metodologi pendekatan kawasan bisnis
TRANSCRIPT
METODOLOGI PENDEKATAN
Mengacu pada Kerangka Acuan Kerja secara seksama, kami berusaha melakukan
kajian pendekatan terhadap pekerjaan yang nantinya dimungkinkan sebagai bahan acuan
kami dalam melakukan proses pengerjaan kegiatan Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Kawasan Bisnis. Selain pendekatan, kami juga akan mengajukan metodologi yang akan
kami gunakan dalam proses penyusunan kegiatan ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada uraian di bawah ini.
3.1 PENDEKATAN NORMATIF
Pendekatan normatif dalam studi ini menekankan pada kegiatan menguji kelayakan
terhadap pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis. Pendekatan normatif
digunakan untuk merumuskan suatu usulan atau rekomendasi pembangunan Kawasan
Bisnis yang layak secara ekonomi, sosial, hukum dan finansial berdasarkan data dan
informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan perundangan yang
terkait dengan substansi yang dilaksanakan.
3.2 PENDEKATAN PARTISIPATIF DAN FASILITATIF
Dalam proses kajian ini, tidak terlepas dari keterlibatan Pemerintah Daerah,
masyarakat dan stakeholder lainnya, sebagai pengendali, pelaksana dan pemanfaat dan
sebagai pihak yang terkena dampak positif maupun negatif dari pelaksanaan rencana
pembangunan Kawasan Bisnis. Oleh karena itu dalam Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Kawasan Bisnis ini digunakan beberapa model pelibatan para pelaku perencanaan untuk
mengikut sertakan pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan dan pengembangan
Kawasan Bisnis.
Pada dasarnya Feasibility Study (Studi Kelayakan) secara partisipatif akan
melibatkan seluruh stakeholder yang terkait. Pelibatan seluruh stakeholder terkait
diakomodasi melalui forum-forum diskusi dan konsultasi publik, untuk memperoleh saran,
masukan dan penyepakatan terhadap kajian yang akan dilakukan. Dengan demikian selain
melalui penjaringan aspirasi, pelibatan stakeholder dalam hal ini juga dilakukan dengan
melalui pembahasan-pembahasan melalui forum-forum diskusi dan konsultasi publik untuk
mengkaji lebih lanjut hasil analisis dan perumusan rekomendasi yang akan menjadi usulan
kelayakan. Manfaat penggunaan pendekatan tersebut adalah untuk meminimalkan konflik
berbagai kepentingan yang berarti juga untuk mendapatkan hasil akhir yang
menguntungkan semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah jaminan
kelancaran implementasi hasil kajian ini di kemudian hari.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of
Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak terlibat akan
saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan keputusan serta
sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam
proses partisipasi tersebut disebut sebagai stakeholder. Karenanya, pemahaman
mengenai partisipasi akan selalu berkaitan dengan pemahaman mengenai stakeholder,
kepentingan-kepentingannya, serta pelibatannya.
Perencanaan partisipatif di Indonesia didefinisikan sebagai upaya perencanaan
yang dilakukan bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran
masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi
sumber daya masyarakat. Definisi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan pemahaman
dari UNDP, dimana perencanaan partisipatif merupakan upaya perencanaan yang
melibatkan/ mengikutsertakan seluruh stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut,
stakeholder selaku pemeran dapat terdiri dari kelompok pemerintah, swasta, dan
masyarakat umum. Dengan pemahaman tersebut, perencanaan secara partisipatif sudah
tentu melibatkan berbagai komunitas secara menyeluruh. Upaya perencanaan partisipatif
menghadirkan proses perencanaan terstruktur yang terdiri dari aspek-aspek :
Kerjasama guna membangun konsensus
Komunikasi kelompok stakeholder yang efektif, serta
Proses implementasi rencana guna mengubah berbagai ide/pemikiran menjadi
kegiatan yang produktif dan penyelesaiannya yang maksimal.
Dalam pelaksanaan kegiatan Feasibility Study (Studi Kelayakan) Kawasan Bisnis
ini akan dilakukan serangkaian kegiatan diskusi dan pengumpulan data/informasi.
Pendekatan perencanaan partisipatif pada intinya merupakan usaha penyelesaian
persoalan yang menjadi target pekerjaan secara aktif dengan melakukan pelibatan semua
stakeholder terkait, baik sektoral maupun wilayah di tingkat daerah, serta para pakar dan
pihak lainnya.
