik suatu wilayah maupun kawasan untuk

    dikembangkan, baik potensi sumberdaya alamnya maupun

    kerawanan bencana yang dikandungnya, yang kemudian

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    30/133

    30 | P a g e

    diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan

    wilayah atau kawasan.

    Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah

    untuk mengenali karakteristik sumberdaya alam tersebut,

    dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar

    penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/atau

    kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap

    memperhatikan keseimbangan ekosistem.

    Gambar - Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik & Lingkungan

    (Sumber : Permen PU No 20 Th 2007 ttg Pedoman Teknis Aspek Fisik dan Lingkungan)

    Dari hasil super imposed yang menumpangsusunkan beberapa

    peta tematik kawasan perencanaan yaitu : peta topografi, peta

    ketinggian tempat, peta curah hujan dan peta jenis tanah, maka

    diperoleh deliniasi untuk masing-masing fungsi kawasan

    sebagai berikut (SK Menteri Pertanian No.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    31/133

    31 | P a g e

    683/KPTS/UM/8/1991 dan No. 837/KPTS/UM/11/1980 serta

    Keppres No. 32 Tahun 1990) :

    1) Kawasan Lindung

    Kawasan lindung adalah satuan lahan dengan jumlah skor

    175 dan memenuhi salah satu syarat :

    Mempunyai kelerengan > 40%;

    Tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol,

    organosol dan renzina) dengan lereng > 15%;

    Merupakan jalur pengamanan aliran sungai/aliran air

    sekurang-kurangnya 100 m;

    Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya

    dengan jari-jari 200 m dari mata air;

    Mempunyai ketinggian 2.000 m atau lebih dari

    permukaan laut;

    Untuk keperluan/kepentingan khusus ditetapkan oleh

    pemerintah sebagai kawasan lindung.

    2) Kawasan Penyangga

    Kawasan penyangga adalah satuan lahan dengan skor

    kemampuan lahannya antara 124 sampai dengan 174 dan

    memenuhi kriteria sebagai berikut :

    Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk

    dilakukan budidaya secara ekonomis;

    Lokasinya secara ekonomis telah dikembangkan

    sebagai kawasan penyangga;

    Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan

    hidup.

    3) Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

    Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah satuan lahan

    dengan jumlah skor 15%.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    32/133

    32 | P a g e

    4) Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan

    Permukiman

    Kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman

    adalah satuan lahan dengan jumlah skor < 124 dengan

    kriteria sama dengan kawasan budidaya tanaman tahunan

    tetapi kemiringan berkisar antara 815%.

    5) Kondisi dan Analisis Penggunaan Lahan

    Secara umum penggunaan lahan di kawasan perencanaan

    terdiri dari tanah sawah, tanah kering, bangunan, hutan, dan

    penggunaan lainnya. Pola penggunaan lahan di kawasan

    perencanaan terdiri dari berbagai jenis penggunaan.

    Tabel Penggunaan Lahan di Kecamatan Sukawati Tahun 2013

    Desa/Kelurahan Luas (Ha) sawah tegalan pekarangan perkebunan kuburan lainnya

    Batubulan 6440 234 88 196 0 0.37 125.63

    Batubulan kangin 3600 214 27 36 0 0.3 82.7

    Ketewel 6750 337 104 113 0 5 116

    Guwang 4460 224 43 36 0 1 142

    Sukawati 7350 394 96 85 0 2.05 157.95

    Celuk 2880 131 16 25 0 0.5 115.5

    Singapadu 3700 189 60 97 0 0.83 23.17

    Singapadu

    tengah3100 145 60 48 0 0.84 56.16

    Singapadu kaler 3250 158 56 88 0 0.84 22.16

    Batuan 4100 135 113 60 0 1.67 100.33

    Batuan kaler 2050 99.46 47.11 30.15 0 0.83 27.45

    Kemenuh 7340 371 135 138 0 1.5 88.5

    Total 55020 2631.46 845.11 952.15 0 15.73 1057.55

    Dominasi penggunaan lahan di kawasan ini adalah tanah

    sawah 48%, tegalan 16%, pekarangan 17%, kuburan 0.3%

    dan penggunaan lahannya sebesar 19%. Dominasi lahan

    kering ini menunjukkan bahwa kawasan perencanaan

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    33/133

    33 | P a g e

    sebagian besar merupakan lahan untuk pengembangan

    kegiatan pertanian lahan basah dan penggunaan lainnya.

