perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id studi …/studi... · perpustakaan.uns.ac.id...

98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN (BAIL) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN PHILIPPINE RULES OF CRIMINAL PROCEDURE RULES 110 TO 127 Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: MAYA HAPSARI DIAH KUSUMAWARDANI NIM. E0008186 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: vandang

Post on 28-Aug-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN

SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN (BAIL)

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981

TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN

PHILIPPINE RULES OF CRIMINAL PROCEDURE RULES 110 TO 127

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta

Oleh:

MAYA HAPSARI DIAH KUSUMAWARDANI

NIM. E0008186

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

MayaHapsariDiah Kusumawardani, 2012. COMPARATIVESTUDYSETTINGLAWARRESTBAILSYSTEMBYLAWNUMBER8OF1981ON THE LAWOFCRIMINALPROCEDURERULESOFTHEPHILIPPINECRIMINALPROCEDURERULES110TO127.Faculty of LawUNS.

This study aims to examine and find out the similarities, differences,advantages and disadvantages of setting surety (bail) by Act Number 8 of 1981 onCriminal Proceedings with the Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to127.

This research is a normative law is prescriptive, using a comparativeapproach. Types of legal materials used are the source of primary legal materials inthe form of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, Law Number 8of 1981 on Criminal Procedure Law, Government Regulation Number 27 of 1983 onthe Implementation of the Book of Law Criminal Procedure Code, as amended andsupplemented by Law Number 58 Year 2010 Amendments to Regulation Number 27Year 1983 on Implementation of the Book of the Law of Criminal Law, Rules ofCriminal Procedure Philippine Rules 110 to 127. Source of secondary legal materialsin the form of books, legal dictionaries, law journals, papers, articles, source ofinternet-related. Legal materials analysis technique is to use the method ofcomparison or comparison with grammatical interpretation.

Based on the research results can be concluded that equation suretyarrangement in Indonesia lies in the application of cash collateral and the collateralwhile the difference in the Philippines is a necessity and not filed in each of theinspection process in Indonesia, while not guaranteed, but the filing must be done inthe Warranty surety each process examination. Weakness surety arrangement inIndonesia is still a lot of provisions that have not been regulated in Law Number 8 of1981 on Criminal Proceedings of the proposed security guarantees, while thePhilippines is a must so that caused the emergence of discrimination. Excess inIndonesia lets the defendant did not file a guarantee, while the Philippines is moredecisive and detailed in a set of guarantees proposed in the application for suspensionof detention.

Keywords: Comparative Study,Bail, Guarantee

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Maya Hapsari Diah Kusumawardani., 2012. STUDI KOMPARASI HUKUMPENGATURAN SISTEM PENANGGUHAN PENAHANAN (BAIL)MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANGHUKUM ACARA PIDANA DENGAN PHILIPPINE RULES OF CRIMINALPROCEDURE RULES 110 TO 127. Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui persamaan,perbedaan, kelebihan dan kekurangan pengaturan penangguhan penahanan (bail)menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana denganPhilippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif,dengan menggunakan pendekatan perbandingan. Jenis bahan hukum yang digunakanadalah sumber bahan hukum primer berupa Undang-Undang Dasar RepublikIndonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dan ditambahdengan Undang-Undang Nomor 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-UndangHukum Acara Pidana, Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127.Sumber bahan hukum sekunder berupa buku-buku, kamus hukum, jurnal hukum,makalah, artikel, sumber dari internet yang terkait. Teknik analisis bahan hukumadalah dengan menggunakan metode komparasi atau perbandingan denganinterpretasi gramatikal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persamaan pengaturanpenangguhan penahanan di Indonesia terletak pada diterapkannya jaminan uang danorang sedangkan perbedaannya jaminan di Filipina merupakan suatu keharusan dantidak diajukan di tiap proses pemeriksaan sedangkan di Indonesia jaminan bukankeharusan akan tetapi pengajuan jaminan penangguhan penahanan dilakukan di tiapproses pemeriksaan. Kelemahan pengaturan penangguhan penahanan di Indonesiaadalah masih banyak ketentuan yang belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana mengenai jaminan yang diajukansedangkan di Filipina jaminan merupakan keharusan sehingga menyebabkanmunculnya diskriminasi. Kelebihan di Indonesia memungkinkan terdakwa tidakmengajukan jaminan sedangkan Filipina lebih tegas dan rinci dalam mengaturmengenai jaminan yang diajukan dalam permohonan penangguhan penahanan.

Kata Kunci: Studi Komparasi, Penangguhan Penahanan, Jaminan.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Jalan itu selalu ada buat seseorang yang pantang menyerah, mau berusaha, dan selalu

bekerja keras.

(Penulis)

Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan

keningmu, dan setelah itu yang kamu perlu hanya kaki yang berjalan lebih jauh dari

biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap

lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad

yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari

biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.

Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi orang

lain.

(Donny Dhirgantoro)

Tinta bagi seorang pelajar lebih suci nilainya daripada darah seorang martir

(Muhammad SAW)

Sesungguhnya setiap manusia memang diberi kebebasan untuk memilih, memilih di

persimpangan-persimpangan kecil atau besar dalam sebuah “big master plan” yang

telah diberikan Tuhan kepada kita semenjak kita lahir

(Ian)

Sebagian besar hal penting di dunia diraih oleh orang-orang yang terus mencoba

ketika tampak tak ada harapan sama sekali.

(Dale Carnegie)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas inspirasi terbesarnya serta segala bentuk nikmat dan kemudahan

yang selama ini dianugerahkan dalam kehidupanku;

2. Nabi besar Muhammad SAW atas teladan yang diberikan sebagai bekal

kehidupan;

3. Kedua Orang Tuaku Ir. Suprapto dan Ir. Ekaristi Christiani yang telah

memberikan kasih sayang yang tulus, doa yang tidak pernah berhenti serta

semangat dan nasihat dalam sepanjang kehidupanku hanya Allah yang dapat

membalasnya;

4. Nenekku tersayang dan satu-satunya Djufainah terima kasih atas doanya semoga

bisa membahagiakanmu ya mbah suatu hari nanti;

5. Kakakku Flora Felina Aditasari atas semangat, doa, nasihat dan tambahan uang

jajan yang diberikan tambahin lagi yaa dan jangan berhenti...hehehe;

6. Adikku Tegar Aji Prakosa atas semangat dan doanya, kita tetap saingan

menaklukkan gunung yaa;

7. Ria Triana Corry, Dyah Nur Ariyani, Niken Wresthi terima kasih sudah menjadi

teman-teman terbaik dalam kehidupan penulis selama ini semoga tetap terjaga;

8. Teman, Sahabat, dan Kakak dekat penulis terima kasih atas semua yang telah

diberikan dan sudah menjadi seseorang yang lengkap untuk penulis, tetap

berjalan bersama;

9. Keluarga Besar KSP “Principium” yang sudah menjadi keluarga kedua penulis di

kota ini;

10. Teman-teman selama menempuh pendidikan yang tidak bisa disebutkan satu

persatu matur suwun atas semua doa dan semangatnya;

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan

segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Yang selalu memberikan jalan dan

kemudahan kepada penulis sehingga Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul,

“STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEM PENANGGUHAN

PENAHANAN (BAIL) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN PHILIPPINE RULES

OF CRIMINAL PROCEDURE RULES 110 TO 127” dapat terselesaikan tepat

waktu.

Banyak hambatan dan permasalahan yang dihadapi penulis dalam

menyelesaikan Penulisan Hukum ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam

menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara

materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat

untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam

menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara

materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya;

2. Nabi Muhammad SAW, semoga penulis dapat istiqomah dijalannya;

3. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta beserta seluruh pembantu rektor;

4. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta;

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

5. Bapak Edy Herdyanto, S.H.,M.H., selaku ketua Bagian Hukum Acara Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing Skripsi I yang

telah membantu penulis dalam memberikan arahan mengenai penulisan hukum

ini.

6. Bapak Muhammad Rustamaji, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan segala ilmu dan dengan penuh kesabaran membimbing serta

memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum

(Skripsi) ini dengan baik.

7. Bapak Bambang Santoso, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Laboratorium Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta atas semua

ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat dijadikan

bekal dalam kehidupan penulis saat ini dan masa yang akan datang.

9. Seluruh Pimpinan dan Staff Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan

yang telah diberikan;

10. Pengelola Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta atas kemudahan yang diberikan;

11. Kedua orang tua Ir. Suprapto dan Ir. Ekaristi Christiani yang penuh kasih sayang

merawat dan membesarkan penulis, yang selalu memberikan dukungan moril dan

materiil serta tanpa henti selalu mendoakan penulis sehingga penulisan hukum

ini dapat terselesaikan;

12. Kakakku Flora Felina Aditasari dan adekku Tegar Aji Prakosa yang memberikan

semangat dan doa.

13. Teman penulis Dyah Nur Ariyani dan Ria Triana Corry Pardosi terima kasih

untuk empat tahunnya mulai dari susah, sakit, senang, berantem, bete, ketawa

akan jadi momen yang selalu dikenang dan dirindukan semoga tidak hanya

empat tahun tapi seterusnya;

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

14. Teman seperjuangan Niken Wresthi Kinanti terima kasih atas semangat, doa, dan

kebersamaannya selama berseragam abu-abu sampai sekarang;

15. Pico, Cencen, Jojo terima kasih tetap setia menemani penulis saat susah dan

senang;

16. Teman-teman penulis Fauziah Wijayanti, Fransiska P, Dwi Murniningsih, Atika

Dyah, Alfitri, Ardani N, Yudhantara Gendut, Mahatma Kentunk, Ardianto,

Andre, Bambang Prayitno, Aryanto bebeb, Prasetyo Adut, Putut, Anugrah S,

Mifta dan masih banyak lagi dan tidak bisa disebut satu persatu terima kasih atas

semangat dan cerita indahnya.

17. Kakak-kakakku Mami Dian, Mas Tejo, Mas Gatot, Mas Yovi, Mbak Aya, Mas

Aji, Mbak Citra, Mbak Ariyani, Mbak Lilin, Mbak Bundo, Mas Dedi, Mas Sandi,

terima kasih atas doa, nasihat, semangat, dan jalan-jalannya;

18. Keluarga besar KSP “Principium” atas ilmu, kebersamaan, kekeluargaan,

loyalitas, komitmen, tanggung jawab yang selama ini diberikan dan diajarkan

kepada penulis,

19. Badan Eksekutif Mahasiswa FH UNS terima kasih atas keluarga dan kesempatan

belajar yang diberikan kepada penulis;

20. Tim Mootcourt Community FH UNS terima kasih atas keluarga dan kesempatan

belajar yang diberikan kepada penulis;

21. Anak-anak kos Stannum 2 Septi babang, mbak ratih, mbak ambar, sindri, mbak

sari terima kasih atas semangat dan bantuannya;

22. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret angkatan 2008 terima

kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini;

23. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis Semoga Tuhan yang mencatat dan memberikan balasannya.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran bersifat membangun dalam penulisan hukum ini dan

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

kedepannya sangat diperlukan dari pembaca akan penulis terima dengan senang hati.

Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 9 Juli 2012

Maya Hapsari Diah K.

E0008186

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

ABSTRACT ......................................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. .................................................................................... L

atar Belakang ..................................................................... 1

B. .................................................................................... R

umusan Masalah ................................................................ 5

C. .................................................................................... T

ujuan Penelitian .................................................................. 5

D. .................................................................................... M

anfaat Penelitian ................................................................. 6

E. .................................................................................... M

etode Penelitian .................................................................. 7

F...................................................................................... S

istematika Penulisan Hukum ............................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

A. .................................................................................... K

erangka Teori ..................................................................... 12

1................................................................................. T

injauan Umum Tentang Perbandingan Hukum ........... 12

2................................................................................. T

injauan Umum Tentang Penahanan ............................. 14

a. .......................................................................... P

engertian Penahanan .............................................. 14

b. .......................................................................... D

asar Penahanan ....................................................... 15

c. .......................................................................... T

ata Cara Penahanan ................................................ 16

d. .......................................................................... J

enis Tahanan .......................................................... 17

3................................................................................. T

injauan Umum Tentang Penangguhan Penahanan ....... 19

a. .......................................................................... P

enangguhan Penahanan di Indonesia ..................... 19

b. .......................................................................... P

enangguhan Penahanan di Filipina ........................ 20

B. .................................................................................... K

erangka Pemikiran ............................................................. 23

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. .................................................................................... A

nalisis Persamaan dan Perbedaan Penangguhan

Penahanan (Bail)dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 dengan Philippine Rules of Criminal Procedure

Rules 110 to 127 ................................................................ 25

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

1................................................................................. P

ersamaan Sistem Penangguhan Penahanan (bail) di

Indonesia dan Filipina .................................................. 65

2................................................................................. P

erbedaan Sistem Penangguhan Penahanan (bail) di

Indonesia dan Filipina .................................................. 66

B. .................................................................................... A

nalisis Kelebihan dan Kelemahan Penangguhan

Penahanan (Bail)dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 dengan Philippine Rules of Criminal Procedure

Rules 110 to 127 ................................................................. 67

1................................................................................. K

elebihan Pengaturan Penangguhan Penahanan

(Bail)dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 ... 67

2................................................................................. K

elemahan Pengaturan Penangguhan Penahanan

(Bail)dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 ... 68

3................................................................................. K

elebihan Pengaturan Penangguhan Penahanan (Bail)

dalam Philippine Rules of Criminal Procedure............ 71

4................................................................................. K

elemahan Pengaturan Penangguhan Penahanan (Bail)

dalam Philippine Rules of Criminal Procedure............ 73

BAB IV PENUTUP

A. .................................................................................... S

impulan .............................................................................. 74

B. .................................................................................... S

aran ..................................................................................... 76

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran ........................................................... 23

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Perbandingan Perundang-Undangan Mengenai PenangguhanPenahanan (bail) di Indonesia dengan Filipina ............................... 25

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencermati fenomena penangguhan penahanan (bail) yang beberapa waktu

belakangan ini mulai marak kembali di ranah publik dalam kasus Dhana Widyatmaka

mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan yang diduga

melakukan tindak pidana korupsi. Tersangka melalui penasihat hukumnya

mengajukan permohonan penangguhan penahanan yang disampaikan kepada

penyidik Kejaksaan Agung Republik Indonesia dengan alasan selama proses

penyidikan tersangka sangat kooperatif dan tersangka tidak mungkin melarikan diri

karena paspor milik tersangka sudah disita pihak imigrasi selain itu, tersangka juga

tidak mungkin menghilangkan barang bukti terkait dengan kasus yang menjeratnya

karena seluruh barang bukti telah disita oleh pihak kejaksaan (Indra Wijaya,

Pengacara Dhana Ajukan Penangguhan Penahanan.

