commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERAN KANTOR BANK INDONESIA SOLO DALAM MENGENDALIKAN INFLASI DI SOLO RAYA Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : MEIRAWATI KUSUMANDARI F3608095 PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: doankhue

Post on 17-May-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i  

PERAN KANTOR BANK INDONESIA SOLO DALAM MENGENDALIKAN INFLASI DI SOLO RAYA

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan

guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII

Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

MEIRAWATI KUSUMANDARI

F3608095

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii  

ABSTRAKSI PERAN KANTOR BANK INDONESIA SOLO DALAM PENGENDALIAN

INFLASI DI SOLO RAYA

MEIRAWATI KUSUMANDARI F3608095

Tujuan penuliasan Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan pemahaman mengenai keuanagan perbankan dimana banyak faktor ekonomi yang mempengaruhi taraf ekonomi suatu daerah sehingga Kantor Bank Indonesia selaku bank sentral mengontrol peredaran keuangan suatu daerah.Inflasi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi perekonomian suatu daerah oleh karena itu Kantor Bank Indonesia selaku Bank Sentral daerah harus mejaga kesetabilan harga pasar suatu daerah. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu mengambil satu obyek tertentu untuk di analisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara lang sung dengan pihak Bank Indonesia, sedangkan data sekunder diper oleh dari buku, internet ataupun sumber bacaan yang lain. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses atau mekanisme Kantor Bank Indonesia Solo berperan serta dengan instansi daerah , membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta guna melaksanakan ,pemantauan harga dan pemetaan masalah inflasi di Kota Surakarta, pengendalian harga di Kota Surakarta, Melakukan penelitian dan evaluasi sumber potensi tekanan inflasi di Kota Surakarta, dan Melakukan langkah-langkah preventif dan kuratif dalam pengendalian inflasi daerah. Saran yang dapat di ajuakan terkait dengan perilaku yang cenderung untuk menaikkan harga setiap tahunnya dari para pelaku dalam nilai komoditas yang mencerminkan perilaku ekspektasi inflasi dari para pelaku ekonomi sacara umum untuk merubah perilaku tersebut diperlukan program khusus yang secara sistematis dan kontinyu dilakukan. Program tersebut dapat berupa himbauan yang terus menerus disampaikan kepada masyaraat dan perilaku ekonomi untuk menghilangkan perilaku ekspektasi inflasi. Kata Kunci : Mekanisme dan peran serta Kantor Bank Indonesia Surakarta

dalam pengendalian inflasi di Solo Raya.

Page 3: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii  

Page 4: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv  

Page 5: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v  

MOTTO

Sesungguhnya sesuatu kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari sesuatu “dari suatu masalah”, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

“urusan” yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

“Q.S Al-Insyirah : 16-8”

Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-

cita,berusahalah denga sekuat tenaga guna mengisi kekurangan adalah keberanian

yang luar biasa.

“ prof.Dr. Hamka”

Rasa pahit kehidupan yang telah lalu akan memudahkan kehidupan yang akan

datang, maka bersyukurlah dengan apa yang telah engkau dapatkan.

“Budi Suprapto

Page 6: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi  

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan tugas akhir ini

kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan karunia

Nya dan kekuatan Nya.

2. Ayah, Ibu, dan Adik yang sangat berarti

didunia dan selalu memberi semangat untuk

lebih maju.

3. Seseorang yang selalu menemaniku dalam

suka maupun duka.

4. Almamaterku.

5. Teman-temanku yang telah menyemangatiku

mendampingiku di setiap letih, sedih, dan

selalu menyemangatiku selama ini.

Page 7: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr, wb

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya untuk menuntun dan menyertai penulis

dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir di Kantor Bank Indonesia Solo ini

dengan baik. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan guna memperoleh derajat Ahli Madya Keuangan dan Perbankan,

Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima

masukan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga dengan segala kerendahan

hati, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat

terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Kresno Saroso Pribadi, selaku Ketua Jurusan D3 keuangan dan perbankan,

fakultas ekonomi UNS, serta selaku dosen pembimbing Kegiatan Magang

Mahasiswa yang telah banyak memberikan pengarahan dan petunjuk dalam

menyelesaikan laporan ini.

3. Bapak Doni P.Juwana, selaku Pemimpin Kantor Bank Indonesia Solo yang

telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan kegiatan magang

mahasiswa.

Page 8: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii  

4. Ibu Sri Harini, selaku pembimbing Kegiatan Magang Mahasiswa di Kantor

Bank Indonesia Solo.

5. Bapak Yon dan Ibu Veronika selaku karyawan Bagian Ekonomi Moneter di

Kantor Bank Indonesia Solo.

6. Segenap pegawai di KBI Solo yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

7. Bapak, Ibu, Adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan

secara materiil, moril dan spirituil.

8. Sahabat dan teman - teman yang telah membantu dan mendukung

penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis berusaha untuk menyelesaikan Laporan Kegiatan Magang

Mahasiswi ini dengan sebaik mungkin, tetapi penulis menyadari bahwa penulisan

ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan berikutnya.

Kiranya Allah SWT senantiasa mencurahkan kebaikan Nya kepada kita. Amin.

Surakarta, Mei 2011

Penulis

Page 9: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

ABSTRAKSI .............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

MOTTO ...................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

E. Metode Penelitian ....................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bank .......................................................................... 8

B. Fungsi dan Jenis Bank ................................................................ 11

C. Perekonomian Indonesia ............................................................ 15

D. Inflasi. ......................................................................................... 19

E. Kebijakan Moneter ..................................................................... 24

Page 10: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x  

BAB III. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Bank Indonesia ................................................................. 39

1. Sejarah Umum Bank Indonesia......................................... 39

2. Profil kantor Bank Indonesia Solo..................................... 44

B. Pembahasan ................................................................................ 71

1. Langkah yang dijalankan Kantor Bank Indonesia Solo dalam

menjalankan inflasi di Solo Raya……………………....... 71

2. Peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan

inflasi di Solo Raya ......................................................... 76

3. Komoditas yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya ...... 92

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………... 112

B. Saran……………………………………………………………. 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pendekatan harga…………………………………... 30

Gambar 3.1 Distribusi Pegawai KBI Solo Per Seksi .................................. 46

Gambar 3.2 Distribusi Tenaga Honorer/Outsource KBI Solo ........................... 47

Gambar 3.3 Logo Bank Indonesia .............................................................. 53

Gambar 3.4 Struktur Organisasi KBI Solo ................................................. 53

Gambar 3.5 Rantai Pasok Beras .................................................................... 96

Gambar 3.6 Rantai Pasok Daging Ayam Ras ............................................. 101

Gambar 3.7 Proses Rantai Nilai Cabe Merah .................................................. 108

Page 12: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sinkronisasi Tugas TPID ............................................................ 77

Tabel 3.2 Komoditi beras .............................................................................. 95

Tabel 3.3 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras ............................. 99

Tabel 3.4 Peta rantai nilai komoditas daging ayam ras ..................................... 101

Tabel 3.5 Distribusi rata-rata harga dan hargamargin harga daging ayam ras .... 106

Tabel 3.6 Peta rantai nilai komoditas Nilai komoditas cabe merah ................... 107

Tabel 3.7 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras ............................. 110

Page 13: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii  

Page 14: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang

ekonomi dunia, dia selalu menjadi buah bibir. Berbagai studi dan riset

dilakukan untuk mengungkap apa sebenarnya di balik fenomena ekonomi

yang satu ini, dan bagaimana pula cara menanggulanginya. Berbagai teori

telah berkembang, namun sepertinya fenomena ini masih menjadi misteri yang

sulit dipecahkan, pasalnya hingga saat ini belum ada teori yang benar-benar

komprehensif untuk menduga penyebab dari inflasi ini, dan juga belum ada

yang mampu untuk merumuskan formula yang benar-benar jitu untuk

menanggulanginya. Inflasi menjadi pembahasan yang krusial karena

mempunyai dampak yang amat luas dalam perekonomian makro. Inflasi

mempunyai tangan-tangan gurita yang mampu menyebarkan ‘tinta’

pengaruhnya kepada perekonomian secara makro. Bahkan Hera Susanti, M.

Ikhsan dan Widyanti (2000) menyatakan bahwa inflasi yang tinggi akan dapat

menyebabkan memburuknya distribusi pendapatan yang artinya juga

menambah angka kemiskinan, mengurangi tabungan domestik yang

merupakan sumber investasi negara berkembang, menyebabkan defisit neraca

perdagangan, menggelembungkan besaran utang luar negeri serta

menimbulkan ketidakstabilan politik. Mengingat begitu krusialnya

1

Page 15: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pembahasan mengenai inflasi ini, maka tidak heran kalau Bank Indonesia (BI)

menetapkannya sebagai tujuan dalam pelaksanaan kebijakan moneternya.

Untuk kasus Indonesia, berdasarkan hasil studi penyebab inflasi yang

dilakukan oleh beberapa orang ekonom Indonesia, ada dua penyebab utama

inflasi, yaitu imported inflation dan defisit APBN (Hera S., M. Ikhsan dan

Widyanti, 2000: 53-54). Selanjutnya, diterangkan bahwa berdasarkan hasil

penelitian LPEM tahun 1995, terungkap bahwa imported inflation merupakan

faktor utama penyebab inflasi di Indonesia dari sisi penawaran, yaitu sekitar

51% dari variasi inflasi. Depresiasi nilai tukar juga akan menyebabkan

kenaikan harga secara langsung (pass-through) walaupun memerlukan lag

waktu 1-2 kuartal. Harga pangan merupakan variabel dominan kedua

penyumbang inflasi dari sisi penawaran. Sedangkan output gap merupakan

variabel yang ketiga. Sedangkan dari sisi permintaan, penyebab inflasi

berkaitan dengan anggaran, ekspansi kredit program dan distribusi kredit.

Bank Indonesia, sebagai pemegang otoritas moneter tertinggi di Indonesia

mempunyai tugas yang tidak mudah, yaitu menjaga stabilitas ekonomi.

Setidaknya ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam konsep stabilitas

ekonomi ini yaitu mengenai inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Suatu

perekonomian dapat dikatakan stabil apabila kedua indikator ini dapat

dikendalikan dalam range yang moderat. Dan bila hal itu tercapai maka hal

itu merupakan kesuksesan dari sebuah lembaga pemegang otoritas moneter

tertinggi. Kestabilan ini sangat penting artinya bagi pembangunan ekonomi di

Indonesia. Perekonomian tidak dapat bertumbuh dan mencapai kemapanan

Page 16: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

apabila kestabilan ekonomi tidak bisa diraih. Kita memang tidak bisa ‘secara

tidak bertanggungjawab’ melimpahkan semua masalah stabilisasi ekonomi ini

kepada bank sentral, namun setidaknya dengan berbagai power

dankewenangan yang dimilikinya, Bank Indonesia seyogyanya mampu

berbuat banya untuk menjalankan fungsi stabilisasi yang amat krusial bagi

pembangunan ini.

Inflasi merupakan salah satu persoalan klasik yang dihadapi oleh

setiap perekonomian. Berbagai kajian telah banyak dilakukan untuk mencari

penyebabnya, implikasinya, asal usulnya, ketetapan model penjelas, dan

berbagai kebijakan pengendalian. Namun sampai saat ini fenomena inflasi

masih perhatian untuk dikaji, mengingat banyaknya cakupan dan dinamisnya

perekonomian sehingga hasil kajian mengenai inflasi tidak berlaku umum.

Dengan adanya perbedaan waktu dan geografis, suatu kajian relevan pada

kondisi tertentu, dapat menjadi tidak relevan dalam kondisi lainnya. Dalam

konteks demikian, kajian mengenai inflasi sangat relevan untuk terus menerus

dikaji agar dapat ditemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum

yang dihitung dalam presentase. Pada saat terjadi inflasi daya beli uang

menurun. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Deflasi berarti penurunan

harga barang dan jasa secara umum. Hal ini dapat menyebabkan kelesuan

dalam dunia ekonomi. Sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah

indeks yang memberikan informasi mengenai perkembangan rata-rata

perubahan harga sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya

Page 17: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dikonsumsi oleh rumah tangga dalam suatu kurun waktu tertentu. Perubahan

IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau

tingkat penurunan (deflasi) harga barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari. Pada bulan Februari tahu 2005 nilai tukar rupiah bergerak relatif

stabil dengan tingkat volalitas yang rendah. Rata-rata selama bulan Februari

nilai tukar rupiah mencapai Rp. 9.252 per dollar US$ atau mengalami

depresiasi 0,55% dibandingkan bulan sebelumnya. Hal yang menyebabkan

terjadinya kenaikan harga kesehatan di bulan februari yaitu pada bulan

Januari terjadi kenaikan BBM yang berdampak pada kenaikan harga

kesehatan pada bulan Februari yaitu naiknya harga listrik, transportasi dan

upah kerja yang berpengaruh dalam menghasilkan produk obat-obatan.

Tetapi dengan kenaikan BBM pemerintah telah mengupayakan kebijakan

stabilisasi harga pangan terpadu. Kebijakan tersebut antara lain dilakukan

melalui peningkatan subsidi bahan pangan dan operasi pasar, serta penurunan

tarif impor beberapa komoditi bahan pangan. Tidak hanya kesehatan

mengalami kenaikan tetapi bahan makanan juga mengalami kenaikan yang

drastis dari bulan 2004 hingga bulan 2008. Hal ini disebabkan karena jumlah

penduduk yang semakin meningkat dibandingkan makanan yang tersedia.

Berdasarkan uraian singkat diatas, maka perlu dilakukan suatu peramalan

mengenai indeks harga konsumen di waktu yang akan datang. Peramalan ini

berdasarkan pada bulan-bulan dimana inflasi menjadi tinggi yang dipengaruhi

karena adanya perubahan harga konsumen yang saling berkaitan dengan

bulan-bulan sebelumnya. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis tetang

Page 18: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

IHK dengan menggunakan grafik untuk mengetahui IHK yang mengalami

kenaikan tertinggi dan menggunakan Time Series untuk mendapatkan model

terbaik dan meramalkan indeks harga konsumen.

Berpangkal dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka

penulis tertarik untuk meneliti masalah peran Bank Indonesia dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia untuk itu penulis

mengambil judul:

“PERAN KANTOR BANK INDONESIA SOLO DALAM

MENGENDALIKAN INFLASI DI SOLO RAYA”

B. Perumusan Masalah

Pertanyaan penelitian yang diangkat dalam tulisan ini adalah:

1. Langkah apakah yang dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia Solo dalam

mengendalikan inflasi di Solo Raya?

2. Bagaimanakah peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan

laju inflasi di Solo Raya?

3. Komoditas apa saja yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui langkah Kantor Bank Indonesia Solo dalam

mengendalikan inflasi di Solo Raya.

2. Untuk mengetahui peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam

mengendalikan laju inflasi di Solo Raya.

Page 19: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3. Untuk mengetahui komoditas apa saja yang mempengaruhi inflasi di Solo

Raya.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk membandingkan teori yang telah dipelajari dengan praktik yang

dilakukan oleh Bank Sentral serta menambah wawasan berfikir tentang

seluk beluk dunia perbankan.

2. Bagi Pihak Bank

Diharapkan melalui hasil penelitian yang dicapai dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan terhadap kebijakan perusahaan yang telah ada dan

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi kebijakan yang akan

disusun oleh perusahaan pada periode selanjutnya.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan mengembangkan hasil

penelitian tersebut

Page 20: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

E. Metode Penelitian

1. Metode Observasi

Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati sistem kerja dan

mengamati komunikasi antara pegawai Bank Indonesia.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada pegawai

Bank Indonesia sesuai dengan tugas masing-masing. Adapun pihak-pihak

yang di wawancarai adalah pegawai.Bank Indonesia.

3. Metode Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pengertian

bank, fungsi dan jenis bank.

Page 21: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank

Keberadaan bank dalam perekonomian modern sudah menjadi

kebutuhan yang sulit dihindari,karena bank sudah menyentuh kebutuhan setiap

orang dan seluruh lapisan masyarakat.Bank menjalankan fungsi intermediasi

yaitu dengan menyimpan dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam

bentuk kredit,selain itu bank juga memberikan jasa dan pelayanan

lain,misalnya dalam lalu lintas pembayaran dan jasa keuangan lainnya.

Menurut Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan,dalam

pasal 1) disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan,dan menyalurkan pada masyarakat

dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.Sedangkan dalam pasal

2) disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.

Dari definisi tersebut dapar disimpulkan dari tiga fungsi utama bank

dalam pembangunan ekonomi (Kuncoro,2002,68-69 ) :

1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk

simpanan.

2. Bank sebagai lembaga kredit yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam

bentuk kredit.

8

Page 22: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan

peredaran uang.

Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan penting

dalam sistem keuangan,peranan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengalihan asset (assets transmition )

Lembaga keuangan Bank (LKB ) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank

(LKBB ) memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana

dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.Sumber dana pinjaman

tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka

waktunya dapat diatur sesuai keinginan pemilik dana.Dalam hal ini LKB

dan LKBB telah bertindak sebagai pengalih asset dari unit surplus

(lender) kepada unit deficit ( borrowers ).Dalam kasus lain pengalihan

asset juga terjadi jika lembaga-lembaga keuangan menerbitkan sekuritas

sekunder

( giro,deposito berjangka,dana pensiun dan sebagainya ) yang kemudian

dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya dipertukarkan dengan sekuritas

primer (saham,obligasi,promes,commercial paper dan sebagainya ) yang

diterbitkan oleh unit defisit.

b. Transaksi ( transaction )

LKB dan LKBB memberikan berbagai kemudahan kepada peleku

ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.Produk-produk yang

dikeluarkan (giro, tabungan,deposito saham dan sebagainya ) merupakan

Uang dadn dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

Page 23: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

c. Likuiditas ( Liquidity )

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk

produk-produk berupa giro,tabungan,deposito dan sebagainya.Produk-

produk tersebut mempunyai likuiditas yang berbeda-beda.Untuk

kepentingan likuiditas pemilik dana,mereka dapat menempatkan dananya

sesuai dengan kepentingannya.

d. Efisiensi (Efficiency )

Peranan LKB dan LKBB adalah mempertemukan pemilik dan pengguna

modal.Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pihak-

pihak yang saling membutuhkan.Adanya informasi yang tidak simetris

antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif.

Secara lebih spesifik fungsi bank dapat disebut sebagai agent of trust,

dimana dasar utama kegiatan bank adlah kepercayaan dari masyarakat,

tanpa adanya kepercayaan maka bank akan segera mati.Bank adalah

sebuah unit usaha yang mempunyai kekhususan karena dalam

menjalankan kegiatan usahanya sangat tergantung pada sumber dana dari

masyarakat sehingga kelangsungan kehidupan sangat tergantung dari

masyarakat.Apabila kemrosotan tersebut tidak hanya terhadap satu bank

tetapi meluas terhadapsistem perbankan,maka akan terjadi krisis

perbankan.Mengingat perbankan Indonesia masih mendominasi sektor

keuangan, maka krisis perbankan berarti krisis keuangan secara

keseluruhan.Agent of development yang mengandung arti bahwa kegiatan

bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana di masyarakat yang

Page 24: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

akan digunakan untuk kegiatan perekonomian sehingga dengan adanya

bank maka berbagai kegiatan produktif masyarakat akan bisa terlaksana.