3.3 METODOLOGI STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN BISNIS
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai komponen-komponen kegiatan yang
akan dilakukan sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan. Pada kegiatan Feasibility
Study (Studi Kelayakan) Kawasan Bisnis yang menyangkut pembangunan dan
pengembangan kawasan bisnis terdiri dari beberapa tahapan seperti berikut :
3.3.1 Tahap Persiapan
Untuk memperoleh hasil maksimal dalam kegiatan ini maka pada tahap persiapan
perlu dilakukan, secara umum terdapat 3 (tiga) kegiatan utama di dalam tahap persiapan
ini, yaitu:
1. Inisiasi studi berupa konsolidasi tim.
2. Melakukan brainstorming guna pemantapan metodologi yang akan dikembangkan,
maksud dari kegiatan ini adalah:
a. Merencanakan secara detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan berikutnya, untuk
mengefisienkan penggunaan waktu dan sumberdaya.
b. Menetapkan metoda analisis yang akan digunakan, hal ini penting untuk ditetapkan
karena akan mempengaruhi kebutuhan data, penyediaan waktu analisis, dan kualitas
hasil Pekerjaan secara keseluruhan.
c. Mengenal wilayah studi atau kegiatan,
d. Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap landasan normatif
3. Menyatukan persepsi tentang penyusunan Feasibility Study (Studi Kelayakan) Kawasan
Bisnis yang menyangkut pembangunan dan pengembangan untuk menghasilkan :
a. Konsepsi awal tentang Feasibility Study (Studi Kelayakan) Kawasan Bisnis yang
menyangkut pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis dalam bentuk
Kerangka pemikiran studi
b. Metode pendekatan
c. Mobilisasi personil
d. Jadwal pekerjaan.
3.3.2 Tahap Eksplorasi Data
Data dan informasi pendukung diperoleh dengan melakukan studi literatur, survey
dan pengumpulan data, kompilasi data. Berikut penjelasannya :
1. Studi Literatur
Tahap ini dilakukan setelah melewati tahap persiapan. Survey ini dilakukan dalam
rangka mengumpulkan data spesifik mengenai karakteristik lokasi studi. Data yang
terkumpul berupa data statistik, hasil wawancara, peta, foto, dan lainya yang
dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan materi pekerjaan.
2. Survey
Metode ini dilakukan dengan mendatangi tempat objek kajian. Lokasi itu kita datangi
dengan menggunakan beberapa instrumen penelitian seperti: pedoman observasi
wawancara dan angket, dimana observasi dilakukan pada Pemerintah Daerah, juga
pada masyarakat, angket, dan wawancara.
Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan data yang akan diambil, meliputi;
Pengukuran; Pengukuran lapangan dilakukan untuk mengetahui data kondisi
Kawasan Perencanaan seperti:
o Topografi.
o Karakteristik lahan.
o Kondisi air tanah,meliputi kedalaman muka air tanah,arah aliran air tanah,
o Kualitas air tanah.
o Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari lokasi kawasan bisnis, level air,
fluktuasi level air musim hujan dan kemarau, kualitas air sungai (BOD, COD,
logam berat, chloride, sulfat, pestisida dan lain-lain).
o Lokasi mata air (iika ada) termasuk debit.
o Jumlah dan perkembangan penduduk yang tinggal di Sekitar Lokasi kawasan
bisnis.
o Pengumpulan peta tematik berupa peta topografi dan peta-peta pendukung
lainya (peta geologi, tata guna lanah dll).
o Mempelajari lokasi rencana dan daerah-daerah sekitarnya dari segi topografi.
Observasi; Pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap kondisi fisik
alamiah di lokasi-lokasi potensial untuk kawasan bisnis dan guna lahan daerah
sekitarnya, dengan melakukan sketsa dan pemetaan tematik lokasi. Teknik ini
digunakan untuk mendiskripsikan secara terperinci karakteristik fisik di sekitar
lokasil kawasan bisnis.
Wawancara; (i) Teknik wawancara non struktur, yaitu melakukan wawancara
kepada Aparat Pemda terkait dengan lokasi pembangunan Kawasan Bisnis, dan (ii)
Focus Group Discussion, yaitu wawancara kepada kelompok masyarakat tentang
pembangunan kawasan bisnis.
Dokumentasi; Merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti
BPS, Bappeda, Disperindag, Bapedalda, BPN, serta penelitian terdahulu yang
relevan.
3. Kompilasi Data
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh
sehingga akan mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis.
Pada tahap pengumpulan data primer dilakukan survey lapangan terhadap kawasan
studi. Melakukan pengumpulan data sekunder dari institusi terkait seperti pemerintah
daerah, perguruan tinggi, lembaga masyarakat, maupun pihak swasta. Berikut adalah
tahapan kegiatan kompilasi dan analisis data:
1) Berbagai Undang-undang dan ketentuan yang berkaitan dengan pembangunan
Kawasan Bisnis,
2) Renstra, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Daerah,
3) Masukan-masukan dari Pemerintah Daerah, dan Masyarakat luas.
4) Melakukan studi kelayakan.
5) Tahap kompilasi dan pemrosesan data
6) Tahap analisa dan justifikasi potensi dan permasalahan.
