perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan antara .../hubungan...perpustakaan.uns.ac.id...

88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Skripsi Oleh: Christin Elin Wulandari NIM K2307021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: lythuy

Post on 01-Apr-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

Skripsi

Oleh:

Christin Elin Wulandari

NIM K2307021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

Oleh:

Christin Elin Wulandari

NIM K2307021

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Christin Elin Wulandari. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR

SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya : (1)

hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika

siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; (2)

hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar

Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; (3)

hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa

secara bersama-sama dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1

Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif

korelasional. Metode penelitian yang dipakai adalah metode ex post facto.

Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran

2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random

sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 66 siswa. Pengumpulan data dengan

menggunakan teknik angket, tes, dan dokumentasi. Teknik angket digunakan

untuk mengumpulkan data motivasi belajar siswa sebagai variabel bebas. Teknik

tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar Fisika siswa sebagai

variabel terikat. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

kemampuan awal siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi ganda dengan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas, uji

independensi dan uji linieritas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada hubungan yang

berarti antara motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y)

hal ini ditunjukkan dengan rhitung = 0.4684 yang tergolong cukup berarti dan rhitung

lebih besar dari rtabel atau rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, (2) ada hubungan yang

berarti antara kemampuan awal siswa (X2) dengan prestasi belajar Fisika siswa

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

(Y) hal ini ditunjukkan dengan rhitung =0.5043 yang tergolong cukup berarti dan

rhitung lebih besar dari rtabel atau rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, (3) ada hubungan

yang berarti antara motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan awal siswa (X2)

secara bersama-sama dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y), hal ini ditunjukkan

Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14. Sumbangan relatif

(SR) motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar

%45.22 dengan sumbangan efektif sebesar 33.17 %. Sedangkan sumbangan relatif

kemampuan awal siswa (X2) terhadap hasil belajar Fisika siswa (Y) sebesar

%78.54 dengan sumbangan efektif sebesar 99.20 %.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Christin Elin Wulandari. THE CORRELATION BETWEEN STUDENT

MOTIVATION AND STUDENT PRIOR KNOWLEDGE WITH PHYSICS

ACHIEVEMENT OF CLASS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR. Thesis,

Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University ,

November 2011.

The purpose of this research is to find out: (1) the significant correlation

between student motivation with physics achievement of class X SMA Negeri 1

Karanganyar year 2010/2011. (2) the significant correlation between student prior

knowledge with physics achievement of class X SMA Negeri 1 Karanganyar year

2010/2011. (3) the collectively significant correlation between student motivation

and student prior knowledge with physics achievement of class X SMA Negeri 1

Karanganyar year 2010/2011.

This research is kind of correlation descriptive quantitative. This research

uses ex post facto method. The population is all student of class X SMA Negeri 1

Karanganyar year 2010/2011. The sample of this research is taken with simple

random sampling. The sample of this research amount of 66 students. Collection

of data uses technique of questionnaire, test, and documentation. The technique of

questionnaire used to collect student motivation data as independent variable. The

technique of test used to collect physics achievement data as dependent variable.

The technique of documentation used to collect prior knowledge data. The

technique of data analysis that used is multiple regression with normality test,

independency test, and linearity test.

According to the result of research can concluded: (1) there is the

significant correlation between student motivation (X1) and physics achievement

(Y) that shown raccount=0.4684 included enough significant and raccount more than

rtabel or raccount=0.4684> rtabel =0.244. (2) there is the significant correlation

between student prior knowledge (X2) and physics achievement (Y) that shown

raccount=0.5043 included enough significant and raccount more than rtabel or raccount

=0.5043> rtabel=0.244. (3) there is the collectively significant correlation between

student motivation (X1) and student prior knowledge (X2) with physics

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

achievement (Y) that shown Faccount more than Ftabel atau Faccount =19.57> Ftabel

=3.14. The relative contribution of student motivation (X1) to physics

achievement (Y) is 45.22% with effective contribution is 17.33%. The relative

contribution of student prior knowledge (X2) to physics achievement (Y) is

54.78% with effective contribution is 20.99%.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

Jangan sekalipun melupakan tujuan dan jangan salah jalan. (Penulis)

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Ayah dan ibuku yang sangat ku hormati

dan sayangi

Kakak, adik, dan keluargaku terkasih

Teman-teman angkatan 2007

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini yang berjudul “Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan

Awal Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Karanganyar.”

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penulisan

Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang

timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi.

5. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Pembimbing I yang telah

membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Sri Budiawanti, S.Si, M.Si, Selaku Pembimbing II yang telah

membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Segenap dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

8. Bapak Drs. H. Sobirin M, M.Pd, Selaku kepala SMA Negeri 1 Karanganyar

yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Drs. Bratha, M.Pd, Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1

Karanganyar yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk

mengadakan penelitian.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

10. Orang tua dan keluargaku yang telah mencurahkan segenap kasih sayang dan

mendukung setiap langkah sehingga penyusunan Skripsi ini dapat

diselesaikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak

kekurangannya, namun penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat

memberikan sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu

Pengetahuan.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………

PERSETUJUAN ………………………………………………………..……………….

PENGESAHAN ……………………………………………………….…………………

ABSTRAK ……………………………………………………………………………...

ABSTRACT …………………………………………………………………………….

MOTTO …………………………………………………………………………………

PERSEMBAHAN ………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………

DAFTAR ISI ………. ……………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………

ii

iii

iv

v

vii

ix

x

xi

xiii

xvi

xvii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………..……………………………………

B. Identifikasi Masalah ………………………..…………..………………..

C. Pembatasan Masalah ………………………..……………..…………….

D. Rumusan Masalah ………………………….………………..…………..

E. Tujuan Penelitian ………………………….……………………..………

F. Manfaat Penelitian …………………………..……………………..……

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………

1. Belajar …………………………………………………………………

a. Hakikat Belajar ………………….……….…………………………

b. Tujuan Belajar ………………….………….………………………

c. Prinsip- prinsip Belajar ……………………………………..………

d. Teori- teori Belajar …………………………………………………

e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar ……………………….

2. Motivasi Belajar Siswa………………………………………..……….

a. Hakikat Motivasi Belajar Siswa …….……………………………..

b. Macam- macam Motivasi Belajar Siswa ..……………………..…..

1

3

3

4

4

4

5

5

5

5

6

7

9

11

11

12

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB III

c. Fungsi Motivasi Belajar Siswa .……………………..…………..….

d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa ….…….………..…

3. Kemampuan Awal Siswa ..…………………………………………...

a. Pengertian Kemampuan Awal Siswa .……….………………….…

b. Analisis Kemampuan Awal Siswa .………….………………….…

4. Prestasi Belajar Fisika …………………………………………………

5. Konsep Suhu dan Kalor dan Alat Optik ……………….…….………

a. Suhu dan Kalor ………………………….…………………………

b. Alat Optik …………………………………………………..……..

B. Penelitian yang Relevan …………………………….……….……………

C. Kerangka Berpikir ………………………………………………………

D. Hipotesis Penelitian …………………………………………………..…..

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian …………………………………..…….……

B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………..….……

1. Tempat Penelitian ………………………………………………..…..

2. Waktu Penelitian ……………………………………………..………

C. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………….………

1. Populasi Penelitian …………………………………………..……….

2. Sampel Penelitian ……………………………………………….……

D. Variabel Penelitian ……………………………………………..…..……

1. Variabel Bebas …………………………………………………..……

2. Variabel Terikat …………………………………………………..…..

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ………………………..…..…

1. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….………..…

2. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………..…

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……………………………………...

G. Teknik Analisis Data ……………………………..……………….…….

1. Uji Prasyarat Hipotesis ……………………………….………………

2. Pengujian Hipotesis …………………………………….…….………

13

14

15

15

16

17

19

19

30

40

42

43

44

44

44

44

45

45

45

46

46

46

47

47

47

49

52

52

54

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

BAB IV

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data …………………………………………………………….

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ……………………….…………….

C. Pengujian Hipotesis ………………………………………………………

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………………..…………

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………………………….…

B. Implikasi Hasil Penelitian ……………………………..……………..….

C. Saran …………………………………………………………………..….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….………….….

LAMPIRAN ………………………………………………………………..

58

60

64

69

71

72

72

74

77

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyediakan

berbagai kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Proses belajar menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Proses belajar dapat dilihat melalui dua

sudut pandang yaitu guru dan siswa. Bagi siswa, belajar merupakan proses

internal yang komplek, proses internal tersebut melibatkan seluruh ranah mental

yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar

mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.

Dari segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak

langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak

dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut

“tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar

tersebut tampak pada tindak- tindak belajar tentang matematika,

kesusasteraan, olah raga, kesenian, dan agama. Perilaku belajar tersebut

merupakan respons siswa terhadap tindak mengajar atau tindak

pembelajaran dari guru. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:18)

Baik atau buruknya prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh

2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor

yang berasal dari dalam diri siswa, antara lain : sikap belajar, motivasi belajar,

kemampuan awal, konsentrasi belajar, pengolahan bahan belajar, menyimpan

perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan

berprestasi atau unjuk belajar, rasa percaya diri siswa, intelijensi dan keberhasilan

belajar, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang

berasal dari luar diri siswa, antara lain guru, prasarana dan sarana pembelajaran,

kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah dan

lingkungan keluarga.

Menurut pendapat Mc Donald yang dikutip oleh Sardiman (2010:74):

“motivasi adalah perubahan energi dalam diri seeorang yang ditandai dengan

munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Pendapat yang lain, “Motivations help guide children’s activity” (Middleton and

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Photini, 1999: 65- 88). Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa motivasi adalah faktor yang menyebabkan seseorang melakukan suatu

kegiatan. Dalam pendidikan motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar.

Motivasi belajar berhubungan erat dengan prestasi belajar. Apabila siswa

mempunyai motivasi belajar tinggi, akan diikuti dengan tingkat pencapaian

prestasi belajar yang tinggi pula. Motivasi belajar yang tinggi dapat ditunjukkan

antara lain: perhatian dan ketertarikan terhadap proses pembelajaran di kelas,

keinginan untuk memperoleh nilai baik, dan kemauan untuk belajar. Begitu pula

sebaliknya apabila siswa mempunyai motivasi belajar rendah, maka tingkat

pencapaian prestasi belajar akan rendah. Rendahnya motivasi siswa antara lain

ditunjukkan dengan tidak adanya kesadaran untuk belajar dan mengerjakan tugas/

PR.

Kemampuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi baik atau buruknya prestasi belajar siswa. Kemampuan awal siswa

adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran.

Untuk mata pelajaran Fisika khususnya. kemampuan awal ini merupakan

prasyarat untuk mengikuti materi pelajaran selanjutnya dengan lancar. Hal ini

disebabkan karena materi pelajaran Fisika umumnya merupakan pembentukan

proses dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Apabila siswa mengalami

kesulitan dalam suatu materi Fisika tertentu, seharusnya siswa tersebut

mempelajari sampai paham dan mengerti agar untuk materi selanjutnya yang

mungkin berhubungan dengan materi sebelumnya, dapat dikuti dengan lancar.

Namun pada kenyataannya, siswa-siswa apabila menemui kesulitan dalam materi

Fisika tertentu akan cenderung mengabaikan dan tidak mau menanyakan kepada

guru atau teman. Akibatnya, pada materi selanjutnya siswa tersebut akan

menemui banyak kesulitan.

Oleh karena hal tersebut, penulis memandang perlu untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dan

Kemampuan Awal Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA

Negeri 1 Karanganyar”.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas timbul permasalahan sebagai

berikut:

1. Prestasi belajar Fisika siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal siswa.

2. Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Fisika.

3. Bagaimanakah menumbuhkan motivasi belajar siswa agar tercapai prestasi

belajar Fisika siswa yang maksimal.

4. Banyak siswa cenderung mengabaikan dan tidak mau menanyakan kepada

guru atau teman apabila menemui kesulitan dalam materi fisika tertentu, yang

mengakibatkan banyaknya kesulitan yang ditemui pada materi selanjutnya.

5. Perbedaan tingkat motivasi belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan

prestasi belajar Fisika siswa.

6. Perbedaan kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi

belajar Fisika siswa.

7. Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama - sama

berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa.

C. Pembatasan Masalah

Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis

membatasi agar penelitian ini dapat mencapai tujuan, ruang lingkup, dan arah

yang jelas. Adapun pembatasan masalah untuk penelitian ini :

1. Perbedaan tingkat motivasi belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan

prestasi belajar Fisika siswa.

2. Perbedaan kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi

belajar Fisika siswa.

3. Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama - sama

berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa.

Adapun perincian dari pembatasan masalah di atas sebagai berikut:

1. Kemampuan awal siswa yang dimaksud adalah nilai murni Fisika Semester I

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Prestasi belajar Fisika siswa yang dimaksud adalah nilai mid Semester II

dengan pokok bahasan Alat Optik dan Suhu dan Kalor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi

belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?

2. Adakah hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi

belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?

