[document title] - pertanian
TRANSCRIPT
[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle]
[DATE] [COMPANY NAME] [Company address]
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 dapat
selesai disusun. Kinerja Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2020 merupakan
tahun pertama dari Rencana Strategis Tahun 2020-2024. Badan Ketahanan Pangan
melaksanakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat. Program tersebut dilaksanakan melalui 4 (empat) pilar kegiatan utama,
yaitu Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, Pengembangan
Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, Pengembangan Penganekaragaman
Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya
pada Badan Ketahanan Pangan. Program dan kegiatan BKP Tahun 2020
dilaksanakan di 34 provinsi dan 513 kabupaten/kota, fokus kegiatan pada: (1)
Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan dan Penanganan Stunting; (2)
Penguatan Pasokan, Distribusi dan Cadangan Pangan; (3) Pengembangan
Diversifikasi dan Industri Pangan Lokal (PIPL); (4) Keamanan dan Mutu Pangan Segar;
dan (5) Analisis, Kajian, dan Kebijakan Ketahanan Pangan.
Laporan Kinerja BKP merupakan tindaklanjut dari amanat Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang
disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014. Laporan Kinerja BKP Tahun 2020
menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan
program dan kegiatan selama Tahun 2020. Pada tahun 2020 untuk mencapai target
kinerja Badan Ketahanan Pangan diperlukan kerja keras dan upaya konkrit mengingat
dari awal tahun 2020 Indonesia mengalami pandemi Covid 19 yang mempengaruhi
aktivitas pelaksanaan kegiatan.
Laporan Kinerja Tahun 2020 ini disusun dengan harapan dapat menjadi bahan
evaluasi terhadap peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan. Kami mengucapkan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah mencurahkan kemampuan, gagasan,
dan upaya terbaik dalam menjalankan tugas dan fungsi dengan hasil kinerja seperti
yang tertuang dalam Laporan Kinerja ini.
Jakarta, Februari 2021
Kepala Badan Ketahanan Pangan
Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional yang berlandaskan pada
kedaulatan pangan dan kemandirian pangan dalam Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 259/Kpts/RC.020/M/05/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pertanian Tahun 2020 – 2024, Badan Ketahanan Pangan (BKP) menindaklanjuti
dengan menyusun Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 – 2024.
Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 – 2024 memuat sasaran
program, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang pelaksanaannya dirancang
selama 5 (lima) tahun.
Renstra BKP Tahun 2020-2024 telah mengacu kepada regulasi dan aturan,
diantaranya: 1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional; 2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025; 3) Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; 4) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-
2024; serta 5) Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 259/Kpts/RC.020/M/05/2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024.
Badan Ketahanan Pangan melaksanakan Program Diversifikasi dan Ketahanan
Pangan Masyarakat tahun 2020,dalam mendukung Visi Kementerian Pertanian yaitu
“Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Badan Ketahanan Pangan melaksanakan 4 (empat) kegiatan utama yaitu: (1)
Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (2) Pemantapan
Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan; (3) Penganekaragaman Konsumsi
dan Peningkatan Keamanan Pangan; serta (4) Dukungan Manajemen dan Teknis
Lainnya.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
dilakukan dengan cara melihat target dan realisasi berdasarkan Perjanjian Kinerja
Tahun 2020. Pencapaian kinerja indikator Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 rata-
iii
rata mencapai >100% sebagai berikut: (1) Peningkatan Volume Bahan Pangan yang
Didistribusikan/Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI tercapai 46,128 ton dari
target 39,912 ton atau (115,574%) ; (2), Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara
Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota tercapai 14% dari target
10%; atau tercapai (140%); (3) Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber
Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang) tercapai 10,43% dari
target 6,88 % atau (151,01%); (4) Penguatan Akses Pangan Masyarakat di Daerah
Rentan Rawan Pangan target penurunan 18% pada tahun 2020 dan tercapai
penurunan menjadi 14% atau (122,22%); (5) Persentase PSAT Yang Memenuhi
Syarat Keamanan dan Mutu Pangan tercapai 91,35% dari target 85% atau (107,47%);
(6) Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/hari) tercapai 231,77 atau (89,07%) dari
target 260,2; (6) Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun) tercapai 11,69 atau (86,0) dari
target 13,5; (8) Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/kapita/hari) tercapai 11,18% atau
(104,98) dari target 10,65; (9) Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan (nilai) tercapai
35,13 dari target nilai 34,07 atau (103,11%); (10) Nilai Kinerja Anggaran Badan
Ketahanan Pangan tercapai 63,12% atau (70,57%) dari target 89,44%. Dari capaian
di atas masih terdapat indikator yang kurang dari 100% yaitu Konsumsi Sayur dan
Buah (gram/kapita/hari) dan Konsumsi Daging (kg/kapita/hari) capaiannya berhasil,
dan Nilai Kinerja Anggaran (NKA) cukup berhasil berdasarkan PMK 214 Tahun 2017
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja dan Anggaran.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi .................................................................... 1
C. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ........................................... 3
D. Penganggaran Badan Ketahanan Pangan .................................................. 6
BAB II PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA ............................. 7
A. Rencana Strategis ....................................................................................... 7
B. Perjanjian Kinerja ...................................................................................... 11
C. Pengukuran Indikator Kinerja .................................................................... 14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................................... 17
A. Capaian Kinerja Organisasi ....................................................................... 17
B. Capaian Kinerja Lainnya............................................................................ 35
C. Realisasi Anggaran ................................................................................... 37
D. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Tahun 2020 ......................... 38
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 40
A. Simpulan .................................................................................................... 40
B. Upaya dan Tindak Lanjut Ke Depan .......................................................... 41
LAMPIRAN ............................................................................................................... 43
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Tujuan dan Indikator Tujuan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 .......... 8
Tabel 2.Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2020-2024 (Semula) ........................................................................... 9
Tabel 3. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 (Revisi Terakhir) ........................................... 10
Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 (Semula) 12
Tabel 5.Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
(Revisi Terakhir) ........................................................................................................ 13
Tabel 6. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 .................. 19
Tabel 7 Perkembangan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras
Tahun 2016-2020 dalam Ton .................................................................................... 23
Tabel 8. Hasil Monitoring Keamanan PSAT Tahun 2020 ........................................ 29
Tabel 9. Capaian Sertifikasi Prima Tahun 2020 ...................................................... 30
Tabel 10.Capaian Pendaftaran/Registrasi PSAT dan Rumah Kemas Tahun 2020 .. 31
Tabel 11. Perkembangan Skor PPH 2016 – 2020 ................................................... 35
Tabel 12. Fluktuasi Harga Pangan Strategis ............................................................ 36
Tabel 13. Pagu dan Realisasi Anggaran BKP Tahun 2020 per Kegiatan ................ 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ......................................... 3
Gambar 2. Jumlah dan Komposisi Pegawai Badan Ketahanan Pangan
Tahun 2020 ................................................................................................................. 4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan .................................... 44
Lampiran 2. Keputusan Kepala Badan tentang Tim Penyusun Lakin BKP ............... 45
Lampiran 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (1) ......................................................... 50
Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (2) ......................................................... 52
Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (3) ......................................................... 55
Lampiran 6. Dukungan Instansi Lainnya ................................................................... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2020 adalah tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Pencapaian kinerja pada periode
pertama Kabinet Kerja Jilid II untuk sektor pertanian banyak mendapat apresiasi
dari pemerintah. Meskipun dalam kondisi pandemi covid-19, PDB sektor pertanian
mampu tumbuh di atas 16,12% pada triwulan-II Tahun 2020.
Pelaksanaan kegiatan Tahun 2020 ditandai dengan adanya refocusing
kegiatan dan anggaran terutama untuk mendukung penanganan covid-19.
Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 merupakan salah satu kegiatan
yang mendukung ketersediaan pangan di masa pandemi Covid-19 melalui kegiatan
Pekarangan Pangan Lestari (P2L), Lumbung Pangan Masyrakat (LPM),
Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM), Pertanian Keluarga (PK),
Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU), dan Stabilisasi Harga Pangan
Strategis melalui Fasilitasi Distribusi.
Meskipun demikian implementasi kegiatan Badan Ketahanan Pangan tetap
diukur kinerjanya sebagai perwujudan akuntabilitas yang diamanatkan dalam
Perpres Nomor 29 Tahun 2014 dan PermenpanRB Nomor 53 Tahun 2014.
B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pertanian, Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas Menyelenggarakan
Koordinasi, Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Peningkatan
Diversifikasi dan Pemantapan Ketahanan Pangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Ketahanan Pangan
menyelenggarakan fungsi :
1. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan dan pemantapan
di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan
distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan,
dan peningkatan keamanan pangan segar;
BAB I
2
2. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang ketersediaan
pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan
akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan
keamanan pangan segar.
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan,
penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses
pangan, penganekaragaman konsumsi pangan. dan peningkatan keamanan
pangan segar;
4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ketersediaan pangan,
penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses
pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan
pangan segar;
5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Pertanian.
Tugas dan fungsi BKP diformulasikan dalam Program/Kegiatan Badan
Ketahanan Pangan (BKP) yang berfokus pada Pengembangan Sistem Distribusi
dan Stabilisasai Harga Pangan, Pengembangan Ketersediaan dan Penaganan
Rawan Pangan, Pengembangan Penagnekaragaman Konsumsi Pangan dan
Peningkatan Keamanan Pangan Segar, serta Dukungan Manajemen Teknis
Lainnya Badan Ketahanan Pangan.
Sasaran program ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan
Ketahanan Pangan adalah untuk mendukung pencapaian program Kementerian
Pertanian dan sejalan dengan kebijakan umum dalam RPJMN 2020-2024 yang
diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan
dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3)
perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan
terhadap ketahanan pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha
pangan.
3
C. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan
Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan berdasarkan Permentan Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015:
Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan
Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan secara rinci dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan tugas dan fungsi pada tahun
2020 didukung sumberdaya manusia sebanyak 277 orang pegawai, dengan
komposisi sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 53 orang pegawai atau 19,13%,
Sarjana Muda dan D-3 sebanyak 9 orang pegawai atau 3,25%, Strata-1
sebanyak 115 orang pegawai atau 41,52%, Strata-2 sebanyak 88 orang pegawai
atau 31,77%, dan Strata-3 sebanyak 12 orang pegawai atau 4,33%.
2. Kepangkatan: golongan I tidak ada, golongan II sebanyak 16 orang pegawai atau
5,78%, golongan III sebanyak 205 orang pegawai atau 74,01%, dan golongan IV
sebanyak 56 orang pegawai atau 20,22%.
3. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 132 orang pegawai atau 47,65% dan
perempuan sebanyak 145 orang pegawai atau 52,35%.
Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 berdasarkan tingkat
pendidikan, kepangkatan, dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 2.
Kepala Badan Ketahanan Pangan
Sekretaris Badan Ketahanan Pangan
Kepala Pusat Penganekaragaman Koansumsi
dan Kemananan Pangan
Kepala Pusat Ketersediaan dan
Kerawanan Pangan
Kepala Pusat Distribusi dan
Cadangan Pangan
4
Gambar 2. Jumlah dan Komposisi Pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
Dari jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 tersebut dibagi ke 4
(empat) eselon II yaitu :
1. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2020, sebanyak 37 orang
pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:
a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 1 orang pegawai atau 2,70%,
Sarjana Muda dan D-3 tidak ada, Strata-1 sebanyak 19 orang pegawai atau
51,35%, Strata-2 sebanyak 10 orang pegawai atau 27,03%, dan Strata-3
sebanyak 7 orang pegawai atau 18,92%.
b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak
26 orang pegawai atau 70,27%, dan golongan IV sebanyak 11 orang
pegawai atau 29,73%.
c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 15 orang pegawai atau 40,54% dan
perempuan sebanyak 22 orang pegawai atau 59,46%.
2. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2020, sebanyak 45 orang
pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:
a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah tidak ada, Sarjana Muda dan D-3
sebanyak 1 orang pegawai atau 2,22%, Strata-1 dan D-4 sebanyak 14 orang
19%
3%
42%
32%
4%
Jumlah Pegawai BKP Tahun 2020 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
SLTA ke bawah
Sarjana Muda & D-3
Strata-1
Strata-2
Strata-3
0%
6%
74%
20%
Jumlah Pegawai BKP Tahun 2020 Berdasarkan Kepangkatan
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Golongan IV
48%
52%
Jumlah Pegawai BKP Tahun 2020 Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
5
pegawai atau 31,11%, Strata-2 sebanyak 27 orang pegawai atau 60,00%,
dan Strata-3 sebanyak 3 orang pegawai atau 6,67%.
b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak
27 orang pegawai atau 60,00%, dan golongan IV sebanyak 18 orang
pegawai atau 40,00%.
c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 20 orang pegawai atau 44,44% dan
perempuan sebanyak 25 orang pegawai atau 55,56%.
3. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2020,
sebanyak 46 orang pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:
a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah tidak ada, Sarjana Muda dan D-3 tidak
ada, Strata-1 dan D-4 sebanyak 19 orang pegawai atau 41,30%, Strata-2
sebanyak 26 orang pegawai atau 56,52%, dan Strata-3 sebanyak 1 orang
pegawai atau 2,17%.
b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak
31 orang pegawai atau 67,39%, dan golongan IV sebanyak 15 orang
pegawai atau 32,61%.
c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 15 orang pegawai atau 32,61% dan
perempuan sebanyak 31 orang pegawai atau 67,39%.
4. Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020, sebanyak 148 orang
pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:
a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 52 orang pegawai atau
35,14%, D-3 sebanyak 8 orang pegawai atau 5,41%, Strata-1 sebanyak 63
orang pegawai atau 42,57%, Strata-2 sebanyak 25 orang pegawai atau
16,89%.
b. Kepangkatan: golongan I tidak ada, golongan II sebanyak 16 orang pegawai
atau 10,81%, golongan III sebanyak 121 orang pegawai atau 81,76%, dan
golongan IV sebanyak 11 orang pegawai atau 7,43%.
c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 81 orang pegawai atau 54,73% dan
perempuan sebanyak 67 orang pegawai atau 45,27%.
6
D. Penganggaran Badan Ketahanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan pada Tahun 2020 mendapat alokasi dana
sebesar Rp.475.903.216.000 yang tersebar di 34 satker Dekonsentrasi dan 1
Satker Pusat Badan Ketahanan Pangan. Anggaran tersebut dibagi dalam 4
kegiatan Badan Ketahanan Pangan sebagai berikut:
Kegiatan Anggaran
Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga
Pangan
Rp 134,130,438,000,00
Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan
Pangan
Rp 42,879,809,000,00
Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan
Rp 206,870,670,000,00
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan
Ketahanan Pangan
Rp 92,022,299,000,00
JUMLAH Rp 475.903.216.000,00
7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis
Sasaran Strategis Pertanian Tahun 2020-2024 yang disusun dengan
metode Balanced ScoreCard (BSC) dan pendekatan empat perspektif yaitu
stakeholders, customer, internal process dan learning and growth perspective
adalah: Berdasarkan peta strategi Kementerian Pertanian, kontribusi Badan
Ketahanan Pangan pada Sasaran Strategis 1 “Meningkatnya ketersediaan
pangan strategis dalam negeri” dan Sasaran Strategis 3 “Terjaminnya
keamanan dan mutu pangan strategis nasional”. Sasaran strategis ini berada
pada customer perspective yang berkontribusi dalam mencapai Sasaran
Strategis 1 “Meningkatnya kesejahteraan ekonomi petani” pada stakeholders
perspective. Dengan kata lain, outcome Kementerian Pertanian berupa
meningkatnya kesejahteraan ekonomi petani dapat tercapai dengan adanya
dukungan dan peran serta dari program dan kegiatan Badan Ketahanan
Pangan.
Berdasarkan koridor tersebut, dirumuskan menjadi 6 (enam) Sasaran
Program yang capaiannya diukur melalui 8 (delapan) indikator kinerja Sasaran
Program. Indikator kinerja sasaran program merupakan alat ukur yang
mengindikasikan pencapaian sasaran program Badan Ketahanan Pangan
dengan targetnya dijelaskan dalam Target Kinerja (Bab IV) Renstra Badan
Ketahanan Pangan 2020-2024. Indikator Program sebagai rumusan dari
sasaran pembangunan dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Pertanian
sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan diturunkan menjadi
Sasaran dan Indikator Kegiatan. Penyusunan Laporan Kinerja Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2020 mengacu pada Rencana Strategis Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,
dan program Kementerian Pertanian.
Mengacu pada Visi Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020-2024
berdasarakan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020- 2024 adalah
“Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian,
BAB II
8
berlandaskan gotong royong”,maka Kementerian Pertanian menetapkan visi
jangka menengah tahun 2020-2024 yakni: “Pertanian yang Maju, Mandiri dan
Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Kementerian Pertanian
mendukung misi Presiden dan Wakil Presiden yaitu: Struktur ekonomi yang
produktif, mandiri dan berdaya saing, melalui misi Kementerian Pertanian yaitu:
1. Mewujudkan ketahanan pangan
2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, serta
3. Meningkatkan kualitas SDM dan prasarana Kementerian Pertanian.
Berdasarkan visi misi tersebut, dituangkan kedalam tujuan dan indikator tujuan
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Tujuan dan Indikator Tujuan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
NO TUJUAN INDIKATOR TUJUAN
1 Meningkatnya Pemantapan Ketahanan Pangan
1 Global Food Security Index/GFSI
2 Skor Pola Pangan Harapan
3 Angka Kecukupan Energi (AKE) (Kkal/kapita/hari)
4 Angka Kecukupan Protein (AKP) (gr/kapita/hari)
5 Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan/ Prevalensi of Undernourishment/ PoU (%)
6 Prevalensi Penduduk dengan Kerawanan Pangan Sedang atau Berat (Food Insecurity Experience Scale/FIES)
7 Ketersediaan Beras (Juta ton)
8 Ketersediaan protein hewani (Juta ton)
9 Akses terhadap beras biofortifikasi dan fortifikasi bagi keluarga yang kurang mampu dan kurang gizi (% penerima BPNT)
10 Persentase pangan organik
2 Terwujudnya reformasi birokrasi Kementerian Pertanian
1 Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian
2 Opini BPK RI WTP
Sumber : Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
Dalam rangka mengukur kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020, untuk
mencapai tujuan sasaran strategis telah ditetapkan indikator kinerja tujuan dan
target kinerja. Indikator kinerja tersebut merupakan indikator kinerja utama (IKU)
Badan Ketahanan Pangan pada Tabel 2 dan telah direvisi sebagaimana Tabel 3.
9
Tabel 2.Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 (Semula)
No Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran
Program
Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Meningkatnya
Penjualan Beras
Kepada Toko Tani
Indionesia (TTI)
1. Persentase Lembaga
Distribusi Pangan
Yang Mandiri Yang
Melakukan Penjualan
Beras Kepada Toko
Tani Indonesia/TTI
(%)
20 20 20 20 20
2 Penguatan akses
pangan masyarakat
di daerah rawan
pangan
2. Persentase Daerah
Rentan Rawan
Pangan (%)
18 16 14 12 10
3 Terjaminnya
keamanan dan
mutu
pangan segar asal
tumbuhan (PSAT)
3. Persentase PSAT
Yang Memenuhi
Syarat Keamanan dan
Mutu Pangan (%)
85 85 85 85 85
4 Meningkatnya
konsumsi sayur,
buah, daging dan
protein asal ternak
4. Konsumsi Sayur dan
Buah (gram/
kapita/hari)
260,2 273,2 286,9 301,3 316,3
5. Konsumsi Daging
(kg/kapita/tahun)
13,5 13,8 14,1 14,4 14,7
6. Konsumsi Protein
Asal Ternak
(gram/kapita/hari)
10,65 10,75 10,85 10,94 11,04
5 Terwujudnya
birokrasi badan
ketahanan pangan
yang efektif dan
efisien
7. Nilai Reformasi
Birokrasi Badan
Ketahanan Pangan
(nilai)
23,62 23,84 24,07 24,29 24,51
6 Terkelolanya
anggaran badan
ketahanan pangan
yang akuntabel dan
berkualitas
8. Nilai Kinerja
Anggaran Badan
Ketahanan Pangan
(nilai)
89,44 89,45 89,46 89,47 89,48
Sumber: Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024
10
Tabel 3. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 (Revisi Terakhir)
No Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran
Program
Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Stabilisasi pasokan
dan harga Pangan
1. Peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/ disalurkan melalui PMT/ TTIC dan TMT/TTI (Ton)
39.912 40.000 41.500 43.000 44.500
2 Penguatan
cadangan pangan
2. Peningkatan Jumlah
Pemda Penyelenggara
Cadangan Pangan
Pemerintah Daerah
(CPPD) Kab/Kota (%)
10 10 10 10 10
3 Meningkatnya
ketersediaan
pangan lokal
sumber karbohdirat
non beras
3. Peningkatan produksi pangan lokal sumber karbohdirat non beras (ubi kayu, sagu, kentang dan pisang) (%)
6,88 18,13 18,13 18,13 18,13
4 Menurunnya
daerah rentan
rawan pangan
4. Persentase Daerah
Rentan Rawan Pangan
(%)
18 16 14 12 10
5 Terjaminnya
keamanan dan
mutu pangan segar
asal
tumbuhan (PSAT)
5. Persentase PSAT Yang
Memenuhi Syarat
Keamanan dan Mutu
Pangan (%)
85 85 85 85 85
6 Meningkatnya
kualitas konsumsi
pangan
6. Konsumsi Sayur dan
Buah (gram/ kapita/hari)
260,2 273,2 286,9 301,3 316,3
7. Konsumsi Daging
(kg/kapita/tahun)
13,5 13,8 14,1 14,4 14,7
8. Konsumsi Protein Asal
Ternak (gram/kapita/hari)
10,65 10,75 10,85 10,94 11,04
7 Terwujudnya
birokrasi Badan
Ketahanan Pangan
yang efektif, efisien
dan berorientasi
pada layanan prima
9. Nilai PMPRB Badan
Ketahanan Pangan
(nilai)
34,07 34,32 34,58 34,84 35,12
8 Terkelolanya
Anggaran Badan
Ketahanan Pangan
Yang Akuntabel
dan Berkualitas
10. Nilai Kinerja Anggaran
Badan Ketahanan
Pangan (nilai)
89,44 89,45 89,46 89,47 89,48
Sumber: Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024
11
Indikator pada tabel 3 merupakan indikator yang tertuang dalam Renstra Badan
Ketahanan Pangan yang telah direvisi dengan target 8 indikator. Sebagai tindak
lanjut pencapaian indikator-indikator tersebut telah ditetapkan Perjanjian Kinerja.