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/05/063388039/Pengacara-Dhana-Ajukan-

Penangguhan-Penahanan/> [2 April 2012 pukul 15.19]). Mengkaji dari kasus tersebut

ternyata tersangka memanfaatkan upaya penangguhan penahanan, hal ini karena

penahanan bukan merupakan upaya paksa yang mutlak.

Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana setiap instansi penegak hukum diberi wewenang untuk melakukan

penahanan. Hal ini karena penahanan memiliki fungsi untuk memperoleh alat bukti

bahwa tersangka telah melakukan tindak pidana serta untuk mempermudah dan

dalam memperoleh keterangan yang valid. Menurut Rusli Muhammad, ada dua

alasan penahanan yaitu alasan objektif yang tercantum dalam Pasal 21 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yaitu penahanan

hanya dapat dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut

dalam hal tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih dan

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335

ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a,

Pasal 453, Pasal 454, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana, Pasal 25 dan 26 Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap

ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor

471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-Undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-

Undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal

36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal

43, Pasal 47, dan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika

(Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086

dan alasan subyektif adalah alasan yang muncul dari penilaian subjektif yang

menitikberatkan pada keadaan atau keperluan penahanan itu sendiri yang tercantum

dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana yaitu Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang

tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan

bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa

tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang

bukti dan/atau mengulangi tindak pidana (Rusli Muhammad, 2007:29). Namun, jika

alasan subjektif dan objektif penahanan tersebut tidak terpenuhi maka penangguhan

penahanan dapat diberikan kepada tersangka/terdakwa pelaku tindak pidana karena

penangguhan penahanan merupakan hak yang dapat diperoleh tersangaka/terdakwa

dalam proses hukum.

Hukum acara pidana merupakan hukum formil yang memuat aturan

pelaksanaan penegakan hukum pidana. Dalam pelaksanaan hukum acara pidana

penghargaan atas hak asasi manusia juga tidak dapat dikesampingkan. Dalam praktek

penegakan hukum pidana seringkali terjadi pelanggaran hak asasi manusia, sehingga

diperlukan pengaturan yang tegas guna melindungi hak individu dalam hal ini

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tersangka/terdakwa namun tetap mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.

Hukum acara pidana telah menempatkan kedudukan tersangka atau terdakwa dalam

setiap tingkat pemeriksaan adalah sebagai subyek bukan sebagai obyek pemeriksaan

dan yang menjadi obyek pemeriksaan adalah kesalahan. Penempatan kedudukan

tersangka atau terdakwa sebagai subyek hukum tercermin dalam perlindungan hak

yang dimiliki tersangka atau terdakwa yang dalam hal ini hak asasi seorang tersangka

atau terdakwa harus dihormati dan dijunjung tinggi sesuai harkat dan martabatnya

sebagai seorang manusia (Handri Wirastuti Sawitri, 2011: 42).

Adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam

peraturan hukum pidana mempunyai arti yang sangat penting karena sebagian besar

dari rangkaian proses acara pidana ini adalah menjurus kepada pembatasan-

pembatasan hak-hak asasi manusia seperti penangkapan, penahanan, penyitaan,

penggeledahan, dan penghukuman yang pada hakikatnya adalah pembatasan terhadap

hak-hak asasi manusia, akan tetapi bukan berarti hukum pidana itu dapat dicap

dengan begitu saja sebagai ketentuan hukum yang selalu membatasi hak asasi

manusia (Abdurrahman, 1983: 52). Wujud perlindungan dan jaminan atas hak

tersangka/terdakwa adalah dengan adanya penangguhan penahanan (bail).

Beberapa prinsip telah menjiwai konsep hak asasi manusia antara lain prinsip

kesetaraan, pelarangan diskriminasi, dan kewajiban positif yang dibebankan kepada

setiap negara digunakan untuk melindungi hak-hak tertentu (Rhona K.M. Smith,dkk,

2010: 39). Oleh karena itu, hak asasi manusia menjadi elemen independen yang

sifatnya pokok dan melekat yang harus dijamin dalam konsepsi negara hukum.

Negara hukum memiliki beberapa ciri, antara lain pengakuan dan perlindungan atas

hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum,

sosial, ekonomi dan kebudayaan, peradilan yang bebas dari pengaruh suatu

kekuasaan atau kekuasaan lain dan tidak memihak dan legalitas dalam arti hukum dan

segala bentuknya (Nico Ngani, I Nyoman Budi Jaya, Hasan Madani, 1984: 1).

Menurut Stahl, “rechstaat” mencakup 4 (empat) elemen penting yaitu: Perlindungan

hak asasi manusia, pembagian kekuasaan, pemerintahan berdasarkan undang-undang,

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dan peradilan tata usaha negara. Dalam perkembangannya, International Commission

of Jurist, melalui konferensinya di Bangkok tahun 1965 memeperluas konsep Rule of

Law, dan menekankan yang dinamakan “The Dynamic Aspect of the Rule of Law in

the Modern Age”. Syarat-syarat dasarnya adalah: Perlindungan konstitusional, dalam

arti, bahwa konstitusi selain memberi jaminan hak-hak individu, juga harus

menentukan cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang

dijamin, badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, pemilihan umum yang

bebas, kebebasan untuk menyatakan pendapat, kebebasan berserikat/berorganisasi

dan beroposisi, dan pendidikan kewarganegaraan (civic education) (M. Busyro

Muqoddas, 2010:3). Menelaah ciri-ciri negara hukum tersebut mengandung ketentuan

bahwa negara hukum menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia dan hal tersebut

harus diwujudkan dalam sistem hukum pidana di Indonesia karena Negara Indonesia

merupakan negara hukum (rechtstaat) seperti yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (3)

Undang-Undang Dasar 1945.

Di saat bersamaan korelasi hukum di sebuah negara yang mengalami tarikan

globalisasi tentu membutuhkan pembanding ketika akan dikaji lebih lanjut mengenai

pelaksanaan penangguhan penahanan (bail) mengingat ada beberapa negara yang

tidak sepakat dengan adanya pelaksanaan penangguhan penahanan (bail). Sebagai

contoh perkembangan penangguhan penahanan (bail) di Negara Amerika mengalami

kemajuan yang sangat pesat walaupun kecaman pedas terus dilontarkan karena sistem

penangguhan penahanan dianggap membedakan si kaya dan si miskin yang dengan

sendirinya merusak citra equality before the law (Romli Atmasasmita, 2010:78).

Mengkaji pelaksanaan penangguhan penahanan (bail) lebih baik

menggunakan segi perbandingan hukum seiring dengan tarikan-tarikan hukum itu

dengan kepentingan global. Pada titik inilah produk hukum di Indonesia yaitu

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana perlu

dibandingkan dengan produk hukum di Filipina yaitu Philippine Rules of Criminal

Procedure Rules 110 to 127. Pemilihan Filipina sebagai negara pembanding dalam

pengkajian penangguhan penahanan ini didasarkan pada ketersediaan data, letak

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

regional yang berdekatan, dan corak masyarakat yang relatif sama berkaitan dengan

rumpun melayu. Pada dasarnya meskipun Indonesia menerapakan sistem hukum

Eropa Kontinental sedangkan Filipina menerapkan sistem hukum Anglo Saxon hal ini

tidak menimbulkan masalah dalam segi perbandingan hukum.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan kajian terhadap pengaturan penangguhan penahanan (bail) di

Indonesia dan Filipina dalam bentuk penelitian hukum dengan judul : “STUDI

KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEM PENANGGUHAN

PENAHANAN (BAIL) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN PHILIPPINE RULES

OF CRIMINAL PROCEDURE RULES 110 TO 127”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini meliputi :

1. Apakah persamaan dan perbedaan pengaturan hukum penangguhan penahanan

(bail) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana dengan Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127?

2. Apakah kelebihan dan kelemahan pengaturan hukum penangguhan penahanan

(bail) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana dengan Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengkaji dan mengetahui persamaan serta perbedaan pengaturan

penangguhan penahanan (bail) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana dengan Philippine Rules of Criminal

Procedure Rules 110 to 127;

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Untuk mengkaji dan mengetahui kelebihan serta kelemahan pengaturan

hukum penangguhan penahanan (bail) menurut Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dengan Philippine Rules of

Criminal Procedure Rules 110 to 127.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperluas dan menambah wawasan penulis dalam bidang Hukum

Acara Pidana khususnya mengenai pengaturan hukum penangguhan

penahanan (bail) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana dan menurut Philippine Rules of Criminal Procedure

Rules 110 to 127;

b. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai pelaksanaan sistem

penangguhan penahanan (bail) yang baik diterapkan di Indonesia melalui

sistem perbandingan dengan negara Filipina.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi ilmu

pengetahuan bidang penelitian yang dikaji. Adapun manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan

hukum acara pidana pada khususnya;

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana dan konsep baru

serta dapat memperkaya referensi tentang pengkajian penangguhan penahanan

(bail) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana dan menurut Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to

127;

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai teaching materials dalam mata

kuliah hukum acara pidana terutama mengenai masalah hukum penangguhan

penahanan (bail).

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan

membentuk pola hukum ilmiah, sekaligus guna mengetahui kemampuan

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh;

b. Menjadi sarana guna menambah wawasan bagi pembaca mengenai

perbandingan hukum pengaturan hukum penangguhan penahanan (bail)

menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

dan menurut Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127;

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur dan bahan informasi bagi

semua pihak terutama mengenai pengaturan sistem penangguhan penahanan

(bail).

E. Metode Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses untuk

menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum

guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 35). Guna

mendukung pelaksanaan penelitian hukum maka perlu diterapkan metode penelitian

yang tepat untuk menganalisis isu hukum yang dihadapi tersebut. Metode penelitian

yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut :

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah

jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif atau doctrinal

research, bekerja untuk menemukan jawaban-jawaban yang benar dengan

pembuktian kebenaran yang dicari “di” atau “dari” perskripsi-perskripsi yang

ditulis di Kitab Undang-Undang atau Kitab Agama (tergantung keyakinan yang

dianutnya), berikut ajaran atau doktrin yang mendasarinya (Isharyanto, 2009: 1).

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2 Sifat Penelitian

Karakteristik dari ilmu hukum adalah bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai

ilmu yang bersifat perskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai

keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma

hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar prosedur,

ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aktivitas hukum (Peter

Mahmud Marzuki, 2005: 22). Dalam penelitian ini juga bersifat preskriptif, yang

dimaksudkan untuk memberikan argumentasi atas penelitian yang dilakukan.

3 Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan perbandingan (comparative

approach). Pendekatan perbandingan dilakukan dengan mengadakan studi atau

penelitian perbandingan hukum. Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan

perbandingan ini dilakukan dengan membandingkan undang-undang suatu hukum

dengan undang-undang dari satu atau lebih hukum lain mengenai hal yang sama

(Peter Mahmud Marzuki, 2005: 95). Pendekatan ini berguna untuk memperoleh

kekurangan dan kelebihan serta mengetahui konsistensi penerapan undang-undang

terutama mengenai penerapan hukum penangguhan penahanan (bail) di antara

hukum Indonesia dengan Filipina.

4 Bahan Hukum

Guna memecahkan isu hukum yang diteliti diperlukan sumber penelitian.

Sumber penelitian dalam penelitian hukum hanya dibedakan menjadi dua yaitu

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Adapun bahan hukum primer

dan sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-

undangan dan putusan-putusan hakim (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 141).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum primer berupa:

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dan

ditambah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

4) Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku-

buku teks, kamus hukum, jurnal-jurnal hukum serta komentar atas putusan

pengadilan yang berkaitan dengan hukum yang dibahas.

5 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian

hukum ini yaitu menggunakan teknik studi kepustakaan atau studi dokumen. Studi

kepustakaan atau studi dokumen merupakan suatu bentuk pengumpulan bahan

hukum melalui membaca, mengkaji, dan mempelajari literatur atau buku-buku

hasil penelitian terdahulu, dan membaca dokumen yang berhubungan dengan

permasalahan yang dibahas. Berdasarkan bahan tersebut kemudian dirumuskan

dan dianalisis dan selanjutnya digunakan sebagai dasar menjawab permasalahan

hukum yang dihadapi.