3. Adakah hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar

siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas

X SMA Negeri 1 Karanganyar?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

ada atau tidak adanya :

1. Hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar

Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.

2. Hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar

Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.

3. Hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa

dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Karanganyar.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Memberi sumbangan pemikiran kepada orang tua, guru, dan siswa dalam

upaya meningkatkan motivasi belajar khususnya dalam mata pelajaran Fisika

2. Siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk

meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

a. Hakikat Belajar

Banyak macam- macam aktivitas - aktivitas yang oleh setiap orang dapat

disebut sebagai perbuatan belajar. Belajar memiliki makna dan cakupan yang luas

dan komplek, sehingga pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori

belajar yang dianut oleh beberapa ahli, namun beberapa diantaranya mempunyai

kesamaan. Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar, antara lain: menurut

Sardiman (2010:20): “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku

atau penampilan perubahan tingkah laku …”. Sedangkan menurut Cronbach,

seperti yang ditulis oleh Sardiman (2010: 20), “Learning is shown by a change in

behavior as a result of experience”. Dalam hal ini Cronbach berpendapat bahwa

cara atau proses belajar yang paling baik adalah dengan subjek pembelajar

mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dengan mempergunakan

pancainderanya. Senada dengan Cronbach, Geoh menyatakan, “Learning is a

change in performance as a result of practice” (Sardiman 2010: 20). Ahli yang

lain yaitu Harold Spears (Sardiman 2010: 20) menyatakan, “Learning is to

observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

direction”. Dari beberapa definisi belajar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dari subjek pembelajaran

akibat pengalaman yang diperoleh secara mandiri.

b. Tujuan Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran ada komponen- komponen penyusun yaitu

tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai

tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis

kegiatan dan sarana prasarana yang tersedia. Salah satu komponen penting adalah

tujuan belajar. Karena berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan pembelajaran dapat

dilihat dari ketercapaian tujuan belajar.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok

ranah, yaitu :

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi… Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang

terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi,

dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c)

kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan

ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. (Nana

Sudjana, 2005:22- 23)

Kemudian muncul revisi taksonomi Bloom yang diungkapkan oleh Anderson L.W

dan Krathwohl, ranah kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

(Ana Ratna Wulan, 2011 http://file.upi.edu/Direktori/SPS/ ).

Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2010:26) bahwa: “tujuan

belajar mencakup beberapa hal yaitu untuk (1) mendapatkan pengetahuan, (2)

penanaman konsep dan ketrampilan, (3) pembentukan sikap.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk

mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan penanaman sikap mental/ nilai- nilai.

c. Prinsip- prinsip Belajar

Selama proses belajar pasti ditemukan kesulitan- kesulitan baik kesulitan

dalam memahami apa yang dipelajari maupun kesulitan dalam menghadapi

pengaruh- pengaruh dari luar maupun dari dalam diri sendiri, yang berpengaruh

terhadap keberhasilan proses belajar tersebut. Keberhasilan proses belajar dapat

dilihat dalam hasil belajar yang diperoleh. Oleh karena itu, seseorang yang

melakukan kegiatan belajar perlu mengetahui prinsip- prinsip belajar. Menurut

Dimyati dan Mudjiono prinsip- prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan

motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan,

tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati dan

Mudjiono, 1999: 42). Sedangkan menurut Slameto, prinsip- prinsip belajar

dibedakan:

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

a. Bedasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional;

2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat

pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;

3) belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

efektif;

4) belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya;

2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery;

3) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang

diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang

diharapkan;

c. Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari

1) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya;

2) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1) belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang;

2) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali- kali agar penertian/

ketrampilan/ sikap itu mendalam pada siswa. (Slameto, 2010:28)

d. Teori- teori Belajar

Seperti yang telah diuraikan didepan bahwa belajar mencakup makna

yang sangat luas dan kompleks, maka banyak para ahli yang mengemukakan teori

belajar. Teori belajar tersebut antara lain:

1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Sardiman (2010: 30) berpendapat bahwa dalam teori ini jiwa manusia

terdiri dari berbagai macam daya. Daya tersebut dapat dilatih sehingga dapat

melaksanakan fungsinya. Teori ini berpendapat bahwa hasil pembentukan dari

daya tersebut lebih penting dari pengusaan bahan/ atau materi. Teori ini jika

dikaitkan dengan kegiatan belajar, bahwa hasil belajar lebih penting daripada

proses untuk mendapatkan hasil belajar tersebut.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpendapat bahwa kegiatan belajar harus diawali dengan

kegiatan observasi terhadap bahan/ materi yang akan dipelajari. Tokoh dari teori

belajar ini adalah Koffka. Menurut aliran ini,”… seseorang melakukan perbuatan

belajar jika mendapatkan insight.” (Sardiman, 2010: 31). Insight ini bisa timbul

karena adanya: kesanggupan, pengalaman, taraf kompleksitas suatu instansi,

latihan, dan trial and error.

Prinsip- prinsip belajar menurut teori belajar ini antara lain:

a) Manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak

hanya secara intelektual tetapi secara fisik, emosional, sosial,dst.

b) Belajar adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungannya.

c) Manusia berkembang sebagai proses keseluruhan sejak dari kecil sampai

dewasa, lengkap dengan segala aspek- aspek yang mengiringinya.

d) Belajar adalah perkembangan kearah differensial yang lebih luas.

e) Belajar akan berhasil jika ada tujuan belajar yang akan dicapai.

(Sardiman, 2010:31-32)

3) Teori Belajar Jiwa Asosiasi

Sardiman (2010: 33) mengungkapkan bahwa: “ilmu jiwa asosiasi

berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-

bagian atau unsur- unsurnya”. Teori belajar jiwa asosiasi ini, termasuk juga di

dalamnya teori konektionisme dan teori conditioning. Teori konektionisme

berpendapat bahwa hakikat dari belajar menurut Thorndike dalam Sardiman

(2010: 33) adalah asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan

impuls untuk bertindak (impuls to action). Dengan kata lain belajar adalah

pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi.

Dari ketiga teori belajar di atas baik menurut Ilmu Jiwa Daya, Ilmu jiwa

Gestalt, dan Jiwa Asosiasi, ada beberapa persamaan antara lain:

a) Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang sangat penting.

b) Dalam kegiatan belajar selalu ada halangan/ kesulitan.

c) Dalam belajar memerlukan aktivitas.

d) Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan bermacam-

macam respons. (Sardiman, 2010: 37)

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

4) Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan yang diperoleh adalah konstruksi pembentukan kita sendiri.

Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari

kenyataan. Bettencourt (1989) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak

bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses

kita menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi dapat disimpulkan pengertian belajar

menurut pandangan dan teori konstruktivisme adalah proses pembentukan

pengetahuan secara mandiri.

e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar

Seperti yang telah diuraikan di depan, belajar adalah suatu proses yang

menghasilkan perubahan tingkah laku. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar

dipengaruhi beberapa faktor, yang dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

(1) faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor

individual dan (2) faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor

sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor

kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/ keadaan

rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat- alat yang dipergunakan

dalam belajar- mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan

motivasi sosial. (Ngalim Purwanto, 1990:102)

Faktor psikologis dalam cukup berpengaruh terhadap proses belajar. Menurut

Thomas F. Staton membagi faktor psikologis menjadi 6 macam yaitu:

1) Motivasi

Motivasi meliputi dua hal yaitu: mengetahui apa yang akan dipelajari dan

memahami mengapa hal tersebut dipelajari.

2) Konsentrasi

3) Reaksi

4) Organisasi

5) Pemahaman

6) Ulangan

Menurut Wasty Soemanto (2003:113) yang dikutip dari Skripsi

“Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 13

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Semarang” oleh Setyowati, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar

namun dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar, dapat

digolongkan menjadi tiga macam yaitu:

(1) Faktor-faktor stimuli belajar

Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu

tersebut untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya suasana lingkungan.

(2) Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru mempengaruhi metode belajar

yang dipakai oleh pelajar. Oleh karena itu, metode yang dipakai oleh guru

menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang

kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau mengingat, pengenalan

tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar.

(3) Faktor-faktor individual

Faktor-faktor individual juga berpengaruh terhadap belajar seseorang. Yang

termasuk dalam faktor individual antara lain tentang kematangan individu,

usia, tingkat kecerdasan, motivasi, kondisi kesehatan.

Arden N. Frandsen seperti yang dituliskan oleh Sumadi Suryabrata dalam

bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang

untuk belajar:

(1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

(2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

selalu maju

(3) adanya keinginan untuk mandapatkan simpati dari orang tua, guru, dan

teman

(4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

usaha yang baru baik dengan kooperasi maupun kompetisi

(5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

pelajaran

(6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. (Sumadi

Suryabrata, 2006:236)

Maslow dalam Psikologi Pendidikan (Sumadi Suryabrata: 2006) mengemukakan

motif- motif untuk belajar yaitu:

(1) adanya kebutuhan fisik

(2) adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran

(3) adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan

dengan orang lain

(4) adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat

(5) sesuai dengan sifat untuk mengemukakan diri.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Motivasi Belajar Siswa

Seperti yang diuraikan di depan, keberhasilan suatu proses belajar

dipengaruhi dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu contoh

dari faktor internal adalah motivasi belajar.

a. Hakikat Motivasi Belajar Siswa

Motivasi berasal dari kata motif. Sardiman (2010: 73) mengungkapkan

bahwa motif adalah daya penggerak dan pendorong dari dalam subjek untuk

melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari

kata motif tersebut maka, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dan

pendorong yang telah menjadi aktif. Banyak para ahli yang berpendapat mengenai

pengertian motivasi. Menurut Mc Donald dalam Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar (Sardiman, 2010:74) motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seeorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang diungkapkan oleh Mc.

Donald mengandung tiga (3) unsur penting:

1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada

organisme manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya feeling, afeksi seseorang. Dalam

hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan

emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. (Sardiman, 2010:74)

Menurut Winkel (1996: 151) yang dikutip dari Skripsi “Hubungan

Antara Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa Pada Saat Layanan

Pembelajaran Di Kelas Ii Smu Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun

2004/2005”oleh Herlin Febriana, berpendapat bahwa motivasi merupakan daya

penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi

mencapai tujuan tertentu.

Motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan. Menurut Morgan dan ditulis

kembali oleh Sardiman A. M: “manusia hidup memiliki berbagai macam

kebutuhan yaitu (1) kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas, (2)

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kebutuhan untuk menyenangkan oran lain, (3) kebutuhan untuk mencapai hasil,

dan (3) kebutuhan untuk mengatasi kesulitan”.

Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi 6 yaitu:

1) Kebutuhan fisiologis

2) Kebutuhan akan rasa aman

3) Kebutuahn untuk dicintai dan dikasihi

4) Kebutuhan untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok

5) Kebutuhan akan aktualisasi diri

6) Kebutuhan akan pengetahuan. (Sardiman, 2010: 81)

Pembagian kebutuhan oleh Maslow diatas menunjukkan hierakis kebutuhan,

artinya kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar, dan

seterusnya.

Dari beberapa pengertian motivasi dari beberapa ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dan

pendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tercapai hasil belajar

yang diinginkan. Apabila motivasi belajar seorang siswa rendah, maka akan

menimbulkan rasa malas baik dalam proses belajar dirumah secara individu dan

pendidikan formal di sekolah. Tetapi apabila seorang siswa memiliki motivasi

belajar yang tinggi, maka akan timbul minat yang tinggi untuk belajar ataupun

mengerjakan tugas- tugas. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi

belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diperoleh.

b. Macam-macam Motivasi Belajar Siswa

Bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1) Motivasi Belajar Intrinsik

Sardiman (2010: 89) mengungkapkan motivasi intrinsik adalah motif-

motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Selanjutnya menurut pendapat Deci yang ditulis kembali oleh Haris Mudjiman

(2008: 38), batasan motivasi instrinsik sebagai kebutuhan psikologis yang dalam,

untuk menguasai sesuatu kompetensi dan membuat keputusan- keputusan sendiri.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong dari dalam diri seseorang

untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam konteks ini adalah kegiatan belajar.

Contoh dari motivasi belajar instrinsik adalah adanya pemahaman akan

pentingnya belajar.

2) Motivasi Belajar Ekstrinsik

Berbeda dengan motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik adalah

keseluruhan daya penggerak dan pendorong dari luar diri seseorang untuk

melakukan kegiatan tertentu. Sardiman (2010:90) berpendapat bahwa motivasi

ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar. Contoh dari motivasi belajar ekstrinsik adalah dorongan dari

orang tua atau teman untuk belajar.

