perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penggunaan model .../penggunaan...perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X .2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
PUTRI KUSUMANINGRUM
K7408043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
SMK NEGERI 1 KARANGANYAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
PUTRI KUSUMANINGRUM
K7408043
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Akuntansi
Program Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK Putri Kusumaningrum. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar yang berjumlah 40 siswa. Objek penelitian ini adalah segala kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi antara guru, peneliti, dan siswa kelas X.2. Data yang digunakan peneliti adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa sedangkan sumber data yang digunakan adalah informan, tempat atau lokasi, dan peristiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Peneliti menggunakan analisis data yang meliputi teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan tindakan, dan tahap analisis data dan pelaporan. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 3x45 menit (135 menit).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan terlihat dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada proses pembelajaran pra siklus guru menggunakan metode ceramah monoton dan terkadang sudah menggunakan metode kooperatif, namun metode ini juga belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar terlihat pada siklus I setelah digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Pada pelaksanaan siklus II terlihat peningkatan hasil belajar siswa apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa dapat teridentifikasi dari indikator peningkatan hasil belajar siswa yang dikhususkan pada peningkatan hasil belajar koginitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
siswa. Hasil belajar kognitif yang diukur peneliti diperoleh dari nilai tugas dan nilai ulangan harian akhir siswa. Pada siklus I rata-rata nilai tugas 1 adalah 89,45 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai tugas 1 adalah 96,38 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 6,93 (7,75%) pada nilai rata-rata tugas 1. Pada siklus I rata-rata nilai tugas 2 adalah 92,95 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai tugas 2 adalah 96,77 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 3,82 (4,11%) pada nilai rata-rata tugas 2. Pada siklus I rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah 77,21 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah 91,57 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 14,36 (18,59%) pada nilai rata-rata nilai ulangan harian akhir. Pada siklus I hasil belajar siswa adalah 81,87 sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa adalah 93,23 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 11,36 (13,88%) pada hasil belajar siswa.
Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, Numbered Head Together (NHT), pemberian tugas, hasil belajar akuntansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Putri Kusumaningrum. The Use of the Cooperative Learning Model of Numbered Head Together (NHT) Type through Giving Assignment to Increase the Learning Result in Accounting of the Students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar in the Academic Year of 2011/2012. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta. 2012. The objective of this research is to increase the learning result in accounting of the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar through the use of the cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) type through giving assignment. This research used the class action research method. The population of this research was the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar as many as 40 students. The object of this research was all of the activities which took place in the classroom during the teaching and learning process. This research was conducted through the collaboration among the teacher, the researcher, and the students of Class X.2. The data of this research consisted of the syllabus, the lesson plan, and the result of the students’ work while the data source consisted of the information, the place or location, and the event. The data were gathered through interview, observation, test, and documentation. The data of this research was validated by using the data source triangulation and methods triangulation. The data were analyzed through comparative descriptive techniques and critical analysis techniques. The procedure of this research consisted of the preparation, the implementation, the analysis, and the reporting stages. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of four stages, namely: planning, implementation, observation, and reflection. Each cycle was conducted in three meetings. Each meeting was conducted in 3x45 minutes (135 minutes).
Based on the results of this research, it is concluded that the use of the cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) type through giving assignment can increase the learning result in Accounting of the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar in the academic year of 2011/2012. Increase in value seen from precycle stage to first stage and from the first stage to second stageI. The monotonous lecture method was used in the precycle stage and sometimes the cooperative learning method was also used but the method cannot make study result of the students increased. Improved learning results seen in first stage once used the method of learning cooperative type Numbered Head Together (NHT) through giving assignment. On the implementation second stage looks to improved student learning result when compared with the results of student learning first stage. Improved student learning result can be identified from the indicators of improved student learning result are devoted on improving the learning result of students cognitive. Study result of the cognitive researchers measured obtained from value assignment and value deuteronomy daily end students. On first stage average value first assigment are 89,45 while in second stage average value first assigment are 96,38 so there increase in value of 6.93 (7,75 %) on average value first assigment. On first stage average value second assigment is 92,95 while in second stage average value second assigment is 96,77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
so there increase in value of 3,82 (4,11 %) on average value second assigment. First stage on average value of deuteronomy is 77,21 while the daily late in second stage average daily the end is 91,57 so there increase in value of 14.36 ( 18,59 % ) on average value daily end. In first stage, the student learning result is 81,87 while in second stage student learning result is 93,23 so that there is an increase in the value of 11,36 (13,88%) on student learning result.
Keywords: cooperative learning model, Numbered Head Together (NHT), giving
assignment, and learning result in Accounting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
MOTTO
“Apabila kamu gagal berencana, maka kamu sudah merencanakan kegagalan”
(Agnes Monica)
“Berdoa, berikhtiar, dan selalu yakin bahwa Allah SWT akan selalu memberikan
yang terbaik untuk hamba-Nya”
(penulis)
“Dalam hidup juga perlu kaca spion, namun jangan terlalu lama terjebak dalam
kaca spion”
(penulis)
“Musuh terbesar dalam diri seseorang adalah keengganan untuk melakukan
sesuatu”
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur pada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada :
♥ Babe, Ibu, Yoga, dan keluarga tercinta
Dukungan, doa, dan senyum kalian memberiku semangat yang hebat dalam
hidupku.
♥ Roofiudien Arroozy
Terima kasih telah membuang sepiku dengan waktu, kasih sayang, doa, dan
harapan.
♥ Lenovo Z460 & 3785 TZ
Terima kasih atas seluruh tenaga yang tercurah. Pengalaman terbaik adalah ada
bersama kalian.
♥ Amy, Norma, Martha, dan Marina
Terima kasih telah menjadi pelangi dalam hari-hari ku. Senyum dan doa kalian
menjadi motivasiku.
♥ Rukmanawati. D
Terima kasih telah menemani, mendengarkan, dan menumbuhkan keberanianku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan
tepat waktu untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melibatkan beberapa pihak untuk
membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs.Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penulisan
skripsi ini.
3. Drs.Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini..
4. Prof. Dr. Siswandari,M. Stats., selaku pembimbing I dan pembimbing
akademik yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan ilmu
dengan penuh kasih sayang.
5. Sri Sumaryati,S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, dorongan untuk maju, dan motivasi dengan penuh kesabaran.
6. Tenang Pranata, S.Pd.,M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1
Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7. Endang Mardiyati,S.Pd., selaku guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri
1 Karanganyar yang telah memberikan bimbingan, waktu, dan arahan untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Guru dan karyawan SMK Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan
bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
9. Siswa-siswa SMK Negeri 1 Karanganyar khususnya siswi kelas X.2 atas
bantuan dan kerja samanya dalam membantu peneliti menyelesaikan skripsi
ini.
10. Bapak, Ibu, dan adik terkasih yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang
memberikan penulis doa, semangat, dan motivasi baik moral dan spiritual
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Teman-teman PAK A 2008 yang telah mewarnai kehidupan peneliti selama
berada di Universitas Negeri Surakarta.
12. Anggota Gugus Depan 04.550 dan 04.555 yang telah mengajarkan penulis
arti kehidupan.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan
dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam skripsi ini tapi
penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk
memperkaya pengetahuan dan dapat meningkatkan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………..... ii
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………….... iii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………….... iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………..... v
HALAMAN REVISI ………………………………………………... vi
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………. vii
HALAMAN MOTTO ………………………………………………. xi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….. xii
KATA PENGANTAR ……………………………………………..... xiii
DAFTAR ISI ………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….. xviii
DAFTAR TABEL …………………………………………………... xix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………….. 7
D. Manfaat Hasil Penelitian ……………………………... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ……………………………………….. 9
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ………... 9
a. Pengertian Model Pembelajaran ……………... 9
b. Jenis Model Pembelajaran …………………… 10
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif …. 11
d. Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ……… 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Kooperatif…………………………………… 14
f. Macam-Macam Tipe dalam Model
Pembelajaran Kooperatif …………………… 15
2. Hakikat Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) …………………………………………… 18
a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) ………………………. 18
b. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) ………………………………………. 19
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT) …….. 20
3. Hakikat Metode Pemberian Tugas …………….. 21
a. Pengertian Metode Pemberian Tugas ……… 21
b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Pemberian
Tugas ………………………………………. 22
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian
Tugas ………………………………………. 22
4. Hakikat hasil Belajar Akuntansi ……………….. 23
a. Hasil belajar ………………………………... 23
b. Strategi Peningkatan Hasil Belajar ………… 25
c. Pembelajaran Akuntansi …………………… 28
B. Penelitian yang Relevan ………………………….... 29
C. Kerangka Berpikir …………………………………. 34
D. Hipotesis Tindakan ………………………………… 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………... 38
B. Subjek dan Objek Penelitian ………………………. 40
C. Data dan Sumber Data …………………………….. 40
D. Pengumpulan Data ……………………………….... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
E. Uji Validitas Data …………………………………. 42
F. Analisis Data ………………………………………. 43
G. Pendekatan Penelitian …………………………….... 44
H. Indikator Kinerja Penelitian ………………………... 47
I. Prosedur Penelitian ………………………………… 47
J. Proses Penelitian ………………………………….... 48
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………... 52
B. Deskripsi Pratindakan ……………………………… 55
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ……………... 57
1. Siklus 1 ………………………………………… 57
2. Siklus II ………………………………………... 75
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ………… 92
E. Pembahasan ………………………………………... 99
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………… 104
B. Implikasi …………………………………………... 105
C. Saran ……………………………………………….. 106
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 109
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif …………….. 15
2. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) …………………………………………………. 19
3. Penelitian yang Relevan ………………………………………… 30
4. Alokasi Waktu Penelitian ……………………………………….. 39
5. Indikator Peningkatan Hasil Belajar Siswa ……………………... 47
6. Hasil Tes Awal Siswa …………………………………………... 56
7. Nilai Siklus I ……………………………………………………. 71
8. Nilai Siklus II …………………………………………………… 89
9. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus ……………………………… 93
10. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus ……………………………… 94
11. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus ………… 95
12. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus ………………………… 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) ………………………………………………….. 20
2. Tahapan Metode Pemberian Tugas ……………………………… 22
3. Diagram Alir Kerangka Berpikir ………………………………… 36
4. Siklus PTK ……………………..………………………………... 46
5. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus ………………………………. 93
6. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus ………………………………. 94
7. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus …………. 96
8. Perbandingan Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap
Siklus …………………………………………………………….. 97
9. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus …………………………. 98
10. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tiap Siklus …………….. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. Survey Awal
1. Daftar Presensi Siswa …………………………………………… 112
2. Observasi Awal …………………………………………………. 114
3. Pedoman Wawancara Guru Akuntansi dan Siswa Kelas X.2.…... 116
4. Hasil Wawancara dengan Guru Akuntansi ……………………... 117
5. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas X.2 …………………….. 118
6. Silabus ………………………………………………………….. 123
7. Nilai Pra Siklus …………………………………………………. 127
8. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus I ……………… 129
9. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus II …………….. 131
II. Siklus I
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………………......... 133
11. Daftar Presensi Siswa ………………………………………….. 168
12. Observasi Mendalam …………………………………………... 170
13. Daftar Kelompok Siklus I ……………………………………… 175
14. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus I ……………... 176
15. Tugas 1 Siklus I ………………………………………………... 178
16. Tugas 2 Siklus I ………………………………………………... 181
17. Ulangan Harian Akhir Siklus I ………………………………… 184
18. Hasil Belajar Siklus I .…………………………………………. 187
19. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 190
20. Gambar Pelaksanaan Siklus I …………………………….......... 193
III. Siklus II
21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………………. 196
22. Daftar Presensi Siswa …………………………………….......... 253
23. Observasi Mendalam …………………………………………... 255
24. Daftar Kelompok Siklus II …………………………………….. 260
25. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus II ………….…. 261
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
26. Tugas 1 Siklus II ……………………………………………….. 263
27. Tugas 2 Siklus II ……………………………………………….. 266
28. Ulangan Harian Akhir Siklus II …………………………........... 269
29. Hasil belajar Siklus II ………………………………..……….... 272
30. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 275
31. Gambar Pelaksanaan Siklus II …………………………………. 278
IV. Data setelah Tindakan
32. Pedoman Wawancara Guru Akuntansi dan Siswa Kelas X.2…... 281
33. Hasil Wawancara dengan Guru Akuntansi …………………….. 282
34. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas X.2 ……………………. 284
35. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 290
36. Permohonan Izin Menyusun Skripsi ………………………………... 293
37. Permohonan Izin Penelitian ……………………………………...…. 294
38. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMK
Negeri 1 Karanganyar …………………………………………...….. 296
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan
kemajuan sumber daya manusia, karena pendidikan dapat memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan untuk mengembangkan kehidupan sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan hidup dalam masyarakat. Tuntutan jaman yang semakin meningkat dapat
dihadapi dengan usaha melanjutkan pendidikan dari jenjang dasar yaitu SD dan SMP ke
jenjang yang lebih tinggi atau pendidikan menengah atas yaitu SMA dan sederajat.
Jenjang pendidikan tersebut memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk peserta didik.
Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 menyatakan:
Tujuan pendidikan menengah adalah (a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya (Soetjipto dan Kosasi, 1994: 124).
Upaya meningkatan kualitas dan kemajuan sumber daya manusia sangat
berkaitan erat dengan proses pembelajaran peserta didik. Metode dan sistem yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh besar dalam
mengembangkan minat dan kreativitas peserta didik dalam suatu materi pelajaran.
Dengan begitu, harus diperhatikan proses pembelajaran, metode, dan sistem yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi. Sebagaimana dikemukakan Lie
(2007), “Kita sedang mengalami krisis dalam dunia pendidikan. … . Jika kita
tidak mengubah praktik-praktik pengajaran dan pendidikan yang sudah usang, kita
akan bergerak menuju keruntuhan, bukan saja dalam dunia pendidikan, melainkan
juga dalam kehidupan bermasyarakat” (hlm. 15).
Karp dan Yoels (1988) mengatakan, “Kebanyakan siswa terpaku menjadi
penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang” (Lie, 2007:
6). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kelas belum memperhatikan apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diberikan oleh guru. Dari observasi awal peneliti, kurangnya minat belajar siswa
salah satunya berasal dari metode pembelajaran yang digunakan guru. Metode
pembelajaran yang kurang menarik akan membuat siswa enggan untuk mengikuti
pelajaran sehingga hal ini akan berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang
maksimal pula.
Penggunaan suatu metode dalam proses pembelajaran harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain materi yang akan diberikan, tujuan
pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, keadaan siswa, dan keadaan
kelas. Banyak metode yang bisa digunakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran, antara lain metode ceramah, metode resitasi, metode laboratorium,
metode drill, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode simulasi, metode
tanya jawab, dan lain sebagainya.
Syah (2005) mengatakan:
Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling klasik, tetapi masih dipakai orang di mana-mana hingga sekarang. … . Aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meski begitu para guru yang terbuka kadang-kadang memberi peluang bertanya pada sebagian kecil siswanya. Metode ceramah dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Di samping itu, metode ini juga dipandang paling efektif untuk mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa (hlm. 203).
Jika dilihat lebih jauh, metode ceramah satu arah yang monoton memiliki banyak
kelemahan, antara lain menimbulkan rasa jenuh pada siswa, membatasi keaktifan
siswa, informasi yang disampaikan guru sulit diingat karena hanya mengandalkan
kemampuan pendengaran, materi yang diterima siswa akan ketinggalan zaman
bila guru tidak aktif menambah wawasan dan pengetahuan, siswa menjadi bosan
dengan proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar
siwa.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk
jenjang pendidikan formal sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama
(SMP), MTs, atau bentuk lain yang sederajat selain menjadi pendidikan lanjutan
itu dari siswa lulusan setara SMP/MTs. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menjadi salah satu wadah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang
siap menghadapi tantangan perkembangan jaman, karena lulusan SMK
diharapkan menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bersaing menciptakan
lapangan kerja. Namun karena berbagai faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran, penyampaian ilmu tidak terserap dengan baik oleh peserta didik
sehingga timbul hasil yang kurang maksimal dari peserta didik. Oleh karena itu
perlu adanya solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik
maupun peserta didik.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Karanganyar merupakan
salah satu sekolah yang memiliki tujuan menyiapkan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional pada bidang Akuntansi,
Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata dan Multimedia.
Memiliki visi mewujudkan SMK yang dipercaya oleh masyarakat sebagai
lembaga diklat yang unggul serta mampu menjawab tantangan dan perubahan di
era global. Memiliki misi membekali peserta diklat dengan kompetensi yang
mewadahi sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu berwirausaha dan
membekali peserta agar memiliki etos kerja yang tinggi dan berbudi luhur.
Dalam mewujudkan tujuan, visi, dan misi SMK Negeri 1 Karanganyar
berdasarkan pengamatan awal penulis, ada beberapa kendala yang dihadapi
khususnya pada peserta didik kelas X.2 dalam pembelajaran akuntansi.
Pembelajaran akuntansi dalam dunia pendidikan mulai dikenalkan pada siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA dan sederajat). Ali (2009: 70) mengatakan, “Mata
pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang bersifat keterampilan (skill),
sehingga dalam mempelajarinya diperlukan ketekunan, ketelitian, dan kecerdasan,
keterampilan serta minat belajar”. Berdasarkan observasi awal peneliti, hasil
belajar kognitif siswa kelas X.2 masih rendah. Kendala yang dihadapi antara lain
minat belajar dan motivasi diri siswa untuk berkembang yang masih rendah.
Rendahnya minat belajar ini diketahui peneliti berdasarkan observasi awal yang
menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa siswa yang mau mengerjakan
sendiri tugas rumah yang diberikan guru, siswa yang lain lebih senang datang ke
sekolah lebih awal untuk mencontek pekerjaan teman. Selain kendala dari dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
diri peserta didik, proses belajar yang belum bervariasi dan pembelajaran yang
terpaku pada satu buku pegangan atau buku materi juga menjadi kendala.
Pembelajaran akuntansi yang digunakan di SMK Negeri 1 Karanganyar sampai
saat ini masih menggunakan metode ceramah monoton dan terkadang sudah
menggunakan model kooperatif, namun model ini juga belum mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru belum sepenuhnya
memperhatikan proses belajar siswa, selain itu masih ada beberapa peserta didik
yang mendominasi kelompoknya sehingga hasil belajar peserta didik juga rendah.
