crs ispa

27
Case Report Session Rotasi II ISPA Oleh : Amrina Rasyada 1010311004 Preseptor : dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS 1

Upload: merrycardina

Post on 20-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

iiiiiii

TRANSCRIPT

Page 1: Crs Ispa

Case Report Session Rotasi II

ISPA

Oleh :

Amrina Rasyada 1010311004

Preseptor :

dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS

PUSKESMAS LUBUK BUAYA

2015

1

Page 2: Crs Ispa

BAB 1

PENDAHULUAN

Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat

langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama

sekali tidak boleh diabaikan. Penyakit yang menular merupakan masalah yang terus

berkembang, dan penularan yang patogen dapat menyebabkan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA). Menurut World Health Organization (WHO) cara penularan

utama sebagian besar ISPA adalah melalui droplet.1

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas

atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah

dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor

pejamu. ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di

dunia. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan lanjut usia, terutama di

negara berkembang. Selain itu, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi

atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama bagian perawatan anak.1

Data yang dikutip dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes

RI), terdapat 156 juta kasus baru di dunia per tahun dimana 151 juta kasus (96,7%)

terjadi di negara berkembang. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13%

merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. ISPA juga merupakan

salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit

(15%-30%).2

Beberapa wilayah di Indonesia mempunyai potensi kebakaran hutan dan telah

mengalami beberapa kali kebakaran hutan terutama pada musim kemarau.2 Menurut

Menteri Kesehatan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa daerah di Riau,

Palembang, Jambi dan Palangkaraya beberapa bulan terakhir dapat menimbulkan kabut

asap yang berakibat meningkatnya kejadian ISPA.3

Penurunan kualitas udara sampai taraf  membahayakan kesehatan dapat

menimbulkan dan meningkatkan penyakit saluran nafas seperti ISPA. Penderita ISPA di

daerah bencana asap meningkat 1,8–3,8 kali dibandingkan jumlah penderita ISPA pada

periode sama tahun-tahun sebelumnya.4 Hasil penelitian Santoso menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan kasus ISPA pada anak sesudah terjadi kebakaran hutan dibandingkan

kasus ISPA pada anak sebelum terjadi kebakaran hutan.5

2

Page 3: Crs Ispa

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut

yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14

hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini

mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan.6

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari

saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya

seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.7 Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah

suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan

atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14

hari.

2.2. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,

Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus

dan lain-lain.8

2.3. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan

untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun:6

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan

1. Pneumonia Berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau

napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit

atau lebih.

2. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas

cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:

a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½

volume yang biasa diminum)

3

Page 4: Crs Ispa

b) Kejang

c) Kesadaran menurun

d) Stridor

e) Wheezing

f) Demam / dingin.

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

1. Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke

dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan

tenang, tidak menangis atau meronta).

2. Pneumonia Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.

3. Bukan Pneumonia

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas

cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :

a) Tidak bisa minum

b) Kejang

c) Kesadaran menurun

d) Stridor

e) Gizi buruk

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :9

a. ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan

sesak.

b. ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39°C dan

bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA berat

Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan

menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

4

Page 5: Crs Ispa

2.4. Faktor Risiko

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu

penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya

digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan

masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan

aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak.

Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga

banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas.

Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash,

Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan.9

Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009):10

a. Faktor Demografi

Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Jenis kelamin

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-lakilah yang

banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan perokok

dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.

2) Usia

Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA.

Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil

menggendong anaknya.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam

kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan

yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak

kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat

karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang

penyakit ISPA.

b. Faktor Biologis

Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu:11

1) Status gizi

Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar dari

penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5

5

Page 6: Crs Ispa

sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang

cukup. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat,

sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh.

2) Ventilasi Rumah

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar

CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Tidak

cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena

terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan menjadi

media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).

c. Faktor Polusi

Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu:12

1) Cerobong asap

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri yang

dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi

rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak,

bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar

kayu atau sejenisnya seperti arang.

2) Kebiasaan merokok

Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia

seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia,

acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,

ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut

akan beresiko terserang ISPA.

d. Faktor timbulnya penyakit13

Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom menyebutkan

bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan

masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat

kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang

6

Page 7: Crs Ispa

cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana

ada orang yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang

terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena keturunan, dan

dengan pelayanan seharihari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan

kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu

dengan yang lainnya.

