perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id profesionalisme...

108

Click here to load reader

Upload: trinhcong

Post on 11-Jul-2019

311 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI TERSERTIFIKASI

DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

OKTA EFRIEN ANGGRAENI

K5407037

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI TERSERTIFIKASI

DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA

TAHUN 2011

Oleh:

OKTA EFRIEN ANGGRAENI

K5407037

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Okta Efrien Anggraeni, K5407037. PROFESIONALISME GURU

GEOGRAFI TERSERTIFIKASI DALAM PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

SURAKARTA TAHUN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Juni. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui profesionalisme guru Geografi

tersertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun

2011 ditinjau dari kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional , (2)

Mengetahui penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam

pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

populasinya adalah guru geografi SMPN Surakarta yang telah lulus sertifikasi

sampai tahun 2010 berjumlah 12 orang yang kemudian menghasilkan sampel

sebanyak 7 orang guru. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data

model interaktif (Interactive of Analysis) dimana selama kegiatan pengumpulan data

berlangsung peneliti bergerak di antara tiga komponen analisis yaitu reduksi data,

sajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Profesionalisme

guru geografi tersertifikasi dari performa atau penampilan ketika mengajar

menunjukkan bahwa mereka guru yang cukup perofesional. Akan tetapi untuk fokus

penelitian ini yaitu dari kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik, guru

geografi masih perlu meningkatkan profesionalitas mereka meskipun sudah lulus uji

profesi atau sertifikasi guru. Kompetensi profesional guru geografi tersertifikasi

menunjukkan bahwa guru belum professional, karena: a) belum ada guru yang

capable, baru 57% guru yang memiliki kemampuan sebagai seorang capable

paersonal, sedangkan 43% lainnya belum capable, b) baru 14% guru yang

melakukan inovasi, 29% cukup melakukan inovasi, sedangkan 57% guru belum

melakukan inovasi, b) baru 43% guru yang mengembangkan kurikulum, sedangkan

57% guru belum mengembangkan kurikulum. Sedangkan kompetensi pedagogik

guru menunjukkan bahwa guru geografi tersertifikasi cukup professional, karena: a)

85,71%) guru sudah melakukan upaya untuk memahami perkembangan siswa

melalui evaluasi belajar, sedangkan 14,29% guru dengan memantau keaktifan siswa,

b) sudah ada guru yang menggunakan teknologi meskipun baru 29%, sedangkan

sisanya yaitu sebanyak 71% belum menggunakan karena terkendala fasilitas sekolah,

c) guru sudah melakukan evaluasi pembelajaran. 2)Penerapan profesionalisme guru

geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di SMPN Surakarta tahun

2011 menunjukkan bahwa guru belum sesuai dalam menerapkan profesinalisme

keguruannya, karena: a) materi yang disampaikan belum sesuai dengan amanah

geografi, b) hampir 100% guru menggunakan metode pembelajaran konvensional, c)

baru 57,14% guru yang menggunakan media utama berupa peta, sedangkan 42,86%

belum menggunakannya, d) hampir 100% guru melakukan evaluasi hanya dengan tes

tertulis

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Okta Efrien Anggraeni, K5407037. THE PROFESSIONALISM OF

CERTIFIED GEOGRAPHY TEACHER IN IMPLEMENTATION OF

LEARNING IN JUNIOR HIGH SCHOOL SURAKARTA 2011. Script,

Surakarta: Teaching and Education Science Faculty of Sebelas Maret University

Surakarta, June 2012

The aims of this research are: (1) Knowing the professionalism of teachers

certified in the implementation of teaching Geography in Junior High School in

Surakarta in 2011 in terms of pedagogic competence and professional competence,

(2) Knowing the application of the professionalism of teachers certified in the

implementation of teaching Geography in Junior High School in Surakarta in 2011

This research used a qualitative and descriptive method. In this research, the

population are the geography teacher in SMP N Surakarta who have passed the

certification until the year 2010 which amounted to 12 teachers and then produce a

sample of seven teachers. Data collection techniques using in this research are

observation, interview and documentation. This research uses an interactive model of

data analysis (Interactive of Analysis) which took place during the data collection

activities of researchers move between the three components, namely the reduction

of data analysis, presentation of the data and making conclusions.

The conclusion of this research are (1) Certified Teachers Geography of

performance or appearance while teaching shows that those teachers who simply

perofesional. However, for the focus of this research is of professional competence

and pedagogical competence, geography teachers still need to improve their

professionalism even though it passed the professional or certification. Professional

competence of teachers of geography suggests that certified teachers not

professionals, because: a) there are no teachers who are capable, only 57% of

teachers who have the ability as a capable paersonal, while 43% are not capable, b)

only 14% teachers to innovate, 29% enough to innovate, while 57% of teachers do

not make innovations, b) only 43% teachers develop the curriculum, while 57% of

teachers have not developed curriculum. While teachers' pedagogical shows that

geography certified teachers enough professional, because: a) 85.71%) teachers have

to make efforts to understand the development of students through the evaluation

study, while 14.29% of teachers by monitoring student activity, b) the existing

teacher using technology although only 29%, while the rest are not used as much as

71% because of constrained of school facilities, c) teachers have to evaluate learning.

2) Application of the professionalism of certified teachers in the implementation of

learning geography in SMP Surakarta in 2011 showed that the teachers have not fit

in implementing their profesionalism, because: a) the material submitted is not in

accordance with the mandate of geography, b) almost 100% of teachers using

conventional learning methods, c ) only 57.14% of teachers who use the mainstream

media in the form of maps, while 42.86% have not used it, d) almost 100% of teacher

evaluation only with written test

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Allah itu dipatuhi dengan ilmu

(Nabi Muhammad SAW.)

Saat satu kakimu terjatuh, jangan lupa bahwa masih ada kaki-kaki lain yang siap

menopangmu, merekalah orang-orang yang menyayangimu

(Penulis)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini untuk mereka yang

dihadirkan Allah untuk mewarnai hari-hariku dengan cinta,

dalam cinta, bersama cinta:

Ibunda tercinta, Malaikat yang dikirim Allah untukku,

kasihmu takkan terganti

Bapak di istananya yang indah, selalu kutitipkan rindu ini

untukmu Bapak

Adik-adikku, Resi Hanindita Prabankoro dan Nuh Tegar

Anugerah yang selalu kurindukan kicauan-kicauannya

Keluarga Besar Tjipto Soemarto dan Somarto

Almamater

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI

TERSERTIFIKASI DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA TAHUN 2011“

Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh

gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penyusunan skripsi

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penyusunan

skripsi

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendididkan Geografi yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi

4. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si., selaku pembimbing akademik sekaligus

pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi

5. Ibu Rita Noviani, S.Si, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang telah

memberikan limpahan ilmu kepada penulis

7. Kepala SMPN di Surakarta yang bersedia memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian

8. Bapak dan Ibu guru Geografi SMPN di Surakarta yang bersedia meluangkan

waktu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

9. KESBANGLINMAS dan BAPPEDA Kota Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

10. DISDIKPORA Kota Surakarta yang telah memberikan izin dan data yang

diperlukan.

11. Keluarga besar di Palembang dan di Solo atas doa dan dukungannya.

12. Sahabatku Nurul Deni Kistiyah atas persahabatan, bantuan, dan kerjasamanya.

13. Mas Irfan Putra Hernanjaya atas senyum dan kebersamaannya.

14. Erma, Fika, Cwi, Uphie, Hani, dan Rini yang selalu berbagi tawa disetiap harinya

dan berbagi hadiah ditiap tahun.

15. Pipit, Siska, Wid, Uci, Sherly, Aryanti, Endah, Indah, Ijah, Yayak, Agus, Arif,

Indra, Ghufron serta kakak-kakak atas dukungan dan kerinduan untuk segera

berkumpul.

16. Keluarga Besar Pendidikan Geografi dan semua Sahabat Geo‟07 atas bantuan

dan dukungannya semoga persahabatan kita dapat terus terjalin.

Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

HALAMAN ABSTRAK .......................................................................................... v

HALAMAN ABSTRACT ........................................................................................ vi

HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 8

1. Profesionalisme Guru .............................................................................. 8

a. Pengertian Guru .................................................................................. 8

b. Guru Profesional................................................................................. 12

2. Guru Geografi Profesional ..................................................................... 18

a. Kompetensi Profesional Guru Geografi ............................................... 19

b. Kompetensi Pedagogik Guru Geografi ................................................ 26

c. Penerapan Profesionalisme Guru Geogarfi Tersertifikasi .................... 29

3. Sertifikasi Guru ....................................................................................... 32

a. Dasar Hukum ...................................................................................... 32

b. Tujuan Sertifikasi ............................................................................... 33

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

c. Prosedur ............................................................................................. 34

d. Diklat Profesi Guru ............................................................................. 35

C. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

A.Objek dan Waktu Penelitian ....................................................................... 39

B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................................... 40

C Populasi Penelitian ....................................................................................... 40

D.Sumber Data ................................................................................................ 40

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 41

F. Validitas Data .............................................................................................. 42

G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 43

H. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 45

C. BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 47

1. Pendidikan di Kota Surakarta .................................................................. 47

a. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta .............. 48

b. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta ......... 48

c. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta yang

Lulus Uji Profesi (Sertifikasi) ........................................................... 49

d. Fasilitas Pembelajaran SMPN di Surakarta ......................................... 50

B. Hasil dan Pembahasan................................................................................. 52

1. Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dalam Pelaksanaan

Pembelajaran di SMP Negeri Surakarta Tahun 2011…………………… 52

a. Kompetensi Profesional ...................................................................... 52

b. Kompetensi Pedagogik ....................................................................... 79

2. Penerapan Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dalam

Pelaksanaan Pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ....... 85

a. Penyampaian Tujuan Pembelajaran dan Pengembangan Materi........... 85

b. Penerapan Strategi dan Pendekatan Pembelajaran ............................... 86

c. Pengembangan Media Pembelajaran dan Pemanfaatan Teknolgi ......... 88

d. Evaluasi Pembelajaran ........................................................................ 89

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 91

B. Implikasi .......................................................................................................... 93

C. Saran ................................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 94

LAMPIRAN

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pengelompokan SK Dan KD Mata Pelajaran IPS pada Satuan

Pendidikan MTs/SMP…………………………………………………...

3

Tabel 2 Objek Penelitian………………………………………………………… 39

Tabel 3 Waktu Penelitian………………………………………………………... 39

Tabel 4 Fasilitas pendidikan Di Kota Surakarta…………….………………….... 47

Tabel 5 Daftar Guru Geografi SMPN di Kota Surakarta Tahun 2010…………... 48

Tabel 6 Daftar Guru Mata Pelajaran Geografi Tersertifikasi Tahun 2010……… 50

Tabel 7 Fasilitas penunjang pembelajaran di SMPN di Surakarta………………. 51

Tabel 8 Bentuk Tes yang Digunakan Guru Geogarfi Tersertifikasi di SMPN

Surakarta………………………………………………………………… 84

Tabel 9 Bentuk Tes Perbuatan yang Digunakan Guru Geografi Tersertifikasi di

SMPN Surakarta………………………………………………………… 85

Tabel 10 Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru Geografi Tersertifikasi di

SMPN Surakarta………………………………………………………… 87

Tabel 11 Media Pembelajaran yang Digunakan Guru Geografi Tersertifikasi di

SMPN Surakarta……………………………………………………….. 88

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 The Continuum of Geography ………............................... 21

Gambar 2 Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan ………… 34

Gambar 3 Diagram Kerangka Berpikir…………………………….. 38

Gambar 4 Trianggulasi Sumber……...…………………………….. 43

Gambar 5 Diagram Persentase Guru sebagai Capable Personal … 62

Gambar 6 Diagram Persentase Keterampilan Guru Melakukan

Inovasi dalam Sumber dan Media Pembelajaran ……….

67

Gambar 7 Suasana Diskusi di Kelas VII SMP N 8 Surakarta……… 75

Gambar 8 Penggunaan Media berupa Maket di SMPN 8………….. 76

Gambar 9 Penggunaan LCD di SMPN 10 Surakarta………………. 81

Gambar 10 Diagram Persentase Pemanfaatan Teknologi oleh Guru.. 82

Gambar 11 Diagram Persentase Penggunaan Media Pembelajaran oleh

Guru Geogarfi Tersertifikasi……………………………....

89

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama di

Surakarta…………………………………………………

95

Lampiran 2 Daftar Guru Mata Pelajaran Geografi Tersertifikasi…….. 98

Lampiran 1 Kurikulum IPS SMP……………………………………. 99

Lampiran 3 RPP Hasil Rapat MGMP IPS Kota Surakarta………….. 104

Lampiran 4 Instrumen Penilaian Kinerja Guru……………………….. 140

Lampiran 5 Pedoman Wawancara …………………………………… 152

Lampiran 6 Hasil Penilaian Kinerja Guru…………………………….. 154

Lampiran 7 Skoring Penilaian Kinerja Guru…………………………. 199

Lampiran 8 Hasil Wawancara ………………………………………... 202

Lampiran 9 Foto-Foto Penelitian……………………………………... 217

Lampiran 10 Surat-Surat………………………………………………. 222

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan di Indonesia ternyata senantiasa mendapat sorotan,

kritikan, dan kadang-kadang menjadi kambing hitam penyebab krisis: ekonomi,

kepercayaan, dan moral yang melanda bangsa Indonesia saat ini. (Hadiyanto dalam

Harun, 2009).

Melihat keadaan dunia pendidikan di Indonesia saat ini pemerintah kemudian

membuat kebijakan peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas

guru dengan melakukan sertifikasi guru sesuai dengan Undang-Undang (UU) No.14

Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Sertifikasi guru merupakan proses pemberian

sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang

diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Seorang guru

profesional hendaknya memiliki kualifikasi seperti yang tertuang dalam pasal 8,

yaitu guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. sedangkan pasal 10 ayat 1 berbunyi: kompetensi guru

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi.

Namun pada kenyataannya saat ini ada beberapa pihak yang meragukan

bahwa sertifikasi ini dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama kualitas para

pengajarnya. Banyak pihak yang beranggapan bahwa guru hanya mengejar tunjangan

profesi yang diperoleh dari sertifikasi, sehingga saat ini para guru beramai-ramai

sekolah lagi untuk memperoleh gelar sarjana sebagai syarat utama mengikuti

sertifikasi, akan tetapi justru mereka mencari perguruan tinggi secara „sembarangan‟

demi mendapatkan gelar sarjana. Dirjen Peningkatan Mutu dan Tenaga

Kependidikan (PMPTK) Depdiknas, Baedhowi mengatakan bahwa hampir 98 persen

guru yang mengikuti sertifikasi dikarenakan alasan finansial. Sebanyak 60 persen

dari 2.607.311 tenaga pendidik di Indonesia baik guru taman kanak-kanak (TK),

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

2

pendidikan dasar dan menengah negeri maupun swasta belum memenuhi standar,

baru sekitar 1.043.000 (40 persen) yang telah menyelesaikan pendidikan diploma

empat atau sarjana (S1), sedangkan sisanya yang berjumlah sekitar 1.564.311 orang

(60 persen) belum memiliki latar belakang pendidikan diploma empat atau sarjana.

Selain itu, dari 747.727 guru yang mengikuti sertifikasi, sebanyak 20 persen guru

tersebut diketahui mengalami peningkatan cara mengajar setelah mendapat sertifikat,

70 persen guru tidak berubah, dan 10 persen guru malah menurun kinerjanya

(http://www.matanews.com/209/10/21/sertifikasi-guru-bukan-jaminan.Diakses

tanggal 27 Oktober 2011).

Berdasarkan data tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa sertifikasi

seharusnya menjadi ajang bagi guru untuk meningkatkan kinerja dalam melakukan

tugasnya. Akan tetapi di lapangan belum banyak peningkatan yang terjadi, guru yang

menginginkan untuk mengikuti sertifikasi menempuh sekolah lagi tetapi memilih

sekolah yang asal memberikan kelulusan. Selain itu, mereka yang sudah lulus

sertifikasi masih banyak yang belum mengalami peningkatan dalam kinerjanya.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 17 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun 2010 tentang pengelolaan

dan penyelenggaraan pendidikan pasal 1 ayat 7, sekolah menengah pertama (SMP)

merupakan jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun,

mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004,

sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Sekolah

menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

(http://www.wikipedia.org/sekolah-menengah-pertama/. Diakses tanggal 17 Januari

2011).

Geografi adalah bidang ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala-

gejala yang terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik dan dimensi manusia) dengan

menggunakan perspektif keruangan (spatial perspective). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa “aspek keruangan”lah yang menjadi ciri pembeda bidang Geografi

dengan bidang ilmu lain. Gejala sosial yang berlangsung di muka bumi jika ditelaah

melalui perspektif keruangan membentuk bidang kajian geografi sosial. Melalui

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

3

proses yang sama lahir bidang kajian geografi ekonomi, geografi politik, geografi

budaya dan lain lain. Bagian bidang ilmu alam seperti geologi difokuskan pada

pengetahuan geomorfologi, klimatologi dari meteorologi, biogeografi dari biologi

dan seterusnya. (Harmantyo. http://djokoharmantyo.blogspot.com/paperfiles-01/.

Diakses tanggal 18 November 2011).

Pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama, geografi tergabung ke

dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) Terpadu bersama mata pelajaran

ekonomi, sosiologi dan sejarah. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara

sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju

kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Disiplin ilmu sosial

yang termasuk dalam mata pelajaran IPS adalah 1) ilmu geografi (aspek yang

dipelajari mencakup aspek keruangan, manusia, dan lingkungannya), 2) ilmu sejarah

(aspek yang dipelajari mencakup waktu, keberlanjutan, dan perubahan), 3) ilmu

sosiologi (aspek yang dipelajari mencakup sistem sosial dan budaya), 4) ilmu

ekonomi (aspek yang dipelajari mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan).

Pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu sendiri dapat dilakukan dengan Team

Teaching yakni suatu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa orang guru

(guru mata pelajaran Sejarah, Gaeografi, Ekonomi, dan mata pelajaran Sosiologi)

bergabung menjadi satu tim yakni tim guru mata pelajaran IPS. Keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat

dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk

menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah

berikut: 1) pemetaan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk

menentukan topik/tema, dan 2) pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksaan

Pembelajaran (RPP). Contoh hasil pengelompokan SK dan KD mata pelajaran IPS

pada satuan pendidikan MTs/SMP yaitu:

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4

Tabel 1. Pengelompokan SK dan KD Mata Pelajaran IPS

pada Satuan Pendidikan MTs/SMP

Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema

Semester 1

1.1

Mendeskripsikan

keragaman bentuk

muka bumi, proses

pembentukan, dan

dampaknya

terhadap kehidupan

4.2 Membuat sketsa

dan peta wilayah

yang

menggambarkan

objek geografi

Semester 1

2.2

Mendeskripsikan

sosialisasi

pembentukan

kepribadian

2.3 Mengidentifikasi

bentuk-bentuk

interaksi sosial

Semester 1

3.2 Mengidentifikasi

tindakan ekonomi

berdasarkan motif

dan prinsip ekonomi

dalam berbagai

kegiatan sehari-hari

Semester 2

6.1 Mendeskripsikan

pola kegiatan

ekonomi penduduk,

penggunaan lahan

dan pola

permukiman

berdasarkan kondisi

fisik permukaan

bumi

Semester 1

1.2

Mendeskripsikan

kehidupan pada

masa pra-aksara

di Indonesia

Pola

Kegiatan

Ekonomi

Penduduk

Guru Geografi diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan spasial

(spatial intelligence) kepada peserta didik agar peserta didik dapat bersikap cerdas,

aktif dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi dan

ekologis dan dapat bersikap kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di

lingkungannya terutama yang dapat dilihat dari sudut pandang spasial. Maka sudah

sepatutnyalah guru Geografi mengajarkan Geografi itu sendiri yang wujudnya adalah

semua cabang ilmu Geografi seperti geomorfologi, klimatologi, biografi,

oseanografi, pedologi, geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi perkotaan, dan

geografi pedesaan.

Hadi (2011) mengungkapakan bahwa “Geografi, ilmu spasial diyakini

mampu membekali spatial intelligence, spatial ability kepada peserta didik, bersama

aritmatik, matematik, sport, seni, history dan intelligence-intelligence lain. Spasial

inteligens-nya Geografi diharapkan mampu memberikan keluasan landasan berfikir,

perkembangan etika, estetika, moral peserta didik”.

Metode dan media pembelajaran yang digunakan saat ini juga masih kurang

beragam dan masih sering terpusat pada guru. Materi yang disampaikan lebih

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

5

ditekankan pada jumlah pengetahuan yang harus dimiliki atau akumulasi

pengetahuan yang berbentuk fakta dan teori, dan lebih menekankan pada hafalan

sehingga siswa belum terlatih untuk menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Guru

seharusnya lebih menekankan kepada proses pembelajaran sehingga pembelajaran

tersebut lebih bermakna dengan cara mengemas materi secara menarik,

memanfaatkan media yang saat ini berkembang seperti video, gambar, dan yang

paling utama yaitu peta sebagai ciri utama Geografi, tentu saja pembelajaran

Geografi akan menjadi menarik dan bukan lagi menjadi pembelajaran yang

membosankan bagi siswa dengan image bahwa pembelajaran Geografi terlalu

banyak hafalan dan tidak terlalu penting, padahal Geografi merupakan pelajaran

yang menarik jika bisa disampaikan dengan menarik dan sesuai dengan tujuannya.