Kendala-kendala tersebut dapat menganggu proses belajar siswa yang kemudian
akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
pemahaman terhadap materi dan hasil belajar siswa X.2 yang masih kurang.
Berdasarkan observasi awal peneliti, dengan nilai KKM 75, tingkat ketuntasan
siswa kelas X.2 pada mata pelajaran akuntansi hanya mencapai 20% (8 siswa)
sedangkan sisanya 80% (32 siswa) lagi belum tuntas dan harus melakukan
kegiatan remidial. Nilai rata-rata siswa kelas X.2 pada observasi awal peneliti
adalah 58,38.
Melihat rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
akuntansi di kelas X.2, peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan kondisi siswa kelas
X.2. Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik
antara lain model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu, dan model
pembelajaran berbasis masalah. Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan
model pembelajaran kooperatif karena menurut Sugiyanto (2009), “Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang secara silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di
masyarakat” (hlm. 40).
Lie (2007) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi beberapa
macam tipe, antara lain, “1) Mencari pasangan (make a match), 2) Bertukar
pasangan, 3) Berpikir pasangan berempat, 4) Berkirim salam dan soal, 5) Kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
bernomor (numbered heads), 6) Kepala bernomor terstruktur, 7) Dua tinggal dua
tamu” (hlm. 55-71). Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), Lie (2007) menjelaskan bahwa,
“Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-
ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (hlm. 59).
Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT), peneliti juga menggunakan metode pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran dibagi menjadi berbagai
macam antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama, metode
pemberian tugas, metode drill, dan metode karya wisata. Pada penelitian kali ini
peneliti menggunakan metode pemberian tugas karena menurut Roestiyah (2008),
“Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar
siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap” (hlm. 133).
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan pemberian tugas menjadi salah satu alternatif yang tepat
dalam memecahkan masalah yang terjadi dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi oleh peneliti, antara lain
apakah penggunaan model pembelajaran yang telah diterapkan guru telah efektif
dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, apakah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat
meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, apa yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012, mengapa model pembelajaran yang diterapkan guru belum
memberikan hasil yang maksimal, dan bagaimana meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa.
Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan peneliti dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, Syah (2005) menerangkan, “Setiap guru
diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan
dalam sasaran kegiatan PBM” (hlm. 250). Hal yang harus dilakukan adalah
dengan menggunakan metode yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa dapat
berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah dengan kreatif, dan inovatif.
Dalam pembelajaran dikenal berbagai macam model pembelajaran, salah satunya
adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Beberapa guru berpikir
bahwa mereka telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif di dalam kelas
tiap kali guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, namun
guru belum memperhatikan adanya aktivitas kelompok yang terstruktur sehingga
peran anggota kelompok belum maksimal. Hal ini diperkuat oleh Lie (2007):
Banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode belajar kelompok. …. Namun guru ini mengeluh bahwa hasil kegiatan tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, dan sebagainya (hlm. 7-8).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran akuntansi
tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan judul : ”PENGGUNAAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS
X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan
pemberian tugas dirasa peneliti sebagai salah satu langkah efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian sejenis, penggunaan model
pembelajaran ini juga telah menuai keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian
tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?
Dalam penelitian ini definisi operasional dari perumusan masalah
tersebut difokuskan pada upaya untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi pada
siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 dan
objeknya meliputi mata pelajaran mengelola dokumen dana kas di bank dengan
materi rekonsiliasi bank. Peneliti juga memberikan batasan pada hasil belajar,
yakni mengukur hasil belajar siswa melalui hasil kognitif dengan melakukan
penilaian terhadap hasil tugas yang diberikan guru dan hasil ulangan siswa.
C. Tujuan Penelitian
Sebagai suatu kegiatan yang terencana dan sistematis pasti memiliki tujuan
yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK N 1 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dengan pemberian tugas.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat :
a. Memberikan informasi pada metode pembelajaran akuntansi yang memiliki
kendala yang sama dengan yang diteliti oleh peneliti agar dapat mencapai
hasil yang diharapkan.
b. Memberikan manfaat pada pembelajaran akuntansi yang semakin meningkat
dan bervariasi.
c. Memberikan sumber bahan kajian dan pertimbangan bagi penelitian sejenis di
masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru dalam melaksanakan
proses mengajar menggunakan metode yang sesuai dengan lingkungan peserta
didik dan hasil penelitian ini data dimanfaatkan guru unruk memperbaiki
pembelajaran yang dikelola yaitu melalui “metode Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas”.
b. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar,
mudah untuk memahami materi yang disampaikan, dapat belajar
bersosialisasi, dan terampil dalam mengerjakan soal latihan sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat dari sebelumnya.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan
pembelajaran di dalam kelas sehingga akan meningkatan kualitas sekolah
yang diteliti dan juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi sekolah-
sekolah lain yang melakukan metode sejenis.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang bermanfaat tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas, sehingga termotivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang dapat memberikan pada manfaat bagi banyak
pihak.
e. Bagi teman sejawat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menghadapi permasalahan
yang sama di dalam kelas juga dapat digunakan untuk mendorong inovasi
untuk meningkatkan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai
model pembelajaran dalam rangka mengarahkan kegiatan belajar siswa.
Meyer W.J (1985) mengartikan model sebagai, “Suatu objek atau konsep
yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal” (Trianto, 2010: 21).
Suprijono (2011) mengartikan model sebagai, “Interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem” (hlm. 45).
Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah
suatu objek yang diobservasi dan diukur sehingga dapat digunakan untuk
menjelaskan sesuatu hal. Isjoni (2011) mengatakan:
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (hlm. 14). Pembelajaran diartikan Winataputra (2004) sebagai, “Kegiatan
yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru”
(hlm 4.3). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 mengartikan pembelajaran sebagai, “Proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
besar”. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa untuk membantu
proses kegiatan belajar.
Joyce (1992) menyatakan, “Setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
Fpeserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”
(Trianto, 2010: 22). Suprijono (2011) mengatakan:
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (hlm. 46).
Winataputra (2001) menyatakan:
Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3).
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model
pembelajaran merupakan hal-hal yang menggambarkan prosedur yang
sistematis yang diperoleh dari observasi terhadap kelas untuk mencapai
tujuan belajar. Dengan adanya model pembelajaran guru akan lebih mampu
memberikan suasana yang diharapkan siswa sehingga tercipta kegiatan
belajar yang menyenangkan.
b. Jenis Model Pembelajaran
Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para
ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Arends (2001),
“Menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan
guru dalam mengajar, yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran
konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan
diskusi kelas” (Trianto, 2010: 25). Pengetahuan tentang berbagai model
pembelajaran sangat diperlukan oleh para pendidik karena keberhasilan
belajar dapat ditentukan dari tepat atau tidaknya model pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik. Seorang pendidik harus bisa memilih model
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik sehingga dalam memilih model
pembelajaran, guru harus memperhatikan materi yang akan diberikan, tujuan
pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, keadaan siswa, dan
keadaan kelas agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara
efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran dijelaskan Sugiyanto
(2009) ada empat, yaitu, “1) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sifat/bahan materi ajar, 3) Kondisi siswa, 4) Ketersediaan sarana-prasarana
belajar” (hlm. 3).
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif sudah lama dikenal di dunia
pendidikan. Sugiyanto (2009) menyatakan, “Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
secara silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat”
(hlm. 40). Sedangkan Solihatin dan Raharjo (2007) mengartikan:
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua kelompok atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (hlm. 4).
Slavin (2010) mengemukakan, “Pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran” (hlm. 4). Menurut Slavin (1984):
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Johnson & Johnson (1994) juga menjelaskan:
Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2011: 23). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana
siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai
lima orang untuk dapat saling membantu dan bekerja secara maksimal dalam
mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif cocok diterapkan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kelas yang siswanya memiliki kemampuan yang beragam karena dapat
menggabungkan kemampuan siswa yang beragam. Melalui pembelajaran
kooperatif diharapkan suasana kelas menjadi menyenangkan dan terjalin
kerja sama juga tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Diskusi dalam kelompok maupun pembelajaran yang dilakukan oleh
teman sebaya dapat membuat siswa lebih memahami materi pelajaran.
d. Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur yang saling
mendukung dalam tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Lie (2007)
mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur,
yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif. 2) Tanggung Jawab Perorangan. 3) Tatap Muka. 4) Komunikasi Antaranggota. 5) Evaluasi Proses Kelompok (hlm. 31).
Saling ketergantungan positif. Sugiyanto (2009) mengartikan
saling ketergantungan positif sebagai, “Hubungan yang saling
membutuhkan” (hlm. 40). Lebih jauh, Sugiyanto (2009) menjelaskan,
“Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui : 1) Saling
ketergantungan mencapai tujuan 2) Saling ketergantungan menyelesaikan
tugas 3) Saling ketergantungan bahan atau sumber, 4) Saling ketergantungan
peran, 5) Saling ketergantungan hadiah” (hlm. 40). Saling ketergantungan
positif dapat terjadi saat anggota dalam kelompok merasa memiliki
kesamaan. Dengan adanya saling ketergantungan positif diharapkan
pembelajaran dalam kelompok akan maksimal karena setiap siswa akan
menjadi guru bagi siswa lain dalam kelompoknya. Siswa yang memiliki
kemampuan kurang akan berusaha untuk memberikan pendapat bagi
kelompoknya karena penilaian dalam pembelajaran kooperatif meliputi
penilaian individu dan penilaian kelompok.
Tanggung jawab perorangan. Hal ini merupakan akibat langsung
dari saling ketergantungan positif karena dalam pembelajaran kelompok.
Saling ketergantungan positif sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Solihatin dan Raharjo (2007), “Keberhasilan
belajar dalam model pembelajaran strategi ini dipengaruhi oleh kemampuan
individu mahasiswa dalam menerima dan memberi apa yang telah
dipelajarinya” (hlm. 8). Solihatin dan Raharjo (2007) juga mengatakan,
“Secara individual mahasiswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu
mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan
juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan” (hlm. 8).
Tatap muka. Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberi
kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi sehingga siswa dapat
berbagi pengalaman kepada kelompok. Sugiyanto (2009) mengatakan,
“Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog” (hlm. 41). Lie (2007)
menyatakan, “Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing” (hlm.
34).
Komunikasi antaranggota. Keberhasilan suatu kelompok dalam
menyelesaikan tugas dari guru sangat bergantung pada kemauan anggota
kelompok untuk mendengar dan mengutarakan pendapat. Hal ini dimulai
dari tatap muka yang selanjutnya akan melahirkan komunikasi dalam
kelompok. Komunikasi tidak hanya dilakukan di dalam kelompok antar
anggota kelompok namun komunikasi juga dilakukan dengan orang lain di
luar kelompok. Seperti dikemukakan Sugiyanto (2009), “Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa
merasa lebih mudah belajar dari sesamanya” (hlm. 41).
Evaluasi proses kelompok. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan suatu pelaksanaan sehingga dapat memperbaiki
pada pelaksanaan berikutnya. Sama halnya dengan proses pembelajaran
kooperatif, diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan pelaksanaan proses kelompok. Fungsi evaluasi proses kelompok
ini disebutkan Lie (2007), “Agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif” (hlm. 35).
Lie (2007) menyimpulkan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Untuk memenuhi ke lima unsur tersebut memang dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) para anggota kelompok. Para pembelajar harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar (hlm. 38).
e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2010) menjelaskan ada enam langkah utama dalam
penggunaan pembelajaran kooperatif.
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dam memotivasi siswa belajar.
Fase 2. Menyajikan informasi. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6. Memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (hlm. 66-67).
f. Macam-Macam Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe. Hal
ini dimaksudkan untuk menyesuaikan tipe belajar dengan kondisi
siswa. Lie (2007) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi
beberapa macam tipe, antara lain, “1) Mencari pasangan (make a
match), 2) Bertukar pasangan, 3) Berpikir pasangan berempat, 4)
Berkirim salam dan soal, 5) Kepala bernomor (numbered heads), 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kepala bernomor terstruktur, 7) Dua tinggal dua tamu” (hlm. 55-71).
Trianto (2010) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi
beberapa macam, antara lain, “1) Students Team Achievement Division
(STAD), 2) Tim ahli (jigsaw), 3) Investigasi kelompok (GI), 4)
Numbered Head Together (NHT)” (hlm. 68-83).
Mencari pasangan (make a match). Dalam teknik ini siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Biasanya digunakan kartu-kartu
sebagai medianya. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan dan kartu-
kartu lain yang menjadi pasangannya berisi jawaban dari pertanyaan
tersebut.
Bertukar pasangan. Teknik ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Siswa dibagi menjadi
sepasang kelompok. Kemudian siswa diminta bertukar pasangan
dengan kelompok lain. Bertukar pasangan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling bertanya dan dapat mengukuhkan jawaban
mereka. Selanjutnya mereka akan kembali pada kelompok awal untuk
membagikan hasil yang diperoleh dari bertukar pasangan.
Berpikir pasangan berempat. Teknik ini memberikan
kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja dalam kelompok.
Tahapan teknik ini adalah siswa mengerjakan secara individu tugas
dari guru sebelum mendiskusikannya dengan anggota kelompok.
Berkirim salam dan soal. Teknik ini memberi kesempatan
siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka Lie (2007:
58) mengatakan bahwa dalam teknik ini, “Siswa membuat pertanyaan
sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan
menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya”.
Kepala bernomor (numbered heads). Dalam teknik ini setiap
siswa dalam satu kelompok diberi nomor kepala yang menjadi
identitasnya kemudian setelah kelompok berdiskusi, guru akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memanggil satu nomor yang akan menjelaskan apa yang telah
didiskusikan dalam kelompoknya.
Kepala bernomor terstruktur. Teknik ini merupakan
pengembangan dari teknik kepala bernomor. Perbedaannya dengan
kepala bernomor adalah setiap siswa dalam kelompok diberikan tugas
yang jelas untuk mencapai tujuan kelompok.
Dua tinggal dua tamu. Lie (2007) mengatakan bahwa teknik
ini, “Memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil
dan informasi kepada kelompok lain” (hlm. 61). Dalam teknik ini
kelompok bekerja mengerjakan tugas yang diberikan guru, kemudian
dua orang dalam kelompok keluar untuk bertamu di kelompok lain,
mencari informasi untuk kemudian dibahas kembali bersama
kelompok awal.
Students Team Achievement Division (STAD). Trianto (2010)
mengatakan:
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (hlm. 82).
Teknik ini menekankan pada aktivitas siswa untuk saling
memotivasi dan bekerjasama dalam kelompok untuk memahami
materi pelajaran agar mencapai hasil yang maksimal.
Tim ahli (jigsaw). Isjoni (2011) mengatakan, “Pembelajaran
kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal” (hlm. 77).
Keaktifan siswa dapat terlihat dari tahapan pelaksanaan metode ini.
Dalam teknik ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang
berdiskusi tentang materi yang diberikan guru. Ada seorang dalam
kelompok yang menjadi tutor keluar dari kelompoknya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
berdiskusi dengan tutor-tutor lain dari kelompok lain. Setelah
mendapatkan hasil, para tutor kembali pada kelompok awal dan
menjelaskan hasil yang mereka peroleh kepada teman-teman dalam
kelompoknya.
Investigasi kelompok (GI). Teknik ini merupakan teknik
yang kompleks dan rumit untuk diterapkan. Seperti dijelaskan oleh
Trianto (2010), “Pendekatan ini memerlukan struktur kelas yang
lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru”
(hlm. 78). Dalam pendekatan ini juga diperlukan keterampilan
komunikasi yang baik dan proses kelompok yang baik.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT)
a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Ada berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi. Salah satunya adalah model
pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together (NHT). Trianto (2011)
menjelaskan, “Number Head Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional” (hlm. 82). Thobroni dan Mustofa (2011)
mengatakan, “Model NHT adalah bagian dari metode struktural, metode
struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa” (hlm. 296). Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe NHT adalah model
pembelajaran yang menekankan pada struktur khusus untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur khusus yang dimaksud adalah dengan
memberikan nomor pada setiap siswa dalam kelompok. Dengan adanya pola
interaksi siswa yang aktif dalam kelompok, penggunaan NHT dapat
meningkatkan penguasaan akademik siswa. Penomoran yang dilakukan
berfungsi untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas.
Lie (2007) menjelaskan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (hlm. 59).
b. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT)
Spenser Kagan (1993) dalam menyatakan bahwa guru
menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
Tabel 2. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
FASE AKTIVITAS GURU Fase 1: Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok
yang terdiri dari 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Nomor inilah yang menjadi identitas siswa dalam proses pembelajaran.
Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Fase 3: Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Fase 4. Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Trianto, 2011: 82-83).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Fase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
Banyak kelebihan yang didapatkan dari model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT). Huda (2011) menjelaskan, “Kepala
bernomor (Numbered Heads Together) bermanfaat memberikan kesempatan
pada siswa untuk sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat juga meningkatkan semangat kerja sama siswa” (hlm. 137).
Selain itu Lusita (2011) mengemukakan, “Kelebihan metode Numbered
Heads Together adalah 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan 3) Siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai” (hlm. 78). Meskipun banyak
kelebihan yang bisa didapatkan namun Lusita (2011) mengemukakan,
“Beberapa kelemahan Numbered Heads Together yaitu 1) Kemungkinan
Tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
FASE 1. Penomoran
FASE 2. Mengajukan/Pertanyaan Masalah
FASE 3. Berpikir Bersama
FASE 4. Menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan 2) Tidak semua anggota
kelompok dipanggil oleh guru” (hlm. 78).
3. Hakikat Metode Pemberian Tugas
a. Pengertian Metode Pemberian Tugas
Siadi, Mursiti, dan Laelly (2009) menyatakan, “Metode resitasi
(penugasan) adalah metode penyajian bahan oleh guru dengan memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar” (hlm. 361). Sagala
(2009) menyatakan, “Metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar
murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus di
pertanggungjawabkannya” (hlm. 219). Anitah (2009) menjelaskan:
Model pemberian tugas memiliki beberapa tujuan yakni memperdalam pengertian peserta didik terhadap pelajaran yang diterima, melatih peserta didik ke arah belajar mandiri, peserta didik dapat membagi waktu secara teratur, agar peserta didik dapat memanfaatkan waktu terluang untuk dapat menyelesaikan tugas, dan melatih peserta didik untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas (hlm. 117).