Dari segi perspektif motivasi instrinsik lebih bersifat murni karena

muncul secara alamiah tanpa membutuhkan pengaruh orang lain. Dalam Hamzah

B. Uno, kegiatan belajar yang didorong oleh motivasi intrinsik, bertujuan

memenuhi the need for competence (White: 1959) dan the need for self

determination (Deci: 2001). Sedangkan menurut Lepper (1988) yang ditulis

kembali oleh Haris Mudjiman (2008: 38), orang yang melakukan kegiatan belajar

dengan didorong motivasi ekstrinsik mengharapkan sesuatu reward, atau

menghindari punishment. Namun bukan berarti motivasi belajar ekstrinsik tidak

penting karena siswa mengalami senantiasa mengalami perubahan baik secara

jasmani maupun psikologis sehingga motivasi dari luar diri siswa sangat

dibutuhkan.

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Hasil belajar akan menjadi maksimal apabila siswa memiliki motivasi

belajar yang tinggi. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar

bagi para siswa.

Sardiman mengemukakan tiga fungsi motivasi yaitu:

(1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

(2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut…(Sardiman, 2010: 85)

Menurut Hamzah B. Uno motivasi belajar sangat dibutuhkan dalam

belajar pembelajaran. Adapun peran motivasi belajar dalam belajar pembelajaran

yaitu Hamzah B. Uno (2008: 27-28):

(1) Menentukan penguatan belajar

(2) Memperjelas tujuan belajar

(3) Menentukan ketekunan belajar

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari motivasi belajar

adalah mendorong seseorang dalam hal ini siswa untuk melakukan perbuatan

belajar.

d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik motivasi

instrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, peserta

didik dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan

memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman

(2010: 92): “ada beberapa cara dan bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar di sekolah yaitu (1) memberi angka, (2) hadiah, (3)

saingan/kompetisi, (4) ego-involvement, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahui

hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, (11) tujuan

yang diakui.”

Guru mempunyai peranan banyak dalam proses belajar mengajar, salah

satunya adalah sebagai motivator. Peranan guru sebagai motivator ini penting

artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan

belajar siswa. Selain itu, sebagai motivator seorang guru harus dapat merangsang

dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi

siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga

akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Menurut Hamzah B, Uno dalam bukunya Teori Motivasi dan

Pengukurannya, mengungkapkan model pengembangan motivasi belajar yaitu:

a. Model “Time Continuum” (Wlodkowski: 1991)

Menurut model ini ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar yaitu:

(1) sikap (attitude), (2) kebutuhan (need), (3) rangasangan (stimulation), (4) emosi

(affect), (5) kompetensi (competence), (6) penguatan (reinforcement).

b. Model “ Tripartite” (Tuckman: 2001)

Sedangkan menurut Haris Mudjiman, model pengembangan motivasi

belajar adalah dengan menumbuhkan motivasi instrinsik dari siswa untuk belajar

dan menyadari akan pentingnya belajar. Karena perbuatan belajar, seperti halnya

perbuatan- perbuatan sadar dan perbuatan tanpa paksaan pada umumnya, selalu

didahului oleh proses penbuatan keputusan- keputusan untuk berbuat atau tidak

berbuat.

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan motivasi belajar

yaitu:

(1) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar

(2) Faktor kebutuhan untuk belajar

(3) Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar

(4) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar

(5) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar

(6) Faktor hasil belajar

(7) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar

(8) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan terhadap proses pembuatan

keputusan. (Haris Mudjiman, 2008: 43)

Dari uraian sebelumnya dikatakan bahwa motivasi belajar mempengaruhi

baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, menumbuhkan

motivasi belajar baik di sekolah maupun luar sekolah (misalnya: keluarga) sangat

dibutuhkan. Menumbuhkan motivasi belajar dapat dilakukan melalui berbagai

cara, antara lain dengan cara member pujian, memberi hadiah, dan member

hukuman.

3. Kemampuan Awal Siswa

a. Pengertian Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam

kegiatan yang dilakukan. Hal tersebut juga berlaku dalam proses belajar,

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kemampuan awal siswa yang relevan terhadap tujuan instruksional tentang topik

atau konsep tertentu yang belum diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh. Siswa yang mempunyai

kemampuan awal tinggi dan relevan dengan tujuan instruksional akan lebih

mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya, karena pengetahuan

dan keadaan yang baru membutuhkan pengetahuan yang lebih rendah

tingkatannya. Hal tersebut senada dengan pendapat dari Winkel (1996:134) yaitu

… setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolaknya sendiri atau

berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk

dikembangkan menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan

instruksional (tingkah laku final). Oleh karena itu keadaan siswa pada awal

proses belajar mengajar tertentu mempunyai relevansi terhadap penentuan,

perumusan, dan pencapaian tujuan instruksional. (Winkel, 1996:134)

Ahli lain yang bernama Bloom menggunakan istilah lain untuk menyebut

kemampuan awal siswa yaitu perilaku kognitif awal. Menurut Bloom proses

belajar mempunyai 3 variabel pokok yaitu karakteristik siswa (perilaku kognitif

awal), pembelajaran, dan hasil belajar (Purwanto,2009:22). Perilaku kognitif awal

menurut Bloom adalah suatu kondisi berupa pengetahuan, ketrampilan yang

dimiliki seseorang pada awal studinya dan merupakan prasyarat bagi orang

tersebut dalam mengikuti proses belajar yang akan dihadapi dalam subjek tertentu.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum

mengikuti kegiatan pembelajaran. Atau bisa dikatakan kemampuan awal adalah

keadaan dasar/ alamiah dari siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Analisis Kemampuan Awal Siswa

Pada saat awal masuk ke suatu sekolah, siswa memiliki latar belakang

yang berbeda- beda. Termasuk juga kemampuan awal yang berbeda-beda. Dalam

hal ini, guru perlu memperhatikan dan mempelajari perbedaan- perbedaan tersebut

agar proses pembelajaran yang akan dijalani berjalan dengan baik. Karena apabila

guru salah dalam memprediksi kemampuan awal siswanya akan berakibat

terhadap proses pembelajaran. Apabila guru sebagai seorang pendidik dalam

memperkirakan kemampuan siswa baru tersebut terlalu rendah, maka akan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mengakibatkan guru akan mengajarkan sesuatu yang sudah dikuasai siswa dan

berakibat sia-sia saja atau siswa merasa jenuh karena mengulang mempelajari

sesuatu yang sudah mereka pelajari. Sedangkan bila perkiraan tersebut terlalu

tinggi, maka akan berakibat siswa tidak dapat menguasai sesuatu yang diajarkan

guru karena latar belakang kemampuan awal siswa belum memenuhi.

Masalah tersebut dapat diatasi apabila guru sebagai seorang pendidik

mempunyai ketrampilan dan kemampuan untuk mengukur dan menganalisis

kemampua awal siswanya. Kemampuan awal siswa dapat diketahui diantaranya

dengan teknik pre tes atau tes awal sebelum proses belajar mengajar berlangsung.

Kemampuan awal siswa juga dapat ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh pada

proses pembelajaran sebelumnya, misalnya nilai pada tes semester sebelumya.

4. Prestasi Belajar Fisika Siswa

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, prestasi adalah suatu hasil

yang telah dicapai, dilakukan, dan dikerjakan (W.J.S Poerwadarminta, 1993:768).

Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (1994: 20- 21) dalam bukunya Prestasi

Belajar dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar,

bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang

menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang

sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah “penilaian pendidikan

tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan

pelajaran yang disajikan kepada siswa”. Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari sesuatu yang telah dikerjakan.

Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi

beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Yang termasuk ke dalam

faktor internal adalah tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat

yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi

yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang

dikembangkan guru. Sedangkan contoh dari faktor eksternal siswa adalah

lingkungan belajar siswa.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Menurut Merson U Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u (2004) yang

tertulis pada Skripsi “Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Terhadap Prestasi Belajar

Mata Diklat Program Produktif Siswa Kelas Ii Jurusan Administrasi Perkantoran

Di Smk Antonius Semarang” oleh Riris Marpaong, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik, antara

lain:

a. Faktor kecerdasan

Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan

keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain

yang ada pada dirinya.

b. Faktor bakat

Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk

dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar

yang diharapkan.

c. Faktor minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian

adalah melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu.

Apabila siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu biasanya

cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian

yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi

prestasi belajar siswa.

d. Faktor motif

Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta

kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila

dalam belajar, siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini akan

memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.

e. Faktor cara belajar

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara

belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih

tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif.

f. Faktor lingkungan keluarga

Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi

pengaruh pada prestasi siswa. Terutama dalam hal mendorong, memberi

semangat, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya.

g. Faktor sekolah

Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki

sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral,

mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. (Tulus Tu’u, 2004:78)

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan sebuah tes. Menurut

Anne Anastasi (1976) yang ditulis kembali oleh Saifuddin Azwar, mengatakan

bahwa tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

terhadap sampel perilaku. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1995: 51) tes

(sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia ditulis

dengan “test”) adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan- aturan

yang sudah ditentukan. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui hasil dari suatu proses

yang telah dilalui.

Menurut Saifuddin Azwar (2002: 8) tes prestasi belajar, secara luas tentu

mencakup ketiga kawasan tujuan pendidikan yang dibagi oleh Benyamin S.

Bloom dkk, yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor.

Prinsip- prinsip pengukuran prestasi belajar menurut Gronlund yang ditulis

kembali oleh Saifuddin Azwar:

a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas

sesuai dengan tujuan instruksional

b. Tes prestasi belajar harus mengukur suatu sampel yang representatif dari

hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional

atau pengajaran

c. Tes prestasi harus berisi aitem- aitem dengan tipe yang paling cocok

guna mengukur hasil belajar yang diinginkan

d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan

penggunaan hasilnya

e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil

ukurnya harus ditafsirkan secara hati- hati

f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak

didik. (Saifuddin Azwar, 2002: 18)

5. Konsep Suhu dan Kalor dan Alat Optik

a. Suhu dan Kalor

1) Suhu Dan Termometer

Suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau

benda. Misalnya panci yang sedang digunakan untuk memasak dikatakan bersuhu

tinggi, sedangkan es yang membeku dikatakan memiliki suhu rendah. Alat yang

dapat mengukur suhu suatu benda disebut termometer. Termometer bekerja

dengan memanfaatkan perubahan sifat-sifat fisis benda akibat perubahan suhu.

Termometer berupa tabung kaca yang di dalamnya berisi zat cair, yaitu raksa atau

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

alkohol. Pada suhu yang lebih tinggi, raksa dalam tabung memuai sehingga

menunjuk angka yang lebih tinggi pada skala. Sebaliknya, pada suhu yang lebih

rendah raksa dalam tabung menyusut sehingga menunjuk angka yang lebih rendah

pada skala. Terdapat empat skala yang digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu

skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin.

Gambar 2.1 Termometer (Joko Sumarsono, 2009: 136)

Perbandingan beberapa skala termometer adalah sebagai berikut:

4:9:5:)32(: RFC TTT (2.1)

Konversi antara skala Celsius dan skala Fahrenheit dapat dituliskan:

)32(9

5FC TT (2.2)

Konversi antara skala Celsius dan skala Reamur dapat dituliskan:

)(4

5RC TT (2.3)

Konversi antara skala Fahrenheit dan skala Reamur dapat dituliskan:

)32(9

4FR TT (2.4)

2) Pemuaian

Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena

kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut. Kenaikan suhu yang terjadi

menyebabkan benda itu mendapat tambahan energi berupa kalor yang

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

menyebabkan molekul-molekul pada benda tersebut bergerak lebih cepat. Setiap

zat mempunyai kemampuan memuai yang berbedabeda.

a) Pemuaian Zat Padat

(1) Muai panjang

Percobaan menunjukkan bahwa perubahan panjang ΔL pada semua zat

padat, dengan pendekatan yang sangat baik, berbanding lurus dengan perubahan

suhu ΔT . Perubahan panjang sebanding dengan panjang awal L0, seperti Gambar

2.2 yaitu pada besi:

Gambar 2. 2 Pemuaian Panjang

(Joko Sumarsono, 2009: 138)

Besarnya perubahan panjang dapat dituliskan dalam suatu persamaan

TLL 0 (2.5)

dimana adalah konstanta pembanding, disebut juga koefisien muai linier

(koefisien muai panjang) untuk zat tertentu. Satuan untuk adalah /oC atau (

oC)

-1

Panjang benda ketika dipanaskan dapat dinyatakan sebagai berikut:

)1(0 TLL (2.6)

di mana L = panjang benda saat dipanaskan (m)

L0 = panjang benda mula- mula (m)

= koefisien muai linear/ panjang (/oC)

T = perubahan suhu (oC)

Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔL = L – L0 juga negatif,

berarti panjang benda memendek (menyusut).

(2) Muai Luas

Apabila suatu benda berbentuk bidang atau luasan, misalnya bujur

sangkar tipis dengan sisi L0, dipanaskan hingga suhunya naik sebesar T , maka

bujur sangkar tersebut akan memuai pada kedua sisinya. Luas benda mula- mula

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

adalah 2

00 LA Pada saat dipanaskan, setiap sisi benda memuai sebesar L . Hal

ini berarti akan membentuk bujur sangkar baru dengan sisi )( 0 LL . Dengan

demikian, luas benda saat dipanaskan adalah

)1(0 TAA (2.7)

dengan

A = luas benda saat dipanaskan (m2)

0A = luas benda mula- mula (m2)

2 = koefisien muai luas (/oC)

T = perubahan suhu (oC)

Atau perubahan luas akibat pemuaian dapat dinyatakan dengan TAA 0

Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔA = A – A0 juga negatif,

berarti luas benda menyusut.

