perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id studi kelayakan

104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KELAYAKAN SEKOLAH DITINJAU DARI SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : DWI SETIANINGSIH K5108025 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Upload: others

Post on 19-Feb-2022

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STUDI KELAYAKAN SEKOLAH

DITINJAU DARI SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

DI KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

DWI SETIANINGSIH

K5108025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

STUDI KELAYAKAN SEKOLAH

DITINJAU DARI SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

DI KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2012

Oleh :

DWI SETIANINGSIH

K5108025

Skripsi

DiajukanuntukmemenuhisalahsatupersyaratanmendapatkangelarSarjanaPe

ndidikan Program StudiPendidikanLuarBiasa,

JurusanIlmuPendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli2012

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

# ”...Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Alloh ialah orang yang

paling bertakwa...”

( Terjemahan Al Qur’an Surat Al-Hujurat :13 )

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

Bapak dan IbukTerimakasih atas setiap jengkal perjuangan dan do’anya sehingga dapat

menghantarkan ananda sampai pada tahap sekarang ini

Kakak dan adikku, Basten dan ChaesarTerima kasih atas doa, kasih sayang dan semangat yang selalu kalian tularkan

padaku, melalui nasihat-nasihat dan juga kritikan untukku

Keluarga kecilku di “Kos Samuri”,dan lingkaran ukhuwah NajmaTerimakasih untuk doa, semangat dan keceriaan yang diberikan, senyum

semangat kalian yang membuatku bisa bertahan sampai sekarang

Sahabat-sahabat terbaikku, Arimbi dan RosidaTerimakasih untuk kebersamaan, nasihat, dan saling mengingatkan untuk

kebaikan

Seluruh Dosen PLB UNSTerimakasih atas ilmu dan bimbingan selama 4 tahun menuntut ilmu di UNS

Teman-teman PLB 2008Terimakasih atas semangat dan perjuangannya.

Segala apapun yang dilandasi dengan cinta, tidak akan ada kata sia-siakawan…SEMANGAT!

”Almamater”

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Dwi Setianingsih. STUDI KELAYAKAN SEKOLAH DITINJAU DARISARANA DAN PRASARANA PEDUKUNG PENYELENGGARAANPENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2012.Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas SebelasMaret Surakarta. Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan sebuah sekolah,ditinjau dari sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikaninklusif di Kabupaten Wonogiri tahun 2012, yang meliputi, sarana dan prasaranayang tersedia, sumberdaya yang ada, dan aksesibilitas yang sudah tersedia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitiandeskriptif dilakukan hanya untuk mendiskripsikan kondisi apa adanya, tanpamemberikan perlakuan terhadap subyek. Responden dalam penelitian iniberjumlah 682 Sekolah Dasar/Sekolah Luar Biasa/Madrasah Ibtidaiyah diKabupaten Wonogiri. Teknik pengumpulan data, dilakukan dengan angket untukmengetahui kelayakan sebuah sekolah ditinjau dari sarana dan prasaranapendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif. Data kuantitatif dianalisisdengan teknik deskripsi, sedangkan data kualitatif dianalisis dengan teknikanalisis kritis. Data yang sudah diperoleh, diawali dengan analisis deskriptifkuantitatif dalam menentukan prosentase jumlah anak berkebutuhan khusus,prosentase guru yang pernah berprofesi di bidang inklusif, selanjutnya data saranadan prasarana yang bersifat kualitatif disajikan dalam bentuk deskripsi untukmenggambarkan hasil dari analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak berkebutuhan khususdi Kabupaten Wonogiri sebanyak 1860 anak, jumlah guru adalah 6339 guru, dan412 orang guru yang pernah berprofesi di bidang inklusif atau 6,5%, sarana danprasarana yang tersedia, yaitu sarana untuk anak tunanetra, anak tunarungu, anaktunagrahita, anak tunadaksa, anak tunalaras, anak berbakat, anak berkesulitanbelajar. Aksesibilitas yang sudah tersedia yaitu puskesmas, rumah sakit, psikolog,dan 5 buah sekolah luar biasa dengan jarak tempuh yang bervariasi, dari 1 kmsampai dengan 35 km dari masing-masing sekolah.

Simpulan penelitian ini yaitu Kabupaten Wonogiri sudah cukup layakuntuk menyelenggarakan sekolah inklusi. Sekolah yang layak menyelenggarakanpendidikan inklusi ditinjau dari sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraanpendidikan inklusif, yaitu SD Batuwarno I, SDN IV Bulukerto, SDN I Tegalharjo,SDN III Girimarto, SDN II Rejosari, SDN III Gemawang, SDN I Sendangijo,SDN II Bulusari, SDN II Sukoharjo, dan SDN III Wonokerto.

Kata kunci : studi kelayakan, sekolah, sarana-prasarana inklusif, pendidikaninklusif

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT

Dwi Setianingsih. APPROPRIATENESS STUDY OF SCHOOL ANALYSEDFROM SUPPORTING MEANS AND INFRASTRUCTURE FOR THEIMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN WONOGIRI YEAROF 2012. Skripsi, Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education. SebelasMaret University. 2012

The goal of this research is to know the appropriateness of a school,analysed from supporting means and infrastructures for the implementation ofinclusive education in Wonogiri, year of 2012, including the availability ofsupporting means and infrastructure, human resources, and accessibility.

This research used quantitative descriptive approach. Descriptiveresearch was used to describe the real condition without giving any treatments tothe subjects. Respondents for this research were 682 elementary schools/ special-needs school/ Madrasah Ibtidaiyah (Elementary Boarding School) in Wonogiri.The tehchnique of collecting data was done by questionnaire to know theappropriateness of a school analysed from supporting means and infrastructuresfor the implementation of inclusive education. The numeric data were classified asthe quantitive data and then were analysed by critical analysis technique whileanalysed by description analysis. The resulted data firstly analysed by quantitativedescriptive analysis in order to determine the percentage of special children, thepercentage of teacher that have been work in inclusive education, then the dataabout supporting means and infrastructures which is in the type of qualitative datawere served in the form of description to portray the result of the qualitative dataanalysis.

The result of this research showed that the mount of special needschildren are 1860 childrens, the mount of teacher are 6336 teachers, and 412teachers that have been work in inclusive education or 6,5 %, the availability ofsupporting means and infrastructure, are supporting means and infrastructure forvisual impairment, hearing impairment, mentally retardation, physicallyimpairment, emotional disorder, giftedness an special talents, and learningdisability. The availability of accessibility are local goverment clinics, hospitals,psychologists, and 5 special needs school, with variously traveled distance,starting from 1 km to 35 m, from each schools.

The conclusion of this research that Wonogiri are appropriate as theinclusion school. The schools that appropriate as the inclusion schools are SDBatuwarno I, SDN IV Bulukerto, SDN I Tegalharjo, SDN III Girimarto, SDN IIRejosari, SDN III Gemawang, SDN I Sendangijo, SDN II Bulusari, SDN IISukoharjo, dan SDN III Wonokerto.

Keywords: appropriateness study, school, inclusive means and infrastructures,inclusive education.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

karunia, rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul Studi Kelayakan Sekolah Ditinjau dari

Sarana dan Prasarana Pendukung Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2012.

Skripsi ini disusun serta diajukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah memberikan izin

dalam melakukan penelitian;

2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan izin

dalam melakukan penelitian;

3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin

dalam melakukan penelitian;

4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;

5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus

sebagai pembimbing akademik, Drs. Hermawan, M.Si;

6. Sekertaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Priyono,S.Pd, M.Pd;

7. Bapak Ibu Dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan pengalaman serta ilmunya;

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

8. Prof. Drs. Sunardi, MSc, Ph.D selaku Pembimbing I atas bimbingan, saran,

dan nasehat yang diberikan sampai selesainya skripsi ini;

9. Drs. Maryadi, M.Ag, selaku Pembimbing II atas perhatian, kesabaran, dan

perbaikan-perbaikan yang bersifat membangun hingga terselesaikannya

skripsi ini;

10. Drs. Hermawan, M.Si, selaku pembimbing akademik atas perhatian dan

nasihat-nasihatnya.

11. Drs. Siswanto, M.Pd, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri,

yang telah memberi ijin penelitia.

12. Kepala sekolah seluruh SD/SLB/MI di Kabupaten Wonogiri, yang berkenen

mengisi angket yang disediakan oleh peneliti.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pihak yang

bersedia membacanya dan bagi penulis khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 24 Juli 2012

Penulis

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ vii

HALAMAN ABSTRAK................................................................................... viii

KATA PENGANTAR...................................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 3

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4

D. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Halaman

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 6

A. Kajian Teori ......................................................................................... 6

1. Tinjauan Tentang Pendidikan Inklusif………... ............................ 6

a. Pengertian Pendidikan Inklusif…………………………….... 6

b. Landasan Pendidikan Inklusif………………………………. 8

c. Tujuan Pendidikan Inklusif…………………………………. 14

d. Prinsip dan Karakteristik Inklusif…………………………… 16

e. Perkembangan Inklusif di Indonesia ……………………….. 17

f. Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di Indonesia…….. 19

2. Tinjauan Tentang Sarana dan Prasarana Inklusif…………... ........ 24

a. Sarana-Prasarana Umum ........................................................ 25

b. Sarana Khusus ........................................................................ 25

3. Tinjauan Tentang Pengelolaan Sarana dan Prasarana Inklusif ..... 41

B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 44

B. Metode Penelitian ................................................................................ 44

C. Sumber Data ........................................................................................ 45

D. Populasi dan Sampling .......................................................................... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 45

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Halaman

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 49

A. Deskripsi Lokasi................................................................................... 49

B. Deskripsi Temuan Penelitian ............................................................... 54

C. Pembahasan ......................................................................................... 83

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.......................................... 85

A. Simpulan .............................................................................................. 85

B. Implikasi ............................................................................................. 86

C. Saran ..................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87

LAMPIRAN .................................................................................................... 89

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Alur Kerangka Berfikir .......................................................... 43

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Urutan Waktu Penelitian ......................................................... 44

Tabel 4.1 : Daftar Nama Kecamatan di Kabupaten Wonogiri ................... 50

Tabel 4.2 : Daftar Jumlah SLB, TK dan SD, Guru dan Murid Diperinci

per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran

2007/2008 .......................................................................... 51

Tabel 4.3 : Daftar Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Menurut Status Guru dan Murid Diperinci

per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri

Tahun Anggaran 2007/2008 .................................................... 52

Tabel 4.4 : Daftar Jumlah Sekolah Menengah Umum Menurut Status

Guru dan Murid Diperinci per Kecamatan Di Kabupaten

Wonogiri Tahun Anggaran 2007/2008 .................................... 53

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Anak Berkebutuhan Khusus di Tiap

Kecamatan ………………………………………………….. 55

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Instrumen 1 .......................................................................... 91

Lampiran 2 : Instrumen 2 .......................................................................... 97

Lampiran 3 : Instrumen yang sudah diisi .................................................. 123

Lampiran 4 : Rekapitulasi data Anak Berkebutuhan Khusus di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 ....................................... . 177

Lampiran 5 : Rekapitulasi Data ABK, Data Sarana dan Prasarana Sekolah,

dan Tenaga Kependidikan, beserta rekomendasi di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 ....................................... 178

Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian....................................................... 181

Lampiran 7 : Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan c.q

Pembantu Dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta ........................ 182

Lampiran 8 : Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin Penyusunan

Skripsi/ Makalah. ................................................................. 183

Lampiran 9 : Permohonan Ijin Research / Try out Kepada Rektor

UNS di Surakarta ................................................................. 184

Lampiran 10 : Surat Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Wonogiri untuk Mengadakan Research / Try out................ 185

Lampiran 11 : Surat Keterangan Telah mengadakan research ................... 186

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-

Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB III

ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang

sama memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan

berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak

normal) dalam pendidikan.

Hak untuk mendapat pendidikan bukan hanya dilindungi dalam

Undang-undang satu negara, tetapi tercantum dalam Deklarasi Umum Hak-

hak Kemanusiaan 1948 (The 1948 Universal Declaration of Human Right),

kemudian diperbarui pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua,

tahun 1990 (The 1990 World Conference on Education for All) yang bertujuan

untuk meyakinkan bahwa hak tersebut adalah untuk semua, terlepas dari

perbedaan yang dimiliki oleh individu. Pada tanggal 7-10 Juni 1994,

diselenggarakan Konferensi Dunia tentang Pendidikan bagi Anak Luar Biasa

di Salamanca, Spanyol yang dihadiri oleh 92 negara dan 25 organisasi

internasional. Dalam konferensi tersebut dimantapkan komitmen tentang

Education for All, dan dikeluarkan Kerangka Kerja untuk Pendidikan Anak

Luar Biasa yang diharapkan dapat menjadi pegangan bagi setiap negara dalam

penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa. (I.G.A.K Wardani, Tati Hernawati,

Astati, 2007: 14).

Education for All (pendidikan untuk semua), itulah inti dari segala

bentuk kesepakatan-kesepakan dunia yang telah dibuat tersebut. Sehingga

semua sekolah harus siap dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif, baik

itu di perkotaan ataupun di desa sekalipun.

Dalam perkembangannya, pendidikan bagi anak berkelainan di

Indonesia secara formal dimulai sejak berdirinya Sekolah Luar Biasa (SLB).

Selama ini, pendidikan bagi anak berkelainan disediakan dalam tiga macam

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Berkelainan (SLB), Sekolah Dasar Luar

Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu.

SLB, sebagai lembaga pendidikan khusus tertua, menampung anak

dengan jenis kelainan yang sama, sehingga ada SLB Tunanetra, SLB

Tunarungu, SLB Tunagrahita, SLB Tunadaksa, SLB Tunalaras, dan SLB

Tunaganda. SLB-SLB ini dikelola secara khusus dan terpisah dengan

pendidikan pada umumnya. Pengelolaan ini kita kenal dengan sistem

segregrasi atau terpisah.

Sedangkan SDLB menampung berbagai jenis anak berkelainan,

sehingga di dalamnya mungkin terdapat anak tunanetra, tunarungu,

tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan/atau tunaganda.

Sedangkan pendidikan terpadu atau inklusif merupakan suatu

perkembangan paradigma yaitu sekolah biasa yang juga menampung anak

berkelainan, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar

mengajar yang sama.

Pendidikan inklusif seyogyanya merupakan pendidikan yang

menghendaki layanan pendidikan untuk memenuhi semua kebutuhan akan

pendidikan semua peserta didik tanpa membedakan kondisi fisik, mental,

emosi, status sosial, ekonomi, ras, agama, dan lain-lain dalam setting yang

sama.

Namun selama ini pelaksanaan pendidikan terpadu atau inklusif ini

masih perlu dioptimalkan dalam rangka mewujudkan tujuan dari pendidikan

inklusif itu sendiri, yakni pemenuhan kebutuhan akan pendidikan semua

peserta didik tanpa membedakan kondisi fisik, mental, emosi, status sosial,

ekonomi, ras, agama, dan lain-lain dalam setting yang sama.

Sehingga perlu ditinjau lebih jauh mengenai kelayakan sebuah sekolah

dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusif ini. Hal ini sangat erat

kaitannya dengan prevalensi anak berkebutuhan khusus di suatu daerah,

kelengkapan sarana dan prasarananya, maupun sikap masyarakat terhadap

keberadaan anak berkebutuhan khusus ini di sekitar mereka.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Kelayakan sebuah sekolah dalam rangka penyelenggaraan sekolah

inklusif ini, secara konkrit dapat dilihat dari sarana dan prasarana pendukung

dalam penyelenggaraan sekolah inklusif. Karena dalam memulai

penyelenggaraan sekolah inklusif, perlu adanya sarana dan prasarana yang

mendukung penyelenggaraan sekolah inklusif.

Wonogiri merupakan sebuah daerah yang sudah memiliki beberapa

sekolah inklusif, namun perlu ditinjau juga sekolah-sekolah yang lainnya

dalam rangka kesiapannya dalam penyelenggaraan sekolah inklusif ditinjau

dari sarana dan prasarana pendukung pendidikan inklusif.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dan mengkaji lebih lanjut ke dalam skripsi dengan judul “Studi

Kelayakan Sekolah Ditinjau Dari Sarana Dan Prasarana Pendukung

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Di Kabupaten Wonogiri Tahun

2012”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Perlunya alternative layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,

yaitu dengan pendidikan inklusif.

2. Dalam rangka penyelenggarakan pendidikan inklusif, diperlukan beberapa

data untuk mengetahui kelayakan suatu daerah dalam rangka

penyelenggaraan pendidikan inklusif di daerah Wonogiri.

3. Diperlukan data jumlah anak berkebutuhan khusus di daerah Wonogiri.

4. Diperlukan studi kelayakan sekolah ditinjau dari sarana dan prasarana

pendukung pendidikan inklusif yang sudah ada di daerah Wonogiri.

5. Diperlukan data terkait sikap masyarakat terhadap ABK di daerah

Wonogiri.

6. Diperlukan data terkait sikap siswa normal terhadap ABK di daerah

Wonogiri.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dipaparkan di atas,

dilakukan pembatasan masalah, yang terkait dengan identifikasi masalah,

yaitu:

1. Sarana apa saja yang sudah tersedia?

2. Bagaimana sumber daya manusianya?

3. Aksesibilitas apa saja yang sudah ada?

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat di rumuskan

adalah: “Apakah sekolah-sekolah di Kabupaten Wonogiri sudah memenuhi

ketentuan menjadi sekolah inklusif, ditinjau dari sarana dan prasarana

pendukung pendidikan inklusif di kabupaten Wonogiri tahun 2012“?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan

sekolah ditinjau dari sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan

pendidikan inklusif di Kabupaten Wonogiri tahun 2012.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah

bertambahnya reverensi menuju perkembangan pendidikan inklusif

khususnya dalam tahap awal dalam menyelenggarakan sekolah inklusif.

Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu wacana atau

referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang

lebih kompleks.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui sarana dan prasarana apa

saja yang sudah ada di Kabupaten Wonogiri dalam rangka

menyelengarakan pendidikan inklusif.

b. Dapat digunakan sebagai bahan untuk melengkapi data-data yang

diperlukan untuk penyelengaraan pendidikan inklusif.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Pendidikan Inklusif

a. Pengertian Pendidikan Inklusif

“Inklusi dari kata bahasa Inggris, yaitu inclusion, yang

mendiskripsikan sesuatu yang positif dalam usaha-usaha menyatukan

anak-anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan

komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh” (Smith,

2006:45).

Bersadarkan Toolkit LIRP atau Lingkungan Inklusif Ramah

Pembelajaran (UNESCO 2007:1,1), memberikan batasan yang lebih luas.

