[document title] - pertanian

66
[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle]

[DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

Page 2: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 dapat

selesai disusun. Kinerja Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2020 merupakan

tahun pertama dari Rencana Strategis Tahun 2020-2024. Badan Ketahanan Pangan

melaksanakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat. Program tersebut dilaksanakan melalui 4 (empat) pilar kegiatan utama,

yaitu Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, Pengembangan

Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, Pengembangan Penganekaragaman

Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya

pada Badan Ketahanan Pangan. Program dan kegiatan BKP Tahun 2020

dilaksanakan di 34 provinsi dan 513 kabupaten/kota, fokus kegiatan pada: (1)

Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan dan Penanganan Stunting; (2)

Penguatan Pasokan, Distribusi dan Cadangan Pangan; (3) Pengembangan

Diversifikasi dan Industri Pangan Lokal (PIPL); (4) Keamanan dan Mutu Pangan Segar;

dan (5) Analisis, Kajian, dan Kebijakan Ketahanan Pangan.

Laporan Kinerja BKP merupakan tindaklanjut dari amanat Peraturan Presiden

Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang

disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014. Laporan Kinerja BKP Tahun 2020

menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan

program dan kegiatan selama Tahun 2020. Pada tahun 2020 untuk mencapai target

kinerja Badan Ketahanan Pangan diperlukan kerja keras dan upaya konkrit mengingat

dari awal tahun 2020 Indonesia mengalami pandemi Covid 19 yang mempengaruhi

aktivitas pelaksanaan kegiatan.

Laporan Kinerja Tahun 2020 ini disusun dengan harapan dapat menjadi bahan

evaluasi terhadap peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan. Kami mengucapkan

terima kasih kepada segenap pihak yang telah mencurahkan kemampuan, gagasan,

dan upaya terbaik dalam menjalankan tugas dan fungsi dengan hasil kinerja seperti

yang tertuang dalam Laporan Kinerja ini.

Jakarta, Februari 2021

Kepala Badan Ketahanan Pangan

Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng

Page 3: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional yang berlandaskan pada

kedaulatan pangan dan kemandirian pangan dalam Keputusan Menteri Pertanian

Nomor 259/Kpts/RC.020/M/05/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian

Pertanian Tahun 2020 – 2024, Badan Ketahanan Pangan (BKP) menindaklanjuti

dengan menyusun Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 – 2024.

Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 – 2024 memuat sasaran

program, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang pelaksanaannya dirancang

selama 5 (lima) tahun.

Renstra BKP Tahun 2020-2024 telah mengacu kepada regulasi dan aturan,

diantaranya: 1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional; 2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025; 3) Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; 4) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-

2024; serta 5) Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 259/Kpts/RC.020/M/05/2020

tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024.

Badan Ketahanan Pangan melaksanakan Program Diversifikasi dan Ketahanan

Pangan Masyarakat tahun 2020,dalam mendukung Visi Kementerian Pertanian yaitu

“Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju

yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Badan Ketahanan Pangan melaksanakan 4 (empat) kegiatan utama yaitu: (1)

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (2) Pemantapan

Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan; (3) Penganekaragaman Konsumsi

dan Peningkatan Keamanan Pangan; serta (4) Dukungan Manajemen dan Teknis

Lainnya.

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

dilakukan dengan cara melihat target dan realisasi berdasarkan Perjanjian Kinerja

Tahun 2020. Pencapaian kinerja indikator Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 rata-

Page 4: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

iii

rata mencapai >100% sebagai berikut: (1) Peningkatan Volume Bahan Pangan yang

Didistribusikan/Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI tercapai 46,128 ton dari

target 39,912 ton atau (115,574%) ; (2), Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara

Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota tercapai 14% dari target

10%; atau tercapai (140%); (3) Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber

Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang) tercapai 10,43% dari

target 6,88 % atau (151,01%); (4) Penguatan Akses Pangan Masyarakat di Daerah

Rentan Rawan Pangan target penurunan 18% pada tahun 2020 dan tercapai

penurunan menjadi 14% atau (122,22%); (5) Persentase PSAT Yang Memenuhi

Syarat Keamanan dan Mutu Pangan tercapai 91,35% dari target 85% atau (107,47%);

(6) Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/hari) tercapai 231,77 atau (89,07%) dari

target 260,2; (6) Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun) tercapai 11,69 atau (86,0) dari

target 13,5; (8) Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/kapita/hari) tercapai 11,18% atau

(104,98) dari target 10,65; (9) Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan (nilai) tercapai

35,13 dari target nilai 34,07 atau (103,11%); (10) Nilai Kinerja Anggaran Badan

Ketahanan Pangan tercapai 63,12% atau (70,57%) dari target 89,44%. Dari capaian

di atas masih terdapat indikator yang kurang dari 100% yaitu Konsumsi Sayur dan

Buah (gram/kapita/hari) dan Konsumsi Daging (kg/kapita/hari) capaiannya berhasil,

dan Nilai Kinerja Anggaran (NKA) cukup berhasil berdasarkan PMK 214 Tahun 2017

tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja dan Anggaran.

Page 5: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi .................................................................... 1

C. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ........................................... 3

D. Penganggaran Badan Ketahanan Pangan .................................................. 6

BAB II PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA ............................. 7

A. Rencana Strategis ....................................................................................... 7

B. Perjanjian Kinerja ...................................................................................... 11

C. Pengukuran Indikator Kinerja .................................................................... 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................................... 17

A. Capaian Kinerja Organisasi ....................................................................... 17

B. Capaian Kinerja Lainnya............................................................................ 35

C. Realisasi Anggaran ................................................................................... 37

D. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Tahun 2020 ......................... 38

BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 40

A. Simpulan .................................................................................................... 40

B. Upaya dan Tindak Lanjut Ke Depan .......................................................... 41

LAMPIRAN ............................................................................................................... 43

Page 6: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Tujuan dan Indikator Tujuan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 .......... 8

Tabel 2.Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan Ketahanan

Pangan Tahun 2020-2024 (Semula) ........................................................................... 9

Tabel 3. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan

Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 (Revisi Terakhir) ........................................... 10

Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 (Semula) 12

Tabel 5.Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

(Revisi Terakhir) ........................................................................................................ 13

Tabel 6. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 .................. 19

Tabel 7 Perkembangan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras

Tahun 2016-2020 dalam Ton .................................................................................... 23

Tabel 8. Hasil Monitoring Keamanan PSAT Tahun 2020 ........................................ 29

Tabel 9. Capaian Sertifikasi Prima Tahun 2020 ...................................................... 30

Tabel 10.Capaian Pendaftaran/Registrasi PSAT dan Rumah Kemas Tahun 2020 .. 31

Tabel 11. Perkembangan Skor PPH 2016 – 2020 ................................................... 35

Tabel 12. Fluktuasi Harga Pangan Strategis ............................................................ 36

Tabel 13. Pagu dan Realisasi Anggaran BKP Tahun 2020 per Kegiatan ................ 37

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ......................................... 3

Gambar 2. Jumlah dan Komposisi Pegawai Badan Ketahanan Pangan

Tahun 2020 ................................................................................................................. 4

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan .................................... 44

Lampiran 2. Keputusan Kepala Badan tentang Tim Penyusun Lakin BKP ............... 45

Lampiran 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (1) ......................................................... 50

Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (2) ......................................................... 52

Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (3) ......................................................... 55

Lampiran 6. Dukungan Instansi Lainnya ................................................................... 58

Page 7: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2020 adalah tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Pencapaian kinerja pada periode

pertama Kabinet Kerja Jilid II untuk sektor pertanian banyak mendapat apresiasi

dari pemerintah. Meskipun dalam kondisi pandemi covid-19, PDB sektor pertanian

mampu tumbuh di atas 16,12% pada triwulan-II Tahun 2020.

Pelaksanaan kegiatan Tahun 2020 ditandai dengan adanya refocusing

kegiatan dan anggaran terutama untuk mendukung penanganan covid-19.

Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 merupakan salah satu kegiatan

yang mendukung ketersediaan pangan di masa pandemi Covid-19 melalui kegiatan

Pekarangan Pangan Lestari (P2L), Lumbung Pangan Masyrakat (LPM),

Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM), Pertanian Keluarga (PK),

Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU), dan Stabilisasi Harga Pangan

Strategis melalui Fasilitasi Distribusi.

Meskipun demikian implementasi kegiatan Badan Ketahanan Pangan tetap

diukur kinerjanya sebagai perwujudan akuntabilitas yang diamanatkan dalam

Perpres Nomor 29 Tahun 2014 dan PermenpanRB Nomor 53 Tahun 2014.

B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian

Pertanian, Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas Menyelenggarakan

Koordinasi, Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Peningkatan

Diversifikasi dan Pemantapan Ketahanan Pangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Ketahanan Pangan

menyelenggarakan fungsi :

1. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan dan pemantapan

di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan

distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan,

dan peningkatan keamanan pangan segar;

BAB I

Page 8: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

2

2. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang ketersediaan

pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan

akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan

keamanan pangan segar.

3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan,

penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses

pangan, penganekaragaman konsumsi pangan. dan peningkatan keamanan

pangan segar;

4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ketersediaan pangan,

penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses

pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan

pangan segar;

5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Pertanian.

Tugas dan fungsi BKP diformulasikan dalam Program/Kegiatan Badan

Ketahanan Pangan (BKP) yang berfokus pada Pengembangan Sistem Distribusi

dan Stabilisasai Harga Pangan, Pengembangan Ketersediaan dan Penaganan

Rawan Pangan, Pengembangan Penagnekaragaman Konsumsi Pangan dan

Peningkatan Keamanan Pangan Segar, serta Dukungan Manajemen Teknis

Lainnya Badan Ketahanan Pangan.

Sasaran program ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan

Ketahanan Pangan adalah untuk mendukung pencapaian program Kementerian

Pertanian dan sejalan dengan kebijakan umum dalam RPJMN 2020-2024 yang

diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan

dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3)

perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan

terhadap ketahanan pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha

pangan.

Page 9: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

3

C. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan berdasarkan Permentan Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015:

Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan secara rinci dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan tugas dan fungsi pada tahun

2020 didukung sumberdaya manusia sebanyak 277 orang pegawai, dengan

komposisi sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 53 orang pegawai atau 19,13%,

Sarjana Muda dan D-3 sebanyak 9 orang pegawai atau 3,25%, Strata-1

sebanyak 115 orang pegawai atau 41,52%, Strata-2 sebanyak 88 orang pegawai

atau 31,77%, dan Strata-3 sebanyak 12 orang pegawai atau 4,33%.

2. Kepangkatan: golongan I tidak ada, golongan II sebanyak 16 orang pegawai atau

5,78%, golongan III sebanyak 205 orang pegawai atau 74,01%, dan golongan IV

sebanyak 56 orang pegawai atau 20,22%.

3. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 132 orang pegawai atau 47,65% dan

perempuan sebanyak 145 orang pegawai atau 52,35%.

Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 berdasarkan tingkat

pendidikan, kepangkatan, dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 2.

Kepala Badan Ketahanan Pangan

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Kepala Pusat Penganekaragaman Koansumsi

dan Kemananan Pangan

Kepala Pusat Ketersediaan dan

Kerawanan Pangan

Kepala Pusat Distribusi dan

Cadangan Pangan

Page 10: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

4

Gambar 2. Jumlah dan Komposisi Pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

Dari jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 tersebut dibagi ke 4

(empat) eselon II yaitu :

1. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2020, sebanyak 37 orang

pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 1 orang pegawai atau 2,70%,

Sarjana Muda dan D-3 tidak ada, Strata-1 sebanyak 19 orang pegawai atau

51,35%, Strata-2 sebanyak 10 orang pegawai atau 27,03%, dan Strata-3

sebanyak 7 orang pegawai atau 18,92%.

b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak

26 orang pegawai atau 70,27%, dan golongan IV sebanyak 11 orang

pegawai atau 29,73%.