Dan agent of services, yaitu LKB dan LKBB memberikan penawaran jasa-

jasa kepada masyarakat yang dapat berupa penjaminan, jasa penyelesaian

tagihan dan jasa-jasa yang lain.

B. Fungsi dan Jenis Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan

kepada masyarakat secara lengkap. Bank memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Bank sebagai penghimpun dana

Pada fungsi ini, bank mengumpulkan dana dari masyarakat hingga

mencapai suatu jumlah yang cukup berarti. Bentuk pengumpulan dana dari

masyarakat oleh bank beraneka ragam, di antaranya adalah simpanan giro,

giro berbunga, tabungan, deposito, maupun pinjaman antar bank.

2. Bank sebagai pemberi kredit

Dengan pemberian kredit, bank memberikan sumbangan yang penting

terhadap perputaran roda ekonomi bangsa. Kredit perbankan membantu

tersedianya dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional.

3. Bank menunjang mekanisme pembayaran

Dengan menyediakan jasa pembayaran giral yaitu pembayaran dengan

cek, giro, transfer uang, dan kartu kredit bank telah membantu kelancaran

mekanisme pembayaran dalam masyarakat.

Page 25: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Dari pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa inti dari fungsi bank

adalah bank sebagai lembaga intermediasi yaitu lembaga perantara yang

menyalurkan dana yang disimpan oleh nasabah untuk disalurkan dalam bentuk

kredit, serta bank sebagai lembaga keuangan yang dapat menunjang

mekanisme pembayaran. Bank menunjang mekanisme pembangunan dengan

menyediakan jasa pembayaran giral yaitu pembayaran dengan cek, giro,

transfer uang dan kartu kredit.

Berdasarkan fungsi-fungsi bank di atas, kiranya penulis perlu untuk

menjelaskan jenis-jenis dari bank itu sendiri. Jenis bank bermacam-macam

tergantung pada cara penggolongannya yaitu berdasarkan hal-hal sebagai

berikut :

1. Jenis bank berdasarkan undang-undang

Berdasarkan pasal 5 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

terdapat dua jenis bank, yaitu :

a. Bank Umum.

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

Page 26: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya

a. Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN)

Merupakan bank yang akte pendirian dan modal bank ini sepenuhnya

dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank

ini dimiliki oleh pemerintah.

b. Bank milik pemerintah (Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD)

Bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh

Pemerintah.

c. Bank milik swasta nasional

Bank yang berbadan hukum Indonesia, yang sebagian atau seluruh

modalnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan atau berbadan

hukum Indonesia.

d. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)

Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta

asing maupun pemerintah asing.

3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya

a. Bank retail

Bank yang mengkhususkan usahanya pada produk jasa bank yang

ditaklarkan, baik kepada perseorangan maupun badan usaha berskala

kecil.

b. Bank korporasi

Pelayanan perbankan kepada perusahaan besar dan unit usaha bukan

eceran yang mempunyai struktur keuangan yang kuat.

Page 27: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Bank komersial

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang tujuannya mencari

keuntungan.

d. Bank pedesaan

Bank yang mengarah ke pengkreditan rakyat.

e. Bank pembangunan

Bank biasanya mengarah ke pembangunan pemerintah daerah.

f. Dan lain-lain.

4. Jenis bank berdasarkan prinsip atau instrumen yang digunakan

a. Bank konvensional

Bank konvensional adalah bank yang beroperasinya mengambil

keuntungan dari spread antar bunga pinjaman dengan bunga simpanan

dan mendasarkan segala aktivitasnya mengambil keuntungan dari

bunga.

b. Bank berdasarkan prinsip syariah

Pada dasarnya Bank umum syariah sama dengan bank umum

akan tetapi segala aktivitasnya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah

islam dimana adanya pelarangan pengambilan bunga yang dalam

syariah islam termasuk salah satu jenis riba yang dilarang dalam

syariah islam.

Page 28: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Dari pendapat di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa bank

dapat digolongkan berdasarkan undang-undang, kepemilikannya, penekanan

kegiatannya dan berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha.

C. Perekonomian Indonesia

Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an, yang memiliki

selama lebih dari 30 tahun pemerintahan orde baru.Presiden Soeharto,

ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari

$1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat,

inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil dan dapat diterka, dan

pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran

pembangunan dibiayai melalui bantuan asing

Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan

hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada

sektor eksternal dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan

kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan

tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997 dan banyak analisis mengakui

Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi

beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat

lemah, dan tidak ada cara efektif untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan

hutang, atau menuntut atas kebangkrutan. Aktivitas bank sangat sederhana,

dengan peminjaman berdasarkan collateral menyebabkan perluasan dan

Page 29: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif,

penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke

perdagangan domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan

gangguan ekonomi.

Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir

1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik.

Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat

suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya

nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada Oktober 1997,

Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan

tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan

ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai

merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang

melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil

dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto

terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan Agustus 1998,

Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J

Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999

kemudian memperpanjang program tersebut.

Andil atas jatuhnya rezim Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan

publik Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis keuangan

tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan

yang sejalan dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan

Page 30: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

subsidi meningkat secara drastis, sementara belanja pembangunan dikurangi

secara tajam.

Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah keluar dari krisis dan

berada dalam situasi dimana sekali lagi negara ini mempunyai sumber daya

keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Perubahan

ini terjadi karena kebijakan makroekonomi yang berhati-hati, dan yang paling

penting defisit anggaran yang sangat rendah. Juga cara pemerintah

membelanjakan dana telah mengalami transformasi melalui "perubahan

besar" desentralisasi tahun 2001 yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari

keseluruhan anggaran belanja pemerintah beralih ke pemerintah daerah pada

tahun 2006. Hal lain yang sama pentingnya, pada tahun 2005, harga minyak

internasional yang terus meningkat menyebabkan subsidi minyak domestik

Indonesia tidak bisa dikontrol, mengancam stabilitas makroekonomi yang

telah susah payah dicapai. Walaupun terdapat risiko politik bahwa kenaikan

harga minyak yang tinggi akan mendorong tingkat inflasi menjadi lebih besar,

pemerintah mengambil keputusan yang berani untuk memotong subsidi

minyak.

Keputusan tersebut memberikan US$10 miliar tambahan untuk

pengeluaran bagi program pembangunan. Sementara itu, pada tahun 2006

tambahan US$5 miliar telah tersedia berkat kombinasi dari peningkatan

pendapatan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil secara

keseluruhan dan penurunan pembayaran utang, sisa dari krisis ekonomi. Ini

berarti pada tahun 2006 pemerintah mempunyai US$15 miliar ekstra untuk

Page 31: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dibelanjakan pada program pembangunan. Negara ini belum mengalami

'ruang fiskal' yang demikian besar sejak peningkatan pendapatan yang

dialami ketika terjadi lonjakan minyak pada pertengahan tahun 1970an. Akan

tetapi, perbedaan yang utama adalah peningkatan pendapatan yang besar dari

minyak tahun 1970-an semata-mata hanya merupakan keberuntungan

keuangan yang tak terduga. Sebaliknya, ruang fiskal saat ini tercapai sebagai

hasil langsung dari keputusan kebijakan pemerintah yang hati-hati dan tepat.

Walaupun demikian, sementara Indonesia telah mendapatkan

kemajuan yang luar biasa dalam menyediakan sumber keuangan dalam

memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi ini dipersiapkan untuk terus

berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi tetap merupakan beban

besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat pengurangan subsidi

pada tahun 2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 miliar ari belanja

pemerintah tahun 2006 atau sebesar 15% dari anggaran total.

Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus 2001)

untuk mendesentralissikan wewenang pada pemerintah daerah pada tahun

2001 bagian besar dari belanja pemerintah yang meningkat disalurkan melalui

pemerintah daerah, pemerintah propinsi dan kabupaten di Indonesia sekarang

membelanjakan 37% dari total dana publik yang mencerminkan tingkat

desentralisasi fiskal yang bahkan lebih tinggi daripad rata-rata OECD.

Dengan tingkat desentralisasi di Indonesia saat ini dan ruang fiskal

yang kini tersedia, pemerintah Indonesia mempunyai kesempatan unik untuk

memperbaiki pelayanan publiknya yang terabaikan. Jika dikelola dengan hati-

Page 32: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

hati, hal tersebut memungkinkan daerah-daerah tertinggal di bagian timur

Indonesia untuk mengejar daerah-daerah lain di Indonesia yang lebih maju

dalam hal indikator sosial. Hal ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia

untuk fokus ke generasi berikutnya dalam melakukan perubahan, seperti

meningkatkan kualitas layanan publik dan penyediaan infrastruktur seperti

yang ditargetkan. Karena itu, alokasi dana publik yang tepat dan pengelolaan

yang hati-hati dari dana tersebut pada saat mereka dialokasikan telah menjadi

isu utama untuk belanja publik di Indonesia kedepannya.

Sebagai contoh, sementara anggaran pendidikan telah mencapai

17.2% dari total belanja publik mendapatkan alokasi tertinggi dibandingkan

sektor lain mengambil sekitar 3.9% dari PDB pada tahun 2006, dibandingkan

dengan hanya 2,0% dari PDB pada tahun 2001 sebaliknya total belnja

kesehatan publik masih dibawah 1.0% dari PDB. Sementara itu, investasi

infrastruktur publik masih belum sepenuhnya pulih dari titik terendah pasca

krisis dan masih pada tingkat 3.4% dari PDB.Satu bidang lain yang menjadi

perhatian saat ini adalah tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar

biasa tinggi. Mencapai sekitar 15% pada tahun 2006, menunjukkan suatu

penghamburan yang signifikan atas sumber daya publik.

D. Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum

dan terus menerus atau kontinyu berkaitan dengan mekanisme pasar yang

dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang

Page 33: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

meningkat atau adanya ketidaklancaran distribusi barang. Pengendalian dan

pencapaian laju inflasi yang rendah menjadi salah satu faktor penting dalam

mendukung pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Pada dasarya, inflasi didefinisikan sebagai gejala kenaikan harga secara

umum. Hera, M. Ikhsan dan Widyanti (2000) mendefinisikan inflasi sebagai

“kenaikan harga umum secara terus-menerus dan persisten dari suatu

perekonomian.” sedangkan Mankiw (2006) menyatakan ”Economist use the

term inflation to describe a situation in which the economy’s overall price

level is rising” Sedangkan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara, bisa

digunakan tiga indikator (Ikhsan dan Widyanti,2000), yaitu:

1. Perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Biaya Hidup (IBH)

2. Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

3. Perubahan Deflator GDP/GDY.

Masing-masing indikator punya kelebihan dan kekurangan, namun yang

utama adalah kita bagaimana menggunakan jenis indikator sesuai dengan

kebutuhan dan tujuan pengukuran. Di Indonesia, indikator yang sering

digunakan untuk mengukur inflasi ini adalah IHK. Inflasi adalah

kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.

Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak

disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan

kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga

barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Inflasi merupakan

kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada

Page 34: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

seluruh kelompok barang dan jasa. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan

tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara

terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang

terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar,

bukanlah merupakan inflasi. Atau dapat dikatakan, kenaikan harga barang

yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan

inflasi.

Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan dimana terjadi

kelebihan permintaan Excess Demand terhadap barang-barang dalam

perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang

terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang

saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan

dikatakan sebagai Inflasi. Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya,

menurut sebabnya, parah dan tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal

terjadinya. Menurut sifatnya Inflasi digolongkan dalam tiga kategori yaitu

inflasi merayap, inflasi menengah dan inflasi tinggi. Inflasi merayap adalah

kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan dalam

jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun). Inflasi menengah

adalah kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam

waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Inflasi tinggi

adalah kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali.

Masyarakat tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot

dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang makin

Page 35: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

cepat, sehingga harga naik secara akselerasi.Menurut sebabnya inflasi

digolongkan dalam dua kategori yaitu demand pull inflation dan cost push

inflation. Demand pull inflation adalah inflasi yang bermula dari adanya

kenaikan permintaan total (agregat demand). Sedangkan produksi telah

berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati

kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh full employment

telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan

harga saja (sering disebut dengan inflasi murni). Apabila kenaikan

permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/melebihi

GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary

gap. Inflationary gap inilah yang akan menyebabkan inflasi. Cost push

inflation, inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.

Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan

adanya penurunan dalam penawaran total (agregat supply) sebagai akibat

kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan

turunnya produksi. Serikat buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer

dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang lebih tinggi),

atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah faktor yang

dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi penawaran total aggregate

supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika proses ini berlangsung

terus maka timbul cost push inflation.Berdasarkan parah tidaknya inflasi

tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu, inflasi ringan

Page 36: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(dibawah 10% setahun), inflasi sedang (antara 10%-30% setahun), inflasi

berat (antara 30%-100% setahun) dan hiperinflasi (diatas 100% setahun).

Inflasi yang tidak terkendali menyebabkan keadaan perekonomian

menjadi kacau dan lesu karena pelaku-pelaku ekonomi menjadi tidak

semangat bekerja dan menabung karena nilai mata uang menjadi semakin

menurun. Lebih jauh, menipisnya jumlah dana pihak ketiga atau masyarakat

dalam perekonomian akan menyebabkan kelangkaan likuiditas sehingga suku

bunga naik dan investasi menjadi terbatas yang pada akhirnya dunia usaha

tidak akan meningkatkan produksinya. Selain itu, bagi golongan masyarakat

yang menerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan

swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi

kenaikan harga atau dengan kata lain daya belinya menurun sehingga

kesejahteraan mereka menjadi semakin berkurang. Dampak negatif lain dari

inflasi yang tidak terkendali diantaranya adalah mendorong penanaman

modal yang bersifat spekulatif, menyebabkan defisit neraca pembayaran dan

menimbulkan ketidakstabilan ekonomi.

Untuk itu, perlu dicapai tingkat inflasi yang rendah dengan harga yang

stabil dalam rangka memberikan ekspetasi yang positif bagi pelaku-pelaku

ekonomi serta menciptakan iklim ekonomi yang kondusif bagi dunia usaha

agar kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi dapat diwujudkan. Inflasi

yang tinggi dan tidak stabil pada umumnya berasal dari fluktuasi harga

komoditas-komoditas yang masuk kategori volatile foods dan administered

price. Volatile foods merupakan komoditas bahan makanan, termasuk

Page 37: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

diantaranya adalah beras, cabe dan hasil-hasil pertanian lainnya, sementara

administered price merupakan komoditas yang harganya ditentukan oleh

pemerintah, tarmasul di dalamnya adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) dan

listrik. Harga volatile foods dapat sangat berfluktuasi karena ketergantungan

pasokannya yang sangat tinggi terhadap keadaan cuaca, musim, gangguan

hama dan distribusi. Sementara itu, harga administered price seperti BBM

dan listrik banyak ditentukan oleh pemerintah sehingga kenaikan harga

barang-barang tersebut cenderung bersifat sesaat.

E. Kebijakan Moneter

1. Konsep Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indoensia dalam

mewujudkan stabilitas ekonomi makro terdiri dari kerangka strategis dan

kerangka operasional. Kerangka strategis umumnya terkait dengan

pencapaian tujuan akhir kebijakan moneter (stabilitas harga, pertumbuhan

ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja) serta strategi untuk mencapainya

exchange Rate targeting, monetary targeting, Inflation targeting, implicit but

not explicit anchor (Warjiyo dan Solikin, 2004). Kerangka operasional

kebijakan moneter terdiri dari instrumen, sasaran-operasional, dan sasaran-

antara yang digunakan untuk mencapai sasaran akhir. Sasaran-antara

diperlukan karena adanya time lag antara pelaksanaan kebijakan moneter

dengan hasil pencapaian sasaran akhir, sehingga untuk meninjau keefektifan

suatu kebijakan, maka diperlukan adanya kebijakan yang dapat dilihat dengan

Page 38: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

segera. Untuk mencapai sasaran antara ini, diperlukan adanya sasaran

operasional agar proses transmisi dapat berjalan sesuai rencana. Kriteria dari

sasaran-operasional ini adalah memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran

antara, dapat dikendalikan oleh bank sentral, dan informasi tersedia lebih

awal dari pada sasaran-antara. Sedangkan instrumen moneter merupakan

instrumen yang dimiliki bank sentral yang dapat mempengaruhi sasaran

operasional yang telah ditetapkan.

Sejak tahun 2000, Bank Indonesia menerapkan pola kebijakan moneter

yang diformulasikan dalam rangka mencapai sasaran tingkat inflasi yang

ditargetkan. Landasan hukum kebijakan Bank Indonesia ini adalah UU no 23

tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Dalam undang-undang tersebut

diungkapkan bahwa sasaran laju inflasi merupakan sasaran akhir kebijakan

moneter Indonesia. Pola kebijakan ini dikenal juga dengan nama Inflation

Targeting Framework.

2. Inflation Targeting Framework (ITF)

Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan suatu kerangka kerja

kebijakan moneter yang mempunyai ciri-ciri utama adanya pernyataan resmi

dari bank sentral dan dikuatkan dengan undang-undang bahwa tujuan akhir

dari kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang

rendah, dan mengumumkan target inflasi kepada publik. Perlunya mencapai

dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil didasarkan oleh dua hal

(Warjiyo dan Solikin, 2004), yaitu adanya biaya sosial yang harus ditanggung

Page 39: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

oleh masyarakat akibat terjadinya laju inflasi yang tinggi, serta adanya temuan

empiris yang menunjukkan bahwa dalam jangka menengah-panjang,

kebijakan moneter hanya akan berpengaruh terhadap inflasi, bukan pada

pertumbuhan ekonomi, walaupun belum terdapat kesepakatan tentang

pengaruh kebijakan moneter dalam jangka pendek terhadap pertumbuhan

ekonomi dalam jangka pendek. Inflation Targeting Framework merupakan

sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman

kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa

periode ke depan. Secara eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan

stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan moneter. Sesuai definisi di atas,

sejak berlakunya UU No. 23/1999 Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan

sebagai "Inflation Targeting Lite Countries". Alasan pemilihan Inflation

Targeting Framework sebagai berikut :

a. Pemilihan kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting

didasarkan atas beberapa prtimbangan sebagai berikut :

1) Memenuhi prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat sound.

2) Sesuai dengan amanat UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3/2004.

3) Hasil riset menunjukkan semakin sulit pengendalian besaran moneter.

4) Pengalaman empiris negara lain menunjukkan bahwa negara yang

menerapkan Inflation Targeting Framework berhasil menurunkan

inflasi tanpa meningkatkan volatilitas output.