2.5. Gejala Klinis

ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran

pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa,

kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliar.6

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise

(lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya),

gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi

suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada

gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.7

Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah:9

a. Gejala dari ISPA Ringan, jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.

b. Gejala dari ISPA Sedang, jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu

tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau

lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas

dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.

2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7

Page 8: Crs Ispa

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat, jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang

disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

2.6. Penatalaksanaan ISPA1,2,6

a. Simptomatik :

1. Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti parasetamol.

2. Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu seperti pseudoefedrin

dan chlorpeniramin.

3. Mukolitik untuk batuk berdahak seperti ambroksol, bromheksin,

gliserilgualakolat.

4. Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh : dekstrometorfan.

b. Suportif, untuk meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat dan

pemberian multivitamin.

c. Antibiotik

Idealnya pemberian antibiotik berdasarkan jenis kuman penyebab, diutamakan untuk

S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus. Antibiotik tidak disarankan untuk ISPA yang

disebabkan oleh virus. Antibiotik diberikan jika gejala memburuk, terjadi komplikasi

atau radang yang disebabkan oleh bakteri.

2.7. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI (2002) pencegahan ISPA antara lain:9

a. Menjaga kesehatan gizi

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka akan mencegah terhindar dari

penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi

8

Page 9: Crs Ispa

makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur,

serta istirahat yang cukup. Dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan

semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk

ke tubuh.

b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang

dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh supaya tidak mudah

terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi

polusi asap dapur/asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah

seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA.

Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar

dan sehat bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

ISPA disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah

terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh.Bibit

penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol.

masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar

dan ikut terhisap bersama udara pernafasan.

9

Page 10: Crs Ispa

BAB III

LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS ANDALASFAKULTAS KEDOKTERANKEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Ny. Yanti Nofrida/Perempuan/38 tahun

b. Pekerjaan : PNS

c. Alamat : Wisma Indah V Jalan Gunung Muria Blok F2

No.10, Tabing.

2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah anak : 3

c. Status ekonomi keluarga : mampu, penghasilan ±Rp. 3.000.000,-.

d. KB : IUD

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, lantai rumah dari marmer. Listrik ada. Perkarangan

cukup luas. Ventilasi ada, sirkulasi baik.

- Sumber air bersih dari PDAM, sumber air minum dari galon.

- MCK dilakukan di WC yang ada di dalam rumah.

- Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah di depan rumah.

Kesan : hygiene dan sanitasi cukup

3. Kondisi lingkungan keluarga

Pasien tinggal dirumahnya dengan jumlah penghuni 5 orang. Tinggal

bersama anak dan suami.

Pasien tinggal di daerah kota yang padat penduduk.

4. Aspek psikologis keluarga

Hubungan pasien dengan keluarganya baik.

5. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga

Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya ketika sedang

banyak aktifitas. Pasien berobat ke puskesmas dan keluhan berkurang.

Tidak ada riwayat menderita galigato, mata merah dan gatal kena

debu/udara dingin, alergi makanan, bersin-bersin pagi hari.

10

Page 11: Crs Ispa

Suami pasien menderita batuk/pilek 2 hari sebelumnya.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita galigato, mata merah dan

gatal kena debu/udara dingin, alergi makanan, bersin-bersin pagi hari.

6. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan Utama : demam sejak 2 hari yang lalu.

RPS :

- Demam sejak 2 hari yang lalu, tinggi, terus menerus, tidak disertai menggigil

dan berkeringat dingin. Pasien membeli obat penurun demam di apotik dan

demam berkurang sesudah minum obat.

- Batuk sejak 2 hari yang lalu, berdahak, warna dahak bening.

- Pilek sejak 2 hari yang lalu, terkadang hidung tersumbat.

- Sesak nafas tidak ada.

- Mual dan muntah tidak ada.

- Riwayat tersedak tidak ada.

- Riwayat biring susu tidak ada.

- Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada.

- Riwayat kontak dengan binatang, unggas mati mendadak tidak ada.

- Buang air kecil jumlah dan warna biasa.

- Buang air besar jumlah dan konsistensi biasa.

- Setiap hari pasien berangkat kerja dengan sepeda motor dan menggunakan

masker untuk menghindari asap. Masker digunakan hanya saat mengendarai

motor saja.