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 15 orang pegawai atau 40,54% dan

perempuan sebanyak 22 orang pegawai atau 59,46%.

2. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2020, sebanyak 45 orang

pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah tidak ada, Sarjana Muda dan D-3

sebanyak 1 orang pegawai atau 2,22%, Strata-1 dan D-4 sebanyak 14 orang

19%

3%

42%

32%

4%

Jumlah Pegawai BKP Tahun 2020 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

SLTA ke bawah

Sarjana Muda & D-3

Strata-1

Strata-2

Strata-3

0%

6%

74%

20%

Jumlah Pegawai BKP Tahun 2020 Berdasarkan Kepangkatan

Golongan I

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

48%

52%

Jumlah Pegawai BKP Tahun 2020 Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

Page 11: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

5

pegawai atau 31,11%, Strata-2 sebanyak 27 orang pegawai atau 60,00%,

dan Strata-3 sebanyak 3 orang pegawai atau 6,67%.

b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak

27 orang pegawai atau 60,00%, dan golongan IV sebanyak 18 orang

pegawai atau 40,00%.

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 20 orang pegawai atau 44,44% dan

perempuan sebanyak 25 orang pegawai atau 55,56%.

3. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2020,

sebanyak 46 orang pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah tidak ada, Sarjana Muda dan D-3 tidak

ada, Strata-1 dan D-4 sebanyak 19 orang pegawai atau 41,30%, Strata-2

sebanyak 26 orang pegawai atau 56,52%, dan Strata-3 sebanyak 1 orang

pegawai atau 2,17%.

b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak

31 orang pegawai atau 67,39%, dan golongan IV sebanyak 15 orang

pegawai atau 32,61%.

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 15 orang pegawai atau 32,61% dan

perempuan sebanyak 31 orang pegawai atau 67,39%.

4. Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020, sebanyak 148 orang

pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 52 orang pegawai atau

35,14%, D-3 sebanyak 8 orang pegawai atau 5,41%, Strata-1 sebanyak 63

orang pegawai atau 42,57%, Strata-2 sebanyak 25 orang pegawai atau

16,89%.

b. Kepangkatan: golongan I tidak ada, golongan II sebanyak 16 orang pegawai

atau 10,81%, golongan III sebanyak 121 orang pegawai atau 81,76%, dan

golongan IV sebanyak 11 orang pegawai atau 7,43%.

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 81 orang pegawai atau 54,73% dan

perempuan sebanyak 67 orang pegawai atau 45,27%.

Page 12: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

6

D. Penganggaran Badan Ketahanan Pangan

Badan Ketahanan Pangan pada Tahun 2020 mendapat alokasi dana

sebesar Rp.475.903.216.000 yang tersebar di 34 satker Dekonsentrasi dan 1

Satker Pusat Badan Ketahanan Pangan. Anggaran tersebut dibagi dalam 4

kegiatan Badan Ketahanan Pangan sebagai berikut:

Kegiatan Anggaran

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga

Pangan

Rp 134,130,438,000,00

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan

Pangan

Rp 42,879,809,000,00

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan

Keamanan Pangan

Rp 206,870,670,000,00

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan

Ketahanan Pangan

Rp 92,022,299,000,00

JUMLAH Rp 475.903.216.000,00

Page 13: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

7

BAB II

PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Sasaran Strategis Pertanian Tahun 2020-2024 yang disusun dengan

metode Balanced ScoreCard (BSC) dan pendekatan empat perspektif yaitu

stakeholders, customer, internal process dan learning and growth perspective

adalah: Berdasarkan peta strategi Kementerian Pertanian, kontribusi Badan

Ketahanan Pangan pada Sasaran Strategis 1 “Meningkatnya ketersediaan

pangan strategis dalam negeri” dan Sasaran Strategis 3 “Terjaminnya

keamanan dan mutu pangan strategis nasional”. Sasaran strategis ini berada

pada customer perspective yang berkontribusi dalam mencapai Sasaran

Strategis 1 “Meningkatnya kesejahteraan ekonomi petani” pada stakeholders

perspective. Dengan kata lain, outcome Kementerian Pertanian berupa

meningkatnya kesejahteraan ekonomi petani dapat tercapai dengan adanya

dukungan dan peran serta dari program dan kegiatan Badan Ketahanan

Pangan.

Berdasarkan koridor tersebut, dirumuskan menjadi 6 (enam) Sasaran

Program yang capaiannya diukur melalui 8 (delapan) indikator kinerja Sasaran

Program. Indikator kinerja sasaran program merupakan alat ukur yang

mengindikasikan pencapaian sasaran program Badan Ketahanan Pangan

dengan targetnya dijelaskan dalam Target Kinerja (Bab IV) Renstra Badan

Ketahanan Pangan 2020-2024. Indikator Program sebagai rumusan dari

sasaran pembangunan dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Pertanian

sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan diturunkan menjadi

Sasaran dan Indikator Kegiatan. Penyusunan Laporan Kinerja Badan

Ketahanan Pangan Tahun 2020 mengacu pada Rencana Strategis Badan

Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,

dan program Kementerian Pertanian.

Mengacu pada Visi Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020-2024

berdasarakan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020- 2024 adalah

“Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian,

BAB II

Page 14: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

8

berlandaskan gotong royong”,maka Kementerian Pertanian menetapkan visi

jangka menengah tahun 2020-2024 yakni: “Pertanian yang Maju, Mandiri dan

Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Kementerian Pertanian

mendukung misi Presiden dan Wakil Presiden yaitu: Struktur ekonomi yang

produktif, mandiri dan berdaya saing, melalui misi Kementerian Pertanian yaitu:

1. Mewujudkan ketahanan pangan

2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, serta

3. Meningkatkan kualitas SDM dan prasarana Kementerian Pertanian.

Berdasarkan visi misi tersebut, dituangkan kedalam tujuan dan indikator tujuan

sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Tujuan dan Indikator Tujuan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

NO TUJUAN INDIKATOR TUJUAN

1 Meningkatnya Pemantapan Ketahanan Pangan

1 Global Food Security Index/GFSI

2 Skor Pola Pangan Harapan

3 Angka Kecukupan Energi (AKE) (Kkal/kapita/hari)

4 Angka Kecukupan Protein (AKP) (gr/kapita/hari)

5 Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan/ Prevalensi of Undernourishment/ PoU (%)

6 Prevalensi Penduduk dengan Kerawanan Pangan Sedang atau Berat (Food Insecurity Experience Scale/FIES)

7 Ketersediaan Beras (Juta ton)

8 Ketersediaan protein hewani (Juta ton)

9 Akses terhadap beras biofortifikasi dan fortifikasi bagi keluarga yang kurang mampu dan kurang gizi (% penerima BPNT)

10 Persentase pangan organik

2 Terwujudnya reformasi birokrasi Kementerian Pertanian

1 Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian

2 Opini BPK RI WTP

Sumber : Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

Dalam rangka mengukur kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020, untuk

mencapai tujuan sasaran strategis telah ditetapkan indikator kinerja tujuan dan

target kinerja. Indikator kinerja tersebut merupakan indikator kinerja utama (IKU)

Badan Ketahanan Pangan pada Tabel 2 dan telah direvisi sebagaimana Tabel 3.

Page 15: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

9

Tabel 2.Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 (Semula)

No Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran

Program

Target

2020 2021 2022 2023 2024

1 Meningkatnya

Penjualan Beras

Kepada Toko Tani

Indionesia (TTI)

1. Persentase Lembaga

Distribusi Pangan

Yang Mandiri Yang

Melakukan Penjualan

Beras Kepada Toko

Tani Indonesia/TTI

(%)

20 20 20 20 20

2 Penguatan akses

pangan masyarakat

di daerah rawan

pangan

2. Persentase Daerah

Rentan Rawan

Pangan (%)

18 16 14 12 10

3 Terjaminnya

keamanan dan

mutu

pangan segar asal

tumbuhan (PSAT)

3. Persentase PSAT

Yang Memenuhi

Syarat Keamanan dan

Mutu Pangan (%)

85 85 85 85 85

4 Meningkatnya

konsumsi sayur,

buah, daging dan

protein asal ternak

4. Konsumsi Sayur dan

Buah (gram/

kapita/hari)

260,2 273,2 286,9 301,3 316,3

5. Konsumsi Daging

(kg/kapita/tahun)

13,5 13,8 14,1 14,4 14,7

6. Konsumsi Protein

Asal Ternak

(gram/kapita/hari)

10,65 10,75 10,85 10,94 11,04

5 Terwujudnya

birokrasi badan

ketahanan pangan

yang efektif dan

efisien

7. Nilai Reformasi

Birokrasi Badan

Ketahanan Pangan

(nilai)

23,62 23,84 24,07 24,29 24,51

6 Terkelolanya

anggaran badan

ketahanan pangan

yang akuntabel dan

berkualitas

8. Nilai Kinerja

Anggaran Badan

Ketahanan Pangan

(nilai)

89,44 89,45 89,46 89,47 89,48

Sumber: Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024

Page 16: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

10

Tabel 3. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 (Revisi Terakhir)

No Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran

Program

Target

2020 2021 2022 2023 2024

1 Stabilisasi pasokan

dan harga Pangan

1. Peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/ disalurkan melalui PMT/ TTIC dan TMT/TTI (Ton)

39.912 40.000 41.500 43.000 44.500

2 Penguatan

cadangan pangan

2. Peningkatan Jumlah

Pemda Penyelenggara

Cadangan Pangan

Pemerintah Daerah

(CPPD) Kab/Kota (%)

10 10 10 10 10

3 Meningkatnya

ketersediaan

pangan lokal

sumber karbohdirat

non beras

3. Peningkatan produksi pangan lokal sumber karbohdirat non beras (ubi kayu, sagu, kentang dan pisang) (%)

6,88 18,13 18,13 18,13 18,13

4 Menurunnya

daerah rentan

rawan pangan

4. Persentase Daerah

Rentan Rawan Pangan

(%)

18 16 14 12 10

5 Terjaminnya

keamanan dan

mutu pangan segar

asal

tumbuhan (PSAT)

5. Persentase PSAT Yang

Memenuhi Syarat

Keamanan dan Mutu

Pangan (%)

85 85 85 85 85

6 Meningkatnya

kualitas konsumsi

pangan

6. Konsumsi Sayur dan

Buah (gram/ kapita/hari)

260,2 273,2 286,9 301,3 316,3

7. Konsumsi Daging

(kg/kapita/tahun)

13,5 13,8 14,1 14,4 14,7

8. Konsumsi Protein Asal

Ternak (gram/kapita/hari)

10,65 10,75 10,85 10,94 11,04

7 Terwujudnya

birokrasi Badan

Ketahanan Pangan

yang efektif, efisien

dan berorientasi

pada layanan prima

9. Nilai PMPRB Badan

Ketahanan Pangan

(nilai)

34,07 34,32 34,58 34,84 35,12

8 Terkelolanya

Anggaran Badan

Ketahanan Pangan

Yang Akuntabel

dan Berkualitas

10. Nilai Kinerja Anggaran

Badan Ketahanan

Pangan (nilai)

89,44 89,45 89,46 89,47 89,48

Sumber: Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024

Page 17: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

11

Indikator pada tabel 3 merupakan indikator yang tertuang dalam Renstra Badan

Ketahanan Pangan yang telah direvisi dengan target 8 indikator. Sebagai tindak

lanjut pencapaian indikator-indikator tersebut telah ditetapkan Perjanjian Kinerja.