Page 40: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

5) Dapat meningkatkan kredibilitas BI sebagai pengendali inflasi melalui

komitmen pencapaian target.

b. Penerapan Inflation Targeting Framework bukan berarti bahwa bank

sentral hanya menaruh perhatian pada inflasi saja, dan tidak lagi

memperhatikan pertumbuhan ekonomi maupunkebijakan dan

perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Inflation Targeting

Framework bukanlah suatu kaidah yang kaku rule tetapi sebagai

kerangka kerja menyeluruh framework untuk perumusan dan pelaksanaan

kebijakan moneter. Fokus ke inflasi tidak berarti membawa

perekonomian kepada kondisi yang sama sekali tanpa inflasi zero

inflation.

c. Inflasi rendah dan stabil dalam jangka panjang, justru akan mendukung

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan suistanable growth.

Penyebabnya, karena tingkat inflasi berkorelasi positif dengan

fluktuasinya. Manakala inflasi tinggi, fluktuasinya juga meningkat,

sehingga masyarakat merasa tidak pasti dengan laju inflasi yang akan

terjadi di masa mendatang. Akibatnya, suku bunga jangka panjang akan

meningkat karena tingginya premi risiko akibat inflasi. Perencanaan

usaha menjadi lebih sulit, dan minat investasi pun menurun.

Ketidakpastian inflasi ini cenderung membuat investor lebih memilih

investasi asset keuangan jangka pendek ketimbang investasi riil jangka

panjang. Itulah sebabnya, otoritas moneter seringkali berargumentasi

Page 41: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

bahwa kebijakan yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan

yang pro pertumbuhan.

Enam elemen mendasar dalam langkah-langkah penguatan kerangka kerja

kebijakan moneter yang baru mulai Juli 2005 agar konsisten dengan

penerapan Inflation Targeting Framework (ITF):

a. Penggunaan suku bunga disebut BI Rate sebagai reference Rate dalam

pengendalian moneter, sebagai pengganti sasaran operasional uang

primer.

b. Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan strategi

antisipatif forward looking strategi dalam mengarahkan respon

kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.

c. Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal

kebijakan moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi

inflasi.

d. Penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk

meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan

volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara

keseluruhan.

e. Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan Inflation Targeting

Framework (ITF) sebagai kerangka kebijakan Moneter.

f. Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja

kebijakan moneter yang secara transparan dan konsisten diarahkan

Page 42: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke depan yang secara

eksplisit ditetapkan dan diumumkan.

Empat prinsip pokok rezim kebijakan moneter dengan Inflation Targeting

Framework (ITF) :

a. Memiliki sasaran utama yaitu sasaran inflasi yang dijadikan sebagai

prioritas pencapaian overriding objective dan acuan nominal anchor

kebijakan moneter.

b. Bersifat antisipatif preventive atau forward looking dengan

mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian

sasaran inflasi ke depan.

c. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidah kebijakan tertentu

dalam menetapkan pertimbangan respon kebijakan moneter constrained

discretion.

d. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat good governance,

yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.

Pendekatan Harga sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya UU No. 23

Tahun 1999 BI telah menentukan dan mengumumkan sasaran inflasi sebagai

sasaran akhir kebijakan moneter. Dengan amandemen UU Bank Indonesia

No. 3 Tahun 2004, Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia

telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2005,

2006, dan 2007. BI telah menempuh sejumlah langkah dalam memperkuat

persyaratan untuk penerapan Inflation Targeting Framework (ITF), termasuk:

Page 43: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi untuk dasar analisis,

prakiraan, dan perumusan kebijakan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai

proses perumusan kebijakan moneter. Pengembangan laporan dan strategi

komunikasi untuk transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter kepada

publik. Dalam hal ini BI menggunakan pendekatan harga untuk mencapai

sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Pedekatan Harga

(Sumber : Bank Indonesia)

Page 44: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Berdasarkan kerangka kerja pendekatan harga, instrumen-instrumen

kebijakan moneter seperti operasi pasar terbuka open market operation,

fasilitas diskonto discount facility, cadangan minimum reserve requirement,

intervensi nilai tukar foreign exchange intervension akan mempengaruhi

tingkat bunga Interes Rate sebagai target operasionalnya. Setelah target

operasional tercapai maka akan mempengaruhi kapasitas dan aktivitas

perekonomian yang pada akhirnya akan berdampak terhadap perubahan inflasi.

Sebelum Juli 2005, operasi moneter masih menggunakan uang primer base

money sebagai sasaran operasional. Cara ini dirasakan semakin tidak sejalan

dengan penerapan kebijakan moneter dengan Inflation Targetting Framework

(ITF), terutama karena:

a. Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi

semakin tidak stabil dan mengalami hubungan terbalik.

b. Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang efektif,

c. Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang backward

looking dan lebih sulit dilakukan.

d. Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena perilaku

permintaan uang kartal masyarakat di Indonesia.

e. Sejak 1999-sebelum Juli 2005,dalam literature, Indonesia dikategorikan

sebagai negara yang menerapkan Inflation Targetting Lite.

Page 45: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Dengan melihat perbandingan pendekatan dalam pengendalian inflasi, bisa

disimpulkan bahwa pendekatan price based approach secara empiris lebih

efektif digunakan untuk mengendalikan inflasi dari pada metode metode

pendekatan kuantitas. Hal ini, menurut hemat penulis bisa dijadikan sebagai

pendukung empiris dari pemilihan pendekatan ini dalam kerangka kebijakan

moneter untuk pengendalian inflasi Inflation Targetting Framework. Namun,

yang perlu dijadikan pertimbangan adalah instrumen-instrumen kebijakan

moneter yang dipilih untuk mempengaruhi sasaran operasionalnya.

Tampaknya, BI patut mengembangkan instrumen-instrumen yang memberikan

pengaruh yang lebih efektif untuk keberhasilan transmisi efek yang diinginkan.

Sehingga akhirnya akan terbentuk sebuah kerangka kebijakan yang efektif

dalam rangka mencapai sasaran akhir pengendalian inflasi menuju stabilitas

moneter dalam perekonomian nasional.

3. Indikator dan Respon Kebijakan Moneter

Indikator kebijakan moneter dilakukan dengan berbagai pertimbangan

sebagai berikut :

a. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu

melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator

ekonomi, khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaran-

besaran moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan

secara keseluruhan.

Page 46: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

b. Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan

langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah.

Langkah-langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah

berlangsung baik akan terus diperkuat dan ditingkatkan.

c. Analisis dan prakiraan berbagai variabel ekonomi tersebut

dipertimbangkan untuk mengarahkan agar prakiraan inflasi ke depan

sejalan dengan kisaran sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Respon kebijakan moneter selalu berorientasi kepada kebijakan sebagai

dasar dan tujuan kebijakan moneter sebagai berikut :

a. Tujuan dan bentuk respon kebijakan moneter adalah sebagai berikut:

1) Respon stance kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin

agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada

jalur pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan

(konsistensi).

2) Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan,

penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate.

3) Perubahan (kenaikan atau penurunan) BI Rate dilakukan secara

konsisten dan bertahap.

Page 47: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

b. Fungsi BI Rate sebagai sinyal kebijakan yaitu :

1) BI Rate adalah suku bunga instrument signaling Bank

Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG)

triwulan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan),

kecuali ditetapkan berbeda oleh Rapat Dewan Gubernur (RDG)

bulanan dalam triwulan yang sama. Dengan demikian, rata-rata

tertimbang hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada

setiap kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh

stakeholders sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia.

2) BI Rate diumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam

Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai sinyal stance kebijakan

moneter (yang lebih jelas dan tegas) dalam merespon prospek

pencapaian sasaran inflasi ke depan.

3) BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi

pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata

tertimbang suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan

hasil lelang OPT (suku bunga instrumen liquidityadjustment)

berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan

diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang (SBPU) dan

suku bunga jangka panjang.

c. Proses penetapan respon kebijakan moneter sebagai berikut :

1) Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam Rapat

Dewan Gubernur (RDG) triwulanan.

Page 48: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Respon kebijakan moneter ditetapkan untuk periode satu

triwulan ke depan.

3) Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan

memperhatikan efek tunda (lag) kebijakan moneter dalam

mempengaruhi inflasi.

4) Dalam kondisi yang luar biasa, penetapan respon kebijakan

moneter dapat dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG)

bulanan.

d. Dasar pertimbangan penetapan respon kebijakan

1) BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi

ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan.

Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi

inflasi terhadap targetnya inflation gap dipandang telah bersifat

permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.

2) BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan

mempertimbangkan:

a) Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi

kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian

sasaran inflasi, dan

b) Berbagai informasi lainnya seperti leading indicators,

survei, informasi anekdotal, variabel informasi, expert

Page 49: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

opinion, assesmen faktor risiko dan ketidakpastian serta

hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.

e. Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (SBI

tenor 1 bulan) secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis

points (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia

yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan

BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.

4. Operasi Pengendalian Moneter

Operasional pengendalian moneter memiliki 3 prinsip dasar. Berbeda

dengan pelaksanaan selama ini yang menggunakan uang primer, sasaran

operasional pengendalian moneter adalah BI Rate. Dengan langkah ini, sinyal

kebijakan moneter diharapkan dapat lebih mudah dan lebih pasti dapat

ditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat, dan karenanya diharapkan pula

dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Kemudian pengendalian

moneter dilakukan dengan menggunakan instrumen: (i) Operasi Pasar Terbuka

(OPT), (ii) Instrumen likuiditas otomatis (standing facilities), (iii) Intervensi di

pasar valas, (iv) Penetapan giro wajib minimum (GWM), dan (v) Himbauan

moral (moral suassion). Pengendalian moneter diarahkan pula agar

perkembangan suku bunga pasar uang (PUAB) berada pada koridor suku

bunga yang ditetapkan. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas

pengendalian likuiditas sekaligus untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter

yang ditempuh Bank Indonesia.

Page 50: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

5. Mekanisme Transmisi Alur Tingkat Bunga dan Harga

Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat berpengaruh terhadap

aktivitas ekonomi dan bisnis melalui alur tingkat bunga atau interest rate

channel dan alur harga aktiva atau asset price channel. Mekanisme transmisi

alur tingkat bunga dari ekspansi moneter adalah peningkatan permintaan

agregat sebagai akibat peningkatan ekspektasi inflasi dan penurunan tingkat

bunga riil. Penurunan tingkat bunga riil akan meningkatkan investasi dan

menurunkan biaya modal dalam proses produksi sehingga output agregat naik.

Mekanisme transmisi alur harga aktiva dari ekspansi moneter adalah

peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan ekspektasi inflasi,

nilai perusahaan dan kekayaan individu. Peningkatan ekspektasi inflasi akan

menurunkan tingkat bunga riil sehingga nilai tukar mata uang depresiasi,

ekspor neto naik dan kemudian meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat

bunga merupakan kunci mekanisme transmisi moneter dalam model IS, model

LM, model AD dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan

tingkat bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis.

Peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat. Penurunan

tingkat bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah

dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat bunga akibat ekspansi

moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat.

Pada tingkat bunga nominal yangsangat rendah, ekspansi moneter akan

meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi, akibatnya tingkat bunga riil

turun. Penurunan tingkat bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya

Page 51: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

memegang uang, kemudian menstimulasi pengeluaran bisnis dan konsumen.

Peningkatan pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya akan

meningkatkan permintaan agregat.

Page 52: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

PEMBAHASAN

A. Profil Bank Indonesia

1. Sejarah Umum Bank Indonesia

Pada awalnya, Bank Indonesia merupakan bank milik Belanda dengan

nama De Javasche Bank (10 0ktober 1827), kemudian dinasionalisasi dengan

UU No.11 tahun 1951. Dengan UU Pokok Bank Indonesia No.11tahun 1953

istilah De Javasche Bank diganti dengan nama Bank Indonesia yang fungsinya

sebagai Bank Sentral Indonesia.

Berdasarkan Penetapan Presiden No. 17 tahun 1965, Bank Indonesia

dilebur menjadi Sistem Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia

Unit I, yang fungsinya sebagai bank sirkulasi dan menjalankan fungsi bank

komersial. Dalam rangka pengamanan keuangan negara, pengawasan, dan

penyehatan sistem perbankan Indonesia, maka ditetapkanlah UU Pokok

Perbankan No.14 tahun 1967 dan UU No.13 tahun 1968 tentang Bank Sentral.

Dengan ketentuan yang baru tersebut mengakibatkan BNI Unit I dipisahkan

kembali dari sistem Bank Tunggal dan muncul istilah Bank Sentral dengan

nama Bank Indonesia.

Dalam kaitan ini, sesuai dengan UU No.23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2004, sasaran

laju inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter yang semula ditetapkan

oleh Bank Indonesia telah diubah menjadi ditetapkan oleh

39

Page 53: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Perubahan

ini dimaksudkan untuksemakin meningkatkan koordinasi antara kebijakan

moneter dengan kebijakan fiskal dan ekonomi lainnya yang ditempuh

pemerintah dalam sasaran ekonomi makro. Di samping itu, perubahan tersebut

dimaksudkan pula untuk komitmen dan dukungan pemerintah dalam

pencapaian sasaran inflasi oleh Bank Indonesia.

Agar pelaksanaan kebijakan moneter dapat secara efektif mencapai

sasaran inflasi yang telah ditetapkan, maka harus dihindari penciptaan uang

beredar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar pertimbngan moneter.

Pengalaman di masa orde lama maupun selama masa krisis menunjukkan

bahwa penggunaan kebijakan moneter untuk membiayai pengeluaran

pemerintah telah berdampak buruk pada peningkatan laju inflasi dan kegiatan

ekonomi secara keseluruhan. Sejalan dengan itu, berdasarkan UU No.23 tahun

1999 ditetapkan bahwa Bank Indonesia dilarng membeikan pinjaman kepada

pemerintah untuk membiayai pengeluaran APBN baik secara langsung

maupun melalui pembelian SUN atau Surat Utang Negara. Sesuai dengan

amandemen UU No.3 tahun 2004, pengecualian diperkenankan kepada Bank

Indonesia untuk membeli SUN guna pendanaan fasilitas pembiayaan darurat

yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengatasi kesulitan perbankan yang

berdampak sistemik pada seluruh sistem keuangan dan perekonomian.

a. Visi, Misi Dan Nilai-nilai Strategis

Menurut UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan

Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Page 54: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Rumusan tersebut merupakan pedoman bagi Bank Indonesia dalam

menetapkan misi dan visinya. Penetapan misi dan visi tersebut

merupakan hal yang penting karena perumusan misi dan visi dapat

memperjelas tujuan organisasi, mempermudah perencanaan dan proses

pengambilan keputusan, serta mempermudah pengkoordinasian unit-unit

dalam organisasi. Adapun mengenai misi, visi, nilai-nilai, dan sasaran

strategis Bank Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Visi Bank Indonesia

Visi Bank Indonesia adalah suatu pernyataan yang merupakan

komitmen untuk mencapai misi yang ditetapkan sesuai dengan

harapan pihak yang berkepentingan dengan Bank Indonesia. Visi

Bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang dapat

dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah

dan stabil. Dapat dipercaya dimaksudkan dengan pengakuan oleh

pihak yang berkepetingan mengenai produk atau kebijakan yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapat dipercaya dan menjadi acuan

bagi lembaga, institusi, atau pihak-pihak lain baik di dalam maupun di

luar negeri. Pernyataan visi cukup penting bagi Bank Indonesia,

karena dapat:

a) Memperjelas arah organisasi ke depan;

Page 55: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b) Memotivasi anggota Dewan Gubernur dan pegawai Bank

Indonesia untuk melaksanakan tugas-tugas.

2) Misi Bank Indonesia

Yang dimaksud dengan misi Bank Indonesia seperti yang

dituangkan dalam Keputusan Gubernur No.4/22/KEP/GBI/

INTERN/002 tanggal 28 Juni 2002 adalah suatu tujuan, tugas, dan

wewenang Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU

tentang Bank Indonesia. Dengan perkataan lain, misi Bank Indonesia

adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan kestabilan

sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang

berkesinambungan.

Bagi Bank Indonesia, perumusan misi dimaksud diharapkan

dapat membantu organisasi dalam :

a) Menerapkan dan menjaga konsistensi, serta kejelasan tujuan

organisasi;

b) Memberikan referensi untuk perencanaan dan proses pengambilan

keputusan;

c) Memperoleh komitmen para anggota Dewan Gubernur dan seluruh

pegawai, melalui komunikasi yang jelas tentang tugas organisasi;

dan

d) Memperoleh dukungan dan pengertian dari pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap pelaksanaan tugas organisasi.

Page 56: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

3) Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia

Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah nilai-nilai yang

menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk

bertindak dan atau berperilaku. Nilai-nilai strategis Bank Indonesia

yang dinyatakan dengan istilah “KITA Kompak” :

a) Kompetensi (competency): kondisi pegawai yang mempunyai

pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan kualitas yang

telah ditetapkan.

b) Integritas (integrity): konsistensi dan kepatuhan terhadap nilai-

nilai moral atau peraturan lainnya, terutama nilai kejujuran dan

anti KKN, serta mengutamakan kepentingan organisasi.

c) Transparansi (transpararency): kejelasan, dan keterbukaan dalam

latar belakang dan hasil suatu tujuan, keputusan, ataupun langkah

kerja organisasi maupun individu pegawai.

d) Akuntabilitas (accountability): pertanggungjawaban yang jelas

dari masing-masing individu atas semua tindakan yang diambil

beserta konsekuensinya, terutama dalam hal penyelesaian tugas

dan pengambilan keputusan.

e) Kebersamaan (cohesiveness): rasa kesatuan atau kekompakan ada

di dalam organisasi dan kedekatan dengan sesama individu

ataupun sesama satuan kerja yang mampu mendukung terciptanya

Page 57: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

komunikasi dan kerja sama yang baik, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan produktivitas.

Nilai-nilai strategis ini penting dan berguna untuk :

a) Menentukan kedalaman, ruang lingkup dan prioritas upaya

organisasi dalam mmencapai visi dan misinya,

b) Menentukan ekspektasi organisasi dan mengkomunikasikannya

kepada pihak-pihak yang berkepentingan,

c) Menentukan bagaimana organisasi akan menjalankan tugas dan

kegiatannya,

d) Menetapkan karakteristik sumber daya manusia yang mampu

bekerja secara efektif.

2. Profil Kantor Bank Indonesia Solo

a. Sejarah Singkat KBI Solo

Kantor Cabang Bank Indonesia Solo dibuka pada tanggal 25

November 1867 dengan nama “Agentschap Soerakarta” sebagai kantor

cabang ke enam dari DE JAVASCHE BANK.

Pada tanggal 10 November 1908 gedung KBI Solo dibangun dengan

peletakan batu pertama oleh Moej. A. Roufls dengan perancang oleh

Biro Arsitek dan Insinyur “Vermont Cuypers & Hulswit”. Gedung baru

ini mulai digunakan pada tanggal 1 Agustus 1910 dengan alamat Jl Jend.