B. Perjanjian Kinerja
Indikator sasaran program di atas telah dituangkan dalam Rencana Strategis
Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 dengan target 6 (enam) indikator.
Untuk mencapai indikator-indikator tersebut, telah ditetapkan Permentan No. 43
Tahun 2017 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) lingkup Kementerian Pertanian.
Indikator-indikator tersebut menjadi dasar penetapan Perjanjian Kinerja (PK). PK
Badan Ketahanan Pangan merupakan turunan IKU yang telah diperjanjikan pada
PK Menteri Pertanian. Keselarasan PK ini menjadi prasyarakat kualitas pengukuran
kinerja yang baik untuk melakukan penilaian capaian program. PK Badan
Ketahanan Pangan disajikan pada Tabel 4 dan telah mengalami revisi
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
12
Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 (Semula)
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target
2020
1. Meningkatnya Penjualan
Beras Kepada Toko Tani
Indionesia (TTI)
1. Persentase Lembaga Distribusi Pangan
Yang Mandiri Yang Melakukan Penjualan
Beras Kepada Toko Tani Indonesia/ TTI
(%)
20
2. Penguatan Akses Pangan
Masyarakat di Daerah
Rawan Pangan
2. Persentase Daerah Rentan Rawan
Pangan (%)
18
3. Terjaminnya Keamanana
dan Mutu Pangan Segar
Asal Tumbuhan (PSAT)
3. Persentase PSAT Yang Memenuhi
Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)
85
4. Meningkatnya Konsumsi
Sayur, Buah, Daging dan
Protein Asal Ternak
4. Konsumsi Sayur dan Buah
(gram/kapita/hari)
260,2
5. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun) 13,5
6. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/
kapita/hari)
10,65
5. Terwujudnya Birokrasi
Badan Ketahanan Pangan
Yang Efektif dan Efisien
7. Nilai Reformasi Birokrasi Badan
Ketahanan Pangan (nilai)
23,62
6. Terkelolanya Anggaran
Badan Ketahanan Pangan
Yang Akuntabel dan
Berkualitas
8. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan
Pangan (nilai)
89,44
Sumber : Badan Ketahanan Pangan
Dengan adanya perubahan program Kementerian Pertanian maka sasaran
program Badan Ketahanan Pangan sebagaimana Tabel 5.
13
Tabel 5.Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 (Revisi Terakhir)
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target
2020
1 Stabilisasi pasokan dan
harga Pangan
1. Peningkatan volume
bahan pangan yang
didistribusikan/ disalurkan melalui
PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)
39.912
2 Penguatan cadangan
pangan
2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan
Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)
10
3 Meningkatnya ketersediaan
pangan lokal sumber
karbohdirat non beras
3. Peningkatan produksi pangan lokal
sumber karbohdirat non beras (ubi kayu,
sagu, kentang dan pisang) (%)
6,88
4 Menurunnya daerah rentan
rawan pangan
4. Persentase Daerah Rentan Rawan
Pangan (%)
18
5 Terjaminnya keamanan dan
mutu pangan segar asal
tumbuhan (PSAT)
5. Persentase PSAT Yang Memenuhi
Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)
85
6 Meningkatnya kualitas
konsumsi pangan
6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/
kapita/hari)
260,2
7. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun) 13,5
8. Konsumsi Protein Asal Ternak
(gram/kapita/hari)
10,65
7 Terwujudnya birokrasi
Badan Ketahanan Pangan
yang efektif, efisien dan
berorientasi pada layanan
prima
9. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan
(nilai)
34,07
8 Terkelolanya Anggaran
Badan Ketahanan Pangan
Yang Akuntabel dan
Berkualitas
10. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan
Pangan (nilai)
89,44
Sumber : Badan Ketahanan Pangan 2020
Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian
Pertanian, berupaya mengatasi permasalahan dalam mewujudkan ketahanan
pangan. Upaya tersebut dijabarkan melalui berbagai program dan kegiatan
pembangunan ketahanan pangan. Berbagai program dan kegiatan tersebut
14
dilaksanakan secara berkesinambungan, baik di pusat maupun di daerah melalui
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Ketahanan
Pangan, mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja,
evaluasi kinerja, hingga capaian kinerja.
Wujud pertanggungjawaban kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi
Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pertanian Nomor Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/OT.210/
11/2018 tentang Standar Pengelolaan Kinerja Organisasi Lingkup Kementerian
Pertanian.
C. Pengukuran Indikator Kinerja
1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/ Disalurkan
melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)
Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani
Indonesia (TTI) TA. 2020 melibatkan 837 LUPM/Gapoktan dan 1.060 TTI. Setiap
penerima manfaat dalam satu tahun diberikan target sebesar 50 ton (beras) dan
60,6 ton (cabai, bawang merah, dan telur) untuk dipasarkan ke mitra TTI atau
Toko Tani Indonesia Centre (TTIC).
2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah
Daerah (CPPD) Kab/Kota.
Untuk mendukung ketahanan pangan nasional diperlukan peran serta
pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan cadangan pangan. Cadangan pangan pemerintah daerah
dimulai dari cadangan pangan pemerintah desa, kabupaten dan provinsi.
Dukungan pemerintah kab/kota sangat diperlukan dalam menyelenggarakan
CPPD.
3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi
Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang)
Dalam rangka menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi
beras dan meningkatkan promosi diversifikasi pangan, diperlukan ketersediaan
15
bahan baku pangan lokal sumber karbohdirat. Oleh karena itu dukungan Ditjen
teknis dalam peningkatan produksi pangan lokal karbohidrat non beras terutama
ubi kayu, sagu, kentang, dan pisang sangat dibutuhkan.
4. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan
Salah satu keberhasilan pembangunan ketahanan pangan adalah bagaimana
dapat mengentaskan daerah rentan rawan pangan. Melalui kegiatan aksi Badan
Ketahanan Pangan yang langsung diberikan kepada masyarakat diharapkan
dapat berkontribusi dalam mengubah kondisi wilayah dari rentan rawan pangan
menjadi tahan pangan.
5. Persentase Pangan Segar Asal Tumbuhan Yang Memenuhi Syarat
Keamanan dan Mutu Pangan
Selama tahun 2020, BKP melakukan kegiatan pengawasan keamanan pangan
segar melalui pengambilan contoh dan pengujian PSAT di laboratorium ataupun
uji cepat menggunakan rapid test kit. Obyek pengawasan difokuskan pada PSAT
di peredaran. Ruang lingkup pengujian PSAT meliputi parameter residu
pestisida, logam berat, mikrobiologi dan aflatoksin.
6. Konsumsi Sayur dan Buah
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan dan
memasyarakatkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman
(B2SA) dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Sasaran
output dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemantapan penganekaragaman
konsumsi pangan, keamanan dan mutu pangan segar. Badan Ketahanan
Pangan sudah melaksanakan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari untuk
meningkatkan aksesibilitas dan konsumsi sayur dan buah. Namun demikian, hal
ini menunjukkan masih dibutuhkan upaya edukasi kepada masyarakat akan
pentingnya konsumsi sayur dan buah yang melibatkan dukungan dari berbagai
lintas sektor.
7. Konsumsi Daging
Upaya meningkatkan konsumsi daging telah dilakukan melalui sosialisasi
konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat. Hal ini terkait pentingnya asupan
protein hewani asal daging sebagai zat pembangun tubuh, produksi antibodi
dalam sistem kekebalan tubuh, dan membantu tubuh meningkatkan kesehatan
secara keseluruhan, khususnya di masa pendemi covid-19.
16
8. Konsumsi Protein Asal Ternak
Upaya untuk meningkatkan akses dan konsumsi protein asal ternak, diantaranya
melalui kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan sosilisasi pangan
Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). Namun demikian, upaya ini
masih perlu mendapatkan dukungan dari lintas sektor terkait, karena
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya edukasi, gaya hidup dan pola makan
(food habit), tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat.
9. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan
Pelaksanaan penilaian PMPRB dilakukan oleh Inspektorat Jenderal terhadap
pelaksanaan Reformasi Birokrasi di unit eselon I. Penilaian dilakukan secara
mandiri untuk menentukan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dicapai dan
dilakukan verifikasi oleh Inspektorat Jenderal terhadap kesesuaian apa yang
dilakukan, penilaian dilakukan oleh eselon I.
10. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan
Dukungan anggaran merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan. Penilaian keberhasilan didasarkan pada PMK
214 Tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja
dan Anggaran.
11. Capaian Diluar Kegiatan Utama yang dilaksanakan Badan Ketahanan
Pangan
Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dibutuhkan pendanaan yang
sangat besar. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN, tetapi perlu
ditunjang dari sumber pendanaan lain seperti APBD prov/kab/kota, keterlibatan
swasta, perbankan (skim kredit dan kredit komersial), serta dari swadaya
masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan adanya pendanaan yang
bersumber dari kerja sama internasional. Dukungan pendanaan dibutuhkan
untuk memfasilitasi proses koordinasi, supervisi, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi program/kegiatan.
17
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2020 menggunakan
sasaran program dan indikator hasil revisi Renstra Tahun 2020. Metode yang
digunakan untuk menghitung keberhasilan pencapaian kinerja adalah dengan
membandingkan realisasi indikator dengan target indikator sesuai dengan PMK 214
Tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja dan
Anggaran. Kriteria keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja
dalam laporan ini diindikasikan dengan nilai pencapaian sebagai berikut:
1. Sangat Berhasil : jika capaian kinerja ≥ 100%
2. Berhasil : 80 - 99,99%
3. Cukup Berhasil : 60 - 79,99%
4. Tidak Berhasil : < 60%
Keberhasilan pencapaian indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan diukur melalui
2 (dua) jenis target, yaitu maximize target dan minimize target. Maximize target
adalah apabila hasil yang dicapai jika dibandingkan dengan target, semakin besar
maka semakin baik kinerjanya. Sedangkan yang dimaksud dengan minimize target
adalah apabila hasil yang dicapai jika dibandingkan dengan target, semakin kecil
maka semakin baik kinerjanya. Termasuk dalam kategori maximize target adalah
indikator kinerja sebagai berikut: (1)Peningkatan Volume Bahan Pangan yang
Didistribusikan/ Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton), (2) Peningkatan
Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD)
Kab/Kota (%), (3) Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non
Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang), (4) Persentase PSAT Yang
Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan, (5) Konsumsi Sayur dan Buah
(gram/kapita/ hari), (6) Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun), (7) Konsumsi Protein
Asal Ternak (gram/ kapita/hari), (8) Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan (nilai)
dan (9) Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan (nilai). Sedangkan untuk
Indikator yang termasuk dalam kategori minimize adalah (10) Persentase Daerah
Rentan Rawan Pangan (%).