B. Perjanjian Kinerja

Indikator sasaran program di atas telah dituangkan dalam Rencana Strategis

Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 dengan target 6 (enam) indikator.

Untuk mencapai indikator-indikator tersebut, telah ditetapkan Permentan No. 43

Tahun 2017 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) lingkup Kementerian Pertanian.

Indikator-indikator tersebut menjadi dasar penetapan Perjanjian Kinerja (PK). PK

Badan Ketahanan Pangan merupakan turunan IKU yang telah diperjanjikan pada

PK Menteri Pertanian. Keselarasan PK ini menjadi prasyarakat kualitas pengukuran

kinerja yang baik untuk melakukan penilaian capaian program. PK Badan

Ketahanan Pangan disajikan pada Tabel 4 dan telah mengalami revisi

sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Page 18: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

12

Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 (Semula)

No Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2020

1. Meningkatnya Penjualan

Beras Kepada Toko Tani

Indionesia (TTI)

1. Persentase Lembaga Distribusi Pangan

Yang Mandiri Yang Melakukan Penjualan

Beras Kepada Toko Tani Indonesia/ TTI

(%)

20

2. Penguatan Akses Pangan

Masyarakat di Daerah

Rawan Pangan

2. Persentase Daerah Rentan Rawan

Pangan (%)

18

3. Terjaminnya Keamanana

dan Mutu Pangan Segar

Asal Tumbuhan (PSAT)

3. Persentase PSAT Yang Memenuhi

Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)

85

4. Meningkatnya Konsumsi

Sayur, Buah, Daging dan

Protein Asal Ternak

4. Konsumsi Sayur dan Buah

(gram/kapita/hari)

260,2

5. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun) 13,5

6. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/

kapita/hari)

10,65

5. Terwujudnya Birokrasi

Badan Ketahanan Pangan

Yang Efektif dan Efisien

7. Nilai Reformasi Birokrasi Badan

Ketahanan Pangan (nilai)

23,62

6. Terkelolanya Anggaran

Badan Ketahanan Pangan

Yang Akuntabel dan

Berkualitas

8. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan

Pangan (nilai)

89,44

Sumber : Badan Ketahanan Pangan

Dengan adanya perubahan program Kementerian Pertanian maka sasaran

program Badan Ketahanan Pangan sebagaimana Tabel 5.

Page 19: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

13

Tabel 5.Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 (Revisi Terakhir)

No Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2020

1 Stabilisasi pasokan dan

harga Pangan

1. Peningkatan volume

bahan pangan yang

didistribusikan/ disalurkan melalui

PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)

39.912

2 Penguatan cadangan

pangan

2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan

Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)

10

3 Meningkatnya ketersediaan

pangan lokal sumber

karbohdirat non beras

3. Peningkatan produksi pangan lokal

sumber karbohdirat non beras (ubi kayu,

sagu, kentang dan pisang) (%)

6,88

4 Menurunnya daerah rentan

rawan pangan

4. Persentase Daerah Rentan Rawan

Pangan (%)

18

5 Terjaminnya keamanan dan

mutu pangan segar asal

tumbuhan (PSAT)

5. Persentase PSAT Yang Memenuhi

Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)

85

6 Meningkatnya kualitas

konsumsi pangan

6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/

kapita/hari)

260,2

7. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun) 13,5

8. Konsumsi Protein Asal Ternak

(gram/kapita/hari)

10,65

7 Terwujudnya birokrasi

Badan Ketahanan Pangan

yang efektif, efisien dan

berorientasi pada layanan

prima

9. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

(nilai)

34,07

8 Terkelolanya Anggaran

Badan Ketahanan Pangan

Yang Akuntabel dan

Berkualitas

10. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan

Pangan (nilai)

89,44

Sumber : Badan Ketahanan Pangan 2020

Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian

Pertanian, berupaya mengatasi permasalahan dalam mewujudkan ketahanan

pangan. Upaya tersebut dijabarkan melalui berbagai program dan kegiatan

pembangunan ketahanan pangan. Berbagai program dan kegiatan tersebut

Page 20: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

14

dilaksanakan secara berkesinambungan, baik di pusat maupun di daerah melalui

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Ketahanan

Pangan, mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja,

evaluasi kinerja, hingga capaian kinerja.

Wujud pertanggungjawaban kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi

Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor

29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan

Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri

Pertanian Nomor Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/OT.210/

11/2018 tentang Standar Pengelolaan Kinerja Organisasi Lingkup Kementerian

Pertanian.

C. Pengukuran Indikator Kinerja

1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/ Disalurkan

melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)

Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani

Indonesia (TTI) TA. 2020 melibatkan 837 LUPM/Gapoktan dan 1.060 TTI. Setiap

penerima manfaat dalam satu tahun diberikan target sebesar 50 ton (beras) dan

60,6 ton (cabai, bawang merah, dan telur) untuk dipasarkan ke mitra TTI atau

Toko Tani Indonesia Centre (TTIC).

2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah

Daerah (CPPD) Kab/Kota.

Untuk mendukung ketahanan pangan nasional diperlukan peran serta

pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam

penyelenggaraan cadangan pangan. Cadangan pangan pemerintah daerah

dimulai dari cadangan pangan pemerintah desa, kabupaten dan provinsi.

Dukungan pemerintah kab/kota sangat diperlukan dalam menyelenggarakan

CPPD.

3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi

Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang)

Dalam rangka menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi

beras dan meningkatkan promosi diversifikasi pangan, diperlukan ketersediaan

Page 21: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

15

bahan baku pangan lokal sumber karbohdirat. Oleh karena itu dukungan Ditjen

teknis dalam peningkatan produksi pangan lokal karbohidrat non beras terutama

ubi kayu, sagu, kentang, dan pisang sangat dibutuhkan.

4. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan

Salah satu keberhasilan pembangunan ketahanan pangan adalah bagaimana

dapat mengentaskan daerah rentan rawan pangan. Melalui kegiatan aksi Badan

Ketahanan Pangan yang langsung diberikan kepada masyarakat diharapkan

dapat berkontribusi dalam mengubah kondisi wilayah dari rentan rawan pangan

menjadi tahan pangan.

5. Persentase Pangan Segar Asal Tumbuhan Yang Memenuhi Syarat

Keamanan dan Mutu Pangan

Selama tahun 2020, BKP melakukan kegiatan pengawasan keamanan pangan

segar melalui pengambilan contoh dan pengujian PSAT di laboratorium ataupun

uji cepat menggunakan rapid test kit. Obyek pengawasan difokuskan pada PSAT

di peredaran. Ruang lingkup pengujian PSAT meliputi parameter residu

pestisida, logam berat, mikrobiologi dan aflatoksin.

6. Konsumsi Sayur dan Buah

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan dan

memasyarakatkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

(B2SA) dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Sasaran

output dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemantapan penganekaragaman

konsumsi pangan, keamanan dan mutu pangan segar. Badan Ketahanan

Pangan sudah melaksanakan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari untuk

meningkatkan aksesibilitas dan konsumsi sayur dan buah. Namun demikian, hal

ini menunjukkan masih dibutuhkan upaya edukasi kepada masyarakat akan

pentingnya konsumsi sayur dan buah yang melibatkan dukungan dari berbagai

lintas sektor.

7. Konsumsi Daging

Upaya meningkatkan konsumsi daging telah dilakukan melalui sosialisasi

konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat. Hal ini terkait pentingnya asupan

protein hewani asal daging sebagai zat pembangun tubuh, produksi antibodi

dalam sistem kekebalan tubuh, dan membantu tubuh meningkatkan kesehatan

secara keseluruhan, khususnya di masa pendemi covid-19.

Page 22: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

16

8. Konsumsi Protein Asal Ternak

Upaya untuk meningkatkan akses dan konsumsi protein asal ternak, diantaranya

melalui kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan sosilisasi pangan

Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). Namun demikian, upaya ini

masih perlu mendapatkan dukungan dari lintas sektor terkait, karena

dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya edukasi, gaya hidup dan pola makan

(food habit), tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat.

9. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

Pelaksanaan penilaian PMPRB dilakukan oleh Inspektorat Jenderal terhadap

pelaksanaan Reformasi Birokrasi di unit eselon I. Penilaian dilakukan secara

mandiri untuk menentukan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dicapai dan

dilakukan verifikasi oleh Inspektorat Jenderal terhadap kesesuaian apa yang

dilakukan, penilaian dilakukan oleh eselon I.

10. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan

Dukungan anggaran merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan

pelaksanaan program/kegiatan. Penilaian keberhasilan didasarkan pada PMK

214 Tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja

dan Anggaran.

11. Capaian Diluar Kegiatan Utama yang dilaksanakan Badan Ketahanan

Pangan

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dibutuhkan pendanaan yang

sangat besar. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN, tetapi perlu

ditunjang dari sumber pendanaan lain seperti APBD prov/kab/kota, keterlibatan

swasta, perbankan (skim kredit dan kredit komersial), serta dari swadaya

masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan adanya pendanaan yang

bersumber dari kerja sama internasional. Dukungan pendanaan dibutuhkan

untuk memfasilitasi proses koordinasi, supervisi, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi program/kegiatan.

Page 23: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

17

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2020 menggunakan

sasaran program dan indikator hasil revisi Renstra Tahun 2020. Metode yang

digunakan untuk menghitung keberhasilan pencapaian kinerja adalah dengan

membandingkan realisasi indikator dengan target indikator sesuai dengan PMK 214

Tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja dan

Anggaran. Kriteria keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja

dalam laporan ini diindikasikan dengan nilai pencapaian sebagai berikut:

1. Sangat Berhasil : jika capaian kinerja ≥ 100%

2. Berhasil : 80 - 99,99%

3. Cukup Berhasil : 60 - 79,99%

4. Tidak Berhasil : < 60%

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan diukur melalui

2 (dua) jenis target, yaitu maximize target dan minimize target. Maximize target

adalah apabila hasil yang dicapai jika dibandingkan dengan target, semakin besar

maka semakin baik kinerjanya. Sedangkan yang dimaksud dengan minimize target

adalah apabila hasil yang dicapai jika dibandingkan dengan target, semakin kecil

maka semakin baik kinerjanya. Termasuk dalam kategori maximize target adalah

indikator kinerja sebagai berikut: (1)Peningkatan Volume Bahan Pangan yang

Didistribusikan/ Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton), (2) Peningkatan

Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD)

Kab/Kota (%), (3) Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non

Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang), (4) Persentase PSAT Yang

Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan, (5) Konsumsi Sayur dan Buah

(gram/kapita/ hari), (6) Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun), (7) Konsumsi Protein

Asal Ternak (gram/ kapita/hari), (8) Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan (nilai)

dan (9) Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan (nilai). Sedangkan untuk

Indikator yang termasuk dalam kategori minimize adalah (10) Persentase Daerah

Rentan Rawan Pangan (%).