7) Tahap penyusun skenario (alternatif konsep)
8) Tahap penyusunan kesimpulan dan rekomendasi atas Feasibility Study (Studi
Kelayakan) Kawasan Bisnis yang menyangkut pembangunan dan pengembangan
Kawasan Bisnis tentang lokasi, ekonomi/finansial, sosial-budaya, lingkungan,
arsitektural, serta teknis teknologi.
3.3.3 Tahap Analisis
Metode penelitian adalah suatu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari
prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur memberikan
kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian,
sedangkan teknik penelitian memberikan alatalat ukur apa yang diperlukan dalam
melakukan suatu penelitian.
Tahap analisis bertujuan untuk menemukenali secara tepat potensi dan
permasalahan, untuk kemudian merumusan kelayakan pengembangan kawasan bisnis.
Feasibility Study (Studi Kelayakan) yang menyangkut pembangunan dan pengembangan
kawasan bisnis meliputi analisis tentang, aspek permintaan (demand side), aspek
aksesibilitas, aspek kelembagaan dan sumberdaya manusia, aspek lingkungan, dan aspek
promosi dan pemasaran.
A. Analisis Permintaan (Demand)
Proyeksi jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) merupakan angka
yang sifatnya indikatif dan sebagai salah satu input bagi penetapan strategi dan
perumusan program pengembangan kawasan bisnis. Perhitungan proyeksi jumlah
pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) yang akan menjadi prospek dalam
pembangunan kawasan bisnis dilakukan untuk jangka waktu 20 tahun ke depan.
Teknik analisis yang digunakan di dalam menghitung proyeksi jumlah
pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) adalah teknik analisis eksponensial.
Pertimbangan menggunakan teknik analisis tersebut adalah keberadaan faktor laju
pertumbuhan jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) yang setiap
tahun berubah dan tidak linier. Proyeksi jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis
(konsumen) hanya ditinjau dari sisi jumlah saja dan tidak mencakup jumlah
berdasarkan jenis kegiatan usaha/bisnis atau atribut lainnya. Hal ini dilakukan karena
untuk memproyeksikan jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen)
berdasarkan atribut-atribut tersebut, faktor ketidakpastiannya sangat besar.
Formulasi dasar dari teknik eksponensial ini adalah persamaan Nt=No.ert, dengan Nt
adalah jumlah yang akan dicari pada tahun ke-t, No adalah jumlah awal, r adalah
pertumbuhan pada tahun ke-t, dan t adalah tahun. Kemudian untuk lebih
menyederhanakan perhitungan, maka formulasi tersebut dimodifikasi lagi menjadi Ln
Nt=Ln No + rt. Dengan asumsi bahwa Ln Nt merupakan nilai proyeksi yang akan
dicari, Ln No merupakan nilai awal yang akan diproyeksikan, r adalah rerata
pertumbuhan yang didapat dari (Ln Nt – Ln No)/t, dan t adalah variabel waktu. Dengan
demikian persamaan yang ada dapat disederhanakan menjadi Y = aX+b, dimana
Y adalah identik dengan Ln Nt, a merupakan konstanta dalam hal ini adalah nilai
pertumbuhan atau r, X merupakan tahun proyeksi (t), dan b merupakan konstanta (Ln
No). Kemudian di dalam menghitung nilai rata-rata laju pertumbuhan jumlah
pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen), dicari dengan persamaan:
Dimana;
r =nilai rata-rata pertumbuhan,
r1 =laju pertumbuhan tahun ke-1,
rn =laju pertumbuhan pada tahun ke-n.
B. Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi (Aksesibilitas)
r = (r1*r2*r3*……..rn)1/n
Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi eksisting sarana dan prasarana
transportasi yang ada serta kondisi geografis kawasan studi, sehingga dapat
direkomendasikan upaya-upaya penyediaan, perbaikan dan peningkatan kondisi
sarana dan prasarana transportasi untuk mendukung pergerakan dari dan menuju ke
kawasan bisnisr. Selain itu pada analisis ini akan dikaji pula kemudahan aksesibilitas
menuju kawasan bisnis yang ada ini dengan menggunakan indeks kemudahan
pencapaian. Penggunaan indeks kemudahan pencapaian ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa di dalam menentukan indeks tersebut variabel yang dianalisis
sudah mencakup hampir semua elemen sarana dan prasarana transportasi, dalam hal
ini adalah transportasi darat adalah melihat jenis perkerasan jalan, kondisi jalan, jarak,
hierarki jalan serta intensitas angkutan umum yang melewati jalan tersebut. Output dari
penilaian ini adalah daftar indeks kemudahan pencapaian ke kawasan yang menjadi
lokasi kawasan bisnis.