Surakarta sebagai salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang

pertumbuhannya sangat pesat, mengalami perkembangan hampir di seluruh bidang,

tidak terkecuali di bidang pendidikan. Pertumbuhan di bidang pendidikan terbukti

dengan semakin tingginya minat pelajar untuk memperoleh pendidikan yang lebih

baik. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan jumlah siswa setiap tahun ajaran

baru, bahkan cenderung saling bersaing untuk mendapatkan jatah kursi di sekolah

yang diinginkan. Bahkan Kabupaten Siak, Riau, terinspirasi untuk menerapkan

sistem pendidikan yang dilaksanakan di Surakarta. Sekolah bukan hanya sebagai

tempat untuk memepelajari teori tetapi juga untuk pratik. Tentu saja hal ini juga

didukung dengan kualitas para pendidik. Pendidik atau guru merupakan salah satu

faktor penunjang keberhasilan dalam dunia pendidikan, sehingga selalu mendapat

sorotan dari masyarakat.

Menurut Data Pokok Pendidikan (DAPODIK), guru di Surakarta berjumlah

2.020 guru, untuk mata pelajaran geografi di SMPN berjumlah 37 orang guru.

Jumlah guru yang sudah lulus sertifikasi yaitu 12 orang guru. Dari 12 orang guru ini

tentu saja memilki kualifikasi yang berbeda. Mereka bukan hanya dituntut untuk

meningkatkan kualitas pendidikan tetapi juga dituntuk untuk menjadi contoh bagi

guru yang belum lulus sertifikasi.

Sekolah yang diselenggrakan oleh pemerintah atau sering disebut dengan

sekolah negeri lebih mendapat sorotan dari masyarakat karena image yang terbentuk

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

6

yaitu keluaran dari sekolah negeri adalah siswa yang cerdas ditunjang dengan tenaga

pengajar yang berkualitas. Selain itu sekolah negeri juga mendapat subsidi serta

perhatian dari pemerintah, sehingga terbentuk mindset dalam masyarakat bahwa

kualitas sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta dan lebih murah. Dalam mata

pelajaran geografi sendiri, guru dituntut bukan hanya untuk mentransfer ilmu tetapi

juga dapat membekali siswa dengan amanah geografi berupa kemampuan spasial

baik di sekolah swasta ataupun sekolah negeri. Guru geografi di sekolah negeri

memiliki image bahwa mereka merupakan lulusan perguruan tinggi yang baik dan

memilki kualitas yang baik pula. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

guru Geografi belum sepenuhnya mengajar substansi Geografi tetapi lebih merujuk

pada kurikulum yang substansinya kurang memenuhi amanah geografi itu sendiri,

diantaranya yaitu siswa diharapkan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Dalam substansi Geografi, siswa bukan

hanya mengenal lingkungannya tetapi dapat mengenali karakteristik keruangannya.

Atas dasar fakta tersebut, maka peneliti terdorong untuk mengadakan

penelitian mengenai profesionalisme guru Geografi dalam pelaksanaan pembelajaran

Geografi terutama bagi guru yang sudah dinyatakan lulus ujian profesi (sertifikasi) di

SMP Negeri Surakarta yang lebih difokuskan melalui kompetensi pedagogis dan

kompetensi profesional dengan judul “PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI

TERSERTIFIKASI DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA TAHUN

2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan

pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ditinjau dari kompetensi

pedagogik dan kompetensi profesional?

2. Bagaimanakah penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam

pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011?

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan

pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ditinjau dari kompetensi

pedagogik dan kompetensi profesional

2. Mengetahui penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam

pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai pendidikan Geografi dan profesionalisme guru Geografi

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian

sebelumnya yang berhubungan dengan profesionalisme guru di Surakarta dan

dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran kepada

pemerintah dan guru untuk lebih meningkatakan profesionalitas keguruan,

khususnya pada guru mata pelajaran Geografi

b. Penelitian ini menjadi bekal bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan

sebagai calon guru sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Profesionalisme Guru

a. Pengertian Guru

Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian dan kemampuan

khusus yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang tanpa mengikuti

pengembangan keahlian khusus di bidangnya. Menurut Laurence D. Hazkew dan

Jonathan C. Mc Lendon dalam Uno (2007:15) bahwa, ”Teacher is professional

person who conduct classes”, sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc

Clare, “Teacher are those persons who consciously direct the experiences and

behavior of an individual so that education takes places”.

1) Seperangkat Tugas Guru

Pada dasarnya guru memiliki seperangkat tugas yang berhubungan dengan

kompetensi profesionalnya, tugas utama seorang guru berhubungan dengan tugas

utamanya yaitu mengelola proses pembelajaran dan tugas–tugas lain yang

berhubungan dengan proses pembelajaran.

Menurut Uno (2007:21-22), tugas guru meliputi:

a) Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran

(1) Tugas manajerial

Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal maupun

eksternal, yaitu:

(a) Berhubungan dengan peserta didik,

(b) Alat perlengkapan kelas (material),

(c) Tindakan-tindakan profesional.

(2) Tugas edukasional

Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:

(a) Motivasional,

(b) Pendisiplinan,

(c) Sanksi sosial (tindakan hukuman).

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

9

(3) Tugas instruksional

Menyangkut fungsi mengajar, bersifat:

(a) Penyampaian materi,

(b) Pemberian tugas-tugas pada peserta didik,

(c) Mengawasi dan memeriksa tugas.

b) Tugas pengajar sebagai pelaksana (executive teacher)

Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan

dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam

kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.

Secara khusus, tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran sebagai

berikut:

(1) Menilai kemajuan program pembelajaran,

(2) Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar

sambil bekerja (learning by doing),

(3) Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan

alat belajar,

(4) Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas,

(5) Mengkomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik,

(6) Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu,

(7) Bertindak sebagai manusia sumber,

(8) Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari,

(9) Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada

peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya

pada guru),

(10) Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk

mencapai hasil yang optimal.

2) Peranan guru dalam pembelajaran tatap muka

Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka menurut Moon

dalam Uno (2007:22-30), yaitu:

a) Guru sebagai perancang pembelajaran (designer of instruction),

b) Guru sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction),

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

10

c) Guru sebagai pengarah pembelajaran,

d) Guru sebagai evaluator,

e) Guru sebagai konselor,

f) Guru sebagai pelaksana kurikulum,

g) Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan.

3) Hak dan kewajiban guru

Undang -Undang Guru No. 14 Tahun 2005 menyebutkan tentang hak dan

kewajiban guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Hak seorang guru

dalam tugas keprofesionalan adalah:

a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan

kesejahteraan sosial,

b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi

kerja,

c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan

intelektual,

d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi,

e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk

menunjang kelancaran tugas keprofesionalan,

f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan

kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan

kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan,

g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas,

h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dan organisasi profesi,

i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan,

j) Memiliki kesempatan untuk berperan mengembangkan dan meningkatkan

kualifikasi akademik dan kompetensi,

k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Dalam kewajibannya seorang guru profesional dituntut untuk:

a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran,

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

11

b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi

secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni,

c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi perserta didik dalam pembelajaran,

d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,

serta nilai-nilai agama dan etika,

e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

4) Syarat guru yang baik dan berhasil

Syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain berijazah dan syarat-syarat

mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah mempunyai sifat-sifat yang perlu

untuk dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran. Selanjutnya dari syarat-

syarat tersebut, menurut Uno (2007:29) dapat dijabarkan secara lebih terperinci,

sebagai berikut:

a) Guru harus berijazah,

b) Guru harus sehat jasmani dan rohani,

c) Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik,

d) Guru haruslah orang yang bertanggung jawab,

e) Guru di Indonesia harus berjiwa nasional,

Syarat-syarat tersebut merupakan syarat umum yang berhubungan dengan

jabatan sebagai seorang guru. Selanjutnya, Uno juga menjelaskan syarat lain yang

sangat erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah, antara lain:

a) Harus adil dan dapat dipercaya,

b) Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didiknya,

c) Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis,

d) Bersikap baik pada rekan guru, staf di sekolah, dan masyarakat,

e) Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai benar mata

pelajaran yang dibinanya,

f) Harus selalu introspeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun,

g) Harus berupaya meningkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

12

b. Guru Profesional

Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan

sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter,

hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah

pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk

itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh

pekerjaan lain (Nana Sudjana dalam Usman, 2005:14).

Profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan untuk orang

yang mengandung suatu profesi dan sebutan untuk penampilan seseorang dalam

mewujudkan unjuk kerja sesuai profesinya. Penyandang dan penampilan profesional

ini telah mendapat pengakuan baik secara formal maupun nonformal. Pengakuan

secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai

kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedangkan

secara nonformal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna

jasa suatu profesi.

Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota

suatu profesi, serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat

melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian sebutan profesionalitas lebih

menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap,

pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal

ini para guru diharapkan memilki profesionalitas keguruan yang memadai, sehingga

mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas

pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,

melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru

harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru

cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru

senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor

antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan

kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

13

Dari pengertian profesional tersebut bahwa suatu pekerjaan yang bersifat

profesionalisme memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus

dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar ini,

ternyata pekerjaan pofesional berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena suatu profesi

memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional

adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang

terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya

(Tamyong dalam Usman, 2005:15)

Kompetensi profesional guru meliputi hal-hal berikut:

1) Menguasai landasan kependidikan

a) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,

b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat,

c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam

proses belajar-mengajar.

2) Menguasai bahan pembelajaran

a) Menguasai bahan pembelajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah,

b) Menguasai bahan pengayaan.

3) Menyusun program pembelajaran

a) Menetapkan tujuan pembelajaran,

b) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran,

c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar-mengajar,

d) Memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai,

e) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

4) Melaksanakan program pembelajaran

a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat,

b) Mengatur ruangan belajar,

c) Mengelola interaksi belajar mengajar.

5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

14

a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pembelajaran,

b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Guru sebagai tenaga pendidikan secara substantif memegang peranan tidak

hanya melakukan pembelajaran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga

dituntut untuk mampu memberikan bimbingan dan pelatihan. Di dalam Undang

Undang No. 20 Tahun 2003 ditegaskan pada pasal 39 bahwa “Tenaga pendidikan

selain bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pelayanan

dalam satuan pendidikan, juga sebagai tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses serta menilai hasil pembelajaran, bimbingan

dan pelatihan”.

Sementara prinsip profesionalisme guru dan dosen UU No.14 tahun 2005

pasal 7 ayat 1 merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

prinsip sebagai berikut:

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism,

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,

dan akhlak mulia,

3) Memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang pendidikan sesuai dengan

bidang tugas,

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas,

5) Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesioanlan,

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat,

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan,

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Guru sebagai tenaga profesional, ahli dalam bidang (akademis) yang ditandai

dengan memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang

berwenang dan terakreditasi oleh pemerintah. Seseorang yang telah memiliki

sertifikat mengajar, dinyatakan sebagai ahli dalam bidang akademis tertentu,

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

15

memiliki hak untuk mengajar dalam lembaga atau satuan pendidikan. Secara

akademis, seorang guru profesional ia memiliki keahlian atau kecakapan akademis

atau dalam bidang ilmu tertentu, cakap mempersiapkan penyajian materi (pembuatan

silabus, program tahunan, program semester) yang akan menjadi acuan penyajian,

melaksanakan penyajian materi, melaksanakan evaluasi atas pelaksanaan yang

dilakukan, serta mampu memperlakukan siswa secara adil dan secara manusiawi.

Tuntutan sikap profesionalisme guru merupakan sebuah perkembangan aktual

ketika tuntutan kerja profesional tertuang dalam undang-undang. Ketetapan bersifat

mengikat dan mengandung sanksi apabila dilanggar. Seorang guru adalah seorang

ahli dalam bidangnya, memiliki kecakapan pengetahuan akademis, juga kecakapan

sosial, dan kecakapan spiritual, sehingga bisa membawa murid kearah perkembangan

yang benar.

Kualitas seorang guru harus menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan

sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat

kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta ikhlas dalam

memajukan pendidikan dan mencerdaskan anak didik (MZ. Mandaru dalam Asmani,

2009:40)

Kompetensi guru akan mengantarkannya menjadi guru profesional yang

diidamkan oleh anak didik. Secara sederhana, guru profesional adalah guru yang

mengajar pada mata pelajaran yang menjadi keahliannya, mempunyai semangat

tinggi dalam mengembangkannya, dan mampu menjadi pioneer perubahan di tengah

masyarakat. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan.

Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga

profesional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pasal 2 ayat (1) berfungsi

untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Peran guru antara lain sebagai

fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi

belajar bagi peserta didik.

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 UU Republik

Indonesia nomor 14 tahun 2005, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

16

pendidikan profesi. Empat kompetensi utama seorang guru tersebut dapat

dideskripsikan sebagai berikut (Asmani, 2009:43-45):

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemapuan guru dalam mengelola

pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,

b) Pemahaman terhadap peserta didik,

c) Pengembangan kurikulum/silabus,

d) Perancangan pembelajaran,

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,

f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran,

g) Evaluasi proses dan hasil belajar,

h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliknya.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:

a) Berakhlak mulia,

b) Arif dan bijaksana,

c) Mantap,

d) Berwibawa,

e) Stabil,

f) Dewasa,

g) Jujur,

h) Mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,

i) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3) Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,

sekurang-kurangya meliputi:

a) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat,

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

17

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, pemimpin

satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik,

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma

serta sistem nilai yang berlaku,

e) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.

4) Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai

pengetahuan bidang ilmu teknologi dan seni yang sekurang-kurangnya meliputi

penguasaan:

a) Materi yang luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan,

dan kelompok mata pelajaran yang diampunya

b) Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang

relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang diampu.

Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai

tenaga profesional kependidikan (Sardiman, 1992:133), yaitu:

1) Capable personal

Maksudnya, guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan

serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses

belajar-mengajar secara efektif

2) Innovator

Sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan

dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan

keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus

merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.

3) Developer

Guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru

harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-

tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatau sistem.

Profesionalisme guru geografi dapat dilihat dari kemampuannya untuk

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan ketetapan. Selain itu dapat

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

18

dilihat juga dari kemampuaannya untuk menguasai bidangnya meliputi kemampuan

menguasai materi, media, metode, dan sumber belajar, kemampuan untuk membuat

RPP, kemampuan menguasai kelas dan kemampuan untuk melakukan evaluasi.

2. Guru Geografi Profesional

Terminologi pengajaran sudah lama diganti pembelajaran yang bermakna

lebih luas memberikan peran kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi

dan kreativitas. Dalam konteks pembelajaran geografi, jurus untuk memberikan

motivasi kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya

berawal dari keutuhan konsep (yang dikuasai guru) yang diturunkan pada materi

pembelajaran dalam kemasan yang menarik. Pembelajaran Geografi tingkat Sekolah

Menengah maupun pada tingkat pendidikan dasar dikelompokkan ke dalam rumpun

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Perlu diingat bahwa Geografi bukan cabang IPS,

maka pembahasan substansi IPS oleh Geografi tetap dicirikan oleh pandangan

spasialnya. Artinya sumbangan Geografi di dalam menelaah masalah sosial (dan

ekonomi) berupa analisis spasial terhadap masalah/fenomena sosial ekonomi.

Demikian pula halnya telaah Geografi terhadap masalah/fenomena fisikal. Geografi

ialah ilmu dengan identitas keruangan atau spasial. Meskipun substansi kajiannya

meliput obyek atau fenomena sosial (nampak pada human geography) dan obyek

atau fenomena fisikal atau natural (nampak pada physical geography), geografi

bukanlah cabang ilmu sosial maupun cabang ilmu natural. Geografi menelaah obyek

sosial maupun natural secara keruangan atau spasial. Pembelajaran geografi di

sekolah menengah (dengan nama pelajaran geografi) maupun pendidikan dasar

(dengan nama IPS) ujung-ujungnya diharapkan memberikan bekal spatial ability

atau spatial inteligence pada peserta didik. (Hadi. http://partosohadi.staff.fkip.uns.

ac.id /2009/05/25/47/. Diakses tanggal 4 April 2012).

Hadi (2009) mengungkapkan bahwa intisari konsep dan prinsip geografi

adalah bagaimana geografi menelaah ruang mukabumi menjadi sistematika wilayah-

wilayah (regions) yang merupakan perwujudan persamaan ruang mukabumi (areal

likenesses) dan membedakannya dengan ruang mukabumi yang lainnya (areal

differences). Untuk menghasilkan wilayah-wilayah (tematik) dilakukan dengan

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

19

menarik garis (melakukan delineasi) terhadap obyek, fenomena ruang mukabumi

(geosfer) real world atau dari model (foto, citra dan peta produk ilmu kebumian lain

di luar geografi). Deskripsi/pemerian karakter wilayah dilakukan secermat mungkin

dengan memperhatikan kemampuan skala peta hasil untuk menampilkannya (round

earth on flat paper concept).

Secara sederhana, pembelajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di

tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Oleh karena itu, penjabaran konsep-

konsep, pokok bahasan, dan subpokok bahasannya harus disesuaikan dan diserasikan

dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental anak pada jenjang-jenjang

pendidikan yang bersangkutan. Pelaksanaan pembelajaran geografi secara umum

ialah: siswa mengerti prinsip-prinsip geografi, mengerti teknik studi geografi dan

memiliki apresiasi tentang perlunya pengetahuan fakta-fakta geografi yang

fundamental.

Dalam GBPP SMA tercantum bahwa tujuan pembelajaran Geografi adalah

mengembangkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa dalam melihat hubungan

manusia dengan lingkungan hidupnya. Terdapat sejumlah konsep utama yang harus

dipelajari siswa, yaitu konsep wilayah, konsep sumber daya, konsep interaksi,

konsep kerjasama antar wilayah, konsep jagat raya, dan konsep kelestarian

lingkungan hidup. Penyampaian konsep-konsep tersebut memerlukan teknik, metode

dan alat pembelajaran yang berbeda-beda sejalan dengan tujuan pembelajaran atau

hasil belajar yang diharapkan dari siswa. Guru harus menggunakan metode yang

efektif agar siswa bisa mengerti konsep-konsep itu dengan baik.

a. Kompetensi Profesional Guru Geografi

Geografi menelaah obyek mukabumi (litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer,

antroposfer) dari sudut pandang keruangan. Obyek itu divisualkan dalam bentuk peta

dengan tema tertentu dan dikenal sebagai peta tematik. Peta itu menampilkan obyek,

fenomena, potensi ruang mukabumi dalam bentuk tema tunggal dan dapat pula

sintesis dari beberapa tema. Selain itu, peta tematik ini dapat pula merupakan

presentasi analisis spasial. (Hadi, http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses

tanggal 22 Februari 2011).

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

20

Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata

pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk

bersikap cerdas, aktif dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah sosial,

ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran Geografi

diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sedangkan

pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

(BSNP dalam Hadi, 2009). Latar belakang rasionalitas kompetensi yang dirumuskan

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut tentu saja berangkat dari

pemahaman terhadap esensi Geografi dengan identitas pandangan spasialnya.

Pandangan spasial atas telaah substansi tanah (soil) kemudian memunculkan

Geografi Tanah sebagai salah satu cabang Geografi. Pandangan spasial atas telaah

substansi tumbuh-tumbuhan, kemudian memunculkan Fitografi sebagai salah satu

cabang Geografi. Pandangan spasial atas telaah substansi ekonomi kemudian

memunculkan Geografi Ekonomi sebagai salah satu cabang Geografi, demikian pula

halnya dengan Marketing Geografi, Geografi Transportasi dan seterusnya. (Hadi.

2009. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/25/47/. Diakses Tanggal 22

Februari 2011.

Seperti diketahui obyek material geografi terbentang dari litosfer, atmosfer,

hidrosfer, biosfer sampai antroposfer. Kajian geografi terhadap obyek materialnya

tersebut, harus selalu dilakukan dari sudut pandang spasial, dari perspektif spasial.

Contohnya: kajian deskripsi, perbandingan, hubungan, aura, korelasi… dan

seterusnya…, hakikatnya adalah deskripsi spasial, perbandingan spasial, hubungan

spasial, aura spasial,…dan seterusnya, apapun substansi ataupun objek material yang

sedang dikaji. Dalam ranah psikomotor, deskripsi spasial dikerjakan dengan menarik

garis (deliniasi)– pemerian perwatakan objek material (karakter substansi, deskripsi

fenomena) menjadi wilayah tematik (region geografik). Seperti misalnya: wilayah

litologi, wilayah kategori tanah, wilayah penggunaan tanah, wilayah suhu, wilayah

curah hujan, wilayah air tanah, wilayah fauna, wilayah flora, wilayah kepadatan

penduduk, wilayah harga tanah, wilayah konstituen partai, wilayah permukiman

kumuh, wilayah serangan hama wereng, wilayah kekeringan, wilayah kedalaman

genangan, wilayah potensi longsor, wilayah suku bangsa, wilayah penutur

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

21

bahasa,dsb. Wilayah tematik tersebut, adalah sebentuk persamaan objek mukabumi,

sebentuk persamaan fenomena mukabumi, sebentuk persamaan potensi sosial

mukabumi, sebentuk persamaan potensi fisikal mukabumi, sebentuk persamaan

masalah sosial mukabumi, sebentuk persamaan masalah fisikal mukabumi, dan

sekaligus membedakan dengan wilayah muka bumi yang lain (area similarities dan

area differentiations).