BAB III
18
Rumus penghitungan keberhasilan pencapaian indikator kinerja Badan
Ketahanan Pangan untuk maximize dan minimize target adalah sebagai berikut :
a. Maximize target : Indeks Capaian IKU = Realisasi
Target× 100%
b. Minimize target : Indeks Capaian IKU = [1 + (1 −Realisasi
Target)] × 100%
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi
untuk memperoleh hasil evaluasi kinerja yang relevan dan handal sebagai bahan
pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar
menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai
target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan
dan sasaran. Tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
19
Tabel 6. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
Sasaran Program Indikator Target Realisasi
2020 Persentase
Capaian
1 Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan
1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/ Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)
39,912 46,128 Capaian 115,574%
(sangat berhasil)
2 Penguatan Cadangan Pangan
2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)
10 14 Capaian 140%
(sangat berhasil)
3 Meningkatnya Ketersediaan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras
3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang) (%)
6,88 10,43 Capaian 151,59% (sangat berhasil)
4. Menurunnya Daerah Rentan Rawan Pangan
4. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan (%)
18 14 Capaian 122,22% (sangat berhasil)
5. Terjaminnya Keamanan dan Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)
5. Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)
85 91,35 Capaian 107,47% (sangat berhasil)
6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan
6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/ hari)
260,2 231,77 Capaian 89,07%
(berhasil)
7. Konsumsi Daging (kg/kapita/hari) 13,5 11,61 Capaian 86,0%
(berhasil)
8. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/ kapita/hari)
10,65 11,18 Capaian 104,98% (sangat berhasil)
5 Terwujudnya Birokrasi Badan Ketahanan Pangan Yang Efektif , Efisien dan berorientasi pada layanan prima
9. Nilai Reformasi PMPRB Badan Ketahanan Pangan (nilai)
34,07 35,13 Capan 103,11% (sangat berhasil)
6 Terkelolanya Anggaran Badan Ketahanan Pangan Yang Akuntabel dan Berkualitas
10 Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan (nilai)
89,44 63,12 Capaian 70,57 % (cukup
berhasil)
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata indikator kinerja Badan
Ketahanan Pangan tercapai > 100%, namun masih terdapat indikator dibawah
100% yaitu indikator Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/ hari) dan Konsumsi
Daging (kg/kapita/hari), sesui PMK 214 Tahun 2017 tentang Pengukuran dan
Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja dan Anggaran. Kriteria keberhasilan
pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja nilai pencapaian rata-rata di atas 80-
100%. Penjelasan dari masing-masing capaian sebagai berikut:
20
1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/Disalurkan melalui
PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)
Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko
Tani Indonesia (TTI) TA. 2020 melibatkan 837 LUPM/Gapoktan dan 1.060 TTI.
Bantuan Pemerintah yang diberikan dalam rangka kegiatan ini kepada
penerima manfaat adalah dalam bentuk dana operasional sebesar Rp 60 juta
untuk komoditas beras dan Rp 100 juta untuk cabai, bawang merah, dan telur.
Setiap penerima manfaat dalam satu tahun diberikan target sebesar 50 ton
(beras) dan 60,6 ton (cabai, bawang merah, dan telur) untuk dipasarkan ke
mitra TTI atau Toko Tani Indonesia Centre (TTIC). Berdasarkan target
akumulasi dari masing-masing komoditas: beras (36.300 ton); cabai (3.272
ton); bawang merah (2,788 ton); dan telur (1.879 ton) diperoleh realisasi hingga
akhir tahun 2020 sebagai berikut: beras sebesar 37.880 ton (104,35%); cabai
3.380 ton (103,29%); bawang merah 2.996 ton (107,48 %); dan telur ayam ras
sebesar 1.871 ton (99,6%). Khusus Beras, angka akumulasi target merupakan
agregat dari mulai tahap penumbuhan hingga pembinaan dengan rincian: tahap
penumbuhan 4.050 ton; tahap pengembangan 15.850 ton; dan tahap
pembinaan 16.400 ton. Capaian indikator Peningkatan Volume Bahan Pangan
yang didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI adalah 46,128
ton target 39,912 ton atau (115,574%).
Dari hasil analisis capaian ini bahwa pada Tahun 2020, kegiatan PUPM tidak
hanya untuk komoditas beras tetapi diperluas komoditasnya termasuk cabai,
bawang merah, dan telur. Perluasan komoditas tersebut dilakukan dengan
memperhatikan permasalahan selama ini terkait fluktuasi harga pada
komoditas tersebut yang sering terjadi sepanjang tahun, dan tingginya
disparitas harga baik antar konsumen dengan produsen maupun antar wilayah.
Bantuan Pemerintah kegiatan PUPM tahun 2020 dialokasikan dana
operasional. Hasil produksi LUPM akan disalurkan ke TTI atau ke Toko Tani
Indonesia Centre (TTIC)/ Pasar Mitra Tani (PMT) dalam satu provinsi maupun
TTIC antar provinsi untuk stabilisasi harga dan pasokan, serta meningkatkan
akses masyarakat terhadap komoditas pangan. TTIC berperan sebagai
distribution centre, sedangkan TTI merupakan outlet dari TTIC yang berlokasi
dekat pemukiman. Pada tahun 2020 sasaran Lembaga Usaha Pangan
21
Masyarakat (LUPM) berjumlah 857 LUPM, terdiri dari: (1) 212 LUPM Tahap
Penumbuhan; (2) 317 LUPM Tahap Pengembangan; dan (3) 328 LUPM Tahap
Pembinaan. Sasaran TTI baru berjumlah 1.060 unit di kabupaten/kota yang
mengalami ketidakstabilan harga dan pasokan pangan pokok/strategis di 19
provinsi.
Hasil monitoring dan evaluasi sampai dengan 31 Desember 2020 pencairan
dana bantuan pemerintah Tahap Penumbuhan di 19 provinsi untuk 212 LUPM
terdiri 81 LUPM beras, 54 LUPM cabai, 46 LUPM bawang merah dan 31 LUPM
telur berupa uang operasional masing-masing Rp. 60 juta untuk LUPM beras
sedangkan LUPM cabai, bawang merah dan telur Rp.100 juta selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2020 mencapai 99,03 %.
Capaian indikator peningkatan volume bahan pangan yang
didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI adalah 46,128 ton
dari target 39.912 ton atau (115,57%). Hal ini dikarenakan pasokan komoditas
pangan dari gapoktan/LUPM yang disalurkan ke PMT/TTIC dan TTI selain
disalurkan secara langsung, selain itu di dukung juga dengan transaksi secara
on line melalui aplikasi e-commerce TTI, aplikasi marketplace PasTani, dan
kerja sama dengan Gojek dan Grab. Sehingga permintaan komoditas pangan
meningkat yang kinerja target penyaluran volume bahan pangan yang
didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI meningkat juga.
2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah
Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)
Kegiatan Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) dinilai
berdasarkan indikator “peningkatan jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan
Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)” dengan target 10% per
tahun. Selama tahun 2020, jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan
Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota mengalami peningkatan dari 235
menjadi 269 Kabupaten/Kota (14%) atau 140% dari target 10%. Sejumlah 239
Pemda Kabupaten/Kota lainnya belum melaksanakan penyelenggaraan CPPD
karena masih dalam proses penyusunan Perda atau mengalami
keterbatasan/belum tersedia alokasi anggaran.
Keberhasilan pencapaian target jumlah penyelenggara CPPD sebesar 14 %
(140 % dari target) disebabkan oleh adanya upaya advokasi yang dilakukan
22
oleh Badan Ketahanan Pangan untuk mendukung pencapaian tersebut, antara
lain: a. Koordinasi dengan Kemendagri untuk mendorong komitmen Pemda
Provinsi dan Kab/Kota untuk mengalokasikan CPPD; b. Surat Menteri
Pertanian kepada seluruh Gubernur dan Bupati/Walikota yang wilayahnya
belum memiliki CPPD; c. Surat Kepala BKP kepada seluruh SKPD Ketahanan
Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum memiliki CPPD untuk segera
mengalokasikan APBD untuk penyelenggaraan CPPD; dan d. Advokasi dan
sosialisasi kepada seluruh Pemda yang belum memiliki CPPD melalui
pertemuan virtual (vicon).
Sesuai amanat UU 18/2012 tentang Pangan, Cadangan Pangan Pemerintah
Daerah (CPPD) terdiri atas Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi, Cadangan
Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Cadangan Pangan Pemerintah
Desa. Penyelenggaraan CPPD dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang melaksanakan tugas atau menyelenggarakan fungsi di
bidang Ketahanan Pangan. Dalam pelaksanaannya, SKPD dapat bekerjasama
melalui Bulog atau BUMD di bidang Pangan.
Penetapan jenis dan jumlah CPPD ditetapkan oleh Bupati/Walikota untuk CPP
Desa dan CPP Kabupaten/Kota, dan Gubernur untuk CPP Provinsi. Masing-
masing Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menghitung kebutuhan
CPPD sesuai dengan kondisi wilayahnya. Khusus cadangan pangan berupa
beras, Kementerian Pertanian telah menetapkan Permentan 11/2018 tentang
Penetapan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CBPD) sebagai
alternatif acuan bagi Pemerintah Daerah. Pengembangan CPPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota telah dilaksanakan sejak tahun 2010 sebagai langkah strategis
Pemerintah Daerah untuk mendukung penyediaan cadangan pangan dalam
menghadapi kekurangan pangan, bencana alam, bencana sosial dan/atau
keadaan darurat. Pada akhir tahun 2020, stok CBPD Provinsi dan
Kabupeten/Kota secara keseluruhan mencapai 13.564 ton, yaitu 5.203 ton
CBPD Provinsi (31 Provinsi) dan 8.361 ton CBPD Kab/Kota (269 Kab/Kota)
atau memenuhi target 17,7% CBPP dan 8,3% CBPK yang direkomendasikan
dalam Permentan 11/2018.
23
3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu,
Sagu, Kentang dan Pisang) (%)
Potensi pangan lokal Indonesia perlu ditumbuhkembangkan ke arah
industrailisasi dan komersialisasi pangan lokal yang berdaya saing untuk
mendukung ketahanan pangan nasional. Pencapaian indikator kinerja Tahun
2020 terkait peningkatan ketersediaan pangan lokal sumber karbohidrat non
beras non terigu tercapai sebesar 10,43% atau (151,59%) dari target 6,88%.
Perkembangan produksi pangan lokal sumber karbohidrat non beras dapat
dilihat pada table 7.
Tabel 7 Perkembangan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras Tahun 2016-2020 dalam Ton
No Komoditas Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Kentang 1.219.270
1.213.038
1.164.738
1.284.760
1.314.654
1.205.874
2 Pisang 7.299.266
7.007.117
7.162.678
7.264.379
7.280.659
7.884.536
3 Sagu 423.946
383.613
432.913
463.542
359.838
365.665
4 Ubi Kayu 21.801.415
20.260.675
19.053.748
16.119.021
16.350.370
18.487.582
Total 30.743.897
28.864.443
27.814.077
25.131.702
25.305.521
27.943.657
Sumber: Ditjenbun, Ditjen Horti, Ditjen TP.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan daya saing pangan
lokal non beras, telah ditetapkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
404/Kpts/OT.050/M/6/2020 tentang Satuan Gugus Tugas Diversifikasi Sumber
Karbohidrat Pangan Lokal non Beras yang anggotanya meliputi unit eselon I
lingkup Kementerian Pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya Tim Gugus
Tugas Diversifikasi (1) melakukan identifikasi potensi komoditas sumber
karbohidrat pangan lokal non beras; (2) mengembangkan sumber karbohidrat
pangan lokal non beras dari hulu sampai hilir; (3) menyusun rencana aksi
pengembangan pangan lokal non beras jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang; (4) mengembangkan UMKM pangan lokal non beras melalui
kemitraan; (5) melakukan promosi dan kampanye sumber karbohidrat pangan
lokal non beras sebagai sumber pangan alternatif; (6) mengalokasikan
anggaran untuk mendukung pelaksanaan diversifikasi sumber karbohidrat non
beras.