Pengkajian tingkat kemudahan pencapaian kawasan dilakukan dengan menggunakan
rumus tingkat aksesibilitas suatu jalur hubungan disesuaikan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemudahan pencapaian ke Kawasan Bisnis atau cakupan wilayah
pelayanan Kawasan Bisnis. Pengukuran tingkat kemudahan pencapaian kawasan
dihitung dengan menggunakan indeks kemudahan pencapaian dengan rumus sebagai
berikut (Hassan, 1981 ; 142):
Dengan
I : Tingkat kemudahan pencapaian lokasi kawasan studi
P : Kondisi fisik prasarana transportasi darat yang meliputi penilaian terhadap
kondisi fisik dan profil melintang badan jalan
S : Kondisi pelayanan sarana transportasi yang meliputi penilaian terhadap
keamanan dan kenyamanan, frekuensi lalu lintas dan mobilitas rute pergerakan
atau pilihan jenis sarana transportasi
F : Status prasarana jalan yang menghubungkan lokasi pusat pelayanan di kawasan
dengan pusat distribusi
D : Jarak tempuh jalur lintasan.
Penilaian yang digunakan di sini dilakukan melalui pemberian nilai terhadap kondisi
yang dimiliki oleh setiap faktor pada jalur lintasan menuju kawasan. Nilai yang
diberikan adalah sebagai berikut:
Kondisi Fisik prasarana transportasi setiap jalur lintasan (P)
Nilai 5 : Bagi lintasan yang mempunyai hubungan jaringan transport darat dengan
kondisi jaringan jalan yang baik, beraspal sehingga kendaraan dapat
berjalan lancar dan nyaman
Nilai 3 : Bagi lintasan yang mempunyai hubungan jaringan transportasi darat
dengan kondisi kurang baik, tetapi memiliki perkerasan aspal. Kondisi
yang ada tersebut bisa mengurangi kelancaran lalu lintas dan
kenyamanan pemakai jalan.
Nilai 1 : Bagi lintasan yang mempunyai prasarana jalan setapak sebagai jaringan
penghubung
Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang
berdekatan.
Kondisi sarana angkutan umum yang melalui jalur lintasan (S)
Nilai 5 : Kondisi pelayanan baik dengan frekuensi pemberangkatan tinggi dan
teratur, tersedia sarana lebih dari satu macam
Nilai 3 : Kondisi pelayanan kurang baik dengan frekuensi pemberangkatan
rendah atau hanya pada waktu tertentu saja dengan hanya satu jenis
sarana.
Nilai 1 : Belum tersedia sarana perangkutan umum untuk melayani jalur lintasan
ini
Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang
berdekatan.
Fungsi prasarana hubungan yang ada (F)
Nilai 5 : Prasarana perhubungan yang ada merupakan jaringan yang mempunyai
status sebagai jalan nasional yang merupakan jalan penghubung antar
provinsi
Nilai 3 : Prasarana perhubungan merupakan jaringan yang mempunyai status
sebagai jalan kabupaten yang menghubungkan antar kecamatan di dalam
kabupaten tersebut
Nilai 1: Prasarana perhubungan merupakan jaringan yang mempunyai status
sebagai jalan desa yang menghubungkan tempat dalam satu desa yang
biasanya masih berupa jalan tanah atau jalan setapak
Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang
berdekatan.
C. Analisis Sosial Budaya
Analisis sosial budaya merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pengembangan kegiatan komersial secara umum. Analisis ini merupakan bagian yang
dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik sosial budaya masyarakat beserta
hasil-hasilnya pada wilayah yang terkait baik secara amatan maupun secara wilayah
pelayanan kawasan bisnis.
Pada dasarnya, analisis sosial budaya ditujukan untuk mengidentifikasi pola dan nilai
yang berlaku di lingkungan masyarakat untuk memahami resiko-resiko yang mungkin
dimunculkan dari aktifitas kegiatan kawasan bisnis. Metode yang dipergunakan untuk
mengetahui kondisi masyarakat dalam konteks pembangunan dan pengembangan
Kawasan Bisnis adalah modifikasi dari metode etnografi (Spradley, 1995) dengan
teknik wawancara tidak terstruktur dengan informan terpilih.
D. Analisis SDM dan Kelembagaan
Sebagaimana diketahui kegiatan komersial merupakan kegiatan yang bersifat multi
dimensi, dimana berkaitan dengan pengembangan berbagai sektor secara terpadu.
Oleh karena itu, perlu diidentifikasi, seberapa besar daya dukung SDM yang
mendukung dan menunjang dalam kegiatan perdagangan khususnya aktivitas dalam
sebuah kawasan bisnis secara keseluruhan. Sumber daya manusia dalam hal ini
terfokus pada seluruh stakeholders kegiatan usaha/bisnis yang meliputi: pemerintah
daerah, pelaku usaha (pengusaha/pedagang), dan masyarakat. Profil kualitas
sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan komersial di kota didekati dari
jumlah dan kualitas tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa perdagangan/komersial
serta jumlah dan kualitas personil pemerintah (Pegawai Dinas atau Instansi yang terkait
dengan bidang perdagangan khususnya dalam pengelolaan kegiatan komersial).
