perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penggunaan …... · kelas vii semester i smp negeri 2...

91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh: CHRISTIN DEWI WULANSARI NIM K3307018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: trinhkhue

Post on 08-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

    (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI

    BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA

    KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR

    TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    Oleh:

    CHRISTIN DEWI WULANSARI

    NIM K3307018

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

    (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI

    BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA

    KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR

    TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    Oleh:

    CHRISTIN DEWI WULANSARI

    NIM K3307018

    Skripsi

    Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar

    Sarjana Kependidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan

    Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    ABSTRAK

    Christin Dewi Wulansari. K3307018. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2012.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan prestasi belajar

    siswa aspek kognitif dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran. (2) perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran.

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan randomized pretest-posttest comparison group design untuk aspek kognitif dan rancangan randomized posttest only comparison group design untuk aspek afektif. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII RSBI SMP Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel terdiri dua kelas yaitu kelas VIIB sebagai kelas eksperimen I (pembelajaran kooperatif GI melalui proyek terbimbing) dan kelas VII A sebagai kelas eksperimen II (pembelajaran kooperatif GI melalui eksperimen). Teknik pengumpulan data prestasi belajar aspek kognitif menggunakan metode tes dan prestasi belajar aspek afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t dua pihak.

    Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1)terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek kognitif antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran.; (2)terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran.

    Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, group investigation, proyek, eksperimen,

    prestasi belajar

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    ABSTRACT

    Christin Dewi Wulansari. K3307018. THE USE OF GROUP INVESTIGATION (GI) COOPERATIVE LEARNING MODEL THROUGH GUIDED PROJECT AND EXPERIMENT METHODS TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT ON ELEMENT, COMPOUND AND MIXTURE SUBJECT MATERIAL IN VII GRADE STUDENT 1ST SEMESTER STATE SECONDARY SCHOOL OF 2 KARANGANYAR (SMP N 2 KARANGANYAR) ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. January 2012.

    The purposes of this research are to know: (1) the difference of students learning achievement in cognitive aspect between using cooperative learning model of group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture, and (2) the difference of students learning achievement in affective aspect between using cooperative learning model group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture.

    This research used experimental method with randomized pretest-posttest comparison group design for cognitive aspect and randomized posttest only comparison group design for affective aspect. The population is VII RSBI grade students of SMP Negeri 2 Karanganyar, academic year 2011/2012. The sample consists of 2 classes, which are VII B class as experimental class I (cooperative learning type GI through guided projects) and VII A class as experimental class II (cooperative learning type GI through experiment). The sampling technique is cluster random sampling. The collecting data used test method to measure cognitive learning achievement and questionnaires method to measure affective learning achievement. The analyze data used two side t- test.

    The research shows that: (1) there are difference of students learning achievement in cognitive aspect between using cooperative learning model group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture. (2) there are difference of students learning achievement in affective aspect between using cooperative learning model group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture.

    Keywords: Cooperative learning, group investigation, projects, experiments,

    learning achievement

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    MOTTO

    " Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya

    didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya "

    (Abraham Lincoln)

    Impossible Is Nothing

    (Penulis)

    Kesulitan adalah tantangan bagi pemenang, tetapi menjadi halangan bagi

    pecundang

    (Anonim)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    PERSEMBAHAN

    Karya ini kupersembahkan untuk:

    1. Ayah dan ibu, yang telah memberikan motivasi, dan senantiasa

    mendoakan yang terbaik dan memberikan kasih sayang untuk saya;

    2. Adik-adikku (Dian, Ina, Pipit ) yang saya sayangi;

    3. Alm. Harjo Supardiyo, yang telah memberikan motivasi

    4. Seorang sahabat kecilku yang telah memberikan dukungan,

    motivasi, dan semangat;

    5. Sahabat hebatku (Otit, Cui, Hani, Fatah, Falah, Eka );

    6. Chemistry education brotherhood; dan

    7. Almamater.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

    banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada

    waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

    mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian

    dari berbagai pihak, skrpsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam

    kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Selaku Dekan Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

    telah memberikan ijin penelitian.

    2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P MIPA Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Sebelas Maret Surakarta.

    4. Ibu Dra. Kus Sri Martini, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah

    memberikan pengarahan sehingga memperlancar penulisan skripsi ini.

    5. Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan

    bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga

    memperlancar penulisan skripsi ini.

    6. Bapak Agung N.C.S, S.Pd, M.Sc., selaku pembimbing II yang juga telah

    memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    7. Bapak Drs. Js. Sukardjo, M.Si., selaku penguji ujian skripsi yang juga telah

    memberikan bimbingan dan pengarahan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    8. Ibu Sri Retno Dwi Ariani S.Si, M.Si., selaku penguji ujian skripsi yang juga

    telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

    9. Hj. Sri Murni Pudyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2

    Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian.

    10. Wiji Lestari, S.Pd., M.Pd., selaku Guru Biologi SMP Negeri 2 Karanganyar

    atas bimbingannya selama penelitian.

    11. Siswa kelas VII A dan VII B SMP Negeri 2 Karanganyar, atas kerja samanya.

    12. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan doa restu

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    13. Seluruh sahabatku.

    14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

    sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih

    jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

    membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

    Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan.

    Surakarta, Januari 2012

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... v

    HALAMAN ABSTRAK............................................................................... vi

    HALAMAN ABSTRACT ........................................................................... vii

    HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix

    KATA PENGANTAR .................................................................................. x

    DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

    BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

    C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6

    D. Perumusan Masalah........................................................................ 7

    E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

    F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

    BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 9

    A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9

    1. Belajar dan Pembelajaran ........................................................ 9

    2. Model Pembelajaran .............................................................. 15

    3. Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 16

    4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ............... 18

    5. Metode Pembelajaran .............................................................. 20

    6. Metode Proyek ........................................................................ 21

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    7. Metode Eksperimen .................................................................. 24