Kita lihat juga cuplikan dari Buku Geografi kontemporer :

Geography is a wide ranging field that incorporates a number of diverse

subject areas. Broadly speaking, geography can be divided into human geography

and physical geography. Human geography deals with spatial aspects of human

activities and culture. Physical geography, our topic here, focuses on the

geographical attributes of the natural environment. The diagram below illustrates

the continuum of geography. Though the discipline can be broken down into two

separate areas of study, physical geography and human geography, they are actually

seen as blending with one another along a geographic continuum

Sumber: (Hadi. 2012.http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2012/01/17/esensi-media-

pembelajaran -geospasial-dalam-mata-pelajaran-geografi/. Diakses tanggal 04 April

2012).

Esensi geografi yang memandang obyek dan fenomena secara spasial

mengharuskan guru untuk menguasai materi pembelajaran dari sudut pandang spasial

pula. Maksudnya adalah guru geografi diharapkan memiliki intelegensi spasial yang

diimplementasikan dalam ketrampilan spasial. Intelegensi spasial inilah yang ikut

memberikan saham kepada pengembangan kemampuan berfikir peserta didik.

Gambar 2. The Continuum of Geography

Gambar 1. The Continuum of Geography

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

22

Identitas spasial dalam bentuk spatial patterns, spatial distributions, spasial

relations, spasial differentiation menuntut guru geografi menyajikan materi geografi

ke dalam kemasan berwujud peta, atau membuka kemasan yang (sudah) ada untuk

digunakan sebagai bahan pembelajaran (membaca/interpretasi peta yang ada). Tetapi

tidak setiap bahan ajar yang harus disajikan seperti yang dikehendaki standar

kompetensi sudah tersedia. Segi lain dari ketrampilan spasial (spatial ability)

misalnya melakukan analisis spasial dengan membuat korelasi. Korelasi adalah

membandingkan dua hal (tema, layer) yang berbeda untuk melihat ada tidaknya

kaitan sebab akibat. Yang penting harus diperhatikan adalah bahwa adanya korelasi

antara beberapa variabel belum menjamin terungkapnya mekanisme sebab akibat.

(Hadi. 2009. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/25/47/. Diakses Tanggal

22 Februari 2011).

Perlu pula diperhatikan tentang apa yang dikorelasikan. Korelasi dapat

berbentuk korelasi (spatial) antara unsur fisik dengan unsur fisik, antara unsur fisik

dengan unsur sosial ekonomi, juga antara unsur sosial ekonomi dengan unsur sosial

ekonomi. Tidak harus hubungan ini berwujud hubungan unsur fisik-manusia (sosial

ekonomi). Dalam menyiapkan materi geografi seorang guru selain menguasai

konsep-konsep dan teori standar sesuai dengan tuntutan kompetensi profesionalnya

harus pula mempertimbangkan jenjang kemantapan intelektual peserta didik.

Bahwa geografi (dan cabang-cabang geografi) secara esensial berbeda dengan

bidang ilmu lain (meskipun substansinya berimpit) karena sudut pandang spasial,

kiranya sudah dipahami. Bahwa identitas geografi ada pada sudut pandang spasial,

kiranya sudah dipahami bahwa sudut pandang spasial mengharuskan hadirnya peta

sebagai media utama, kiranya sudah dipahami. Tetapi penggunaan peta untuk media

pembelajaran geografi untuk internalisasi konsep-konsep geografi dalam substansi

yang berbeda-beda agaknya belum banyak dilakukan oleh guru. Penggunaan peta

kebanyakan terbatas pada penyampaian materi atau bahasan tentang peta itu sendiri.

Perlu pula diingat bahwa kajian substansi penduduk dapat melalui demografi,

studi kependudukan dan geografi penduduk. Penyampaian konsep geografi

penduduk-lah yang mengharuskan penggunaan peta. Peta apa? Demikian pula

penyampaian konsep geografi tumbuhan (phytho geograhy), geografi hewan (zoo

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

23

geography), geografi industri, geografi transportasi, dan lain-lain mengharuskan

penggunaan peta. (Hadi. 2009. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/25/47/.

Diakses Tanggal 22 Februari 2011).

1) Guru Geografi sebagai Capable Personal

Seperti yang telah dijelaskan bahwa guru sebagai capable personal

diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan dalam

bidangnya, begitu juga dengan seorang guru geografi professional. Guru geografi

professional diharapkan mampu mengajar dan mendidik siswa sesuai dengan

substansi mata pelajaran geografi. Bukan hanya mengetahui tatpai juga

memahami dan mampu menerapkan menyampaikannya pada siswa. Guru yang

ahli memiliki pengetahuan tentang cara mengajar (teaching is a knowledge), juga

keterampilan (teaching is skill) dan mengerti bahwa mengajar adalah juga suatu

seni (teaching is an art). guru harus memahami ilmu pendidikan dan keguruan

dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidi. Guru geografi harus

mampu memahami, menguasai dan mecintai ilmu pengetahuan yang diajarkan,

memiliki sumber referensi yang tepat dan mengetahui teori yang tepat.

Guru geografi harus mampu menguasai substansi geografi itu sendiri dengan

ciri pembeda berupa aspek keruangan yang kemudian melahirkan bidang kajian

geografi, seperti hidrogeografi, geomorfologi, geografi ekonomi, geografi sosial,

geografi tumbuhan, geografi lingkungan, dan masih banyak lagi. Sebagai seorang

yang ahli, geografi bukan hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan tetapi juga

bagaimana menyampaikan dan mengemas pengetahuan tersebut untuk kemudian

disampaikan kepada peserta didik agar pesan dari materi tersebut dapat

tersampaikan. Dalam hal ini guru menyampaikan materi dengan berpedoman pada

The Continuum of Geography.

Menurut Mulyasa (2008:136), guru sebagai seorang ahli hendaknya dapat

menguasai materi standar, yang meliputi:

(a) Menguasai bahan pembelajaran (bidang studi),

(b) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan).

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

24

2) Guru Geografi sebagai Innovator

Sebagai seorang inovator guru geografi diharapkan memiliki sikap yang tepat

terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang

efektif. Inovasi yang dapat dilakukan seorang guru geografi dalam bidangnya

tentu saja berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

Inovasi ini meliputi berbagai bidang mulai dari inovasi terhadap strategi

pembelajaran, media pembelajaran, sampai materi pembelajaran.

Mata pelajaran geografi menuntut guru bersikap aktif dan kreatif dan

berinovasi. Pengembangan materi harus tetap disesuaikan dengan kajian utama

geografi yang akan disampaikan. Penyediaan dan pembuatan media pembelajaran

tentunya yang sesuai dengan materi dan tetap mencerminkan geografi sebagai

ilmu dengan aspek keruangan, sehingga guru harus menyiapkan media berupa

peta, video, gambar, ataupun alat peraga yang memberikan gambaran mengenai

ruang yang sedang dibahas dalam materi.

Guru sebagai innovator lebih ditekankan pada guru melakukan inovasi

terhadap strategi belajar dan media pembelajaran yang digunakan. Menurut

Rogers dalam Maman (maman-malmsteen.blogspot.com/peran-guru-dalam-

inovasi-pendidikan.html. Diakses Tanggal 17 Agustus 2012 ), Guru sebagai

pembaharu dapat berperan serta dengan tahapan-tahapan sebagai berikut

(a) Invention (penemuan), meliputi penemuan hal-hal baru dalam aspek

pembelajaran, antara lain dalam hal strategi belajar dan media pembelajaran

yang digunakan

(b) Development (pengembangan), meliputi saran alternatif pemecahan masalah,

yaitu penemuan dalam hal strategi pembelajaran disesuaikan dengan

karakteristik siswa dan fasilitas sekolah, sedangkan inovasi media

pembelajaran disesuaikan dengan materi pembelajaran.

(c) Diffusion (penyebaran), mencakup penyebaran ide-ide baru kepada sasaran

penerimanya, guru menerapkan temuan (inovasi) kepada peserta pada

pelaksanaan pembelajaran

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

25

3) Guru Geografi sebagai Developer

Sebagai seorang developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap

dan luas perspektifnya. Yang paling utama adalah guru dituntut untuk dapat

mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

Guru geografi bukan hanya dituntut untuk menyampaikan amanah kurikulum

tetapi juga amanah geografi itu sendiri berupa pemberian bekal kemampuan

spasial kepada siswa. Kurikulum sebagai acuan utama dalam pembelajaran,

penerapannya perlu diupayakan sesuai dengan kaidah dan esensi Ilmu Geografi

itu sendiri.

Geografi dalam kurikulum SMP tergabung dalam IPS Terpadu namun di

lapangan penyajiannya masih sendiri atau tetap dipegang oleh guru geografi

sendiri dan belum terpadu dengan mata pelajaran IPS Terpadu yang lain seperti

sejarah, sosiologi maupun ekonomi. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

dalam kurikulum seharusnya tetap bisa berjalan dengan tujuan pembelajaran

geografi itu sendiri yaitu memberikan bekal kemampuan spasial kepada peserta

didik. Perspektif spasial dan implementasinya dalam pembelajaran geografi di

SMP dapat dikembangkan secara bersama-sama dengan kurikulum yang ada,

meskipun di lapangan akan terkendala dengan waktu. Untuk mengatasi hal

tersebut guru dapat mengatasinya dengan cara memberikan tugas kepada siswa

dengan catatan bahwa tugas tersebut bukan hanya untuk menambah nilai

melainkan juga menyampaikan amanah dan tujuan pembelajaran geografi.

Menurut Mulyasa (2008:136), guru geografi sebagai seorang developer

hendaknya dapat mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), yang meliputi:

(a) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD),

(b) Mengembangkan silabus,

(c) Menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran,

(d) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik,

(e) Menilai hasil belajar,

(f) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kemajauan zaman.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

26

b. Kompetensi Pedagogik Guru Geografi

Geografi ialah ilmu dengan identitas keruangan atau spasial. Meskipun

substansi kajiannya meliput obyek atau fenomena sosial (nampak pada human

geography) dan obyek atau fenomena fisikal atau natural (nampak pada physical

geography), geografi bukanlah cabang ilmu sosial maupun cabang ilmu natural.

Geografi menelaah obyek sosial maupun natural secara keruangan atau spasial.

Pembelajaran geografi di sekolah menengah (dengan nama pelajaran geografi)

maupun pendidikan dasar (dengan nama IPS) ujung-ujungnya diharapkan

memberikan bekal spatial ability atau spatial inteligence pada peserta didik.

Jangan hendaknya pembelajaran geografi menambah beban peserta didik,

tetapi seharusnya memberikan bekal kepada mereka. Bekal apa yang seharusnya

mereka dapatkan? Bekal itu adalah spatial ability/spatial intelligence. Luarannya

adalah peserta didik memahami ruang mukabumi dengan segala karakter dan warna

wataknya, diterapkan dalam wujud memahami potensi ruang mukabumi, penggunaan

ruang mukabumi, interaksi antara wilayah-wilayah di ruang mukabumi, interaksi

antara komponen-komponen wilayah atau atribut wilayah, masalah-masalah ruang

mukabumi, dan seterusnya. (Hadi. 2012.http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/

2012/01/17/esensi-media-pembelajaran-geospasial-dalam-mata-pelajaran-geografi/.

Diakses tanggal 04 April 2012)

Kriteria kompetensi pedagogik antara lain:

1) Guru memahami perkembangan peserta didik.

Menurut Mulyasa (2008:79-99), sedikitnya terdapat empat hal yang harus

dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu:

(a) Tingkat kecerdasan, merupakan usia mental seseorang dibagi usia

kronologisnya dikalikan 100. Usia mental mungkin lebih tinggi, lebih rendah,

atau sama dengan usia kronologisnya. Anak cerdas memiliki usia mental

lebih tinggi dari usianya, dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak

yang usianya lebih tinggi,

(b) Kreativitas, bisa dikembangkan dnegan menciptakan proses pembelajaran

yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya,

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

27

(c) Kondisi fisik, berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan

bicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap peserta

didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang bereda

dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka,

(d) Pertumbuhan dan perkembangan kognitif, melibatkan perubahan-perubahan

kemampuan berfikir, berbahasa dan cara memperoleh pengetahuan dari

lingkungan.

2) Guru memanfaatkan teknologi pembelajaran

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning)

dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan

mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang

dapat diakses oleh peserta didik. Oleh karena itu, seyogianya guru dan calon guru

dibekali dengan berbagai kompetensi yang berkaitan dengan penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi sebagai teknologi pembelajaran.

Perubahan prinsip belajar berbasis komputer memberikan dampak pada

profesionalisme guru, sehingga harus menambah pemahaman dan kompetensi

baru untuk memfasilitasi pembelajaran. Dengan sistem pembelajaran berbasis

komputer, belajar tidak tebatas pada empat dinding kelas, tetapi dapat menjelajah

ke dunia lain, terutama melalui internet. Dalam hal ini guru dituntut untuk

memiliki kemampuan mengorganisir, menganalisis dan memilih informasi yang

paling tepat dan berkaitan langsung dengan pembentukan kompetensi peserta

didik serta tujuan pembelajaran. (Mulyasa, 2008:107-108)

3) Guru melakukan evaluasi hasil belajar

Menurut Arifin (1990:21-64), pada umumnya ada dua teknik evaluasi, yaitu

tes dan nontes. Tes terdiri atas berbagai bentuk, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes

perbuatan. Nontes terdiri atas berbagai teknik, antara lain observasi, wawancara,

skala sikap, check list, dan rating scale.

(a) Tes

Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan

evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

28

yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan

jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut. Macam-

macam tes antara lain:

(1) Tes tertulis (written test), diberikan kepada seorang atau sekelompok

murid pada waktu, tempat, dan soal tertentu, terdiri atas;

- tes esai

- tes objektif

(2) Tes lisan (oral test), suatu bentuk tes yang menuntut respons dari anak

dalam bentuk bahasa lisan,

(3) Tes perbuatan (performance test), bentuk tes yang menuntut jawaban

siswa dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Siswa bertindak

sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan,

(4) Tes hasil belajar

- tes formatif

- es sumatif

(b) Nontes

Nontes digunakan untuk mengetahui perubahan sikap dan pertumbuhan anak

dalam psikologi, melalui:

(1) Observasi,

(2) Wawancara,

(3) Skala sikap,

(4) Check list,

(5) Rating scale,

c. Penerapan Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi

Penerapan profesionalisme guru geografi tersertifikasi dengan mengamati

apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dan dengan subsatnsi materi, fasilitas, dan

karakteristik siswa, dengan kegiatan utama yaitu:

1) Penyampaian tujuan pembelajaran dan pengembangan materi menurut

Sukmadinata (1999:153), meliputi:

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

29

(a) Penjabaran tujuan pendidikan/pembelajaran ke dalam bentuk perbuatan

hasil belajar yang khusus dan sederhana,

(b) Isi bahan pembelajaran meliputi segi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan,

(c) Disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar,

yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikaan secara simultan

dalam urutan situasi belajar.

2) Penggunaan strategi dan pendekatan pembelajaran (Sukmadinata, 1999:153-

154):

(a) Metode/teknik pembelajaran yang digunakan cocok untuk mengajarkan

bahan pelajaran,

(b) Metode/teknik pembelajaran memberikan kegiatan yang bervariasi

sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa,

(c) Metode/teknik pembelajaran memberikan urutan kegiatan yang bertingkat

–tingkat,

(d) Metode/teknik pembelajaran dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai

tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik,

(e) Metode/teknik pembelajaran lebih mengaktifkan siswa, mengaktifkan

guru, atau mengaktifkan kedua-duanya,

(f) Metode/teknik pembelajaran mendorong berkembangnya kemampuan

baru,

(g) Metode/teknik pembelajaran menimbulkan jalinan kegiatan belajar di

sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di

rumah dan di masyarakat,

(h) Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang

menekankan “learning by doing” disamping “learning by seeing and

knowing”.

3) Pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran

Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2005:4) secara implisit mengatakan bahwa

media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

30

recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai),

foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Selanjutnya Arsyad (2005:4-5)

mengungkapkan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahana

fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar.

Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2005:37-56) mengelompokkan media ke

dalam delapan jenis, yaitu:

(a) Media cetakan, meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk

pengajaran dan informasi,

(b) Media pajang, pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, flip

chart, papan magnet, papan kain, papan bulletin, dan pameran,

(c) Overhead tarnsparancy (OHP), transparansi yan diproyeksikan adalah

visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik, atau gabungannya pada

lembaran tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk

diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor,

(d) Rekaman audio-tape. Pesan dan isi pelajaran yang telah direkam pada tape

dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan

siswa sebagai upaya mendukung terjadinya proses belajar,

(e) Slide, merupakan suatu film transparansi yang berukuran 35mm dengan

bingkai 2x2 inci dan diproyeksikan melalui slide projector,

(f) Film dan video, merupakan gambar-gambar dalam frame yang

menggambarkan suatu objek yang bergerak secara bersama-sam dengan

suara alamiah atau suara yang sesuai,

(g) Televisi, dalam hal ini televisi pendidikan adalah penggunaan program

video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu

tanpa melihat siapa yang menyiarkannya,

(h) Komputer, pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering

dinamakan pembelajaran dengan bantuan komputer (CAI) dikembangkan

dalam beberapa format, antara lain drills and practice, tutorial, simulasi,

permainan, dan discovery.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

31

Menurut Sukmadinata (1999:154), proses pembelajaran yang baik perlu

didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat:

(a) Apakah alat/media pembelajaran yang diperlukan sudah tersedia? Bila

tidak ada apa penggantinya?

(b) Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana

pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, dan waktu

pembuatannya?

(c) Bagaimana pengorgansasian alat/media dalam bahan pembelajaran?

(d) Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.

4) Penyusunan alat evaluasi pembelajaran (Sukmadinata, 1999:154)

(a) Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

(1) Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(2) Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat

diamati.

(3) Hubungkan dengan bahan pelajaran.

(4) Tuliskan butir-butir tes

(b) Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa

hal:

(1) Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan

ditest?

(2) Berapa lama waktu yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes?

(3) Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau objektif?

(4) Berapa banyak butiran tes perlu disusun?

(5) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?

(c) Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan ha-hal

sebagai berikut:

(1) Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil tes?

(2) Apakah digunakan formula quessing?

(3) Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

32

(4) Skor standar apa yang digunakan?

(5) Untuk apakah hasil-hasil tes digunakan?

3. Sertifikasi Guru

Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan

dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen

sebagai tenaga profesional. Berikut ini merupakan hal-hal yang berhubungan dengan

sertifikasi guru yang dikeluarkan oleh Tim Sertifikasi Guru Tahun 2008:

a. Dasar Hukum

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan

profesionalisme guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di

Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut.

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan,

4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar

Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik,

5) Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

I.UM.01.02-253,

6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang

Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun

2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui

uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut

dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas

pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan

dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio

mencakup: a)kualifikasi akademik, b)pendidikan dan pelatihan, c)pengalaman

mengajar, d)perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, e)penilaian dari atasan

dan pengawas, f)prestasi akademik, g)karya pengembangan profesi,

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

33

h)keikutsertaan dalam forum ilmiah, i)pengalaman organisasi di bidang

kependidikan dan sosial, dan j)penghargaan yang relevan dengan bidang

pendidikan.

b. Tujuan Sertifikasi Guru

Wibowo dalam Mulyasa (2008:35), mengungkapkan bahwa sertifikasi

bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan,

2) Melindungi masyarakat dari praktik-parktik yang tidak kompeten, sehingga

merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan,

3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan

menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap

pelamar yang kompeten,

4) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

kependidikan,

5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga

kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1) Pengawasan mutu

a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan

seperangkat kompetensi yang bersifat unik,

b) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk

mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan,

c) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu

awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya,

d) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu

maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan

profesionalisme.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

34

2) Penjaminan mutu

a) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap

kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah

menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.

b) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/

pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan

keterampilan tertentu.

c. Prosedur

Penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dilakukan oleh Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara sertifikasi guru dalam

bentuk Rayon yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan

oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Unsur KSG terdiri atas LPTK,

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), dan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen

PMPTK). Secara umum prosedur pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan

disajikan pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

35

Prosedur sertifikasi bagi guru dalam jabatan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Guru peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada

Pedoman Penyusunan Perangkat Portofolio Sertifikasi Guru,

2) Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada LPTK Induk untuk dinilai oleh

asesor di rayon tersebut,

3) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor minimal

kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik,

4) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor

minimal kelulusan, LPTK rayon akan merekomendasikan kepada peserta

alternatif sebagai berikut;

a) Melakukan kegiatan mandiri untuk melengkapi kekurangan dokumen

portofolio,

b) Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau

PLPG) yang diakhiri dengan ujian,

c) Materi PLPG mencakup 4 (empat) kompetensi yakni kepribadian,

pedagogik, profesional dan sosial.

5) Pelaksanaan PLPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan

skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh KSG.

a) Peserta PLPG yang lulus ujian, akan memperoleh sertifikat pendidik,

b) Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang sebanyak

dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila

tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota.

6) Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu

mekanisme, materi, dan sistem ujian PLPG dikembangkan oleh KSG.

d. Diklat Profesi Guru

1) Tujuan diklat profesi guru

Tujuan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau

PLPG) untuk meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan persyaratan

sebagai guru profesional yang ditetapkan dalam undang-undang.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

36

2) Peserta PLPG

Peserta PLPG adalah guru peserta program sertifikasi yang belum lulus pada

penilaian portofolio dan direkomendasikan oleh LPTK penyelenggara

sertifikasi untuk mengikuti PLPG.