E. Analisis Promosi dan Pemasaran
Analisis promosi dan pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk melihat sampai
sejauhmana upaya promosi dan pemasaran telah dilakukan oleh elemen-elemen yang
terlibat dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan komersial. Elemen
yang dimaksud di sini adalah Dinas Perindag, khususnya UPTD Pengelolaan Kawasan
Bisnis kota, sebagai lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan kegiatan promosi
dan pemasaran, Kadin, Koperasi Kawasan Bisnis, dan lain-lain. Pendekatan dilakukan
dengan mempertimbangkan penggunaan biaya untuk promosi, tingkat sinergisitas
antar elemen yang terlibat dalam kegiatan Pembangunan Kawasan Bisnis, dan usaha
yang telah dilakukan untuk mempromosikan kawasan bisnis.
Berdasarkan hasil analisis di atas kemudian akan dilakukan analisis SWOT dengan
hasil akhir berupa matrik potensi, kendala, peluang, dan tantangan dalam
pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis.
3.4 MODEL ANALISA YANG DIGUNAKAN
3.4.1 Analisa SWOT
Metode SWOT (Strength, Weak, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu metode
untuk mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu wilayah, sehubungan dengan
kegiatan pengembangan wilayah yang akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi
tinjauan terhadap :
1. Kekuatan (strength) yang dimiliki kawasan bisnis, yang dapat memacu dan mendukung
perkembangan wilayah, misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan yang
dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan ruang yang masih tersedia;
2. Kelemahan (weak) yang ada yang dapat menghambat pengembangan wilayah, baik
hambatan dan kendala fisik kota maupun non fisik, misalnya kemampuan sumber daya
manusia, aspek lokasi, keterbatasan sumber daya alam pendukung, keterbatasan/
ketidakteraturan ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas;
3. Peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan wilayah, berupa
sektor-sektor dan kawasan strategis;
4. Ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat dalam penanaman
investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar
kawasan bisnis yang dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis wilayah yang
telah ada.
Dalam perkembangan lebih lanjut strategi yang dihasilkan dalam analisis SWOT
dipadukan dengan strategi yang dikembangkan oleh Osborn dan Plastrik (1997 : 75). Ada
lima strategi dasar yang diungkapkan oleh Osborne dan Plastrik, yang masing-masing
strategi mencakup beberapa pendekatan dan alat untuk metodenya yang dikategorikan
sebagai pendongkrak utama perubahan yang disebut sebagai “Lima Strategi (5 C’s).”
Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C dapat dilihat pada gambar Berikut :
Tabel Matrik Analisis SWOT
Gambar Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C
gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa strategi 5 C erat kaitannya dengan analisis
SWOT, karena strategi 5 C diperoleh setelah analisis SWOT yang diperoleh dari hasil
tabulasi silang terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal
Strengths – S123
Weakness-W123
Opportunities – O123
SO Strategies<gunakan strength untuk memanfaatkan peluang>
WO Strategies<tanggulangi weakness dengan memanfaatkan peluang>
Threats – T123
ST Strategies<gunakan strength untuk menghindari threats>
WT Strategies< minimalkan weakness dan hindari threats>
(peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap program dan kebijakan pembangunan
wilayah.
1. Strategi Inti (Core Strategy)
Strategi inti menjadikan tujuan penataan ruang sebagai lever atau tuas pengungkit.
Pendekatan yang dapat digunakan pada strategi inti adalah kejelasan maksud/tujuan,
kejelasan peran dan kejelasan arah. Strategi ini berhubungan dengan fungsi utama
pihak otoritas pembangunan yaitu fungsi mengarahkan (steering) fokus pembangunan
ke arah yang diinginkan.
2. Strategi konsekuensi (Consequence strategy)
Strategi konsekuensi mempunyai beberapa pendekatan yaitu, pengelolaan kompetisi,
manajemen organisasi/kelembagaan dan manajemen kinerja.
3. Strategi pelanggan (customer strategy)
Dalam strategi ini kepuasan pengguna (dalam arti para investor maupun masyarakat
luas) menjadi hal utama yang harus dicapai.
4. Strategi pengendalian (control strategy)
Dalam strategi ini, sistem kendali ditekankan pada pendelegasian wewenang yang jelas
dan terarah atas semua stakeholder yang terlibat dalam pengambilan keputusan
pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan organisasi/
institusi, pemberdayaan pekerja dan pemberdayaan masyarakat/ komunitas.
5. Strategi Budaya (culture strategy)
Stategi ini menekankan perubahan ’budaya’ dari stakeholder pembangunan.
Kelima strategi tersebut mensyaratkan pihak-pihak (stakeholder) yang berkepentingan
untuk melepas hal-hal yang mereka sukai. Pembaharuan tidak sekedar menuntut
pengetahuan dan teknik, namun pembaharuan membutuhkan keberanian (Osborne, David
dan Peter Plastrik ; 1997 : 75).
3.4.2 Analisa Finansial
Pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis merupakan kegiatan investasi,
dalam hal ini akan dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi dengan dana yang besar.