    Gambar Diagram Penggunaan Lahan di Kecamatan

    Sukawati Tahun 2013

    Sumber: Hasil Analisa

    Gambar - Persentase Penggunaan Lahandi Kawasan Perencanaan

    Sumber: Hasil Analisa

    Kajian terhadap profil pemanfaatan ruang kawasan

    perencanaan akan menggambarkan pola pemanfaatan ruang

    pada lahan-lahan di kawasan perencanaan. Secara garis

    besar profil pemanfaatan ruang kawasan perencanaan

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    34/133

    34 | P a g e

    disusun dari berbagai hasil kajian yang telah dilakukan

    sebelumnya, khususnya yang menyangkut kajian mengenai

    fisik dan lingkungan serta pengembangan kegiatan ekonomi

    potensialnya. Melalui kecenderungan pola penggunaan

    lahan dan teknik super impose maka kemudian dapat

    diidentifikasi pola-pola pemanfaatan ruang yang terjadi di

    kawasan perencanaan serta berbagai kondisi yang

    mendorong suatu kawasan difungsikan untuk pemanfaatan

    tertentu. Alokasi pemanfaatan ruang itu sendiri dilakukan

    untuk memberikan arahan lokasi dari suatu fungsi dominan

    tertentu untuk tujuan optimalisasi penggunaan ruang dalamhubungannya dengan pemanfaatan, peningkatan

    produktivitas dan konservasi bagi kelestarian lingkungan.

    Dengan tujuan tersebut maka gambaran profil pemanfaatan

    ruang kawasan perencanaan secara garis besar akan terbagi

    menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu : Kawasan Lindung dan

    Kawasan Budidaya. Definisi dari masing-masing jenis

    kawasan tersebut yaitu (1) Kawasan Lindung adalahkawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

    kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

    alam dan sumber daya buatan; (2) Kawasan Budidaya

    adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

    dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya

    alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

    Kawasan Lindung

    Kawasan lindung itu sendiri menurut fungsinya

    dibedakan menjadi empat, yaitu : (1) kawasan yang

    memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya,

    misalnya kawasan hutan lindung, kawasan bergambut,

    dan kawasan resapan air, (2) kawasan perlindungan

    setempat, misalnya daerah sempadan pantai, sempadan

    sungai, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan sekitarmata air, dan kawasan perlindungan setempat lainnya

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    35/133

    35 | P a g e

    misalnya berupa kawasan sempadan jurang (3)

    kawasan suaka alam dan cagar budaya misalnya

    kawasan suaka alam pantai berhutan bakau, dan

    kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, dan (4)

    kawasan rawan bencana.

    Keempat jenis fungsi kawasan lindung tersebut

    terdapat di kawasan perencanaan dengan jenis

    penggunaan dan pemanfaatan yang berbeda. Mengenai

    kawasan lindung yang terdapat di kawasan

    perencanaan akan diuraikan sebagai berikut :

    1) Kawasan lindung yang memberikan perlindungan

    pada kawasan bawahannya, jenis penggunaan dan

    pemanfaatan yang terdapat di kawasan

    perencanaan adalah kawasan hutan lindung dan

    kawasan bergambut.

    Kawasan ini disesuaikan dengan kriteria bahwa

    kawasan hutan lindung adalah kawasan yang

    memenuhi salah satu atau lebih kriteria di bawah

    ini :

    Kawasan yang mempunyai skor lebih dari

    175 menurut SK. Menteri Pertanian No.

    837/Kpts/Um/11/1980 dan Keppres No. 32.

    tahun 1990.

    Kawasan yang mempunyai kemiringan lereng

    lapangan rata-rata lebih besar dari 40%.

    Kawasan yang mempunyai ketinggian 2000

    m atau lebih di atas permukaan laut.

    Kawasan yang memiliki jenis tanah sangat

    peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan

    nilai 5 (regosol, litosol, organosol, dan

    renzina) dan memiliki kemiringan dengan

    kelas lereng > 15%.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    36/133

    36 | P a g e

    Guna keperluan khusus ditetapkan oleh

    Menteri Kehutanan sebagai hutan lindung.

    2) Untuk kawasan lindung dengan fungsi

    perlindungan setempat, jenis penggunaan yang

    ada di kawasan perencanaan antara lain adalah

    daerah sempadan pantai, sempadan sungai dan

    sempadan jurang. Kriteria masing-masing

    kawasan tersebut adalah sebagai berikut :

    Kawasan sempadan pantai merupakan

    kawasan sepanjang pantai yang memiliki

    manfaat penting untuk mempertahankankelestarian fungsi pantai dan melindungi

    kawasan pantai dari kegiatan yang

    mengganggu kelestarian fungsi pantai.

    Kawasan sempadan sungai merupakan

    kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan

    sungai, meliputi sungai alam, buatan, kanal,

    dan saluran irigasi primer untuk

    melindunginya dari kegiatan manusia yang

    dapat mengganggu dan merusak kualitas air

    sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai,

    serta mengamankan aliran sungai.