7. Pemeriksaan fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Nafas : 19 kali/menit

Suhu : 37,80 C

BB : 60 kg

TB : 155 cm

11

Page 12: Crs Ispa

Status gizi : BMI : BB/TB2 : 25 kg/m2 (normoweight)

Pemeriksaan sistemik :

Kulit                            : Sianosis (-), turgor baik

Kelenjar Getah Bening : Tidak ditemukan pembesaran KGB

Kepala                       : Normochepal

Rambut                         : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata                              : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga                          : Tidak ditemukan kelainan

Hidung                          : Tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan                 : Tidak ditemukan kelainan

Leher                             : JVP 5-2 cmH2O

Dada   : Thorak : Inspeksi     : Simetris kiri dan kanan

Palpasi      : Fremitus kiri sama dengan fremitus kanan

Perkusi      : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, Rhonki (-), wheezing (-)

Jantung : Inspeksi     : Iktus tidak terlihat

Palpasi    : Iktus teraba 1 jari medial linea

midsternalis sinistra RIC V

Perkusi  : Batas jantung atas RIC II, batas jantung

kanan linea sternalis kiri, batas jantung kiri 1 jari medial

linea midclavikularis sinistra RIC V

Auskultasi : Irama reguler, Bising (-)

Perut           : Inspeksi     : Tampak membuncit

                            Palpasi       : Hepar dan lien tidak teraba

                           Perkusi     : Timpani

                           Auskultasi : Bising usus (+) normal

Punggung                   : Nyeri ketok dan nyeri tekan CVA (-)

Alat kelamin           : Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus                           : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstrimitas                : Refleks fisiologis (+/+), Reflek Patologis (-/-), Edema (-/-).

8. Laboratorium anjuran: -

9. Diagnosis kerja : ISPA

12

Page 13: Crs Ispa

10. Diagnosis Banding : -

11. Manajemen

Preventif :

- Hindari faktor paparan asap, rokok, debu, dan polusi udara.

- Menghindarkan bayi/anak dari tempat keramaian umum dan kontak dengan

penderita ISPA.

- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

- Menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Promotif :

- Memberi edukasi kepada keluarga tentang penyakit, penatalaksanaan penyakit

dan komplikasi.

- Edukasi kepada keluarga agar tidak merokok di dekat pasien.

Kuratif (resep):

- Paracetamol tab 500 mg 3x1 selama 3 hari, bila perlu.

- Ambroxol tab 30 mg 3x1 selama 3 hari.

- CTM tab 4 mg 2 x 1 selama 3 hari.

- Vit C tab 50 mg 1x1 selama 3 hari.

Rehabilitatif :

- Kontol ke puskesmas jika hari ke 3 demam tidak turun, atau jika gejala

bertambah berat segera bawa ke IGD.

12. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad functionam :bonam

13

Page 14: Crs Ispa

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Lubuk Buaya

Dokter : Amrina Rasyada

Tanggal : 4 November 2015

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X

S prn max 3dd tab I $

R/ Ambroxol tab 30 mg No. X

S 3dd tab I $

R/ CTM tab 4 mg No. X

S 2dd tab I $

R/ Vit C tab 50 mg No. X

S 1dd tab I $

Pro : Ny. Yanti

Umur : 38 tahun

14

Page 15: Crs Ispa

15

Page 16: Crs Ispa

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan teori, ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi

disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang

berlangsung tidak lebih dari 14 hari.6,7 ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap

bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema

mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliar.6

Tanda dan gejala ISPA banyak dan bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas),

anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk,

keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya

tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak

mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.7

Seorang pasien perempuan, 38 tahun datang ke Puskesmas Lubuk Buaya dengan keluhan

utama demam sejak 2 hari yang lalu, tinggi dan terus menerus, demam berkurang setelah

membeli obat di apotik. Selain itu, pasien juga mengeluhkan batuk dan pilek sejak 2 hari yang

lalu. Batuk berdahak dan berwarna bening, terkadang hidung tersumbat. Berdasarkan gejala dan

onset yang muncul dari anamnesis, pasien dapat didiagnosis ISPA. Menurut Depkes RI (2002),

ISPA yang terjadi pada pasien termasuk kategori ringan dimana pada pasien didapatkan batuk,

pilek dan demam.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pertama kali, maka pasien

didiagnosa ISPA.