Kegiatan investasi yang menggunakan dana cukup besar ini diharapkan dapat
meningkatkan kegiatan perekonomian di Provinsi Jambi khususnya di wilayah Kota Jambi
sekaligus dapat menjadi sumber pererimaan asli Daerah (PAD). Oleh karena itu
diperlukan suatu penilaian kelayakan investasi atau studi kelayakan atau feasibility study
terhadap pembangunan Kawasan Bisnis ini dari aspek finansial/keuangan. Melalui financial
analisis ini akan terlihat apakah pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis
tersebut layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek benefit atau manfaat dan biayanya.
Penilaian kelayakan suatu investasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan analisis finansial dan (2) pendekatan analisis ekonomi.
Analisis finansial (financial analysis) menitikberatkan kepada pendekatan individu, dimana
kegiatan investasi dilihat dari segi individu atau organisasi perusahaan dengan tujuan
untuk memaksimalkan keuntungan individu, perusahaan atau organisasi, yang disebut
dengan Private Return. Sedangkan dalam analisis ekonomi (economic analysis)
menitikberatkan kepada pendekatan masyarakat secara keseluruhan, maksudnya melihat
kegiatan investasi dari segi perekonomian secara keseluruhan atau bersifat makro, atau
disebut dengan The Economic Returns.
Berdasarkan kepada tujuan pembangunan kawasan bisnis, maka pendekatan yang
dipergunakan dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Gambar Pendekatan Kajian Pekerjaan
A. Tahapan Penilaian Kelayakan Investasi Pembangunan Kawasan Bisnis:
1. Melakukan analisis aspek-aspek kelayakan investasi
2. Melakukan perhitungan kembali setiap komponen biaya investasi dan biaya
operasional atau melakukan valuasi komponen biaya dengan menggunakan
pendekatan shadow price dan opportunity cost.
3. Melakukan perhitungan manfaat dari pembangunan dan pengembangan kawasan
bisnis, baik manfaat langsung (direct benefit) maupun manfaat tidak langsung
(indirect benefit).
4. Melakukan perhitungan dan proyeksi kebutuhan dan sumber dana
5. Melakukan perhitungan dan proyeksi arus kas (cash flow)
6. Berdasarkan kepada perhitungan dan proyeksi arus kas kemudian dilakukan
perhitungan kriteria investasi.
7. Berdasarkan kepada hasil perhitungan kriteria investasi kemudian ditarik
kesimpulan apakah kegiatan investasi pembangunan dan pengembangan kawasan
bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak.
8. Menyusun laporan.
Untuk lebih jelasnya alur metodologi dalam kajian kelayakan investasi pembangunan
dan pengembangan kawasan bisnis dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar Tahapan Studi Kelayakan
B. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Studi Kelayakan
Setelah data terkumpul, maka dilakukan tabulasi, penyusunan dan pemilihan data,
sehingga data yang akan dipakai untuk keperluan analisis merupakan data yang benar
dan relevan. Pemilihan data dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat kepentingan
informasi yang dibutuhkan melalui serangkaian proses pemillhan data, agar didapatkan
suatu data yang valid dan akurat yang dapat dipakai sebagai bahan penyusunan
kelayakan investasi pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis yang dijabarkan
sebagai berikut :
Aspek Kawasan Bisnis
Untuk menilai apakah pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis yang
diselenggarakan ditinjau dari segi market dan potensi ekonomi yang diinginkan layak
atau tidak. Atau dengan kata lain, seberapa besar potensi ekonomi yang
diperkirakan dengan adanya pembangunan Kawasan Bisnis. Dalam hal ini untuk
menentukan besarnya potensi ekonomi perlu dilakukan studi lapangan dan dengan
mengumpulkan data dan berbagai sumber.
Aspek Teknis
Dalam aspek ini yang akan diteliti adalah teknis pembangunan dan pengembangan
Kawasan Bisnis, baik peralatan fisik, non fisik, maupun fasilitas pendukung lainnya
yang dibutuhkan. Dalam aspek ini, dikaji pula teknologi pendukung apa yang akan
digunakan.
Aspek Keuangan
Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan
dihitung dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk pembangunan
dan pengembangan Kawasan Bisnis. Kemudian juga meneliti seberapa besar potensi
keuntungan yang akan diterima jika pembangunan dan pengembangan Kawasan
Bisnis dapat diselenggarakan dan dijalankan terutama dikaitkan dengan Pendapatan
Asli Daerah. Penelitian ini meliputi perhitungan benefit dan cost, sumber permodalan
dan besarnya modal yang harus disertakan, dan lama investasi yang ditanamkan
akan kembali, sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat
menguntungkan. Metode penilaian yang akan digunakan adalah dengan Payback
Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, Indeks Profitabilitas, serta
menghitung benefit Cost ratio.