Sudirman nomor 4 Surakarta, Sementara periode Kantor Bank

Page 58: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Indonesia Solo mulai di buka pada tanggal 15 Januari 1949 dengan

status kelas 3.

(Bank Indonesia Solo, 2006)

b. Visi, Misi dan Sasaran Strategis KBI Solo

1). Visi Kantor Bank Indonesia Solo

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah

melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank

Indonesia yang diberikan.

2). Misi Kantor Bank Indonesia Solo

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di

bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien

dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga

terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan

ekonomi daerah.

c. Sasaran Strategis

1). Terkendalinya inflasi daerah dan tersedianya informasi ekonomi

regional.

2). Terwujudnya industri perbankan yang sehat.

3). Terpeliharanya kehandalan sistem pembayaran dan pengedaran uang.

4). Mendukung upaya pengendalian inflasi.

5). Mendorong upaya penyehatan industri perbankan.

6). Memelihara keamanan dan kehandalan sistem pembayaran.

Page 59: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

7). Meningkatkan efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran.

8). Memperkuat dukungan organisasi dan kepemimpinan pegawai, serta

mengembangan kompetensi pegawai.

9). Memperbaiki pelaksanaan governance.

d. Komposisi Pegawai di KBI Solo

Jumlah pegawai Kantor Bank Indonesia Solo sampai saat ini

adalah 78 pegawai tetap dan 27 pegawai honorer/outsourcing (struktur

organisasi terlampir). Komposisinya per Seksi seperti tersaji pada

diagram batang distribusi jumlah pegawai KBI Solo

Gambar 3.1 Distribusi Pegawai KBI Solo Per Seksi

( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo )

Page 60: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dari pola distribusi pegawai per seksi dapat terlihat bahwa pegawai

terbanyak berada di bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern

(Operasional Kas) dari pada seksi Sumber Daya, Layanan Nasabah Dan

Penyelenggara Kliring (LNPK) , dan Operasional Kas.

Selain pegawai tetap, KBI Solo juga dibantu oleh tenaga-tenaga

honorer/outsource sebagai Konsultan Pemperdayaan Unit Mikro Kecil

Menengah (PUMKM), Data Entry Operation (DEO), Messenger,

Pengemudi, Pengamanan, dan Operator telepon. Distribusi tenaga

honorer/outsource KBI Solo dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Berdasarkan diagram distribusi tenaga honorer/outsource tersebut dapat

dilihat bahwa distribusi tenaga honorer terbanyak adalah tenaga

Pengamanan dengan jumlah 11 orang (41%) dan distribusi terbanyak di

Seksi Sumber Daya. Untuk tenaga outsource, KBI Solo bekerjasama

dengan PT. Bina Karsa Sejahtera.

Gambar 3.2 Distribusi Tenaga Honorer/Outsource KBI Solo

( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)

Page 61: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

e. Budaya kerja KBI Solo

Dalam suatu organisasi terdapat visi yang akan dicapai oleh

organisasi tersebut. Dalam mewujudkan visi tersebut diperlukan suatu

misi yang merupakan target untuk mencapai visi. Misi dijabarkan lebih

jauh lagi di dalam sasaran strategis yang berupa tugas-tugas dalam

pelaksanaan kerja di Bank Indonesia.

Penguatan nilai-nilai yang dimilki oleh Bank Indonesia merupakan

suatu cara untuk mencapai visi. Nilai-nilai yang ada pada suatu

organisasi terbagi menjadi dua besaran yaitu core value (nilai inti) yang

mutlak dibutuhkan oleh Bank Indonesia sebagai suatu kesatuan

organisasi, dan shared value, yaitu nilai-nilai yang harus dimiliki oleh

pegawai Bank Indonesia yang dapat mempengaruhi pencapaian Sasaran

Strategis. Setiap pegawai Bank Indonesia mempunyai nilai-nilai berbeda

yang dianut. Oleh karena itu, untuk memelihara, menguatkan shared

value diperlukan suatu budaya kerja. Budaya Kerja Bank Indonesia

merupakan cara untuk menguatkan nilai-nilai KITA-Kompak sebagai

karakter Bank Indonesia yang diaplikasikan dalam kegiatan kerja sehari-

hari dan diharapkan setiap pegawai memiliki nilai-nilai tersebut.

Program budaya kerja diantaranya adalah Program Penyelarasan

Kultur (PPK) yang sebelumnya merupakan Program Prakarsa Terfokus.

Dalam PPK KBI Solo tahun 2007, telah diawali dengan adanya

penyesuaian Motto dan Yel-yel, yang semula “High Performance in

Harmony” dan “Mari Kita” menjadi “Nyambut Gawe Sing Kepenak,

Page 62: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Nanging Ojo Sak Sakkepenake Dewe” dan “Ya, Aku Bisa”. Adapun

makna dari motto dan yel-yel yang baru tersebut dapat dikemukan

sebagai berikut:

A. Nyambut gawe sing kepenak, dibahasa Indonesiakan menjadi

bekerjalah dengan perasaan nyaman dan senang. Bekerja itu adalah

ibadah, bukan sekedar mencari uang, jadi bekerjalah dengan

dilandasi rasa tulus ikhlas karena ibadah dan amanah, sehingga

dalam melaksanakan kerja tersebut timbul perasaan nikmat, senang,

dan nyaman tanpa beban apapun

B. Nanging ojo sak kepenake dewe, dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan menjadi tapi jangan seenaknya sendiri. Bagi setiap

pegawai harus patuh kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang

telah mengikat kita serta berperilaku sesuai dengan values lembaga,

namun bukan berarti pegawai harus kaku, tetapi harus memiliki daya

adaptabilitas yang luwes dan tidak selalu menutup diri terhadap

gagasan baru yang bersifat inovatif. Pegawaipun dituntut untuk

berinteraksi secara baik dengan sesama pegawai. Dalam cakupan

yang lebih luas yaitu ketika berhubungan dengan pihak eksternal pun

pegawai tidak bisa semaunyat sendiri, tetapi harus menghormati

pihak lain, terbuka dan siap melakukan kerjasama dengan baik.

Demikian pula dalam hubungan dengan Sang Pencipta, pegawai juga

tidak bisa seenaknya sendiri, namun wajub mematuhi seluruh

perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Page 63: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Yel-yel“Ya,Aku Bisa” dilakukan setiap instruktur/ pemimpin/

fasilitator meneriakkan “Aku Bisa” seluruh pegawai menjawab “Ya,

Aku Bisa” dan diikuti tepuk tangan bersama. Akronim dan

penjabaran singkat dari AKU BISA adalah sebagai berikut:

A adalah Allah is always in my heart

Mempunyai arti bahwa Allah senantiasa ada di dalam hati

setiap manusia, disini manajemen bermaksud mengajak kepada

seluruh pegawai agar dalam melaksanakan kerja sehari-hari harus

selalu ingat kepada Tuhan yang Maha Mengetahui, sehingga setiap

akan berbuat kecurangan, dan tindakan yang tidak terpuji selalu

ingat kepada Allah.

K adalah Knowledge is a power

Mempunyai arti bahwa pengetahuan adalah suatu kekuatan,

dan manajemen bermaksud mengajak kepada seluruh pegawai agar

didalam bekerja sehari-hari, terus menerus meningkatkan ilmu

dengan cara memanfaatkan seluruh sumber ilmu yang telah

disediakan lembaga maupun sumber ilmu lainnya (OBP).

U adalah Undefeatable

Mempunyai arti “tak terkalahkan”, manajemen berharap agar

pegawai menjadi pegawai yang tidak terkalahkan secara fisik dan

tidak tergoda secara psikhis. Dari tubuh yang sehat akan terbentuk

mental yang sehat dan berani memerangi hal-hal yang keliru, dan

tidak mudah tergoda terhadap hal-hal yang tidak benar.

Page 64: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

B adalah Be Positive

Manajemen bermaksud mengajak seluruh pegawai didalam

menyikapi segala permasalahan yang dihadapi dengan

menggunakan pikiran dan hati yang sehat. Mengubur dalam-dalam

sifat dan pikiran jelek, dan menonjolkan sifat dan pikiran positif.

I adalah Impressive

Menjadi pegawai BI yang berperilaku menyenangkan dan

mengesankan (Impressive) adalah bukan sesuatu yang mudah

untuk dijalankan namun bukan berarti tidak bisa dilaksanakan.

Manajemen mengajak seluruh pegawai agar menjadi pribadi yang

dirindukan karena setiap tindakannya selalu memberikan bekas

yang mendalam di hati orang lain dan empatinya menujukkan

kecerdasan sosialnya.

S adalah Success Oriented

Manajemen mengajak seluruh pegawai agar senantiasa dalam

benak pikiran dan hatinya untuk selalu berorientasi kepada “sukses

atau berhasil” didalam mengabdi di Bank Indonesia dan lebih luas

didalam mengarungi kehidupan fana ini. Dalam meraih sukses ini

tidak perlu takut terhadap tantangan, penderitaan ataupun

kegagalan, karena hal tersebut adalah modal besar untuk meraih

kesuksesan.

A adalah action

Page 65: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

A, K, U, B, I, S diatas tidak mempunyai makna dan hanya

merupakan kata-kata saja. Untuk itu perlu satu huruf yaitu A

(Action) sehingga kata AKU BISA menjadi bermakna. Action

berarti meminta setiap A, K, U, B, I, S dapat dijiwai dan

dilaksanakan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan kerja

sehari-hari.

Dengan Motto dan Yel-yel tersebut diharapkan dapat menjadi

pedoman dan semangat bagi seluruh pegawai dalam menjalankan

tugasnya di Bank Indonesia, oleh karena itu mulai tahun 2009 yel-

yel AKU BISA diubah menjadi KITA BISA. KBI Solo juga

mempunyai kegiatan lain yang biasa diikuti oleh pegawai yaitu :

a. Doa pagi bersama setiap hari sebelum bekerja

b. Siraman rohani yang diadakan Rabu pagi setiap 2 minggusekali

c. Selasa Berbagi Ilmu (SBI) diadakan Selasa pagi sebagai ajang

untuk kegiatan belajar dan berbagi ilmu kepada seluruh

pegawai

d. Senam atau jalan sehat yang diadakan setiap Jumat pagi

e. Kegiatan olah raga seperti Karate, Ping pong, Bulu tangkis,

Tenis, Futsal, dan bersepeda sesuai jadwal yang ada.

f. Kegiatan berkesenian seperti menyanyi yang diadakan setiap

Jumat malam.

g. Kegiatan apel pagi satpam setiap Senin pagi

Page 66: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

h. Kegiatan insidentil (hari ulang tahun BI pada bulan Juli,

peringatan ulang tahun pegawai setiap akhir bulan,

memperingati hari besar keagamaan, kegiatan sosial donor

darah, kegiatan memancing dll).

f. Gambar 3.3 Logo Bank Indonesia

( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)

g. Struktur Organisasi

1. Gambar 3.4 Struktur Organisasi KBI Solo

( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)

Pimpinan Bank Indonesia Solo

Kepala Bidang Ekonomi Moneter

Kepala Bidang Sistem Pembayaran &

Manajemen Intern Kepala Bidang

Pengawasan Bank

Pemberdayaan Sektor Riil &

UMKM (KPSRU)

Kajian & Statistik Survei

Seksi Sumber Daya

Seksi Layanan Nasabah

&Penyelenggara Kliring

Seksi Operasional

Kas

TPB IITPB I TPB TPB

Personalia

Logistik

Page 67: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Struktur organisasi Bank Indonesia menggambarkan 3 pilar ,

departemenisasi, posisi staf, tanggung jawab dan dibagi menjadi tiga

kelas, kelas I memiliki tugas dan wewenang secara nasional, kelas II

memiliki tugas dan wewenang di wilayah propinsi atau koordinator

Kantor Bank Indonesia wilayah propinsi, kelas III memiliki tugas dan

wewenang di daerah dan kelas IV memiliki tugas dan wewenang daerah

yang sedang dirintis. Kantor Bank Indonesia Solo sebagai KBI Kelas III

dipimpin oleh satu orang Pemimpin Bank Indonesia (PBI) yang

membawahi 3 bidang yaitu:

a. Bidang Ekonomi, Moneter

Bidang Ekonomi Moneter membawahi 2 kelompok, yaitu:

1) Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU)

2) Kelompok Kajian Statistik dan Survei (KKSS)

b. Bidang Perbankan

Bidang Perbankan membawahi 4 Kelompok Pengawasan Bank,

yaitu:

1) Kelompok Pengawasan Bank I

2) Kelompok Pengawasan Bank II

3) Kelompok Pengawasan Bank III

4) Kelompok Pengawasan Bank IV

c. Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern.

Bidang SP & MI membawahi 3 seksi, yaitu:

1) Seksi Operasional Kas

Page 68: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

2) Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring

3) Seksi Sumber Daya (terintegrasi di dalamnya Logistik,

Protokol,PAM, dan Kesekretariatan).

2. Deskripsi Jabatan

a. Bidang Ekonomi Moneter

1) Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU)

Tugas Pokok :

a) Melakukan identifikasi hasil-hasil kajian penelitian/

kesepakatan/program yang potensial dalam

pengembangan sektor riil dan atau melaksanakan

identifikasi permasalahan secara spesifik yang terjadi

pada komoditi/industri/bidang usaha tertentu.

b) Menyusun program pemberdayaan sektor riil

(korporasi, BUMN dan UMKM) berdasarkan hasil

identifikasi.

c) Melaksanakan program pemberdayaan sektor riil

yang ditetapkan.

d) Melakukan koordinasi dengan stakeholder daerah

untuk memberikan bantuan teknis dalam bentuk

pelatihan kepada perbankan dan BDSP dalam rangka

pemberdayaan sektor riil/UMKM.

e) Memberikan bantuan teknis dalam bentuk penyediaan

informasi berbasis penelitian serta memfasilitasi

Page 69: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

proses intermediasi perbankan dalam rangka

pemberdayaan sektor riil/UMKM.

f) Mengkomunikasikan hasil penelitian dalam rangka

mendorong perbankan dalam pembiayaan UMKM.

g) Menyediakan data profil UMKM ynag potensial

dibiayai oleh Lembaga Keuangan yang disajikan

melalui website.

h) Melaksanakan pembebanan rekening khusus dalam

rangka bantuan luar negeri.

i) Menata usahakan Kredit Likuiditas Bank Indonesia

(KLBI) termasuk perhitungan bunga dan laporan-

laporan lainnya.

j) Membantu melakukan pengawasan atas pengelolaan

KLBI dan TSL terhadap bank yang berada di wilayah

kerjanya.

k) Melaksanakan pemberian izin, pengawasan dan

pembinaan serta pengelolaan data informasi Pedagang

Valuta Asing (PVA) di daerah.

l) Mendukung kegiatan koordinasi dengan KKBI dalam

rangka pelaksanaan tugas-tugas pemberdayaan sektor

riil (korporasi, BUMN dan UMKM).

2) Kelompok Kajian Statistik dan Survei (KKSS)

Tugas Pokok :

Page 70: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

a) Menyusun Kajian Ekonomi daerah dan perkiraan

perkembangan ekonomi dan harga.

b) Melakukan penelitian ekonomi daerah yang berbasis

kajian lapangan dan studi kepustakaan.

c) Melakukan kajian ad hoc atas inisiatif KBI ataupun

kerjasama dengan kantor pusat atau stakeholders

daerah.

d) Menyususun rekomendasi kebijakan perekonomian

daerah kepada PEMDA dan stakeholders lainnya

yang didasari oleh hasil penelitian

e) Menyusun dan melaksanakan program komunikasi

atas hasil-hasil kajian ekonomi dan penelitian daerah.

f) Melakukan diseminasi atas kebijakan moneter,

perbankan, dan sistem pembayaran.

g) Melaksanakan kegiatan kehumasan.

h) Monitoring Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Daerah,

Swasta, TSL dan Pinjaman Syariah)

i) Melakukan kegiatan fungsi investor relation program.

j) Mendukung terlaksananya koordinasi dengan KKBI

dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kajian

ekonomi.

Page 71: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

k) Menerima, memverifikasi, mengirim ke kantor pusat,

menatausahakan dan memberikan bantuan teknis

laporan bank dan non bank.

l) Mengumpulkan dan menyusun data/informasi

ekonomi, keuangan, perbankan dan demografi di

wilayah kerja.

m) Melakukan kegiatan survei untuk kepentingan kantor

pusat dan KBI.

n) Melakukan kegiatan liaison dalam rangka

pengumpulan dan informasi dari pelaku ekonomi

(perusahaan, lembaga riset, pemerintah, perbankan

dan asosiasi.).

o) Mengelola dan mengembangkan database informasi

perekonomian daerah.

p) Melaksanakan tugas sebagai pusat informasi.

q) Mendukung terlaksananya koordinasi dengan KKBI

dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas statistik dan

survei.

Ada beberapa catatan terkait dengan KKSS bahwa

kelompok ini melakukan fungsi lain yaitu kehumasan yang

sedianya dilakukan oleh Manajemen Intern berkaitan

dengan tugasnya pada protokoler dan sekretariat. Fungsi ini

menjadi strategis dilaksanakan oleh KKSS karena

Page 72: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

diseminasi kebijakan moneter maupun langkah-langkah

yang dilakukan di KBI Solo tertampung semua di KKSS.

b. Bidang Perbankan

Tugas Pokok :

1) Melakukan pembinaan terhadap bank umum, BPR, yang

menjadi obyek pengawasannya.

2) Melakukan pengawasan terhadap bank umum dan BPR yang

menjadi obyek pengawasannya.

3) Menyelesaikan permohonan izin yang berkaitan dengan

kelembagaan dan kegiatan operasional bank umum dan BPR

yang menjadi obyek pengawasannya.

4) Menyediakan informasi tentang kondisi dan permasalahan

bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya.

5) Menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh bank umum

dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya.

6) Menyelesaikan proses pencabutan izin usaha bank umum dan

BPR serta tindak lanjutnya.

7) Membantu pemeriksaan dan pengawasan terhadap bank yang

berkantor pusat di luar wilker.

8) Melakukan peran aktif dalam menciptakan perkembangan

perbankan yang sehat di wilayah kerja (dedicated dan non

dedicated banks).

Page 73: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

9) Melakukan evaluasi kesesuaian antara komposisi

Tim/Kelompok Pengawasan dengan beban tugasnya

10) Melakukan mediasi perbankan.

11) Melakukan Investigasi terhadap tindak pidana bidang

perbankan termasuk sebagai saksi ahli.

12) Menyelenggarakan administrasi dalam rangka pelaksanaan

tugas pengawasan bank.

13) Membuat data yang lengkap tentang profil Bank Umum dan

BPR (dedicated banks) secara individu dan gabungan di

wilayah kerjanya.

14) Menyampaikan laporan yang terkait dengan data base

perbankan nasional secara berkala ke Kantor Pusat.

15) Memenuhi permintaan bank-bank tentang informasi

ketentuan perbankan.