BAB III

Page 24: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

18

Rumus penghitungan keberhasilan pencapaian indikator kinerja Badan

Ketahanan Pangan untuk maximize dan minimize target adalah sebagai berikut :

a. Maximize target : Indeks Capaian IKU = Realisasi

Target× 100%

b. Minimize target : Indeks Capaian IKU = [1 + (1 −Realisasi

Target)] × 100%

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi

untuk memperoleh hasil evaluasi kinerja yang relevan dan handal sebagai bahan

pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar

menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai

target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan

dan sasaran. Tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 25: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

19

Tabel 6. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

Sasaran Program Indikator Target Realisasi

2020 Persentase

Capaian

1 Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan

1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/ Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)

39,912 46,128 Capaian 115,574%

(sangat berhasil)

2 Penguatan Cadangan Pangan

2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)

10 14 Capaian 140%

(sangat berhasil)

3 Meningkatnya Ketersediaan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras

3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan Pisang) (%)

6,88 10,43 Capaian 151,59% (sangat berhasil)

4. Menurunnya Daerah Rentan Rawan Pangan

4. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan (%)

18 14 Capaian 122,22% (sangat berhasil)

5. Terjaminnya Keamanan dan Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)

5. Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)

85 91,35 Capaian 107,47% (sangat berhasil)

6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan

6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/ hari)

260,2 231,77 Capaian 89,07%

(berhasil)

7. Konsumsi Daging (kg/kapita/hari) 13,5 11,61 Capaian 86,0%

(berhasil)

8. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/ kapita/hari)

10,65 11,18 Capaian 104,98% (sangat berhasil)

5 Terwujudnya Birokrasi Badan Ketahanan Pangan Yang Efektif , Efisien dan berorientasi pada layanan prima

9. Nilai Reformasi PMPRB Badan Ketahanan Pangan (nilai)

34,07 35,13 Capan 103,11% (sangat berhasil)

6 Terkelolanya Anggaran Badan Ketahanan Pangan Yang Akuntabel dan Berkualitas

10 Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan (nilai)

89,44 63,12 Capaian 70,57 % (cukup

berhasil)

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata indikator kinerja Badan

Ketahanan Pangan tercapai > 100%, namun masih terdapat indikator dibawah

100% yaitu indikator Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/ hari) dan Konsumsi

Daging (kg/kapita/hari), sesui PMK 214 Tahun 2017 tentang Pengukuran dan

Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja dan Anggaran. Kriteria keberhasilan

pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja nilai pencapaian rata-rata di atas 80-

100%. Penjelasan dari masing-masing capaian sebagai berikut:

Page 26: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

20

1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/Disalurkan melalui

PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)

Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko

Tani Indonesia (TTI) TA. 2020 melibatkan 837 LUPM/Gapoktan dan 1.060 TTI.

Bantuan Pemerintah yang diberikan dalam rangka kegiatan ini kepada

penerima manfaat adalah dalam bentuk dana operasional sebesar Rp 60 juta

untuk komoditas beras dan Rp 100 juta untuk cabai, bawang merah, dan telur.

Setiap penerima manfaat dalam satu tahun diberikan target sebesar 50 ton

(beras) dan 60,6 ton (cabai, bawang merah, dan telur) untuk dipasarkan ke

mitra TTI atau Toko Tani Indonesia Centre (TTIC). Berdasarkan target

akumulasi dari masing-masing komoditas: beras (36.300 ton); cabai (3.272

ton); bawang merah (2,788 ton); dan telur (1.879 ton) diperoleh realisasi hingga

akhir tahun 2020 sebagai berikut: beras sebesar 37.880 ton (104,35%); cabai

3.380 ton (103,29%); bawang merah 2.996 ton (107,48 %); dan telur ayam ras

sebesar 1.871 ton (99,6%). Khusus Beras, angka akumulasi target merupakan

agregat dari mulai tahap penumbuhan hingga pembinaan dengan rincian: tahap

penumbuhan 4.050 ton; tahap pengembangan 15.850 ton; dan tahap

pembinaan 16.400 ton. Capaian indikator Peningkatan Volume Bahan Pangan

yang didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI adalah 46,128

ton target 39,912 ton atau (115,574%).

Dari hasil analisis capaian ini bahwa pada Tahun 2020, kegiatan PUPM tidak

hanya untuk komoditas beras tetapi diperluas komoditasnya termasuk cabai,

bawang merah, dan telur. Perluasan komoditas tersebut dilakukan dengan

memperhatikan permasalahan selama ini terkait fluktuasi harga pada

komoditas tersebut yang sering terjadi sepanjang tahun, dan tingginya

disparitas harga baik antar konsumen dengan produsen maupun antar wilayah.

Bantuan Pemerintah kegiatan PUPM tahun 2020 dialokasikan dana

operasional. Hasil produksi LUPM akan disalurkan ke TTI atau ke Toko Tani

Indonesia Centre (TTIC)/ Pasar Mitra Tani (PMT) dalam satu provinsi maupun

TTIC antar provinsi untuk stabilisasi harga dan pasokan, serta meningkatkan

akses masyarakat terhadap komoditas pangan. TTIC berperan sebagai

distribution centre, sedangkan TTI merupakan outlet dari TTIC yang berlokasi

dekat pemukiman. Pada tahun 2020 sasaran Lembaga Usaha Pangan

Page 27: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

21

Masyarakat (LUPM) berjumlah 857 LUPM, terdiri dari: (1) 212 LUPM Tahap

Penumbuhan; (2) 317 LUPM Tahap Pengembangan; dan (3) 328 LUPM Tahap

Pembinaan. Sasaran TTI baru berjumlah 1.060 unit di kabupaten/kota yang

mengalami ketidakstabilan harga dan pasokan pangan pokok/strategis di 19

provinsi.

Hasil monitoring dan evaluasi sampai dengan 31 Desember 2020 pencairan

dana bantuan pemerintah Tahap Penumbuhan di 19 provinsi untuk 212 LUPM

terdiri 81 LUPM beras, 54 LUPM cabai, 46 LUPM bawang merah dan 31 LUPM

telur berupa uang operasional masing-masing Rp. 60 juta untuk LUPM beras

sedangkan LUPM cabai, bawang merah dan telur Rp.100 juta selama

pelaksanaan kegiatan tahun 2020 mencapai 99,03 %.

Capaian indikator peningkatan volume bahan pangan yang

didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI adalah 46,128 ton

dari target 39.912 ton atau (115,57%). Hal ini dikarenakan pasokan komoditas

pangan dari gapoktan/LUPM yang disalurkan ke PMT/TTIC dan TTI selain

disalurkan secara langsung, selain itu di dukung juga dengan transaksi secara

on line melalui aplikasi e-commerce TTI, aplikasi marketplace PasTani, dan

kerja sama dengan Gojek dan Grab. Sehingga permintaan komoditas pangan

meningkat yang kinerja target penyaluran volume bahan pangan yang

didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI meningkat juga.

2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah

Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)

Kegiatan Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) dinilai

berdasarkan indikator “peningkatan jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan

Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)” dengan target 10% per

tahun. Selama tahun 2020, jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan

Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota mengalami peningkatan dari 235

menjadi 269 Kabupaten/Kota (14%) atau 140% dari target 10%. Sejumlah 239

Pemda Kabupaten/Kota lainnya belum melaksanakan penyelenggaraan CPPD

karena masih dalam proses penyusunan Perda atau mengalami

keterbatasan/belum tersedia alokasi anggaran.

Keberhasilan pencapaian target jumlah penyelenggara CPPD sebesar 14 %

(140 % dari target) disebabkan oleh adanya upaya advokasi yang dilakukan

Page 28: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

22

oleh Badan Ketahanan Pangan untuk mendukung pencapaian tersebut, antara

lain: a. Koordinasi dengan Kemendagri untuk mendorong komitmen Pemda

Provinsi dan Kab/Kota untuk mengalokasikan CPPD; b. Surat Menteri

Pertanian kepada seluruh Gubernur dan Bupati/Walikota yang wilayahnya

belum memiliki CPPD; c. Surat Kepala BKP kepada seluruh SKPD Ketahanan

Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum memiliki CPPD untuk segera

mengalokasikan APBD untuk penyelenggaraan CPPD; dan d. Advokasi dan

sosialisasi kepada seluruh Pemda yang belum memiliki CPPD melalui

pertemuan virtual (vicon).

Sesuai amanat UU 18/2012 tentang Pangan, Cadangan Pangan Pemerintah

Daerah (CPPD) terdiri atas Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi, Cadangan

Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Cadangan Pangan Pemerintah

Desa. Penyelenggaraan CPPD dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) yang melaksanakan tugas atau menyelenggarakan fungsi di

bidang Ketahanan Pangan. Dalam pelaksanaannya, SKPD dapat bekerjasama

melalui Bulog atau BUMD di bidang Pangan.

Penetapan jenis dan jumlah CPPD ditetapkan oleh Bupati/Walikota untuk CPP

Desa dan CPP Kabupaten/Kota, dan Gubernur untuk CPP Provinsi. Masing-

masing Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menghitung kebutuhan

CPPD sesuai dengan kondisi wilayahnya. Khusus cadangan pangan berupa

beras, Kementerian Pertanian telah menetapkan Permentan 11/2018 tentang

Penetapan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CBPD) sebagai

alternatif acuan bagi Pemerintah Daerah. Pengembangan CPPD Provinsi dan

Kabupaten/Kota telah dilaksanakan sejak tahun 2010 sebagai langkah strategis

Pemerintah Daerah untuk mendukung penyediaan cadangan pangan dalam

menghadapi kekurangan pangan, bencana alam, bencana sosial dan/atau

keadaan darurat. Pada akhir tahun 2020, stok CBPD Provinsi dan

Kabupeten/Kota secara keseluruhan mencapai 13.564 ton, yaitu 5.203 ton

CBPD Provinsi (31 Provinsi) dan 8.361 ton CBPD Kab/Kota (269 Kab/Kota)

atau memenuhi target 17,7% CBPP dan 8,3% CBPK yang direkomendasikan

dalam Permentan 11/2018.

Page 29: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

23

3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu,

Sagu, Kentang dan Pisang) (%)

Potensi pangan lokal Indonesia perlu ditumbuhkembangkan ke arah

industrailisasi dan komersialisasi pangan lokal yang berdaya saing untuk

mendukung ketahanan pangan nasional. Pencapaian indikator kinerja Tahun

2020 terkait peningkatan ketersediaan pangan lokal sumber karbohidrat non

beras non terigu tercapai sebesar 10,43% atau (151,59%) dari target 6,88%.

Perkembangan produksi pangan lokal sumber karbohidrat non beras dapat

dilihat pada table 7.

Tabel 7 Perkembangan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras Tahun 2016-2020 dalam Ton

No Komoditas Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Kentang 1.219.270

1.213.038

1.164.738

1.284.760

1.314.654

1.205.874

2 Pisang 7.299.266

7.007.117

7.162.678

7.264.379

7.280.659

7.884.536

3 Sagu 423.946

383.613

432.913

463.542

359.838

365.665

4 Ubi Kayu 21.801.415

20.260.675

19.053.748

16.119.021

16.350.370

18.487.582

Total 30.743.897

28.864.443

27.814.077

25.131.702

25.305.521

27.943.657

Sumber: Ditjenbun, Ditjen Horti, Ditjen TP.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan daya saing pangan

lokal non beras, telah ditetapkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

404/Kpts/OT.050/M/6/2020 tentang Satuan Gugus Tugas Diversifikasi Sumber

Karbohidrat Pangan Lokal non Beras yang anggotanya meliputi unit eselon I

lingkup Kementerian Pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya Tim Gugus

Tugas Diversifikasi (1) melakukan identifikasi potensi komoditas sumber

karbohidrat pangan lokal non beras; (2) mengembangkan sumber karbohidrat

pangan lokal non beras dari hulu sampai hilir; (3) menyusun rencana aksi

pengembangan pangan lokal non beras jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang; (4) mengembangkan UMKM pangan lokal non beras melalui

kemitraan; (5) melakukan promosi dan kampanye sumber karbohidrat pangan

lokal non beras sebagai sumber pangan alternatif; (6) mengalokasikan

anggaran untuk mendukung pelaksanaan diversifikasi sumber karbohidrat non

beras.