6 Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis

menggunakan metode komparasi atau perbandingan dengan interpretasi

gramatikal. Dalam hal ini analisis yang dilakukan dengan mengklasifikasikan

pasal-pasal dari Undang-Undang dan hasilnya akan disajikan secara deskriptif

yaitu dengan jalan menuturkan dan menggambarkan berdasarkan pendekatan

penelitian guna mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang telah

ditentukan.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum maka

penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan

hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab yang tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang

dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian

ini. Sistematika keseluruhan penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan landasan teori atau memberikan

penjelasan secara teori yang bersumber dari bahan hukum yang

penulis gunakan terutama yang berkaitan dengan permasalahan

hukum yang dihadapi. Tinjauan pustaka dalam penelitian hukum ini

meliputi : tinjauan tentang perbandingan hukum, tinjauan umum

tentang penahanan, tinjauan umum tentang penangguhan penahanan

(bail).

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan guna

menjawab pertanyaan mengenai persamaan dan perbedaan

pengaturan hukum penangguhan penahanan (bail) menurut Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dengan

Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127 dan

kelebihan serta kelemahan pengaturan hukum penangguhan

penahanan (bail) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

tentang Hukum Acara Pidana dengan Philippine Rules of Criminal

Procedure Rules 110 to 127.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan yang didapat dari hasil

penelitian dan pembahasan serta saran-saran yang dapat penulis

kemukakan terkait dengan permasalahan hukum yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Perbandingan Hukum

Terdapat berbagai istilah asing mengenai perbandingan hukum, yakni

antara lain: Comparative Law, Foreign Law (bahasa Inggris); Droit Compare

(istilah Perancis); Rechtsvergelijking (bahasa Belanda) dan Vergleichende

Rechlehre (bahasa Jerman). Di dalam Black’s Law Dictionary dijelaskan:

Comparative Jurisprudence is the study of principles of legal science by the

comparison of various system of law. Suatu studi menegnai prinsip-prinsip ilmu

hukum dengan melakukan perbandingan berbagai macam sistem hukum (Barda

Nawawi Arief, 2002 : 3)

Apabila diamati istilah asingnya, comparative law, maka dapat diartikan

bahwa titik berat adalah kepada perbandingannya atau comparative memberikan

sifat kepada hukum (yang dibandingkan). Istilah perbandingan hukum, dengan

demikian menitikberatkan kepada sisi perbandingannya, bukan kepada sisi

hukumnya. Inti sedalamnya dari pengertian istilah perbandingan hukum adalah

membandingkan sistem-sistem hukumnya (Romli Atmasasmita, 2000: 7).

Beberapa definisi mengenai perbandingan hukum yang dikemukakan oleh

beberapa pakar sebagaimana dikutip oleh Romli Atmasasmita adalah sebagai

berikut:

a. Rudolf B. Schlesinger, Winterton, dan Gutteridge

Perbandingan hukum menurut Rudolf B. Schlesinger yang dikutip oleh

Romli Atmasasmita merupakan metoda penyelidikan dengan tujuan untuk

memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu.

Perbandingan hukum adalah bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas

hukum dan bukan suatu cabang hukum, melainkan merupakan teknik untuk

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menghadapi unsur hukum asing dari suatu masalah hukum (Romli

Atmasasmita, 2000 : 7).

Menurut Winterton yang dikutip dalam buku Romli Atmasasmita,

perbandingan hukum adalah suatu metode yaitu perbandingan sistem hukum

dan perbandingan tersebut menghasilkan data sistem hukum yang

dihbandingkan (Romli Atmasasmita, 2000 : 7).

Perbandingan hukum menurut Gutteridge yang dikutip dalam buku

Romli Atmasasmita adalah suatu metoda perbandingan yang dapat digunakan

dalam semua cabang hukum. Ia membedakan antara comparative law dengan

foreign law (hukum asing), pengertian istilah yang pertama untuk

membandingkan dua sistem hukum atau lebih, sedangkan pengertian istilah

hukum yang kedua, adalah mempelajari hukum yang lain (Romli

Atmasasmita, 2000 : 7).

b. Lemaire, Hessel Yutema, dan Orucu

Perbandingan hukum menurut Lemaire yang dikutip oleh Romli

Atmasasmita adalah sebagai cabang ilmu pengetahuan (yang juga

mempergunakan metoda perbandingan) mempunyai lingkup (isi dari) kaidah-

kaidah hukum, persamaan dan perbedaannya, sebab-sebabnya dan dasar-dasar

kemasyarakatannya (Romli Atmasasmita, 2000:9).

Menurut Hessel Yutema yang dikutip dalam buku Romli Atmasasmita,

perbandingan hukum adalah law is simply another name for legal science, or

like other branches of science it has a universal humanistic outlook; it

contemplates hat while the technique nay vary, the problems of justice are

basically the same in time and space throughout the world. (Perbandingan

hukum hanya satu nama lain untuk ilmu hukum dan merupakan bagian yang

menyatu dari suatu ilmu sosial, atau seperti cabang ilmu lainnya.

Perbandingan hukum memiliki wawasan yang universal, sekalipun caranya

berlainan, masalah keadilan pada dasarnya baik menurut wktu dan tempat di

selruh dunia) (Romli Atmasasmita, 2000:9).

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Perbandingan hukum menurut Orucu yang dikutip oleh Romli

Atmasasmita adalah comparative law is legal discipline aiming at

ascertaining similarities and differences and finding out relationship between

various legal systems, their assence and style, looking at comparable legal

institutions and concepts and typing to determine solutions to certain

problems in these systems with a definite goal in mind, such as law reform,

unificationetc. (Perbandingan hukum merupakan suatu disiplin ilmu hukum

yang bertujuan menemukan persamaan dan perbedaan serta menemukan

hubungan-hubungan yang erat antara berbagai sistem-sistem hukum, melihat

perbandingan lembaga-lembaga hukum, konsep-konsep serta mencoba

menentukan suatu penyelesaian atas masalah-masalah tertentu dalam sistem-

sistem hukum yang dimaksud dengan tujuan seperti pembaharuan hukum,

unifikasi hukum dll) (Romli Atmasasmita, 2000:9).

Mencermati definisi-definisi perbandingan hukum diatas dan menurut

analisis dari penulis bahwa terdapat dua kelompok dari definisi tersebut, yaitu

kelompok pertama yang menyatakan bahwa perbandingan hukum merupakan

suatu metoda, sementara kelompok yang kedua menyatakan bahwa

perbandingan hukum merupakan cabang dari ilmu hukum. Kedua kelompok

definisi tersebut dikemukakan sesuai dengan masanya sehingga dapat diakui

kebenarannnya. Namun demikian definisi dari kelompok yang pertama yang

akan penulis gunakan dalam penulisan hukum ini sebagai alat untuk

mengetahui persamaan dan perbedaaan dua sistem hukum.

2. Tinjauan Umum tentang Penahanan

a. Pengertian Penahanan

Menceramati pengertian penahanan berdasarkan ketentuan Pasal 1

angka 21 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana adalah “penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh

penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”. Penahanan juga

memiliki maksud yaitu kewenangan yang diberikan kepada penyidik untuk

melakukan pembatasan hak-hak seseorang. “Pembatasan hak tersebut antara

lain, pembatasan untuk bergerak dengan leluasa, pembatasan untuk tidak bisa

bebas tinggal di tempat yang diinginkan, dan pembatasan untuk tidak

bepergian” (Hartono, 2010: 173). Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 21

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

penahanan dapat dilakukan terhadap seseorang yang harus terlebih dahulu

berstatus hukum sebagai tersangka atau terdakwa atau seseorang yang diduga

keras sebagai pelaku tindak pidana. Penahanan dilakukan terhadap tersangka

atau terdakwa agar tidak mengganggu proses penyidikan, penuntutan, maupun

pemeriksaan hukum pengadilan sebab dikhawatirkan tersangka atau terdakwa

akan melarikan diri, merusak atu menghilangkan barang bukti maupun

mengulangi tindak pidananya.

b. Dasar Penahanan

Dasar penahanan secara yuridis tercakup dalam Pasal 21 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang

menetapkan :

Penahanan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap tersangka atauterdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupunpemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal:1) Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau

lebih;2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3),

Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat(1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kitab Undang-Undang HukumPidana, Pasal 25 dan 26 Rechtenordonnantie (pelanggaranterhadap ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah denganStaatsblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4Undang-Undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-Undang Nomor8 Drt. Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8),Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 36 ayat (7),Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47, dan Pasal 48 Undang-

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika (LembaranNegara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3086.

Penahanan juga harus memenuhi syarat undang-undang yang

ditentukan dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana bahwa Perintah penahanan atau penahanan

lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga

keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal

adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau

terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti

dan/atau mengulangi tindak pidana.

c. Tata Cara Penahanan

Ketentuan mengenai tata cara penahanan tersangka/terdakwa diatur

dalam Pasal 21 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana. Dalam ketentuan Pasal 21 ayat (2) tersebut menyatakan

bahwa:

penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik ataupenuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikansurat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkanidentitas tersangka atau terdakwa dan menyebutkan alasan penahananserta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan ataudidakwakan serta tempat ia ditahan.

Selain memberikan surat perintah penahanan atau penetapan hakim

terdapat ketentuan lain yang tercantum dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yaitu “Tembusan

surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan atau penetapan hakim

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan kepada keluarganya”.

Mencermati ketentuan tersebut maka keluarga wajib menerima tembusan surat

penahanan supaya keluarga mendapatkan kepastian atas penahanan tersebut.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d. Jenis Tahanan

Klasifikasi jenis tahanan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana diatur dalam ketentuan Pasal 22 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Jenis

penhanan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana dapat berupa :

1) Penahanan Rumah Tahanan Negara (Rutan)

Penahanan tersangka atau terdakwa yang masih dilakukan proses

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan pengadilan yang dilakukan di

rumah tahanan negara (Rutan). Berdasarkan Pasal 19 PP No. 27/1983 jo.

Pasal 1 Peraturan Menteri Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983

dijelaskan mengenai siapa yang diperbolehkan ditempatkan dalam rumah

tahanan negara (Rutan) yaitu:

a) Di dalam Rutan ditempatkan tahanan yang masih dalam prosespenyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri,Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung, dan

b) Semua tahanan berada ditempatkan dalam Rutan tanpa kecuali,tetapi tempat tahanan dipisahkan berdasarkan:(1) Jenis kelamin,(2) Umur, dan(3) Tingkat pemeriksaan

2) Penahanan Rumah

Penahanan dilakukan di rumah “tempat tinggal” atau “rumah

kediaman” tersangka atau terdakwa. Selama tersangka/terdakwa berada

dalam tahanan rumah, dia harus “diawasi”. Jadi terhadap

tersangka/terdakwa yang sedang menjalani penahanan rumah berada

dalam “pengawasan” pejabat yang melakukan tindakan penahanan rumah

(M. Yahya Harahap, 2009: 181).

3) Penahanan Kota

Dalam Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana menyatakan bahwa penahanan kota

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dilaksanakan di kota tempat tinggal atau kediaman tersangka atau

terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor pada

waktu yang ditentukan. Berdasarkan bunyi pasal tersebut maka

penahanan kota berbeda dengan penahanan rumah yang harus diawasi.

Tersangka/terdakwa yang menjalani tahanan kota hanya diberikan

kewajiban untuk melapor pada waktu tertentu yang telah ditentukan.

4) Batas Waktu Penahanan

Setiap instansi penegak hukum diberi wewenang untuk melakukan

penahanan terhadap tersangka/terdakwa dan lamanaya waktu penahanan

yang dilkukan telah diatur oleh undang-undang. Berdasarkan Pasal 24

ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana waktu penahanan yang diberikan kepada penyidik selama 20 (dua

puluh) hari. Namun apabila kepentingan pemeriksaan penyidikan belum

selesai dapat diperpanjang penuntut umum selama 40 (empat puluh) hari

sesuai dalam Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana.

Penuntut umum juga memiliki wewenang untuk melakukan

penahanan selama 20 (dua puluh) hari sesuai Pasal 25 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Berdasarkan

Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana apabila diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan yang

belum selesai ketua pengadilan negeri dapat melakukan perpanjangan

selama 30 (tiga puluh) hari.

Hakim pada pengadilan negeri, pengadilan tinggi, dan hakim

mahkamah agung memiliki kewenangan melakukan penahanan selama 30

(tiga puluh) hari sesuai Pasal 26 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28

ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana. Namun jangka waktu tersebut dapat diperpanjang oleh ketua

pengadilan yang bersangkutan selama 60 (enam puluh) hari.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Tinjauan Umum Tentang Penangguhan Penahanan (bail) di Indonesia dan

Filipina

a. Penangguhan Penahanan (bail) di Indonesia

Membahas mengenai penangguhan penahanan (bail) tidak mungkin

terleas dari unsur jaminan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana mengatur mengenai penangguhan penahanan (bail)

dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa atas permintaan tersangka atau

terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau hakim dapat mengadakan

penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang,

beradasarkan syarat yang ditentukan. Sedangkan menurut M. Yahya Harahap,

penangguhan penahanan (bail) adalah penangguhan tahanan tersangka atau

terdakwa dari penahanan, mengeluarkan tersangka atau terdakwa dari

penahanan sebelum batas waktu penahanannya berakhir (M. Yahya Harahap,

2009: 213).

Berdasarkan pengertian dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tersebut maka diperoleh penegasan

pula bahwa penangguhan penahanan (bail) berbeda dengan pembebasan dari

tahanan. Hal yang membedakan yaitu jika pembebasan dari tahanan adalah

membebaskan tersangka/terdakwa dari tahanan tanpa syarat sedangkan

penangguhan penahanan (bail) memberikan syarat terhadap

tersangka/terdakwa yang ditangguhkan penahanannya.