3) Penyelenggaraan PLPG

a) PLPG diselenggarakan selama 6 hari atau 60 Jam Pertemuan (JP) (teori 28

JP dan 32 JP praktik mengajar),

b) PLPG dilaksanakan di LPTK. Jika jumlah peserta dalam satu prodi tertentu

mencapai jumlah minimal pelaksanaan PLPG, dapat diselenggarakan di

kabupaten/kota. Dalam hal ini instruktur mendatangi tempat pembelajaran

di kabuaten/kota,

c) PLPG diakhiri dengan uji kompetensi guru yang dilakukan oleh LPTK

Penyelenggara Sertifikasi Guru yang meliputi uji tulis dan uji kinerja

(praktik mengajar),

d) Peserta yang lulus mendapat sertifikat pendidik, sedangkan yang tidak lulus

diberi kesempatan untuk mengikuti ujian ulang di LPTK sebanyak dua kali

dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu sejak tanggal

pengumuman,

e) Peserta yang telah mengukuti ujian ulang sebanyak dua kali namun masih

belum lulus maka diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota

untuk dibina lebih lanjut.

4) Materi PLPG

Materi PLPG mencakup empat kompetensi guru, yaitu: a) pedagogik, b)

profesional, c) kepribadian, dan d) sosial. Jabaran rinci materi PLPG

ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-

rambu yang ditetapkan oleh Ditjen Dikti.

5) Ujian

Penyelenggaraan PLPG diakhiri dengan ujian yang mencakup ujian tulis dan

ujian kinerja (praktik mengajar). Ujian tulis untuk mengungkap kompetensi

profesional, sedangkan ujian kinerja untuk mengungkap kompetensi

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

37

profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi ini juga

bisa dinilai selama proses pelatihan berlangsung.

B. Kerangka Pemikiran

Seiring dengan perubahan dan perkembangan kurikulum dan kemajuan baik

dalam ilmu pendidikan maupun teknologi, guru dituntut untuk turut berpartisipasi

mengembangkan kemampuan profesional dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah

satu tolak ukur keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah profesionalisme

guru, dalam hal ini adalah guru geografi untuk mengembangkan kemampuannya

untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam upaya untuk

mengajar dan mendidik siswa, guru dituntut untuk memiliki multi peran sehingga

mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Untuk itu, guru harus

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu

(kualitas) mengajarnya. Untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya, hendaknya

guru mampu merencanakan program pembelajaran dan sekaligus mampu pula

melakukannya dalam bentuk interaksi belajar mengajar.

Guru geografi profesional hendaknya mampu untuk memenuhi hal-hal

tersebut sehingga pembelajarannya akan jauh lebih berkualitas dan mendapatkan

persepsi positif dari siswa terhadap sistem pembelajarannya, terutama bagi guru

geografi yang sudah dinyatakan lulus ujian profesi guru (sertifikasi) baik melalui

jalur penilaian portofolio maupun melalui Diklat Profesi Guru (PLPG).

Profesonalisme guru geografi tersertifikasi dapat dilihat dari kemampuannya untuk

mengembangkan kompetensi guru yang harus dimilikinya, antara lain kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Dalam penelitian ini profesionalisme guru geografi tersertifikasi difokuskan

pada dua kompetensi yang dimilikinya, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi

profesional. Selain itu, profesionalisme guru geografi juga dapat dilihat langsung

melalui penerapan profesionalisme guru itu sendiri alam melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

Gambaran mengenai kerangka berfikir dari penelitian ini dapat dilihat dari

diagram alir penelitian berikut ini:

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

38

Gambar 3. Diagram Kerangka Berpikir

Profesionalisme Guru Geografi

Tersertifikasi

Kompetensi Guru

Geografi

Penerapan

Profesionalisme Guru

Geografi Tersertifikasi

Pedagogik Profesional Sosial Pribadi

Pemahaman dan

pengembangan terhadap

peserta didik

Pemanfaatan teknologi

pembelajaran

Evaluasi proses dan hasil

belajar

Capable personal

Innovator

Developer

Penyampaian tujuan

pembelajaran dan

pengembangan materi

Penggunaan startegi dan

pendekatan pembelajaran

Pemanfaatan media dan

teknologi pembelajaran

Penyusunan alat evaluasi

pembelajaran

Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dengan

Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

1. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran geografi yang sudah

lulus uji profesi atau sertifikasi. Menurut data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga (DISDIKPORA) Kota Surakarta, hingga tahun 2010 jumlah guru geografi

SMPN Surakarta yang telah lulus sertifikasi baik melalui jalur portofolio maupun

PLPG sebanyak 12 orang guru, tetapi yang menjadi objek penelitian berjumlah 7

orang guru, seperti yang tertera pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Objek Penelitian No. Nama NIP Gol Asal Sekolah

1

2

3

4

5

6

7

Drs. Siswando

Drs. Sartono Syukri S.

Nur Dawam, S Pd

Dra. Dwi Atminingsih

Tri Wahyuni S., S.Pd

Drs. Kiswantara

Mohamad Shodikun, S.Pd

19590617 198903 1 005

19551218 198502 1 001

19680912 199412 1 004

19631127 199802 2 001

19621115 198501 2 002

19640130 199512 1 002

19640116 198303 1 004

IV/a

IV/a

III/d

III/d

IV/a

IIId

III b

SMP N 1 Surakarta

SMPN 8 Surakarta

SMPN 10 Surakarta

SMPN 11 Surakarta

SMPN 16 Surakarta

SMPN 22 Surakarta

SMPN 23 Surakarta

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Tahun 2010

2.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 17 bulan dimulai bulan Februari 2011

sampai dengan bulan Juli 2012. Waktu penelitian dirangkum dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Waktu Penelitian

No. Kegiatan

Kegiatan

Februari-

Maret

2011

Maret-

Mei

2011

Juni-

Juli

2011

Juli-

Oktober

2011

Okt 2011-

Juli 2012

1 Penuliasan Proposal Penelitian

2 Penyusunan Instrumen

3 Pengumpulan Dara

4 Analisis data

5 Penulisan Laporan Penelitian

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

40

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Metode

deskriptif kualitatif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menjelaskan

objek sewajarnya (natural) dengan tidak merubahnya dalam bentuk simbol. Dalam

penelitian ini data terkumpul di lapangan tidak dirubah ke dalam bentuk simbol atau

bilangan yaitu tetap dengan datanya berupa pengungkapan fakta berupa pelaksanaan

pembelajaran di sekolah, sedangkan angka-angka yang muncul digunakan untuk

analisis data dan deskripsi hasil.

C. Populasi Penelitian

Peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan,

keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi, dan sebagainya. Sumber

data digunakan di sini tidak sebagai yang mewakili populasinya tetapi lebih

cenderung mewakili informasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah guru

geografi SMPN di Surakarta yang telah lulus sertifikasi berjumlah 12 orang guru.

Namun karena adanya kendala berupa tidak bersedianya beberapa sekolah untuk

memberikan izin penelitian dan ada beberapa guru yang menjadi kepala sekolah

sehingga tidak aktif lagi dalam kegiatan belajar mengajar, maka objek penelitian

dalam penelitian ini berjumlah 7 orang guru.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek

yang diteliti. Data primer sebagai data pokok penelitian diperoleh dari hasil

wawancara kepada para responden dalam hal ini adalah guru pengampu mata

pelajaran Geografi yang sudah lulus sertifikasi menggunakan daftar pertanyaan yang

sudah dipersiapkan sebelumnya, serta melalui observasi (pengamatan langsung)

untuk mengetahui aplikasi profesionalisme guru dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan berpedoman pada lembar Penilaian Kinerja Guru yang disusun oleh Dinas

Pendidikan Nasional (Lampiran halaman 134)

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

41

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini selain menggunakan data primer sebagai data pokok

juga menggunakan data sekunder sebagai data pelengkap yang memberikan

gambaran mengenai objek penelitian. Data sekunder yang digunakan antara lain:

a. Data guru Geografi di SMPN Surakarta Tahun 2011

b. Data guru Geografi yang sudah lulus sertifikasi sampai tahun 2010

c. Kurikulum yang digunakan di SMPN Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012

d. RPP yang digunakan guru Tahun pelajaran 2011/2012

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya dari beberapa sumber yang

telah dikumpulkan, maka diperlukan cara atau teknik tertentu dalam pengumpulan

data. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain:

1. Observasi Langsung

Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa,

tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar (Sutopo, 2002:64). Observasi

dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga

observer berada bersama obyek yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui

aplikasi profesionalisme guru melalui pelaksanaan pembelajaran Geografi di SMPN

Surakarta.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan

untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.

Wawancara ini digunakan untuk mencari data mengenai karakteristik pribadi guru

yang meliputi: (a) latar belakang pendidikan, (b) pengalaman mengajar, (c) golongan

serta status keaktifan dan kompetensi pedagogis guru yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan pembelajaran, kesiapan untuk mengajar dan

saran guru terhadap pembelajaran Geografi di SMP Negeri, serta (d) tanggapan guru

terhadap adanya sertifikasi guru.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

42

3. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara tertulis

atau dalam bentuk gambar yang didapat dari kantor, sekolah, atau guru terkait.

Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk

mencatat variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang

dicari, maka peneliti membubuhkan tanda check di tempat yang sesuai. Untuk

mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel,

peneliti dapat menggunakan kalimat bebas. Data yang dikumpulkan antara lain:

daftar guru geografi di SMPN Surakarta, daftar guru Geografi di SMPN Surakarta

yang telah lulus sertifikasi, daftar SMPN di Surakarta, kurikulum yang digunakan di

SMP Negeri, sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

F. Validitas Data

Data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian harus dimantapkan

kebenarannya. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti perlu menentukan

cara-cara yang tepat untuk untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya.

Agar data yang diperoleh benar-benar valid, maka teknik yang digunakan

untuk memeriksa keabsahan data yaitu dengan trianggulasi. Menurut Sutopo

(2002:78) “Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi

yang bersifat multispektral. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap

diperlukan tidak hanya satu cara pandang.” Menurut Patton dalam Sutopo (2002:78),

ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu (1) trianggulasi data (trianggulasi

sumber), (2) trianggulasi metode, (3) trianggulasi peneliti, dan (4) trianggulasi teori.

Jenis trianggulasi yang digunakan untuk mencapai validitas data dalam

penelitian ini adalah trianggulasi data atau sumber. Adapun yang menjadi alasan

peneliti memilih trianggulasi sumber adalah untuk menutup kemungkinan adanya

kekurangan data dari salah satu sumber sehingga dapat ditutupi oleh sumber yang

lain. Peneliti menggunakan sumber data yang berbeda untuk memperoleh data yang

sama (sejenis) yaitu data mengenai profesionalisme guru geografi dan aplikasinya

dalam pelaksanaan pembelajaran. Peneliti memperoleh informasi dari sumber yang

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

43

berbeda yakni melalui wawancara mendalam terhadap objek penelitian yaitu guru

geografi SMPN Surakarta yang sudah lulus sertifikasi dan mengajar pada tingkatan

kelas yang berbeda untuk mengetahui kompetensi profesional. Selain itu, peneliti

juga menggunakan sumber data berupa observasi langsung untuk memperoleh data

mengenai aplikasi profesioanlisme guru melalui pelaksanaan pembelajaran. Untuk

lebih memantapkan kesahihan data, peneliti juga menggali informasi sumber berupa

dokumen dan arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud.

Sumber-sumber data tersebut dapat saling melengkapi sehingga dalam hasil akhirnya

data yang diperoleh kebenaran dan kemantapannya, serta dapat

dipertanggungjawabkan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah

dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Analisis dilakukan dengan mengungkapkan

fakta-fakta mengenai profesionalisme guru Geografi SMP Negeri di Surakarta serta

penerapannya. Fakta-fakta tersebut kemudian di skoring. Hasil skoring tersebut

kemudian diklasifikasikan. Hasil klasifikasi kemudian dipersentasekan (%) sesuai

dengan variabel penelitian. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan dari hasil

penelitian yang telah diskoring dan dipersentase.

Analisis hasil penelitian secara terperinci sesuai dengan tujuan dan variabel

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan

pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ditinjau dari kompetensi

pedagogik dan kompetensi profesional

a. Kompetensi Profesional

wawancara

content analysis

observasi aktivitas

data dokumen/arsip

p

informan

Gambar 5. Trianggulasi Sumber

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

44

Untuk menganalisis kompetensi profesional guru geografi menggunakan tiga

sub variabel yaitu:

1) Guru geografi sebagai capable personal,

2) Guru sebagai innovator,

3) Guru sebagai developer.

Masing-masing sub variabel memiliki skor 1-3. Dari ketiga subvariabel ini

total skor tertinggi adalah 9 dan total skor terendah adalah 3. Kemudian untuk

menarik kesimpulan, peneliti mengklasifikasikannya ke dalam 3 kelas dengan

terlebih dahulu menghitung interval setiap kelas, yaitu:

Skor tertinggi-Skor terendah 9-3

Interval kelas = =

Banyaknya kelas 3

=

2

No. Skor Klasifikasi

1 3-5 Guru Belum Profesional

2 5-7 Guru Cukup Profesional

3 7-9 Guru Profesional

b. Kompetensi pedagogik

4) Guru memahami perkembangan peserta didik,

5) Guru memanfaatkan teknologi pembelajaran,

6) Guru melakukan evaluasi hasil belajar.

Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru, analisis yang digunakan sama

dengan analisis yang digunakan pada kompetensi profesional guru.

2. Mengetahui penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam

pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011

Pembelajaran disesuaiakan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan

dengan substansi materi, fasilitas, dan karakteristik siswa.

5) Penyampaian tujuan pembelajaran dan pengembangan materi,

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

45

6) Penggunaan strategi dan pendekatan pembelajaran,

7) Pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran,

8) Penyusunan alat evaluasi pembelajaran.

Analisis data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan nomor 2 sama

dengan dengan analisis sebelumnya, tetapi intervalnya berbeda karena

subvariabelnya lebih banyak. Subvariabel ada empat sehingga total skor

tertinggi adalah 12 dan total skor terendah adalah 4, sehingga intervalnya

menjadi:

Skor tertinggi-Skor terendah 12-4

Interval kelas = =

Banyaknya kelas 3

=

2,7

No. Skor Klasifikasi

1 4-6,7 Belum Sesuai

2 6,7-9,4 Cukup Sesuai

3 9,4-12,1 Sesuai

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus

dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui tahap-

tahap sebagai berikut :

1. Pengajuan Judul

Pada tahap ini, peneliti mengajukan beberapa pilihan judul penelitian yang

akan dilaksanakan dan sampai dengan disetujuinya judul penelitian.

2. Penyusunan Proposal

Proposal merupakan rancangan penelitian yang kemudian digunakan untuk

mengurus perijinan birokrasi penelitian. Penyusunan proposal dilakukan setelah ada

penetapan pembimbingan.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

46

3. Penyusunan Instrumen

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh informasi

tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian. Instrumen yang

digunakan adalah pedoman wawancara dan observasi.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan kegiatan

langsung ke lapangan melalui wawancara, observasi langsung dan mencari dokumen

serta arsip yang terdapat pada instansi terkait dengan masalah penelitian ini.

5. Analisis Data

Merupakan pemrosesan data yang diperoleh untuk diorganisasikan ke dalam

bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan serta

ditarik kesimpulan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengatur urutan data

mengorganisasikan ke dalam suatu pola dasar sehingga mudah dilakukan penafsiran.

6. Penyusunan Laporan

Penulisan laporan penelitian merupakan hasil penelitian yang melibatkan

keseluruhan tahapan kegiatan dari unsur-unsur penelitian. Merupakan tahap akhir

penelitian.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Pendidikan di Kota Surakarta

Menurut Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Kota Surakarta pada tahun

2011, Kota Surakarta memiliki fasilitas pendidikan yang terdiri dari Taman Kanak-

Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi (PT), dan sekolah lain, seperti yang tertera

pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Fasilitas Pendidikan di Kota Surakarta

TK SD SMP SMA SMK PT Lain

Jumlah sekolah 308 unit 292 unit 97 unit 56 unit 46 unit 54 unit 16 unit

Jumlah Guru - 964 259 555 114 - -

Jumlah siswa - 85.306 9.898 9.550 6.763 - -

Sumber: http://surakarta.dapodik.org.rekap.php. Diakses tanggal 24 Oktober 2011).

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kota Surakarta memiliki cukup

banyak fasilitas pendidikan sesuai dengan tingkatannya. Hal tersebut untuk

mengimbangi jumlah peserta didik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Sebagai contoh yaitu jumlah peserta didik sekolah dasar, dengan total jumlah sekolah

demikian berarti satu sekolah rata-rata memiliki siswa berjumlah 292 siswa, dengan

rata-rata dari kelas 1-6 berjumlah 48 siswa. Dengan demikian untuk masuk sekolah

menengah pertama nantinya akan ada persaingan sekitar 14.016 siswa. Apabila

semua siswa tersebut berebut untuk masuk sekolah negeri, maka peluangnya semakin

kecil karena saingannya terlalu banyak. Disisi lain, jumlah siswa sekolah menengah

pertama apabila dicari rata-ratanya adalah 102 siswa persekolah dengan 34 siswa

setiap tingkatan, tentu saja jumlah tersebut tidak merata setiap sekolahnya. Artinya

setelah jenjang pendidikan SD, tidak semua siswa melanjutkan ke SMP dengan

berbagai alasan. Begitu juga dengan jenjang pendidikan selanjutnya, semakin tinggi

persaingannya dan semakin besar biayanya sehingga jumlah siswanya bisa semakin

berkurang.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

48

Khusus untuk SMP Negeri di Kota Surakarta sendiri terdapat 27 Sekolah,

dengan 26 sekolah terakreditasi A dan 1 sekolah terakreditasi B. Dari 27 sekolah

tersebut, terdapat satu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), dan satu Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

a. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta

Kurikulum yang digunakan di SMPN Surakarta adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Pada dasarnya kurikulum menginduk pada kurikulum

pusat hanya saja pengembangannya dilakukan pada tingkat satuan pendidikan yaitu

dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sehingga untuk silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), kriteria ketuntasan minimum (KKM), program

tahunan dan program semesternya juga dirumuskan secara bersama-sama melalui

rapat MGMP. Kurikulum IPS yang digunakan terlampir pada halaman 93

b. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta

Guru SMPN Surakarta berjumlah 259 guru yang memegang berbagai mata

pelajaran. Khusus untuk mata pelajaran Geografi ada 37 orang guru, seperti yang

tertera dalam Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Daftar Guru Geografi SMPN di Kota Surakarta Tahun 2011

No. Nama Pendidikan Umur Status Masa

Kerja

1.

2.

3.

4. 5.

6.

7. 8.

9.

10. 11.

12.

13.

14. 15.

16.

17. 18.

19.

20.

21.

Drs. Siswando

Agus Budiarto, S.Pd

Hariyanti Lestari, S.Si

Dra. Sri Suratmi Drs. Kateno

Dra. Sri Andayani

Siti Umini, S.Pd Nunung Retno Hardiati, S.Pd

Basuki, S.Pd

Dedet Eri Istanti, S.Pd Drs. Salim Ahmad

Latifah Nugrahani, S.Pd

Drs. Sartono Sukri

Sri Nurhayati, S.Pd Eko Sutrisno, S.Pd

Dra. Endang Kuswati

Nur Dawam, S.Pd Hani Kurniasari, S.Pd

Dra. Dwi Atminingsih

Sri Sugiyanti, S.Pd, M.Pd

Dra. Nurnaningsih

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP BK S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi S1 Ekonomi / Manajemen

S1 FKIP Geografi S2 Menejemen Pendidikan

S1 FKIP Geografi

52

52

33

48 43

51

64 51

45

48 47

35

55

42 46

51

43 35

48

56

50

PNS

PNS

GTT

PNS PNS

PNS

PNS PNS

PNS

PNS PNS

GTT

PNS

PNS PNS

PNS

PNS GTT

PNS

PNS

PNS

22

24

5

16 11

21

33 25

3

24 6

7

26

10 21

25

11 5

13

31

23

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

49

22. 23.

24.

25. 26.

27.

28.

29. 30.

31.

32. 33.

34.

35. 36.

37.

Nur Yuliawati, S.Si Tri Wahyuningsih, S.Pd

Anto Suryo Pribadi, S.Pd

Warih Nurhayati, S.Pd Mualim Ahmad Muklis, A.Md

Tutik Supraptinah, S.Pd.

Hanostuk Vanda A., S.Pd

Drs. Kiswantara Nur Indrati, S.Pd

Drs. Joko Setyo Budi W.

Mohamad Shodikun S.Pd Drs. Sumarma

Budi Siswanto, S.Pd

Drs. Joko Rinanto Istiqomah Nugraheni, S.Pd

Uut Novia Suparno, S.Si

S1 MIPA Geografi S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi D3 FKIP Geografi

S1 FISIP IPS

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi S1 MIPA Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi

S1 FKIP Geografi

S1 MIPA Geografi S1 MIPA Geografi

Akta IV

34 49

25

39 42

52

30

47 57

49

47 45

45

53 31

29

GTT PNS

PNS

PNS PNS

PNS

PNS

PNS PNS

PNS

PNS PNS

PNS

PNS GTT

GTT

6 26

1

8 12

30

2

16 25

22

7 13

3

6 6

5

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Tahun 2011

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tidak semua guru yang mengajar

mata pelajaran Geografi merupakan lulusan dari program studi pendidikan geografi.