    Kawasan sempadan jurang adalah kawasan

    lereng dengan kemiringan minimal 45% dan

    kedalaman sekurang-kurangnya 5 meter dan

    daerah datar bagian atas paling rendah 11

    meter.

    Selanjutnya untuk kawasan lindung dengan fungsi

    kawasan suaka alam dan cagar budaya, jenis

    penggunaan yang ada di kawasan perencanaan adalah

    kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya.

    Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

    memiliki kriteria yaitu kawasan berupa perairan laut,

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    37/133

    37 | P a g e

    perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan

    karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa

    keragaman dan/atau keunikan ekosistem. Kawasan ini

    terdapat di sepanjang laut kawasan perencanaan.

    Jenis kawasan lindung lainnya yang ada di kawasan

    perencanaan adalah kawasan lindung dengan fungsi

    kawasan rawan bencana dengan jenis penggunaan yang

    ada di kawasan perencanaan adalah kawasan rawan

    bencana. Kawasan rawan bencana merupakan kawasan

    yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi

    mengalami bencana alam seperti letusan gunung

    berapi, gempa bumi, longsor dan lain-lain. Kawasan

    rawan bencana yang ada di kawasan perencanaan

    adalah kawasan rawan bencana potensial terjadi

    gerakan tanah. Untuk kawasan pesisir pantai di bagian

    selatan kawasan perencanaan termasuk dalam kawasan

    yang rawan terjadi gelombang pasang/tsunami.

    Kawasan Budidaya

    Kawasan budidaya merupakan fisik binaan yang sudah

    dibudidayakan/ dikembangkan menjadi suatu kegiatan

    sosial ekonomi dengan jenis penggunaan mencakup :

    1) Pertanian Tanaman Pangan merupakan lahan

    untuk kegiatan pertanian tanaman bahan makanan,

    yang terdiri dari lahan basah (sawah) dengan jenis

    tanaman padi dan lahan kering (tegalan) dengan

    jenis tanaman seperti buah, sayur, kacang-

    kacangan, palawija, hortikultura dan tanaman

    pangan lainnya.

    2) Perikanan dan budidaya perikanan yang

    dikembangkan di perairan darat.

    3) Peternakan merupakan kawasan yang

    diperuntukkan bagi peternakan hewan besar danpadang penggembalaan ternak.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    38/133

    38 | P a g e

    4) Perkebunan merupakan lahan budidaya tanaman

    tahunan (tanaman keras), baik yang menghasilkan

    tanaman bahan pangan maupun bahan baku

    industri seperti kopi, kelapa, cengkeh, kapuk dan

    sebagainya.

    5) Perumahan merupakan lahan budidaya untuk

    kegiatan perumahan dan fasilitas, utilitas, sarana

    serta prasarana penunjangnya.

    Dari 5 (lima) jenis penggunaan kawasan budidaya

    tersebut yang terdapat di kawasan perencanaan adalah

    kawasan pertanian tanaman pangan lahan, perikanan,

    peternakan, kawasan tanaman perkebunan dan

    perumahan.

    Pertanian Tanaman Pangan

    Kawasan pertanian lahan kering berupa areal yang

    ditanami tanaman palawija, sayur-mayur dan lainnya

    yang diusahakan pada periode tertentu yaitu pada

    musim hujan karena lahan sawah yang terdapat di

    kawasan perencanaan adalah sawah tadah hujan.

    Kawasan ini terletak di sekitar permukiman penduduk

    pada daerah-daerah dataran rendah.

    Perikanan

    Di kawasan perencanaan, kegiatan perikanan yang ada

    adalah perikanan tangkap, kegiatan pembudidayaan

    rumput laut dan tiram mutiara.

    Peternakan

    Untuk kawasan peternakan di kawasan perencanaan

    adalah di sekitar permukiman terutama pada tegalan

    baik menggunakan kandang maupun yang dibiarkan

    bebas. Hewan yang diternakan antara lain sapi, kerbau,

    kuda, kambing, ayam buras dan entok. Kawasan ini

    menyebar hampir di seluruh kawasan dan biasanya

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    39/133

    39 | P a g e

    menjadi satu dengan penggunaan lahan lainnya

    sehingga tidak terdapat kawasan yang khusus untuk

    peternakan.

    Perumahan

    Perumahan di kawasan perencanaan terletak pada

    daerah dataran rendah sepanjang pantai dengan arah

    orientasi pengembangan permukiman cenderung

    mengikuti pola jaringan jalan yang ada.