16) Melakukan proses perizinan operasional bagi kantor pusat

bank yang berkedudukan di wilayah kerja KBI.Melakukan

penelitian Laporan Bank Umum (LBU).

17) Melakukan pendendaan atas kelambatan dan kesalahan

laporan.

18) Menjadi Liaison officer dalam penanganan tindak pidana

perbankan (SKB Jaksa Agung, Kapolri dan GBI)

19) Melaksanakan pertemuan tim kerja dan tim pleno di KBI

sehubungan dengan SKB, Kejagung, Kapolri dan GBI.

Page 74: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

20) Melakukan monitoring ketentuan perbankan.

21) Membantu proses intermediasi perbankan.

22) Melakukan tugas-tugas kesekretariatan Badan Musyawarah

Perbankan Daerah (BMPD).

23) Mengelola anggaran.

24) Mendukung koordinasi dalam hal pelaksanaan pengawasan

bank dengan KKBI

Fungsi pengawasan yang ditetapkan melalui sistem

dedicated team, pola kerja berdasarkan team, dan rotasi sumber

daya manusia dilakukan secara berkala terhadap pemeriksa

Bank. Untuk di KBI, Kelompok pengawas Bank dipimpin oleh

seorang koordinator bidang Perbankan/Pengawas Bank

eksekutif Senior/Kepala Bidang yang membawahi sub

Kelompok pengawasan. Kelompok ini melakukan pemeriksaan

BPR dan bank umum yang berkantor pusat di wilayah kerja

KBI yang dimaksud.

Tugas dan produk pokok tersebut terbagi dalam empat seksi

Kelompok Pengawasan Bank I, II, III, dan IV. Kelompok

Pengawasan Bank I, II, III lebih fokus pada tugas pengawasan

dan pembinaan bank di wilayah kerja KBI solo sedangkan KPB

IV ditambah tugas Administrasi dan Informasi.

c. Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern

Page 75: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

1) Bidang Sistem Pembayaran

a) Seksi Operasional Kas

Tugas Pokok :

(1) Melakukan perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi/monitoring kebutuhan uang

(2) Melakukan pengelolaan khazanah yaitu

penyiapan dan pengembalian modal kerja,

pengelolaan persediaan kas (termasuk kas

besar titipan DPU), pemerikasaan fisik uang,

pengelolaan barang/surat-surat berharga serta

penguncian dan pengamanan khazanah

(3) Melakukan tindak lanjut atas:

(4) Temuan selisih lebih/kurang hasil hitung

ulang yang disebabkan karena selisih jumlah,

perbedaan pecahan dan uang palsu.

(5) Laporan temuan uang palsu dari stakeholder

(6) Laporan terkait dengan uang dan sistem

pengedaran uang

(7) Mensosialisasikan ciri-ciri keaslian uang dan

cara memperlakukan uang

(8) Melakukan administrasi kegiatan operasional

kas, pengaturan tugas kasir dan anggaran

operasional kas

Page 76: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

(9) Menyiapkan dan melaksanakan proses

penunjukan pihak ketiga sebagai pelaksana

jasa kas, seperti PPUPK dan peleburan uang

logam tidak layak edar

(10) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan

terhadap pihak ketiga pelaksanaan jas kas,

seperti Perusahaan Penukaran Uang Pecahan

Kecil/POSINDO/Cash Center atau jas lainnya

seperti peleburan uang

(11) Memantau dan melaporkan pemeliharaan

peraltan kas/sarana lainnya

(12) Memantau penggunaan dan persediaan

supplies yang dibutuhkan dalam kegiatan

operasioanal kas

(13) Mendukung terlaksananya koordinasi

dengan KKBI dalam rangka pelaksanaan

distribusi uang di wilayah kerjanya sesuai

dengan yang ditetapkan KP

(14) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan

kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung

Ulang Manual (HUM) uang kertas

Page 77: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

(15) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan

kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung

Ulang Manual (HUM) uang logam

(16) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan

kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung

Ulang Manual (HUM) –MSUK

(17) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan

kegiatandan pertanggungjawaban pemusnahan

UK dan MRUK

(18) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan

kegiatan dan pertanggungjawaban peleburan

UL

(19) Melakukan trasaksi dan pertanggung

jawaban setoran bank dan non bank

(20) Mempersiapkan modal kerja, melakukan

transaksi dan pertanggungjawaban bayaran

bank dan non ban

(21) Mempersiapkan modal kerja, melakukan

transaksi dan pertanggungjawaban penukaran

(22) Mempersiapkan modal kerja, melakukan

transaksi dan pertanggungjawaban kegiatan

layanan kas di luar kantor yaitu kas keliling

dan kas titipanMempersiapkan modal kerja,

Page 78: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

melakukan transaksi dan pertanggungjawaban

penjualan Uang Rupiah Khusus (URK)

b) Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring

Tugas Pokok :

(1) Settlement transfer melalui BI-RTGS untuk

kepentingan pengeluaran Pemerintah (atas

beban APBN atau reksus) dan rekening

lainnya.

(2) Penatausahaan rekening nasabah (termasuk

pemerintah daerah dan lembaga lain terkait

dengan tugas BI)

(3) Settlement penerimaan pajak dan penerimaan

lainnya dari bank ke rekening lainnya.

(4) Penatausahaan Cek/Bilyet Giro (BG) Bank

Indonesia

(5) Pengiriman Data Keuangan Elektronik (DKE)

melalui SKN-BI untuk kepentingan

pengeluaran Pemerintah (atas beban APBN

atau reksus) dan rekening lainnya.

(6) Analisa Perilaku dan Perkembangan SP Non

Tunai di KBI:

a. Tatausaha Money Remittance

Page 79: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

b. Kajian Perilaku SP Non Tunai Menyediakan

layanan helpdesk kepada

peserta BI-RTGS

(7) Melaksanakan survey atas layanan SP Non

Tunai

(8) Pengelolaan database (rekening, user dan

database lainnya) BI-SOSA dan BI-RTGS

(RTGS Terminal)

(9) Pengelolaan transaksi (akunting dan anggaran)

BI-SOSA

(10) Melakukan tugas lain terkait dengan

sosialisasi dalam rangka deseminasi ketentuan

SP kepada stakeholder di daerah.

(11) Penyelenggaraan kliring lokal (Warkat

Debet)

(12) Pengelolaan Data Keuangan Elektronik

(DKE)

(13) Pengelolaan dan penatausahaan data penarik

cek/BG kosong

(14) Penerbitan Daftar Hitam Lokal

(15) Monitoring penyelenggaraan kliring lokal

non BI

Page 80: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

(16) Perhitungan dan pembebanan biaya proses

pilah

(17) Pelaksanaan BCP baik yang dikoordinir

DASP maupun KBI

(18) Pengelolaan anggaran

(19) Menyediakan layanan helpdesk kepada

peserta kliring sehunbungan dengan SKN-BI

Jadwal pelaksanaan kliring

Jadwal penyelenggaraan kliring dibagi dalam 2 sesi yaitu :

1. Pukul 08.30 – 11.00 : dilaksanakan kliring kredit sesi 1

dan kliring debet (penyerahan).

2. Pukul 13.00 – 14.00 : dilaksanakan kliring kredit sesi 2

dan kliring debet (pengembalian).

d. Bidang Manajemen Intern

1) Seksi Sumber Daya

Tugas Pokok :

a) Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan

penerimaan, penempatan, pengembangan, pembinaan

dan pemutusan hubungan kerja dengan pegawai

termasuk THOS sesuai ketentuan yang berlaku

b) Mengelola data kepegawaian.

c) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan pegawai

sesuai dengan kewenangannya.

Page 81: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

d) Melakukan kegiatan yang terkait dengan sistem

pemeliharaan pegawai (gaji, insentif, manfaat dan

fasilitas lainnya)

e) Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan

kepegawaian kepada satker di KP.

f) Mengkoordinasikan penyusunan RKAT dan

mengevaluasi realisasi RKAT KBI.

g) Mendukung terlaksananya kegiatan yang terkait

dengan funsi koordinasi dengan KKBI.

h) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi terhadap realisasi program kerja dan

anggaran KBI.

i) Menatausahakan dan melaksanakan pengadaan

barang dan jasa.

j) Melaksanakan pemeliharaan gedung, inventaris

kantor, rumah dinas, rumah istirahat dan perabotnya

serta sarana lainnya.

k) Melaksanakan penghapusan barang-barang inventaris

dan kendaraan.

l) Menyelesaikan tagihan sumber daya energi, jasa dan

lainnya kepada pihak ketiga.

m) Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan

kegiatan kelogistikan.

Page 82: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

n) Melakukan pemeliharaan perangkat lunak dan keras

terkait dengan teknologi informasi.

o) Melakukan koordinasi pengadaan barang dan jasa

tertentu yang dibutuhkan bersama oleh KBI yang

hanya dapat dipenuhi oleh rekanan di tempat

kedudukan KKBI.

p) Memfasilitasi kebutuhan terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan proses hukum.

q) Menatausahakan surat, warkat masuk maupun keluar

dan dokumen laimmya termasuk mengelola sentral

khazanah arsip.

r) Melaksanakan dan menatausahakan kegiatan

pengamanan gedung kantor, tata tertib kantor,

pengiriman dan penjemputan uang, kas keliling,

rumah dinas dan rumah peristirahatan serta sarana

lainnya.

s) Melaksanakan pengamanan dan tindakan

penanggulangan ancaman serta gangguan Kamtib

terhadap personil, materiil, acara kedinasan, sosial

kepegawaian dalam keadaan normal dan darurat,

termasuk karena dampak bencana alam.

t) Merencanakan dan melaksanakan pelatihan yang

berkaitan dengan tugas pengamanan.

Page 83: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

u) Melaksanakan kegiatan protokoler sesuai dengan

ketentuan keprotokolan yang berlaku.

v) Mengoperasikan alat komunikasi untuk keperluan

Bank Indonesia.

w) Membuat laporan berkala mengenai kesekretariatan,

komunikasi dan pengamanan.

x) Mendukung koordinasi dalam pelaksanaan tugas

kesekretariatan, pengamanan dan protokol

Secara makro seksi sumberdaya KBI Solo harus lebih mampu

menjadi moral lead bagi pegawainya misal masalah ketepatan waktu,

etos kerja, dan kualitas kerja. Juga sebagai penggerak, pembangkit

semangat kinerja pegawai lainnya. Hal ini terkait dengan peran SDM

dalam pengelolaan SDM itu sendiri yaitu sebagai:

a. Mitra strategis (strategic partner), yaitu bagaimana kehadiran

SDM dapat memberikan manfaat bagi KBI Solo (satker) untuk

mewujudkan visi, misi, dan sasaran strategisnya

b. Agen Perubahan (change agent) yaitu bagaimana SDM dapat

memberikan stimulasi dan passionate sehingga satuan kerja

termasuk line manager dan pegawai dapat melakukan

transformasi organisasi sehingga mampu menjawab tantangan

stakeholders

Page 84: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

c. Employee champion, yaitu gerakan untuk menumbuhkan

semangat, komitmen, dan kapabilitas agar pegawai dapat

menjalankan tugasnya dalam jabatan dan satuan kerja secara

maksimal.

d. Administrative expert, yaitu upaya meningkatkan pelayanan

dan pengelolaan SDM yang efisien dan efektif

B. Pembahasan

1. Langkah yang dijalankan Kantor Bank Indonesia Solo dalam

menjalankan inflasi di Solo Raya

Sebagaimana diketahui, inflasi adalah kecenderungan kenaikan

harga-harga secara umum dan terus menerus. Inflasi yang tinggi dan tidak

stabil memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat, yaitu menyebabkan pendapatan riil masyarakat turun;

menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil

keputusan, baik dalam hal konsumsi, investasi maupun produksi sehingga

pertumbuhan ekonomi menurun. Lebih dari itu, inflasi juga mendorong

investasi jangka pendek yang bersifat spekulatif, memicu efek spiral

harga-upah yang merugikan dan menjadikan daya saing industri domestik

di pasar internasional menjadi lebih rendah. Sebaliknya, kondisi yang

positif dan kondusif akan tercapai apabila inflasi yang rendah dan stabil

dapat dijaga. Untuk itu, penting bagi pemerintah daerah dan instansi terkait

Page 85: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

memantau dan mengendalikan inflasi di daerahnya dalam rangka menjaga

stabilitas perekonomian daerah.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kantor Bank

Indonesia Solo, sumber tekanan inflasi di daerah, khususnya di Kota

Surakarta, banyak yang berasal dari sisi penawaran yang disebabkan

adanya gangguan-gangguan di sisi pasokan atau produksi dan distribusi.

Sementara itu, Bank Indonesia melalui kebijakan moneter hanya mampu

mengendalikan tekanan inflasi yang bersumber dari sisi permintaan. Oleh

karena itu, untuk mengatasi sumber tekanan inflasi yang berasal dari sisi

penawaran diperlukan kerja sama, komitmen dan koordinasi dari

Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dan instansi terkait untuk menjaga

stabilitas harga di Kota Surakarta.

Dengan latar belakang tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot)

Surakarta dan Bank Indonesia pada 15 April 2008 melakukan pertemuan

yang membahas pentingnya koordinasi antar instansi dalam upaya

pengendalian inflasi. Pembahasan tersebut dilanjutkan dengan pertemuan

pada tanggal 14 Juli 2008 yang mendiskusikan inisiatif pembentukan Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta. Sejak saat itu selalu

diadakan pertemuan rutin bulanan yang membahas perkembangan harga di

Kota Surakarta. Dengan Keputusan Walikota Surakarta

No.589.05/20/1/2010, TPID Kota Surakarta secara resmi terbentuk pada 1

Maret 2010.

a. Landasan Hukum

Page 86: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Dasar hukum keberadaan TPID Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

a) Kesepakatan Bersama antara Kantor Bank Indonesia Solo dan

Pemerintah Kota Surakarta No.11/16/DKM/Slo dan No.500/4.763

tanggal 26 November 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kota

Surakarta.

b) Perjanjian Kerja Sama antara Pemimpin Bank Indonesia Solo dan

Sekretaris Daerah Kota Surakarta No.11/17/DKM/Slo dan

No.580/4.764 tanggal 26 November 2009 tentang Pengendalian

Inflasi Daerah Kota Surakarta.

c) Keputusan Walikota Surakarta No.589.05/20/1/2010 tanggal 1

Maret 2010 tentang Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota

Surakarta.

TPID Kota Surakarta terdiri dari Tim Teknis dan Tim Pengarah.

Tim Pengarah TPID Kota Surakarta beranggotakan Walikota,

Sekretaris Daerah, Pemimpin Bank Indonesia Solo, Kasat Reskrim

Poltabes, Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan

Rakyat dan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Kota Surakarta. Sedangkan Tim Teknis beranggotakan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkot Surakarta serta

instansi-instansi terkait yang mempunyai peran penting dalam

memantau dan mengendalikan inflasi, termasuk memantau produksi

dan distribusi bahan pokok masyarakat.

Page 87: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

b. Susunan Keanggotaan

1) Tim Pengarah

Ketua Merangkap Anggota : Walikota Surakarta

Wakil Ketua Merangkap Anggota: Sekretaris Daerah Kota Surakarta

Sekretaris Merangkap Anggota : Pemimpin Bank Indonesia Solo

Anggota : a) Kasat Reskrim Poltabes Surakarta

b) Asisten Perekonomian

Pembangunan dan Kesejahteraan

Rakyat Kota Surakarta

c) Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Kota

Surakarta

2) Tim Teknis

Ketua Merangkap Anggota : Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta

Wakil Ketua Merangkap Anggota: Kepala Bagian Administrasi

Perekonomian Setda Surakarta

Sekretaris Merangkap Anggota : Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi

Moneter Bank Indonesia Solo

Anggota : a) Kepala Dinas Pertanian Kota

Surakarta

b) Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kota Surakarta

Page 88: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

c) Kepala Dinas Perhubungan Kota

Surakarta

d) Kepala Dinas Pengelolaan Pasar

Kota Surakarta

e) Kepala Kantor Ketahanan Pangan

Kota Surakarta

f) Kepala Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Surakarta

g) Direktur Utama PDAM Kota

Surakarta

h) Kepala PLN APJ Surakarta

i) Kepala Bulog Sub Divre III

Surakarta

j) Ketua Kadin Surakarta

k) Kanit II Intelkam Poltabes Kota

Surakarta

l) Ketua Organda Surakarta

m) Ketua Hiswana Migas Surakarta

o) Ketua API Surakarta

p) Kepala PT. Perkebunan Nusantara

IX

Page 89: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Narasumber : a) Badan Pusat Statistik Kota

Surakarta

b) Bakorwil II Surakarta

2. Peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan inflasi di

Solo Raya

Peran Kantor Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi di

Solo Raya adalah dengan membentuk TPID yaitu Tim Pengendali

Inflasi Daerah. Tim Pengarah mempunyai wewenang untuk mengambil

kebijakan terkait pengendalian inflasi daerah berdasarkan usulan dan

laporan dari Tim Teknis TPID Kota Surakarta.

Tim Teknis mempunyai tugas:

a. Melakukan pemantauan harga dan pemetaan masalah inflasi di Kota

Surakarta.

b. Melakukan pengendalian harga di Kota Surakarta.

c. Melakukan penelitian dan evaluasi sumber potensi tekanan inflasi di

Kota Surakarta.

d. Melakukan langkah-langkah preventif dan kuratif dalam

pengendalian inflasi daerah meliputi:

1) Mengupayakan terpenuhinya ketersediaan pasokan, terutama

bahan pangan.

2) Meminimalkan dampak administered prices di daerah.

e. Memberikan informasi dan atau rekomendasi/usulan kebijakan

(termasuk alternatif solusi) kepada Tim Pengarah TPID.

