crs ascariasis

25
KECACINGAN Kecacingan atau dalam istilah sehari-hari biasa disebut cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh. . Cacing - cacing usus yang merupakan persoalan kesehatan masyarakat di Indonesia mencakup 4 spesies utama yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale. Cacing usus umumnya tergolong nematoda dan penularannya perantaraan tanah (soil transmitted helminths). Tanah tergolong hospes perantara atau tuan rumah sementara, tempat perkembangan telur-telur atau larva cacing sebelum dapat menular dari seorang kepada orang lain. Penularannya sebagian melalui mulut menyertai makanan atau minuman, sebagian lagi larvanya menembus kulit memasuki tubuh. Namun ada juga cacing yang sering menyerang anak-anak dan non soil transmitted helminthes yaitu Enterobius/Oxyuris vermicularis. A. Ascaris lumbricoides (Al) 1. Epidemiologi Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini disebut Ascariasis. Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus terbesar. Angka kejadiannya di dunia lebih banyak dari cacing lainnya, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi dengan cacing ini. Hal ini disebabkan karena telur cacing ini lebih tahan terhadap panas dan kekeringan. Tidak jarang ditemukan infeksi campuran dengan cacing lain, terutama Trichuris trichiura. Manusia dapat terinfeksi dengan cara menelan telur cacing

Upload: handre-putra

Post on 29-Jun-2015

385 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: CRS Ascariasis

KECACINGAN

Kecacingan atau dalam istilah sehari-hari biasa disebut cacingan adalah

kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh..

Cacing - cacing usus yang merupakan persoalan kesehatan masyarakat di Indonesia

mencakup 4 spesies utama yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator

americanus, dan Ancylostoma duodenale. Cacing usus umumnya tergolong nematoda

dan penularannya perantaraan tanah (soil transmitted helminths). Tanah tergolong hospes

perantara atau tuan rumah sementara, tempat perkembangan telur-telur atau larva cacing

sebelum dapat menular dari seorang kepada orang lain. Penularannya sebagian melalui

mulut menyertai makanan atau minuman, sebagian lagi larvanya menembus kulit

memasuki tubuh. Namun ada juga cacing yang sering menyerang anak-anak dan non soil

transmitted helminthes yaitu Enterobius/Oxyuris vermicularis.

A. Ascaris lumbricoides (Al)

1. Epidemiologi

Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini disebut Ascariasis. Ascaris

lumbricoides merupakan nematoda usus terbesar. Angka kejadiannya di dunia lebih

banyak dari cacing lainnya, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah

terinfeksi dengan cacing ini. Hal ini disebabkan karena telur cacing ini lebih tahan

terhadap panas dan kekeringan. Tidak jarang ditemukan infeksi campuran dengan

cacing lain, terutama Trichuris trichiura. Manusia dapat terinfeksi dengan cara

menelan telur cacing Ascaris lumbricoides yang infektif (telur yang mengandung

larva). Di daerah tropis, infeksi cacing ini mengenai hampir seluruh lapisan

masyarakat, dan anak lebih sering terinfeksi. Pencemaran tanah oleh cacing lebih

sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan intensitas infeksi pada anak

dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh karena berbeda dalam kebiasaan,

aktivitas dan perkembangan imunitas yang didapat. Prevalensi tertinggi Ascariasis di

daerah tropis pada usia 3–8 tahun.

2. Morfologi

Cacing dewasa berwarna putih atau merah muda. Cacing ini dapat langsung

diidentifikasikan karena ukurannya yang besar, yaitu cacing jantan 10–31 cm dengan

diameter 2–4 mm, betina 22–35 cm, kadang-kadang sampai 39 cm dengan diameter 3–6

mm. Pada kepala terdapat tiga bibir, satu yang lebar di medio dorsal dan sepasang di

Page 2: CRS Ascariasis

ventro lateral. bagian anterior tubuh, mempunyai dentakel-dentakel halus. Ujung

posterior cacing jantan melengkung kearah ventral dan sepasang spikulum terdapat

dalam sebuah kantong. Vulva cacing betina letaknya di tengah ventral dekat perbatasan

bagian anterior dan bagian tengah.