Page 30: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

24

Selain meningkatkan kerja sama di internal kementerian pertanian, Badan

Ketahanan Pangan telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak antara

lain:

a. Nota Kesepahaman Antara Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Kementerian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian dengan PT. Bukalapak.Com tentang

Pengembangan Kapasitas Usaha Dan Fasilitasi Pemasaran Online untuk

Pelaku Usaha Bidang Pertanian Nomor: 9O/NK/I/09/2020, Nomor:

B462/KN.220/J/09/2020, Nomor: 1391/BL-BPPS/PPGR/MOU/IX/2020, nota

kesepahaman ini sebagai upaya meningkatkan penetrasi UMKM pangan

lokal dengan konsumen melalui marketplace.

b. Nota Kesepahaman Antara Badan Ketahanan Pangan Kementerian

Pertanian dengan Masyarakat Singkong Indonesia, Masyarakat Sagu

Indonesia, dan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia tentang

Pengembangan Industri Pengolahan Singkong dan Sagu Sebagai Sumber

Karbohidrat Non Beras Nomor B.493/HK.220/J/10/2020, Nomor

MSI/01/MOU/X/2020, Nomor A.31/U/MASSI/X/2020, Nomor 22/S/PATPI-

01/X/2020.

c. Perjanjian Kerja Sama Antara Badan Ketahanan Pangan Kementerian

Pertanian dengan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor tentang

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dalam mendukung

Diversifikasi Sumber Karbohidrat Pangan Lokal Non Beras.

Melalui program Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL), Badan

Ketahanan Pangan telah menyusun rencana aksi pembinaan terhadap UMKM,

dengan target 1000 UMKM di Tahun 2024, dan pada Tahun 2020 telah diinisiasi

pembinaan terhadap 200 UMKM. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan

melakukan sosialisasi, pembinaan dan pendampingan kepada UMKM

pengolahan dan pemasaran produk olahan pangan lokal. Untuk pemasaran

hasil olahan pangan lokal UMKM telah dilakukan penyediaan outlet-outlet

melalui Toko Tani Indonesia di seluruh provinsi serta melalui marketplace.

Analisis capaian peningkatan produksi pangan lokal sumber karbohidrat non

beras sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras yang

setiap tahunnya terus meningkat. Pada daerah tertentu pangan lokal seperti ubi

Page 31: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

25

kayu, sagu, kentang, dan pisang masih dimanfaatkan sebagai bahan pangan

sehari-hari. Walaupun beberapa komoditi pangan lokal seperti ubi kayu, pisang

dan sagu produksinya terus meningkat, akan tetapi untuk komoditi kentang

produksi masih kurang.

Peningkatan produksi pangan lokal tersebut terus dilakukan oleh Direktorat

Teknis di Kementerian Pertanian, walaupun dukungan Pusat Ketersediaan dan

Kerawanan Pangan terhadap peningkatan produksi pangan lokal masih relatif

melalui kegiatan Korporasi Usaha Tani (PKU) dan Pertanian Keluarga (PK).

Kegiatan PKU dan PK yang diarahkan untuk kegiatan budidaya pertanian telah

memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi pangan lokal non beras

sebesar 10,42 persen. Dari empat komoditi pangan lokal yang produksinya

masih rendah adalah kentang dan pisang sehingga kedepannya produksinya

perlu ditingkatkan.

Beberapa kendala utama yang dihadapi dalam mencapai target adalah :

a. Tidak tersedianya anggaran untuk mendukung kegiatan tersebut karena

peningkatan produksi pangan hanya dilaksanakan oleh Direktorat Teknis di

Kementerian Pertanian; b. Komoditi pangan lokal seperti ubi kayu, sagu,

kentang dan pisang hanya dikembangkan pada wilayah tertentu saja yang

masyarakatnya masih mengkonsumsi pangan lokal; c. Belum banyak

berkembang industri pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan dan

produk olahan pangan lokal non beras dari ubi kayu, sagu, kentang dan pisang

sebagai bahan subtitusi beras sehingga peningkatan produksi belum menjadi

prioritas d. Belum adanya analisis ketersediaan dan kebutuhan pangan lokal

non beras pada setiap daerah khususnya daerah yang masih memiliki budaya

mengkonsumsi pangan lokal; e. Kurangnya dukungan anggaran APBD untuk

kegiatan analisis ketersediaan pangan, walaupun hasil analisis tersebut sangat

bermanfaat sebagai bahan kebijakan atau perencanaan.

Alternatif solusi yang dilakukan adalah a. Melakukan koordinasi dengan

Direktorat Teknis terkait di Kementerian Pertanian untuk mendukung

peningkatan produksi pangan lokal non beras; b. Memberikan rekomendasi

kebijakan peningkatan produksi pangan lokal kepada Direktorat Teknis di

Kementerian Pertanian berdasarkan hasil analisis ketersediaan dan kebutuhan

pangan lokal non beras; c. Mengalokasi kegiatan peningkata ketersediaan

Page 32: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

26

pangan lokal pada wilayah rentan rawan pangan melalui pemberdayaan

masyarakat; d. Meningkatkan kapasitas aparat daerah dalam menganalisis

ketersediaan dan kebutuhan pangan lokal non beras di wilayahnya; e.

Mengalokasikan dukungan anggaran dari APBD provinsi dan kabupaten/kota

untuk mendukung penyediaan pangan lokal sumber karbohidrat non beras.

4. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan (%)

Indeks Ketahanan Pangan (IKP) nasional memiliki peran yang sangat strategis

dalam mengukur capaian pembangunan ketahanan pangan di suatu wilayah,

mengukur kinerja daerah dalam memenuhi urusan wajib pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, dan merupakan salah satu alat dalam menentukan prioritas

daerah dan prioritas intervensi program.

Situasi ketahanan pangan Indonesia tahun 2020 lebih baik dibandingkan tahun

2019, dimana jumlah kabupaten/kota rentan rawan pangan (Prioritas 1-3) turun

dari 76 kabupaten/kota (15%) pada tahun 2019 menjadi 70 kabupaten/kota

(14%) pada tahun 2020, dan jumlah kabupaten/kota tahan pangan naik dari 438

kabupaten/kota (85%) pada tahun 2019 menjadi 444 kabupaten/kota (86%)

pada tahun 2020. Sebagai langkah strategis Badan Ketahanan Pangan telah

melaksanakan program Pertanian Keluarga (PK) dan Pengembangan

Korporasi Usahatani (PKU) sebagai salah satu upaya dalam menurunkan

daerah rentan rawan pangan.

Jika dibandingkan antara target persentase daerah rentan rawan pangan tahun

2020 yang sebesar 18% dengan realisasi yang telah mencapai 14% maka

capaian penguatan akses pangan masyarakat di daerah rentan rawan pangan

telah sangat berhasil. Hal ini ditunjukan oleh nilai persentase capaian sebesar

122,22%. Analisis capaian daerah rentan rawan pangan, dari aspek

ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan mengalami masalah

pangan sehingga daerah ini menjadi prioritas utama untuk dintervensi dengan

berbagai program/kegiatan agar wilayahnya menjadi tahan pangan.

Masalah pengentasan daerah rentan rawan pangan tidak hanya dilakukan oleh

Badan Ketahanan Pangan tetapi juga melibat instansi/kementerian terkait untuk

mendukung keberhasilan program/kegiatan tersebut. Adapun bentuk aksi

langsung yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu

Page 33: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

27

upaya yang mendorong pencapaian penurunan daerah rentan rawan pangan

sebesar 14 % adalah :

a. Pengembangan Korporasi Usahatani. Lokasi PKU ada di 13 lokasi di daerah

rentan rawan pangan yang mempunyai potensi sumberdaya pangan untuk

pengembangan usaha berdasarkan data FSVA Nasional 2018 prioritas 3, 4

dan 5, dan/atau Rumah Tangga Miskin-Petani (RTM-P) dan/atau stunting.

Lingkup kegiatan PKU adalah 1 kabupaten, 1 kecamatan, 1 desa, 1

gapoktan, 5 kelompok tani. Pada Tahun 2020, kegiatan PKU memasuki

tahap pengembangan, merupakan kelanjutan dari kegiatan PKU tahun 2019

(tahap penumbuhan) yang dilaksanakan di 13 lokasi kabupaten pada 12

provinsi.

b. Pertanian Keluarga (PK) merupakan kegiatan Bantuan Pemerintah sebagai

trigger, yang diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan

dan pemanfaatan pangan keluarga yang sesuai dengan kebutuhan gizi

seimbang dan akan peningkatan status daerah rentan rawan pangan

menjadi tahan pangan dan daerah yang sudah tahan pangan tidak menurun

statusnya menjadi rentan rawan pangan serta meningkatkan pendapatan

keluarga. Sasaran kegiatan Pertanian Keluarga sebanyak 80 lokasi desa

berdasarkan indeks komposit terendah dan/atau Persentase tertinggi

penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah.

c. Pelatihan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food

Security and Vulnerability Atlas – FSVA untuk 160 kabupaten stunting.

Output yang diharapkan berupa tersedianya laporan Peta Ketahanan dan

Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA di 160

kabupaten. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) digunakan

sebagai dasar penentuan/pemilihan lokasi daerah rentan rawan pangan

berdasarkan peta ketahanan dan kerentanan pangan (Food Security and

Vulnerability Atlas, FSVA), dimana wilayah yang di intervensi merupakan

wilayah dengan prioritas 1-3. Sejak tahun 2019 penyusunan Peta FSVA

telah tersedia untuk level Nasional, 34 Provinsi dan 160 kabupaten.

d. Sistem kewaspadaan pangan dan gizi sebagai instrumen digunakan untuk

mendeteksi situasi pangan dan gizi secara dini. Informasi SKPG

dimanfaatkan sebagai bahan rekomendasi kebijakan pengambilan

Page 34: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

28

keputusan dalam bentuk intervensi jangka pendek, menengah maupun

jangka panjang. Intervensi atau tindakan jangka pendek dapat berupa

tindakan cepat/darurat seperti operasi pasar, bantuan pangan, kegiatan

padat karya (cash for work) dan sebagainya tergantung hasil analisis situasi

dan kedalaman permasalahan yang dihadapi. SKPG dilaksanakan sejak

tahun 2015 di 34 provinsi, 421 kabupaten dan nasional. Data dan informasi

SKPG digunakan sebagai bahan kebijakan untuk melakukan intervensi

pada daerah rawan pangan transien akibat dampak bencana alam.

Pemberian bantuan sarana produksi pertanian diharapkan daerah tersebut

dapat terus memproduksi pangan sehingga dapat terjaga ketahanan

pangannya. Selain itu, dalam rangka peningkatan kapasitas aparat provinsi

dan kabupaten diberikan pelatihan penyusunan analisis penanganan

kerawanan pangan melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

untuk 34 provinsi. Output yang diharapkan berupa tersedianya laporan hasil

situasi kerawanan pangan dan gizi secara bulan di provinsi dan

kabupaten/kota.

5. Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan

Capaian pangan segar asal tumbuhan yang memenuhi syarat keamanan

91,35% dari target 85% atau mencapai (107,47%).

Pencapaian Indikator Kinerja pengawasan keamanan pangan segar tahun

2020 adalah persentase PSAT yang memenuhi syarat Keamanan dan Mutu

Pangan dengan Target maksimal adalah 85% sebagaimana ditunjukkan hasil

monitoring keamanan PSAT tahun 2020 pada Tabel 8.