Aspek Ekonomi dan Sosial
Penelitian dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang
ditimbulkan jika pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis tersebut
dilaksanakan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak
sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak ekonomi tertentu yaitu
peningkatan pendapatan masyarakat, kemungkinan munculnya lapangan pekerjaan di
Kawasan Bisnis dan sekitarnya, dan peningkatan manfaat ekonomi bagi masyarakat
sekitar. Demikian pula dengan dampak sosial yang ada dari keberadaan Kawasan
Bisnis tersebut.
Aspek Hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan
dokumen hukum. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting, karena hal ini
merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul
masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak
yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut.
C. Metode Penilaian Kelayakan
Metode yang dipergunakan untuk menilai apakah suatu proyek itu layak dilakukan
secara ekonomi digunakan beberapa metode yaitu:
Jangka Waktu Pengembalian (Pay back periode)
Nilal Sekarang Bersih (Net Present Value – NPV)
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return - IRR)
Indek Tingkat Keuntungan (Indeks Profitabilitas - IP)
Menganalisa benefit cost ratio ( BCR ).
Dalam rangka keputusan “layak atau tidak layak”, proyek marjinal dijadikan sebagai
pembanding bagi proyek-proyek yang dinilai. Berdasarkan kelima kriteria investasi di atas,
maka proyek marjinal, proyek yang layak dan proyek tidak layak memberikan hasil seperti
terlihat dalam tabel berikut.
Tabel Kriteria Penilaian Kelayakan
KRITERIAP R O Y E K
MARGINAL LAYAK TIDAKLAYAK
NPV = 0,0 > 0,0 < 0,0
Net B/C = 1,0 > 1,0 < 1,0
PV/K = 1,0 > 1,0 < 1,0
IRR = social discount rate > social discount rate < social discount rate
Payback Period = payback makismum < payback maksimum > payback maksimum
1. Net Present Value (NPV) dari Arus Benefit dan Biaya Proyek
Keuntungan netto suatu proyek adalah pendapatan bruto dikurangi jumlah biaya. Maka
Net Present Value suatu proyek dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
NPV = Present Value (PV) Benefit – Present Value (PV)Biaya
= PV Benefit – PV Biaya
Atau dengan menggunakan rumus matematis yang dapat dituliskan sebagai berikut:
atau dapat ditulis secara singkat menjadi:
Kriteria penilaian kelayakan proyek dengan NPV adalah:
NPV > 0 : Artinya proyek tersebut dapat menghasilkan lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan, jadi proyek layak dilaksanakan
NPV = 0 : Artinya proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity
cost faktor-faktor produksi modal yang dipergunakan.
NPV < 0 : Artinya tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan,
oleh sebab itu proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah untuk mengetahui prosentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun
dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga
pinjaman.
IRR adalah nilai discount rate sosial yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Atau
dengan kata lain IRR menunjukkan bahwa Present Value Benefit sama dengan Present
Value Cost.
Agar supaya NPV proyek sama dengan nol, atau PV benefit sama dengan PV biaya,
tidak dapat ditentukan secara langsung berapa discount rate yang memberikan NPV
sama dengan nol tersebut. Namun pemecahannya dapat dicari dengan cara coba-coba,
yaitu dengan cara sebagai berikut:
i. Pilih discount rate ( ) yang kira-kira mendekati nilai NPV = 0. Jika hasil NPV positif,
berarti nilai discount rate ( ) masih terlalu rendah. Sebaliknya jika NPV yang
diperoleh negatif, maka masih terlalu tinggi.
ii. Jika NPV pada percobaan pertama positif, maka untuk percobaan kedua pilih
discount rate yang lebih tinggi ( ) sedemikian rupa supaya menghasilkan NPV
yang mendekati nol. Sebaliknya jika NPV hasil percobaan pertama negatif, harus
dipilih yang lebih rendah sedemikian rupa sehingga diperoleh NPV mendekati
nol.
iii. Perkiraan IRR diperoleh dengan cara interpolasi atau ekstrapolasi, yaitu dengan
menghitung discount rate baru berdasarkan kedua perhitungan dan . Perkiraan
IRR dapat dihitung dengan rumus:
3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Net B/C
ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang
dikeluarkan. Net B/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kriteria penilaian:
Net B/C = 1 : Artinya proyek tersebut dapat menghasilkan lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan, jadi proyek layak dilaksanakan
Net B/C = 1 : Artinya proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost
faktor-faktor produksi modal yang dipergunakan.
Net B/C = 1: Artinya tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan, oleh
sebab itu proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
4. Profitability Ratio (PV/K)
Kriteria ini dipergunakan untuk mengukur rentabilitas suatu proyek. PV/K dipergunakan
untuk menghitung perbandingan present value benefit dikurangi biaya rutin dengan
present value biaya modal (biaya investasi). PV/K dapat dihitung dengan rumus:
dimana:
: adalah benefit bruto pada periode t
: adalah biaya eksploitasi atau pemeliharan, biaya rutin
atau biaya operasional pada periode t
: adalah biaya modal atau biaya investasi pada periode t
5. Payback Period
Metode payback adalah metode penilaian investasi berdasarkan kepada perbandingan
lamanya periode payback dengan periode payback yang disyaratkan. Biasanya periode
payback yang disyaratkan disebut sebagai payback maksimum. Periode payback
maksimum ditetapkan atas dasar periode payback rata-rata industri atau jenis investasi
yang sama.