Roestiyah (2008) menambahkan, “Teknik pemberian tugas atau resitasi
biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang
lebih mantap” (hlm. 133).
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pemberian tugas adalah metode pembelajaran di mana guru mengaktifkan
siswa dengan memberikan tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dan
siswa harus dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Pemberian Tugas
Roestiyah (2008) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan teknik
pemberian tugas dan resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:
Pertama : Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan. Kedua : Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik
resitasi itu telah tepat dapat mencapai tujuan yang telah anda rumuskan.
Ketiga : Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti (hlm. 136).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Tahapan Metode Pemberian Tugas
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Walaupun metode pemberian tugas dapat membantu guru dalam
mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan
namun metode pemberian tugas juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
Sumantri dan Permana (2001) mengemukakan kelebihan metode penugasan
antara lain:
1) Membuat peserta didik aktif belajar, 2) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, 3) Mengembangkan kemandirian peserta didik, 4) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam memperkaya atau memperluas tentang apa yang dipelajari, dan 5) Membina tanggung jawab peserta didik” (hlm. 118).
Sumantri dan Permana (2001) juga mengemukakan kelemahan metode
penugasan antara lain, “1) Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar
sendiri atau dikenakan orang lain, 2) Tugas yang monoton dapat
membosankan peserta didik, dan 3) Tugas yang banyak dan sering dapat
membuat beban dan keluhan peserta didik” (hlm. 118).
Dengan adanya kelemahan tersebut, maka dalam menggunakan
metode pemberian tugas Sagala (2009) menjelaskan ada beberapa cara untuk
mengatasi kelemahan metode pemberian tugas itu, antara lain, “1) Tugas
yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka mengerti apa
yang harus dikerjakan, 2) Tugas yang diberikan kepada siswa dengan
Langkah-Langkah Metode Pemberian Tugas
Langkah 1. Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
Langkah 3. Merumuskan tugas dengan jelas dan mudah dimengerti
Langkah 2. Mempertimbangkan apakah tugas dapat digunakan untuk mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
memperlihatkan perbedaan individu masing-masing, 3) Waktu untuk
menyelesaikan tugas harus cukup” (hlm. 219-220).
4. Hakikat Hasil Belajar Akuntansi
a. Hasil belajar
Sappaile (2005) mengatakan, “Hasil adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah
melakukan suatu usaha” (hlm. 670). Gagne (1984) menyatakan, “Belajar
adalah sebagai suatu proses di mana suatu organism berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman” (Syaiful Sagala, 2009: 13). Sudjana (2004)
menyebutkan, “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajar” (Sappaile, 2005: 671). Benjamin Bloom
(1956) menyatakan, “Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas tiga
kawasan (domain) yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain
psikomotor” (Sagala, 2009: 33). Seperti dijelaskan oleh Sudjana (1991),
“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku….
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotoris” (hlm. 3). Berdasarkan definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
seseorang setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan
pendapat tersebut dalam pengertian yang luas, hasil belajar diukur melalui
tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Penilaian pada ranah kognitif dilakukan berkenaan dengan hasil
belajar intelektual. Sudjana (1995) menyatakan bahwa terdapat enam aspek
dalam ranah kognitif yakni, “Pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi” (hlm. 22). Pengetahuan atau ingatan
bertujuan agar siswa mengetahui atau hafal terhadap suatu materi.
Pemahaman bertujuan agar siswa memahami, mengerti, mampu
memperhitungkan, dan mampu menerjemahkan suatu materi ke dalam
bahasanya sendiri. Aplikasi bertujuan untuk menerapkan konsep ke dalam
kehidupan nyata dengan menggunakan teori, bagan, maupun menunjukkan
prosedur suatu materi. Analisis bertujuan agar siswa mampu mengenali hal
yang salah, membedakan dan menyimpulkan suatu materi. Sintesis bertujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
agar siswa mampu menarik kesimpulan dari berbagai hal atau konsep dalam
suatu materi. Evaluasi bertujuan agar siswa mampu menilai secara logis,
memperhitungkan, dan mengambil kesimpulan dari suatu materi.
Penilaian pada ranah afektif dilakukan berkenaan dengan tingkah
laku siswa. Sudjana (1995) menyatakan bahwa ranah afektif terdiri dari lima
aspek yaitu, “Penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi” (hlm. 22). Penerimaan bertujuan agar menimbulkan minat
belajar dan siswa mau memusatkan perhatian pada suatu materi. Jawaban
atau reaksi bertujuan agar siswa merespon, terlibat, dan berpartisipasi dalam
suatu materi. Penilaian bertujuan agar pada diri siswa timbul pertanyaan
tentang suatu materi juga keberanian mengekspresikan atau mengambil
keputusan. Organisasi bertujuan agar siswa mampu mendemonstrasikan dan
menyatakan atau menanggapi suatu materi. Internalisasi yakni memadukan
nilai-nilai yang telah dipelajari ke dalam kehidupan nyata siswa.
Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan berkenaan dengan
keterampilan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru. Sudjana (1995) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri
dari enam aspek:
Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada gerakan dasar, kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain), kemampuan di bidang fisik, (misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan), gerakan-gerakan skill (mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks), dan kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive (seperti gerakan ekspresif dan interpretatif) (hlm. 22).
Meskipun hasil belajar diukur melalui tiga aspek tersebut namun
dalam penelitian kali ini, peneliti akan lebih fokus pada ranah kognitif.
Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian terhadap hasil ulangan siswa
dan hasil tugas yang diberikan oleh guru yang di dalamnya mengandung
aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Strategi Peningkatan Hasil Belajar
Strategi diartikan Djamarah dan Zain (2006) sebagai, “Suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan” (hlm. 3). Dihubungkan dengan
pembelajaran, Said (2006) menyatakan, “Strategi pembelajaran
berkaitan erat dengan bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran
agar seseorang bisa belajar” (hlm. 96). Pendapat lain juga
disampaikan Suparman (1995), “Strategi pembelajaran terdiri dari
empat komponen utama yakni : 1) Urutan kegiatan pembelajaran; 2)
Metode Pembelajaran; 3) Media pembelajaran; dan 4) Waktu” (Said,
2006: 96).
Hasil belajar dijelaskan Gagne dan Briggs (2001), “Hasil
belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik
pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu”
(Rivai, 2003: 130).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi
peningkatan hasil belajar merupakan cara yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif (pengetahuan), ranah
afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Namun dalam
penelitian kali ini peneliti mengkhususkan penelitian hanya sebatas
pada ranah kognitif. Dijelaskan oleh Rivai (2002), “Dimensi kognitif
adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui,
dan memecahkan masalah” (hlm. 729). Tujuan yang ingin dicapai
dalam meningkatkan hasil belajar adalah untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar. Rivai (2002) juga menjelaskan, “keberhasilan belajar
sangat tergantung pada jenis mata pelajaran, metode belajar yang
sesuai, dan cara penyampaian materi” (hlm. 729). Ketiga hal ini
sangat erat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar karena
dengan mengetahui jenis mata pelajaran yang akan diberikan pada
peserta didik maka guru akan berusaha untuk menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
belajar yang sesuai dengan keadaaan kelas dan kemampuan peserta
didik sehingga cara penyampaian materi dari guru dapat diserap
dengan baik oleh peserta didik.
Gronlund (1985) mengemukakan:
Cara-cara yang dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan hasil belajar, yaitu: 1) Menjelaskan hasil belajar yang dimaksud pada peserta diklat, 2) Melengkapi tujuan jangka pendek dan untuk waktu yang akan datang, 3) Memberikan umpan balik terhadap kemajuan hasil belajar, 4) Memberikan informasi tentang kesulitan belajar sehingga dapat dipergunakan dalam memilih pengalaman belajar yang akan datang (Rivai, 2003: 131).
Menjelaskan hasil belajar yang dimaksud pada peserta diklat.
Maksud dari kegiatan ini adalah dengan menjelaskan hasil belajar atau
tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Dengan
memberitahukan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, akan
lebih memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
dirinya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Melengkapi tujuan jangka pendek dan untuk waktu yang
akan datang. Kegiatan yang dilakukan setelah memberikan penjelasan
tentang hasil belajar yang harus dicapai peserta didik adalah dengan
memberitahukan tujuan atau alasan pencapaian hasil belajar, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Pada penelitian kali ini tujuan
jangka pendek yang didapatkan peserta didik setelah meningkatkan
hasil belajarnya adalah tercapainya kompetensi akademik yang
diharapkan oleh SMK Negeri 1 Karanganyar sedangkan tujuan jangka
panjang yang dapat diperoleh peserta didik adalah pembelajaran
akuntansi dapat memudahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan
sehari-hari.
Memberikan umpan balik terhadap kemajuan hasil belajar.
Kegiatan selanjutnya setelah memberitahukan tujuan pencapaian hasil
belajar jangka pendek dan jangka penjang pada peserta didik maka
proses belajar akan berlangsung dan setelah berlangsungnya proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
belajar, guru dapat memberikan umpan balik kepada peserta didik
berupa reward, motivasi, penguatan atas materi, dan tes. Umpan balik
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik
terhadap materi, selain itu umpan balik juga berguna untuk
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil
belajarnya pada proses belajar yang akan datang.
Memberikan informasi tentang kesulitan belajar sehingga
dapat dipergunakan dalam memilih pengalaman belajar yang akan
datang. Kegiatan selanjutnya setelah guru memberikan umpan balik
adalah memberikan informasi tentang kesulitan belajar yang dialami
siswa selama proses belajar. Informasi ini berguna untuk memilih
model dan metode yang tepat dalam melaksanakan proses belajar di
dalam kelas sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat pada
proses belajar selanjutnya. Pada penelitian kali ini, kesulitan belajar
yang dialami siswa kelas X.2 adalah rendahnya pemahaman peserta
didik pada mata pelajaran mengelola dokumen dana kas di bank
dengan materi rekonsiliasi bank yang mengakibatkan rendahnya hasil
belajar kognitif peserta didik. Dari permasalahan tersebut peneliti
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) untuk meningkatkan pemahaman materi peserta didik
melalui kerja kelompok, selain itu peneliti juga menggunakan metode
pemberian tugas untuk memberikan penguatan pemahaman materi
kepada peserta didik. Sehingga diharapkan ada peningkatan hasil
belajar kognitif pada peserta didik kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
adalah dengan mengoptimalkan pembelajaran di dalam kelas, yakni
dengan memberikan penjelasan tentang hasil belajar, menyampaikan
tujuan pembelajaran, menggunakan model dan metode belajar yang
sesuai dengan keadaaan kelas dan kemampuan peserta didik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memberikan umpan balik pada setiap proses belajar,
menginformasikan kesulitan belajar peserta didik, dan memberikan
pemecahan atas kesulitan belajar peserta didik.
c. Pembelajaran Akuntansi
Akuntansi menurut Hongren, Harrison, Robbinson, dan
Secokusumo (1997) merupakan, “Suatu sistem yang mengukur aktivitas-
aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan-
laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan”
(hlm. 3). American Accounting Association (1966) mendefinisikan akuntansi
sebagai, “Proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi
ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas
dan tugas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut” (Soemarso,
2004: 3). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi
merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan suatu
informasi ke dalam laporan keuangan untuk digunakan oleh pengguna
laporan keuangan, seedangkan pembelajaran akuntansi merupakan upaya
pendidik untuk mengajarkan tentang materi yang berkaitan dengan akuntansi
sesuai dengan tingkatan umur peserta didik.
Pembelajaran akuntansi mulai diberikan dalam dunia pendidikan
pada Sekolah Menengah Atas (SMA dan sederajat). Di SMA pembelajaran
akuntansi diberikan mulai kelas XI sebagai identitas pada jurusan IPS
sedangkan di SMK pembelajaran akuntansi diberikan mulai kelas X karena
penjurusan dilakukan bersamaan dengan pendaftaran masuk SMK.
Pembelajaran akuntansi di SMK berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diajarkan oleh para pendidik
kepada peserta didik melalui proses pencatatan, pengikhtisaran transaksi
keuangan, dan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK. Tujuan
pembelajaran akuntansi di SMK adalah membekali tamatan SMK dengan
berbagai kompetensi dasar agar lulusan SMK dapat menguasai dan mampu
menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi dengan
benar sehingga dapat menerjunkan para siswa ke masyarakat dan juga dapat
memberikan manfaat bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, di antaranya adalah :
Tabel 3. Penelitian yang Relevan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
1 Firman Kailani
dan MI
Riyadhul
Badi’ah
Penerapan
model
kooperatif NHT
(Numbered
Head Together)
untuk
meningkatkan
minat belajar
Al-Qur’an
Hadist Siswa-
Siswi Kelas IV
A SD Darul
Ulum
Bungurasih
Dari hasil
analisis belajar
terdapat
peningkatan
yang ditandai
dengan
peningkatan
ketuntasan
belajar siswa-
siswi dalam
setiap siklus,
yaitu siklus I
(73,68%),
siklus II
(86,05%.).
Kesimpulan
dari penelitian
ini adalah
melalui
pendekatan
metode
kooperatif
learning NHT
dapat
berpengaruh
positif
terhadap
minat, prestasi
Persamaan
yang tampak
adalah sama-
sama
menggunakan
model
kooperatif tipe
NHT
(Numbered
Head
Together).
Perbedaan yang
tampak adalah pada
penelitian kali ini,
peneliti menggunakan
objek siswa kelas X
SMK sedangkan
peneliti sebelumnya
(Firman Kailani)
menggunakan objek
siswa-siswa kelas IV
SD, materi yang
diteliti oleh peneliti
saat ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Firman Kailani)
menggunakan materi
Al-Qur’an dan Hadist,
peneliti saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian
tugas namun peneliti
sebelumnya (Firman
Kailani) hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
belajar serta
respon siswa-
siswi kelas IV
A SD Darul
Ulum
Bungurasih
Sidoarjo tahun
pelajaran
2009/2010.
menggunakan metode
NHT.
2 Djoko Dwi
Kusumojanto
dan Popy
Herawati
Penerapan
Pembelajaran
Kooperatif
Model
Numbered Head
Together (NHT)
untuk
Meningkatkan
Hasil Belajar
Siswa pada
Mata Diklat
Manajemen
Perkantoran
Kelas X APK di
SMK Ardjuna
01 Malang
Terjadi
peningkatan
belajar dari
siklus I ke
siklus II hal ini
dapat dilihat
dari hasil
belajar dimana
hasil pretest
siklus I yang
menunjukkan
13,63%
mengalami
peningkatan
menjadi
40,90%
sedangkan
hasil post-test
siklus II
meningkat lagi
menjadi
90,90%.
Persamaan
yang tampak
adalah sama-
sama
menggunakan
model
kooperatif tipe
NHT
(Numbered
Head
Together),
sama-sama
menggunakan
siswa kelas X
SMK sebagai
objek
penelitian.
Perbedaan yang tampak
adalah peneliti saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian tugas
namun peneliti
sebelumnya (Djoko Dwi
Kusumojanto dan Popy
Herawati) hanya
menggunakan model
NHT, materi yang
diteliti oleh peneliti saat
ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Djoko Dwi
Kusumojanto dan Popy
Herawati) menggunakan
materi manajemen
perkantoran.
3 Mustafa,
Yusnani, dan
Penerapan
Pembelajaran
Terdapat
peningkatan
Persamaan
yang tampak
Perbedaan yang
tampak adalah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Baharuddin Kooperatif
Model
Numbered Head
Together (NHT)
untuk
Meningkatkan
Keaktifan dan
Penguasaan
Konsep
Matematika
antara siklus I
dan siklus II
yakni pada
siklus I
diperoleh rata-
rata
keberhasilan
adalah 49%
sedangkan
pada siklus II
diperoleh rata-
rata
keberhasilan
adalah 76,6%
adalah sama-
sama
menggunakan
model
kooperatif tipe
NHT
(Numbered
Head
Together).
penelitian kali ini,
peneliti menggunakan
objek siswa kelas X
SMK sedangkan
peneliti sebelumnya
(Mustafa, Yusnani,
dan Baharuddin)
menggunakan objek
siswa-siswa kelas VIII
MTs, materi yang
diteliti oleh peneliti
saat ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Mustafa, Yusnani,
dan Baharuddin)
menggunakan materi
matematika, peneliti
saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian
tugas namun peneliti
sebelumnya (Mustafa,
Yusnani, dan
Baharuddin) hanya
menggunakan model
NHT.
4 Heru
Abimartono
Peningkatan
Pemahaman
Setelah
mempelajari
Persamaan
yang tampak
Perbedaan yang tampak
adalah peneliti saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Fakta Sejarah
melalui Metode
Pemberian
Tugas pada
Siswa Kelas XI
IPS 1 SMA
Islam Sultan
Agung 1
Semarang
metode
pemberian
tugas prestasi
belajar siswa
meningkat
20,43% atau
70,43% atau
26 siswa.
adalah sama-
sama
menggunakan
metode
pemberian
tugas, sama-
sama
menggunakan
siswa SMA
dan sederajat
sebagai objek
penelitian.
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian tugas
namun peneliti
sebelumnya (Heru
Abimartono) hanya
menggunakan metode
pemberian tugas, materi
yang diteliti oleh
peneliti saat ini adalah
materi akuntansi
sedangkan peneliti
sebelumnya (Heru
Abimartono)
menggunakan materi
sejarah.
5 Hasnawati Upaya
Meningkatkan
Prestasi Belajar
Siswa dengan
Metode
Pemberian
Tugas pada
Mata Pelajaran
Matematika di
Kelas III B SD
Negeri 11 Kota
Bengkulu
Hasil analisis
data
menunjukkan
adanya
peningkatan
rata-rata hasil
tes siswa
antara
tindakan pra
siklus (4,69),
siklus I (6,65),
dan siklus II
(8,93) dengan
prosentase pra
siklus
(37,93%),
Persamaan
yang tampak
adalah sama-
sama
menggunakan
metode
pemberian
tugas.