Page 90: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

f. Melakukan diseminasi sasaran dan upaya pencapaiannya kepada

masyarakat daerah setempat.

g. Melaporkan semua kegiatan kepada Tim Pengarah.

a. Sinkronisasi Tugas TPID Sesuai Tupoksi

Tabel 3.1 Sinkronisasi Tugas TPID

NO SKPD/INSTANSI TERKAIT

PROGRAM KERJA KETERANGAN

1 DISPERINDAG

Survei pemantauan harga 2 kali dalam seminggu, rutin, internal

Pemantauan harga menjelang lebaran &

tahun baru

2 kali dalam setahun, rutin, melibatkan

instansi terkait

Operasi pasar Jika harga melonjak signifikan dan

menunggu kebijakan pemerintah

2 BAPPEDA

Kajian mengenai peta jalur distribusi

komoditas Usulan

3 ADM. PEREKONOMIAN

Monitoring produk pangan Melibatkan instansi terkait, anggaran

Rp 50 juta

Pendistribusian Raskin Anggaran Rp 80 juta

Monitoring BBM Tidak rutin

Page 91: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

NO SKPD/INSTANSI TERKAIT

PROGRAM KERJA KETERANGAN

Monitoring harga sembako

Melibatkan instansi terkait, anggaran

Rp16.506.000

4 BI

Pertemuan insidental, termasuk

Rakornas dan Forum TPID se-Jateng

Rakornas 1 kali dlm setahun, Rakor

TPID Jateng-DIY 2 kali dlm setahun

Survei pemantauan harga mingguan Laporan setiap bulan

Penelitian terkait inflasi 1 kali dalam setahun

Forum diskusi/diseminasi terkait inflasi Insidental

Pertemuan Tim Teknis TPID Setiap bulan

5 DISPERTAN

Yustisi atau pengawasan peredaran

daging dan bahan makanan

3 bulan sekali/tergantung situasi dan

kondisi, melibatkan instansi terkait

Pencegahan penyakit hewan menular Seminggu sekali, rutin

Pemeriksaan penyakit hewan menular Seminggu sekali, rutin

Pengendalian hama tanaman Pelaksanaan tergantung situasi dan

kondisi

6 KKP

Pemantauan harga bahan pangan

strategis

Setiap hari untuk 15 jenis bahan

pangan strategis

Page 92: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

NO SKPD/INSTANSI TERKAIT

PROGRAM KERJA KETERANGAN

Monitoring ketersediaan bahan pangan

pokok Strategis

Setiap bulan untuk 13 jenis bahan

pangan pokok strategis

7 DPP

Penyiapan sarana dan prasarana pasar

Penjagaan arus lalu lintas menuju pasar Koordinasi dengan Dishub

Monitoring ketersediaan komoditas dan

dinamika Harga

Koordinasi dengan Dinkes, Dispertan,

Disperindag dan Satpol PP

8 DISHUB

Survei pemantauan load factor

angkutan umum April & Mei

Pemeriksaan perizinan dan pemantauan

tarif Angkutan Juli & Agustus

Operasi angkutan Lebaran, Natal dan

Tahun Baru

Melibatkan tim utk operasi gabungan

9 INTELKAM POLTABES

Asesmen situasi dan kondisi sosial

ekonomi

Setiap hari, koordinasi dengan instansi

terkait

Kegiatan preventif Hari besar nasional dan keagamaan

Kegiatan represif Jika ada pelanggaran hukum

10 BULOG

Page 93: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

NO SKPD/INSTANSI TERKAIT

PROGRAM KERJA KETERANGAN

Monitoring harga beras di tingkat

produsen dan Konsumen

Seminggu sekali/setiap hari jika terjadi

fluktuasi harga

Survei persediaan beras di tingkat

produsen dan Konsumen 2 minggu sekali

Monitoring produk pangan Sebulan sekali, melibatkan instansi

terkait

Operasi pasar beras Jika harga melonjak signifikan dan

menunggu kebijakan pemerintah

11 PTPN IX

Pelaksanaan giling Pabrik Gula Mei-akhir Oktober, estimasi produksi

1.701.925 Ku

Melaksanakan impor gula putih Jika ada instruksi pemerintah dan stok

nasional kurang mencukupi

Menjual gula impor April-akhir Mei 2010, Jml gula 67.980

ton

Pasar murah Jika ada permintaan dr instansi terkait

dan harga di atas normal

12 BPS

Pemantauan rutin

Harian, mingguan, setengah mingguan,

setengah bulanan dan bulanan

Pemantauan insidental Hari raya/besar, jk ada kenaikan

Page 94: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

NO SKPD/INSTANSI TERKAIT

PROGRAM KERJA KETERANGAN

administered price atau peristiwa alam

13 BAKORWIL

Rakor ekoinda

2 minggu sblm Lebaran di tk. Provinsi,

melibatkan instansi terkait

Rakor ekonomi regional

Insidental jk harga sembako, BBM naik

ekstrim

14 DINSOSNAKERTRANS

Survei KHL Bulanan, melibatkan instansi terkait

15 DISKOMINFO

Publikasi harga dari Disperindag dan

Dispertan

Melalui website/media center, tabloid

"Solo Berseri", press release

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

b. Kegiatan Utama TPID Tahun 2010

Kegiatan utama TPID Kota Surakarta pada tahun 2010 sebagai

berikut:

1. High Level Meeting TPID (Dihadiri minimal oleh 2 anggota Tim

Pengarah / eselon 2):

Page 95: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

a. Tanggal 28 Januari 2010 di Kantor Bank Indonesia (KBI) Solo,

membahas perkembangan harga dan pembentukan TPID.

b. Tanggal 24 April 2010 di Tawangmangu, membahas program kerja

TPID, penyamaan persepsi bobot penghitungan inflasi dan diskusi

perkembangan harga.

c. Tanggal 3 September 2010 di Ruang Walikota Surakarta,

menyampaikan laporan kerja Tim Teknis periode Januari s.d. Agustus

2010 kepada Tim Pengarah dan diskusi upaya pengendalian inflasi ke

depan.

2. Rapat Tim Teknis TPID:

Rapat Tim Teknis yang telah diselenggarakan pada tahun 2010 sebanyak

12 kali, menghasilkan rekomendasi diantaranya sebagai berikut:

1. Penyaluran raskin bulan April 2010 diharapkan tepat waktu. Bag.

Adm. Perekonomian menyalurkan raskin bulan April 2010 tepat

waktu.

2. Mengharapkan Disperindag memantau gudang distributor gula pasir

untuk menjamin kelancaran distribusi gula pasir, mengingat

Disperindag mempunyai kewenangan untuk memberikan izin

distributor serta memonitor distribusi dan persediaan.

3. Mengadakan program pemanfaatan pekarangan masyarakat untuk

ditanami sayur-sayuran, terutama cabai, agar ketersediaan pasokan

selalu mencukupi. KKP membuat program pemanfaatan pekarangan

pada tahun 2011.

Page 96: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

4. Mendorong Diskominfo memuat press release TPID pada tabloid

Pemkot dan website resmi Kota Surakarta untuk mempengaruhi

ekspektasi inflasi masyarakat. Diskominfo memuat siaran pers TPID

Kota Surakarta pada tabloid Pemkot dan website Kota Surakarta.

5. Setiap anggota TPID yang melakukan kegiatan pengendalian harga,

termasuk hasil rapat rutin Tim Teknis setiap bulan, diharapkan juga

dipublikasikan melalui Diskominfo.

6. Bappeda diharapkan melakukan kajian mengenai peta jalur distribusi

komoditas.

7. Bag. Adm. Perekonomian/Disperindag/Bakorwil diharapkan dapat

mengundang Hiswana Migas/Pertamina untuk membahas langkah-

langkah antisipasi sistem distribusi tertutup elpiji 3 kg.

8. Untuk efektivitas pelaksanaan pemantauan/pemeriksaan oleh Poltabes

Surakarta ke gudang/tempat penyimpanan barang yang diduga

digunakan untuk menimbun barang sehingga melanggar hukum,

diharapkan dukungan informasi dari SKPD terkait, misal monitoring

data stok/persediaan dari gudang distributor. Poltabes Kota Surakarta

melaksanakan pemantauan/pemeriksaan terhadap lokasi yang diduga

tempat penimbunan barang (terutama bahan pokok dan gas) dan

membuat rencana kegiatan (jadwal) pelaksanaannya secara mingguan.

9. Mengintensifkan monitoring harga dan ketersediaan bahan makanan

(terutama beras dan tepung terigu), sandang, serta mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Page 97: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

10. Mengawasi distribusi elpiji 3 kg dan melaporkan pihak-pihak yang

menggunakan elpiji 3 kg yang diisikan ke elpiji 12 kg kepada pihak

yang berwajib.

11. Memperluas/memperbanyak pangkalan distribusi elpiji 3 kg, idealnya

adalah 1 RW ada 1 pangkalan untuk mengeliminir pengecer.

12. Mendorong pihak-pihak terkait menentukan kriteria/syarat sebuah

pangkalan distribusi elpiji 3 kg, misalnya harus punya gudang, harus

punya izin, harus punya minimal stok, dll.

13. Membuat perkiraan ketersediaan komoditas strategis seperti beras,

daging sapi, daging kambing, daging ayam, dan telur ayam menjelang

dan setelah lebaran.

14. Moral suasion kepada pedagang agar tidak menaikkan harga terlalu

tinggi menjelang puasa dan lebaran, serta kepada konsumen agar tidak

terlalu konsumtif dan tidak perlu menumpuk stok barang.

15. Bagian Perekonomian masing-masing kabupaten/kota di wilayah Eks

Karesidenan Surakarta diundang pada pertemuan TPID bulan Juli

2010.

16. Terkait dengan pemberitaan di media massa mengenai kenaikan harga

beras yang tajam, perlu adanya berita penyeimbang dari TPID dengan

didukung oleh data yang akurat untuk meredakan keresahan

masyarakat. Beberapa anggota TPID Kota Surakarta sudah membuat

pernyataan di media massa tentang upaya pengendalian harga yang

menenangkan masyarakat.

Page 98: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

17. TPID akan membuat surat kepada pejabat yang berwenang untuk

mengkaji kembali terkait peraturan operasi pasar beras yang harus

mencapai kenaikan harga 15% dan penyederhanaan birokrasi. Karena

pada kenyataannya kenaikan harga beras sedikit saja sudah

menimbulkan keresahan di masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah

Daerah di wilayah Eks Karesidenan Surakarta sepakat mengusulkan

ke Kementerian Perdagangan untuk diadakannya operasi pasar.

18. Perlu adanya monitoring dan pertemuan dengan para

pedagang/distributor beras di Kota Surakarta untuk menggali

informasi lebih jauh lagi mengenai sebab-sebab kenaikan harga beras

yang terjadi saat ini dan melakukan pendekatan kepada mereka untuk

tidak menaikkan harga karena pasokan dan stok masih aman. TPID

Kota Surakarta sudah mengadakan monitoring dan pertemuan dengan

pedagang/distributor Sembako pada 3 Agustus 2010.

19. Penyaluran raskin Kota Surakarta akan dilakukan lebih awal atau

dirapel untuk mengurangi tekanan inflasi pada bulan puasa dan

menjelang Hari Raya/Lebaran. Bag. Adm. Perekonomian

menyalurkan raskin lebih awal/dirapel. Jatah raskin untuk Juli 2010

dibagikan pada awal bulan, jatah raskin untuk Agustus 2010 dibagikan

pada akhir Juli 2010 dan jatah raskin untuk September 2010 dibagikan

pada akhir Agustus 2010.

Page 99: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

20. Jika ada OP, jenis beras yang digunakan untuk OP diusulkan jenis

untuk menengah atas (yang banyak dikonsumsi) sehingga efektif

mempengaruhi harga beras.

21. Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan harus mengambil peran dalam

rangka mengamankan HPP dari pemerintah untuk mengimbangi

tengkulak.

22. Standar kualitas beras yang masuk Bulog dan HPP diusulkan tidak

sama dalam setahun, melainkan disesuaikan dengan faktor musiman.

23. Distributor/pedagang Sembako dihimbau agar tidak bermain di ranah

pidana seperti menimbun, menjual di atas HET, mencampur,

mengoplos, dll.

24. Diperlukan monitoring harga dan stok/Sidak di distributor dan pasar

tradisional agar distributor/pedagang tidak menaikkan harga secara

spekulatif.

25. Ke depan diharapkan ada anggaran pasar murah dalam rangka

mendukung upaya pengendalian harga.

26. Bulog diharapkan dapat menjaga stabilitas harga beras dengan

mengumumkan kepada masyarakat bahwa stok beras aman.

27. Diperlukan antisipasi ketersediaan stok saat mudik Lebaran mengingat

jumlah pemudik cukup besar sehingga dikhawatirkan menimbulkan

tekanan inflasi dari sisi permintaan.

28. Media massa diharapkan tidak terlalu mem-blow up beras premium

atau minyak goreng Super jika terjadi kenaikan harga, melainkan

Page 100: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

menitikberatkan berita pada beras jenis medium atau minyak goreng

curah yang banyak dikonsumsi masyarakat dan mempunyai bobot

yang cukup tinggi dalam penghitungan inflasi.

29. Perlunya diamati pola perilaku komoditas-komoditas penting agar bisa

diantisipasi.

30. Masyarakat dihimbau agar tidak belanja sebanyak-banyaknya

menjelang Lebaran sehingga tidak menimbulkan tekanan terhadap

inflasi.

31. Akan dilakukan penelitian “Pemetaan Distribusi Komoditas

Penyumbang Inflasi Terbesar di Kota Surakarta”. KBI Solo sudah

melakukan penelitian “Pemetaan Distribusi Komoditas Penyumbang

Inflasi Terbesar di Kota Surakarta”.

32. Anggaran TPID diharapkan dapat dimasukkan dalam APBD Kota

Surakarta.

33. Perlu adanya kebijakan untuk mengatasi ulah distributor yang

biasanya menyimpan/menimbun barang menjelang Natal dan kong-

kalikong atau menutup-nutupi informasi saat Sidak.

34. Perlunya pemantauan agen/distributor untuk memastikan tidak adanya

penimbunan barang.

35. Perlu deteksi dini atau antisipasi faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap inflasi.

36. Pada tahun 2011 akan diusulkan lagi anggaran untuk TPID dalam

APBD.

Page 101: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

37. Perlu dikaji struktur pasar komoditas-komoditas tertentu di Kota

Surakarta.

38. Perlu dikaji pembentukan BUMD Badan Penyangga atau seperti

Bulog Bayangan untuk mengatasi gejolak harga komoditas yang bisa

dimainkan oleh pedagang besar.

39. Dalam pertemuan-pertemuan TPID, perlu diundang wartawan untuk

menginformasikan hasil rapat kepada masyarakat dalam rangka

membentuk ekspektasi inflasi yang positif.

40. Perlu diadakan bantuan beras premium untuk masyarakat dan ada

pelatihan membuat intip dan karak dari beras Raskin.

41. Perlu pendataan pola produksi komoditas-komoditas utama setiap

tahunnya seperti beras, cabai dan daging, serta prediksi kebutuhannya.

42. Pangkalan-pangkalan distribusi elpiji 3 kg yang belum resmi perlu

diresmikan.

43. Perlu sosialiasasi mengenai besarnya UMK 2011, supaya tidak terjadi

gejolak. Dinsosnakertrans Kota Surakarta sudah melakukan sosialisasi

UMK 2011.

44. Jadwal penyaluran Raskin dilakukan seperti biasa, dalam keadaan

tertentu bisa dijadwal ulang apabila terjadi gejolak harga pasar.

45. Perlu ditinjau ulang tata niaga gula pasir karena stok dikuasai oleh

distributor-distributor tertentu dan banyak stok penyalur yang tidak

disalurkan.

Page 102: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

46. Diperlukan monitoring bersama dan ekspose ke media massa

mengenai ketersediaan stok beras dari Kantor Ketahanan Pangan Kota

Surakarta dan Bulog Sub Divre III Surakarta agar tidak ada spekulasi

harga.

47. Perlu menjaga ekspektasi masyarakat supaya tetap baik, dengan

memberikan informasi yang tidak meresahkan masyarakat.

48. Dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan, masyarakat dihimbau

untuk melakukan skala prioritas.

49. Untuk mengendalikan harga beras, di samping Raskin diharapkan

dapat dianggarkan melalui APBD melalui program untuk keluarga

miskin dengan beras premium.

50. Untuk mengatasi gejolak harga, bantuan bibit cabai diharapkan segera

direalisasikan pada tahun 2011 dalam program pemanfaatan

pekarangan.

51. Perlunya sosialisasi mengenai rencana kenaikan tarif PDAM pada

Januari 2011, sehingga tidak meresahkan masyarakat. PDAM sudah

melakukan sosialisasi sejak kenaikan tarif ditetapkan secara berkala

sebesar Rp200 per tahun dari tahun 2009-2012. Jajaran direksi sudah

melakukan sosialisasi tersebut ke kelurahan-kelurahan setiap 2

minggu.

52. Perlu dibentuk forum lintas regional wilayah Eks Karesidenan

Surakarta mengenai produksi dan distribusi komoditas pangan.

Page 103: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

3. Inspeksi lapangan & dialog dengan distributor/pedagang Sembako,

3 Agustus 2010.

Merupakan upaya persuasif agar distributor/pedagang tidak menimbun

Sembako sebelum bulan Puasa dan tidak menaikkan harga menjelang

Lebaran. Selain itu, juga sebagai sarana untuk menginformasikan kepada

distributor/pedagang bahwa ketersediaan Sembako masih surplus sehingga

tidak perlu ada kekhawatiran kelangkaan barang.

4. Konferensi/siaran pers, setiap bulan setelah rapat.

5. Mengikuti Rakornas TPID (12 April 2010) & Rakor TPID se-Jateng

(5-6 Agustus 2010 & Desember 2010).

6. Survei pemantauan harga mingguan.

7. Penelitian: Pemetaan Distribusi Komoditas Penyumbang Inflasi

Terbesar di Kota Surakarta.

c. Berita Terkait dengan Inflasi

1) BI: Inflasi naik 0,28 persen (Joglosemar, 1 Februari 2010)

2) Harga beras terkendali, inflasi diperkirakan turun (Suara Merdeka, 1 Maret

2010)

3) Inflasi tahun kalender dicermati (Solopos, 3 Maret 2010)

4) Inflasi bulan Maret lebih rendah (Kompas, 29 Maret 2010)

5) Pilkada, inflasi Kota Surakarta tetap terkendali (Solo Berseri, Edisi III

2010)

6) Pilwakot tak pengaruhi inflasi (Suara Merdeka, 30 April 2010)

Page 104: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

7) Harga beras diduga dimainkan (Solopos, 17 Juli 2010)

8) Pedagang beras bantah permainkan harga (Solopos, 19 Juli 2010)

9) Pemkot lamban gelar OP (Suara Merdeka, 27 Juli 2010)

10) Batal OP, Pemkot salurkan raskin (Radar Solo, 27 Juli 2010)

11) Inflasi Kota Solo diperkirakan menurun (Joglosemar, 30 Juli 2010)

12) Pemkot batal gelar OP, raskin dibagi (Suara Merdeka, 5 Agustus 2010)

13) Harga Sembako masih stabil (Suara Merdeka, 31 Agustus 2010)

14) Pedagang diimbau tak naikkan harga (Joglosemar, 31 Agustus 2010)

15) TPID Sidak harga dan pasokan Sembako di pasaran (Radar Solo, 1

September 2010)

16) Agustus, inflasi Solo terkendali (Solopos, 3 September 2010)

17) Agustus, inflasi Solo hanya 0,16% (Joglosemar, 3 September 2010)

18) Inflasi Solo Terendah di Jateng (Radar Solo, 3 September 2010)

19) TPID susun peta pangan (Joglosemar, 4 September 2010)

20) Stok pangan dijamin aman (Suara Merdeka, 4 September 2010)

21) Jokowi minta TPID lebih titen (Solopos, 4 September 2010)

22) Inflasi bulan September meningkat 0,16 persen (Radar Solo, 30

September 2010)

23) Lebaran beri tekanan inflasi (Suara Merdeka, 30 September 2010)

24) Inflasi Kota Solo di bawah angka nasional (Suara Merdeka, 4 Oktober

2010)

25) TPID Kota Surakarta Usulkan Bedah Struktur Pasar (Solo Berseri, Edisi

X 2010)

Page 105: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

26) Inflasi November diprediksi meningkat (Suara Merdeka, 27 November

2010).