Penegasan dan rincian syarat yang harus ditetapkan dalam pemberian

penangguhan penahanan (bail) dijelaskan dalam penjelasan Pasal 31 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Dari penjelasan

Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

diperoleh penegasan syarat yang dapat ditetapkan bagi instansi yang menahan

yaitu:

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1) Wajib lapor;

2) Tidak keluar rumah, atau

3) Tidak keluar kota.

b. Penangguhan Penahanan (bail) di Filipina

Peraturan perundang-undangan di Indonesia dengan di Filipina

konsepnya sangat berbeda jauh. Di Indonesia peraturan perundang-undangan

hanya dibuat oleh eksekutif dan legislatif. Di Filipina tidak hanya kedua

lembaga itu, tetapi juga lembaga-lembaga lainnya. “Philippine documents

collected and reviewed include legal and policy documents issued by the

executive, legislative and judicial branches of government and selected

guidelines issued by private educational and religious institutions” (Rowena

D. Cordera, 2006: 1). Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka

artinya adalah Peraturan perundang-undangan di Filipina merupakan aturan

hukum dan kebijakan yang dibuat oleh eksekutif, legislatif dan yudikatif dan

pedomannya berdasarkan oleh lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

Sehingga peraturan perundag-undangan di Filipina memperhatikan berbagai

aspek, begitu juga apabila dikaitkan dengan pengaturan tentang penangguhan

penahanannya.

Pengaturan penangguhan penahanan (bail) di Indonesia diatur dalam

KUHAP sedangkan pengaturan penangguhan penahanan (bail) di Filipina

diatur dalam Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127.

Berbeda dengan Indonesia, Filipina lebih tegas dan efektif dalam mengatur

mengenai penangguhan penahanan (bail) yang diajukan oleh tersangka

maupun terdakwa di negaranya. Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 Section 1 “Bail is the security given for the release of a

erson in custody of the law, furnished by him or a bondsman, to guarantee his

appearance before any court as required under the conditions here in after

secifified. Bail may be given in the form of corporate surety, property bond,

cash deposit, or recognizance” (penangguhan penahahan adalah jaminan

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

keamanan yang diberikan untuk membebaskan orang dalam tahanan, yang

dibayarkan oleh orang yang ditahan tersebut atau penjaminnya, untuk

menjamin kehadirannya di pengadilan sesuai persyaratan yang diatur

selanjutnya. Penangguhan penahanan dapat diberikan dalam bentuk jaminan

perusahaan, properti obligasi, setoran tunai, atau pengakuan). Selanjutnya

mengenai pedoman jumlah uang jaminan yang akan diajukan dalam

penangguhan penahanan (bail) diatur dalam Pasal 114 ayat (9) yaitu:

“the judge who issued the warrant or granted the application shall fix areasonable amount of bail considering primarily, but not limited to thefollowing factors: financial liability of the accused to give bail, natureand circumstance of the offense, penalty for the offense charged,character and reputation of the accused, age and health of the accused,weight of the evidance against the accused, probability of the accusedappearing at the trial, forfeiture of other bail. Excessive bail shall not berequired.”

(hakim yang mengeluarkan surat perintah atau diberikan surat jaminan akan

menetapkan jumlah jaminan yang wajar, tetapi bukannya tidak terbatas tetap

memperhatikan faktor-faktor berikut: kemampuan finansial terdakwa untuk

memberikan jaminan, sifat dan keadaan pelanggaran, denda pelanggaran,

watak dan reputasi terdakwa, umur dan kesehatan terdakwa, berat bukti

terhadap terdakwa, kemungkinan terdakwa hadir di pengadilan, kehilangan

hak jaminan lainnya, fakta bahwa terdakwa buron saat ditangkap dan

menunggu hasil kasus lain di mana terdakwa juga merupakan tahanan dengan

jaminan. Jaminan yang berlebihan tidak diperlukan). Menurut Morales JR,

“The Revised Rules of Court define the concept of bail as The security

required and given for the release of a person who is in the custody of the law

that he will appear before any court in which his appearance may be required

as stipulated in the bail bond or recognizance” (Morales JR, 1986: 88).

Apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia, maka dapat diartikan bahwa,

“Aturan hukum (di Filipina) mendefinisikan konsep jaminan sebagai suatu

jaminan keamanan yang diperlukan dan diberikan untuk membebaskan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

seseorang yang berada dalam tahanan di mana orang tersebut dikarenakan

jaminan yang diberikannya akan hadir dalam pengadilan dan kehadirannya

merupakan suatu kewajiban sebagaimana yang diatur dalam perjanjian

jaminan atau pengakuan.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Penegakan hak asasimanusia dalam lingkup

hukum acara pidana

PenangguhanPenahanan

Ketentuan PenangguhanPenahanan (bail) Indonesia

diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum AcaraPidana

Ketentuan PenangguhanPenahanan (bail) Filipinadiatur dalam Philippine

Rules of CriminalProcedure Rules 110 to

127

Persamaan

Perbedaan

Kelebihan

Kekurangan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Keterangan:

Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia saat ini sedang mendapat

sorotan yang sangat tajam dari berbagai kalangan. Demikian pula dalam pelaksanaan

perlindungan hak asasi manusia dalam lingkup hukum acara pidana yang diwujudkan

melalui pemberian penangguhan penahanan (bail) kepada tersangka atau terdakwa.

Dalam penulisan hukum ini, penulis mencoba mengkaji lebih dalam mengenai

pengaturan penangguhan penahanan (bail) yang ada di Indonesia yang seluruhnya

diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

kemudian penulis mengkomparasikan dengan pengaturan penangguhan penahanan

(bail) di negara Filipina yang semuanya tertuang dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rules 110 to 127. Selanjutnya penulis mencoba mencari dan

mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pengaturan penangguhan penahanan

(bail) di kedua negara tersebut. Setelah mengetahui persamaan dan perbedaannya

kemudian penulis mengkaji lagi kelebihan dan kekurangan pengaturan penangguhan

penahanan (bail) antara kedua negara tersebut.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Penangguhan Penahanan (Bail) dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dengan Philippine Rules of Criminal

Procedure Rules 110 to 127

Mencermati penangguhan penahanan (bail) di Indonesia maupun Filipina

tentunya harus didahului dengan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan

(produk hukum) yang melandasinya. Di Indonesia tentunya produk hukum yang

dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana khususnya pada Pasal 31, serta peraturan pelaksanaan lainnya yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana sebagaiman telah diubah dan ditambah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana, adapun di Filipina penangguhan penahanan (bail) diatur dalam Philipphine

Rules of Criminal Procedure Rule 114.

Guna mempermudah pengkajian terhadap perbandingan kedua produk hukum

tersebut, berikut penulis sajikan beberapa Pasal yang dimaksud:

Tabel 1. Perbandingan Perundang-Undangan Mengenai Penangguhan Penahanan

(bail) di Indonesia dengan Filipina

Indonesia Filipina

Pasal 31 ayat (1) UndangUndang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana:

Atas permintaan tersangka atau

terdakwa, penyidik atau penuntut umum

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 1:

Bail is the security given for the

release of a erson in custody of the

law, furnished by him or a

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

atau hakim, sesuai dengan kewenangan

masing-masing, dapat mengadakan

penangguhan penahanan dengan atau

tanpa jaminan uang atau jaminan orang,

berdasarkan syarat yang ditentukan.

bondsman, to guarantee his

appearance before any court as

required under the conditions here in

after secifified. Bail may be given in

the form of corporate surety,

property bond, cash deposit, or

recognizance (1a).

(Penangguhan penahahan adalah

jaminan keamanan yang diberikan

untuk membebaskan orang dalam

tahanan, yang dibayarkan oleh orang

yang ditahan tersebut atau

penjaminnya, untuk menjamin

kehadirannya di pengadilan sesuai

persyaratan yang diatur selanjutnya.

Penangguhan penahanan dapat

diberikan dalam bentuk jaminan

perusahaan, properti obligasi, setoran

tunai, atau pengakuan (1a)).

Pasal 31 ayat (2) UndangUndang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana:

Karena jabatannya penyidik atau

penuntut umum atau hakim sewaktu-

waktu dapat mencabut penangguhan

penahanan dalam hal tersangka atau

terdakwa melanggar syarat sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1).

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 2:

Conditions of the bail;

requirements.—All kinds of bail are

subject to the following conditions:

(a) The undertaking shall be

effective upon approval, and

unless cancelled, shall remain in

force at all stages of the case

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

until promulgation of the

judgment of the Regional Trial

Court, irrespective of whether the

case was originally filed in or

appealed to it;

(b) The accused shall appear before

the proper court whenever

required by the court or these

Rules;

(c)The failure of the accused to

appear at the trial without

justification and despite due

notice shall be deemed a waiver

of his right to be present thereat.

In such case, the trial may

proceed in absentia; and

(d)The bondsman shall surrender the

accused to the court for execution

of the final judgment.

The original papers shall state

the full name and address of the

accused, the amount of the

undertaking and the conditions

required by this section.

Photographs (passport size) taken

within the last six (6) months

showing the face, left and right

profiles of the accused must be

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

attached to the bail. (2a)

(Kondisi jaminan; Persyaratan.

Semua jenis jaminan harus sesuai

dengan kondisi berikut:

(a) usaha akan berlaku setelah

disetujui, kecuali dibatalkan,

akan tetap berlaku pada semua

tahap kasus sampai

dikeluarkannya putusan

Mahkamah Pengadilan Daerah,

terlepas dari apakah kasus

tersebut merupakan pengajuan

awal atau pengajuan banding;

(b) Terdakwa harus hadir di

pengadilan bila diperlukan oleh

pengadilan dari;

(c) Ketidakhadiran terdakwa di

pengadilan tanpa alasan akan

diabaikan haknya menghadiri

pengadilan tersebut. Dalam hal

demikian, persidangan dapat

dilanjutkan tanpa kehadirannya,

dan

(d) Penjamin harus menyerahkan

terdakwa ke pengadilan untuk

pengambilan putusan terakhir.

Dokumen asli harus mencantumkan

nama lengkap dan alamat terdakwa,

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

jumlah usaha dan kondisi lain yang

diperlukan. Foto (ukuran paspor)

yang diambil dalam enam (6) bulan

terakhir menampilkan wajah, tampak

kiri dan kanan terdakwa harus

dilampirkan di jaminan. (2a)

Pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010

Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana :

Uang jaminan penangguhan penahanan

yang ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang sesuai denagn tingkat

pemeriksaan, disimpan di kepaniteraan

pengadilan negeri.

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 3:

No release or transfer except on

court order or bail.—No person

under detention by legal process

shall be released or transferred

except upon order of the court or

when he is admitted to bail. (3a)

(Tidak ada pembebasan atau

pemindahan kecuali pada perintah

pengadilan atau jaminan. —Tidak

ada tahanan yang dibebaskan atau

dipindahkan kecuali atas perintah

pengadilan atau ketika ia mempunyai

jaminan. (3a)

Pasal 35 ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010

Tentang Perubahan Atas Peraturan

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 4:

Bail, a matter of right; exception.—

All persons in custody shall be

admitted to bail as a matter of right,

with sufficient sureties, or released

on recognizance as prescribed by

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana:

Apabila tersangka atau terdakwa

melarikan diri dan setelah lewat waktu 3

(tiga) bulan tidak diketemukan, uang

jaminan tersebut menjadi milik negara

da disetor ke Kas Negara.

law or this Rule:

(a) before or after conviction by the

Metropolitan Trial Court,

Municipal Trial Court,

Municipal Trial Court in Cities,

or Municipal Circuit Trial

Court, and

(b) before conviction by the

Regional Trial Court of an

offense not punishable by death,

reclusion perpetua, or life

imprisonment. (4a)

(Jaminan; Hak dan Pengecualian

Semua tahanan berhak mengeluarkan

jaminan, dengan penjamin yang

cukup, atau yang diperbolehkan oleh

hukum atau peraturan ini:

(a) Sebelum atau setelah

dijatuhkannya hukuman oleh

Mahkamah Pengadilan Pusat,

Pengadilan Pngajuan Perkara,

Pengadilan Pengajuan Perkara

Daerah, atau Pengadilan

Pemeriksaan Sirkuit, dan

(b) Sebelum dijatuhkannya

huk`uman oleh Pengadilan

Pengadilan Daerah yang berupa

hukuman mati, reclusion

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

perpetua, atau penjara seumur

hidup. (4a)

Pasal 36 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana sebagaiman telah

diubah dan ditambah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010

Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana:

Dalam hal jaminan itu adalah orang,

dan tersangka atau terdakwa melarikan

diri maka setelah lewat waktu 3 (tiga)

bulan tidak diketemukan, penjamin

diwajibkan membayar uang yang

jumlahnya telah ditetapkan oleh pejabat

yang berwenang sesuai dengan tingkat

pemeriksaan.

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 5:

Bail, when discretionary.—Upon

conviction by the Regional Trial

Court of an offense not punishable

by death, reclusion perpetua, or life

imprisonment, admission to bail is

discretionary. The application for

bail may be filed and acted upon by

the trial court despite the filing of a

notice of appeal, provided it has not

transmitted the original record to the

appellate court. However, if the

decision of the trial court convicting

the accused changed the nature of

the offense from non-bailable to

bailable, the application for bail can

only be filed with and resolved by the

appellate court.