Perbedaan yang tampak
adalah peneliti saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian tugas
namun peneliti
sebelumnya (Hasnawati)
hanya menggunakan
metode pemberian
tugas, materi yang
diteliti oleh peneliti saat
ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Hasnawati)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
siklus I
(68,98%), dan
siklus II
(100%).
menggunakan materi
matematika, pada
penelitian kali ini,
peneliti menggunakan
objek siswa kelas X
SMK sedangkan peneliti
sebelumnya (Hasnawati)
menggunakan objek
siswa-siswa kelas III
SD.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal sebelum peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah
pembelajaran akuntansi di kelas X.2 belum memanfaatkan model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Guru kelas masih menerapkan
metode ceramah monoton meskipun terkadang sudah menerapkan model kooperatif,
namun belum maksimal karena ada peserta didik yang kurang memperhatikan materi
yang diberikan guru atau ada peserta didik yang mendominasi kelompok.
Untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi di kelas X.2, peneliti
memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas. Penelitian direncanakan melalui tiga siklus, yaitu:
1. Pada siklus I digunakan pada kelompok besar yang terdiri dari 5 orang tiap
kelompok. Tugas diberikan di tiap akhir pembelajaran. Dalam proses ini diprediksi
terjadi adanya peningkatan hasil pembelajaran dibandingkan dengan sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas karena setiap siswa dituntut untuk memahami
pembelajaran.
2. Pada siklus II digunakan pada kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang di tiap
kelompok. Tugas diberikan tiap akhir pembelajaran. Dalam kelompok kecil, siswa
lebih aktif mengikuti pembelajaran dan lebih fokus untuk memecahkan masalah
yang diberikan oleh guru. Sehingga pada siklus II akan ada peningkatan hasil
belajar dibandingkan dengan siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Siklus III digunakan hanya saat permasalahan belum terselesaikan. Pada siklus III
pembelajaran sesuai dengan siklus II karena siklus III hanya dilaksanakan untuk
memperbaiki siklus II.
Berdasarkan analisa dan kerangka berpikir tersebut maka diduga melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012.
Gambaran lebih jelas dari kerangka berpikir tersebut disajikan dalam diagram alir
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 3. Diagram Alir dari Kerangka Berpikir.
SIKLUS III Memperbaiki
kekurangan pada siklus II
Guru/Peneliti : Belum
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas
Siswa : Hasil Belajar
akuntansi rendah
Guru/Peneliti : menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas
SIKLUS I Menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dalam Kelompok
Besar, Memberikan tugas dengan prosentase
90%-10%
KONDISI AKHIR
Diduga melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas dapat
meningkatkan hasil belajar akuntansi kelas
X.2
KONDISI AWAL
TINDAKAN
SIKLUS II Menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dalam Kelompok
Kecil, Memberikan tugas dengan prosentase
85%-15%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka
berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian
tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X SMK Negeri
1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
SMK Negeri 1 Karanganyar merupakan satu-satunya sekolah menengah
kejuruan negeri di Kabupaten Karanganyar yang terletak di Jalan A.W.
Monginsidi, No.1, Karanganyar. Peneliti yang juga pernah melakukan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 Karanganyar menilai sekolah ini
cocok untuk dijadikan sebagai tempat penelitian dengan alasan :
a. Rendahnya hasil belajar kognitif siswa kelas X.2 pada mata pelajaran
akuntansi.
b. Kurangnya tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru.
c. Penelitian berjudul penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas belum pernah
diterapkan di SMK Negeri 1 Karanganyar, sehingga hasil penelitian dapat
digunakan sebagai masukan bagi guru maupun pihak sekolah dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan selama empat bulan atau satu
semester yaitu mulai bulan Januari sampai bulan April 2012. Pada bulan Januari
2012 digunakan oleh peneliti untuk mempersiapkan penelitian yang meliputi
pengajuan masalah, penyusunan proposal, dan mengajukan perijinan. Bulan
berikutnya yaitu awal bulan sampai pertengahan Februari 2012 digunakan oleh
peneliti untuk merencanakan tindakan. Implementasi tindakan dilakukan peneliti
pada akhir bulan Februari 2012 sampai awal bulan April 2012. Data yang
dikumpulkan adalah data dari Siklus I maupun data Siklus II. Pada akhir bulan
April 2012 peneliti melakukan review terhadap data yang sudah terkumpul. Pada
bulan April sampai bulan Mei 2012 peneliti juga akan melakukan penyusunan
laporan hasil penelitian. Berikut ini akan disajikan tabel alokasi waktu penelitian.
Tabel 4. Alokasi Waktu Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Kegiatan Penelitian Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan
kepala sekolah dan guru pelajaran terkait
b. Diskusi untuk mengidentifikasi masalah dan merancang tindakan
c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian
2. Implementasi Tindakan a.
b.
Siklus I � Perencanaan � Pelaksanaan tindakan � Observasi � Refleksi Siklus II
� Perencanaan � Pelaksanaan tindakan � Observasi � Refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data b. Menyusun laporan/skripsi
c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan pengumpulan
laporan
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan orang-orang yang berkaitan dalam
penelitian. Subjek penelitian yang digunakan peneliti adalah guru mata pelajaran
akuntansi dengan materi Mengelola Dokumen Dana Kas di Bank yakni ibu Endang
Mardiyati dan siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran
2011/2012 dengan jumlah 40 siswa yang seluruhnya terdiri dari siswa perempuan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hubungan kegiatan yang terjadi di dalam
kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Objek penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
digunakan peneliti adalah mata pelajaran akuntansi mengelola dokumen dana kas
di bank dengan materi rekonsiliasi bank.
C. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah
penelitian. Data dan sumber data memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti
untuk menyelesaikan penelitiannya. Data yang digunakan peneliti pada penelitian ini
adalah dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip merupakan segala hal yang bersifat
tertulis yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Dokumen atau arsip yang digunakan
dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hasil
pekerjaan siswa.
Pada penelitian kali ini, selain menggunakan data peneliti juga menggunakan
sumber data. Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi :
1. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi lebih rinci tentang hal-hal yang
diperlukan oleh peneliti dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan yang
digunakan oleh peneliti adalah guru akuntansi dengan materi mengelola dokumen
dana kas di bank yaitu ibu Endang Mardiyati dan siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar.
2. Tempat atau lokasi
Tempat atau lokasi adalah tempat yang digunakan peneliti sebagai sasaran dalam
suatu penelitian. Tempat atau lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ruang kelas X.2 dan SMK Negeri 1 Karanganyar.
3. Peristiwa
Peristiwa merupakan segala hal yang terjadi. Peristiwa sebagai sumber data
mempunyai jenis yang beragam dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara
sengaja maupun tidak, aktivitas rutin yang berulang atau hanya satu kali terjadi,
dan aktivitas yang formal maupun non formal. Peristiwa dalam penelitian ini
adalah proses belajar mengajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar.
D. Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Wawancara
Arikunto (2006) menjelaskan:
Interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang” (hlm.155). Peneliti melakukan wawancara kepada peserta didik kelas X.2 untuk
mengetahui tanggapan mereka tentang proses pembelajaran di kelas, selain itu
peneliti juga melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran terkait untuk
mengetahui proses belajar mengajar yang diterapkan guru tersebut di dalam kelas.
Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin di mana
peneliti tidak mengambil waktu resmi namun tetap memiliki tanggung jawab
sebagai pengumpul data yang relevan, selain itu arah pembicaraan juga jelas.
b. Observasi
Arikunto (2006) menjelaskan:
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. …. Di dalam artian penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara (hlm. 157).
Peneliti secara langsung menjadi anggota penuh dan turut ambil bagian
dalam kehidupan hal yang diobservasi. Peneliti juga berinteraksi dengan subjek
yang dipelajari dan melakukan penelitian dalam interaksi tersebut.
c. Tes
Arikunto (2006) mengemukakan, “Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”
(hlm. 150).
Peneliti memberikan tes pada akhir siklus untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menyerap materi pelajaran. Tes yang digunakan berbentuk soal
pilihan ganda dan soal essai.
d. Dokumentasi
Arikunto (2006) mengemukakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melakukan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya” (hlm. 158). Dokumentasi yang diambil peneliti adalah RPP, silabus, dan buku
pegangan mengajar.
E. Uji Validitas Data
Wiriaatmaja (2006) mengemukakan tujuan dilakukannya uji validitas yakni,
“Mengacu pada kredibilitas dan derajat kepercayaan dari hasil penelitian” (hlm. 164). Uji
validitas yang dilakukan peneliti pada penelitian kali ini adalah melakukan validasi
dengan triangulasi. Patton (1984) juga menyatakan, “Terdapat empat macam teknik
triangulasi, yaitu 1. triangulasi data (data triangulation), 2. triangulasi peneliti
(investigator triangulation), 3. triangulasi metodologis (methodological triangulation), 4.
triangulasi teoretis (theoretical triangulation)” (Sutopo, 2002: 78).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data/triangulasi sumber
dan triangulasi metodologis/triangulasi metode untuk mengetahui kebenaran dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sutopo (2002) menyatakan, “Triangulasi sumber
mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan
sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda” (hlm. 79). Dari pernyataan
tersebut maka peneliti menggunakan dua observer untuk melakukan observasi kemudian
hasilnya akan dibandingkan dan ditarik kesimpulan. Uji validitas lain yang digunakan
peneliti adalah triangulasi metode, Sutopo (2002) menyatakan, “Triangulasi metode bisa
dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda” (hlm. 80). Dari
pernyataan tersebut maka peneliti mengumpulkan data berupa hasil wawancara dan data
nilai siswa untuk dicocokkan dan ditarik kesimpulan mengenai pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran.
F. Analisis Data
Suwandi (2011) mengatakan, ”Teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik
deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(hlm. 66). Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) menyatakan cara untuk
menganalisis data adalah dengan, “Mencari nilai rerata, prosentase keberhasilan
hasil belajar, dan lain lain” (hlm. 131) sedangkan Suwandi (2011) menyatakan,
“Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni
dengan membandingkan hasil antar siklus” (hlm.66). Pada penelitian ini, peneliti
menganalisis data kuantitatif berupa nilai siswa selama penelitian yang terdiri dari
nilai tugas siswa, nilai ulangan harian akhir siswa, dan nilai hasil belajar siswa
dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif yakni dengan membandingkan
rata-rata dan prosentase keberhasilan nilai tugas siswa, nilai ulangan harian akhir
siswa, dan nilai hasil belajar siswa pada pra siklus ke siklus 1 dan siklus 1 ke
siklus selanjutnya. Hasil dari analisis data ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang terjadi dari siklus 1 ke siklus
selanjutnya.
Pada teknik analisis kritis, Suwandi menyatakan, “Teknik analisis kritis
berkaitan dengan data kualitatif” (hlm. 66). Arikunto, Suhardjono, & Supardi
(2011) menyatakan bahwa data kualitatif yaitu data yang berupa, “Hasil
wawancara, hasil pengamatan, berbagai isi jurnal hasil angkat/kuesioner” (hlm.
132). Suwandi menyatakan, “Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk
mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar” (hlm. 66). Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data
kuantitatif berupa hasil observasi/pengamatan terhadap proses belajar mengajar
yang dilakukan guru dan hasil wawancara dengan guru dan siswa. Hasil dari
analisis data ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan dan memperbaiki
proses pembelajaran selanjutnya.
G. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dalam literatur berbahasa inggris PTK sering disebut
dengan Classroom Action Research. Ditinjau dari arti per katanya, Arikunto
(2006) menyatakan, “Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas” (hlm. 91). Penelitian menunjuk pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu
untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan menunjuk
pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula. Dengan demikian Arikunto, Suhardjono, & Supardi
(2011) menyimpulkan, “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas seara bersama” (hlm. 3).
Mc Niff (1992) menegaskan, “Dasar utama bagi dilaksanakannya
penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan” (Arikunto, Suhardjono, &
Supardi, 2011: 106). Lebih jauh lagi, Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011)
merinci tujuan PTK antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. 4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable) (hlm.61).
Suyanto (1997) menyatakan bahwa manfaat PTK adalah, ”1. Inovasi
pembelajaran, 2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, 3. Peningkatan
profesionalitas guru (Subyantoro, 2009: 24). Hopkins (1993) menyebutkan ada lima
prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas
1. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
2. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
3. Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.
4. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
5. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. (Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2011: 115).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) mengemukakan bahwa, “Ada empat rincian kegiatan pelasanaan PTK yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan. Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
b. Tindakan. Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
c. Pengamatan atau observasi. Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
d. Refleksi. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul. Kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya” (hlm.74).
Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) menggambarkan siklus penelitian
tindakan kelas sebagai berikut :
Gambar 4. Siklus PTK (hlm.74).
Permasalahan
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan I
Refleksi I
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Pengamatan/ pengumpulan data II
Refleksi II
Pelaksanaan tindakan II Perencanaan tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan data I
Pelaksanaan tindakan I
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
H. Indikator Kinerja Penelitian
Tabel 5. Indikator Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Indikator Peningkatan Hasil Belajar
Prosentase Target Capaian
Cara Mengukur
Ketuntasan hasil belajar 80 % Melalui penghitungan terhadap siswa yang mendapatkan ketuntasan dengan nilai di atas 75.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti
dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Langkah-langkah yang harus dilakukan
peneliti antara lain :
a. Tahap persiapan penelitian
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :
1) Meminta izin dan berkoordinasi kepada kepala sekolah dan guru mata
pelajaran akuntansi SMK Negeri 1 Karanganyar.
2) Berdiskusi dengan guru mata pelajaran akuntansi untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi dalam pelajaran akuntansi kelas X.2 di SMK
Negeri 1 Karanganyar dan merancang tindakan.
3) Menyusun proposal penelitian.
4) Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Tahap ini merupakan tahap penerapan isi rancangan tindakan kelas. Pada tahap ini
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan pemberian tugas untuk meningkatkan hasil belajar
akuntansi. Dalam tahap ini pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga siklus, yaitu
siklus I, siklus II, dan siklus III. Siklus III dapat tidak dilakukan ketika hasil siklus
sebelumnya sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap
pelaksanaan tindakan, tahap observasi, serta tahap refleksi. Setiap siklus
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Tahap analisis data dan pelaporan
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil data yang diperoleh tiap
siklus kemudian hasil yang telah diperoleh selama penelitian tersebut digunakan
untuk menyusun laporan. Setelah menyusun laporan, peneliti akan melaksanakan
ujian dan melakukan revisi apabila terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki dalam
laporan, yang terakhir dilakukan setelah revisi adalah penggandaan dan
pengumpulan laporan.
J. Proses Penelitian
Hal yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar
akuntansi melalui model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
pemberian tugas pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), setiap siswa dalam satu
kelompok diberikan nomor kepala yang menjadi identitasnya kemudian setelah kelompok
berdiskusi, guru akan memanggil satu nomor kepala yang akan menjelaskan hasil
diskusinya kepada seluruh kelas. Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT), peneliti juga menggunakan metode pemberian
tugas, yakni guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar di
luar jam pelajaran dengan tujuan memantapkan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu setiap siklus dirancang memiliki empat tahap, yaitu 1.
Perencanaan tindakan, 2. Pelaksanaan tindakan, 3. Pengamatan, 4. Refleksi untuk
perencanaan siklus selanjutnya.
a. Rancangan siklus I
1) Tahap perencanaan tindakan
a) Peneliti bersama guru mata pelajaran terkait merancang penerapan model
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) melalui diskusi kelompok
besar, dan pada akhir pembelajaran akan diberikan
tugas dengan prosentase 90% dari materi pertemuan tersebut dan 10% dari
materi pertemuan selanjutnya.
b) Peneliti bersama guru menyiapkan bahan ajar, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan alat observasi.
c) Menyusun instrumen untuk evaluasi berupa soal tes tertulis.
d) Menetapkan indikator ketercapaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Tahap pelaksanaan tindakan
Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu :
a) Pertemuan I
(1) Guru menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
(2) Guru memberi apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan materi awal.
(3) Guru membagi kelas ke dalam delapan kelompok di mana setiap
kelompok terdiri dari lima siswa.
(4) Guru memberi nomor kepala pada tiap siswa dan siswa bekerja
dalam kelompok.
(5) Guru memanggil satu nomor dan siswa yang nomornya dipanggil
akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
(6) Guru mengamati presentasi siswa dan memberi penilaian secara
lisan.
(7) Guru memberi tanggapan dan pada akhir pertemuan guru
memberikan tugas rumah kepada siswa.
b) Pertemuan II
(1) Guru menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
(2) Guru memberi apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan materi awal.
(3) Guru mengajak siswa untuk memberikan jawaban atas tugas yang
diberikan guru setelah selesai dicocokkan, tugas dikumpulkan pada
guru.
(4) Siswa kembali ke dalam kelompoknya untuk mendiskusikan tugas
yang diberikan guru.
(5) Guru mengingatkan siswa bahwa nomor kepala individu masih sama
dengan nomor kepala pada pertemuan pertama.
(6) Guru memanggil satu nomor dan siswa yang nomornya dipanggil
akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
(7) Guru mengamati presentasi siswa dan memberi penilaian.
(8) Guru memberikan tanggapan dan pada akhir pertemuan guru
memberikan tugas rumah kepada siswa.
c) Pertemuan III
(1) Guru menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(2) Siswa mengumpulkan tugas rumah yang diberikan guru pada
pertemuan sebelumnya.
(3) Guru memberikan tes individual.
(4) Guru mengamati pelaksanaan tes agar hasil tes dapat mencerminkan
kemampuan individual siswa.
(5) Setelah tes dilaksanakan, guru membahas tes yang telah
dilaksanakan bersama dengan siswa.
3) Tahap observasi
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan kelas.
Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan atas hasil dari
pelaksanaan tindakan yang meliputi diskusi kelompok dan penilaian terhadap
tugas rumah yang diberikan.