Telur yang dibuahi besar dan berbentuk lonjong dengan ukuran 45–75 mikron x

35–50 mikron. Pada waktu dikeluarkan dalam tinja telur belum membelah. Dengan

adanya mamillated outer coat, telur ini dapat bertahan hidup karena partikel tanah

melekat pada dinding telur yang dapat melindunginya dari kerusakan. Telur yang tidak

dibuahi yang ditemukan dalam tinja berukuran 88–94 mikron x 44 mikron. Telur yang

tidak dibuahi dihasilkan oleh cacing betina yang tidak dibuahi atau cacing yang masih

muda dan belum lama mengeluarkan telur. Isi telur yang tidak dibuahi terdiri atas

granula dengan berbagai ukuran dan tidak teratur. Dinding telur yang lebih bujur ini,

lebih tipis dari dinding telur yang dibuahi.

3. Siklus hidup

Page 3: CRS Ascariasis

Siklus hidup ascaris dimulai dari telur yang dihasilkan oleh cacing betina

dewasa di dalam usus manusia, dan dikeluarkan melalui feses. Manusia merupakan

satu-satunya hospes defenitif. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan 100.000–

200.000 telur perhari, yang terdiri atas telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.

Dengan kondisi yang menuntungkan seperti udara yang hangat, lembab, tanah yang

terlindung dari matahari, embrio akan berubah menjadi larva di dalam telur dalam

waktu kurang lebih 3 minggu. Telur yang infektif bila tertelan oleh manusia

dindingnya akan mulai dicernakan di lambung, selanjutnya telur masuk ke

duodenum. Perbedaan keasaman cairan lambung dan duodenum akan melemahkan

dinding telur serta merangsang pergerakan larva yang terdapat didalamnya sehingga

dinding telur pecah dan larva keluar. Larva akan menembus dinding usus dan menuju

pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan melalui sirkulasi portal masuk ke

hepar, kemudian ke jantung dan paru-paru. Di paru-paru larva menembus dinding

pembuluh darah dan dinding alveolus, masuk kerongga alveolus kemudian naik ke

trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju ke faring dan

menimbulkan rangsangan batuk. Adanya rangsangan batuk ini menyebabkan larva

tertelan ke esofagus, lalu menuju usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi

cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa diperlukan waktu

lebih kurang 3 bulan, cacing dewasa dapat hidup di usus halus selama 1 tahun di usus

halus.

4. Gejala klinik

Gejala klinik yang disebabkan infeksi Ascaris dihubungkan dengan respon

imun hospes, efek migrasi larva, dan efek mekanik cacing dewasa serta defisiensi

gizi akibat keberadaan cacing dewasa. Dalam perjalanan larva melalui hati dan paru-

paru biasanya tidak menimbulkan gejala. Bila jumlah larvanya cukup besar dapat

menimbulkan tanda-tanda pneumonitis. Ketika larva menembus jaringan paru–paru

masuk ke dalam alveoli, mungkin terjadi sedikit kerusakan pada epitel bronkhial.

Dengan terjadinya reinfeksi dan migrasi larva berikutnya, jumlah larva yang

sedikitpun dapat menimbulkan reaksi jaringan yang hebat. Reaksi jaringan yang

hebat dapat terjadi di sekitar larva di dalam hati dan paru-paru, disertai infiltrasi

eosinofil, makrofag, dan sel sel epiteloid. Keadaan ini disebut sebagai pneumonitis

Ascaris yang dapat disertai reaksi alergi seperti dispnea, batuk kering atau produktif,

mengi, demam.

Page 4: CRS Ascariasis

Terdapatnya cacing dewasa dalam usus biasanya tidak menyebabkan kelainan

kecuali bila jumlahnya banyak sekali, meskipun demikian, karena kecenderungan

cacing dewasa untuk bermigrasi, seekor cacingpun dapat menimbulkan kelainan

serius. Migrasi cacing dapat terjadi karena rangsangan seperti demam, penggunaan

anestesi umum. Migrasi ini dapat menimbulkan obstruksi usus masuk ke saluran

empedu, saluran pankreas. Dapat juga bermigrasi keluar melalui anus, mulut atau

hidung. Di Jepang dilaporkan 1398 kasus migrasi Ascaris yang abnormal meliputi

organ-organ abdomen 93,5%, kepala dan leher 2,3%, urogenital 1,7%, dada 1,6%

dan lain lain 0,9%. Migrasi ke organ-organ saluran empedu, hepar, pankreas dan

apendiks meliputi 80%. Hal ini mungkin oleh karena dekatnya organ-organ tersebut

ke lumen usus.