    8. Prestasi Belajar ......................................................................... 26

    9. Materi Unsur, Senyawa dan Campuran .................................... 29

    B. Penelitian Relevan .......................................................................... 41

    C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 42

    D. Hipotesis ........................................................................................ 44

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 45

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 45

    1. Tempat Penelitian ..................................................................... 45

    2. Waktu Penelitian ...................................................................... 45

    B. Metode Penelitian........................................................................... 45

    1. Variabel Penelitian ................................................................... 47

    2. Prosedur Penelitian ................................................................... 48

    C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 48

    1. Penetapan Populasi penelitian ................................................... 48

    2. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 48

    D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 49

    1. Metode Tes ............................................................................... 49

    2. Metode Angket ......................................................................... 49

    E. Instrumen penelitian ....................................................................... 49

    1. Instrumen Penelitian Kognitif ................................................... 50

    2. Instrumen Penilaian Afektif ...................................................... 53

    F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 56

    1. Uji Prasyarat Analisis ............................................................... 56

    2. Uji Hipotesis ............................................................................ 58

    BAB IV. HASIL PENELITIAN.................................................................... 60

    A. Pengujian Instrumen ....................................................................... 60

    1. Uji Validitas ............................................................................. 60

    2. Uji Reliabilitas ......................................................................... 61

    3. Uji Taraf Kesukaran Item ......................................................... 61

    4. Daya Pembeda .......................................................................... 62

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    B. Deskripsi data................................................................................. 62

    1. Prestasi Belajar Siswa ............................................................... 63

    2. Data Selisih Nilai Kognitif........................................................ 63

    3. Data Nilai Afektif ..................................................................... 64

    C. Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 65

    1. Uji Normalitas .......................................................................... 65

    2. Uji Homogenitas ...................................................................... 66

    3. Uji Keseimbangan .................................................................... 66

    D. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 67

    1. Uji Hipotesis Selisih Nilai Kognitif .......................................... 67

    2. Uji Hipotesis Nilai Afektif ........................................................ 68

    E. Pembahasan Hasil Analisis Data..................................................... 68

    BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 73

    A. Kesimpulan .................................................................................... 73

    B. Implikasi ........................................................................................ 73

    C. Saran .............................................................................................. 74

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75

    LAMPIRAN ................................................................................................. 78

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 1 Nama-nama Unsur Beserta Lambangnya ........................................ 31

    Tabel 2 Sifat dan Kegunaan Logam ............................................................. 32

    Tabel 3 Kegunaan Unsur Nonlogam ............................................................ 33

    Tabel 4 Perbedaan Unsur Logam dan Nonlogam ......................................... 33

    Tabel 5 Senyawa Beserta Rumus Kimia dan Atom Penyusun Molekulnya .. 36

    Tabel 6 Beberapa Senyawa dan Unsur Penyusunnya ................................... 37

    Tabel 7 Angka dalam bahasa Yunani .......................................................... 37

    Tabel 8 Nama Senyawa dan Rumus Kimianya ............................................ 38

    Tabel 9 Beberapa Campuran, Wujud, serta Penyusunnya ............................ 39

    Tabel 10 Perbedaan Unsur dan senyawa ........................................................ 40

    Tabel 11 Perbedaan Senyawa dan Campuran ................................................ 40

    Tabel 12 Design Penelitian Randomized Pretest-Postest Comparison Group

    Design ......................................................................................... 45

    Tabel 13 Design Penelitian Randomized Postest Only Comparison Group

    Design. ........................................................................................ 46

    Tabel 14 Skor Penilaian Afektif .................................................................... 54

    Tabel 15 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas

    Soal ............................................................................................. 61

    Tabel 16 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas

    Soal ............................................................................................. 61

    Tabel 17 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf

    Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif........................................... 61

    Tabel 18 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya

    Pembeda Soal pada Aspek Kognitif ........................................... 62

    Tabel 19 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ............................................ 63

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 1 Skema Bentuk-Bentuk Belajar Ausebel .......................................... 12

    Gambar 2 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................ 44

    Gambar 3 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I

    dan Kelas Eksperimen II pada Materi Unsur, Senyawa dan

    Campuran ....................................................................................... 64

    Gambar 4 Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan

    Kelas Eksperimen II pada Materi Unsur, Senyawa dan Campuran

    ....................................................................................................... 31

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Hal

    Lampiran 1 Silabus ..................................................................................... 79

    Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 83

    Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ................................................................. 100

    Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Kognitif ............................................................. 119

    Lampiran 5 Instrumen Soal Kognitif ........................................................... 125

    Lampiran 6 Instrumen Soal Afektif.............................................................. 154

    Lampiran 7 Kisi Angket Kerjasama ............................................................. 161

    Lampiran 8 Soal angket Kerjasama.............................................................. 162

    Lampiran 9 Pengolahan Data Try Out Aspek Kognitif ................................. 163

    Lampiran 10 Pengolahan Data Try Out aspek Afektif .................................... 167

    Lampiran 11 Lembar Validitas Isi ................................................................ 171

    Lampiran 12 Hasil dan Perhitungan Validitas Isi .......................................... 176

    Lampiran 13 Acuan Syarat Pemilihan Kelas .................................................. 179

    Lampiran 14 Nilai Kerjasama Siswa dalam Kelompok .................................. 189

    Lampiran 15 Data Induk Nilai Kognitif ........................................................ 190

    Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Data Induk Kognitif.................................. 191

    Lampiran 17 Uji Prasyarat Analisis Data Kognitif ......................................... 197

    Lampiran 18 Uji t dua Pihak Data Induk Kognitif .......................................... 206

    Lampiran 19 Data Induk Afektif .................................................................... 207

    Lampiran 20 Distribusi Frekuensi Data Induk Afektif ................................... 209

    Lampiran 21 Uji Prasyarat Analisis Data Induk Afektif ................................. 212

    Lampiran 22 Uji t Dua Pihak Data Induk Afektif .......................................... 215

    Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 216

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sebagai bagian dari budaya

    manusia modern mengalami perkembangan yang cukup pesat seakan-akan memaksa

    negara-negara dunia untuk terus bersaing dalam menguasai dan mengembangkan

    Iptek untuk mencapai suatu negara yang bermartabat. Indonesia sebagai negara yang

    sedang berkembang berusaha untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

    berkualitas agar mampu menguasai dan mengembangkan Iptek demi mencapai

    kemakmuran dan kejayaan bangsa sehingga mampu menjajarkan diri dengan negara-

    negara maju di masa yang akan datang. Konsep pendidikan yang dicanangkan oleh

    UNESCO adalah pendidikan ditegakkan oleh empat pilar, yaitu learn to know, learn

    to do, learn to live together, learn to be (Kris Tan, 2011). Pilar pertama dan kedua

    lebih diarahkan untuk membentuk sense of having yaitu bagaimana pendidikan dapat

    mendorong terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas di bidang ilmu

    pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas

    hidup, sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif, dan inovatif ditengah kehidupan

    masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat diarahkan untuk membentuk

    karakter bangsa atau sense of being, yaitu bagaimana harus terus menerus belajar dan

    pembentukan karakter yang memiliki integritas dan tanggung jawab serta memiliki

    komitmen untuk melayani sesama.