3. Komoditas yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya

Dalam rangka menguji perilaku inflasi dan berbagai faktor yang

mempengaruhinya, tidak cukup dilakukan studi dengan menggunakan

berbagai model ekonometrika melalui permintaan uang, melainkan potensi

inflasi juga dapat dicermati dari sisi penawaran. Berkaitan dengan hal ini,

maka tidak saja dari masalah jumlah penyediaan barang dan jasa, melainkan

juga perilaku distribusi dari barang dan jasa tersebut. Nilai tambah yang

tinggi juga terkait dengan perilaku dan jalur distribusi dari suatu komoditas

atau kebijakan.

Beras, daging ayam ras, dan cabe merah merupakan komoditas yang

paling sering memberikan inflasi tertinggi di Solo Raya. Hal ini sangat wajar

karena komodits tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga

porsi nilai konsumsi komoditas tersebut terhadap total nilai konsumsi

masyarakat cukup besar. Komoditas-komoditas tersebut merupKn leader

goods yang bila harganya naik maka akan mendorong kenaikan harga

produk-produk lainnya (inflasi). Bila hal tersebut dibiarkan, perekonomian

secara makro akan terganggu. Dengan demikian, segenap inflasi terkait

berkepentingan untuk selalu menjaga stabilitas harga komoditas-komoditas

tersebut.

Page 106: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Penentuan harga sebuah barang ditentukan oleh pihak penjual (supply)

dan pembeli(demand). Kondisi elastisitas di masing-masing pihak sangat

menentukan pihak mana yang akan berperan penting dalam menentukan

harga dan siapa yang akan menikmati keuntungan yang paling besar. Jika

pihak penjual atau pembeli dalam kondisi yang elastis maka dia mempunyai

kesempatan untuk memutuskan berapa harga barang tersebut dan dia akan

menikmati keuntungan yang lebih besar atau dengan kata lain posisi tawar

menawarnya (bargaining position) yang kuat. Sebaliknya jika dalam kondisi

yang inelastis, maka pihak penjual atau pembeli cenderung akan mengikuti

tingkat harga yang sudah ditentukan oleh oihak yang lebih kuat. Apabila

pembeli yang memiliki posisi tawar menawar yang kuat maka disebut buyer

market, sedangkan jika penjual yang kuat maka disebut seller market.

Tiga komoditas utama tersebut yang merupakan kebutuhan pokok

memiliki elastisitas permintaan yang sangat inelastis dibandingkan

dibandingkan dengan elastisitas penawarannya, maka dengan dengan

demikian harga ditingkat konsumen lebih ditentukan oleh pihak penjual atau

lebih dikenal dengan seller market. Harga komoditas ditingkat konsumen atau

harga di pasar akhir sangat menentukan tingkat inflasi. Apabila memang

pihak penjual sangat menentukan harga komoditas ditingkat konsumen, maka

petani atau produsen sebagai pihak penjual pertama juga sangat menentukan

terrhadap oenentuan harga komoditas. Pertanyaan yang kemudian muncul

dari pertanyaan teersebut adalah faktor-faktor apakah yang menentukan harga

komoditas tersebut secara spesifik dari aktifitas yang dilakukan oleh pelaku

Page 107: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya sudah banyak mengungkapkan hal

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Kantor Bank Indonesia Solo bekerjasama

dengan PPEP Fakultas Ekonomi Universitas Sebalas Maret (2008) diketahui

bahwa untuk komoditas utama penyumbang inflasi terbesar di Solo Raya,

khususnya beras, masalah yang krusial di tingkat petani yang menyebabkan

harga berfluktuasi adalah ketersediaan dan harga input yang mencakup benih,

pupuk, air, obat-obatan, dan tenaga kerja. Input yang sulit didapatkan

menyebabkan harganya tinggi. Di sisi lain, lahan usaha tani padi semakin

berkurang seiring adanya alih fungsi lahan sehingga harga sewa lahan

semakin tinggi. Masalah lain adalah kurangnya akses permodalan bagi petani.

Berbagai masalah tersebut menjadikan pasokan beras terganggu dan pada

akhirnya harga beras meningkat. Selain masalah pada tingkat petani, di

tingkat pedagang perantara, biaya pemasaran sangat tinggi, yang mencakup

biaya transportasi, pengepakan dan penyimpanan, sementara fasilitas pasar

seperti pergudangan, bongkar muat dan fasilitas lainnya tidak cukup

memadai.

Untuk komoditas daging ayam ras, diketahui bahwa harga pakan, bibit

dan obat-obatan seringkali tidak menentu. Hal ini terkait dengan struktur

pasar yang bersifat oligopsoni pada tingkat pedagang pengumpul, serta

oligopsoni dan oligopoli pada tingkat pedagang pasar atau pemotong.

Untuk komoditas daging ayam ras, masalah yang dihadapi hampir

sama dengan peternak daging ayam ras, diantaranya adalah harga pakan,

Page 108: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

bibit, vitamin dan obat-obatan yang tidak menentu. Sementara pada tingkat

pedagang perantara, biaya transporastasi dan penyimpanan cukup tinggi,

kualitas produk tidak stabil, penyusutan dan tingkat kerusakan telur yang

tinggi dan fasilitas pasar yang kurang memadai.

Untuk komoditas sayuran, termasuk di dalamnya cabe merah, masalah

yang dihadapi pada tingkat petani meliputi lahan yang relatif terbatas, cuaca

tidak teratur, keterbatasan input sarana produksi dan modal kerja rendah.

Sementara masalah yang dihadapi pada tingkat pedagang perantara meliputi

jarak pemasaran yang relatif jauh sehingga biaya transportasi dan risiko

kerusakan selama pengangkutan relatif tinggi, biaya penyimpanan relatif

besar, susutnya volume komoditas, pasokan komoditas yang tidak teratur,

kualitas komoditas yang bervariasi dan minimnya fasilitas pasar.

a. Rantai Nilai Komoditi Beras

Komoditi beras yang menjadi pengamatan pada survey ini adalah jenis C4.

Tabel 3.2 Komoditi beras

PRODUKSI PASCA PANEN DISTRIBUSI

- Persiapan Lahan

- Penyemalan

- Penanaman

- Pemupukan

- Pemeliharaan

- Panen

- Pengeringan

- Penggilingan

- Pengemasan

- Transportasi

- Distribusi

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Page 109: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Gambar 3.5 Rantai Pasok Beras

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Para pelaku yang ditemukan pada rantai pasok beras adalah petani,

pedagang pengumpul, pemilik penggilingan padi (rice miil), pedagang besar

dan pengecer. Dari sisi aktivitas, petani merupakan pelaku dengan aktivitas

yang paling beragam dan memakan waktu yang lama. Aktivitas produksi,

mulai dari persiapan lahan, penyemaian, penanaman, pemeliharaan dan

pemanenan. Lalu aktivitas pasca panen melibatkan pedagang pengumpul,

pemilik rice mill dan pedagang besar dan pengecer. Di luar para pelaku

tersebut tercatat peranan penting Toko Saprotan dan institusi Bulog sebagai

jasa pendukung produksi dan pemasarn pada rantai pasok tersebut.

Untuk memberikan gambaran mengenai peta rantai nilai komoditas

beras, diberikan ilustrasi dari salah satu responden pedagang eceran yang

BULOG

TOKO SAPROTAN

PEDAGANG PENGUMPUL

KUD

PETANI PEMILIK RICE MILL

PEDAGANG BESAR

PENGECER KONSUMEN AKHIR

48,43

40

47,83

51,13

4,35

2,22

4,35

6,63

Page 110: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

menjadi responden dalam penelitian ini. Salah satu responden pedagang

eceran tersebut menjual bermacam-macam kebutuhan pokok sehari-hari, nilai

penjual beras hanya sekitar 5% dari total keseluruhan omset penjualannya.

Menurutnya setiap hari rata-rata mampu menjual sekitar satu kwintal beras.

Harga jual beras jenis C4 biasanya adalah Rp. 5.400,-/ kg. Sedangkan harga

belinya adalah Rp. 5.200,-/ kg, yang diperoleh dari pedagang besar di pasar

beras Kumiayi yang terlatak satu kawasan dengan Pasar Legi.

Responden merupakan salah satu pedagang besar dari sekitar 20

pedagang besar beras di pasar beras Kumiayi Surakarta. Pedagang besar ini

memiliki toko yang sekaligus merupakan gudang beras. Harga jual beras C4

di toko pedagang besar ini adalah Rp. 5.200,/kg. Sebagian besar beras yang

dijual oleh pedagang besar ini berasal dari Kecamatan Nogosari, Kabupaten

Boyolali, Kecamatan Bekonang, dan Kabupaten Sukoharjo. Beras diperoleh

dari beberapa pemilik penggilingan padi, yang umumnya mereka adalah

pemilik penggilingan padi (rice miil). Salah satu pemilik penggilingan padi

yang memasok pedagang besar di atas adalah pemilik penggilingan padi yang

berasal dari Kecamatan Nogosari, Boyolali dengan harga beli Rp. 5000,- /kg

.Dalam satu hari rata-rata pedagang beras tersebut mampu menjual 3 ton

beras.

Responden yang merupakan pemilik penggilingan beras di kelurahan

Mbuli, Kecamatan Nogosari, Boyolali memperoleh gabah kering yang berasal

dari para petani di wilayah Kecamatan Nogosari. Rata-rata dalam satu hari

responden mampu menjual beras C4 sebanyak 1,5 ton. Harga jual beras C4 ke

Page 111: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Pasar Beras Kumiayi berkisar antara Rp. 4.900,- sampai Rp. 5.000,- /kg

tergantung kualitas beras tersebut. Pembelian awal yang dilakukan responden

pemilik penggilingan beras adalah saat beras masih berbentuk gabah kering,

dimana harga beli gabah kering adalah Rp. 2.500,- /kg. Setiap 1 kwintal (100

kg) gabah kering rata-rata menghasilkan rata-rata 55 kg beras dan 10 kg

bekatul. Sehingga setiap pembelian satu kwintal gabah kering seharga Rp.

280.000,- dihasilkan beras seharga Rp. 275.000,- (55 kg x Rp. 5.000,- ) dan

bekatul seharga Rp. 24.000,- (10 kg x Rp. 2.400,-). Dengan estimasi biaya

penggilingan per kwintal adalah Rp. 2.000,- (termasuk biaya tenaga kerja dan

bahan bakar), makakeuntungan pemilik penggilingan padi untuk per kwintal

gabah kering adalah kurang lebih sekitar Rp. 17.000,-.

Responden petani yangmenjual gabah keringnya kepada pemilik

penggilingan padi memiliki lahan sawah, kurang lebih seluas 1 hektar yang

terdiri dari 3 patok sawah, terletak di Kelurahan Rembun, Nogosari, Boyolali.

Dalam satu kali masa tanam, sawah responden petani ini menghasilkan 50

kwintal gabah kering. Dengan harga jual gabah kering Rp. 2.800,- maka hasil

penjualannya sebesar Rp. 14.000.000,-. Biaya operasional yang dikeluarkan

responden petani untuk satu kali masa tanam adalah Rp. 6.000.000,- (benih,

obat, pupuk, dan tenaga kerja. Dengan demikiaan keuntungan yang diperoleh

responden petani ini adalah Rp. 8.000.000,- untuk satu kali masa tanam.

Benih dan pupuk (saprotan) yang digunakan oleh responden petani

berasal dari toko Toko Saprotan yang terletak di Kelurahan Rembun,

Nogosari, Boyolali. Toko Saprotan ini menjual berbagai macam kebutuhan

Page 112: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

pertanian termasuk obat-obat pertanian dan pakan ternak. Untuk pupuk urea

bersubsidi ini diperoleh dari distributor tingkat kabupaten, yaitu CV.Persada

yang terletak di Sawit, Boyolali. Toko ini mendistribusikan 20 ton pupuk urea

bersubsidi tiap bulannya. Untuk benih padi, Toko Saprotan ini memasarkan

benih merek Sari Tani dari distributor besar yang berada di wilayah palur

Karanganyar. Per sak benih padi C4 dijual seharga Rp. 28.000,- dengan isi

5kg. Keuntungan yang diambil per saknya adalah Rp. 3.000,-. Selain itu juga

menjual berbagai macam obat pertanian. Keuntungan yang diambil dari obat-

obatan pertanian ini kurang lebih 5% hingga 10% dari harga jual untuk tiap

botolnya.

Rantai nilai komoditas yang ditemukan relatif pendek, artinya tata niaga

komoditas beras di Solo Raya relatif efisisen. Letaknya yang amat strategis,

dimana dikelilingi oleh daerah-daerah penghasil komoditas pertanian, secara

khusus dalam hal ini komoditas beras. Penguasaan margin harga untuk setiap

pelaku dalam rantai nilai cukup bervariasi.

Tabel 3.3 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras

Pelaku Harga Jual (Rp) Selisih (Rp) Margin (%)

Petani 2.800 2.000 43,48

Rice mill/

pedagang pengumpul 5.000 2.200 47,83

Pedagang besar 5.200 200 4,35

Pedagang pengecer 5.400 200 4,35

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Page 113: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Catatan :

Lahan milik sendiri

Untuk kasus petani dengan kepemilikan lahan sawah sendiri, distribusi

penguasaan margin harga semakin tampak padak tabel diatas. Petani ralatif

memiliki penguasaan margin harga terbesar kedua yaitu sebesar 43,48%,;

pengumpul atau pemilik rice mill sebesar 47,83%; pedagang besar relative

kecil sebesar 4,35% dan pedagang pengecer juga 4,35%. Menarik mengamati

struktur penguasaan margin harga antar pelaku di dalam rantai nilai

komoditas beras di atas, bahwa semakin ke hilir penguasaan margin semakin

mengecil. Berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana ssemakin ke hilir

penguasaan margin harga semakin besar. Hal yang mengindikasikan besarnya

peranan para pedagang, khususnya pedagang besar dalam penentuan harga.

Relatif penguasaan margin harga yang dimiliki petani (43,48%)

sepadan dengan relatif besarnya risiko usaha yang dihadapinya, karena petani

mengalami risiko gagal panen, baik karena serangan hama, perubahan iklim,

maupun bencana alam. Pedagang pengumpul dalam kasus ini juga merangkap

sebagai pengusaha pemilik penggillingan padi sehingga mampu menguasai

margin harga sebesar 47,83%. Pedagang besar dan pengecer masing-masing

memperoleh margin harga sebesar 4,35%. Struktur distribusi penguasaan

margin harga diatas dapat disimpulkan telah akomodatif dalam merespon

tingkat risiko yang dihadapi oleh masing-masing pelaku dalam rantai nilai

Page 114: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

komoditas beras di Solo Raya. Dengan kata lain struktur distribusi

penguasaan margin harga tersebut adil bagi para pelaku dalam ranntai nilai

tersebut.

b. Rantai Nilai Komoditi Daging Ayam Ras

Peta rantai nilai komoditas daging ayam ras hasil survey dapat

digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.4 Peta rantai nilai komoditas daging ayam ras

PRODUKSI PASCA PANEN DISTRIBUSI

- Persiapan Sapronak

- Pembibitan

- Pemeliharaan

- Panen

- Sioving

- Pemolongan

- Pencabulan bulu

- Pengeluaran Jeroan

- Pemolongan karkas

- Transportasi

- Distribusi

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Gambar 3.6 Rantai Pasok Daging Ayam Ras

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Perusahaan Penyediaan Sapronak

Perusahaan Inti

Pedagang Besar/Broker

Pedagang Eceran

Pedagang Perantara

Konsumen Akhir

5,22% 7,83% 13,04% 34,78%

Toko Sapronak

Peternak Mitra Penuh

Peternak Mitra Penuh

Peternak Mandiri

39,13%

Page 115: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Survey nilai komoditas dagiing ayam ras ini juga dimulai dari pasar

Legi yang terletak di Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota

Surakarta.

Para pelaku yang ditemukan pada rantai pasok daging ayam ras adalah

perusahaan inti, peternak, pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang

eceran. Dari sisi aktivitas, peternak dan pengecer merupakan pelaku dengan

aktivitas yang paling beragam. Peternak bisa dibedakan menjadi tiga (3) jenis,

yaitu peternak mitra penuh, peternak mitra tidak penuh dan peternak mandiri.

Peternak mitra penuh adalah peternak dimana modal usahanya

sepenuhnya didukung dari perusahaan inti. Peternak mitra tidak penuh adalah

peternak dimana modal usahanya sebagian dari perusahaan inti dan sebagian

dipenuhinya sendiri. Sedangkan peternak mandiri adalah peternak dimana

modal usahanya sepenuhnya diusahakan sendiri. Pada waktu survey

dilaksanakan seluruh responden peternak merupakan peternak mitra penuh.

Pedagang eceran melakukan aktivitas pasca panen meliputi pemotongan,

pencabutan bulu, pengeluaran jeroan dan pemotongan karkas dan penjualan.

Jadi berdasarkan rantai pasok tersebut, aktivitas produksi dilakukan oleh

perusahaan inti dan peternak. Perusahaan inti menyediakan DOC, makanan,

minuman dan obat-obatan. Peternak kurang lebih selama tiga (3) bulan

memelihara ayam tersebut hingga panen. Aktivitas pasca panendilakukan

oleh pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran. Diluar para

pelaku tersebut tercatat peranan penting perusahaan penyedia Sapronak

Page 116: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

(Sarana Produksi Ternak)ndan Toko Sapronak sebagai jasa pendukung

produksi pada rantai pasok tersebut.

Untuk memberikan gambaran terhadap rantai nilai komoditas daging

ayam ras ini diberikan ilustrasi sebagai berikut. Salah satu reeponden

pedagang eceran memiliki kios terletak di lantai dua (2) Pasar Legi. Dalam

satu hari responden ini membeli 15 ekor ayam hidup, dengan berat rata-rata

1,5kg per ekornya. Ayam tersebut dibeli dari pedagang perantara di Jagalan

kota Surakrta dengan harga Rp. 12.000,- /kg ayam hidup. Dari satu (1) ekor

ayam hidup seberat 1,5 kg tersebut kemudian dipotong sehingga

menghasilkan ayam potong (mati) dengan hasil daging seberat 1 kg dengan

harga jual dan harga jual Rp. 20.000,- /kg, kemudian kepala kepala satu (1)

potong harga jual Rp. 1.500,- lalu hati ayam satu (1) potong dengan harga

jual Rp. 1.750,- dan juga menghasilkan dua (2) potong cakar (kaki), seharga

Rp. 1.000,- ( dua potong). Sehingga dari satu (1) ekor ayam hidup seharga

Rp. 18.000,- ( 1,5 kg x Rp. 12.000,- ), dihasilkan nilai jual potong ayam mati

sejumlah Rp. 24.200,-. Jadi keuntungan kotor rata-rata yang diperoleh

responden eceran ini unruk tiap ekor ayam adalah Rp. 6.250,-. Jika dikurangi

biaya potong dan lain-lain sejumlah Rp. 1.250,-, maka keuntungan bersih

yang diperolehnya sebagai pedagang pengecer adalah Rp. 5.500,- per

ekornya.