Should the court grant the

application, the accused may be

allowed to continue on provisional

liberty during the pendency of the

appeal under the same bail subject to

the consent of the bondsman.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

If the penalty imposed by the trial

court is imprisonment exceeding six

(6) years, the accused shall be

denied bail, or his bail shall be

cancelled upon a showing by the

prosecution, with notice to the

accused, of the following or other

similar circumstances:

(a) That he is a recidivist, quasi-

recidivist, or habitual delinquent,

or has committed the crime

aggravated by the circumstance

of reiteration;

(b) That he has previously escaped

from legal confinement, evaded

sentence, or violated the

conditions of his bail without

valid justification;

(c) That he committed the offense

while under probation, parole, or

conditional pardon;

(d) That the circumstances of his

case indicate the probability of

flight if released on bail; or

(e) That there is undue risk that he

may commit another crime during

the pendency of the appeal.

The appellate court may, motu

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

proprio or on motion of any

party, review the resolution of the

Regional Trial Court after notice

to the adverse party in either

case. (5a)

Jaminan; ketika berupa pilihan. —

Apabila keputusan hukuman oleh

Pengadilan Pengadilan Daerah bukan

berupa hukuman mati, reclusion

perpetua, atau penjara seumur hidup,

hak mengajukan jaminan merupakan

pilihan. Permohonan jaminan dapat

diajukan dan ditindaklanjuti oleh

sidang pengadilan meskipun berupa

pengajuan permohonan banding,

asalkan tidak melanjutkan catatan

asli ke pengadilan banding. Namun,

jika keputusan sidang pengadilan

tentang hukuman terdakwa

mengubah pelanggaran tanpa

jaminan menjadi pelanggaran dengan

jaminan, permohonan jaminan hanya

dapat diajukan dan diselesaikan oleh

pengadilan banding.

Jika pengadilan mengabulkan

pengajuan itu, terdakwa

diperbolehkan bebas untuk

sementara selama menunggu hasil

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

banding dengan jaminan yang sama

atas ijin penjamin.

Jika hukuman yang dijatuhkan oleh

sidang pengadilan adalah hukuman

penjara melebihi enam (6) tahun,

jaminan terdakwa harus ditolak, atau

jaminannya akan dibatalkan dengan

menunjukkan penuntutan, dengan

pemberitahuan kepada terdakwa,

tentang kondisi sebagai berikut:

(a) Bahwa ia adalah tunggakan

residivis, kuasi-residivis, atau

kebiasaan, atau telah melakukan

kejahatan berulang-ulang;

(b) Bahwa ia sebelumnya telah

lolos dari kurungan hukum,

menghindari hukuman, atau

melanggar ketentuan jaminan

tanpa justifikasi yang valid;

(c) Bahwa ia melakukan

pelanggaran tersebut sementara

di bawah masa percobaan,

pembebasan bersyarat, atau

pengampunan bersyarat;

(d) Bahwa keadaan kasus itu

menunjukkan kemungkinan

melarikan diri jika dibebaskan

dengan jaminan, atau

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(e) Bahwa ada risiko yang

berbahaya bahwa ia mungkin

melakukan kejahatan lain

selama menunggu hasil banding.

Pengadilan Tinggi dapat,

berdasarkan motu proprio atau pada

mosi salah satu pihak, meninjau

putusan Pengadilan Pengadilan

Daerah setelah pemberitahuan

kepada pihak yang merugikan dalam

kedua kasus. (5a)

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 6:

Capital offense, defined.—A capital

offense is an offense which, under the

law existing at the time of its

commission and of the application

for admission to bail, may be

punished with death. (6a)

Pelanggaran Berat. —Sebuah

pelanggaran berat adalah

pelanggaran yang, berdasarkan

hukum yang ada pada saat kejahatan

itu dilakukan dan berdasarkan

pernyataan dalam jaminan, dapat

dihukum dengan kematian. (6a)

Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 7:

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010

Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana:

Uang yang dimaksud dalam ayat (1)

harus disetor ke Kas Negara melalui

panitera pengadilan negeri.

Capital offense or an offense

punishable by reclusion perpetua or

life imprisonment, not bailable. —

No person charged with a capital

offense, or an offense punishable by

reclusion perpetua or life

imprisonment, shall be admitted to

bail when evidence of guilt is strong,

regardless of the stage of the

criminal prosecution. (7a)

Pelanggaran berat terhadap tindak

pidana yang diancam dengan

reclusion Perpetua atau penjara

seumur hidup, tidak dapat diberi

jaminan. -Terdakwa yang melakukan

tindak modal, atau kejahatan yang

diancam dengan reclusion perpetua

atau penjara seumur hidup, tidak

akan diterima jaminannya ketika

bukti kejahatannya kuat, terlepas dari

tahap penuntutan pidana. (7a)

Pasal 36 ayat (3) Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana sebagaiman telah

diubah dan ditambah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010

Tentang Perubahan Atas Peraturan

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 8:

Burden of proof in bail application.

At the hearing of an application for

bail filed by a person who is in

custody for the commission of an

offense punishable by death,

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana:

Apabila penjamin tidak dapat

membayar sejumlah uang yang

dimaksud ayat (1) juru sita menyita

barang miliknya untuk dijual lelang dan

hasilnya disetor ke kas negara melalui

panitera pengadilan negeri.

reclusion perpetua, or life

imprisonment, the prosecution has

the burden of showing that evidence

of guilt is strong. The evidence

presented during the bail hearing

shall be considered automatically

reproduced at the trial but, upon

motion of either party, the court may

recall any witness for additional

examination unless the latter is dead,

outside the Philippines, or otherwise

unable to testify. (8a)

(Beban pembuktian dalam surat

jaminan. Pada sidang permohonan

jaminan yang diajukan oleh tahanan

untuk tindak pidana yang diancam

dengan kematian, reclusion

perpetua, atau penjara seumur hidup,

jaksa memiliki kewajiban untuk

menunjukkan bahwa bukti kuat

tentang kesalahannya. Bukti yang

ditunjukkan dalam sidang jaminan

secara otomatis direproduksi di

pengadilan, tetapi setelah ada mosi

dari salah satu pihak, pengadilan

dapat memangil saksi untuk

pemeriksaan tambahan saksi telah

mati, berada di luar Filipina, atau

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

tidak mampu untuk bersaksi. (8a))

Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 9:

The judge who issued the warrant or

granted the application shall fix a

reasonable amount of bail

considering primarily, but not

limited to the following factors:

financial liability of the accused to

give bail, nature and circumstance of

the offense, penalty for the offense

charged, character and reputation of

the accused, age and health of the

accused, weight of the evidance

against the accused, probability of

the accused appearing at the trial,

forfeiture of other bail. Excessive

bail shall not be required.” (hakim

yang mengeluarkan surat perintah

atau diberikan surat jaminan akan

menetapkan jumlah jaminan yang

wajar, tetapi bukannya tidak terbatas

tetap memperhatikan faktor-faktor

berikut: kemampuan finansial

terdakwa untuk memberikan

jaminan, sifat dan keadaan

pelanggaran, denda pelanggaran,

watak dan reputasi terdakwa, umur

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dan kesehatan terdakwa, berat bukti

terhadap terdakwa, kemungkinan

terdakwa hadir di pengadilan,

kehilangan hak jaminan lainnya,

fakta bahwa terdakwa buron saat

ditangkap dan menunggu hasil kasus

lain di mana terdakwa juga

merupakan tahanan dengan jaminan.

Jaminan yang berlebihan tidak

diperlukan)

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 10:

Corporate surety.—Any domestic or

foreign corporation, licensed as a

surety in accordance with law and

currently authorized to act as such,

may provide bail by a bond

subscribed jointly by the accused and

an officer of the corporation duly

authorized by its board of directors.

(10a)

(Perusahaan penjamin. Setiap

perusahaan domestik maupun asing,

izin sebagai jaminan sesuai dengan

hukum yang berlaku, dapat

memberikan jaminan obligasi oleh

terdakwa dan seorang petugas dari

perusahaan tersebut yang diberi

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

kewenangan oleh dewan direksi.

(10a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 11:

Property bond, how posted. A

property bond is an undertaking

constituted as lien on the real

property given as security for the

amount of the bail. Within ten (10)

days after the approval of the bond,

the accused shall cause the

annotation of the lien on the

certificate of title on file with the

Registry of Deeds if the land is

registered, or if unregistered, in the

Registration Book on the space

provided therefor, in the Registry of

Deeds for the province or city where

the land lies, and on the

corresponding tax declaration in the

office of the provincial, city and

municipal assessor concerned.

Within the same period, the accused

shall submit to the court his

compliance and his failure to do so

shall be sufficient cause for the

cancellation of the property bond

and his re-arrest and detention.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

(11a)

(Obligasi properti, cara pemasangan.

Obligasi properti adalah pekerjaan

yang merupakan hak gadai pada

properti nyata yang diberikan

sebagai jaminan untuk jumlah

jaminan tersebut. Dalam waktu

sepuluh (10) hari sejak tanggal

persetujuan obligasi, terdakwa harus

menyatakan keterangan tentang hak

gadai pada surat resmi dengan Daftar

Akta jika lahan tersebut terdaftar,

atau jika tidak terdaftar, dalam Buku

Pendaftaran pada ruang yang

disediakan untuk itu, dalam Daftar

Akta di provinsi atau kota tempat

lahan tersebut terletak, dan pada

deklarasi pajak terkait dalam kantor

provinsi, kota dan kantor penilai.

Dalam periode yang sama, terdakwa

harus mengajukan ke pengadilan

tentang pemenuhan permohonannya

dan bila ia gagal melakukannya

maka obligasi propertinya akan

dibatalkan dan ia kembali ditangkap

dan ditahan. (11a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Procedure Rule 114 section 12:

Qualifications of sureties in property

bond.—The qualifications of sureties

in a property bond shall be as

follows:

(a) Each must be a resident owner of

real estate within the Philippines

(b) Where there is only one surety,

his real estate must be worth at

least the amount of undertaking;

(c) If there are two or more sureties,

each may justify in an amount

less than that expressed in the

undertaking but the aggregate of

the justified sums must be

equivalent to the whole amount of

the bail demanded.

In all cases, every surety must be

worth the amount specified in his

own undertaking over and above

all just debts, obligations and

properties exempt from

execution.(12a)

(Syarat penjamin pada obligasi

properti. Penjamin dalam obligasi

properti adalah sebagai berikut:

(a) Setiap penjamin harus menjadi

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pemilik real estate dalam Filipina;

(b) Bila hanya ada satu jaminan, real

estate-nya harus bernilai paling

tidak dari jumlah jaminan

tersebut;

(c) Jika ada dua atau lebih penjamin,

masing-masing boleh bernilai

yang kurang dari yang dinyatakan

dalam jaminan tetapi apabila

digabungkan jumlah tersebut

harus setara dengan jumlah

seluruh jaminan yang diminta.

Setiap jaminan harus sebanding

dengan jumlah usahanya di atas

semua kewajiban utangnya, tidak

termasuk obligasi dan properti.(12a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 13:

Justification of sureties.—Every

surety shall justify by affidavit taken

before the judge that he possesses

the qualifications prescribed in the

preceding section. He shall describe

the property given as security,

stating the nature of his title, its

encumbrances, the number and

amount of other bails entered into by

him and still undischarged, and his

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

other liabilities. The court may

examine the sureties upon oath

concerning their sufficiency in such

manners it may deem proper. No bail

shall be approved unless the surety is

qualified. (13a)

(Pengesahan jaminan. Setiap

jaminan akan disahkan dengan

pernyataan tertulis di hadapan hakim

bahwa dia telah melengkapi syarat

yang ditetapkan dalam ayat

sebelumnya. Dia harus menjelaskan

properti yang diberikan sebagai

jaminan, yang menyatakan sifatnya,

sitaan, jumlah jaminan lainnya yang

dia buat, dan kewajiban lain.

Pengadilan dapat memeriksa

penjamin melalui sumpah tentang

kecukupan mereka dengan cara yang

dianggap tepat. yang disetujui adalah

jaminan yang memenuhi syarat.

(13a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 14

dinyatakan:

Deposit of cash as bail. The accused

or any person acting in his behalf

may deposit in cash with the nearest

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

collector of internal revenue or

provincial, city, or municipal

treasurer the amount of bail fixed by

the court, or recommended by the

prosecutor who investigated or filed

the case. Upon submission of a

proper certificate of deposit and a

written undertaking showing

compliance with the requirements of

section 2 of this Rule, the accused

shall be discharged from custody.

The money deposited shall be

considered as bail and applied to the

payment of fine and costs while the

excess, if any, shall be returned to

the accused or to whoever made the

deposit. (14a)

(Terdakwa atau orang yang bertindak

atas namanya dapat menyimpan

dalam bentuk tunai dengan kolektor

terdekat atau pendapatan internal

atau bendahara provinsi, atau kota,

jumlah jaminan yang ditetapkan oleh

pengadilan atau yang

direkomendasikan oleh jaksa yang

menyelidiki atau mengajukan kasus

ini. Setelah penyerahan sertifikat

yang tepat dari deposito dan

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

perjanjian tertulis yang menunjukkan

telah memenuhi persyaratan ayat 2

Peraturan ini, terdakwa dibebaskan

dari tahanan. Uang yang disimpan

merupakan jaminan dan untuk

pembayaran denda dan biaya

sementara kelebihannya, jika ada,

akan dikembalikan kepada terdakwa

atau siapa pun yang membuat

deposit.(14a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 15:

Justification of sureties. Every surety

shall justify by affidavit taken before

the judge that he possesses the

qualifications prescribed in the

preceding section. He shall describe

the property given as security,

stating the nature of his title, its

encumbrances, the number and

amount of other bails entered into by

him and still undischarged, and his

other liabilities. The court may

examine the sureties upon oath

concerning their sufficiency in such

manners it may deem proper. No bail

shall be approved unless the surety is

qualified. (13a)

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

(Pengesahan jaminan. Setiap jaminan

akan disahkan dengan pernyataan

tertulis di hadapan hakim bahwa dia

telah melengkapi syarat yang

ditetapkan dalam ayat sebelumnya.