Dari 37 guru Geografi, yang merupakan lulusan program studi geografi sebanyak 27

orang (72,97%), FKIP Bimbingan Konseling 1 orang (2,7%), Ekonomi/Manajemen 1

orang (2,7%), FISIP 1 orang (2,7%), MIPA Geografi 4 orang (10,81%), akta IV 1

orang (2,7%), D3 FKIP Geografi 1 orang (2,7%), dan S2 Manajemen Pendidikan 1

orang (2,7%). Dilihat dari segi umur dan masa kerja sangat bervariasi, guru yang

paling tua berumur 64 tahun dengan masa kerja selama 33 tahun, sedangkan yang

paling muda berumur 25 tahun dengan masa kerja 1 tahun. Dari status

kepegawaiannya, rata-rata guru geografi SMPN Surakarta merupakan Pegawai

Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 31 orang (83,78%) sedangkan untuk guru tidak

tetap berjumlah 6 orang (16,22%).

c. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta yang Lulus Uji

Profesi (Sertifikasi)

Menurut data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA)

Kota Surakarta, hingga tahun 2010 jumlah guru geografi SMPN Surakarta yang telah

lulus sertifikasi baik melalui jalur portofolio maupun PLPG sebanyak 12 orang guru

yang tertera pada tabel 6 berikut:

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

50

Tabel 6. Daftar Guru Mata Pelajaran Geografi Tersertifikasi Tahun 2010

No. Nama NIP Gol.

Mata Pelajaran

Asal Sekolah Sesuai

Sertifikat

Pendidikan

yang diampu

Sekarang

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Drs. Siswando

Dra. Sri Andayani

Drs. Sartono Syukri S.

Eko Sutrisno, S.Pd.

Dra. Endang Kuswati

Nur Dawam, S Pd

Dra. Dwi Atminingsih

Sri Sugiyanti, S.Pd, M.Pd

Tri Wahyuni S., S.Pd

Drs. Kiswantara

Drs. Joko Setyo Budi W

Mohamad Shodikun, S.Pd

19590617 198903 1 005

19600630 198603 2 005

19551218 198502 1 001

19650405 198803 1 015

19600214 198603 2 007

19680912 199412 1 004

19631127 199802 2 001

19550707 198003 2 011

19621115 198501 2 002

19640130 199512 1 002

19620507 198903 1 008

19640116 198303 1 004

IV/a

IV/a

IV/a

IV/a

IV/a

III/d

III/d

IV/a

IV/a

IIId

IV/a

III b

IPS

IPS Geografi

Geografi

IPS Geografi

Geografi

IPS

Ket. Geografi

IPS

IPS Geografi

IPS

IPS Geografi

IPS Geografi

IPS

IPS Geografi

IPS+Budi pekerti

IPS Geografi

IPS

IPS

IPS

IPS

IPS Geografi

IPS

IPS Geografi

IPS Geografi

SMP N 1 Ska*

SMPN 4 Ska

SMPN 8 Ska

SMPN 9 Ska

SMPN 10 Ska

SMPN 10 Ska

SMPN 11 Ska

SMPN 12 Ska

SMPN 16 Ska

SMPN 22 Ska

SMPN 23 Ska

SMPN 23 Ska

Keterangan: * Surakarta

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Tahun 2010

d. Fasilitas Pembelajaran SMPN di Surakarta

Fasilitas pembelajaran terediri atas sarana dan prasarana pembelajaran.

Sarana merupakan alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk menunjang

proses pembelajaran. Sarana terdiri atas meja, kursi, papan tulis, ruang kelas dan

alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, sedangkan prasarana

pembelajaran merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya

proses pembelajaran, seperti halaman, kebun, jalan menuju sekolah, taman sekolah

sebagai laboratorium terbuka untuk siswa.

Sekolah berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan fasilitas penunjang

pembelajaran seperti adanyan laboratorium IPA, laboratorium bahasa, perpustakaan,

laboratorium komputer, bahkan sudah ada fasilitas internet walaupun belum semua

sekolah memilki, untuk laboratorium IPS sendiri belum ada tetapi sudah ada alat

peraga walaupun masih sederhana.

Pemerintah dan pihak sekolah juga sudah berupaya untuk memenuhi

kebutuhan fasilitas pembelajaran yang utama saat ini yaitu LCD dan komputer/laptop

meskipun jumlahnya masih terbatas dan belum semua ruang kelas terdapat LCD

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

51

tetapi paling tidak sekolah punya ruang multimedia untuk pembelajaran yang

membutuhkan LCD sehingga mempermudah guru dalam menyampaikan materi.

Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta yang tersebar di lima

kecamatan, memiliki fasilitas yang tidak merata antar sekolah yang menyebabkan

kualitas pendidikan di tiap sekolah menjadi berbeda-beda. Sekolah yang menjadi

objek penelitian memiliki kualitas dan kantitas fasilitas yang berbeda sehingga

berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran. Sekolah yang berada di “kota”

dianggap memilki fasilitas yang jauh lebih baik daripada yang ada di “pinggiran”

kota. Hal ini tidak sepenuhnya benar, rata-rata sekolah memiliki fasilitas standar,

terutama untuk penyediaan LCD. Baru di SMPN 1 Surakarta yang tiap ruang kelas

memiliki LCD sendiri, sedangkan untuk sekolah yang lain LCDnya masih terbatas di

ruang multimedia.

Fasilitas yang umum dimiliki sekolah untuk menunjang pelaksanaan

pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian tertera pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Fasilitas penunjang pembelajaran di SMPN di Surakarta No Fasilitas Nama Sekolah

SMPN

1 Ska

SMPN

8 Ska

SMPN

10 Ska

SMPN

11 Ska

SMPN

16 Ska

SMPN

22 Ska

SMPN

23 Ska

1 Laboratorium IPA

2 Laboratorium komputer

3 Laboratorium bahasa

4 Perpustakaan

6 OHP - - - - - -

7 Papan tulis

: white board

: black board

8 Alat tulis

9 LCD per kelas

LCD umum

- - - - -

10 Internet - - - - - -

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

52

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi Pelaksanaan Pembelajaran di

SMP Negeri Surakarta Tahun 2011

Seorang guru dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugasnya baik

sebagai pengajar maupun pendidik sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10

ayat 1. Profesonalisme guru geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran

di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011 dilihat dari dua kompetensi yaitu:

a. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional pada dasarnya merupakan kemampuan guru untuk

menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan

materi mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuannya secara filososfis

untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan (SNP). Kompetensi profesional guru Geografi tersertifikasi SMP

Negeri di Surakarta berdasarkan hasil observasi hal 158-195 menunjukkan bahwa

guru Geografi tersertifikasi belum profesional. Hal ini dapat ditunjukkan dari:

1) Guru sebagai seorang ahli atau capable personal

Sebagai seorang ahli, guru dituntut untuk memiliki kemampuan,

pengetahuan dan kecapakapan dalam bidangnya dan disesuaikan dengan mata

pelajarannya, dalam hal ini yaitu mata pelajaran Geografi. Geografi mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan

isu sosial secara spasial atau keruangan (spatial perspective). Artinya guru harus

mampu mengajarkan materi dan membekali siswa dengan kemampuan spasial

(spatial intelligence), mampu manyampaikan materi dari sudut pandang spasial

disesuaikan dengan prinsip geografi yaitu prinsip penyebaran, prinsip

interrelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi ataupun dengan

pendekatannya yang terdiri atas pendekatan keruangan, kewilayahan dan

pendekatan lingkungan. Namun pada kenyataannya di lapangan, guru belum

sepenuhnya memberikan bekal kemampuan spasial kepada siswa sehingga ciri

utama geografi sendiri belum nampak dan cenderung ke arah mata pelajaran

yang membosankan dan cukup hanya dihafalkan bukan untuk diterapkan. Guru

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

53

cenderung menyampaikan materi untuk memenuhi amanah kurikulum, dalam

hal ini sesuai dengan yang tertera dalam tujuan kurikulum KTSP antara lain

membentuk peserta didik menjadi makhluk sosial yang peka terhadap

lingkungannya dengan mampu berpikir logis, kritis dan mampu memecahkan

masalah, sedangkan amanah pembelajaran geografi itu sendiri belum

tersampaikan secara utuh kepada siswa. Sebagai ilmu yang mengkaji segala

aspek di muka bumi secara keruangan, geografi memilki amanah untuk

membentuk peseta didik yang memiliki kecerdasan spasial (spatial

intelligence), dan amanah tersebut merupakan tanggung jawab guru untuk

dapat menyampaikannya kepada peserta didik.

Berikut ini merupakan hasil observasi di lapangan yang menunjukkan

kemampuan guru sebagai seorang ahli (capable personal)

a) GG1

Materi yang disampaikan merupakan materi kelas VII mengenai Tenaga

Endogen, Tektonisme, dan Vulkanisme, terlebih dahulu diterangkan dengan

bagan kerangka konsep kemudian dari poin-poin yang ada guru mulai

menjelaskan. Secara keseluruhan materi yang disampaikan sudah meliputi

materi yang memang harus disampaikan sesuai dengan RPP yang telah

dibuat. Materi yang disampaikan pun sudah mewakili materi yang ada di

beberapa sumber (bukan hanya di buku BSE), isinya pun cukup sesuai.

Akan tetapi untuk perkembangan teori yang ada saat ini materi-materi

tersebut menjadi kurang lengkap karena untuk materi pembentukan bumi

ada beberapa teori yang menyebutkan terbentuknya bumi mulai dari Teori

Apungan Benua, Teori Kontraksi, Teori Laurasia-Gondwana hingga Teori

Tektonisme. Dari beberapa macam teori tersebut, teori yang dirasa paling

masuk akal dan diterima diseluruh dunia adalah teori tektonik lempeng

sehingga kemudian dimasukkan dalam materi palajaran Geografi. Namun

dalam penyampaiannya, materi ini masih sangat terbatas, bahkan cuma

sedikit sekali pembahasannya sekedar menyampaikan bahwa ada dua buah

lempeng yang ada di Indonesia kemudian menyebabkan terjadinya

pergerakan-pergerakan di bumi sehingga salah satunya menyebabkan

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

54

peristiwa tektonisme. Seharunya materi mengenai teori ini lebih banyak

disampaikan kepada siswa, untuk materinya sudah banyak di internet dan di

buku-buku penunjang geografi, misalnya buku Geomorfologi ataupun buku

Geologi. Media pembelajaran untuk materi ini juga tergolong banyak, mulai

dari gambar, video, melalui citra Ikonos dan tentunya dengan peta. Peta

yang digunakan pun bisa beragam, misalnya peta geologi berupa peta

sebaran batuan, ataupun peta sebaran gunungapi di Indonesia

Dalam kajiannya secara geografi seharusnya materi ini dapat menggunakan

pendekatan spasial yang kemudian dikembangkan ke konsep geografi

berupa konsep geomorfologi, konsep diferensiasi area dan konsep

keterkaitan keruangan. Sebagai contoh untuk kajian materi ini yaitu

bentuklahan di setiap wilayah berbeda yang dikaji dengan konsep

geomorfologi, kemudian karena berbeda menimbulkan diferensiasi area dan

terjadi keterkaitan antara bentuklahan dengan fenomena yang terjadi di

wilayah tersebut.

b) GG2

Materi yang disampaikan adalah materi kelas VII tentang Vulkanisme. Guru

kurang menunjukkan kemampuan materi kepada siswa karena metode yang

digunakan adalah metode diskusi sehingga siswa yang mencari sendiri

mengenai materi yang akan dibahas/disampaikan. Akan tetapi guru belum

mengaitkan materi dengan bidang studi lain karena guru bertindak sebagai

fasilitator sedangkan siswa yang berupaya mencari sendiri. Guru hanya

member masukan kepada siswa dalam mencari materi, guru juga

memfasilitasi siswa dengan media yang berkaitan dengan materi. Materi

yang dibahas yaitu materi kelas VII tentang vulkanisme. Guru menyiapkan

maket gunungapi yang bisa digunakan siswa untuk memahami materi. Guru

juga menyiapkan peta, sayangnya peta yang digunakan adalah peta

Indonesia, sehingga tidak digunakan oleh siswa. Seharusnya untuk materi

ini guru dapat menggunakan peta sebaran gunungapi, karena ada kaitannya

dengan materi.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

55

c) GG3

Guru menyampaikan materi kelas VII mengenai Sedimentasi. Materi dalam

kompetensi dasar ini cukup banyak dan membutuhkan banyak referensi

untuk mengembangkan materinya. Guru berupaya untuk melengkapi materi

yang tidak ada di buku pegangan siswa, namun sayangnya ada kesalahan

dalam materi tersebut, yaitu:

“Salah satu jenis sedimentasi oleh air yaitu beting. Beting adalah onggokan

pasir yang terletak di tepi pantai yang akan nampak pada saat pasang surut

dan digenangi air pada saat pasang naik, sedangkan salah satu jenis

sedimentasi oleh angin yaitu pesisir. Pesisir disebut juga dengan beach yang

merupakan bentukan hasil pengendapan material yang terbentuk di

sepanjang pantai”

Jika ditelaah lebih dalam, pengertian antara beting dan pesisir menjadi

hampir sama yaitu sama-sama merupakan hasil pengendapan material di

tepi pantai, untuk nama lain dari pesisir yaitu beach merupakan kesalahan

karena beach merupakan nama lain dari beting sedangkan nama lain dari

pesisir adalah coast (coastal) seperti yang dijelaskan oleh Brahtz dalam

Supriharyono, 2002, “Pesisir (coast) adalah suatu wilayah yang lebih luas

dari pada pantai. Wilayah pesisir mencakup wilayah daratan sejauh masih

mendapat pengaruh laut (pasang surut dan perembasan air laut pada daratan)

dan wilayah laut sejauh masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air

sungai dan sedimen dari darat). ”

Pada materi yang lain yaitu berupa macam-macam sedimentasi, guru bisa

menambahkan sedimentasi fluvial sebagai bentuk lahan asal fluvial yang

kemudian menghasilkan delta, meander, kipas alluvial, dan lain sebagainya.

Pada materi ini seharusnya guru bisa mencari referensi dari ilmu penunjang

geografi seperti geomorfologi terutama geomorfologi Indonesia, sehingga

lebih dekat dengan siswa. Selain itu, materi ini harusnya bisa lebih

diperjelas dengan prinsip korologi karena materi ini lebih banyak

menjelaskan mengenai proses, kemudian bisa dibantu dengan media berupa

citra multitemporal yang menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

56

d) GG4

Materi yang disampaikan adalah materi kelas VII yaitu mengenai

Vulkanisme. Materi sesuai dengan teori yang biasa digunakan baik dalam

geomorfologi maupun geologi, karena di buku paket juga sudah ada. Guru

belum mengaitkan materi dengan ilmu lain yang relevan, harusnya bisa

dikaitkan dengan geomorfologi terutama dengan mengaitkan dengan

geomorfologi Indonesia. Materi dalam kompetensi dasar ini cukup banyak

dan membutuhkan banyak referensi untuk mengembangkan materinya. Guru

berupaya untuk melengkapi materi yang tidak ada di buku pegangan siswa

di tambah dengan media yang cukup baik berupa media audio visual, namun

sayangnya karena ada kendala teknis berupa tidak adanya LCD maka materi

terbatas pada buku. Untuk materi yang seharusnya bisa dengan gambar-

gambar yang menarik, guru hanya bisa menggambarkannya di papan tulis.

Guru memberikan contoh yang dekat dengan siswa, sayangnya media yang

digunakan masih kurang, dan materi masih banyak yang belum disampaikan

karena kendala waktu.

e) GG5

Materi yang disampaiakan merupakan materi kelas IX yaitu Negara Maju

dan Berkembang. Materi yang disampaikan guru merupakan materi yang

hampir tumpang tindih dengan materi ekonomi isinya sebagian besar

mencakup materi ekonomi seperti mengenai kesejahteraan penduduk, mulai

dari pendapatan, pengangguran hingga kegiatan perekonomian. Ataupun

bisa masuk ke dalam demografi karena materinya berhubungan dengan

penduduk, mulai dari kelahiran, kematian, migrasi hingga kepadatan

penduduk. Berdasarkan hasil observasi, guru menyampaikan materi hanya

mengikuti yang ada di buku pegangan, jadi lebih ke demografi dan

ekonomi.

Untuk mengakali ketumpang-tindihan tersebut dan menyesuaikannya

dengan pelajaran geografi, harusnya guru lebih menampakkan ciri khas

geografi yaitu peta dan pendekatan geografi berupa pendekatan kewilayahan

yang menjadikan materi mengenai ciri negara maju dan berkembang dilihat

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

57

secara keseluruhan dan saling dikaitkan melalui geografi ekonomi dan

geografi penduduk yang melihat mengapa penduduk suatu negara bisa

mengalami kepadatan atau mengalami perekonomian yang maju dengan

pendekatan kewilayahan dan dengan sudut pandang spasial yang akan

menghasilkan peta tematik negara maju dan berkembang dari segi

pendapatan, sumber daya dan jumlah penduduk. Peta sendiri harusnya

digunakan dalam pembelajaran untuk menunjukkan kenampakan alam yang

menyebabkan suatu negara menjadi maju atau berkembang, atau untuk

menunjukkan sebaran negara maju dan berkembang.

Guru seharusnya bisa mengajarkan materi geografi dengan cara geografi,

misalnya materi dalam kompetensi dasar ini dimasukkan unsur pendekatan

geografi melalui pendekatan spasial dan pendekatan kompleks wilayah

sehingga menunjukkan bahwa ini memang benar-benar materi geografi yang

disampaikan secara geografi. Selain itu juga dengan konsep geografi seperti

konsep aglomerasi, konsep interdependensi, maupun konsep keterkaitan

keruangan. Ataupun dengan prinsip geografi, berupa deskripsi untuk

menjelaskan keadaan suatu negara.

f) GG6

Materi yang disampaikan merupakan materi kelas IX tentang Negara Maju

dan Berkembang tetapi lebih memfokuskan pada Negara Jepang. Guru

menguasai materi, namun kurang menunjukkan letak geografinya. Materi

dalam kompetensi dasar ini sebenarnya tidak terlalu sulit, akan tetapi

penyampaiannya yang perlu diperhatikan agar fokus dan perhatian siswa

tidak mengarah ke mata pelajaran lain karena materinya banyak mengaitkan

dengan materi ekonomi dan demografi seperti mengenai pendapatan

penduduk, jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja, sampai tingkat

pengangguran di suatu negara. Untuk tetap fokus dan berada pada jalur

geografi maka guru harus tetap menggunakan ciri utama geografi yaitu peta

dan kemampuan spasial dalam menyampaikan materi tersebut, misalnya

dengan memberikan gambaran melalui peta mengenai sebaran negara maju

dan berkembang atau memetakan negara dengan jumlah penduduk yang

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

58

paling padat dan lain sebagainya. Selain itu harus dengan apa-mengapa,

misalnya untuk negara Jepang bisa dijelaskan apa yang mnyebabkan negara

tersebut dikelompokkan ke dalam negara maju kemudian mengapa

demikian. Hal tersebut dapat dikaji melalui analisis keruangan maupun

analisis kompleks wilayah, sebagai contoh Jepang memiliki luas wilayah

pertanian yang tidak begitu luas, yaitu hanya ± 16% dari seluruh wilayah

daratannya. Akan tetapi, meskipun luas wilayah pertaniannya relatif sempit,

Jepang ternyata mampu menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.

Hal ini dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan kemampuan sumber daya

manusia dalam mengolah dan berinovasi di bidang pertanian, terutama

dalam pemanfaatan teknologi dalam menciptakan varietas-varietas baru

unggulan, pupuk, alat-alat pertanian dan obat-obatan. Hasil-hasil pertanian

Jepang antara lain padi, kentang, jagung, sayur-sayuran, teh, jeruk, dan apel.

Hal ini bisa dilihat dengan menganalisis peta Jepang.

Pada saat guru menyampaikan materi dengan sedikit menyisipkan mengenai

globe dan bumi, guru menyampaikan bahwa bumi memiliki keliling 47km,

dengan perputaran bumi pada porosnya (rotasi) selama 1 hari atau 24 jam,

kemudian guru menyebutkan jika keliling bumi mencapa 40km dibagi 24

jam, maka bumi berotasi 1667km/jam. Materi walaupun hanya untuk

selingan tetapi jika diamalkan oleh siswa dan diamati akan mengalami salah

tafsir, karena guru terlalu terburu-buru menyampaikannya sehingga terdapat

kesalahan yaitu: keliling bumi tidak mungkin 47km tetapi harusnya

47.000km, pada perhitungannya 47000km:24jam= 1.958,3km/jam, maka

perlu diluruskan bahwa keliling bumi 47.000 atau 40.000, yang sering

digunakan adalah 40.000km, apabila sekali berotasi adalah selama 24 jam

maka bumi berputar sejauh 1666,6667 km/jam atau jika dibulatkan

menjadi 1667 km/jam. Kesalahan penyampaian dan kalimat yang digunakan

dapat berakibat fatal terutama bagi siswa dengan kempauan biasa-biasa saj

tetapi senang memperhatikan maka teori ini akan diingat tetapi tidak dicari

kebenarannya, berbeda dengan siswa yang kritis, hal ini akan menjadi

pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

59

g) GG7

Materi yang disampaikan adalah materi kelas VIII tentang Kondisi Fisik

wilayah dan Penduduk lebih ditekankan pada pembahasan kondisi

Indonesia. Guru menyampaikan materi mengenai letak Indonesia, pengaruh

letak Indonesia, hingga flora dan fauna yang ada di Indonesia.

