document
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lalat buah atau Drosophila melanogaster seringkali dijadikan sebagai objek
penelitian genetika. Hal ini bermula pada penemuan Thomas Hunt Morgan yang
berhasil menemukan pautan seks pada lalat buah. Beliau merupakan ilmuwan
pertama yang menggunakan lalat buah sebagai objek dalam penelitian genetika.
Spesies lalat buah, Drosophila melanogaster, adalah sejenis serangga biasa yang
umumnya tidak berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.
Lalat buah adalah serangga yang mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan
dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangbiakkan
setiap dua minggu. Karakteristik ini menjadikan lalat buah menjadi organisme yang
cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbel, 2008)
Seiring berjalannya waktu, Drosophila melanogaster menjadi hewan yang
sering kali digunakan dalam praktikum genetika. Alasan digunakannya Drosophilla
melanogaster sebagai bahan penelitian adalah karena lalat ini memiliki beberapa
keuggulan, antara lain mudah diperoleh sehingga tidak menghambat penelitian,
mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu kamar dan
didalam botol susus berukuran sedang, memiliki siklus hidup pendek (hanya kira-kira
2 minggu) sehingga dalam waktu satu tahun dapat diperoleh 25 generas, mempunyai
tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan, dan hanya mempunyai delapan
kromosom saja, tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks
(Suryo, 1990).
Dalam melakukan praktikum genetika, mahasiswa akan semakin sering
menggunakan lalat buah sebagai bahan pemodelan genetika. Oleh karena itu,
mahasiswa perlu mengetahui dan mempelajari siklus hidup Drosophila
melanogaster sebelumnya. Dengan mempelajari siklus hidupnya, akan lebih mudah
untuk diamati fase-fase pergiliran keturunannya dan mudah diamati proses penurunan
sifatnya. Selain itu, dengan memahami siklus hidup lalat bbuah, diharapkan
mahasiswa mampu memberikan perlakuan yang sesuai dalam perawatannya serta
mampu mengetahui kondisi yang tepat bagi masing-masing fase.
1.2 Tujuan
1. Menentukan nilai Rf dari pigmen mata Drosophila melanogaster
2. Membandingkan pigmen mata Drosophila melnogaster
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di
buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian
genetika dan perilaku hewan. Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila
melanogaster (Hartwel,2004):
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosphila melanogaster
2.2 Ciri – ciri morfologis Drosophila melanogaster dan perbedaan jantan betina
Ciri-ciri morfologis pada Drosophila melanogaster normal (wild type) adalah
sebagai berikut:
1. Drosophila melanogaster tipe liar (wild type) memiliki mata bulat lonjong
dengan warna merah cerah. Warna pigmen mata pada Drosophila melanogaster
berasal dari pigmen pteridin dan ommochrome (Klug,1994).
2. Lalat tipe liar memiliki warna tubuh cokelat keabu-abuan dengan panjang
ukuran sayap normal (Campbell, 2002).
3. Indikasi sayap normal adalah sayap yang panjangnya lebih panjang
melebihi panjang tubuhnya (Campbell, 2002).
Drosophila jantan dan betina memiliki ciri yang berbeda. Ukuran tubuh
jantan lebih kecil dari betina. Drosophila jantan memiliki sayap yang lebih pendek
dibandingkan dengan Drosophila betina. Drosophila jantan memiliki sisir kelamin
(sex comb) yang tidak dimiliki oleh betina. Hal yang paling membedakan Drosophila
jantan dan betina terlihat pada ujung abdomennya, jantan lebih tumpul, sementara
ujung abdomen betina runcing dan tidak berwarna hitam (Borror, 1993).
2.3 Siklus hidup Drosophila melanogaster
Siklus hidup lalat buah dimulai dari stadia telur, larva, pupa, dan dewasa
(Holometabola). Lalat buah betina mempunyai ovipositor yang runcing pada ujung
tubuhnya yang berfungsi untuk memasukka telurnya ke dalam buah. Jumlah telur
yang diletakkan perhari bervariasi antara 2–40 butir. Telur yang diletakkan di dalam
buah cabai rawit, kemudian menetas menjadi larva (belatung). lalat buah mempunyai
tiga tingkat instar. Larva berwarna putih kekuningan dan sering diikuti dengan
masuknya bakteri dan jamur, sehingga buah cabai dengan cepat mengalami
pembusukan dan kemudian akan berjatuhan di tanah. Apabila buah cabai dibelah,
pada daging buah terdapat larva kecil dengan ukuran 4–10 mm dan biasanya bila
larva disentuh, akan meloncat-loncat (tidak berjalan). Larva instar akhir akan
menjatuhkan dirinya ke tanah untuk membentuk pupa di dalam tanah. Selanjutnya
pupa akan berkembang menjadi imago lalat buah yang keluar dari dalam tanah. Lalat
buah dewasa biasanya berukuran 1–6 mm. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita
melintang dan satu pita yang membagi dua abdomen terakhir. Lalat buah dewasa
akan aktif terbang pada jam 06:00–09:00 pagi atau sore hari jam 15:00–18:00
(Hasyim, 2014).