‘Inklusi’ berarti mengikutsertakan anak berkelainan seperti anakyang memiliki kesulitan melihat, mendengar, tidak dapat berjalan,lamban dalam belajar. Secara luas ‘inklusi’ juga berarti melibatkanseluruh peserta didik tanpa terkecuali, seperti :1) Anak yang menggunakan bahasa ibu, dan bahasa minoritas

yang berbeda dengan bahasa pengantar yang digunakan didalam kelas;

2) Anak yang beresiko putus sekolah karena korban bencana,konflik, bermasalah dalam sosial ekonomi, daerah terpencil,atau tidak berprestasi dengan baik;

3) Anak yang berasal dari golongan agama atau kasta yangberbeda;

4) Anak yang sedang hamil;5) Anak yang beresiko putus sekolah karena kesehatan tubuh yang

rentan atau penyakit kronis, seperti asma, kelainan jantungbawaan, alergi, bahkan yang terinveksi virus HIV dan AIDS;

6) Anak yang berusia sekolah tetapi tidak bersekolah (hlm. 1).

Inklusi dapat pula berarti bahwa tujuan pendidikan bagi siswa yang

memiliki hambatan adalah, keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak

dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh. Inklusi dapat berarti

penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum,

lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi) sekolah. Fuch dan

Fuchs dalam Smith (2006:45) mengemukakan sebagian banyak

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

menggunakan istilah inklusif sebagai banner untuk menyerukan “full

iclusion” atau “uncompromising inclusion”, yang berarti penghapusan

pendidikan khusus.

Selanjutnya dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan

Terpadu/Inklusi, (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004:6) menyebutkan

bahwa:

Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari modelpendidikan bagi anak berkelainan yang secara formal kemudianditegaskan dalam pernyataan Salamanca pada Konferensi Duniatentang Pendidikan Berkelainan bulan Juni 1994 bahwa “prinsipmendasar dari pendidikan inklusi adalah: selama memungkinkan,semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandangkesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.”

Stainback dan Stainback, 1990 dalam buku Modul Training of

Trainer (ToT) Pendidikan Inklusif (Departemen Pendidikan Nasional,

2009:3) mengemukakan bahwa sekolah inklusif adalah sekolah yang

menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan

program pendidikan yang layak, menantang tetapi seusia dengan

kemampuan dan kebutuhan setiap siswa. Lebih dari itu sekolah inklusif

juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari

kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya,

maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya terpenuhi.

Menurut permendiknas No. 70 tahun buku Modul Training of Trainer(ToT) Pendidikan Inklusif (Departemen Pendidikan Nasional, 2009:4)pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraanpendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didikyang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/ataubakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalamlingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik padaumumnya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untukmemberikan kesempatan yang seluas-luasnya dan mewujudkanpenyelenggaraan yang menghargai keanekaragaman, dan tidakdiskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasandan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutusesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan inklusif, dapat ditarik

kesimpulan bahwa yang dimaksud pendidikan inklusif adalah sistem

layanan pendidikan yang menerima semua peserta didik tanpa terkecuali,

dengan menekankan pada pemenuhan hak setiap peserta didik, baik anak

berkebutuhan khusus maupun anak lainnya (normal), dalam rangka

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

b. Landasan Pendidikan Inklusif

Berdasarkan buku Modul Training of Trainer (ToT) Pendidikan

Inklusif (Departemen Pendidikan Nasional, 2009: 5-11), penerapan

pendidikan inklusif di Indonesia mempunyai landasan filosofis, yuridis,

pedagogis dan empiris yang kuat.

1) Landasan filosofis

Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di

Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-

cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut

Bhineka Tunggal Ika (Mulyono Abdulrahman, 2006:6). Filsafat ini

sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik kebhinekaan

vertikal maupun horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai

umat Tuhan di bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan

kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, kepangkatan,

kemampuan pengendalian diri, dsb. Sedangkan kebhinekaan horizontal

diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama,

tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dsb. Karena berbagai

keberagaman namun dengan kesamaan misi yang diemban di bumi ini,

misi menjadi kewajiban untuk membangun kebersamaan dan interaksi

yang dilandasi dengan rasa saling membutuhkan.

Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, kelainan (kecacatan

atau kebutuhan khusus) dan keberbakatan hanyalah satu bentuk

kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa budaya, atau

agama. Di dalam diri individu berkelainan pastilah dapat ditemukan

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri individu

berbakat pasti terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak hanya

makhluk di bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan

keunggulan tidak memisahkan peserta didik satu dengan lainnya,

seperti halnya perbedaan suku, bahasa, budaya, atau agama. Hal ini

harus diwujudkan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan harus

memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar siswa yang

beragam, sehingga mendorong sikap silih asah, silih asih, dan silih

asuh dengan semangat toleransi seperti halnya yang dijumpai atau

dicita-citkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pandangan agama (khususnya Islam) antara lain ditegaskan

bahwa: (1) manusia dilahirkan dalam keadaan suci, (2) kemuliaan

seseorang dihadapan Tuhan (Allah) bukan karena fisik, karena

taqwanya, (3) Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali

kaum itu kecuali kaum itu sendiri, (4) manusia diciptakan berbeda-

beda untuk saling silaturahim (‘inklusif’).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka landasan pendidikan

inklusif secara filosofos yaitu pendidikan inklusif adalah implementasi

pendidikan yang berwawasan multikultural yang dapat membantu

peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain yang

berbeda suku, budaya, nilai, kepribadian dan keberfungsan fisik

maupun psikologis.

2) Landasan Yuridis

Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusif

adalah Deklarasi Salamanca UNESCO, 1994 dalam (UNESCO

2007:31) oleh para menteri pendidikan sedunia. Deklarasi ini

sebenarnya penegasan kembali atas Deklarasi PBB tentang HAM

tahun 1948 dan berbagai deklarasi lanjutan yang berujung pada

Peraturan Standar PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama

bagi individu berkelainan memperoleh pendidikan sebagai bagian

integral dari sistem pendidikan yang ada. Deklarasi Salamanca

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menekankan bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya

belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan

yang mungkin ada pada mereka. Sebagai bagian dari umat manusia

yang mempunyai tata pergaulan internasional, Indonesia tidak dapat

begitu saja mengabaikan deklarasi UNESCO tersebut.

Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusif dijamin oleh

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yang dalam penjelasannya menyebutkan bahwa

penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau

memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara inklusif atau

berupa sekolah khusus. Teknis penyelenggaraannya tentunya akan

diatur dalam bentuk peraturan operasional.

UUD 1945 (amandemen)

Pasal 28b Ayat (2) : Setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup,

tumbuh, dan berkembang serta berhak atasperlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

c Ayat (1) : Setiap orang berhak mengembangkan diri melaluipemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatpendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmupengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demimeningkatkan kualitas hidupnya dan demikesejahteraan umat manusia

f : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi danmemperoleh informasi untuk mengembangkan pribadidan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah danmenyampaikan informasi dengan menggunakan segalajenis saluran yang tersedia

h Ayat (1) : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkunganhidup yang baik dan sehat serta berhak memperolehpelayanan kesehatan

i Ayat (2) : Setiap orang berhak bebas dari pengakuan yang bersifatdiskriminatif atas dasar apapun dan berhakmendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yangbersifat diskriminatif

j Ayat (2) : Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiaporang wajib tunduk kepada pembatasan yangditetapkan dengan undang-undang dengan maksud

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

semata-mata untuk menjamin pengakuan sertapenghormatan atas hak dan kebebasan orang lain danuntuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai denganpertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, danketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis

Pasal 31Ayat (1) : Setiap warga negara berhak mendapat pendidikanAyat (2) : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar

dan pemerintah wajib membiayainya.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

Pasal 3 : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pasal 5Ayat (1) : Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutuAyat (2) : Warga negara yang mempunyai kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhakmemperoleh pendidikan khusus

Ayat (3) : Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang sertamasyarakat adat yang terpencil berhak memperolehpendidikan layanan khusus

Ayat (4) : Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan danbakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pasal 32Ayat (1) : Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikutiproses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasandan bakat istimewa.

Ayat (2): Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagipeserta didik didaerah terpencil atau terbelakang,masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalamibencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu darisegi ekonomi.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 48 : Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasarminimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak.

Pasal 49 : Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajibmemberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anakuntuk memperoleh pendidikan.

Pasal 50 : Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 48diarahkan pada:a) Pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian

anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampaimencapai potensi mereka yang optimal;

b) Pengembangan penghormatan atas hak asasi manusiadan kebebasan asasi;

c) Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua,identitas budaya, bahasa dan nilai-nilainya sendiri,nilai-nilai nasional dimana anak bertempat tinggal, darimana anak berasal, dan peradaban-peradaban yangberbeda-beda dari peradaban sendiri;

d) Persiapan anak untuk kehidupan yangbertanggungjawab; dan

e) Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadaplingkungan hidup.

Pasal 51: Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikankesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperolehpendidikan biasa dan luar biasa

Pasal 52: Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan danaksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus

Pasal 54 : Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungidari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelolasekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yangbersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.

UU No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat

Pasal 5 : Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan

yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan

PP No. 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan

Pasal 2Ayat (1) : Lingkup stadart nasional meliputi:a. Standar isib. Standar prosesc. Standar kompetensi kelulusand. Standar pendidikan dan kependidikan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

e. Standar sarana dan prasaranaf. Standar pengelolaang. Standar pebiayaan danh. Standar penlaian pendidikan

Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas

No.380/C.C6/MN/2003 20 Januari 2003, perihal pendidikan inklusif :

menyelenggarakan dan mengembangkan di setiap kabupaten/kota

sekurang-kurangnya 4 (empat ) sekolah yang terdiri dari : SD, SMP,

SMA, SMK.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 70 tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik

yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau

Bakat Istimewa.

3) Landasan Pedagogis

Pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional, disebutkan bahwa tujuan pendidikan

nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Jadi, melalui

pendidikan, peserta didik berkelainan dibentuk menjadi warganegara

yang demokratis dan bertanggungjawab, yaitu individu yang mampu

menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini

mustahil tercapai sejak awal mereka diisolasikan dari teman sebayana

di sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya, mereka harus diberi

kesempatan bersama teman sebayanya.

4) Landasan Empiris

Menurut Heller, Holzman & Messick, (dalam Smith) 2006:198,

bahwa

Penelitian tentang inklusif telah banyak dilakukan di Negara-negara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskalabesar dipelopori oleh the Nasional Academy of Sciences

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(Amerika Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasidan penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempatkhusus tidak efektif dan diskriminatif.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulan bahwa

landasan pendidikan inklusif di Indonesia, yaitu landasan filosofis,

landasan yuridis, landasan pedagogis, dan landasan empiris.

c. Tujuan Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif bertujuan untuk memastikan bahwa semua

anak memiliki akses terhadap pendidikan yang terjangkau, efektif, relevan

dan tepat dalam wilayah tempat tinggalnya. Pendidikan ini berawal dalam

rumah bersama keluarga dan diterapkan juga dalam pendidikan formal,

non formal serta semua jenis pendidikan yang berbasis masyarakat.

(“What is Inclusive Education – Concept Sheet”, Sue Stubbs, Save the

Children-UK)

Dengan adanya anak bekebutuhan khusus tentulah diperlukan

usaha untuk mengakomodir peserta didik dengan mempunyai kemampuan

yang berbeda pada anak normal pada umumnya di sekolah reguler,

sehingga dapat berkembang secara wajar sebagaiman pada umumnya.

Menurut Foreman yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman

(2001:35), terdapat tiga alasan penting perlunya pendidikan inklusif

dilaksanakan, yaitu :

1) Hasil-hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa sekolahkhusus atau sekolah luar biasa memberikan kemampuan sosialdan akademik yang lebih baik bagi siswa yang menyandangketunaan bila dibandingkan dengan sekolah reguler, terutamabagi siswa yang tergolong cacat ringan

2) Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dapatmemperoleh keuntungan dari sekolah inklusif, meskipunmereka tergolong cacat berat dan cacat ganda

3) Telah diterima secara luas tentang hak semua orang untukberpartisipasi penuh dalam arus utama kehidupan masyarakat(The mainstream community)

Dengan adanya pendidikan inklusif mempunyai beberapakeistimewaan, seperti:

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Anak diperlakukan seperti apa adanya, tidak membedakan darimana ia berasal atau status sosial, suku, agama, hingga bias jender.Adanya sekolah regular yang juga memberikan kesempatan bagianak untuk mengembangkan kemampuan mereka secara lebihoptimal. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa belumtentu anak yang mempunyai keterbatasan kemampuan, misalnyacacat secara fisik tetapi mempunyai kemampuan berfikir samaseperti halnya anak normal atau bahkan dapat pula mempunyaikemampuan intelektual yang lebih. Kurikulum yang berfokus padaanak ini merupakan kurikulum yang mampu mewadahi dariberbagai kemampuan mereka yang mana kurikulum tersebutdimodifikasi menjadi kurikulum berdiferensiasi. Sistem penataanguru yang menggunakan sistem guru kelas akan mempermudahdalam memberikan layanan. Proses belajar mengajar yang selalumelibatkan anak akan memberikan makna dalam memori otak sertamenjadikan mereka lebih berinteraktif.Dengan adanya keterlibatan tersebut akan menjadikan anakmempunyai kepercayaan diri yang positif terhadap dirinya sendiri.Kelebihan program inklusif yang lain adalah lingkungan belajartidak membatasi anak tetapi melibatkan semua anak, sehingga anakbukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual merekatetapi juga emosional. Unsur kesinambungan akan terbentuk darikesekian proses yang dijalani anak, dari mereka belajar bersamatanpa memisahkan atau mengkotak-kotakkan. Memberikankesempatan berpartisipasi yang sama kepada semua anak. Hal yanglain adalah hak setiap anak dalam pendidikan diakui dandiaktualisasikan dalam kelas melalui pembelajaran sehari-hari.

Menurut Ahuja Anupam (2004:4), pendidikan inklusif mempunyai

tujuh maksud, yaitu :

1) Pendidikan inklusif merupakan strategi untuk memperbaiki systempendidikan yang ekslusif

2) Pendidikan inklusif berkaitan dengan upaya untuk mengurangi ataumenghilangkan penghalang terhadap akses, partsipasi, danpembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus

3) Pendidikan inklusif sebagai upaya untuk memenuhi hak atas perlakuanyang sama bagi semua anak (non diskriminasi)

4) Pendidikan inklusif mendorong sistem pendidikan dan persekolahanagar lebih terpusat peserta didik, fleksibel, dan ramah terhadapperbedaan

5) Pendidikan inklusif memungkinkan anak untuk belajar dan hidupbersama sebagai langkah awal yang diperlukan untuk mencapaimasyarakat yang lebih toleran dan demokratis.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

6) Pendidikan inklusif menghargai hak setiap anak untuk menjadi bagiandari kehidupan umum tanpa memandang latar belakang sosio ekonomidan ciri-ciri pribadinya.

7) Pendidikan inklusif adalah hak asasi manusiaSelain itu dengan adanya pendidikan inklusif akan memberikankesempatan bagi anak untuk mengikuti dan mengembangkan yangdimiliki seoptimal mungkin, bahkan akan memberikan peluang bagianak berkebutuhan khusus untuk mengintegrasikan diri ke dalamlingkungan masyarakat pada umumnya. Hal yang juga merupakanpemikiran bahwa adanya pendidikan inklusif akan mempermudahmemberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khususyang keberdaannya menyebar di berbagai daerah, yang tidakberkesempatan mengikuti pendidikan di sekolah luar biasa (SLB).Dengan adanya tujuan ini akan semakin mendukung pengembangansekolah masyarakat yang ramah anak, demokratis, transparan, sertabertoleransi, sehingga akan merangkul keberagaman, kreativitas dankebebasan berekspresi bagi setiap anak, remaja dan orang dewasatanpa memandang gender, kemampuan, kecacatan dan latar belakang,etnis, budaya, agama, sosial serta ekonomi.

Berdasarkan penjelasan diatas, pendidikan inklusif memiliki tujuan

untuk memenuhi hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan, sehingga

dengan kondisi anak yang beragam, sekolah harus bisa mengakomodasi

setiap kebutuhan anak yang homogen.

d. Prinsip dan Karakteristik Inklusif

Sunardi (2003:3) mengutip lima profil pembelajaran di sekolah

inklusif yang dikemukakan oleh Sapon-Shevin sebagai berikut :

1) Pendidikan inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunikasikelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargaiperbedaan. Guru mempunyai tanggungjawab menciptakan suasanakelas yang menampung semua anak secara penuh dengan menekankansuasana dan prilaku social yang menghargai perbedaan yangmenangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial, ekonomi, suku, agamadan senagainya.

2) Pendidikan inklusif berarti penerapan kurikulum yang multilevel danmultimodalitas. Mengajar kelas yang memang dibuat heterogenmemerlukan perubahan kurikulum secara mendasar. Guru di kelasiklusif secara konsisten akan bergeser dari pembelajaran yang kaku,berdasarkan buku teks ke pembelajaran yang banyak melibatkanbelajar kooperatif, tematik, berpikir kritis, pemecahan masalah, danassesmen secara autentik

3) Pendidikan inklusif berarti menyiapkan dan mendorong guru untukmengajar secara interaktif. Perubahan dalam kurikulum berkaitan erat

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dengan perubahan metode pembelajaran. Model kelas tradisionaldimana seorang guru secara sendirian berjuang untuk dapat memenuhikebutuhan semua anak di kelas harus diganti dengan model murid-murid bekerjasama, saling mengajar, dan secara aktif berpartisipasidalam pendidikannya sendiri dan pendidikan teman-temannya. Kaitanantara pembelajaran kooperatif dan kelas inklusif sekarang jelas;semua anak berda di satu kelas bukan untuk berkompetisi, tetap salingbelajar dari yang lain

4) Pendidikan inklusif berarti penyediaan dorongan bagi guru dankelasnya secara terus menerus dan penghapusan hambatan yangberkaitan dengan isolasi profesi. Meskipun guru selalu dikelilingi olehorang lain, pekerjaan mengajar dapat menjadi profesi yang terisolasi.Aspek terpenting dari pendidikan inklusif meliputi pengajaran dengantim, kolaborasi dan konsultasi, dan berbagai cara mengukurketrampilan, pengetahuan, dan bantuan individu yang bertugasmendidik sekelompok anak. Kerjasama tim antara guru dengan profesilain diperlukan, seperti para professional, ahli bina bahasa dan wicara,petugas bimbingan, dan sebagainya. Meskipun untuk dapatbekerjasama dengan orang lain secara baik memerlukan pelatihan dandorongan agar kerjasama yang diinginka secara yata dapat terwujud.