4) Tahap refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan analisis terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran dan hasil penguasaan materi (nilai tes). Data yang diperoleh dari
siklus I kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki
pembelajaran melalui siklus II.
b. Rancangan siklus II
Rencana penelitian tindakan kelas pada siklus II ini disesuaikan dengan
kekurangan yang ditemui pada siklus I, sehingga rencana tindakan kelas siklus II
bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II juga
dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Materi yang dipelajari adalah kelanjutan dari
materi pada siklus I.
c. Rancangan siklus III
Rencana penelitian tindakan kelas pada siklus III ini disesuaikan dengan
kekurangan yang ditemui pada siklus II, sehingga rencana tindakan kelas siklus III
bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II. Pelaksanaan siklus III
juga dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Materi yang dipelajari adalah mengulang
materi pada siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Karanganyar
SMK Negeri 1 Karanganyar berdiri pada tanggal 7 November 1963
dengan mendapat SK MENDIKBUD No.974/ B-3/ Kedj. Dahulu dikenal
dengan sebutan SMEA. Pertama kali berdiri sekolah ini, dikepalai oleh
bapak Soekamto. Sekolah ini mengalami perubahan nama berulang-ulang
dari STM, SMKK, SMEA, SMPS dan akhirnya sekarang menjadi nama
SMK. Meskipun sering mengalami perubahan nama, masyarakat tetap
familiar dengan keberadaan SMK ini. Sehingga, sering dissebut dengan
istilah lama yaitu SMEA.
a. Perkembangan Sekolah
Pada tahun 1070 an, SMK Negeri 1 Karanganyar hanya
mempunyai 2 program jurusan, yaitu tata buku dan tata perusahaan.
Kemudian pada tahun 1976, ada penambahan program jurusan, yaitu
tata niaga. Seiring dengan perkembangan jaman, nama program jurusan
itupun berubah-ubah. Karena kemajuan teknologi dan tututan jaman,
serta harapan masyarakat, maka SMK Negeri 1 Karanganyar
memperbanyak program kejuruan, yaitu tata busana.
Pada tahun 2000 an, program jurusan yang ditawarkan di SMK
Negeri 1 Karanganyar menjadi 5 jurusan, yaitu program keahlian bisnis
dan manajemen yang meliputi 3 program khusus yaitu akuntansi (dulu
dikenal dengan nama tata buku), sekretaris (tata usaha), dan penjulan
(tata niaga). Program keahlian tata busana, dan program teknologi
informasi yaitu multimedia. Dengan tersedianya berbagai jurusan, maka
peminat siswa yang ingin melanjutkan ke SMK Negeri 1 Karanganyar
juga semakin banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tahun 2008, SMK Negeri 1 Karanganyar semakin mampu
menciptakan daya saing yang kuat, dengan membuka jurusan baru lagi,
yaitu usaha perjalanan wisata.
b. Nama-Nama Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang pernah menjabat di SMK Negeri 1
Karanganyar adalah :
1) Drs. Simin Moeljodinoto
2) Drs. Moerjadji
3) Soerdjadi, B.A
4) Drs. Soewardi
5) Drs. Casudi, M.Pd.
6) Tenang Pranata, S.Pd., M.Pd.
2. Keadaan Lingkungan Belajar
Secara geografis, SMK Negeri 1 Karanganyar terletak di tengah
kota Karangayar, tepatnya terletak di Jalan Monginsidi, Kelurahan
Tegalgede, Kabupaten Karanganyar. Sebelah barat SMK Negeri 1
Karanganyar terdapat MAN Karanganyar, sebelah utara terdapat MI
Karanganyar, sebelah timur terdapat SMK Wikarya dan SMK BK, dan
sebelah selatan terdapat pertokoan dan rumah warga.
Letak SMK Negeri 1 Karanganyar yang strategis membuat sekolah
ini mudah dijangkau oleh kendaraan umum dari berbagai jurusan, sehingga
memudahkan siswa untuk menuju ke sekolah. Masyarakat juga merespon
dengan baik SMK ini karena merupakan satu-satunya SMK Negeri yang ada
di Karanganyar yang juga sudah menerapkan sistem Rintisan Sekolah
Berstandar Internasional (RSBI). Secara umum, keadaan lingkungan SMK
Negeri 1 Karanganyar adalah sekolah yang asri dan bersih. Hal ini ditunjang
adanya kegiatan Jumat bersih yang dilakukan oleh semua anggota sekolah
setiap satu minggu sekali untuk membersihkan seluruh wilayah sekolah. Di
setiap sudut bangunan terdapat pohon rindang dan juga tumbuhan lain yang
sangat terawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keadaan kelas pada umumnya sudah dilengkapi dengan berbagai
fasilitas penunjang pembelajaran yang sangat memadai (sesuai standar
RSBI), yaitu berupa inventaris kelas seperti whiteboard, meja, kursi, LCD,
screen, dll. Untuk penempatan ruang belajar siswa, SMK Negeri 1
Karanganyar menerapkan sistem moving class, sehingga ruang
pembelajaran siswa berganti-ganti tempat atau ruang kelasnya. Pergantian
ini dilakukan ketika terjadi pergantian mata pelajaran sesuai jadwal yang
ditentukan. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran siswa SMK Negeri 1
Karanganyar menyediakan laboratorium dan perpustakaan. Dengan adanya
berbagai fasilitas yang lengkap diharapkan KBM di SMK Negeri 1
Karanganyar dapat berjalan dengan maksimal.
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Negeri 1 Karanganyar
a. Visi
Mewujudkan SMK yang di percaya oleh masyarakat sebagai lembaga diklat
yang unggul serta mampu menjawab tantangan dalam perubahan di era global.
b. Misi
1) Membekali peserta diklat dengan kompetensi yang memadai sesuai
dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu berwirausaha.
2) Membekali peserta diklat agar memiliki etos kerja yang tinggi dan
berbudi pekerti yang luhur.
c. Tujuan
1) Menyiapkan siswa menjadi insan cerdas, terampil dan kompetitif
untuk memasuki lapangan kerja, memilih karir dan mampu
mengembangkan diri sesuai bidang keahliannya.
2) Menyiapkan siswa memungkinkan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
B. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal di
kelas untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan dan mengidentifikasi masalah-
masalah yang muncul selama proses pembelajaran akuntansi. Observasi awal
peneliti dilakukan pada hari Rabu tanggal 15 Februari 2012 di ruang 2 kelas X.2
SMK Negeri 1 Karanganyar. Hasil dari observasi awal tersebut adalah :
1. Minat belajar siswa dan motivasi diri siswa yang masih rendah.
Rendahnya minat belajar siswa terlihat dari kurang antusiasnya siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Banyak siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru, khususnya siswa yang duduk di bangku belakang
karena guru juga kurang memperhatikan siswa yang ramai di bangku belakang.
Motivasi diri siswa untuk berkembang yang rendah juga terlihat dari banyak siswa
yang lupa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru pada
pertemuan yang lalu. Siswa juga belum mau berusaha untuk mencari tahu materi
yang belum ia pahami baik dari buku-buku maupun dari teman sebaya. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang akan
berimbas dengan rendahnya hasil belajar kognitif siswa. Dalam hal ini guru
dituntut untuk dapat memotivasi siswa untuk dapat meningkatkan minat belajar
siswa sehingga hasil belajar kognitif siswa juga akan meningkat. Guru dapat
menjelaskan tujuan dan arti penting mempelajari akuntansi khususnya pada pokok
bahasan yang akan dipelajari sehingga siswa memiliki cara pandang yang positif
dan termotivasi untuk meningkatkan minat belajar. Guru juga sebaiknya menegur
siswa yang ramai dan lebih memperhatikan siswa yang duduk di bangku belakang.
2. Masih terpakunya pembelajaran pada buku pegangan sekolah.
Selama ini siswa hanya menggunakan buku pegangan dari sekolah saja.
Kurangnya motivasi siswa untuk berkembang membuat siswa belum mau mencari
sumber lain untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi yang
diajarkan. Siswa hanya mengerjakan soal-soal yang ada pada buku pegangan
sekolah, guru juga belum banyak memberikan latihan soal dari buku lain. Hal ini
membuat siswa kurang dapat menguasai materi dengan baik sehingga hasil belajar
kognitif siswa juga masih rendah. Dengan demikian guru dituntut untuk dapat
memberikan latihan soal yang lebih banyak dari sumber lain. Guru juga dapat
memotivasi siswa agar mencari sumber lain selain buku pegangan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3. Penggunaan metode belajar yang kurang bervariasi.
Metode pembelajaran yang digunakan guru saat menyampaikan materi
pelajaran adalah metode ceramah monoton dan menggunakan model kooperatif.
Meskipun dalam pembelajaran guru sudah menggunakan model kooperatif untuk
meningkatkan minat belajar siswa, namun model dan metode yang digunakan guru
dirasa belum efektif karena masih banyak siswa yang ramai saat guru meminta
siswa untuk bekerja dalam kelompok, selain itu hanya beberapa siswa saja yang
mendominasi kelompok sedangkan siswa yang lainnya hanya diam dan menunggu
jawaban dari teman satu kelompoknya. Saat presentasi guru hanya menyuruh
perwakilan kelompok yang menjelaskan hasil pembahasan kelompoknya, sehingga
siswa yang tidak ikut mengerjakan soal kelompok juga tidak akan disuruh maju
oleh kelompoknya. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat
banyak banyak siswa yang belum memahami materi dan siswa yang belum
memahami materi akan semakin tidak paham.
4. Hasil belajar kognitif siswa yang masih rendah.
Berdasarkan observasi awal peneliti, hasil belajar kognitif siswa kelas
X.2 masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari tabel berikut
Tabel 6. Hasil Tes Awal Siswa
Nilai Jumlah Siswa Prosentase 75-100 8 20% 50-74 23 57,50% 25-49 9 22,50%
40 100%
Tabel hasil tes awal siswa menunjukkan bahwa terdapat 32 siswa (80%)
yang belum tuntas atau belum memenuhi standar KKM yaitu 75 sedangkan
hanya 8 siswa (20%) yang sudah tuntas atau sudah memenuhi standar KKM
yaitu 75. Nilai rata-rata kelas pada tes awal siswa yaitu 58,38. Hal ini
menunjukkan bahwa proses belajar yang dilakukan belum optimal dan
belum mencapai tujuan yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Penelitian yang dilakukan peneliti kali ini terdiri dari dua siklus, tiap
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : 1. Perencanaan tindakan. 2. Pelaksanaan
tindakan. 3. Observasi. 4. Refleksi
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus I melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas adalah
sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 25 Februari 2012 di kantor guru SMK Negeri 1 Karanganyar. Guru
bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan
kemudian disepakati bahwa penelitian siklus I akan dilaksanakan dalam tiga
pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012, hari Sabtu tanggal 3
Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 7 Maret 2012.
Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut
:
1) Peneliti bersama guru mata pelajaran terkait mendiskusikan skenario
pembelajaran akuntansi dengan materi pelajaran mengelola dana kas bank
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan pemberian tugas. Skenario pembelajaran yang
disusun sebagai berikut :
a) Pertemuan pertama (Rabu, 29 Februari 2012)
(1) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka,
menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran
siswa.
(2) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(3) Guru bersama peneliti membuka pelajaran dengan memberikan
gambaran tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang
rekonsiliasi bank.
(4) Guru bersama peneliti menjelaskan indikator dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran
berakhir dan cakupan materi yang akan dipelajari.
(5) Guru bersama peneliti menggiring siswa dengan cerita yang
berhubungan dengan materi.
(6) Guru bersama peneliti menjelaskan garis besar penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas kepada siswa.
(7) Siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank dan
tujuan rekonsiliasi bank.
(8) Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan tiap kelompok
terdiri dari lima siswa.
(9) Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas pada
kelompoknya.
(10) Guru bersama peneliti memberikan soal dan siswa
mendiskusikan tugas yang diberikan guru bersama
kelompoknya.
(11) Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa
yang nomornya ditunjuk menyampaikan hasil kerja
kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau
dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator.
(12) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi
siswa saat pembelajaran kelompok.
(13) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil
diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama
proses pembelajaran kelompok.
(14) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara
klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang
telah disampaikan kepada siswa secara acak.
(15) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(16) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
(17) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas
hasil belajar yang telah dicapai siswa.
(18) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran
pada pertemuan selanjutnya.
(19) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa
sebagai tindak lanjut.
(20) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
b) Pertemuan kedua (Sabtu, 3 Maret 2012)
(1) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka,
menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran
siswa.
(2) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
(3) Siswa bersama guru mengulang pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya secara singkat.
(4) Siswa secara acak menjawab tugas yang diberikan oleh guru
pada pertemuan sebelumnya kemudian guru memberikan
jawaban yang benar.
(5) Siswa bersama guru menyebutkan bentuk-bentuk rekonsiliasi
bank, merangkai cara untuk mengecek kebenaran pencatatan
kas perusahaan dan bank, mengidentifikasi penyebab terjadinya
selisih kas perusahaan dan bank, dan menyajikan laporan
rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar.
(6) Guru bersama peneliti mempersilakan siswa untuk berformasi
dalam kelompoknya masing-masing sesuai pertemuan
sebelumnya.
(7) Guru bersama peneliti memberitahukan bahwa nomor kepala
yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya.
(8) Guru bersama peneliti memberikan soal dan siswa
mendiskusikan tugas yang diberikan guru bersama
kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(9) Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa
yang nomornya ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil kerja
kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau
dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator.
(10) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi
siswa saat pembelajaran kelompok.
(11) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil
diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama
proses pembelajaran kelompok.
(12) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara
klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang
telah disampaikan kepada siswa secara acak.
(13) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
(14) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
(15) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas
hasil belajar yang telah dicapai siswa.
(16) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran
pada pertemuan selanjutnya.
(17) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa
sebagai tindak lanjut.
(18) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
(19) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
c) Pertemuan ketiga (Rabu, 7 Maret 2012)
(1) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka,
menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran
siswa.
(2) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
(3) Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan soal tes
individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(4) Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan
lembar jawaban kepada siswa.
(5) Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai
dengan aturan yang telah dijelaskan.
(6) Guru bersama peneliti mengawasi jalannnya tes dengan baik
agar hasil tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa.
(7) Siswa mengumpulkan lembar jawab soal tes individu.
(8) Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes
individu.
(9) Guru bersama peneliti membahas jawaban satu per satu untuk
menguatkan pemahaman siswa.
(10) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas
hasil belajar yang telah dicapai siswa.
(11) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran
pada pertemuan selanjutnya.
(12) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
(13) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
2) Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk materi rekonsiliasi bank.
3) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian berupa :
a) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan belajar
mengajar. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru.
b) Menyiapkan soal tes dan tugas yang akan diberikan pada siswa sebagai
penilaian ketuntasan belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari rancangan atau
skenario pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama guru mata
pelajaran terkait. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan
seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012,
hari Sabtu tanggal 3 Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 7 Maret 2012 di ruang 2
kelas X.2. Pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 9x45 menit sesuai
dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan siklus I ini
adalah mengenai rekonsiliasi bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pada pertemuan pertama guru mengawali pelajaran dengan
mengenalkan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas.
Siswa antusias dengan adanya model pembelajaran baru kemudian siswa
bersama guru merangkai konsep tentang pengertian dan tujuan rekonsiliasi bank
bersama siswa. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan
lima orang di setiap kelompoknya untuk menjawab soal yang diberikan guru.
Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas tiap kelompok. Apabila
waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal telah habis, guru memanggil
satu nomor kepala untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan
kelas. Siswa yang lain dapat memberikan tanggapan atau pertanyaan atas
presentasi yang dilakukan oleh salah satu anggota kelompok. Dalam hal ini
guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa agar
setiap siswa lebih aktif dalam kerja kelompok. Pada akhir pertemuan guru
memberikan tugas pada siswa yang harus dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya. Meskipun beberapa siswa kurang antusias, namun guru kembali
menegaskan bahwa penugasan berfungsi untuk menguatkan pemahaman siswa
tentang materi yang dibahas. Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran
melanjutkan materi pada pertemuan pertama, namun sebelum pelajaran
dilanjutkan guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Setelah tugas pertemuan sebelumnya selesai dibahas, siswa dibagi lagi ke dalam
kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa juga
bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru. Setelah
selesai berdiskusi, siswa yang nomor kepalanya dipanggil oleh guru akan
mempresentasikan jawaban kelompoknya ke depan kelas. Pada akhir
pertemuan guru memberikan tugas pada siswa yang harus dikumpulkan pada
pertemuan selanjutnya kemudian siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan
sebelumnya. Pertemuan terakhir di siklus I diisi dengan pemberian ulangan
akhir siklus I. Hal ini dilakukan sebagai evaluasi untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar kognitif dari siklus I. Pada akhir pembelajaran, siswa
mengumpulkan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama (Rabu, 29 Februari 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan
lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c) Guru membuka pelajaran dengan memberikan gambaran tentang
materi yang akan dipelajari yaitu tentang rekonsiliasi bank.
d) Guru menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir dan cakupan materi yang
akan dipelajari.
e) Guru menggiring siswa dengan cerita yang berhubungan dengan
materi.
f) Guru bersama peneliti menjelaskan garis besar penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
pemberian tugas kepada siswa.
g) Siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank dan
tujuan rekonsiliasi bank.
h) Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan tiap kelompok terdiri
dari lima siswa.
i) Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas pada
kelompoknya.
j) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan tugas yang diberikan
guru bersama kelompoknya. Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit.
k) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk
menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain
dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi
fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 2,
sehingga siswa bernomor kepala 2 ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu
30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk
bertanya atau memberi tanggapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
l) Guru mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar
siswa.
m) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas
kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok.
n) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan
memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan
kepada siswa secara acak.
o) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
p) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
q) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan
menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di
pertemuan selanjutnya.
r) Guru menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
s) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut.
t) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
2) Pertemuan kedua (Sabtu, 3 Maret2012)
a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan
lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c) Siswa bersama guru mengingat kembali materi yang telah
disampaikan guru pada pertemuan sebelumnya.
d) Siswa bersama guru menjawab tugas yang diberikan guru pada
pertemuan sebelumnya. Guru menunjuk siswa secara acak untuk
menjawab tugas yang diberikan guru kemudian guru akan
memberikan jawaban yang benar dari tugas tersebut.
e) Siswa bersama guru menyebutkan bentuk-bentuk rekonsiliasi bank,
merangkai cara untuk mengecek kebenaran pencatatan kas perusahaan
dengan bank, dan mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
perusahaan dan bank, menyajikan laporan rekonsiliasi bank ke arah
saldo yang benar pada buku paket. Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengemukakan pendapat kemudian guru
memberikan kesimpulan dari pendapat siswa.
f) Guru mempersilakan siswa untuk berformasi kembali dalam
kelompoknya masing-masing sesuai pertemuan sebelumnya.
g) Guru memberitahukan bahwa nomor kepala yang digunakan masih
sama dengan nomor kepala yang digunakan pada pertemuan
sebelumnya.
h) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan soal yang diberikan
guru bersama kelompoknya. Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit. Guru
mengamati jalannya kerja kelompok dan memberikan bimbingan serta
arahan, juga membantu siswa dalam memecahkan masalah atau
kesulitan yang dihadapi siswa.
i) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk
menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain
dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi
fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 4,
sehingga siswa bernomor kepala 4 ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu
30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk
bertanya atau memberi tanggapan.
j) Guru mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar
siswa.
k) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas
kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok.
l) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan
memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan
kepada siswa secara acak.
m) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
n) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
o) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan
menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di
pertemuan selanjutnya.
p) Guru menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan
dilaksanakan ulangan harian siklus I.
q) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut.
r) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
s) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
3) Pertemuan ketiga (Rabu, 7 Maret 2012)
a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan
lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c) Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan tes individu/ soal
ulangan harian siklus I.
d) Siswa yang mengerjakan ulangan lebih dulu adalah siswa bernomor
urut genap.
e) Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan lembar
jawaban kepada siswa.
f) Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai dengan
aturan yang telah dijelaskan. Guru mengingatkan siswa untuk selalu
berlaku jujur dalam mengerjakan tes individu.
g) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya tes dengan baik agar hasil
tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.
h) Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa mengumpulkan lembar
jawab kepada guru dan tes dilanjutkan oleh peserta bernomor urut
ganjil.
i) Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes individu.
Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab hasil tes individu
yang telah dikerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
j) Guru membahas soal tes individu satu per satu untuk lebih
menguatkan pemahaman siswa.
k) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan
menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di
pertemuan selanjutnya.
l) Guru menginformasikan materi pelajaran pada pertemuan selanjutnya.
m) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
n) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
c. Observasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan materi
mengelola dana kas bank menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas di kelas X.2 SMK
Negeri 1 Karanganyar. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan berkolaborasi
dengan guru mata pelajaran terkait, yaitu ibu Endang Mardiyati,S.Pd. Hal ini
dilakukan agar peneliti dan guru dapat bersama-sama mengamati langsung
proses pembelajaran akuntansi materi mengelola dana kas bank.
Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu, 29 Februari 2012. Guru
mengawali pembelajaran dengan mengenalkan proses pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas. Pembelajaran dilanjutkan oleh siswa bersama
guru dengan merangkai pengertian dan tujuan dilakukannnya rekonsiliasi bank,
transaksi-transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan dan saldo kas di
bank, serta penyebab terjadinya selisih kas menurut catatan perusahaan dan
bank. Selama proses pembelajaran, kelas dibagi menjadi delapan kelompok
untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru selanjutnya setiap siswa
diberikan nomor kepala sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT). Guru memanggil satu nomor untuk
mempresentasikan jawaban yang telah diperolehnya dari kerja kelompok. Guru
juga menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa secara jelas. Pada
akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk siswa yang akan
dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu, 3 Maret 2012.
Pelaksanaan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
namun sebelum pelajaran dilanjutkan guru membahas tugas yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa bersama guru
mengecek kebenaran pencatatan kas perusahaan dan bank, mengidentifikasi
penyebab terjadinya selisih kas antara rekening koran bank dan catatan
perusahaan, menyebutkan bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan menyusun
laporan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar. Model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) digunakan kembali saat
melakukan kerja kelompok. Nomor kepala yang digunakan masih sama dengan
pertemuan sebelumnya. Guru menguatkan kembali jawaban siswa dengan jelas.
Pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk siswa yang akan
dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya kemudian siswa mengumpulkan tugas
pada pertemuan sebelumnya.
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 7 Maret 2012. Pertemuan
ketiga dilakukan peneliti bersama guru untuk mengadakan evaluasi
pembelajaran dari siklus I. Pada akhir pembelajaran siswa mengumpulkan tugas
pada pertemuan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar kognitif siswa pada siklus I. Dari kegiatan tersebut, deskripsi
secara rinci tentang jalannya proses pembelajaran akuntansi pada materi
mengelola dana kas bank dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas telah dijelaskan
dalam pelaksanaan tindakan I.
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran, diperoleh gambaran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 7. Nilai Siklus I
Rentang Nilai
Tugas 1 Tugas 2 Ulangan Harian
Akhir Hasil Belajar
Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
%
≥ 97 7 17,50% 6 15,00% 3 7,50%
86-96 31 77,50% 26 65,00% 9 22,50% 13 32,50% 75-85 9 22,50% 7 17,50% 11 27,50% 14 35,00%
64-74 6 15,00% 7 17,50%
53-63 4 10,00% 2 5,00%
42-52 3 7,50% 1 2,50%
≤ 41 1 2,50%
Total 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
Keterangan :
Kolom tugas 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tugas 1 adalah
89,45 dengan seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu 75, namun belum
ada siswa yang mendapat nilai di atas 96. Hal ini disebabkan karena siswa
kurang antusias dengan tugas yang diberikan guru sehingga hasil yang
diperoleh siswa belum sempurna. Selain itu pemahaman siswa terhadap materi
masih kurang sehingga siswa masih kesulitan mengerjakan tugas dari guru.
Kolom tugas 2 menunjukkan bahwa seluruh siswa juga mendapatkan
nilai di atas KKM. Dalam kolom ini juga diketahui bahwa terdapat peningkatan
hasil belajar siswa karena rata-rata nilai tugas 2 adalah 92,95 dan pada tugas 2
terdapat tujuh siswa yang mendapatkan nilai di atas 96. Peningkatan ini
disebabkan karena guru memberikan motivasi pada siswa untuk terus berlatih
melalui tugas yang diberikan. Penggunaan model kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) juga membuat siswa untuk lebih mudah memahami
materi sehingga siswa lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan
guru.
Kolom ulangan harian akhir siklus I menunjukkan bahwa indikator
keberhasilan belum dapat dicapai namun apabila dibandingkan dengan nilai pra
siklus terdapat peningkatan nilai dari pra siklus ke siklus 1. Nilai ulangan harian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pra siklus menunjukkan bahwa terdapat 8 siswa (20%) yang mendapat nilai di
atas KKM sedangkan 32 siswa (80%) mendapat nilai di bawah KKM dengan
nilai rata-rata 58,38 sedangkan pada siklus I terdapat 26 siswa (65 %) yang
nilainya di atas KKM sedangkan 14 siswa (35%) nilainya masih berada di
bawah KKM dengan nilai rata-rata 77,21. Peningkatan ini terjadi karena
pemahaman siswa lebih meningkat dari sebelumnya dan siswa telah terbiasa
mengerjakan soal-soal melalui tugas sehingga hal itu semakin memberikan
kemudahan bagi siswa untuk mengerjakan soal ulangan dengan baik dan benar.
Siswa yang belum tuntas disebabkan karena siswa tersebut belum bersungguh-
sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pemahaman materi
yang masih kurang sehingga siswa tersebut masih kesulitan dalam mengerjakan
soal ulangan yang diberikan guru.
Kolom hasil belajar diperoleh dari rata-rata nilai tugas dengan nilai
ulangan harian akhir siklus I. Kolom tersebut menunjukkan bahwa 30 siswa
(75%) telah mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 10 siswa (25%) masih
berada di bawah KKM dengan nilai rata-rata 81,87. Siswa yang masih
mendapat nilai dibawah KKM disebabkan karena siswa tersebut belum
memahami pelajaran dengan baik dan belum bersungguh-sungguh dalam
pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, dapat
diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dengan pemberian tugas terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar kognitif. Sebelum penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
pemberian tugas, jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM adalah 8
siswa (20%) sedangkan 32 siswa (80%) mendapatkan nilai di bawah KKM.
Namun, setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dengan pemberian tugas terdapat peningkatan hasil
belajar siswa khususnya hasil belajar kognitif. Berdasarkan nilai hasil belajar
siswa diketahui bahwa terdapat 30 siswa (75%) yang mendapatkan nilai di atas
KKM, sedangkan hanya 10 siswa (25%) yang masih mendapat nilai di bawah
KKM. Indikator keberhasilan yang belum tercapai pada siklus I akan diperbaiki
pada siklus selanjutnya. Peneliti akan melaksanakan siklus II sebagai kelanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Selain itu pelaksanaan siklus II
juga bertujuan untuk mencapai indikator keberhasilan (80%) yang telah
ditetapkan dan memberikan penguatan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat
benar-benar meningkatkan hasil belajar kognitif siswa sehingga peningkatan
hasil belajar tidak hanya pada satu siklus pembelajaran, namun hasil belajar
siswa dapat lebih ditingkatkan pada siklus pembelajaran selanjutnya yaitu pada
siklus II.
Peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil observasi untuk
digunakan sebagai bahan acuan dalam memperbaiki pelaksanakan proses
pembelajaran berikutnya. Analisis yang diperoleh peneliti adalah :
1) Kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus I
a) Guru tidak terlalu banyak mengulang menjelaskan materi karena
siswa sudah sedikit memahami materi melalui kelompok dan
penugasan yang diberikan guru.
b) Guru dapat dengan mudah menggiring siswa kepada jawaban yang
benar karena siswa sudah memperoleh gambaran tentang materi
melalui kelompok.
2) Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus I
a) Kontrol guru dalam proses pembelajaran di kelas masih kurang,
terbukti dengan guru belum mengingatkan siswa yang ramai di kelas.
b) Guru belum memperhatikan proses kegiatan kelompok secara baik
karena guru belum terlihat banyak berkeliling untuk mengecek
kegiatan kelompok yang dilakukan siswa.
c) Guru belum dapat memantau sepenuhnya tugas siswa karena
pengumpulan tugas dapat dilakukan pada akhir pembelajaran.
3) Kelebihan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus I
a) Siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi karena materi
sudah dipahami dalam kelompok dan akan dilakukan penguatan
kembali oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b) Keberanian siswa dapat lebih ditingkatkan karena siswa yang maju
untuk presentasi ditunjuk oleh guru sesuai dengan nomor kepala yang
dimilikinya.
4) Kelemahan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus I
a) Masih terdapat siswa yang pasif dalam kelompok dan belum
memaksimalkan kegiatan dalam kelompok.
b) Minat belajar siswa masih rendah karena masih banyak siswa yang
mengerjakan tugas pada saat jam pelajaran belum di mulai.
Berdasarkan observasi dan analisis tersebut maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah;
1) Guru harus lebih mengontrol pembelajaran di kelas dengan mengingatkan
siswa yang ramai agar tercipta suasana belajar yang lebih kondusif.
2) Guru dapat berkeliling saat kegiatan kelompok untuk mengecek kegiatan
kelompok yang dilakukan siswa, guru juga dapat membantu kesulitan
siswa secara intensif dalam setiap kelompok.
3) Guru dapat memantau tugas siswa dengan memberikan pertanyaan pada
siswa yang dirasa belum memahami materi dengan baik saat membahas
tugas pertemuan sebelumnya maupun saat kegiatan akhir, pengumpulan
tugas juga sebaiknya dilakukan pada awal pembelajaran.
2. Siklus II
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus II melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas adalah
sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 26 Maret 2012 di kantor guru SMK Negeri 1 Karanganyar. Guru
bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan
kemudian disepakati bahwa penelitian siklus II akan dilaksanakan dalam tiga
pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012, hari Sabtu tanggal 31
Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 4 April 2012.
Tahap perencanaan tindakan siklus II meliputi kegiatan sebagai
berikut :
1) Peneliti bersama guru mata pelajaran terkait mendiskusikan skenario
pembelajaran akuntansi dengan materi pelajaran mengelola dana kas bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan pemberian tugas. Skenario pembelajaran yang
disusun sebagai berikut :
a) Pertemuan pertama (Rabu, 28 Maret 2012)
(1) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka,
menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran
siswa.
(2) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
(3) Guru bersama peneliti membuka pelajaran dengan memberikan
gambaran tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang
rekonsiliasi bank.
(4) Guru bersama peneliti menjelaskan indikator dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran
berakhir dan cakupan materi yang akan dipelajari.
(5) Guru bersama peneliti menggiring siswa dengan cerita yang
berhubungan dengan materi.
(6) Siswa bersama guru merangkai pengertian dan tujuan
rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas
perusahaan dan saldo kas perusahaan di bank, penyebab
terjadinya selisih kas menurut catatan perusahaan dan bank,
mengecek dan mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas
rekening koran dan catatan perusahaan, bentuk rekonsiliasi,
perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang
benar dan menurut catatan perusahaan.
(7) Siswa dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan tiap kelompok
terdiri dari empat siswa. Perubahan banyaknya kelompok dari
siklus I yang tiap kelompok terdiri dari 5 siswa ke siklus II yang
tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dilakukan guru untuk
meningkatkan fokus siswa terhadap pelajaran yang dibahas
selain itu juga mempertinggi keterlibatan siswa dalam kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kelompok sehingga akan lebih meningkatkan hasil belajar
siswa.
(8) Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas pada
kelompoknya.
(9) Guru bersama peneliti memberikan soal dan siswa
mendiskusikan tugas yang diberikan guru bersama
kelompoknya, siswa bekerja dalam kelompok.
(10) Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa
yang nomornya ditunjuk menyampaikan hasil kerja
kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau
dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator.
(11) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi
siswa saat pembelajaran kelompok.
(12) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil
diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama
proses pembelajaran kelompok.
(13) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara
klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang
telah disampaikan kepada siswa secara acak.
(14) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
(15) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
(16) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas
hasil belajar yang telah dicapai siswa.
(17) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran
pada pertemuan selanjutnya.
(18) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa
sebagai tindak lanjut.
(19) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
b) Pertemuan kedua (Sabtu, 31 Maret 2012)
(1) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka,
menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(2) 0Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
(3) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
(4) Siswa bersama guru mengulang pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya secara singkat.
(5) Siswa secara acak menjawab tugas yang diberikan oleh guru
pada pertemuan sebelumnya kemudian guru memberikan
jawaban yang benar.
(6) Guru bersama peneliti mempersilakan siswa untuk berformasi
dalam kelompoknya masing-masing sesuai pertemuan
sebelumnya.
(7) Guru bersama peneliti memberitahukan bahwa nomor kepala
yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya.
(8) Guru bersama peneliti memberikan soal dan siswa
mendiskusikan tugas yang diberikan guru bersama
kelompoknya.
(9) Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa
yang nomornya ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil kerja
kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau
dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator.
(10) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi
siswa saat pembelajaran kelompok.
(11) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil
diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama
proses pembelajaran kelompok.
(12) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara
klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang
telah disampaikan kepada siswa secara acak.
(13) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
(14) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
(15) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas
hasil belajar yang telah dicapai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(16) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran
pada pertemuan selanjutnya.
(17) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa
sebagai tindak lanjut.
(18) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
c) Pertemuan ketiga (Rabu, 4 April 2012)
(1) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka,
menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran
siswa.
(2) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
(3) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
(4) Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan soal tes
individu.
(5) Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan
lembar jawaban kepada siswa.
(6) Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai
dengan aturan yang telah dijelaskan.
(7) Guru bersama peneliti mengawasi jalannnya tes dengan baik
agar hasil tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa.
(8) Siswa mengumpulkan lembar jawab soal tes individu.
(9) Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes
individu.
(10) Guru bersama peneliti membahas jawaban satu per satu untuk
menguatkan pemahaman siswa.
(11) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas
hasil belajar yang telah dicapai siswa.
(12) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran
pada pertemuan selanjutnya.
(13) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
2) Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk materi rekonsiliasi bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian berupa :
a) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan belajar
mengajar. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru.
b) Menyiapkan soal tes dan tugas yang akan diberikan pada siswa sebagai
penilaian ketuntasan belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari rancangan atau
skenario pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama guru mata
pelajaran terkait. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan
seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012,
hari Sabtu tanggal 31 Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 4 April 2012 di ruang
2 kelas X.2. Pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 9x45 menit sesuai
dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan siklus I ini
adalah mengenai rekonsiliasi bank.
Pada pertemuan pertama guru bersama siswa mengawali pelajaran
dengan merangkai konsep tentang pengertian rekonsiliasi bank, tujuan
rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan dan saldo
kas perusahaan di bank, penyebab terjadinya selisih kas menurut catatan
perusahaan dan bank, mengecek dan mengidentifikasi penyebab terjadinya
selisih kas antara rekening koran dan catatan perusahaan, bentuk-bentuk
rekonsiliasi bank, dan menjelaskan perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke
arah saldo yang benar dan ke arah saldo normal perusahaan. Selanjutnya, siswa
dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan empat orang di setiap kelompoknya
untuk menjawab soal yang diberikan guru. Setiap siswa diberikan nomor kepala
sebagai identitas tiap kelompok. Pada saat diskusi kelompok, guru berkeliling
untuk mengecek keadaan siswa tiap kelompok, apabila terdapat kesulitan guru
akan membantu menggiring siswa ke arah pemecahan masalah. Saat waktu
yang diberikan untuk menyelesaikan soal telah habis, guru memanggil satu
nomor kepala untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas.