Materi ini bisa dikaji lebih mendalam, karena kondisi fisik Indonesia begitu

kompleks, bukan hanya terbatas pada letak, pengaruh, serta flora dan

faunanya saja, tetapi juga kondisi fisik yang lain seperti morfologinya,

litologoinya, dan lain sebagainya, sehingga guru perlu merinci kembali

materi-materi yang harus disampaikan meskipun sudah dijelaskan pada KD

yang lain. Selain itu, materi yang disampaikan perlu ditambahkan yaitu pada

materi pembagian waktu. Guru juga sebaiknya mengajarkan kepada siswa

bagaimana perbedaan waktu tersebut dapat terjadi dan bagaimana cara

menghitungnya dilihat dari adanya garis lintang dan garis bujur. Pada saat

menjelaskan tentang letak astronomis Indonesia, guru bisa menggunakan

konsep lokasi dan menambahkan cara mengukur jarak melalu garis lintang

dan garis bujur.

Dari observasi yang dilakukan pada saat penelitian, guru menyampaikan

materi sesuai dengan buku pegangan yang ditambah dengan materi dari sumber

pegangan lain dan dari internet. Meskipun sudah ada beberapa guru yang

memasukkan isu yang berkembang dalam masyarakat seperti pada observasi

hari Sabtu, 30 Juli 2011, guru mengaitkan materi tentang “vulkanisme” dengan

peristiwa letusan Gunung Merapi di Jogja dan Gunung Lokon di Sulawesi

Utara, namun pembelajarannya masih sebatas mengikuti acuan yang terdapat

dalam kurikulum. Artinya, pengembangan materi dilakukan untuk menunjang

pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan, tetapi belum menyentuh

ke analisis keruangannya, mengapa terjadi demikian, mengapa di sana, dampak

yang diakibatkan, ataupun cakupan daerah yang terkena dampak dari

timbulnya bencana tersebut. Isu yang terjadi dalam masyarakat dan fenomena

alam yang terjadi di mukabumi baru menyentuh pada prinsip penyebaran yaitu

baru menunjukkan adanya fenomena tersebut tetapi belum menelaah lebih

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

60

dalam melalui prinsip interelasi, deskripsi maupun korologi yang menunjukkan

ciri utama geografi sebagai ilmu yang bergerak melalui analisis keruangan,

artinya fenomena tersebut dikaji melalui hubungan/keterkaitan, sebab akibat

serta pengaruh yang timbul dalam suatu ruang muka bumi.

Sebagian guru menganggap bahwa geografi merupakan ilmu yang

mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan, padahal anggapan tersebut

lebih mengarah kepada ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme

dengan lingkungannya yang disebut juga dengan ekologi. Hal ini dikarenakan

geografi dianggap lebih banyak mengangkat masalah sosial dan fenomena

alam yang terjadi dalam kehidupan manusia dan lingkungannya, sehingga

kemampuan analisis keruangannya menjadi terabaikan padahal merupakan

bekal yang paling utama bagi siswa. Layaknya rumus-rumus yang penting bagi

Fisika dan Matematika atau tanggal dan peristiwa penting bagi Sejarah, maka

aspek keruangan merupakan bagian yang sangat penting bagi geografi tetapi

terlupakan oleh guru. Guru lebih banyak menyampaikan materi secara teori

tanpa mengaitkan dengan aspek keruangan itu sendiri, misalnya ketika

mengajarkan materi mengenai negara maju dan berkembang, guru menjelaskan

materi melalui keadaan penduduk (pendapatan penduduk, jumlah

pengangguran, kelahiran dan kematian, serta jumlah penduduk miskin),

seharusnya guru bisa menyampaikan dengan sudut pandang spasial misalnya

pendapatan penduduk dikaji melalui geografi ekonomi untuk mengetahui daya

dukung wilayah yang mempengaruhi sektor perekonomian sehingga diketahui

bahwa pendapatan penduduk tidak hanya dapat dilihat dan dihitung melalui

ilmu ekonomi tetapi dapat juga ditelaah dari geografi.

Pada pelaksanaannya, guru-guru SMP Negeri di Surakarta yang diwakili

oleh guru yang telah lulus sertifikasi sudah banyak mengambil materi dari

berbagai sumber, baik melalui buku pegangan dari penerbit, buku elektronik

sekolah (BSE) yang juga merupakan buku pegangan siswa, internet, majalah,

koran dan sumber lainnya. Akan tetapi tidak jarang juga materi yang terdapat

dalam sumber-sumber tersebut belum benar secara teori atau justru terdapat

kesalahan yang berakibat fatal karena disampaikan kepada siswa dan bisa jadi

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

61

apabila siswa tersebut kemudian menjadi guru juga akan mengajarkan materi

yang salah kepada siswanya. Selain itu terkadang guru kurang mencermati

materi yang terdapat dalam buku apakah sudah sesuai dengan buku-buku

aslinya atau hanya sekedar ditumpang susunkan. Selama ini secara sadar

ataupun tidak, meskipun banyak terdapat penambahan materi dari materi yang

sudah ada tetapi terkadang sumber-sumber tersebut (buku) seperti hanya ganti

sampul untuk mengganti kurikulum yang ada akan tetapi isi tetap sama bahkan

cenderung tidak ada perubahan, contoh kecilnya yaitu mengenai materi

Lingkungan Hidup di kelas VIII terdapat beberapa undang-undang untuk

menjaga lingkungan yang dari tahun ke tahun undang-undangnya tetap sama

padahal sebenarnya undang-undang tersebut telah mengalami perubahan, dan

kesalahannya adalah guru tetap menggunakan materi yang ada dalam buku

tanpa mencari tahu secara pasti teori yang benar.

Ketujuh orang guru tersebut cukup profesional dalam menyampaikan

materi sesuai amanah kurikulum, namun untuk menyampaikan amanah

geogarfi masih perlu ditingkatkan lagi.

Materi kelas VII yang disampaikan oleh keempat orang guru pada

dasarnya sumber materinya sama yaitu dari buku pegangan dan dari internet,

yang mebedakan adalah penyampaiannya. Fasilitas sekolah sangat berpengaruh

terhadap penyampaian materi, sehingga guru yang sekolahnya di fasilitasi

dengan LCD dan laptop dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan lebih

menarik seperti yang dilakukan oleh GG3. Namun tidak selamanya fasilitas

sekolah yang memadai digunakan oleh guru, seperti yang dilakukan oleh GG1

yang tidak menggunakan LCD tetapi memilih untuk membuat kerangka konsep

dan menjelaskan materi secara konvensional kepada siswa.

Materi kelas VIII hanya disampaikan oleh seorang guru, dan pelaksanaan

pembelajarannya pun cukup menarik karena sudah menggunakan media untuk

memperjelas materi berupa peta. Guru juga memanfaatkan fasilitas sekolah

berupa LCD sehingga di akhir pembelajaran guru dapat menayangkan video

yang dapat memotivasi siswa untuk menjaga lingkungannya.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

62

Materi kelas IX yang disampaikan oleh kedua orang guru sama-sama

menekankan pada teori perkembangan negara yang dipengaruhi oleh penduduk

dan perekonemian negara. Kedua guru belum menggunakan prinsip, konsep

dan pendekatan geogarfi untuk mejelaskan materi secara geogarfi.

Secara keseluruhan dari ketujuh otang guru tersebut ada yang kurang

capable dalam menyampaikan materi secara geografi, seperti yang terlihat

pada diagram berikut:

0%

57%

43%

Capable Personal

Sudah Cukup Belum

Gambar 5. Diagram Persentase Guru sebagai Capable Personal

Diagram di atas menunjukkan besarnya persentase (%) guru geografi

tersertifikasi sebagai capable personal atau seorang ahli, sebanyak 3 orang

guru (43%) belum cukup memiliki kemampuan untuk menjadi seorang ahli,

dikarenakan materi yang disampaikan belum sesuai dengan substansi geografi,

sedangkan yang mendekati cukup capable sebanyak 4 orang guru (57%), dan

yang benar-benar ahli sebanyak 0%. Hal tersebut dipengaruhi oleh belum

dikembangkannya kemampuan guru untuk menyampaikan materi secara

geografi sehingga media yang digunakan pun masih terbatas. Selain itu fasilitas

sekolah juga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran. Disisi lain perbedaan

gender ternyata juga mempengaruhi gerak guru dalam melaksanakan

pembelajaran, terbukti pada pemanfaatan teknologi yang didominasi oleh guru

pria, begitu juga dengan media yang yang digunakan.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

63

Pada kenyataannya, guru Geografi tersertifikasi memang perlu

meningkatkan kemampuannya untuk lebih mendalami materi sesuai dengan

tujuan sertifikasi yang memberikan tambahan dana bagi guru untuk

meningkatkan perofesionalitasnya.

2) Pembaharu atau Innovator

Era reformasi dan perubahan jaman secara besar-besaran saat ini yang

begitu memanjakan manusia dalam hidupnya, seharusnya memberikan dampak

positif dan peningkatan dalam menambah ide-ide baru khususnya bagi guru di

bidang kependidikan untuk bisa menciptakan generasi-generasi penerus yang

mampu bersaing untuk memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan hidupnya.

Saat ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa

untuk memperoleh ilmu sedangkan untuk pengembangan materi siswa dituntut

untuk bisa mencari dan mengembangkannya sendiri melalui sumber yang

sudah ada maupun melalui sumber-sumber yang lain yang bisa untuk

menambah pengetahuan mereka.

Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk melakukan perubahan

dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui inovasi-inovasi dalam

kegiatan pembelajarannya, dalam hal ini lebih difokuskan terhadap strategi

pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan guru. Sebagai seorang

inovator, guru dituntut bukan hanya melakukan pembaharuan tetapi juga

menemukan mengembangkan, dan menyebarkannya. Hasil observasi

dilapangan menunjukkan kemampuan guru geografi tersertifikasi dalam

mengembangkan strategi dan media pembelajaran sebagai berikut:

a) GG1

Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu dengan metode standar berupa

ceramah bervariasi, tetapi sudah di tambahkan dengan guru terlebih dahulu

menuliskan materi-materi pokok yang akan dipelajari. Untuk media

pembelajaran belum mengalami pengembangan karena masih mengikuti

yang ada di buku, dan tidak menggunakan media peta.

b) GG2

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

64

Pembelajaran cukup sesuai dengan jenis kompetensi, untuk menguasai

materi guru tetap menggunakan metode konvensional dengan ceramah dan

tanya jawab kemudian untuk mengembangkan kerjasama siswa, guru

menggunakan metode diskusi, meskipun kegiatan diskusi masih sulit

digunakan karena siswa masih siswa kelas 1 SMP yang jarang

menggunakan metode tersebut, sehingga yanga ada malah gaduh di kelas.

Guru menggunakan media berupa peta Indonesia dan maket tetapi lebih

banyak meminta siswa untuk memanfaatkan media tersebut pada kegiatan

diskusi dan presentasi, tetapi siswa belum bisa menggunkannya secara

maksimal, peta yang digunakan untuk materi ini seharusnya adalah peta

persebaran gunungapi di Indonesia.

c) GG3

Pembelajaran cukup sesuai dengan jenis kompetensi, untuk menguasai

materi guru tetap mendominasi dengan ceramah, namun strategi yang tertera

pada RPP tidak digunakan yaitu menggunakan metode diskusi. Media yang

digunakan cukup banyak yaitu berupa gambar yang diperoleh dari internet,

dan juga menggunakan citra ikonos tetapi tidak dijelaskan kepada siswa,

hanya untuk membantu menjelaskan materi.

d) GG4

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode standar yaitu metode

ceramah, sedangkan media yang digunakan juga masih standar dan

sederhana yaitu gambar.

e) GG5

Metode pembelajaran yang digunakan kurang beragam dan terkesan

monoton sehingga pembelajaran terlihat membosankan, ditambah lagi

dengan kegiatan pembelajaran ada pada jam terakhir, keadaan siswa yang

sudah lelah ditambah pembelajaran satu arah menjadi semakin

membosankan. Untuk mengatasi hal tersebut bisa diatasi dengan

menggunakan metode yang lain seperti diskusi atau inquiry dengan

menemukan. Media pembelajaran yang digunakan masih belum maksimal

karena memang belum ada media yang digunakan, seharusnya bisa

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

65

menggunakan berbagai macam peta tematik yang berhubungan dengan

materi, atau dengan menampilkan gambar-gambar dari negara maju dan

berkembang meskipun untuk menampilkan gambar-gambar tersebut

terdapat kesulitan karena alatnya berupa LCD dan laptop tidak ada.

f) GG6

Pembelajaran cukup sesuai dengan jenis kompetensi, untuk menguasai

materi guru tetap mendominasi dengan ceramah bervariasi, yaitu dengan

tanya jawab dan dipadukan dengan plesetan dan joke-joke ringan. Media

yang digunakan yaitu globe dan peta dunia, namun penggunaannya masih

berifat umum.

g) GG7

Guru menggunakan metode konvensional dengan ceramah diselingi tanya

jawab. Meskipun sudah menggunakan LCD yang harusnya membuat siswa

lebih fokus tenyata siswa masih saja gaduh. Guru harus bekerja ekstra keras

untuk menghadapi siswa yang bandel dan ribut, bisa dengan menggunakan

metode pembelajaran yang lebih menarik perhatian siswa, misalnya belajar

di luar kelas sehingga siswa bisa bebas berekspresi dan mengembangkan

ide-idenya terutama terkait dengan materi wilayah daratan yuang isinya

tentang flora dan fauna. Media pembelajaran sudah cukup baik berupa peta,

gmbar, dan video, guru perlu meningkatkan kaaktifan siswa dengan

meminta siswa memberikan pendapat bukan sekedar menonton video lalu

tertawa karena video tersebut lucu.

Salah satu alasan terhambatnya inovasi oleh guru adalah faktor usia. Untuk

mengembangkan media sebagai bentuk inovasi kadang mereka terhambat

dengan kemampuan untuk membuat media, faktor usia tadi yang kadang

menjadi penghalang karena sudah agak tua sehingga untuk belajar membuat

media menjadi agak lambat, hasilnya mereka lebih sering menggunakan media

seadanya. Dari ketujuh orang guru tersebut, empat orang guru berusia diatas

45tahun, dua orang guru berusia diatas 50tahun, dan satu orang guru yang

berusia 43tahun, sehingga tampak jelas bahwa ternyata satu orang guru ini

yang lebih banyak menggunakan media meskipun belum membuatnya sendiri.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

66

Selain itu mereka merasa terlalu banyak materi yang jika siswa harus mencari

sendiri akan memakan waktu dan belum tentu siswa mau menggali materi itu

sendiri. Siswa SMP yang baru saja mengalami perubahan sikap dan peralihan

dari siswa SD menjadi siswa SMP yang keadaan sekolah dan Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) nya berbeda dengan waktu di SD menjadikan pelaksanaan

KBM kadang terhambat dan sulit untuk menerapkan inovasi-inovasi baru,

keadaan sekolah yang terkadang fasilitasnya belum memenuhi untuk

melakukan inovasi dan perkembangan dalam KBM juga menghambat guru

sebagai inovator, seperti yang tejadi saat KBM yang diamati pada hari Senin,

08 agustus 2011 materi vulkanisme: guru mengupayakan untuk menerapkan

metode diskusi dengan membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan setiap 2

kelompok mendapat tugas dengan tema yang sama kemudian hasilnya akan

dipresentasikan, tetapi pada saat akan presentasi ternyata anak-anak yang

merupakan siswa kelas VII ini belum selesai mengerjakan tugas sehingga

sangat menghambat KBM. Selain itu mereka yang baru saja menjadi siswa

SMP belum bisa melakukan presentasi karena belum pernah melakukan hal ini

sebelumnya.

Guru sebagai fasilitator yang memberikan ide-ide untuk mengarahkan

siswa agar lebih bisa mandiri belum bisa dilaksanakan seutuhnya karena pada

kenyataannya guru yang masih memonopoli KBM seperti pada observasi hari

Rabu, 27 Juli 2011: Selama 2 jam pelajaran, guru yang berperan sepenuhnya

sedangkan siswa menjadi pendengar yang baik. Satu jam pelajaran digunakan

untuk menyampaikan materi yang sepenuhnya diisi oleh guru, siswa

mendengarkan dan memperhatikan tetapi kadang-kadang ketika guru bertanya

siswa hanya sedikit yang menjawab dan tidak mengajukan pertanyaan kepada

guru. Satu jam sisanya digunakan untuk mengerjakan tugas yang ada di buku

paket. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih monoton

sehingga bisa membuat siswa jenuh, apalagi yang menjadi momok bagi siswa

adalah pelajaran Geografi terlalu banyak materi dan hafalan, selain itu aspek

keruangannya jarang ditampilkan.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

67

Sebagai inovator, guru juga bisa melibatkan siswa untuk ikut serta dalam

melakukan perubahan dan mengembangkan KBM dengan cara ikut

berpartisipasi dalam hal pembuatan media ataupun sebagai peserta yang boleh

ikut menentukan metode pembelajaran, misalnya guru menawarkan pada

petemuan berikutnya untuk materi tertentu siswa lebih senang penyampaiannya

dengan apa, atau guru mengajak siswa membuat media pembelajaran sesuai

materi seperti materi vulkanisme, guru bisa mengajak siswa membuat

gunungapi dari tanah liat yang berpedoman dari video pendidiakan yang

sekarang bisa diperoleh dari internet. Namun hal tersebut tidak bisa

dilaksanakan karena guru hanya berusaha untuk mencapai target dari

pembelajarannya.

Hasil observasi menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang

digunakan guru masih monoton yaitu dengan metode konvensional. Meskipun

demikian, apabila metode ceramah dilakukan dengan cara yang berbeda maka

pembelajaran bisa lebih menyenangkan, misalnya disela-sela pelajaran guru

memberi sedikit cerita lucu untuk menyegarkan fikiran anak, atau dengan

memberi kesempatan pada siswa untuk berpendapat sehingga pelajaran tidak

didominasi oleh guru. Dari ketujuh orang guru yang menerapkan strategi

pembelajaran cukup sesuai ada lima orang guru (71,43%), sedangkan dua

orang guru (28,57%) meskipun memakai strategi yang sama tetapi kurang tepat

diterapkan pada siswanya. Guru yang melakukan inovasi dalam media

pembelajaran dalam dilihat pada diagram berikut:

Diagram di atas menunjukkan besarnya persentase (%) guru geografi

tersertifikasi sebagai seorang inovator media pembelajaran. Untuk menjadi

14%

29%57%

Terampil Melakukan Inovasi

Sesuai Cukup Kurang

Gambar 6. Diagram Persentase Ketrampilan Guru Melakukan

Inovasi dalam Sumber dan Media Pembelajaran

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

68

seorang inovator guru bukan hanya menemukan media, tetapi juga bisa

mengembangkan dan menerapkannya dalam pelaksanaan pembelajaran dan

pada peserta didik. Sebanyak 4 orang guru (57%) belum melakukan inovasi

karena masih terpaku pada apa yang ada di buku pegangan, 2 orang guru (29%)

cukup melakukan inovasi meskipun medianya masih kurang lengkap,

sedangkan yang melakukan inovasi dengan menggunakan media yang cukup

lengkap baru 1 orang guru (14%).

Dengan kata lain, sebagai seorang tenaga profesional, guru harus bisa

menjadi seorang inovator yang tidak hanya mengandalkan imajinasi untuk

membuat ini dan itu tetapi lebih kepada praktiknya sehingga pelaksanaan

pembelajaran akan lebih berwarna dan siswa menjadi lebih semangat untuk

terus menerima pelajaran dan bukan hanya melulu menerima tetapi juga bisa

menggalinya sendiri.

3) Pengembang atau Developer

Guru sebagai seorang developer harus memiliki visi keguruan yang

mantap dan luas perspektifnya. Guru geografi sebagai seorang developer

setidaknya dapat melakukan pengembangan terhadap kurikulum. Namun bagi

guru terutama guru yang telah lulus sertifikasi dan umumnya sudah senior,

mereka beranggapan bahwa guru muda yang biasanya memiliki ide-ide

cemerlang untuk menyampaikan dan mengembangkan materi pelajaran,

padahal belum tentu juga demikian, sehingga mereka cenderung menggunakan

apa yang sudah ada tanpa mengembangkannya.

Guru sebagai developer atau pengembang berkaitan dengan

kemampuannya dalam mengembangkan kurikulum, antara lain dengan

mengembangkan SKKD, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar, dan mengevaluasi KTSP itu

sendiri. Namun kegiatan guru baru sebatas mengembangkan RPP dan

melaksanakan pembelajaran, sedangkan yang lainnya masih menginduk pada

hasil MGMP. RPP pun hanya dikembangkan oleh beberapa orang guru saja,

sedangkan guru yang lainnya menggunakan RPP yang sudah ada. Guru yang

mengembangkan RPP pada saat penelitian berlangsung ternyata juga belum

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

69

menyelesaikan RPP tersebut, sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran

masih tetap memakai RPP hasil MGMP.

Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran merupakan dua hal yang

saling terkait. Seorang guru wajib menyusun rancangan pembelajaran sebelum

ia melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut agar pelaksanaan dapat

terkonsep dan sesuai dengan yang diharapkan bukan hanya sekedar

menyampaikan materi tetapi bagaimana membuat siswa mengerti dan

memahami materi serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

hari. Namun pada kenyataannya meskipun sudah dikonsep sedemikian rupa

seringkali hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.

a) Perancangan Pembelajaran Geografi

Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi

kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, penyusunan program

pembelajaran. Ketiga kegiatan ini saling mempengaruhi untuk

menghasilkan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai baik bagi guru maupun

bagi siswa.

(1) Identifikasi kebutuhan

Dalam kegiatan identifikasi kebutuhan idealnya guru melibatkan

peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan

belajar, sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin akan

mengganggu pelaksanaan pembelajaran. Pada kenyataannya di

lapangan, keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan belajar

masih sangat terbatas bahkan cenderung belum ada, konsep bahwa guru

hanya bertindak sebagai fasilitator sedangkan siswa mengembangkan

sendiri pengetahuannya baik melalui pengembangan materi maupun

pengalaman pribadi masih belum bisa terwujud. Hal ini bisa di lihat dari

kegiatan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, siswa menjadi

pendengar yang baik atau bahkan raganya yang duduk di kelas tetapi

pikiran dan perhatiannya tidak berada di kelas, seperti yang terjadi pada

observasi di Kelas VII pada hari Rabu, 03 Agustus 2011 dengan materi

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

70

vulkanisme: Guru mengajar dengan metode ceramah, siswa

mendengarkan sambil sesekali bercanda dengan temannya. Ketika guru

bertanya pada salah satu siswa, siswa tersebut tidak bisa menjawab.

Guru sampai harus memindahkan siswa ke tempat duduk dengan teman

yang lain karena siswa tersebut sibuk ngobrol dengan temannya yang

lain, kemudian diketahui ternyata anak tersebut adalah anak tunggakan

(tidak naik kelas) dan yang diajak ngobrol adalah temannya yang juga

tidak naik kelas.

Banyak guru yang beranggapan bahwa siswa belum bisa dilibatkan

dalam masalah identifikasi kebutuhan seperti ini karena terlalu menyita

waktu ataupun karena siswa belum paham dan belum bisa menentukan

sendiri apalagi siswa yang diajarkan merupakan siswa SMP. Padahal

jika siswa dilibatkan setidaknya untuk ikut menentukan sumber-sumber

belajar yang tidak hanya berasal dari buku bisa jadi siswa akan lebih

bersemangat untuk mengikuti pelajaran dan dapat digunakan untuk

perbaikan pada tahun ajaran berikutnya.

(2) Identifikasi kompetensi

Kompetensi merupakan komponen utama yang harus dirumuskan

dalam pembelajaran yang akan menentukan arah pembelajaran.

Kompetensi merupakan perpaduan dari penegtahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak. Kompetensi yang harus dipelajari dan dimilki peserta didik

perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai.

Siswa perlu mengetahui tujuan pembelajaran dan apa yang akan

diperolehnya setelah mempelajari materi tersebut bukan sekedar

mengikuti pelajaran tetapi sama sekali tidak tahu manfaat yang

diperoleh dari mempelajari materi yang disampaikan. Kenyataan di

lapangan bahwa banyak guru yang tidak menyampaikan tujuan

pembelajaran secara khusus ataupun kalau ada hanya sekedar

menyampaikan tetapi tidak ditekankan bahwa untuk mencapai tujuan

pembelajaran tersebut maka siswa harus memahami materi sehingga

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

71

akan terus teringat materi tersebut bukan hanya didengar saat pelajaran

berlangsung tetapi ketika sampai di rumah materi pelajaran yang tadi

disampaikan juga tertinggal di sekolah.

Selama ini guru jarang yang menyampaikan tujuan pembelajaran umum

(TPU) dan tujuan pembelajaran khusus (TPK) kepada siswa. Mereka

beranggapan bahwa hal tersebut akan buang-buang waktu, dan

sepertinya hanya guru saja yang perlu mengetahui TPU dan TPK untuk

mencapai target yaitu pada saat ulangan umum siswa memperoleh nilai

sesuai kriteria ketuntasan minimum (KKM).

(3) Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP mencakup komponen program

kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program

mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media

dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. RPP saat

ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

artinya tidak bargantung pada pemerintah pusat tetapi disesuaikan

dengan satuan pendidikan yang ada, seperti di Kota Surakarta ada

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang merumuskan

perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, dan penentuan KKM tidak

terkecuali untuk mata pelajaran Geografi yang masuk ke dalam MGMP

IPS. Guru Geografi baik yang sudah tersertifikasi maupun belum,

menggunakan perangkat pembelajaran dari MGMP yang idealnya

perangkat pembelajaran dibuat sendiri-sendiri persekolah atau lebih

baik perguru karena guru yang mengerti dan memahami peserta didik

dan materi yang akan disampaikan sehingga guru dapat menentukan

sendiri perangkat pembelajaran yang umum yaitu RPP.

b) Pelaksanaan pembelajaran Geografi

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

72

Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan oleh

penerapan metode pembelajaran yang masih sangat sederhana yaitu secara

konvensional dan secara tidak langsung membuat siswa menjadi peserta

pembelajaran yang pasif yang hanya menerima materi dan mengerjakan

tugas, setelah itu memperoleh hasil berupa nilai, sehingga tujuan

pembelajaran yang sesungguhnya yaitu untuk memberikan pemahaman

kepada siswa tidak tersampaikan. Saat ini guru harus memliki kompetensi

untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, artinya guru

bukan hanya menyampaikan materi dan membuat siswa paham akan materi

tersebut tetapi juga bagaimana untuk mengajarkan siswa untuk mengerti

nilai-nilai kehidupan dengan pelaksanaan pembelajaran yang komunikatif

artinya adanya timbal balik dan saling mengisi antara siswa dan guru. Pada

kenyataannya pelaksanaan pembelajaran yang ada belum bisa demikian

salah satunya karena guru belum bisa melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan RPP atau karena RPP yang dibuat secara bersama tersebut kurang

memperhatikan kondisi guru. Sebagai contoh adalah adanya kesenjangan

antara siswa yang bersekolah walaupun sama-sama di SMP negeri tetapi

belum tentu mutu pendidikannya sama meskipun tidak dapat dipungkiri

bahwa persaingan itu selalu ada tidak terkecuali dalam hal pendidikan. Anak

yang bersekolah di sekolah yang berstandar nasional dengan yang bertaraf

internasional tentu akan berbeda baik dalam pola pikir maupun pengetahuan

yang diperoleh, tatapi bukankah ini merupakan tanggung jawab guru

sebagai tenaga pendidik untuk mencerdaskan anak bangsa. Pelaksanaan

pembelajaran ini dapat dilihat melalui tiga hal, yaitu:

(1) Pre tes (tes awal)

Pre tes biasanya digunakan untuk menjajaki proses pembelajaran yang

akan dilaksanakan atau untuk mengetes siswa apakah mereka belajar

sebelum mengikuti pelajaran pada pertemuan tersebut. Namun banyak

guru yang tidak melakukan pre tes dengan alasan akan makan waktu

padahal materi yanga harus disampaikan sangat banyak. Guru yang

sudah mengembangkan media pembelajaran biasanya menggunakan

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

73

gambar atau video untuk merangsang respon siswa untuk menanggapi

gambar atau video tersebut tetapi tidak sampai pada tahap melakukan

pre tes.

(2) Proses

Proses pembelajaran merupakan perwujudan dari tahap perencanaan

pembelajaran dan juga aplikasi dari kemampuan guru secara profesional

untuk mengajar dan mendidik siswa. Proses pebelajaran perlu dilakukan

dengan tenang dan menyenangkan. Sebagai tenaga profesional, guru

dituntut untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Selama ini proses

pembelajaran sering diartikan sebagai proses transfer ilmu dari guru ke

siswa. Namun sering dilupakan bagaimana prosesnya untuk mentransfer

ilmu tersebut, yang penting ilmunya sampai, hal ini dapat dilihat dari:

(a) Sumber belajar

Sumber belajar baik yang digunakan guru maupun siswa pada

dasarnya hampir sama, hanya bedanya guru mengambil dari

beberapa penerbit dan dari beberapa sumber sedangkan siswa

hanya memperolehnya dari buku pegangan yaitu buku elektronik

sekolah (BSE), tetapi semua materi dalam buku-buku tersebut

intinya sama. Kesalahannya adalah guru hanya mengambil sumber-

sumber tersebut tanpa menelaah apakah materi-materi tersebut

sudah benar atau sudah mengalami pengembangan atau belum,

seperti contoh kasus pada kemampuan guru sebagai seorang ahli.

Selain itu seharusnya guru geografi menggunanakn sumber materi

yang sesuai dengan dengan bidang geografi, misalnya dengan

menggunakan buku geomorfogi, klimatologi, geografi lingkungan,

dan lain sebagainya.

(b) Materi

Materi yang disampaikan guru pada dasarnya mengikuti dari buku

yang dipakai tetapi belum memperhatikan apakah materi tersebut

sudah mengalami perkembangan atau belum, seperti yang terjadi

pada materi kelas VII mengenai pembentukan bumi, seharusnya

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

74

sudah dimasukkan teori mengenai Tektonik Lempeng sebagai teori

pembentukan bumi namun dari hasil observasi semua guru yang

mengajar di kelas VII belum ada yang menjelaskan secara detil

teori tersebut entah karena di dalam RPP belum dicantumkan atau

memang hanya mengikuti buku pegangan sehingga materi tersebut

tidak dimasukkan, contoh lain adalah adanya materi yang tidak

seragam antar guru sehingga siswa kesulitan apabila ketika ujian

akhir berlangsung karena yang membuat soal bukan gurunya jadi

kadang kala soal yang keluar tidak sesuai dengan materi yang

pernah diterima. Dalam hal ini seharusnya rapat MGMP bukan

hanya merumuskan RPP tetapi juga merumuskan materi baku yang

akan disampaikan kepada siswa sehingga akan memperkecil

kesulitan siswa pada saat ujian berlangsung.

(c) Metode

Metode yang digunakan selama ini masih terpusat pada guru yaitu

metode konvensional meskipun di dalam RPP sudah disebutkan

beberapa metode yang bisa digunakan untuk menyampaikan

materi. Menurut guru, metode yang monoton ini sering kali

disebabkan oleh media pembelajaran yang belum memadai seperti

belum adanya LCD sehingga untuk melakukan pembelajaran yang

menyengkan seperti dengan menayangkan gambar atau video

menjadi terhambat, sehingga metode yang digunakan kembali lagi

kepada metode konvensional. Metode lain yang digunakan untuk

mengimbangi metode konvensional yaitu dengan diskusi atau

penugasan. Untuk diskusi pun sulit dilakukan karena kadang tidak

bisa berjalan dan makan waktu sehingga guru berpikir ulang untuk

melakukan hal tersebut dengan alasan nanti waktunya habis,

sedangkan materi masih banyak.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

75

(d) Media

Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu

yang seharusnya dimanfaatkan oleh guru, namun sering kali

terabaikan. Beberapa alasan yang diungkapkan guru antara lain

waktu mengajar terbatas seperti saat menggunakan LCD yang ada

di ruang laboratorium multimedia, perlu waktu untuk mengajak

siswa dari ruang kelas ke ruang multimedia karena kadang-kadang

siswa malah “menyeleweng” dulu ke tempat lain, kurangnya media

untuk penyampaian materi, seperti kebutuhan LCD untuk

menayangkan media berupa gambar belum tersedia di sekolah.

Media pembelajaran yang digunakan lebih banyak ke peta

meskipun pada kenyataannya peta sangat jarang digunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran. Saat ini bagi guru yang sekolahnya

sudah dipenuhi dengan fasilitas LCD dan laptop, guru lebih senang

menggunakan media gambar ataupun video. Peta sendiri sebagai

ciri khas geografi digunakan untuk materi tertentu atau sekedar

menjadi pelengkap, untuk peta sendiri biasanya yang umum

dimiliki sekolah adalah peta Rupa Bumi Indonesia atau dengan

melihat atlas dan globe, padahal peta sangat banyak, sehingga

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

76

Gambar 8. Penggunaan Media berupa Maket di SMPN 8

Surakarta

dituntut kreatifitas guru untuk mencari peta-peta yang bisa

digunakan sebagai media belajar

(e) Evaluasi RPP

Meskipun RPP yang dipakai oleh guru berasal dari rapat MGMP,

ternyata format RPP untuk kelas VII-IX tidak sama meskipun pada

intinya mencakup komponen yang harus ada dalam RPP,

kekurangannya terlihat dari:

- RPP yang digunakan yaitu RPP athun pelajaran 2010/2011,

padalah pada saat pnelitian berlangsung sudah memasuki tahun

pelajaran 2011/2012, sehingga isinya masih belum di update.

Ketika ditanyakan RPP yang baru, guru mengatakan bahwa RPP

tersebut belum selesai dibuat, ada juga yang mengatakan bahwa

format RPP sering ganti padahal RPP yang sebelumnya belum

dipakai.

- Format RPP belum baku, diantaranya tidak dicantumkannya

indikator pembelajaran, format yang digunakan masih format

lama. format yang baru belum selesai, sedangkan kegiatan

pembelajaran sudah berjalan.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

77

- Hampir semua metode yang disebutkan di dalam tiap kompetensi

dasar baik dari kelas VII-IX merupakan metode yang sama, tetapi

belum tentu dipakai dan belum tetntu sesuai dengan materi yang

disampaikan.

- Sumber materi yang disebutkan kurang jelas, hanya menyebutkan

sumber dari buku BSE, bahkan pada RPP kelas IX sumber

materinya berupa peta padahal peta merupakan media meskipun

juga bisa dijadikan sebagai sumber materi tetapi masih sangat

jarang yang demikian, seharusnya diberikan sumber materi

standar yang tepat dan dapat digunakan guru sebagai acuan dalam

mengajar sehingga tidak terjadi kecemburuan antar guru di setiap

sekolah yang menganggap bahwa guru di sekolah yang “bagus”

memiliki referensi yang lebih banyak dan fasilitas yang memadai

ketimbang guru yang ada di penggiran. Buku sekolah elektronik

yang digunakan juga tidak sama sehingga dari buku-buku tersebut

terdapat materi yang berbeda-beda isinya baik secara kualitas

maupun kuantitas, seperti pada buku kelas VII mengenai

pembentukan bumi ada yang hanya sebatas tenaga endogen tetapi

di lain buku ada yang terdapat materi tenaga eksogen, sehingga

guru harus lebih teliti dan cermat.

- Media pembelajaran tidak dimasukkan ke dalam RPP, meskipun

ada media dimasukkan ke dalam sumber materi. Media

seharusnya dimasukkan ke dalam RPP dengan jelas sehingga

dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dan pesan

yang ingin disampaikan kepada siswa dapat disampaikan dengan

baik

- Salah satu instrument penilaian pada pertemuan ke 3 untuk kelas

VII menyebutkan bahwa siswa diminta untuk membuat peta

konsep jenis-jenis batuan, bukankah untuk membuat peta butuh

kaidah-kaidah dan perlu adanya informasi peta layaknya yang

terdapat dalam ilmu geografi, hasil yang dimaksud pun bukan

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

78

berupa peta tetapi lebih seperti bagan, maka tidaklah tepat bahwa

disebut dengan membuat peta.

- Format penilaian ada yang belum dilengkapi dengan kunci

jawaban, pedoman penskoran, dan kisi-kisi soal

- Kurang teliti dalam penulisan RPP, salah satunya yang terdapat

dalam RPP kelas XI, dalam langkah kegiatannya bercampur

dangan langkah kegiatan materi sosiologi, begitu juga dengan

indikator pencapaian pada penilaian di kelas XI juga tertulis

indikator pencapaian untuk materi kelas VIII. Hal ini

menunjukkan bahwa guru kurang teliti, padahal RPP tersebut

merupakan hasil rapat MGMP.

(3) Post tes

Post tes biasanya digunakan untuk mengetahui ketercapaian

penyampaian materi pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

pada saat itu, tetapi sangat jarang guru yang melakukan post tes karena

biasanya justru waktunya kurang untuk menyampaikan materi atau guru

lebih senang menyuruh siswa untuk mengerjakan tugas di akhir

pertemuan. Dari hasil observasi yang dilakukan, hanya satu guru yang

melakukan post tes (observasi hari Selasa 23 agustus 2011). Post tes

dilakukan selama sepuluh menit dengan sepuluh soal, caranya yaitu

guru mendektekan soal kemudian siswa langsung menjawab dengan

ketentuan tidak boleh mengubah jawaban dan tidak boleh ada coretan

minimal dua huruf.

Berdasarkan hasil wawancara, baru 3 orang guru (43%) yang memahami

tujuan utama geografi yaitu untuk membekali siswa dengan spatial

intelligence, sedangkan 4 orang guru (57%) mengungkapkan tujuan utama

geografi sesuai dengan amanah kurikulum yaitu siswa memahami

lingkungannya. Selain itu, ada tiga guru (43%) yang membuat sendiri RPP

yang akan digunakan untuk mengajar dengan berpedoman pada RPP dari hasil

rapat MGMP, sedangkan empat oaring guru (57%) menggunakan RPP yang

sudah ada. Namun dari ketiga orang guru yang membuat RPP baru tersebut,

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

79

semuanya belum mencetak RPP dengan alasan belum selesai dibuat, padahal

pelaksanaan pembelajaran sudah berlangsung.

b. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran yang sekurang-kurangnya meliputi empat hal yaitu pemahaman

terhadap peserta didik, pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan evaluasi proses

dan hasil pembelajaran. Kompetensi profesional guru Geografi tersertifikasi SMP

Negeri di Surakarta berdasarkan hasil observasi hal 158-195 menunjukkan bahwa

guru Geografi tersertifikasi cukup professional. Hal ini dapat dilihat dari:

1) Pemahaman terhadap Peserta Didik

Seorang guru harus mampu memahami perkembangan peserta didik

setidaknya melalui empat cara yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, kondisi

fisik, dan pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Dari keempat cara ini yang

lebih sering digunakan guru adalah tingkat kecerdasan siswa yang didekatkan

dengan perkembangan kognitif, dan kreativitas siswa, sedangkan kondisi fisik

siswa dapat dilihat dalam pehidupan sehari-hari.

(a) Tingkat kecerdasan dan perkembangan kognitif

Setiap manusia dilahirkan tidak dalam keadaan bodoh, hanya saja

bagaimana mereka berupaya untuk mengembangkan kecerdasan mereka

sehingga tidak dikatakan bodoh, kalaupun ada anak yang kurang dapat

menerima pelajaran, mereka hanya lemah dan kurang cepat dalam

menangkap pelajaran sehingga biasanya kesulitan dalam belajar dan nilai-

nilai yang diperoleh rendah. Kecenderungan lain adalah karena anak-anak

tersebut sebenarnya pintar tetapi malas untuk belajar dan tidak didukung

oleh lingkungannya, misalnya dari teman-temannya yang juga malas

belajar dan lebih banyak bermain atau dari lingkungan keluarga yang

membuat siswa sulit belajar dikarenakan harus membantu orangtuanya

bekerja.

Biasanya guru menilai seorang siswa dari tingkat kecerdasannya dikaitkan

dengan perkembangan kognitifnya yaitu melalui nilai-nilai yang diperoleh

dari hasil belajar dan guru memiliki insting sendiri terhadap siswa, mana

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

80

siswa yang cerdas dan kurang cerdas, atau mana siswa yang rajin dan

siswa yang malas. Dari hasil observasi, ketujuh orang guru menilai

kecerdasan dan perkembangan kognitif melalui tes ataupun tugas-tugas

yang diberikan, sedangkan tes dan tugas yang diberikan lebih banyak

untuk memenuhi persyaratan lulus KKM bukan untuk memberikan

pemahaman lebih lanjut mengenai materi, walaupun ada lebih sering

langsung dikumpulkan tanpa dibahas.

(b) Kreativitas

Biasanya yang bisa melihat peserta didik yang memiliki kreativitas adalah

guru keterampilan karena lebih banyak menggunakan gerak dan jiwa seni,

namun tidak menutup kemungkinan juga bagi guru geografi untuk

mengetahui kreativitas siswa melalui kegiatan praktik lapangan atau

dengan mengajak siswa mengemukakan ide-ide baru dalam pelaksanaan

pembelajaran, kegiatan lain adalah dengan melibatkan siswa dalam

pembuatan media pembelajaran, namun hal tersebut belum bisa

dilaksanakan oleh guru. Hal tersebut disebabkan oleh guru hanya berupaya

untuk memenuhi target dan kurang memperhatikan proses pembelajaran,

sehingga yang lebih diutamakan adalah bagaimana siswa bisa mencapai

KKM dengan tuntas.

Selain itu pengembangan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan

melakukan kegiatan lapangan seperti yang dilakukan oleh GG3 yang

melakukan kegiatan studi lapangan mulai dari situs purbakala Sangiran

sampai ke museum Karst.

Dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung,

pemahaman perkembangan peserta didik dilakukan dengan pemantauan

kemajuan belajar yang rata-rata melalui kegiatan tanya jawab dan

mengerjakan soal-soal dari LKS. Sebanyak 6 orang guru (85,71%) yang

memantau hasil belajar dengan tanya jawab dan soal, sedangkan 1 orang

guru (14,29%) yang melakukan tanya jawab dan pengecekan catatan.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

81

2) Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran

Perkembangan zaman yang menyebabkan perkembangan disegala bidang

termasuk dalam bidang teknologi dan komunikasi semakin membantu dan

mempermudah kehidupan manusia termasuk juga dalam perkembangan

pendidikan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran menjadi semakin mudah dan

menarik. Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran

dimaksudkan untuk memudahkan dan mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

Dalam hal ini diharapkan guru dapat memanfaatkan teknologi untuk

menunjang pelaksanaan pembelajaran antara lain dengan menyiapkan materi

pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh

peserta didik mengingat saat ini siswa juga mulai terbiasa berdampingan

dengan teknologi.