5) Pendidikan inklusif berarti melibatkan orangtua secara bermaknadalam proses perencanaan. Pendidikan inklusif sangat tergantugkepada masukan orangtua pada pendidikan anaknya, misalnyaketerlibatan merak dalam penyusunan program pengjaran individual.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip

dan karakteristik inklusif yaitu komunikasi yang efektif dengan semua

pihak yang terkait, penerapan kurikulum yang sesuai/ modifikasi

kurikulum, dan kolaborasi dari semua pihak, tanpa memandang status

keprofesian.

e. Perkembangan Inklusif di Indonesia

Berdasarkan buku Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya

Lokal (Budiyanto, 2005: 1) bahwa

di Indonesia, praktek penyelengaraan pendidikan bagi anak luarbiasa sejak tahun 1901 telah diselenggarakan oleh Lembaga-Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) maupun kelompok-kelompokkeagamaan. Pemerintah (Dekdikbid) baru mulai mengambil peransecara nyata pada tahun 1980-an dalam bentuk pendirian sekolahdasar luar biasa (SDLB), dimana anak-anak luar biasa dididikbersama dalam satu sekolah, namun secara nyata masih terpisahdengan anak-anak normal (segregratif). Filosofi yang melandasibahwa mereka memiliki kelainan (exceptional), maka harus

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

diberikan layanan khusus secara terpisah pula. Kedua jenis sekolahtersebut (SLB dan SDLB) disorot masih bernuansa diskriminatif,tidak humanistik, dan bertentangan dengan niai-nilai hak asasimanusia (HAM).

Pada pertangahan tahun 1980-an, Yayasan Helen Keller

Internasional (HKI) mensponsori berdirinya sekolah terpadu

(mainstreaming) terutama bagi anak tunanetra bekerjasama dengan

pemerintah. Filosofi yang melandasi adalah mendekatkan anak cacat

dengan dunia nyata; yaitu masyarakat umum secara luas.

Nasichin, dalam (Budiyanto, 2005: 4-7), membagi perkembangan

pendidikan luar biasa di Indonesia dalam tiga tahapan, yaitu tahapan

transisi (1945-1965), tahapan perintisan (1955-1975), dan tahapan

pengembangan (1975-1995).

Tahapan Transisi (1945-1965)Titik berat dalam tahapan ini ialah menemukan pijakan filosofis-

ideologis sebagai konsekuensi beralihnya pendidikan sistem colonial kesystem Indonesia Merdeka yang bedasarkan Pancasila dan Undang-undangDasar 1945, dari segi teknis edukatif.

Dengan berlakunya Undang-undang Pendidikan dan PengajaranNo. 12 tahun 1954 di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, dantersedianya guru-guru lulusan SGPLB angkatan I dan II yang disebarkanke berbagai propinsi. Meskipun terbatas jumlahnya dapat memotivasimasyarakat untuk tidak hanya memperhatikan pendidikan bgi anak-anakbiasa saja, tetapi juga perlu menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anakluar biasa. Hal ini terbukti pada tahun 1958 telah didirikan beberapaYayasan Pendidikan luar Biasa di berbagai profinsi yang mengelola SLB-SLB yang baru.Tahapan Perintisan (1955-1975)

Sebagai perintisan pengembangan Pendidikan Luar Biasa diPerguruan Tinggi, maka pada tahun akademik 1964/1965 IKIP Bandungmembuka jurusan Pendidikan Luar Biasa, untuk menyediakan tenaga-tenaga guru bagi lapangan pendidikan luar biasa. Langkah IKIP Bandungini diikuti oleh IKIP Yogyakarta, IKIP Jakarta, UNS Surakarta. Demikianpula dibuka SGPLB baru selain di Bandung pemerintah membuka SGPLBbaru di Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya.Tahapan Pengembangan (1975-1995)

Sejalan dengan semakin meningkatnya perhatian masyarakatterhadap anak luar biasa, jumlah anak yang teridentifikasi juga semakinmeningkat jumlahnya. Dengan dicanangkannya Wajib Belajar bagi anak-

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

anak usia sekolah (6-12 tahun), Pemerintah melalui Instruksi Presiden No.4 tahun 1982, pemerintah membuka 200 SDLB yang tersebar di kota-kotamaupun Kabupaten.

Perintisan dan uji coba sekolah terpadu terjadi pada pertengahantahun 80-an, bekerjasama dengan Yayasan Helen Keller Internasional(HKI). Pada tahap awal sasaran dikhususkan pada anak tunanetra. Padatahapan berikutnya kaum akademisi mulai mengkritisi akan rendahnyamutu layanan pendidikan di Indonesia termasuk di dalamnya adalah PLB.Program aktual dalam upaya peningkatan mutu PLB tersebut ditandaidengan diadakannya penataran-penataran maupun pelatihan-pelatihan bagipara guru SLB, maupun tenaga administrator PLB secara nasional, sertapeningkatan kualitas guru SLB setara S1. Pada sisi lain pada tahun 1995lembaga SGPLB di alih fungsikan dan/atau ditingkatkan kualifikasinyamenjadi S1 pada perguruan tinggi terdekat.

Legitimasi posisi PLB di Indonesia menjadi lebih kokoh denganditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989tetang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana pelaksanaannyadikeluarkan Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1991 tentang PendidikanLuar Biasa pada tanggal 31 Desember 1991.

Kerjasama dengan Lembaga-Lembaga lain baik pada skalaNasional, Regional, maupun Internasional juga semakin ditingkatkanseperti dengan (DNIKS, HKI, BRAILLO, UNICEF dan sebagainya).

Menurut pendapat diatas, perkembangan inklusif di Indonesia

meliputi beberapa tahapan, yaitu tahapan transisi, tahapan perintisan, dan

tahapan pengembangan.

f. Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di Indonesia

Berdasarkan buku Petunjuk Pedoman Pelaksanaan Dan

Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu Atau Inklusif yang diterbitkan oleh

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Departemen Pendidikan Nasional,

2004: Jilid 1-7), terdapat komponen-komponen yang perlu dipersiapkan

dari sekolah yang membuka program inklusif, seperti:

1) Input siswaKemampuan awal dan karakteristik siswa menjadi acuanutama dalam mengembangkan kurikulum dan bahan ajar sertapenyelenggaraan proses belajar-mengajar. Implikasi yang perudiperhatikan dari skeolah yang membuka program inklusifyaitu adanya sasaran pserta didik yang berkelainan untukmengikuti kelas regular bersama siswa normal lainnya. Dalamproses penentuan dilaksanakan penjaringan bagi siswa itusendiri yang disebut identifikasi, yang mana diperlukan untukpenempatan mereka kelak jika diterima yaitu beruma

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

assessment. Dan pada kegiatan ini pula ditentukan tim yangterlibat dalam proses penentuan diterima atau tidaknya ABK.

2) KurikulumKurikulum atua bahan ajar yang dikembangkan hendaknyamengacu pada kemampuan awal dan karakteristik siswa.Dengan implikasi berupa model kurikulum (bahan ajar) untukkemampuan anak yag beragam dalam kels regular atau yangdisebut dengan kurikulum berdiferensiasi. Dalam kurikulumberdiferensiasi terdapat modifikasi bagi anak sesuai dengankebutuhan khusus mereka, sehingga perlu pula diperhatikanpenentuan tim untuk mengembangkan dan bagaimanapengembangannya.

3) Tenaga kependidikanTenaga kependidikan (guru atau instruktur atau pelatih atautherapist dsb) yang mengajar hendaknya memiliki kualifikasiynag dipersyaratkan yaitu memiliki pengetahuan,keterampilan, dan sikap tentang materi yang akan diajarkan,atau dilatihkan, dan memahami karakteristik siswa. Agarsekolah berhasil dalam pengembangan inklusif perluditentukan siapa sajakah tenaga kependidikan yang terlibat danperan mereka masing-masing dengan kualifikasi danpersyaratan yang ada. Misalnya guru pembimbing khususdengan kualifikasi lulusan pendidikan luar biasa yangdisesuaikan dengan kebutuhan khusus siswa di sekolah rintisantersebut dengan ABK low vision, sekolah memiliki persyaratanyaitu bagi guru kualifikasi PLB dengan stressing A (AnakTunanetra).

4) Sarana-prasarana dan lingkungan pendukungSarana-prasarana hendaknya disesuaikan denga tuntutankurikulum atau bahan ajar yang telah dikembangkan, denganpemikiran lain berupa penentuan prasarana apa yangdiperlukan begitu pula sarananya. Sarana fisik yangmendukung ABK agar mobilitas mereka tidak terganggu danmengaami hambatan dalam berorientasi. Hal ini berkaitan eratdengan lingkungan pendukung dari sekolah yang dibentuk.Agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan makalingkungan belajar dibuat sedemikian rupa sehingga prosesbelajar-mengajar dapat berlangsung secar aaman dan nyaman.Sekolah rintisan inklusif yang telah ditentukan tentu sajadengan mempertimbangkan beberapa hal, antaa lain:lingkungan sekitarnya, upaya yang dilakukan dalam rangkapeningkatan mutu pendidikan di sekolah rintisan inklusif.

5) Manajemen/ Pengelolaan sekolah dan pendanaanPenyeleggara pendidikan inklusif memerlukan manajemenyang berbeda dengan sekolah regular. Agar dapat berjalanoptimal diperlukan pengaturan yang tepat. Perlu utk sekolah

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

membentuk tim pengelola pengembang inklusif dari bidangapa daja yang terlibat serta tugas dan fungsinya masing-masing.Dalam bidang pendanaan penyelenggaraan pendidikan inklusifdi sekolah regular diperlukanyya dukungan dana yangmemadai. Utuk itu dapat ditanggung bersama antarapemerintah, masyarakat, dan orang tua siswa, serta sumbangansuka rela dari berbagai pihak. Kerangka yang perludikembangkan suatu sekolah dengan layanan program inklusifadalah sumberdaya yang diperoleh agar dapatmengoperasionalkan dan keperluan apa saja dalampenyelenggaraannya.

6) Proses belajar-mengajarProses belajar-mengajar lebih banyak memberikan kesempatanbelajar kepada siswa melalui pengalaman nyata. Perencanaanapa yang perlu dipersiapkan dalam KBM dan pelaksanaannyaserta evaluasi yang diberikan pada siswa berkebutuhan khususatau siswa normal lainnya.

Kesiapan sebuah sekolah untuk kelas inklusif diperlukan

penyatuan yang lebih besar pada siswa-siswa penyandang hambatan agar

berhasil. Hal tersebut diperlukan bagi semua pihak berkepentingan, baik

siswa berkebutuhan khusus, orang tua, sekolah, maupun stage holder.

Schultz dalam Smith (2006:399) telah menemukan 10 kategori utama

kesiapan yang merupakan prasyarat bagi sekolah yang lebih ramah dan

inklusif. Schultz yakin masing-masing sifat ini harus jelas jika sekolah

ingin benar-benar menjadi lingkungan pembelajaran yang inklusif, seperti:

1) Sikap (attitudes)Administrator harus percaya bahwa inklusif yang lebih besar

akan menghasilkan proses pengajaran dan pembelajaran yangmeningkat bagi semua orang.

2) Persahabatan (relationship)Persahabatan dan kerjasama antara siswa dengan atau tanpa

hambatan harus dipandang sebagai suatu norma yang berlaku.3) Dukungan Bagi Siswa (support for student)

Harus ada personil dan sumber daya lain yang diperlukan untukemmberikan layanan kebutuhan bagi siswa yang berbeda di kelasinklusif supaya berhasil. Bila siswa berkebutuhan khusus sipisahkandari murd lain, pemisahan ini mengajarkan siswa berkebutuhan khususpelajaran-pelajaran negative mengenai dirinya. Ini juga dapat membuat

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

siswa lain tidak mengenal atau belajar tentang orang-orang yangberbeda dalam suatu hal tertentu di dunia ini.

Daverh dan Schnoor dalam Smith (2006:340) menekankanbahwa pengajarang orang-orang untuk menerima penyandanghambatan memerlukan memerlukan interaksi dengan orang-orangtersebut. Siswa dapat belajar memahami orang-orang yang berbedadalam cara belajar, fisik dan emosional melalui berbagia pengalaman.Penelitian yang dilakuakan Giangreco, et.al., dalam Smith (2006:402),menemukan bahwa suatu transformasi terus terjadi di kelas yangberpindah dari model pemisahan ke model yang lebih inklusif. Dalampenelitian ini, ditemukan bahwa guru yang enggan, hati-hati bahkanberpandangan negative mengenai inklusif mengalami peningkatankeinginan, ketika mereka mengenal lebih banyak siswa tersebut untuk :a) Berinteraksi dengan siswa yang mengalami hambatanb) Belajar kemampuan tambahan yang akan berguna bagi siswa yang

mengalami hambatanc) Menerima siswa sebagai anggota kelas yang berharga

Point kedua dari penelitian tersebut menemukan bahwa siswa-siswa yang mengalami hambatan menjadi lebih responsive terhadapguru, teman, personil sekolah, ketika tahun ajaran berjalan. Siswatersebut juga belajar kemampuan sosial baru, komunikasi danakademis yang memperkokoh hidup mereka di rumah dan dimasyarakat serta sekolah. Titik penemuan ketiga adalah mengenaiperhatian siswa tanpa hambatan di kelas, yaitu siswa melaporkanbahwa meraka mempunyai kesadaran yang lebih besar di kelas. Siswaini juga lebih menerima dan nyaman sebagai penyandang hambatanketika berada di program tersebut.

4) Dukungan untuk guru (support for teacher)Guru harus mempunyai kesempatan latihan yang akan

digunakan dalam menangai jumlah keragaman siswa yang lebihberbeda. Perlu keyakinan guru tentang cara membuat perubahanmateri, metode, harapannya sehingga mereka dapat memberikanpengajaran yang layak kepada siswa dengan kebutuhan yag berbeda.

5) Kepemimpinan administrative (administrative leadership)Kepala sekolah dan staf lain harus antusias dalam memberikan

dukungan dan kepemimpinan di sekolah yang inklusif. Kepala sekolahmerupakan pengurus dan pemimpin yang paling penting di skeolah.Kepala sekolah yang sekolahnya akan menjalankan program-programyang lebih terintegrasi perlu memiliki pengetahuan yang baik tentangbagaimana menjalankan kebijakan dan prosedur pendidikan khusus.

Beberapa sifat utama kepala sekolah yang mempermudahkeberhasilan sekolah dan kelas inklusif yang telah diteliti oleh Burellodan Wright, dalam Smith (2006:422) yaitu:a) Kepala sekolah mengambil posisi yang jelas dalam mendukung

proses penerapan yang merupakan kepercayaan dan nilai-nilaiinklusif siswa penyandang hambatan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b) Kepala sekolah memiliki pandangan, proaktif, dan menunjukkankomitmen bagi nilai-nilai tersebut

c) Penghargaan yang jelas dari kepala sekolah kepada guru dan siswa-siswa

d) Kepala sekolah adalah seorang komunikator yang baike) Kepala sekolah menyiapkan guru-guru dengan waktu persiapan

dan perencanaan yang memadaif) Kepala sekolah mendorong keterlibatan orangtua

6) Kurikulum (Curriculum)Kurikulum haris fleksibel sehingga setiap siswa dapat

tertantang untuk meraih yang terbaik7) Program dan evaluasi staf (Program and Staff Evaluator)

Suatu system harus diletakkan dalam usaha mengevaluasikeberhaslan sekolah yang menyeluruh agar dapat memberikan suatulingkungan inklusif dan ramah bagi siswa. McLaugihne dan Werendalam Smith (2006:407), memberikan saran alternative strategi dasaryang dapat digunakan dalam tingkat pendidikan individual agarterbentuk sarana dan keahlian ynag dibutuhkan untuk lingkungan agarlebih inklusif sebagai berikut:a) Organisasikan aktifitas perkembangan staf seputar pembagian

tugas dalam menciptakan sekolah yang lebih inklusif.b) Libatkan staf sekolah dalam perencanaan program perkembangan

staf, yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhanpengertian yang lebih besar bagi anak-anak penyandang hambatanserta kebutuhan inklusif yang lebih besar pula di sekolah

c) Libatkan orangtua dalam proses pengebangan stafd) Bila staf sekolah memandang perlu, layanan konsultasn harus

dikontrak dengan keahlian di bidang pendidikan khusus daninklusif untuk membantu perencanaan dan pelatihan yangdibutuhkan dalam menciptakan lingkungan yang inklusif

e) Gunakan metode peer-waching dan peer mentoring diatara anggotastaf sekolah untuk membantu perkembangan staf sekolah untukmembantu perkembagan staf. Anggota staf pendidikan khususharus diberi tugas mengajar dalammemberikan pelatihankepadanya

f) Buatlah rujukan dan prosedur sekolah untuk menyiapkan anak-anakpenyandang hambatan agar dapat menempatkan anak tersebutdi tempat-tempat pendidikan yang lebih inklusif di sekolah tertentu

g) Kembangkan petunjuk dan prosedur bagi persiapan anak-anakpenyandag hambatan di kelas mereka

h) Gunakan teknologi yang ada kepada mereka dalam menjalankantugas pengembangan staf dan aktifitas lain

i) Tunjukkan dukungan usaha-usaha ini dengan keterlibatan penuhdari kepala sekolah dan pimpinan sekolah lain.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

8) Keterlibatan orangtua (parental involvement)Orangtua siswa dengan ataupun tanpa hambatan harus

memahami rencana untuk membentuk suatu lingkungan inklusif danramah bagi setiap anak. Memiliki anak dengan berkebutuhan khusustentulah bukan kali pertama ditemukannya kekhawatiran. Bilaorangtua membandingkan ukuran kelas dan sumberdaya suatu kelaskhusus dengan kelas umum, boleh jadi mereka menempatkan anak dikelas inklusif beresiko menurut Woelfel dalam Smith (2006:403).Orangtua harus diberi dorongan menjadi itra pendidikan inklusif anak-anaknya. Mereka harus dilibatkan dalam membuat keputusan danperencanaan yang akan membawa mereka pada kelas inklusif.

9) Keterlibatan masyarakat (community involvement)Melalui publikasi media dan sekolah, masyarakat harus diberi

tahu dan dilibatkan dalam usaha-usaha meningkatkan diterimanyasiswa peyandang hambatan di dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

petunjuk pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia, ada beberapa

komponen yaitu input siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-

prasarana dan lingkungan pendukung, manajemen/pengelola sekolah dan

pendanaan, dan proses belajar mengajar. Selain komponen tersebut,

dibutuhkan pula dukungan dari semua pihak yang terkait.

2. Tinjauan tentang Sarana dan Prasarana Inklusif

Berdasarkan buku Petunjuk Pedoman Pelaksanaan Dan Penyelenggaraan

Pendidikan Terpadu Atau Inklusif yang diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan

Luar Biasa (Departemen Pendidikan Nasional, 2004: Jilid 1-7), bahwa peserta

didik di sekolah inklusif terdiri atas anak-anak normal dan anak-anak luar biasa

yang mengalami kelainan/penyimpangan baik fisik, intelektual, sosial, emosional,

maupun sensoris neurologis.

Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik luar biasa,

maka sarana dan prasarana yang diperlukan sekolah inklusif selain sarana dan

prasarana umum (seperti halnya sekolah umum) juga sarana dan prasarana yang

sesuai dengan jenis kelainan anak (sarana dan prasarana khusus).