Dia harus menjelaskan properti yang

diberikan sebagai jaminan, yang

menyatakan sifatnya, sitaan, jumlah

jaminan lainnya yang dia buat, dan

kewajiban lain. Pengadilan dapat

memeriksa penjamin melalui sumpah

tentang kecukupan mereka dengan

cara yang dianggap tepat. yang

disetujui adalah jaminan yang

memenuhi syarat. (13a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 16:

Bail, when not required; reduced

bail or recognizance. No bail shall

be required when the law or these

Rules so provide.

When a person has been in custody

for a period equal to or more than

the possible maximum imprisonment

prescribed for the offense charged,

he shall be released immediately,

without prejudice to the continuation

of the trial or the proceedings on

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

appeal. If the maximum penalty to

which the accused may be sentenced

is destierro, he shall be released

after thirty (30) days of preventive

imprisonment.

A person in custody for a period

equal to or more than the minimum

of the principal penalty prescribed

for the offense charged, without

application of the Indeterminate

Sentence Law or any modifying

circumstance, shall be released on a

reduced bail or on his own

recognizance, at the discretion of the

court. (16a)

(Jaminan, yang tidak diperlukan,.

dikurangi atau tidak diakui.No bail

shall be required when the law or

these Rules so provide. - Jaminan

tidak diakui jika hukum atau Aturan

ini menetapkan sebagai berikut.

Ketika seseorang telah berada dalam

tahanan untuk jangka waktu sama

atau lebih dari jangka waktu

hukuman penjara yang mungkin

dijatuh kan atas pelanggarannya, ia

akan segera dibebaskan, tanpa

mempengaruhi kelanjutan

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

persidangan atau proses banding.

Jika hukuman maksimum terdakwa

adalah destierro, ia akan dibebaskan

setelah tiga puluh (30) hari dari

penjara.

Seseorang yang berada dalam

tahanan untuk jangka waktu sama

dengan atau lebih dari jangka waktu

minimum, tanpa pernyataan UU tak

tentu, akan dibebaskan berdasarkan

jaminan atau pengakuan sendiri, atas

kebijakan pengadilan. (16a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 17:

Bail, where filed

(a) Bail in the amount fixed may be

filed with the court where the

case is pending, or in the absence

or unavailability of the judge

thereof, with any regional trial

judge, metropolitan trial judge,

municipal trial judge, or

municipal circuit trial judge in

the province, city, or

municipality. If the accused is

arrested in a province, city, or

municipality other than where the

case is pending, bail may also be

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

filed with any regional trial court

of said place, or if no judge

thereof is available, with any

metropolitan trial judge,

municipal trial judge, or

municipal circuit trial judge

therein.

(b) Where the grant of bail is a

matter of discretion, or the

accused seeks to be released on

recognizance, the application

may only be filed in the court

where the case is pending,

whether on preliminary

investigation, trial, or appeal.

(c) Any person in custody who is not

yet charged in court may apply

for bail with any court in the

province, city, or municipality

where he is held. (17a)

(a) Jaminan dalam jumlah yang

telah ditetapkan dapat diajukan

ke pengadilan di mana kasus ini

tertunda, atau karena tidak

adanya atau tidak tersedianya

hakim, dengan hakim daerah,

hakim pengadilan pusat, hakim

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

pengadilan kota, atau hakim

pengadilan di provinsi atau kota.

Jika terdakwa ditangkap di

sebuah provinsi, atau kota lain

selain di mana kasus ini

tertunda, jaminan juga dapat

diajukan ke pengadilan tingkat

regional, atau jika hakim tidak

tersedia, dengan hakim

pengadilan pusat, hakim

pengadilan kota, atau hakim

pengadilan di kota trersebut.

(b) Pemberian jaminan merupakan

pilihan, atau tertuduh akan

dibebaskan berdasar pengakuan,

aplikasi hanya dapat diajukan di

pengadilan di mana kasus ini

tertunda, baik pada penyelidikan

awal, percobaan, atau naik

banding.

(c) Tahanan yang belum dijatuhi

hukuman di pengadilan dapat

meminta jaminan di pengadilan

di provinsi, atau kota di mana

kasusnya diselenggarakan.(17a)

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 18:

Notice of application to prosecutor.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

In the application for bail under

section 8 of this Rule, the court must

give reasonable notice of the hearing

to the prosecutor or require him to

submit his recommendation. (18a)

(Pemberitahuan aplikasi untuk jaksa.

Pada aplikasi untuk jaminan

berdasarkan ayat 8 peraturan ini,

pengadilan harus memberikan

pemberitahuan tentang persidangan

untuk jaksa atau memeritahkannya

untuk menyerahkan rekomendasinya.

(18a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 19:

Release on bail. The accused must be

discharged upon approval of the bail

by the judge with whom it was filed

in accordance with section 17 of this

Rule.

When bail is filed with a court other

than where the case is pending, the

judge who accepted the bail shall

forward it, together with the order of

release and other supporting papers,

to the court where the case is

pending, which may, for good

reason, require a different one to be

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

filed. (19a)

(Pembebasan dengan jaminan.

Terdakwa harus dibebaskan sesuai

persetujuan jaminan oleh hakim yang

menerima pengajuan jaminan sesuai

dengan pasal 17 peraturan ini.

Apabila jaminan diajukan ke

pengadilan lain di tempat selain

kasus ini tertunda, hakim yang

menerima surat pengajuan jaminan

harus meneruskannya, bersama

dengan surat-surat pendukung

lainnya, ke pengadilan di mana kasus

ini tertunda, yang mungkin

memerlukan berkas lain untuk

diajukan. (19a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 20:

Increase or reduction of bail. After

the accused is admitted to bail, the

court may, upon good cause, either

increase or reduce its amount. When

increased, the accused may be

committed to custody if he does not

give bail in the increased amount

within a reasonable period. An

accused held to answer a criminal

charge, who is released without bail

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

upon filing of the complaint or

information, may, at any subsequent

stage of the proceedings and

whenever a strong showing of guilt

appears to the court, be required to

give bail in the amount fixed, or in

lieu thereof, committed to custody.

(20a)

(Penambahan atau pengurangan

jaminan. Setelah pengajuan jaminan

terdakwa disetujui, pengadilan bisa

menambah atau mengurangi

jumlahnya. Bila terdapat

penambahan, terdakwa mungkin

akan masuk tahanan lagi jika ia tidak

membayarkan jaminan dalam jumlah

yang meningkat itu dalam jangka

waktu yang ditentukan. Tertuduh

yang dituntut pertanggungjawabanya

atas pelanggaran yang dilakukannya,

yang dibebaskan tanpa jaminan atas

pengajuan gugatan atau informasi,

setiap saat apabila bukti yang kuat

akan kesalahannya muncul di

pengadilan, maka ia akan diminta

untuk memberikan jaminan dalam

jumlah tertentu, atau sebagai

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

penggantinya, kembali ke dalam

tahanan. (20a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 21:

Forfeiture of bail. When the presence

of the accused is required by the

court or these Rules, his bondsmen

shall be notified to produce him

before the court on a given date and

time. If the accused fails to appear in

person as required, his bail shall be

declared forfeited and the bondsmen

given thirty (30) days within which to

produce their principal and to show

cause why no judgment should be

rendered against them for the

amount of their bail. Within the said

period, the bondsmen must:

(a) produce the body of their

principal or give the reason for

his non-production; and

(b) explain why the accused did not

appear before the court when

first required to do so.

Failing in these two requisites, a

judgment shall be rendered

against the bondsmen, jointly

and severally, for the amount of

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

the bail. The court shall not

reduce or otherwise mitigate the

liability of the bondsmen, unless

the accused has been

surrendered or is acquitted.

(21a)

(Hangusnya obligasi. Ketika

kehadiran terdakwa diperlukan oleh

pengadilan atau Aturan ini,

penjaminnya akan diberitahu untuk

menghadirkan dirinya ke pengadilan

pada tanggal dan waktu tertentu. Jika

terdakwa tidak hadir, jaminannya

akan dinyatakan hangus dan

penjaminnya diberi tiga puluh (30)

hari untuk mengeluarkan uang pokok

mereka dan untuk menunjukkan

penyebab mengapa keputusan tidak

harus diberikan terhadap mereka

untuk jumlah jaminan mereka .

Dalam periode tersebut, para

penjamin harus:

(a) membayar uang pokok atau

memberikan alasan bila tidak bisa

melakukan pembayaran, dan

(b) menjelaskan mengapa terdakwa

tidak muncul di pengadilan ketika

pertama kali ia diminta hadir.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Apabila kedua syarat itu tidak

terlaksana, maka keputusan harus

diberikan terhadap penjamin itu

untuk jumlah uang jaminan.

Pengadilan tidak mengurangi atau

mengurangi kewajiban penjamin,

kecuali terdakwa telah menyerah

atau dibebaskan. (21a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 22:

Cancellation of bail. Upon

application of the bondsmen, with

due notice to the prosecutor, the bail

may be cancelled upon surrender of

the accused or proof of his death.

The bail shall be deemed

automatically cancelled upon

acquittal of the accused, dismissal of

the case, or execution of the

judgment of conviction. In all

instances, the cancellation shall be

without prejudice to any liability on

the bail.(22a)

(Pembatalan jaminan. Atas

permohonan dari penjamin, dengan

sepengetahuan jaksa, jaminan

tersebut dapat dibatalkan atas

penyerahan terdakwa atau bukti

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

kematiannya.

Jaminan tersebut otomatis dibatalkan

atas pembebasan terdakwa,

penolakan kasus, atau pelaksanaan

hukuman.

Pembatalan tersebut tidak akan

mengurangi kewajiban obligasi.

(22a)

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 23:

Arrest of accused out on bail. For

the purpose of surrendering the

accused, the bondsmen may arrest

him or, upon written authority

endorsed on a certified copy of the

undertaking, cause him to be

arrested by a police officer or any

other person of suitable age and

discretion.

An accused released on bail may be

re-arrested without the necessity of a

warrant if he attempts to depart from

the Philippines without permission of

the court where the case is pending.

(23a)

(Penangkapan terdakwa yang keluar

dengan jaminan. Untuk tujuan

penyerahan terdakwa, para penjamin

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dapat menangkapnya atau, dengan

kekuasaan tertulis yang disahkan

pada salinan resmi, menyebabkan ia

ditangkap oleh polisi atau orang lain

sesuai usia.

Seorang terdakwa yang dibebaskan

dengan jaminan dapat kembali

ditangkap tanpa perlu surat perintah

jika ia mencoba untuk keluar dari

Filipina tanpa izin dari pengadilan di

mana kasus ini tertunda. (23a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 24:

No bail after final judgment;

exception. No bail shall be allowed

after a judgment of conviction has

become final. If before such finality,

the accused applies for probation, he

may be allowed temporary liberty

under his bail. When no bail was

filed or the accused is incapable of

filing one, the court may allow his

release on recognizance to the

custody of a responsible member of

the community. In no case shall bail

be allowed after the accused has

commenced to serve sentence. (24a)

(Tidak ada jaminan setelah keputusan

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

terakhir, pengecualian. Tidak ada

jaminan yang diizinkan setelah ada

keputusan terakhir. Jika sebelum

keputusn akhir tersebut, terdakwa

yang berada pada masa percobaan,

diperbolehkan bebas dengan jaminan.

. Ketika jaminan tidak diajukan atau

terdakwa tidak mampu mengajukan,

pengadilan dapat mengizinkan

pembebasannya dengan pengakuan

dari anggota yang bertanggung jawab.

Jaminan tidak diperbolehkan setelah

terdakwa mulai untuk menjalani

hukumannya. (24a))

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 25:

Court supervision of detainees. The

court shall exercise supervision over

all persons in custody for the

purpose of eliminating unnecessary

detention. The executive judges of

the Regional Trial Courts shall

conduct monthly personal

inspections of provincial, city, and

municipal jails and the prisoners

within their respective jurisdictions.

They shall ascertain the number of

detainees, inquire on their proper

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

accommodation and health and

examine the condition of the jail

facilities. They shall order the

segregation of sexes and of minors

from adults, ensure the observance

of the right of detainees to confer

privately with counsel, and strive to

eliminate conditions inimical to the

detainees.

In cities and municipalities to be

specified by the Supreme Court, the

municipal trial judges or municipal

circuit trial judges shall conduct

monthly personal inspections of the

municipal jails in their respective

municipalities and submit a report to

the executive judge of the Regional

Trial Court having jurisdiction

therein.

A monthly report of such visitation

shall be submitted by the executive

judges to the Court Administrator

which shall state the total number of

detainees, the names of those held

for more than thirty (30) days, the

duration of detention, the crime

charged, the status of the case, the

cause for detention, and other

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

pertinent information.(25a)

(Pengadilan pengawasan tahanan.

Pengadilan harus melakukan

pengawasan atas semua orang dalam

tahanan untuk tujuan menghilangkan

penahanan yang tidak perlu. Hakim

eksekutif Pengadilan Pengajuan

Perkara Daerah harus melakukan

inspeksi bulanan pribadi ke penjara

provinsi dan kota dan tahanan

mereka dalam yurisdiksi masing-

masing. Mereka harus memastikan

jumlah tahanan, menanyakan tentang

akomodasi yang tepat dan kesehatan

mereka dan memeriksa kondisi

fasilitas penjara. Mereka harus

memeritahkan pemisahan jenis

kelamin dan anak di bawah umur

dari orang dewasa, memastikan

ketaatan terhadap hak tahanan untuk

berunding secara pribadi dengan

penasihat, dan berusaha untuk

menghilangkan kondisi yang

bertentangan dengan tahanan.