    PROFIL DAN ANALISIS SARANA DAN PRASARANA

    a. Sistem Prasarana Transportasi

    Jalan dan jembatan merupakan prasarana perhubungan darat

    yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian.

    Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan akan

    menuntut pembangunan jalan dan jembatan untuk memudahkan

    mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari

    satu wilayah ke wilayah lain. Kawasan perencanaan dilewati

    oleh ruas jalan dari Tohpati-Kusamba.

    Terminal barang di Kabupaten Gianyar merupakan suatu

    kebutuhan, mengingat tingginya aktivitas bongkar muat

    kebutuhan hidup perkotaan maupun aktivitas ekspor. Lokasi

    terminal barang diusulkan sebagai berikut :

    Lokasinya memiliki akses langsung ke Pelabuhan Laut atau

    Bandar Udara melalui jalan arteri primer maupun kolektor

    primer.

    Memiliki cadangan lokasi lahan yang cukup luas untuk

    berbagai aktivitas bongkar muat, parkir kontainer, parkir

    angkutan barang, dan fasilitas perkantoran

    Berdasarkan syarat-syarat di atas, maka alternatif arahan lokasi

    terminal barang adalah di sekitar Sakah, Kecamatan Sukawati.

    b. Sistem Prasarana Wilayah Lainnya

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    40/133

    40 | P a g e

    Sistem prasarana wilayah lainnya yang dimaksud meliputi :

    prasarana energi/listrik, telekomunikasi, air bersih dan sistem

    persampahan.

    1) Listrik

    Hampir seluruh kebutuhan listrik di Kabupaten Lombok

    Tengah dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara

    (Persero). Pelayanan listrik dari PLN sudah mampu

    menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Gianyar,

    termasuk di kawasan perencanaan.

    2) Prasarana Telekomunikasi

    Pelayanan jaringan telepon di Kecamatan Sukawati

    umumnya dilayani oleh sambungan telepin dari PT.

    Telkom. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa seluruh

    wilayah di kecamatan telah dijangkau oleh layanan telepon.

    Selain itu terdapat fasilitas warung telekomunikasi (wartel)

    untuk menunjang kebutuhan telekomunikasi di kawasan

    perencanaan.

    3) Air Bersih

    Ketersediaan air bersih yang sehat sangat dibutuhkan

    masyarakat. Perusahaan yang menangani air bersih atau air

    minum di wilayah Kabupaten Gianyar umumnya dan

    Kecamatan Sukawati khususnya termasuk di kawasan

    perencanaan adalah Perusahaan Daerah Air Minum

    (PDAM). Berdasarkan data Tahun 2013, jumlah penduduk

    di kawasan perencanaan yang memanfaatkan air bersih

    PDAM adalah sebesar 48%, air sumur 23%, mata air 12%

    dan yang memanfaatkan sumber lainnya adalah 17%.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    41/133

    41 | P a g e

    Tabel - Sumber Air di Kecamatan Sukawati Tahun 2013

    Desa/KelurahanJumlah

    RT

    Sumber Air

    PDAM Pompa SumurMata

    AirSungai Lainnya

    Batubulan 3677 1406 0 1062 144 0 1065

    Batubulan kangin 1481 823 0 355 87 0 207

    Ketewel 2405 1005 0 826 145 0 429

    Guwang 1934 931 0 731 180 0 92

    Sukawati 2357 1098 0 391 462 0 406

    Celuk 1079 733 0 38 127 0 181

    Singapadu 1152 776 0 50 219 0 107

    Singapadu tengah 1142 558 0 241 182 0 161

    Singapadu kaler 1065 518 0 76 161 0 310

    Batuan 2045 885 0 502 344 0 314

    Batuan kaler 757 461 0 155 105 0 36

    Kemenuh 2063 961 0 411 309 0 382

    Total 21157 10155 0 4838 2465 0 3690

    Sumber: Kecamatan Sukawati Dalam Angka, 2013

    Gambar

    Diagram Sumber Air di Kecamatan Sukawati Tahun 2013

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    42/133

    42 | P a g e

    Sumber: Kecamatan Sukawati Dalam Angka, 2013

    4) Sampah

    Pelayanan sampah di kawasan perencanaan masih

    individual yaitu dengan dibakar, ditimbun bahkan ada yang

    dibuang sembarangan ke lahan-lahan terbuka.

    5) Sanitasi/Air Limbah

    Penduduk kawasan perencanaan pada umumnya memakai

    jamban keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sanitasinya.

    Limbah cair yang berasal dari hotel/akomodasi pariwisata,

    pengelolaannya sebagian besar dikelola sendiri oleh pihak

    pengelola hotel.