Berdasarkan buku Petunjuk Pedoman Pelaksanaan Dan Penyelenggaraan

Pendidikan Terpadu Atau Inklusif yang diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Luar Biasa (Departemen Pendidikan Nasional, 2004: Jilid 5:4-41), diterbitkan

oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa, antara lain:

a. Sarana-Prasarana Umum terdiri dari:1. Ruang kelas beserta perlengkapannya (perabotnya);2. Ruang praktikum (laboratorium) beserta perangkatnya;3. Ruang perpustakaan, beserta perangkatnya;4. Ruang serbaguna, beserta perangkatnya;5. Ruang UKS, beserta perangkatnya;6. Ruang BP/BK, beserta perangkatnya;7. Ruang Kepala Sekoalh, Guru, dan Tata Usaha, beserta perangkatnya;8. Lapangan olahraga, beserta perangkatnya;9. Toilet;10. Ruang ibadah, beserta perangkatnya;11. Ruang kantin

b. Sarana khusus terdiri dari:

1. Anak Tunanetraa. Alat Asesmen

Bervariasinya kelainan penglihatan pada anak tunanetramenuntut adanya pemeriksaan yang cermat dalam mengidentifikasikekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Assesmen kelainanpenglihatan dilakukan untuk mengukur kemampuan penglihatan dalambentuk geometri, mengukur kemampuan penglihatan dalam mengenalwarna, serta mengukur ketajaman penglihatan. Alat yang digunakanuntuk assesmen penglihatan anak tunanetra dapat seperti di bawah ini.1) Snellen Chart (alat untuk mengetes ketajaman penglihatan dalam

bentuk hurup dan simbol E)2) Ishihara Test (alat untuk mengetes ”buta warna”)3) SVR (Trial Lens Set) (alat untuk mengukur ketajaman

penglihatan)4) Snellen Chart Electronic (alat untuk mengetes ketajaman

penglihatan sistem elektronik – bentuk hurup dan simbol E)b. Orientasi dan Mobilitas

Pada umumnya anak tunanetra mengalami gangguanorientasi mobilitas baik sebagian maupun secara keseluruhan. Untukpengembangan orientasi mobilitasnya dapat dilakukan denganmenggunakan alat-alat berikut ini.1) Tongkat panjang (alat bantu mobilitas berupa tongkat panjang

yang terbuat dari allumunium)2) Tongkat Lipat (alat bantu mobilitas berupa tongkat yang dapat

dilipat terbuat dari allumunium)3) Tongkat elektrik (alat bantu mobilitas berupa tongkat yang

berbunyi apabila ada benda di dekatnya)4) Bola bunyi (bola sepak yang mengeluarkan bunyi)

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

5) Pelindung kepala (alat pengaman kepala dari benturan/helm sport)c. Alat Bantu Pembelajaran/Akademik

Layanan pendidikan untuk anak tunanetra selain membaca,menulis, berhitung juga mengembangkan sikap, pengetahuan dankreativitas. Akibat kelainan penglihatan anak tunanetra mengalamikesulitan dalam menguasai kemampuan membaca, menulis,berhitung.

Untuk membantu penguasaan kemampuan membaca,menulis, dan berhitung dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti berikut ini.1) Peta Timbul (peta tiga dimensi bentuk relief)2) Abacus (alat bantu berhitung)3) Penggaris Braille (penggaris dengan skala ukur bentuk relief)4) Blokies (sejumlah dadu dengan simbol Braille dengan papan

berkotak)5) Papan Baca (alat untuk melatih membaca)6) Meteran Braille (alat untuk mengukur panjang/lebar dengan

skala ukur dengan simbol Braille)7) Kompas Braille (pengukur posisi arah angin dengan tanda

Braille)8) Kompas bicara (penunjuk arah angin dengan suara)9) Talking Watch (jam-tangan elektronik yang dapat mengeluarkan

suara)10) Gelas Rasa (gelas untuk mengukur tingkat sensitifitas rasa)11) Botol Aroma (botol berisi cairan untuk mengukur tingkat

sensitifitas bau)12) Braille Kit (perlengkapan pengenalan huruf dan angka Braille)13) Mesin tik Braille (mesin tik dengan huruf Braille)14) Kamus bicara (kamus yang dapat mengeluarkan suara berbentuk

CD)15) Jam tangan Braille (jam tangan dengan huruf Braile)16) Puzzle Ball (puzle bentuk potongan bola/lingkaran)17) Model Anatomi (Model anatomi tiga dimensi dan dapat dirakit)18) Globe Timbul (bola dunia tiga dimensi)19) Bentuk–bentuk Geometri (puzle bentuk potongan

geometris/peraturan)20) Collor Sorting Box (alat untuk melatih ketajaman penglihatan

melalui diskriminasi warna)21) Reglet & Stylus (alat tulis Braille)22) Komputer dan Printer dengan software Braille (komputer dan

printer huruf Braille).23) Screen reader (software pembaca screen)

d. Alat Bantu Visual (alat bantu penglihatan)Kelainan penglihatan anak tunanetra bervariasi dari yang

ringan (low vision) sampai yang total (total blind). Untuk membantu

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

memperjelas penglihatannya pada anak tunanetra jenis Low visiondapat digunakan alat bantu sebagai berikut.1) Magnifier Lens Set (alat bantu penglihatan bagi low vision

bentuk hand and standing berbagai ukuran)2) CCTV (Closed Circuit Television/alat bantu baca untuk anak low

vision berupa TV monitor)3) View Scan (alat bantu baca untuk anak low vision berupa scaner)4) Televisi (TV monitor/pesawat penerima gambar jarak jauh)5) Prism monocular (alat bantu melihat jauh)

e. Alat Bantu Auditif (alat bantu pendengaran)Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra dalam

mengikuti pelajaran dapat digunakan alat-alat seperti berikut ini:1) Tape Rekorder Doble Dek (alat rekam/tampil suara model dua

tempat kaset)2) Alat Musik Pukul (alat-alat musik jenis pukul/perkusi)3) Alat Musik Tiup (alat-alat musik jenis tiup)

f. Alat Latihan FisikPada umumnya anak tunanetra mengalami kesulitan dan

kelambanan dalam melakukan aktivitas fisik/motorik. Hal ini akanberpengaruh terhadap kekuatan fisiknya yang dapat menimbulkankerentanan terhadap kesehatannya.Untuk mengembangkan kemampuan fisik alat yang dapat digunakanuntuk anak tunanetra adalah sebagai berikut .1) Catur tunanetra (papan catur dangan permukaan tidak sama untuk

kotak hitam dan putih, sehingga buah catur tidak mudahbergeser)

2) Bridge tunanetra (kartu bridge dilengkapi huruf Braille)3) Sepak bola dengan bola berbunyi (bola sepak yang dapat

menimbulkan bunyi)4) Papan Keseimbangan (papan titian untuk melatih keseimbangan

pada saat berjalan)5) Power Rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)6) Static Bycicle (speda permanen/tidak dapat melaju)

2. Tunarungu/Gangguan Komunikasia. Alat Asesmen

Bervariasinya tingkat kehilangan pendengaran pada anaktunarungu/gangguan komunikasi menuntut adanya pengelolaan yangcermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yangdimilikinya.

Asesmen kelainan pendengaran dilakukan untuk mengukurkemampuan pendengaran, atau untuk menentukan tingkat kekuatansuara/sumber bunyi. Alat yang digunakan untuk asesmenpendengaran anak tunarungu adalah seperti berikut1. Scan Test (alat untuk mendeteksi pendengaran tanpa memerlukan

ruang khusus)

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2. Bunyi-bunyian (alat yang dapat menimbulkan berbagai jenisbunyi)

3. Garputala (alat pengukur getar bunyi/suara atau tinggi nada)4. Audiometer & Blanko Audiogram (alat kemampuan pendengaran

dengan akurasi tinggi melalui tes audiometri)5. Mobile Sound Proof (kotak kedap suara sebagai perangkat tes

audiometri)6. Sound level meter (alat pengukur kuat suara)

b. Hearing Aids (Alat Bantu Dengar)Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran baik dari

ringan sampai berat/total. Untuk membantu pendengarannya dapatdilakukan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) sepertiberikut ini.1) Model saku (alat bantu dengar model-saku)2) Model belakang Telinga (alat bantu dengan model ditempel di

belakang telinga)3) Model dalam Telinga (alat bantu dengan model dimasukan

langsung ke dalam telinga)4) Model kacamata (alat bantu dengar model-kacamata yang

diperuntukan sekaligus kelainan penglihatan)Sementara itu, untuk membantu pendengaran dalam prosespembelajaran dapat digunakan alat-alat berikut ini:

1) Hearing Group (alat bantu dengar yang dapat dipergunakansecara kelompok agar anak dapat berkomunikasi danmemanfaatkan sisa pendengaran)

2) Loop Induction System (alat bantu dengar yang dapatdipergunakan secara kelompok agar anak dapat berkomunikasidan memanfaatkan sisa pendengaran dilengkapi head sets)

c. Latihan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan IramaPada umumnya anak tunarungu mengalami gangguan

pendengaran baik ringan maupun secara keseluruhan/total, sehinggamengakibatkan gangguan atau hambatan komunikasi dan bahasa.

Untuk pengembangan kemampuan berkomunikasi dan bahasadapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sebagai berikut.1) Cermin (alat untuk memantulkan gambar/bercermin)2) Alat latihan meniup (seruling, kapas, terompet, peluit untuk

merangsang pernafasan dalam rangka persiapan perbaikanbicara)

3) Alat musik perkusi (gong. gendang, tamborin, triangle, drum,kentongan)

4) Sikat getar (sikat dengan bulu-bulu khusus untuk melatihkepekaan terhadap bunyi/getaran)

5) Lampu aksen (kontrol suara dengan lampu indikator)6) Meja latihan wicara (meja tempat anak belajar berbicara7) Speech and Sound Simulation (alat pelatihan bina bicara yang

dilengkapi meja dan cermin)

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

8) Spatel (alat bantu untuk membetulkan posisi organ artikulasiterbuat dari stainless steel)

9) TV/VCDd. Alat Bantu Belajar /Akademik

Layanan pendidikan untuk anak tunarungu mencakupmembaca, menulis, berhitung, mengembangkan perilaku positif,pengetahuan, dan kreativitas. Karena mengalami kelainan padapendengarannya, maka anak tunarungu mengalami kesulitan dalammenguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidangakademik, maka dibutuhkan layanan alat-alat yang dapat membantumengembangkan kemampuan akademik anak tunarungu antara lain:1) Miniatur benda (bentuk benda sebenarnya dalam ukuran kecil)2) Finger Alphabet (bentuk simbol huruf dengan isyarat jari

tangan)3) Silinder (bentuk-bentuk benda silindris)4) Kartu kata (kartu yang bertuliskan kata)5) Kartu kalimat (kartu yang bertuliskan kalimat singkat)6) Menara segitiga (susunan bentuk segi tiga dengan ukuran

berurutdari kecil sampai besar)

7) Menara lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampaibesar)

8) Menara segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuranberurut dari kecil sampai besar)

9) Peta dinding (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negarayang dapat ditempel di dinding)

10) Model geometri (model-model bentuk benda beraturan)11) Anatomi telinga (alat bantu menerangkan susunan bagian

telinga)12) Model telinga (model bagian-bagian telinga tiga dimensi)13) Torso setengah badan (Model anatomi tubuh-setengah badan)14) Puzzle buah-buahan (potongan-potongan bagian dari buah-

buahan15) Puzzle binatang (puzle bentuk potongan binatang)16) Puzzle konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun

sederhana)17) Atlas (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negara)18) Globe (bola dunia yang menggambarkan benua dan batas-batas

negara di dunia)19) Miniatur Rumah Adat (contoh rumah-rumah adat dalam ukuran

kecil dan proporsional)20) Miniatur Rumah ibadah (contoh rumah-rumah ibadah dalam

ukuran kecil dan proporsional)

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

e. Alat Latihan FisikUntuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak tunarungu,alat-alat yang dipergunakan adalah sebagai berikut:1) Bola dan Net Volley2) Bola Sepak3) Meja Pingpong4) Raket, Net Bulutangkis dan Suttle Cock5) Power Rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)6) Static Bycicle (sepeda statis)

3. Anak Tunagrahitaa. Alat asesmen

Bervariasinya tingkat intelegensi dan kognitif anaktunagrahita, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalammengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.

Asesmen pada anak tunagrahita dilakukan untuk mengukurtingkat intelegensi dan kognitif, baik secara individual maupunkelompok. Alat untuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakanseperti berikut ini:1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk

mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC-R)2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk

mengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet)3) Cognitive Ability test (alat atau instrumen isian untuk mengukur

tingkat pengetahuan yang dikuasai)b. Latihan Sensori Visual

Tingkat kecerdasan anak tunagrahita bervariasi dari yangringan sampai yang berat. Kondisi tersebut dapat mengakibatkananak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berpikir abstrak danmengalami kesulitan dalam membedakan warna dan mengenalibentuk. Untuk membantu sensori visual anak tunagrahita dapatmenggunakan alat sebagai berikut:1) Gradasi Kubus (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran yang

bervariasi untuk melatih kemampuan/pemahaman volumekubus)

2) Gradasi Balok 1 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yangbervariasi satu warna)

3) Gradasi Balok 2 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yangbervariasi berbagai warna)

4) Silinder 1 (bentuk-bentuk silinder untuk melatih motorik mata-tangan untuk usia dini)

5) Silinder 2 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran yangbervariasi )

6) Silinder 3 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran, warna danbahan yang bervariasi)

7) Menara segitiga (susunan bentuk segi tiga dengan ukuranberurut dari kecil sampai besar)

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

8) Menara lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampaibesar)

9) Menara segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuranberurut dari kecil sampai besar)

10) Kotak Silinder (tempat menyimpan silinder-silinder alat bantumengajar/belajar)

11) Multi sensori (alat untuk melatih sensori seperti pemahamanbentuk, ukuran, warna atau klasifikasi objek dan tekstur)

12) Puzzle Binatang (puzle bentuk potongan gambar binatang)13) Puzzle Konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun

sederhana)14) Puzzle Bola (puzle bentuk potongan bola/lingkaran)15) Boks Sortir Warna (alat bantu untuk melatih persepsi

penglihatan melalui diskriminasi warna)16) Geometri Tiga Dimensi (model-model bentuk benda beraturan

tiga dimensi)17) Papan Geometri (Roden Set) (papan latih bentuk beraturan

model Roden)18) Kotak Geometri (Box Shape) (kotak berpenutup berlubang

sesuai bentuk-bentuk beraturan)19) Konsentrasi Mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik)20) Formmenstockbox Mit (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih

motorik mata-tangan dan konsep ruang)21) Formmenstockbox (bentuk-bentuk dan warna untuk melatih

motorik mata-tangan dan konsep ruang)22) Scheiben-Stepel Puzzle (bentuk-bentuk dan warna untuk

melatih motorik pergelangan tangan untuk kesiapan menulis)23) Formstec-Stepel Puzzle (bentuk-bentuk dan warna untuk

melatih motorik dan konsentrasi)24) Fadeldreicke (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dan

koordinasi mata-tangan)25) Schmettering Puzzle (melatih hubungan ruang dan bentuk

dalam kesatuan objek)26) Puzzle Set (berbagai puzzle untuk mengembangkan kreativitas,

konsep rung dan melatih ingatan)27) Streckspiel (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dalam

dimensi warna dan ukuran, menyortir dan mengklasifikasi objelsecara seriasi)

28) Geo-Streckbrett (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dankoordinasi mata-tangan)

29) Rogenbugentorte (alat untuk melatih kemampuanmendiskrinisasi warna dan motorik halus)

c. Latihan Sensori PerabaanAnak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan

dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori perabaan anaktunagrahita dapat digunakan alat sebagai berikut:

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

1) Keping Raba 1 (keping-keping benda dengan ukuran dantekstur bervariasi)

2) Keping Raba 2 (Gradasi Keping) (keping-keping benda denganukuran dan tekstur/tingkat kehalusan tinggi)

3) Keping Raba 3 (Gradasi Kain) (berbagai kain dengan tingkatkekasaran/pakan/serat kain yang bervariasi)

4) Alas Raba (Tactile footh) (melatih kepekaan kaki pada lantaiyang dikasarkan/dilapis lantai bertekstur kasar)

5) Fub and Hand (Siluet tangan dan kaki)6) Puzzle Pubtastplatten (plat fuzle dengan siluet)7) Tactila (melatih kepekaan perabaan melalui diskriminasi

taktual dan visual)8) Balance Labirinth Spirale (alat latih keseimbangan gerak

tangan pada arah yang berbeda berbentuk spiral timbul)9) Balance Labirinth Maander (alat latih keseimbangan gerak

tangan pada arah yang berbeda berbentuk segi empat timbul)d. Sensori Pengecap dan Perasa

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakanrasa dan membedakan aroma/bau. Untuk itu anak tunagrahita perlulatihan sensori pengecap dan perasa. Alat yang digunakan melatihsensori pengecap dan perasa dapat berupa:a. Gelas Rasa (gelas yang berisi cairan/serbuk untuk mengukur

tingkat sensitifitas rasa)b. Botol Aroma (botol berisi cairan/serbuk untuk mengukur

tingkat sensitifitas bau)c. Tactile Perception (untuk mengukur analisis perabaan)d. Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit)

e. Latihan Bina DiriAnak tunagrahita mengalami kesulitan untuk merawat diri

sendiri. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan bina diri. Alatyang digunakan latihan bina diri dapat berupa:1) Berpakaian 1 (bentuk kancing)2) Berpakaian 2 (bentuk resleting)3) Berpakaian 3 (bentuk tali)4) Dressing Frame Sets (rangka pemasangan pakaian-kancing,

resleting dan tali dikemas dalam satu bingkai)5) Sikat Gigi6) Pasta Gigi dan lain sebagainya

f. Konsep dan Simbol BilanganAnak tunagrahita mengalami kesulitan untuk memahami

konsep dan simbul bilangan. Untuk itu anak tunagrahita perlulatihan memahami konsep dan simbul bilangan. Alat yangdigunakan melatih konsep dan simbul bilangan dapat berupa:1) Keping Pecahan (peraga bentuk lingkaran menunjukan bagian

benda, ½, ¼, 1/3, dst)

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2) Balok Bilangan 1 (alat mengenal prinsip bilangan basisbilangan satuan)

3) Balok Bilangan 2 (alat mengenal prinsip bilangan basisbilangan puluhan)

4) Geometri Tiga Dimensi (berupa bentuk-bentuk geometri tigadimensi yaitu: bulat, lonjong, segitiga, segiempat, limas,piramid).