B. Trichuris trichiura.(Tt)

1. Epidemiologi

Infeksi oleh cacing ini disebut trichuriasis. Diperkirakan sekitar setengah

milyar kasus diseluruh dunia. Trichuriasis paling sering terjadi pada masyarakat rural

yang miskin dimana fasilitas sanitasi tidak ada. Prevalensi infeksi berhubungan

dengan usia, tertinggi adalah anak-anak usia sekolah. Penularan terjadi melalui

kontaminasi tangan, makanan atau minuman.

2. Morfologi.

Cacing dewasa berwarna merah muda, melekat pada dinding sekum dan pada

dinding apendiks, kolon atau bagian posterior ileum. Bagian tiga perlima anterior

tubuh adalah langsing, dan bagian posterior tebal, sehingga menyerupai cambuk.

Cacing jantan berukuran 30–45 mm dengan bagian kaudal melingkar. Cacing betina

berukuran 35–50 mm dan ujung posteriornya membulat.

Telur cacing cambuk berukuran 30–54 x 23 mikron, berbentuk seperti

tempayan (gentong) dengan semacam tutup yang jernih dan menonjol pada kedua

kutupnya. Kulit bagian luar bewarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.

Sel telur yang dibuahi pada waktu dikeluarkan dari cacing betina dan terbawa tinja ke

luar tubuh manusia, isinya belum bersegmen. Di dalam tanah, memerlukan sekurang-

kurangnya 3–4 minggu untuk menjadi embrio. Cacing betina dapat mengeluarkan

sebanyak lebih kurang 4000 telur perhari. Keadaan udara yang lembab perlu untuk

perkembanagn nya.

Page 5: CRS Ascariasis

3. Siklus hidup.

Manusia merupakan hospes defenitif utama pada cacing cambuk, walaupun

kadang kadang terdapat juga pada hewan seperti babi dan kera.

Bila telur berisi embrio tertelan manusia, larva yang menjadi aktif keluar

melalui dinding telur yang tak kuat lagi, masuk kedalam usus bagian proksimal dan

menembus vili usus. Di dalam usus dapat menetap selama 3–10 hari. Setelah menjadi

dewasa cacing turun kebawah ke daerah sekum. Suatu struktur yang menyerupai

tombak pada bagian anterior membantu cacing itu menembus dan menempatkan

bagian anteriornya yang seperti cambuk kedalam mukosa usus hospesnya. Di tempat

itulah cacing mengambil makanannya. Masa pertumbuhan, mulai dari telur tertelan

sampai menjadi dewasa lebih kurang 30–90 hari. Cacing betina dewasa dapat

memproduksi 2000–6000 telur/hari. Cacing dewasa dapat hidup untuk beberapa

tahun.

4. Gejala klinik

Perkembangan larva Trichuris di dalam usus biasanya tidak memberikan

gejala klinik yang berarti walaupun dalam sebagian masa perkembangannya larva

memasuki mukosa intestinum tenue.

Proses yang berperan dalam menimbulkan gejala yaitu trauma oleh cacing

dan dampak toksik. Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini

membenamkan kepalanya pada dinding usus. Cacing ini biasanya menetap pada

sekum. Pada infeksi yang ringan kerusakan dinding mukosa usus hanya sedikit.

Infeksi cacing ini memperlihatkan adanya respon imunitas humoral yang ditunjukkan

dengan adanya reaksi anafilaksis lokal yang dimediasi oleh Ig E, akan tetapi peran

imunitas seluler tidak dijumpai. Terlihat adanya infiltrasi lokal eosinofil di sub

mukosa dan pada infeksi berat ditemukan edem. Pada keadaan ini mukosa akan

mudah berdarah, namun cacing tidak aktif menghisap darah. Gejala pada infeksi

ringan dan sedang anak menjadi gugup, susah tidur, nafsu makan menurun, bisa

dijumpai nyeri epigastrik, muntah, kontipasi, perut kembung. Pada infeksi berat

dijumpai mencret yang mengandung darah, lendir, nyeri perut, tenesmus, anoreksia,

anemia dan penurunan berat badan. Pada infeksi sangat berat bisa terjadi prolapsus

rekti.