Siswa yang lain dapat memberikan tanggapan atau pertanyaan atas presentasi
yang dilakukan oleh salah satu anggota kelompok. Dalam hal ini guru bertindak
sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa agar setiap siswa
lebih aktif dalam kerja kelompok. Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pada siswa yang harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pada
pertemuan kedua, proses pembelajaran melanjutkan materi pada pertemuan
pertama, namun sebelum pelajaran dilanjutkan guru meminta siswa untuk
mengumpulkan tugas pertemuan pertama kemudian siswa bersama guru
membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah tugas
pertemuan sebelumnya selesai dibahas, siswa dibagi lagi ke dalam kelompok
seperti pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa juga bekerja dalam
kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru. Setelah selesai
berdiskusi, siswa yang nomor kepalanya dipanggil oleh guru akan
mempresentasikan jawaban kelompoknya ke depan kelas. Pada akhir pertemuan
guru memberikan tugas pada siswa yang harus dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya. Pertemuan terakhir di siklus II diisi dengan pemberian ulangan
akhir siklus II. Hal ini dilakukan sebagai evaluasi untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar kognitif dari siklus I namun sebelum ulangan akhir
dilaksanakan siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama (Rabu, 28 Maret 2012)
a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan
lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c) Guru membuka pelajaran dengan memberikan gambaran tentang
materi yang akan dipelajari yaitu tentang rekonsiliasi bank.
d) Guru menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir dan cakupan materi yang
akan dipelajari.
e) Guru menggiring siswa dengan cerita yang berhubungan dengan
materi.
f) Siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank, tujuan
rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan
dan saldo kas perusahaan di bank, penyebab terjadinya selisih kas
menurut catatan perusahaan dan bank, mengecek dan mengidentifikasi
penyebab terjadinya selisih kas antara rekening koran dan catatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
perusahaan, bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan menjelaskan
perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar dan
ke arah saldo normal perusahaan.
g) Siswa dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan tiap kelompok terdiri
dari empat siswa.
h) Setiap siswa diberikan nomor sebagai identitas pada kelompoknya.
i) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan tugas yang diberikan
guru bersama kelompoknya. Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit. Guru
mengamati jalannya kerja kelompok dan memberikan bimbingan serta
arahan, juga membantu siswa dalam memecahkan masalah atau
kesulitan yang dihadapi siswa.
j) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk
menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain
dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi
fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 3,
sehingga siswa bernomor kepala 3 ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu
30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk
bertanya atau memberi tanggapan.
k) Guru mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar
siswa.
l) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas
kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok.
m) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan
memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan
kepada siswa secara acak.
n) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
o) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
p) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di
pertemuan selanjutnya.
q) Guru menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
r) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut.
s) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
2) Pertemuan kedua (Sabtu, 31 Maret 2012)
a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan
lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
d) Guru mengulang materi pada pertemuan sebelumnya secara singkat.
e) Siswa bersama guru menjawab tugas yang diberikan guru pada
pertemuan sebelumnya. Guru menunjuk siswa secara acak untuk
menjawab tugas yang diberikan guru kemudian guru akan
memberikan jawaban yang benar dari tugas tersebut.
f) Guru mempersilakan siswa untuk berformasi kembali dalam
kelompoknya masing-masing sesuai pertemuan sebelumnya.
g) Guru memberitahukan bahwa nomor kepala yang digunakan masih
sama dengan nomor kepala yang digunakan pada pertemuan
sebelumnya.
h) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan soal yang diberikan
guru bersama kelompoknya. Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit. Guru
mengamati jalannya kerja kelompok dan memberikan bimbingan serta
arahan, juga membantu siswa dalam memecahkan masalah atau
kesulitan yang dihadapi siswa.
i) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk
menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain
dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi
fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 1,
sehingga siswa bernomor kepala 1 ke depan kelas untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu
30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk
bertanya atau memberi tanggapan.
j) Guru mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar
siswa.
k) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas
kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok.
l) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan
memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan
kepada siswa secara acak.
m) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
n) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
o) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan
menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di
pertemuan selanjutnya.
p) Guru menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan
dilaksanakan ulangan harian siklus II.
q) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut.
r) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
3) Pertemuan ketiga (Rabu, 4 April 2012)
a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan
kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan
lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
d) Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan tes individu/ soal
ulangan harian siklus II.
e) Siswa yang mengerjakan ulangan lebih dulu adalah siswa bernomor
urut ganjil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
f) Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan lembar
jawaban kepada siswa.
g) Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai dengan
aturan yang telah dijelaskan. Guru mengingatkan siswa untuk selalu
berlaku jujur dalam mengerjakan tes individu.
h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya tes dengan baik agar hasil
tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.
i) Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa mengumpulkan lembar
jawab kepada guru dan tes dilanjutkan oleh peserta bernomor urut
genap.
j) Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes individu.
Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab hasil tes individu
yang telah dikerjakan.
k) Guru membahas soal tes individu satu per satu untuk lebih
menguatkan pemahaman siswa.
l) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan
menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di
pertemuan selanjutnya.
m) Guru menginformasikan materi pelajaran pada pertemuan selanjutnya.
n) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam.
c. Observasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan materi
mengelola dana kas bank menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas di kelas X.2 SMK
Negeri 1 Karanganyar. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan berkolaborasi
dengan guru mata pelajaran terkait, yaitu ibu Endang Mardiyati,S.Pd. Hal ini
dilakukan agar peneliti dan guru dapat bersama-sama mengamati langsung
proses pembelajaran akuntansi materi mengelola dana kas bank.
Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu, 28 Maret 2012. Pada
pertemuan ini siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank,
tujuan rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan
dan saldo kas perusahaan di bank, penyebab terjadinya selisih kas menurut
catatan perusahaan dan bank, mengecek dan mengidentifikasi penyebab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
terjadinya selisih kas antara rekening koran dan catatan perusahaan, bentuk
rekonsiliasi, perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar
dan menurut catatan perusahaan. Selama proses pembelajaran, kelas dibagi
menjadi sepuluh kelompok untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru
selanjutnya setiap siswa diberikan nomor kepala sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Guru
memanggil satu nomor untuk mempresentasikan jawaban yang telah
diperolehnya dari kerja kelompok. Guru juga menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami siswa secara jelas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan
tugas untuk siswa yang akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua yang dilakukan pada
hari Sabtu, 31 Maret 2012 tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya,
namun sebelum melanjutkan proses pembelajaran, guru meminta siswa untuk
mengumpulkan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya keudian
siswa bersama guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa bersama guru mengecek kebenaran
pencatatan kas perusahaan dan bank, mengidentifikasi penyebab terjadinya
selisih kas antara rekening koran bank dan catatan perusahaan, menyebutkan
bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan menyusun laporan rekonsiliasi bank ke
arah saldo yang benar. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) digunakan kembali saat melakukan kerja kelompok. Nomor
kepala yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya. Guru
menguatkan kembali jawaban siswa dengan jelas. Pada akhir pembelajaran guru
memberikan tugas untuk siswa yang akan dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya.
Pertemuan ketiga yang dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012
digunakan peneliti bersama guru untuk mengadakan evaluasi pembelajaran dari
siklus II. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif
siswa pada siklus II. Sebelumulangan akhir dilaksanakan siswa mengumpulkan
tugas pertemuan sebelumnya. Dari kegiatan tersebut, deskripsi secara rinci
tentang jalannya proses pembelajaran akuntansi pada materi mengelola dana kas
bank dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dengan pemberian tugas telah dijelaskan dalam
pelaksanaan tindakan II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran, diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai Siklus II
Rentang Nilai
Tugas 1 Tugas 2 Ulangan Harian
Akhir Hasil Belajar
Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
%
≥ 97 31 77,50% 32 80,00% 17 42,50% 20 50,00% 86-96 5 12,50% 5 12,50% 17 42,50% 14 35,00% 75-85 4 10,00% 3 7,50% 2 5,00% 3 7,50% 64-74
2 5,00% 3 7,50%
53-63 2 5,00%
42-52 ≤ 41 Total 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
Keterangan :
Kolom tugas 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tugas 1
adalah 96,38 dengan seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu 75.
Hal ini disebabkan karena seluruh siswa antusias dengan tugas yang
diberikan guru. Meskipun hasil yang diperoleh sudah di atas KKM
namun siswa masih dapat meningkatkan pengerjaan nilai tugas agar bisa
mendapatkan hasil yang sempurna.
Kolom tugas 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tugas 2
adalah 96,77 dengan seluruh siswa juga mendapatkan nilai di atas KKM.
Dalam kolom ini juga dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan minat
belajar dan hasil belajar siswa karena pada tugas 2 ada 32 siswa yang
mendapatkan nilai di atas 96. Peningkatan nilai tugas 2 dari tugas 1
disebabkan karena pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas memberikan
kemudahan pada siswa untuk memahami materi sehingga siswa dapat
lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Kolom ulangan harian akhir menunjukkan bahwa indikator
keberhasilan sudah tercapai karena terdapat 36 siswa (90%) yang
nilainya di atas KKM sedangkan hanya 4 siswa (10%) nilainya masih
berada di bawah KKM dengan rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah
91,57. Terdapat peningkatan nilai ulangan harian akhir siklus II dengan
siklus I. Hal ini diketahui dari nilai ulangan harian akhir siklus I yang
menunjukkan 77,21. Peningkatan ini terjadi karena pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran juga meningkat sehingga siswa mampu
mengerjakan ulangan dengan baik dan benar. Siswa yang masih
mendapatkan nilai di bawah KKM disebabkan karena siswa masih belum
mampu memahami materi pelajaran, selain itu ada juga siswa yang sakit
dan terlalu sibuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler sekolah yang
menyebabkan siswa masih kesulitan dalam mengerjakan ulangan yang
diberikan guru.
Kolom hasil belajar diperoleh dari nilai tugas dengan nilai
ulangan harian akhir siklus II. Tabel tersebut menunjukkan bahwa 37
siswa (92,5%) telah mendapat nilai di atas KKM, sedangkan hanya 3
siswa (7,5%) masih berada di bawah KKM. Terdapat peningkatan hasil
belajar siklus II dari siklus I dengan nilai rata-rata siklus I adalah 81,87
ke siklus II menjadi 93,23. Peningkatan tersebut disebabkan karena rata-
rata nilai tugas juga meningkat dan siswa menjadi lebih termotivasi
dengan adanya tugas yang diberikan guru. Selain itu penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered head Together (NHT) dengan
pemberian tugas juga berhasil meningkatkan hasil belajar siswa karena
pemahaman siswa terhadap materi juga meningkat. Tiga siswa yang
masih mendapatkan nilai di bawah KKM disebabkan karena pemahaman
siswa terhadap materi yang masih kurang, selain itu faktor kesehatan dan
ekstra kurikuler juga membuat siswa masih kesulitan saat mengerjakan
soal yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, dapat
diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dengan pemberian tugas terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar kognitif. Pada siklus I berdasarkan
nilai hasil belajar siswa diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai
di atas KKM adalah 30 siswa (75%) sedangkan 10 siswa (25%) mendapatkan
nilai di bawah KKM. Namun, setelah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas
digunakan kembali pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar siswa
khususnya hasil belajar kognitif. Berdasarkan nilai hasil belajar siswa diketahui
bahwa terdapat 37 siswa (92,5%) yang mendapatkan nilai di atas KKM,
sedangkan hanya 3 siswa (7,5%) yang masih mendapat nilai di bawah KKM.
Pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar kognitif siswa sehingga hal ini
membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa.
Peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil observasi untuk
digunakan sebagai bahan acuan dalam memperbaiki pelaksanakan proses
pembelajaran berikutnya. Analisis yang diperoleh peneliti adalah :
1) Kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus II
a) Guru tidak terlalu banyak mengulang menjelaskan materi karena
siswa sudah sedikit memahami materi melalui kelompok dan
penugasan yang diberikan guru.
b) Guru dapat dengan mudah menggiring siswa kepada jawaban yang
benar karena siswa sudah memperoleh gambaran tentang materi
melalui kelompok.
2) Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus II
Guru dapat menyisipkan motivasi untuk siswa dalam pembelajaran agar
siswa memiliki minat untuk berkembang dan meningkatkan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
3) Kelebihan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus II
a) Siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi karena materi
sudah dipahami dalam kelompok dan akan dilakukan penguatan
kembali oleh guru.
b) Siswa juga mudah dalam memahami materi karena penugasan telah
dilakukan siswa dengan baik, yaitu dikerjakan di luar jam pelajaran.
c) Keberanian siswa dapat lebih ditingkatkan karena siswa yang maju
untuk presentasi ditunjuk oleh guru sesuai dengan nomor kepala yang
dimilikinya.
4) Kelemahan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus II
Masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM baik nilai
tugas maupun nilai ulangan, hal ini dikarenakan siswa tersebut kurang
bersungguh-sungguh dalam pembelajaran dan ada juga siswa yang terlalu
sibuk dengan ekstra kurikuler.
Berdasarkan observasi tersebut, maka tindakan refleksi yang
dapat dilakukan adalah :
1) Guru harus lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran di
kelas untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Guru harus selalu memotivasi siswa agar siswa tidak hanya mencari
bahan pelajaran dari buku yang diberikan sekolah namun juga mencari
sumber lain untuk lebih meningkatkan hasil belajar.
D. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus
Kegiatan yang dilakukan setelah melakukan deskripsi tiap siklus adalah
melakukan perbandingan hasil tindakan tiap siklus. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui peningkatan yang dicapai dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Perbandingan hasil tindakan tiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 9. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus
Rentang Siklus I
Nilai Jumlah Siswa
≥ 97
86-96 31 75-85 9 64-84
53-63
42-52
≤ 41
Total 40
Gambar 5. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus
Tabel 9 dan gambar 5 menunjukkan perbandingan nilai tugas 1 siklus I
dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa
nilai tugas 1 dari siklus 1 ke siklus I.
siswa yang mendapat nilai
mendapat nilai ≥ 97
0
5
10
15
20
25
30
35
≥ 97 86
0
3131
Tabel 9. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus
Siklus I Siklus II PeningkatanJumlah
%
Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
31 77,50% 31
77,50% 5 12,50% -26 22,50% 4 10,00% -5
100% 40 100%
Gambar 5. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus
Tabel 9 dan gambar 5 menunjukkan perbandingan nilai tugas 1 siklus I
perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa
nilai tugas 1 dari siklus 1 ke siklus I. Peningkatan dapat diketahui dari jumlah
siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena pada siklus I belum ada siswa yang
≥ 97 sedangkan pada siklus II terdapat 31 siswa (77,50%)
86-96 75-85 64-74 53-63 42-52
31
9
0 0 0
5 40 0 0
siklus I siklus II
85
Peningkatan Jumlah Siswa
%
77,50% -65,00% -12,50%
Tabel 9 dan gambar 5 menunjukkan perbandingan nilai tugas 1 siklus I
ada peningkatan
Peningkatan dapat diketahui dari jumlah
pada siklus I belum ada siswa yang
sedangkan pada siklus II terdapat 31 siswa (77,50%)
≤ 41
0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendapat nilai ≥ 97
77,50%. Pada siklus I terdapat 11 siswa yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 95
sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yang menunjukkan bahwa terdapat
24 siswa yang mendapa
sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 100.
Tabel 10. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus
Rentang Siklus I
Nilai Jumlah Siswa
≥ 97 7 86-96 26 75-85 7 64-84
53-63
42-52
≤ 41
Total 40
Gambar 6. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus
0
5
10
15
20
25
30
35
≥ 97 86
7
26
32
≥ 97. Bila diprosentasekan peningkatan tersebut menunjukkan
77,50%. Pada siklus I terdapat 11 siswa yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 95
sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yang menunjukkan bahwa terdapat
24 siswa yang mendapat nilai sempurna. Nilai modus pada siklus I adalah 95
sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 100.
Tabel 10. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus
Siklus I Siklus II Peningkatan
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
17,50% 32 80,00% 25 65,00% 5 12,50% -21 17,50% 3 7,50% -4
100% 40 100%
Gambar 6. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus
86-96 75-85 64-74 53-63 42-52
26
7
0 0 0
53
0 0 0
siklus I siklus II
86
Bila diprosentasekan peningkatan tersebut menunjukkan
77,50%. Pada siklus I terdapat 11 siswa yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 95
sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yang menunjukkan bahwa terdapat
t nilai sempurna. Nilai modus pada siklus I adalah 95
Peningkatan Jumlah Siswa
%
62,50% -52,50% -10,00%
≤ 41
0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 10 dan gambar 6 menunjukkan perbandingan nilai tugas 2 siklus I
dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan
nilai tugas 2 dari siklus 1 ke siklus I. Peningkatan dapat diketahui dari jumlah
siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena pada siklus I terdapat 7 siswa (17,50%)
yang mendapat nilai ≥ 97 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 32 siswa
(80%) yang mendapat nilai ≥ 97. Bila diprosentasekan peningkatan tersebut
menunjukkan 62,50%. Pada siklus I terdapat 7 siswa (17,50%) yang mendapatkan
nilai tertinggi yaitu 100. Meskipun pada siklus II nilai tertinggi juga 100 namun
jumlah siswa yang memperoleh nilai tertinggi meningkat menjadi 21 siswa
(52,50%). Nilai modus pada siklus I adalah 96 sedangkan pada siklus II nilai
modusnya meningkat menjadi 100.
Tabel 11. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
Rentang Siklus I Siklus II Peningkatan
Nilai Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
%
≥ 97 6 15,00% 17 42,50% 11 27,50% 86-96 9 22,50% 17 42,50% 8 20,00% 75-85 11 27,50% 2 5,00% -9 -22,50% 64-84 6 15,00% 2 5,00% -4 -10,00% 53-63 4 10,00% 2 5,00% -2 -5,00% 42-52 3 7,50%
-3 -7,50%
≤ 41 1 2,50%
-1 -2,50% Total 40 100% 40 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 7. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
Tabel 11 dan gambar 7 menunjukkan perbandingan nilai ulangan harian
akhir antara siklus I dan siklus II.
bahwa ada peningkatan nilai ulangan harian akh
Peningkatan dapat diketahui dari jumlah siswa yang mendapat nilai
pada siklus I terdapat 6 siswa (15%) yang mendapat nilai
siklus II meningkat menjadi 17 siswa (42,50%) yang mendapat nilai
itu pada siklus I terdapat 9 siswa (22,50%) yang mendapat nilai 86
pada siklus II meningkat menjadi 17 siswa
terdapat kenaikan sebesar 47,50% pada nilai ulangan harian akhir siswa.
siklus I dan siklus II nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100. Nilai modus
pada siklus I adalah 75 sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat
menjadi 97.