5) Abacus (alat untuk melatih pemahaman konsep bilangansatuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan nilai tempat)

6) Papan Bilangan (Cukes) (berfungsi untuk melatih kemampuanmemahami bilangan dan dasar-dasar operasi hitung)

7) Tiang Bilangan (Seguin Bretter) (papan bersekat dengan angkapuluhan dan nilai tempat, berfungsi melatih kemampuanmemahami bilangan puluhan dan nilai tempat)

8) Kotak Bilangan (kotak bersekat dilengkapi angka-angka 1 s.d10 dengan lubang sekat 50, berfungsi untuk memperkenalkankonsep nilai dan simbol bilangan 1 sampai dengan 10)

g. Kreativitas, Daya Pikir dan KonsentrasiAnak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berkreativitas

dan pada daya pikirnya. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihanmemahami kreativitas, daya pikir dan konsentrasi. Alat yangdigunakan dapat berupa:1) Tetris (kotak berisi potongan kayu untuk disusun beraturan

sesuai petunjuk gambar2) Box konsentrasi mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik

bentuk kotak/boks)3) Fuzle konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun

sederhana)4) Rantai persegi (mata rantai persegi yang dapat

disusun/dirangkai menjadi bentuk bangun)5) Rantai bulat (mata rantai bulat yang dapat disusun/dirangkai

menjadi bentuk bangun bola)6) Lego/Lazi (potongan-potongan dengan kaki dan kepala yang

dapat saling dipasangkan membuat bangun tertentu)h. Alat Pengajaran Bahasa

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berkomunikasidan berbahasa. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan berbahasa.Alat yang digunakan melatih berbahasa dapat berupa:1) Alphabet Loweincase (simbol-simbol alphabet/abjad huruf

besar)2) Alphabet Fibre Box (melatih membaca permulaan dengan cara

merangkai huruf menjadi kalimat bahan dari fibre)3) Pias Kata (simbol-simbol kata untuk disusun menjadi kalimat)4) Pias Kalimat (pias-pias kata dan kalimat dilengkapi dengan

gambar)

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

i. Latihan Perseptual MotorKeterbatasan intelegensi dan kognitif mengakibatkan anak

tunagrahita mengalami kesulitan dalam perseptual motornya.Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan perseptual motor. Alatyang digunakan melatih perseptual motor dapat berupa:1) Bak Pasir (melatih kreativitas bentuk)2) Papan Keseimbangan (papan untuk melatih keseimbangan3) tubuh)4) Gradasi Papan Titian (papan untuk melatih keseimbangan5) Tubuh dalam bentuk bertingkat)6) Keping Keseimbangan (tangga bertali-papan berpenopang)7) Power Rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)8) Balancier Zehner (berfungsi melatih keseimbangan gerak

tubuh yang terdiri dari untaian objek bentuk lingkaran)9) Balamcierbrett (berfungsi melatih dinamisasi tubuh berbentuk

lingkaran yang diberi torehan melingkar untuk menaruh bola)10) Balancierwippe (berfungsi melatih keseimbangan tubuh

melalui gerak kaki berbentuk bilah papan yang diberi torehan)Balancier Steg. (melatih keseimbangan untuk beberapa anaksekaligus yang terdiri dari bilah-bilah papan dan balok yangdapat dirubah)

4. Anak Tunadaksaa. Alat Asesmen Kemampuan Gerak

Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguanperkembangan intelegensi motorik dan mobilitas, baik sebagianmaupun secara keseluruhan. Bervariasinya kondisi fisik danintelektual anak tunadaksa, menuntut adanya pengelolaan yangcermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yangdimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan apa yangdibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan pendidikan sesuaidengan kemampuan dan keadaannya.

Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa dilakukan untukmengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatanotot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan. Alat yang digunakanuntuk assesmen anak tunadaksa seperti berikut ini:1) Finger Goniometer (alat ukur sendi-daerah gerak)2) Flexiometer (alat ukur kelenturan)3) Plastic Goniometer (alat ukur sendi terbuat dari plastik)4) Reflex Hammer (palu untuk mengukur gerak reflex kaki)5) Posture Evaluation Set (pengukur postur tubuh mengukur

kelainan posisi tulang belakang)6) TPD Aesthesiometer (mengukur rasa permukaan kulit pada

tubuh)7) Ground Rhytem Tibre Instrument (alat ukur persepsi bunyi)8) Cabinet Geometric Insert (lemari geometris)9) Color Sorting Box (kotak sortasi warna)

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

10) Tactile Board Sets (papan latih perabaan sets)b. Alat Latihan Fisik/Bina Gerak

Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatandalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh.Agar anak tunadaksa dapat melakukan kegiatan hidup sehari-haridiperlukan latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:1) Pulley Weight (untuk menguatkan otot tangan dan perut)2) Kanavel Table (untuk menguatkan otot tangan, pergelangan

dan jari tangan)3) Squeez Ball (untuk latihan daya remas tangan)4) Restorator Hand (untuk menguatkan otot lengan)5) Restorator Leg (untuk menguatkan otot kaki, tungkai)6) Treadmill Jogger (untuk menguatkan otot kaki, tungkai dan

jantung)7) Safety Walking Strap (sabuk pengaman ketika berlatih jalan)8) Straight (tangga) (alat latih memanjat)9) Sand-Bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi)10) Exercise Mat (latihan mobilisasi gerak tidur, berguling)11) Incline Mat (latihan untuk merangkak)12) Neuro Development Rolls (latihan untuk merangkak dan

keseimbangan dalam posisi duduk)13) Height Adjustable Crowler (latihan untuk merangkak)14) Floor Sitter (untuk latihan duduk tegak di lantai)15) Kursi CP (untuk latihan duduk tegak posisi normal)16) Individual Stand-in Table (untuk latihan berdiri tegak dan

aktivitas tangan)17) Walking Paralel (untuk latihan jalan dengan pegangan

memajang kiri dan kanan18) Walker Khusus CP (untuk latihan m obilitas berjalan)19) Vestibular Board (meja goyang untuk latihan keseimbangan)20) Balance Beam Set (papan titian untuk latihan keseimbangan)21) Dynamic Body and Balance (latihan keseimbangan dan

meloncat)22) Kolam Bola-bola (untuk latihan koordinasi mata, kaki dan

tangan)23) Vibrator (untuk mengatasi kekakuan otot)24) Infra-Red Lamp (Infra Fill) (melancarkan peredaran darah

dan relaksasi otot)25) Dual Speed Massager (alat pijat double kecepatan)26) Speed Training Devices (alat latih kecepatan gerakan mulut

pada saat bicara)27) Bola karet (untuk latihan motorik)28) Balok berganda (papan untuk melatih keseimbangan tubuh

dalam bentuk bertingkat)29) Balok titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh)

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

c. Alat Bina DiriAnak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri

(ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Keterbatasan atauhambatan tersebut mengakibatkan anak tunadaksa mengalamikesulitan untuk merawat diri sendiri. Agar anak tuna daksa dapatmelakukan perawatan diri dan kegiatan hidup sehari-hari (activityof daily living), maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakandapat berupa:1) Swivel Utensil (sendok khusus yang dimodifikasi untuk anak

CP)2) Dressing Frame Set (rangka pemasangan pakaian)3) Lacing Shoes (kaus kaki)4) Deluxe Mobile Commade (alat latih buang air-kloset

berjalan)d. Alat Orthotic dan Prosthetic

Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri(ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisitubuh mengalami kelainan. Agar anak tuna daksa dapat melakukanambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living),maka perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yangdapat digunakan meliputi:1) Cock-Up Resting Splint (meluruskan permukaan tangan dan

jari)2) Rigid Immobilitation Elbow Brace (untuk mengatsi gerakan

siku pada posisi fleksi 90 derajat)3) Flexion Extention (untuk membantu gerakan sendi siku)4) Back Splint (untuk menahan sendi lutut agar tidak melinting

kebelakang dan sebagi penguat kaki pada saat berjalan)5) Night Splint (untuk mengistirahatkan kaki dalam posisi

normal dan mencegah salah bentuk)6) Denish Browns Splint (mengoreksi telapak kaki yang salah

bentuk)7) X Splint (mengoreksi bentuk kaki bentuk X)8) O Splint (mengoreksi bentuk kaki bentuk O)9) Long Leg Brace Set (menopang kaki yang layu agar kuat

berjalan/berdiri)10) Ankle or Short Leg Brace (untuk meluruskan tendon yang

memendek atau meluruskan kaki serang)11) Original Thomas Collar (penyangga leher)12) Simple Cervical Brace (untuk mengoreksi leher dan

menegakkan bahu)13) Corsett (mengoreksi kelainan tulang punggung)14) Crutch (kruk) (untuk menopang tubuh)15) Clubfoot walker Shoes ((mengoreksi bentuk kaki yang tidak

terkendali pada saat jalan)

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

16) Thomas Heel Shoes (sepatu dengan hak yang bisa miring kiri-kanan)

17) Wheel Chair (kursi roda)18) Kaki Palsu Sebatas Lutut19) Kaki Palsu Sampai Paha

e. Alat Bantu Belajar/AkademikLayanan pendidikan untuk anak tunadaksa mencakup

membaca, menulis, berhitung, pengembangan sikap, pengetahuandan kreativitas. Akibat mengalami kelainan pada motorik danintelegensinya, maka anak tunadaksa mengalami kesulitan dalammenguasai kemampuan membaca, menulis, berhitung.

Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidangakademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan kemampuan akademikpada anak tunadaksa dapat berupa:1) Kartu Abjad untuk pengenalan huruf2) Kartu Kata untuk pengenalan kata3) Kartu Kalimat untuk pengenalan kalimat4) Torso Seluruh Badan untuk pengenalan bagian anggota tubuh

manusia5) Geometri Sharpe untuk pengenalan bentuk dan untuk

menyortir bentuk geometri6) Menara Gelang untuk latihan koordinasi mata dan tangan7) Menara Segitiga untuk pengenalan bentuk segitiga8) Menara Segiempat untuk pengenalan bentuk segi empat9) Gelas Rasa untuk membedakan macam-macam rasa10) Botol Aroma untuk membedakan macam-macam bau/aroma11) Abacus dan Washer untuk belajar berhitung12) Papan Pasak untuk belajar berhitung dan koordinasi13) Kotak Bilangan untuk belajar berhitung

5. Tunalarasa. Asesmen Gangguan Perilaku

Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguanpenyimpangan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun oranglain. Terganggunya perilaku anak tunalaras, menuntut adanyapengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dankelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upayamenentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayananpendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.

Asesmen dilakukan pada anak tunalaras untuk mengetahuipenyimpangan perilaku anak. Alat yang digunakan untuk assesmenanak tunalaras seperti berikut ini:1) Adaptive Behavior Inventory for Children2) AAMD Adaptive Behavior Scale

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b. Alat Terapi PerilakuPerilaku menyimpang yang dilakukan anak tunalaras

cenderung untuk merugikan diri sendiri dan orang lain. Untukmereduksi perilaku yang menyimpang, maka dibutuhkan peralatankhusus. Alat-alat tersebut dapat berupa:1) Pretend Game (untuk membantu anak dalam bersosialisasi

dengan orang lain)2) Hide-Way (untuk bermain sembunyi-sembunyian)3) Put me a tune (untuk latihan menuangkan air ke cangkir)4) Copy cats (untuk menjalin interaksi dengan orang lain)5) Jig-saw puzzle (teka-teki untuk melatih memecahkan masalah)6) Puppen house (untuk melatih bermain peran)7) Hunt the Timble (permainan sulap untuk mengingatkan

kembali permainan yang telah lalu)8) Sarung tinju (terbuat dari kulit untuk menyalurkan rasa

emosional)9) Hoopla (untuk latihan koordinasi mata dan tangan)10) Sand Pits (untuk melatih gerakan tangan dengan

menggunakan tangan atau memasukan jari kakinya)11) Animal Matching Games (untuk latihan mencocokan gambar

binatang)12) Organ (untuk melatih kepekaan, kesenian dan

mengapresiasikan musik)13) Tambur dengan Stick dan Tripod (untuk melatih kepekaan,

kesenian dan mengapresiasikan musik)14) Rebana (untuk melatih kepekaan, kesenian dan

mengapresiasikan musik)15) Flute (untuk melatih kepekaan, kesenian dan

mengapresiasikan musik)16) Torso (untuk mengenal organ tubuh manusia)17) Constructive Puzzle (melatih kemampuan pemecahan

masalah)18) Animal Puzzle (untuk mengenal berbagai jenis binatang)19) Fruits Puzzle (untuk mengenal berbagai jenis buah-buahan)20) Basket Mini (untuk melatih ketangkasan dan sosialisasi)21) Konsentrasi Mekanis (untuk melatih daya konsentrasi)

c. Alat Terapi FisikUntuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak

tunalaras, alat yang dapat digunakan seperti berikut ini:1) Matras2) Straight-Type Staircase3) Bola Sepak4) Bola, Net Volley5) Meja Pingpong6) Power Rider7) Strickleiter

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

8) Trecketsando (5 flat)9) Rope Lader

6. Anak Berbakata. Alat Asesmen

Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewadibanding teman sebayanya. Istimewanya kondisi anak berbakatmenuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasikekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalamupaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat memperolehpelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuannya.

Asesmen dilakukan pada anak berbakat untuk mengetahui.Keberbakatan dan menilai tentang kebutuhannya untukmenempatkan dalam program-program pendidikan sesuai dengandan dalam rangka mengembangkan potensinya. Alat yangdigunakan untuk assesmen anak berbakat seperti berikut ini:1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk

mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC-R)2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk

mengukur tingkat kecerdasan seseorang model StanfordBinet)

3) Cognitive Ability Tes (alat atau instrumen isian untukmengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai)

4) Differential Aptitude Test (alat atau instrumen isian untukmengukur tingkat sikap)

b. Alat Bantu Ajar/AkademikAnak berbakat memiliki sifat selalu haus pengetahuan dan

tidak puas bila hanya mendapat penjelasan dari orang lain, merekaingin menemukan sendiri dengan cara trial and error (mengadakanpercobaan/praktikum) di laboraturium atau di masyarakat.

Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu mengusahakansarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar tersebut meliputi:1) Sumber belajar:

a) Buku paketb) Buku Pelengkapc) Buku referensid) Buku bacaane) Majalahf) Korang) Interneth) Moduli) Lembar kerjaj) Kaset Videok) VCDl) Museumm) Perpustakaann) CD-ROM dan lain sebagainya.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2) Media pembelajarana) Radiob) Cassette recorderc) TVd) OHPe) Wirelessf) Slide projectorg) LD/VCD/DVD playerh) Charti) Komputer, dan lain sebagainya

7. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajara. Alat Asesmen

Anak yang mengalami kesulitan belajar merupakankondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secaraselektif menggangu perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuanverbal dan/atau non verbal. Kesulitan belajar dapat berupa kesulitanberbahasa, membaca, menulis dan atau matematika.

Bervariasinya kesulitan belajar, menuntut adanyapengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dankelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upayamenetukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayananpendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.

Asesmen pada anak yang mengalami kesulitan belajardilakukan untuk mengetahui bentuk kesulitan belajar dan untukmemperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahanpertimbangan dalam merencanakan program pembelajarannya. Alatyang digunakan untuk assesmen anak yang mengalami kesulitanbelajar seperti berikut ini:1) Instrumen ungkap riwayat kelainan2) Tes Inteligensi WISC

b. Alat Bantu Ajar/Akademik1) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksi)

Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalamikesulitan belajar membaca (remedial membaca) meliputi:a) Kartu Abjadb) Kartu Katac) Kartu Kalimat

2) Kesulitan Belajar BahasaSarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalamikesulitan belajar bahasa (remedial bahasa) meliputi:a) Kartu Abjadb) Kartu Katac) Kartu Kalimat

3) Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalamikesulitan belajar menulis (remedial menulis) meliputi:

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

a) Kartu Abjadb) Kartu Katac) Kartu Kalimatd) Balok bilangan 1e) Balok bilangan 2

4) Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia)Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalamikesulitan belajar matematika (remedial matematika) meliputi:a) Balok bilangan 1b) Balok bilangan 2c) Pias angkad) Kotak bilangane) Papan bilangan

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa sarana dan prasarana inklusif terdiri dari sarana umum dan sarana

khusus.

3. Tinjauan tentang Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Berdasarkan buku Petunjuk Pedoman Pelaksanaan Dan

Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu Atau Inklusif yang diterbitkan oleh

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Departemen Pendidikan Nasional,

2004: Jilid 5:42), diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa,

Pengelolaan sarana dan prasarana khusus di sekolah penyelenggarapendidikan inklusif dilakukan secara terpadu oleh guru pendidikankhusus (GPK), guru kelas dan tim dari berbagai profesi yangterkait (antara lain, dokter mata, psikolog, ahli pendidikan luarbiasa, ahli olahraga anak luar biasa, social worker, konselor, dokterahli THT, ahli terapi wicara, neurolog, dokter spesialis anak, dokterortopedi, ortotis protetis, fisioterapis, okupasional terapis, ahlibahasa (ahli remedial bahasa/menulis) sesuai jenis dan tingkatkemampuan anak berkebutuhan khusus.Penggunaan sarana dan prasarana bersifat fleksibel artinya tidakdikhususkan untuk setiap anak dan tiap bidang pengajaran, akantetapi dapat digunakan oleh anak-anak lain dan dalam bidang studiyang berbeda dan dalam kelas yang berbeda. Jadi dalam hal inisangat dibutuhkan kreativitas pengelola dalam menentukan jenisalat serta penentuan tujuan penggunaan sarana dan prasaranatersebut.Dapat pula dikatakan bahwa penggunaan sarana tersebutterintegrasi dalam setiap aspek pengembangan, maksudnya dalamsekali melakukan kegiatan, penggunaannya dapat membelajarkan

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

semua aspek (fisik, intelektual, sosial, dan emosi) dari anakberkebutuhan khusus. Sebagai contoh, penggunaan alat latihsensori motor selain untuk melatih ketajaman indera dapat pulamelatih kemampuan berbicara, bersosialisasi ataupunkeseimbangan. Disinilah dapat kita lihat bahwa penggunaan alatsangat tergantung pada kedalaman pemahaman pengelola akansarana yang ada serta kebutuhan anak berkebutuhan khusus.Sarana dan prasarana yang tercantum dalam buku pedoman inimerupakan pedoman alat minimal, maksudnya sarana danprasarana dapat diciptakan oleh pengelola sendiri denganmemperhatikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, keadaanlingkungan, perkembangan dan tujuan pembelajaran.Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya meningkatkankomunikasi dengan orang tua mengenai keberadaan sarana danprasarana yang ada agar tercipta kelanjutan pengunaan alat-alat inidi lingkungan keluarga sehingga orangtua dapat membantumeningkatkan pembelajaran anaknya di rumah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan sarana dan prasarana untuk anak berkebutuhan khusus di

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dilakukan secara terpadu oleh

semua pihak yang terkait.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan alur penalaran yang didasarkan oleh tema

dan masalah dalam penelitian. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah:

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir

PENDIDIKANINKLUSIF

Peserta Didik

ManajemenSekolah

Sarana danPrasarana

Kurikulum

Tenaga Pendidik

KegiatanPembelajaran

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitan

1. Tempat Penelitian

Lokasi yang digunakan tempat penelitian adalah Kabupaten Wonogiri. Yang

memiliki 25 kecamatan, berdasarkan website resmi wonogiri, yaitu

www.wonogirikab.go.id.