Salah satu faktor risiko timbulnya ISPA adalah faktor lingkungan yaitu asap. Kebakaran

hutan dan lahan yang terjadi dapat menimbulkan kabut asap yang berakibat terjadinya penurunan

kualitas udara sampai taraf  membahayakan kesehatan sehingga dapat menimbulkan dan

meningkatkan penyakit saluran nafas seperti ISPA. Penderita ISPA di daerah bencana asap

meningkat 1,8–3,8 kali dibandingkan jumlah penderita ISPA pada periode sama tahun-tahun

sebelumnya.4 Setiap hari pasien berangkat kerja dengan sepeda motor dan menggunakan masker

untuk menghindari asap. Masker hanya digunakan saat mengendarai motor saja. Sehingga

bencana kabut asap dapat menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada pasien ini. Kegiatan kantor

dan mengurus rumah tangga yang dilakukan rutin dapat membuat lemahnya daya tahan tubuh

16

Page 17: Crs Ispa

pasien, sehingga rentan terjadinya infeksi. Suami pasien juga menderita batuk pilek sehingga

dapat menjadi sumber penularan droplet pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang dan suhu yang meningkat,

tanda vital yang lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan sistemik, tidak ditemukan kelainan.

Hal ini menyingkirkan diagnosis lain seperti rhinitis, faringitis, laringitis, bronkitis, bronkiolitis

dan pneumonia.

Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium. Laboratorium anjuran yaitu

pemeriksaan sputum ketika keluhan batuk pasien kuning atau hijau. Pemeriksaan kultur sputum

ini pun tidak dapat dilakukan di puskesmas.

Manajemen yang komprehensif sangat menentukan prognosis penyakit pasien ini. Dari

segi preventif, pasien harus menghindari faktor risiko timbulnya ISPA seperti kabut asap dan

daya tahan tubuh yang menurun. Pasien juga harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta

meningkatkan daya tahan tubuh. Kontak dengan anak-anak dan lingkungan sekitar harus dibatasi

ketika batuk, karena penularan ISPA melalui droplet. Dari segi promotif, pasien telah diedukasi

tentang penyakitnya, tatalaksana, penularan dan komplikasi. Pasien disuruh untuk beristirahat di

rumah dan kembali pada hari ke 3 apabila demam tidak kunjung turun.

Penatalaksanaan kuratif dilakukan berdasarkan simptomatis dan supportif. Pemberian

analgetik-antipiretik seperti paracetamol pada pasien ini bertujuan untuk menurunkan suhu.

Ambroksol sebagai mukolitik dapat mnegencerkan sekret saluran nafas sehingga keluhan batuk

dapat berkurang. Chlorpheniramine merupakan golongan antihistamin yang dapat menyebabkan

relaksasi otot polos saluran napas dan menurunkan produksi mukus. Efek samping yang paling

sering ditimbulkan adalah efek sedasi, yang justru menguntungkan bagi pasien agar banyak

istirahat.

17

Page 18: Crs Ispa

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman Interim WHO. Ed. Trust Indonesia.

2. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan LingkunganPedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

3. Menkes. 2015. Diakses tanggal 4 November 2015, melalui http://nasional.tempo.co/read/news/2015/10/17/206710325/dampak-kabut-asap-ispa-jangkiti-425-ribu-jiwa-di-7-provinsi

4. Faisal, Fikri, dkk. 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta, Indonesia.CDK-189/ vol. 39 no. 1.

5. Santoso, Erwin dan Novia Junjung. 2005. Kebakaran Hutan Dan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak Di Kec. Menteng Kalimantan Tengah. Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

6. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar : Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

7. Nelson. 2003. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC8. Suhandayani, I. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada

Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. Semarang : Skripsi. 9. Depkes RI. 2002. Pedoman pemberantasan penyalit saluran pernafasan akut. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI. 10. Dharmage. 2009.Risk factor of acute lower tract infection in children under five years of

age. Medical Public Health. 11. Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni. Jakarta : Penerbit Rineka

Cipta.12. Lamsidi, A. 2003. Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Pemondokan Dengan

Kejadian ISPA di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Propinsi Kalimantan Tengah.Semarang : Skripsi.

13. Effendy, N. 2004. Dasar-dasar keperawatan, kesehatan masyarakat. Edisi 2. Jakarta: EGC

18