0
5
10
15
20
≥ 97 86
6
17
Gambar 7. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
Tabel 11 dan gambar 7 menunjukkan perbandingan nilai ulangan harian
akhir antara siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui
bahwa ada peningkatan nilai ulangan harian akhir dari siklus 1 ke siklus I.
Peningkatan dapat diketahui dari jumlah siswa yang mendapat nilai
pada siklus I terdapat 6 siswa (15%) yang mendapat nilai ≥ 97
siklus II meningkat menjadi 17 siswa (42,50%) yang mendapat nilai
itu pada siklus I terdapat 9 siswa (22,50%) yang mendapat nilai 86
pada siklus II meningkat menjadi 17 siswa (42,50%). Bila diprosentasekan maka
terdapat kenaikan sebesar 47,50% pada nilai ulangan harian akhir siswa.
siklus II nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100. Nilai modus
pada siklus I adalah 75 sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat
86-96 75-85 64-74 53-63 42-52 ≤
911
64 3
17
2 2 20
siklus I siklus II
88
Tabel 11 dan gambar 7 menunjukkan perbandingan nilai ulangan harian
perbandingan tersebut dapat diketahui
ir dari siklus 1 ke siklus I.
Peningkatan dapat diketahui dari jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena
sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 17 siswa (42,50%) yang mendapat nilai ≥ 97. Selain
itu pada siklus I terdapat 9 siswa (22,50%) yang mendapat nilai 86-96 sedangkan
(42,50%). Bila diprosentasekan maka
terdapat kenaikan sebesar 47,50% pada nilai ulangan harian akhir siswa. Pada
siklus II nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100. Nilai modus
pada siklus I adalah 75 sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat
≤ 41
1 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 8. Perbandingan Ketuntasan Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
Gambar 8 menunjukkan perbandi
akhir pada siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan nilai ulangan harian akhir dari siklus I ke siklus II. Pada
siklus I terdapat 26 siswa (65%) yang mendapat nilai tu
sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 36 siswa
(90%).
Tabel 12. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus
Rentang Nilai Jumlah
Siswa≥ 97 3 86-96 12 75-85 15 64-74 7 53-63 2 42-52 1 ≤ 41
Total 40
0
10
20
30
40
Gambar 8. Perbandingan Ketuntasan Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
Gambar 8 menunjukkan perbandingan ketuntasan nilai ulangan harian
akhir pada siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan nilai ulangan harian akhir dari siklus I ke siklus II. Pada
siklus I terdapat 26 siswa (65%) yang mendapat nilai tuntas atau di atas 75,
sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 36 siswa
Tabel 12. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus
Siklus I Siklus II PeningkatanJumlah Siswa
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
7,50% 20 50,00% 17 30,00% 14 35,00% 3 37,50% 3 7,50% -15 17,50% 3 7,50% -2 5,00%
-2
2,50%
-1
100% 40 100%
siklus I siklus II
26
36
14
4
tuntas tidak tuntas
89
Gambar 8. Perbandingan Ketuntasan Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
ngan ketuntasan nilai ulangan harian
akhir pada siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan nilai ulangan harian akhir dari siklus I ke siklus II. Pada
ntas atau di atas 75,
sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 36 siswa
Peningkatan Jumlah Siswa
%
42,50% 7,50%
-37,50% -5,00% -5,00% -2,50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 9. Perbandingan Hasil
Tabel 12 dan gambar 9 menunjukkan perbandingan hasil belajar siklus I
dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan
nilai ulangan harian akhir dari siklus 1 ke siklus I.
dari jumlah siswa yang mendapat nilai
siswa (7,50%) yang mendapat nilai
menjadi 20 siswa (50%) yang mendapat nilai
terdapat 12 siswa (30%) yang me
meningkat menjadi 14 siswa
sebesar 50% pada hasil belajar siswa.
(2,50%) yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 98,17 dan me
nilai tertinggi juga hanya diperoleh oleh 1 siswa (2,50%) namun nilainya
meningkat menjadi 100. Nilai modus pada siklus I adalah 82,17 sedangkan pada
siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 97,14.
02468
10121416182022
≥ 97 86
3
12
20
Gambar 9. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus
Tabel 12 dan gambar 9 menunjukkan perbandingan hasil belajar siklus I
perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan
nilai ulangan harian akhir dari siklus 1 ke siklus I. Peningkatan dapat diketahui
jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena pada siklus I hanya terdapat 3
siswa (7,50%) yang mendapat nilai ≥ 97 sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 20 siswa (50%) yang mendapat nilai ≥ 97. Selain itu pada siklus I
terdapat 12 siswa (30%) yang mendapat nilai 86-96 sedangkan pada siklus II
meningkat menjadi 14 siswa (35%). Bila diprosentasekan maka terdapat kenaikan
sebesar 50% pada hasil belajar siswa. Pada siklus I hanya terdapat 1 siswa
(2,50%) yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 98,17 dan meskipun pada siklus II
nilai tertinggi juga hanya diperoleh oleh 1 siswa (2,50%) namun nilainya
meningkat menjadi 100. Nilai modus pada siklus I adalah 82,17 sedangkan pada
siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 97,14.
86-96 75-85 64-74 53-63 42-52
12
15
7
2 1
14
3 3
0 0
siklus I siklus II
90
Tabel 12 dan gambar 9 menunjukkan perbandingan hasil belajar siklus I
perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan
Peningkatan dapat diketahui
pada siklus I hanya terdapat 3
sedangkan pada siklus II meningkat
Selain itu pada siklus I
96 sedangkan pada siklus II
(35%). Bila diprosentasekan maka terdapat kenaikan
Pada siklus I hanya terdapat 1 siswa
skipun pada siklus II
nilai tertinggi juga hanya diperoleh oleh 1 siswa (2,50%) namun nilainya
meningkat menjadi 100. Nilai modus pada siklus I adalah 82,17 sedangkan pada
≤ 41
0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 10. Perbandingan
Gambar 10 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar pada
siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I
terdapat 30 siswa (75
pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 37 siswa (92,50%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat
dikatakan bahwa penggunaan metode
(NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2
SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar
siswa dapat dilihat pada peningkatan nilai tugas dan nilai ul
Pelaksanaan tindakan pada dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dan
berdasar hasil pelaksanaan tindakan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
pemberian tugas terdapat peningkatan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar
kognitif dalam mata pelajaran mengelola dana kas bank dari siklus I ke siklus II.
0
10
20
30
40
Gambar 10. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tiap Siklus
Gambar 10 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar pada
siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I
75%) yang mendapat nilai tuntas atau di atas 75, sedangkan
pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 37 siswa (92,50%).
E. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat
dikatakan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2
SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar
siswa dapat dilihat pada peningkatan nilai tugas dan nilai ulangan akhir siswa.
Pelaksanaan tindakan pada dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dan
berdasar hasil pelaksanaan tindakan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered head Together
rdapat peningkatan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar
kognitif dalam mata pelajaran mengelola dana kas bank dari siklus I ke siklus II.
siklus I siklus II
30
37
10
3
tuntas tidak tuntas
91
Gambar 10 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar pada
siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I
%) yang mendapat nilai tuntas atau di atas 75, sedangkan
pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 37 siswa (92,50%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat
Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2
SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar
angan akhir siswa.
Pelaksanaan tindakan pada dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dan
berdasar hasil pelaksanaan tindakan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan
Numbered head Together (NHT) dengan
rdapat peningkatan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar
kognitif dalam mata pelajaran mengelola dana kas bank dari siklus I ke siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Peningkatan hasil belajar siswa telah digambarkan ke dalam tabel dan gambar
yang terdapat pada perbandingan hasil tindakan tiap siklus.
Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil penugasan yang
diberikan guru pada pertemuan 1 dari siklus I ke siklus II. Rata-rata yang
diperoleh siswa pada tugas 1 siklus I adalah 89,45 dengan seluruh siswa
mendapatkan nilai di atas KKM namun belum ada siswa yang mendapatkan nilai
di atas 96. Sedangkan pada siklus II rata-rata yang diperoleh siswa adalah 96,38
dengan seluruh siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Hasil penugasan 1 yang
menunjukkan peningkatan tidak hanya dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata
tugas siswa namun pada siklus II terdapat 31 siswa yang mendapatkan nilai di atas
96. Peningkatan hasil penugasan pada pertemuan 1 yang dapat dilihat pada
gambar 5 disebabkan karena siswa telah antusias dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Motivasi yang diberikan guru juga membuat siswa semangat
dalam mengerjakan tugas dari guru.
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil penugasan yang
diberikan guru pada pertemuan 2 dari siklus I ke siklus II. Rata-rata yang
diperoleh siswa pada tugas 2 siklus I adalah 92,95 yang meningkat ke siklus II
menjadi 96,77. Peningkatan hasil penugasan pada pertemuan 2 yang dapat dilihat
pada gambar 6 disebabkan karena pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas memberikan
kemudahan pada siswa untuk memahami materi sehingga siswa dapat lebih
mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai ulangan harian
akhir dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai di atas
KKM ada 27 siswa (67,50%), sedangkan 13 siswa (32,50%) masih mendapatkan
nilai di bawah KKM. Sedangkan pada siklus II ada 36 siswa (90%) yang
mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan 4 siswa (10%) mendapatkan nilai di
bawah KKM. Rata-rata nilai ulangan harian akhir siklus I adalah 77,21 yang
meningkat menjadi 91,57. Peningkatan nilai ulangan harian akhir yang dapat
dilihat pada gambar 7 disebabkan karena siswa telah terbiasa mengerjakan soal
melalui tugas dari guru. Selain itu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
juga meningkat sehingga siswa mampu mengerjakan ulangan dengan baik dan
benar namun masih dibutuhkan perhatian guru dalam memberikan motivasi
karena masih terdapat empat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Gambar 8 menunjukkan perbandingan ketuntasan ulangan harian akhir
tiap siklus. Terdapat peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus I (26 siswa) ke
siklus II (36 siswa) dan jumlah siswa yang tidak tuntas turun dari siklus I (14
siswa) ke siklus II (4 siswa). Peningkatan ini disebabkan karena keberhasilan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas yang dapat meningkatkan minat siswa untuk berkembang
sehingga memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami materi.
Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM ada
30 siswa (75%), sedangkan 10 siswa (25%) masih mendapatkan nilai di bawah
KKM. Sedangkan pada siklus II ada 37 siswa (92,50%) yang mendapatkan nilai di
atas KKM, sedangkan 3 siswa (7,5%) mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai
hasil belajar yang didapatkan siswa pada siklus I rata-rata adalah 81,87 yang
meningkat pada siklus II 93,23. Peningkatan hasil belajar sebanyak 13,88% yang
dapat dilihat pada gambar 9 disebabkan karena pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran meningkat sehingga nilai tugas dan nilai ulangan harian akhir juga
meningkat yang menyebabkan hasil belajar siswa meningkat.
Gambar 10 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar tiap
siklus. Terdapat peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus I (30 siswa) ke siklus
II (37 siswa) dan jumlah siswa yang tidak tuntas turun dari siklus I (10 siswa) ke
siklus II (3 siswa). Peningkatan ini disebabkan karena keberhasilan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
pemberian tugas yang memberikan banyak latihan soal pada siswa sehingga siswa
mudah untuk memahami materi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dalam
pembelajaran akuntansi terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
khususnya hasil belajar kognitif. Keberhasilan penelitian ini juga diperkuat oleh
pendapat pada ahli yaitu Thobroni dan Mustofa (2011) yang mengatakan, “Model
NHT adalah bagian dari metode struktural, metode struktural menekankan pada
struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa” (hlm. 296). Struktur khusus tersebut diaplikasikan dengan memberikan
nomor kepala pada tiap anggota kemudian guru akan memanggil satu nomor
kepala untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru sehingga akan membuat
pola interaksi siswa meningkat. Siswa menjadi lebih aktif dan pemahaman siswa
terhadap materi dapat meningkat. Selain itu Sagala (2009) menyatakan, “Metode
pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru
memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian
harus di pertanggungjawabkannya” (hlm. 219). Tugas yang diberikan oleh guru
membuat siswa memiliki jam belajar tambahan di luar jam sekolah untuk
mengulang kembali materi yang disampaikan guru di kelas dan pada pertemuan
selanjutnya siswa akan mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannnya kepada
guru. Dari penelitian yang dilakukan oleh Kusumojanto dan Herawati (2009) juga
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Numbered Head
Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat
manajemen perkantoran kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang berhasil
meningkatkan hasil pretest (13,63%) ke siklus I (40,90%) dan meningkat lagi di
siklus II (90,90%) (hlm. 97). Penelitian yang dilakukan Hasnawati yang berjudul
upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan metode pemberian tugas pada
mata pelajaran matematika di kelas III B SD Negeri 11 Kota Bengkulu juga
menunjukkan keberhasilan dengan adanya peningkatan dari hasil tes pra siklus
(37,93%) ke siklus I (68,98%) dan ke siklus II (100%) (hlm. 4-6).
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat membuat siswa menjadi lebih
mudah memahami materi yang diberikan oleh guru sehingga hal tersebut akan
berdampak pada meningkatnya hasil belajar kognitif siswa. Dampak positif lain
yang terlihat dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dengan pemberian tugas adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1. Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran akuntasi.
2. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kemandirian siswa terhadap tugas yang
diberikan baik tugas kelompok maupun tugas individu.
3. Meningkatkan motivasi diri untuk berkembang karena dengan berkelompok siswa
dituntut untuk mengembangkan kemampuannya dalam menjawab tugas yang
diberikan guru dalam kelompok.
4. Meningkatkan keaktifan siswa dan keberanian siswa dalam berpendapat di dalam
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMK Negeri 1 Karanganyar ini
dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu : 1. Perencanaan,
2. Tindakan, 3. Pengamatan/Observasi, dan 4. Refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam
tiga pertemuan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, setelah dilakukan evaluasi dan
analisis terhadap data yang diperoleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian
tugas terbukti dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X SMK
Negeri 1 Karanganyar. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa
khususnya hasil belajar kognitif baik pada nilai tugas, nilai ulangan akhir, dan nilai hasil
belajar siswa seperti berikut :
1. Nilai rata-rata siswa pada tugas 1meningkat sebanyak 7,75% dengan nilai rata-rata
siklus I 89,45 yang meningkat pada siklus II menjadi 96,38.
2. Nilai rata-rata siswa pada tugas 2meningkat sebanyak 4,11% dengan nilai rata-rata
siklus I 92,95 yang meningkat pada siklus II menjadi 96,77.
3. Nilai rata-rata siswa pada ulangan harian akhir meningkat sebanyak 18,60% dengan
nilai rata-rata siklus I 77,21 yang meningkat pada siklus II menjadi 91,57.
4. Nilai rata-ratanya hasil belajar siswa meningkat sebanyak 14,01% dengan nilai rata-
rata siklus I 81,77 yang meningkat pada siklus II menjadi 93,23.
Peningkatan hasil belajar siswa juga berpengaruh pada peningkatan minat
belajar siswa terhadap pembelajaran akuntansi, tanggung jawab siswa dalam setiap tugas
yang diberikan guru, dan peningkatan terhadap motivasi diri untuk terus berkembang.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan peneliti di atas maka implikasi dari penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Implikasi Teoretis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian
tugas berhasil diterapkan pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
berhasil meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, selain itu model pembelajaran
ini juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, baik pada kelompok,
maupun pada tugas individu yang diberikan guru dan meningkatkan minat belajar
siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lie (2007), “Teknik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka” (hlm. 59). Meningkatnya semangat
kerja sama siswa akan berpengaruh pada meningkatnya minat belajar siswa
sehingga juga akan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran akuntansi.
Penggunaan metode pemberian tugas juga berhasil dan meningkatkan
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, karena metode ini dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Anitah (2009) yang mengatakan, “Model pemberian tugas memiliki
beberapa tujuan yakni memperdalam pengertian peserta didik terhadap pelajaran
yang diterima, melatih peserta didik ke arah belajar mandiri” (hlm. 117), selain itu
Roestiyah NK (2008) menambahkan,“Teknik pemberian tugas atau resitasi
biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih
mantap” (hlm. 133).
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Bagi guru
bidang studi, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya hsil belajar kognitif. Sedangkan bagi
siswa, penelitian ini dapat memperdalam pemahaman terhadap materi yang
dipelajari sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Pemberian tindakan dari siklus I sampai siklus II memberikan gambaran
bahwa terdapat kekurangan yang terjadi selama pembelajaran akuntansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
berlangsung. Namun kekurangan ini dapat diatasi pada silus berikutnya. Refleksi
yang dilakukan terhadap proses pembelajaran menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar khususnya hasil belajar kognitif siswa pada mata
pelajaran akuntansi. Guru dapat mengkombinasikan beberapa model dan metode
pembelajaran untuk menciptakan inovasi baru dalam pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat siswa untuk belajar akuntansi sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
C. Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian tentang penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian
tugas, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah :
1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi guru untuk selalu mengembangkan dan
menggunakan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa
agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap materi
yang diberikan oleh guru.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya dapat menggunakan berbagai model pembelajaran
kooperatif dan salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Cara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan pemberian tugas dalam pembelajaran adalah dengan
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa kemudian setiap anak diberikan nomor kepala sebagai
identitas dalam pembelajaran. Setelah kerja kelompok selesai, guru
menunjuk satu nomor kepala untuk maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan pada akhir pembelajaran,
guru memberikan tugas kepada siswa yang akan dikumpulkan pada
pertemuan selanjutnya. Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas
dalam pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat pada lampiran 10 dan
lampiran 21.
3. Bagi Siswa
a. Siswa diharapkan mampu mengembangkan kerja sama yang baik dalam
pembelajaran, baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain untuk
meningkatkan suasana pembelajaran yang kondusif.
b. Siswa diharapkan mampu mengembangkan keterampilan komunikasi yang
baik karena hal ini akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk dapat
meningkatkan rasa percaya diri.
c. Siswa diharapkan lebih fokus selama pembelajaran dengan memperhatikan
seluruh kegiatan di dalam kelas untuk dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menerapkan penelitian sejenis dengan
melakukan penyempurnaan terhadap kekurangan yang terjadi selama
penelitian kali ini untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menerapkan model dan metode
pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa dan sekolah untuk
memberikan hasil yang maksimal.