Kriteria penilaian dengan metode payback ini adalah:
Periode Payback < Periode payback maksimum : Artinya proyek layak dilaksanakan.
Periode Payback > Periode payback maksimum: Artinya proyek tidak layak
dilaksakan.
3.4.3 Analisa Kapasitas Pelayanan Fasilitas Perdagangan/Kawasan Bisnis
Sarana perniagaan dan industri merupakan unsur karya dalam perencanaan
kota. Di samping sebagai fasilitas kerja bagi kelompok yang lain (sebagai mata
pencaharian). Sarana perniagaan dan industri ini meliputi:
a. Warung
Fungsi utama warung adalah menjual barang-barang keperluan sehari-hari.
Lokasinya terletak di tempat pusat lingkungan yang mudah dicapai dan mempunyai
radius maksimum 500 m. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini
adalah 250 penduduk.
Luas lantai yang dibutuhkan ± 50 m2 termasuk gudang kecil. Luas tanah yang
dibutuhkan bila terletak sendiri (tidak bersatu dengan rumah tinggal) = 100 m2.
b. Pertokoan
Fungsi utama sarana ini adalah menjual barang-barang keperluan sehari-hari
berupa toko-toko PD. Lokasinya terletak di pusat dan tidak menyeberang jalan
lingkungan dekat dengan taman kanak-kanak dan tempat bermain. Minimum
penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 2.500 penduduk. Luas tanah
yang dibutuhkan adalah 1.200 m2 dengan building coverage = 40%.
Sarana-sarana pelengkap yang seharusnya ada:
Tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai bersama kegiatan lain pada
pusat lingkungan
Sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan aktifitas ibu, Balai Pengobatan,
Balai Pertemuan RW
Pos hansip
c. Pusat Perbelanjaan Kawasan 30.000 Penduduk
Fungsi utama sebagai pusat perbelanjaan di lingkungan yang menjual keperluan
sehari-hari. Terdiri dari Kawasan Bisnis dan toko-toko dan bengkel-bengkel.
Lokasinya pada jalan utama lingkungan dan mengelompok dengan
pusatlingkungan.
Mempunyai terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan. Minimum penduduk
yang dapat mendukung sarana ini adalah 30.000 penduduk. Luas tanah yang
dibuituhkan adalah 13.500 m2. Persentasi terhadap area permukiman yang dilayani
adalah 0,93% (0,9 – 1%).
Sarana-sarana pelengkap yang seharusnya ada:
Tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah
Pos polisi
Pos pemadam kebakaran
Kantor pos pembantu
Tempat ibadah
d. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kawasan 120.000 Penduduk
Fungsi utama sama dengan pusat perbelanjaan lingkungan lain, hanya dilengkapi
sarana-sarana niaga lainnya. Toko-toko tidak hanya menjual kebutuhan sehari-hari
tapi juga untuk toko-toko lainnya dan tempat hiburan. Lokasinya mengelompok
dengan pusat kota dan mempunyai pangkalan transpor untuk kendaraan-
kendaraan jenis angkutan penumpang kecil.
Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 120.000 penduduk.
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 36.000 m2. Persentasi terhadap area
permukiman yang dilayani: 0,625% (± 0,6 %) luas tanah per penduduk menjadi 0,3
m2/ penduduk. Sarana-sarana pelengkap yang seharusnya ada:
Tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah
Pos polisi
Pos pemadam kebakaran
Kantor pos pembantu
Tempat ibadah
e. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kawasan 480.000 Penduduk
Fungsi utama sama dengan pusat perbelanjaan dan niaga yang lebih kecil dengan
skala usaha yang lebih besar dan lengkap. Terdiri dari Kawasan Bisnis, toko-toko,
bengkel reparasi service, produksi dan tempat-tempat hiburan. Lokasinya
dikelompokkan dengan pusat wilayah dan mempunyai terminal bis dan kendaraan-
kendaraan jenis angkutan penumpang kecil lainnya. Minimum penduduk yang
dapat mendukung sarana ini adalah 480.000 penduduk. Luas yang dibutuhkan
adalah 96.000 m2. Luas tanah per penduduk menjadi 0,2 m2/ penduduk. Presentasi
terhadap area permukiman yang dilayani 0,4%.
Sarana-sarana pelengkap:
Tempat parkir umum = 1 (sudah termasuk kebutuhan luas tanah)
Pos polisi
Pos pemadam kebakaran
Kantor pos pembantu
Tempat ibadah