24
Selain meningkatkan kerja sama di internal kementerian pertanian, Badan
Ketahanan Pangan telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak antara
lain:
a. Nota Kesepahaman Antara Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kementerian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian dengan PT. Bukalapak.Com tentang
Pengembangan Kapasitas Usaha Dan Fasilitasi Pemasaran Online untuk
Pelaku Usaha Bidang Pertanian Nomor: 9O/NK/I/09/2020, Nomor:
B462/KN.220/J/09/2020, Nomor: 1391/BL-BPPS/PPGR/MOU/IX/2020, nota
kesepahaman ini sebagai upaya meningkatkan penetrasi UMKM pangan
lokal dengan konsumen melalui marketplace.
b. Nota Kesepahaman Antara Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian dengan Masyarakat Singkong Indonesia, Masyarakat Sagu
Indonesia, dan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia tentang
Pengembangan Industri Pengolahan Singkong dan Sagu Sebagai Sumber
Karbohidrat Non Beras Nomor B.493/HK.220/J/10/2020, Nomor
MSI/01/MOU/X/2020, Nomor A.31/U/MASSI/X/2020, Nomor 22/S/PATPI-
01/X/2020.
c. Perjanjian Kerja Sama Antara Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian dengan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor tentang
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dalam mendukung
Diversifikasi Sumber Karbohidrat Pangan Lokal Non Beras.
Melalui program Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL), Badan
Ketahanan Pangan telah menyusun rencana aksi pembinaan terhadap UMKM,
dengan target 1000 UMKM di Tahun 2024, dan pada Tahun 2020 telah diinisiasi
pembinaan terhadap 200 UMKM. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan sosialisasi, pembinaan dan pendampingan kepada UMKM
pengolahan dan pemasaran produk olahan pangan lokal. Untuk pemasaran
hasil olahan pangan lokal UMKM telah dilakukan penyediaan outlet-outlet
melalui Toko Tani Indonesia di seluruh provinsi serta melalui marketplace.
Analisis capaian peningkatan produksi pangan lokal sumber karbohidrat non
beras sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras yang
setiap tahunnya terus meningkat. Pada daerah tertentu pangan lokal seperti ubi
25
kayu, sagu, kentang, dan pisang masih dimanfaatkan sebagai bahan pangan
sehari-hari. Walaupun beberapa komoditi pangan lokal seperti ubi kayu, pisang
dan sagu produksinya terus meningkat, akan tetapi untuk komoditi kentang
produksi masih kurang.
Peningkatan produksi pangan lokal tersebut terus dilakukan oleh Direktorat
Teknis di Kementerian Pertanian, walaupun dukungan Pusat Ketersediaan dan
Kerawanan Pangan terhadap peningkatan produksi pangan lokal masih relatif
melalui kegiatan Korporasi Usaha Tani (PKU) dan Pertanian Keluarga (PK).
Kegiatan PKU dan PK yang diarahkan untuk kegiatan budidaya pertanian telah
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi pangan lokal non beras
sebesar 10,42 persen. Dari empat komoditi pangan lokal yang produksinya
masih rendah adalah kentang dan pisang sehingga kedepannya produksinya
perlu ditingkatkan.
Beberapa kendala utama yang dihadapi dalam mencapai target adalah :
a. Tidak tersedianya anggaran untuk mendukung kegiatan tersebut karena
peningkatan produksi pangan hanya dilaksanakan oleh Direktorat Teknis di
Kementerian Pertanian; b. Komoditi pangan lokal seperti ubi kayu, sagu,
kentang dan pisang hanya dikembangkan pada wilayah tertentu saja yang
masyarakatnya masih mengkonsumsi pangan lokal; c. Belum banyak
berkembang industri pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan dan
produk olahan pangan lokal non beras dari ubi kayu, sagu, kentang dan pisang
sebagai bahan subtitusi beras sehingga peningkatan produksi belum menjadi
prioritas d. Belum adanya analisis ketersediaan dan kebutuhan pangan lokal
non beras pada setiap daerah khususnya daerah yang masih memiliki budaya
mengkonsumsi pangan lokal; e. Kurangnya dukungan anggaran APBD untuk
kegiatan analisis ketersediaan pangan, walaupun hasil analisis tersebut sangat
bermanfaat sebagai bahan kebijakan atau perencanaan.
Alternatif solusi yang dilakukan adalah a. Melakukan koordinasi dengan
Direktorat Teknis terkait di Kementerian Pertanian untuk mendukung
peningkatan produksi pangan lokal non beras; b. Memberikan rekomendasi
kebijakan peningkatan produksi pangan lokal kepada Direktorat Teknis di
Kementerian Pertanian berdasarkan hasil analisis ketersediaan dan kebutuhan
pangan lokal non beras; c. Mengalokasi kegiatan peningkata ketersediaan
26
pangan lokal pada wilayah rentan rawan pangan melalui pemberdayaan
masyarakat; d. Meningkatkan kapasitas aparat daerah dalam menganalisis
ketersediaan dan kebutuhan pangan lokal non beras di wilayahnya; e.
Mengalokasikan dukungan anggaran dari APBD provinsi dan kabupaten/kota
untuk mendukung penyediaan pangan lokal sumber karbohidrat non beras.
4. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan (%)
Indeks Ketahanan Pangan (IKP) nasional memiliki peran yang sangat strategis
dalam mengukur capaian pembangunan ketahanan pangan di suatu wilayah,
mengukur kinerja daerah dalam memenuhi urusan wajib pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, dan merupakan salah satu alat dalam menentukan prioritas
daerah dan prioritas intervensi program.
Situasi ketahanan pangan Indonesia tahun 2020 lebih baik dibandingkan tahun
2019, dimana jumlah kabupaten/kota rentan rawan pangan (Prioritas 1-3) turun
dari 76 kabupaten/kota (15%) pada tahun 2019 menjadi 70 kabupaten/kota
(14%) pada tahun 2020, dan jumlah kabupaten/kota tahan pangan naik dari 438
kabupaten/kota (85%) pada tahun 2019 menjadi 444 kabupaten/kota (86%)
pada tahun 2020. Sebagai langkah strategis Badan Ketahanan Pangan telah
melaksanakan program Pertanian Keluarga (PK) dan Pengembangan
Korporasi Usahatani (PKU) sebagai salah satu upaya dalam menurunkan
daerah rentan rawan pangan.
Jika dibandingkan antara target persentase daerah rentan rawan pangan tahun
2020 yang sebesar 18% dengan realisasi yang telah mencapai 14% maka
capaian penguatan akses pangan masyarakat di daerah rentan rawan pangan
telah sangat berhasil. Hal ini ditunjukan oleh nilai persentase capaian sebesar
122,22%. Analisis capaian daerah rentan rawan pangan, dari aspek
ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan mengalami masalah
pangan sehingga daerah ini menjadi prioritas utama untuk dintervensi dengan
berbagai program/kegiatan agar wilayahnya menjadi tahan pangan.
Masalah pengentasan daerah rentan rawan pangan tidak hanya dilakukan oleh
Badan Ketahanan Pangan tetapi juga melibat instansi/kementerian terkait untuk
mendukung keberhasilan program/kegiatan tersebut. Adapun bentuk aksi
langsung yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu
27
upaya yang mendorong pencapaian penurunan daerah rentan rawan pangan
sebesar 14 % adalah :
a. Pengembangan Korporasi Usahatani. Lokasi PKU ada di 13 lokasi di daerah
rentan rawan pangan yang mempunyai potensi sumberdaya pangan untuk
pengembangan usaha berdasarkan data FSVA Nasional 2018 prioritas 3, 4
dan 5, dan/atau Rumah Tangga Miskin-Petani (RTM-P) dan/atau stunting.
Lingkup kegiatan PKU adalah 1 kabupaten, 1 kecamatan, 1 desa, 1
gapoktan, 5 kelompok tani. Pada Tahun 2020, kegiatan PKU memasuki
tahap pengembangan, merupakan kelanjutan dari kegiatan PKU tahun 2019
(tahap penumbuhan) yang dilaksanakan di 13 lokasi kabupaten pada 12
provinsi.
b. Pertanian Keluarga (PK) merupakan kegiatan Bantuan Pemerintah sebagai
trigger, yang diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan
dan pemanfaatan pangan keluarga yang sesuai dengan kebutuhan gizi
seimbang dan akan peningkatan status daerah rentan rawan pangan
menjadi tahan pangan dan daerah yang sudah tahan pangan tidak menurun
statusnya menjadi rentan rawan pangan serta meningkatkan pendapatan
keluarga. Sasaran kegiatan Pertanian Keluarga sebanyak 80 lokasi desa
berdasarkan indeks komposit terendah dan/atau Persentase tertinggi
penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah.
c. Pelatihan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food
Security and Vulnerability Atlas – FSVA untuk 160 kabupaten stunting.
Output yang diharapkan berupa tersedianya laporan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA di 160
kabupaten. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) digunakan
sebagai dasar penentuan/pemilihan lokasi daerah rentan rawan pangan
berdasarkan peta ketahanan dan kerentanan pangan (Food Security and
Vulnerability Atlas, FSVA), dimana wilayah yang di intervensi merupakan
wilayah dengan prioritas 1-3. Sejak tahun 2019 penyusunan Peta FSVA
telah tersedia untuk level Nasional, 34 Provinsi dan 160 kabupaten.
d. Sistem kewaspadaan pangan dan gizi sebagai instrumen digunakan untuk
mendeteksi situasi pangan dan gizi secara dini. Informasi SKPG
dimanfaatkan sebagai bahan rekomendasi kebijakan pengambilan
28
keputusan dalam bentuk intervensi jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Intervensi atau tindakan jangka pendek dapat berupa
tindakan cepat/darurat seperti operasi pasar, bantuan pangan, kegiatan
padat karya (cash for work) dan sebagainya tergantung hasil analisis situasi
dan kedalaman permasalahan yang dihadapi. SKPG dilaksanakan sejak
tahun 2015 di 34 provinsi, 421 kabupaten dan nasional. Data dan informasi
SKPG digunakan sebagai bahan kebijakan untuk melakukan intervensi
pada daerah rawan pangan transien akibat dampak bencana alam.
Pemberian bantuan sarana produksi pertanian diharapkan daerah tersebut
dapat terus memproduksi pangan sehingga dapat terjaga ketahanan
pangannya. Selain itu, dalam rangka peningkatan kapasitas aparat provinsi
dan kabupaten diberikan pelatihan penyusunan analisis penanganan
kerawanan pangan melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
untuk 34 provinsi. Output yang diharapkan berupa tersedianya laporan hasil
situasi kerawanan pangan dan gizi secara bulan di provinsi dan
kabupaten/kota.
5. Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan
Capaian pangan segar asal tumbuhan yang memenuhi syarat keamanan
91,35% dari target 85% atau mencapai (107,47%).
Pencapaian Indikator Kinerja pengawasan keamanan pangan segar tahun
2020 adalah persentase PSAT yang memenuhi syarat Keamanan dan Mutu
Pangan dengan Target maksimal adalah 85% sebagaimana ditunjukkan hasil
monitoring keamanan PSAT tahun 2020 pada Tabel 8.