    E.3. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI PEKERJAAN

    Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan dan untuk

    kelancaran serta terkoordinasinya pelaksanaan pekerjaan, maka kegiatan yang

    paling pokok adalah penyusunan uraian teknis pelaksanaan pekerjaan. Uraian

    teknis pelaksanaan pekerjaan ini menyangkut urutan dan jenis kegiatan yang

    akan dilaksanakan.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    43/133

    43 | P a g e

    Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan ini pada nantinya akan

    memperhatikan lingkup pekerjaan yang telah tertuang dalam Kerangka Acuan

    Kerja yang telah ada.

    Metode pelaksanaan diuraikan sebagai dasar dan tata cara pelaksanaan

    pekerjaan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan seluruh

    kegiatan dapat dikoordinir dan dipantau dengan mudah.

    1. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

    Pendekatan yang dilakukan dalam proses pembahasan materi ini

    menggunakan pendekatan Penataan Struktur Ruang Kota yang berkaitan

    dengan Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan melalui proses

    identifikasi dan menganalisa keadaan faktual lapangan dengan Rencana

    Tata Ruang Kota dengan hasil akhir dari Produk RTBL seperti yang

    terlihat pada gambar Proses Penyusunan RTBL berikut ini.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    44/133

    44|P a g e

    PT . DUTA DEWATA KONSUL TAN

    Ko n s u l t a n P e r e n c a n a D a n P e n g aw a s

    Gambar - Proses Penyusunan RTBL

    )

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    45/133

    45 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    Selain melalui metode pendekatan seperti yang divisualisasikan dalam gambar

    tersebut di atas, ada beberapa pendekatan yang juga dapat diterapkan dalam

    penyusunan RTBL ini, antara lain :

    Pendekatan Lingkungan

    Di dalam pendekatan ini, penyusunan RTBL diarahkan untuk mampu

    meningkatkan mutu lingkungan serta melestarikan lingkungan atau

    berkelanjutan. Dengan demikian dalam penyusunan RTBL ini diharapkan

    dapat mencakup seluruh permasalahan penurunan kualitas lingkungan

    yang banyak terjadi saat ini akibat degradasi/kerusakan lingkungan

    maupun akibat ketidakberlanjutannya suatu pembangunan.

    1). Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

    Di dalam pendekatan pengelolaan lingkungan terdapat beberapa

    indikator sebagai pengukur kualitas lingkungan yang tinggi dan

    lestari. Indikator kualitas lingkungan yang tinggi dan lestari tersebut

    dapat digambarkan pada gambar berikut.

    Gambar - Diagram Indikator Kualitas Lingkungan Yang Tinggi dan Lestari

    Selain memahami indikator kualitas lingkungan maka dalam

    pengelolaan lingkungan hidup dasar pemikiran penataan lingkungan

    yang coba dikaitkan dengan penataan ruang kawasan perkotaan dan

    perdesaan dapat digambarkan dalam gambar berikut.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    46/133

    46 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    Gambar - Dasar Pemikiran Penataan Lingkungan, Penataan Ruang Kawasan

    Perkotaan dan Perdesaan

    2). Pendekatan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

    Konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dimaksudkan

    untuk mengolah alam dengan bijaksana agar tercipta suatu proses

    pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kualitas

    hidup rakyat generasi demi generasi sepanjang masa (Emil Salim,

    1991). Dalam hal ini maka tertuang pula adanya konsep

    pembangunan yang berkelanjutan. Secara garis besar konsep

    pembangunan berwawasan lingkungan ini memiliki empat dimensi

    yaitu: (1). Ekologis, (2). Sosial ekonomi budaya, (3) Sosial politik,

    dan (4). Hukum.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    47/133

    47 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    Pendekatan Strategis,

    pendekatan ini dilakukan

    dengan menentukan skala

    prioritas sebuah

    permasalahan. Strategic

    Approach ini akan

    membantu sehingga dalam

    penyusunan kriteria maupun tolok ukur guna penyusunan data base

    persampahan dan drainase tersebut.

    Pendekatan keterpaduan perencanaan dari Atas dan Bawah (BottomUp

    Approach), Pendekatan perencanaan dengan merangkum 2 (dua) arah

    pendekatan, yaitu : perencanaan dari atas ke bawah sebagai penurunan

    kebijaksanaan pembangunan pada tingkat Nasional, maupun

    kebijaksanaan pada tingkat regional.

    Pendekatan Intersektoral Holistik (Komprehensif), yaitu : Pendekatan

    perencanaan yang bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan

    selalu terkait dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih

    luas secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selanjutnya

    didapatkan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.

    Pendekatan Masyarakat (Community Approach), yaitu : pendekatan

    perencanaan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan

    sehingga masyarakat dapat memberikan masukan dalam program

    pembangunan sarana dan prasarana Penyehatan Lingkungan Permukiman.