(3) Muai Volume

Apabila suatu benda berbentuk volume atau padatan, misalnya kubus

dengan sisi L0 dipanaskan hingga suhunya naik sebesar T , maka kubus tersebut

akan memuai pada setiap sisinya. Volume benda mula- mula adalah 3

00 LV .

Pada saat dipanaskan, setiap sisi benda (kubus) memuai sebesar L . Hal ini

berarti akan membentuk kubus baru dengan sisi )( 0 LL . Dengan demikian,

volume benda saat dipanaskan adalah

)1(0 TVV (2.8)

dengan

V = volume benda saat dipanaskan (m3)

0V = volume benda mula- mula (m3)

3 = koefisien muai volume (/oC)

T = perubahan suhu (oC)

Atau perubahan volume akibat pemuaian dapat dinyatakan dengan TVV 0

Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔV = V – V0 juga negatif,

berarti volume benda menyusut.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b) Pemuaian Zat Cair

Contoh pemuaian pada zat cair adalah ketika memasak panci yang berisi

penuh air, pada saat suhu sangat tinggi, sebagian dari air tersebut akan tumpah.

Hal ini menunjukkan bahwa volume air di dalam panci tersebut memuai atau

volumenya bertambah.

Sebagian besar zat akan memuai secara beraturan terhadap penambahan

suhu. Akan tetapi, air tidak mengikuti pola yang biasa. Bila sejumlah air pada

suhu 0oC dipanaskan, volumenya menurun sampai mencapai suhu 4

oC.

Kemudian, suhu di atas 4oC air berperilaku normal dan volumenya memuai

terhadap bertambahnya suhu. Pada suhu di antara 0oC dan 4

oC air menyusut dan

di atas suhu 4oC air memuai jika dipanaskan. Sifat pemuaian air yang tidak teratur

ini disebut anomali air. Dengan demikian, air memiliki massa jenis yang paling

tinggi pada 4oC.

Gambar 2. 3 Anomali Air

(Joko Sumarsono, 2009: 141)

c) Pemuaian Gas

Pemuaian gas tidaklah besar atau tidak dapat secara jelas teramati.

Volume gas sangat tergantung pada tekanan dan suhu. Dengan demikian, akan

sangat bermanfaat untuk menentukan hubungan antara volume, tekanan,

temperature, dan massa gas.

(1) Hukum Boyle

Grafik hubungan P - V pada suhu konstan ditunjukkan sebagai berikut:

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 2. 4 Grafik hubungan P- V pada suhu konstan

(Joko Sumarsono, 2009: 142)

Hukum Boyle dapat dituliskan:

PV konstan atau 2211 VPVP (2.9)

dengan:

P = tekanan gas pada suhu tetap (Pa)

V = volume gas pada suhu tetap (m3)

P1 = tekanan gas pada keadaan I (Pa)

P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa)

V1= volume gas pada keadaan I (m3)

V2= volume gas pada keadaan II (m3)

(2) Hukum Charles

Jacques Charles seorang ilmuwan Perancis menemukan bahwa ketika

tekanan gas tidak terlalu tinggi dan dijaga konstan, volume gas bertambah

terhadap suhu dengan kecepatan hampir konstan, seperti Gambar 2.5:

Gambar 2. 5 Hubungan Suhu dan Volume pada Tekanan Gas

Konstan dan Tidak Terlalu Tinggi

(Joko Sumarsono, 2009: 143)

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Untuk semua gas, grafik hubungan antara volume V dan suhu T dapat

digambarkan seperti pada gambar di atas dan garis lurus selalu menuju kembali ke

-273 oC pada volume nol. Hal ini menunjukkan bahwa jika gas dapat didinginkan

sampai -273 oC, volumenya akan nol, lalu pada suhu yang lebih rendah lagi

volumenya akan negatif. Hal ini tentu saja tidak masuk akal. Bisa dibuktikan

bahwa -273 oC adalah suhu terendah yang mungkin, yang disebut suhu nol

mutlak, nilainya ditentukan -273,15 oC.

Hukum Charles dapat dinyatakan dengan persamaan:

2

2

1

1

T

V

T

V (2.10)

dengan V = volume gas pada tekanan tetap (m3)

T = suhu mutlak gas pada tekanan tetap (K)

V1 = volume gas pada keadaan I (m3)

V2 = volume gas pada keadaan II (m3)

T1 = suhu mutlak gas pada keadaan I (K)

T2 = suhu mutlak gas pada keadaan II (K)

(3) Hukum Gay Lussac

Hukum Gay Lussac berasal dari Joseph Gay Lussac, menyatakan bahwa

pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak.

Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:

2

2

1

1

T

P

T

P (2.11)

dengan P = tekanan gas pada volume tetap (Pa)

T = suhu mutlak gas pada volume tetap (K)

P1 = tekanan gas pada keadaan I (Pa)

P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa)

T1 = suhu mutlak gas pada keadaan I (K)

T2 = suhu mutlak gas pada keadaan II (K)

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(4) Persamaan Gas Ideal

Hukum- hukum diatas dapat digabungkan menjadi satu hubungan yang

lebih umum antara tekanan, volume, dan suhu dari gas dengan jumlah tertentu:

PV ∝T . Atau dapat dinyatakan sebagai berikut:

nRTPV (2.12)

dengan n menyatakan jumlah mol dan R adalah konstanta gas umum.

3) Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat

Setiap ada perbedaan suhu antara dua sistem, maka akan terjadi

perpindahan kalor. Kalor mengalir dari sistem bersuhu tinggi ke sistem yang

bersuhu lebih rendah.

a) Kalor dapat Mengubah Suhu Benda

Kalor merupakan salah satu bentuk energi, sehingga dapat berpindah dari

satu sistem ke sistem yang lain karena adanya perbedaan suhu. Sebaliknya, setiap

ada perbedaan suhu antara dua sistem maka akan terjadi perpindahan kalor.

b) Kalor dapat Mengubah Wujud Benda

Kalor yang diberikan pada zat dapat mengubah wujud zat tersebut.

Perubahan wujud yang terjadi ditunjukkan oleh Gambar 2.6:

Gambar 2. 6 Perubahan Wujud Benda

(Joko Sumarsono, 2009: 146)

4) Kalor Sebagai Transfer Energi

James Prescott Joule (1818 - 1889). Joule melakukan sejumlah percobaan

yang penting untuk menetapkan pandangan bahwa kalor merupakan bentuk

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

transfer energi. Salah satu bentuk percobaan Joule ditunjukkan secara sederhana

seperti pada Gambar 2.7 berikut:

Gambar 2. 7 Percobaan Joule

(Joko Sumarsono, 2009: 147)

Beban yang jatuh menyebabkan roda pedal berputar. Gesekan antara air dan roda

pedal menyebabkan suhu air naik sedikit (yang sebenarnya hampir tidak terukur

oleh Joule). Kenaikan suhu yang sama juga bisa diperoleh dengan memanaskan

air di atas kompor. Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang

dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara

kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekuivalen dengan 1 kalori (kal) kalor.

Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik.

4,186 J = 1 kal

4,186 × 103 J = 1 kkal

a) Kalor Jenis (c) dan Kapasitas Kalor (C)

Pada abad ke-18, sejumlah ilmuwan melakukan percobaan dan

menemukan bahwa besar kalor Q yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu zat

yang besarnya ΔT sebanding dengan massa m zat tersebut. Pernyataan tersebut

dapat dinyatakan dalam persamaan:

TmcQ (2.13)

dengan Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)

m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)

c = kalor jenis zat (J/kgoC)

ΔT = kenaikan/ perubahan suhu zat (oC)

Kapasitas kalor (C) dapat dirumuskan:

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

mcC

T

QC

Besarkan kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat adalah

TmcQ (2.14)

dengan Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)

m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)

c = kalor jenis zat (J/kgoC)

ΔT = kenaikan/ perubahan suhu zat (oC)

C = kapasitas kalor suatu zat (J/oC)

b) Hukum Kekekalan Energi Kalor (Asas Black)

Apabila dua zat atau lebih mempunyai suhu yang berbeda dan terisolasi

dalam suatu sistem, maka kalor akan mengalir dari zat yang suhunya lebih tinggi

ke zat yang suhunya lebih rendah. Dalam hal ini, kekekalan energi memainkan

peranan penting. Sejumlah kalor yang hilang\ dari zat yang bersuhu tinggi sama

dengan kalor yang didapat oleh zat yang suhunya lebih rendah. Hal tersebut dapat

dinyatakan sebagai Hukum Kekekalan Energi Kalor yang berbunyi:

Kalor yang dilepas = Kalor yang diserap

21 QQ

c) Kalor Laten dan Perubahan Wujud Zat

Ketika suatu zat berubah wujud dari padat ke cair, atau dari cair ke gas,

sejumlah energi terlibat pada perubahan wujud zat tersebut. Sebagai contoh, pada

tekanan tetap 1 atm sebuah balok es (massa 5 kg) pada suhu -40oC diberi kalor

dengan kecepatan tetap sampai semua es berubah menjadi air, kemudian air

(wujud cair) dipanaskan sampai suhu 100 oC dan diubah menjadi uap di atas suhu

100 oC.

Kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat dari padat menjadi cair

disebut kalor lebur, LB. Kalor lebur air dalam SI adalah sebesar 333 kJ/kg (3,33 ×

105 J/kg), nilai ini setara dengan 79,7 kkal/kg. Sementara itu, kalor yang

dibutuhkan untuk mengubah suatu zat dari wujud cair menjadi uap disebut kalor

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

penguapan, dengan simbol LU. Kalor penguapan air dalam satuan SI adalah 2.260

kJ/kg (2,26 × 106 J/kg), nilai ini sama dengan 539 kkal/kg. Kalor yang diberikan

ke suatu zat untuk peleburan atau penguapan disebut kalor laten. Atau dapat

dirumuskan sebagai berikut:

mLQ (2.15)

dengan Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan selama perubahan wujud (J)

m = massa zat (kg)

L = kalor laten (J/kg)

5) Perpindahan Kalor

Ada tiga cara kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu

konduksi, kenveksi, dan radiasi.

a) Konduksi

Peristiwa perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai dengan

perpindahan partikel-partikelnya disebut konduksi. Perpindahan kalor dengan cara

konduksi disebabkan karena partikel- partikel penyusun ujung zat yang

bersentuhan dengan sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi

kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel

tersebut menyentuh partikeldi dekatnya, demikian seterusnya sampai akhirnya

Anda merasakan panas. Besarnya aliran kalor secara matematis dapat dinyatakan

sebagai berikut:

d

TkxAxH (2.16)

keterangan:

H = kelajaun hantaran (J/s)

k = konduktivitas termal daya hantar panas (J/ ms K)

d = tebal lapisan (m)

t = lamanya kalor mengalir (s)

b) Konveksi

Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan

partikel-partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

dan gas. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan

massa jenis zat.

Adapun secara empiris laju perpindahan kalor secara konveksi dapat

dirumuskan :

hAH (2.17)

keterangan:

H = laju perpindahan kalor (W)

A = luas permukaan benda (m2)

h = koefisien konveksi (Wm-2

K-4

)

c) Radiasi

Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara (medium)

disebut radiasi. Setiap benda mengeluarkan energi dalam bentuk radiasi

elektromagnetik. Laju radiasi dari permukaan suatu benda berbanding lurus

dengan luas penampang, berbanding lurus dengan pangkat empat suhu mutlaknya,

dan tergantung sifat permukaan benda tersebut. Secara matematis dapat di tulis

sebagai berikut :

(2.18)

keterangan:

H = laju radiasi (W)

A = luas penampang benda (m2)

T = suhu mutlak (K)

e = emisitas bahan

= tetapan Stefan Boltzmann (5,67 x 10-8

W/ m2 K

4)

b. Alat Optik

1) Mata

Mata merupakan indra penglihatan dan organ yang bekerja dengan cara

menerima, memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui lensa untuk

menghasilkan bayangan objek yang dilihatnya. Struktur dasar mata manusia

tampak seperti pada Gambar 2.8 berikut:

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Gambar 2. 8 Mata Manusia (Joko Sumarsono, 2009: 112)

Diafragma berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke

mata sehingga objek akan tampak jelas dan mata tidak silau. Pupil sebagai lubang

pada diafragma merupakan tempat/jalan masuknya cahaya, sehingga tidak ada

cahaya yang dipantulkan darinya karena ini merupakan lubang, dan sangat sedikit

cahaya dipantulkan kembali dari bagian dalam mata. Retina berada pada

permukaan belakang berfungsi sebagai tempat jatuhnya bayangan. Retina terdiri

atas serangkaian saraf dan alat penerima (reseptor) yang rumit, dinamakan dengan

sel batang dan sel kerucut yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi

sinyal listrik yang berjalan di sepanjang serabut saraf. Di pusat retina ada daerah

kecil yang disebut fovea, berdiameter sekitar 0,25 mm, di mana kerucut-kerucut

tersusun rapat, bayangan paling tajam dan pemisahan warna paling baik

ditemukan. Sistem saraf pada mata menganalisis sinyal untuk membentuk

bayangan dengan kecepatan sekitar 30 per detik.