2.4 Faktor yang mempengaruhi siklus hidup Drosophila
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi dinamika populasi adalah faktor suhu,
kelembaban, cahaya, curah hujan, tanaman inang, dan musuh alami. Faktor iklim
berpengaruh pada pemencaran, perkembangan, daya bertahan hidup, perilaku,
reproduksi, dinamika populasi, dan peledakan hama (McPheron & Steck, 1996).
Iklim berpengaruh terhadap perilaku seperti aktifitas kawin dan peletakan telur yang
mempengaruhi angka kelahiran, kematian, dan penyebaran serangga.
Curah hujan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kelimpahan buah inang
dan populasi B.dorsalis dewasa (Tan dan Serit, 1994).. Kemunculan imago lalat buah
dari pupa juga dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Kelembaban tanah yang optimal
bagi kehidupan pupa lalat buah antara 80-90%. Pada umumnya kepadatan populasi
meningkat dengan curah hujan yang meningkat, akan tetapi melalui suatu studi
diketahui bahwa terjadi ledakan pada kepadatan populasi B.dorsalis setelah badai
topan. Hal tersebut menunjukkan bahwa iklim berperan sebagai faktor mortalitas
yang tidak tergantung kepadatan (Williamson et al., 1985 ). Kepadatan populasi
B.dorsalis cenderung tinggi selama musim hujan, dan peningkatan populasinya tidak
harus berkorelasi dengan fenologi tanaman inang. Walaupun demikian curah hujan
tidak selalu berkorelasi secara linier dengan kelimpahan populasi lalat buah.
Kelimpahan lalat buah dengan curah hujan memiliki hubungan yang saling berkaitan,
seperti lalat buah spesies Anastrepha oblique mempunyai hubungan yang tidak linier
(Aluja et al., 1996).
Kelembaban yang rendah dapat menurunkan keperidian lalat buah dan
meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa. Kelembaban udara yang
terlalu tinggi (95-100%) dapat mengurangi laju peletakan telur. Semakin tinggi
kelembaban udara maka lama perkembangan akan semakin panjang. Kelembaban
optimum perkembangan lalat buah berkisar antara 70-80%. Lalat buah dapat hidup
baik pada kelembaban antara 62-90% (Landolt & Quilici 1996).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Praktikum Siklus Hidup Lalat Buah
Alat Bahan
Gunting Lalat buah normal
Penggaris Mutan white
Pensil Mutan mata gelap
Jarum pentul Mutan mata terang
Alat penjepit Kertas saring
Bejana kromatografi dengan tutup kaca Larutan NBA
Pengering rambut atau oven Vaselin
3.2 Metode Kerja
1. Pengguntingan Kertas Kromatografi
Kertas saring digunting dengan ukuran 16 x 20 cm. Lalu dibuatkan 2
garis lurus dengan pensil sejajar sisi yang 16 cm sepanjajang 2 cm dan yang
kedua 10cm dari garis pertama. Kemudian diberi tanda bulat dengan pensil pada
garis pertama dengan jarak masing – masing 2 cm. Dituliskan nama disebelah
atas kertas menggunakan pensil. Kertas kromatografi siap digunakan.
2. Kromatografi
Bejana diisi dengan larutan NBA setinggi 1 cm dan diberi vaselin pada
mulut bejana. Kemudian ditutup dengan tutup kaca sehingga bejana siap
digunakan. Setelah itu lalat buah diambil 3 buah dari 3 fenotip yang berbeda.