    Salah satu mertode dalam pendekatan masyarakat ini adalah Metode

    PRA.

    Pengertian PRA (Participatory Rural Appraisal)

    PRA dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat.

    Partisipasi masyarakat diterjemahkan sebagai keikutsertaan masyarakat.

    Pendekatan ini menitikberatkan pada pemikiran bahwa kegiatan

    pembangunan pada akhirnya dikembangkan dan dimiliki sendiri oleh

    masyarakat, hal ini berarti yang ikut serta adalah orang luar, yakni para

    petugas lembaga-lembaga pembangunan masyarakat pada kegiatan

    masyarakat. Bukan sebaliknya, masyarakatlah yang ikut serta pada

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    48/133

    48 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    kegiatan orang luar. Artinya, program bukan dirancang oleh orang luar

    kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakan, tetapi program

    dirancang oleh masyarakat dengan fasilitasi oleh orang luar. Dengan

    pemikiran ini, aktivis pembangunan selalu menempatkan masyarakat

    sebagai pelaku utama pembangunan.

    Pendampingan masyarakat merupakan hal yang berhubungan erat dengan

    pendekatan partisipatif. Hal ini dikarenakan keikutsertaan masyarakat

    dalam penentuan kebijaksanaan pembangunan merupakan hal yang paling

    krusial dalam pendekatan partisipatif.

    1). Prinsip-prinsip Metode PRA

    Prinsip Mengutamakan yang Terabaikan (Keberpihakan) Sering

    terjadi dalam masyarakat, sebagian besar lapisan masyarakat tetap

    berada di pinggir arus

    pembangunan yang berjalan

    cepat. Karena itu, prinsip paling

    pertama metode ini adalah

    mengutamakan masyarakat

    yang terabaikan tersebut agarmemperoleh kesempatan untuk

    memiliki peran dan mendapat

    manfaat dalam kegiatan

    program pembangunan. Keberpihakan terhadap golongan

    masyarakat yang terabaikan ini bukan berarti bahwa golongan

    masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk

    diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada

    upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai

    golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    49/133

    49 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    2). Prinsip Pemberdayaan (Penguatan) Masyarakat

    Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat.

    Kemampuan itu ditingkatkan di dalam proses pengkajian keadaan,

    pengambilan keputusan dan

    penentuan kebijakan, sampai

    pada pemberian penilaian dan

    koreksi terhadap kegiatan yang

    berlangsung. Dengan kata lain,

    masyarakat memiliki akses

    (peluang/ kesempatan) dan

    kontrol (kemampuanmemberikan keputusan dan

    memilih) terhadap berbagai keadaan yang terjadi di seputar

    kehidupannya. Dengan demikian mereka bisa mengurangi

    ketergantungan terhadap bantuan orang luar, terutama bila

    bantuan itu bersifat merugikan (melemahkan posisi

    masyarakat/petani).

    3). Prinsip Masyarakat Sebagai Pelaku, Orang Luar Sebagai

    Fasilitator

    Menempatkan masyarakat sebagai

    pusat dari kegiatan pembangunan.

    Orang luar harus menyadari

    perannya sebagai fasilitator dan

    bukannya guru, penyuluh atau

    bahkan instruktur. Hal seperti

    ini mudah untuk diucapkan, tetapi

    tidak mudah untuk dilakukan

    karena adanya anggapan bahwa masyarakat miskin itu bodoh.

    Bahkan terdapat anggapan bahwa kemiskinan itu disebabkan

    kebodohan. Untuk itu, perlu sikap rendah hati serta kesediaan untuk

    belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat

    sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat

    itu. Kalaupun pada awalnya peran orang luar lebih besar, harus

    diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    50/133

    50 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan PRA pada warga

    masyarakat itu sendiri.

    4). Prinsip Saling Belajar dan Menghargai Perbedaan

    Salah satu prinsip dasar adalah pengakuan akan pengalaman dan

    pengetahuan masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa

    masyarakat selamanya benar

    dan harus dibiarkan tidak

    berubah. Kenyataan

    memperlihatkan bahwa dalam

    banyak hal perkembangan

    pengalaman dan pengetahuantradisional masyarakat tidak

    sempat mengejar perubahan-

    perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan masalah-

    masalah yang berkembang. Namun, sebaliknya telah terbukti pula

    bahwa pengetahuan modern yang diperkenankan oleh orang

    luar tidak juga memecahkan masalah mereka karena tidak cocok.