Keadaan tersebut tidak demikian dengan guru-guru yang ada di sekolah

yang belum memilki fasilitas teknologi berupa LCD dan laptop, guru bisa saja

memilki laptop terutama bagi guru yang sudah lulus sertifikasi yang memilki

kemampuan secara finansial untuk membeli laptop tetapi tetap tidak bisa

menggunakan teknologi secara maksimal karena media yang utama berupa

LCD belum cukup tersedia atau tersedia tetapi jumlahnya terbatas sehingga

penggunaanya harus antri.

Gambar 9. Penggunaan LCD di SMPN 10

Surakarta

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

82

Jelaslah bahwa kemajuan teknologi sangat membantu dalam proses

pembelajaran, namun pada kenyataannya belum semua guru dan siswa dapat

memanfaatkan teknologi tersebut secara maksimal karena terbatasnya

ketersediaan fasilitas baik dari pemerintah maupun dari sekolah sendiri.

Gambar 10. Diagram Persentase Pemanfaatan Teknologi oleh Guru

Diagram di atas menunjukkan bahwa selama observasi berlangsung guru

geografi yang sudah lulus sertifikasi belum sepenuhnya memanfaatkan

teknologi yang ada, baru dua orang guru (29%) yang menggunakan LCD dan

laptop, sedangkan sisanya lima orang guru (71%) belum memanfaatkannya.

3) Evaluasi Proses dan Hasil Belajar

Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar merupakan kegiatan

yang penting bagi seorang guru untuk menilai seberapa efektif dan efisien

pembelajarannya.

a) Evaluasi proses

Evaluasi proses pembelajaran berpengaruh terhadap pelaksanaan

pembelajaran guru terhadap siswa dan mempengaruhi hasil belajar dan daya

tangkap siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Evaluasi proses

seharusnya juga dilakukan oleh guru sebagai bahan pertimbangan untuk

melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah

dilakukan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai, apakah media dan

metode yang digunakan sudah tepat, apakah sumber belajar yang digunakan

sudah sesuai dengan materi yang dibutuhkan dan isi dari materi sudah tepat

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

83

dan sesuai dengan teori yang berlaku dan benar, atau apakah peserta didik

sudah mengalami perkembangan bukan hanya dinilai dari perolehan angka-

angka yang tertulis dalam rapor tetapi juga melalui perubahan sikap dan

kematangan dalam mengahadapi kehidupan melalui pembelajaran dan

pendidikan yang diberikan guru.

Dari hasil wawancara yang dilakukan, dua orang guru melakukan evaluasi

proses, lima orang guru belum melakukan evaluasi proses pembelajaran,

bahkan salah seorang guru mengatakan bahwa dalam rapa MGMP pun

belum ada pembicaraan untuk evaluasi proses pembelajaran. Mereka hanya

melakukan evaluasi hasil pembelajaran dengan kata lain lebih

menitikberatkan kepada hasil yang dicapai oleh siswa daripada menilai

kualitas pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

b) Evaluasi hasil belajar

Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk

menentukan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Jenis penilaian dalam

proses pembelajaran siswa adalah melalui tes, dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu tes hasil belajar dan tes kemajuan belajar. Tes hasil belajar

dilakukan dengan tes formatif pada saat selesai pembahasan materi perKD

dan tes sumatif pada saat semester. Tes kemajuan belajar dilakukan dengan

pre-tes dan post-tes. Tes yang lebih banyak dipakai yaitu tes formatif yaitu

dengan ulangan harian, ulangan tengah semester, dan tes sumatif dengan

ujian akhir.

Ulangan harian adalah ulangan yang dilaksanakan oleh guru pada setiap

akhir pembahasan satu pokok bahasan atau lebih. Ulangan harian

dilaksanakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap satu

pokok bahasan atau lebih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,

seharusnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada, namun

kenyataannya tidak demikian. Hal ini dapat ditunjukkan dari frekuensi dan

prosedur penilaian yang dilakukan oleh guru. Dalam satu semester

seharusnya ada lebih dari empat pokok bahasan, tetapi biasanya ulangan

harian dilakukan maksimal empat kali, selebihnya nilai diambil dari tugas,

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

84

ataupun melalui LKS. Alasan utamanya yaitu karena terbatasnya waktu

yang bisa digunakan untuk menyampaikan materi.

Perihal prosedur penilaian yang dilakukan guru juga belum semuanya

konsisten dengan apa yang digariskan dalam Program Satuan Pelajaran

(PSP). Dalam PSP direncanakan adanya tes tertulis, tes lisan dan tes

perbuatan, namun dalam pelaksanaannya sangat bervariasi. Tes yang banyak

digunakan adalah tes tertulis, sedangkan untuk tes lisan biasanya hanya

digunakan dalam penyampaian materi untuk membangkitkan semangat

siswa dan membuat siswa tetap fokus, sedangkan tes perbuatan dilihat

melalui keaktifan siswa dalam diskusi maupun mengerjakan tugas seperti

mengerjakan tugas di buku LKS maupun dari merangkum. Tes perbuatan

yang sering dilakukan adalah dengan mengerjakan LKS, untuk diskusi dan

merangkum masih jarang dilakukan guru.

Tabel 8. Bentuk Tes yang digunakan Guru Geografi Tersertifikasi

No

. Nama

Bentuk Tes

Tertulis Lisan Perbuatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

GG1

GG2

GG3

GG4

GG5

GG6

GG7

V

V

V

V

V

V

V

-

-

-

-

-

-

-

V

V

V

V

V

V

V

Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23 Agustus 2011

Tes yang banyak digunakan adalah tes tertulis yang terdiri atas tes uraian

(essay) dan tes pilihan ganda. Tes lisan biasanya hanya digunakan untuk

membuka pelajaran atau digunakan dalam metode pembelajaran berupa

Tanya jawa, sedangkan jawaban yang disampaikan siswa jarang diamsukkan

ke dalam buku nilai. Tes perbuatan lebih mengarah kepada keaktifan siswa

dalam mengerjakan soal/tugas dari guru dan dalam mengikuti diskusi

kelompok.

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

85

Tabel 9. Bentuk Tes Perbuatan yang Digunakan Guru Geografi

Tersertifikasi

Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23Agustus 2011

2. Penerapan Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dalam Pelaksanaan

Pembelajaran di SMP Negeri Surakarta

Penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dapat dilihat dari

pelaksanaan pembelajarannya, dengan memperhatikan RPP dan KBM yang

berlangsung, disesuaikan dengan karakteristik siswa, sekolah dan materi yang akan

disampaiakan. Berdasarkan hasil observasi halaman 158-195, penerapan

profesionalisme guru geografi tersertifikasi belum sesuai dengan yang direncanakan

dan diharapkan. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

geografi tersertifikasi belum sesuai dengan yang terdapat dalam PSP, yaitu dalam

RPP, karena masih banyak poin-poin yang belum dikembangkan seperti metode

pembelajaran yang masih monoton, media pembelajaran yang masih kurang

berkembang, sumber belajar dan materi yang belum seragam, alokasi waktu yang

kurang tepat dan evaluasi pembelajaran yang kurang tajam.

1. Penyampaian Tujuan Pembelajaran dan Pengembangan Materi

Guru lebih menekankan pada penyampaian materi bukan proses, dengan

kata lain guru mengejar pencapaian tujuan kurikulum dan menyisihkan tujuan

ilmu geografi berupa pembekalan kemampuan spasial terhadap peserta didik. Di

sekolah, pelaksanaan pembelajaran lebih banyak mengikuti alur kurikulum yang

telah dibuat, sedangkan tujuan utama ilmu geografi menjadi terabaikan karena

tidak masuk ke dalam tes yang akan diberikan kepada siswa sehingga kurang

No

. Nama

Bentuk Tes

Mengerjaakan

Soal/Tugas Merangkum

Keaktifan

Diskusi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

GG1

GG2

GG3

GG4

GG5

GG6

GG7

V

V

V

V

V

V

V

-

-

-

-

-

-

V

-

V

-

-

-

-

-

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

86

begitu mendapat perhatian apalagi disampaikan sesuai dengan substansinya.

Pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa:

1) Guru menguasai materi bahan ajar tetapi belum disampaikan secara

mendalam,

2) Isi materi bahan ajar baru meliputi segi pengetahuan dan sikap, sedangkan

keterampilan siswa masih belum dikembangkan secara maksimal.

Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran geografi yang isinya hanya

memberikan materi sesuai buku pegangan tetapi belum memberikan bekal

kemampuan spasial kepada siswa secara tepat sebagai pegangan siswa dalam

menghadapi isu dan fenomena yang terjadi di sekitarnya sehingga dapat

menganalisis sebab akibatnya dan memberikan solusi meskipun sangat

sederhana. Sebagian materi masih belum sesuai teori yang benar dan masih

belum mengikuti perkembangan teori yang ada, seperti contoh yang

dikemukakan di atas, bahwa masih banyak teori dan materi lama yang belum

update yang disampaikan kepada siswa. Selain itu, materi-materi tersebut juga

harusnya sudah mengalami pengembangan, seperti halnya pengembangan teori.

Untuk itu guru harus lebih kritis dalam mencari dan mengembangkan sumber

materi, sebagaimana yang disebutkan bahwa guru adalah seorang yang ahli dan

memilki kemampuan untuk menemukan inovasi baru untuk mempersiapkan visi

ke depan terutama bagi guru yang sudah lulus sertifikasi dan dianggap

profesional.

Secara materi guru memiliki sumber/referensi yang cukup banyak dan

menunjang materi yang akan disampaikan, tetapi secara substansi belum

semuanya yang mengarah ke ilmu geografi. Sebagai contoh, untuk materi negara

maju dan berkembang seharusnya bisa menggunakan referensi berupa geografi

ekonomi, geografi penduduk, atau geografi sumber daya.

2. Penerapan Strategi dan Pendekatan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran seharusnya berjalan menyenangkan dan dapat

memotivasi siswa, tetapi jika strategi dan pendekatannya kurang tepat maka

hasil yang diperoleh pun kurang memuaskan. Metode pembelajaran yang begitu

beragam belum dimanfaatkan oleh guru yang seringkali hanya monoton

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

87

menggunakan metode konvensional sehingga pembelajaran terasa membosankan

terutama untuk pelajaran geografi yang dianggap terlalu banyak hafalan dan

kurang menarik, terlebih lagi pelajaran geografi sering diletakkan pada jam

terakhir yang membuat siswa kurang konsentrasi karena sudah lelah belajar. Di

sini guru geografi seharusnya bisa mengembangkan metode pembelajaran

sehingga pembelajaran menjadi menarik dan siswa menjadi lebih bersemangat,

namun kenyataannya tidak demikian. Meskipun guru sudah menggunakan

metode yeng mulai dikembangkan, misalnya dengan Quantum Teaching

kemudian menggunakan berbagai media, tetap saja pembelajaran berjalan satu

arah yaitu guru menyampaikan materi sedangkan siswa mendengarkan, sehingga

siswa cenderung pasif.

Selain itu, sering kali disebutkan dalam RPP bahwa ada metode diskusi,

tanya jawab, dan inquiry, tetapi hanya tanya jawab yang digunakan itupun

kadang-kadang dan yang banyak bertanya adalah gurunya, siswanya hanya

diam, antara mengerti atau bingung tetapi malas bertanya. Kegiatan penutup

yang seharusnya diisi dengan memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran

pada pertemuan tersebut juga jarang dilakukan bahkan cenderung tidak

dilakukan karena waktunya habis untuk menyampaikan materi ataupun untuk

mengerjakan tugas.

Tabel 10. Metode Pembelajaran yang digunakan Guru Geografi

Tersertifikasi di SMPN Surakarta

No. Nama Metode

dalam RPP

Metode yang Digunakan

Ceramah Tanya

Jawab Tugas Diskusi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

GG1

GG2

GG3

GG4

GG5

GG6

GG7

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

-

V

-

V

-

V

-

V

-

-

-

-

-

Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23 Agustus 2011

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hampir semua (100%) guru

menggunakan metode pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya

jawab. Guru yang memberikan tugas sebanyak 4 dari 7 orang guru (57,14%),

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

88

sedangkan yang melakukan diskusi hanya 1 dari 7orang guru (14,29%). Untuk

kesesuaian metode yang direncanakan dalam RPP hanya satu orang guru yang

menerapkannya, yang lainnya tetap dengan metode konvensional.

3. Pengembangan Media Pembelajaran dan Pemanfaatan Teknologi

Media pembelajaran yang dominan digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran geografi yaitu peta, itupun masih jarang digunakan sekedar untuk

materi tertentu saja dan peta yang ada masih kurang lengkap, paling terbatas di

peta Indonesia, untuk lebih lengkap siswa menggunakan atlas. Media lain yang

bisa digunakan yaitu video dan gambar, tetapi semua ini terbatas pada

penyediaan LCD yang masih kurang memadai di beberapa sekolah sehingga

untuk mengembangkan media masih sangat sulit dilakukan. Guru geografi yang

sudah tersertifikasi sebenarnya sudah berusaha untuk menambah media yang

digunakan dalam pembelajaran, namun karena terkendala fasilitas, maka media

tersebut tidak bisa digunakan secara maksimal.

Tabel 11. Media Pembelajaran yang Digunakan Guru Geografi

Tersertifikasi di SMPN Surakarta

No

. Nama

Media yang Digunakan

Peta Gambar Video Maket

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

GG1

GG2

GG3

GG4

GG5

GG6

GG6

V

V

-

-

-

V

V

V

-

V

V

-

-

V

-

-

-

-

-

-

V

-

V

-

-

-

-

-

Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23 Agustus 2011

Dari tabel tersebut diketahu bahwa untuk penggunaan media dari 4 media

yang biasa digunakan ternyata tidak semuanya digunakan oleh guru. Peta yang

merupakan media utama pembelajaran geografi hanya digunakan oleh 4 orang

guru, begitu juga dengan gambar, sedangkan video digunakan oleh 1 orang guru,

demikian halnya dengan maket. Paling banyak guru menggunakan 3 media, dari

7 orang guru hanya 4 orang (57,14%) yang menggunakan media utama berupa

peta, sedangkan peta yang digunakan pun merupakan peta umum bukan peta

khusus yang berkaitan dengan bmeteri. Dari keempat orang guru yang

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

89

menggunakan peta, baru satu orang guru yang menggunakan peta sesuai dengan

materinya. Persentase guru yang menggunakan media pembelajaran seperti yang

digambarkan dalam diagram berikut:

Dalam hal pemanfaatan teknologi, baru 2 dari 7 orang guru (28,57%) yang

menggunakan teknologi berupa penggunaan laptop dan LCD, yang lainnya

masih menggunakan papan tulis dengan alasan fasilitas masih kurang memadai.

4. Evaluasi Pembelajaran

Alat evaluasi yang digunakan guru lebih banyak ke ujian tertulis dan masih

terbatas pada menjabarkan dan menjelaskan, belum sampai pada tahap analisis.

Hal ini karena guru beranggapan bahwa siswa yang diajar masih terlalu kecil

untuk melakukan analisis, padahal bisa saja siswa melakukan analisis sederhana,

misalnya melalui pengamatan sederhana di lingkungan sekitar tempat

tinggalnya.

Selain itu, soal ujian yang keluar pada ujian sekolah biasanya dibuat oleh

guru dari salah satu sekolah sehingga bagi sekolah lain yang tidak mengajarkan

materi yang sama maka muridnya akan kesulitan menjawab soal tersebut,

seharusnya meskipun dibuat oleh guru sekolah yang ditunjuk kemudian

dirapatkan kembali dan disesuaikan dengan kondisi siswa dari sekolah yang lain

Penggunaan Media Pembelajaran

0% 14%

29%

43%

14%

semua media 3 media 2 media 1 media tidak menggunakan media

Gambar 11. Diagram Persentase Penggunaan Media

Pembelajaran oleh Guru Geogarfi Tersertifikasi

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

90

sehingga tidak terjadi kesenjangan antar siswa dan guru di sekolah satu dengan

sekolah yang lain. Dalam penyusunan evaluasi pembelajaran, guru sudah

mengikuti langkah-langkah untuk pembatan evaluasi, namun guru lebih

memperhatikan:

1) Materi yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan buku pegangan,

sehingga apabila buku pegangan guru/siswa berbeda antar sekolah, maka

yang terjadi ketika ulangan terutama ulangan semester adalah siswa belum

tentu bisa menjawab soal,

2) Tujuan kurikulum yang akan dicapai, sehingga guru mengejar target hanya

untuk memenuhi tujuan kurikulum tetapi belum memperhatikan tujauan ilmu

geografi,

3) Pencapaian standar nilai, sehingga kurang memperhatikan soal-soal dan

bentuk evaluasi yang diberikan, tujuan utama yaitu memenuhi nilai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM),

4) Evaluasi pembelajaran lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan

kognitif siswa, sedangkan evaluasi kemampuan psikomotorik masih jarang

dilakukan.

Hampir 100% guru menggunakan tes tertulis, masih belum ada guru yang

menggunakan tes lisan. Tes perbuatan yang digunakan rata-rata yaitu dengan

mengerjakan tugas atau soal, hanya 14% yang melakukan diskusi, dan 14% yang

merangkum. Soal-soal yang diujikan dalam tes tertulis juga perlu disesuaikan

dengan pembelajaran geografi dan perkembangan siswa. Evaluasi pembelajaran

hendaknya mampu mengembangkan kemampuan siswa, baik kemampuan

kognitif, kemampuan afektif, maupun kemampuan psikomotorik siswa. Pada

evaluasi kemampuan kognitif siswa baru sampai tahap menjelaskan, sedangkan

kemampuan psikomotorik siswa belum begitu dikembangkan oleh guru karena

guru masih menjadi sumber pelajaran.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

91

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a) Profesionalisme guru geografi tersertifikasi dari performa atau penampilan ketika

mengajar menunjukkan bahwa mereka guru yang cukup perofesional. Akan tetapi

untuk fokus penelitian ini yaitu dari kompetensi profesional dan kompetensi

pedagogik, guru geografi masih perlu meningkatkan profesionalitas mereka

meskipun sudah lulus uji profesi atau sertifikasi guru. Kompetensi profesional

guru geografi tersertifikasi menunjukkan bahwa guru belum profesional, karena:

a) belum ada guru yang capable, baru 57% guru yang memiliki kemampuan

sebagai seorang capable paersonal, sedangkan 43% lainnya belum capable, b)

baru 14% guru yang melakukan inovasi, 29% cukup melakukan inovasi,

sedangkan 57% guru belum melakukan inovasi, b) baru 43% guru yang

mengembangkan kurikulum, sedangkan 57% guru belum mengembangkan

kurikulum. Sedangkan kompetensi pedagogik guru menunjukkan bahwa guru

geografi tersertifikasi cukup professional, karena: a) 85,71%) guru sudah

melakukan upaya untuk memahami perkembangan siswa melalui evaluasi belajar,

sedangkan 14,29% guru dengan memantau keaktifan siswa, b) sudah ada guru

yang menggunakan teknologi meskipun baru 29%, sedangkan sisanya yaitu

sebanyak 71% belum menggunakan karena terkendala fasilitas sekolah, c) guru

sudah melakukan evaluasi pembelajaran.

b) Penerapan profesionalisme guru geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan

pembelajaran di SMPN di Surakarta tahun 2011 menunjukkan bahwa guru belum

sesuai dalam menerapkan profesionalisme keguruannya, karena: a) materi yang

disampaikan belum sesuai dengan amanah geografi, b) hampir 100% guru

menggunakan metode pembelajaran konvensional, c) baru 57,14% guru yang

menggunakan media utama berupa peta, sedangkan 42,86% belum

menggunakannya, d) hampir 100% guru melakukan evaluasi hanya dengan tes

tertulis

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME .../Profesionalisme-guru...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROFESIONALISME

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

92

B. IMPLIKASI

Dari kesimpulan tersebut di atas maka dapat dijelaskan implikasinya sebagai

berikut :

1. Dengan mengetahui profesionalisme guru geografi tersertifikasi dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun LPTK untuk melakukan perbaikan

kualitas guru geografi baik yang sudah disertifikasi maupun belum.

2. Dengan mengetahui pengaruh sertifikasi dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam upaya perbaikan penyelenggaraan sertifikasi guru berikutnya, khususnya

untuk peningkatan profesionalitas guru

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa hal yang perlu disarankan

yaitu :

1. Perlu adanya evaluasi terhadap kinerja guru yang telah lulus sertifikasi dalam

rangka meningkatkan kualitas guru dan kualitas pendidikan khususnya bagi guru

geografi SMP yang perlu sosialisasi dan penambahan materi terkait pelajaran

geografi yang sekarang tergabung dalam IPS Terpadu

2. Tindak lanjut dari adanya sertifikasi masih perlu ditingkatkan, jangan hanya

sebatas memberi dan menerima tunjangan tetapi perlu diimbangi dengan

perbaikan dan meminimalisasi kekurangan dari penyelenggaraan sertifikasi itu

sendiri.