Page 6: CRS Ascariasis

C. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus).

1. Epidemiologi.

Ancylostoma duodenale dan Necator americanus ditemukan di daerah

tropis dan sub tropis. Manusia merupakan penjamu primer untuk cacing ini.

Kondisi yang optimal untuk daya tahan larva adalah kelembaban sedang dengan

suhu berkisar 23 – 33 0 celcius. Morbiditas infeksi cacing tambang terutama

terjadi pada anak-anak.

Manusia mendapat infeksi dengan cara tertelan larva filariform ataupun

dengan cara larva filariform menembus kulit. Pada Necator americanus infeksi

melalui kulit lebih disukai, sedangkan pada Ancylostoma duodenale infeksi lebih

sering terjadi dengan tertelan larva.

2. Morfologi

Bentuk cacing dewasa kecil, silindris. Cacing jantan berukuran 5–11 mm

x 0,3–0,45 mm, dan cacing betina 9–13 mm x 0,35–0,6 mm Ukuran Ancylostoma

duodenale sedikit lebih besar dari Necator americanus.

Page 7: CRS Ascariasis

Necator americanus dapat menghasilkan 10.000–20.000 telur setiap

harinya, sedangkan Ancylostoma duodenale 10.000–25.000 telur perhari. Ukuran

telur Necator americanus adalah 64–76 mm x 36–40 mm dan Ancylostoma

duodenale 56–60 mm x 36–40 mm. Telur cacing tambang terdiri dari satu lapis

dinding yang tipis dan adanya ruangan yang jelas antara dinding dan sel di

dalamnya.

3. Siklus hidup.

Manusia merupakan satu-satunya hospes defenitif dari kedua cacing

tambang ini. Siklus hidup cacing terdiri atas tiga tahap yaitu telur, larva, dan

cacing dewasa. Cacing tambang melekat pada mukosa usus halus dengan rongga

mulutnya. Telur yang dikeluarkan bersama tinja menjadi matang dan

mengeluarkan larva rhabditiform dalam waktu 1–2 hari pada suhu optimum.

Dalam waktu 3–4 hari larva rhabditiform menjadi larva filariform yang infektif

dan dapat menembus kulit manusia. Bila larva menembus kulit manusia akan

mengikuti aliran limfe atau pembuluh kapiler dan dapat mencapai paru-paru.

Larva akan naik ke bronkus dan trakea, akhirnya masuk ke usus dan menjadi

dewasa. Migrasi melalui darah dan paru-paru berlangsung selama satu minggu,

sedangkan siklus dari larva menjadi dewasa berlangsung 7–8 minggu.

4. Gejala klinik

Gejala klinik dapat ditimbulkan cacing dewasa atau larvanya. Bila larva

infektif menembus kulit dapat terjadi gatal-gatal. Bila jumlah larva infektif yang

masuk banyak, maka dalam beberapa jam saja akan terjadi reaksi alergi terhadap

cacing yang menimbulkan warna kemerahan, berupa panel yang dapat menjadi

vesikel. Reaksi ini disebut “ground itch”.

Bila larva infektif Ancylostoma duodenale tertelan, maka sebahagian akan

menuju ke usus dan tumbuh menjadi dewasa. Sebahagian lagi akan menembus

mukosa mulut, faring dan melewati paru - paru seperti larva menembus kulit.

Cacing dewasa Necator americanus. yang menghisap darah penderita akan

menimbulkan kekurangan darah sampai 0,1 cc per hari, sedangkan seekor cacing

dewasa Ancylostoma duodenale dapat menimbulkan kekurangan darah sampai

0,34 cc per hari. Akibat anemia tersebut maka penderita tampak pucat. Berat

ringannya anemia tentu juga dipengaruhi oleh keadaan kesehatan secara umum

Page 8: CRS Ascariasis

dan nutrisi penderita. Di negara-negara tropis umumnya sumber ferrum dalam

makanan berupa sayur-sayuran dan buah buahan, hal ini menyebabkan absorpsi

ferrum kurang bila dibandingkan dengan absorpsi dari sumber produk hewani.