Responden pedagang perantara ayam potong pemasok pedagang eceran

diatas berjualan di Jagalan Surakarta. Omset responden pedagang perantara

ini adalah 300 ekor ayam hidup per harinya atau seberat 450 kg. Ayam

Page 117: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

sejumlah tersebut dibagikan kepada 15 orang pedagang pengecer dibawahnya

dengan harga jual Rp. 12.000,- /kg. Responden pedagang perantara ini

memperoleh ayam hidup tersebut dari sebuah perusahaan yang merupakan

pedagang besar seharga Rp. 11.500,- /kg. Dengan demikian keuntungan kotor

yang diperoleh adalah Rp. 500,- /kg.

Air nilai rantai berikutnya adalah pedagang besar. Perusahaan ini

terletak di Ruko Mulyo Mandiri 4, Banyuanyar Solo, dan perusahaan ini

merupakan pedagang ayam terbesar di kota Solo dengan penjualan per hari

sebanyak 7.000 ekor ayam potong hidup , atau kurang lebih 10 ton ( 10.000

kg). Pedagang besar ini memperoleh pasokan ayam potong hidup dari

beberapa perusahaan peternakan (perusahaan inti) yang beroperasi di wilayah

Surakarta. Harga beli dari tiap perusahaan inti sangat bervariasi antara Rp.

11.000,- sampai Rp. 11.200,- /kg, kemudian dijual kembali dengan harga Rp.

11.500,- /kg.

Rantai Nilai berikutnya adalah responden perusahaan inti yang

beralamat di kel. Sriwedari, kec. Laweyan, Solo. Omset penjualanayam

potong hidup perusahaan inti untuk area Surakarta adalah sebesar delapan 8

ton (8.000 kg) per hari. Dengan harga jual Rp. 11.000,- /kg. Perusahaan inti

ini mengelola beberapa peternak plasma ( sub kontraktor) di beberapa daerah,

antara lain di wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.

Perusahaan inti ini memberikan sapronak berupa bibit ayam Day Old Chick

(DOC), pakan, obat, serta bantuan pemasaran kepada sub kontraktornya

(peternak plasma). Sedangkan perusahaan inti membeli sapronak dari

Page 118: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

beberapa perusahaan antara lain PT. Japfa Comfeed dan PT. Charoen

Phokphan. Bentuk kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak plasma

dilegalkan dalam surat kontrak, dimana disurat tersebut disebutkan jumlah

DOC, jumlah pakan, jumlah obat beserta nilai rupiahnya.

Salah satu peternak plasma dari responden perusahaan inti yang

beralamat di Kel. Glonggong, Kec. Nogosari Boyolali. Peternak plasma ini

memiliki kandang dengan kapaswitas 5.000 ekor. Masa pembesaran ayam

dari DOC hingga panen adalah 32 hari, sehingga dalam satu (1) tahun

terdapat delapan (8) kali perputaran ayam di kandang. Nilai harga penjualan

ayam potong hidup saat panen dalam kontrak surat terakhir yang didapat

responden peternak adalah Rp. 11.500,- /kg. Dari 5.000 ekor ayam tersebut

saat panen didapat berat keseluruhan sebesar 8.000 kg, sehingga berdasar

nilai kontrak ,maka harga jual akhir adalah Rp. 82.750.0000,- dimana nilai

DOC adalah Rp. 20.000.000,- (Rp.4.000,- x 5.000 ekor, nilai pakan 250 sak

yaitu Rp. 61.250.000,- dan nilai obat-obatan Rp. 1.5000.000,-. Total biaya

operasional yang dikeluarkan oleh peternak adalah Rp. 3.000.000,- dalam

satu (1) kali masa ternak. Sehingga keuntungan bersih yang diperoleh

peternak adalah Rp. 6.250.000,- untuk satu (1) kali masa ternak, yang

diperoleh dari total harga jual saat panen (Rp. 92.000.000,-) dikurangi biaya

sapronak ( Rp. 82.750.000,-) dan biaya operasional peternak plasma (Rp.

3.000.000,-).

Page 119: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Tabel 3.5 Distribusi rata-rata harga dan harga

margin harga daging ayam ras

Daging Ayam Harga

Jual (Rp)

Selisih

(Rp)

Margin

(%)

Peternak 11.000 1.500 39,13

Pedagang Inti 11.200 200 5,22

Pedagang

Besar

11.500 300 7,83

Pedagang

Perantara

12.000 500 13,04

Pedagang

Pengecer

13.333 13.333 34,78

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Tabel diatas memuat struktur distribusi penguasaan margin harga para

pelaku dalam rantai nilai komoditas daging ayam ras. Peternak memiliki

penguasaan margin harga terbesar, yaitu sebesar 39,13% diikuti oleh

pedagang pengecer sebesar 34,78%, pedagang perantara sebesar 5,22%.

Besarnya penguasaan margin harga oleh peternak mencerminkan besarnyya

risiko yang dihadapi oleh petenak dibandingkan pelaku yang lain dalam rantai

Page 120: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

nilai daging ayam ras. Meskipun perusahaan inti telah memasok DOC beserta

makanan, obat-obatan maupaun perawatan kesehatannya, namun risiko

kematian ayam dan fluktuasi harga daging ayam ras tetap melekat pada

peternak. Demikian pula dengan pedagang pengecer, menguasai margin harga

yang besar karena risiko yang dihadapinya juga cukup besar, yaitu risik

daging ayam tidak laku sehingga harus menerima harga jual yang rendah.

Dengan demikian dapat disimpulkan pul;a bahwa struktur penguasaan

margin harga oleh masing-masing pelaku dalam rantai nilai komoditas daging

ayam ras ini telah sesuai dengan bobot risiko yang dimiliki oleh msing-

masing pelaku. Sehingga penguasaan struktur margin harga cukup adil bagi

masing-masing pelaku dalam rantai nilai tersebut.

c. Rantai Nilai Komoditas Cabe Merah

Peta rantai nilai komoditas cabe merah hasil survey dapat digambarkan sebagai

berikut.

Tabel 3.6 Peta rantai nilai komoditas cabe merah

PRODUKSI PASCA PANEN DISTRIBUSI

- Persiapan Lahan

- Penyemaian

- Penanaman

- Pemupukan

- Pemeliharaan

- Pemanenan

- Penyimpanan

- Pengeringan

- Pengemasan

- Transportasi

- Distribusi

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Page 121: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Gambar 3.7 Proses Rantai Nilai Cabe Merah

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Sama halnya dengann dua komoditas diatas, survey rantai nilai cabe

merah di kota Surakarta ini dimulai dari Pasar Legi yang terletak di

Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Para pelaku yang

ditemukan dalam rantai pasok komoditas cabe merah adalah petani, pedagang

pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Aktivitas produkasi

dalam rantai pasok dilakukan oleh petani melalui kegiatan persiapan lahan,

penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan.

Kegiatan pasca panen yang meliputi pengumpulan, penyimpanan,

pengeringan (jika akan dijual kering) dan pengemasan dilakukan oleh

pedagang pengumpul,pedagang besar dan pedagang pengecer. Diluar para

pelaku tersebut tercatat peranan penting perusahaan toko Saprotan sebagai

jasa pendukung produksi pada rantai pasok tersebut.

Untuk komoditas cabe merah ini yang menjadi responden pedagang

eceran memiliki kios terletak di lantai dua (2) Pasar Legi. Dalam satu (1) hari

responden pedagang eceran rata-rata menjual cabe merah sebanyak satu 1

kwintal dengan harga jual waktu wawancara sebesar Rp. 17.000,- /kg.

Responden pedagang eceran ini membeli cabe merah dari grosir atau

pedagang besar dengan system cara pembayaran adalah menerima barang

KONSUMEN AKHIR

TOKO SAPROTAN

PETANI PEDAGANG PENGUMPUL

PEDAGANG BESAR

PEDAGANG PENGECER

63,2 3,06 24,5 9,19

Page 122: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dulu, setelah barang laku terjual baru uang dibayarkan. Untuk harga jual cabe

merah ini adalah Rp. 17.000,- /kg, dan harga beli dari grosir adalah Rp.

15.500,- sampai dengan Rp. 16.000,- /kg. Jadi keuntungan yang diperoleh

antara Rp. 1.000,- sampai Rp. 1.500,- /kg

Responden berikutnya adalah pedagang besar atau grosir cabe merah

berjualan di Pasar Legi blok 180 Surakarta. Omset responden ini dalam satu

hari bisa mencapai 15 kwintal cabe merah. Penjualan terbanyak cabe merah

ini biasanya teerjadi pada bulan Jawa dan apabila banyak banyak hajatan

yang dilakukan oleh masyarakat. Harga jual cabe merah ini adalah Rp.

11.000,- /kg. Responden pedagang besar ini membeli cabe merah dari

pedagang pengumpul dengan harga Rp. 10.500,- /kg. Cabemerah ini diambil

dari berbagai daerah, diantaranya adalah Karanganyar, Parangtritis, Bantul,

dan Sragen.

Alur nilai rantai berikutnya adalah pedagang responden pedagang

perantara cabe merah yang beralamat di Desa Tunggul Setri Rt. 18 Sragen.

Responden adalah pedagang peantara cabe merah di daeerah Sragen. Dalam

sebulan apabila banyak permintaan responden bisa menjual cabe merah

sebanyak 15 ton. Ini terjadi biasanya pada bulan Oktober dan November.

Apabila bulan sepi responden hanya bisa menjual 10 ton per bulannya. Harga

jual cabe merah ini adalah Rp. 11.500,- /kg. Jadi keuntungan yang diambil

adalah Rp. 500 tiap kilogramnya.

Rantai nilai berikutnya adalah adalah responden petani cabe merah

yang beralamat di Setri Rt. 18 Tunggul Sragen. Responden menjual cabe

Page 123: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

merahnya kepada para pedagang pengumpul seharga Rp. 11.000,- /kg.

Responden petani bisa menjual cabe merah rata-rata untk satu bulan adalah

sebanyak 3 ton. Menurut responden harga cabe merah pada bulan Maret dan

April harganya turun, dikarenakan pada bulan tersebut adalah musim panen

cabe merah dibanyak daerah. Pada bulan Oktober, November dan Desember

harga cabe merah tinggi dikrenakan yang menanam cabe sedikit karena risiko

gagal tinggi. Jenis cabe merah yang dimaksud disisni adalah TM 88.

Responden petani memperoleh benih ccabe merah dari toko Saprotan di

daerah Winong dengan harga Rp. 70.000,- /pack. Per pack berisi benih

sebanyak 1500 biji. Dalam satu pack ini menghasilkan 12.000 kg cabe merah.

Rata-rata penggunaan benih ini oleh responden petani berkisar antara 8

sampai 10 pack per tanam.

Karena di daerah Sragen bukan daerah pegunungan maka para petani

menggunakan Mulsa (plastik untuk tutup tanah) untuk menjaga kelembaban

tanah. Dalam satu kali musim tanam biaya yang dikeluarkan responden petani

adalah Rp. 700.000,- (bibit), Rp. 2.500.000,- (Mulsa), Rp. 1.000.000 (pupuk),

Rp. 1.000.000,- (obat) dan Rp. 5.000.000,- untuk tenaga. Menurut Priyono

harga jual cabe merah dalam 6 bulan kedepan adalah harga turun drastis

dikarenakan panen raya. Harga bisa mencapai Rp. 2.000,- samapi Rp. 2.500,-

/kg.

Page 124: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Tabel 3.7 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras

Cabe Harga Jual (Rp) Selisih (Rp) Margin (%)

Petani 11.000 10.320 63,24

Pedagang Pengumpul 11.500 500 3,06

Pedagang Besar 15.500 4.000 24,51

Pedagang Pengecer 17.000 1.500 9,19

(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)

Tabel diatas memuat struktur penguasaan margin harga para pelaku

dalam rantai nilai komoditas cabe di Solo Raya. Petani cabe memiliki

penguasaan margin harga terbesar, yaitu sebesar 63,24%, diikuti oleh

pedagang besar sebesar 24,51%. Sedangkan pedagang pengecer dan

pedagang pengumpul masing-masing sebesar 9,19% dan 3,06%. Petani layak

memiliki penguasaan margin harga terbesar karena dialah yang menghadapi

resiko terburuk diantara pelaku yang lain. Pada saat survey harga jual cabe

merah di tingkat petani cukup tinggi yaitu Rp. 11.000,- /kg. Namun pada saat

panen raya harga cabe merah di tingkat petani bisa mencapai Rp. 2.000,- /kg.

Selain risiko fluktuasi harga, petani juga menghadapi risiko gagal panen.

Seperti dalam banyak kasus pedagang besar dalam rantai nilai ini juga

memiliki penguasaan margin harga relatif besar, yaitu sebesar 24,51%.

Secara umum distribusi penguasaan margin harga pada rantai nilai

komoditas cabe merah ini cukup adil. Sama seperti dua komoditas

sebelumnya, penguasaan margin harga dari para pelaku dalam rantai nilainya

mencerminkan tingkat risiko yang dihadapinya.

Page 125: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

BAB IV

PENUTUP

Sebagai penutup dalam pembahasan tugas akir ini penulis kemukakan

kesimpulan atas uraian – uraian pada bab sebelumnya dan saran – saran yang

mungkin nantinya dapat digunakan oleh Kantor Bank Indonesia Solo.

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Langkah Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan laju inflasi di Solo

Raya adalah dengan membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)

bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dan instansi

terkait untuk menjaga stabilitas harga agar tidak terjadi inflasi.

2. Peran yang dijalankan Kantor Bank Indonesia dalam mengendalikan laju

inflasi di Solo Raya adalah dengan membentuk Tim Pengendali Inflasi

Daerah (TPID) bekerjasama dengan Pemerintah kota Surakarta dan

instansi terkait yang mempunyai tugas sebagai berikut:

a.) Melakukan pemantauan harga dan pemetaan masalah inflasi di Solo

Raya.

b.) Melakukan pengendalian harga di Solo Raya.

c.) Melakukan penelitian dan evaluasi sumber potensi tekanan inflasi di

Solo Raya.

112

Page 126: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

d.) Melakukan langkah-langkah preventif dan kuratif dalam pengendalian

inflasi daerah meliputi:

a. Mengupayakan terpenuhinya ketersediaan pasokan, terutama bahan

pangan.

b. Meminimalkan dampak administered prices di daerah.

e.) Memberikan informasi dan atau rekomendasi/usulan kebijakan

(termasuk alternatif solusi) kepada Tim Pengarah TPID.

f.) Melakukan diseminasi sasaran dan upaya pencapaiannya kepada

masyarakat daerah setempat.

g.) Melaporkan semua kegiatan kepada Tim Pengarah.

3. Komoditas yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya adalah beras, daging

ayam ras dan cabe merah. Peta rantai pasok komoditas beras dan cabe

merah relatif pendek dibandingkan dengan rantai pasok daging ayam ras.

Semakin pendek suatu rantai pasok diharapkan akan semakin efisien harga

komoditas yang terbentuk. Distribusi penguasaan margin harga oleh para

pelaku pada ketiga peta rantai nilai komoditas beras, daging ayam ras dan

cabe merah cukup adil atau sebanding dengan tingkat risiko yang dihadapi

masing-masing pelaku. Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan antar

pelaku dalam ketiga industry berlangsung cukup fair.

Page 127: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

B. Saran

Pada akhirnya penulis memberikan saran – saran yang dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam mengendalikan inflasi di Solo Raya.

1) Bagi tim TPID Surakarta pembagian peran dalam penyediaan data-data awal

dan koordinasi yang baik sangat diperlukan. Kantor Ketahanan Pangan

memiliki peran dalam pengendalian data kabutuhan dan ketersedian

komoditas pangan, dinas dan instansi teknis memiliki peran dalam penyediaan

data produksi terkait dengan komoditas menjadi tupoksinya. Tak terlepas

peran instansi vertikal BPS dalam penyediaan informasi perkembangan harga-

harga komoditas pembentuk inflasi. Peran Bulog tidak lagi berfungsi sebagai

stabilator harga, namun kemampuannya dalam melakukan pembelian dan

informasi ketersediaan komoditas sangat diperlikan dalam mendukung

berfungsinya tim TPID selain itu diperlukan peningkatan kemampuan

penyediaan data prediksi dan informasi kedepan guna meningkatkan

efektivitas tim TPID.

2) Terkait dengan perilaku yang cenderung untuk menaikkan harga setiap

tahunnya dari para pelaku dalam ketiga rantai nilai komoditas, hal ini yang

mencerminkan perilaku ekspektasi inflasi dari para pelaku ekonomi sacara

umum, untuk merubah perilaku tersebut diperlukan program khusus yang

secara sistematis dan kontinyu dilakukan. Program tersebut dapat berupa

himbauan yang terus menerus disampaikan kepada masyaraat dan perilaku

ekonomi untuk menghilangkan perilaku ekspektasi inflasi. Hal ini diperlukan

Page 128: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

koordinasi lintas inflasi baik Bank Indonesia maupun Satuan Kerja perangkat

Daerah (SKPD ) terkait.

Page 129: commit to user - digilib.uns.ac.id filecommit to user - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2000. Data Kantor Bank Indonesia Solo. Surakarta.

Hera Susanti, Moh. Ikhsan dan Widyanti, 2007. Indikator-Indikator

Kantor Bank Indonesia Solo. 2009. Penelitian Analisis Rantai Nilai Terhadap

Tiga Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Di Surakarta.

Kantor Bank Indonesia Solo. 2009. Penelitian Determinan Dan Jalur

DistribusiInflasi Kota Surakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan

Kebijakan, Yogyakarta, UPP AMP YKPN

Makroekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Raharjo, Mugi. 2009. Ekonomi Moneter. Surakarta. UPT Penerbitan dan

Pencetakan UNS (UNS PRESS).

Solikin, Analisis . 2005. Kebijakan Moneter dalam Model Makroekonometrik

Struktural Jangka Panjang:Structural Cointegrating Vector Autoregression.,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia.

Undang – undang No 10 tahun 1998.

Warijo, Perry. 2004. Bank Indonesia. Jakarta. Pusat Pendidikan Dan

Kebanksentralan (PPSK).

Warjiyo, Perry, dan Solikin. Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: PPSK BI,

2003.

Warjiyo, Perry. ed. 2004. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia:

Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan,

Wijoyo Santoso dan Iskandar. Pengendalian Moneter Dalam Sistem Nilai

Tukar Yang Fleksibel (Konsiderasi kemungkinan penerapan inflation

targeting di Indonesia). Jakarta, BuletinEkonomiMoneter dan Perbankan,

September 1999, Bank Indonesia, , 1999

www.bi.go.id

www.google.com