Page 35: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

29

Tabel 8. Hasil Monitoring Keamanan PSAT Tahun 2020

No. Parameter Jumlah Contoh

Hasil Uji

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

1 Residu Pestisida 343 contoh 332 (96,79%) 11(3,21%)

2 Cemaran Logam Berat 188 contoh 173 (92,02%) 15 (7,98%)

3 Cemaran Mikrobiologi 125 contoh 89 (71,20%) 36 (28,80%)

4 Cemaran Aflatoksin 72 contoh 71 (98,61%) 1 (1,39%)

Jumlah 728 contoh 665 (91,35%) 65 (8,65%)

Berdasarkan data monitoring keamanan pangan di atas, sebagian besar contoh

menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan keamanan pangan. Hasil

pengujian di laboratorium menunjukkan hasil memenuhi persyaratan terhadap

parameter residu pestisida, logam berat, mikrobiologi dan aflatoksin mencapai

91,35 % dari total 728 sampel yang di uji.

Capaian tersebut didukung dengan program peningkatan keamanan pangan

segar yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan. Pengawasan

keamanan pangan segar dilaksanakan dalam bentuk pengawasan pre market

dan pengawasan post market oleh Badan Ketahanan Pangan atau Dinas

Pangan selaku Otoritas Kompeten Keamanan Pangan. Pengawasan

keamanan pangan pre market dilakukan dalam bentuk pemberian

sertifikat/registrasi kepada pelaku usaha yang telah memenuhi persyaratan

keamanan dan mutu pangan, yaitu Sertifikasi Prima, registrasi PSAT, registrasi

rumah pengemasan, Health Certificate dan sertifikat keamanan pangan

lainnya.

Sertifikasi keamanan PSAT atau Sertifikasi Prima merupakan jaminan

pemenuhan persyaratan keamanan pangan di tingkat proses produksi (on

Farm). Sertifikasi Prima dibedakan menjadi sertifikasi Prima 1, Prima 2 dan

Prima 3. Sertifikasi Prima 3 diberikan untuk produk pertanian yang memenuhi

persyaratan keamanan pangan khususnya dari aspek residu pestisida; Prima 2

diberikan untuk produk pertanian yang memenuhi persyaratan keamanan dan

mutu pangan; sedangkan Prima 1 diberikan untuk produk pertanian yang

memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan serta sosial dan

Page 36: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

30

lingkungan. Capaian Sertifikasi Prima sepanjang tahun 2020 ditunjukkan pada

Tabel 9.

Tabel 9. Capaian Sertifikasi Prima Tahun 2020

No Jenis Sertifikat Jumlah

1 Prima 1 0

2 Prima 2 5

3 Prima 3 472

Selain Sertifikasi Prima, OKKP melaksanakan pula sertifikasi kesehatan PSAT

tujuan ekspor (health certificate/ HC). HC diberikan bagi PSAT tujuan ekspor

yang dinyatakan memenuhi ketentuan keamanan pangan tertentu di negara

tujuan ekspor. Penerbitan HC dilakukan melalui mekanisme pengambilan

contoh dan pengujian di laboratorium yang diakui. Untuk saat ini penerbitan HC

masih terfokus bagi produk pala yang diekspor ke Uni Eropa, meskipun ada

beberapa komoditas lain yang mengajukan permohonan penerbitan HC untuk

memenuhi ketentuan di negara tujuan ekspor. Sepanjang tahun 2020, OKKP

telah menerbitkan HC sejumlah 476 sertifikat (data sementara).

Selain sertifikasi keamanan PSAT seperti di atas, pengawasan keamanan

PSAT dilakukan juga melalui kegiatan pendaftaran/ registrasi baik pendaftaran

PSAT maupun pendaftaran rumah pengemasan (packing house). Pendaftaran

PSAT dilakukan melalui mekanisme inspeksi sarana produksi dan distribusi,

proses produksi dan distribusi serta pengujian produk terkait parameter

keamanan pangan. Nomor pendaftaran PSAT diberikan kepada produk PSAT

yang dinyatakan memenuhi persyaratan keamanan PSAT baik dalam proses

maupun produk itu sendiri. Sedangkan pendaftaran rumah kemas dilakukan

melalui penilaian secara simultan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good

Handling Practices (GMP) pada unit yang melakukan pengemasan PSAT.

Secara khusus pendaftaran rumah pengemasan merupakan respon terhadap

kecenderungan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen global

terhadap PSAT yang aman dan bermutu. Pemenuhan standar dan kriteria

penilaian rumah kemas secara konsisten oleh pelaku usaha/eksportir PSAT

diharapkan dapat mengurangi resiko penolakan dan notifikasi produk PSAT dari

negara tujuan ekspor. Sepanjang tahun 2020 diperoleh capaian pendaftaran/

Page 37: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

31

registrasi PSAT maupun rumah pengemasan sebagaimana disajikan pada

Tabel 10.

Tabel 10.Capaian Pendaftaran/Registrasi PSAT dan Rumah Kemas Tahun 2020

No Jenis Pendaftaran Jumlah

1 Pendaftaran PSAT PL (pangan asal impor) 348

2 Pendaftaran PSAT PD (pangan asal domestik) 1463

3 Pendaftaran Rumah Kemas 26

Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar melalui mekanisme

penilaian kesesuaian tersebut di atas, BKP juga melakukan penghimpunan

data dan informasi jumlah kasus keracunan dari media massa dan elektronik

nasional, dari sekian banyak kasus pangan, tidak ada kasus keracunan pangan

pada tahun 2020 yang disebabkan oleh PSAT.

Ditinjau dari aspek kelembagaan pengawas keamanan pangan, pada tahun

2020, pencapaian indikator kinerja rasio kelembagaan keamanan PSAT per

provinsi yang diberdayakan mencapai 100 %, dari target 100 %. Artinya,

sampai dengan 2020, OKKPD yang telah memperoleh sertifikat

verifikasi/reverifikasi sebanyak 34 provinsi dari 34 provinsi. Sesuai dengan

pedoman sistem mutu yang diterapkan oleh OKKP bahwa untuk dapat

menerbitkan nomor pendaftaran atau sertifikat, OKKPD harus mendapatkan

sertifikat verifikasi/reverifikasi dari OKKP, dengan masa berlaku sertifikat

selama 3 (tiga) tahun. Apabila masa berlaku tersebut akan berakhir, OKKPD

mengajukan permohonan reverifikasi kepada OKKPP. Selanjutnya OKKPP

akan melakukan penilaian kepada OKKPD terkait dengan penerapan sistem

manajemen lembaga penilai kesesuaian sesuai SNI ISO/IEC 17065:2012.

Dengan demikian, OKKPD yang telah memiliki sertifikat verifikasi dari OKKPP

dapat melaksanakan operasionalisasi kegiatan penjaminan keamanan dan

mutu pangan, baik berupa sertifikasi Prima maupun registrasi PSAT dan rumah

kemas. Dengan adanya sertifikat verifikasi tersebut, maka sertifikat maupun

nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh OKKPD dapat dipercaya (valid).

Page 38: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

32

6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/hari)

Konsumsi sayur dan buah tahun 2020 sebesar 231,77 gram/kapita/hari, masih

lebih rendah dibandingkan konsumsi anjuran susunan Pola Pangan Harapan

(PPH) yaitu 269 gram/kapita/hari. Kelompok pangan ini sangat penting

peranannya dalam pencapaian kualitas sumberdaya manusia. Masih

rendahnya konsumsi sayur dan buah tersebut lebih disebabkan karena faktor

kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber vitamin dan mineral serta serat

masih rendah. Untuk itu, dibutuhkan edukasi agar masyarakat sadar akan

pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah. Target konsumsi sayur dan buah

tahun 2020 adalah 260,2 gram/kapita/hari dan tercapai 231,77

gram/kapita/hari, sehingga tingkat capaian adalah 89,07%. Badan Ketahanan

Pangan sudah melaksanakan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari untuk

meningkatkan akses dan konsumsi sayur dan buah. Namun demikian, hal ini

menunjukkan masih dibutuhkan upaya edukasi kepada masyarakat akan

pentingnya konsumsi sayur dan buah yang melibatkan dukungan dari berbagai

lintas sektor.

7. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun)

Konsumsi daging untuk tahun 2020 tercapai 11,61 gram/kapita/hari dari target

13,5 kg/kapita/hari dan tercapai atau 86,0%. Konsumsi daging penduduk

Indonesia berasal dari konsumsi daging ruminansia dan daging unggas. Dari

hasil analisis konsumsi daging unggas lebih dominan daripada konsumsi

daging ruminansia, yang dipengaruhi oleh tingkat daya beli dan pendapatan

masyarakat. Konsumsi daging merupakan kebutuhan penting untuk

memperoleh asupan protein hewani sebagai zat pembangun tubuh, produksi

antibodi dalam sistem kekebalan tubuh, dan membantu tubuh untuk

meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

8. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/ kapita/hari)

Capaian konsumsi protein asal ternak tercapai 11,18 gram/ kapita/hari dari

target 10,65 gram/ kapita/hari atau (104,98%). Konsumsi protein asal ternak

merupakan sumber protein hewani yang sangat esensial bagi tubuh. Salah satu

keunggulan protein hewani adalah memiliki komposisi asam amino esensial

yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati. protein hewani juga memiliki

kandungan nutrisi yang lebih beragam, seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi,

Page 39: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

33

dan asam lemak omega-3. Asupan protein hewani menjadi salah satu hal yang

dipertimbangkan untuk orang-orang yang ingin menerapkan pola makan sehat,

untuk itu perlu upaya untuk peningkatan produksi dan konsumsi produk pangan

hewani bagi penduduk. Kualitas konsumsi pangan penduduk yang beragam

sangat penting untuk membangun sumber daya manusia yang sehat dan

produktif. Renstra tahun 2020 menargetkan konsumsi protein asal ternak

sebesar 10,65 gram/kapita/hari dan terealisasi sebesar 11,18 gram/kapita/hari,

yang berarti capaian kinerja untuk indikator ini sudah berhasil.

Pada umumnya permintaan dan konsumsi produk pangan hewani responsif

terhadap perubahan pendapatan dan harga terutama bagi konsumen

berpendapatan rendah dan sedang. Daging, telur dan susu merupakan

komoditas pangan yang berprotein tinggi yang umumnya memiliki harga yang

relatif lebih tinggi dibanding komoditas pangan lainnya. Dengan demikian,

konsumsi atau permintaan produk ternak sangat berkaitan erat dengan

kemampuan atau daya beli konsumen atau dapat dikatakan bahwa daging,

telur dan susu merupakan produk-produk yang elastis terhadap pendapatan.

9. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

Capaian nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan berdasarkan penilaian yang

dilakukan oleh Inspektorat Jenderal mendapat nialai 35,13 dari target nilai

34,07 atau mencapai 103,11% mendapat nilai sangat Baik. Capaian ini

didukung dari kinerja eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan dan

Sekretariat Badan. Dari hasil analisis capaian ini didukung dari lingkup Pusat

Badan Ketahanan Pangan dan Sekretariat Badan yang telah dituangkan dalam

Lembar Kerja Evaluasi (LKE). Kriteria nilai PMPRB terdiri dari nilai 12

pengungkit, nilai pemenuhan, nilai hasil antara area perubahan dan nilai reform.

Inti dari nilai ini merepresentasikan hasil pelaksanaan RB Badan Ketahanan

Pangan yang mencakup 8 (delapan) area perubahan.