Di kota atau daerah yang akan

ditentukan oleh Mahkamah Agung,

hakim pengadilan kota atau hakim

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pengadilan pemeriksaan sirkuit harus

melakukan inspeksi bulanan pribadi

ke penjara kota di kota masing-

masing dan menyampaikan laporan

kepada hakim eksekutif Mahkamah

Pengadilan Daerah yang memiliki

yurisdiksi di dalamnya .

Laporan bulanan dari kunjungan

tersebut akan disampaikan oleh

hakim eksekutif kepada

Administrator Pengadilan yang harus

menyatakan jumlah tahanan, nama-

nama mereka yang ditahan lebih dari

tiga puluh (30) hari, lamanya

penahanan, kejahatan yang

dilakukan, status kasus, penyebab

penahanan, dan informasi terkait

lainnya. (25a)

Dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 26:

Bail not a bar to objections on illegal

arrest, lack of or irregular

preliminary investigation. An

application for or admission to bail

shall not bar the accused from

challenging the validity of his arrest

or the legality of the warrant issued

therefor, or from assailing the

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

regularity or questioning the absence

of a preliminary investigation of the

charge against him, provided that he

raises them before entering his plea.

The court shall resolve the matter as

early as practicable but not later

than the start of the trial of the

case(N).

(Bail tidak menghalangi pengajuan

keberatan atas penangkapan ilegal,

atau terhadap penyelidikan awal

yang tidak teratur. Permohonan

jaminan tidak akan menghalangi

terdakwa untuk mempertanyakan

keabsahan perintah penangkapannya,

atau membantah peraturan atau

mempertanyakan tidak adanya

penyelidikan awal, asalkan dia

mengangkat mereka sebelum

memasuki pembelaannya.

Pengadilan harus menyelesaikan

masalah ini sesegera mungkin, paling

lambat sebelum pengadilan dimulai.

(N))

Mencermati tabel di atas, maka dapat dilihat persamaan dan perbedaan antara

sistem penangguhan penahanan (bail) di Indonesia dan di Filipina, yaitu:

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

1. Persamaan Sistem Penangguhan Penahanan (bail) di Indonesia dan di Filipina

Persamaan sistem penangguhan penahanan dari kedua negara yaitu mengakui

dan menerapkan jaminan uang dan orang. Hal ini disebutkan dalam Pasal 31 ayat

(1) UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan

Philippine Rules of Criminal Procedure Rule 114 section 1. Akan tetapi, masing-

masing negara memiliki cara yang berbeda dalam pelaksanaan jaminan uang dan

jaminan orang. Di Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana tidak menegaskan lebih rinci mengenai berapa besarnya

jumlah jaminan uang yang dapat diserahkan sebagai jaminan. Berdasarkan Pasal

36 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dan ditambah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa uang jaminan penangguhan

penahanan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai denagn tingkat

pemeriksaan, disimpan di kepaniteraan pengadilan negeri. Berdasarkan bunyi

pasal tersebut dapat dilihat bahwa ketentuan besarnya jaminan uang ditetapkan

oleh pejabat yang berwenang dalam tiap tingkatan pemeriksaan. Berbeda dengan

Filipina penentuan besarnya jumlah jaminan uang dilakukan melalui proses

hearing dimana dalam proses tersebut hakim pemimpin proses hearing dapat

menentukan besarnya jumlah jaminan yang diserahkan oleh terdakwa dengan

berpedoman pada Philippine Rules of Criminal Procedure Rule 114 section 9 pada

proses tersebut juga dihadiri terdakwa dan kuasa hukumnya serta jaksa karena

proses permohonan penangguhan penahanan tidak dilakukan di tiap tingkat

pemeriksaan. Demikian halnya dalam pengaturan jaminan orang, di Indonesia

tidak terdapat ketentuan khusus seseorang dapat menjadi penjamin sedangkan di

Filipina ketentuan seseorang yang dapat menjadi penjamin diatur dalam Philippine

Rules of Criminal Procedure Rule 114 section 12.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

2. Perbedaan Sistem Penangguhan Penahanan (bail) di Indonesia dan di Filipina

Perbedaan antara sistem penangguhan penahanan antara kedua negara sendiri,

dapat dilihat dari tabel di atas, yaitu sebagai berikut:

a. Sistem Penangguhan Penahanan (bail) di Indonesia tidak harus menggunakan

jaminan, sedangkan di Filipina harus menggunakan jaminan

Sistem penangguhan penahanan (bail) di Indonesia tidak harus

menggunakan uang, hal ini dapat dilihat dari kalimat “…dengan atau tanpa

jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan…”

yang ada dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana. Menurut M. Yahya Harahap, penetapan

jaminan dalam penangguhan penahanan bersifat “fakultatif” (M. Yahya

Harahap, 2009: 217). Sedangkan, dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 1 dinyatakan bahwa jaminan berupa jaminan

perusahaan, properti obligasi, setoran tunai, atau pengakuan meupakan suatu

keharusan. Di Filipina jaminan menjadi suatu keharusan karena jaminan

bertujuan untuk menghadirkan terdakwa dalam tiap proses pemeriksaan

perkara hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Philippine Rules of Criminal

Procedure Rule 114 section 1. Dengan hadirnya terdakwa maka akan

membantu tiap proses pemeriksaan sehingga suatu perkara dapat segera

diputus dan tidak memakan waktu yang lama. Selain itu dengan adanya

jaminan memperkecil kemungkinan bagi terdakwa untuk melarikan diri.

b. Prosedur pengajuan permohonan penangguhan penahanan di Indonesia

dilakukan di tiap tingkatan pemeriksaan sedangkan di Filipina pengajuan

permohonan penangguhan penahanan cukup dilakukan satu kali.

Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana menyebutkan bahwa atas permintaan tersangka atau terdakwa,

penyidik atau penuntut umum atau hakim dapat mengadakan penangguhan

penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, beradasarkan

syarat yang ditentukan. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat diketahui

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

bahwa permohonan pengajuan penahanan di Indonesia dilakukan di tiap

tahapan yaitu saat proses penyidikan, penuntutan sampai proses persidangan

sedangkan di Filipina berdasarkan Philippine Rules of Criminal Procedure

Rule 114 section 17 and 18 menjelaskan bahwa permohonan pengajuan

penahanan cukup dilakukan satu kali sehingga jika tahapan pemeriksaan

berlanjut cukup menyerahkan rekomendasi dari hakim yang memutuskan

persetujuan penangguhan penahanan.

B. Analisis Kelebihan dan Kelemahan Penangguhan Penahanan (Bail) dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dengan Philippine Rules of Criminal

Procedure Rules 110 to 127

Mencermati persamaan dan perbedaan pengaturan penangguhan penahanan

pada pembahasan sebelumnya dapat dilihat bahwa terdapat pengaturan dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dengan Philippine Rules of Criminal

Procedure Rules 110 to 127 yang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing

dan selanjutnya penulis uraikan sebagai berikut:

1. Kelebihan Penagaturan Penangguhan Penahanan dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981.

Mencermati bunyi Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 yaitu atas

permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau hakim,

sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan penangguhan

penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau orang, berdasarkan syarat yang

ditentukan. Berdasarkan klausula Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tersebut dapat dilihat bahwa pengaturan penangguhan penahanan di Indonesia

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 memberikan kemungkinan bagi

tersangka atau terdakwa yang akan mengajukan permohonan penangguhan

penahanan untuk tidak menyerahkan jaminan baik berupa uang atau orang. Hal ini

merupakan satu nilai lebih dalam pengaturan penangguhan penahanan di negara

kita karena pada hakikatnya penangguhan penahanan tersebut merupakan hak

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dasar yang dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang sudah seharusnya diberikan

dan pemberian penangguhan penahanan kepada tersangka atau terdakwa

merupakan salah satu wujud penghormatan terhadap hak asasi manusia yang

dalam hukum pidana di Indonesia juga diakui keberadaannya.

2. Kelemahan Pengaturan Penangguhan Penahanan dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

a. Syarat penangguhan penahanan dalam penjelasan Pasal 31 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana bertentangan dengan

ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana

Menurut Yahya Harahap, syarat yang disebut dalam penjelasan Pasal 31

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana diuji

dengan jenis penahanan yang diatur dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terdapat keadaan yang

kurang sinkron sebab ketentuan yang telah dilembagakan Pasal 22 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana sebagai

jenis penahanan telah dijadikan sebagai syarat penangguhan penahanan dalam

penjelasan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (M. Yahya Harahap, 2009:216).

Jika dalam penjelasan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana tetap membagi syarat penangguhan penahanan

menjadi tiga yaitu wajib lapor, tidak keluar rumah, dan tidak keluar kota maka

bukan penangguhan penahanan yang terjadi akan tetapi pengalihan penahanan

sebagaimana yang ditentukan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana.

b. Tidak terdapat ketentuan mengenai jumlah jaminan dalam pengajuan jaminan

uang.

Menurut Hari Sasangka, salah satu kelemahan dalam Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terutama mengenai pengaturan

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

penahanan yaitu hingga saat ini belum ada ketentuan mengenai uang jaminan

yang harus dititipkan ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri (Hari Sasangka,

2003:61). Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana tidak menyebutkan ketantuan tersebut dengan jelas dan

menyerahkan seluruh kewenangan kepada aparat penegak hukum sesuai

tingkatannya untuk menentukan jumlah uang jaminanyang diberikan.

Ketiadaan petunjuk yang jelas mengenai pengaturan penangguhan penahanan

terkait mengenai besarnya uang jaminan yang diperbolehkan, prosedur

penempatan dan pengembalian uang jaminan dan siapa saja yang boleh

menjadi penjamin serta akibat hukum yang timbul baik bagi tersangka atau

terdakwa maupun penjamin apabila terjadi pelanggaran atas syarat

penangguhan penahanan maka persaingan tidak sehat dimaksud akan semakin

marak di mana ekses penyalahgunaan kekuasaan di kalangan petugas penegak

hukum tidak dapat dihindarkan lagi.

c. Tidak terdapat ketentuan mengenai seseorang yang dapat menjadi penjamin

Kelemahan lain dalam pengaturan penangguhan penahanan di Indonesia

adalah tidak ada ketentuan mengenai seseorang yang dapat menjadi penjamin

tersangka atau terdakwa yang mengajukan penangguhan penahanan. Hampir

sama dengan point sebelumnya dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana selain jaminan uang yang belum

jelas pengaturannya jaminan orang pun juga beleum ada ketentuan yang

mengatur dengan jelas. Syarat apa saja yang harus dipenuhi jika menjadi

penjamin serta hal apa yang dilakukan penjamin jika terjadi pelanggran atas

syarat penangguhan penahanan juga belum diatur dengan jelas.

d. Diterapkannya sistem penangguhan penahanan menggunakan jaminan

menyebabkan adanya diskriminasi.

Konteks pembentukan sistem hukum acara pidana pada dasarnya masih

menjunjung tinggi nilai keadilan di atas landasan setiap orang diperlakukan

sama di muka hukum (equality before the law). Namun, hal ini justru

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

berbanding terbalik dengan ketentuan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana karena bunyi dalam pasal tersebut

justru menganut asas diskriminasi perlakuan terhadap tersangka atau

terdakwa. Diskriminasi tersebut tidak hanya menyangkut status sosial

ekonomi tersangka atau terdakwa melainkan juga diskriminasi yang

menyangkut harkat dan martabat tersangka atau terdakwa karena hak yang

seharusnya dapat diperoleh oleh masing-masing tersangka atau terdakwa tidak

berlaku lagi karena penangguhan penahanan hanya dapat diperoleh bagi

tersangka atau terdakwa yang dapat memberikan jaminan. Dipertahankannya

ketentuan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana tanpa pengaturan lebih lanjut dan tegas dalam peraturan

pemerintah yang melengkapinya secara memadai hanya akan menimbulkan

erosi terhadap proses persamaan di muka hukum. Tersangka atau terdakwa

yang memiliki jaminan uang atau orang atau memiliki kemampuan

sebagaimana yang dikehendaki dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tersebut akan berlaku istilah

freedom for sale sedangkan istilah freedom for the rich atau hukum hanya

untuk yang kaya berlaku bagi tersangka atau terdakwa yang tidak memiliki

kemampuan untuk memberikan jaminan. Di lain pihak Ketentuan Pasal 31

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

mengandung kelemahan yang mendasar dalam konteks kesadaran hukum

karena kata atas permintaan dalam pasal tersebut menghendaki agar

penangguhan penahanan tersebut benar-benar merupakan hak tersangka atatu

terdakwa dan inisiatif tersebut harus berasal darinya. Tersedianya aturan

penangguhan penahanan ini setiap tersangka atau terdakwa (terlepas dari

kemampuannya menyediakan jaminan uang atau orang) akan berusaha dan

berlomba-lomba memperoleh penangguhan penahanan dan ini jelas akan

menimbulkan persaingan yang tidak sehat.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

3. Kelebihan Pengaturan Penangguhan Penahanan dalam Philipphine Rules of

Criminal Procedure.

a. Filipina tidak hanya mengenal jaminan uang dan orang tetapi juga jaminan

properti, obligasi dan pengakuan.