29
Tabel 8. Hasil Monitoring Keamanan PSAT Tahun 2020
No. Parameter Jumlah Contoh
Hasil Uji
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
1 Residu Pestisida 343 contoh 332 (96,79%) 11(3,21%)
2 Cemaran Logam Berat 188 contoh 173 (92,02%) 15 (7,98%)
3 Cemaran Mikrobiologi 125 contoh 89 (71,20%) 36 (28,80%)
4 Cemaran Aflatoksin 72 contoh 71 (98,61%) 1 (1,39%)
Jumlah 728 contoh 665 (91,35%) 65 (8,65%)
Berdasarkan data monitoring keamanan pangan di atas, sebagian besar contoh
menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan keamanan pangan. Hasil
pengujian di laboratorium menunjukkan hasil memenuhi persyaratan terhadap
parameter residu pestisida, logam berat, mikrobiologi dan aflatoksin mencapai
91,35 % dari total 728 sampel yang di uji.
Capaian tersebut didukung dengan program peningkatan keamanan pangan
segar yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan. Pengawasan
keamanan pangan segar dilaksanakan dalam bentuk pengawasan pre market
dan pengawasan post market oleh Badan Ketahanan Pangan atau Dinas
Pangan selaku Otoritas Kompeten Keamanan Pangan. Pengawasan
keamanan pangan pre market dilakukan dalam bentuk pemberian
sertifikat/registrasi kepada pelaku usaha yang telah memenuhi persyaratan
keamanan dan mutu pangan, yaitu Sertifikasi Prima, registrasi PSAT, registrasi
rumah pengemasan, Health Certificate dan sertifikat keamanan pangan
lainnya.
Sertifikasi keamanan PSAT atau Sertifikasi Prima merupakan jaminan
pemenuhan persyaratan keamanan pangan di tingkat proses produksi (on
Farm). Sertifikasi Prima dibedakan menjadi sertifikasi Prima 1, Prima 2 dan
Prima 3. Sertifikasi Prima 3 diberikan untuk produk pertanian yang memenuhi
persyaratan keamanan pangan khususnya dari aspek residu pestisida; Prima 2
diberikan untuk produk pertanian yang memenuhi persyaratan keamanan dan
mutu pangan; sedangkan Prima 1 diberikan untuk produk pertanian yang
memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan serta sosial dan
30
lingkungan. Capaian Sertifikasi Prima sepanjang tahun 2020 ditunjukkan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Capaian Sertifikasi Prima Tahun 2020
No Jenis Sertifikat Jumlah
1 Prima 1 0
2 Prima 2 5
3 Prima 3 472
Selain Sertifikasi Prima, OKKP melaksanakan pula sertifikasi kesehatan PSAT
tujuan ekspor (health certificate/ HC). HC diberikan bagi PSAT tujuan ekspor
yang dinyatakan memenuhi ketentuan keamanan pangan tertentu di negara
tujuan ekspor. Penerbitan HC dilakukan melalui mekanisme pengambilan
contoh dan pengujian di laboratorium yang diakui. Untuk saat ini penerbitan HC
masih terfokus bagi produk pala yang diekspor ke Uni Eropa, meskipun ada
beberapa komoditas lain yang mengajukan permohonan penerbitan HC untuk
memenuhi ketentuan di negara tujuan ekspor. Sepanjang tahun 2020, OKKP
telah menerbitkan HC sejumlah 476 sertifikat (data sementara).
Selain sertifikasi keamanan PSAT seperti di atas, pengawasan keamanan
PSAT dilakukan juga melalui kegiatan pendaftaran/ registrasi baik pendaftaran
PSAT maupun pendaftaran rumah pengemasan (packing house). Pendaftaran
PSAT dilakukan melalui mekanisme inspeksi sarana produksi dan distribusi,
proses produksi dan distribusi serta pengujian produk terkait parameter
keamanan pangan. Nomor pendaftaran PSAT diberikan kepada produk PSAT
yang dinyatakan memenuhi persyaratan keamanan PSAT baik dalam proses
maupun produk itu sendiri. Sedangkan pendaftaran rumah kemas dilakukan
melalui penilaian secara simultan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good
Handling Practices (GMP) pada unit yang melakukan pengemasan PSAT.
Secara khusus pendaftaran rumah pengemasan merupakan respon terhadap
kecenderungan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen global
terhadap PSAT yang aman dan bermutu. Pemenuhan standar dan kriteria
penilaian rumah kemas secara konsisten oleh pelaku usaha/eksportir PSAT
diharapkan dapat mengurangi resiko penolakan dan notifikasi produk PSAT dari
negara tujuan ekspor. Sepanjang tahun 2020 diperoleh capaian pendaftaran/
31
registrasi PSAT maupun rumah pengemasan sebagaimana disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10.Capaian Pendaftaran/Registrasi PSAT dan Rumah Kemas Tahun 2020
No Jenis Pendaftaran Jumlah
1 Pendaftaran PSAT PL (pangan asal impor) 348
2 Pendaftaran PSAT PD (pangan asal domestik) 1463
3 Pendaftaran Rumah Kemas 26
Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar melalui mekanisme
penilaian kesesuaian tersebut di atas, BKP juga melakukan penghimpunan
data dan informasi jumlah kasus keracunan dari media massa dan elektronik
nasional, dari sekian banyak kasus pangan, tidak ada kasus keracunan pangan
pada tahun 2020 yang disebabkan oleh PSAT.
Ditinjau dari aspek kelembagaan pengawas keamanan pangan, pada tahun
2020, pencapaian indikator kinerja rasio kelembagaan keamanan PSAT per
provinsi yang diberdayakan mencapai 100 %, dari target 100 %. Artinya,
sampai dengan 2020, OKKPD yang telah memperoleh sertifikat
verifikasi/reverifikasi sebanyak 34 provinsi dari 34 provinsi. Sesuai dengan
pedoman sistem mutu yang diterapkan oleh OKKP bahwa untuk dapat
menerbitkan nomor pendaftaran atau sertifikat, OKKPD harus mendapatkan
sertifikat verifikasi/reverifikasi dari OKKP, dengan masa berlaku sertifikat
selama 3 (tiga) tahun. Apabila masa berlaku tersebut akan berakhir, OKKPD
mengajukan permohonan reverifikasi kepada OKKPP. Selanjutnya OKKPP
akan melakukan penilaian kepada OKKPD terkait dengan penerapan sistem
manajemen lembaga penilai kesesuaian sesuai SNI ISO/IEC 17065:2012.
Dengan demikian, OKKPD yang telah memiliki sertifikat verifikasi dari OKKPP
dapat melaksanakan operasionalisasi kegiatan penjaminan keamanan dan
mutu pangan, baik berupa sertifikasi Prima maupun registrasi PSAT dan rumah
kemas. Dengan adanya sertifikat verifikasi tersebut, maka sertifikat maupun
nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh OKKPD dapat dipercaya (valid).
32
6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/hari)
Konsumsi sayur dan buah tahun 2020 sebesar 231,77 gram/kapita/hari, masih
lebih rendah dibandingkan konsumsi anjuran susunan Pola Pangan Harapan
(PPH) yaitu 269 gram/kapita/hari. Kelompok pangan ini sangat penting
peranannya dalam pencapaian kualitas sumberdaya manusia. Masih
rendahnya konsumsi sayur dan buah tersebut lebih disebabkan karena faktor
kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber vitamin dan mineral serta serat
masih rendah. Untuk itu, dibutuhkan edukasi agar masyarakat sadar akan
pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah. Target konsumsi sayur dan buah
tahun 2020 adalah 260,2 gram/kapita/hari dan tercapai 231,77
gram/kapita/hari, sehingga tingkat capaian adalah 89,07%. Badan Ketahanan
Pangan sudah melaksanakan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari untuk
meningkatkan akses dan konsumsi sayur dan buah. Namun demikian, hal ini
menunjukkan masih dibutuhkan upaya edukasi kepada masyarakat akan
pentingnya konsumsi sayur dan buah yang melibatkan dukungan dari berbagai
lintas sektor.
7. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun)
Konsumsi daging untuk tahun 2020 tercapai 11,61 gram/kapita/hari dari target
13,5 kg/kapita/hari dan tercapai atau 86,0%. Konsumsi daging penduduk
Indonesia berasal dari konsumsi daging ruminansia dan daging unggas. Dari
hasil analisis konsumsi daging unggas lebih dominan daripada konsumsi
daging ruminansia, yang dipengaruhi oleh tingkat daya beli dan pendapatan
masyarakat. Konsumsi daging merupakan kebutuhan penting untuk
memperoleh asupan protein hewani sebagai zat pembangun tubuh, produksi
antibodi dalam sistem kekebalan tubuh, dan membantu tubuh untuk
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
8. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/ kapita/hari)
Capaian konsumsi protein asal ternak tercapai 11,18 gram/ kapita/hari dari
target 10,65 gram/ kapita/hari atau (104,98%). Konsumsi protein asal ternak
merupakan sumber protein hewani yang sangat esensial bagi tubuh. Salah satu
keunggulan protein hewani adalah memiliki komposisi asam amino esensial
yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati. protein hewani juga memiliki
kandungan nutrisi yang lebih beragam, seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi,
33
dan asam lemak omega-3. Asupan protein hewani menjadi salah satu hal yang
dipertimbangkan untuk orang-orang yang ingin menerapkan pola makan sehat,
untuk itu perlu upaya untuk peningkatan produksi dan konsumsi produk pangan
hewani bagi penduduk. Kualitas konsumsi pangan penduduk yang beragam
sangat penting untuk membangun sumber daya manusia yang sehat dan
produktif. Renstra tahun 2020 menargetkan konsumsi protein asal ternak
sebesar 10,65 gram/kapita/hari dan terealisasi sebesar 11,18 gram/kapita/hari,
yang berarti capaian kinerja untuk indikator ini sudah berhasil.
Pada umumnya permintaan dan konsumsi produk pangan hewani responsif
terhadap perubahan pendapatan dan harga terutama bagi konsumen
berpendapatan rendah dan sedang. Daging, telur dan susu merupakan
komoditas pangan yang berprotein tinggi yang umumnya memiliki harga yang
relatif lebih tinggi dibanding komoditas pangan lainnya. Dengan demikian,
konsumsi atau permintaan produk ternak sangat berkaitan erat dengan
kemampuan atau daya beli konsumen atau dapat dikatakan bahwa daging,
telur dan susu merupakan produk-produk yang elastis terhadap pendapatan.
9. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan
Capaian nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal mendapat nialai 35,13 dari target nilai
34,07 atau mencapai 103,11% mendapat nilai sangat Baik. Capaian ini
didukung dari kinerja eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan dan
Sekretariat Badan. Dari hasil analisis capaian ini didukung dari lingkup Pusat
Badan Ketahanan Pangan dan Sekretariat Badan yang telah dituangkan dalam
Lembar Kerja Evaluasi (LKE). Kriteria nilai PMPRB terdiri dari nilai 12
pengungkit, nilai pemenuhan, nilai hasil antara area perubahan dan nilai reform.
Inti dari nilai ini merepresentasikan hasil pelaksanaan RB Badan Ketahanan
Pangan yang mencakup 8 (delapan) area perubahan.