Pencapaian nilai yang melebihi target tersebut tidak lepas dari upaya yang

dilakukan secara sistematis dan komprehensif oleh Badan Ketahanan Pangan

dengan melibatkan semua komponen di internal Badan ketahanan Pangan

sehingga kedelapan area perubahan meliputi manajemen perubahan,

penataan dan penguatan organisasi, penataan peraturan perundang-

undangan, penataan sumberdaya manusia, penataan tata laksana, penguatan

Page 40: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

34

akuntabilitas kinerja serta peningkatan kualitas layanan publik dapat

dilaksanakan dengan baik, didukung oleh regulasi atau pun SOP dari setiap

butir pekerjaan yang ada pada setiap bidang/bagian di Badan Ketahanan

Pangan.

10. Nilai Kinerja Anggaran (NKA) Badan Ketahanan Pangan

Nilai Kinerja (NKA) berdasarkan PMK 214 tahun 2017 yang merupakan

perubahan dari PMK 249 tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja

Anggaran Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Pada

indikator “Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 214 tahun 2017)” realisasinya

telah mencapai nilai 63,12 dari target 89,44 (70,57%). Hal ini dilihat dari

beberapa aspek penilaian Nilai Kinerja Anggaran yang meliputi: (1) capaian

keluaran program; (2) penyerapan anggaran; (3) konsistensi penyerapan

anggaran terhadap perencanaan; (4) efisiensi; (5) capaian sasaran program,

dan (6) rata-rata nilai Satker.

Nilai pencapaian yang masih jauh dari target ini disebabkan oleh beberapa hal

antara lain : a) adanya output yang tidak memiliki indikator output sehingga

realisasi output tidak dapat diisi sehingga sangat berpengaruh terhadap nilai

kinerja serta menyebabkan rendahnya Rata-rata Nilai Satker Badan Ketahanan

Pangan pada aplikasi SMART; b) terjadinya beberapa kali revisi DIPA karena

adanya refocusing sehingga terjadi perbedaan target keluaran dan sasaran

program di Badan Ketahanan Pangan; c) masih rendahnya partisipasi satker

dalam pengisian aplikasi SMART. Nilai kinerja ini menjadi masukan bagi

Sekretariat Badan Ketahanan Pangan untuk lebih meningkatkan koordinasi dan

evaluasi secara rutin baik dengan satker daerah maupun dengan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan pencapain nilai pada aplikasi

SMART. Namun demikian jika dilihat dari sisi pelaksanaan kegiatan dan

anggaran secara keseluruhan kegiatan Badan Ketahanan Pangan terealisasi

98,11 %.

Page 41: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

35

B. Capaian Kinerja Lainnya

1. Skor Pola Pangan (PPH)

Hasil penghitungan skor PPH menjadi indikator yang digunakan untuk

mengukur pencapaian kualitas konsumsi pangan. Skor PPH Konsumsi

didefinisikan sebagai proporsi kelompok pangan yang menggambarkan

keragaman dan keseimbangan pangan dalam kondisi konsumsi pangan.

Skor PPH Konsumsi dihitung dengan cara mengalikan persentase Angka

Kecukupan Energi (AKE) tingkat konsumsi dengan bobot setiap kelompok

pangan yang sudah ditetapkan. Pola konsumsi pangan yang ideal

digambarkan dengan skor PPH 100, sebagaimana terlihat dalam Tabel

11. Capain ini menunjukkan bahwa kualitas konsumsi pangan masyarakat

semakin baik.

Tabel 11. Perkembangan Skor PPH 2016 – 2020 Uraian 2016 2017 2018 2019 2020*)

T R T R T R T R T R

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

86,2 86,0 88,4 90,4 90,5 91,3 92,5 90,8 90,0 86,3

Sumber : Susenas 2016-2020 BPS. diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

Ket : Target berdasarkan Renstra BKP 2020-2024

Upaya yang dilakukan agar Skor PPH terus meningkat, telah dialokasikan

kedalam dukungan program/kegiatan tahun 2021 dengan mengalokasikan

anggaran untuk kegiatan diversifikasi pangan, pengembagan pangan

lestari, pertanian keluarga, serta sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat

untuk konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).

2. Koefisien Variasi Harga Komoditas Pertanian Stategis

Koefisien variasi harga komoditas pertanian strategis menggambarkan

seberapa jauh fluktuasi harga yang terjadi untuk setiap komoditas yang

dipantau. Kondisi yang diharapkan adalah angka koefisien variasi yang

kecil karena semakin rendah angka koefisien variasi berarti kondisi harga

komoditas pertanian yang semakin stabil.

Stabilitas harga pangan di tingkat produsen merupakan salah satu

indikator yang dapat digunakan untuk menilai kesejahteraan petani.

Sebagaimana karakter umum komoditas pertanian, harga di tingkat

produsen sangat mudah berfluktuasi antara lain karena faktor pola panen

Page 42: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

36

dan sifat komoditas yang mudah rusak. Saat panen raya, petani

menghadapi resiko turunnya harga jual komoditas pangan di tingkat

petani. Sebaliknya waktu musim paceklik harga jual di tingkat petani dapat

mengalami kenaikan yang berpengaruh kepada harga di tingkat eceran.

Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha agar harga yang diterima

petani tetap pada level yang menguntungkan dan memberi insentif bagi

petani (di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Harga Acuan

Pembelian (HAP), namun tetap pada level harga yang tidak menyebabkan

kenaikan harga di tingkat eceran yang melebihi Harga Acuan Penjualan

(HAP).

Sesuai dengan Target Indikator Kinerja Program (IKP) Badan Ketahanan

Pangan Tahun 2015 - 2020, target nilai koefisien variasi harga komoditas

pangan strategis nasional di tingkat produsen untuk Tahun 2020

ditetapkan dibawah 10 – 30% (Untuk komoditas gabah, beras, jagung,

kedelai dan daging sapi maksimal 10%; bawang merah maksimal 25%

dan cabai maksimal 30%). Perkembangan fluktuasi harga pangan

strategis dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Fluktuasi Harga Pangan Strategis

No Komoditas Fluktuasi/CV (%)

2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Beras Medium 4.65 2.81 3.11 1.95 0.55 1,05

2 Jagung Pipilan Kering 6.06 6.19 6.30 2.79 1.01 6,66

3 Kedelai Biji Kering 7.95 6.14 5.33 1.75 2.71 2,48

4 Cabai Merah Keriting 26.45 8.61 23.23 10.43 29.89 35,93

5 Bawang Merah 18.70 8.61 16.47 16.39 16.35 18,08

6 Gula Pasir 5.92 8.25 3.74 1.17 3.35 12,19

7 Daging Sapi 4.17 2.59 2.22 1.17 0.97 0,57

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

Stabilitas harga pangan pokok dan strategis di tingkat produsen dan

konsumen pada tahun 2015 - 2020 menunjukkan hampir semua

komoditas tidak mengalami fluktuasi harga atau relatif stabil jika dilihat dari

nilai koefisien variasi harga yang berada di bawah target nilai CV yang

telah ditetapkan kecuali cabai merah keriting. Upaya-upaya yang

dilakukan adalah dengan mendekatkan produk komoditas strategis dari

Page 43: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

37

lokasi yang mengalami over suplay ke daerah devisit dengan

mengalokasikan anggaran fasilitasi distribusi komoditas pangan strategis.

C. Realisasi Anggaran

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam menjalankan

program pembangunan ketahanan pangan pada tahun 2020 mendapat

alokasi anggaran yang bersumber dari APBN senilai Rp.475.903.216.000,00

dengan realisasi senilai Rp.466.931.810.211,00. Secara lengkap, pagu dan

realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 per kegiatan dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pagu dan Realisasi Anggaran BKP Tahun 2020 per Kegiatan

No Nama Jenis Kegiatan Pagu Total

(Rp)

Realisasi Total

(Rp)

Persentase

(%)

1 Pengembangan Sistem

Distribusi dan Stabilitas Harga

Pangan

134.130.438.000 130.546.534.598 97,33

2 Pengembangan Ketersediaan

dan Penanganan Rawan

Pangan

42.879.809.000 41.685.028.003 97,21

3 Pengembangan Penganeka-

ragaman Konsumsi pangan

dan Peningkatan Keamanan

Pangan

206.870.670.000 204.288.484.541 98,75

4 Dukungan Manajemen dan

Teknis lainnya Badan

Ketahanan Pangan

92.022.299.000 90.411.763.069 98,25

Total 475.903.216.000 466.931.810.211 98,11

Secara umum, realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 relatif

tinggi di atas rata-rata Kementerian Pertanian. Dari total anggaran yang

dialokasikan sebesar Rp.475.903.216.000,00 dapat direalisasikan sebesar

Rp.466.931.810,211,00 atau 98,11%. Meskipun realisasi anggaran BKP tahun

2020 sudah relatif tinggi, namun masih terdapat kendala, sehingga belum

optimal. Beberapa hal yang menyebabkan belum optimalnya penyerapan

anggaran tersebut adalah :

1. Refocusing/revisi anggaran yang mengakibatkan perubahan DIPA dan POK.

2. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan.

Page 44: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

38

3. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK. Bendahara

Pengeluaran).

4. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana

Dekonsentrasi.

5. Perubahan sasaran akibat perubahan anggaran dan tidak sesuai dengan

pedoman/kriteria sasaran.

6. Infrastruktur dan kondisi alam berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan.

7. Adanya pandemic Covid-19 yang mengakibatkan terhambatnya

pelaksanaan di lapangan karena penerapan protocol kesehatan Covid-19

dan adanya aturan Pemerintah Daerah pembatasan ke luar masuk wilayah.

Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi dengan dinas

provinsi maupaun kabupaten untuk melakukan percepatan CPCL, penetapan

SK penerima manfaat, penetapan SK pengelola keuangan.

D. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Tahun 2020

Analsis penggunaan anggaran Berdasarkan PMK Nomor 214 Tahun 2017,

pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan penjumlahan (∑) dari

selisih antara perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian anggaran dan

realisasi anggaran keluaran dengan penjumlahan (∑) dari perkalian pagu

anggaran keluaran dengan capaian keluaran. Rumus untuk pengukuran

tersebut adalah sebagai berikut:

E =∑ ((PAKi × CKi) − RAKi)

ni=1

∑ (PAKi × CKi)ni=1

× 100%

Ket : E : Efisiensi

PAKi : Pagu anggaran keluaran i

RAKi : Realisasi anggaran keluaran i

CKi : Capaian keluaran i

Batas maksimal nilai efisiensi adalah 20% dan batas minimal

adalah −20%.

E =((48.857.035.000 × 100%) − 45.874.778.580) + ⋯ + (35.252.794.000 × 100%) − 34.622.967.852))

(48.857.035.000 × 100%) + ⋯ + (35.252.794.000 × 100%)× 100%

E = 1,81%

Page 45: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

39

Setelah dilakukan penghitungan dengan mengikuti formula di atas, diperoleh

nilai efisiensi penggunaan anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

adalah sebesar 1,81 %. Dengan nilai efisiensi penggunaan anggaran sebesar

1,81% dapat dikatakan bahwa penggunaan anggaran Badan Ketahanan

Pangan Tahun 2020 cukup efisien.