    Untuk mengembangkan Iptek, konsep pendidikan di Indonesia ditegakan

    dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini

    mulai diterapkan pada tahun ajaran 2006/2007. KTSP merupakan sebuah kurikulum

    operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

    pendidikan. Salah satu wujud pelaksanaan KTSP adalah penggunaan model

    pembelajaran yang open end, artinya guru sebagai pemegang otonomi dalam

    pengelolaan pembelajaran yang cocok bagi peserta didiknya. Guru dituntut dapat

    menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    agar siswa tertarik, aktif, kreatif, dan lebih mudah memahami materi pembelajaran.

    Sikap aktif, kreatif, dan lebih mudah memahami materi pembelajaran akan

    terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Sehingga dalam

    pelaksanaannya, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan bukan sumber utama

    pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran guru dituntut dapat memahami perkembangan

    peserta didik. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik sangat diperlukan

    untuk merancang pembelajaran yang kondusif sehingga mampu meningkatkan

    motivasi belajar siswa. Menurut teori perkembangan Piaget, tahapan kecerdasan

    dibedakan dalam empat tahap, yaitu: 1) intelegensi sensori-motor (0-2 tahun), 2) pra

    operasional (2-7 tahun), 3) operasional konkret (7-11 tahun), dan 4) operasional

    formal (11 tahun keatas) (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 152).

    Kimia merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan disekolah

    menengah pertama, tetapi belum dalam mata pelajaran tersendiri, melainkan masih

    tergabung dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan pengelompokan kecerdasan Piaget

    tersebut, siswa SMP yang rata-rata berusia 12 tahun keatas diperkirakan sudah dapat

    berpikir formal, artinya dalam periode ini anak tidak perlu berpikir dengan bantuan

    benda atau hal-hal yang konkrit, ia mempunyai cara berpikir abstrak, sehingga anak

    sudah mampu mempelajari ilmu kimia yamg umumnya bersifat abstrak.

    Materi Unsur, Senyawa, dan Campuran adalah materi pokok yang diajarkan

    pada siswa kelas VII SMP semester gasal. Unsur, Senyawa dan Campuran

    merupakan hal yang penting dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

    Selain berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, materi ini juga membutuhkan

    cara berfikir abstrak. Cara berfikir abstrak ini nampak pada salah satu tuntutan

    kompetensi dasar, dimana siswa diharuskan mampu membedakan sifat antara Unsur,

    Senyawa dan Campuran. Misalnya siswa harus bisa membedakan sifat-sifat yang

    membedakan antara karbon dengan kertas, dimana karbon adalah salah satu unsur

    penyusun kertas. Menurut informasi dari guru, materi ini diajarkan sebagai materi

    akhir. Guru cenderung untuk menyelesaikan mengajar materi biologi dan fisika

    terlebih dahulu. Sebagai akibatnya penyampaian materi ini kurang maksimal karena

    terdesak ujian semester.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    SMP Negeri 2 Karanganyar adalah salah satu SMP Rintisan Sekolah

    Bertaraf Internasional (RSBI). Dalam penerimaan siswa baru, calon siswa dituntut

    memiliki kemampuan lebih. Hal ini dikarenakan seleksi masuk yang tidak hanya

    menggunakan nilai hasil ujian akhir nasional, tetapi juga nilai raport, tes ujian masuk

    dan hasil wawancara dengan wali murid. Hasil seleksi ini menghasilkan input

    kemampuan siswa yang tinggi dengan rata-rata nilai PPDB > 70. Namun, menurut

    informasi dari guru kemampuan kognitif yang tinggi itu tidak menjamin tingginya

    prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian ketuntasan belajar materi

    Unsur, Senyawa dan Campuran hanya sebesar 50,5%. Menurut informasi dari guru,

    hal ini diperkirakan karena kemampuan kerjasama mereka dengan kelompok masih

    rendah. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan tugas kelompok, hasilnya tidak sebaik

    jika tugas tersebut diberikan secara individu. Selain itu, hal ini juga dimungkinkan

    karena penggunaan metode ceramah dalam penyampaian materi. Siswa cenderung

    sebagai obyek pembelajaran dan terbiasa belajar secara individu, sehingga ketika ada

    tugas secara berkelompok mereka belum bisa mandiri mengerjakan.

    Berdasarkan perkembangan intelektual siswa SMP, metode pembelajaran

    yang sesuai adalah metode yang dapat merangsang siswa bersikap aktif, kreatif, dan

    inovatif. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif pada diri siswa

    tidaklah mudah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini memposisikan siswa

    sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung

    membosankan, minat belajar siswa kurang dan ada kecenderungan siswa untuk

    tergantung pada informasi guru. Ketergantungan ini membuat siswa mengalami

    kesulitan saat bekerja secara kelompok, yang menuntut kemandirian dalam

    melaksanakan tugas. Untuk mengantisipasi masalah tersebut berkelanjutan maka

    perlu dicanangkan formula pembelajaran yang tepat.

    Salah satu solusi untuk mengatasi masalah kerjasama siswa adalah dengan

    penggunaan model pembelajaran kooperatif. Slavin mengatakan bahwa cooperative

    learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

    kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6

    orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif memilki empat unsur

    yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap

    muka, 4) partisipasi dan komunikasi antar anggota. Dari keempat unsur tersebut,

    saling ketergantungan positif dan komunikasi antar anggota mengisyaratkan adanya

    kerjasama antar anggota kelompok.

    Dalam model pembelajaran kooperatif, guru menyusun tugas sedemikian

    rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar

    yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa

    tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain itu, dalam mengerjakan tugas

    kelompok, siswa juga berinteraksi dengan siswa lainnya agar tujuan mereka tercapai.

    Disinilah perilaku kerjasama yang baik dibutuhkan untuk menunjang ketercapaian

    tujuan kelompok.

    Ada bermacam macam tipe pembelajaran kooperatif, antara lain: Student

    Team Achievement Division (STAD), Teams Game Tournament (TGT), Jigsaw,

    Group Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI) dan sebagainya. Salah

    satu tipe pembelajaran kooperatif adalah model Group Investigation. Tipe ini

    merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan

    antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme

    dan prinsip pembelajaran demokratis.