Pencapaian nilai yang melebihi target tersebut tidak lepas dari upaya yang
dilakukan secara sistematis dan komprehensif oleh Badan Ketahanan Pangan
dengan melibatkan semua komponen di internal Badan ketahanan Pangan
sehingga kedelapan area perubahan meliputi manajemen perubahan,
penataan dan penguatan organisasi, penataan peraturan perundang-
undangan, penataan sumberdaya manusia, penataan tata laksana, penguatan
34
akuntabilitas kinerja serta peningkatan kualitas layanan publik dapat
dilaksanakan dengan baik, didukung oleh regulasi atau pun SOP dari setiap
butir pekerjaan yang ada pada setiap bidang/bagian di Badan Ketahanan
Pangan.
10. Nilai Kinerja Anggaran (NKA) Badan Ketahanan Pangan
Nilai Kinerja (NKA) berdasarkan PMK 214 tahun 2017 yang merupakan
perubahan dari PMK 249 tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Anggaran Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Pada
indikator “Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 214 tahun 2017)” realisasinya
telah mencapai nilai 63,12 dari target 89,44 (70,57%). Hal ini dilihat dari
beberapa aspek penilaian Nilai Kinerja Anggaran yang meliputi: (1) capaian
keluaran program; (2) penyerapan anggaran; (3) konsistensi penyerapan
anggaran terhadap perencanaan; (4) efisiensi; (5) capaian sasaran program,
dan (6) rata-rata nilai Satker.
Nilai pencapaian yang masih jauh dari target ini disebabkan oleh beberapa hal
antara lain : a) adanya output yang tidak memiliki indikator output sehingga
realisasi output tidak dapat diisi sehingga sangat berpengaruh terhadap nilai
kinerja serta menyebabkan rendahnya Rata-rata Nilai Satker Badan Ketahanan
Pangan pada aplikasi SMART; b) terjadinya beberapa kali revisi DIPA karena
adanya refocusing sehingga terjadi perbedaan target keluaran dan sasaran
program di Badan Ketahanan Pangan; c) masih rendahnya partisipasi satker
dalam pengisian aplikasi SMART. Nilai kinerja ini menjadi masukan bagi
Sekretariat Badan Ketahanan Pangan untuk lebih meningkatkan koordinasi dan
evaluasi secara rutin baik dengan satker daerah maupun dengan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan pencapain nilai pada aplikasi
SMART. Namun demikian jika dilihat dari sisi pelaksanaan kegiatan dan
anggaran secara keseluruhan kegiatan Badan Ketahanan Pangan terealisasi
98,11 %.
35
B. Capaian Kinerja Lainnya
1. Skor Pola Pangan (PPH)
Hasil penghitungan skor PPH menjadi indikator yang digunakan untuk
mengukur pencapaian kualitas konsumsi pangan. Skor PPH Konsumsi
didefinisikan sebagai proporsi kelompok pangan yang menggambarkan
keragaman dan keseimbangan pangan dalam kondisi konsumsi pangan.
Skor PPH Konsumsi dihitung dengan cara mengalikan persentase Angka
Kecukupan Energi (AKE) tingkat konsumsi dengan bobot setiap kelompok
pangan yang sudah ditetapkan. Pola konsumsi pangan yang ideal
digambarkan dengan skor PPH 100, sebagaimana terlihat dalam Tabel
11. Capain ini menunjukkan bahwa kualitas konsumsi pangan masyarakat
semakin baik.
Tabel 11. Perkembangan Skor PPH 2016 – 2020 Uraian 2016 2017 2018 2019 2020*)
T R T R T R T R T R
Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
86,2 86,0 88,4 90,4 90,5 91,3 92,5 90,8 90,0 86,3
Sumber : Susenas 2016-2020 BPS. diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
Ket : Target berdasarkan Renstra BKP 2020-2024
Upaya yang dilakukan agar Skor PPH terus meningkat, telah dialokasikan
kedalam dukungan program/kegiatan tahun 2021 dengan mengalokasikan
anggaran untuk kegiatan diversifikasi pangan, pengembagan pangan
lestari, pertanian keluarga, serta sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat
untuk konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
2. Koefisien Variasi Harga Komoditas Pertanian Stategis
Koefisien variasi harga komoditas pertanian strategis menggambarkan
seberapa jauh fluktuasi harga yang terjadi untuk setiap komoditas yang
dipantau. Kondisi yang diharapkan adalah angka koefisien variasi yang
kecil karena semakin rendah angka koefisien variasi berarti kondisi harga
komoditas pertanian yang semakin stabil.
Stabilitas harga pangan di tingkat produsen merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk menilai kesejahteraan petani.
Sebagaimana karakter umum komoditas pertanian, harga di tingkat
produsen sangat mudah berfluktuasi antara lain karena faktor pola panen
36
dan sifat komoditas yang mudah rusak. Saat panen raya, petani
menghadapi resiko turunnya harga jual komoditas pangan di tingkat
petani. Sebaliknya waktu musim paceklik harga jual di tingkat petani dapat
mengalami kenaikan yang berpengaruh kepada harga di tingkat eceran.
Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha agar harga yang diterima
petani tetap pada level yang menguntungkan dan memberi insentif bagi
petani (di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Harga Acuan
Pembelian (HAP), namun tetap pada level harga yang tidak menyebabkan
kenaikan harga di tingkat eceran yang melebihi Harga Acuan Penjualan
(HAP).
Sesuai dengan Target Indikator Kinerja Program (IKP) Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2015 - 2020, target nilai koefisien variasi harga komoditas
pangan strategis nasional di tingkat produsen untuk Tahun 2020
ditetapkan dibawah 10 – 30% (Untuk komoditas gabah, beras, jagung,
kedelai dan daging sapi maksimal 10%; bawang merah maksimal 25%
dan cabai maksimal 30%). Perkembangan fluktuasi harga pangan
strategis dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Fluktuasi Harga Pangan Strategis
No Komoditas Fluktuasi/CV (%)
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Beras Medium 4.65 2.81 3.11 1.95 0.55 1,05
2 Jagung Pipilan Kering 6.06 6.19 6.30 2.79 1.01 6,66
3 Kedelai Biji Kering 7.95 6.14 5.33 1.75 2.71 2,48
4 Cabai Merah Keriting 26.45 8.61 23.23 10.43 29.89 35,93
5 Bawang Merah 18.70 8.61 16.47 16.39 16.35 18,08
6 Gula Pasir 5.92 8.25 3.74 1.17 3.35 12,19
7 Daging Sapi 4.17 2.59 2.22 1.17 0.97 0,57
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
Stabilitas harga pangan pokok dan strategis di tingkat produsen dan
konsumen pada tahun 2015 - 2020 menunjukkan hampir semua
komoditas tidak mengalami fluktuasi harga atau relatif stabil jika dilihat dari
nilai koefisien variasi harga yang berada di bawah target nilai CV yang
telah ditetapkan kecuali cabai merah keriting. Upaya-upaya yang
dilakukan adalah dengan mendekatkan produk komoditas strategis dari
37
lokasi yang mengalami over suplay ke daerah devisit dengan
mengalokasikan anggaran fasilitasi distribusi komoditas pangan strategis.
C. Realisasi Anggaran
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam menjalankan
program pembangunan ketahanan pangan pada tahun 2020 mendapat
alokasi anggaran yang bersumber dari APBN senilai Rp.475.903.216.000,00
dengan realisasi senilai Rp.466.931.810.211,00. Secara lengkap, pagu dan
realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 per kegiatan dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pagu dan Realisasi Anggaran BKP Tahun 2020 per Kegiatan
No Nama Jenis Kegiatan Pagu Total
(Rp)
Realisasi Total
(Rp)
Persentase
(%)
1 Pengembangan Sistem
Distribusi dan Stabilitas Harga
Pangan
134.130.438.000 130.546.534.598 97,33
2 Pengembangan Ketersediaan
dan Penanganan Rawan
Pangan
42.879.809.000 41.685.028.003 97,21
3 Pengembangan Penganeka-
ragaman Konsumsi pangan
dan Peningkatan Keamanan
Pangan
206.870.670.000 204.288.484.541 98,75
4 Dukungan Manajemen dan
Teknis lainnya Badan
Ketahanan Pangan
92.022.299.000 90.411.763.069 98,25
Total 475.903.216.000 466.931.810.211 98,11
Secara umum, realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 relatif
tinggi di atas rata-rata Kementerian Pertanian. Dari total anggaran yang
dialokasikan sebesar Rp.475.903.216.000,00 dapat direalisasikan sebesar
Rp.466.931.810,211,00 atau 98,11%. Meskipun realisasi anggaran BKP tahun
2020 sudah relatif tinggi, namun masih terdapat kendala, sehingga belum
optimal. Beberapa hal yang menyebabkan belum optimalnya penyerapan
anggaran tersebut adalah :
1. Refocusing/revisi anggaran yang mengakibatkan perubahan DIPA dan POK.
2. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan.
38
3. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK. Bendahara
Pengeluaran).
4. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana
Dekonsentrasi.
5. Perubahan sasaran akibat perubahan anggaran dan tidak sesuai dengan
pedoman/kriteria sasaran.
6. Infrastruktur dan kondisi alam berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
7. Adanya pandemic Covid-19 yang mengakibatkan terhambatnya
pelaksanaan di lapangan karena penerapan protocol kesehatan Covid-19
dan adanya aturan Pemerintah Daerah pembatasan ke luar masuk wilayah.
Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi dengan dinas
provinsi maupaun kabupaten untuk melakukan percepatan CPCL, penetapan
SK penerima manfaat, penetapan SK pengelola keuangan.
D. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Tahun 2020
Analsis penggunaan anggaran Berdasarkan PMK Nomor 214 Tahun 2017,
pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan penjumlahan (∑) dari
selisih antara perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian anggaran dan
realisasi anggaran keluaran dengan penjumlahan (∑) dari perkalian pagu
anggaran keluaran dengan capaian keluaran. Rumus untuk pengukuran
tersebut adalah sebagai berikut:
E =∑ ((PAKi × CKi) − RAKi)
ni=1
∑ (PAKi × CKi)ni=1
× 100%
Ket : E : Efisiensi
PAKi : Pagu anggaran keluaran i
RAKi : Realisasi anggaran keluaran i
CKi : Capaian keluaran i
Batas maksimal nilai efisiensi adalah 20% dan batas minimal
adalah −20%.
E =((48.857.035.000 × 100%) − 45.874.778.580) + ⋯ + (35.252.794.000 × 100%) − 34.622.967.852))
(48.857.035.000 × 100%) + ⋯ + (35.252.794.000 × 100%)× 100%
E = 1,81%
39
Setelah dilakukan penghitungan dengan mengikuti formula di atas, diperoleh
nilai efisiensi penggunaan anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
adalah sebesar 1,81 %. Dengan nilai efisiensi penggunaan anggaran sebesar
1,81% dapat dikatakan bahwa penggunaan anggaran Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2020 cukup efisien.
Keberhasilan pencapaian pembangunan ketahanan pangan nasional
dipengaruhi pula oleh peran serta unit kerja eselon I lingkup Kementerian
Pertanian, Kementerian lain, dan pemangku kepentingan lainnya yang peduli
terhadap ketahanan pangan. Dukungan instansi tersebut tertuang dalam
Peraturan Presiden (Perpres) nomor 22 tahun 2009 tentang Peraturan
Presiden tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan) nomor 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Adapun
kegiatan instansi lain yang mendukung keberhasilan ketahanan pangan dapat
dilihat pada Lampiran 5.