    Bahkan dalam banyak kasus, malah menciptakan masalah yang

    lebih besar lagi. Karenanya harus dilihat bahwa pengalaman dan

    pengetahuan masyarakat dan pengetahuan orang luar saling

    melengkapi dan sama bernilainya, dan bahwa proses PRA adalah

    ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu untuk

    melahirkan sesuatu yang lebih baik.

    5). Prinsip Santai dan Informal

    Kegiatan PRA diselenggarakan dalam

    suasana yang bersifat luwes, terbuka,

    tidak memaksa, dan informal. Situasi

    yang santai ini akan menimbulkan

    hubungan akrab, karena orang luar

    akan berproses masuk sebagai anggota

    masyarakat, bukan sebagai tamu

    asing yang oleh masyarakat harus disambut secara protokol.

    Terkadang menjadi tradisi bagi masyarakat desa untuk menerima

    kedatangan orang di luar komunitasnya dengan semacam

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    51/133

    51 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    penyambutan, seperti berkumpulnya para tokoh adat dan pemerintah

    desa, jamuan dan tarian adat. Barangkali suasana santai dan

    informal ini lebih cocok disebutkan sebagai salah satu tip untuk

    pemandu, tetapi hal ini menjadi prinsipil karena sering dilanggar.

    Penerapan PRA diharapkan untuk sama sekali tidak mengganggu

    kegiatan sehari-hari masyarakat. Orang luar harus memperhatikan

    jadwal kegiatan masyarakat bukan sebaliknya masyarakat

    diharuskan mengikuti jadwal orang luar dalam kegiatan PRA yang

    terpatok waktu.

    6). Prinsip Triangulasi

    Salah satu kegiatan PRA adalah usaha

    mengumpulkan dan menganalisis data

    secara sistematis bersama masyarakat.

    Usaha itu akan memanfaatkan

    berbagai sumber informasi yang ada.

    Namun kita tahu, tidak semua sumber

    informasi itu senantiasa bisa dipercaya

    ketepatannya. Untuk mendapatkaninformasi yang kedalamannya itu bisa

    diandalkan kita bisa menggunakan

    triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan

    ulang (check and re-check) informasi.

    Triangulasi dilakukan antara lain melalui penganekaragaman

    keanggotaan tim (keanekaragaman disiplin ilmu atau pengalaman),

    penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar belakang

    golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin), dan variasi

    teknik.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    52/133

    52 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    7). Prinsip Mengoptimalkan Hasil

    Dalam upaya mengumpulkan

    informasi seringkali dilakukan

    pengumpulan informasi

    sebanyak-banyaknya dan

    ternyata banyak dari informasi

    tersebut yang tidak diperlukan

    atau tidak dipergunakan.

    Walaupun sudah banyak teknik

    PRA yang dipergunakan untuk mengkaji, tetapi tim pemandu

    seringkali merasa bahwa informasi yang terkumpul belum lengkap

    atau belum memadai. Tim pemandu pada saat persiapan perlu

    merumuskan secara jelas jenis dan tingkat kedalaman informasi

    yang dibutuhkan. Hanya, jangan lupa bahwa kebutuhan informasi

    tim pemandu semestinya menyerap juga pendapat masyarakat

    tentang informasi-informasi yang menurut masyarakat itu lebih

    penting daripada dirumuskan oleh tim pemandu.

    Berikut ini adalah penjabaran dari prinsip mengoptimalkan atau

    memperoleh hasil informasi yang tepat guna menurut metode PRA :

    Lebih baik kita tidak tahu tentang apa yang tidak perlu kita

    ketahui (ketahui secukupnya saja).

    Lebih baik kita tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut

    benar seratus persen, tetapi diperkirakan bahwa informasi itu

    cenderung mendekati kebenaran (daripada kita tidak tahu

    sama sekali).

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    53/133

    53 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    8). Prinsip Orientasi Praktis

    PRA berorientasi praktis, yakni

    pengembangan kegiatan. Untuk itu

    dibutuhkan informasi yang sesuai dan

    memadai, agar program yang

    dikembangkan bisa memecahkan

    masalah dan meningkatkan kehidupan

    masyarakat. Karena itu, PRA bukanlah

    kegiatan yang dilakukan demi PRA itu

    sendiri. PRA hanya sebagai alat atau

    metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang dikembangkan bersama masyarakat. Penerapan

    metode PRA tidak hanya sekedar untuk menggali informasi dari

    masyarakat, tetapi menindaklanjuti ke dalam kegiatan bersama.

    9). Prinsip Keberlanjutan dan Selang Waktu

    Kepentingan-kepentingan dan

    masalah-masalah masyarakat

    tidaklah tatap, tetapi berubah dan

    bergeser sesuai dengan berbagai

    perubahan dan perkembangan baru

    dalam masyarakat itu sendiri.