    Menurut Daniel Zingaro (2008) Group Investigation memiliki beberapa

    keunggulan antara lain: 1) Siswa memiliki pertanyaan dengan tingkat lebih tinggi

    mereka membutuhkan penjabaran respon atau penggunaan pemecahan masalah; 2)

    Siswa lebih kooperatif dan altruistic, bahkan ketika mereka berinteraksi dengan

    siswa di luar tim mereka atau dalam situasi luar; 3) Siswa mampu mengekspresikan

    diri, memiliki kebebasan,tanggung jawab dan rasa diterima yang besar; 4) Siswa

    pada kelas GI memiliki sifat etnik yang jauh lebih baik daripada siswa yang berada

    di kelas tradisional

    Tipe GI diharapkan mampu meningkatkan minat dan kerjasama siswa dalam

    kelompok sehingga prestasi mereka meningkat. Selain itu, metode ini dipilih karena

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    input mereka cukup tinggi, mengingat langkah-langkah dalam GI memerlukan siswa

    dengan input tinggi dalam memecahkan masalah.

    Enam tahap dalam GI: 1) mengidentifikasi topik dan mengatur siswa dalam

    kelompok, 2) merencanakan tugas yang akan dipelajari, 3) melaksanakan investigasi,

    4) menyiapkan laporan akhir, 5) mempresentasikan laporan akhir dan 6) evaluasi.

    Tahap ke 3 GI menyebutkan bahwa siswa melaksanakan investigasi. Siswa terlibat

    dalam bermacam kegiatan investigasi baik didalam maupun diluar sekolah. Kegiatan

    belajar didalam sekolah misalnya dengan melakukan eksperimen di laboratorium.

    Sedangkan kegiatan diluar sekolah misalnya dengan menjalankan proyek yang telah

    disusun.

    Metode eksperimen adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mengajar

    didepan kelas dengan membagi tugas meneliti suatu masalah. Siswa dibagi menjadi

    beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang

    harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, membahasnya dengan

    kelompok dan menyusun laporan.

    Metode proyek merupakan suatu metode instruksional yang melibatkan

    penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau

    grup untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori

    dari berbagai bidang studi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tetentu,

    menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian ditampilkan atau

    dipresentasikan. Pada penelitian ini akan digunakan metode proyek terbimbing.

    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

    melalui proyek dan eksperimen terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok

    unsur senyawa dan campuran diharapkan diperoleh metode yang tepat untuk

    mengatasi rendahnya prestasi siswa sehingga penelitan ini perlu dilakukan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

    1. rendahnya prestasi siswa, yang bertolak belakang dengan prestasi siswa saat

    PPDB.

    2. metode pembelajaran selama ini masih bersifat ekspositori, dimana pembelajaran

    masih berpusat pada guru.

    3. kecenderungan guru memperlakukan anak didik sebagai obyek sehingga siswa

    cenderung tergantung pada guru.

    4. rendahnya kemampuan bekerjasama dalam kelompok.

    5. keterbatasan waktu belajar materi unsur, senyawa dan campuran yang disediakan

    disekolah.

    6. rendahnya minat belajar siswa

    C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah maka diperhatikan pembatasan masalah.

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan

    pembatasan masalah dititikberatkan pada:

    1. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah kelas VII RSBI Semester gasal SMP N 2

    Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

    2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe

    group investigation melalui proyek terbimbing (untuk kelas eksperimen I) dan

    group investigation melalui eksperimen (untuk kelas eksperimen II).

    3. Prestasi Belajar Prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan aspek afektif.

    Prestasi belajar aspek kognitif dilakukan dengan uji statistik dari selisih nilai pretest-

    posttest siswa. Prestasi belajar aspek afektif sebagai akibat dari proses pembelajaran

    dianalisa secara statistik.

    4. Materi Ajar Penyampaian materi dibatasi pada Unsur, Senyawa dan Campuran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

    masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu

    1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek kognitif antara model

    pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan

    eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran?

    2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif antara model

    pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan

    eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran?

    E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

    1. Perbedaan prestasi belajar siswa aspek kognitif dengan model pembelajaran

    kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen

    pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran

    2. Perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif dengan model pembelajaran

    kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen

    pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran

    F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai

    pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek

    terbimbing dan eksperimen terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Unsur,

    Senyawa dan Campuran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    2. Manfaat Praktis Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu:

    a. Memberikan masukan untuk mempertimbangkan proses peningkatan kualitas

    guru kimia dalam mengembangkan pencapaian prestasi belajar siswa.

    b. Bagi guru kimia, dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran

    dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran yang sesuai dengan

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

    c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi professional

    guru dalam memahami dan mengembangkan proses pembelajaran kimia.

    d. Memberikan informasi kepada peneliti lainnya yang ingin mengembangkan

    penelitian serupa guna memperbaiki prestasi belajar siswa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat fundamental

    dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

    berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada

    proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di

    lingkungan keluarganya sendiri.

    Pengertian belajar dapat ditemukan dalam berbagai sumber atau literatur.

    Meskipun ada perbedaan-perbedaan dalam rumusan pengertian belajar tersebut,

    namun secara prinsip ditemukan beberapa kesamaan. Burton dalam Aunurahman

    (2009:35) merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri

    individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu

    dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

    H.C. Witherington dalam Aunurahman (2009:35) mengemukakan belajar adalah

    suatu perubahan kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari

    reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

    James O. Whittaker dalam Aunurahman (2009:35) juga mengemukakan

    belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan

    atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

    hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Sedangkan Abdillah dalam Aunnurahman (2009:35), belajar adalah suatu usaha

    sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan

    dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

    untuk memperoleh tujuan tertentu. Gage dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 11)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    menyatakan belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya

    akibat pengalaman.

    Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dapat

    dipahami sebagai proses perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

    menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

    aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tetentu.

    b. Teori Belajar Adapun teori-teori belajar yang mendasari pengertian belajar yang berkaitan

    dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1) Teori Perkembangan Piaget

    Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 152), setiap individu

    mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut, sensori-motor

    (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional kongkret (7-11 tahun),

    operasional formal (11 tahun ke atas).

    Pada tahap sensori motor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan

    sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman,

    pemdengaran, perabaan, dan pergerakannya. Pada tahap pra-operasional, anak

    mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan

    simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan

    menggolong-golongkan. Pada tahap operasi konkret anak dapat mengembangkan

    pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang memecahkan

    masalah secara trial dan error. Pada tahap operasi formal anak dapat berfikir

    abstrak seperti orang dewasa.

    Teori perkembangan kognitif Piaget ini sangat erat kaitannya dengan

    penelitian ini. Sebab, pada penelitian ini menggunakan siswa SMP sebagai sampel.