Keberhasilan pencapaian pembangunan ketahanan pangan nasional

dipengaruhi pula oleh peran serta unit kerja eselon I lingkup Kementerian

Pertanian, Kementerian lain, dan pemangku kepentingan lainnya yang peduli

terhadap ketahanan pangan. Dukungan instansi tersebut tertuang dalam

Peraturan Presiden (Perpres) nomor 22 tahun 2009 tentang Peraturan

Presiden tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Peraturan Menteri Pertanian

(Permentan) nomor 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Adapun

kegiatan instansi lain yang mendukung keberhasilan ketahanan pangan dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Page 46: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

40

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Capaian Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020

secara umum sudah tercapai sesuai dengan target Renstra. Capaian ini

menjadi tolok ukur keberhasilan sasaran program Badan Ketahanan Pangan,

dari 8 (delapan) indikator 6 indikator mencapai >100% sangat berhasil, 2/

indikator berhasil (capaian 80-100%) dan 1 indikator cukup berhasil (capaian

60-79%), dengan kompisisi sebagai berikut: (1) Peningkatan Volume Bahan

Pangan yang Didistribusikan/Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI

tercapai 46,128 (Ton) atau (115,57%) dari target 39,912 ton; (2) Peningkatan

Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD)

Kab/Kota tercapai 14 % atau (140%) dari target 10%; (3) Peningkatan Produksi

Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang dan

Pisang) tercapai 10,43% atau (151,59%) dari target 6,88 %; (4) Persentase

Daerah Rentan Rawan Pangan tercapai penurunan 14% atau (122,22%) dari

target 18%; (5) Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu

Pangan tercapai 91,35% atau (107,47%) dari target 85%; (6) Konsumsi Sayur

dan Buah (gram/kapita/ hari) tercapai 213,77 (gram/kapita/ hari) atau (89,07%)

dari target 260,2 (gram/kapita/ hari); (7) Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun)

tercapai 11,61 kg/kapita/tahun atau (86,0%) dari target 13,5 kg/kapita/tahun; (8)

Konsumsi Protein Asal Ternak tercapai 11,18 (gram/ kapita/hari) atau 104,66%)

dari target 10,65 (gram/ kapita/hari), (9) Nilai PMPRB Badan Ketahanan

Pangan (nilai) 35,13 atau (103,11%) dari target 34,07 dan (10) Nilai Kinerja

Anggaran Badan Ketahanan Pangan tercapai 63,12 atau (70,57%) dari target

89,44.

BAB IV

Page 47: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

41

B. Upaya dan Tindak Lanjut Ke Depan

Berbagai inovasi dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan terus

dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang langsung dapat bermanfaat

untuk masyarakat, serta upaya-upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk

peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan antara lain: (1)

Meningkatkan dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan

dalam upaya perwujudan ketahanan pangan; (2) Meningkatkan peranan

eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah,

serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan

pangan; (3) Keterlibatan swasta dalam teknologi pengolahan pangan lokal; (4)

Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM aparatur, khususnya dalam

pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan

kegiatan ketahanan pangan; (5) Mensinergikan kebijakan pembangunan

ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan

masyarakat; (6) Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam

pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat

yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi

terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta mendukung stabilisasi

harga pangan pokok; dan (7) Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan

pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan

pedoman ketahanan pangan.

Untuk menyelesaikan permasalahan dan kendala tersebut, Badan

Ketahanan Pangan memerlukan dukungan dari berbagai sektor dan instansi

terkait. Dukungan tersebut antara lain adalah : (1) Peningkatan produksi

tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) Peningkatan produksi

komoditas hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita

dalam pemanfaatan pekarangan; (3) Mendorong peningkatan produksi sumber

pangan karbohidrat non beras (ubi kayu, kentang, sagu, dan pisang sebagai

substitusi bahan pangan pengganti non beras dan terigu; (4) Pelatihan bagi

aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan;

(5) Teknologi tepat guna untuk optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan

pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; (6) Mendorong peran aktif

Page 48: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

42

swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal;

serta (7) Meningkatkan investasi agroindustri pangan berbasis pangan lokal

dilakukan melalui pengembangan bisnis pangan lokal bagi UMKM,

pengembangan kemitraan dengan dunia usaha dan BUMN, pengembangan

gerai atau outlet pangan lokal, pengembangan teknologi pengolahan pangan

lokal (bekerja sama dengan Balitbang dan Perguruan Tinggi) dan memastikan

peningkatan keanekaragaman pangan sesuai karakteristik daerah, serta

pengembangan Toko Mitra Tani di seluruh Indonesia.

Page 49: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

43

LAMPIRAN

Page 50: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

44

Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

BADAN KETAHANAN PANGAN

Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Pusat Penganekaragaman Konsumsi

dan Keamanan Pangan

Bagian

Perencanaan

Bagian

Keuangan dan

Perlengkapan

Bagian Umum

Bagian Evaluasi

dan Pelaporan

Fungsional Khusus

Bidang

Ketersediaan

Pangan

Bidang Akses

Pangan

Bidang

Kerawanan

Pangan

Bidang

Distribusi

Pangan

Bidang

Harga

Pangan

Bidang

Cadangan

Pangan

Bidang

Konsumsi

Pangan

Bidang

Penganeka-

ragaman

Pangan

Bidang

Keamanan

Pangan Segar

Sub Bagian

Program

Sub Bagian

Anggaran

Sub Bagian

Kerja Sama

Sub Bagian

Perbendaharaan

Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi

Sub Bagian Perlengkapan dan RT

Sub Bagian

Organisasi dan Kepegawaian

Sub Bagian Hukum

Sub Bagian Humas dan TU

Sub Bagian

Data dan Informasi

Sub Bagian Evaluasi

Sub Bagian Pelaporan dan TLHP

Sub Bidang Analisis

Ketersediaan

Pangan

Sub Bidang

Sumberdaya

Pangan

Sub Bidang Analisis

Akses Pangan

Sub Bidang

Pengembangan

Akses Pangan

Sub Bidang

Pencegahan dan

Kesiapsiagaan

Kerawanan Pangan

Sub Bidang Mitigasi

Kerawanan Pangan

Sub Bidang

Cadangan Pangan

Masyarakat

Sub Bidang

Cadangan Pangan

Pemerintah

Sub Bidang Analisis

Harga Pangan

Konsumen

Sub Bidang Analisis

Harga Pangan

Produsen

Sub Bidang

Kelembagaan

Distribusi Pangan

Sub Bidang

Jaringan Distribusi

Pangan

Sub Bidang Pola

Konsumsi Pangan

Sub Bidang

Kebutuhan

Konsumsi Pangan

Sub Bidang

Pengembangan

Pangan Lokal

Sub Bidang Promosi

Penganekaragaman

Pangan

Sub Bidang

Pengawasan

Keamanan Pangan

Segar

Sub Bidang

Kelembagaan

Keamanan Pangan

Segar

Ket. Garis : : JABATAN STRUKTURAL

: KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Page 51: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

45

Lampiran 2. Keputusan Kepala Badan tentang Tim Penyusun Lakin BKP

Page 52: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

46

Page 53: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

47

Page 54: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

48

Page 55: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

49

Page 56: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

50

Lampiran 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (1)

Page 57: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

51

Page 58: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

52

Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (2)

Page 59: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

53

Page 60: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

54

Page 61: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

55

Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 (3)

Page 62: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

56

Page 63: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

57

Page 64: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

58

Lampiran 6. Dukungan Instansi Lainnya

NO KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN

1 Pemerintah Daerah Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan

2 Kementerian Dalam Negeri Kebijakan pengawasan penetapan Peraturan Daerah terutama terhadap retribusi daerah yang menekan harga dan daya saing produk pangan

Kebijakan yang mendorong pemanfaatan dana desa ke arah pengembangan potensi desa di sektor pertanian pangan dan industri di pedesaan berbahan baku hasil pertanian

3 Kementerian Perindustrian Kebijakan pengembangan kompetensi inti industri nasional dan daerah yang memproduksi barang modal dan sarana produksi yang mendukung produksi primer dan olahan komoditas pertanian

Fasilitasi pengolahan skala kelompok dalam rangka peningkatan pendapatan kelompok tani

Mendorong pengembangan kawasan industri pengolahan pangan berbasis kawasan pertanian

4 Kementerian Perdagangan Penetapan harga dan kelancaran distribusi pangan

Fasilitasi pergudangan di tingkat desa dan resi gudang sebagai sarana stok manajemen pangan

5 Kementerian Perhubungan Transportasi perdagangan sarana produksi dan komoditas pangan baik di tingkat lokal, antar pulau maupun internasional

6 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Menjadikan sentra komoditas pertanian utama sebagai basis pembangunan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi dengan memperhatikan ketersediaan sarana dan infrastruktur yang dibutuhkan

7 Kementerian Koperasi dan UMKM

Kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan usahatani menjadi kelembagaan koperasi yang berbasis pada usaha pengolahan, perdagangan maupun penyediaan aneka jasa, terutama permodalan usaha yang dibutuhkan untuk produksi pertanian

8 Kementerian Keuangan Mendorong dan menjaga stabilitas harga pangan melalui kebijakan fiskal yang tepat.

Penyediaan dana untuk tenaga lapangan; penyuluh pertanian; pengawas benih; petugas karantina pertanian dan tenaga fungsional lainnya

Page 65: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

59

NO KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN

9 Kementerian Agama Kebijakan untuk memasyarakatkan program percontohan pembangunan pertanian melalui pengabdian masyarakat oleh pemuka agama

10 Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah

Pendidikan diversifikasi pangan dengan mengkonsumsi bahan pangan local

11 Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi

Mengikutsertakan unsur-unsur dalam Perguruan Tinggi dalam pendampingan kelompok petani, nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha pangan lainnya

12 Kementerian Kesehatan Sosialisasi Pola Pangan Harapan yang mendukung diversifikasi konsumsi pangan serta pengawasan produk pangan yang aman

13 Kemenko Bidang Perekonomian

Koordinasi lintas kementerian/lembaga mendukung ketahanan pangan nasional

14 Badan POM Kerja sama di bidang penyusunan peraturan keamanan pangan, baik peraturan nasional maupun peraturan internasional

15 Perum Bulog Melaksanakan kebijakan yang mendorong stabilisasi harga komoditas pangan strategis

Pemberdayaan usaha kelompok tani yang mampu bekerjasama langsung dalam pemasaran produk pertanian yang dihasilkannya.

Optimalisasi sistem pergudangan untuk komoditas strategis lainnya selain beras dalam rangka menjaga stablitas harga

Pembinaan sistem logistik ketahanan pangan di tingkat desa

16 Perguruan Tinggi Peningkatan pembinaan dan pendampingan daerah melalui pengabdian masyarakat

17 Kementerian Pertanian :

a. Ditjen Tanaman Pangan

Peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi

Sosialisasi/gerakan konsumsi pangan non beras dan non terigu sebagai alternatif sumber karbohidrat

b. Ditjen Hortikultura

Peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan

Sosialisasi/gerakan konsumsi sayur dan buah-buahan

Dukungan benih/bibit sayuran dan buah untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan

Page 66: [DOCUMENT TITLE] - Pertanian

60

NO KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN

c. Sekretariat Jenderal Perizinan sarana/prasarana promosi diversifikasi pangan

d. Badan Litbang Pertanian Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan

Teknologi pengayaan gizi melalui fortifikasi pangan dan pengolahan pangan yang bergizi tinggi dan bernilai ekonomi

Dukungan teknologi peningkatan produksi hasil pekarangan dan pangan local

e. BPSDMP

Pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan terkait dengan pola konsumsi yang B2SA

Penurunan konsumsi beras dan peningkatan PPH agar masuk dalam buku pintar penyuluhan

Dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan untuk melakukan pendampingan terhadap kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan

f. BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)

Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan

Dukungan teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi pangan melalui fortifikasi pangan

g. BPSBP (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian)

Penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura

h. BPPTPH (Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura)

Penyediaan benih tanaman pangan dan hortikultura dalam mengelola pemanfaatan pekarangan

i. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerepan Teknologi

Adopsi teknologi pengolahan pangan (mesin penepungan, pembuatan mie)

Dukungan teknologi tepat guna dalam kegiatan model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L) di daerah dengan menghasilkan mesin pengolahan beras analog

Copy protected with Online-PDF-No-Copy.com