Lensa mata hanya sedikit membelokkan berkas cahaya. Umumnya

pembiasan dilakukan di permukaan depan kornea (indeks bias = 1,376), yang juga

berfungsi sebagai pelindung. Lensa mata berfungsi sebagai penyetel untuk

pemfokusan pada jarak yang berbeda. Hal ini dilakukan oleh otot siliari yang

mengubah kelengkungan lensa sehingga panjang fokusnya berubah, yang

diilustrasikan sebagai berikut:

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gambar 2. 9 Pemfokusan pada mata

(Joko Sumarsono, 2009: 113)

Gambar (a) menunjukkan bahwa untuk pemfokusan pada benda jauh,

otot akan rileks dan lensa memipih, sehingga berkas- berkas paralel terfokus pada

titik fokus (retina). Sedangkan untuk gambar (b) untuk pemfokusan pada benda

dekat, otot berkontraksi, menyebabkan lensa mata mencembung sehingga jarak

fokus menjadi lebih pendek, jadi bayangan benda yang dekat dapat difokuskan

padan retina, di belakang titik fokus. Kemampuan mata untuk mencembung atau

memipihkan lensa mata ini disebut daya akomodasi.

a) Mata Normal (Emetrop)

Jarak terdekat yang dapat difokuskan mata disebut titik dekat mata (PP =

punctum proximum). Untuk orang dewasa muda biasanya mempunyai titik dekat

25 cm, walaupun anak-anak sering kali bisa memfokuskan benda pada jarak 10

cm. Selanjutnya, semakin tua usia seseorang, kemampuan berakomodasi makin

kurang dan titik dekat bertambah. Adapun jarak terjauh di mana benda masih

dapat terlihat jelas disebut titik jauh (PR = punctum remotum). Untuk mata normal

adalah mata yang memiliki titik dekat PP = 25 cm dan titik jauh PR = tak

berhingga.

b) Rabun Jauh (Miopi)

Mata miopi atau rabun jauh adalah mata yang hanya dapat memfokuskan

benda pada jarak dekat. Titik jauh mata (PR) tidak berada pada tak berhingga

tetapi jarak yang lebih dekat, sehingga benda jauh tidak terlihat jelas. Rabun jauh

atau miopi biasanya disebabkan oleh lensa mata yang terlalu cembung, sehingga

bayangan benda yang jauh terfokus (jatuh) di depan retina. Dengan menggunakan

lensa divergen (cekung), dapat menyebabkan berkas sinar sejajar menyebar,

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sehingga memungkinkan berkas-berkas sinar biasnya terfokus pada retina, seperti

Gambar 2.10 berikut:

Gambar 2. 10 Pembentukan Bayangan Penderita Miopi

(Joko Sumarsono, 2009: 114)

c) Rabun Dekat (Hipermetropi)

Hipermetropi atau rabun dekat adalah mata yang tidak dapat

memfokuskan benda pada jarak dekat. Walaupun benda-benda jauh biasanya

terlihat jelas, titik dekat (PP) agak lebih besar dari mata “normal” 25 cm, yang

menyebabkan sulit membaca. Kelainan ini disebabkan lensa mata terlalu pipih

sehingga bayangan benda yang dilihat terbentuk di belakang retina. Cacat mata ini

dapat ditolong dengan lensa konvergen (cembung), seperti Gambar 2.11 berikut:

Gambar 2. 11 Pembetukan Bayangan Penderita Hipermetropi

(Joko Sumarsono, 2009: 114)

d) Astigmatisma

Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa yang kurang

bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan

bayangan. Hal ini dikarenakan kornea berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya

bertumpuk. Gambar di bawah ini menunjukkan lensa silindris memfokuskan titik

menjadi garis yang pararel dengan sumbunya. Astigmatisma dapat ditolong

dengan menggunakan lensa silindris.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Gambar 2. 12 Astigmatisma (Joko Sumarsono, 2009: 114)

2) Lup (Kaca Pembesar)

Sebuah kaca pembesar (lup) memungkinkan kita untuk meletakkan

benda lebih dekat ke mata kita sehingga membentuk sudut yang lebih besar.

Seperti gamabr di bawah ini, perbandingan melihat sebuah objek dengan lup (a)

dan tanpa lup (b).

Gambar 2. 13 Pembentukan Bayangan pada Lup

(Joko Sumarsono, 2009: 116)

a) Pemakaian Lup dengan Mata Tak Berakomodasi

Perbesaran anguler atau daya perbesaran, M, dari lensa didefinisikan

sebagai perbandingan sudut yang dibentuk oleh benda ketika menggunakan lensa,

dengan sudut yang dibentuk ketika mata tanpa bantuan lensa, dengan benda pada

titik dekat PP dari mata (PP = 25 cm untuk mata normal) dirumuskan sebagai

berikut:

M

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Jika mata rileks (untuk ketegangan mata paling kecil), bayangan akan

berada pada tak berhingga dan benda akan tepat pada titik fokus, seperti Gambar

2.14 berikut:

Gambar 2. 14 Lup Mata tak Berakomodasi

(Joko Sumarsono, 2009: 117)

Maka didapat, fs dan f

h

f

PPM , dengan PP = 25 cm untuk mata normal. (2.19)

b) Pemakaian Lup dengan Mata Berakomodasi Maksimum

Perbesaran untuk lensa tertentu dapat diperbesar sedikit dengan

menggerakkan lensa dan menyesuaikan mata sehingga terfokus pada bayangan di

titik dekat mata.

1f

PPM (2.20)

3) Mikroskop

Mikroskop memiliki lensa objektif dan okuler. Lensa objektif adalah

lensa yang berhadapan dengan objek yang diamati, sedangkan lensa okuler adalah

lensa yang langsung berhadapan dengan mata pengamat.

Benda yang ingin diamati diletakkan di luar titik fokus objektif.

Bayangan I1 yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, cukup jauh dari

lensa, dan diperbesar. Bayangan ini diperbesar oleh okuler menjadi bayangan

maya yang sangat besar, I2 yang terlihat oleh mata dan dibalik. Diagram berkas

cahaya pada mikroskop ditunjukkan sebagai berikut:

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Gambar 2. 15 Pembentukan Bayangan Mikroskop

(Joko Sumarsono, 2009: 118)

Perbesaran total mikroskop merupakan hasil kali perbesaran yang

dihasilkan oleh kedua lensa. Bayangan I1 yang dibentuk oleh objektif adalah

sebesar faktor Mob

ob

ok

ob

ob

ob

obob

s

fd

s

s

h

hM (2.21)

Dimana, obs dan obs adalah jarak benda dan bayangan untuk lensa objektif, d

adalah jarak antar lensa. Lensa okuler bekerja seperti pembesar sederhana (lup).

Jika kita anggap bahwa mata rileks (mata tak berakomodasi), perbesaran anguler

Mok adalah :

ok

okf

PPM (2.22)

Titik dekat PP = 25 cm untuk mata normal. Karena lensa okuler

memperbesar bayangan yang dibentuk oleh objektif, perbesaran anguler total M

adalah hasil kali antara perbesaran lateral lensa objektif Mob dengan perbesaran

anguler Mok dari lensa okuler, sehingga diperoleh perbesaran total:

obok xMMM

obok ff

dPPM

.

. (2.23)

4) Teleskop (Teropong Bintang)

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Teleskop digunakan untuk memperbesar benda yang sangat jauh

letaknya. Secara garis besar, teleskop atau teropong bintang (teropong astronomi)

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu teleskop pembias (Keplerian) dan

teleskop pemantul.

a) Teleskop Pembias (Keplerian)

Teleskop pembias terdiri dari dua lensa konvergen (lensa cembung) yang

berada pada ujung-ujung berlawanan dari tabung yang panjang, seperti Gambar

2.16 :

Gambar 2. 16 Pembentukan Bayangan Teleskop Pembias

(Joko Sumarsono, 2009: 121)

Lensa yang paling dekat dengan objek disebut lensa objektif dan akan

membentuk bayangan nyata I1 dari benda yang jatuh pada bidang titik fokusnya

fob (atau di dekatnya jika benda tidak berada pada tak berhingga). Walaupun

bayangan I1 lebih kecil dari benda aslinya, ia membentuk sudut yang lebih besar

dan sangat dekat ke lensa okuler, yang berfungsi sebagai pembesar. Dengan

demikian, lensa okuler memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif

untuk menghasilkan bayangan kedua yang jauh lebih besar I2, yang bersifat maya

dan terbalik.

Jika mata yang melihat rileks (tak berakomodasi), lensa okuler dapat

diatur sehingga bayangan I2 berada pada tak berhingga. Kemudian bayangan nyata

I1 berada pada titik fokus okf dari okuler, dan jarak antara lensa objektif dengan

lensa okuler adalah okob ffd untuk benda pada jarak tak berhingga.

Perbesaran anguler (daya perbesaran total) teleskop adalah:

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

ok

ob

f

fM (2.24)

Tanda minus (-) untuk menunjukkan bahwa bayangan yang terbentuk

bersifat terbalik.

b) Teleskop Pemantul

Umumnya teleskop paling besar merupakan jenis teleskop pemantul yang

menggunakan cermin lengkung sebagai objektif, seperti Gambar 2.17 berikut :

Gambar 2. 17 Cermin pada Teleskop Pemantul

(Joko Sumarsono, 2009: 122)

Keuntungan lain dari cermin sebagai objektif adalah tidak

memperlihatkan aberasi kromatik karena cahaya tidak melewatinya. Selain itu,

cermin dapat menjadi dasar dalam bentuk parabola untuk membetulkan aberasi

sferis. Teleskop pemantul pertama kali diusulkan oleh Newton.

5) Teropong Terestial (Teropong Medan)

Teropong terestrial atau teropong medan yang digunakan untuk melihat

benda-benda di Bumi, tidak seperti teropong bintang (teleskop), harus

menghasilkan bayangan tegak.

a) Teropong Galilean

Teropong Galilean memiliki lensa divergen (lensa cekung) sebagai

okuler yang memotong berkas yang mengumpul dariu lensa objektif sebelum

mencapai fokus, dan berfungsi untuk membentuk bayangan tegak maya.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar 2. 18 Pembentukan Bayangan Teropong Galilean

(Joko Sumarsono, 2009: 124)

b) Spyglass

Teropong jenis ini menggunakan lensa ketiga (lensa medan) yang

berfungsi untuk membuat bayangan tegak, seperti Gambar 2.19 berikut :

Gambar 2. 19 Pembentukan Bayangan pada Spyglass

(Joko Sumarsono, 2009: 125)

6) Kamera

Komponen-komponen dasar kamera adalah lensa, kotak ringan yang

rapat, shutter (penutup) untuk memungkinkan lewatnya cahaya melalui lensa

dalam waktu yang singkat, dan pelat atau potongan film yang peka. Gambar di

bawah ini menunjukkan desain sebuah kamera sederhana:

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 2. 20 Bagan Kamera (Joko Sumarsono, 2009: 125)

Ketika shutter dibuka, cahaya dari benda luar dalam medan pandangan

difokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada film. Film terdiri dari bahan kimia

yang peka terhadap cahaya yang mengalami perubahan ketika cahaya

menimpanya. Pada proses pencucian, reaksi kimia menyebabkan bagian yang

berubah menjadi tak tembus cahaya sehingga bayangan terekam pada film. Benda

atau film ini disebut negatif, karena bagian hitam menunjukkan benda yang terang

dan sebaliknya. Proses yang sama terjadi selama pencetakan gambar untuk

menghasilkan gambar “positif ” hitam dan putih. Film berwarna menggunakan

tiga bahan celup yang merupakan warna-warna primer.

B. Penelitian yang Relevan

Dwi Rahayu Widiyati dalam skripsinya yang meneliti tentang hubungan

antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran

ekonomi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi

belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi.

Penelitian tersebut dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar tahun

ajaran 2002/ 2003. Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

korelasional. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product

moment yang dikonsultasikan r tabel pada tingkat signifikansi 5% dan n=70. Hasil

analisis ditunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi. Terbukti dengan hasil

analisis data diperoleh r hitung > r tabel, atau r hitung = 0,523 > r tabel = 0,235 pada

taraf signifikansi 5% yang artinya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar yang

rendah.

James A. Middleton dan Photini A. Spanias dalam Journal for Research

in Mathematic Education 1999, Vol 30 No.1 menyimpulkan bahwa motivasi

terhadap mata pelajaran matematika dapat tumbuh dan berkembang dipengaruhi

oleh tindakan guru.