Dipotong kepalanya dengan jarum pentul. Diletakan setiap potongan kepalanya
diatas tanda bulat pada kertas saring, kemudian ditekan kepalanya. Diletakan
dan ditekan kepalanya dengan cara yang sama untuk lalat berikutnya.Diambil
fenotip lain dan dipelakukan sama seperti sebelumnya sehingga kepala lalat
buah siap untuk digunakan. Setelah itu sediakan kertas saring dan digulung
sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebelahan. Di beri hekter dua kali di
sebelah atas dan bawah sua kali. Dimasukan secara tegak di kolam bejana.
Kemudian bejana ditutup dan diberi vaselin sehingga tertutup rapat. Didiamkan
beberapa jam samapi eluen bergerak melalui garis kedua. Setelah bejana selesai
diamati, kertas saring diambil kembali dan dibuat garis dengan pensil pada batas
pergerakan eluen lalu dikeringkan. Setelah itu diamati dibawah sinar UV. Diberi
tanda dengan pensil disekeliling bercak yang terlihat pada kertas saring. Dicatat
warnanya dan warna fikorosensinya. Warna pada kertas siap dibandingkan.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan siklus lalat buah akan diuraikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Siklus Lalat Buah
Pengamatan
Gambar
Pertama
muncul
Ukuran dan
Hasil
pengamatan
lainnya
Tanggal/jam Umur
Telur Sulit
teramati,
berukuran
1mm
Pukul 17.49
9 September
2015
1 hari 2
jam 35
menit
Gambar 1. Fase telur
Larva
instar I
Berwarna
agak bening,
berukuran
1,4 mm
Pukul 20.30
10 September
2015
2 hari 5
jam 15
menit
Gambar 2. Fase larva instar I
Larva
instar II
Berukuran
1.9mm,
berwarna
putih
Pukul 19.45
11 September
2015
3 hari 5
jam 43
menit
Gambar 3. Fase larva instar
II
Larva
instar III
Berukuran
2,5 mm,
spirakel
sudah
terlihat,
berwarna
kecoklatan di
Pukul 21.12
12 September
2015
4 hari 6
jam 57
menit
bagian
ujungnya
Gambar 4. Fase larva instrar
III
Prepupa Berukuran
2,5 mm,
berwarna
putih
kecoklatan
Pukul 18.15
14 September
2015
6 hari 4
jam 4
menit
Gambar 5. Fase prepupa
Pupa Berukuran
2,5 mm,
berwarna
cokelat
Pukul 17.28
15 September
2015
7 hari 3
jam 13
menit
Gambar 6. Fase pupa
Imago Berukuran
kira-kira 3
mm dengan
Pukul 19.50
17 September
2015
9 hari 5
jam 39
menit
4.2 Pembahasan
Waktu hidup lalat pada percobaan adalah 9 hari. Sedangkan waktu
hidup lalat pada literatur berkisar antara 8 – 9 hari hingga mencapai imago.
Waktu siklus hidup lalat pada percobaan tidak terjadi perbedaan dengan
literature disebabkan oleh kondisi media pemeliharaan praktikan yang baik,
serta dapat didukung oleh suhu yang optimal sehingga dapat mengoptimalkan
proses pertumbuhan lalat.
Perbandingan tiap fase pada pertumbuhan Drosophila melanogaster
lebih jelasnya terletak pada ukuran, motilitas, morfologi, serta letak. Fase telur
sangat non-motil, berukuran sangat kecil hampir tak terlihat, berbentuk bulat
lonjong berwarna putih, serta terletak pada permukaan makanan. Fase larva
instar memiliki motilitas yang rendah, berukuran kira-kira 1,5mm – 2,5 mm,
terletak di dasar makanan atau dapat dilihat di dinding pemeliharaan,
berbentuk seperti cacing berwarna putih kecokelatan serta memiliki spirakel
anterior dan posterior (pada larva instar I tidak terdapat spirakel anterior).
Fase pupa sangat non-motil, spirakelnya jelas terlihat, berukuran sama seperti
larva instar III, terletak di dinding media pemeliharaan berbentuk bulat agak
lonjong. Fase imago memiliki bagian tubuh yang kompleks, seperti kepala,
thorax, dan abdomen, berukuran 3-5 mm, memiliki motilitas tinggi, berada di
dinding media.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data, jelas waktu
siklus hidup hingga menjadi imago pertama pada data penulis berbeda dengan
literatur. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan pemeliharaan lalat pada
penulis kurang optimal, yaitu bersuhu 280C, sehingga menyebabkan
pertumbuhan Drosophila melanogaster terhambat.