    Karenaya, pemahaman masyarakat

    bukanlah suatu usaha yang sekali

    dilakukan kemudian selesai, namun merupakan kegiatan berlanjut.

    Metode Pra bukanlah paket kegiatan PRA yang selesai setelah

    kegiatan penggalian informasi dianggap cukup, dan orang luar yang

    memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode

    yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para pelaksana di

    lapangan, agar program yang mereka kembangkan secara terus-

    menerus berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar PRA yang

    mencoba menggerakkan potensi masyarakat.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    54/133

    54 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    10). Prinsip Belajar dan Kesalahan

    Melakukan kesalahan dalam kegiatan PRA adalah sesuatu yang

    wajar. Yang terpenting

    bukanlah kesempurnaan dalam

    penerapannya, yang tentu sukar

    dicapai, melainkan penerapan

    sebaik-baiknya sesuai dengan

    kempuan yang ada. Kemudian,

    kita belajar dari kekurangan-

    kekurangan/kesalahan yang

    terjadi, agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih baik. Satu halyang paling penting diingat adalah bahwa kegiatan PRA bukanlah

    kegiatan coba-coba (trial and eror) yang tanpa perhitungan. Kita

    harus meminimalkan dan mengurangi kesalahan.

    11). Prinsip Terbuka

    Prinsip ini menganggap PRA sebagai

    metode dan perangkat teknik yang

    belum selesai, sempurna, dan pasti

    benar. Diharapkan bahwa teknik-

    teknik itu senantiasa bisa

    dikembangkan sesuai dengan keadaan

    dan kebutuhan setempat. Sumbangan-

    sumbangan dari mereka yang

    langsung menerapkan dan

    menjalankannya dilapangan untuk

    memperbaiki konsep, pemikiran maupun merancang teknik-teknik

    baru, sangat berguna dalam memperkaya metode ini.

    2. Metodologi

    Metodologi dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah

    penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak

    kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai

    metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Dalam pekerjaan

    Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    55/133

    55 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, perlu disusun langkah-langkah

    yang tersistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang telah

    ditetapkan.

    Metodologi yang digunakan dalam proses pekerjaan Penyusunan Rencana

    Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati,

    Kabupaten Gianyar, tentunya disesuaikan dengan ruang lingkup dan output

    yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja.

    Metodologi studi yang akan dilakukan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian,

    yaitu meliputi :

    a. Metodologi Pelaksanaan

    Metodologi pelaksanaan yang diajukan oleh Konsultan adalah

    berdasarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, sebagaimana yang

    tercantum dalam KAK dengan beberapa modifikasi guna pencapaian

    tujuan dan sasaran kegiatan yang diharapkan.

    Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dirinci dalam tahap-tahap

    sebagai berikut :

    1). Tahap Persiapan

    Pada tahap ini dilakukan persiapan pelaksanaan menyangkut

    penyusunan program kerja (alur pikir dan jadwal), penyusunan

    instrumen pendataan (kuesioner, peralatan, bahan dan tenaga) yang

    akan dilibatkan.

    2). Tahap Pengumpulan Data

    Tahap pengumpulan data dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

    (a) Tahap Pengumpulan Data Primer

    Data primer dapat juga disebut sebagai data faktual. Data

    Primer merupakan data-data dari hasil yang dikumpulkan di

    lapangan dengan pengamatan langsung ke lokasi (on site

    visit). Dari data primer ini kita dapat mengidentifikasi kondisi

    faktual lapangan yang menyangkut bangunan dan

    lingkungannya dengan pendokumentasian berupa foto-foto.

  • 7/22/2019 Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

    56/133

    56 | P a g e

    PT . DUTA DEWATA K ONSULTAN

    Kon s u l t a n Pe r e n c a n a D an Pe n g aw a s

    Selain itu dari data primer dapat menghasilkan issue-issue

    baru yang tengah berkembang dan berpengaruh signifikan

    terhadap kawasan perencanaan maupun kebijaksanaan tata

    ruang yang telah ada. Adapun data primer yang dapat digali

    antara lain :

    - Potensi fungsi kawasan/lingkungan;

    - Potensi ekonomi/sosial/budaya masyarakatnya;

    - Kondisi fisik kawasan/lingkungan yang berupa

    prasarana/sarana dan fasilitasnya;

    - Karakteristik arsitektur setempat/lokal.

    (b) Tahap Pengumpulan Data Sekunder

    Data sekunder dapat disebut juga dengan pengumpulan data

    secara otoritatif. Pengumpulan data yang dapat diperoleh dari

    instansi terkait seperti instansi pemerintah baik pusat maupun

    daerah, perguruan tinggi,