Pasal 114 ayat (1) Philipphine Rules of Criminal Procedure

menyebutkan bahwa di negara Filipina tidak hanya mengenal jaminan uang

dan jaminan orang akan tetapi juga sudah menggunakan jaminan properti dan

obligasi. Hal ini merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Filipina

karena dengan menerapkan jaminan properti dan obligasi maka akan

mengurangi resiko tidak adanya pengembalian jaminan yang dilakukan oleh

aparat penegak hukum sehingga praktek korupsi dapat dikurangi dengan

menerapkan jaminan tersebut. Selain itu, juga memberikan peluang kepada

tersangka atau terdakwa yang tidak memiliki penjamin orang ataupun uang

tunai mempunyai peluang lain untuk mendapatkan hak penangguhan

penahanannya.

b. Filipina menerapkan sistem hearing untuk menetapkan jumlah jaminan yang

akan diserahkan guna jaminan penangguhan penahanan.

Hearing merupakan suatu pengadilan kecil dimana terdapat hakim,

jaksa serta pihak tersangka atau terdakwa yang mengajukan penangguhan

penahanan yang diselenggarakan untuk menetapkan jumlah jaminan yang

harus diserahkan tersangka atau terdakwa. dalam menetapkan jumlah jaminan

tersebut hakim harus berpedoman pada Pasal 114 ayat (9) Philipphine Rules

of Criminal Procedure. Penerapan sistem ini layak diadopsi oleh negara kita

dalam penentuan jumlah jaminan yang akan diserahkan oleh tersangka atau

terdakwa karena dengan diselenggarakannya sistem peradilan kecil tersebut

aparat penegak hukum tidak semena-mena dalam menentukan jumlah jaminan

serta nantinya juga terdapat saling kontrol sehingga uang yang dijadikan

jaminan nantinya dapat dikembalikan kepada tersangka atau terdakwa atau

jika terjadi pelanggaran uang tersebut dapat masuk ke kas negara.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

c. Philipphine Rules of Criminal Procedure sudah menentukan pedoman untuk

menetukan jumlah jaminan.

Berbeda dengan Indonesia, Filipina dalam Pasal 114 ayat (9)

Philipphine Rules of Criminal Procedure sudah memberikan pedoman kepada

hakim yang memimpin proses hearing untuk menetapkan jumlah jaminan

yang harus diserahkan tersangka atau terdakwa. Ketentuan tersebut

merupakan salah satu kelebihan sehingga dalam menentukan jaminan aparat

penegak hukum memiliki pedoman yang sama. Selain itu dengan adanya

ketentuan tersebut aparat yang menentukan jumlah jaminan tidak dapat

meminta jaminan secara semena-mena tanpa memperhatikan kemampuan

finansial dari terdakwa. Adanya ketentuan tersebut juga dapat memperkecil

praktek korupsi dikalangan aparat penegak hukum di Indonesia.

d. Philipphine Rules of Criminal Procedure menetapkan tersangka/terdakwa

yang berhak memperoleh penangguhan penahanan

Filipina sudah menetapkan tersangka/terdakwa yang berhak

memperoleh penangguhan penahanan. Dalam Pasal 114 ayat (5) dinyatakan

bahwa Jika hukuman yang dijatuhkan oleh sidang pengadilan adalah hukuman

penjara melebihi enam (6) tahun, jaminan terdakwa harus ditolak, atau

jaminannya akan dibatalkan dengan menunjukkan penuntutan, dengan

pemberitahuan kepada terdakwa, tentang kondisi sebagai berikut:

1) Bahwa ia adalah tunggakan residivis, kuasi-residivis, atau kebiasaan, atau

telah melakukan kejahatan berulang-ulang;

2) Bahwa ia sebelumnya telah lolos dari kurungan hukum, menghindari

hukuman, atau melanggar ketentuan jaminan tanpa justifikasi yang valid;

3) Bahwa ia melakukan pelanggaran tersebut sementara di bawah masa

percobaan, pembebasan bersyarat, atau pengampunan bersyarat;

4) Bahwa keadaan kasus itu menunjukkan kemungkinan melarikan diri jika

dibebaskan dengan jaminan, atau

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

5) Bahwa ada risiko yang berbahaya bahwa ia mungkin melakukan

kejahatan lain selama menunggu hasil banding.

Adanya aturan yang tegas semacam ini akan mempermudah aparat

penegak hukum dalam mengabulkan permohonan penangguhan penahanan

yang diajukan oleh tersangka atau terdakwa sehingga pengabulan permohonan

penahanan tidak semata-mata melihat dari besarnya jaminan yang diberikan

oleh tersangka atau terdakwa.

4. Kelemahan Pengaturan Penangguhan Penahanan dalam Philipphine Rules of

Criminal Procedure.

Pasal 114 ayat (1) Philipphine Rules of Criminal Procedure menerangkan

bahwa “Bail is the security given for the release of a erson in custody of the law,

furnished by him or a bondsman, to guarantee his appearance before any court as

required under the conditions here in after secifified. Bail may be given in the

form of corporate surety, property bond, cash deposit, or recognizance”

(penangguhan penahahan adalah jaminan keamanan yang diberikan untuk

membebaskan orang dalam tahanan, yang dibayarkan oleh orang yang ditahan

tersebut atau penjaminnya, untuk menjamin kehadirannya di pengadilan sesuai

persyaratan yang diatur selanjutnya. Penangguhan penahanan dapat diberikan

dalam bentuk jaminan perusahaan, properti obligasi, setoran tunai, atau

pengakuan). Mencermati bunyi pasal tersebut terdapat satu kelemahan dalam

pengaturan penangguhan penahanan di Filipina yaitu bahwa tersangka/terdakwa

yang mengajukan penangguhan penahanan diharuskan memberikan jaminan.

Dalam klausula pasal tersebut tidak dimungkinkan untuk tersangka atau terdakwa

tidak memberikan jaminan. Hal ini tentu saja menciptakan diskriminasi bagi

tersangka atau terdakwa dan menyimpang dari asas setiap orang diperlakukan

sama di muka hukum (equality before the law).

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan bahan hukum yang diperoleh dari hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dilakukan, selanjutnya Penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Terdapat persamaan pengaturan penangguhan penahanan antara Indonesia dan

Filipina yaitu jaminan yang digunakan untuk menjamin tersangka atau terdakwa

menggunakan jaminan uang dan orang. Di Indonesia jaminan uang tersebut diatur

dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana sedangkan di Filipina jaminan uang tersebut diatur dalam Philippine

Rules of Criminal Procedure Rule 114 section 1. Meskipun jaminan uang bukan

merupakan yang utama karena masing-masing negara juga masih menerapkan

jaminan lain tetapi sebagian besar negara di dunia tetap menerapkan jaminan uang

dan orang ini karena pelaksanaannya dianggap paling mudah. Selain itu, juga

terdapat perbedaan pengaturan penangguhan penahanan antara Indonesia dan

Filipina yaitu di Indonesia memungkinkan tersangka atau terdakwa tidak

mengajukan jaminan dalam permohonan penangguhan penahanan sedangkan di

Filipina tersangka atau terdakwa yang mengajukan permohonan penangguhan

penahanan diharuskan menggunakan jaminan. Perbedaan selanjutnya yaitu

jaminan yang digunakan di Indonesia selain menggunakan jaminan uang juga

menggunakan jaminan orang sedangkan di Filipina selain jaminan uang dan orang

menggunakan jaminan perusahaan, properti, obligasi, dan pengakuan. Selain itu,

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana menetapkan prosedur pengajuan permohonan penangguhan penahanan

(bail) di Indonesia dilakukan pada tiap tahapan proses pemeriksaan perkara

sedangkan di Filipina pengajuan permohonan penangguhan penahanan (bail)

cukup dilakukan satu kali dan untuk tingkatan pemeriksaan selanjutnya cukup

menyerahkan surat rekomendasi dari hakim yang menyetujui permohonan

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

penangguhan penahanan ketentuan tersebut diatur dalam Philippine Rules of

Criminal Procedure Rule 114 section 17 and 18.

2. Pengaturan penangguhan penahanan (bail) di Indonesia berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 memiliki kelebihan yaitu masih terdapat

kesempatan bagi tersangka atau terdakwa yang mengajukan permohonan

penangguhan penahanan (bail) tidak menyerahkan jaminan uang maupun orang.

Akan tetapi, pengaturan penangguhan penahanan di Indonesia juga memiliki

beberapa kelemahan yaitu: a) syarat penangguhan penahanan dalam penjelasan

Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

bertentangan dengan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana; b) tidak terdapat ketentuan mengenai jumlah

jaminan dalam pengajuan jaminan uang; c) tidak terdapat ketentuan mengenai

seseorang yang dapat menjadi penjamin; d) diterapkannya sistem penangguhan

penahanan menggunakan jaminan menyebabkan adanya diskriminasi. Sedangkan

pengaturan penangguhan penahanan di Filipina memilki beberapa kelebihan yaitu:

a) Filipina tidak hanya mengenal jaminan uang dan orang tetapi juga properti dan

obligasi; b) Filipina menerapkan sistem hearing untuk menetapkan jumlah

jaminan yang akan diserahkan guna jaminan penangguhan penahanan; c)

Philipphine Rules of Criminal Procedure sudah menentukan pedoman untuk

menetukan jumlah jaminan; d) Philipphine Rules of Criminal Procedure

menetapkan tersangka/terdakwa yang berhak memperoleh penangguhan

penahanan. Philipphine Rules of Criminal Procedure juga memiliki kelemahan

dalam pengaturan penangguhan penahanan yaitu mewajibkan tersangka atau

terdakwa yang mengajukan permohonan penangguhan penahanan menyerahkan

jaminan. Hal ini menimbulkan diskriminasi bagi tersangka atau terdakwa yang

ingin memperoleh haknya selain itu penerapan keteapan ini bertentangan dengan

asas persamaan di muka hukum (equality before the law).

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

B. Saran

1. Pengaturan penangguhan penahanan Indonesia saat ini yang masih berpedoman

pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 hendaknya harus diperbaharui

mengingat pengaturan tersebut sudah tidak relevan dengan praktik di lapangan dan

masih banyak celah hukum yang dapat dimanfaatkan oleh aparat penegak hukum

yang tidak bertanggung jawab sehingga pelaksanaan penangguhan penahanan

hanya menitik beratkan besarnya jaminan yang akan diserahkan oleh tersangka

atau terdakwa tanpa melihat kondisi finansial tersangka atau terdakwa serta tidak

mempertimbangkan aspek sosiologis, psikologis, edukatif dan ketertiban umum.

2. Aparat penegak hukum yang diberi wewenang oleh undang-undang memberikan

persetujuan mengenai penangguhan penahanan hendaknya juga

mempertimbangkan dari sudut kepentingan dan ketertiban umum dengan

menggunakan pendekatan sosiologis, psikologis, preventif, korektif dan edukatif

sehingga kebebasan dan kewenangan menangguhkan penahanan tidak semata-

mata bertitik tolak dari jaminan yang ditetapkan

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrahman. 1983. Pembaharuan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara PidanaBaru di Indonesia. Bandung : Alumni.

Barda Nawawi Arief. 2002. Perbandingan Hukum Pidana. Bandung : Mandar Maju.

Hari Sasangka dan Lily Rosita. 2003. Komentar Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana. Bandung : Mandar Maju.

Hartono. 2010. Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana. Jakarta : Sinar Grafika.M. Yahya Harahap. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.

Jakarta : Sinar Grafika

Nico Ngani, I Nyoman Budi Jaya, Hasan Madani.1984. Mengenal Hukum AcaraPidana . Yogyakarta : Liberty.

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada MediaGroup

Rhona K.M. Smith, dkk. 2010. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : Pusat StudiHak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia.

Romli Atmasasmita. 2000. Perbandingan Hukum Pidana. Bandung : Mandar Maju.

Romli Atmasasmita. 2010. Sistem Peradilan Pidana Kontemporer. Jakarta : KencanaPrenada Media Group.

Rusli Muhammad. 2007. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Bandung : PT. CitraAditya Bakti.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-UndangHukum Acara Pidana

Philippine Rules of Criminal Procedure Rules 110 to 127

Makalah

M. Busyro Muqoddas. 2010. “Negara Hukum, HAM, dan Peran Masyarakat Sipil”.Makalah. Disampaikan pada Pelatihan Hak Asasi Manusia Untuk JejaringKomisi Yudisial RI, Bandung, pada tanggal 30 Juni-3Juli 2010.

Isharyanto. 2009. “Metode Penelitian Hukum”. Makalah. Disampaikan pada DiklatKSP “Principium”, Tawangmangu, pada tanggal 13-15 November 2009.

Majalah atau Jurnal

Handri Wirastuti Sawitri. 2011. “Pembantaran Penahanan Terhadap Tersangka dalamPerspektif Hak Asasi Manusia”. Jurnal Dinamika Hukum. Vol. 11, No.1.Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Manuel R. Del Rosario. 1986. “Morales JR. v. Enrile and The Constitutional Right toBail”. Philippine Law Journal. Vol. 59, No.5.

Rowena D. Cordera. 2006. “Philippine Laws Related To The Discipline AndPunishment Of Children”. UK: Save The Children Journal.

Internet

Indra Wijaya. Pengacara Dhana Ajukan Penangguhan Penahanan.http://www.tempo.co/read/news/2012/03/05/063388039/Pengacara-Dhana-Ajukan-Penangguhan-Penahanan/> [2 April 2012 pukul 15.19].

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN

SISTEM PENANGGUHAN PENAHANAN (BAIL)

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981

TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN

PHILIPPINE RULES OF CRIMINAL PROCEDURE RULES 110 TO 127

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta

Oleh:

MAYA HAPSARI DIAH KUSUMAWARDANI

NIM. E0008186

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI HUKUM PENGATURAN SISTEMPENANGGUHANPENAHANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SURAKARTA

2012