Hassan Hussein Zeitoun dalam International Journal of Science

Education 1989, Vol 11 No.2 menyimpulkan bahwa kemampuan awal dan

kemampuan berfikir formal mempunyai peranan penting dalam prestasi belajar

siswa khususnya dalam pemahaman konsep- konsep abstrak.

Purwanto dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.069 Tahun 2007

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh konsekuensi perilaku dan motivasi

belajar terhadap hasil belajar.

Suwarkono, Soetopo, Lutfi dalam Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan

Volume 1 No.1 Tahun 2008 menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika

dapat ditingkatkan melalui pemantapan kemampuan awal/ prasyarat. Pemantapan

kemampuan awal dilakukan dengan cara menguji dan menjelaskan ulang

kemampuan awal/ prasyarat untul materi atau pokok bahasan yang akan disajikan

disetiap awal pembelajaran atau tatap muka.

Seti Sayoga dalam skripsinya meneliti tentang hubungan antara

kemampuan awal , kreatifitas siswa dan ketrampilan menggunakan multimedia

dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif di SMK Muhammadiyah 3

Surakarta. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi, uji t dan regresi

ganda dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linearitas, pemeriksaan

multikolinearitas dan uji non otokorelasi. Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh, salah satu kesimpulannya tentang hubungan motivasi belajar dan

prestasi belajar adalah ada hubungan antara kemampuan awal dengan prestasi

belajar produktif di SMK Muhammadiyah 3 Surakarta dengan r hitung > r tabel atau r

hitung = 0,645 > r tabel = 0,254 pada taraf signifikansi 5% .

Farah Christina Dewi dalam skripsinya meneliti tentang hubungan antara

fasilitas belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar di SMK Murni 1

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Surakarta. Model analisis data yang digunakan adalah rumus korelasi product

moment dan regresi linear ganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan r hitung > r tabel

atau r hitung = 0,411 > r tabel = 0,361.

C. Kerangka Berpikir

Motivasi adalah daya penggerak dan pendorong diri seseorang untuk

melakukan sesuatu hal/ kegiatan. Dalam proses pembelajaran motivasi yang

dimaksud adalah motivasi untuk belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong

diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tercapai hasil belajar yang

diinginkan. Motivasi belajar siswa ini merupakan salah satu dari banyak faktor

yang berhubungan dengan proses belajar. Apabila motivasi belajar siswa rendah,

maka akan menimbulkan rasa malas baik dalam proses belajar dirumah secara

individu dan pendidikan formal di sekolah. Tetapi apabila seorang siswa memiliki

motivasi belajar yang tinggi, maka akan timbul minat yang tinggi untuk belajar

ataupun mengerjakan tugas- tugas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

motivasi belajar siswa mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Fisika

siswa.

Setiap siswa mempunyai latar belakang yang berbeda- beda, termasuk

juga kemampuan awal yang dimiliki juga bervariasi. Siswa yang mempunyai

kemampuan awal tinggi dan relevan dengan tujuan instruksional akan lebih

mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya, karena pengetahuan

dan keadaan yang baru membutuhkan pengetahuan yang lebih rendah

tingkatannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa

mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Fisika siswa.

Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama- sama

berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa. Siswa yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan kemampuan awal tinggi yang relevan dengan tujuan

instruksional akan lebih mudah mengikuti proses pembelajaran. Tentunya apabila

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

proses pembelajaran berjalan baik dan lancar, maka prestasi belajar Fisika yang

tinggi akan mudah tercapai juga.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa,

kemampuan awal siswa, ataupun keduanya, baik motivasi belajar siswa dan

kemampuan awal siswa berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa.

Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 21 Paradigma Pendidikan

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang penulis ajukan:

1. Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi

belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran

2010/2011.

2. Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi

belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran

2010/2011.

3. Ada hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar

siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas

X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.

Kemampuan Awal

Siswa (X 2)

Motivasi

Belajar Siswa (X 1)

Prestasi

Belajar Fisika Siswa (Y)

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif

korelasional. Metode penelitian yang dipakai adalah metode ex post facto.

Ex post facto, bahasa Latin yang artinya “dari sesudah fakta,”

menunjukkan bahwa penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan- perbedaan

dalam variable bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara

alami. Kerlinger memberikan batasan penelitian ex post facto dengan cukup

ringkas: Penyelidikan empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak

mengendalikan variable bebas secara langsung karena perwujudan variable

tersebut telah terjadi, atau karena variable tersebut pada dasarnya memang

tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang hubungan di antara variabel

variabel itu dilakukan, tanpa intervensi langsung, berdasarkan perbedaan

yang mengiringi variable- bebas dan variable terikat itu. (Arief Furchan,

1982:382)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Karanganyar yang beralamat di Jalan AW Monginsidi No.3 Karanganyar. Hal ini

dilakukan dengan alasan:

a) Secara fasilitas, SMA Negeri 1 Karanganyar mempunyai fasilitas yang

memadai dan mendukung terlaksananya proses penelitian.

b) Secara kualitas, SMA Negeri I Karanganyar adalah sekolah terbaik di

Kabupaten Karangnyar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap pada semester genap Tahun

Ajaran 2010/ 2011. Adapun langkah-langkah yang hendak penulis laksanakan

adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan yaitu meliputi pengajuan judul, permohonan pembimbing,

pembuatan proposal, seminar proposal, pengurusan perijinan, penyusunan

instrumen penelitian.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Tahap Pelaksanaan yaitu meliputi semua kegiatan yang berlangsung di

lapangan meliputi : uji coba instrumen penelitian, analisis uji coba instrumen

penelitian, pengambilan data penelitian.

3. Tahap penyelesaian yaitu meliputi analisis data dan penyusunan laporan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung

ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif; daripada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-

sifatnya. (Sudjana, 2005: 6)

Dalam penelitian ini populasi yang dipakai adalah seluruh siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan jumlah 307 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2006:117). Menurut Sugiyono (2010: 91) “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Bisa disimpulkan

bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk menjadi

sumber data. Syarat penting dari penentuan sampel adalah jumlah sampel yang

mencukupi dan profil sampel harus mewakili karakteristik populasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Menurut Sugiyono (2010:120), dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian

ini sampel yang digunakan sebanyak 66 siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Gay (1981) yang dikutip oleh Ruseffendi dalam buku Dasar- dasar Penelitian

Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya, mengatakan bahwa untuk

penelitian deskriptif, sampel minimum 10% dari populasi, untuk populasi yang

lebih kecil 20%.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik

penelitian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,2006:96). Pada penelitian ini

variabel- variabel yang terlibat didefinisikan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi motivasi belajar siswa dan

kemampuan awal siswa.

a. Motivasi Belajar Siswa

1) Definisi Operasional : segala daya pendorong/ penggerak baik dari dalam

diri maupun luar siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

2) Indikator :

Motivasi belajar instrinsik

Motivasi belajar ekstrinsik

3) Skala Pengukuran : interval

b. Kemampuan Awal Siswa

1) Definisi Operasional : kemampuan yang dimiliki siswa sebelum

mengikuti proses pembelajaran.

2) Skala Pengukuran : interval

3) Indikator : nilai mata pelajaran Fisika murni semester I

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar Fisika siswa

yang diambil dari nilai murni mata pelajaran Fisika pada mid semester II kelas X.

1) Definisi Operasional : keseluruhan hasil dari proses pembelajaran yang

dialami siswa, biasanya berupa skor yang diberikan guru.

2) Skala Pengukuran : interval

3) Indikator : nilai mata pelajaran Fisika murni mid semester II

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

menggunakan angket, tes, dan dokumentasi.

a. Angket

Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 24) angket juga sering disebut

kuesioner adalah sebuah daftar yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden). Senada seperti yang diungkapkan oleh Anas Sudijono dalam

bukunya Pengantar Evaluasi Pendidikan, bahwa pada umumnya angket dalam

proses pembelajaran digunakan untuk memperoleh data mengenai latar belakang

siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses

belajar mereka.

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh data dari

variable bebas yaitu motivasi belajar siswa.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar Fisika siswa. Tes yang

digunakan adalah tes mid semester untuk mata pelajaran Fisika.

c. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158), ”Di dalam melaksanakan

metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

sebagainya.” Sumber data yang berasal dari dokumen adalah prestasi belajar

Fisika siswa yang berupa skor murni mata pelajaran Fisika pada tes semester I.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data motivasi belajar siswa berupa angket dan

data prestasi belajar Fsika siswa berupa tes mid semester.

a. Angket

Adapun langkah- langkah penyusunan angket :

1) Spesifikasi data

Spesifikasi data disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian ruang lingkup dan tujuan dijabarkan

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dalam aspek yang dapat diukur dan ditentukan indikator dan sumber datanya.

Indikator merupakan sesuatu yang akan menjadi pedoman pengukuran.

2) Menyusun kisi- kisi angket

Didalam kisi- kisi angket ini dituliskan aspek, indikator dan pengaturan

tata letak nomor soal.

3) Menyusun angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis angket

langsung yang tertutup dengan bentuk pilihan ganda menggunakan 4 pilihan

jawaban yang menunjukkan tingkatan- tingkatan. Angket dilengkapi dengan

pengantar, petunjuk pengisian angket. Pemberian skor angket menggunakan skala

Likert yang dimodifikasi yaitu skala 1 sampai 4.

Item yang mengarahkan jawaban positif pemberian skor ditunjukkan sebagai

berikut:

Skor 4 : Selalu

Skor 3 : Sering

Skor 2 : Kadang- kadang

Skor 1 : Tidak Pernah

Item yang mengarahkan jawaban negatif pemberian skor ditunjukkan sebagai

berikut:

Skor 4 : Tidak Pernah

Skor 3 : Kadang- kadang

Skor 2 : Sering

Skor 1 : Selalu

b. Tes

Langkah- langkah dalam penyusunan tes sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan mengadakan tes

2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan

3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan

4) Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek

tingkah laku terkandung dalam TIK itu.

5) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir

yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut

6) Menuliskan butir- butir soal, didasarkan atas TIK dan aspek tingkah laku

yang dicakup. (Suharsimi Arikunto, 1995: 154)

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tes prestasi belajar yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes

pilihan ganda (Multiple Choice Test). Multiple Choice Test terdiri atas

keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan

untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban

yang disediakan.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum angket dan item soal dijadikan instrumen penelitian untuk

pengambilan data motivasi belajar dan prestasi belajar, harus diujicobakan

terlebih dahulu. Setelah diujicobakan akan diketahui instrumen tersebut layak

untuk penelitian.

1. Uji Validitas Item Angket dan Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa

Uji validitas item berguna untuk mengetahui apakah suatu instrumen

valid atau tidak. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus product

moment, sebagai berikut:

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

keterangan :

xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item

x = Skor butir nomor tertentu

Jika r hitung > r tabel maka item valid, dan jika r hitung < r tabel item

dinyatakan tidak valid

2. Uji Reliabilitas Instrumen Angket dan Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa

Suatu instrumen selain harus memenuhi syarat validitas juga harus

memenuhi syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

rumus:

2

2

11 11

t

b

k

kr

Suharsimi Arikunto (1995:98)

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

keterangan :

11r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b = jumlah varian butir

2

t = varian total

Kriteria reliabilitas :

11r < 0,20 = alat tes mempunyai reliabilitas sangat rendah

0,20 11r < 0,40 = alat tes mempunyai reliabilitas rendah

0,40 11r < 0,60 = alat tes mempunyai reliabilitas cukup

0,60 11r < 0,80 = alat tes mempunyai reliabilitas tinggi

0,80 11r 1,00 = alat tes mempunyai reliabilitas sangat tinggi

3. Menentukan Daya Pembeda Instrumen Prestasi Belajar Fisika Siswa

Dalam instrumen untuk mengetes prestasi belajar siswa perlu dicari daya

pembeda dari soal. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

kurang pandai (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk

menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut :

BA

B

B

A

A PPJ

B

J

BD

( Suharsimi Arikunto, 1995: 218)

dengan :

D = besar daya pembeda

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar.

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

P = indeks kesukaran.

Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai daya pembeda

antara 0,4 s.d 0,7.

Kriteria daya pembeda :

0,00 D 0,20 : jelek

0,20 D 0,40 : cukup

0,40 D 0,70 : baik

0,70 D 1,00 : baik sekali

4. Menentukan Taraf Kesukaran Instrumen Prestasi Belajar Fisika Siswa

Derajat kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring

banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan benar. Derajat

kesukaran dicari dengan rumus :

P =J

B

(Suharsimi Arikunto, 1995:212)

dengan :

P = derajat kesukaran.

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.

J = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria derajat kesukaran :

Soal dengan 0,00 p 0,30 : sukar

Soal dengan 0,30 p 0,70 : sedang

Soal dengan 0,70 p 1,00 : mudah

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

5. Kriteria Instrumen

a. Kriteria Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa

Item angket dipakai jika valid. Instrumen angket dipakai jika reliabilitas

minimal cukup.

b. Kriteria Instrumen Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa

Item tes dipakai jika valid, daya pembeda minimal cukup, taraf kesukaran

sedang dan sukar. Instrumen tes prestasi belajar dipakai jika reliabilitas

minimal cukup.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik regresi linear dengan

langkah- langkah sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas

digunakan uji Lilliefors, dengan hipotesis sebagai berikut :

1) Hipotesis

Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Untuk pengujian hipotesis nol tersebut digunakan rumus sebagai berikut

maksziSziFLo

dengan zi = dS

xx

F(zi) : p(z≤zi)

S(zi) : proporsi z≤zi terhadap seluruh cacah zi

2) Daerah kritik

Jika Lo> Ltab maka Ho ditolak

: taraf signifikansi

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3) Keputusan uji

Lo< Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Lo> Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

( Budiyono, 2000 : 170 )

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variable- variable bebas dan terikat bersifat linear.

1) Mencari Persamaan Regresi

Persamaan Regresi Linear sederhana , a dan b dapat dicari dengan

rumus sebagai berikut:

2) Uji Linearnitas Persamaan Regresi Linear Sederhana

JK (T) =

JK (a) =

JK (b/a) = b

JK (S) = JK (T) - JK (a) - JK (a/b)

JK (G) =

JK (TC) = JK (S) - JK (G)

S2

TC = JK (TC)/ k-2

S2 Reg = JK (b/ a)

S2

G = JK (G)/ n-k

Prosedur Pengujian

akan di pakai untuk menguji tuna cocok regresi linier.

Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika

. (Sudjana, 2005: 331-332)

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

F = bilangan F untuk uji linearitas

S2

TC = variansi tuna cocok

S2

G = variansi galat

JK (a) = jumlah kuadrat koefisien

JK (b/a) = jumlah kuadrat regresi

JK (S) = jumlah kuadrat sisa

JK (TC) = jumlah kuadrat tuna cocok

JK (G) = jumlah kuadrat galat

c. Uji Independensi

Uji independensi digunakan untuk menyelidiki kaitan antara variabel

bebas. Dalam uji ini digunakan rumus Product Moment

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

keterangan :

xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item

x = Skor butir nomor tertentu

Untuk menyelidiki kaitan antara variabel bebas dengan melihat ke tabel

harga r product moment dengan kriteria:

r hitung ≥ r tabel berarti antara variabel bebas saling terkait

r hitung < r tabel berarti antara variabel bebas tidak terkait

(Suharsimi Arikunto, 1995:71-72)

2. Pengujian Hipotesis

a. Hipotesis 1 dan 2

1) Product Moment Sederhana

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

keterangan :

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item

x = Skor butir nomor tertentu

Jika r hitung > r tabel maka korelasi X dan Y bermakna.

2) Uji Keberartian Koefisien Korelasi Sederhana

Langkah- langkah :

JK (T) =

JK (a) =

JK (b/a) = b

JK (S) = JK (T) - JK (a) - JK (a/b)

JK (G) =

JK (TC) = JK (S) - JK (G)

S2

TC = JK (TC)/ k-2

S2 Reg = JK (b/ a)

S2

G = JK (G)/ n-k

S2res =

Jika lebih besar dari F tabel maka

dapat simpulkan model regresi yang di peroleh adalah berarti.

(Sudjana, 2005:325-332)

b. Hipotesis 3

Dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1) Menentukan Persamaan Garis Regresi

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

keterangan:

X1, X2 = prediktor

Y = kriteria

b0 = tetapan persamaan regresi

b1 = tetapan persamaan regresi prediktor 1

b2 = tetapan persamaan regresi prediktor 2

2) Uji Keberartian Regresi Linear Ganda

a) Hipotesis

H0 : Regresi ganda tidak berarti

H1 : Regresi ganda berarti

b) Statistik Uji

c) Keputusan Uji

H1 diterima jika Fhitung > Ftabel

3) Menentukan Koefisien Korelasi Ganda

4) Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda

a) Hipotesis

H0 : Koefisien korelasi ganda tidak berarti

H1 : Koefisien korelasi ganda berarti

b) Statistik Uji

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

c) Keputusan Uji

H1 diterima jika Fhitung > Ftabel

5) Menghitung Sumbangan Relatif dalam % (SR%)

Menghitung Sumbangan Efektif dalam % (SE%)

(Budiyono, 2000: 293)

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya : 1)

hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas

X SMA Negeri 1 Karanganyar, 2) hubungan antara kemampuan awal siswa

dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar, 3)

hubungan secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan

awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1

Karanganyar.

Untuk memperoleh data yang mendukung tujuan, penelitian ini

menggunakan teknik angket, tes, dan dokumentasi. Sebelum mengumpulkan data

motivasi belajar siswa dengan angket, terlebih dahulu dilakukan tryout terhadap

64 siswa. Tryout ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya item- item yang tidak

memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Dari hasil tryout terdapat 9 item

yang tidak valid dari keseluruhan item yang berjumlah 40, sehingga seluruh item

yang valid sebanyak 31. Selanjutnya untuk memenuhi ketercapaian indikator dan

penyebaran yang seimbang intuk tiap indikator, item angket yang dipakai untuk

penelitian berjumlah 30. Soal yang tidak valid yaitu nomor 1,

14,15,17,24,26,32,33,35.

Sebelum mengumpulkan data prestasi belajar Fisika siswa dengan teknik

tes, terlebih dahulu dilakukan tryout terhadap 34 siswa. Tryout ini dimaksudkan

untuk mengetahui adanya item- item yang tidak memenuhi persyaratan validitas,

reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Dari hasil tryout terdapat 11 item

yang tidak valid dari keseluruhan item yang berjumlah 40, sehingga seluruh item

yang valid sebanyak 29. Selanjutnya untuk memenuhi ketercapaian indikator dan

penyebaran yang seimbang intuk tiap indikator, ada 4 item soal yang tidak valid

dan kemudian diperbaiki. Soal yang tidak valid yaitu nomor

1,9,12,14,20,24,29,34,38,39,40. Adapun soal yang diperbaiki nomor14,38,39,40.

Item yang dipakai untuk instrumen penelitian mempunyai kriteria daya pembeda

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

soal baik dan cukup, sedangkan untuk tingkat kesukaran tinggi sebanyak 4 soal,

sedang 16 soal, dan mudah 13 soal. Jumlah item soal yang dipakai untuk

instrumen penelitian berjumlah 33 soal.

Pengumpulan data kemampuan awal siswa menggunakan teknik

dokumentasi yaitu mengambil nilai murni Fisika kelas X pada tes akhir semester

I. Data yang diperoleh skor tertinggi 85 dan terendah 60.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil populasi seluruh siswa

kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar sebanyak 307 siswa. Sedangkan sampel yang

diambil untuk penelitian ini sebanyak 66 siswa. Sebelum data diolah dengan

menggunakan analisis korelasi dan regresi ganda, terlebih dahulu peneliti

menjabarkan deskripsi data masing-masing variabel dalam penelitian ini.

1. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa (X1)

Dari data yang diperoleh dengan cara memberikan angket kepada 66

responden sebagai sampel penelitian maka dapat diketahui deskripsi data sebagai

berikut:

Rentang : 108 - 60

Mean : 83.8939

Standar deviasi : 9.6287 (lampiran 19 halm. 140).

Apabila dihitung dengan persentase skor tertinggi dari motivasi belajar siswa

yaitu jumlah item x skor tertinggi jawaban atau 30 x 4=120, dengan jumlah

responden sebanyak 66 siswa, maka diperoleh nilai tertinggi 66 x 120 = 7920.

Jumlah nilai variabel motivasi belajar siswa berdasarkan pengumpulan data yang

dilakukan adalah =5553 (lampiran 18 halm. 138). Dengan demikian tingkat

motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/

2011 adalah 5553 dibagi 7920 sama dengan 0,70 atau 70%.

2. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa (X2)

Data kemampuan awal siswa yang diperoleh dengan teknik dokumentasi

yaitu mengambil nilai murni mata pelajaran Fisika pada tes akhir semester I, dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

Rentang : 85 - 60

Mean : 72.7121

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Standar deviasi : 6.4391 (lampiran 20 halm. 141).

Apabila dihitung dengan persentase skor maksimal yang mungkin dicapai adalah

100 ,dengan jumlah responden sebanyak 66 siswa, maka dapat diperoleh nilai

tertinggi 66 x 100 = 6600. Jumlah nilai variabel kemampuan awal siswa

berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan adalah ∑ = 4791 (lampiran 18

halm. 138). Dengan demikian tingkat kemampuan awal siswa kelas X di SMA

Negeri 1 Karanganyar Ttahun Ajaran 2010/ 2011 adalah 4791 dibagi 6600 sama

dengan 0,72 atau 72%.

3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Siswa (Y)

Prestasi belajar Fisika siswa adalah variabel terikat (Y). Data yang

terkumpul melalui teknik tes yaitu tes mid semester II dengan Pokok Bahasan

Alat Optik dan Suhu dan Kalor dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Rentang : 94 - 61

Mean : 78.6061

Standar deviasi : 6.4757 (lampiran 21 halm. 142).

Jika nilai variabel prestasi belajar Fisika siswa dihitung dalam prosentase, dengan

diketahui nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, dan jumlah responden

sebanyak 66 siswa, maka diperoleh nilai tertinggi variabel prestasi belajar Fisika

siswa 66 x 100 = 6600. Jumlah nilai variabel prestasi belajar Fisika siswa

berdasarkan data yang terkumpul adalah =5209 (lampiran 18 halm. 138).

Dengan demikian, tingkat prestasi belajar Fisika kelas X SMA Negeri 1

Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 adalah 5209 dibagi 6600 adalah 0.789

atau sebesar 78.9%.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Pengujian persyaratan analisis merupakan langkah dalam melakukan

analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier ganda. Ada

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan analisis regresi

linier ganda antara lain :

1. Uji normalitas dari populasi.

2. Uji linearitas.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3. Uji independensi variabel bebas.

Hasil uji persyaratan analisis data yang telah dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Uji Normalitas untuk Setiap Variabel X1, X2, dan Y

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh

mempunyai sebaran yang normal maksudnya penyebaran nilai dari sampel yang

mewakili telah mencerminkan populasinya. Uji yang digunakan adalah uji

Lilliefors dengan kriteria tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal

jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L daftar tabel.

a. Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa (X1)

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya

melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh

hasil perhitungan sebagai berikut :

Mean : 83.8939

SD : 9.6287

Lo : 0.0866

Ltab : 0.1091

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan

daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa lebih kecil dari

atau 0.0866 < 0.1091, maka signifikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel

diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di

lampiran 22 halm.143.

b. Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa (X2)

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya

melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh

hasil perhitungan sebagai berikut :

Mean : 72.7121

SD : 6.4391

Lo : 0.0749

Ltab : 0.1091

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan

daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa lebih kecil dari

atau 0.0749 < 0.1091, maka signifikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel

diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di

lampiran 23 halm. 145.

c. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Siswa (Y)

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya

melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh

hasil perhitungan sebagai berikut :

Mean : 76.6061

SD : 6.4757

Lo : 0.1027

Ltab : 0.1091

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan

daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa lebih kecil dari

atau 0.1027 < 0.1091, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari

populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di lampiran 24

halm. 147.

2. Uji Linearitas X1 terhadap Y dan X2 dengan Y

Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah ada hubungan yang linier

antara variabel-variabel yang di ukur. Uji linieritas yang digunakan dengan jalan

melakukan ulangan terhadap variabel bebas X1 dan X2. Dari perhitungan tersebut

diperoleh:

JK (G) = menyatakan Jumlah Kuadrat Galat

JK (TC) = menyatakan Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

df = derajat kebebasan (setiap variabel mempunyai derajat

berbeda-beda)

Untuk Tuna Cocok (TC) : k – 2

Untuk Galat (G) : n – k

RJK (TC) = menyatakan rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

RJK (G) = menyatakan rata-rata Jumlah Kuadrat Galat

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model linear yang diambil

betul-betul cocok dengan keadaan atau tidak. Kriteria : tolak hipotesis model

regresi linear jika F hitung ≥ F (1-α)(k-2, n-k). Dengan F hitung = RJK (TC) / RJK (G),

untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k - 2) dan dk

penyebut = (n - k).

a. Uji Linearitas X1 dan Y

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja (lampiran 25

halm. 149), selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan

rumusnya (lampiran 27 halm. 153), sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai

berikut :

1) JK (G) = 910.5571

2) JK (TC) = 1277.0485

3) df (G) = 34

4) df(TC) = 30

5) RJK (G) = 26.7811

6) RJK (TC) = 42.5683

7) Fhitung = 1.5895

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung =1.5895.

Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf nyata 5% dengan dk pembilang

30 dan dk penyebut 34 diperoleh Ftabel =1.80. Karena Fhitung = 1.5895 < Ftabel =

1.80 maka model regresi linier.

b. Uji Linearitas X2 dengan Y

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja (lampiran 26

halm. 151), selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan

rumusnya (lampiran 28 halm. 155), sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai

berikut :

1) JK (G) = 1231.217

2) JK (TC) = 858.7896

3) df (G) = 41

4) df(TC) = 23

5) RJK (G) = 30.0297

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

6) RJK (TC) = 37.3387

7) Fhitung = 1.2433

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung =1.2433.

Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf nyata 5% dengan dk pembilang

23 dan dk penyebut 41 diperoleh Ftabel =1.79. Karena Fhitung = 1.2433 < Ftabel =

1.79 maka model regresi linier.

3. Uji Independensi antara X1 dan X2

Untuk menguji independensi antara variabel X1 dan X2 digunakan rumus:

Kriteria : r x1x2 < r tabel maka tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2.

Dari hasil perhitungan sesuai dengan rumus (lampiran 29 halm. 157) diperoleh

harga rhitung sebesar 0.238, sebanyak 66 siswa pada taraf nyata 5% diperoleh rtabel

sebesar 0.244. Ini berarti bahwa rhitung = 0.238 < rtabel = 0.244. Dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2.

C. Pengujian Hipotesis

Dalam melakukan pengujian hipotesis maka diperlukan langkah-langkah

analisis data, menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 terhadap Y dan

X2 terhadap Y, menghitung koefisien korelasi bersama-sama antara X1 dan X2

dengan Y, melakukan uji signifikansi korelasi X1 dan X2 dengan Y, menghitung

harga dari persamaan garis regresi linear, menghitung sumbangan relatif dan

sumbangan efektif X1 dan X2 dengan Y.

1. Data

Sebagai langkah awal dari analisis data adalah terlebih dahulu membuat

tabulasi data Motivasi Belajar Siswa (X1), Kemampuan Awal Siswa (X2) dan

Prestasi belajar Fisika siswa (Y) seperti terlihat pada lampiran 17 halm. 135. Dari

perhitungan data yang telah dilakukan sesuai dengan rumus diperoleh data sebagai

berikut :

N = 66 ∑X22 = 350405

∑X1 = 5553 ∑Y2 = 413919

2

2

2

2

2

1

2

1

2121 x1x2

XX . NXX . N

XX - XXN. r

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

∑X2 = 4791 ∑X1X2 = 404080

∑Y = 5209 ∑X1Y = 440265

∑X12 = 473705 ∑X2Y = 379493

Setelah dilakukan tabulasi data mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam

penelitian, langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien korelasi sederhana.

2. Menghitung Koefisien Korelasi

Sederhana antara X1 terhadap Y dan X2 dengan Y

a. Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan Y

Sesuai langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan (lampiran 30

ham. 158) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

rx1y = 0.4684

rtabel = 0.244

1) Bedasarkan buku Suharsimi Arikunto (1995:71) , rx1y= 0.4684 tergolong

cukup. Maka dapat disimpulkan tingkat hubungan X1 dan Y adalah cukup berarti.

2) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rhitung = 0.4684 > rtabel

= 0.244, maka dapat disimpulkan bahwa antara X1 dan Y terdapat hubungan yang

berarti.

b. Koefisien Korelasi Sederhana antara X2 dan Y

Sesuai langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan (lampiran 30

halm. 158) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

rx1y = 0.5043

rtabel = 0.244

1) Bedasarkan buku Suharsimi Arikunto (1995:71) , rx2y= 0.5043 tergolong

cukup. Maka dapat disimpulkan tingkat hubungan X2 dan Y adalah cukup berarti.

2) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rhitung = 0.5043 > rtabel

= 0.244, maka dapat disimpulkan bahwa antara X2 dan Y terdapat hubungan yang

berarti.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3. Menghitung Koefisien Korelasi

Bersama- sama antara X1 dan X2 dengan Y

Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 32 halm. 161) diperoleh

nilai Ry(1,2) sebesar 0.6190 dengan sampel sebanyak 66 orang. Sedangkan

koefisien determinasi (R2) sebesar 0.3832 (lampiran 30 halm. 158). Ini berarti

bahwa motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan awal siswa (X2) berhubungan

secara bersama- sama dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar 38.32%.

Adapun sisanya sebesar 61.68% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

tercakup dalam penelitian ini.

4. Melakukan Uji Signifikansi Korelasi X1 dan X2 dengan Y

Dari perhitungan dengan teknik analisis varian (lampiran 32 halm. 161)

diperoleh harga Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14 pada taraf nyata 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara X1 dan X2 secara bersama- sama

dengan Y.

5. Menghitung Harga dari Persamaan Garis Regresi Linear

Dari hasil perhitungan (lampiran 31 halm. 159) diperoleh persamaan

sebagai berikut :

= 27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2

Dari persamaan tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa rata-rata satu unit prestasi

belajar Fisika siswa (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0.243 untuk setiap

peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan juga akan

meningkat atau menurun sebesar 0.4304 untuk setiap peningkatan atau penurunan

satu unit kemampuan awal siswa (X2).

6. Menghitung Sumbangan Relatif

dan Sumbangan Efektif X1 dan X2 dengan Y

Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 33 halm. 162) dapat

diketahui :

a. Sumbangan relatif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika

siswa (Y) adalah sebesar 45.22%.

b. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar

Fisika siswa (Y) adalah sebesar 54.78%.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

c. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar

Fisika siswa (Y) adalah sebesar 17.33%.

d. Sumbangan efektif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar

Fisika siswa (Y) adalah sebesar 20.99%.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Hipotesis 1

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti

antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, sehingga hipotesis yang

berbunyi “Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan

prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran

2010/ 2011” dapat diterima.

b. Hipotesis 2

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti

antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, sehingga hipotesis yang

berbunyi “Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan

prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran

2010/ 2011”dapat diterima.

c. Hipotesis 3

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti

secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa

dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan Fhitung = 19.57 >

Ftabel = 3.14, sehingga hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang berarti secara

bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan

prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran

2010/2011” dapat diterima.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka

pembahasannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk koefisien korelasi sederhana X1 terhadap Y diperoleh rhitung sebesar

0.4684, yang menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) termasuk golongan cukup.

Maka dapat dikatakan hubungan X1 dan Y cukup berarti. Dan apabila rhitung

dibandingkan rtabel pada N=66 dan taraf nyata 5% sebesar 0.244 maka rhitung =

0.4684 > rtabel = 0.244, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang

berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Dalam

proses belajar mengajar motivasi belajar siswa sebagai salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar Fisika siswa. Oleh karena itu, sangat penting

menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa. Salah satu cara

menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa adalah dengan diberikan pujian

atau hadiah. Motivasi belajar siswa yang tinggi ditandai oleh perhatian yang tinggi

terhadap materi yang disampaikan guru, rajin mengerjakan PR atau tugas yang

diberikan oleh guru, dan timbulnya kesadaran untuk belajar tanpa adanya paksaan

dari pihak lain. Hasil dari motivasi belajar siswa yang tinggi akan tercermin ketika

diadakan evaluasi, yang kemudian menghasilkan skor. Skor yang meningkat

menggambarkan prestasi belajar Fisika siswa juga meningkat. Sumbangan relatif

motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa sebesar 45.22% dan

sumbangan efektifnya sebesar 17.33%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan

antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa tidaklah mutlak.

Masih banyak faktor lain yang berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa

yang tidak tercakup dalam penelitian ini.

2. Untuk koefisien korelasi sederhana X2 terhadap Y diperoleh rhitung sebesar

0.5043, yang menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) termasuk golongan cukup.

Maka dapat dikatakan hubungan X2 dan Y cukup berarti. Dan apabila rhitung

dibandingkan rtabel dengan N=66 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0.244,

Dengan demikian maka rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, sehingga dapat dikatakan

bahwa ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

belajar Fisika siswa. Kemampuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi baik atau buruknya prestasi belajar Fisika siswa. Kemampuan

awal ini merupakan prasyarat untuk mengikuti materi pelajaran selanjutnya

dengan lancar. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran Fisika umumnya

merupakan pembentukan proses dan saling berkaitan satu dengan yang lain.

Apabila siswa mengalami kesulitan dalam suatu materi Fisika tertentu, seharusnya

siswa tersebut mempelajari sampai paham dan mengerti agar untuk materi

selanjutnya yang mungkin berhubungan dengan materi sebelumnya, dapat dikuti

dengan lancar. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar Fisika siswa sebesar 54.78% dan sumbangan efektifnya sebesar 20.99%.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan awal siswa terhadap

prestasi belajar Fisika siswa tidaklah mutlak. Masih banyak faktor lain yang

berhubungan terhadap prestasi belajar Fisika siswa yang tidak tercakup dalam

penelitian ini.

3. Untuk hasil perhitungan korelasi X1 dan X2 terhadap Y pada Fhitung sebesar

19.57 sedangkan Ftabel sebesar 3.14 dengan taraf signifikansi 5% . Karena Fhitung =

19.57 > Ftabel = 3.14, maka dapat ditafsirkan bahwa ada hubungan yang berarti

antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama- sama

dengan prestasi belajar Fisika siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai

R2 adalah sebesar 0.3832, hal ini berarti motivasi belajar siswa dan kemampuan

awal siswa memberikan sumbangan untuk prestasi belajar Fisika siswa sebesar

38.32%, dan selebihnya sebesar 61.68% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini. Bedasarkan penelitian oleh M.Sidin Ali yang

tertulis dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Khusus II Tahun ke 13

Oktober 2007, variabel lain yang berhubungan dengan prestasi belajar Fisika

siswa yaitu kreativitas, kemampuan berfikir formal, dan motivasi berprestasi.

Untuk persamaan garis regresi linear multipel diperoleh persamaan sebagai

berikut: =27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2. Dapat dijelaskan bahwa rata-rata

prestasi belajar Fisika siswa akan meningkat atau menurun sebesar 0.243 untuk

setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan akan

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

meningkat atau menurun sebesar 0.4304 untuk setiap peningkatan atau penurunan

satu unit kemampuan awal siswa.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan analisis data, maka

penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi

belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/

2011.

2. Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi

belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/

2011.

3. Ada hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar

siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas

X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.

Selain kesimpulan tersebut, dalam penelitian ini ada penemuan antara

lain:

1. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah :

a. Sumbangan relatif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar

Fisika siswa (Y) sebesar 45.22%.

b. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar

Fisika siswa (Y) sebesar 54.78%.

c. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar

Fisika siswa (Y) sebesar 17.33%.

d. Sumbangan efektif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar

Fisika siswa (Y) sebesar 20.99%.

2. Persamaan garis regresi linier adalah =27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2

Ini berarti rata-rata prestasi belajar Fisika siswa (Y) akan meningkat atau

menurun sebesar 0.243 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit

motivasi belajar siswa (X1) dan akan meningkat atau menurun sebesar 0.4304

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan awal siswa

(X2).

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, sebagai implikasi hasil

penelitian adalah :

1. Bagi kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar, hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai suatu referensi, bahwa prestasi belajar Fisika siswa

berhubungan dengan motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa

dengan memperhatikan faktor-faktor yang menunjang pelaksanaannya. Selain

itu, bagi tenaga pengajar khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai suatu inspirasi dalam menyusun kebijakan mengenai menumbuhkan

motivasi belajar siswa, sehingga prsetasi belajar Fisika siswa yang tinggi

dapat dicapai.

2. Bagi para peneliti yang melakukan penelitian tentang permasalahan yang

berhubungan dengan motivasi belajar siswa, kemampuan awal siswa dan

prestasi belajar Fisika siswa, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

salah satu referensi maupun salah satu sumber teori yang dapat digunakan

sebagai materi penunjang dalam penelitian yang berhubungan dengan materi

tersebut.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak guru maupun pihak siswa di SMA Negeri

1 Karanganyar.

1. Bagi pihak guru

a. Dalam hal memberikan motivasi belajar siswa diharapkan guru lebih

peduli dengan siswanya agar perhatian siswa terhadap mata pelajaran

meningkat. Selain itu diharapkan guru memberikan dorongan kepada

siswa untuk rajin belajar (item nomor 26).

2. Kepada pihak siswa

a. Agar siswa dapat menumbuhkan motivasi belajar dari dalam diri mereka

sendiri. Misalnya hal ini dapat dilakukan dengan cara memahami akan

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

pentingnya belajar (item no 9), dan siswa diharapkan lebih fokus dan

memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung (item no 5)

sehingga dapat meningkatkan prestasi yang diraihnya.

b. Agar siswa dapat memanfaatkan fasilitas belajar yang telah disediakan

oleh orang tua secara maksimal (item no 29).

3. Kepada pihak orang tua siswa

Orang tua diharapkan untuk memperhatikan kegaitan belajar siswa saat

dirumah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengingatkan untuk belajar, dan

menyediakan fasilitas belajar (item no 24 dan 25).