D. Enterobius(Oxyuris) vermicularis (Cacing Kremi)

1. Epidemiologi

Penyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat

terjadi pada satu keluarga atau kelompok yang hidup dalam lingkungan yang

sama. Penularan dapat dipengaruhi oleh:

1) Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal

(autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun

kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang

terkontaminasi.

2) Debu merupakan sumber infeksi karena mudah diterbangkan oleh angin

sehingga telur melalui debu dapat tertelan.

3) Retrofeksi melalui anus (larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali

masuk ke anus.

Anjing dan kucing dapat menjadi sumber infeksi karena telur dapat

menempel pada bulunya. Frekuensi di Indonesia cukup tinggi terutama pada anak

dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah

2. Morfologi dan Daur hidup

Cacing betina berukuran 8-13mm x 0,4mm. Pada ujung anterior ada

pelebaran kultikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esophagus jelas

sekali, ekor nya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan

penuh dengan telur. Cacing yang jantan berukuran 205mm, juga mempunyai

sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya(?),

spikulum pada ekor jantan jarang ditemukan. Habitat cacing dewasa biasanya di

rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga

sekum. Makanannya dalah isi dari usus.

Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur,

bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan

vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan

dalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetris).

Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang.

Page 9: CRS Ascariasis

Telur menjadi matang dalam kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu

badan. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan

lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.

Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing

jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur.

Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari

telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bial telur

matang yang tertelan, telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah

dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur

matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah

perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya

hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan

kembali pada anus paling cepat 5 minggu setelah pengobatan.

Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada

reinfeksi, tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.

3. Gejala Klinik

Enterobiasis relative tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang

berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi disekitar anus, perineum

dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina

yang menyebabkan pruritus local. Oleh karena cacing bermigrasi ke daerah anus

dan menyebabkan pruritus ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus

sehingga timbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada

malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-

kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagaian proksimal

sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di

daearh tersebut, cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina

dan di tuba fallopii sehingga menyebabkan radang di saluran telur. Cacing sering

ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis.

Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu kurang nafsu makan, berta badan

turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, insomnia dan masturbasi, tetapi

kadang sukar membuktikan hubunagn sebab gejala tersebut dengan cacing kremi.

Page 10: CRS Ascariasis

Diagnosis kecacingan

Untuk mendiagnosis kecacingan banyak cara dan tehniknya, cara yang lazim

ialah memeriksa tinja segar dengan membuat sediaan langsung (direct smear). Untuk

pemeriksaan ini sebaiknya jangan diambil tinja yang sudah kering atau yang lama (lebih

dari 24 jam) karena telur cacing tambang dalam tinja yang agak basah dalam waktu itu

akan menetas dan sukar diidentifikasi. Cara yang dianjurkan internasional adalah cara

Kato Katz, yaitu sediaan tinja ditutup dan diratakan dibawah “cellophane tape” yang

sudah direndam dalam larutan hijau malachit (malachite green) supaya dapat efek

penjernihan (clearing). Untuk cacing kremi dapat dialkukan anal swab yang ditempelkan

di sekitar anus pada waktu pagi ahri sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat

cebok, lalu dilakukan pemerikasaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga

hari berturut-turut.

Penatalaksanaan

Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk pengobatan

cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu :

Pyrantel pamoat

Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah :

- Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal

Mebendazole

Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama dengan

dosis diatas, yaitu:

- Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal

Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan juga

diberikan untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya

penularan cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan cacingan ke

anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke toilet

atau sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menyentuh mulut dengan tangan

yang belum dicuci.

Pencegahan

Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk mencegah timbulnya

cacingan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :

Page 11: CRS Ascariasis

Pastikan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan/setiap habis

dari toilet/setelah memegang benda kotor.

Buang air besar di WC, tidak di sembarang tempat.

Menjaga kebersihan diri dan pakaian, serta lingkungan sekitarnya

Jagalah selalu jari kuku untuk selalu dipotong pendek, bersih & terawat.

Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk

infeksi cacing kremi).

Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi

cacing kremi).

Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing

sensitif terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).

Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi (hindarkan dari debu)

Pakaiana dan alas kasu hendaknya dicuci bersih.

Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan

sempurna

Page 12: CRS Ascariasis

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur/MR: Fadil/ Laki-Laki/ 4tahun/ U.855

b. Pekerjaan/pendidikan : Belum bekerja/Belum Sekolah

c. Alamat : Baringin Balai Gadang, Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Saudara : -

c. Status Ekonomi Keluarga : mampu penghasilan orang tua Rp.

1.500.000,-/bulan

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah milik orang tua, permanen, perkarangan cukup luas

- Listrik ada

- Sumber air : air sumur

- Ventilasi udara baik

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah di buang ke tempat pembuangan sampah dan dibakar.

- Kesan : higine dan sanitasi baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Jumlah penghuni 3 orang, pasien, ayah dan ibu.

- Tinggal di daerah pinggiran kota.

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan keluarga baik

Page 13: CRS Ascariasis

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Tidak ada anggota keluarga yang sakit /memiliki keluhan seperti ini.

5. Keluhan Utama

Keluar cacing pada saat BAB sejak 1 hari yang lalu.

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluar cacing pada saat BAB sejak 1 hari yang lalu, frekuensi BAB 1 kali,

tidak encer, tidak berlendir, tidak berdarah.

Riwayat demam sebelumnya (+) 1 hari yang lalu, demam tidak tinggi, tidak

menggigil, tidak berkeringat, tidal disertai kejang.

Riwayat mual (+), muntah (-)

Nyeri di daerah ulu hati (-), perut terasa kembung (-)

Nafsu makan menurun (+)

Berat badan turun (+) tapi ibu pasien tidak tau berapa kilogram.

Nyeri ulu hati (-)

Gatal di daerah anus yang meningkat pada malam hari (-)

Pasien suka bermain di tanah dan tidak menggunakan sandal.

Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya ±2 tahun yang lalu

dan mendapat obat kontrol sekali 6 bulan sekali

7. Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital :

Keadaan Umum : tidak tampak sakit

Kesadaran : sadar

Frekuensi denyut nadi : 88x / menit

Frekuensi Nafas : 24 x/menit

Suhu : 36,8 °C

Berat Badan :

Pemeriksaan Sistemik

- Kulit : teraba hangat

- Kepala : bentuk bulat, simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut

- Mata :konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

- Mulut : caries dentis (+)

- Telinga : tidak ditemukan kelainan

Page 14: CRS Ascariasis

- Hidung : tidak ditemukan kelainan

- Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

- Leher : tidak teraba pembesaran KGB

- Dada :

Paru : Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

- Abdomen: Inspeksi : distensi tidak ada

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali lambat.

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

- Punggung : tidak ditemukan kelainan

- Alat Kelamin : tidak ditemukan kelainan

- Ekstremitas: akral hangat, refilling kapiler baik

8. Laboratorium Anjuran : laboratorium darah, feses rutin.

9. Diagnosis Kerja

suspek askariasis

10. Diagnosis Banding :

11. Manajemen

a. Preventif :

- Pastikan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum

makan/setiap habis dari toilet/setelah memegang benda kotor.

- Buang air besar di WC, tidak di sembarang tempat.

- Jagalah selalu jari kuku untuk selalu dipotong pendek, bersih & terawat.

- Biasakan untuk selalu mandi 2 kali sehari menggunakan sabun

- Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi

Page 15: CRS Ascariasis

- Menggunakan sandal jika bermain.

- Perhatikan kebersihan pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya.

b. Promotif :

- Menjelaskan tentang penyakit dan komplikasi

- Konsumsi makanan yang bergizi seimbang

c. Kuratif :

- pirantel pamoat (single dose)

- vitamin B kompleks

- viramin C

d. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur ke Puskesmas

- Jika gejala makin berat ( batuk kering/produktif, seask nafas, bunyi nafas

menciut, berat badan makin turun, diare/konstipasi, BAB

berlendir/berdarah, nyeri perut, perut kembung, pucat) segera bawa ke

Puskesmas/RS

Page 16: CRS Ascariasis

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Air Dingin

Dokter : Intan Indah

Tanggal : 30 Desember 2010

R/ pyrantel pamoat tab 12,5mg No.

S 1 dd tab

R/ vitamin B kompleks tab No. V

S 3 dd tab 1/2

R/ vitamin C tab No. V

S 3dd tab 1/2

Pro : Fadhil

Umur : 4 tahun

Alamat : Baringin Balai G

adang, Padang.