2. Waktu Penelitian

Rencananya tahap persiapan hingga tahap pelaporan membutuhkan waktu

kurang lebih lima bulan, terhitung sejak Januari 2012. Berikut rincian jadwal

kegiatan penelitian:

Tabel 3. 1 Urutan waktu penelitian

B. Metode Penelitian

Bentuk dan strategi penelitian ini, adalah deskriptif kuantitatif dan

deskriptif kualitatif.

No Kegiatan BulanJanuari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Penyusunanproposal

2 Skripsi BabI,II,III

3 PenyusunanInstrumen

4 Perijinan

5 Pelaksanaanpenelitian

6 Analisis data

7 Penyusunanlaporan

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

C. Sumber Data

Sesuai dengan bentuk penelitian, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Dokumen

Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana

sampai yang lebih lengkap dan kompleks. Dalam penelitian ini dokumen

yang akan dianalisis antara lain : daftar inventaris sekolah, dan data arsip di

Dinas Pendidikan di Kabupaten Wonogiri.

2. Informan

Informan peneliti adalah para guru di berbagai sekolah, tenaga

administrative kabupaten atau sekolah, dan penyelenggara pendidikan secra

umum.

3. Hasil wawancara

Hasil wawancara tetang sarana dan prasarana penyelenggara pendidikan

iklusi menjadi salah satu sumber data untuk mencari informasi tentang

ketersediaan sarana dan prasarana inklusif, kelayakannya, dan hambatan

dalam pengadaan sarana dan prasarana tersebut.

D. Populasi dan Sampling

Menurut Gempur Santoso (2007:46) bahwa populasi adalah keseluruhan

atau himpunan obyek dengan ciri yang sama, sedangkan sampel adalah himpunan

bagian atau sebagian dari populasi.

Dalam penelitian ini, populasi adalah semua sekolah di kabupaten

Wonogiri, dan sampel dari penelitian ini adalah beberapa sekolah yang sudah

menyelengarakan pendidikan inklusif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

1. Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008:203) mengemukakan bahwa

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Sugiyono (2008:203) mengemukakan bahwa, “Observasi sebagaiteknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik biladibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dankuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasidengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi jugaobyek-obyek alam yang lain”.Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat

dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non

participant observation (observasi non partisipan). Dalam penelitian ini, yang

digunakan adalah non participant observation (observasi non partisipan).

Peneliti pada tahap ini tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang

dilakukan siswa dan guru. Fokus observasi penelitian ini adalah pada

ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pendidikan inklusif.

2. Wawancara

Esterberg (dalam Sugiyono, 2008) mendefinisikan wawancara sebagai

berikut, “Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonsultasikan makna

dalam suatu topik tertentu”( hlm.317).

Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa, “ Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondennya sedikit/kecil(hlm. 194).

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008) mengemukakan bahwa

anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

wawancara adalah sebagai berikut :

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

a) Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentangdirinya sendirib) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalahbenar dan dapat dipercayac) Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yangdimaksudkan oleh peneliti.(hlm. 194).

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak

terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun

dengan tidak langsung. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur melalui

tatap muka, yaitu teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi yang akan diperolehnya serta dilakukan secara

langsung melalui tatap muka tidak melalui perantara apapun. Oleh karena itu,

dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui kelengkapan

sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif di

Kabupaten Wonogiri, pada tahun 2012.

3. Teknik Analisis Dokumen

Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana

sampai yang lebih lengkap dan kompleks. Dalam penelitian ini dokumen yang

akan dianalisis antara lain : daftar inventaris sekolah, dan data-data dari Dinas

Pendidikan di Kabupaten Wonogiri.

F. Teknik Analisis Data

Sarwiji Suwandi (2008) mengemukakan bahwa, “Teknik analisis yang

digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara

lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) (hlm.70).

Teknik statistik deskriptif komparatif untuk menganalisis data kuantitatif,

misalnya hasil dari data dokumen yang ada dengan kondisi ideal kemudian

dilakukan perbandingan. Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah

karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

tengah, mancari persentase, dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca,dan

diikuti alur berfikirnya (grafik, tabel, chart).

Teknik analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif,

misalnya dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis

kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan dari

penyediaan sarana dan prasarana dalam proses perintisan sekolah inklusif ini

berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari

ketentuan yang ada.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri mulai tanggal 5 Juni

sampai dengan 3 Juli 2012. Penelitian ini mengangkat judul ” Studi Kelayakan

Sekolah Ditinjau dari Sarana dan Prasarana Pendukung Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif di Kabupaten Wonogiri Tahun 2012”, dengan tujuan

penelitian yaitu untuk mengetahui kelayakan sebuah sekolah, ditinjau dari sarana

dan prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif, di Kabupaten

Wonogiri, tahun 2012.

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupten yang terdapat di

provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02

Hektar atau 5,59% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah secara geografis terletak

antara 7032’ dan 8015’ Lintang Selatan (LS) dan antara 110041’ dan 111018’

Bujur Timur (BT). Kondisi topografi yang sebagian besar tanahnya berbukit

berupa pegunungan kapur, tidak rata dengan kemiringan rata-rata 300, ketinggian

tanah cukup bervariasi antar wilayah kecamatan yaitu mulai dari 106 meter

sampai dengan lebih dari 600 meter dpl (di atas permukaan laut). Kabupaten

Wonogiri memiliki batas wilayah yaitu batas sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah Timur berbatasan

dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur,

sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur serta

Samudra Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Secara administrasi Kabupaten Wonogiri terbagi atas 25

Kecamatan. Berikut daftar kecamatan yang terdapat di kabupaten Wonogiri,

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 4.1 Daftar nama kecamatan di kabupaten Wonogiri

Sumber: Data Penelitian 2012

Berdasarkan website resmi Kabupaten Wonogiri, yaitu

(www.wonogirikab.go.id ) data pada tahun 2007, bahwa Dinas Pendidikan

Kabupaten Wonogiri mencatat jumlah murid SD/MI adalah 98.381 orang dengan

jumlah sekolah sebanyak 862 SD/MI negeri maupun swasta. Rasio guru murid SD

sebesar 17, jumlah SLTP baik negeri maupun swasta tahun 2005 sebanyak 132

menampung murid 45.051 murid.

No Nama Kecamatan1 Baturetno2 Batuwarno3 Bulukerto4 Eromoko5 Girimarto6 Giritontro7 Giriwoyo8 Jatipurno9 Jatiroto10 Jatisrono11 Karangtengah12 Kismantoro13 Manyaran14 Ngadirojo15 Nguntoronadi16 Paranggupito17 Pracimantoro18 Puhpelem19 Purwantoro20 Selogiri21 Sidoarjo22 Slogohimo23 Tirtomoyo24 Wonogiri25 Wuryantoro

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini,

Tabel 4.2 Daftar Jumlah SLB, TK dan SD, Guru dan Murid Diperinciper Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran2007/2008

Kecamatan

Sekolah LuarBiasa

Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar

Sklh Guru Murid Sklh GR.PNSdan

NON

Murid Sklh Guru Murid

1.Pracimantoro - - - 25 50 569 54 406 5.3822.Paranggupito - - - 9 14 312 19 101 1.6193.Giritontro - - - 9 17 125 18 145 1.7374.Giriwoyo - - - 16 25 288 37 302 3.1685.Batuwarno - - - 17 39 229 19 130 1.4906.Karangtengah - - - 6 15 87 19 82 2.1117.Tirtomoyo - - - 20 72 492 43 322 4.5658.Nguntoronadi 1 5 41 14 33 274 24 164 1.9949.Baturetno - - - 31 85 780 38 309 4.14810.Eromoko 1 12 62 20 29 452 43 314 3.63711.Wuryantoro - - - 19 55 415 25 185 2.21112.Manyaran - - - 11 26 309 35 248 3.28213.Selogiri 2 23 81 24 58 564 33 329 3.32214.Wonogiri 1 14 83 54 186 1.809 54 507 7.73715.Ngadirojo - - - 26 72 489 41 322 4.80316.Sidoharjo - - - 22 53 521 33 223 4.15917.Jatiroto - - - 20 43 419 33 207 3.84918.Kismantoro - - - 15 30 276 27 207 3.89119.Purwantoro - - - 22 57 540 35 234 5.27120.Bulukerto - - - 17 44 374 25 166 3.38821.Puhpelem - - - 7 6 114 14 82 1.82422.Slogohimo - - - 24 54 591 39 285 5.14123.Jatisrono - - - 33 87 777 37 263 5.99524.Jatipurno - - - 18 22 376 28 159 3.69425.Girimarto - - - 24 45 343 35 257 3.772Tahun 2007Tahun 2006Tahun 2005Tahun 2004Tahun 2003

55544

5454493639

267248242196150

502499494455438

1.2171.0541.134921936

11.61611.57812.07910.75710.336

808816819820829

5.9495.7615.6765.5305.481

92.19093.68094.78695.77998.582

Sumber: www.wonogirikab.go.id

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel 4.3 Daftar Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat PertamaMenurut Status Guru dan Murid Diperinciper Kecamatan di Kabupaten WonogiriTahun Anggaran 2007/2008

KecamatanNegeri Swasta

Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid1. Pracimantoro 4 104 1.777 3 39 2912. Paranggupito 2 36 457 1 24 3183. Giritontro 2 82 1.300 1 16 1844. Giriwoyo 2 51 662 3 56 7385. Batuwarno 2 43 502 2 29 2486. Karangtengah 4 60 669 - - -7. Tirtomoyo 3 68 896 4 73 1.3298. Nguntoronadi 2 55 734 1 14 429. Baturetno 3 124 2.00 4 57 548

10. Eromoko 2 74 1.164 4 67 49911. Wuryantoro 2 81 1.196 2 28 18212. Manyaran 2 62 1.015 3 52 42613. Selogiri 4 148 1.647 1 22 5214. Wonogiri 7 302 4.144 4 62 39615. Ngadirojo 3 125 1.831 2 35 35316. Sidoharjo 3 102 1.560 1 14 15317. Jatiroto 3 92 1.396 1 22 17418. Kismantoro 3 65 985 - - -19. Purwantoro 4 136 2.301 - - -20. Bulukerto 3 68 1.080 - - -21. Puhpelem 2 41 642 - - -22. Slogohimo 2 53 1.001 2 38 52023. Jatisrono 4 153 2.464 1 17 23424. Jatipurno 2 64 1.197 1 23 37925. Girimarto 3 95 1.569 - - -Jumlah Th. 2007Jumlah Th. 2006Jumlah Th. 2005Jumlah Th. 2004Jumlah Th. 2003

7373707070

2.2842.2452.2582.1462.191

34.18934.17634.20234.01032.612

4142424042

688705726681713

7.0667.1917.3467.4397.694

Sumber: www.wonogirikab.go.id

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Sekolah Menengah Umum Menurut StatusGuru dan Murid Diperinci per Kecamatan Di KabupatenWonogiri Tahun Anggaran 2007/2008

KecamatanSekolah Menengah Umum

Negeri SwastaSkl Guru Murid Skl Guru Murid

1. Pracimantoro 1 38 529 - - -2. Paranggupito - - - 1 16 1483. Giritontro - - - - - -4. Giriwoyo - - - 1 17 3395. Batuwarno - - - - - -6.

Karangtengah-

- - - - -

7. Tirtomoyo - - - 1 13 2368.

Nguntoronadi-

- - - - -

9. Baturetno 1 64 976 1 21 11610. Eromoko - - - - - -11. Wuryantoro 1 47 696 - - -12. Manyaran 1 35 422 1 17 10613. Selogiri - - - - - -14. Wonogiri 3 200 3.020 4 88 59615. Ngadirojo - - - - - -16. Sidoharjo 1 27 269 - - -17. Jatiroto - - - - - -18. Kismantoro - - - - - -19. Purwantoro 1 34 606 - - -20. Bulukerto - - - - - -21. Puhpelem - - - - - -22. Slogohimo 1 37 518 - - -23. Jatisrono 1 47 601 - - -24. Jatipurno - - - - - -25. Girimarto - 34 444 - - -

Jumlah Th. 2007Jumlah Th. 2006Jumlah Th. 2005Jumlah Th. 2004Jumlah Th. 2003

1212121111

563525530482499

8.0817.8237.4477.3257.257

9991010

172169176207216

1.5411.6531.6321.6751.896

Sumber: www.wonogirikab.go.id

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Keseluruhan angket yang disebar di Kabupaten Wonogiri melalui Dinas

Pendidikan sebanyak 856 buah kepada seluruh sekolah baik SD/MI/SLB di

Wonogiri, yang selanjutnya di distribusikan kepada masing-masing kecamatan.

Seluruh angket dari tiap kecamatan, dikumpulkan kembali melalui Dinas

Pendidikan terlebih dahulu, kemudian diolah oleh peneliti dengan melakukan

rekapitulasi berdasarkan angket yang sudah terkumpul. Berdasarkan seluruh anget

yang disebar sebanyak 856, dapat terkumpul kembali sebanyak 682 buah. Rincian

dari masing-masing angket yang terkumpul adalah 677 angket dari SD/MI di

kabupaten Wonogiri dan 5 angket dari SLB di kabupaten Wonogiri. Sehingga

angket yang tidak kembali berjumlah 174 buah.

Terdapat 1 kecamatan yang tidak mengembalikan angket kepada Dinas

Pendidikan Kabupaten Wonogiri dan juga kepada peneliti yaitu kecamatan

Purwantoro. Sehingga, angket yang terkumpul hanya dari 24 kecamatan di

kabupaten Wonogiri. Itupun, tidak semua sekolah pada 24 kecamatan dapat

mengembalikan angket secara penuh kepada Dinas Pendidikan Kabupaten

Wonogiri. Beberapa angket yang tidak kembali dikarenakan lokasi yang jauh dari

Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri sehingga beberapa sekolah tidak dapat

mengembalikan angket pada waktu yang sudah ditentukan. Termasuk kecamatan

yang telah disebutkan yaitu kecamatan Purwantoro yang memiliki jarak tempuh

yang jauh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri, sehingga pada batas

tenggang waktu pengumpulan angket, tidak dapat mengumpulkan pada Dinas

Pendidikan.

Angket yang diperoleh dan yang kemudian diolah oleh peneliti melalui

tahapan rekapitulasi dalam penelitian ini adalah: untuk menentukan data jumlah

Anak berkebutuhan khusus, sarana dan prasarana pendukung pendidikan inklusif

yang meliputi sarana dan prasarana di sekolah, baik di dalam sekolah mapupun

sarana pendukung di luar sekolah, serta tenaga pendidik yang pernah

bersinggungan dengan dunia pendidikan inklusif di setiap kecamatan. Berikut

hasil rekapitulasi dari jumlah ABK di setiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri,

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Anak Berkebutuhan Khusus di Tiap Kecamatan

No Nama Kecamatan Frekuensi(F)

Presentase(P)

1 Baturetno 18 0,97 %2 Batuwarno 97 5,22 %3 Bulukerto 106 5,70 %4 Eromoko 109 5,86 %5 Girimarto 136 7,31 %6 Giritontro 45 2,42 %7 Giriwoyo 7 0,38 %8 Jatipurno 34 1,83 %9 Jatiroto 38 2,04 %10 Jatisrono 162 8,71 %11 Karangtengah 22 1,18 %12 Kismantoro 45 2,41 %13 Manyaran 13 0,69 %14 Ngadirojo 106 5,7 %15 Nguntoronadi 15 0,81 %16 Paranggupito 15 0,8 %17 Pracimantoro 84 4,52 %18 Puhpelem 8 0,44 %19 Purwantoro - -20 Selogiri 111 5,97 %21 Sidoarjo 92 4,94 %22 Slogohimo 218 11,72 %23 Tirtomoyo 50 2,68 %24 Wonogiri 314 16,89 %25 Wuryantoro 15 0,81 %

Jumlah (N) 1860 100 %Sumber : Data Penelitian 2012 dalam Skripsi Nurul Wachidah Syam (halm.94)

Selanjutnya paparan mengenai data sarana dan prasarana pendukung

pendidikan inklusif di kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Baturetno

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 26

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui 18

anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 5 siswa

perempuan, atau 0,97 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 4 siswa tunarungu, 3 siswa tunagrahita, 1 siswa tunalaras, dan 10

siswa berkesulitan belajar.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Jumlah seluruh guru yang berada di Kecamatan Baturetno sebanyak

262 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta studi banding ke sekolah

inklusif, sebanyak 1 orang atau 0,4 % dan peserta sosialisasi inklusif

sebanyak 1 orang atau 0,4 %, dari 262 keseluruhan guru yang terdapat di

kecamatan Baturetno.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Baturetno yaitu

sarana umum, dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak berbakat dan sarana untuk anak berkesulitan belajar

atau 28, 5 % dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang pendidikan inklusif

yang tersedia yaitu puskesmas, rumah sakit, psikiater/psikolog, dan sekolah

luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Baturetno sudah terdapat

puskesmas, rumah sakit, psikiater/psikolog, dan sekolah luar biasa.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat tersebut cukup

terjangkau, karena jarak tempuh yang cukup pendek, yaitu antara 2-4 km dari

masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan jumlah anak berkebutuhan khusus yang

jumlahnya sedikit, dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana

yang terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan

adalah perlunya guru kunjung dari sekolah luar biasa untuk memberikan

layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di

kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan

tenaga pendidik yang berkompeten.

2. Kecamatan Batuwarno

Sebanyak 30 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 97 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

58 siswa laki-laki dan 39 siswa perempuan atau 5,22 % dari jumlah anak

berkebutuhan khusus yang berada di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan

yang dialami oleh masing-masing anak adalah 3 siswa tunarungu, 7 siswa

tunagrahita, 3 siswa tunadaksa, 3 siswa tunalaras, dan 81 siswa berkesulitan

belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Baturetno sebanyak

144 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi didunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak

10 orang atau 6,9 %, peserta studi banding ke sekolah inklusif sebanyak 2

orang atau 1,4 %, 6 orang sebagai pengelola program inklusif atau 4,2%, dan

1 orang pernah menjadi pembicara mengenai pendidikan inklusif atau 0,7%,

dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Batuwarno.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Batuwarno yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunarungu, anak tunagrahita, anak tunadaksa, dan

sarana-prasarana untuk anak berkesulitan belajar atau 57,1 % dari semua

sarana khusus yang seharusnya ada untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusif. Sarana penunjang pendidikan inklusif yang tersedia yaitu

puskesmas, rumah sakit, dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Batuwarno sudah terdapat

puskesmas, rumah sakit, dan sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum

menuju tempat-tempat tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang

cukup bervariasi pula, yaitu antara 1-11 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB serta memadainya jumlah sarana-prasarana

yang terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan

adalah perlunya adanya sekolah inklusif untuk memberikan layanan

pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik

yang berkompeten.