40
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Capaian Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020
secara umum sudah tercapai sesuai dengan target Renstra. Capaian ini
menjadi tolok ukur keberhasilan sasaran program Badan Ketahanan Pangan,
dari 8 (delapan) indikator 6 indikator mencapai >100% sangat berhasil, 2/
indikator berhasil (capaian 80-100%) dan 1 indikator cukup berhasil (capaian
60-79%), dengan kompisisi sebagai berikut: (1) Peningkatan Volume Bahan
Pangan yang Didistribusikan/Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI
tercapai 46,128 (Ton) atau (115,57%) dari target 39,912 ton; (2) Peningkatan
Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD)
Kab/Kota tercapai 14 % atau (140%) dari target 10%; (3) Peningkatan Produksi
Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan
Pisang) tercapai 10,43% atau (151,59%) dari target 6,88 %; (4) Persentase
Daerah Rentan Rawan Pangan tercapai penurunan 14% atau (122,22%) dari
target 18%; (5) Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu
Pangan tercapai 91,35% atau (107,47%) dari target 85%; (6) Konsumsi Sayur
dan Buah (gram/kapita/ hari) tercapai 213,77 (gram/kapita/ hari) atau (89,07%)
dari target 260,2 (gram/kapita/ hari); (7) Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun)
tercapai 11,61 kg/kapita/tahun atau (86,0%) dari target 13,5 kg/kapita/tahun; (8)
Konsumsi Protein Asal Ternak tercapai 11,18 (gram/ kapita/hari) atau 104,66%)
dari target 10,65 (gram/ kapita/hari), (9) Nilai PMPRB Badan Ketahanan
Pangan (nilai) 35,13 atau (103,11%) dari target 34,07 dan (10) Nilai Kinerja
Anggaran Badan Ketahanan Pangan tercapai 63,12 atau (70,57%) dari target
89,44.
BAB IV
41
B. Upaya dan Tindak Lanjut Ke Depan
Berbagai inovasi dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan terus
dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang langsung dapat bermanfaat
untuk masyarakat, serta upaya-upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk
peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan antara lain: (1)
Meningkatkan dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan
dalam upaya perwujudan ketahanan pangan; (2) Meningkatkan peranan
eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah,
serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan
pangan; (3) Keterlibatan swasta dalam teknologi pengolahan pangan lokal; (4)
Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM aparatur, khususnya dalam
pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan
kegiatan ketahanan pangan; (5) Mensinergikan kebijakan pembangunan
ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan
masyarakat; (6) Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam
pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat
yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi
terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta mendukung stabilisasi
harga pangan pokok; dan (7) Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan
pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan
pedoman ketahanan pangan.
Untuk menyelesaikan permasalahan dan kendala tersebut, Badan
Ketahanan Pangan memerlukan dukungan dari berbagai sektor dan instansi
terkait. Dukungan tersebut antara lain adalah : (1) Peningkatan produksi
tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) Peningkatan produksi
komoditas hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita
dalam pemanfaatan pekarangan; (3) Mendorong peningkatan produksi sumber
pangan karbohidrat non beras (ubi kayu, kentang, sagu, dan pisang sebagai
substitusi bahan pangan pengganti non beras dan terigu; (4) Pelatihan bagi
aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan;
(5) Teknologi tepat guna untuk optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan
pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; (6) Mendorong peran aktif
42
swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal;
serta (7) Meningkatkan investasi agroindustri pangan berbasis pangan lokal
dilakukan melalui pengembangan bisnis pangan lokal bagi UMKM,
pengembangan kemitraan dengan dunia usaha dan BUMN, pengembangan
gerai atau outlet pangan lokal, pengembangan teknologi pengolahan pangan
lokal (bekerja sama dengan Balitbang dan Perguruan Tinggi) dan memastikan
peningkatan keanekaragaman pangan sesuai karakteristik daerah, serta
pengembangan Toko Mitra Tani di seluruh Indonesia.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan
BADAN KETAHANAN PANGAN
Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Pusat Penganekaragaman Konsumsi
dan Keamanan Pangan
Bagian
Perencanaan
Bagian
Keuangan dan
Perlengkapan
Bagian Umum
Bagian Evaluasi
dan Pelaporan
Fungsional Khusus
Bidang
Ketersediaan
Pangan
Bidang Akses
Pangan
Bidang
Kerawanan
Pangan
Bidang
Distribusi
Pangan
Bidang
Harga
Pangan
Bidang
Cadangan
Pangan
Bidang
Konsumsi
Pangan
Bidang
Penganeka-
ragaman
Pangan
Bidang
Keamanan
Pangan Segar
Sub Bagian
Program
Sub Bagian
Anggaran
Sub Bagian
Kerja Sama
Sub Bagian
Perbendaharaan
Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi
Sub Bagian Perlengkapan dan RT
Sub Bagian
Organisasi dan Kepegawaian
Sub Bagian Hukum
Sub Bagian Humas dan TU
Sub Bagian
Data dan Informasi
Sub Bagian Evaluasi
Sub Bagian Pelaporan dan TLHP
Sub Bidang Analisis
Ketersediaan
Pangan
Sub Bidang
Sumberdaya
Pangan
Sub Bidang Analisis
Akses Pangan
Sub Bidang
Pengembangan
Akses Pangan
Sub Bidang
Pencegahan dan
Kesiapsiagaan
Kerawanan Pangan
Sub Bidang Mitigasi
Kerawanan Pangan
Sub Bidang
Cadangan Pangan
Masyarakat
Sub Bidang
Cadangan Pangan
Pemerintah
Sub Bidang Analisis
Harga Pangan
Konsumen
Sub Bidang Analisis
Harga Pangan
Produsen
Sub Bidang
Kelembagaan
Distribusi Pangan
Sub Bidang
Jaringan Distribusi
Pangan
Sub Bidang Pola
Konsumsi Pangan
Sub Bidang
Kebutuhan
Konsumsi Pangan
Sub Bidang
Pengembangan
Pangan Lokal
Sub Bidang Promosi
Penganekaragaman
Pangan
Sub Bidang
Pengawasan
Keamanan Pangan
Segar
Sub Bidang
Kelembagaan
Keamanan Pangan
Segar
Ket. Garis : : JABATAN STRUKTURAL
: KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
45
Lampiran 2. Keputusan Kepala Badan tentang Tim Penyusun Lakin BKP
46
47
48
49
50
Lampiran 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (1)
51
52
Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (2)
53
54
55
Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (3)
56
57
58
Lampiran 6. Dukungan Instansi Lainnya
NO KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN
1 Pemerintah Daerah Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan
2 Kementerian Dalam Negeri Kebijakan pengawasan penetapan Peraturan Daerah terutama terhadap retribusi daerah yang menekan harga dan daya saing produk pangan
Kebijakan yang mendorong pemanfaatan dana desa ke arah pengembangan potensi desa di sektor pertanian pangan dan industri di pedesaan berbahan baku hasil pertanian
3 Kementerian Perindustrian Kebijakan pengembangan kompetensi inti industri nasional dan daerah yang memproduksi barang modal dan sarana produksi yang mendukung produksi primer dan olahan komoditas pertanian
Fasilitasi pengolahan skala kelompok dalam rangka peningkatan pendapatan kelompok tani
Mendorong pengembangan kawasan industri pengolahan pangan berbasis kawasan pertanian
4 Kementerian Perdagangan Penetapan harga dan kelancaran distribusi pangan
Fasilitasi pergudangan di tingkat desa dan resi gudang sebagai sarana stok manajemen pangan
5 Kementerian Perhubungan Transportasi perdagangan sarana produksi dan komoditas pangan baik di tingkat lokal, antar pulau maupun internasional
6 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Menjadikan sentra komoditas pertanian utama sebagai basis pembangunan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi dengan memperhatikan ketersediaan sarana dan infrastruktur yang dibutuhkan
7 Kementerian Koperasi dan UMKM
Kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan usahatani menjadi kelembagaan koperasi yang berbasis pada usaha pengolahan, perdagangan maupun penyediaan aneka jasa, terutama permodalan usaha yang dibutuhkan untuk produksi pertanian
8 Kementerian Keuangan Mendorong dan menjaga stabilitas harga pangan melalui kebijakan fiskal yang tepat.
Penyediaan dana untuk tenaga lapangan; penyuluh pertanian; pengawas benih; petugas karantina pertanian dan tenaga fungsional lainnya
59
NO KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN
9 Kementerian Agama Kebijakan untuk memasyarakatkan program percontohan pembangunan pertanian melalui pengabdian masyarakat oleh pemuka agama
10 Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah
Pendidikan diversifikasi pangan dengan mengkonsumsi bahan pangan local
11 Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi
Mengikutsertakan unsur-unsur dalam Perguruan Tinggi dalam pendampingan kelompok petani, nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha pangan lainnya
12 Kementerian Kesehatan Sosialisasi Pola Pangan Harapan yang mendukung diversifikasi konsumsi pangan serta pengawasan produk pangan yang aman
13 Kemenko Bidang Perekonomian
Koordinasi lintas kementerian/lembaga mendukung ketahanan pangan nasional
14 Badan POM Kerja sama di bidang penyusunan peraturan keamanan pangan, baik peraturan nasional maupun peraturan internasional
15 Perum Bulog Melaksanakan kebijakan yang mendorong stabilisasi harga komoditas pangan strategis
Pemberdayaan usaha kelompok tani yang mampu bekerjasama langsung dalam pemasaran produk pertanian yang dihasilkannya.
Optimalisasi sistem pergudangan untuk komoditas strategis lainnya selain beras dalam rangka menjaga stablitas harga
Pembinaan sistem logistik ketahanan pangan di tingkat desa
16 Perguruan Tinggi Peningkatan pembinaan dan pendampingan daerah melalui pengabdian masyarakat
17 Kementerian Pertanian :
a. Ditjen Tanaman Pangan
Peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi
Sosialisasi/gerakan konsumsi pangan non beras dan non terigu sebagai alternatif sumber karbohidrat
b. Ditjen Hortikultura
Peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan
Sosialisasi/gerakan konsumsi sayur dan buah-buahan
Dukungan benih/bibit sayuran dan buah untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan
60
NO KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN
c. Sekretariat Jenderal Perizinan sarana/prasarana promosi diversifikasi pangan
d. Badan Litbang Pertanian Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan
Teknologi pengayaan gizi melalui fortifikasi pangan dan pengolahan pangan yang bergizi tinggi dan bernilai ekonomi
Dukungan teknologi peningkatan produksi hasil pekarangan dan pangan local
e. BPSDMP
Pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan terkait dengan pola konsumsi yang B2SA
Penurunan konsumsi beras dan peningkatan PPH agar masuk dalam buku pintar penyuluhan
Dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan untuk melakukan pendampingan terhadap kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan
f. BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan
Dukungan teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi pangan melalui fortifikasi pangan
g. BPSBP (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian)
Penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura
h. BPPTPH (Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura)
Penyediaan benih tanaman pangan dan hortikultura dalam mengelola pemanfaatan pekarangan
i. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerepan Teknologi
Adopsi teknologi pengolahan pangan (mesin penepungan, pembuatan mie)
Dukungan teknologi tepat guna dalam kegiatan model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L) di daerah dengan menghasilkan mesin pengolahan beras analog
Copy protected with Online-PDF-No-Copy.com