Pada media pemeliharaan, terdapat komposisi terdapat komposisi
seperti ragi, pisang, kertas saring, nipagin, asam sorbat, akuades, serta penutup
dari gabus. Ragi dan pisang berfungsi sebagai makanan bagi lalat buah yang
dipelihara serta keduanya dapat bereaksi dengan proses fermentasi alkohol
menjadi etanol (terlihat kuantitas ragi dan pisang berkurang setiap hari
walaupun tak diisi dengan lalat). Kertas saring pada media berfungsi sebagai
tempat untuk meletakkan telur bagi Drosophila melanogaster (walaupun
sering terlihat pada dasar makanan dibanding di kertas saring). Gabus
berfungsi sebagai penutup media pemeliharaan agar lalat mendapatkan udara
yang cukup serta tidak bisa keluar dari media pemeliharaan dan juga
mempermudah pembiusan pada lalat jika lalat ingin dibius atau dibunuh untuk
mencegah persebaran mutan. Nipagin berfungsi sebagai anti jamur. Asam
sorbat berfungsi sebagai pencegah timbulnya bakteri, serta akuades berfungsi
sebagai pelarut.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan praktikum ini akan dijawab dalam bentuk kesimpulan yang
akan dijelaskan satu per satu.
1. Berdasarkan hasil pengamatan, siklus hidup Drosophila melanogaster
berawal dari telur, larva instar I, larva instar II, larva instar III, pre-pupa,
pupa, hingga menjadi imago.
2. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kita dapat mengamati
perubahan morfologi tiap fasenya dan mengamati perubahan waktu hidup
tiap fase pada Drosophila melanogaster. Pertama telur muncul berbentuk
bulat lonjong dalam waktu ± 24 jam. Larva instar 1 berbentuk lonjong
pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk dan
bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior. Larva instar 2
berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2 mm, bersegmen,
berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna
hitam untuk makan, memiliki spirakel anterior. Dalam waktu ±2 hari
terdapat larva instar 3 yang berbentuk lonjong pipih, berwarna putih,
berukuran ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing,
memiliki mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas terlihat
dibanding larva instar 2, memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa
tonjolan pada spirakel anteriornya. Kemudian dalam jangka waktu ± 3 hari
munculah prapupa yang terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada
dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri; berwarna putih; kutikula keras
dan memendek; tanpa kepala dan sayap. Lalu dalam waktu ± 4 hari,
terdapat pupa. Pupa memiliki ciri - ciri tidak aktif dan melekatkan diri pada
dinding botol, berwarna coklat, kutikula keras, memendek, dan besegmen.
Setelah itu dalam waktu ± 9 hari munculah Imago yang tubuhnya terbagi
atas cephla, thorax, dan abdomen; bersayap transparan; memiliki mata
majemuk biasanya berwarna merah; dan ciri-ciri lainnya menyerupai ciri
lalat buah dewasa.
5.2 Saran
Dalam memelihara Drosophila melanogaster, botol media diusahakan berada
pada kondisi lingkungan yang ideal yaitu sekitar 25°C. Selain itu, perlu diperhatikan
ketersediaan media makanannya. Jumlah Drosophila melanogaster yang dimasukkan
ke dalam botol cukup beberapa pasang saja sehingga memberikan ruang
pada Drosophila melanogaster untuk hidup. Botol media juga sebaiknya diletakkan
di tempat dengan cahaya remang-remang yang tidak terlalu besar intensitas
cahayanya.
Daftar Pustaka
Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA:Coldsring Harbor Laboratory Press.Borror, D.J., Triplehorn, C. A., dan Johnson, N.F. 1993. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. BIologi. Edisi kelima-Jilid-1. Terj. dari Biology oleh Lestari, R. Erlangga, Jakarta: xxi + 438 hlm.
Gilbert, Scott F. 2010. Developmental Biology 9th Edition. Sinauer Associates : New YorkHartwell,L.H, Hood, L.,Goldberg,.,Reynolds, Silver, Veres. 2004. Genetics From Genes To Genoms second edition. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company LTD.Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan Biologi Universitas Padjdjaran.Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with Drosophila.London: John Wiley and Sons, inc.Suryo. 1990. Genetika Strata I. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: xvi + 344 hlm.Wheeler, MR. 1981. The Drosophilidae: a taxonomic overview. In: The genetics and biology of Drosophila (Ashburner M, Carson HL and Thompson JN Jr, eds). New York: Academic Press.