3. Kecamatan Bulukerto

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 25

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

106 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari 66 siswa laki-laki dan 40

siswa perempuan, atau 5,70 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang

berada di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-

masing anak adalah 3 siswa tunarungu, 20 siswa tunagrahita, 2 siswa

tunadaksa, 7 siswa tunalaras, 70 siswa berkesulitan belajar, 3 siswa berbakat,

dan 1 siswa tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Bulukerto sebanyak

208 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak

19 orang atau 9,1 %, peserta studi banding ke sekolah inklusif sebanyak 9

orang atau 4,3 %, 8 orang sebagai pengelola program inklusif 3,9%, dan 8

orang pernah menjadi pembicara mengenai pendidikan inklusif atau 3,9 %,

dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Bulukerto.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Bulukerto yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunarungu, anak tunagrahita, anak berbakat, dan anak

berkesulitan belajar atau 57,1 % dari semua sarana khusus yang seharusnya

ada untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang

tersedia yaitu puskesmas dan rumah sakit.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Bulukerto terdapat puskesmas dan

rumah sakit, aksesibilitas sekolah umum menuju tempat rujukan tersebut

cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi pula, yaitu

antara 1-7 km dari masing-masing sekolah.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif untuk memberikan

layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di

kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan

tenaga pendidik yang berkompeten.

4. Kecamatan Eromoko

Sebanyak 41 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 109 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri

dari 67 siswa laki-laki dan 42 siswa perempuan atau 5,86%. Jenis kelainan

yang dialami oleh masing-masing anak adalah 6 siswa tunarungu, 4 siswa

tunagrahita, 2 siswa tunadaksa, 5 siswa tunalaras, 91 siswa berkesulitan

belajar, dan 1 siswa tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Eromoko sebanyak

372 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak

11 orang atau 3 %, 12 orang sebagai pengelola program inklusif atau 3,2%,

dan 8 orang pernah menjadi pembicara mengenai pendidikan inklusif atau 2,2

%, dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Eromoko.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Eromoko yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunagrahita, anak tunadaksa, anak tunalaras, anak

berbakat, dan sarana untuk anak berkesulitan belajar atau 71,4 % dari semua

sarana khusus yang seharusnya ada untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas dan rumah sakit.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Eromoko terdapat puskesmas dan

rumah sakit, aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat tersebut

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi pula, yaitu

antara 1-22 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya guru kunjung dari sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif

untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus

yang terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta

menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

5. Kecamatan Girimarto

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 35

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

136 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari 91 siswa laki-laki dan 45

siswa perempuan, atau 7,31 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang

berada di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-

masing anak adalah 4 siswa tunanetra, 6 siswa tunarungu, 12 siswa

tunagrahita, 1 siswa tunadaksa, 112 siswa berkesulitan belajar, dan 1 siswa

tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Girimarto sebanyak

329 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif belum ada dari keseluruhan guru yang terdapat di

kecamatan Girimarto.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Girimarto yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunalaras dan anak berkesulitan belajar atau 28,6 %

dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Berdasarkan angket, di Kecamatan Girimarto terdapat puskesmas,

aksesibilitas sekolah umum menuju tempat tersebut cukup bervariasi, karena

jarak tempuh yang cukup bervariasi pula, yaitu antara 1-11 km dari masing-

masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya guru kunjung dari sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif

untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus

yang terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta

menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

6. Kecamatan Giritontro

Sebanyak 17 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 45 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari

33 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan atau 2,42%. Jenis kelainan yang

dialami oleh masing-masing anak adalah 1 siswa tunarungu, 5 siswa

tunagrahita, 37 siswa berkesulitan belajar, dan 2 siswa tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Giritontro sebanyak

108 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif belum ada dari keseluruhan guru yang terdapat di

kecamatan Girimarto.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Giritontro yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunadaksa dan sarana untuk anak berkesulitan belajar

atau 28,6 % dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu

puskesmas, psikiater/psikolog, dan sekolah luar biasa.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Berdasarkan angket, di Kecamatan Giritontro terdapat puskesmas,

psikiater/psikolog, dan sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum

menuju tempat tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup

bervariasi pula, yaitu antara 1-20 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya sedikit,

dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang terdapat di

sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah perlunya

guru kunjung dari sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

7. Kecamatan Giriwoyo

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 32

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui 7

anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 5 siswa laki-laki dan 2 siswa

perempuan, atau 0,39 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 2 siswa tunarungu, 1 siswa tunadaksa, dan 4 siswa berkesulitan

belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Giriwoyo sebanyak

263 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak

18 orang atau 6,8 % dan 6 orang sebagai peserta studi banding ke sekolah

inklusif atau 2,3%, dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan

Giriwoyo.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Giriwoyo yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunarungu dan sarana untuk anak berkesulitan belajar

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

atau 28,6 % dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu

puskesmas dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Giriwoyo terdapat puskesmas dan

sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat

tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi pula,

yaitu antara 300m-10 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya sedikit,

dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang terdapat di

sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah perlunya

guru kunjung dari sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

8. Kecamatan Jatipurno

Sebanyak 27 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 34 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari

27 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan atau 1,83 %. Jenis kelainan yang

dialami oleh masing-masing anak adalah 3 siswa tunarungu, 4 siswa

tunagrahita, 1 siswa tunadaksa, 4 siswa tunalaras, 21 siswa berkesulitan

belajar, dan 1 siswa berbakat.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Jatipurno sebanyak

295 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak 5

orang atau 1,7 % dan 1 orang sebagai pengelola program inklusif atau 0,3%,

dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Jatipurno.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Jatipurno yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

lain: sarana untuk anak tunanetra, anak tunagrahita, anak berbakat, dan sarana

untuk anak berkesulitan belajar atau 57,1 % dari semua sarana khusus yang

seharusnya ada untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana

penunjang yang tersedia yaitu puskesmas.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Jatipurno terdapat puskesmas.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat tersebut cukup terjangkau, karena

jarak tempuh yang cukup pendek, yaitu antara 2-3 km dari masing-masing

sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya adanya sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

9. Kecamatan Jatiroto

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 32

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

38 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 31 siswa laki-laki dan 7 siswa

perempuan, atau 2,04 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 1 siswa tunanetra, 3 siswa tunarungu, 5 siswa tunagrahita, dan 29

siswa berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Jatiroto sebanyak

249 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak 4

orang atau 1,6 %, dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Jatiroto.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Jatipurno yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak berbakat dan sarana untuk anak berkesulitan belajar

belajar atau 28,6 % dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu

puskesmas, rumah sakit, dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Jatiroto terdapat puskesmas.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat tersebut cukup terjangkau, karena

jarak tempuh yang cukup pendek, yaitu antara 100 m-45 km dari masing-

masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya guru kunjung dari sekolah luar biasa untuk memberikan layanan

pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan

tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik

yang berkompeten.

10. Kecamatan Jatisrono

Sebanyak 37 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 162 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri

dari 109 siswa laki-laki dan 53 siswa perempuan atau 8,71 %. Jenis kelainan

yang dialami oleh masing-masing anak adalah 1 siswa tunanetra, 4 siswa

tunarungu, 16 siswa tunagrahita, 4 siswa tunadaksa, 7 siswa tunalaras, 126

siswa berkesulitan belajar, dan 4 siswa berbakat.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Jatisrono sebanyak

336 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak 6

orang atau 1,8 %, 1 orang peserta studi banding ke sekolah inklusif atau 0,3

%,dan 1 orang sebagai pengelola program inklusif atau 0,3 % dari

keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Jatisrono.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Jatipurno yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunarungu, anak tunadaksa, dan sarana untuk anak

berkesulitan belajar atau 42,9 % dari semua sarana khusus yang seharusnya

ada untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang

tersedia yaitu puskesmas, rumah sakit, dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Jatisrono terdapat puskesmas,

rumah sakit, dan sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju

tempat tersebut cukup terjangkau, karena jarak tempuh yang cukup pendek,

yaitu antara 1-10 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya guru kunjung dari sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif

untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus

yang terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta

menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

11. Kecamatan Karangtengah

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 14

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

22 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 15 siswa laki-laki dan 7 siswa

perempuan, atau 1,18 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 1 siswa tunarungu, 8 siswa tunagrahita, 1 siswa tunadaksa, 3

siswa tunalaras, dan 9 siswa berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Karangtengah

sebanyak 139 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di

dunia pendidikan inklusif belum ada dari keseluruhan guru yang terdapat di

kecamatan Karangtengah.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Karangtengah yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak berbakat dan sarana untuk anak berkesulitan belajar

atau 28,6 % dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu

puskesmas dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Karangtengah terdapat puskesmas

dan sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat

tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu

antara 2,5 - 13 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya guru kunjung dari sekolah luar biasa untuk memberikan layanan

pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan

tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik

yang berkompeten.

12. Kecamatan Kismantoro

Sebanyak 21 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 45 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari

33 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan atau 2,41 %. Jenis kelainan yang

dialami oleh masing-masing anak adalah 3 siswa tunarungu, 3 siswa

tunadaksa, dan 39 siswa berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Kismantoro

sebanyak 215 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di

dunia pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif

sebanyak 3 orang atau 1,4 % dan 1 orang peserta studi banding ke sekolah

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

inklusif atau 0,5 % dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan

Jatisrono.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Kismantoro yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak berbakat dan anak berkesulitan belajar atau 28,6 %

dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Karangtengah terdapat puskesmas

dan sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat

tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu

antara 1 - 9 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya adanya sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

13. Kecamatan Manyaran

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 32

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

13 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 9 siswa laki-laki dan 4 siswa

perempuan, atau 0,69 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 1 siswa tunarungu, 3 siswa tunagrahita, 3 siswa tunadaksa, 2

siswa tunalaras, 2 siswa berkesulitan belajar, dan 2 siswa tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Manyaran sebanyak

315 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak 4

orang atau 1,3 % dan 1 orang peserta studi banding ke sekolah inklusif atau

0,3 % dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Manyaran.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Manyaran yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak berbakat dan sarana untuk anak berkesulitan belajar

atau 28,6 % dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu

puskesmas dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Manyaran terdapat puskesmas dan

sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat

tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu

antara 1 - 10 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya sedikit,

dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang terdapat di

sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah perlunya

guru kunjung dari sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

14. Kecamatan Ngadirojo

Sebanyak 41 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 106 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri

dari 75 siswa laki-laki dan 31 siswa perempuan atau 5,7 %. Jenis kelainan

yang dialami oleh masing-masing anak adalah 16 siswa tunarungu, 24 siswa

tunagrahita, 1 siswa tunadaksa, 2 siswa tunalaras, 61 siswa berkesulitan

belajar, dan 2 siswa tunaganda.

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Ngadirojo sebanyak

353 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak 9

orang atau 2,6 %, 3 orang peserta studi banding ke sekolah inklusif atau 0,9%

dan 2 orang pengelola program inklusi atau 0,6% dari keseluruhan guru yang

terdapat di kecamatan Ngadirojo.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Ngadirojo yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunadaksa, anak tunagrahita, anak berbakat dan sarana

untuk anak berkesulitan belajar atau 57,1 % dari semua sarana khusus yang

seharusnya ada untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana

penunjang yang tersedia yaitu puskesmas dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Ngadirojo terdapat puskesmas dan

sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat

tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu

antara 0,2-15 km dari masing-masing sekolah.

Sekolah Luar Biasa yang terdapat di Kecamatan Ngadirojo yaitu SLB

BC YMS Wonogiri, dengan jumlah murid 55 siswa, sarana dan prasarana

yang terdapat di SLB tersebut adalah sarana untuk anak tunanetra, cukup

lengkap, sarana untuk anak tunarungu, cukup lengkap, sarana untuk anak

tunagrahita, cukup lengkap, sarana untuk tunadaksa, cukup lengkap, sarana

untuk anak tunalaras, cukup lengkap, sarana untuk anak berkesulitan belajar,

cukup lengkap, dan sarana untuk anak berbakat, cukup lengkap. Sarana

penunjang yang ada si lingkungan SLB yaitu Puskesmas, dokter umum,

dokter spesialis anak, dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan (THT),

dan dokter spesialis gigi, dengan jarak masing-masing tidak terlalu jauh,

antara 2-6 km. Tenaga pendidik di SLB ini cukup berkompeten, dengan 15

tenaga pendidik, dan 1 penjaga sekolah.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum serta sudah adanya SLB dengan sarana yang sudah

cukup memadai, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah perlunya

adanya guru kunjung dari sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif

untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus

yang terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta

menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

15. Kecamatan Nguntoronadi

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 22

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

15 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 10 siswa laki-laki dan 5 siswa

perempuan, atau 0,81 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 3 siswa tunarungu, 5 siswa tunagrahita, 6 siswa berkesulitan

belajar, dan 1 anak tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Nguntoronadi

sebanyak 213 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di

dunia pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif

sebanyak 3 orang atau 1,4 % dan 1 orang pengelola program inklusif atau

0,5% dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Nguntoronadi.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Nguntoronadi yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di Kecamatan ini antara

lain: sarana untuk anak tunagrahita, dan anak berkesulitan belajar atau 28,6 %

dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Nguntoronadi terdapat puskesmas.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat tersebut cukup bervariasi, karena

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu antara 0,7-7 km dari masing-

masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya sedikit,

dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang terdapat di

sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah perlunya

adanya sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak

berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi

sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

16. Kecamatan Paranggupito

Sebanyak 18 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 15 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari

9 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan atau 0,81 %. Jenis kelainan yang

dialami oleh masing-masing anak adalah 2 siswa tunarungu, 3 siswa

tunagrahita, dan 10 siswa berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Paranggupito

sebanyak 147 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di

dunia pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif

sebanyak 3 orang atau 2 % dan 1 orang pengelola program inklusif atau 0,7%

dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Paranggupito.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Paranggupito yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusif belum tersedia. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Paranggupito terdapat puskesmas.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat tersebut cukup bervariasi, karena

jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu antara 0,5-7 km dari masing-

masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

sedikit, dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya adanya sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

17. Kecamatan Pracimantoro

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 39

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

84 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 67 siswa laki-laki dan 17 siswa

perempuan, atau 4,52 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 3 siswa tunarungu, 5 siswa tunagrahita, 1 siswa tunalaras, dan 75

siswa berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Pracimantoro

sebanyak 391 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di

dunia pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif

sebanyak 19 orang atau 4,9 %, 8 orang sebagai peserta studi banding ke

sekolah inklusif atau 2% dan 8 orang sebagai pengelola program inklusif

atau 2 % dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Pracimantoro.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Pracimantoro yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusif belum tersedia. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas dan

rumah sakit.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Pracimantoro terdapat puskesmas

dan rumah sakit. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat tersebut

cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu antara

0,2-15 km dari masing-masing sekolah.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

sedikit, dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya adanya sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

18. Kecamatan Puhpelem

Sebanyak 14 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 8 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari

3 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan atau 0,44 %. Jenis kelainan yang

dialami oleh masing-masing anak adalah 1 siswa tunanetra, 3 siswa

tunarungu, 5 siswa tunagrahita,1 siswa tunadaksa, dan 1 siswa tunalaras, dan

2 siswa berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Puhpelem sebanyak

103 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif belum ada, dari keseluruhan guru yang terdapat di

kecamatan Puhpelem.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Puhpelem yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusif belum tersedia. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Puhpelem terdapat puskesmas.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat tersebut cukup bervariasi, karena

jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu antara 0,4-4 km dari masing-

masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

sedikit, dan belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

perlunya adanya sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

19. Kecamatan Purwantoro

Tidak ada data yang kembali kepada peneliti, sehingga peneliti tidak

dapat menganalisis lebih lanjut.

20. Kecamatan Selogiri

Sebanyak 32 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 111 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri

dari 87 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan atau 5,97 %. Jenis kelainan

yang dialami oleh masing-masing anak adalah adalah 1 siswa tunarungu, 3

siswa tunagrahita, 1 siswa tunadaksa, 99 siswa tunalaras, dan 7 siswa

berbakat.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Selogiri sebanyak

331 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak

20 orang atau 6 % dan 25 orang sebagai pengelola program inklusif atau

7,6% dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Selogiri.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Selogiri yaitu sarana

umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan ini

antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di kecamatan ini adalah

untuk anak tunagrahita, anak tunadaksa, anak tunalaras, anak berbakat dan

sarana untuk anak berkesulitan belajar. Sarana penunjang yang tersedia yaitu

puskesmas, rumah sakit, sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Selogiri terdapat puskesmas.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat tersebut cukup bervariasi,

karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu antara 1-8 km dari masing-

masing sekolah.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya adanya guru kunjung dari sekolah luar biasa dan perlunya sekolah

inklusif untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan

khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana

serta menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

21. Kecamatan Sidoharjo

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 32

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

92 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 59 siswa laki-laki dan 33 siswa

perempuan, atau 4,94 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada

di Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing

anak adalah 6 siswa tunarungu, 4 siswa tunagrahita, 4 siswa tunadaksa, 5

siswa tunalaras, dan 73 siswa berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Sidoharjo sebanyak

322 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak 6

orang atau 1,9 % dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan

Sidoharjo.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Sidoharjo yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di kecamatan ini adalah

sarana untuk anak tunalaras dan anak berkesulitan belajar atau 28,6 % dari

semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Sidoharjo terdapat puskesmas.

Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat tersebut cukup bervariasi, karena

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu antara 0,1-10 km dari masing-

masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, serta belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya adanya sekolah luar biasa untuk memberikan layanan pendidikan

kepada anak berkebutuhan khusus yang terdapat di kecamatan tersebut dan

melengkapi sarana-prasarana serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

22. Kecamatan Slogohimo

Sebanyak 38 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 218 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri

dari 87 139 siswa laki-laki dan 79 siswa perempuan atau 11,72 %. Jenis

kelainan yang dialami oleh masing-masing anak adalah 3 siswa tunarungu, 1

siswa tunagrahita, 3 siswa tunadaksa, 6 siswa tunalaras, dan 193 siswa

berkesulitan belajar.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Slogohimo

sebanyak 346 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di

dunia pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif

sebanyak 13 orang atau 3,8%, 1 orang peserta studi banding ke sekolah

inklusif atau 0,3%, dan 14 orang sebagai pengelola program inklusif atau 4%

dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Slogohimo.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Slogohimo yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di kecamatan ini adalah

sarana untuk anak tunarungu, anak tunagrahita, anak berbakat, dan sarana

untuk anak berkesulitan belajar atau 57,1 % dari semua sarana khusus yang

seharusnya ada untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana

penunjang yang tersedia yaitu puskesmas, rumah sakit, dan psikolog.