    Menurut teori perkembangan Piaget, siswa SMP yang rata-rata berusia 12 tahun

    keatas diperkirakan sudah dapat berpikir formal, artinya dalam periode ini anak tidak

    perlu berpikir dengan bantuan benda atau hal-hal yang konkrit, ia mempunyai cara

    berpikir abstrak. Sehingga anak sudah mampu mempelajari ilmu kimia yang

    umumnya bersifat abstrak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    2) Teori Belajar Penemuan Menurut Bruner

    Menurut Rosser (1984) dalam Ratna Willis Dahar (1989:98), Pendekatan

    Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi, asumsi yang pertama adalah

    bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Bruner yakin

    bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, dimana

    perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan akan tetapi juga dalam diri orang itu

    sendiri. Sedangkan untuk asumsi yang kedua adalah bahwa orang mengkontruksi

    pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi

    yang disimpan yang sudah diperoleh sebelumnya. Model Bruner tersebut mendekati

    sekali dengan struktur kognitif Ausubel.

    Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat juga dikatakan sebagai suatu

    pendekatan kategorisasi. Bruner dalam Ratna Willis Dahar, beranggapan bahwa

    semua interaksi-interaksi kita dengan alam melibatkan kategori-kategori yang

    diperlukan bagi pemfungsian manusia. Menurut Bruner yang penting adalah

    kategorisasi dapat membawa manusia ke tingkat yang lebih tinggi daripada informasi

    yang diberikan. Manusia menentukan objek-objek tersebut dengan suatu kelas.

    Apabila manusia mengklasifikasikan suatu objek, maka manusia tersebut akan

    mempengaruhi objek tersebut dengan sekumpulan sifat-sifat, atribut-atribut kritis,

    dan hubungan-hubungan. Manusia melakukan ini melalui inferensi, yaitu

    menemukan lebih banyak daripada yang diperoleh secara langsung dari objek

    tersebut.

    Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar menurut Bruner

    merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan dari suatu sistem

    pengkodean (coding). Berbagai ketegori-kategori saling berhubungan sedemikian

    rupa, sehingga setiap individu mempunyai model yang unik suatu konsep. Pada

    model ini, belajar baru dapat terjadi dengan cara mengubah model tersebut, ini bisa

    terjadi melalui mengubah dan menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara

    yang baru, atau dengan menambahkan kategri-kategori baru. Menurut Bruner, belajar

    melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut

    adalah : a) memperoleh informasi baru, Informasi baru dapat berfungsi sebagai

    penghalusan dari informasi yang telah dimiliki seseorang sebelumnya; b)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    transformasi Informasi, dalam transformasi pengetahuan, individu menjadikan

    pengetahuan supaya sesuai atau tepat dengan tugas baru. Transformmasi informasi

    menyangkut cara seseorang memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara

    ekstrapolasi, atau dengan mengubah kebentuk yang lain; c) menguji relevansi dan

    ketepatan pengetahuan, seseorang menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan

    dengan menilai apakah cara seseorang tersebut dalam memperlakukan pengetahuan

    yang diperoleh sesuai dengan tugas yang ada.

    3) Teori Belajar Bermakna Ausubel

    Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 111) berpendapat bahwa belajar

    dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi seperti yang ditunjukkan pada Gambar

    1.

    Gambar 1. Skema bentuk-bentuk belajar Ausubel (Ratna Wilis Dahar 2011 : 94)

    Siswa dapat

    mengasmila

    sikan materi

    pelajaran

    Secara penemuan

    Secara penerimaan

    Siswa menghafal

    materi

    Materi ditemukan

    oleh siswa

    Siswa menghafal

    materi yang

    disajikan

    Materi disajikan

    dalam bentuk final

    Hafalan

    Belajar dapat

    Siswa memasukkan

    materi kedalam

    struktur kognitif

    Siswa menemukan

    materi

    Siswa memasukkan

    materi kedalam

    struktur kognitif

    Materi disajikan

    dalam bentuk final

    Bermakna

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Dari Gambar 1. dimensi yang pertama berhubungan dengan cara informasi

    atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, yaitu melalui penerimaan atau

    penemuan. Kemudian untuk dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat

    mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang sudah ada. Struktur

    kognitif yang dimaksud disini adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-

    generalisasi yang telah dipelajari siswa.

    Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 111), pada tingkat

    pertama dalam belajar informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dengan

    bentuk belajaran penemuan, dimana bentuk ini mewajibkan siswa untuk menemukan

    sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Sedangkan pada tingkat

    kedua, siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada

    pengetahuan yang berupa konsep atau yang lain yang pernah mereka miliki, maka

    dalam hal inilah terjadi belajar bermakna. Namun ada kemungkinan pula bahwa

    siswa dalam hal ini hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru tersebut dan

    tidak menghubungkannya pada kosep-konsep yang sudah ada dalam struktur

    kognitifnya, maka disinilah terjadi belajar hafalan.

    Ausubel dan Novak dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 115) menyebutkan tiga

    kelebihan yang dimiliki oleh belajar bermakna (meaningful learning), yaitu antara

    lain : a) Informasi yang dipelajari secara bermakna akan dapat diingat lebih lama; b)

    Informasi yang tersubsumsi (yaitu proses interaksi antara materi yang baru dipelajari

    dengan subssumer-subsumer yang ada) mengakibatkan adanya peningkatan

    diferensiasi dari subsumer-subsumer, sehingga memudahkan berlangsungnya proses

    belajar selanjutnya untuk materi pelajaran yang mirip; c) Informasi yang didapatkan

    tidak hilang begitu saja namun meninggalkan efek residual yang mempermudah

    untuk mempelajari hal-hal yang mirip, meskipun telah lupa.

    4) Teori Belajar Menurut Gagne

    Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana

    suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima

    bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu belajar responden, belajar

    kontiguitas, belajar operant, belajar observasional, dan belajar kognitif. Pertama,

    pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi.

    Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu

    memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi. Bentuk belajar

    semacam ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami

    bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

    bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan

    satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini sering kita alami. Ketiga, kita

    belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu

    akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangannya. Belajar semacam ini

    disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi

    manusia dan kejadian-kejadian. siswa belajar dari model-model, dan masing-masing

    siswa mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.

    Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala, bila melihat dan memahami peristiwa-

    peristiwa disekitar (Ratna Wilis Dahar, 1989: 11-21).

    c. Pengertian Pembelajaran Dalam berbagai kajian dikemukakan bahwa instruction atau pembelajaran

    sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang

    berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

    mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

    Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran, namun pada

    dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang memungkinkan

    terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh

    guru. Istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sebagai proses

    belajar mengajar di mana di dalamnya terjadi interaksi guru dan siswa dan antara

    sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan

    tingkah laku siswa.

    Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum

    terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan

    tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa

    yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan

    eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi

    tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas suatu aktivitas

    pembelajaran (Aunurrahman, 2009 :34).

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

    usaha sadar dari guru untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian

    peristiwa yang dirancang, disusun untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya

    proses belajar siswa yang bersifat internal sehingga mampu menimbulkan perubahan

    tingkah laku pada siswa yang berlangsung relatif lama.

    2. Model Pembelajaran Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai

    pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar menurut Joyce dan Weil

    dalam Syaiful Sagala (2011:176) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang

    menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran

    dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja,

    program multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer.

    Menurut Aunurrahman (2009:146), model pembelajran dapat diartikan

    sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

    berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk

    merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga

    dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk

    merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di

    kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran.

    Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

    melakukan kegiatan pembelajaran berupa deskripsi dari lingkungan belajar baik di

    kelas maupun ditempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    3. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

    kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran

    kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya

    untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai

    mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai

    dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang

    membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya bersikap pasif setelah

    menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar

    bias diterima oleh anggota kelompoknya (Made Wena, 2009:189).

    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

    menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan

    hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Made Wena, 2009:189)

    Menurut Lie dalam Made Wena, (2009:189), pembelajaran kooperatif

    adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja

    sama dengan sesama siswa untuk tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini

    guru bertindak sebagai fasilitator.

    Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan

    siswa lain dalam suatu kelompok kecil sebagai sumber belajar selain guru dan

    sumber ajar lainnya

    Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif antara lain :

    a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence). Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas

    sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh

    sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian

    tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan

    demikian semua anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.

    b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability). Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena

    keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota

    kelompok harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk

    mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga

    kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akantetapi penilaian kelompok harus

    sama.

    c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction). Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yangluas kepada

    setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan

    saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang

    berharga kepada setiapanggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap

    perbedaan individu, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi

    kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen,

    dari segi budaya, latar belakang sosial, dankemampuan akademik yang berbeda.

    Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses memperkaya antar

    anggota kelompok.

    d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication). Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi

    aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka

    dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif

    , guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa

    mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan

    kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi

    setiap anggotanya.

    Ada bermacam macam tipe pembelajaran kooperatif, antara lain : Student

    Team Achievement Division (STAD), Teams Game Tournament (TGT), Jigsaw,

    Group Investigation (GI) , Team Accelerated Instruction (TAI) dsb. Salah satu tipe

    pembelajaran kooperatif adalah model Group Investigation. Tipe ini merupakan

    model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip

    belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip

    pembelajaran demokratis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) a. Pengertian Group Investigation

    Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah group investigation. Tipe ini

    merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan

    antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme

    dan prinsip pembelajaran demokratis.

    Model ini dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert A. Thelen yang

    menggabungkan pandangan-pandangan proses sosial yang demokratis dengan

    penggunaan strategi-strategi intelektual atau ilmiah untuk membantu manusia

    menciptakan pengetahuan dan masyarakat yang teratur dengan baik.

    Group investigation yang dikembangkan oleh Sholomo dan Yael Sharan di

    Universitas Tel aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana

    para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif,

    diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan and Sharan,

    1992 dalam Salvin 2009: 25). Dalam model ini, para siswa dibebaskan membentuk

    kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota.

    b. Tahap-Tahap Group Investigation Dalam group investigation, siswa bekerja melalui enam tahap. Tahap-tahap

    tersebut antara lain :

    1) mengidentifikasi topik dan mengatur siswa kedalam kelompok;

    Pada tahap ini siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah

    topik, dan mengkategorikan saran-saran. Kemudian siswa bergabung dengan

    kelompoknya untuk mempelajari topic yang mereka pilih. Komposisi kelompok

    didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. Tugas guru

    membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

    2) merencanakan tugas yang akan dipelajari;

    Para siswa merencanakan bersama mengenai hal-hal yang akan dipelajari,

    cara yang digunakan untuk mempelajari hal-hal tersebut dan pembagian tugas

    individu dan tujuan yang harus dicapai setelah melakukan investigasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    3) melaksanakan investigasi;

    Pada tahap ini siswamengumpulkan informasi, menganalisis data, dan

    membuat kesimpulan.Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang

    dilakukan kelompoknya. Mereka saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi,dan

    mensintesis semua gagasan

    4) menyiapkan laporan akhir;

    Pada tahap ini anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari

    proyek mereka. Mereka merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

    bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Kemudian wakil-wakil

    kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana

    presentasi.

    5) mempresentasikan laporan akhir;

    Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

    Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. Para

    pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria

    yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

    6) evaluasi.

    Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

    mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-

    pengalaman mereka. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi

    pembelajaran siswa. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran

    paling tinggi.(Slavin, 2008 : 218-220)

    c. Keunggulan Group Investigation Menurut Daniel Zingaro (2008 : 4-6) Group Investigation memiliki

    beberapa keunggulan antara lain :

    1) Siswa memiliki pertanyaan dengan tingkat lebih tinggi, mereka

    membutuhkan penjabaran respon atau penggunaan pemecahan masalah.

    2) Siswa pada lebih kooperatif dan altruistic, bahkan ketika mereka

    berinteraksi dengan siswa di luar tim mereka atau dalam situasi luar.

    3) Siswa mampu mengekspresikan diri, memiliki kebebasan, tanggung

    jawab dan rasa diterima yang besar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    4) Siswa memiliki sifat etnik yang jauh lebih baik daripada siswa yang

    berada di kelas tradisional.

    d. Kelemahan Group Investigation Menurut Daniel Zingaro (2008 : 6) Group Investigation memiliki beberapa

    kelemahan antara lain :

    1) Ada siswa yang tidak puas dengan hasil penemuan sendiri.

    2) Ada siswa merasa bahwa GI membuang banyak waktu dibandingkan

    dengan instruksi secara langsung.

    3) Siswa tidak belajar sub topik lain dari topik secara keselurruhan.

    4) Siswa tidak memiliki ketrampilan secara keseluruhan.

    5) Siswa tidak puas dengan kurangnya kerjasama.

    5. Metode Pembelajaran Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode. Menurut Mulyani

    Sumantri (2001 : 114) metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk

    menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung

    bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang

    memuaskan.

    Menurut Mulyati Arifin (1990 : 107) metode mengajar menyangkut

    permasalahan kegiatan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga

    kemampuan intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara

    efisien dan bermakna bagi siswa.

    Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran

    adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran

    yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa

    berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa.

    Ada bermacam-macam metode pembelajaran antara lain metode ceramah,

    metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode sosiodrama,

    metode karyawisata, metode kerja kelompok, metode eksperimen, metode proyek

    dan sebagainya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    6. Metode Proyek Metode proyek adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif, dan

    lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang

    kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu

    disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan

    tugas-tugas bermakna lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam

    mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk

    menghasilkan produk nyata. Metode proyek memiliki potensi yang besar untuk

    memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Made

    Wena, 2009:145).

    a. Tujuan Metode Proyek Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada

    pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa

    untuk merancang ,memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan

    investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siwa untuk bekerja secara mandiri

    (Thomas, dkk, 1999). Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam

    menyelesaikan tugas yang dihadapinya (Made Wena, 2009 : 144).

    b. Karakteristik Pembelajaran Proyek Menurut Buck Institute for Education (1990) dalam Made Wena (2009:145)

    belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut :

    1) Siswa membuat keputusan dan kerangka kerja.

    2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.

    3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.

    4) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi

    yang dikumpulkan.

    5) Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.

    6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.

    7) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

    8) Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan

    perubahan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Sebagai sebuah metode pembelajaran, menurut Thomas (2000) dalam Made

    Wena (2009:146), pembelajaran proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu

    1) Prinsip sentralistis (centrality)

    Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan

    esesnsi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana

    siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.

    2) Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question)

    Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question) berarti bahwa

    kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong

    siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu.

    3) Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)

    Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses

    yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri,

    pembangunan konsep, dan resolusi.

    4) Prinsip otonomi (autonomy)

    Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat

    diartikan sebagai kemandirian siwa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu

    bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervise, dan

    bertanggung jawab.

    5) Prinsip realistis (realism)

    Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan suatu yang nyata,

    bukan seperti disekolah. Pembelajaran proyek harus dapat memberikan perasaan

    realistis kepada siswa termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja,

    kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standart produknya.

    Langkah-langkah pembelajaran model proyek adalah sebagai berikut : 1)

    pengajar mengajukan sejumlah masalah. 2) siswa memilih topik/ masalah yang

    diinginkan. 3) siswa membentuk kelompok kecil, menentukan langkah penyelesaian.

    4) siswa menyusun cara kerja. 5) siswa mencari sumber yang diperlukan. 6)

    mengadakan penyelidikan. 7) mengumpulkan segala hal yang dianggap penting. 8)

    menyususn laporan tertulis. 9) presentasi hasil laporan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    c. Keunggulan Metode Proyek Menurut Moursund (1997) dalam Made Wena (2009 :147), beberapa

    keuntungan dari metode proyek antara lain sebagai berikut :

    1) Increased motivation

    Pembelajaran proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terbukti

    dari beberapa laporan penelitian tentang pembelajaran proyek yang menyatakan

    bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa

    merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran

    sangat berkurang.

    2) Increased problem-solving ability

    Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran

    proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa

    lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.

    3) Improved library research skill

    Karena pembelajaran proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara

    cepat untuk memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, sehingga

    ketrampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat

    4) Increased collaboration

    Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa

    mengembangkan dan mempraktikan ketrampilan komunikasi. Kerja kelompok

    kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek

    kolaboratif dari sebuah proyek.

    5) Increased resource-management skill

    Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik

    memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,

    dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk

    menyelesaikan tugas (Made Wena, 2009 : 147).

    d. Kekurangan Metode Proyek Beberapa kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain :

    1) untuk siswa yang apatis, malas, dan minder akan semakin tergeser dari

    kelompoknya;

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    2) untuk siswa dengan tingkat kemampuan menalar sedang dan rendah

    kurang cocok dengan metode proyek

    Penelitian ini menggunakan metode proyek terbimbing dimana pelaksanaan

    proyek masih ada bimbingan dari guru.

    7. Metode Eksperimen Menuru Syaiful Sagala (2011: 220) percobaan untuk membuktikan suatu

    pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu

    laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,

    karena itu dapa dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Metode eksperimen

    adalah cara penyajian bahan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan

    dengan mengalami untuk membuktikan pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

    a. Tujuan Metode Eksperimen Tujuan dari pendekatan eksperimen antara lain:

    1) agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau

    data yang diperoleh,

    2) melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan

    melakukan percobaan, dan

    3) melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk

    menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul

    melalui percobaan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:136).

    b. Karakteristik Metode Eksperimen Metode eksperimen dibedakan menjadi dua yaitu metode yang terencana

    atau terbimbing dan metode eksperimen yang bebas. Dalam pembelajaran kimia,

    kebanyakan eksperimen dipilih yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah

    dengan metode eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih

    teratur dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung. Metode eksperimen

    terbimbing adalah metode eksperimen dimana seluruh jalannya percobaan sudah

    dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan siswa. Langkah-langkah yang

    harus dilaksanakan oleh siswa, peralatan yang harus diamati dan diukur semuanya

    sudah direncanakan sejak awal. Metode eksperimen bebas adalah metode ekperimen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    dimana guru tidak memberikan petunjuk percobaan secara terperinci. Dengan kata

    lain siswa harus lebih banyak berfikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian,

    apa yang harus diamati, diukur, dan dianalisa serta disimpulkan (Arni Astuti, 2010 :

    22).

    Prosedur eksperimen menurut Syaiful Sagala (2011), adalah :

    1) perlu dikemukakan pada siswa tentang tujuan eksperimen dengan cara

    mengajukan pertanyaan/ memberi masalah, mereka harus memahami masalah yang

    akan dibuktikan melalui eksperimen;

    2) mengumpulkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen,

    hal-hal yang harus dikontrol ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat;

    3) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan

    siswa, bila perlu member saran atau pertanyaan yang menunjang jalannya

    eksperimen;

    4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian

    kemudian mendiskusikan dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

    c. Keunggulan Metode Eksperimen Metode eksperimen sering digunakan karena memiliki keunggulan sebagai

    berikut :

    1) Siswa lebih terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi

    segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti

    kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula dengan kata orang, sebelum ia

    membuktikan kebenarannya.

    2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; suatu hal yang sangat

    dikendaki oleh kegiatan belajar mengajar yang modern, dimana siswa lebih banyak

    aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

    3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh

    ilmu pengetahuan, juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan dalam

    menggunakan alat-alat percobaan.

    4) Siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan

    mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa yang tidak masuk akal

    (Roestiyah, 2008 : 82)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    d. Kekurangan Metode Eksperimen Eksperimen juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain :

    1) memerlukan peralatan percobaan yang komplit,

    2) dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang

    memerlukan waktu yang lama,

    3) menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang

    berpengalaman dalam penelitian, dan

    4) kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada

    kesalahan menyimpulkan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:

    136-137).

    8. Prestasi Belajar Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian

    dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi

    belajar merupakan suatu masalah yang utama dalam sejarah kehidupan manusia

    karena sepanjang kehidupanya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

    kemampuan masing-masing. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia

    pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada

    manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah (Zainal Arifin 1990:

    2-3).

    a. Fungsi Prestasi Belajar Fungsi utama prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 3-4) antara lain:

    1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

    yang telah dikuasai anak didik.

    2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini

    didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi yang menyebut hal ini sebagai

    tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia,

    termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

    3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

    Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan

    balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

    4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

    pendidikan. Indikator intens dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan

    indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa

    kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.

    Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan

    indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa

    kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan

    masyarakat.

    5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

    (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan

    masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat

    menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

    b. Sistem Penilaian Prestasi Belajar Sistem penilaian prestasi belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek

    yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.

    1) Aspek kognitif

    Menurut Mulyati Arifin (1995: 24) aspek kognitif dapat berupa pengetahuan

    dan ketrampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk

    ilmiah antara lain fakta-fakta, konsep, prinsip, teori, dan penerapannya dalam

    kehidupan. Proses ilmiah antara lain pengamatan, pemahaman, aplikasi, anlisis, dan

    evaluasi. Sedangkan menurut Bloom, dkk dalam Aunurrahman (2009: 49), ranah

    kognitif terdiri dari enam tingkatan perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman,

    penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

    2) Aspek afektif

    Menurut Nana Sudjana (1991: 22) ranah afektif berkenaan dengan sikap

    yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

    organisasi dan internalisasi. Sedangkan dalam taksonomi Kaarthwohl dan Bloom

    yang dijelaskan dalam Aunurrahman (2009: 50) ranah afektif terdiri dari lima jenis

    perilaku, yaitu penerimaan, partsipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    pembentukan pola hidup. Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap,

    minat, konsep diri, nilai dan moral.

    3) Aspek psikomotor

    Menurut Anas Sudijono (2005: 57) ranah psikomotor adalah ranah yang

    berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

    memnerima pengalaman belajar tertentu. Ada tujuh kemampuan motorik menurut

    taksonomi Shimpson dalam Aunurrahman (2009: 52), yaitu persepsi, kesiapan,

    gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan,

    dan kreativitas.

    c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Muhibbin Syah (2006: 132-139) faktor yang mempengaruhi

    prestasi belajar siswa secara global dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

    1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa)

    Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni

    aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat

    rohaniah).

    a) Aspek fisiologis

    Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat

    kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat

    dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

    b) Aspek psikologis

    Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

    kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor

    psikologis siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah tingkat

    kecerdasan/inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa.

    2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)

    Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan disekitar siswa. Seperti faktor

    internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam yakni faktor

    lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

    a) Faktor lingkungan sosial

    Faktor lingkungan sosial meliputi sekolah, masyarakat dan keluarga siswa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    b) Faktor lingkungan non sosial

    Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan

    letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,

    keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

    3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

    Faktor pendekatan belajar (approach to learning) merupakan jenis upaya

    belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

    melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

    Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara

    faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari

    luar diri (faktor eksternal) individu. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas

    adalah minat belajar siswa, sedangkan faktor eksternalnya adalah metode

    pembelajaran.

    9. Materi Unsur, Senyawa, dan Campuran Materi Unsur, Senyawa dan Campuran merupakan diberikan pada siswa

    kelas VII semester gasal pada mata pelajaran IPA terpadu. Materi ini memiliki

    standar kompetensi untuk memehami mengenai Unsur, Senyawa dan Campuran.

    materi ini terdiri dari 3 sub-bab yaitu :

    a. Zat Tunggal b. Campuran c. Perbedaaan Unsur, Senyawa dan Campuran

    Unsur, senyawa dan campuran membahas mengenai pengertian dan

    perbedaan sifat zat-zat yang tergolong dalam Unsur , Senyawa dan Campuran.

    dalam prakteknya materi ini lebih menekankan pada penggolongan materi sekitar ke

    dalam unsur, senyawa dan campuran, bagaimana perbedaan sifat-sifat dari tiap

    golongan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu materi ini

    juga membahas mengenai penggolongan jenis campuran yang sering ditemui dalam

    kehidupan sehari-hari serta cara pengidentifikasiannya.

    Materi dapat berwujud padat, cair, atau gas. Materi padat memiliki bentuk

    dan volum yang tetap. Materi cair memiliki bentuk berubah-ubah mengikuti bentuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    wadahnya dan volumnya yang tetap, sedangkan materi gas memiliki bentuk dan

    volum yang berubah-ubah.

    Materi dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat tunggal dan campuran. Zat

    tunggal dapat berupa unsur dan senyawa, sedangkan campuran ada yang bersifat

    homogen, dan ada juga yang heterogen.

    a. Zat Tunggal Zat tunggal adalah materi yang seluruh bagiannya mempunyai susunan dan

    komposisi yang tetap. Zat tunggal tersusun atas satu jenis atom atau molekul. Contoh

    zat tunggal adalah air, gula, garam, dan besi. Zat tunggal dapat diklasifikasikan

    sebagai unsur dan senyawa.

    1) Unsur

    Zat tunggal yang hanya mengandung suatu jenis atom dinamakan unsur.

    Atom merupakan satuan terkecil penyusun unsur. Unsur dapat berwujud padat, cair,

    dan gas. Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain

    dengan reaksi kimia. Emas murni yang berkilau merupakan salah satu contoh unsur.

    Unsur emas tersusun atas atom-atom emas.

    Sampai saat ini telah diketahui lebih dari 114 unsur yang terdiri atas unsur

    alam sebanyak 92 unsur dan selebihnya merupakan unsur sintetis yang dibuat oleh

    manusia melalui reaksi inti. Beberapa contoh unsur alam yang dikenal sehari-hari

    adalah besi, aluminium, emas, perak, intan, oksigen, hidrogen, nitrogen, dan karbon

    (arang). Contoh unsur sintetis adalah kurium, nobelium, amerisium, berkelium, dan

    einsteinium.

    Unsur yang paling banyak di alam semesta adalah hidrogen dan helium.

    Sedangkan unsur yang paling banyak di kerak bumi adalah oksigen. Unsur-unsurpun

    tersebar da