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Berdasarkan angket, di Kecamatan Slogohimo terdapat puskesmas,

rumah sakit, dan psikolog. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-

tempat tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi,

yaitu antara 0,5-25 km dari masing-masing sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, serta belum adanya SLB serta minimnya sarana-prasarana yang

terdapat di sekolah umum, maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah

perlunya adanya sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif untuk

memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang

terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta

menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

23. Kecamatan Tirtomoyo

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti, ada 28

sekolah dasar yang mengisi angket tersebut. Dari angket tersebut diketahui

50 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri 27 siswa laki-laki dan 23 siswa

perempuan atau 2,68 % dari jumlah anak berkebutuhan khusus yang berada di

Kabupaten Wonogiri. Jenis kelainan yang dialami oleh masing-masing anak

adalah 1 siswa tunanetra, 7 siswa tunarungu, 10 siswa tunagrahita, 3 siswa

tunadaksa, 2 siswa tunalaras, 22 siswa berkesulitan belajar, 3 siswa berbakat,

dan 2 siswa tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Tirtomoyo

sebanyak 515 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di

dunia pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif

sebanyak 9 orang atau 1,8%, 3 orang peserta studi banding ke sekolah

inklusif atau 0,6%, dan 2 orang sebagai pengelola program inklusif atau

0,4% dari keseluruhan guru yang terdapat di kecamatan Tirtomoyo.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Slogohimo yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di kecamatan ini adalah

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

sarana untuk anak berbakat dan sarana untuk anak berkesulitan belajar atau

28,6 % dari semua sarana khusus yang seharusnya ada untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sarana penunjang yang tersedia yaitu

puskesmas dan sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Tirtomoyo terdapat puskesmas dan

sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat

tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu

antara 2-17 km dari masing-masing sekolah.

Sekolah Luar Biasa yang terdapat di kecamatan Tirtomoyo yaitu SLB

Sulaisa, dengan jumlah murid 24 siswa, sarana dan prasarana yang terdapat

di SLB tersebut adalah sarana untuk anak tunanetra, kurang lengkap, sarana

untuk anak tunarungu, cukup lengkap, sarana untuk anak tunagrahita, cukup

lengkap, sarana untuk tunadaksa, cukup lengkap, sarana untuk anak tunalaras,

cukup lengkap, sarana untuk anak berkesulitan belajar, cukup lengkap, dan

sarana untuk anak berbakat, cukup lengkap. Sarana penunjang yang ada di

lingkungan SLB yaitu Puskesmas dan dokter umum. Tenaga pendidik di SLB

ini cukup berkompeten, dengan 6 tenaga pendidik.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB dengan sarana dan prasarana yang cukup

memadai serta minimnya sarana-prasarana yang terdapat di sekolah umum,

maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah perlunya adanya guru

kunjung dari sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif untuk

memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang

terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta

menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

24. Kecamatan Wonogiri

Sebanyak 49 angket sekolah dasar yang dikumpulkan kepada peneliti.

Dari angket tersebut diketahui 314 anak berkebutuhan khusus, yang terdiri

dari 211 siswa laki-laki dan 103 siswa perempuan atau 11,72 %. Jenis

kelainan yang dialami oleh masing-masing anak adalah 3 siswa tunanetra, 9

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

siswa tunarungu, 24 siswa tunagrahita, 3 siswa tunadaksa, 9 siswa tunalaras,

262 siswa berkesulitan belajar, 2 siswa berbakat, dan 1 siswa tunaganda.

Jumlah seluruh guru yang terdapat di Kecamatan Wonogiri sebanyak

533 guru. Pengalaman tenaga pendidik yang pernah berprofesi di dunia

pendidikan inklusif, antara lain sebagai peserta sosialisasi inklusif sebanyak

55 orang atau 10,3%, 13 orang peserta studi banding ke sekolah inklusif atau

2,4%, 39 orang sebagai pengelola program inklusif atau 7,3%, dan 7 orang

sebagai pembicara engenai pendidikan inklusif atau 1,3 % dari keseluruhan

guru yang terdapat di kecamatan Wonogiri.

Sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Wonogiri yaitu

sarana umum dan sarana khusus. Sarana umum yang terdapat di Kecamatan

ini antara lain: ruang kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang

BP,ruang UKS, Ruang kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet,

dan kantin sekolah. Sarana khusus yang terdapat di kecamatan ini adalah

sarana untuk anak tunanetra, anak tunarungu, anak tunagrahita, anak berbakat

dan sarana untuk anak berkesulitan belajar atau 71,4 % dari semua sarana

khusus yang seharusnya ada untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif.

Sarana penunjang yang tersedia yaitu puskesmas, rumah sakit, psikolog, dan

sekolah luar biasa.

Berdasarkan angket, di Kecamatan Wonogiri terdapat puskesmas dan

sekolah luar biasa. Aksesibilitas sekolah umum menuju tempat-tempat

tersebut cukup bervariasi, karena jarak tempuh yang cukup bervariasi, yaitu

antara 0,1-35 km dari masing-masing sekolah.

Sekolah Luar Biasa yang terdapat di kecamatan Wonogiri yaitu ada 3

SLB, yaitu SLB Negeri Wonogiri, SLB B C YSBPD Wuryantoro, dan SLB

Giri Wiyata Dharma.

SLB Negeri Wonogiri, jumlah murid di SLB ini tidak diketahui

karena data yang masuk tidak dituliskan nama-nama murid. Sarana dan

prasarana yang terdapat di SLB tersebut adalah sarana untuk anak tunanetra,

cukup lengkap, sarana untuk anak tunarungu, cukup lengkap, sarana untuk

anak tunagrahita, cukup lengkap, sarana untuk tunadaksa, cukup lengkap,

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

sarana untuk anak tunalaras, cukup lengkap, sarana untuk anak berkesulitan

belajar, cukup lengkap, dan sarana untuk anak berbakat, cukup lengkap.

Sarana penunjang yang ada di lingkungan SLB yaitu Puskesmas dengan jarak

dari SLB yaitu 5 km, rumah sakit dengan jarak dari SLB yaitu 2 km, dokter

umum dengan jarak dari SLB yaitu 2 km, dokter spesialis anak dengan jarak

dari SLB yaitu 2 km, dokter spesialis kandungan dengan jarak dari SLB yaitu

2 km, dokter spesialis mata dengan jarak dari SLB yaitu 3 km, dokter

spesialis telinga hidung dan tenggorokan (THT) dengan jarak dari SLB yaitu

2 km, dokter spesialis syaraf dengan jarak dari SLB yaitu 3 km, dokter

spesialis organ dalam dengan jarak dari SLB yaitu 2 km, dokter spesialis

ortopedi dengan jarak dari SLB yaitu 2 km, dokter spesialis kulit dan kelamin

dengan jarak dari SLB yaitu 3 km, dokter spesialis gigi dengan jarak dari

SLB yaitu 2 km, dan psikiater/psikolog dengan jarak dari SLB yaitu 3 km.

Tenaga pendidik di SLB ini cukup berkompeten, dengan 11 tenaga pendidik.

SLB B C YSBPD Wuryantoro, jumlah murid di SLB ini sebanyak 23

siswa. Sarana dan prasarana yang terdapat di SLB tersebut adalah sarana

untuk anak tunanetra, kurang lengkap, sarana untuk anak tunarungu, cukup

lengkap, sarana untuk anak tunagrahita, cukup lengkap, sarana untuk

tunadaksa, cukup lengkap, sarana untuk anak tunalaras, tidak lengkap, sarana

untuk anak berkesulitan belajar, tidak lengkap, dan sarana untuk anak

berbakat, tidak lengkap. Sarana penunjang yang ada di lingkungan SLB yaitu

Puskesmas dengan jarak dari SLB yaitu 5 km, rumah sakit dengan jarak dari

SLB yaitu 5 km, dan dokter umum dengan jarak dari SLB yaitu 1 km. Tenaga

pendidik di SLB ini cukup berkompeten, dengan 8 tenaga pendidik, dan 1

penjaga sekolah.

Mempertimbangkan anak berebutuhan khusus yang jumlahnya

banyak, dan sudah adanya SLB dengan sarana dan prasarana yang cukup

memadai serta minimnya sarana-prasarana yang terdapat di sekolah umum,

maka pelayanan yang mungkin diterapkan adalah perlunya adanya guru

kunjung dari sekolah luar biasa dan perlunya sekolah inklusif untuk

memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

terdapat di kecamatan tersebut dan melengkapi sarana-prasarana serta

menyiapkan tenaga pendidik yang berkompeten.

25. Kecamatan Wuryantoro

Berdasarkan angket yang dikumpulkan kepada peneliti ada 1 sekolah

luar biasa yang ada di Kecamatan Wuryantoro, yaitu SLB ada 23 peserta

didik, yaitu 12 laki-laki dan 11 perempuan. Rincian dari jenis kelainan yang

dialami oleh masing-masing anak adalah 11 siswa tunarungu dan 12 siswa

tunagrahita. Sarana dan prasarana yang terdapat di SLB tersebut adalah

sarana untuk anak tunanetra, kurang lengkap, sarana untuk anak tunarungu,

cukup lengkap, sarana untuk anak tunagrahita, cukup lengkap, sarana untuk

tunadaksa, kurang lengkap, sarana untuk anak tunalaras, tidak lengkap, sarana

untuk anak berkesulitan belajar, tidak lengkap ,dan sarana untuk anak

berbakat, tidak lengkap. Sarana penunjang yang ada di lingkungan SLB yaitu

Puskesmas dengan jarak dari SLB yaitu 5 km, rumah sakit dengan jarak dari

SLB yaitu 5 km, dan dokter umum dengan jarak dari SLB yaitu 1 km. Tenaga

pendidik di SLB ini cukup berkompeten, dengan 8 tenaga pendidik, dan 1

penjaga sekolah.

Data anak berkebutuahan khusus di sekolah umum tidak dapat

diketahui, karena angket yang peneliti sediakan, tidak dikembalikan pada

peneliti pada watu yang sudah ditentukan.

Melihat sarana-prasarana SLB yang masih minim, pelayanan yang

mungkin diterapkan adalah perlunya penambahan sarana dan prasarana untuk

memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yang

terdapat di kecamatan tersebut serta menyiapkan tenaga pendidik yang

berkompeten.

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

C. Pembahasan

Pada bagian pembahasan, peneliti dipaparkan mengenai studi kelayakan

sekolah ditinjau dari sarana dan prasarana pendukung penyelenggraan pendidikan

inklusif di Kabupaten Wonogiri tahun 2012, yang meliputi sarana dan prasarana

yang sudah tersedia di Kabupaten Wonogiri, sumber daya manusia/tenaga

kependidikan, dan aksesibilitas yang sudah terdapat di Kabupaten Wonogiri.

1. Sarana dan Prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusi

yang tedapat di Kabupaten Wonogiri tahun 2012

Berdasarkan buku Petunjuk Pedoman Pelaksanaan Dan

Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu Atau Inklusif yang diterbitkan oleh

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:

Jilid 5), diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa, bahwa sarana dan

prasarana yang terdapat di sekolah yaitu sarana umum dan sarana khusus.

Sarana umum yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, yaitu ruang

kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang UKS, ruang

kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet, dan kantin sekolah atau

100% dari sarana umum yang seharusnya ada di sekolah.

Sarana khusus yang terdapat di Kabupaten Wonogiri ini adalah sarana

untuk anak tunanetra, anak tunarungu, anak tunagrahita, anak tunadaksa, anak

tunalaras, anak berbakat, anak berkesulitan belajar. Hal ini sesuai dengan buku

Petunjuk Pedoman Pelaksanaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu

Atau Inklusif yang diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa

(Departemen Pendidikan Nasional, 2004: Jilid 5:4-41), bahwa sarana khusus

dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah sarana untuk anak

tunanetra, anak tunarungu, anak tunagrahita, anak tunadaksa, anak tunalaras,

anak berbakat, anak berkesulitan belajar.

2. Sumber daya manusia/tenaga kependidikan yang pernah perprofesi di

bidang inklusif

Berdasarkan buku Modul Training of Trainer (ToT) Pendidikan

Inklusif (Departemen Pendidikan Nasional, 2009: 183), bahwa sebagai

pengelola pendidikan inklusif, tenaga pendidik diharapkan memiliki

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

kompetensi/pengalaman dalam bidang Pendidikan Inklusif, yaitu sebagai

peserta sosialisasi/diklat khusus, sebagai peserta studi banding ke sekolah

inklusi, sebagai pembicara tentang inklusi, dan/atau sebagai pengelola program

inklusif.

Berdasarkan data temuan peneliti, total guru sekolah dasar di

Kabupaten Wonogiri sejumlah 6339 guru, 412 orang guru yang pernah

berprofesi di bidang inklusif atau 6,5% dari jumlah semua guru sekolah dasar

di Kabupaten Wonogiri.

Rincian guru yang pernah berprofesi di bidang inklusif yaitu sebagai

peserta sosialisasi/diklat khusus sebanyak 218 guru atau 3,4%, sebagai peserta

studi banding ke sekolah inklusi, 49 guru atau 0,8 %, sebagai pembicara

tentang inklusi 24 guru atau 0,4 %, dan sebagai pengelola program inklusif

sebanyak 121 guru atau 1,9%.

3. Aksesibilitas Yang Sudah Terdapat Di Kabupaten Wonogiri

Aksesibilitas yang terdapat di kabupaten Wonogiri yaitu puskesmas,

rumah sakit, psikolog, dan 5 buah sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa yang

sudah ada di kabupaten Wonogiri yaitu SLB BC YMS Wonogiri di Kecamatan

Ngadirojo, SLB Sulaisa di Kecamatan Tirtomoyo, dan 3 SLB di Kecamatan

Wonogiri, yaitu SLB Negeri Wonogiri, SLB B C YSBPD Wuryantoro, dan

SLB Giri Wiyata Dharma.

Data yang diperoleh di atas berdasarkan pada hasil perolehan angket yang

dikembalikan oleh tiap kecamatan kepada peneliti atau kepada Dinas Pendidikan

Kabupaten Wonogiri.

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada tujuan penelitian ini dan setelah dilakukan penelitian,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

4. Sarana dan Prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusi

yang tedapat di Kabupaten Wonogiri tahun 2012

Sarana umum yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, yaitu ruang

kelas, ruang praktikum, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang UKS, ruang

kepala sekolah dan guru, lapangan olahraga, toilet, dan kantin sekolah atau

100% dari sarana umum yang seharusnya ada di sekolah.

Sarana khusus yang terdapat di Kabupaten Wonogiri ini adalah sarana

untuk anak tunanetra, anak tunarungu, anak tunagrahita, anak tunadaksa, anak

tunalaras, anak berbakat, anak berkesulitan belajar.

5. Sumber daya manusia/tenaga kependidikan yang pernah perprofesi di

bidang inklusif

Berdasarkan data temuan peneliti, total guru sekolah dasar di

Kabupaten Wonogiri sejumlah 6339 guru, 412 orang guru yang pernah

berprofesi di bidang inklusif atau 6,5% dari jumlah semua guru sekolah dasar

di Kabupaten Wonogiri.

Rincian guru yang pernah berprofesi di bidang inklusif yaitu sebagai

peserta sosialisasi/diklat khusus sebanyak 218 guru atau 3,4%, sebagai peserta

studi banding ke sekolah inklusi, 49 guru atau 0,8 %, sebagai pembicara

tentang inklusi 24 guru atau 0,4 %, dan sebagai pengelola program inklusif

sebanyak 121 guru atau 1,9%.

6. Aksesibilitas Yang Sudah Terdapat Di Kabupaten Wonogiri

Aksesibilitas yang terdapat di kabupaten Wonogiri yaitu puskesmas,

rumah sakit, psikolog, dan 5 buah sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa yang

sudah ada di kabupaten Wonogiri yaitu SLB BC YMS Wonogiri di

Kecamatan Ngadirojo, SLB Sulaisa di Kecamatan Tirtomoyo, dan 3 SLB di

Kecamatan Wonogiri, yaitu SLB Negeri Wonogiri, SLB B C YSBPD

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Wuryantoro, dan SLB Giri Wiyata Dharma. Dengan jarak tempuh yang

bervariasi, mulai dari 1 km sampai degan 35 km dari masing-masing sekolah.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut, maka dapat

diimplikasikan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan bagi Dinas Pendidikan di

Kabupaten Wonogiri untuk mulai membentuk sekolah inklusif dan

menambah sekolah luar biasa untuk memberikan palayanan yang lebih

maksimal bagi anak berkebutuhan khusus yang terdapat di Kabupaten

Wonogiri yang berjumlah 1.860 anak.

2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah Kabupaten Wonogiri khususnya dan

pemerintah Kabupaten lain pada umumnya dalam membuat kebijakan

pelayanan terhadapa anak berkebutuhan khusus.

C. Saran

Atas dasar implikasi yang ditimbulkan oleh kesimpulan penelitian, perlu

dijabarkan dengan serangkaian tindakan yang berupa saran-saran. Atas dasar

kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, peneliti menyarankan :

1. Kepala dinas pendidikan Kabupaten Wonogiri

10 sekolah yang layak untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi,

ditinjau dari sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan

inklusi di Kabupaten Wonogiri tersebar di masing-masing kecamatan, yakni:

Kecamatan Batuwarno yaitu SD Batuwarno I, Kecamatan Bulukerto yaitu

SDN IV Bulukerto, Kecamatan Eromoko yaitu SDN I Tegalharjo, Kecamatan

Girimarto yaitu SDN III Girimarto, Kecamatan Jatisrono yaitu SDN II

Rejosari, Kecamatan Ngadirojo yaitu SDN III Gemawang, Kecamatan

Selogiri yaitu SDN I Sendangijo, Kecamatan Slogohimo SDN II Bulusari,

Kecamatan Tirtomoyo yaitu SDN II Sukoharjo, dan Kecamatan Wonogiri

yaitu SDN III Wonokerto.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KELAYAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

2. Kepala UPTD semua Kecamatan di Kabupaten Wonogiri

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada

Kepala UPTD di masing-masing kecamatan untuk menyiapkan diri dalam

rangka pembentukan sekolah yang ramah anak, baik itu sekolah luar biasa,

mapun sekolah inklusif.

3. Kepala sekolah di semua sekolah dasar di Kabupaten Wonogiri

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada

kepala sekolah di Kabupaten Wonogiri untuk menyiapkan diri dalam rangka

pembentukan sekolah yang ramah anak, baik itu sekolah luar biasa, mapun

sekolah inklusif.